ANALISIS KESALAHAN KATA BERIMBUHAN DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK NUSANTARA, LEGOSO, CIPUTAT, TANGERANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUniversitas Islam Negeri Syaraif Hidayatullah Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh Ani Nurhayati 107013000666
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
ANALISIS KATA BERIMBUHAN DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK NUSANTARA, LEGOSO, CIPUTAT, TANGERANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUniversitas Islam Negeri Syaraif Hidayatullah Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh Ani Nurhayati 107013000666
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS KATA BERIMBUHAN DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK NUSANTARA LEGOSO
CIPUTAT TANGERANG TAHUN AJARAN 2OIII2OI2
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Strata Satu (S1) Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Ani Nurhavati 107013000666
NIP. 19820628200912 2 003
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
20tl
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Skripsi berjudul : "ANALISIS KATA BERIMBUHAN DALAM KARANGAN
DESKRIPSI SISWA KELAS
X SMK NUSANTARA LEGOSO CIPUTAT
TANGERANG TAHUN AJARAN 2011-2012", yang disusun oleh AniNurhayati Nomor Induk Mahasiswa 107013000666 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Telah melalui bimbingan dinyatakan syah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Jakarla, 13 Desember 2A11
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua J urusan/Prodi)
Tanggal
Mahmudah Fitriyah. ZA, M.Pd. NIP. I 9640212199703 2 002
13-12-2011
Penguji
I
Drs. JamalD. Rahman, M.Hum.
Penguji
l3-12-2011
II
Mahmudah Fitriyah. ZA" M.Pd. NrP. 19640212199703 2 002
13-12-2011
Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Nurlena Rifa'i. M.A. Ph.D NrP. 19s91020198603 2 001
LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Ani Nurhayati
Tempat/Tanggal lahir
Brebes, 06 februari 1988
NIM
107013000666
Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Analisis kata Berimbuhan dalam Karangan
Judul Skripsi
Deskripsi Siswa Kelas
X SMK
Nusantara Tahun
Ajaran 20ll-2012 Dosen Pembimbing
Dengan
1.
ini
:
Nuryani, S. Pd. M.A.
saya menyatakan bahwa:
Skripsi ini merupakankarya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memeroleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) I
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
3.
di Universitas
-*
UIN Syarif Hidayatullah
"Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah lakafta.
Jakafta, METERAI TEMPEI, rlrar\ruN tllcsr
0l
Desemser
Penulis
P!/rx
39BC Et:+1.1-Bl9V.tytltl-r
6"-ww_w
0
107013000666
l1l
20ll
LEMBAR PERSEMBAHAN
MOTTO
:
Memiliki sedikit ilmu (pengetahuan) itu berbahaya, tapi jika tidak memilikinya justru sangat membahayakan. Tuntutlah ilmu setinggi langit dan raihlah cita secerah mentari. Sinari ketidaktahuanmu dengan cahaya ilmu yang telah dimiliki, niscaya kehidupan tidak akan berbahaya.
PERSEMBAHAN
:
Penulis persembahkan hasil skripsi ini kepada kedua orang tua yang senantiasa mendoakan penulis, para pendidik yang telah memberikan ilmunya tanpa pamrih menjadikan penulis tahu apa yang tadinya belum diketahui, dan kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendoakan penulis. Terimakasih penulis ucapkan atas segala keikhlasan yang telah kalian berikan. Semoga apa yang telah jalian berikan mendapatkan pahala dari Allah Swt. Amin…
iv
ABSTRAK
Ani Nurhayati; 107013000666 “Analisis Kata Berimbuhan dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMK Nusantara Tahun Ajaran 2011-2012”. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Nusantara Ciputat pada bulan Juli dan Oktober 2011. Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi yaitu penulis meneliti suatu objek yang dipaparkan secara lengkap dan jelas tentang segala hal mengenai objek yang diteliti. Untuk mendapatkan data, penulis memisahkan karangan-karangan deskripsi siswa yang terdapat kesalahankesalahan pembentukan katanya, kemudian menganalisisnya berdasarkan kriteriakriteria kesalahan pembentukan kata berimbuhan. Penelitian ini memfokuskan diri pada analisis kata berimbuhan yang terdapat dalam karangan deskripsi siswa. Dari hasil penelitian ini terdapat kesalahan-kesalahan pembentukan kata berimbuhan yang terbagi menjadi: a) penyengauan kata dasar yakni pada kata „ngrasa‟. Kata „ngrasa‟ bisa diubah menjadi „merasa‟. Hasil analisis kesalahan penyengauan kata dasar menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 1 penyengauan kata dasar dengan persentase 0,33%, b) prefiks ke- yang keliru, yaitu kata „ketawa‟. Kata „ketawa‟ dapat diubah menjadi „tertawa‟. Hasil analisis kesalahan prefiks ke- menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 1 pembentukan kata yang keliru dengan persentase 0,33%, c) prefiks di- yang keliru, yakni di antaranya terdapat pada kata „di rasa‟, „di suruh‟, dan „di tendang‟. Ketiga kata tersebut dapat diubah menjadi „dirasa‟, „disuruh‟, dan „ditendang‟. Hasil analisis kesalahan prefiks di- menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 5 pembentukan kata yang keliru dengan persentase 1,68%, d) bunyi huruf /k/, /p/, /t/, /s/ yang tidak luluh, yakni pada kata „mempunyai‟. Kata tersebut dapat diubah menjadi „memunyai‟. Hasil analisis kesalahan bunyi huruf /k/, /p/, /t/, /s/ menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 4 bunyi huruf yang tidak luluh, yakni /p/, pada kata memunyai dengan persentase 1,35 %, e) pemakaian konfiks yang keliru, yakni terdapat pada beberapa kata di antaranya: „di dirikan‟, „di bersihkan‟, „men dapat kan‟, dan „di inginkan‟. Kata-kata tersebut dapat diubah menjadi: „didirikan‟, „dibersihkan‟, „mendapatkan‟, dan „diinginkan‟ Hasil analisis kesalahan konfiks menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 14 pembentukan kata yang keliru dengan persentase 4,72%, f) pemakaian sufik –nya yang keliru, di antaranya: „lain nya‟, „tempat nya‟, dan „seni nya‟. Kata-kata tersebut dapat diubah menjadi „lainnya‟, „tempatnya‟, dan „seninya‟. Hasil analisis kesalahan sufiks -nya menunjukan bahwa dari 296 kalimat terdapat 9 pembentukan kata yang keliru dengan presentase 3,04%. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam karangan deskripsi siswa kesalahan pembentukan kata berimbuhan yang paling banyak terdapat pada pemakaian konfiks yang keliru. Kata kunci: kata berimbuhan, penggunan kata berimbuhan, dan karangan deskripsi.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Swt yang Maha suci dan Gofur, yang telah senantiasa memberikan kesehatan lahir dan batin keridloan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad Saw yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman kecerdasan. Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik karena ada bantuan dan dukungan dari berbagai pihak kepada penulis, baik berupa moral maupun material. Oleh karena itu, perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Nurlena Rifa‟i, M.A. Ph.D Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., sebagai Ketua Jurusan PBSI sekaligus sebagai penasehat akademik yang selalu memberikan nasehat yang berguna untuk penulis. 3. Nuryani, S.Pd. M.A., sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan petunjuk serta pengarahan kepada penulis. 4. Dra. Hindun, M.Pd. dan Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses perkuliahan berlangsung. Semoga Allah memberikan balasan dan pahala berganda atas ilmu yang diberikan dengan ikhlas kepada kami semua. 5. Drs. H. Faisal Bakar, S.E. sebagai kepala SMK Nusantara beserta jajaran yang telah membantu penulis dengan memberikan izin untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.
vi
6. Ayahanda dan Ibunda, atas segala bentuk cinta dan kasih sayangnya kepada ananda yang selalu memberikan doa, motivasi, bantuan moril, dan materil, semoga Allah selalu melimpahkan rahmatNya kepada keluarga kita. 7. Adik-adikku yang tersayang: Fauzi Anwar, Asep Saepudin, Saega Adi Purnama, dan Diniyatul Bana Fahma Tina, serta nenekku yang selalu memberikan bantuan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi. 8. Keluarga besar Bapak Kyai U‟ud Mas‟ud,bapak Carwo Diharjo, bapak Kusdi, bapak Carsim dan bapak Raswito yang selalu mendoakan penulis tetap semangat dalam menuntut ilmu yang Allah ridhoi dan memberikan dukungan serta bantuan moril serta materilnya kepada penulis. 9. Kakak-kakakku, Khaerul Umam, Zainal Arifin Dahlan S.Kom, dan Yuni Ruwanti, S.Pd. serta segenap keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan bantuan baik moril maupun materil yang tak terhingga kepada penulis. 10. Teman-teman seperjuangan mas Owhie, Ahmad, Imeh, Intan, Kokom, Nuni, dan seluruh angkatan 2007 PBSI serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala dukungan dan semangatnya kepada penulis, semoga Allah melindungi kalian semua. Penulis berdoa dan berharap semoga semua pihak yang telah membantu dengan kebaikan dan ketulusan mendapat balasan dan menjadi ladang amal di sisi Allah Swt. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi pembaca. Amin
Jakarta, 01 Desember 2011 Penulis
Ani Nurhayati 107013000666
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...............................................
i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .........................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................
iv
ABSTRAK ......................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
x
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ................................................................
9
C. Rumusan Masalah ...................................................................
9
D. Tujuan Penelitian.....................................................................
10
E. Manfaat Penelitian...................................................................
10
LANDASAN TEORI A. Landasan Teori ........................................................................
12
1. Hakikat Kata......................................................................
12
2. Hakikat Kata Berimbuhan .................................................
14
3. Hakikat Karangan ..............................................................
38
4. Hakikat karangan Deskripsi ..............................................
40
5. Kesalahan Pembentukan kata Berimbuhan .......................
42
B. Penelitian yang Relevan ..........................................................
44
viii
BAB III
BAB IV
BAB V
METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................
48
B. Metode Penelitian....................................................................
48
C. Analisis Data ...........................................................................
55
HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian ................................................................
57
B. Pengumpulan Data .................................................................
57
C. Analisis Data ...........................................................................
59
D. Interpretasi Hasil Penelitian ....................................................
66
PENUTUP A. Simpulan..................................................................................
74
B. Saran ........................................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL Tabel 1
: Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan (afiks)
Tabel 2
:
Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan Awal (Prefiks)
Tabel 3
:
Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan Akhir (Sufiks)
Tabel 4
:
Frekuensi
Kesalahan
Pembentukan
Kata
Berimbuhan
Pembentukan
Kata
Berimbuhan
Pembentukan
Kata
Berimbuhan
Gabung (Konfiks) Tabel 5
:
Frekuensi
Kesalahan
(AFIKSASI)/KPKB Tabel 6
:
Persentasi
Kesalahan
(AFIKSASI)/KPKB
x
DAFTAR SINGKATAN
1.
PglPref me-
= Penanggalan Prefiks me-
2.
PglPref ber-
= Penanggagaln Prefik ber-
3.
Pref ke- Kel
= Prefiks ke- yang Keliru
4.
PmkSuf –ir Kel
= Pemakaian Sufiks –ir yang Keliru
5.
PLHNBu /c/
= Peluluhan Bunyi /c/
6.
Penga KD
= Penyengauan Kata Dasar
7.
BH /k/, /p/, /s/,/t/
= Bunyi Huruf /k/, /p/, /t/, /s/ yang Tidak Luluh
8.
Pref di- Kel
= Prefiks di- yang Keliru
9.
PemKomf Kel
= Pemakaian Konfiks yang Keliru
10. PmkSuf –nya Kel
= Pemakaian Sufik –nya yang Keliru
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Angket Lampiran 2 : Data Analisis Kata Berimbuhan Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMK Nusantara Legoso Ciputat Tangerang Tahun Ajaran 2011-2012 Lampiran 3 : Surat Pengajuan Judul Skripsi Lampiran 4 : Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 6 : Surat Keterangan Penelitian/Riset Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
xii
UJI REFERENSI
Nama
: Ani Nurhayati
NIM
: 107013000666
Fakultas
: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi
: Analisis Kata Berimbuhan dalam Karangan Deskripsi Siswa
Kelas
X
SMK
Nusantara
Legoso
Ciputat
Tangerang. Dosen Pembimbing
: Ibu Nuryani, S.Pd. M.A.
No 1
Nama Buku Abdul Chaer. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Reneka Cipta, 2008.
2
Achmad HP. Linguistik Umum. Jakarta : Depdikbud, 1996.
3
Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
4
Andrew Spencer. Modern Linguistics Series. England: Kind Permission Of J. W. Spear and Son PLC, Enfield EN3 7TB, 1994.
5
Badudu. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia, 1983.
6
Budi Santoso. Karya Mahasiswa dan Dosen. “AnalisisKesalahan Berbahasa dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Nonbahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang”. http://www.infodiknas.com/ (diakses hari Rabu, 07 Juni pada pukul 10.10 WIB)
7
Erin Komarudin, Atih Supriatih. Panduan Kreatif Bahasa Indonesia. Bogor: Yudhistira, 2004.
8
Euis Honiarti dan E. Kosasih. Intisari Bahasa dan Sastra Idonesia. Bandung: Pustaka Setia, 1999.
9
E. Kusnadi, H. dan Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta:
xiii
Paraf Pembimbing
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2006. 10
E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Perssindo, 2008.
11
E.Zaenal Arifin dan Farid Hadi. 1001 Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Akademika Perssindo, 2009
12
Harimurti Kridalaksana. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia, 1986.
13
Harimurti Kridalaksana. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia, 2009.
14
Hasan Alwi. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
15
Henry Guntur Tarigan, Djago Tarigan. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: PT. Angkasa, 1990.
16
Iskandar. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: GP Press, 2009.
17
Masnur Muslich. Tata Bentuk Bahasa Idonesia ( kajian ke arah tata bahasa deskriptif. Rawamangun: Bumi Aksara, 2006.
18
Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
19
M. Ramlan. Morfologi ‟Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: UP. Karyono, 1985.
20
Ninik M.
Kuntarto. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berfikir.
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010. 21
Pusat Bahasa Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2008.
22
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdiknas. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan & Pedoman Umum Pembentuka Istilah. Bandung: Yrama Widya, 2009.
23
Sabarti Akhadiat dkk. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Erlangga, 1994.
24
Sadikin Muhammad. EYD. Bekasi: Laskar Acara, 2011.
xiv
25
Samsuri. Analisis Bahasa. Malang: Erlangga, 1987.
26
Sarwidji Suwandi Dan Muhammad Rohmadi. Maju Bersama Bahasa Indonesia. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008
27
Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 2005.
28
Setya Tri Nugraha. Skripsi Kesalahan Berbahasa. ” Kesalahan-kesalahan Berbahasa IndonesiaPembelajar Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing: Sebuah Penelitian Pendahuluan”. http://ialf.edu/kipbipa/pap (diakses Rabu, 07 Juni 201 pada pukul 09. 43 WIB)
29
Wikipedia, 23 Desember 2007, Wikipedia: Pedoman Ejaan danPenulisan Kata,
.(diakses hari Rabu, 07 Juni pada pukul 10.10 WIB)
Jakarta, 01 Desember 2011 Dosen Pembimbing,
Nuryani, S.Pd. M.A. NIP. 19820628 200912 2 003
xv
LEMBAR PERSEMBAHAN
MOTTO
:
Memiliki sedikit ilmu (pengetahuan) itu berbahaya, tapi jika tidak memilikinya justru sangat membahayakan. Tuntutlah ilmu setinggi langit dan raihlah cita secerah mentari. Sinari ketidaktahuanmu dengan cahaya ilmu yang telah dimiliki, niscaya kehidupan tidak akan berbahaya.
PERSEMBAHAN
:
Penulis persembahkan hasil skripsi ini kepada kedua orang tua yang senantiasa mendoakan penulis, para pendidik yang telah memberikan ilmunya tanpa pamrih menjadikan penulis tahu apa yang tadinya belum diketahui, dan kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendoakan penulis. Terimakasih penulis ucapkan atas segala keikhlasan yang telah kalian berikan. Semoga apa yang telah jalian berikan mendapatkan pahala dari Allah Swt. Amin…
iv
ABSTRAK
Ani Nurhayati; 107013000666 “Analisis Kata Berimbuhan dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMK Nusantara Tahun Ajaran 2011-2012”. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Nusantara Ciputat pada bulan Juli dan Oktober 2011. Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi yaitu penulis meneliti suatu objek yang dipaparkan secara lengkap dan jelas tentang segala hal mengenai objek yang diteliti. Untuk mendapatkan data, penulis memisahkan karangan-karangan deskripsi siswa yang terdapat kesalahankesalahan pembentukan katanya, kemudian menganalisisnya berdasarkan kriteriakriteria kesalahan pembentukan kata berimbuhan. Penelitian ini memfokuskan diri pada analisis kata berimbuhan yang terdapat dalam karangan deskripsi siswa. Dari hasil penelitian ini terdapat kesalahan-kesalahan pembentukan kata berimbuhan yang terbagi menjadi: a) penyengauan kata dasar yakni pada kata „ngrasa‟. Kata „ngrasa‟ bisa diubah menjadi „merasa‟. Hasil analisis kesalahan penyengauan kata dasar menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 1 penyengauan kata dasar dengan persentase 0,33%, b) prefiks ke- yang keliru, yaitu kata „ketawa‟. Kata „ketawa‟ dapat diubah menjadi „tertawa‟. Hasil analisis kesalahan prefiks ke- menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 1 pembentukan kata yang keliru dengan persentase 0,33%, c) prefiks di- yang keliru, yakni di antaranya terdapat pada kata „di rasa‟, „di suruh‟, dan „di tendang‟. Ketiga kata tersebut dapat diubah menjadi „dirasa‟, „disuruh‟, dan „ditendang‟. Hasil analisis kesalahan prefiks di- menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 5 pembentukan kata yang keliru dengan persentase 1,68%, d) bunyi huruf /k/, /p/, /t/, /s/ yang tidak luluh, yakni pada kata „mempunyai‟. Kata tersebut dapat diubah menjadi „memunyai‟. Hasil analisis kesalahan bunyi huruf /k/, /p/, /t/, /s/ menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 4 bunyi huruf yang tidak luluh, yakni /p/, pada kata memunyai dengan persentase 1,35 %, e) pemakaian konfiks yang keliru, yakni terdapat pada beberapa kata di antaranya: „di dirikan‟, „di bersihkan‟, „men dapat kan‟, dan „di inginkan‟. Kata-kata tersebut dapat diubah menjadi: „didirikan‟, „dibersihkan‟, „mendapatkan‟, dan „diinginkan‟ Hasil analisis kesalahan konfiks menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 14 pembentukan kata yang keliru dengan persentase 4,72%, f) pemakaian sufik –nya yang keliru, di antaranya: „lain nya‟, „tempat nya‟, dan „seni nya‟. Kata-kata tersebut dapat diubah menjadi „lainnya‟, „tempatnya‟, dan „seninya‟. Hasil analisis kesalahan sufiks -nya menunjukan bahwa dari 296 kalimat terdapat 9 pembentukan kata yang keliru dengan presentase 3,04%. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam karangan deskripsi siswa kesalahan pembentukan kata berimbuhan yang paling banyak terdapat pada pemakaian konfiks yang keliru. Kata kunci: kata berimbuhan, penggunan kata berimbuhan, dan karangan deskripsi.
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi. Untuk mencapai komunikasi yang baik dan benar dibutuhkan sarana komunikasi yang menunjang. Salah satu alat komunikasi yang efektif adalah bahasa. Dengan bahasa setiap individu dapat mengungkapkan segala perasaan dan pikiran. Selain itu dengan bahasa setiap orang dapat memahami jalan pikiran, ide atau gagasan lawan bicaranya, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar tanpa menimbulkan interpretasi dari lawan bicaranya. Sering kali kita melihat beberapa tulisan yang masih menggunakan bahasa yang tidak baku dalam format yang resmi atau kata serapan yang keliru. Pemerintah Indonesia telah membuat peraturan-peraturan yang resmi tentang tata bahasa. Namun, masih saja terdapat dan ditemukan beberapa kekeliruan yang terjadi pada penulisan. Tidak hanya penulisan kalimat saja, akan tetapi kekeliruan yang terjadi pada penulisan kata pun sering terjadi. Salah satu contoh kekeliruan yang terjadi adalah penggunaan kata berimbuhan, sehingga mengakibatkan terjadi kesalahan makna kalimat.
1
2
Contoh: Tabel 1: contoh daftar kata berimbuhan yang keliru yang dilakukan oleh siswa kelas X SMK Nusantara jurusan APH tahun pelajaran 2010/2011 NO Kata yang Salah
Kata yang Benar
Keterangan
1
Ketampanan
Ke- merupakan prefiks, bukan
Ke tampanan
preposisi. 2
Ke anekaragaman
Keanekaragaman
Konfiks ke-an, dibubuhkan pada kata dasar secara bersamaan.
3
Ketidak adilan
Ketidakadilan
Konfiks ke-an dibubuhkan pada kata dasar secara bersamaan.
4
Mempengaruhi
Memengaruhi
Kata dasar yang diawali konsonan “p” akan luluh jika dibubuhi prefiks mem-.
5
Mengkordinir
Mengordinir
Kata dasar yang diawali konsonan “k” akan luluh jika dibubuhi prefiks mem-.
6
Mensosialisasikan Menyosialisasikan Kata dasar yang diawali konsonan “s” akan luluh jika dibubuhi prefiks mem-.
7
Mempublikasikan
Memublikasikan
Kata dasar yang diawali konsonan “p” akan luluh jika dibubuhi prefiks mem-.
8
Mentargetkan
Menargetkan
Kata dasar yang diawali konsonan “t” akan luluh jika dibubuhi prefiks mem-.
9
Ke baikan
Kebaikan
Ke-merupakan preposisi
10
Kehadirat
Ke hadirat
Ke- merupakan preposisi.
prefiks,
bukan
Tidak dapat kita pungkiri, kesalahan berbahasa dalam pengajaran bahasa, baik bahasa pertama (B1) maupun bahasa kedua (B2) ini tidak hanya terjadi pada peserta didik saja. Tetapi kesalahan tersebut juga bisa terjadi
3
pada pendidik sendiri sebagai pengajar bahasa. Terjadinya kekeliruan bahasa dapat diakibatkan oleh karena siswa belum memiliki pemahaman yang sempurna mengenai kesalahan yang dimaksud. Pelajaran Bahasa Indonesia yang baik dan benar pada hakikatnya sudah diajarkan sejak peserta didik berada pada jenjang pendidikan usia dini, sekarang lazim disebut dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai ke jenjang Perguruan Tinggi (Universitas). Walaupun demikian, tetap saja kekeliruan bahasa masih sering terjadi bahkan berulang-ulang kali. Ketidakfahaman terhadap tata bahasa Indonesialah yang mengakibatkan orang-orang selalu melanggar aturan resmi yang telah ditentukan oleh pemerintah tersebut. Selain itu, yang mengakibatkan terjadinya kesalahan bahasa adalah acuhnya masyarakat Indonesia terhadap aturan pemerintah tentang tata bahasa Indonesia. Keacuhan masyarakat terhadap aturan tersebut sangat dikhawatirkan dan disayangkan sekali, sebagai pengguna atau penutur asli bahasa Indonesia dengan sengaja tidak memerhatikan kaidah bahasanya sendiri. Kekhawatiran tersebut akan dianggap lazim bagi generasi penerus, dan ini merupakan salah satu dampak negatif yang akan tersalur dalam pemikiran anak-cucu bangsa. Siswa sebagai insan terpelajar telah mendapatkan kesempatan seluasluasnya untuk mempelajari penggunaan bahasa yang baik dan benar. Hal ini memiliki konsekuensi, bahwa mereka harus mampu menggunakan bahasa dalam berbagai kepentingan yang bersifat resmi baik tulis maupun lisan. Penggunaan ragam bahasa dalam bentuk lisan secara resmi atau formal dapat
4
kita temukan dalam kegiatan-kegiatan akademik, misalnya: sidang penelitian (munaqasah), seminar pendidikan, presentasi, pidato kenegaraan dan lain sebagainya. Sementara penggunaan ragam bahasa tulis dapat kita temukan pada tulisan-tulisan yang bersifat akademik. Misalnya penulisan hasil penenlitian pendidikan : karya tulis, skripsi, desertasi dan tesis. Contoh-contoh tulisan tersebut di atas dapat ditulis dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah penulisan bahasa apabila penulisnya sudah terlatih dengan baik. Pelatihan-pelatihan dapat dilakukan dengan cara membuat tulisan yang ringan terlebih dahulu. Misalnya, menulis sebuah karangan. Menulis sebuah karangan memang mudah jika menulis dengan tidak memerhatikan kaidah bahasanya. Berbeda dengan penulisan yang mengikuti kaidah bahasa yang telah ditentukan. Dalam hal ini, untuk menghasilkan sebuah karangan yang baik dan benar, siswa harus memahami dan menguasai beberapa aturan dalam penggunaan bahasa. Misalnya, penggunaan kata berimbuhan dalam kalimat. Hal ini wajar karena jika penggunaan kata berimbuhan yang tidak tepat, maka makna dan maksud yang terkandung dalam kalimat-kalimat pada karangan tersebut tidak akan tersampaikan kepada pembaca dengan maksimal, bahkan mungkin pembaca bisa salah tafsir atau terjadi kekeliruan makna pada kata berimbuhan tersebut. Dalam kajian morfologi kata merupakan satuan bahasa terbesar, sedangkan dalam kajian sintaksis merupakan satuan bahasa terkecil yang bermakna dalam pembentukan kalimat atau satuan sintaksis lainnya. Sebagai satuan bahasa terbesar dan dibentuk melalui salah satu proses morfologi yaitu
5
afiksasi kata diproses dengan cara membubuhkan afiks pada bentuk dasar. Berdasarkan tata bentuk bahasa indonesia menuliskan bahwa jenis/bentuk morfem imbuhan dibagi atas 4 bagian, antara lain adalah imbuhan awal (prefiks), imbuhan tengah (infiks), imbuhan akhir (sufiks), dan imbuhan terbelah (konfiks). Khusus mengenai proses pembentukan kata melalui afiksasi atau pembubuhan afiks (imbuhan), pada umumnya sangat berpotensi mengubah makna dan bentuk kata. Sebagai contoh, dapat dilihat pada kata-kata:baca, putih, batu, dan sebagainya. Jika kata-kata itu dibubuhi afiks menjadi kata membaca, pembaca, terbaca, dan sebagainya. Demikian pula terhadap kata putih dan batu. Maka makna dan bentuk kata-kata tersebut akan berubah, misalnya: baca (melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis), membaca (mengeja atau melafalkan apa yang tertulis), terbaca (telah dibaca; dapat dibaca), dan sebagainya. Jadi proses pengimbuhan afiks atau afiksasi sangat penting dan memerlukan ketelitian karena jika salah akan menjadi makna dan bentuknya tidak komunikatif. Terdapat pula beberapa kekeliruan yang terjadi dalam penulisan kata berimbuhan yang terdapat pada sebuah kalimat antara lain sebagai berikut. 1. “Mohon maaf, saya tidak bisa hadir, semalam saya ketiduran”. 2.
“Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa”.
Pembahasan: Kata yang cetak miring adalah contoh kata berimbuhan yang keliru
6
penggunaan dan penulisannya. Kata (ketiduran) pada kalimat (1) keliru, dalam hal ini penggunaan kata dalam kalimat. Kata yang tepat digunakan adalah tertidur, karena secara gramatikal makna konfiks ke-an tidak sama dengan prefiks ter- pada kata dasar “tidur”. Konfiks ke-an pada kata ketiduran mempunyai makna terkena (tidur). Sedangkan prefiks ter- pada kata tertidur mempunyai makna tidak sengaja. Untuk itu, kata berimbuhan yang sesuai dengan konteks kalimat (1) adalah tertidur yang secara gramatikal memiliki makna tidak sengaja. Pembenaran: 1. “Mohon maaf,
kemarin saya tidak bisa hadir, karena semalam saya
tertidur ”. Kata (kehadirat) pada kalimat (2) keliru, dalam hal ini penulisannya. Kata yang tepat dapat ditulis “ke hadirat”, karena secara gramatikal makna prefiks ke- adalah tidak sengaja, dapat di (dasar) dan kena (dasar). Sedangkan ke- pada kata kehadirat mempunyai makna menunjuk (hadirat). Untuk itu, kata berimbuhan yang sesuai dengan konteks kalimat (2) adalah ke hadirat yang secara gramatikal memiliki makna kepada hadirat. Pembenaran: 2.
“Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa”. Berdasarkan kenyataan tersebut, karya tulis, dalam hal ini karangan sebagaimana diketahui, merupakan hasil pekerjaan dari mengarang, yang telah disepakati termasuk suatu tulisan resmi dalam pemakaian bahasa.
7
Tidak dapat dipungkiri, selain karya tulis yang resmi, juga merupakan suatu karya tulis yang berpotensi dalam usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Namun, yang
masih menjadi pertanyaan apakah karya tulis, dalam hal ini karangan siswa (anak didik), sudah patut menjadi panutan berbahasa yang baik dan benar? Apakah sudah menerapkan kaidah-kaidah morfologis dalam menggambarkan/melukiskan objek-objeknya? Apakah kalimat yang tersususn dalam karangan deskripsi siswa sudah efektif? Apakah kalimatkalimat yang digunakan sudah dapat difahami oleh pembaca? Berdasarkan tujuan penyajiannya, karangan dibedakan menjadi lima jenis, yaitu karangan deskripsi, argumentasi, narasi, eksposisi, dan karangan persuasi. Di antara kelima jenis karangan tersebut, karangan deskripsi merupakan salah satu jenis karangan yang umum digunakan oleh para penulis. Karangan deskripsi dianggap mudah bagi penulis (siswa) dalam proses pengembangannya, selain itu banyak hal yang dapat dideskripsikan (keadaan, peristiwa seseorang). Dengan deskripsi tersebut, penulis mengajak pembaca untuk menikmati dengan pancaindera apa yang dirasakannya Bertolak dari uraian di atas, penulis tertarik pada salah satu jenis karangan yang terdapat dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, yakni karangan deskripsi. Penulis juga memilih karangan deskripsi siswa sebagai objek penelitian.. Sering kali guru kurang memerhatikan struktur morfologinya terutama menyoroti afiksasi atau kata berimbuhan pada
8
karangan tersebut. Pada saat seseorang membaca karangan deskripsi, pertama kali yang Ia baca adalah objek yang dideskripsikan tersebut. Setelah selesai dibaca, kemudian tulisan akan dimasukan ke dalam atau dibiarkan begitu saja, bahkan mungkin akan dibuang. Jarang sekali seorang pembaca meneliti kebahasannya, padahal belum tentu setiap karangan tidak terdapat kesalahan. Kesalahan bisa terjadi pada penulisan atau penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Tidak terdapatnya kekohesian pada karangannya juga kaidah gramatikalnya yang kurang diperhatikan khususnya pada bidang kajian morfologi yaitu afiks pada kata kerja yang berupa prefiks atau imbuhan awal yang sering dihilangkan. Selain itu masih banyak kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam proses penulisan karangan deskripsi, diantaranya: kalimat-kalimat yang digunakan tidak efektif, objek yang disajikan dalam karangan tersebut tidak terdeskripsikan dengan baik, pemakaian bahasa yang tidak baik dan benar, dalam hal ini bahasa yang digunakan bukan bahasa baku, melainkan bahasa sehari-hari, dan lain sebagainya. Penelitian ini dibatasi pada masalah kesalahan pembentukan kata berimbuhan (afiks) yang mencakup; (1) penanggalan awalan me- , (2) penanggalan awalan ber-, (3) peluluhan bunyi /c/, (4) penyengauan kata dasar, dan (5) bunyi /k/, /p/, /t/, dan /s/ yang tidak luluh, (6) awalan ke- keliru, dan (7) pemakaian akhiran -ir. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah pemakaian kata berimbuhan (afiks) dan persentase tingkat kekeliruan pembentukan kata berimbuhan dalam karangan deskripsi.
9
Sehubungan dengan uraian yang telah dikemukakan di atas, alasan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan kata berimbuhan (afiks) pada karangan deskripsi siswa kelas x jurusan UJP SMK Nusantara ciputat-tangerang tahun ajaran 2011-2012. Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis tuangkan dalam skripsi yang berjudul “Analisis Kata Berimbuhan dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMK Nusantara Tahun Pelajaran 2011-2012.” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis akan mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. rendahnya
pemahaman
siswa
mengenai
kaidah
pemakaian
kata
berimbuhan (afiks) dalam karangan deskripsi, 2. rendahnya
pengetahuan siswa
tentang kekeliruan-kekeliruan pada
pembentukan kata berimbuhan dalam karangan deskripsi, 3. terdapat beberapa kekeliruan dalam memakai kata berimbuhan dalam karangan deskripsi, dan 4. rendahnya tingkat apresiasi guru terhadap hasil karya siswa.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan adalah bagaimanakah penggunaan kata berimbuhan (afiks asli bahasa Indonesia) dalam karangan deskripsi siswa kelas x UJP SMK Nusantara di Ciputat, Tangerang tahun pelajaran 2011-2012?
10
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini untuk mendeskripsikan penggunaan kata berimbuhan (afiks) pada karangan deskripsi siswa kelas X jurusan UJP SMK Nusantara, Ciputat, Tangerang tahun pelajaran 2011-2012.
E. Manfaat Penelitian Kegiatan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi yang bergelut dalam dunia pendidikan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Dengan adanya penelitian ini, manfaat bagi peneliti di antaranya dapat
meningkatkan
kualitas
ilmu
pendidikan
dan
mampu
mengaplikasikannya. Selain itu, peneliti dapat memahami berbagai problematika yang terjadi dalam penggunaan kata berimbuhan pada karangan deskripsi dan dapat menemukan solusi yang berkaitan dengan kesalahan pembentukan kata berimbuhan (afiks). Selain itu, dapat memberikan rekomendasi atas hasil temuan yang kiranya dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran pada tingkat yang sama. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi pendidik (guru) Bagi pengajar atau guru bahasa Indonesia diharapkan dapat memperbanyak wawasan dan menambah alternatif pembelajaran pembentukan kata berimbuhan (afiks) dalam karangan deskripsi dengan tepat dan cermat.
11
b. Manfaat bagi peserta didik (siswa) Bagi siswa atau peserta didik menambah pemahaman dan wawasan tentang penggunaan kata berimbuhan dalam karangan deskripsi secara tepat, sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori 1. Hakikat Kata Istilah kata sering didengar dan digunakan. Para linguis yang bergelut dengan kata, hingga dewasa ini, belum pernah memunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang disebut kata. Menurut para ahli bahasa tradisional, pengertian kata pada umumnya adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua spasi, dan memunyai satu arti. Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Dalam bahasa ada bentuk (seperti kata) yang dapat “dipotongpotong” menjadi bagian yang lebih kecil, yang kemudian dapat dipotong lagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi sampai ke bentuk yang, jika dipotong lagi, tidak memunyai makna. 1 Kata memperbesar, misalnya, dapat kita potong sebagai berikut: Mem-perbesar Perbesar Jika kata besar dipotong lagi, maka be- dan –sar masing-masing tidak memunyai makna. Bentuk mem-, per-, dan besar disebut morfem. Morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang memunyai makna
1
Hasan Alwi, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 2003),
hlm.28.
12
13
secara relatif stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian makna yang lebih kecil.2 Harimurti Kridalaksana menunjukkan bahwa suatu kata terbentuk melalui proses morfologis yang bersifat interaktif. Artinya, pembentuk kata tersebut (leksem-leksem) yang mengalami proses morfologis dan menjadi kata dapat kembali ke dalam leksikon dan lalu mengalami proses morfologis lagi kemudian menjadi kata „baru„.3 Sementara Abdul Chaer mengemukakan bahwa definisi kata berbeda berdasarkan tataran / bidang kajiannya.4 Dalam kajian/tataran morfologis, kata merupakan satuan bahasa terbesar dan dalam sintaksis kata merupakan satuan bahasa yang terkecil dalam pembentukan kalimat atau satuan sintaksis yang lainnya. Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa kata merupakan satuan bahasa yang hanya akan terbentuk dengan adanya proses morfologis. Morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.5 Suatu kata yang sudah terbentuk tidak semata-mata jadi dan siap pakai. Artinya, pemakaian kata dalam merangkai suatu kalimat tidak cukup hanya dengan kata dasar saja, tetapi merlukan kata-kata yang berbentuk lain, dalam hal ini misalnya kata berimbuhan (afiks). Oleh karena itu, dalam kajiannya kata
akan
mengalami
proses
morfologis
yang
interaktif,
yaitu
pembentukan kata baru dari kata yang sudah terbentuk.
2
Pusat bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 2008),
hlm.755. 3
Harimurti Kridakahsana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia (Jakarta:PT. Gramedia, 1986), hlm.34-35. 4 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2008), hlm.7-8. 5 Samsuri, Analisis Bahasa (Malang:Erlangga, 1987), hlm.188.
14
2. Hakikat Kata Berimbuhan (Afiksasi) Berkomunikasi
merupakan
suatu
media
dalam
rangka
menyampaikan pesan atau informasi dari seseorang/kelompok kepada orang lain/kelompok lain. Pesan akan dapat diterima dengan baik oleh pendengar apabila komunikasi yang terjadi berjalan dengan lancar. Kelancaran komunikasi terjadi apabila susunan-susunan bahasa yang digunakan oleh komunikan komunikatif, selain itu bahasanya juga harus baik dan benar. “Komponen-komponen dalam berbahasa adalah kata, bentuk kata, dan ungkapan. Agar dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar, bentuk-bentuk kata perlu diperhatikan. Bentuk kata terdiri atas kata dasar, kata berimbuhan dan kata majemuk” (suwandi dan Rohmadi, 2008: 33).6 Wujud morfem afiks atau morfem imbuhan walaupun sudah banyak diketahui oleh setiap orang, namun tingkat keterfahamannya masih kurang, terutama penggunaannya dalam komunikasi baik lisan maupun tulis. Sehingga ini menjadi dilema bagi para pengajar bahasa. oleh karena itu perlu ditegaskan kembali apa sebenarnya afiks “afiksasi” itu. Afiksasi adalah peristiwa pembentukan kata dengan jalan membubuhkan afiks pada bentuk dasar.7 Perlu diketahui bahwa wujud dari bentuk dasar ada yang berupa pokok kata, misalnya: tatar, gigit, temu dan baca; ada yang berupa kata tunggal, misalnya: batu, gergaji, marah, dan sakit (dalam kata membatu, menggergaji, pemarah, dan penyakit); dan ada yang berupa kata majemuk (kompleks), misalnya babi buta, anak tiri, dan kambing hitam. 6
Sarwiji Suwandi dan Nuhammad Rohmadi, Maju Bersama Bahasa Indonesia (Solo:PT.Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), cet. 1, hlm.33. 7 Masnur Muslich, Tata Bentuk bahasa Indonesia (Jakarta:Bumi aksara, 2008), hlm. 38.
15
Morfem imbuhan dalam bahasa Indonesia tergolong ke dalam morfem terikat. Penggunaan morfem imbuhan selalu bergandeng atau digandengkan dengan morfem lain. Dengan kata lain imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, dan gabungan) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.8 Morfem-morfem yang dilekati morfem imbuhan ini ada yang berbentuk bebas ada pula yang berbentuk terikat. Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia mengikuti pola yang rapi dan teratur dan bentukanbentukan kata tersebut memiliki hubungan antara satu dengan yang lainnya.9 a. Jenis-Jenis Imbuhan (Afiks) Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan (afiksasi). Imbuhan atau afiks adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk pembentukan kata.10 Hasil dari proses pengimbuhan itu disebut kata berimbuhan atau kata turunan. Imbuhan (afiks) menurut posisinya terbagi ke dalam empat bentuk. 1) Awalan atau Prefiks Awalan (prefiks) adalah afiks yang dibubuhkan di kiri atau sebelum bentuk dasar. Jenisnya adalah sebagai berikut : meN-, ber, di-, ter-, peN-, per-, se-, dan ke-. Awalan (prefiks) memiliki
8
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdiknas,Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan & Pedoman Umum Pembentuka Istilah (Bandung:Yrama Widya, 2009) hlm.20. 9 E. Zaenal Arifin dan Farid Hadi, 1001 Kedalahan Berbahasa (Jakarta:Akademika Pressindo, 2009), hlm.68. 10 Achmad HP, Linguistik Umum (Jakarta: Depdikbud, 1996), cet.1, hlm.68.
16
bentuk atau veriasi yang berbeda-beda sesuai dengan fonem bentuk dasar yang dibubuhinya. Bentuk semacam itu dikenal dengan istilah alomorf. Awalan meN- memiliki alomorf mem-, me-, meny-, meng-, menge-, awalan ber- memiliki alomorf be- dan bel-, awalan peNjuga memiliki alomorf seperti awalan me- antara lain : pem-, peng, peny-, dan penge. Selanjutnya awalan yang memiliki alomorf adalah awalan ter- yaitu te- dan tel-, dan awalan per- hanya memiliki dua alomorf yaitu pe- dan pelContoh: No
Bentuk dasar
Imbuhan (prefiks)
Kata berimbuhan
1
cair
men-
mencair
2
diskusi
ber-
berdiskusi
3
rawat
di-
dirawat
4
pandai
ter-
terpandai
5
tari
pen-
penari
6
istri
per-
peristri
7
bulan
se-
sebulan
8
tua
Ke
ketua
2) Sisipan atau Infiks Sisipan (infiks) adalah afiks yang dibubuhkan di tengah bentuk dasar, dan biasanya pada awal suku kata. Jenisnya adalah sebagai berikut: -el, -em, -er-, dan –in-
17
Contoh: No
Bentuk dasar
Imbuhan (prefiks)
Kata berimbuhan
1
tunjuk
-el-
telunjuk
2
kilau
-em-
kemilau
3
gigi
-er-
gerigi
4
sambung
-in-
sinambung
3) Akhiran atau Sufiks Akhiran (sufiks) adalah afiks yang dibubuhkan di kanan atau sesudah bentuk dasar. Jenisnya adalah sebagai berikut: -kan, -an, i, dan –nya dan imbuhan akhir (sufiks) hasil dari serapan yaitu: man, -wan, -wati, -i, -wi, -iah, -is, if, -isme, -isasi, -or, -logi,Contoh: No
Bentuk dasar
Imbuhan (prefiks)
Kata berimbuhan
1
baca
-kan
bacakan
2
bulan
-an
bulanan
3
gula
-i
gulai
4
luas
-nya
luasnya
5
budi
-man
budiman
6
usaha
-wan
usahawan
7
karya
-wati
karyawati
8
insan
-i
insani
9
alami
-iah
alamiah
10
agama
-is
agamis
11
produk
-if
produktif
12
egois
-isme
egoism
13
nasional
-isasi
nasionalisasi
14
bio
-logi
biologi
15
proklamasi
-or
proklamator
18
4) Konfiks Konfiks adalah afiks yang dibubuhkan di kiri dan di kanan bentuk dasar secara bersamaan. Jenisnya adalah sebagai berikut: ke-an, per-an, peN-an, ber-an, se-R-nya, me-kan, di-kan, diper-kan, memper-kan, di-i, pe-an , dan me-i Contoh: No
Bentuk dasar
Imbuhan (prefiks)
Kata berimbuhan
1
ada
ke-an
keadaan
2
rumah
per-an
perumahan
3
cuci
pen-an
pencucian
4
jatuh
ber-an
berjatuhan
5
pintar
se-nya
sepintar-pintarnya
6
letak
me-kan
meletakkan
7
mandi
di-kan
dimandikan
8
debat
diper-kan
diperdebatkan
9
soal
memper-kan
mempersoalkan
10
cinta
di-i
dicintai
11
kirim
pe-an
pengiriman
12
milik
me-i
memiliki
Selain keempat yang disebutkan di atas, terdapat juga jenis imbuhan berdasarkan asalnya, yakni imbuhan serapan, yaitu imbuhan yang diserap dalam bahasa asing. Imbuhan tersebut,di antaranya adalah sebagai berikut. a) Dari bahasa Arab:-ah, -i.Fungsinya sebagai penbentuk atau penanda kata sifat. Contohnya:manusiawi, alamiah, alami
19
b) Dari bahasa Sansekerta -man, -wan, -wati. Fungsinya sebagai pembentuk kata benda Contohnya:budiman, wartawan, peragawati. c) Dari bahasa Inggris:-is, -if, -al. Fungsinya sebagai pembentuk kata sifat. Contohnya:egois, deskriptif, formal. Selanjutnya,
terdapat
juga
jenis
imbuhan
berdasarkan
fungsinya. Dalam hal ini imbuhan dapat berfungsi sebagai pembentuk kata „baru‟ dari kata yang sudah ada, misalnya kata kerja menjadi kata benda atau sebaliknya. Sebagai suatu proses, pemerian afiks lebih tepat dimulai dengan afiks pembentuk verba dan diikuti oleh afiks pembentuk nomina serta pembentuk kelaskelas lain.11 a) Afiks sebagai pembentuk kata kerja (verba), yakni: me-, meN-, ber-, di-, ter-, ter-i, men-kan, meN-i, di-kan, di-i, ter-kan, dan ke-an. Imbuhan
Bentuk dasar
Kelas
Bentuk berimbuhan
Kelas hasil bentukan
me-
laut
benda
melaut
kerja
di-
paku
benda
dipaku
kerja
ter
pahat
benda
terpahat
kerja
ber-
sepeda
benda
bersepeda
kerja
men-i
sakit
sifat
menyakiti
kerja
di-kan
buku
benda
dibukukan
kerja
11
Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia (Jakarta:PT. Gramedia, kerja2009), hlm. 37.
20
ter-i
pagar
benda
terpagari
kerja
me-kan
tinggi
sifat
meninggikan
kerja
ter-kan
kendali
benda
terkendalikan
kerja
di-i
marah
sifat
dimarahi
kerja
ke-an
lelah
sifat
kelelahan
kerja
b) Afiks sebagai pembentuk kata benda (nomina), yakni:peN-, pe-, per-, -an, -wan, ke-an, peN-an, per-an, -elImbuhan
Bentuk dasar
Kelas
Bentuk berimbuhan
Kelas hasil bentukan
pen-
tulis
kerja
penulis
benda
pe-
suruh
kerja
pesuruh
benda
per-
tapa
kerja
pertapa
benda
-an
timbang
kerja
timbangan
benda
-wan
olahraga
kerja
olahragawan
benda
ke-an
bersih
sifat
kebersihan
benda
pen-an
beri
kerja
pemberian
benda
per-an
buat
sifat
perbuatan
benda
-el-
tunjuk
kerja
telunjuk
benda
c) Afiks sebagai pembentuk kata sifat ( adjektiva), yakni:men-, ber-, ter-, peN, ke-an, -em-, dan imbuhan akhir asing.
Imbuhan
Bentuk dasar
Kelas
Bentuk berimbuhan
Kelas hasil bentukan
men-
kantuk
kerja
mengantuk
sifat
ber-
satu
benda
bersatu
sifat
ter-
ikat
kerja
terikat
sifat
pen-
takut
sifat
penakut
sifat
ke-an
girang
sifat
kegirangan
sifat
-em-
getar
sifat
gemetar
sifat
21
-i
alam
sifat
alami
sifat
-if
produksi
kerja
produktif
sifat
-is
nasional
sifat
nasionalis
sifat
-iah
ilmu
benda
ilmiah
sifat
-wi
manusia
benda
manusiawi
sifat
-ik
patriot
sifat
patriotik
sifat
-il
prinsip
benda
prinsipiil
sifat
-al
individu
benda
individual
sifat
-ni
gereja
benda
gerejani
sifat
d) Afik sebagai pembentuk kata keterangan (adverbial), yakni:nya, se-nya, se-R-nya. Imbuhan
Bentuk dasar
Kelas
Bentuk berimbuhan
Kelas hasil bentukan
-nya
agak
keterangan agaknya
keterangan
se-nya
baik
sifat
sebaiknya
keterangan
se-r-nya
indah
sifat
seindah-indahnya
keterangan
e) Afiks sebagai pembentuk bilangan (numeralia), yakni:se- , -an, ke-, ber-, dan ber-R Imbuhan
Bentuk dasar
Kelas
Bentuk
Kelas hasil
berimbuhan
bentukan
ke-
lima
bilangan
kelima
bilangan
se-
lusin
bilangan
selusin
bilangan
-an
juta
bilangan
bilangan
bilangan
ber-
dua
bilangan
berdua
bilangan
ber-r
ratus
bilangan
beratus-ratus
bilangan
Jenis kata berimbuhan yang lain adalah kata berimbuhan yang berdasarkan maknanya. Antara lain sebagai berikut.
22
a) Bermakna pelaku; bidang bekerja, yakni:pe-, -or, -man, -wan. Contoh: Bentuk dasar
Imbuhan
Bentuk berimbuhan
tulis
pe-
penulis
proyek
-or
proyektor
seni
-man
seniman
ilmu
-wan
ilmuwan
b) Bermakna alat, yakni:pe-, -an, pe-an Contoh: Bentuk dasar
Imbuhan
Bentuk berimbuhan
potong
pe-
pemotong
timbang
-an
timbangan
dengar
pe-an
pendengaran
c) Bermakna tempat, yakni:-an, pe-an, per-an. Contoh: Bentuk dasar
Imbuhan
Bentuk berimbuhan
kubang
-an
kubangan
mandi
pe-an
pemandian
henti
per-an
perhentian
d) Berrmakna perbuatan, yakni:me-, ber-, di-, me-kan, me-i, dikan, di-i, ber-kan. Contoh: Bentuk dasar
Imbuhan
Bentuk berimbuhan
baca
me-
membaca
tamu
ber-
betamu
makan
di-
dimakan
beri
me-kan
memberikan
jelajah
me-i
menjelajahi
23
terang
di-kan
diterangkan
sinar
di-i
disinari
datang
ber-an
berdatangan
e) Bermakna keadaan, yakni:me-, ber-, ke-an. Contoh: Bentuk dasar
Imbuhan
Bentuk berimbuhan
turun
me-
menurun
bahagia
ber
berbahagia
hujan
ke-an
kehujanan
f) Bermakna memunyai sifat, yakni:per-, -an, -wan/-man, -i, --wi, -is, -iah. Contoh: Bentuk dasar
Imbuhan
Bentuk berimbuhan
maaf
pe-
pemaaf
asin
-an
asinan
rupa
-wan/-man
rupawan
insan
-i
insane
syurga
-wi
syurgawi
rasional
-is
rasionalis
alami
-iah
alamiah
g) Bermakna jumlah, yakni:se- dan keContoh: Bentuk dasar
Imbuhan
Bentuk berimbuhan
helai
se-
sehelai
lima
ke-
kelima
24
b. Penggunaan Imbuhan Imbuhan digunakan dengan cara dibubuhkan pada bentuk dasar dan pembubuhannya pun disambungkan lekat dengan benduk dasarnya.12 1) Awalan (prefiks) a) meAwalan me- memiliki variasi bentuk, yakni: me-, mem-, men-, meng-, meny-, dan menge sekarang lazim disebut sebagai alomorf, jadi morfem m e- memiliki alomorf mem-, men-, meny-, meng-, menge-. Variasi tersebut tergantung pada fonem awal bentuk dasar yang dibubuhinya. Variasi (alomorf) me-
mem-
meng
12
Fonem
Contoh
l
melirik
m
memasak
n
menanti
ng
menganga
r
merawat
w
mewangi
b
membuka
p
memukul
a
mengambil
i
mengisap
u
mengukur
e
mengeja
o
mengolah
g
menggali
k
menguat
kh
mengkhayal
Anonim, Intisari Kebahasaan dan Sastra Indonesia(Jakarta:Depdiknas.2008),hlm.14.
25
menmeny-
d
mendidik
t
menulis
s
menyapu menyuap
menge-
bersuku kata satu
mengebom mengecat
b) berPenggunaan awalan ber memiliki kaidah-kaidah sebagai berikut: (1) Apabila diikuti bentuk dasar berhuruf awal /r/ atau suku kata pertama berakhiran /er/, maka awalan ber- menjadi beContoh:
ber + rambut = berambut ber + kerja = bekerja
(2) Awalan ber- memiliki makna sebagai berikut: (a) Melakukan perbuatan:bernyanyi, berdiskusi (b) Memunyai:beratap, beruang (c) Memakai/menggunakan/mengendarai:berpakaian, bersepeda (d) Mengeluarkan/menghasilkan:bertelur, beranak, berbau, berkata (e) Berada dalam keadaan:bergegas, berbaring (f) Menyatakan sikap mental/sifat:berbahagia, berhati-hati (g) Menyatakan ukuran, jumlah:berdua, bertahun-tahun. (3) Apabila bertemu dengan kata dasar „ajar‟, ber- berubah menjadi bel.
26
Contoh:ber + ajar + belajar13 (4) Apabila diikuti kata dasar selain kaidah di atas, ber- tidak menmgalami perubahan bentuk. Contoh :
ber + balik = berbalik ber + diskusi = berdiskusi
Dalam bahasa Indonesia, penggunaan imbuhan bermemiliki variasi bentuk sesuai dengan kata dasar yang diimbuhinya. Variasi tersebut lazim disebut dengan alomorf. Alomorf adalah anggota morfem yang sama, yang variasi bentuknya
disebabkan oleh pengaruh lingkungan
yang
dimasukinya.14 Salah satu morfem yang memiliki alomorf adalah ber-, yakni ber-, bel-, dan be-. Dalam penggunaannya, alomorf tidak hanya terdapat pada tata bahasa bahasa Indonesia saja, akan tetapi dalam tata bahasa bahasa Inggris pun demikian. Hal ini dapat penulis temukan dalam salah satu bukunya Andrew „Modern Linguistics Series’, beliau mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara morfem
dengan alomorfnya.
The
relationship
between
morphemes, allomorphs, dan morphs can be represented using a diagram in the following way: 15
13
Ibid., hlm 16. Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka. 2008), hlm. 32. 15 Andrew Spencer, Modern Linguistics Series, (England:Kind Permission Of J. W. Spear and Son PLC, Enfield EN3 7TB, 1994), hlm. 26. 14
27
Morphem (Past Tense)
Allomorph
Allomorph
Allomorph
Morph /d/
Morph/t/
Morph /td/
Contoh : Kiss = kist Sweep= swept c) diAwalan
di-
memiliki
makna
perbuatan
pasif.
Penggunaannya adalah serangkai dengan bentuk dasarnya. Contoh:di + makan = dimakan di + tulis = ditulis di + tolong = ditolong Beberapa kata akan memiliki arti beda jika ditulis terpisah. Kata-kata tersebut khusus untuk kata dasar yang dapat berfungsi sebagai kata benda (petunjuk tempat) sekaligus kata kerja.16 Contoh:
16
dibalik
= bentuk pasif dari membalik
di balik
= di bagian sebaliknya
Muhammad Sadikin dkk, EYD (Bekasi:Laskar Aksara, 2011), hlm. 58.
28
dikarantina
= bentuk pasif mengarantina
di karantina
= di (tempat) karantina
disalib
= bentuk pasif dari menyalib
di salib
= di (atas) salib.
d) terAwalan ter- memiliki alomorf te-, ter-, dan tel. (1) ter- berubah menjadi te- apabila dibubuhkan dengan kata dasar yang memiliki fonem awal /r/ dan beberapa suku kata pertamanya berakhiran /er/. Contoh :ter + rapih=terapih (2) Awalan ter- ynag berubah menjadi tel sangat terbatas , ini hanya terjadi pada bentuk-bentuk dasar tertentu saja, antara lain pada kata „antar‟ dan „anjur‟. Contoh:ter + lantar = telantar ter + anjur = telajnur (3) Selain dari ketentuan ter- di atas, awalan ter-tidak mengalami perubahan. Contoh:ter + ambil = terambil ter + pakai = terpakai ter + tulis = tertulis Awalan ter- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif seperti halnya awalan di-. Contoh:terbawa, terinjak, terambil dll. Selain itu awalan ter- ada juga yang berfungsi sebagai
29
pembentuk kata sifat yaitu, terpandai, tercantik dan lain-lain. Makna awalan ter(1) Sudah di atau dapat di:tertulis, terbaca; (2) Perbuatan tidak disengaja:terambil, terinjak; (3) Tiba-tiba:terrjatuh, teringat; (4) Dapat/kemungkinan;terankat, ternilai; (5) Paling:tertua,tertua; (6) Sampai ke:terulang,terbuka. e) pePenggunaan
awalan
pe-
sesuai
dengan
fonem
yang
dibubuhinya, awalan pe- memiliki beberapa alomorf sama seperti awalan me-, yaitu:pe-, pen-, pem-, peng-, peny-, dan penge. Awalan me- sebagai kata kerjanya, sedangkan awalan pe- sebagai kata bendanya. Selain itu, awalan pe- juga ada yang dipengaruhi oleh awalan berContoh:17
17
hlm. 86.
me-
pe-
men-
pen-
merawat
perawat
menari
penari
melukis
pelukis
menjua l
penjual
meng-
peng-
meny-
peny-
mengarang
pengarang
menyapu
penyapu
menggali
penggali
menyusun
penyusun
M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif (Yogyakarta:UP. Karyono, 1985),
30
menge-
penge-
ber-
pe-
mengetik
pengetik
berdagang
pedagang
mengecat
pengecat
berlayar
pelayar
Awalan pe- memiliki makna sebgai berikut : (1) yang melakukan perbuatan:penulis, pembaca, pelukis (2) bidang pekerjaan:petinju, pedagang, pengusaha (3) alat:penggaris, pengeruk, pemukul (4) memiliki sifat:pemalu, pemaaf, pemberani (5) penyebab:pemanis, perbesar, pelebar. f) perPenggunaan awalan per- sesuai dengan fonem bentuk dasar yang dibubuhinya, awalan per- memiliki alomorf per- dan pe-. Awalan ini tidak bisa digunakan secara mandiri, akan tetapi selalu membutuhkan imbiuhan yang lainnya. Misalnya, -kan dan -an. Contoh :
per-kan + timbang
= pertimbangkan
per-an + usaha
= perusahaan
Awalan per- memiliki arti: (1) menjadikan, membuat jadi sesuatu:perbudak, perhamba (2) memanggil, atau menganggap sebagia:pertuan, peradik (3) membgai, membuat jadi dua:perdua, perlima (4) membuat lebih:pertinggi, perbesar.
31
g) seAwalan se-, berawal dari sama dengan esa, yang berarti satu. Awalan se- memiliki makna sebagai berikut: (1) berati satu:sebuah, sebutir, seorang (2) berarti seluruh/seisi:sedesa, serumah, sekampung (3) berarti sama-sama:seperjuangan, seperguruan (4) sama dengan: setinggi ( gunung), sekuat (besi) (5) menyatakan waktu : sesudah, sebelum, sesampainya. h) kePenggunaan awalan ke- tidak produktif. Maksudnya, sedukit sekali kata berimbuhan yang dibentuknya. Makna awalan ke- adalah sebagai berikut: (1) bermakna tingkat atau kumpulan:kelima, keseratus (2) bermaknya yang di (dasar):ketua, kekasih. b. Sisipan (infiks) Sisipan atau imbuhan tengah adalah jenis imbuhan yang dibubuhkan di tengah kata dasar. Imbuhan yang termasuk ke dalam jenis ini adalah : -el-, -em-, -er- dan -in-. Penggunaaan sisipan umumnya tidak produktif. Pemakaiannya hanya terbatas pada katakata tertentu. Arti sisipan -el-, -em-, -er-, dan -in1) banyak dan bermacam-macam:gerigi, gemunung, temali 2) menyatakan gemerincing
terus-menerus:gemetar,
gemercik,
gemuruh,
32
3) mempunyai sifat seperti (dasar):gelembung, gemilang, temurun, telunjuk. 4) berkelanjutan: terus-menerus:sinambung. c. Akhiran (sufiks) 1) -kan dan -i Akhiran -kan dan –i sama-sama berfungsi membentuk kata kerja. Kedua imbuhan tersebut hanya digunakan dalam kalimat perintah saja, kecuali kalau ditambahkan awalam me- di- ter-, maka dapat membentuk suatu kata secara utuh sehingga imbuhan – kan dan -i dapat digunakan dalam konteks berita. Contoh : Coba kamu bacakan buku itu! Ajari dia cara membaca dengan baik dan benar!
Arti akhiran -kan adalah sebagai beriku: a) menyatakan perbuatan untuk orang lain:bacakan, tuliskan b) membuat jadi:tinggikan, besarkan c) tidak sengaja:termanfaatkan d) pengantar objek sebagai pengganti kata depan:bermandikan, bertaburkan. Arti akhiran –i adalah sebagai berikut: a) menyatakan perbuatan yang berulang-ulang:ajari, loncati b) memberi, membubuhi:bumbui, tandatangani,gulai c) menghilangkan:bului (membului ayam).
33
2) -an Imbuhan –an tidak memunyai variasi bentuk, karena morfem –an tidak mengalami perubahan dalam penggabungannya dengan unsur-unsur lain.18 Imbuhan –an memiliki fungsi pembentuk kata benda, dan memiliki makna sebagai berikut: a) menyatakan tempat:pangkalan, kubangan b) menyatakan alat:timbangan, hapusan c) menyatakan hal atau cara:didikan pimpinan d) menyatakan akibat atau hasil perbuatan:hukuman, balasan e) menyatakan sesuatu yang di (dasar):suruhan, catatan f) menyatakan seluruh, atau kumpulan:lautan, durian g) menyatakan tiap-tiap:bulanan, harian h) menyatakan mempunyai sifat (dasar):asinan, kuningan. 3) -nya Dalam pemakaiannya imbuhan -nya dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a) sebagai klitika, pengganti orang ke tiga tunggal, yang berarti pemilik contoh :
rumah + nya = rumahnya buku + nya = bukunya
b) sebagai akhiran berfungsi sebagai berikut: (1) membentuk kata benda:ramainya, dinginnya 18
Erin Komarudin dan (Bogor:Yudhistira, 2004). Hlm. 67
Atih Supriatih, Panduan Kreatif Bahasa Indonesia
34
(2) menjelaskan kata yang di depannya:ambilah obatnya (3) menjelaskan situasi:ia belajar dengan tekunnya (4) menyertai kata keterangan:agaknya, sebenarnya. Akhiran-akhiran hasil serapan Akhiran yang merupakan hasil serapan terbagi atas empat antara lain: 1) -man, -wan, dan wati. Ketiga akhiran tersebut merupakan serapan dari bahasa sansekerta dan memiliki fungsi penbentuk kata benda Arti imbuhan terebut adalah sebnagai berikut: (a) orang yang ahli:negarawan, rohaniwan (b) orang yang memiliki pekerjaan:usahawan, karyawati (c) orang yang memiliki sifat:rupawan, budiman. 2) -i, -iah, -wi,-is dan -if Akhiran tersebut berfungsi membentuk kata sifat dan mengandung makna memiliki sifat , misalnya:insan, alamiah, agamis, proterktif, manusiawi 3) -isme dan -isasi Arti akhiran tersebut adalah: (a) -isme, bermakna faham/ajaran:liberalisme, egiosme (b) -isasi, memiliki makna proses/hal yang berhubungan dengan (dasar):nasionalisasi, liberalisasi 4) -logi, menyatakan ilmu yang berhubungan dengan (dasar) : biologi, sosiologi, antropologi, psikologi
35
5) -or, menyatakan pelaku pada (dasar):moderator, proklamator, promotor. d. Gabungan (konfiks) Konfiks adalah imbuhan yang dibubuhkan di awal dan di akhir kata dasar. Imbuhan ini memiliki jenis sebagai berikut: 1) me-kan dan di-kan gabungan me-kan memiliki variasi (alomorf) sebagaiman yang dimiliki me-. arti imbuhan me-kan adalah sebagai berikut a) melakukan pekerjaan untuk orang lain:membacakan, memasakkan b) menyebabkan atau membuat jadi (dasar):memecahkan, menghancurkan c) melakukan perbuatan:menyemprotkan, menuliskan d) mengarahkan:meminggirkan, membelakangkan e) memasukan:memenjarakan. Untuk gabungan di-kan menyatakan perbuatan yang pasif, sebagai kebalikan dari me-kan. 2) memper-i Gabungan memper-i membentuk kata kerja dengan makna sebagai berikut: a) kausatif/menyebabkan sesuatu terjadi:memerbaiki b) intensitas pekerjaan terus menerus:memelajari. 3) ke-an Gabungan ke-an berfungsi sebagai pembentuk kata benda
36
misalnya:keamanan, kemanusiaan, keadilan, juga membentuk sebagai kata kerja misalnya:ketiduran dan kehujanan. Adapun makna yang terkandung dalam gabungan ke-an adalah sebagai berikut: a) suatu hal atau peristiwa yang telah terjadi:kewajiban b) menyatakan tempat atau daerah:kecamatan, kerajaan, kedutan c) menderita suatu (dasar) atau kena:kehujanan, ketiduran, kedinginan d) suatu perbuatan tidak sengaja:ketinggalan, keguguran e) menyatakan terlalu (dasar)kebesaran, ketinggian f) menyerupai
(dasar):kekanak-kanakan,
kemerahan,
kehijauan. 4) ber-an ber-an merupakan imbuhan yang memiliki funsi membentuk kata kerja dan memiliki makna saling (dasar). contoh:
ber + salam + an = bersalaman
ber + tatap + an = bertatapan 5) pe-an dan per-an Pe-an merupakan gabungan imbuhan yang memiliki variasi bentuk yang sama dengan awalan pe-, yakni pe-an, pen-an, pem-an, peng-an, peny-an, dan penge-an. Gabungan imbuhan ini memiliki keterkaitan makna dengan awalan me-
37
Contoh: pendidikan berkaitan dengan mendidik Pengendalian berkaitan dengan mengendalikan Fungsi gabungan pe-an adalah membentuk kata benda dan kata kerjanya awalan me-. Arti gabungan imbuhan pe-an antara lain: a) hal
yang
berhubungan
dengan
(dasar):penanaman,
penebanagn pendidikan b) prosers atau perbuatan:pendaftaran, pemberontakan c) hal (dasar):pengakuan, penyamaran d) alat (dasar):penciuman, pendengaran e) tempat (dasar):penampungan. Per-an, memiliki variasi gabungan yang sama dengan imbuhan per-, yakni per-an, pe-an, dan pel-an. Gabunmgan ini mempunyai keterkaitan makna dengan awalan ber-. Contoh:perhentian berkaitan dengan berhenti perkebunan berkaitan dengan berkebun. Fungsi per-an adalah membentuk kata benda dan kata kerjanya adalah awalan ber. Adapun arti daripada gabungan ini adalah sebagai berikut :19 a) perihal:perbukuan, peristilahan b) hasil perbuatan:pertahana, pernyataan c) menyatakan tempat:perhentian, percetakan d) menyatakan daerah:perkebunan, pertokoan 19
Anonim, Intisari Kebahasaan dan sastra Indonesia, (Jakarta: Depdiknas, 2008), hlm. 24.
38
e) menyatakan
jumlah/banyak:persyaratan,
peralatan,
perlengkapan. 6) ber-kan Arti gabungan ber-kan adalah sebagai beriku: a) memiliki/memakai:bersenjatakan, berdasarkan b) singkatan dari kata akan:berharapkan, bermimpikan c) sebagai pemanis:bersuntingkan, bertaburkan 7) ber-an arti gabungan ber-an antara lain: a) banyak pelaku:berdatangan, berlarian b) perbuatan yang diulang-ulang:bergulingan c) pekerjaan timbal-balik/saling:bersalaman, berpelukan. 8) se-nya Gabungan
se-nya
hanya
memiliki
satu
makna
yaitu
menyatakan superlative/tingkat paling yang dapat dicapai. Contoh: sepandai-pandainya, secantik-cantiknya. 3. Hakikat Karangan Ada beberapa ahli yang berpendapat mengenai definisi dari kata karangan. Hal tersebut akan penulis paparkan di bawah ini: Sebagai salah satu pendapat dikemukakan oleh Euis Honiarti, dkk. Beliau mengatakan bahwa Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan
39
bahasa.20 Sedangkan menurut ahli yang lain mengatakan bahwa karangan adalah salah satu tulisan yang merupakan hasil pekerjaan dari mengarang. Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa karangan dapat diartikan dengan rangkaian atau penyusunan ide atau buah pikiran dan perasaan ke dalam rangkaian kalimat secara teratur dengan satu kesatuan yang utuh. Karangan juga merupakan salah satu jenis tulisan resmi, yakni tulisan yang memerlukan ketelitian dalam pemakaian bahasanya. Mengarang dapat diartikan dengan merangkai atau menyusun ide atau buah pikiran dan perasaan ke dalam rangkaian kalimat secara teratur dengan satu kesatuan yang utuh. Karangan merupakan proses menulis. Sebagai suatu proses, penulisan karangan dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap pascapenulisan. Target penyusunan karangan adalah kerangka karangan, yakni kerangka tulis yang menggambarkan bagian-bagian karangan dalam bentuk yang sistematis.21 Karangan yang bersifat formal, seperti makalah penelitian, tesis, atau karangan ilmiah lainnya, menuntut beberapa persyaratan yang harus dipenuhi persyaratan itu meliputi isi, bahasa, dan teknik penyajiannya.22
20
Euis Honiatri dan E.Kosasih, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia (Bandung: Pustaka Setia,2003), hlm.129. 21 E. Kusnadi, H. Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia (Jakarta:FITK Pers, 2006), hlm.25. 22
Sabarti Akhadiat dkk, Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia (Jakarta:Erlangga, 1994), hlm. 6.
40
Jenis-Jenis Karangan Berdasarkan tujuan penyajiannya, karangan dibedakan menjadi lima jenis karangan, yaitu: karangan deskripsi, narasi, argumentasi, persuasi, dan karangan eksposisi. Sedangkan jenis karangan berdasarkan bentuknya adalah terbagi atas tiga jenis yaitu karangan berbentuk puisi, prosa, dan drama. Sementara jenis karangan berdasarkan masalah penyajiannya, karangan terbagi atas empat jenis, yaitu: karangan ilmiah, popular, popular ilmiah, dan surat. 4. Hakikat Karangan Deskripsi Karangan deskripsi adalah suatu karangan yang menggambarkan suatu objek dengan tujuan agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu.23 Sebuah karangan yang bertujuan melukiskan atau menggambarkan objek tertentu (keadaan, peristiwa seseorang) dengan tujuan agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan tersebut, Karangan deskripsi dianggap mudah bagi penulis (siswa) dalam proses pengembangannya, selain itu banyak hal yang dapat dideskripskan (keadaan, peristiwa seseorang). Dengan deskripsi tersebut, penulis mengajak pembaca untuk menikmati dengan pancaindera apa yang dirasakannya. a. Pendekatan Deskripsi Pendekatan deskripsi maksudnya adalah suatu metode yang akan dilakukan penulis dalam mendeskripsikan sesuatu. Pada saat 23
Euis Honiatri dan E. Kosasih, Op. cit., hlm.130.
41
menjelaskan/menggambarkan sesuatu, penulis mengharapkan agar pikiran pembaca dapat terpengaruhi oleh deskripsinya melalui pancaindera pembacanya. Dalam proses pembuatannya, mengarang yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu objek memiliki tiga alternatif pendekatan yang dapat dipilih oleh penulis sebelum membuat karangan tersebut. Pertama, pendekatan relistis yaitu deskripsi yang dibuat terhadap suatu objek yang tengah diamati dilukiskan seobjektif mungkin. Kedua, impresionalistis, yaitu pendekatan deskripsi untuk mendapatkan tanggapan emosional pembaca, ataupun kesan pembaca. Ketiga, pendekatan menurut sikap pengarang, yaitu bagaimana sikap penulis pada saat mendeskripsikan objeknya. b. Ciri-Ciri Karangan Deskripsi Sebagai pembeda dengan jenis karangan yang lain, karangan deskripsi memiliki beberapa ciri khusus yang dimilikinya, antara lain sebagai berikut: 1)
bersifat informatif
2)
pembaca diajak untuk menikmati sesuatu yang ditulis
3) susunan peristiwa tidak menjadi pertimbangan utama, yang penting pesan penulis tersampaikan kepada pembaca.24
24
Sarwiji Suwandi dan Rohmadi Muhammad,Maju Bersama Bahasa Indonesia. (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), hlm. 107.
42
c. Jenis-Jenis Karangan Deskripsi Karangan deskripsi dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu dskripsi benda atau orang, dan deskripsi tempat atau keadaan. Deskripsi benda atau orang yatiu deskripsi yang menggambarkan ciriciri suatu benda (orang). Penggambaran itu dapat dilakukan dengan cara menggambarkan keadaan fisik, watak secara psikologis, dan tindakan yang dilakukan oleh objek. Deskripsi tempat atau keadaan adalah deskripsi yang menggambarkan keadaan suatu tempat, terutama yang berhubungan dengan letak suatu benda. d. Rambu-Rambu Pendeskripsian Objek Tugas
utama
seorang
penulis
karangan
deskripsi
adalah
menghadirkan objek seobjektif mungkin, sehingga pembaca seolaholah
dapat
menghayati
objek
itu
sebagai
penghayatan
dan
pengalamannya sendiri. Oleh karena itu, penulis harus mengetahui rambu-rambu pendeskripsian yang benar, antara lain (1) menentukan apa yang akan dideskripsikan, (2) merumuskan tujuan pendeskripsian, (3) menetapkan bagian yang akan dideskripsikan, dan (4) merinci dan mensistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan. 5. Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan (Afiks) Pemerintah mempunyai aturan-aturan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Peraturan penulisan kata berimbuhan ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya, namun kenyataannya masih dapat ditemukan
43
beberapa kesalahan penulisannya. Menurut beberapa ahli, termasuk di dalamnya adalah guru bahasa berpendapat bahwa kesalahan berbahasa itu mengganggu pencapaian penggunaan bahasa.25 oleh karena itu, kesalahan yang sering dibuat oleh siswa harus dikurangi dan kalau bisa harus dihapuskan. Kesalahan yang terdapat pada bahasa bukan hanya terdapat pada pengajaran bahasa lisan saja, melainkan terdapat juga pada sistem penulisannya. Hal ini dapat diartikan bahwa bahasa tulis juga memerlukan analisis kesalahan. Dalam penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan beberapa kesalahan yang sering terjadi pada penulisan kata. Secara umum terdapat beberapa kesalahan yang terjadi pada pembentukan kata (afiksasi), antara lain:26 a. penanggalan awalan (prefiks) meb. penaggalan awalan (prefiks) berc. awalan (prefiks) ke- yang keliru d. pemakaian akhiran (sufiks) –ir yang keliru e. peluluhan bunyi /c/ f. penyengauan kata dasar g. bunyi huruf /k/, /s/, /t/, dan /p/ yang tidak luluh h. padanan yang tidak serasi i. pemakain di, ke, dari, daripada, dan terhadap
25
Henry Guntur dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa ( Bandung: Angkasa, 1990), hlm. 67 26 E. Zaenal Arifin S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia ( Jakarta : AKAPRES, 2009), hlm 39.
44
j. pemakaian akronim k. bentuk jamak dalam bahasa Indonesia.
B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian mengenai kesalahan pembentukan kata berimbuhan para pembelajar di jenjang menengah sampai ke perguruan tinggi antara lain ditulis oleh Daroe Iswatiningsih (2000), Elit Sinta Dewi (2010) , dan Wati Herawati (2008). Droe Iswatiningsih (2000) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia pada Karya Tulis Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Angkatan 1999/2000 Universitas Muhammadiyah Malang”, menguraikan tentang pentingnya bahasa dalam berkomunikasi baik bahasa lisan maupun tulis, penggunaan bahasa dalam berkomunikasi harus cermat dan teliti. Ia mengatakan bahwa latar belakang terjadinya kesalahan berbahasa Indonesia sangat beragam, seperti interferensi sampai dengan kompetensi penutur terhadap bahasa Indonesia. Adapun hasil analisis akhirnya adalah bahwa kesalahan yang sering dilakukan mahasiswa berkaitan dengan: 1) Ortografi (ilmu ejaan): a) ketidakmampuan membedakan penggunaan kata depan (di, ke) dengan (di) sebagai imbuhan, seperti pada kata "dinegaranegara", "diatas", "di antar", "diantara", "disamping", dan "kedalam"; b) penulisan unsur serapan yang tidak tepat, seperti pada kata "setandar" (standar), "positip" (positif), "aktifitas" (aktivitas); 2) bidang morfologi, yakni pada afiksasi (gabungan kata), seperti: ketidak pahaman (ketidakpahaman),
45
ketidak pastian (ketidakpastian); 3) sintaksis, yakni a) penyusunan kalimat yang diawali dengan kata penghubung, dan kalimat belum selesai, dan 4) Kata mubazir. Droe Iswatiningsih mengkaji secara keseluruhan kesalahan berbahasa dalam sebuah karya tulis mahasiswa, tidak hanya kesalahan dalam bidang morfologi (pembentukan kata berimbuhan„afiksasi‟), tetapi kesalahan dalam ejaan sintaksis, dan kata mubazir. Sementara penulis skripsi membatasi kajian hanya pada analisis kesalahan yang terdapat pada bidang morfologi saja, juga penulis lebih sempit lagi membatasi kajiannya, yakni kesalahan pembentukan kata berimbuhan (afiksasi). Sinta Dewi (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “ Struktur Afiksasi meN- pada Kata Dasar Berfonem awal /k. p/, s/, t/ dan Implementasinya terhadap Masyarakat Pengguna Bahasa. Hasil penelitian yang ditemukan Sinta Dewi adalah bentukan-bentukan bersaing kata berimbuhan meN- dengan kata dasar berfonem awal /p, t, k, s/ baik di artikel koran, tayangan berita di televisi, maupun di masyarakat umum. Bentukan kata yang muncul tersebut ada yang sesuai kaidah, ada pula yang tidak sesuai. Selain itu, sebagian besar masyarakat belum begitu mengetahui dan menguasai kaidah bahasa Indonesia. Penulis dapat membuktikan pernyataannya di atas melalui angket. Hasil angket menunjukkan, sebagian besar masyarakat memilih menggunakan bentukan kata berimbuhan dengan alasan kata yang digunakan tersebut “lebih sering didengar”, bukan karena sesuai kaidah. Alasan mereka tentu dipengaruhi oleh latar belakang, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, status, dan usia.
46
Wati Herawati (2008).
Penelitian yang penulis lakukan adalah
”Penerapan Metode Karyawisata dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi”. Penelitian yang dilakukan Wati menghasilkan pengetahuan tentang kemampuan siswa menulis karangan deskripsi sebelum dan sesudah adanya penerapan metode karyawisata. Selain mengetahui kemampuan siswa dalam membuat karangan deskripsi sebelum dan sesudah adanya penerapan metode karya wisata, penulis juga mengahasilkan pengetahuan mengenai adanya pertbedaan yang signifikan terhadap kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi sebelum dan sesudah penerapan metode karyawisata. Hasil akhir dari penelitian yang dilakukan Wati adalah penerapan metode karyawisata dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi.27 Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa penenlitian yang akan dilakukan oleh penulis tidaklah sama dengan apa yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti yang terdahulu. Sinta Dewi melakukan penelitian terhadap persaingan yang terjadi antara kata berimbuhan meN- dengan kata dasar yang berfonem /k, p/, s/, dan t/ dan yang akan dilakukan penulis adalah meneliti penggunaan kata berimbuhan secara keseluruhan ( prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks ) dalam karangan deskripsi. Sementara penenlitian yang dilakukan oleh Wati adalah mengenai peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi. Sebagai variabel bebas dalam sebuah penenlitiannya. Pengkajian difokuskan pada kemampuan 27
Wati Herawati. Penerapan Metode Karyawisata dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi. http://ialf.edu/kipbipa/pap (diakses Rabu, 07 Juni 2011 pada pukul 09. 43 WIB)
47
menulis karangan deskripsi, sedangkan yang akan dilakukan penulis adalah pengkajian yang berfokus pada pemakaian kata berimbuhan. Karangan deskripsi hanyalah sebagai medianya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli–Desember 2011 dan dilaksanakan di SMK Nusantara, Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang.
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi yaitu kegiatan meneliti suatu objek yang memaparkan secara lengkap dan jelas tentang segala hal mengenai objek yang diteliti dan juga memaparkan hasil penelitian secara lengkap dan jelas. Dalam bagian ini dikemukakan berturut-turut tentang: a) pendekatan dan jenis analisis, b) objek analisis, c) instrumen analisis, d) pengumpulan data, e) prosedur pengumpulan, dan f) analisis data. 1. Pendekatan dan Jenis Data a.
Pendekatan Analisis Pendekatan merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena yang berhubungan erat dengan tujuan penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ini adalah pendekakatn kualitatif. Pendekatan ini menyarankan bahwa analisis yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada pada
48
49
karangan deskripsi siswa kelas X SMK Nusantara kelas jurusan Usaha Jasa Pariwisata (UJP) Ciputat- Tangerang. b.
Jenis Data Data yang ada pada karangan deskripsi siswa kelas X SMK Nusantara kelas jurusan Usaha Jasa Pariwisata (UJP) di CiputatTangerang. Data inilah yang akan dikaji. Dengan demikian, analisis ini berjenis studi dokumen. Studi dokumen ini digunakan untuk mengkaji penggunaan kata berimbuhan dalam karangan deskripsi. Selain itu, analisis ini mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, bersifat deskriptif artinya, analisis ini bermaksud mendeskripsikan bentuk kesalahankesalahan pembentukan kata berimbuhan dalam karangan deskripsi siswa kelas X jurusan UJP SMK Nusantara Ciputat-Tangerang, dengan tanpa memberikan perlakuan dalam bentuk apa pun pada sumber data. Kedua, analisis ini bersifat alamiah, maksudnya analisis ini dilakuakan dalam situasi yang alami dan wajar. Di sini penulis hanya mencatat data seperti apakah ada bentuk kesalahan pembentukan kata berimbuhan dalam karangan deskripsi siswa kelas X SMK Nusantara Ciputat-Tangerang. Analisis ini bersifat induktif, artinya analisis ini tidak bermaksud mengkaji hipotesis yang dirumuskan sebelumnya. Namun, analisis ini dimaksudkan untuk menarik keimpulan dengan berdasarkan data yang diambil dari karangan deskripsi siswa kelas X jurusan Nusantara Ciputat-Tangerang.
UJP SMK
50
2. Objek Analisis Objek analisis ini adalah karangan deskripsi siswa kelas x jurusan UJP SMK Nusantara, Ciputat, Tangerang tahun pelajaran 2011-2012. 3. Instrumen Analisis Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan tabel analisis tentang kesalahan pembentukan kata berimbuhan dalam karangan deskripsi siswa kelas X jurusan UJP SMK Nusantara Ciputat-Tangeran dengan tanda ceklis ( √ ).
Tabel 2. Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan Awal (Prefiks)
No
Bentuk dasar
Imbuhan awal (prefiks) di- ke- se- ber- me- pe- ter-
Pembentukan Pembentukan kata yang kata yang salah benar
Tabel 3. Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan Akhir (Sufiks) No
Bentuk dasar
Imbuhan akhir (sufiks)
Pembentukan kata
Pembentukan kata
yang salah
yang benar
51
Tabel 4. Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan Gabung (Konfiks)
Imbuhan (afiks)
No
Prefiks
Bentuk
Infiks
dasar di-
ke-
se- ber- me- pe- ter- -el-
em-
-er-
Sufiks -
-
in- kan
-an -i
Pembentuk
Konfiks -
nya
wa n
an kata ke- per- pen- ber- me- di- me-
di-
an
kan
an
an
an
i
i
kan
diper- se-rkan
yang salah
nya
Tabel 5. Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan (AFIKSASI)/KPKB
No
No kesalahan
Nomor
afiks dalam
karangan
karangan
siswa
Jumlah
Kriteria kesalahan pembentukan kata berimbuhan (afiks) PglPref
PglPref
Pref ke- Pmk
me-
ber-
Kel
Plhn
Pnga KD
BH
Pref
Pem
Pmk
Suf – Bu /c/
/k/, /p/, di-
Konf
Suf
ir Kel
/t/, /s/
Kel
nya Kel
kel
–
pembent ukan kata yang benar
52
Keterangan Kreiteria Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan : 1. PglPref me-
=
Penanggalan Prefiks me-
2. PglPref ber-
=
Penanggagaln Prefik ber-
3. Pref ke- Kel
=
Prefiks ke- yang Keliru
4. PmkSuf –ir Kel
=
Pemakaian Sufiks –ir yang Keliru
5. PLHNBu /c/
=
Peluluhan Bunyi /c/
6. Penga KD
=
Penyengauan Kata Dasar
7. BH /k/, /p/, /s/,/t/
=
Bunyi Huruf /k/, /p/, /t/, /s/ yang Tidak Luluh
8. Pref di- Kel
=
Prefiks di- yang Keliru
9. PemKomf Kel
=
Pemakaian Konfiks yang Keliru
10. PmkSuf –nya Kel
=
Pemakaian Sufik –nya yang Keliru
53
Tabel 6. Persentase Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan (AFIKSASI)/KPKB
No
Jumlah kesalahan afiksasi
Kesalahan afiksasi Frekuensi Persentase
dalam karangan 1
PglPref me-
2
PglPref ber-
3
Pref ke- Kel
4
PmkSuf –ir Kel
5
PLHNBu /c/
6
Penga KD
7
BH /k/, /p/, /s/,/t/
8
Pref di- Kel
9
PemKomf Kel
10
PmkSuf –nya Kel
Rumus untuk menghitung presentase adalah: 1 N=
Skor Mentah _______________ X 100 % Skor Maksimum Ideal
Keterangan :
1
hlm. 318.
N
= Nilai
Skor Mentah
= Frekuensi Kesalahan
Skor Maksimum
= Jumlah Kalimat dalam Karangan
100%
= Bilangan Tetap
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta:PT. Raja Grasindo Persada, 2009),
54
4. Pengumpulan Data Data yang akan dianalisis harus betul-betul ‘jujur’, yakni kebenarannya harus dapat dipercaya.2 Pada bagian ini akan dikemukakan:(1) sumber data dan (2) teknik pengambilan data. a. Sumber Data Perlu diketahui bahwasanya data berbeda dengan objek penelitian. Sebagai bahan penelitian, di dalam data terkandung objek penelitian dan unsur lain yang membentuk data, yang disebut konteks. Dengan demikian data tidak lain adalah objek penelitian plus konteks (D= Op + K).3 Data analisis ini adalah mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kesalahan. Kesalahan pembentukan kata berimbuhan tersebut, yakni meliputi: 1) penanggalan awalan me-, 2) penanggalan awalan ber-, 3) peluluhan bunyi /c/, 4) penyengauan kata dasar, dan 5) bunyi /k/, /p/, /t/, dan /s/ yang tidak luluh, 6) awalan ke- keliru, dan 7) pemakaian akhiran ir. Selanjutnya dalam analisis ini sumber data berasal dari karangan deskripsi siswa kelas X jurusan UJP SMK Nusantara Ciputat-Tangerang. b. Teknik Pengambilan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah teknik membaca berulang-ulang dan pencatatan. Membaca berulang-ulang maksudnya mengamati dan mencatat dengan sistematis
2 3
Sudjana, Metoda Statistika (Bandung:Tarsito, 2005), hlm.7-8. Mahsun, Metode Penelitian Bahasa (Jakarta:PT. Raja Grasindo Persada , 2007), hlm. 18.
55
fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini kesalahan-kesalahan pembentukan kata berimbuhan dalam karangan deskripsi siswa kelas X jurusan UJP SMK Nusantara Ciputat, Tangerang. 5. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam analisis ini dilakukan sepanjang analisis berlangsung dan dilakukan secara terus-menerus atau sistematis dari awal sampai akhir analisis. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca berulang-ulang atau memerhatikan kata-kata berimbuhan yang ada pada kesalahan pembentukan kata berimbuhan dalam karangan deskripsi siswa kelas X jurusan UJP SMK Nusantara, Ciputat, Tangerang. Jika terdapat kesalahan dalam kesalahan pembentukan kata berimbuhan dalam karangan deskripsi siswa tersebut, dicatat atau disalin pada kartu catatan. Kemudian dimasukkan atau disalin kembali untuk menjadi pembahasan dalam skripsi ini.
C. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis jalinan atau mengalir (flow model of analysis) model Miles dan Huberman, yang meliputi tiga langkah antara lain:(1) reduksi data,(2) display/penyajian data, (3) mengambil kesimpulan kemudian diverifikasi.4 Berikut penjelasannya. 4
Iskandar, Metodologi Penelitian Kuakitatif (Jakarta:GP Press, 2009), hlm. 139.
56
1. Reduksi Data Reduksi data merupakan yang menajamkan untuk mengorganisasikan data. Pada tahap ini peneleliti merekam data lapangan dalam bentuk catatancatan lapangan (field note), lalu ditafsirkan masing-masing data yang relevan dengan fokus masalah yang diteliti. 2. Display/Penyajian Data Pada langkah ini peneliti menyusun informasi/data secara teratur dan terperinci sehingga mudah difahami. Data-data yang digunakan, peneliti analisis secara teliti untuk menunjukan jawaban yang diharapkan.kegiatan analisis dapat dilakukan sebagai berikut: (1) membaca karangan deskripsi siswa; (2) mencatat kata-kata yang mengandung afiks; (3) menggolongkan afiks berdasarkan jenis dan fungsinya; serta (4) menganalisis afiks yang dominan digunakan dalam karangan deskripsi 3. Mengambil Kesimpulan/Verifikasi Pada langkah ini peneliti sudah memasuki tahap membuat simpulan dari data yang sudah diperoleh sejak awal penelitian. Simpulan ini masih bersifat sementara, untuk itu perlu adanya verifikasi (penelitian kembali tentang kebenaran laporan) selama penelitian berlangsung. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan dilakkan secara terus menerus dari mulai awal, saat penelitian berlangsung, dan sampai akhir.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Persiapan Penelitian Data penelitian ini berupa naskah-naskah karangan deskripsi siswa kelas X UJP SMK Nusantara Ciputat–Tangerang tahun ajaran 2011-2012. Dalam karangan tersebut akan dilihat beberapa kesalahan afiksasi. Dalam naskahnaskah karangan deskripsi siswa yang sudah diteliti masih terdapat beberapa kesalahan dalam pembentukan kata berimbuhan (afiksasi). Data penelitian yang didapat dari naskah-naskah karangan deskripsi siswa disajikan dalam bentuk uraian dan tabel.
B. Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data terdapat beberapa langkah yang dilakukan, yang meliputi: 1. Pemberian materi, yaitu mengenai kata berimbuhan dan karangan deskripsi Pemberian materi diawali dengan memberikan penjelasan mengenai kata berimbuhan. Penjelasan mengenai materi ini adalah: pengertian kata berimbuhan,
jenis-jenis
kata
berimbuhan,
dan
penggunaan
kata
berimbuhan. Materi berikutnya yang diberikan adalah mengenai karangan deskripsi. Pada materi ini dijelaskan mengenai pengertian karangan deskripsi, jenis-jenis deskripsi, tahapan-tahapan penulisan karangan deskripsi, dan tujuan penulisan karangan deskripsi.
57
58
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berargumentasi atau berkomentar mengenai materi yang telah disampaikan. Waktu yang ditentukan adalah 15 menit. Dalam kesempatan ini juga digunakan oleh peneliti untuk berdiskusi dengan siswa. 3. Penulisan karangan deskripsi dengan menggunakan kata berimbuhan yang tepat. Pada tahap ini, peneliti mengajak para siswa untuk menulis karangan deskripsi dengan menggunakan kata berimbuhan yang tepat. Tema karangan tidak ditentukan oleh peneliti. Dengan demikian, siswa bebas berekspresi dan berimajinasi untuk mendeskripsikan apa saja sesuai keinginannnya. 4. Pengumpulan data Setelah
siswa
selesai
menulis
karangan
deskripsi,
peneliti
mengumpulkan karangan yang telah ditulis oleh siswa. Pada tahap ini lazim disebut dengan pengumpulan data. Karangan siswa itulah yang akan dijadikan data penelitian. 5. Pengklasifikasian data Pengklasifikasian data dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yang meliputi: a. Memilah karangan Karangan siswa yang sudah terkumpul akan dipilah oleh penulis. Beberapa karangan akan diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesalahan yang terdapat dalam karangan tersebut. Selanjutnya,
59
karangan yang sudah terpilih akan dianalisis.analisis yang dilakukan difokuskan kepada pembentuykan kata berimbuhan (afiks). b. Memberikan penomoran karangan Pemberian nomor pada tiap-tiap karangan dilakukan agar penulis lebih mudah dalam proses analisis selanjutnya. Nomor yang diberikan berupa nomor urut dari 1 sampai nomor akhir siswa sesuai abjad.
C. Analisis Data Analisis data yang dilakukan peneliti adalah mengklasifikasikan jenis-jenis kesalahan yang terjadi pada pembentukan kata berimbuhan. Di antara jenisjenis data yang akan dijadikan media analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penyengauan kata dasar Walaupun pas pertama masuk aku sempat ngrasa takut (kalimat ke 8 karangan ke-1). Kesalahan afiksasi pada kalimat ini terletak pada penyengauan kata dasar. Kalimat di atas dapat diubah menjadi “Walaupun pas pertama masuk aku sempat merasa takut”. Kata ngrasa bukan merupakan hasil pembentukan kata berimbuhan. Jadi, bila kata dasar „rasa‟ mendapatkan imbuhan me-, kata yang terbentuk adalah „merasa‟. Dengan demikian, penggunan kata „merasa‟ akan lebih tepat. Selain itu, kata „rasa‟ merupakan kata dasar yang baku dalam bahasa Indonesia. Dengan kata lain, walaupun tidak mau diberikan imbuhan kata „rasa‟ bisa dipakai langsung untuk merangkai kalimat. Kalimat di atas bisa diubah menjadi “
60
waktu pertama kali masuk, rasa takut itu sudah ada dalam diriku” 2. Pemakaian imbuhan (afiks) yang keliru a. Awalan ke- yang keliru Fitri orangnya lucu suka bikin orang ketawa (kalimat ke 3 karangan 5). Analisis Kesalahan afiksasi pada kalimat di atas terletak pada pemakaian prefiks ke- yang salah. Kalimat di atas dapat diubah menjadi “Fitri orangnya lucu suka bikin orang tertawa”. Imbuhan kehanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain di depan kata bilangan, awalan ke- tidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kekasih dan ketua. Oleh sebab itu, kata ketawa, bukanlah bentuk baku dalam bahasa Indonesia. Jadi, penggunaan kata tertawa akan lebih tepat. b. Awalan di- yang keliru 1) ...membuat perahu yang di suruh oleh ibunya (kalimat ke 5 karangan 9). 2) Akhirnya perahu itu di tendang dan jadilah tangkuban perahu (kalimat ke 6 karangan 9). 3) Banyak makanan khas yang di cari (kalimat ke 8 karangan 4). 4) Dia sering di panggil Siti (kalimat ke 2 karangan 7). Kesalahan afiksasi pada kalimat-kalimat di atas pada pemakaian prefiks di- yang salah. Kalimat 1) dapat diubah menjadi
61
“...membuat perahu yang disuruh oleh ibunya”. Kalimat ke 2) dapat diubah menjadi “ akhirnya perahu itu ditendang dan jadilah tangkuban perahu”. Kalimat ke 3) dapat diubah menjadi “banyak makanan khas yang dicari”. Selanjutnya kalimat ke 4) dapat diubah menjadi “Dia sering dipanggil Siti”, Setiap kata dasar yang mendapat imbuhan awal (prefiks) pembubuhannya harus disambung dengan kata dasarnya.. Jadi, bila kata dasar „suruh‟, „tendang‟, „cari‟, „panggil‟, „klaim‟, mendapatkan imbuhan di-, kata yang terbentuk adalah „disuruh‟, „ditendang‟, dicari‟, „dipanggil‟, dan diklaim. Selain itu, morfem di- bukan merupakan preposisi yang penulisannya dipisah dengan bentuk dasarnya, melainkan merupakan imbuhan dan penulisannya disambung dengan bentuk dasarnya. Salah satu cara untuk mengenal kata yang berawalan di- adalah bahwa hanya kata kerja saja dan kata-kata yang berawalan di- memunyai bentuk lawan awalan me-. c. Bunyi huruf /k/, /p/, /s/, /t/ yang keliru 1) ...ketika sedang mempunyai masalah (kalimat ke 4 karangan 12). 2) Pulau Jawa yang mempunyai tempat wisata yang indah ( kalimat ke 6 karangan 13) 3) Iqbal juga mempunyai sifat kejelekan ( kalimat ke 6 karangan 14) Kesalahan afiksasi pada kalimat di atas terletak pada pemakaian bunyi huruf /k/, /p/, /t/, /s/ yang tidak luluh. Kalimat 1) dapat diubah menjadi “...ketika sedang memunyai masalah”, kalimat 2)
62
dapat diubah menjadi “Pulau Jawa yang memunyai tempat wisata yang indah”, dan kalimat 3) dapat diubah menjadi “Iqbal juga memunyai sifat kejelekan”. Kata dasar yang berfonem /k/, /p/, /s/, dan /t/ apabila mendapatkan imbuhan awalan (prefiks) dan gabungan (konfiks), maka fonem awalnya akan luluh, pengecualian apabila terdapat fonem konsonan ganda (bergugus konsonan). Kata produksi (memproduksi), promosi (mempromosikan), presentasi (mempresentasikan), dan lain sebagainya. Jadi, bila kata dasar „punya‟, kemudian mendapat imbuhan me-i yang terbentuk adalah „memunyai‟. Dengan demikian, penggunan kata „memunyai‟ dan akan lebih tepat, karena katanya baku. d. Pemakaian konfiks yang keliru 1) Di kelas pun setiap hari selalu di bersihkan (kalimat ke 5 karangan 2) 2) ...banyak di kunjungi orang-orang…. (kalimat ke 4 karangan 4). 3) Pantai Anyer sering di padati wisatawan….(kalimat ke 3 karangan 3). 4) Penghargaan pun di pampangkan untuk diper lihat kan ke semua (kalimat ke 5 karangan 6) 5) …bersama keluarga yang sangat di cintainya (kalimat ke 4 karangan 10) 6) Saya harus belajar agar mendapat kan prestasi yang di ingin kan (kalimat ke 5 karangan 10). 7) Taman
ini
pun
di
dirikan
untuk
provinsi….(kalimat ke 2 karangan 8)
mengenali
beberapa
63
8) Kelas pun juga di bersihkan setiap hari (kalimat ke 5 karangan 9). 9) Ibu sering membuat masakan / makanan yang di sukai anakanaknya (kalimat ke 5 karangan 11) 10) Perahu sangat mudah di lalui oleh wisatawan (kalimat ke 2 karangan 12) 11) Ibu sangat di cintai anaknya (kalimat ke 6 karangan 11) 12) Perahu juga punya pemandangan yang sangat indah (kalimat ke 3 karangan 12) Kesalahan afiksasi pada kalimat-kalimat di atas ini terletak pada pemakaian konfiks yang salah. Kalimat 1) di atas dapat diubah menjadi “di kelas pun setiap hari selalu dibersihkan”, kalimat 2) dapat diubah menjadi “...banyak dikunjungi orang-orang….”, kalimat 3) dapat diubah menjadi “Pantai Anyer sering dipadati wisatawan….”, kalimat 4) dapat diubah menjadi “penghargaan pun dipampangkan untuk di perlihatkan”, kalimat 5) dapat diubah menjadi “…bersama keluarga yang sangat di cintainya”. Kalimat 6) dapat diubah menjadi “Saya harus belajar agar mendapatkan prestasi yang diinginkan”, kalimat 7) dapat diubah menjadi “Taman ini pun didirikan untuk mengenali beberapa provinsi….”, kalimat 8) dapat diubah menjadi “Kelas pun juga dibersihkan setiap hari”, kalimat 9) dapat diubah menjadi “Ibu sering membuat masakan / makanan yang disukai anak-anaknya”, kalimat 10) dapat diubah menjadi “Perahu sangat mudah dilalui oleh wisatawan”, kalimat 11) dapat diubah menjadi “Ibu sangat dicintai
64
anaknya”, kalimat 12) dapat diubah menjadi “Perahu juga memunyai pemandangan yang sangat indah”. Setiap kata dasar yang dibubuhi dengan imbuhan (afiks) pembentukan katanya adalah disambung. Tidak hanya awalan (prefiks), sisipan (infiks), dan akahiran (sufiks) saja, tetapi imbuhan gabungan (konfiks) juga penulisan katanya disambung. Dengan kata lain kata dasar disulis sambung dengan imbuhan yang ada di awal dan di akhirnya. Kata „bersih‟ apabila diberikan imbuhan di-kan, maka akan terentuk kata „dibersihkan‟, kata „kunjung‟ apabila mendapat imbuhan di-i maka akan terbentuk kata „dikunjungi‟, kata „pampang‟ apabila diberikan imbuhan di-kan, maka akan terentuk kata „dipampangkan‟, kata „cintai‟ apabila diberikan imbuhan di-nya maka akan terentuk kata „dicintainya‟,
kata „ingin‟ apabila diberikan
imbuhan di-kan, maka akan terentuk kata „diinginkan‟, kata „diri‟ apabila diberikan imbuhan di-kan, maka akan terentuk kata „didirikan‟, kata „bersih‟ apabila diberikan imbuhan di-kan, maka akan terentuk kata „dibersihkan‟, kata „cinta‟ apabila diberikan imbuhan di-i, maka akan terentuk kata „dicintai‟, kata „lalu‟ apabila diberikan imbuhan dii, maka akan terentuk kata „dilalui‟, dan kata „punya‟ apabila diberikan imbuhan me-i, maka akan terentuk kata „memunyai‟. Dengan demikian pembentukan kata yang benar yang dipakai dalam beberapa kalimat tersebut akan lebih jelas maknanya.
65
e. Pemakaian sufiks –nya yang keliru 1) Aku suka dengan sikap dan sifat nya (kalimat ke 2 karangan 1). 2) Orang tua nya juga sudah mengenal aku.…( kalimat ke 3 karangan 1) 3) …keluagra dan masalah yang lain nya (kalimat ke 9 karangan 1) 4) Di kelas tempat nya bersih dan rapih (kalimat ke 5 karangan 2) 5) Tempat nya sangat indah (kalimat ke 2 karangan 6) 6) Karyawan nya di sini pun sangat menyenangkan hati (kalimat ke 6 karangan 6) 7) ...berbagai macam pakaian tradisional dan lain nya (kalimat ke 7 karangan 8) 8) Ibu sangat di cintai anak nya (kalimat ke 6 karangan 11) 9) Indonesia merupakan Negara yang terkenal akan karya seni nya ( kalimat ke 1 karangan 13) Kesalahan afiksasi pada kalimat-kalimat di atas ini terletak pada pemakaian sufiks -nya yang salah. Kalimat 1) di atas dapat diubah menjadi “Aku suka dengan sikap dan sifatnya”, kalimat 2) dapat diubah menjadi “orang tuanya juga sudah mengenal aku”, kalimat 3) dapat diubah menjadi “…keluarga dan masalah yang lainnya”, kalimat 4) dapat diubah menjadi “di kelas tempatnya bersih dan rapih”, kalimat 5) dapat diubah menjadi “tempatnya sangat indah”. Kalimat 6) dapat diubah menjadi “karyawannya di sini pun sangat menyenangkan hati, kalimat 7) dapat diubah menjadi “berbagai macam
66
pakaian tradisional dan lainnya”, kalimat 8) dapat diubah menjadi “Ibu sangat dicintai anaknya”, dan kalimat 9) dapat diubah menmjadi “Indonesia merupakan Negara yang terkenal akan karya seninya”. Setiap kata dasar yang mendapat imbuhan akhir (sufiks) pembubuhannya harus disambung dengan kata dasarnya. Jadi kata „sifat‟ apabila diberikan imbuhan --nya, maka akan terbentuk kata „sifatnya‟, kata „orang tuat‟ apabila diberikan imbuhan --nya, maka akan terbentuk kata „orang tuanya‟, kata „lain‟ apabila diberikan imbuhan --nya, maka akan terbentuk kata „lainnya‟, kata „tempat‟ apabila diberikan imbuhan --nya, maka akan terbentuk kata „tempatnya‟, kata „tempat‟ apabila diberikan imbuhan --nya, maka akan terbentuk kata „tempatnya‟, kata „karyawan‟ apabila diberikan imbuhan --nya, maka akan terbentuk kata „karyawannya‟, kata „lain‟ apabila diberikan imbuhan --nya, maka akan terbentuk kata „lainnya‟, kata „anak‟ apabila diberikan imbuhan --nya, maka akan terbentuk kata „anaknya‟, dan kata „seni‟ apabila mendapat imbuhan-nya maka akan terbentuk kata „seninya‟. Dengan demikian pembentukan kata yang benar yang dipakai dalam beberapa kalimat tersebut akan lebih jelas maknanya. Selain itu, fungsi akhiran –nya walaupun sebagai klitika pembubuhan afiksnya tetap disambung dengan bentuk dasarnya.
D. Interpretasi Hasil Penelitian Berdasarkan analisis data, diperoleh 50 karangan deskripsi siswa. Dari 50 karangan tersebut didapatkan 15 karangan yang masih terdapat kesalahan
67
dalam penulisan kata berimbuhan (afiksasi) yang digunakan. Berikut ini uraian kesalahan pembentukan kata berimbuhan (afiksasi): 1. Penyengauan kata dasar Hasil analisis kesalahan penyengauan kata dasar menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 1 penyengauan kata dasar dengan persentase 0,33 %. 2. Prefiks ke- yang keliru Hasil analisis kesalahan prefiks ke- menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 1 pembentukan kata yang keliru dengan persentase 0,33 %. 3. Prefiks di- yang keliru Hasil analisis kesalahan prefiks ke- menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 5 pembentukan kata yang keliru dengan persentase 1,68 % 4. Bunyi huruf /k/, /p/, /t/, /s/ yang tidak luluh Hasil analisis kesalahan bunyi huruf /k/, /p/, /t/, /s/ menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 3 bunyi huruf yang tidak luluh, yakni /p/, pada kata mempunyai dengan persentase 1,35 %. 5. Pemakaian konfiks yang keliru Hasil analisis kesalahan prefiks ke- menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 14 pembentukan kata yang keliru dengan persentase 4,72 %. 6. Pemakaian sufik –nya yang keliru Hasil analisis kesalahan prefiks ke- menunjukkan bahwa dari 51 kalimat terdapat 296 pembentukan kata yang salah dengan persentase 3,04 %
68
Tabel 2.Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan Awal (Prefiks)
Imbuhan awal (prefiks)
Bentuk
No
dasar
1
rasa
2
suruh
3
di- ke-
se-
ber-
me-
Pembentukan Pembentukan
pe- ter-
√
kata yang
kata yang
salah
benar
ngrasa
merasa
√
di suruh
disuruh
tendang
√
di tendang
ditendang
4
panggil
√
di panggil
dipanggil
5
cari
√
di cari
dicari
6
tawa
ketawa
tertawa
7
klaim
di klaim
diklaim
√ √
Tabel 3.Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan Akhir (sufiks)
No
Bentuk
Imbuhan akhir (sufiks)
dasar 1
sifat
2
orang tua
3
-kan
-an -i
-nya
-wan
Pembentukan kata
Pembentukan kata
yang salah
yang benar
sifat nya
sifatnya
√
orang tua nya
orang tuanya
anak
√
anak nya
anaknya
4
lain
√
lain nya
lainnya
5
tempat
√
tempat nya
tempatnya
6
tempat
√
tempat nya
tempatnya
7
karyawan
√
karyawan nya
karyawannya
8
lain
√
lain nya
lainnya
9
wisata
wisata wan
wisatawan
10
seni
seni nya
seninya
√ √
69 Tabel 4.Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan Gabung (Konfiks)
No
Bentuk dasar
1
cinta
2
cintai
3
dicintai
4
punya
5
punya
6
suka
7
Prefiks di-
ke-
se-
ber-
me-
Imbuhan (afiks) Infiks Sufiks kepe- ter- -el-er- -in- -kan -an -i -nya emwan an √
Konfiks per- pen an -an
beran
me-i di-i
mekan
dikan
diperkan
se-rnya
Pembentukan kata yang salah
pembentukan kata yang benar
-
cintai
-
dicintai
di cintainya
dicintainya
√
mempunyai
memunyai
√
mempunyai
memunyai
√
di sukai
disukai
cinta
√
di cintai
dicintai
8
lalu
√
di lalui
dilalui
9
suka
√
di sukai
disukai
10
padat
√
di padati
dipadati
11
kunjung
√
di kunjungi
dikunjungi
12
ingin
√
di inginkan
diinginkan
13
bersih
√
di bersihkan
dibersihkan
14
diri
√
di dirikan
didirikan
15
pampang
√
di pampang kan
dipampangkan
16
lihat
diper lihat kan
diperlihatkan
17
dapat
mendapat kan
mendapatkan
√ √
√ √
70 Tabel 5.Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan ( AFIKSASI ) / KPKB No kesalahan afiks dalam karangan
Kriteria kesalahan pembentukan kata berimbuhan ( afiks ) Nomor siswa
pglprefme-
pglpref
pref ke-
ber-
kel
pmk suf –ir kel
plhnbu /c/
bh /k/, pngau kd
/p/, /t/, /s/
pref di- pem konf pmk suf – Perbaikan kel
kel
a 1
b
c d
e
3 4
√
orang tuanya
√
lainnya
√
tempatnya
√
dibersihkan
√
dipadati
√
dikunjungi
√
dicari
√
tertawa
6
7
sifatnya
merasa
f
g
√
√
2
5
nya kel
√
√
tempatnya
√
karyawannya
√
dipampangkan
√
diperlihatkan dipanggil
71 h
√
8
i
didirikan √
9
j 10
√
dibersihkan
√
dicintainya
√
mendapatkan
√
diinginkan
√
k
memunyai
11
√
disukai
√
dicintai √
√
l
memunyai √
disuruh
√
ditendang √
m
√
13
n
14 jumlah
1
1
anaknya dilalui
√
12
lainnya
seninya diklaim
√
memunyai
√
memunyai
4
5
14
9
34
72
Keterangan Kreiteria Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan : 1. PglPref me-
=
Penanggalan Prefiks me-
2. PglPref ber-
=
Penanggagaln Prefik ber-
3. Pref ke- Kel
=
Prefiks ke- yang Keliru
4. PmkSuf –ir Kel
=
Pemakaian Sufiks –ir yang Keliru
5. PLHNBu /c/
=
Peluluhan Bunyi /c/
6. Penga KD
=
Penyengauan Kata Dasar
7. BH /k/, /p/, /s/,/t/
=
Bunyi Huruf /k/, /p/, /t/, /s/ yang Tidak Luluh
8. Pref di- Kel
=
Prefiks di- yang Keliru
9. PemKomf Kel
=
Pemakaian Konfiks yang Keliru
10. PmkSuf –nya Kel
=
Pemakaian Sufik –nya yang Keliru
73
Tabel 6.Persentas Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan (AFIKSASI)/KPKB
No
Jumlah kesalahan afiksasi dalam karangan
Kesalahan afiksasi
Frekuensi
Persentase
1
pglpref me-
2
pglpref ber-
3
pref ke- kel
1
0,33 %
pmksuf –ir kel
-
-
plhnbu /c/
-
-
pengau kd
1
0,33 %
7
bh /k/, /p/, /s/,/t/
4
1,35 %
8
pref di- kel
5
1,68 %
9
pemkomf kel
14
4,72 %
10
pmksuf –nya kel
9
3,04 %
4 5 6
34
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data pada karangan deskripsi siswa kelas X UJP SMK Nusantara, Legoso, Ciputat, Tangerang tahun pelajaran 2011-2012, dapat diperoleh simpulan bahwa penggunaan kata berimbuhan dalam karangan deskripsi yang dibuat oleh siswa sudah baik. Pernyataan tersebut dapat dilihat dari kecilnya angka persentase kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan kata berimbuhan dalam karangan deskripsi tersebut.
B. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikemukakan saran yaitu,
guru
hendaknya memerhatikan kaidah-kaidah pembentukan kata berimbuhan dalam proses pembelajaran, agar siswa dapat memahami bagaimana penulisan kata berimbuhan yang baik dan benar.
74
DAFTAR PUSTAKA
Achmad HP. Linguistik Umum. Jakarta : Depdikbud, 1996. Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsyad, Sakura H. Ridwan. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga, 1994. Alwi, Hasan. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Anonim. Intisari Berbahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas, 2008. Arifin, Zaenal. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Perssindo, 2008. Arifin, Zaenal dan Farid Hadi. 1001 Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Akademika Presindo, 2009. Badudu. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia, 1983. Chaer, Abdul. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. reneka Cipta, 2008. E. Kusnadi, H. Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2006. Guntur, Henry Tarigan, Djago Tarigan. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: PT. Angkasa, 1990. Herawati, Hera. Penerapan Metode Karyawisata dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi. http://ialf.edu/kipbipa/pap (diakses Rabu, 07 Juni 201 pada pukul 09. 43 WIB) Honiarti, Euis dan E. Kosasih. Intisari Bahasa dan Sastra Idonesia. Bandung: Pustaka Setia, 1999. Iskandar. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: GP Press, 2009. Komarudin, Erin, Atih Supriatih. Panduan Kreatif Bahasa Indonesia. Bogor: Yudhistira, 2004. Kridalaksana, Harimurti. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia, 1986. Kridalaksana, Harimurti. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia, 2009. Kuntarto, Ninik M. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berfikir. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010.
75
Mahsum. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Muslich, Masnur. Tata Bentuk Bahasa Idonesia ( kajian ke arah tatabahasa deskriptif. Rawamangun: Bumi Aksara, 2006. Pusat Bahasa Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2008 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdiknas. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan & Pedoman Umum Pembentuka Istilah. Bandung: Yrama Widya, 2009. Ramlan, M. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: UP. Karyono, 1985. Sadikin, Muhammad. EYD Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan MAJAS PERIBAHASA. Bekasi: Laskar Aksara, 2011 Spencer, Andrew. Modern Linguistics Series. England: Kind Permission Of J. W. Spear and Son PLC, Enfield EN3 7TB, 1994. Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009. Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 2005. Suwandi, Sarwiji dan Rohmadi Muhammad. 2008. Maju Bersama Bahasa Indonesia. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Sinta, Dewi. Struktur Afiksasi meN- pada Kata Dasar Berfonem /p/, /t/, /k/,/s/, dan Implementasinya terhadap Masyarakat Pengguna Bahasa..(diakses hari Rabu, 07 Juni pada pukul 10.10 WIB).
74
UJI REFERENSI
Ani Nurhayati
Nama
:
NIM
: 107013000666
Fakultas
: Fakultas
Judul
Skripsi
:
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Analisis Kata Berimbuhan dalam Karangan Deskripsi
Siswa Kelas
X SMK Nusantara Legoso
Ciputat
Tangerang. Dosen
Pembimbing : Ibu Nuryani,
S.Pd. M.A.
Paraf Nama Buku
No
1
Pem\igbine
Abdul Chaer. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakafta: PT. Rogeka Cjpta, 2008.
2
Achmad HP. Linguistik Umum. Jakarta: Depdikbud, 1996.
a
Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
J
4
5
?\
Andrew Spencer. Modern Linguistics Series. England: Kind Permission
Y
Of J. W. Spear and Son PLC, Enfield EN3 1TB,1994.
?fr
Badudu. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia, 983.
Budi
Santoso. Karya Mahasiswa dan Dosen. "AnalisisKesulaltun
Berbahasu dalum Skripsi Muhuskwa Jurusan Nonbahasa dan Ssstra
Indonesia Universitus Islam Malang". http://www.infodiknas.com/ (diakses hari Rabu,07 Juni padapukul 10.10 7
TK
Grafindo Persada, 2009.
1
6
,,ffi
Erin Komarudin,
Atih Supriatih.
Bogor: Yudhistira, 2004.
WIB)
\l
,$-
\t .--{ {fi '{ fr
Pandvan Kreatif Bahasa Indonesia.
w
8
Euis Honiarti dan E. Kosasih. Intisari Bahasa dan Sastra ldonesia.
^\l
A
Bandung: Pustaka Setia, 1999. 9
E. Kusnadi, H. dan Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia.
Jakarta:
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah,2006. 10
t.^
E.Zaenal
Arifin dan Farid Hadi. l00l Kesalahan Berbahasa.
Jakarta:
d:
Harimurti Kridalaksana. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
d,
PT. Gramedia, 1986. 13
A
akarta: Akademika Perssindo, 2008.
Akademika Perssindo, 2009
t2
q,
E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia. J
11
\
Harimurti Kridalaksana. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
V
Jakarla: PT. Grame dra, 2009.
t4
Hasan
,rc\
Alwi. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka,
4\,
2003. 15
Henry Guntur Tarigan, Djago Tarigan. Pengajaran Analisis Kesalahan
d\,
Berbahasa. Bandung: PT. Angkasa, 1990.
Kualitatif. Jakarla: GP Press, 2009.
t6
Iskandar. Metodologi Penelitian
t7
Masnur Muslich. Tata Bentuk Bahasa Idonesia ( kajian ke alah tata
.,'{l ,r\
bahasa deskriptif. Rawamangun: Bumi Aksara, 2006. 18
Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarla PT Raja Grafindo Persada, 2007.
l9
M. Ramlan. Morfologi
Suatu Tinjauan Deslcriptif. Yogyakarla: UP.
Karyono, 1985. 20
Ninik
M.
Kuntarto. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berfikir.
Pusat Bahasa Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pembentuka Istilah. Bandung: Yrama Widya, 2009.
I
\i
( il\1 't/ \
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdiknas. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
ri fr
."\
Pustaka, 2008. 22
d"
an^/
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010. 21
^
& Pedoman Umum
\) I
rilv "\
23
Sabarti Akhadiat dkk. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indone
si
a. Erlangga,
1
N
99 4.
24
Sadikin Muhammad. EYD. Bekasi: Laskar Acara,20ll
25
Samsuri. Analis i s
26
Sarwidji Suwandi Dan Muhammad Rohmadi. Maju Bersama Bahasa
B
ahas a.
ff1
A li
Malang: Erlangga, 1987 .
.I,
J f, I
Indonesia. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008 27
Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 2005.
28
Sinta Dewi. Struktur Afiksasi meN- pada Kata Dasar Berfonem /p/, h/,
Lp-
/lr/,/s/, dan Implementasinya terhadap Masyarakat
\
Pengguna
\
Bahasa.
http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_ejaan>.(diakses
rT
hari
Rabu, 07 Juni pada pukul 10.10 WIB) 29
Wati Herawati. Penerapan Metode Karyawisata dalam Pembelajaran Menulis Kar angan
D
es
krips
i.
1i
,]
http :/iialf.edu/kipbipa/pap (diakses Rabu,
thy
07 Juni 201 padapukul 09.43 WIB)
\
J
akarta, 02 Desemb er 20 I
1
""'*ifi; Nuryani. S.Pd. M.A. NrP. 19820628200912 2 003
Nomor Perihal
:lstimewa : Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran :
Satu Buah Proposal Skripsi, Outline
dan
Sementara
Kepada Yth: Dosen Pembimbing Akademik
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas IImu ?'arbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta alaikum lfr. I4tb. Seiring salam di atas, semoga kita selalu dalam keadaaan sehat wal afiat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Selanjutnya sehubungan untuk mendapatkan gelar sariana maka salah satu persyaratannya adalah menyelesaikan tugas akhir yaitu menulis skripsi, maka dari itu saya yang bertanda tangan di bawah ini:
As s alamu'
Nama
Ani Nurhayati
NIM:
I
Semester Jurusan
VIII
070 I 3000666
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dengan
ini mengajukan permohonan judnl skripsi dan untuk
dijadikan
bahan periimbangan bapalJibu. Adepun .;ud,-rl yang r-k-an saya ajr.rk-an adalah:
"
PEMNGKATAN PBMBELAJARAN MENULIS KATA RERIMBUHAN
DALAM PAIL{GRAF DESKRIPSI PADA SISWA X TAS '- X SMK NUSANTARA DI CIPUTAT-TANGBRANG TAHUN AJARAN 2OIOI2O1I' Demikian surat ini saya ajukan, atas perhatian bapak/ibu saya ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr.Wb. Jakarta,06
Pemohon
" Ol ,'iiJ.r, :{ l ;-l
ll.',
r\
*
\',
'\r-\ \?, ,.\-
.;:l-i.
€/
'2.
\,
\
a'hFitrivahTA M 0212 199703 2 001
:{F
Mei20l
AniNLrrha),ati 1
070 r 3000666
l
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK Jl. lr- H. Juanda No 95 Clptiat 15412
FORM (FR)
lnf.n6fa
: Terbit : No. Revisi: :
01
Hal
1t1
No. Tgl.
Dokumen
FITK-FR-AKD-081
1 Maret 2010
SUR,AT BIMBINGAN SKRIPSI Nomor :Un.011F.1/KM.01.3/.130.1./2011 Jakarra, 11Mei2011 Lamp, : Satu Buah Proposal Skripsi, outline dan Daftar pustaka Sementara Hal :Bimbingan Skripsi
Yth. Ibu Nuryani, S. Pd. M. A. Pembimbrng Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ass alqmualaikum
Dengan
w
r.w b.
lni
diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbrrg llII
(materilteknis) penulisan skripsi mahasiswa:
Ani Nurhayati
nama
:
NIM
:107013000666
jurusan
.Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
semester
:VIII
judul
skripsi :
',.
"PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS KATA BERIMBUHAN
DALAM PARAGRAF DESKRIPSI PADA SISWA KELAS
X
SMK
NUSANTARA DI CIPUTAT.TANGERANG TAHTJN AJARAN 2OIO/2OII" Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 28 April 2011, absf;akst/outline terlampir. Saudara dapat melalcukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi jurusan teriebrlr dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutrya tanpa surat perpanjangan Atas perhatian dan kerja sama lbu, kami ucapkan terima kasrh Il'a
s s a Ia
mu ala
i
kum
w
r. w b.
fa
lndonesia
,. M.Pd Tembusan.
l, 2
Dekan FITK Mahasiswa ybs.
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK Jl lr
No.
Dokumen
Tgl
Terbit
: FITK-FR-AKD-082 : 1 Maret 2010
No. Revisi:
H. Juanda No 95 Ciputat 15412 tndonesia
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN Nomor : Un.O1lF I/KM.Oi.3/.b5'$7201
Jakarta, 15 Juli 2011
1
Lamp. . Outline/Proposal Hal : Permohonan lzin Penelitian
fli
Kepada Yth.
Drs.
l-1.
Faisai Bakar, SE
Di
Tempat Assal am u' al aiku m wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama NrM Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia
Semester
. lX (Sembilan)
: Ani Nurhayati
.107013000666
Judul Skripsi : Analisis Kata Berimbuhan dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas
x (uJP) sMK Nusantara.
Legoso-ciputat-Tangerang seratan
Tahun Ajai'an 2C1 i -201 2
adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Kegtrruan LJIN Jakarta yang
sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk
itu kami mohon Saudara dapat
mengizinkan mahasiswa tersebut
melaksanakan penelitian dimaksud. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wa ssal am u' a I aiku m wr.wb.
Bahay
Mll@+;
Sastra Irrdorresia
Fitril,ah ZA M.Pd
ntrrdr
6402 Tembusan 1. Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan
di
I
99703 2 00 r
SEI{OLAM MOF{NF{GAfN KEJUKUAN (sMK ruUSANTAKA r) STATUS : TERAKREDITASI A KELOMP0K: PARlwlsATA, MANAJEMEN BlsNts
& TEKNTK tNFORMAT|KA
PROGRAM XEAHLIAN :AKOMODASI PERHOTELAN, USAHA PERJALANAN WISATA, TATA BOGA PEMASAMN, AKUNTANSI, TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN, REKAYASA PEMNGKAT iUHIX & MULTIMEDIA
ALAMAT
:
Jl. Tarumanegara Dalam No. 1 Cipuht - Tangerang
1
541 9,
Telp, 021 - 7 47 07 222, Fax. 021 - 7 47 10 g24
SURAT KETERANGAN PENELITIANATISET Nomor : o387/ SMK-N/ Yang bertanda tangan
di
KP
/ /2A11
bawah ini, Kepala Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Nusantara Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang menerangkan bahwa
Selatan
:
Nama Tempat, tgl lahir
NIM |urusan
: : : :
Ani Nurhayati, S.Pd Brebes,6 Februari 1988 107013000666
Pendidikan Bahasa & Sasfra Indonesia
Nama tersebut di atas adalah benar telah melaksanakan dua kali penelitian di
SMK Nusantara tahqp pertama mulai tanggal 22 luli 2011 dan tahap Kedua
mulai tanggal lS Oktober 2011.
Dernikian surat keterangan
ini kami berikan untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Cipr+Qt,
Dis-, H. :Faisal Bakar, SE.
[]
n []
t:] []
n [] []
Ga0doCI9.bqcd\0r\q aAq\qh tsnVat 'TbmQo* Uo(Jq\or kotoi
h
t--_r
[] [] [] []
tl [] [] []
.
tbanffi
Potqhu cofl\ohowr banclaV d,qr, b. b"o"\ '
a\qh tc,\ah Sah \emaa\
Qte\"r,Ia
Ar bonc\un3 vqnq bqn.rq?
Caai []
@
Ke
%qn.l.r
og
c
berqno\
1b.Jo
I
Tqnqan ?.rbrrt Sep"It
,**n*n+ yqffi uffirF Obsek wuqta 4exn'nFlu6 kotq
E",nc\unor tq\orh
te{uk tnenqrrk ofanq - ovctr.q p;; 1*'^ po+a u^t !-
memunlunql l.o \c^ bon o\"ng \01 banea? tylqFonorl Fhas V^n dr cggt
?qrq
(err?u06orq !,ePertr 1a?e Q,anpr:rpr , \qo\eri bondunq Jr\n frr,rsrVr hcrVqF \qgt . U"0Auoo, adq\qV .l"r\o.l,r
!q\u Fo\"\ lelqm\
c
fz-Li',uiq'f
[] [] []
n tl n
tl
fl
FnlsTtt'tITt0ht I'JtFTFrelE
IhqnJeskripsiron Feinds["^,.
tndo h€s i'a
\ndorp.sio \-rsrufoFc\n n€gc4ra Jcr ng ]e r rg6c, oke;n kqrgcn Seni ngc,r . trru\gi dorl' bcrl k', tq rion thovpun ctclcr + ]'ffiffiT fnJon ?sici. N,hrnun
tcr,:,.r31
l
c/
coh
t
gong f erclapa f
Jrtfl
p@7ry(mwD
hggcrrcn !c; n o,
ol yl,re
l_
f
ng
--
th€niru hcrSil karV ca
lohi-ys \og., Jqgtoh \nd ones I o'
o leL rhatqy st'q #1!? /ndorresr-q kcrgq qr
gunq
'
f h,::n r,r:i":r:
22--
Ol . 20 t\
-
$uarnq
(etos
n '4 kqtik-ax
/
q i,.i
-
eprrt
k
NugANTft gA
q [vrK I\JU9AMTAPA adaLah gefiotq.h Ltav hA0nqenflnqFon. Tern?& ngq eon9ot lndqh, gq5uk, Esmn4 Eihq"ri- bfsq bn'';,h, den b ergshota\n Cr c$^ P \ni . berg?xo\-o.Y) Di q\(K rn? \r,rnrjq|u : ,*i r"' q
ffi
- bosk dan pornoh seNat i , ,cqI 9enang ggtc\tr biEq mrengambrl jtrrugcrn Upr", ho.reno di [o,?n anqt( - anaF ngq qan4 M en9 enonkan tqK Kqtqh" guru - g u ru dqn KortlqUan d on 9Tr
nU
Lu
[ni40r bqa,tr
d.rU[
,
e,lngqL \M eng enong \.oo fiffi .=--t0kdt4\0. t'nT qun A$qF ^ qno\< 'dnC.i6 rug q gongqL b er prectasi reKari 9c\rn 0t[ - tarv\ pd F . ?
U,
qnq ho.rqocln
Qun .di ?arn ?qnq kqn urrtu K d.tper_llhqttqru Ks cgMua 9ar.4 qart[g gaqq sukq gqhotuh \n i [{on4L[tarnoKqn KedistptiflAn cj
qVusfrNTftg^
tni.
0
!tL,w;,,,-
RENCANA P ELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) NAMA SEKOLAH
SMK NUSANTARA CIPUTAT-TANGGERANG
MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTERA INDONESIA
KELAS/SEMESTER
X/I
PERTEMUAN KE-
10,11,12
ALOKASI WAKTU
4 X 45 MENIT
STANDAR KOMPETENSI
Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia secara Tingkat Semenjana.
KOMPETENSI DASAR
Melafalkan Kata, Bentuk Kata, dan Ungkapan yang Tepat.
INDIKATOR
-
Mampu Menentukan Pilihan Kata ( Diksi) Bentuk Kata, dan Ungkapan yang Tepat dalam Kalimat.
-
Mampu Menggunakan Diksi, Bentuk Kata, dan Ungkapan yang Tepat dalam Kalimat.
MATERI AJAR
MENULIS
METODE PEMBELAJARAN
CERAMAH DAN PENUGASAN
MEDIA PEMBELAJARAN
WACANA
STRATEGI PEMBELAJARAN
o o
Pertemuan ke-l
PENDAHULUAN Guru Memberikan Contoh Kelas Kata.
o r
l5 Menit
Waktu
KEGIATAN
.
Memberikan Materi Tentang Bentuk Kata, dalam Hal Ini Kata Berimbuhan
Dilanjutkan dengan Konsep Penggunaannya dalam Kalimat.
o Waktu o
:
60 Menit
PENUTUP Menyimpulkan Materi yang Telah Disampaikan.
I
r Waktu o Aspek
: :
15
Menit
Menanyakan Siapa yang Kurang Jelas dalam Materi Yang Diberikan. Memberikan Kesempatan kepada Siswa yang Ingin Berpendapat atau Bertanya.
o o
PeftemuanKe-2
PENDAHULUAN Guru Mengawali Pembelaj aran den gan Mengulas Kembal i Materi
S
ebelumnya.
Kemudian Dilanjutkan dengan Memberikan petunjuk Kerja.
o
KEGIATAN INTI
-
Guru Memberikan Materi Karangan Deskripsi Siswa Mengidentifikasi Bentuk Kata Siswa Menggunakan Bentuk Kata Berimbuhan Sesuai dengan Konsep yang Tepat dalam Karangan Deskripsi.
o
PENUTUP Guru menyimpulkan materi, dilanjutkan dengan penugasan kepada siswa untuk membuat karangan deskripsi dengan memerhatikan penggun aan kataberimbuhannya.
PENILAIAN HASIL BELAJAR
A. JENIS TAGIHAN : B. TINDAK LANJUT :
:
Tugas Individu / Tes Tertulis. Soal Ulangan Harian.
SOAL PERTEMUAN KE-I1
1.
Buatlah I contoh karangan deskripsi dengan memerhatikan penggunaankata berimbuhannya!
JAWABAN!
l.
Contoh Karangan Deskripsi dengan memerhatikan penggun aankata berimbuhannya.
Perlu digarisbawahi emansipasi wanita tidak hanya mempermasalahkan perebutan kursi
di parlemen atau juga memperebutkan posisi di perusahaan yang posisinya empuk, enak, ringan dan mudah akan tetapi, masalah yang kotor, kasar dan berat. Namun perlu diingat, tulisan
ini
bukan berarti menyuruh kaum wanita untuk memikul beban 59 kg, melainkan penulis mengajak
wanita untuk bisa merubah pandangan emansipasi wanita.
Selain Emansipasi wanita lapangan kerja (lahan pekerjaan), merupakan faktor penting yang memberikan pengaruh besar terhadap intensitas pengangguran. Semakin banyak lahan
pekerjaan yang tersedia semakin berkurang pula tingkat pengangguran. Sebaliknya, semakin sempit lahan pekerjaan, maka semakin tinggi tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran yang semakin bertambah akan mengakibatkan kemiskinan dan menimbulkan kemerosotan pada tingkat kesehatan. Data-d,ata di atas mengingatkan pembaca kepada pemerintah.
Di
mana peranan pemerintah jika masyarakatnya masih banyak yang
menjadi pengangguran? Kapan Indonesia akan maju? Kapan Indonesia bangun dan bangkit, kalau pembangunan pada masyarakatnya masih minim.
SUMBER BACAAN
A. Maju Bersama Bahasa Indonesia I PT.Tiga B. Karangan Deskripsi C. KBBI, EYD
Serangkai Pustaka Mandiri 2008.
Tangerang, 22 Juli 2011 Guru Mata Pelajaran,
Calon Guru
Yuni Ruwanti. S.Pd.
Ani
NIM 107013000666 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Dosen Pembimbing,
Drs. H. Faisal Bakar. SE
Nurvani, S.Pd. M.A