OUTLINE MATA KULIAH Program Jurusan Progam Studi Mata Kuliah Bobot Studi Dosen
: Strata I (S-1) : Tarbiyah : Pendidikan Agama Islam : Al-Qur’an I : 2 sks : H. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M. PdI.
PROGRAM SARJANA ( STRATA I ) STAIN SALATIGA SEMESTER GENAP (II) TAHUN AKADEMIK 2011/2012 1. DESKRIPSI MATA KULIAH Mata kuliah Al-Qur’an merupakan upaya akademik yang didesain untuk membekali mahasiswa agar mampu untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tata baca Al-qur’an yang biasa dikenal dengan ilmu Tajwid. Dalam wacana studi ke-Islaman, Al-Qur’an merupakan sumber dari segala sumber hukum, yang menjiwai seluruh keyakinan umat dan telah menjadi pandangan hidup dalam menjalani kehidupan ini, yang didefinisikan sebagai firman Allah (Kalamullah) yang diturunkan kepada kepada Nabi Muhammad SAW tertulis dalam mushaf yang kita terima dengan jalan mutawatir, diberikan pahala bagi para pembacanya, dan terjaga ke orisinilitasnya karena kemukjizatannya. Satu catatan penting dalam wacana studi Al-Qur’an, adalah upaya membumikan Al-Qur;an pada diri setiap muslim dengan membaca, mengkaji dan menyampaikan isi firman tersebut adalah tanggung jawab setiap ummat muslim dari masa ke masa. Melihat kedudukan al-Qur’an yang sangat penting ini, maka dalam mengikuti perkuliahan Al-Qur’an I ini, mahasiswa dituntut untuk dapat membaca al-Qur’an sesuai dengan ilmu Tajwid dan mampu menghafal beberapa surat dan ayat-ayat dalam Al-Qur’an, serta menggali makna-makna yang terkandung di dalamnya secara menyeluruh agar dapat memahami dan mengetahui hal ihwal Al-Qur’an secara maksimal untuk pengamalan ajaran Islam. Maka dari sini terlihat keindahan Al-Qur’an sebagai firman Allah menjadi hidup bagi para pendengarnya manakala yang membaca al-Qur’an tersebut sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh ilmu Tajwid. Hal ini akan membantu mahasiswa untuk menyadari bahwa semakin luas horison dan perspektif yang dipakai untuk menyampaikan dan mengungkap pesanpesan yang ada dalam al-Qur’an. 2. KOMPETENSI DASAR Mahasiswa mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu Tajwid dan mampu menghafal beberapa surat dan ayat-ayat Al-Qur’an. 3. STRATEGI PEMBELAJARAN & EVALUASI PEMBELAJARAN Pembelajaran dilakukan dengan cara kuliah interaktif, ceramah, praktek membaca, serta menghafal Surat dan ayat dari Al-Qur’an yang telah di tentukan oleh Akademik. Sedangkan dala evaluasi pembelajaran: Partisipasi dalam pertemuan kelas (kehadiran), hafalan Al-Qur’an, kualitas bacaan dan hafalan dan ujian tertulis baik UTS maupun UAS menjadi fokus penilaian. 4. TIME LINE TOPIK-TOPIK PERKULIAHAN 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13)
Definisi dan kegunaan Ilmu Tajwid serta kedudukannya dalam ilmu-ilmu Islam Hukum Nun dan Mim yang bersyiddah Hukum-Hukum Nun Sukun dan tanwin 1) Al-Baqarah: 255 dan 284Hukum-Hukum Mim Sukun 286 Hukum-Hum Lam dan Ra’ 2) Al-Baqarah:183-186 Mad, Waqaf dan Ibtida’ 3) Al-Maidah: 6 Surat An-Nass s.d. Al-Dhuha 4) Al-Baqarah:275-282 Surat Al-lail s.d. Al-Fajr. 5) Surat pilihan (misalnya: Surat Al-Ghasiyah s.d. Al-Thoriq Yasin-Al-mulk) Surat Al-Buruj s.d. Al-Insyiqaq Surat Al-Muthaffifin s.d. Al-Infithar Surat Al-Takwir s.d. ‘Abasa Surat An-Nazi’at s.d. Al-Naba’
DIKTAT PERKULIAHAN AL-QUR’AN I A. Pengertian Tajwid dan Hukum Mempelajarinya Tajwid menurut bahasa berasal dari kata ّد ﺗﺠﻮﯾﺪا- د ﯾﺠﻮ- ّ ﺟﻮyang berarti bagus atau membaguskan. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan
memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci alQur’an maupun bukan. Ilmu Tajwid bertujuan untuk memberikan tuntunan cara bagaimana pengucapan ayat yang tepat, sehingga lafal dan maknanya terpelihara. Adapun masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini adalah: 1. Makharijul huruf (tempat keluar-masuk huruf) 2. Shifatul huruf (cara pengucapan huruf) 3. Ahkamul huruf (hubungan antar huruf) 4. Ahkamul madd wal qasr (panjang dan pendek ucapan) 5. Ahkamul waqaf wal ibtida’ (memulai dan menghentikan bacaan) 6. Mengenal Khat al-Utsmani. Hukum Mempelajari tajwid sebagai suatu ilmu pengetahuan hukumnya Fardhu Kifayah Adapun mempraktekan ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an adalah Fardhu ‘Ain, hal tsb sesuai dengan QS. Al-Muzammil 4: Dan bacalah Al Qur’an dengan Tartil.
Menurut Ibnu Katsir Tartil artinya membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan dan hatihati karena itu akan membantu pemahaman dan tadabbur perenungan terhadap al-Qur’an. Inilah yang dimaksud dengan membaca al-Qur’an dengan tartil. B. Hukum Mim ّ مdan Nun ّ نbersyiddah Setiap huruf Nun atau Mim bertasydid dalam ilmu tajwid namanya Gunnah Musyaddadah, dan setiap Mim dan nun yang bertasydid semuanya wajib dibaca ghunnah, yaitu mendengung. Ghunnah adalah suara hallus yang keluar dari rongga hidung atau اﻟﺨﯿﺸﻮم. Sedangkan ukuran panjang dengungnya adalah satu alif. Contoh :
اِن ﱠ ﺛﻢ ﱠ اﻧّﻤﺎ ﻓﻠﻤ ّﺎ وﻟﻜﻨّﺎ C. Hukum Nun Sukun dan Tanwin ( ْ نdan ٍ ◌ ً ◌ ٌ ◌) Nun Sukun dan Tanwin apabila bertemu dengan 28, terdapat lima bacaan, yaitu: 1. Idhar Halqi Yaitu Nun sukun ( yaitu
ْ )نatau tanwin ( ٍ ◌ ً ◌ ٌ ◌) bertemu dengan huruf halqi
أحخعغه
Maka harus dibaca idhar halqi yakni terang dan jelas. Sebagaimana contoh:
ﯾﻨﺄو ْ ن. ٍ ﻣ ِﻦ ْ ھﺎد. اوﻧْﺤ َ ﺮ. ً ﻋﻠﯿﻤﺎ ً ﺣﻜﯿﻤﺎ. ٌ ﺑُﻜ ْﻢ ٌ ﻋ ُﻤ ْ ﻲ
2. Idghom Bigunnah Apabila ada nun sukun ( ْ )نatau tanwin ( yaitu,
ٍ ◌ ً ◌ ٌ ◌) bertemu dengan huruf 4
ي ن م وmaka harus dibaca dengan mendengung. Contoh: ﻣﻦ ْ و َ راﺋﮭﻢ. ﻣﻦ ْ ﻣﺎل. ﺣ ِ ﻄّﺔٌ ﻧﻐﻔﺮﻟﻜﻢ. ﺑﺮق ٌ ﯾَﺠ ْ ﻌﻠﻮن
3. Idgham Bilaghunnah
ٍ ◌ ً ◌ ٌ ◌) dengan Lam ( ) لdan
Yaitu bila ada Nun sukun ( ْ )نatau tanwin (
Ro’ ( ) ر, maka dibaca tanpa mendengung, sebagaimana contoh: . ﻣ ِﻦ ْ ر َ ﺑّﮭِﻢ.
َ ر َ ﺣ ْ ﻤﺔً ﻠﻟْﻌﺎﻟﻤﯿﻦ. ُﻣ ِﻦ ْ ﻟَﺪ ُ ﻧْﮫ
4. Iqlab Yaitu bila ada Nun sukun ( ْ )نatau tanwin (
ٍ◌ ً◌ ٌ◌)
dengan ba’ ( ) ب.
Membacanya Yaitu mengganti suara nun sukun atau tanwin dengan suara mim dengan mendengung ketika bertemu ba’. Sebagaimana contoh:
ْ ﯾُﻨْﺒِﺖ ُ ﻟَﻜ ُ ﻢ. ٌ ﺳﻤﯿﻊ ٌ ﺑﺼﯿﺮ 5. Ikhfa’ Haqiqi Yaitu bila ada Nun sukun ( ْ )نatau tanwin ( yaitu
ٍ ◌ ً ◌ ٌ ◌) dengan salah satu huruf 15,
تثجدذ زسشصضطظفقك
dengan bacaan menyamarkan
antara ( idhar dan idghom ) serta mendengung. Sebagaimana contoh berikut ini:
. ْ اَﻧْﺠ َﯿْﻨﺎﻛ ُ ﻢ. ﻣ َﺄ ً ﺛﺠ ّﺎﺟﺎ. ﻣ ِﻦ ْ ﺗﺤ ْ ﺘِﮭﺎ D. Hukum - Hukum Mim ْ مBila Bertemu 28 Huruf Hijaiyah 1. Ikhfa’ Syafawi Yang dimaksud Ikhfa’ Safawi yaitu apabila mim sukun huruf ba’
ب. sebagaimana contoh:
ْ مbertemu dengan
ِ ﻓَﺤ ْ ﻜ ُﻢ ْ ﺑَﯿْﻨﮭُﻢ ْ ﺎﺑﻟِﻘﺴ ْ ﻂ
اِﻋ ْ ﺘَﺼ ِﻢ ْ ﺑِ ﺎ
Adapun cara membacanya adalah samar-samar dibibir dan didengungkan. 2. Idgham Ma’al Ghunnah Idgham Ma’al Ghunnah biasa disebut juga dengan Idgham Mimi, hal tersebut dikarenakan keberadaan mim sukun
ْ مbertemu degan huruf
mim
م. adapun cara
membacanya adalah dengan mendengung, sebagaimana contoh: 3. Idhar Syafawi
ﻋ َ ﻠَﯿْﮭِﻢ ْ ﻣ ُﺆ ْﺻ َﺪ َ ة
. َ ﻓَﻤ ِ ﻨْﮭُﻢ ْ ﻣ َﻦ ْاﻣ َﻦ
Yang dimaksud Idhar Syafawi adalah apabila mim sukun selain mim
ْم
bertemu degan huruf
مdan ba’ ب, sedangkan cara membacanya adalah jelas / terang di bibir.
Sebagaimana contoh:
ْ اَﻧْﻌﻤَ ْﺖ َ ﻋ َ ﻠَﯿْﮭِﻢ
ﺧ َﺮ َﺟ ْ ﺘُﻢ ْ ﺟ ِ ﮭَﺎد َ ا
E. Hukum Bacaan Lam ( ) لdan Ra’ ( ) ر Lam ( ) لdan Ra’ ( ) رadalah huruf hijaiyah yang pengucapannya berbeda-beda ada yang dibaca tipis yang disebut juga Tarqiq ٌ ﺗَﺮ ْ ﻗِﯿْﻖ, dan ada juga yang dibaca dengan tebal atau yang disebut juga dengan Tafkhim
ﺗَﻔْﺨ ِ ﯿْﻢ, adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:
1. Hukum Bacaan Lam ( ) ل a) Lam ( ) لdibaca tipis apabila di dahului huruf yang berharokat kasroh, sebagaimana contoh:
ﺑِﺴ ْﻢ ِ ﷲ
ِ ﺑِ ﺎ
b) Lam ( ) لdibaca tebal apabila di dahului huruf yang berharokat fathah atau dhommah, sebagaimana contoh:
ِﻧَﺼ ْﺮ ُ ﷲ
ُ َ ﷲ
2. Hukum Bacaan Ra’ ( ) ر a) Ra’ ( ) رdibaca tebal, apabila 1). Berharakat fahah atau fathatain, 2). berharakat dhommah, 3). Ra’ berharakat sukun, dan huruf sebelumnya berharakat fatkhah atau dhommah, 4). Ra’ berharakat sukun dan huruf sebelumnya berharakat kasrah, tetapi kasrahnya tidak asli dari kalimat, 5). Ra’ berharakat sukun dan huruf sebelumnya berharakat asli dan sesudahnya berupa huruf istila’ yaitu:,
ْﺣ ُﺺ ﱠﺿ َ ﻐ ْﻂ ٍ ﻗَﻂ ﺗَﺮ ْ ﻣ ِ ﯿْﮭِﻢ-َﺮ ْ ﻗُﺪ ُو ْ ن َ –ﻗُﺮ ْ اَن-ﺑَﺮ ْ ق ٌﯾ
َ ر ُ وِ ي-ﺣ ُ ﺮ ُ م ٌ –ر ُ زِ ﻗْﻨَﺎ
ٌ ﻓِﺮ ْ ﻗَﺔ-ٌ ﻗِﺮ ْ طَﺎس ٌ ﻣ– ِﺮ ْ ﺻ َ ﺎد
ﻓَﺨ ُﻮ ْ ر ًا-َ ر َز َ ﻗْﻨَﺎ –ر َ ﺿ ِ ﻲ
إِر ْ ﺣ َﻢ- إِر ْ ﻛ َ ﻌ ُﻮا-إِر ْ ﻓَﻌ ُﻮا
b) Ra’ ( ) رdibaca tipis, apabila 1). Ra’ berharakat kasrah atau kasrataini, 2). Ra’ berharakat sukun, sebelumnya berharakat asli dan sesudah huruf ra’ tidak ada huruf istila’ 3). Sebelum Ra’ ada yang sukun. ٌ ﻛ َ ﺮِﯾْﻢ-ٍﻓِﺮ ْ د َو ْ سِ ﺑَﺼ ِ ﯿْﺮ ٌ –ﻗَﺪ ِ ﯾْﺮ ٌ –ﻣ ِﻦ ْ ﺧ َ ﯿْﺮ-ُ ﻓَﺮِﺣ ُﻮ ْن َﻓِﺮ ْ ﻋ َﻮ ْ ن َ –ﻣ ِﺮ ْ ﻓَﻖ- َ أَرِﻧَﺎ – اﻟﻐ َﺎرِﻣ ِ ﯿْﻦ c)
Jawazul Wajhain (boleh dibaca tebal dan juga tipis), yaitu apabila ra’ sukun, sebelumnya berupa harakat kasrah dan sesudahnya berupa huruf istila’: adapun contohnya adalah sebagai berikut:
ٌ ﻣ ِﺮ ْﺻ َﺎد،ٌ ﻓِﺮ ْ ﻗَﺔ،ٌ ﻣ ِﺮ ْﺻ َﺎد،ِ ﻣ ِﻦ ْ ﻋ ِﺮ ْﺿ ِ ﮫ، ْ اِﺣ ْ ﺮِص F. Mad, Waqof dan Ibtida’ Dalam Membaca Al-Qur’an 1.
Hukum bacaan Mad Mad artinya panjang (bacaan panjang). Artinya jika huruf hijaiyah bertemu dengan salah satu dari tiga huruf mad yaitu wawu, alif, dan ya’ maka dibaca panjang. Mad dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Berikut jenis-jenis mad tersebut: (1) Mad Thobi’I : ( ) ﻣﺪ طﺒﻌﻲ dikatakan mad thobii, apabila ada alif ( ) اsesudah fatkah, apabila ada ya’ ( ) ي sesudah kasroh, apabila ada wawu ( ) وsesudah dhomah, mad: maknanya panjang, sedangkan thobii maknanya biasa, cara membacanya panjang satu alif. contoh: ﻗَﺎل َ – ﻗِﯿْﻞ َ – ﻗَﺎﻟُﻮ ْ ا
(2) Mad wajib muttasil : ( ) ﻣﺪ واﺟﺐ اﻟﻤﺘﺼﻞ yaitu apabila ada mad thobii bertemu dengan hamzah ( ) ءdi dalam satu kata (kalimat) wajib artinya harus, dan muttasil artinya nyambung. Cara membacanya: wajib panjang sepanjang tiga alif Contoh: ِ ﻣ ِﻦ َ اﻟﺴ ﱠ ﻤﺎء <> اُو ْ ﻟﺌِﻚ َ <> ﺑِﺎﻟْﺒَﺄْﺳ َﺎء (3) Mad jaiz Munfasil: ( ) ﻣﺪ ﺟﺎﺋﺰ ﻣﻨﻔﺼﻞ apabila ada mad thobii bertemu dengan hamzah ( ) ءtetapi hamzah tersebut dilain perkataan (kalimat) jaiz: boleh, munfasil: terpisah, cara membacanya: boleh dipanjangkan seperti mad wajib muttasil dan boleh juga seperti mad thobii. Contoh: َ ﺑِﻤ َ ﺎُاُو ْ ﺗُﻮا <>ﻣ َﺎاَﻧْﺰ َ ل <> اﻟﺬياَﻧْﺰ َ ل (4) Mad Lazim Mutsaqol Kilmi ( ) ﻣﺪ ﻻزم ﻣﺜﻘﻞ ﻛﻠﻤﻲ apabila ada mad thobii bertemu dengan tasdid didalam satu perkataan (kalimat) lazim (pasti/wajib) mutsaqqol (diberatkan) cara membacanya: harus panjang tiga alif. Contoh: اﻟﺼﺎﻓﺔ – اﻟﺼﺎﺧﺔ-اﻟﻀﺎﻟﯿﻦ (5) Mad Lazim Mukhoffaf Kilmi ( ) ﻣﺪ ﻻزم ﻣﺨﻔﻒ ﻛﻠﻤﻲ apabila ada mad thobii bertemu dengan huruf mati (sukun) lazim (pasti atau harus) mukhofaf (diringankan) cara membacanya: dibaca panjang tiga alif. Contoh: اﻻن (6) Mad Layyin : ( ) ﻣﺪ ﻟﯿﻦ Apabila sebelum wawu ( ) وatau ya’ ( ) يsukun ada huruf berharokat fatkhah layyin (lunak). Contoh: ٌ ﺧ َﻮ ْف- َ ﻛ َ ﯿْﻒ (7) Mad ‘Arid Lis-sukun : ( ) ﻣﺪ ﻋﺎرض ﻟﻠﺴﻜﻮن Apabila ada tanda waqof sebelumnya ada mad thobii atau lain. ‘Arid (mendatang atau menghadapi) lis-sukun (sukun atau mati) cara membacanya ada tiga cara: 1). Lebih baik dibaca panjang tiga alif, 2). Yang pertengahan dibaca dua alif, 3). Yang pendek dibaca satu alif. Contoh: وﺑﺸﺮ اﻟﻤﺆﻣﻨﯿﻦ – ﺑﻤﺎ ﻛﻨﺘﻢ ﺗﻌﻤﻠﻮن (8) Mad Silah Qoshiroh : ( ) ﻣﺪ ﺻﻠﺔ ﻗﺼﯿﺮة
apabila ada haa’ dhomir sedang sebelum haa ( ) هada huruf hidup (berharokat). Mad (panjang) shilah (hubungan) Qhosiroh (pendek). Cara membacanya: panjang dua harokat atau satu alif Contoh: ﻟﮫ ﺻﺎﺣﺒﺔ – ﺗﺄوﯾﻠﮫ – إﻧﮫ ﻛﺎن
(9) Mad Shilah Thowilah : ( ) ﻣﺪ ﺻﻠﺔ طﻮﯾﻠﺔ apabila ada mad shilah qoshiroh bertemu dengan hamzah ( ) ءcara membacanya dibaca tiga alif, tapi juga boleh satu alif. Contoh: ﻋﻨﺪه اﻻ ﺑﺈﻧﮫ-ﻣﺎ ﻟﮫ اﺧﻠﺪه (10) Mad ‘Iwad : ( ) ﻣﺪ ﻋﻮض Apabila ada fathatain yang jatuh pada waqof pada akhir kalimat, cara membacanya: dipanjangkan seperti mad thobii dan tidak dibaca tanwin. Contoh: ﺗَﺒْﺪ ِ ﯾْﻼ ً –ر َ ﺣ ِ ﯿْﻤ ًﺎ –ﺑَﺼ ِ ﯿْﺮ ًا –ﺧ َ ﺒِﯿْﺮ ًا (11) Mad Badal: ( ) ﻣﺪ ﺑﺪل Apabila ada dua hamzah yang pertama hidup dan yang kedua mati, maka hamzah yang mati akan diganti dengan: 1). Alif bila mana hamzah yang pertama berharokat fatkhah, 2). Wawu apabila hamzah yang pertama berharokat dhommah, 3) Ya’ apabila hamzah yang pertama berharokat kasroh. Contoh: اُو ْ ﺗِﻰ: اِﯾْﻤ َﺎن َ – اُؤ ْ ﺗِﻰ: َ اَد َم َ – اِﺋْﻤ َﺎن: َ اَأَد َم
(12) Mad Lazim Mutsaqol Harfi: ( ) ﻣﺪ ﻻزم ﻣﺜﻘﻞ ﺣﺮف Apabila ada permulaan surat dari al-Qur’an terdapat salah satu dari antara huruf delapan, yaitu: nun, qof, sad, ain, lam dan mim. ( ) ا ن ق ص ع س ل مmutsaqqal (diberatkan), cara membacanya harus panjang tiga alif. Contoh: اﻟﻢ ّ – ﯾﺲ – ن – ص (13) Mad lazim Mukhoffaf Harfi: ( ) ﻣﺪ ﻻزم ﻣﺨﻔﻒ ﺣﺮف Apabila ada permulaan surat dari al-Qur’an terdapat salah satu dari antara huruf lima, yaitu: haa’, yaa’, thoo’, maa’, ha ( ) ه ي ط ﻣﺎ ح. Cara membacanya: harus dibaca panjang satu alif Contoh: ﻛﮭﯿﻌﺺ- ﺣﻢ- طﮫ (14) Mad Tamkin: ( ) ﻣﺪ ﺗﻤﻜﯿﻦ Apabila ada ya’ sukun didahului dengan yaa’ yang bertasdid dan harokat kasroh, tamkin (penempatan). Cara bacanya ditempatkan dengan tasydid dan Mad thobiinya, contoh: اﻟﻨﺒﯿﯿﻦ- ﺣﯿﯿﺘﻢ (15) Mad Farqi; ( ) ﻣﺪ ﻓﺮق bacaan panjang tiga alif untuk membedakan pertanyaan atau bukan. Contoh ً ﷲ ﺧﯿﺮا- ﻗﻞ ﷲ اذن ﻟﻜﻢ 2.
Waqof
Waqof adalah proses Berhenti pembaca dengan memutuskan suara pada akhir kalimah untuk mengambil nafas. Adapun Waqof terbagi menjadi 4 bagian: a. Waqof ikhtibari: yaitu waqof yang digunakan untuk menguji atau mengajar murid bagaimana mewaqofkan ditempat yg mendadak b. Waqof intidhori: yaitu waqof untuk mengumpulkan beberapa Qiroat yang berlainan riwayat c. Waqof Idlthirori: yaitu waqof sebab terpaksa karena kehabisan Nafas, lupa, atau lemah dalam membaca. d. Waqof ikhtiyari: yaitu waqof yang sengaja bedasarkan susunan kalam dan makna, waqof ikhtiari ini para ulama’ membaginya dengan 4 tingkatan: a) waqof tam: adalah waqof yang sempurna, yaitu waqof yang berhenti pada akhir kalam yang sempurna dan tidak ada kaitannya dengan kalam berikutnya baik lafadz maupun maknanya, seperti waqof pada akhir surat, akhir sebuah kisah, kadang-kadang diakhir ayat dan lain-lain, waqof ini lebih baik berhenti dan mulai kalam berikutnya. b) waqof hasan: yaitu waqof pada akhir kalam yang sempurna tapi masih ada hubungan lafadz dan maknanya dengan kalam berikutnya. Waqof ini boleh berhenti tapi harus mengulangi sebelumnya, kecuali pada akhir ayat maka memulai ayat berikutnya. Waqof ini bila nafasnya masih panjang lebih baik diwasholkan c) waqof kaafi: yaitu waqof pada akhir kalam sempurna yg masih ada hubungan makna dengan kalam berikutnya, seperti waqof pada akhir ayat, kadang-kadang ditengah ayat. Waqof ini baik untuk berhenti dan melanjutkan kalam berikutnya d) waqof qobih: yaitu waqof yang berhenti pada kalam yang tidak sempurna, belum bisa dipahami dan tidak boleh berhenti, kecuali memang terpaksa seperti kehabisan nafas atau terkena sesuatu yang mendadak, tapi harus mengulangi seperti pada lafadz. . ا ﻟﺤﻤﺪDari ا ﻟﺤﻤﺪ RUMUS-RUMUS WAQOF Rumus
Artinya
م ط
وﻗﻒ ﻻزم وﻗﻒ ﻣﻄﻠﻖ
Keterangan Lebih baik berhenti jangan diwasholkan Tempat yang baik untuk berhenti
ج ز ص ق ﺻﻠﻰ ﻻ :. :. ﻗﻠﻰ 3.
وﻗﻒ ﺟﺎﺋﺰ وﻗﻒ ﻣﺠﻮز وﻗﻒ ﻣﺮﺣﺺ ﺿﺮورة
ﻗﯿﻞ وﻗﻒ اﻟﻮ َ ﺻ ْ ﻞ ُ اﻻوﻟﻰ ﻻ و َ ﻗْﻒ َ ﻓﯿﮫ وﻗﻒ ﻣﻌﺎﻧﻘﺔ وﻗﻒ اوﻟﻰ
Boleh berhenti boleh washol Boleh waqof tapi lebih baik washol Boleh Waqof bila terpaksa, lebih baik washol Tidak boleh berhenti, baik washol Tidak boleh berhenti, baik washol Bukan tempat waqof, baik washol Berhenti pada salah satu tanda Lebih Utama Diwaqofkan
Ibtida’ Adalah :memulai suatu bacaan yang pas dengan lafadz dan maknanya . Untuk imam hafash riwayat Imam ‘Ashim menyambung basmalah dengan dua surah ada 3 cara : a) Qoth’ul Jami’: yaitu Akhir surah ( waqof) Basmalah (waqof ) awalu shuroh b) Qoth’ul Awal wawaslusy Tsani: yaitu Akhirus surah ( waqof ) Basmalah (washol) Awalu shuroh c) Washlul Jami’, yaitu Akhirur Shuroh- ( washol) –Basmalah –(washol )- Awal Shuroh)
G. GHOROIBUL QIRO’AH Bacaan dalam al-Qur’an yang diluar dari teori yang biasa dilafalkan seperti diatas, karena diluar kebiasaan tersebut disebulah dengan sebutan ghorib (keanehan) yang terbentuk karena baik makna, kata dan lafal membutuhkannya. seperti: 1). Imalah; kubro & shughro, 2). Isymam, 3) Saktah, 4). Tashil, adapun penjelasannya akan diuraikan lebih panjang dalam perkuliahan. Demikian materi pengantar pembelajaran al-Qur’an 1, semoga dapat bermanfaat. amin