perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id i
IMPLEMENTASI PROGRAM ON THE JOB TRAINING (OJT) DALAM MEMPERSIAPKAN SISWA SMK NEGERI 6 SURAKARTA MEMASUKI DUNIA KERJA TAHUN DIKLAT 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
IRFAN DWI ATMOKO K 7408010
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id iii
IMPLEMENTASI PROGRAM ON THE JOB TRAINING (OJT) DALAM MEMPERSIAPKAN SISWA SMK NEGERI 6 SURAKARTA MEMASUKI DUNIA KERJA TAHUN DIKLAT 2011/2012
Oleh: IRFAN DWI ATMOKO K 7408010
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September 2012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id iv
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id v
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id vi
ABSTRAK
Irfan Dwi Atmoko, IMPLEMENTASI PROGRAM ON THE JOB TRAINING (OJT) DALAM MEMPERSIAPKAN SISWA SMK NEGERI 6 SURAKARTA UNTUK MEMASUKI DUNIA KERJA TAHUN DIKLAT 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. September 2012. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja. (2) untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam implementasi program On The Job Training yang diterapkan di SMK Negeri 6 Surakarta. (3) untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan dalam menanggulangi hambatan-hambatan dalam implementasi program On The Job Traning yang diterapkan di SMK Negeri 6 Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan strategi penelitian tunggal terpancang. Sumber data yang didapatkan dari penelitian ini berasal dari informan, tempat dan peristiwa serta dokumen dan arsip. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, observasi serta dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah trianggulasi sumber dan metode. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif di mana reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan saling berkaitan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) implementasi program OJT SMK Negeri 6 Surakarta telah sesuai dengan prosedur dan dapat mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta khususnya siswa kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran dari segi hard skill dan soft skill untuk memasuki dunia kerja. (2) hambatan yang dihadapai dalam program OJT adalah: (a) kurangnya kesiapan mental siswa dalam melaksanakan OJT, (b) frekuensi kunjungan guru pembimbing ke DUDI kurang, (c) tidak semua kompetensi dapat dilakukan oleh siswa, (d) ketidaksesuaian antara teori yang diperoleh siswa di sekolah dengan praktik kerja di DUDI. (3) usaha untuk mengatasi hambatan tersebut adalah: (a) memberikan motivasi terhadap siswa, (b) memberikan teguran dan peringatan kepada guru pembimbing, (c) melakukan sistem rolling di bagian kerja, (d) pembimbing instansi memberikan bimbingan terhadap siswa. Kata kunci: implementasi program on the job training, siswa SMK Negeri 6 Surakarta, dunia kerja
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id vii
ABSTRACT
Irfan Dwi Atmoko THE IMPLEMENTATION OF THE PROGRAM OF ON THE JOB TRAINING TO PREPARE THE STUDENTS OF STATE VOCATIONAL HIGH SCHOOL 6 OF SURAKARTA TO ENTER THE WORLD OF WORK IN THE EDUCATION AND TRAINING YEAR OF 2011/2012. Skripsi: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta 2012. The objectives of this research are to investigate: (1) the implementation of the program of On The Job Training to prepare the students of State Vocational High School 6 of Surakarta to enter the world of work; (2) the constraints encountered in the implementation the program of On The Job Training at State Vocational High School 6 of Surakarta; and (3) efforts taken to cope with the constraints in the implementation of the program of On The Job Training at State Vocational High School 6 of Surakarta. This research used the descriptive qualitative research method with the single embedded strategy. The samples of the research were taken by using the purposive sampling technique and the snowball sampling technique. The data sources of the research were informants, places, events, and documents and archives. The data of the research were gathered through in-depth interview, observation, and documentation. They were validated by using the data source triangulation and data gathering method triangulation. The data were then analyzed by using the interactive technique of analysis comprising three components, namely: data reduction, data display, and conclusion drawing. The results of the research are as follows: (1) the implementation of the program of On The Job Training at State Vocational High School 6 of Surakarta has been in compliance with the prevailing procedures an can prepare its students majoring in the Office Administration particularly in the expertise competencies in terms of hard skills and soft skills to enter the world of work; (2) the constraints encountered in the implementation of the program are as follows: (a) the students are not mentally ready to follow the program of On The Job Training, (b) the advising teachers have a low frequency to visit the world of business and industry, (c) not all of the competencies can be done by the students, (d) the theories accepted by the students in the class do not conform to the work practicum in the world of business and industry; and (3) the efforts taken to deal with the constraints are as follows: (a) motivating the students, (b) warning the advising teachers, (c) implementing the rolling system at the work department, (d) the advisors of the institutions give guidance to the students. Keywords: The implementation of the program of On The Job Training, the students of State Vocational High School 6 of Surakarta, and the world of work. commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id viii
MOTTO
Saya mengetahui harga dari sebuah kesuksesan adalah dedikasi dan pengabdian yang tiada henti-hentinya terhadap hal -hal yang ingin Anda lihat. Frank Lioyd Wright
Jangan khawatir kehidupan Anda berakhir, tetapi khawatirlah apabila kehidupan Anda tidak pernah dimulai. Grance Hansen
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan QS. Al Insyirah: 6
Pemenang adalah seseorang yang menyadari bakatnya sebagai karunia Allah, bekerja keras mengembangkannya menjadi keterampilan dan memanfaatkan keterampilannya untuk meraih cita-cita. Peneliti
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ix
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan sebagai wujud rasa cinta, sayang dan terima kasih kepada:
Bapak, Ibu, Kakak dan Adik tercinta atas dukungan dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. “Teman-teman Pendidikan Administrasi Perkantoran „08” Terima kasih kepada Alip, Baguz, Dedy, Andis, Aish, Riana, Nur,Vee, Prita, Any dan seluruh teman-teman PAP 08 yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu. “Almamater UNS”
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI PROGRAM ON THE JOB TRAINING (OJT) DALAM MEMPERSIAPKAN SISWA SMK NEGERI 6 SURAKARTA MEMASUKI DUNIA KERJA TAHUN DIKLAT 2011/2012”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Drs. Syaiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
3.
Drs. Ign. Wagimin, M.Si selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran yang telah memberikan bimbingan pengarahan dengan bijaksana.
4.
Dr. Hery Sawiji, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi.
5.
Tutik Susilowati, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam menyusun skripsi.
6.
Dra. Sri Supartini, MM selaku Kepala SMK Negeri 6 Surakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mencari data dalam rangka penyusunan skripsi.
7. Drs. Arif Suhardi, M.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Industri SMK Negeri 6 Surakarta yang telah memberi bimbingan dan bantuan commit to user dalam penelitian. x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xi
8. Siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 6 Surakarta yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini. 9. Institusi pasangan yang telah banyak membantu dalam penyediaan informasi. 10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan peneliti. Namun peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta,
September 2012
Peneliti
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ...............................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ..................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................
v
HALAMAN ABSTRAK .......................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................
ix
KATA PENGANTAR ..........................................................................
x
DAFTAR ISI ..........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Perumusan Masalah .............................................................
9
C. Tujuan Penelitian .................................................................
10
D. Manfaat Penelitian ...............................................................
10
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan .............
12
1. Pengertian Pendidikan ...................................................
12
2. Pengertian Pendidikan Sistem Ganda ...........................
20
3. Pengertian On The Job Training ...................................
27
4. Pengertian Kesiapan Kerja Siswa SMK.........................
35
5. Hasil Penelitian yang Relevan ......................................
39
B. Kerangka Berpikir ..........................................................
41
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ commit to ......................................... user B. Pendekatan dan Jenis Penelitian xii
43 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xiii
C. Data dan Sumber Data .......................................................
46
D. Teknik Sampling ................................................................
47
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................
48
F. Uji Validitas Data ...............................................................
50
G. Analisis Data ......................................................................
51
H. Prosedur Penelitian .............................................................
53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi/ Objek Penelitian ................................
55
1. Sejarah SMK Negeri Surakarta ..................................
55
2. Visi, Misi, Tujuan SMK Negeri 6 Surakarta ...............
56
3. Kondisi Fisik SMK Negeri 6 Surakrta ........................
57
4. Kondisi SDM SMK Negeri 6 Surakarta .....................
58
5. Kurikulum SMK Negeri 6 Surakarta ..........................
59
6. Kebijakan Mutu SMK Negeri 6 Surakarta ..................
60
7. Struktur SMK Negeri 6 Surakarta ...............................
61
B. Deskripsi Temuan Penelitian .........................................
64
1. Implementasi Program On The Job Training dalam Mempersiapkan Siswa SMK Negeri 6 Surakarta Memasuki Dunia Kerja ..............................................
64
2. Hambatan yang Dihadapi dalam Implementasi Program On The Job Training .....................................
109
3. Usaha yang dilakukan untuk Mengatasi Implementasi Program On The Job Training .................................... C. Pembahasan ....................................................................
113 118
Bab V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ..............................................................................
127
B. Implikasi ..............................................................................
129
C. Saran ...................................................................................
130
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
132
LAMPIRAN .......................................................................................... commit to user
134
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ...........................................................
42
Gambar 2. Model Analisis Interaktif ..............................................
52
Gambar 3. Prosedur Penelitian .........................................................
54
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daya Serap SMK Negeri 6 Surakarta Tahun Diklat 2010/2011 dengan Masa Tunggu 2 Bulan Setelah Lulus ...........................
8
Tabel 2. Jumlah Siswa SMK Negeri 6 Surakarta Tahun Diklat 2011/2012 .................................................................................
commit to user xv
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian ...............................................................
136
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan ..............................................................
137
Lampiran 3. Field Note ..........................................................................
142
Lampiran 4. Struktur Organisasi SMK Negeri 6 Surakarta ...................
162
Lampiran 5. Nota Kesepakatan Bersama (MoU) ..................................
163
Lampiran 6. Sinkronisasi Kurikulum .....................................................
171
Lampiran 7. Surat Permohonan Peserta OJT ..........................................
184
Lampiran 8. Blangko Permohonan Peserta OJT .....................................
185
Lampiran 9. Surat Permohonan Pembekalan OJT .................................
186
Lampiran 10. Jadwal Kegiatan Pembekalan OJT ..................................
187
Lampiran 11. Surat Penyerahan Peserta OJT .........................................
188
Lampiran 12. Daftar Peserta Praktikan OJT ..........................................
189
Lampiran 13. Buku Pelaksanaan OJT ...................................................
194
Lampiran 14. Blangko Monitoring dan Evaluasi OJT ...........................
230
Lampiran 15. Lembar Penilaian Kompetensi Siswa di Institusi Pasangan ........................................................
231
Lampiran 16. Sertifikat OJT ..................................................................
232
Lampiran 17. Daftar Nilai Peserta OJT .................................................
234
Lampiran 18. Keterserapan Siswa SMK Negeri 6 Surakarta Tahun Diklat 2011/2012 ..................................................
237
Lampiran 19. Dokumentasi ..................................................................
238
Lampiran 20. Perizinan Penelitian ........................................................
240
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui Kawasan Perdagangan Bebas Asean (Asean Free Trade Area/AFTA) dan pasar bebas dunia tahun 2020 telah menimbulkan persaingan ketat baik barang jadi atau komoditas maupun jasa. Dengan demikian Indonesia harus meningkatkan daya saing baik mutu hasil produksi maupun jasa. Peningkatan daya saing ini dimulai dari penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas untuk menghadapi persaingan. SDM yang berkualitas adalah SDM yang memiliki keahlian dan keterampilan sesuai demgam kebutuhan industri atau dunia usaha. Salah satunya upaya penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui jalur pendidikan. Pendidikan
merupakan
salah satu
faktor
yang
penting
dalam
pembangunan nasional. Pada negara berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pencipta SDM yang berkualitas. Pendidikan sangat penting artinya, karena tanpa pendidikan manusia akan terbelakang dan sulit berkembang. Penyelenggaraan pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang terencana, terstruktur dan sistematis untuk memberdayakan potensi individu
yang selanjutnya dapat memberikan
sumbangan pada keberdayaan masyarakat dan bangsa. Melalui pendidikan setiap orang mempunyai kesempatan yang lebih untuk memperoleh, mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap dimanfaatkan untuk menumbuhkan kreatifitas dengan kepribadian yang lebih mantap. Pada
dasarnya
penyelenggara
pendidikan
bertugas
untuk
mengembangkan kesadaran dan tanggung jawab setiap warga negara terhadap kelanjutan hidupnya terhadap lingkungan masyarakat dan negara. Sekarang ini pendidikan nasional sedang menghadapi tiga tantangan besar yaitu : commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
1. Tantangan atas dampak krisis moneter yang beberapa tahun yang lalu, sehingga pendidikan dituntut untuk mempertahankan hasil-hasil pendidikan. 2. Tantangan untuk dapat mengantisipasi era globalisasi dunia, sehingga pendidikan dituntut untuk mempersiapkan SDM yang berkompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global. 3. Tantangan yang terjadi sebagai konsekuensi diberlakukannya otonomi daerah yang dilakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keanekaragaman kebutuhan, keadaan daerah, dan peserta didik serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. Oleh karena itu, sistem pendidikan tidak cukup hanya mentransfer ilmu pengetahuan, teknologi, akan tetapi juga memerlukan aspek keterampilan untuk menerapkan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penyelenggaraan pendidikan dari masa ke masa senantiasa disesuaikan dengan tuntutan dan perubahan zaman seiring dengan perkembangan iptek serta mempertimbangkan perkembangan dan kebutuhan siswa. Meskipun keberhasilan seseorang dalam meraih kemampanan hidup tidak sepenuhnya ditentukan oleh pendidikan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa jalur pendidikan merupakan jalan terbaik bagi seseorang
untuk
memperoleh
pekerjaan.
Secara
empiris,
telah
terjadi
ketidaksesuaian antara supply dan demand keluaran pendidikan. Dalam arti lain, adanya kekurangcocokan antara kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja. Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta mengungkapkan bahwa jumlah pengangguran pada bulan Agustus 2011 mencapai 7,7 juta orang atau 6,56 % dari total angkatan kerja. Secara umum Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, TPT bulan Agustus 2011 sebesar 6,56 % turun dari TPT bulan Februari 2011 sebesar 6,80 % dan TPT bulan Agustus 2010 sebesar 7,14 %. Jika dibandingkan keadaan bulan Februari 2011, TPT pada hampir semua tingkat pendidikan cenderung turun, kecuali TPT untuk tingkat pendidikan SD ke bawah naik 0,19 %, Sekolah Menengah Pertama (SMP) naik 0,54%, dan Sekolah to user kenaikan sebesar 0,43%. Pada Menengah Kejuruan (SMK) yangcommit juga mengalami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
bulan Agustus 2011, TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) serta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih tetap menempati posisi tertinggi, yaitu masing-masing sebesar 10,66 % dan 10,43 %. (Laporan BPS, 2011) Dari data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingginya jumlah pengangguran yang berasal dari SMA dan SMK. Hal ini membuktikan masih rendahnya daya adaptasi lulusan dari sekolah formal untuk memenuhi tuntutan pasar kerja. Persaingan di dunia kerja semakin hari semakin ketat, di mana untuk memperoleh pekerjaan yang memadai atau sesuai dengan yang diinginkan dibutuhkan kemauan pendidikan yang cukup. Pendidikan yang relevan memberikan kontribusi sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan harus difokuskan terhadap pembinaan generasi muda yang bakal masuk ke pasar kerja sejak mereka masih sekolah. Mereka sangat berpotensi dan mampu menyerap berbagai hal yang bisa meningkatkan kompetensi dan keahliannya sesuai kebutuhan pasar kerja. Jika tidak, maka lembaga pendidikan hanya menghasilkan pengangguran baru yang tidak terserap di dunia kerja. Di Indonesia tuntutan publik terhadap pelayanan pendidikan yang adil dan berkualitas semakin meningkat sejak masa reformasi. Tuntutan publik tersebut antara lain tuntutan mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas, dan lapangan pekerjaan. Kompas.com (2008) menuliskan bahwa Pemerintah menargetkan pada tahun 2015 nanti persentase perbandingan antara jumlah murid SMK dan SMA di seluruh Indonesia mencapai 70% banding 30%, atau berbalik dari 30% banding 70% pada tahun 2005. Untuk mencapai rasio tersebut, pemerintah menargetkan persentase perbandingan jumlah murid SMK dan SMA pada tahun 2010 bisa mencapai 40% banding 60%. Sekarang baru berjalan tiga tahun dari 2005, perbandingan SMK dan SMA sudah mencapai 44% banding 56%. Perubahan SMA ke SMK ini dikarenakan jumlah pengangguran produktif kebanyakan adalah lulusan SMA. Pada dasarnya SMA diprogram untuk mereka yang melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, sedangkan pembekalan skill untuk siswa SMA bisa dikatakan, tidak ada. Berbeda dengan dunia SMK, siswa dituntut commit to usermenciptakan lapangan pekerjaan untuk menguasai skill serta diharapkan dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
sendiri. SMK dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dari segi keterampilan kerja. Oleh karena itu, saat ini banyak perusahaan yang membutuhkan lulusan dari SMK. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasonal No. 20 Tahun 2003 pasal 15 menyatakan bahwa SMK sebagai satuan bentuk pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama dalam bidang tertentu. Ditegaskan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, bahwa SMK merupakan pendidikan jenjang pendidikan menengah kejuruan yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk suatu jenis pekerjaan tertentu. Dengan demikian, konsep SMK lebih menekankan pada pendidikan yang mengantarkan peserta didik untuk memiliki suatu keahlian tertentu agar mendapatkan jenis pekerjaan tertentu pula. Diharapkan dengan pendidikan kejuruan, lulusan SMK mempunyai kecakapan hidup (life skill) yang sejalan dengan kebutuhan pasar kerja (demand driven). Harapan untuk menghasilkan lulusan SMK yang siap bersaing di dunia kerja ternyata belum sepenuhnya terpenuhi. Hasil penelitian yang dilakukan Setyaningsih, dkk. (2008) menyatakan bahwa ketidakterserapan tenaga kerja lulusan SMK di pasar kerja Kota Surabaya dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1.
Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja lulusan SMK, baik kuantitas maupun kualitas.
2.
Banyak program keahlian SMK yang dibuka belum berorientasi pada kebutuhan pasar kerja.
3.
Sertifikasi yang diperoleh oleh tenaga kerja lulusan SMK belum dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk memasuki dunia kerja.
4.
Tenaga kerja lulusan SMK di Surabaya belum memenuhi standar kompetensi dunia kerja.
5.
Belum ada tanggung jawab dan koordinasi bersama antara dunia pendidikan dengan DUDI, sehingga mengalibatkan ketidaksiapan dalam memasuki dunia kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
6.
Kompetensi tenaga pendidik sebagian besar SMK di Surabaya belum memenuhi standar kualifikasi yang dibutuhkan sebagai trainer. Dari
hasil
tersebut,
maka
dapat
dibandingkan
antara
keadaan
sesungguhnya di pasar kerja dengan kompetensi tenaga kerja lulusan SMK yang dibutuhkan oleh pasar kerja di Kota Surabaya. Kompetensi tenaga lulusan SMK yang dibutuhkan tersebut meliputi tenaga kerja yang berkualitas, siap pakai dan dapat memenuhi standar kompetensi serta mempunyai skills sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, memiliki sertifikat hasil dari uji kompetensi dengan standar dunia kerja serta memiliki sertifikat kompetensi tingkat nasional atau internasional. Menyadari akan kelemahan sekolah kejuruan tersebut, maka untuk dapat menghasilkan lulusan yang unggul. Oleh karena itu, pemerintah membuat suatu kebijakan untuk menghasilkan lulusan SMK yang siap bersaing di dunia kerja yaitu melalui kebijakan keterkaitan dan kesepadanan (link and match) yang dimulai pada tahun 1994. Kebijakan link and match adalah adanya keterkaitan dan kesepadanan antara lembaga pendidikan dan dengan kebutuhan dunia kerja dalam menghasilkan lulusan yang mempunyai keterampilan dan keahlian. Sebagai realisasi kebijakan link and match, maka pendidikan menengah kejuruan melakukan perubahan sistem pendidikan dan perubahan pola pikir, sikap dan nilai pelakunya yaitu dengan dilaksanakannya pendidikan sistem ganda (dual system). Pendidikan Sistem Ganda (PSG) menekankan pada pendidikan keahlian profesional yang memadukan antara lembaga pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja dalam menghasilkan lulusan yang mempunyai keterampilan dan keahlian. PSG mempunyai 2 tempat kerja pembangunan yang dilaksanakan berbasis sekolah (school based learning) dan berbasis kerja (work based learning). Untuk lebih meningkatkan kompetensi lulusan SMK maka pada tahun 1999/2000 pemerintah melaksanakan Uji Kompetensi Produktif (UKP). UKP merupakan suatu sistem pengujian kompetensi (competency test) yang dilakukan untuk komponen mata diklat produktif dalam bentuk ujian tertulis serta praktik secara komprehensif dan integratif. Mulai tahun 2007 istilah UKP berubah commit to user menjadi Uji Kompetensi Keahlian (UKK). UKK adalah suatu proses evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
yang bertujuan mengumpulkan data untuk mengukur kompetensi siswa. Untuk mengukur kompetensi yang dimiliki siswa maka perlu dilakukan metode penilaian (assesmen) UKK yang tepat salah satunya melalui pengalaman praktik. Dengan pengalaman praktik ini setiap siswa mengalami proses belajar secara langsung (learning by doing) yang dilaksanakan melalui pelatihan dalam bentuk kegiatan mengerjakan pekerjaan yang sesungguhnya di dunia kerja melalui program On The Job Training (OJT). Program On The Job Training ini terlaksana dengan kerja sama institusi pasangan sebagai wadah atau tempat terjun langsung siswa dalam melaksanakan pengalaman praktik langsung dengan bantuan instruktur dari pihak institusi pasangan serta guru pembimbing di sekolah. Melalui program On The Job Training ini, manfaat yang didapat berupa dapat memperkenalkan siswa dengan lingkungan dunia usaha dan dunia industri yang sebenarnya sehingga siswa mampu mempersiapkan diri memasuki dunia usaha apabila telah lulus. Selain itu, siswa akan memiliki standar kompetensi yang sesuai dengan persyaratan dunia kerja. Kemudian siswa dapat menyerap teknologi dan budaya kerja yang ada di dunia industri untuk pengembangan dirinya serta dapat menjadikan siswa setelah lulus menjadi tenaga kerja yang berwawasan mutu. Oleh karena itu, program On The Job Training sangat penting dilaksanakan. Dalam pelaksanaan On The Job Training tentunya masih ditemukan beberapa masalah, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi (2005) dan Nurhajadmo (2008). Hasil penelitian yang dilakukan Adi menemukan bahwa pelaksanaan On The Job Training di SMK N 2 Surakarta masih ditemukan masalah seperti belum adanya kesamaan persepsi antara sekolah dengan industri pasangan dalam menyusun program pendidikan dan pelatihan. Hasil penilaian selama On The Job Training belum dilakukan konversi ke dalam mata diklat terkait, kemudian penilaian siswa peserta On The Job Training yang dilakukan hanya sebatas prestasi selama bekerja langsung di industri dengan menggunakan format penilaian dari sekolah. Sementara itu, Nurhajadmo menemukan bahwa pelaksanaan On The Job Training di SMK N 2 Klaten menunjukkan keterbatasan dana yang dimiliki pihak commit userJob Training, menyebabkan pihak sekolah untuk melaksanakan program OntoThe
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
siswa harus membayar biaya tambahan. Kemudian terdapat siswa yang kurang serius siswa dalam memandang On The Job Training, menyebabkan pelaksanaan On The Job Training tidak bisa memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Meskipun jumlahnya kurang dari 5%, akan tetapi masih ditemukan siswa yang menganggap bahwa On The Job Training sebagai suatu hal yang dilakukan secara santai saja. SMK Negeri 6 Surakarta merupakan salah satu SMK unggulan di Kota Surakarta yang sejak tahun 2008 telah menerapkan SMM ISO 9001: 2008 yang salah satu tujuan untuk menciptakan lulusan yang dapat diserap oleh dunia kerja dengan mengembangkan sikap profesional. Hal ini berarti bahwa siswa SMK Negeri 6 Surakarta harus dipersiapkan menjadi lulusan yang siap memasuki dunia kerja dengan kemampuan yang kompetitif dalam hal prestasi akademik maupun keterampilan dan pengalaman kerja. Upaya yang dilakukan SMK Negeri 6 Surakarta yaitu dengan mempersiapkan lulusannya untuk memasuki dunia kerja adalah melalui program On The Job Training. Program On The Job Training merupakan bentuk nyata dari pelaksanaan Ujian Kompetensi Keahlian (UKK) yang digunakan untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki siswa SMK serta bagian dari program Pendidikan Sistem Ganda yang berupa belajar dengan melakukan (learning by doing) di dunia kerja. On The Job Training merupakan program pendidikan dan pelatihan yang dilakukan di dunia kerja dalam rangka mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh di bangku sekolah untuk mempersiapkan siswa atau lulusan dalam memasuki dunia kerja. Dalam pelaksanaan program On The Job Training di SMK Negeri 6 Surakarta dilandasi adanya sinkronisasi kurikulum yang berdasarkan kebijakan link and match yang diterapkan pemerintah pada tahun ajaran 1994/1995 yang dilaksanakan antara pihak sekolah dan dunia industri berdasarkan dengan peraturan pemerintah yaitu Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No. 29 Tahun 1990 tentang Sistem Pendidikan Menengah Kejuruan, PP No. 39 Tahun 1992 tentang Peran Masyarakat dalam Pendidikan Nasional, Keputusan Menteri Pendidikan dan commit to user Kebudayaan No. 80/U/1 Tahun 1993 tentang Kurikulum SMK.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
SMK Negeri 6 Surakarta telah berhasil mencetak lulusan yang bermutu. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang daya serap tamatan SMK Negeri 6 Surakarta dengan masa tunggu bekerja 2 bulan setelah lulus.
Tabel 1. Daya Serap Tamatan SMK Negeri 6 Surakarta Tahun 2010/2011 dengan Masa Tunggu 2 Bulan Setelah Lulus Program Keahlian Jumlah Bekerja Melanjutkan Wirausaha Belum Siswa Bekerja Akuntansi 116 48 24 1 43 Administrasi Perkantoran Pemasaran
114
54
11
-
49
77
35
12
-
30
Usaha Perjalanan 91 Wisata Multimedia 68
40
15
-
36
28
10
2
28
205
72
3
186
466
(Sumber : SMK Negeri 6 Surakarta, Juli 2011) Dari tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa daya serap tamatan SMK Negeri 6 Surakarta yang masuk di dunia kerja menunjukkan hasil yang cukup baik. Sebagian besar lulusan langsung mendapatkan pekerjaan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi dan juga berwirausaha sendiri. Secara teknis program On The Job Training dilaksanakan pada jangka waktu tertentu yaitu dengan mengirimkan siswa ke dunia usaha dan dunia industri untuk bekerja sesuai dengan profesi tertentu yang sesuai bidangnya. Pelaksanaan On The Job Training di SMK Negeri 6 Surakarta dilaksanakan pada kelas XI dengan jangka waktu selama 2 bulan. Sedangkan kelas XII tidak diadakan On The Job Training karena lebih difokuskan untuk persiapan Ujian Nasional. Program On The Job Training dilaksanakan dengan cara siswa terlebih dahulu dididik teori dan diberikan keterampilan di sekolah serta mendapatkan pelatihan sesuai dengan keahlian dan menurut standar kebutuhan kerja di institusi pasangan. Selama pelaksanaan On The Job Training siswa sepenuhnya menjadi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
tanggung jawab pihak institusi pasangan baik dalam hal pemberian tugas, pembimbingan, dan penilaian sehingga siswa dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan dapat mempraktikkan teori yang didapat selama belajar di sekolah ke dalam lingkungan kerja yang sesungguhnya. Selama On The Job Training siswa dibimbing dan dimonitor oleh guru pembimbing dan instruktur pembimbing. Kemudian pada akhir pelaksanaan On The Job Training siswa akan menerima sertifikat On The Job Training yang meliputi hasil penilaian kerja siswa selama melaksanakan On The Job Training. Keberhasilan pelaksanaan program On The Job Training sangat bergantung pada keterlibatan dunia usaha dan dunia industri sebagai institusi pasangan tempat penyelenggaraan pelatihan kerja siswa. Institusi pasangan yang kurang selektif dalam penempatan siswa, akan berdampak pada keberhasilan pelaksanaan program On The Job Training. Bertolak pada pelaksanaan program On The Job Training SMK Negeri 6 Surakarta pada tahun diklat 2010/2011, ternyata masih banyak ditemukan hambatan–hambatan yang terjadi. Misalnya kurangnya sikap mental dan keberanian siswa dalam berinteraksi selama bekerja, kurangnya intensitas pembimbingan yang dilakukan oleh guru pembimbing serta tidak semua pekerjaan di DUDI dapat dikerjakan oleh siswa. Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka penulis bermaksud mengadakan suatu penelitian yang berkaitan dengan implementasi On The Job Training. Penelitian tersebut tentang : “IMPLEMENTASI PROGRAM ON THE JOB TRAINING (OJT) DALAM MEMPERSIAPKAN SISWA SMK NEGERI 6 SURAKARTA MEMASUKI DUNIA KERJA TAHUN DIKLAT 2011 / 2012”.
B. Rumusan Masalah Iskandar (2008) berpendapat, “Rumusan masalah merupakan uraian dari masalah yang dimunculkan dalam latar belakang yang dikemukakan” (hlm.166). Rumusan masalah dinyatakan dengan kalimat pertanyaan atau pernyataan yang jelas dan padat. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, commit tosebagai user berikut : maka dapat dirumuskan masalah penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
1. Bagaimana
implementasi
program
On
The
Job
Training
dalam
mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja ? 2. Hambatan-hambatan apakah yang dihadapi dalam implementasi program On The Job Training yang diterapkan di SMK Negeri 6 Surakarta ? 3. Usaha-usaha apakah yang dilakukan dalam menanggulangi hambatanhambatan yang ada dalam implementasi program On The Job Traning yang diterapkan di SMK Negeri 6 Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan penelitian pada dasarnya selalu mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang dijadikan pedoman dan arahan. Iskandar (2008) berpendapat, “Tujuan penelitian adalah tujuan untuk menjawab pertanyaan masalah yang diteliti secara spesifik, untuk mencapai tujuan penelitian yang dilakukan” (hlm.167). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja.
2.
Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam implementasi program On The Job Training yang diterapkan di SMK Negeri 6 Surakarta.
3.
Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan dalam menanggulangi hambatan-hambatan yang ada dalam implementasi program On The Job Training yang diterapkan di SMK Negeri 6 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian Dari hasil pelaksanaan penelitian ini, diharapkan peneliti memperoleh manfaat, baik manfaat teoritis dan manfaat praktis : 1.
Manfaat Teoritis Dapat mengembangan khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, terutama tentang Pendidikan Sistem Ganda atau hal-ihwal commit to user tentang Pendidikan Sistem Ganda.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
2.
Manfaat Praktis a. Bagi sekolah Memberikan masukan yang bermanfaat dalam usaha menghasilkan model dan implementasi yang ideal, sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja sesuai tuntutan dunia kerja. b. Bagi siswa Memberikan motivasi bagi siswa SMK agar mampu mengembangkan diri dan mampu meningkatkan kompetensi dan keterampilan yang dimiliki agar siap memasuki dunia kerja. c.
Bagi dunia kerja Memberikan masukan dalam meningkatkan peran sertanya dalam kerjasama dengan sekolah demi kelancaran program On The Job Training.
d.
Bagi akademisi Memberikan sumbangan pemikiran agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia tentang pengembangan sumber daya daya manusia yang berkualitas dan unggul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka dalam suatu penelitian berisi pengkajian terhadap pengetahuan ilmiah yang sudah ada. Pengkajian dapat berbentuk asumsi dan konsep dalam lingkup studi yang akan diteliti.
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan Ilmu pengetahuan yang ada sekarang tidak lepas dari pengetahuan yang ada sebelumnya. Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan alat untuk mendapatkan pengetahuan baru ataupun menguji pengetahuan yang telah ada. Agar dapat diketahui bagaimana hubungan dan di mana posisi pengetahuan yang diperoleh dari penelitian, dalam kaitannya dengan pengetahuan yang telah ada. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian terhadap bahan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan dengan topik masalah.
1.
Tinjauan tentang Pendidikan Kejuruan a. Pengertian Pendidikan Kejuruan Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang–Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui bimbingan, pengajaran atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari pengertian tersebut, maka dapat diambil sebuah makna bahwa commit to user pendidikan adalah suatu proses pembentukan secara sadar dan terencana agar 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
peserta didik mempunyai kecakapan intelektualitas dan emosional yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara melalui kegiatan pelatihan serta pengajaran. Dalam pendidikan terdapat hubungan antara pendidikan dan peserta didik yang memiliki kedudukan berbeda tetapi memiliki daya yang sama yakni saling mempengaruhi agar proses pendidikan terlaksana dengan baik. Proses pendidikan dalam diri manusia dapat berlangsung seumur hidup. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia karena manusia terlahir dengan memiliki berbagai potensi. Potensi-potensi tersebut perlu untuk dikembangkan
sehingga
dapat
dikatakan
menjadi
manusia
yang
sesungguhnya. Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 adalah sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Penyelenggara pendidikan di Indonesia dilaksanakan melalui tiga jalur yaitu jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Jalur pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar (SD, MI, SMP, MTs), pendidikan menengah (SMA, MA, SMK, MAK), dan pendidikan tinggi (Akademik, Politeknik, Institut, Sekolah Tinggi, Universitas). Sedangkan jalur pendidikan nonformal diselenggarakan bagi
warga
masyarakat
yang
memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Di samping itu, jalur pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Jenis pendidikan formal menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan commit to user Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 15 menyatakan bahwa “Jenis pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
mencakup
pendidikan umum,
kejuruan,
akademik,
profesi,
vokasi,
keagamaan, dan khusus”. Salah satu jenis pendidikan formal yang mampu menghasilkan tenaga kerja dengan kemampuan menengah adalah pendidikan kejuruan.
Pendidikan kejuruan merupakan
bentuk pendidikan yang
membekali anak didik dengan suatu keterampilan tertentu agar mereka siap memasuki lapangan kerja. Ninghardjanti (2003) menyatakan bahwa “Pendidikan kejuruan merupakan suatu bentuk pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu” (hlm.171). Hal senada juga disebutkan Slamet (1991) menyatakan bahwa “Pendidikan kejuruan adalah program pendidikan yang secara langsung dikaitkan dengan penyiapan seseorang untuk suatu pekerjaan tertentu atau untuk arah persiapan tambahan karir seseorang” (Adi,2005:204). Sedangkan pendidikan kejuruan menurut Ayurai (2010) menyatakan bahwa “Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang tertentu, serta mempersiapkan mereka agar dapat memperoleh kehidupan yang layak melalui pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing serta norma-norma yang berlaku”. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang membantu mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik sebagai persiapan untuk bekerja atau pendidikan tambahan dalam bekerja, selain itu mempersiapkan peserta didik agar mendapatkan kehidupan layak melalui pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya masing-masing serta norma-norma yang ada. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan bagian dari jalur pendidikan kejuruan, dimana pendidikan ini selalu berusaha mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang yang dipilih dan setelah lulusan dipersiapkan sebagai tenaga kerja menengah yang mempunyai pengetahuan, wawasan, keahlian, keterampilan dengan kualifikasi standar sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan dunia kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
b. Tujuan Pendidikan Kejuruan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
sebagai
bentuk
satuan
pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 15, “pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”. Wena (1996) mengemukakan tujuan dari pendidikan kejuruan sebagai berikut : 1) Membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, sikap dan keterampilan 2) Menghasilkan tamatan yang siap pakai 3) Mengembangkan potensi yang ada pada diri anak 4) Mempersiapkan peserta didik utuk mampu memasuki lapangan kerja (Adi,2005:206) Tujuan pendidikan kejuruan menurut Ayurai (2010) menyatakan bahwa “Selain memiliki tugas pendidikan secara umum, Pendidikan kejuruan mempunyai misi khusus yaitu memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk memasuki lapangan kerja dan menghasilkan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan oleh masyarakat”. Berdasarkan uraian di atas, pendidikan kejuruan mempunyai suatu tujuan yaitu menghasilkan lulusan yang mampu menjadi tenaga tingkat menengah yang siap pakai, terampil, luwes, menguasai teknologi, efektif dan efisien dalam bekerja. Upaya untuk menghasilkan siswa yang terampil (siap pakai) dan relevan dengan kebutuhan serta mampu menguasai teknologi, maka pihak sekolah harus bekerja sama dengan pihak industri atau usaha jasa sebagai institusi pasangan dalam pengembangan ketrampilan kerja siswa, dikarenakan sekolah menengah kejuruan dapat menghasilkan lulusan yang siap terjun ke dunia kerja. Hal ini dikarenakan tujuan pendidikan kejuruan sendiri yaitu menyiapkan siswa memasuki dunia kerja baik industri maupun jasa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
c. Kurikulum Pendidikan Kejuruan Kurikulum yang dipakai pendidikan kejuruan saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 37, di dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10)
Pendidikan Agama Pendidikan kewarganegaraan Bahasa Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Seni dan budaya Pendidikan jasmasi dan olah raga Keterampilan/kejuruan, dan Muatan lokal
Isi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum. Direktorat Pembinaan SMK (2008) dalam Bimtek KTSP SMK menyatakan penyusunan struktur kurikulum SMK dikelompokkan sebagai berikut : 1) Program Normatif, berperan dalam pembentukan watak manusia Indonesia. Program normatif memuat bahan kajian dan pelajaran berupa: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, serta Seni Budaya. 2) Program Adaptif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Program adaptif berisi mata diklat yang lebih menitikberatkan pada pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep dan prinsip dasarcommit ilmu dan teknologi yang dapat diterapkan pada to user kehidupan sehari-hari dan atau melandasi kompetensi untuk bekerja.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Kelompok program adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI), dan Kewirausahaan. 3) Program Produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), standar kompetensi dan level kualifikasi. Program produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian. Kelompok program produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan. 4) Muatan lokal merupakan mata pelajaran yang kompetensinya tidak dapat diwadahi dalam mata pelajaran yang telah ada, maka setiap satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator pembelajaran. Ruang Lingkup muatan lokal terdiri atas : a) Lingkup keadaan dan kebutuhan daerah (1) Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. (2) Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. b) Lingkup isi/jenis muatan lokal, dapat berupa bahasa daerah, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah dan selaras dengan kompetensi keahliannya. 5) Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik dan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan lainnya yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran. Pengembangan diri pada SMK terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karir. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
a) Pengembangan kreativitas Pengembangan kreativitas dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, paskibra, PMR, karya ilmiah siswa, pameran hasil karya siswa, Lomba Karya Ilmiah siswa (LKS), dan pentas seni. b) Pengembangan karir Pengembangan karir dapat dilakukan melalui pemberian informasi lapangan kerja, bimbingan tata cara mencari pekerjaan, bimbingan profesi, pengenalan serta pengembangan kepribadian.(hlm. 17-20) Pada dasarnya penyusunan kurikulum SMK merupakan suatu proses dalam
merencanakan,
mengorganisasikan,
mengimplementasikan
dan
mengevaluasi keseluruhan kegiatan pembelajaran baik di sekolah, maupun di institusi pasangan. Pengelompokkan kurikulum di atas diartikan sebagai upaya SMK dalam menempatkan kompetensi yang harus dikuasai tamatannya sesuai dengan tuntutan dunia kerja, menentukan materi pembelajaran yang harus sesuai dengan kegiatan dan pengalaman belajar yang harus dilalui oleh peserta didik. Agar siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien serta dapat mengembangkan keahlian dan keterampilan, peserta didik harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai tuntutan pekerjaan, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri, maka struktur kurikulum SMK diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. d. Model Pendidikan Kejuruan Pemerintah memainkan peranannya dalam proses pendidikan kejuruan yang bermutu bagi sebagian besar warganya. Hadi (2004), mengemukakan model-model dalam pendidikan kejuruan yaitu sebagai berikut : 1) Pemerintah tidak mempunyai peran, atau hanya peran marginal dalam proses kualifikasi pendidikan kejuruan. 2) Pemerintah sendiri merencanakan, mengorganisasikan dan mengontrol pendidikan kejuruan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
3) Pemerintah menyiapkan atau memberikan kondisi yang relatif komprehensif dalam pendidikan kejuruan bagi perusahaanperusahaan swasta dan sponsor swasta lainnya. (hlm.17) Adapun uraian penjelasannya sebagai berikut : 1) Model pertama bersifatnya liberal, namun kita dapat mengatakanya sebagai model berorientasi pasar (market oriented model) permintaan tenaga kerja. Perusahaan-perusahaan sebagai pemeran utama berhak menciptakan desain pendidikan kejuruan yang tidak harus berdasarkan prinsip pendidikan yang bersifat umum, dan pemerintah tidak dapat ikut campur karena yang menjadi sponsor, dana dan lainnya adalah dari perusahaan. Beberapa negara penganut model ini adalah Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat. 2) Dalam model kedua ini lebih bersifatnya birokrat, pemerintah dalam hal ini yang menentukan jenis pendididikan apa yang harus dilaksanakan di perusahaan, bagaimana desain silabusnya, begitu pula dalam hal pendanaan dan pelatihan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan tidak selalu berdasarkan permintaan kebutuhan tenaga kerja ataupun jenis pekerjaan saat itu. Meskipun model ini disebut juga model sekolah (school model), pelatihan dapat dilaksanakan di perusahaan sepenuhnya. Beberapa negara seperti Perancis, Italia, Swedia serta banyak dunia ketiga juga melaksanakan model ini. 3) Model ketiga disebut model pasar dikontrol pemerintah (state controlled market) dan model inilah yang disebut model sistem ganda (dual system) sistem pembelajaran yang dilaksanakan di dua tempat yaitu sekolah kejuruan serta perusahaan yang keduanya bahu membahu dalam menciptakan kemampuan kerja yang handal bagi para lulusan pelatihan tersebut. Negara yang menggunakan sistem ini diantaranya Swiss, Austria dan Jerman. Dari ketiga model pendidikan kejuruan tersebut kecenderungan yang digunakan di Indonesia adalah model pasar dikontrol pemerintah (state commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
controlled market), dilaksanakan di dua tempat yaitu di sekolah dan di industri dengan berbagai perkembangan. 2.
Tinjauan tentang Pendidikan Sistem Ganda a.
Pengertian Pendidikan Sistem Ganda Pendidikan Sistem Ganda (dual system) merupakan strategi pokok
yang dikhususkan untuk SMK dalam rangka operasionalisasi link and match. Konsep link and match merupakan keterkaitan dan kecocokan tersebut, maka diharapkan lulusan pendidikan mampu memenuhi kebutuhan kerja. Pada dasarnya konsep link and match sama halnya dengan konsep supply-demad. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dunia pendidikan sebagai penyedia sumber daya manusia (supply) serta dunia kerja sebagai pihak yang membutuhkan atau penggunaan sumber daya manusia tersebut (demand). Menurut Badeni (2002) “Pendidikan Sistem Ganda adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan di SMK dan pelatihan industri yang dilakukan secara sistematik untuk mencapai tingkat yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja” (hlm.712). Sedangkan simpulan Bukit (1997) lebih mengartikan “PSG sebagai sistem pendidikan kejuruan yang melaksanakan pembelajaran di sekolah dan pelatihan di industri, yang mana pembelajaran di sekolah dan pelatihan di industri merupakan dua komponen yang berasal dari program yang tidak terpisahkan” (Anwar,2002:423). Pengertian lain mengenai Pendidikan Sistem Ganda menurut Pramukantoro (2004), “PSG adalah melaksanakan pendidikan yang mengintegrasikan kegiatan belajar di sekolah dengan kegiatan bekerja di industri yang diyakini akan mampu meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan
kejuruan”
(hlm.200).
Sementara
itu,
Papahan
(2002)
menyimpulkan Pendidikan Sistem Ganda sebagai berikut: Pendidikan Sistem Ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, dan terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. (Soeprijanto,2010:278) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Dari pengertian di atas, tampak bahwa Pendidikan Sistem Ganda mengandung beberapa pengertian, yaitu: 1) Pendidikan Sistem Ganda terdiri dari gabungan subsistem pendidikan di sekolah dan subsistem pendidikan di DUDI. 2) Pendidikan Sistem Ganda merupakan program pendidikan yang secara khusus bergerak dalam penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional. 3) Penyelenggaraan program pendidikan di sekolah dan di DUDI dipadukan secara sistematis dan sinkron, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai. 4) Proses penyelenggaraan pendidikan di DUDI lebih ditekankan pada kegiatan bekerja sambil belajar (learning by doing) secara langsung pada keadaan yang sesungguhnya. b.
Dasar dan Tujuan Pendidikan Sistem Ganda Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda akan menjadi salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan kejuruan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut sesuai: 1) Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2 (dua) jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. UUSPN No. 29 Tahun 1989, Bab IV, pasal 10, ayat (1) 2) Penyelenggaraan sekolah menengah dapat bekerjasama dengan masyarakat terutama dunia usaha dan para dermawan untuk memperoleh sumber daya dalam rangka menunjang penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan. PP No. 29 Tahun 1992, Bab XI, pasal 29, ayat (1) 3) Pengadaan dan pendayagunaan sumberdaya pendidikan di lakukan oleh Pemerintah, masyarakat, dan atau keluarga peserta didik. UUSPN No. 29 Tahun 1989, Bab VIII, pasal 33 4) Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluasluasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan Nasional. UUSPN No. 29 Tahun 1989 , Bab XIII, pasal 47, ayat (1) 5) Peran serta masyarakat dapat berbentuk pemberian kesempatan untuk magang dan atau latihan kerja. PP No. 39 Tahun 1992, Bab III, pasal 4, butir (8) 6) Pemerintah dan Masyarakat menciptakan peluang yang lebih besar untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam Sistem pendidikan Nasional. commit to user PP No. 39 Tahun 1992 , Bab VI, pasal 8, ayat (2)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
7) Pada sekolah menengah dapat dilakukan uji coba gagasan baru yang diperlukan dalam rangka pengembangan pendidikan menengah. PP No. 29 Tahun 1992, Bab XIII, pasal 32, ayat (2) 8) Sekolah Menengah Kejuruan dapat memilih pola penyelenggaraan pengajaran sebagai berikut: a) Menggunakan unit produksi sekolah yang beroperasi secara profesional sebagai wahana pelatihan kejuruan. b) Melaksanakan sebagian kelompok mata pelajaran keahlian kejuruan di sekolah, dan sebagian lainnya di dunia usaha atau industri. c) Melaksanakan kelompok mata pelajaran keahlian kejuruan sepenuhnya di masyarakat, dunia usaha dan industri. Kepmendikbud, No. 080/U/1993, Bab IV, butir C.I kurikulum 1994, SMK. (Syaifudin,2009) Pada dasarnya tujuan pokok dari pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan. Seorang lulusan SMK yang berkualitas, lebih mengacu dimilikinya kemampuan atau keterampilan kerja oleh para lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha/dunia industri. Menurut Anwar (2002), tujuan pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah sebagai berikut : 1) Menghasilkan tenaga kerja yang dengan keahlian profesional yaitu, yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, keahlian dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan. 2) Meningkatkan dan memperkokoh link and match antara lembaga pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional. 3) Meningkatkan efesiensi dan efektivitas pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas profesional. 4) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.(hlm.423) Dengan adanya dasar dan tujuan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang jelas tersebut, maka pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan mampu
menciptakan lulusan yang
berkualitas, dan mampu terserap di dunia kerja sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang profesional. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
c.
Komponen Pendidikan Sistem Ganda Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda yang dilaksanakan di dua
tempat yaitu di SMK dan di DUDI. Oleh karena itu, diperlukan komponenkomponen untuk mendukung kelancaran pelaksanaan PSG. Anwar (2002) menjabarkan mengenai komponen-komponen dalam program Pendidikan Sistem Ganda yang diselenggarakan oleh SMK adalah sebagai berikut : 1)
Institusi pasangan
2)
Program pendidikan bersama
3)
Kelembagaan kerjasama
4)
Nilai tambah dan insentif
5)
Jaminan keberlangsungan (hlm.423)
Adapun uraian penjelasannya sebagai berikut : 1) Institusi pasangan Institusi pasangan adalah dunia usaha/dunia industri (DU/DI) yang digunakan sebagai tempat pelatihan siswa SMK, atas dasar program kerja yang formal. Kegiatan peserta di institusi pasangan merupakan kegiatan bekerja langsung pada pekerjaan yang sesungguhnya, untuk menguasai kompetensi
keahlian
yang
benar
dan
terstandar,
sekaligus
menginternalisasikan sikap dan etos kerja profesional pada bidangnya. Peran institusi pasangan dalam kegiatan pelatihan siswa terbatas pada rekruitmen, penempatan, pendelegasian, pembimbingan, dan evaluasi 2) Program pendidikan bersama Program bersama merupakan merupakan program pendidikan yang dirancang dan dilaksanakan bersama antara SMK dan dunia kerja, dimana SMK yang melaksanakan program pendidikan dan pelatihan harus mengatur berapa jumlah waktu belajar siswa yang akan digunakan belajar di sekolah dan dipergunakan di dunia kerja agar sesuai dengan kebutuhan pencapaian penguasaan kemampuan yang telah disepakati. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
3) Kelembagaan kerjasama Pendidikan Sistem Ganda sebagai program kerja sama antara sekolah sebagai penyelenggara lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia usaha sebagai mitra usaha dalam membentuk peserta didiknya supaya menguasai keahlian profesi. Pola hubungan kelembagaan dalam PSG dikoordinasikan melalui Majelis Sekolah. Majelis Sekolah dibentuk oleh SMK sebagai wadah
kerja
sama
antara
sekolah
dengan
masyarakat
dalam
mendayagunakan semua potensi yang ada di lingkungan sekitarnya, khususnya DUDI untuk menunjang peningkatan efektivitas pencapaian tujuan SMK. Peran majelis sekolah dalam hal ini sebagai organisasi yang ikut
menentukan
kebijaksanaan
penyelenggaraan
PSG
di
SMK.
Keanggotaan majelis sekolah meliputi semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan PSG, yaitu unsur SMK, KADIN, asosiasi perusahaan, organisasi pekerja, dan tokoh masyarakat. 4) Nilai tambah dan insentif Dalam rangka mensukseskan pembangunan perlu adanya kerjasama yang erat dan permanen antara dunia pendidikan dan DUDI pada umumnya dalam rangka memenuhi tenaga kerja yang cakap dan terampil bagi keperluan pembangunan di berbagai bidang tanpa merugikan DUDI. Melalui PSG diharapkan memiliki nilai tambah tiga segi antara DUDI, sekolah dan peserta didik itu sendiri. Kerjasama antara SMK dan DUDI, khususnya dalam pelaksanaan PSG, dikembangkan dengan prinsip saling membantu, saling mengisi, dan saling melengkapi untuk keuntungan bersama. Berdasarkan prinsip ini, pelaksanaan PSG akan memberi nilai tambah bagi pihak-pihak yang bekerjasama. Serta adanya insentif yang diberikan oleh pihak DUDI bagi siswa dan sebagai bentuk penghargaan hasil kerja siswa selama melaksanakan PSG. 5) Jaminan keberlangsungan Dalam pelaksanaan PSG merupakan proses pembelajaran yang dilakukan di dua tempat yaitu di sekolah dan industri. Untuk itu perlu adanya user jaminan keberlangsungan commit selama topelaksanaan yaitu penyediaan fasilitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
pendidikan dan latihan, sumber daya (instruktur) yang memiliki wawasan dan kualitas mutu. Serta sebagai tempat untuk mengembangkan pendidikan dan pelatihan pada tingkat sekolah. d. Model Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda Model pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda adalah pola yang menyangkut tentang tata cara pelaksanaan PSG mulai dari tahapan persiapan, pelaksanan dan tahap penarikan siswa dari industri dengan alokasi waktu yang telah terstruktur. Menurut Soeprijanto (2010), menjabarkan model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda adalah sebagai berikut : Dalam penyelenggaraan days release disepakati bersama, dari 6 hari belajar satu minggu, beberapa hari di perusahaan dan beberapa hari di sekolah. Dalam penyelenggaraan block release disepakati bersama bulan/caturwulan/semester mana di perusahaan, dan bulan/caturwulan/ semester mana di sekolah. Sedangkan dalam penyelengaraan days release disepakati jam-jam belajar yang harus dilepas dari sekolah dan dilaksanakan di perusahaan. (hlm. 279) Dengan adanya model pengaturan pelaksanaan program, khususnya yang menyangkut tentang kapan dilaksanakan di lembaga pendidikan (di SMK) dan kapan di institusi pasangannya. Secara garis besar model atau pola penyelenggaraan itu dapat berbentuk day release, berbentuk block release, berbentuk hour release, atau kombinasi dari ketiganya. Keistimewaan model day release adalah selain melaksanakan praktik di DUDI, siswa juga masih bisa mendapatkan materi sesuai tuntutan kurikulum
walaupun
prosentasenya
rendah.
Model
block
release
mempunyai keistimewaan yang hampir sama dengan day release sama-sama mempunyai waktu yang dibagi antara di sekolah dan di DUDI, namun jangka waktu diberikan pada siswa berada di DUDI untuk berkonsentrasi dalam PSG lebih besar. Sedangkan model hour release mempunyai kelebihan siswa tidak melupakan materi di sekolah dan tetap dapat mengikuti PSG di DUDI. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Namun ketiga model pelaksanaan PSG tersebut mempunyai kelemahan. Dalam bentuk penyelenggaraan day release mempunyai kekurangan yaitu konsentrasi siswa akan terbagi antara kegiatan PSG di DUDI dengan pembelajaran di sekolah. Dalam betuk penyelenggaraan block release siswa difokuskan melaksanakan praktik di DUDI 6 hari dalam seminggu dengan waktu pelaksanaan 8 bulan. Bentuk block release tidak cocok diterapkan karena materi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak tercapai dan pelaksanaan evaluasi secara tatap muka oleh sekolah juga sulit dilakukan. Sedangkan untuk model hour release akan konsentrasi siswa akan terbagi karena proses pembelajaran yang terbagi dengan PSG di DUDI dalam hari yang sama. e.
Nilai Tambah Pendidikan Sistem Ganda Kerjasama SMK dengan dunia usaha/dunia industri, dilaksanakan
dengan prinsip saling membantu, saling mengisi dan saling melengkapi untuk keuntungan bersama. Berdasarkan prinsip ini, maka diharapkan pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda akan memberikan nilai tambah bagi para pihak yang bekerjasama. Anwar (2002) menjabarkan tiga nilai tambah dari Pendidikan Sistem Ganda sebagai berikut : 1) Nilai tambah bagi dunia usaha a) Dapat mengetahui secara tepat kualitas peserta didik yang belajar dan bekerja dan bekerja di perusahaan. b) Pada batasan-batasan tertentu selama masa pendidikan peserta didik adalah tenaga yang memberi keuntungan. c) Selama proses pendidikan melalui bekerja di industri, peserta didik dapat lebih mudah diatur dalam disiplin, seperti kepatuhan dalam terhadap aturan perusahaan. d) Dunia usaha dapat memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang relevan. e) Memberi kepuasan bagi dunia usaha karena ikut serta menentukan hari depan bangsa melalui Pendidikan Sistem Ganda. 2) Nilai tambah bagi sekolah a) Tujuan pendidikan untuk memberi keahlian profesional bagi peserta didik. b) Tanggungan biaya pendidikan menjadi ringan. c) Terdapat kesesuaian antara program pendidikan dengan commit to user kebutuhan lapangan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
d) Memberi kepuasan bagi penyelenggara pendidikan. 3) Nilai tambah bagi siswa. a) Hasil belajar akan lebih bermakna karena setelah tamat mereka memiliki keahlian sebagai bekal untuk mengembangkan diri setelah tamat mereka memiliki keahlian sebagai bekal untuk mengembangkan diri secara berkelanjutan. b) Waktu untuk mencapai keahlian menjadi singkat. c) Keahlian profesional yang diperoleh melalui PSG dapat mengangkat harga diri dan percaya diri tamatan.(hlm.425-426) Program pendidikan pada Pendidikan Sistem Ganda diarahkan pada pencapaian kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan jabatan pekerjaan yang berlaku di dunia kerja. Program ini dapat tercapai apabila terdapat kerja sama yang saling membutuhkan antara dunia pendidikan khususnya SMK dengan dunia kerja. Tanpa adanya peran keduanya dalam pendidikan maka untuk mencapai kemampuan profesional tidak dapat tercapai, karena hanya dunia kerja yang paling mengerti tentang standar tenaga kerja yang diperlukan dan bagaimana cara mendidik calon tenaga kerja tersebut sehingga mampu memenuhi standar yang dibutuhkan dunia kerja.
3.
Tinjauan tentang On The Job Training a. Pengertian On The Job Training On The Job Training menurut pendapat Damin (2008) merupakan “metode-metode praktis sebagai wahana pengembangan kemampuan profesional dan keterampilan teknikal peserta pelatihan”(hlm.35). Sedangkan On The Job Training menurut Sedarmayanti (2010) adalah “metode pelatihan praktis yang dilaksanakan dengan melakukan praktek kerja sesuai dengan jabatan/pekerjaan dan alat yang digunakan sebenarnya (di tempat kerja yang sebenarnya), sasarannya adalah peningkatan keterampilan kerja” (hlm.181). Pengertian lain menurut Hasibuan (2011), On The Job Training merupakan “latihan langsung bekerja di tempat untuk belajar dan meniru suatu pekerjaan di bawah pimpinan seorang pengawas” (hlm.77). Berdasarkan uraian di atas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa commit to user On The Job Training merupakan pelatihan secara langsung yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
dilaksanakan di tempat kerja sesuai dengan pekerjaanya sesungguhnya dalam rangka
mengaplikasikan
pengetahuan
dan
pengalaman
kerja
untuk
meningkatkan keterampilan kerja dengan pengawasan dan bimbingan. Bagi SMK program On The Job Training merupakan pelatihan yang secara langsung dilaksanakan di tempat kerja dalam penempatan dan keterampilan yang diperoleh di sekolah. Program On The Job Training dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu dan rutin sehingga diharapkan dapat bekerja secara efektif dan efisien. Program On the Job Training akan mengenalkan siswa kepada dunia usaha dan dunia industri yang sesungguhnya sehingga akan mampu mempersiapkan siswa terjun ke dunia kerja apabila telah menyelesaikan studinya. Program On The Job Training merupakan program pendidikan dan pelatihan yang dilakukan di dunia kerja dalam rangka mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh di sekolah untuk mempersiapkan siswa atau lulusannya dalam memasuki dunia kerja. b. Dasar Hukum dan Manfaat On The Job Training Pelaksanaan On The Job Training menjadi salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan di luar SMK yang menggunakan dasar hukum sebagai berikut : 1) Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2) Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah 3) Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 1992 tentang Peranan Masyarakat dalam Pendidikan Nasional 4) Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 080/U/1993 tentang Kurikulum SMK Dalam On The Job Training, siswa akan mempelajari kemampuankemampuan yang harus dikuasi berdasarkan jenis-jenis pekerjaan yang ada di lapangan kerja. Dengan On The Job Training siswa telah bekerja langsung pada bidang pekerjaan yang sesungguhnya, sehingga sebenarnya siswa telah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
memiliki kemampuan yang diperoleh melalui pengalaman kerja. Adapun manfaat dari pelaksanaan On The Job Training adalah sebagai berikut: 1) Siswa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia kerja yang sesungguhnya. 2) Siswa memiliki tingkat kompetensi standar sesuai dengan dipersyaratkan oleh dunia kerja. 3) Siswa dapat menyerap teknologi dan budaya kerja untuk pengembangan dirinya. 4) Siswa menjadi tenaga kerja yang berwawasan mutu, ekonomis, bisnis, kewirausahaan, dan produktif. Berdasarkan rumusan tersebut di atas, pada dasarnya pelatihan di dunia kerja melalui program On The Job Training bertujuan untuk memberikan pengalaman kerja yang sesungguhnya agar peserta didik menguasai kompetensi keahlian produktif terstandar, menginternalisasi sikap, nilai dan budaya industri yang berorientasi pada standar mutu, nilai-nilai ekonomi dan jiwa kewirausahaan serta membetuk etos kerja yang kritis, produktif, dan kompetitif. c. Mekanisme Pelaksanaan On The Job Training Pelaksanaan On The Job Training memiliki prosedur yang sistematis sebagai berikut: 1) Menyusun program On The Job Training Di dalam kegiatan ini dibuat silabus sebagai acuan standar kompetensi serta dilakukan pula pembuatan sinkronisasi kurikulum dengan pihak dunia usaha dunia industri. Hal ini dilakukan agar pelatihan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan di dunia usaha dan dunia industri karena dunia usaha dan dunia industri lebih mengerti akan kebutuhan tenaga kerja, serta mempersiapkan siswa yang siap berkompetisi dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Kesiapan kerja yang dimiliki seseorang sangat menentukan dan mempengaruhi mutu pekerjaan yang akan dilakukannya, serta menjadi nilai lebih tersendiri dalam menghadapi commit user pandai dalam pengetahuan tetapi persaingan di dunia kerja. Orangtoyang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
tidak memiliki kesiapan (dalam hal ini mental dan pengalaman) akan kesulitan dalam menghadapi persaingan di dunia kerja. Di dalam kegiatan perekrutan tenaga kerja, perusahaan akan menggunakan standar kesiapan serta pengalaman kerja yang dimiliki sebagai salah satu standar kesiapan kerja yang dimiliki sebagai salah satu standar penilaian dalam proes seleksi tenaga kerja. 2) Memilih dan menentukan institusi pasangan sebagai tempat pelaksanaan On The Job Training Institusi pasangan adalah dunia kerja seperti DUDI, instansi pemerintah yang telah mengadakan kesepakatan dengan SMK, baik lisan maupun tertulis untuk bekerjasama dalam pelaksanaan OJT, yang memiliki aktifitas kerja sesuai dengan jurusan atau program studi yang ada di SMK yang bersangkutan. Institusi pasangan yang dipakai sebagai pelatihan tidak harus memilki fasilitas yang lengkap, terpenting fasilitas memadai sebagai penunjang siswa dalam latihan kerja. Dengan demikian industri kecilpun dapat dijadikan sebagai tempat penunjang bagi siswa dalam latihan kerja dengan syarat mempunyai kriteria-kriteria sebagai tempat pelatihan siswa, walaupun dalam kenyataan Sekolah Menengah Kejuruan justru cenderung mencari institusi pasangan yang lebih besar dan mempunyai fasilitas-fasilitas yang lengkap. Di dalam memilih industri sebagai institusi pasangan yang tepat bagi SMK bukanlah hal mudah, karena terdapat masalah-masalah yang akan dihadapi. Menurut Sartono dan Purwadi (2004) dalam pemilihan industri sebagai institusi pasangan terdapat banyak hambatan sebagai berikut : a) Tidak semua industri/jasa yang ada memiliki jenis–jenis pekerjaan yang sesuai dengan program studi SMK b) Tidak semua dunia industri/jasa bersedia menerima kehadiran SMK c) Tingkat teknologi peralatan d) Kelengkapan alat e) Diklat f) Ketenagaan g) Daya tampung commit to user h) Lokasi/jarak (hlm.18)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Adapun uraian penjelasannya sebagai berikut: a)
Tidak semua industri/jasa yang ada memiliki jenis–jenis pekerjaan yang sesuai dengan program studi SMK Industri yang dipilih sebagai institusi pasangan, jenis pekerjaan yang dilakukan siswa harus sesuai dengan program studi yang ada di sekolah, baik institusi itu institusi pasangan besar maupun kecil.
b) Tidak semua dunia industri/jasa bersedia menerima kehadiran SMK Merupakan hal yang mutlak, walaupun kriteria-kriteria lain dapat dipenuhi oleh sekolah, apabila pihak calon institusi pasangan tidak bersedia melakukan kerjasama untuk melaksanakan On The Job Training, maka kriteria-kriteria yang lain praktis tidak berguna seluruhnya. c)
Tingkat teknologi alat Peralatan yang digunakan oleh institusi pasangan sebaiknya tingkat teknologinya mendukung tuntutan kemampuan yang diinginkan oleh program studi yang diselenggarakan di sekolah. Peralatan yang ada di inistitusi pasangan diharapkan lebih tinggi tingkat teknologinya dari.
d) Kelengkapan alat Tingkat kelengkapan peralatan yang dimiliki institusi pasangan harus lebih baik dengan dibanding dengan yang dimiliki sekolah. e)
Diklat Industri calon institusi pasangan dalam pelaksanaan program On The Job Training sebaiknya mempunyai bagian pendidikan dan pelatihan (diklat), yang membimbing dan memantau siswa-siswanya.
f) Ketenagaan Instruktur sangat diperlukan dalam pelaksanaan program On The Job Training. Oleh karena itu, industri sebaiknya menyediakan instruktur khusus pembimbing siswa yang melaksanakan program On The Job Training, agar siswa dibimbing secara secara maksimal. Selain itu user Institusi pasangan commit harus toberbasisis ketenagakerjaan sehingga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
mengoptimalkan kemajuan tenaga kerja untuk selalu kreatif, inovatif, dan berkembang. g) Daya tampung Untuk institusi pasangan sebaiknya mampu menampung siswa sesuai dengan jumlah siswa yang akan dikirim. Akan tetapi kenyataanya masih
sulit
sebab
daya
tampungnya
terbatas.
Pemecahan
keterbatasan daya tampung ini dilakukan dengan pelaksanaan program On The Job Training, secara bertahap. h) Lokasi dan jarak Merupakan faktor yang dianggap fleksibel dan mudah sebagai kriteria pemilihan institusi pasangan dalam penyelengaraan program On The Job Training. Lokasi yang dekat, strategis serta mudah dijangkau akan memudahkan para peserta On The Job Training. 3) Membuat surat kerja sama dengan dunia usaha dunia industri sebagai institusi pasangan Setelah penentuan dan pemilihan DUDI sebagai institusi pasangan dalam penyelenggaraan On The Job Training telah dilaksanakan, maka pihak sekolah membuat naskah kerjasama atas kesediaan dan tindak lanjutnya kerjasamanya dalam program On The Job Training. Naskah tersebut memuat : a) Tujuan pelaksanaan program On The Job Training b) Jumlah peserta dan lampiran nama-nama siswa yang akan ditempatkan di dunia usaha dan dunia industri tersebut c) Tanggung jawab masing masing pihak, baik sekolah, siswa dan DUDI serta hal-hal lain yang dianggap perlu 4) Mempersiapkan siswa Sebelum peserta diterjunkan ke dunia kerja sekolah bersama institusi pasangan mengadakan pembekalan bagi peserta On The Job Training sesuai kompetensi masing-masing. Kegiatan mempersiapkan siswa ini bertujuan agar siswa mengetahui terlebih dahulu tentang etika-etika kerja commit to user yang berlangsung di dunia usaha dan dunia industri serta memiliki
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
gambaran yang jelas tentang keadaan DUDI, karena di dalam pembekalan ini siswa diberi pengarahan tentang tata cara kerja, sikap– sikap kerja serta untuk langsung meninjau tempat praktek masingmasing. Dengan demikian diharapkan siswa telah mengetahui lokasi perusahaan pada saat penempatan nanti. Dalam kegiatan pembekalan siswa dikenalkan dengan peralatan kantor beserta cara penggunaanya, yang kebanyakan belum dikuasai oleh siswa dengan program keahliannya. 5) Penyerahan siswa ke institusi pasangan Peserta On The Job Training melaksanakan upacara pelepasan di sekolah kemudian siswa diantar oleh guru pembimbing ke DUDI tempat mereka melaksanakan On The Job Training. Diperlukan perlengkapan berkas administrasi dilengkapi dan diisi pada saat penyerahan ini siswa dibimbing dan diarahkan tentang hal-hal umum misalnya, norma-norma yang berlaku di dunia usaha, tata tertib kerja, dan juga disiplin kerja. 6) Pembimbingan siswa peserta On The Job Training Pada dasarnya On The Job Training merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang merupakan kerja sama antara pihak sekolah dengan dunia kerja. Oleh karena itu, proses pendidikan kejuruan tersebut menyangkut dua tempat yaitu pada sekolah dan DUDI. Menyangkut penyelenggaraan program On The Job Training melibatkan pihak sekolah dan pihak dunia kerja, maka diperlukan guru pembimbing dalam sekolah dan instruktur dari pihak dunia kerja secara khusus. Guru pembimbing dimaksudkan adalah guru SMK yang memenuhi persyaratan sebagai pembimbing yang melakukan tugas mempersiapkan, memotivasi, melatih, menilai, membimbing siswa peserta pendidikan sistem ganda dalam melaksanakan kegiatan komponen praktik dasar kejuruan dan praktik keahlian di keahlian pada lini produksi di dunia kerja. Instruktur yang dimaksud adalah sebutan untuk pembimbing dalam dunia kerja yang mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
untuk membimbing siswa dalam melaksanakan program On The Job Training. 7) Monitoring dan evaluasi program On The Job Training Monitoring yang dimaksud dalam hal ini adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh guru pembimbing untuk mengetahui sejauhmana keterlaksanaan program On The Job Training yang disepakati besama antara pihak sekolah dengan dunia usaha/dunia industri. Sedangkan yang dimaksud dengan evaluasi adalah kegiatan untuk mengetahui sejauhmana siswa peserta program OJT mencapai tujuan (kemampuan) yang diharapkan. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara bersama-sama antara guru pembimbing dengan instruktur di dunia kerja. Sasaran monitoring dan evaluasi mencakup tingkat penguasaan keterampilan siswa dalam menyelesaikan pekerjaan dan sikap serta perilaku siswa selama menjalankan program OJT. 8) Penilaian Program On The Job Training Penilaian terhadap siswa selama melaksanakan pekerjaan di dunia kerja sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan wewenang pihak dunia kerja. Aspek yang dinilai pada diri siswa meliputi aspek teknis dan non teknis. Aspek
teknis
menyangkut
penugasan
keterampilan
peserta
menyelesaikan pekerjaan, sedangkan aspek teknis menyangkut sikap dan perilaku selama di dunia kerja meliputi tanggung jawab, disiplin, kemandirian, dan kreativitas. Penilaian tersebut dilakukan dengan memberikan sertifikat kepada siswa peserta kerja di DUDI, yang memuat keterangan tentang kemampuan kejuruan apa yang telah dimiliki oleh pemegang sertifikat. Untuk mengakui kemampuan yang dimiliki siswa peserta On The Job Training, perlu dikembangkan sistem pengujian yang mengacu pada penugasan kemampuan berdasarkan standar yang berlaku di dunia kerja sesuai dengan kriteria standar yang sudah berlaku dalam menilai karyawan di dunia kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
4.
Tinjauan tentang Kesiapan Kerja Siswa SMK a. Kesiapan Kerja Siswa SMK Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah yang dipersiapkan untuk siap bekerja setelah menyelesaikan studinya, untuk itu peserta didik memerlukan pengetahuan dan kecakapan. Undang-Undang tentang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 menyebutkan bahwa “tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat”. Jadi dapat diartikan bahwa tenaga kerja haruslah memiliki sikap mandiri dan dapat melakukan pekerjaan yang bermanfaat. Kesiapan kerja dalam menghadapi dunia kerja merupakan suatu titik kematangan dimana seseorang dapat menempatkan diri serta mempunyai kemampuan jasmani dan rohani untuk terjun ke dunia kerja sebagai tenaga kerja. Upaya SMK dalam mempersiapkan siswa sebelum memasuki dunia kerja adalah melalui implementasi program On The Job Training. Dengan program On The Job Training siswa dapat memperoleh pengalaman yang bermanfaat, karena telah bekerja secara langsung pada bidang pekerjaan yang sebenarnya. Semua jenis pekerjaan yang ada di dunia kerja terlebih dahulu perlu dipersiapkan. Pekerjaan serendah apapun perlu dipersiapkan secara matang untuk melakukannya. Kesiapan kerja bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan sangat penting, karena setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan sebagaian atau seluruh siswa akan menghadapi jenjang hidup yang lebih tinggi yaitu bekerja. Dengan adanya keberagaman pekerjaan, maka diperlukan beragam cara untuk mempersiapkan diri untuk bekerja. Persiapan kerja ini biasanya berkaitan dengan kemampuan kerja, karena kemampuan kerja ini mengadung kompetensi kerja. Kompetensi merupakan kemampuan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut dengan baik. Bagi para pekerja yang baru, kompetensi yang dipersyaratkan biasanya adalah kompetensi dasar, yaitu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh para pekerja baru agar dapat melakukan pekerjaan tersebut. b. Tuntutan Dunia Kerja Lulusan SMK dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Bagi lulusan SMK yang ingin bekerja harus memenuhi persyaratan dan kualifikasi pekerjaan yang dituntut perusahaan, karena dunia kerja hanya membutuhkan orang-orang yang dapat memberikan semua kemampuan yang dimiliki demi tercapainya tujuan atau kepentingan perusahaan yang menjadi tempat ia bekerja. Hasibuan (2011) menyebutkan bahwa “kualifikasi seleksi meliputi umur, keahlian, kesehatan fisik, tampang, bakat, tempramen, karekter, pengalaman kerja,
kerjasama,
kejujuran,
kedisiplinan,
inisiatif,
dan
kreativitas” (hlm.54). Adapun uraian penjelasannya sebagai berikut : 1) Umur Umur sangat diperhatikan karena mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Tenaga kerja yang muda umumnya mempunyai fisik yang kuat, dinamis, dan kreatif. Akan tetapi cepat bosan, kurang bertanggung jawab, sering absen, serta turn over-nya tinggi. Tenaga kerja yang umurnya tua kondisi fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet, lebih bertanggung jawab, turn over dan absenya lebih rendah 2) Keahlian Hal ini merupakan perhatian utama dalam kualifikasi seleksi. Karena sangat menentukan mampu tidaknya seseorang menyelesaikan pekerjaan yang dikerjakan. Keahlian ini meliputi technical skill, human skill, conceptual skill, kecakapan untuk memanfaatkan kesempatan, serta kecermatan menggunakan peralatan yang dimiliki perusahaan dalam mencapai tujuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
3) Kesehatan fisik Kesehatan fisik ini merupakan syarat yang penting bagi orang yang akan bekerja. Jika seorang calon tenaga kerja sakit, maka tidak dapat menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik. Kesehatan fisik yang menjadi syarat suatu perusahan adalah sehat jasmani, bukan pengguna narkoba atau alkohol, tidak terkena penyakit AIDS atau virus HIV. 4) Pendidikan Pendidikan merupakan faktor yang mencerminkan kemampuan yang dimiliki calon tenaga kerja untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaa. Dengan latar belakang pendidikan, calon tenaga kerja dianggap mampu menduduki suatu posisi pekerjaan. 5) Jenis kelamin Jenis pekerjaan sangat diperhatikan berdasarkan sifat pekerjaan, waktu mengerjakan, dan peraturan perusahaan/tenaga kerja. 6) Tampang Tampang (physical apperance) merupakan keseluruhan penampilan dan kerapian diri seseorang yang terlihat dari luar. Tampang hanyalah kualifikasi tambahan. Artinya, untuk posisi tertentu tampang akan turut membantu keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugasnya. 7) Bakat Bakat (mental aptitude) perlu diperhatikan, karena orang yang memiliki bakat lebih cepat berkembang dan lebih mudah menangkap pengarahan yang diberikan. Orang yang berbakat cenderung lebih kreatif dalam mengembangkan dirinya 8) Tempramen Tempramen merupakan pembawaan yang dimiliki seseorang yang melekat dalam dirinya dan sulit dipengaruhi oleh lingkungan. 9) Karakter Karakter atau kepribadian sangat berbeda dengan tempramen walaupun to user keduanya sangat eratcommit hubungannya. Karakter merupakan sifat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
pembawaan yang dapat diubah dengan lingkungan atau pendidikan, sedangkan tempramen tidak dapat diubah oleh lingkungan atau pendidikan. 10) Pengalaman kerja Pengalaman kerja seorang pelamar hendaknya mendapat pertimbangan utama dalam proses seleksi. Bagi lulusan SMK pengalaman kerja telah telah didapat melalui pelaksanaan program On The Job Training pada dunia usaha/dunia industri untuk menerapkan teori yang telah diperoleh di sekolah. 11) Kerja sama Kerja sama harus diperhatikan dalam proses seleksi, karena kesediaan kerja sama baik secara vertikal maupun horizontal merupakan kunci keberhasilan perusahaan, asalkan kerjasama itu sifatnya positif serta berasaskan kemampuan. 12) Kejujuran Kejujuran merupakan kunci sukses untuk mendelegasikan tugas kepada seseorang. Perusahaan tidak akan mendelegasikan wewenang kepada seseorang yang tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. 13) Kedisiplinan Untuk menyelesaikan tugas dengan baik seseorang harus disiplin, baik pada diri sendiri maupun peraturan perusahaan. Karyawan yang kurang disiplin akan berakibat pada hasil pekerjaan yang kurang baik. 14) Inisiatif dan kreativitas Dengan inisiatif dan kreativitas yang dimiliki calon pelamar kerja, maka membuat seseoang mandiri dalam menyelesaikan pekerjaan.
Dalam kualifikasi di atas tentunya tidak mungkin terdapat semua pada diri calon pelamar. Oleh karena itu, tahap penyeleksian harus memberikan bobot secara selektif sesuai dengan kebutuhan prioritas perusahaan. Tanpa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
adanya bobot nilai kualifikasi seleksi, penyeleksi tidak akan dapat memperoleh calon karyawan/tenaga kerja pelamar. c.
Relevansi Tamatan SMK dengan Dunia Kerja On The Job Training merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan yang dilaksanakan secara kombinasi yaitu pemberian pengalaman belajar di sekolah dan pengalaman bekerja di dunia kerja. Kombinasi yang demikian akan memberikan pengalaman yang lebih bermakna dan relevan dengan kebutuhan masyarakat atau dunia kerja, karena materi yang diajarkan dikemas menjadi materi yang terpadu dan lebih konkret dengan dunia kerja. Menurut Badeni (2002) : 1) Tamatan SMK dikatakan relevan dengan kebutuhan dunia kerja jika masa tunggu tamatan sampai memperoleh pekerjaan yang relevan dengan pendidikannya relatif singkat, 2) Tamatannya yang bekerja sesuai dengan program atau bidang keahliaan yang dididik, 3) Tingkat partisipasi tamatan dunia industri atau prosentase tamatan yang diserap dunia kerja tinggi.(hlm.714) Berdasarkan peryataan tersebut dapat diketahui bahwa tamatan SMK relevan dengan kebutuhan dunia kerja apabila ketika tamatan dari SMK para tamatan tersebut segera mendapatkan pekerjaan dan mampu bekerja sesuai dengan bidang keahliannya. Untuk pihak SMK harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas tamatannya agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Adapun salah satu upaya SMK dalam menciptakan tamatan yang relevan dengan dunia kerja adalah dengan melaksanakan program On The Job Training. Dengan program ini para siswa akan terjun langsung ke dunia kerja dan mengetahui cara kerja yang sebenarnya sehingga para siswa lebih siap untuk bekerja sebagai tenaga kerja yang profesional.
5.
Hasil Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan
penelitian ini yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
a. Anwar (2002) dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, ISSN. 021526373. Edisi Mei Tahun ke-8, No 36 halaman 418-435 yang berjudul “Pelaksanaan Program Pendidikan Sistem Ganda pada SMK di Kota Kendari”. Penelitian ini menghasilkan temuan pelaksanaan PSG di DUDI telah berjalan cukup baik. Persiapan pihak sekolah dari terhadap keterampilan praktis pra PSG telah dilaksanakan melalui kerjasama antara sekolah dengan DUDI, sehingga apa yang diajarkan sudah relevan dengan kebutuhan DUDI, ini terbukti bahwa pelaksanaan PSG sudah berjalan cukup baik. Peran DUDI sudah cukup baik dalam menyukseskan PSG di SMK. Pelaksanaan program PSG merupakan suatu hal positif bagi DUDI, siswa serta sekolah. b.
Jelita, S (2008) dalam Jurnal Pakar Pendidikan, Volume 6 No. 1 halaman 7789 dengan Judul “Analisis Pembelajaran Prakerin Siswa di SMK Negeri Pangkalan Kerinci”, menghasilkan temuan bahwa proses pembelajaran prakerin meliputi 4 kegiatan pokok yaitu persiapan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tahap persiapan meliputi koordinasi dengan pihak orang tua, melakukan penjajakan dan lobi dengan DUDI, membuat surat permohonan dan MoU serta mempersiapkan administrasi siswa. Selanjutya siswa diantarkan ke pihak DUDI, untuk melaksanakan pembelajaran prakerin. Selama pembelajaran berlangsung guru pembimbing akan melakukan monitoring ke pihak DUDI. Namun, dalam pelaksanaannya monitoring pembelajaran prakerin dianggap masih sangat kurang. Setelah selesai pelaksanaan prakerin, maka diadakan evaluasi
c.
Alipour, M (2009) dalam International Journal of Bussines Management Vol 4, Number 11, page 63-68 dengan judul A Study of On The Job Training Effectiveness: Empirical Evidence of Iran, menghasilkan temuan bahwa pelatihan berperan penting dalam pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Pelatihan merupakan salah satu metode untuk meningkatkan produktivitas individu dan meningkatkan kualitas pekerjaan di lingkungan kerja. Metode pelatihan tersebut meliputi on the job training dan off the job training yang dilakukan oleh semua tingkat industri, baik nasional maupun commit to user swasta.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
d.
Wahab, A.M. (2012) dalam Journal of Vocational Education and Training. Vol 64 Number 2, page 145-154 dengan judul Rethinking Apprenticeship Training in the British Construction Industry, menghasilkan temuan bahwa beberapa tahun terakhir pemerintah Inggris berusaha mengajak perusahaan untuk mendukung pelatihan magang di industri. Di sisi lain pelatihan magang masih sangat diperlukan untuk mendapatkan pekerja berpengalaman dan terlatih sehingga dapat meningkatkan produktivitas serta keuntungan bagi perusahaan.
B. Kerangka Berpikir
SMK merupakan bagian dari jalur pendidikan kejuruan yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam program SMK lebih menekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan dunia kerja sehingga, penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada performa dalam dunia kerja. Sehingga terdapat hubungan erat antara SMK dengan dunia kerja yang merupakan kunci sukses SMK. SMK menyelenggarakan program pendidikan di sekolah dan di DUDI dipadukan secara link and match, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai dalam bentuk Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Untuk lebih meningkatkan kompotensi lulusan SMK, maka dilaksanakan Uji Kompetensi Produktif (UKP) dalam bentuk teori dan praktik, selanjutnya diubah menjadi Uji Kompetensi Keahlian (UKK) yang bertujuan untuk mengukur kompetensi siswa yang salah satunya menggunakan metode penilaian berupa pengalaman praktik salah satunya melalui On The Job Training (OJT). SMK Negeri 6 Surakarta melakukan kerja sama dengan institusi pasangan untuk menyelenggarakan On The Job Training. On The Job Training merupakan program pendidikan di luar sekolah melalui praktik sesungguhnya di dunia kerja sehingga siswa memperoleh pengalaman nyata di dunia kerja. Melalui program user On The Job Training diharapkancommit siswa tomemiliki skill kompetensi dan mental
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
budaya kerja yang kompetitif sebagai bekal kelak jika siswa akan bekerja di dunia kerja. Oleh karena itu, On The Job Training sangat penting bagi siswa SMK Negeri 6 Surakarta dalam rangka mempersiapkan lulusan SMK untuk memasuki dunia kerja serta kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Untuk lebih memperjelas kerangka pemikiran di atas, maka dapat divisualisasikan ke dalam bentuk gambar berikut ini: SMK N 6 Surakarta
Institusi Pasangan
Pendidikan Sistem Ganda
Uji Kompetensi Produktif Uji Kompetensi Keahlian Pelaksanaan Program OJT
Penyiapan Siswa Memasuki Dunia Kerja
Gambar 1. Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
BAB III METODE PENELITIAN Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu ditentukan metode penelitian yang digunakan. Ketepatan dalam menentukan metode penelitian yang sesuai dengan jenis data penelitian, akan mengantarkan penelitian ke tujuan yang diinginkan. Menurut Sugiyono (2009), ”Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”(hlm.2). Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diambil suatu makna bahwa metode penelitian merupakan suatu kegiatan yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan untuk memperoleh data yang dibutuhkan sehingga tujuan dan kegunaan tertentu dalam penelitian dapat tercapai. Adapun bagian–bagian dari metode penelitian yang digunakan untuk memandu penelitian adalah sebagai berikut :
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 6 Surakarta, yang beralamat di Jalan LU. Adi Sucipto No. 38 Surakarta. Peneliti memilih tempat di SMK Negeri 6 Surakarta dengan pertimbangan sebagai berikut : a.
Di SMK Negeri 6 Surakarta terdapat beberapa permasalahan dalam implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja.
b.
Di SMK Negeri 6 Surakarta tersedia data untuk penelitian tentang implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja.
c.
Lokasi SMK Negeri 6 Surakarta sangat strategis dan mudah dijangkau sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
2.
Waktu Penelitian Waktu yang digunakan untuk kegiatan penelitian ini adalah mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan September 2012. Kegiatan tersebut commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
meliputi pembuatan proposal sampai pertanggungjawaban penelitian, tertuang pada lampiran nomor 1 halaman 136.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1.
Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang bertujuan agar permasalahan yang diteliti dapat diungkapkan secara mendalam dengan mencari kebenaran secara ilmiah dan memandang obyek secara keseluruhan. Pendekatan penelitian kualitatif menurut Iskandar (2008) menyatakan bahwa : Penelitian kualitatif (naturalistik) merupakan pendekatan penelitian yang memerlukan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh berhubungan dengan obyek yang diteliti bagi menjawab permasalahan untuk mendapatkan data–data kemudian dianalisis dan mendapat kesimpulan penelitian dalam situasi dan kondisi tertentu.(hlm.17) Sedangkan Moleong (2007) berpendapat bahwa : Penelitian kualitatif adalah peneltiian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alami dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.(hlm.6) Berdasarkan asumsi bahwa penelitian kualitatif lebih menekankan pada sifat naturalisme yaitu relaitas yang muncul menjadi bahan kajian dalam penelitian ini sehingga obyek penelitian dan permasalahan yang diteliti akan diungkapkan secara mendalam. Peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain sebagai alat pengumpul data utama dari obyek dan permasalahan penelitian. Peneliti memanfaatkan dan mengumpulkan informasi gambaran dan penjelasan mengenai implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
2.
Jenis Penelitian Dalam merancang pelaksanaan penelitian diperlukan jenis penelitian yang tepat. Menurut Sutopo (2006), “Penelitian kualitatif terdapat tiga tingkatan penelitian yang meliputi penelitian eksploratif, deskriptif, dan eksplanatif”(hlm.136). Eksploratif adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal yang baru, deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan data dengan kata-kata (bukan dengan angka), sedangkan eksplanatif adalah penelitian yang mengarah pada studi analisis sebab akibat. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, karena jenis penelitian ini lebih memungkinkan untuk menjawab penelitian secara tuntas serta dapat memaparkan obyek yang diteliti berdasarkan fakta pada masa sekarang. Sedangkan strategi yang digunakan adalah tunggal terpancang dan mempelajari permasalahan sebagai studi kasus. Hal ini berarti bahwa penelitian ini berusaha untuk memfokuskan pada suatu pemecahan masalah sebagai studi kasus yaitu bagaimana implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja. Alasan dari pemilihan jenis penelitian ini didasarkan pada hal– hal sebagai berikut: a. Penelitian ini disebut tunggal artinya hanya difokuskan pada satu permasalahan saja yaitu implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja. b. Penelitian ini disebut terpancang artinya peneliti terjun ke lapangan sudah memiliki dan menentukan variabel mengenai implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja menjadi fokus utama dalam penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
C. Data dan Sumber Data Dalam pendekatan kualitatif, data atau informasi yang menjadi bahan baku penelitian untuk diolah merupakan data yang berwujud data primer dan data sekunder (Iskandar, 2008: 252). a Dalam penelitian ini data primer berasal dari: 1) Hasil observasi yang berupa kata-kata, aktivitas/tindakan dan foto. 2) Hasil wawancara yang berupa kata-kata b Data sekunder berasal dari: Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari dokumen SMK Negeri 6 Surakarta, laporan, dan referensi yang relevan dengan masalah penelitian. Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2007), “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”(hlm.157). Ketepatan dalam menentukan jenis sumber data sangat penting karena akan dapat menentukan ketepatan data yang diperoleh. Data dan sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah : 1.
Informan Menurut Lofland dalam Moleong (2007), “Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang untuk penelitian.”(hlm.132). Jadi informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian dan dapat memberikan informasi yang tepat kepada peneliti. Informan dalam peneliti ini adalah : a. Kepala SMK Negeri 6 Surakarta sebagai penanggung jawab pelaksanaan OJT. b. Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Kerja dan Industri sebagai koodinator OJT SMK Negeri 6 Surakarta. (informan kunci/ key informant) c. Guru Pembimbing OJT SMK Negeri 6 Surakarta. d. Siswa kelas XI kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 6 Surakarta sebagai siswa praktikan OJT. e. Instruktur pembimbing/ pembimbing instansi di institusi pasangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
2. Tempat dan peristiwa Dalam melakukan kegiatan baik wawancara atau observasi akan melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa. Sutopo (2006) mengungkapkan ”Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas yang dilakukan bisa digali lewat sumber lokasinya baik yang merupakan tempat maupun lingkungannya”(hlm.60). Peneliti memilih tempat di SMK Negeri 6 Surakarta dan DUDI sebagai institusi pasangannya, sedangkan peristiwa yang dimaksud mengenai implementasi program On The Job Training. 3.
Dokumen dan Arsip Sutopo (2006) berpendapat, “Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergelayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu”(hlm.61). Sedangkan Moleong (2007) mengungkapkan “Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dan arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi”(hlm.159). Sumber data ini kebanyakan berupa rekaman tertulis. Dokumen dan arsip yang berhubungan dengan permasalahan ini sangat diperlukan adalah dokumen dari sekolah yaitu sinkronisasi kurikulum, nota kesepakatan bersama (MoU), buku pelaksanaan OJT, daftar peserta OJT di DUDI, serta data-data lain yang berhubungan dengan implementasi program On The Job Training.
D. Teknik Sampling (Cuplikan) Moleong (2007) mengatakan bahwa “Sampling ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (construction)”(hlm.224). Sampling digunakan untuk menggali informasi yang menjadi dasar dari rencangan dan teori. Teknik sampling digunakan untuk menyeleksi agar pemilihan sampel sesuai dengan tujuan permasalahan yang diteliti. Menurut Moleong (2007), “Pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel bertujuan (purposive sampling)”(hlm.224). Oleh karena itu, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
dalam penelitian ini peneliti memilih teknik sampel bertujuan (purposive sampling). Sampel bertujuan (purposive sampling) merupakan kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan permasalahan yang diteliti secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap, sehingga apabila penelitian yang dilakukan dipandang telah cukup maka penelitian dihentikan. Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, dalam penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling). Dengan kerangka teknik purposive sampling ini peneliti hanya memilih informan yang dianggap menguasai permasalahannya, peneliti hanya mengamati kondisi lokasi penelitian yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Informan dapat bertambah atau berganti dengan kebutuhan yang ada di lapangan dan informan tersebut dapat menunjuk informan lain yang dipandang lebih mengetahui informasi. Teknik penentuan informan seperti ini seperti disebut teknik bola salju (snowball sampling). Yin (1987) menyatakan bahwa, “Snowball sampling digunakan peneliti bilamana peneliti ingin mengumpulkan data yang berupa informasi dari informan dalam salah satu lokasi, tetapi peneliti tidak tahu siapa yang tepat untuk dipilih sebagai narasumber”(Sutopo,2006:65). Teknik snowball sampling ini digunakan karena dipandang mampu menangkap kedalaman data yang akan digali dari informan kunci. Data yang dikumpulkan didasarkan atas kebutuhan dan keperluan penelitian dengan memilih informan yang dianggap mengetahui dan dapat dipercaya menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalah yang diteliti secara mendalam, sehingga peneliti akan terhindar dari pemborosan biaya, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling.
E. Teknik Pengumpulan Data Data adalah bahan informasi untuk proses berpikir gamblang (eksplisit) commit topersoalan user kemungkinan-kemungkinan pemecahan, atau keterangan-keterangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
sementara yang disusun harus diuji melalui pengumpulan data yang sudah relevan atau ada kaitanya. Ada beberapa macam teknik pengumpulan data, dalam penelitian ini teknik penggumpulan data yang digunakan adalah: 1. Wawancara Menurut Moleong (2007), “Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer)
yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”(hlm.186). Dalam penelitian ini menggunakan teknik ini wawancara mendalam (indepth interviewing). Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat, tidak dalam suasana formal dan dapat dilakukan berulang pada informan yang sama. Pihak yang diwawancarai adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang hubungan kerja dan industri, guru, siswa dan DUDI sebagai institusi pasangan tempat siswa melaksanakan program OJT. Peneliti menggunakan panduan wawancara (interview guide) sebagai alat pendukung, sehingga diharapkan wawancara dapat berjalan dengan baik. 2. Observasi Sutopo (2006) berpendapat bahwa “Observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat, atau lokasi, dan benda serta rekaman gambar”(hlm.75). Dalam teknik penelitian ini peneliti mengumpulkan data mengenai implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja melalui teknik observasi yang dilakukan secara langsung pada tempat dan obyek yang diamati yaitu SMK Negeri 6 Surakarta dengan berperan secara pasif. Peneliti mengamati, memahami dan mencatat segala sesuatu, yang berhubungan dengan obyek penelitian yang meliputi berbagai kegiatan dan peristiwa yang terjadi. 3. Analisis dokumen dan arsip Dalam penelitian ini akan dilakukan pengumpulan data dengan menganalisis dokumen dan arsip serta benda-benda tertulis lainnya yang terdapat pada to 6user obyek penelitian yaitu SMKcommit Negeri Surakarta, yang berkaitan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
masalah yang diteliti yaitu mengenai implementasi program On The Job Training dalam mempesiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja.
F. Uji Validitas Data Menurut Sutopo (2006), “Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir sebagai hasil penelitian”(hlm.92). Sehingga data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Setiap peneliti harus mampu menentukan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini teknik validitas data yang dilakukan adalah dengan trianggulasi Menurut Iskandar (2008) “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap suatu
data”(hlm.230). Patton (1984) menyatakan bahwa “Terdapat empat macam teknik trianggulasi yaitu teknik trianggulasi data (data triangulation), trianggulasi peneliti (investigator trianggulation), trianggulasi metodologi (methodologi triangulation), trianggulasi teoritis (theoretical trianggulation)”(Sutopo,2006:92). Adapun penjelasannya sebagai berikut : 1.
Trianggulasi data (data triangulation) Menurut Patton (1984), “Teknik trianggulasi data sering disebut dengan trianggulasi sumber”(Sutopo,2006:93). Dengan menggunakan trianggulasi data (sumber) peneliti diarahkan agar di dalam pengumpulan data, wajib menggunakan beragam data yang berbeda-beda yang telah tersedia.
2.
Trianggulasi peneliti (investigator trianggulation) Trianggulasi penelitian merupakan hasil penelitian baik data maupun kesimpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya dapat diuji validitasnya dari beberapa peneliti yang lain.
3.
Trianggulasi metodologi (methodologi triangulation) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Trianggulasi metodologi dapat dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda 4. Trianggulasi teoritis (theoretical trianggulation) Trianggulasi teoritis dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian ini, teknik pemeriksaan data yang digunakan adalah trianggulasi data dan trianggulasi metode. Trianggulasi data (sumber) digunakan untuk membandingkan data sejenis yang berkaitan dengan pengumpulan data dari sumber yang berbeda. Trianggulasi sumber digunakan dengan teknik wawancara dengan informan yang berbeda. Kemudian kesamaan data dari informan dibandingkan satu dengan yang lain dan dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Sedangkan trianggulasi metode dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sejenis tetapi teknik pengumpulan data yang digunakan berbeda. Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan wawancara dan disaat lain dengan dokumentasi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.
G. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive model of analysis). Menurut Miles & Huberman (1984) dalam analisis data kualitatif terdapat tiga komponen utama yaitu “Reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan serta verifikasi”(Sutopo,2006:113). Adapun kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Reduksi Data Menurut Sutopo (2006), “Reduksi data adalah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi dari semua jenis informasi yang muncul dalam catatan-catatan
lapangan”(hlm.114).
Dengan
demikian,
reduksi
data
merupakan bagian analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting sehingga peneliti dapat menarik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
kesimpulan dengan mudah. Proses reduksi ini berlangsung terus menerus secara berkelanjutan sampai laporan akhir penelitian siap untuk disusun. 2. Sajian data Menurut Sutopo (2006), “Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi lengkap yang untuk selanjutnya memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan”(hlm.114). Dengan demikian, sajian data merupakan suatu usaha untuk menyusun sekumpulan informasi yang telah diperoleh di lapangan, untuk kemudian data tersebut disajikan secara jelas dan sistematis sehingga memudahkan peneliti dalam menarik simpulan. 3.
Penarikan simpulan/verifikasi Penarikan simpulan bukanlah langkah akhir dari suatu kegiatan analisis, karena simpulan-simpulan tersebut masih bersifat sementara. Oleh karena itu, simpulan tersebut perlu diverifikasi sehingga diperoleh informasi yang benarbenar akurat, cocok dan kokoh sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar sebagai berikut ini : Pengumpulan data
Sajian Data
Reduksi Data
Penarikan simpulan/verifikasi
Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Sumber : Sutopo, 2006: 120) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
H. Prosedur Penelitian Untuk mempermudah penulisan laporan penelitian ini, maka diperlukan prosedur penelitian yang sistematis dan berurutan sehingga hasil yang dicapai akan sesuai dengan yang diinginkan. Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Tahap penyusunan penyusunan proposal Pada tahap ini dilakukan kegiatan sebelum peneliti terjun ke lapangan. Kegiatan yang dilakukan meliputi menyusun proposal penelitian untuk menemukan pemahaman awal berkaitan dengan unsur pemilihan fokus penelitian yang sesuai ketika benar-benar terjun ke lapangan, selanjutnya orientasi lapangan untuk pengenalan kondisi obyek penelitian yang berguna untuk menentukan cara masuk yang tepat ke obyek untuk mendukung kelancaran pelaksanaan penelitian.
2.
Tahap pengajuan izin menyusun skripsi Pada tahap ini peneliti mengajukan izin untuk memulai menyusun skripsi dalam bentuk proposal sehingga dapat digunakan untuk merencanakan melakukan peneltiain ke lapangan.
3.
Tahap pengajuan izin penelitian Pada tahap ini peneliti mengajukan izin penelitian ke lapangan untuk mengetahui kesediaan dari tempat penelitian untuk diteliti dan memberikan jawaban atau data yang dibutuhkan oleh penelitian.
4.
Tahap pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian yang sesungguhnya dengan melakukan pengumpulan data, melakukan analisis dan reduksi data, menyajikan data yang diperoleh untuk mengambil suatu simpulan.
5.
Tahap pelaksanaan ujian dan revisi skripsi Pelaksanaan ujian merupakan bentuk pertanggungjawabkan kepada tim peneliti terhadap hasil peneltian yang dilakukan oleh peneliti, selanjutnya peneliti melakukan revisi sesuai dengan kesalahan dan masukan yang diperoleh selama ujian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Secara singkat prosedur dalam penelitian dapat digambarkan dalam gambar sebagai berikut ini: Penyusunan Proposal
Pengajuan izin menyusun skripsi
Pelaksanaan Ujian dan Revisi Skripsi
Pengajuan izin penelitian
Pelaksanaan Penelitian dan penulisan skripsi
Gambar 3. Prosedur Penelitian (Sumber: Pedoman Skripsi, 2012: 4)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian 1.
Sejarah Singkat Berdirinya SMK Negeri 6 Surakarta SMK Negeri 6 Surakarta dahulu bernama Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Negeri 3 Surakarta. Didirikan tahun 1967 dengan menempati bekas gedung Ho Hop Heve di Jl. Urip Sumoharjo No. 55 Surakarta dengan Bapak Marwan sebagai Kepala Sekolah SMEA Negeri 3 Surakarta. Pada awalnya sekolah ini masih berstatus sebagai sekolah swasta dengan nama SMEA Kotamadya. Pada akhir tahun 1967 diajukan permohonan kepada pemerintah untuk dirubah statusnya menjadi sekolah negeri.
Akhirnya
mendapat
persetujuan
dari
pemerintah
dengan
diterbitkannya SK No. 103/UKK/3/1968. Mulai 1 Januari 1968 sekolah ini ditetapkan menjadi SMEA Negeri 3 Surakarta dengan kepala sekolah Bapak Marwan. Pada akhir tahun 1976 SMEA Negeri 3 Surakarta pindah dari Jl. Urip Sumoharjo No. 55 ke Jl. LU. Adi Sucipto No. 38 sampai sekarang. Pada tahun 1988 SMEA Negeri 3 Surakarta mendapatkan bantuan pembangunan dari ADB (Asian Development Bank). Secara resmi diserahkan oleh Kepala Kantor Wilayah Depdikbud Propinsi Jawa Tengah pada bulan Juli 1989. Berdasarkan pada Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 36/O/1997, pada tahun 1995 SMEA Negeri 3 Surakarta berubah nama menjadi SMK Negeri 6 Surakarta sampai sekarang. Kompetensi keahlian yang terdapat di SMK Negeri 6 Surakarta yaitu Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Pemasaran, Usaha Perjalanan Wisata, dan Multimedia. Adapun Kepala Sekolah yang pernah menjabat di SMK Negeri 6 Surakarta sejak berdiri sampai sekarang adalah sebagai berikut : a. Marwan, menjabat 1 Januari 1968 - 30 Juni 1971 b. Drs. Ramelan, menjabat 1 Juli 1971 - 31 Mei 1972 commit to user c. Drs. M. Soetomo, menjabat 1 Juni 1972 - 31 Maret 1976 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
d. Drs. Slamet Efendi, menjabat 1 April 1976 - 16 Juli 1991 e. Drs. Indrato, menjabat 17 Juli 1991 - 31 Oktober 1992 f. Drs. HM. Walkam, menjabat 1 November 1992 - 3 November 1996 g. Moectingudin B.Sc, menjabat 4 November 1996 - 1 Juli 1999 h. Drs Sumarjata Naftali, menjabat 2 Juli 1999 - 30 Juni 2002 i. Dra. Agnes Sri Soerasmini, menjabat 1 Juli 2002 - 30 Juni 2003 j. Dra. Sri Supartini, MM menjabat 1 Juli 2003 - sekarang
2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 6 Surakarta a. Visi Terwujudnya sekolah bertaraf internasional (SBI) dengan mengedepankan penguatan kompetensi dan kemandirian lulusannya. b. Misi 1) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang terstandar dan berwawasan mutu. 2) Menghasilkan lulusan yang berkepribadian unggul, berwawasan luas dan terampil di bidangnya. c. Tujuan 1) Tujuan Umum a) Menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan bertaraf internasional. b) Menyiapkan siswa
untuk
memasuki
lapangan kerja
serta
mengembangkan sikap mandiri. c) Menyiapkan siswa memilih karir, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri. 2) Tujuan Khusus a) Memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan profesional yang memadai untuk berani bersaing global. b) Memiliki kecerdasan dan karakter yang kuat dalam membangun pribadi yang unggul. c) Siswa memiliki kemampuan, keberanian, keuletan untuk bergerak commit to user sendiri dalam bisnis.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
3. Kondisi Fisik SMK Negeri 6 Surakarta Letak SMK Negeri 6 Surakarta sangat strategis, dimana berada di pada komplek lembaga pendidikan di daerah Manahan, sehingga dapat dijangkau berbagai jurusan di daerah sekitar eks-karisedanan Surakarta. Selain itu SMK Negeri 6 Surakarta memiliki luas tanah 13.499 m2, sedangkan luas bangunannya seluas 4.595 m2. Adapun bangunan SMK Negeri 6 Surakarta terdiri dari ruanganruangan sebagai berikut : a. Ruang Kepala Sekolah b. Ruang Wakil kepala sekolah c. Ruang Guru d. Ruang Tata Usaha e. Ruang Mejelis Sekolah f. Ruang Bimbingan dan Konseling g. Ruang Teori terdiri dari 31 kelas h. Ruang Kesenian i. Ruang Uji Kompetensi Akuntansi j. Ruang Uji Kompetensi Administrasi Perkantoran k. Ruang Uji Kompetensi Usaha Perjalanan Wisata l. Ruang OSIS dan Sanggar Pramuka m. Ruang UKS n. Aula o. Perpustakaan p. Masjid q. Kantin r. Kamar Mandi/WC s. Lahan tanah. Lahan tanah dapat digunakan untuk lapangan upacara dan lapangan basket
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Adapun laboratorium yang disediakan pihak sekolah untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah antara lain : a. Laboratorium komputer Akuntansi b. Laboratorium komputer Administrasi Perkantoran c. Laboratorium komputer Pemasaran d. Laboratorium Pariwisata (Abacus) e. Laboratorium Mulitimedia f. Laboratorium ICT (Information Center Technology) g. Laboratotrium SAS (Self Acces Study) h. Laboratorium Bahasa Inggris i. Laboratorium mengetik manual j. Laboratorium mesin-mesin bisnis k. Laboratorium IPA l. Laboratorium perbankan m. Laboratorium pertokoan n. Laboratorium travel biro
4. Kondisi SDM SMK Negeri 6 Surakarta Keadaan sumber daya manusia di SMK Negeri 6 Surakarta meliputi siswa, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Untuk tahun diklat 2011/2012, peserta didik SMK Negeri 6 Surakarta seluruhnya berjumlah 1441 siswa. Adapun perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Jumlah Siswa SMK Negeri 6 Surakarta Tahun Diklat 2011/2012 No Kompetensi Keahlian
Kelas X
Kelas XI
Kelas XII
Jumlah
1.
Akuntansi
119
119
116
354
2.
Administrasi Perkantoran 120
116
115
351
3.
Pemasaran
77
79
78
234
4.
Unit Perjalanan Wisata
103
98
100
301
5.
Multimedia
71
65
65
201
Jumlah
491 477 474 commit to user (Sumber : Tata Usaha SMK Negeri 6 Surakarta, Mei 2012)
1441
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Tenaga pendidik dalam hal ini tenaga pengajar atau guru di SMK Negeri 6 Surakarta berjumlah 91 orang terdiri dari 82 guru tetap dan 9 orang guru tidak tetap. Di samping mengajar, masing-masing guru di SMK Negeri 6 Surakarta juga memiliki tugas lain yang berkaitan dengan kelancaran proses pembelajaran dan kemajuan sekolah. Selain tenaga pendidik SMK Negeri 6 Surakarta juga memiliki tenaga kependidikan yang meliputi petugas adminsitrasi dan karyawan yang berjumlah 19 orang.
5. Kurikulum SMK Negeri 6 Surakarta Kurikulum yang digunakan di SMK Negeri 6 Surakarta untuk tahun diklat 2011/2012 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Spektrum tahun 2008. KTSP Spektrum tahun 2008 ini telah diterapkan pada kelas X, XI, XII untuk semua kompetensi keahlian. Susunan kurikulum diartikan sebagai upaya berkelanjutan dalam menetapkan kompetensi yang harus dikuasai tamatan sesuai dengan tuntutan dunia kerja, menentukan materi pembelajaran yang harus dipelajari, serta menentukan kegiatan dan pengalaman belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik, sehingga dapat menguasai pengetahuan (knowledge), mengembangkan keterampilan (skill) dan mempunyai sikap (attitude) yang profesional sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Spektrum tahun 2008 merupakan penyempurnaan dari kurikulum KTSP tahun 2006. Dimana kurikulum ini menekankan pada penguasaan kompetensi sesuai dengan kompetensi keahliannya.
6. Kebijakan Mutu SMK Negeri 6 Surakarta SMK Negeri 6 Surakarta merupakan lembaga pendidikan dan pelatihan menengah kejuruan, yang diharapkan oleh pemerintah dan masyarakat mampu menghasilkan tenaga kerja terampil tingkat menengah untuk mengisi lapangan kerja yang tersedia di tingkat regional, nasional, commit to user maupun internasional.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Untuk mewujudkan harapan tersebut dalam layanan jasa pendidikan dan pelatihan selalu mengadakan peninjauan, melaksanakan penyempurnaan mutu secara terus menerus dan dikomunikasikan agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan (stakeholders), sesuai standar SMM ISO 9001:2008. Untuk mewujudkan visi dan misi sekolah melaksanakan : a. Budaya kerja yang dibangun, yaitu “SEMANGAT” 1) Serasi, bersama-sama mencapai tujuan. 2) Eksis, bermartabat, sebagai individu maupun lembaga. 3) Manfaat, memberikan kontribusi bagi lembaga. 4) Aksi, bersedia berbuat prestasi. 5) Norma, patuh terhadap peraturan yang berlaku. 6) Giat, selalu meningkatkan kinerja. 7) Aktual, selalu mengikuti perkembangan. 8) Tanggap, selalu melakukan perbaikan berlanjut. b. Selain itu juga “SISTEM” 1) Standar, standarisasi tugas dan pekerjaan. 2) Ilmu, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3) Sikap, selalu berkelakukan baik dan profesional. 4) Terampil, mampu menerapkan teknologi di bidangnya. 5) Etos kerja, punya semangat kerja tinggi. 6) Mandiri, kemampuan bekerja sendiri maupun kelompok.
7. Struktur Organisasi SMK Negeri 6 Surakarta Struktur organisasi sekolah merupakan suatu gambaran tentang garis koordinasi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Adapun struktur organisasi di SMK Negeri 6 Surakarta terdiri dari : a.
Kepala Sekolah Merupakan pejabat sekolah yang mempunyai wewenang untuk menyelenggarakan
seluruh
kegiatan
yang
berhubungan
dengan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan tujuan, visi dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
misi sekolah, serta bertanggung jawab kepada Pemerintah Kota dan Dinas Pendidikan b.
Komite Sekolah Merupakan organisasi yang dibentuk oleh SMK dan orang tua siswa untuk membantu terselenggaranya proses pendidikan dan pelatihan secara lebih efektif dan efisien. Keanggotaan komite sekolah terdiri dari pihak sekolah dan orang tua siswa.
c.
Majelis Sekolah Merupakan wadah kerjasama antara sekolah dan masyarakat dalam mendayagunakan segala potensi yang ada untuk menunjang peningkatan efektivitas pencapaian tujuan SMK, yaitu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Keanggotaan majelis sekolah meliputi pihak sekolah dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI).
d.
QMR (Quality Management Representative) Merupakan pejabat sekolah yang ditunjuk untuk melaksanakan fungsi wakil manajemen sekolah. QMR mempunyai wewenang untuk mengatur, menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya harapan stakeholders, mengembangkan dan mengendalikan sistem dari seluruh proses yang terjadi sesuai dengan ketentuan dalam dokumen mutu serta kewenangan untuk menjalin dengan pihak luar khususnya sistem manajemen mutu.
e.
Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum / Wakasek 1 Merupakan
pejabat
sekolah
yang
mempunyai
wewenang
dan
bertanggung jawab kepada kepala sekolah untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. f. Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan / Wakasek 2 Merupakan
pejabat
sekolah
yang
mempunyai
wewenang
dan
bertanggung jawab kepada kepala sekolah untuk menyelenggarakan penerimaan siswa baru selain itu melakukan penanganan ketertiban siswa, serta menyelenggarakan bimbingan konseling. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
g. Wakil Kepala Sekolah Bagian Sarana dan Tenaga / Wakasek 3 Merupakan
pejabat
sekolah
jawab
kepada
bertanggung
yang
mempunyai
kepala
sekolah
wewenang dan
dan
membina,
memberdayakan dan mengembangkan tenaga pendidik. h. Wakil Kepala Sekolah Bagian Hubungan Industri/ Wakasek 4 Merupakan
pejabat
sekolah
yang
mempunyai
wewenang
dan
bertanggung jawab kepada kepala sekolah untuk menyusun program dan melakukan kegiatan promosi, komunikasi, dan kerjasama di DUDI atau instansi terkait. i.
Ketua Kompetensi Keahlian (K3) Merupakan pejabat sekolah yang mempunyai wewenang untuk merencanakan dan melaksanakan seluruh kegiatan KBM praktik di program keahlian masing-masing serta bertanggung jawab kepada kepala sekolah atas terlaksananya KBM praktik dan pengelolaan laboratorium.
j.
Wali Kelas Merupakan
pejabat
sekolah
yang
bertanggung
jawab
kepada
kepala
mempunyai sekolah
wewenang
atas
dan
terlaksananya
pendampingan dan monitoring kelas. k.
Guru Guru mempunyai wewenang untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan tugas mengajar serta bertanggung jawab kepada kepala sekolah berkenaan dengan kegiatan KBM menurut tingkat yang diajar.
l.
Kepala Tata Usaha Merupakan pejabat sekolah yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan administrasi dan tata usaha
m. Bursa Keahlian Khusus (BKK) Merupakan
suatu
unit
kerja
yang
bertanggung
jawab
atas
terselenggaranya kegiatan antar kerja serta tersalurnya tamatan sesuai to user permintaan tenaga kerja commit mempunyai wewenang untuk melakukan sistem
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
antar kerja/ menyalurkan tamatan ke dunia kerja baik mencakup lokal, antar daerah maupun antar negara serta mengeluarkan kartu kuning. n.
Perpustakaan Merupakan fasilitas yang menunjang kegiatan belajar siswa, dimana di perpustakaan
disediakan
berbagai
macam
buku
tentang
ilmu
pengetahuan. o.
Unit Produksi (UP) Merupakan aktivitas usaha sekolah yang terkait langsung maupun atau tidak langsung terhadap program diklat yang dapat mendukung kegiatan pendidikan dan pelatihan di sekolah dan merupakan salah satu sumber pendapat yang dikelola dari dan untuk kemajuan sekolah.
p.
Bimbingan Penyuluhan/ Bimbingan Konseling (BP/BK) Merupakan upaya sekolah untuk mengarahkan siwa dalam bertindak dan bersikap agar dapat diterima di lingkungan
sekolah, keluarga dan
masyarakat dengan baik.
Untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas mengenai struktur organisasi SMK Negeri 6 Surakarta, periksa lampiran nomor 4 halaman 162.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
B. Deskripsi Temuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian, dalam sub bab ini peneliti akan memaparkan hasil temuan penelitian yang berkaitan dengan implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja. Selain itu, peneliti juga akan mengemukakan mengenai hambatan-hambatan dalam implementasi program OJT serta usaha dalam menghadapi hambatan tersebut. Berikut hasil temuan penelitian mengenai implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja : 1. Impelementasi
Program
On
The
Job
Training
(OJT)
dalam
Mempersiapkan Siswa SMK Negeri 6 Surakarta Memasuki Dunia Kerja Program On The Job Training (OJT) merupakan kebijakan link and match yang dicetuskan Departemen Pendidikan Nasional sejak tahun 1994/1995 yang semula bernama Praktek Kerja Lapangan (PKL). Kebijakan link and match yaitu keterkaitan dan kecocokan pendidikan kejuruan di sekolah khususnya untuk penguasaan teori dan pelatihan dan praktik di DUDI sebagai institusi pasangan yang dikenal dengan Pendidikan Sistem Ganda (dual system). Program On The Job Training merupakan kegiatan pembelajaran praktik langsung di dunia kerja berdasarkan program pelatihan di institusi pasangan secara terarah dan terprogram sehingga siswa mempunyai keahlian profesional dan siap untuk bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya. Pelaksanaan program On The Job Training melibatkan dua pihak yaitu pihak sekolah yang menerjunkan siswa sebagai peserta OJT dengan pihak DUDI sebagai institusi pasangan untuk tempat siswa melakukan OJT. Implementasi program On The Job Training berdasarkan program pemerintah yang merupakan bagian dari kurikulum SMK yaitu kebijakan link and match yang mensinkronkan antara kompetensi lulusan SMK dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam upaya untuk meningkatkan kulitas lulusan to user SMK, maka SMK Negeri 6commit Surakarta melaksanakan program OJT untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
membekali siswa berupa pengetahuan dan keterampilan profesional yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja dalam rangka mempersiapkan siswa lulusan SMK untuk berkompetisi di dunia kerja serta dapat terserap ke dunia kerja. a. Tujuan Program On The Job Training Program On The Job Training merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan di luar sekolah dengan menggunakan dasar hukum yang telah dirancang dan diatur dalam dunia pendidikan. Program OJT mempunyai beragam tujuan dalam pelaksanaannya, dapat menjadikan titik kesesuaian kompetensi yang ada di SMK dengan kebutuhan dunia kerja. Selain itu, akan menghasilkan siswa SMK yang memiliki kemampuan, keterampilan profesional yang siap kerja dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja yang selalu berkembang, maka pihak sekolah bekerjasama dengan pihak DUDI untuk menyelenggaraan pendidikan dan pelatihan melalui program OJT yang dapat mendorong tercapainya tujuan pendidikan SMK yang baik. Dengan adanya tujuan program OJT yang jelas maka pelaksanaan program OJT juga dapat berjalan sebagaimana mestinya. Adanya tujuan program On The Job Training tersebut dapat dibuktikan dengan adanya dokumen tentang buku pelaksanaan OJT yang ada di SMK Negeri 6 Surakarta. Adapun rincian dari tujuan pelaksanaan program OJT sebagai berikut : 1) Menjadikan titik kesesuaian antara sekolah dengan instansi/ industri. 2) Meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa dalam bidang knowledge,
skill
dan
attitude
yang
sesuai
dengan
tuntutan
instansi/industri. 3) Menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai. 4) Sebagai input untuk memperbaiki kurikulum SMK yang selalu mengadopsi pada kebutuhan pasar. 5) Menjalin kerjasama antara SMK Negeri 6 Surakarta dengan instansi/ commit to user industri dengan instansi/industri.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan yang diungkapkan oleh informan I yaitu “Tujuan diadakan OJT supaya mendapatkan ilmu dan keterampilan yang tidak bisa didapatkan siswa di sekolah serta untuk menyiapkan siswa sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang profesional yang sesuai dengan tujuan SMK”. Hasil wawancara informan I diperkuat dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan II yaitu : Tujuan dari pelaksanaan On The Job Training yang dilaksanakan sekolah supaya dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa serta dapat digunakan sekolah memperbaiki isi kurikulum SMK yang sangat berhubungan dengan dunia kerja melalui adanya sinkronisasi kurikulum. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan adanya wawancara yang diungkapkan oleh V yaitu : Program On The Job Training merupakan program pemerintah khusus SMK yang bertujuan untuk mencarikan kecocokan (match) kompetensi yang dipelajari siswa di sekolah ke dunia kerja sehingga siswa memiliki suatu kemampuan atau kompetensi tersendiri sesuai dengan program keahliannya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, maka diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan program On The Job Training yang dilakukan SMK Negeri 6 Surakarta memiliki beragam tujuan yang ingin dicapai, akan tetapi tujuannya tetap sama ingin memperbaiki dan meningkatkan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan yang lebih baik.
b. Mekanisme Implementasi Program On The Job Training Adapun mekanisme dari implementasi atau pelaksanaan program On The Job Training di SMK Negeri 6 Surakarta adalah sebagai berikut : 1) Menyusun Program On The Job Training Pernyusunan
program
OJT
sangat
dibutuhkan
untuk
memperlancar selama program OJT berlangsung. Oleh karena itu, disusun silabus sebagai commit acuan standar to userkompetensi mengenai kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
yang harus dicapai oleh siswa selama melaksanakan OJT dan menentukan waktu pelaksanaan program OJT jangka waktu siswa sebagai praktikan OJT dari mulai penerjunan siswa sampai dengan penarikan siswa setelah berakhirnya OJT sesuai dengan kerjasama yang telah disepakati kedua belah pihak. Penentuan waktu pelaksanaan OJT ditetapkan dengan berbagai pertimbangan agar dalam pelaksanaan OJT tidak menggangu kegiatan belajar mengajar siswa. Hal itu seperti hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan I yaitu: Penyusunan program OJT dilakukan dengan membuat silabus sebagai bahan acuan standar kompetensi antara sekolah dan DUDI. Selanjutnya ditentukan waktu untuk melaksanakan OJT, yaitu bisa dilakukan pada waktu semester 4 dan semester 5. OJT yang dilaksanakan SMK Negeri 6 Surakarta selama 2 bulan penuh di industri karena selama 2 bulan ini siswa dianggap sudah melaksanakan OJT dengan baik. OJT di SMK Negeri 6 Surakarta dilaksanakan dengan model block release dimana telah disepakati bersama waktu-waktu tertentu untuk siswa harus belajar di sekolah dan belajar DUDI. Hasil wawancara informan I juga senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan II yaitu: Pertama kali mekanisme penyusunan program OJT yang dilakukan adalah menyamakan standar kompetensi masingmasing kompetensi keahlian dengan kebutuhan yang ada di dunia kerja sehingga diketahui kompetensi-kompetensi yang harus dipenuhi oleh siswa dalam dunia kerja nantinya. Kedua pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan IV yaitu: Awalnya program OJT disusun berdasarkan kurikulum dan kalender pendidikan serta kesanggupan dari institusi pasangan. OJT di SMK Negeri 6 Surakarta di mulai bulan Januari sampai dengan Februari untuk program akuntansi dan Administrasi Perkantoran, sedangkan bulan Juli sampai dengan Agustus untuk program Pemasaran, Multimedia, Usaha Perjalanan Wisata. Dan hampir semua institusi pasangan menyetujui jadwal pelaksanaan OJT yang diberikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa penyusunan program OJT dilakukan dengan menyusun silabus sebagai standar kompetensi antara sekolah dengan DUDI serta menentukan waktu pelaksanaan program On The Job Training untuk memilih waktu yang tepat sehingga tidak menggangu kegiatan belajar mengajar yang lain. Pelaksanaan program OJT di SMK Negeri 6 Surakarta menggunakan model block release yaitu pihak sekolah dan pihak DUDI telah menyetujui mengenai waktu tertentu di mana siswa harus belajar di DUDI dan belajar di sekolah. Sehingga dapat diperoleh tingkat ketercapaian penguasaan materi yang sesuai tuntutan kurikulum. Model block release ini dilaksanakan dengan mengikuti jam kerja di institusi pasangan yang mereka tempati selama dua bulan penuh, setelah waktu selasai, maka siswa dikembalikan kepada pihak sekolah. SMK Negeri 6 Surakarta membagi pelaksanaan program OJT ini menjadi 2 tahapan masing-masing yaitu : a) Tahap I pada waktu siswa kelas XI semester 4 (genap) yaitu mulai 3 Januari 2012 sampai dengan 29 Februari 2012, khusus untuk seluruh kelas XI kompetensi keahlian Akuntansi dan Administrasi Perkantoran. b) Tahap II pada waktu siswa kelas XII semester 5 (gasal) yaitu mulai 3 Juli 2012 sampai dengan 31 Agustus 2012, khusus untuk seluruh kelas XII kompetensi keahlian Pemasaran, Usaha Perjalanan Wisata, dan Multimedia.
2) Memilih dan Menentukan Institusi Pasangan Dunia usaha dan dunia industri merupakan komponen penting karena posisinya sebagai institusi pasangan dalam pelaksanaan program On The Job Training. Institusi pasangan sebagai tempat siswa melaksanakan OJT siswa menyediakan fasilitas berupa bimbingan dan latihan kerja dengan sarana dan prasarana yang ada. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
SMK Negeri 6 Surakarta dalam pemilihan DUDI sebagai institusi pasangan mempunyai pertimbangan khusus yang menjadi standar penentuan institusi pasangan. Namun di sini terdapat pertimbangan seperti lokasi dan jarak institusi pasangan serta yang terpenting adalah kesediaan dari pihak DUDI sebagai institusi pasangan untuk menerima calon siswa praktikan OJT di tempatnya. Hal itu seperti hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan I yaitu: Pertimbangan memilih DUDI seperti lokasi dan jarak institusi pasangan yang agar mudah dijangkau siswa, serta berusaha mencari tempat OJT yang sesuai dengan kompetensi keahlian siswa. serta yang terpenting yaitu kesediaan DUDI sebagai institusi pasangan untuk memperbolehkan siswa kami untuk OJT. Namun beberapa DUDI meminta syarat khusus bagi siswa yang akan OJT ditempatnya seperti penampilan, tinggi badan, ataupun harus ikut ujian terlebih dahulu. Hal tersebut senada hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan II yaitu : Biasanya sekolah mempertimbangkan jarak rumah siswa dengan tempat praktiknya. Akan tetapi ada DUDI punya standar tersendiri. Contoh perusahaan atau kantor X, anak-anak AP harus melalui seleksi dahulu seperti ujian komputer dengan Operating Sistem Linux dan Open Office serta tes wawancara, kalau di perusahaan lain yang berhubungan dengan publik biasanya penampilan sangat diutamakan. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan V yaitu : Untuk pemilihan DUDI sebagai institusi pasangan biasanya pihak sekolah mempertimbangkan jarak rumah atau tempat tinggal siswa dengan DUDI sebagai tempat praktik siswa serta yang penting juga tempat OJT harus yang relevan dengan program keahlian siswa. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan dan penentuan DUDI sebagai institusi pasangan SMK Negeri 6 Surakarta memiliki pertimbangan sebagai standar pemilihan commit to user institusi pasangan. Pertimbangan tersebut adalah lokasi dan jarak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
institusi pasangan agar mudah dijangkau oleh siswa, kemudian kesesuaian kompetensi keahlian siswa dengan bidang usaha di DUDI agar siswa dapat menerapkan teori yang diperoleh di sekolah di DUDI. Serta yang terpenting kesediaan pihak DUDI sebagai institusi pasangan untuk menerima calon praktikan OJT di tempatnya. Di sisi lain terdapat beberapa DUDI yang memberikan pertimbangan tertentu yang harus dipenuhi oleh siswa agar dapat melaksanakan OJT ditempatnya. Pertimbangan tersebut adalah berupa penampilan, siswa diwajibkan mengikuti proses seleksi terlebih dahulu seperti tes tertulis, praktik, dan wawancara. Sehingga pihak DUDI tidak sembarangan dalam memilih calon siswa yang akan melaksanakan OJT. selama siswa melakukan OJT di tempat tersebut dapat bekerja secara maksimal. Adapun tempat DUDI yang digunakan sebagai institusi pasangan dalam pelaksanaan program OJT, periksa lampiran nomor 12 halaman 189.
3) Mengajukan Surat Permohonan Kerjasama Setelah memilih dan menentukan institusi pasangan, kemudian koordinator pelaksana On The Job Training mengajukan surat permohonan kerjasama untuk melakukan kerjasama dengan DUDI dalam rangka siswa melaksanakan OJT di institusi pasangan. Untuk mengantisipasi DUDI yang merasa keberatan dipegunakan sebagai institusi pasangan, maka pihak sekolah mengirimkan surat tersebut ke DUDI beberapa bulan sebelum OJT dilaksanakan atau pada awal tahun ajaran baru. Seperti hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan I yaitu : Pihak sekolah mengirimkan surat pengajuan permohonan kerjasama ke DUDI dalam pelaksanaan On The Job Training, biasanya dikirim 5 bulan sebelum dimulainya OJT atau awal tahun ajaran baru dimulai. Alasannya jika tempat DUDI yang merasa keberatan, maka pihak sekolah dapat segera untuk mencari ke DUDI yang lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Hal tersebut senada hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan II yaitu “Sekolah mengirimkan surat permohonan kerjasama ke institusi pasangan untuk melakukan kerjasama yang baik dengan mengirimkan siswanya untuk melaksanakan OJT di institusi pasangan yang relevan setiap tahunnya”. Hasil wawancara tersebut diperkuat dengan adanya dokumen mengenai surat permohonan peserta OJT ke institusi pasangan serta blangko permohonan peserta OJT. Surat permohonan dikirim untuk mengetahui kesediaan dari DUDI untuk mengijinkan siswa melakukan OJT. Adapun surat permohonan peserta OJT dan blangko permohonan peserta OJT, periksa lampiran nomor 7-8 halaman 184-185. Berdasarkan hasil wawancara dan dokumen yang ada peneliti dapat menyimpulkan bahwa surat permohonan kerjasama dari SMK Negeri 6 Surakarta diajukan ke DUDI sebelum OJT dilaksanakan atau awal tahun ajaran baru. Surat permohonan kerjasama tersebut berguna untuk mengetahui kesediaan pihak DUDI menerima siswa sebagai institusi pasangan OJT. Kerjasama yang baik selalu dilakukan SMK Negeri 6 Surakarta dengan pihak DUDI serta setiap tahunnya SMK Negeri 6 Surakarta mengirimkan siswanya untuk melaksanakan OJT.
4) Membuat Nota Kesepakatan Bersama dengan DUDI Setelah pihak DUDI memberikan persetujuan dan bersedia sebagai institusi pasangan, maka pihak sekolah membuat Nota Kesepakatan Bersama (MoU) sebagai penegas dalam kerjasama antara pihak sekolah dan pihak DUDI. MoU merupakan bentuk pernyataan usaha bersama antara pihak sekolah dan pihak DUDI yang bersifat saling mengikat dan menguntungkan. Seperti hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan I yaitu : Pihak sekolah dan pihak DUDI bertemu membicarakan dan menandatangani Nota Kesepakatan Bersama (MoU). MoU disini merupakan bukti tertulis yang merupakan usaha bersama dalam commit to userantara sekolah dengan DUDI yang rangka mengadakan kerjasama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
sifatnya mengikat dan menguntungkan. Kemudian penyusunan sinkronisasi kurikulum sehingga jelas kompetensi yang harus dipelajari siswa. Pernyataan tersebut senada dengan hasil wawancara yang diungkapka oleh informan II yaitu “Setelah ditandatanganinya MoU oleh pihak sekolah dan pihak DUDI untuk melakukan kerjasama mengenai pelaksanaan OJT kemudian diadakan sinkronisasi kurikulum antara sekolah dan DUDI”. Kedua pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan III yaitu : Kemudian sekolah dan DUDI menyusun dan menyepakati progam kerjasama penyelenggaraan OJT yang dituangkan dalam MoU OJT. MoU itu telah diatur maksud dan tujuan, ruang lingkup, tugas, kewajiban dan tanggung jawab dari masingmasing pihak, pelaksanaan kegiatan, pembiayaan, jangka waktu. Selanjutnya dilakukan pula sinkronisasi kurikulum sebagai bentuk penyesuaian kompentensi sekolah dan DUDI selama siswa OJT. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa setelah pihak DUDI bersedia melakukan kerjasama dengan pihak SMK Negeri 6 Surakarta disusunlah dan ditandatangani nota kesepakatan bersama (MoU). Dalam MoU tersebut diatur tujuan, ruang lingkup, pelaksanaan, pembiayaan, jangka waktu, tugas, kewajiban serta tanggung jawab masing-masing pihak. Adapun Nota Kesepakatan Bersama (MoU) yang digunakan dalam pelaksanaan program OJT, periksa lampiran nomor 5 halaman 163. Setelah pembuatan nota kesepakatan bersama selesai, maka tahap selanjutnya adalah penyusunan sinkronisasi kurikulum yang
merupakan
kegiatan
penyesuaian
kompetensi
yang
dibutuhkan di DUDI dengan kompetensi yang terdapat pada kurikulum SMK. Serta mengacu pada kompetensi nasional yang ada. Maksud dan tujuan diselenggarakan sinkronisasi kurikulum antara sekolah dengan commit toDUDI user adalah untuk melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
standarisasi berbagai jenis kompetensi yang wajib dipahami, dipelajari, dikuasai serta dilaksanakan oleh siswa, baik di sekolah maupun di DUDI, sehingga siswa mendapatkan kompetensi keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Di samping itu sekolah dapat mengetahui perkembangan tuntutan dunia kerja serta dapat menghasilkan tamatan yang berkualitas. Adapun sinkronisasi kurikulum yang dipergunakan dalam pelaksanaan program OJT, periksa lampiran nomor 6 halaman 171.
5) Menyiapkan Siswa Siswa diharapkan memiliki kesiapan yang baik sebelum melaksanakan OJT di DUDI sehingga dapat beraktivitas dengan baik pada saat pelaksanaan OJT dan siswa mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan dari program OJT. Adapun persiapan yang dilakukan sekolah untuk siswa yaitu persiapan teori, praktik serta pembekalan sebelum siswa melakukan OJT di DUDI. a) Persiapan Teori Dalam mempersiapkan siswa sebelum melaksanakan OJT di DUDI. Siswa diberikan bekal teori dan pengetahuan melalui Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sesuai dengan kompetensi keahlian masing-masing yang berdasarkan kurikulum SMK yaitu KTSP Spektrum tahun 2008 yang terdiri dari program normatif, adaptif, produktif, muatan lokal (mulok), pengembangan diri. Melalui KBM yang baik, maka dapat diperoleh hasil yang maksimal dan dapat menunjang kesiapan siswa untuk berkompetisi di dunia kerja. Hal itu seperti hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan I yaitu : Sejak kelas X siswa telah kami berikan bekal teori dan pengetahuan melalui Kegiatan Belajar Mengajar yang sesuai dengan kompetensi keahlian masing-masing yang berdasarkan commit to user tahun 2008 yang terdiri dari kurikulum KTSP Spektrum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
pelajaran program normatif, adaptif, produktif, pengembangan diri, dan muatan lokal. Melalui KBM yang baik, maka akan diperoleh hasil yang maksimal dan dapat menunjang kesiapan siswa untuk berkompetisi di dunia kerja. Senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan II yaitu: Untuk teori terhadap siswa melalui KBM setiap hari yang dilakukan oleh guru pelajaran normatif, adaptif, produktif. Kalau saya selaku guru produktif lebih menekankan pada pelajaran produktif yang berhubungan dengan kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran yaitu dasar kompetensi kejuruan dan kompetensi kejuruan. Kedua
pernyataan
tersebut
diperkuat
dengan
hasil
wawancara yang diungkapkan oleh informan III yaitu : Persiapan teori yang kami lakukan melalui KBM. Siswa kami beri materi pelajaran yang sesuai dengan kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran, sehingga siswa memperoleh kompetensi yang dibutuhkan siswa selama melaksanakan OJT di DUDI dan bekal kesiapan kerja siswa nantinya. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum melaksanakan OJT, siswa memperoleh teori melalui KBM yang dilaksanakan setiap hari sesuai dengan KTSP Sptektrum 2008 yang terdiri dari program adaptif, normatif dan produktif, pengembangan diri dan muatan lokal, sehingga siswa mendapatkan pengetahuan mengenai kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan siswa untuk persiapan melakukan OJT di DUDI.
b) Praktik di Sekolah Praktik
yang
dilakukan
SMK
Negeri
6
Surakarta
kebanyakan dalam hal mata pelajaran produktif. Praktik ini bertujuan sebagai sarana belajar siswa untuk mendapatkan bekal keterampilan sebelum melakukan OJT serta dapat mengembangkan kreativitas dan commit to user kemampuan yang dimilikinya. Praktik yang dilakukan siswa yaitu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
praktik di Unit Produksi SMK Negeri 6 Surakarta dan melakukan direct selling. Hal itu seperti hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan I yaitu : Sejak kelas X siswa melakukan praktik sebagai sarana belajar siswa untuk mendapatkan keterampilan sebelum siswa melaksanakan OJT. Dengan melakukan kegiatan praktik siswa dapat mengembangkan keativitas dan kemampuan siswa. Praktik tersebut dilakukan siswa di Unit Produksi SMK Negeri 6 Surakarta dan melakukan direct selling berupa berjualan produk dari sekolah untuk melatih siswa mengembangkan jiwa kewirausahaan siswa. Hasil wawancara dengan informan I tersebut senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan III yaitu : Kami memberikan keterampilan dasar dengan praktik saat siswa kelas X AP di Unit Produksi foto kopi viskha SMK Negeri 6 Surakarta dan praktik di Tata Usaha SMK Negeri 6 Surakarta bagi anak kelas XI AP serta direct selling untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan. Kedua
pernyataan
tersebut
diperkuat
dengan
hasil
wawancara yang diungkapkan oleh informan IV yaitu : Sebelum melaksanakan OJT siswa kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran melakukan praktik sejak kelas X Foto Kopi Viskha dan praktikum di Kantor Tata Usaha SMK Negeri 6 Surakarta pada kelas XI secara bergantian tiap 2 hari sekali. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa SMK Negeri 6 Surakarta mempersiapkan siswa Administrasi Perkantoran sebelum melaksanakan OJT dengan memberikan keterampilan melalui praktik yang dilakukan di Kantor Tata Usaha SMK Negeri 6 Surakarta pada kelas XI dan Foto Kopi Viskha di Unit Produksi SMK Negeri 6 Surakarta pada kelas X. Selain itu, siswa diberikan bekal kewirausahaan kepada siswa melalui program direct selling. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
c) Pembekalan Program OJT Terhadap Siswa. Selain persiapan teori dan praktik, SMK Negeri 6 Surakarta melakukan pembekalan mengenai OJT sebelum siswa melaksanakan program OJT di DUDI. Pembekalan mengenai program OJT terhadap siswa dilakukan selama sehari yang materinya, masingmasing disampaikan oleh Guru BP, Wakasek, Ketua Kompetensi Keahlian (K3) serta dari perwakilan DUDI. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan I yaitu: Mendekati OJT diadakan pembekalan mengenai OJT selama 1 hari yang dilakukan oleh guru BP mengenai peningkatan sikap dan kepribadian siswa, kemudian dari wakasek mengenai persiapan memasuki DUDI dan teknis pengisian jurnal dan dari Ketua Kompetensi Keahlian (K3) yang intinya menekankan pada apa yang dipraktikkan di DUDI. Serta mendatangkan dari pihak DUDI. Hasil wawancara dengan informan I senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan IV yaitu “Siswa diberikan pembekalan masing-masing kompetensi keahlian, dibekali dengan sikap-sikap perpaduan antara guru yang ada di dalamnya yang menangani industri serta menghadirkan perwakilan dari DUDI sesuai kompetensi keahlian bekerja sama dengan asosiasi”. Kedua
pernyataan
tersebut
diperkuat
dengan
hasil
wawancara yang diungkapkan informan V yaitu “Untuk persiapan dilakukan pembekalan dari wakasek, ketua kompentensi keahlian dan dari pihak DUDI, hanya mengambil beberapa pegawai dari dudi untuk memberikan pembekalan”. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pembekalan mengenai OJT terhadap siswa dilakukan oleh pihak sekolah dan pihak DUDI. Masing-masing pihak memberikan materi OJT yang berbeda sehingga siswa mendapatkan gambaran selama melaksanakan OJT di DUDI. Adapun jadwal pembekalan OJT bagi siswa, periksa lampiran nomor 9 halaman 187. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
6) Menyiapkan Perangkat Administrasi Program OJT Pelaksanaan program On The Job Training itu juga didukung dengan
kelengkapan
perangkat
administrasi
untuk
mendukung
kelancaran selama program OJT berlangsung. Oleh karena itu, pihak sekolah perlu mempersiapkan berbagai surat dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan program OJT seperti proses pencatatan, pelaporan, serta penilaian pelaksanaan program OJT. Persiapan dari perangkat administrasi program OJT khususnya yang berkaitan dengan mekanisme OJT lebih banyak dilakukan oleh sekolah. Hal itu sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan I yaitu : Untuk mendukung pelaksanaan OJT dipersiapkan berbagai surat dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan program OJT seperti proses pencatatan, pelaporan, serta penilaian pelaksanaan program OJT. Perangakat administrasi OJT tersebut yaitu surat permohonan siswa OJT ke institusi pasangan, blangko permohonan jumlah siswa OJT ke institusi pasangan, surat permohonan pembekalan peseta OJT, surat penyerahan siswa OJT ke institusi pasangan, daftar peserta OJT, buku pelaksanaan OJT, serta blangko evaluasi, monitoring, lembar penilaian dan format sertifikat OJT dari sekolah bila DUDI yang tidak bisa mengeluarkan sertifikat OJT. Hasil wawancara informan I juga senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan II yaitu “Pihak sekolah menyiapkan perangkat administrasi OJT seperti surat-surat penting tentang OJT, daftar peserta OJT serta buku pelaksanaan OJT”. Kedua pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan V yaitu “Perangkat administrasi OJT yang dipergunakan berupa surat-surat yang berhubungan dengan OJT, buku pelaksanaan OJT, blangko monitoring dan sertifikat dari sekolah”. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa SMK Negeri 6 Surakarta telah mempersiapkan perangkat administrasi OJT dengan baik, karena dapat membantu kelancaran administrasi selama pelaksanaan program OJT berlangsung. Dokumen dan surat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
penting yang dibutuhkan dalam mempersiapkan perangkat administrasi program OJT yaitu : a) Surat permohonan siswa OJT ke institusi pasangan. b)
Blangko permohonan jumlah siswa OJT ke institusi pasangan.
c)
Surat permohonan pembekalan peseta OJT.
d)
Surat penyerahan siswa OJT ke institusi pasangan.
e)
Daftar peserta OJT.
f)
Buku pelaksanaan OJT.
g)
Blangko monitoring dan evaluasi OJT.
h)
Lembar penilaian kompetensi siswa di institusi pasangan.
i)
Format sertifikat program OJT dari sekolah apabila pihak DUDI tidak dapat mengeluarkan sertifikat OJT.
Adapun perangkat administrasi program OJT, tertuang dalam lampiran nomor 7-16, halaman 184-233.
7) Menunjuk Guru Pembimbing Selama program On The Job Training berlangsung pihak sekolah harus selalu mengawasi dan memantau siswanya untuk mengetahui keadaan dan perkembangan para siswanya yang praktik di DUDI. Oleh karena itu, pihak sekolah membentuk pembimbing sekolah dari guru untuk membantu kelancaraan program OJT di masing-masing DUDI dari awal sampai dengan berakhirnya OJT. Hal itu seperti hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan I yaitu : Kami membentuk pembimbing dari sekolah untuk mengawasi dan memantau siswa sehingga mengertahui perkembangan siswa selama OJT. Pembimbing dari sekolah kriterianya yaitu guru mata pelajaran produktif telah bekerja sekurang-kurangnya 3 tahun, Guru mata pelajaran adaptif dan normatif telah bekerja sekurangkurangnya 5 tahun, Mampu melaksanakan pembimbingan dan monitoring siswa yang melaksanakan OJT, serta mampu berkomunikasi dengan baik. Hasil wawancara informan I juga senada dengan hasil commit to user wawancara yang diungkapkan oleh informan II yaitu: “Guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
pembimbing OJT yang dibentuk sekolah biasanya bertugas untuk mengantarkan siswa ke DUDI, melakukan bimbingan dan memantau siswa selama pelaksanan OJT di institusi pasangan serta saat penarikan jika OJT selesai”. Kedua pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan informan VI yaitu “Sekolah membentuk guru pembimbing OJT yang tugasnya untuk menyerahkan siswa ke DUDI dan menarik siswa setelah selesai OJT serta melakukan bimbingan dan monitoring serta evaluasi”. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa guru pembimbing OJT yang dibentuk oleh pihak sekolah telah sesuai dengan pertimbangan yang ditentukan oleh sekolah yaitu sebagai berikut: a) Guru mata pelajaran produktif telah bekerja sekurang-kurangnya 3 tahun. b) Guru mata pelajaran adaptif dan normatif telah bekerja sekurangkurangnya 5 tahun. c) Mampu melaksanakan pembimbingan dan monitoring siswa yang melaksanakan OJT. d) Mampu berkomunikasi dengan baik.
Sedangkan tugas yang harus dilakukan oleh guru pembimbing OJT selama OJT berlangsung di DUDI yaitu : a) Mengantarkan siswa saat penerjunan langsung siswa ke DUDI dan saat penarikan siswa setelah OJT berakhir. b) Memberikan bimbingan, monitoring dan evaluasi selama siswa melaksanakan OJT di DUDI.
8) Penyerahan Siswa OJT ke Institusi Pasangan Pelaksanaan OJT dimulai dengan penyerahan siswa ke institusi commit to siswa user OJT ke DUDI ini dilaksanakan pasangan. Kegiatan penyerahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
di sekolah melalui upacara pelepasan secara formal oleh kepala sekolah sebagai tanda siswa mulai melaksanakan OJT di DUDI, selanjutnya siswa akan diantarkan oleh guru pembimbing ke institusi pasangan tempat siswa melaksanakan OJT. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan I yaitu “Sebelumnya dilakukan upacara pelepasan oleh kepala sekolah sebagai tanda pelaksanaan OJT tahun ini dimulai dan penyerahan siswa kepada institusi pasangan dengan diantarkan oleh guru pembimbing”. Hasil wawancara informan I juga senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan II yaitu “Sebelumnya diadakan upacara pelepasan ke DUDI kemudian siswa diantarkan oleh guru pembimbing ke masing-masing tempat OJT”. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan IV yaitu “Upacara pelepasan dilakukan sebelum siswa diterjunkan ke DUDI tempat siswa melaksanakan OJT, kemudian siswa diantarkan oleh guru-guru pembimbing ke tempat OJT yang telah ditentukan”. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum siswa diterjunkan ke DUDI diadakan upacara pelepasan untuk siswa praktikan OJT yang dipimpin oleh kepala sekolah. Tujuannya diadakan upacara pelepasan ini bahwa secara resmi siswa SMK Negeri 6 Surakarta sebagai peserta OJT pada tahun ini telah siap melaksanakan OJT di DUDI masing-masing. Siswa peserta OJT akan diserahkan ke DUDI dengan diantarkan oleh guru pembimbing OJT.
9) Penempatan Kerja Siswa di Institusi Pasangan Setelah siswa diserahkan ke
insitusi pasangan,
maka
penempatan di divisi atau bagian diatur sepenuhnya oleh DUDI, karena DUDI lebih mengetahui keadaan siswa dengan bidang kerja yang ada di tempat kerjanya masing-masing. Kesesuaian penempatan kompetensi commit to user keahlian siswa dengan bidang usaha atau pekerjaan di DUDI
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
merupakan suatu bentuk pengakuan kemampuan kompetensi bagi siswa praktikan OJT. Dengan adanya pengakuan kompetensi, maka siswa praktikan OJT akan termotivasi dalam bekerja sehingga akan terbentuk pengalaman dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XII yaitu : Penempatan kerja sepenuhnya dilakukan oleh DUDI karena yang lebih mengetahui keadaan siswa dan bidang kerja di tempat kerja. Pekerjaan di sini yang berhubungan dengan administrasi sangat banyak. Mereka saya tempatkan di bagian sekretariat untuk membantu melayani tamu. Kalau yang di tata usaha membantu mengagenda surat, input data ke komputer kemudian bagian personalia membantu dalam perekrutan pegawai baru, merekap data karyawan dan lainnya. Kami juga selalu merolling setiap 2 minggu sekali Hasil wawancara informan XII juga senada dengan hasil wawancara
yang
diungkapkan
oleh
informan
XIII
yaitu
“Penempatannya telah sesuai dengan kompetensi keahlian siswa. Untuk anak Administrasi Perkantoran dari SMK Negeri 6 Surakarta sudah sesuai karena kebanyakan pekerjaan di sini bersifat administrastif” Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan XIV yaitu “Penempatan dan pembagian kerja di sini telah kami sesuaikan dengan kondisi siswa dan keahlian yang dimiliki siswa. Siswa kami tempatkan di sekretariat yang banyak berhubungan dengan administrasi dan surat menyurat”. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa penempatan siswa di bagian sudah sesuai dengan kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran. Sehingga akan tercipta suasana yang nyaman dan kelancaran pelaksanaan program OJT. Namun DUDI tetap berusaha untuk menempatkan siswa praktikan OJT sesuai dengan kompetensi keahliannya yaitu dengan sistem rolling atau putar bagian sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan dengan pekerjaan yang ada, sehingga dapat merasakan berbagai hal dalam pelatihan kerja commit to user berbagai tanggung jawab yang seperti pengalaman kerja, pelimpahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
berbeda serta pengalaman berinteraksi dengan orang lain yang berhubungan dengan dunia kerja sesungguhnya.
10) Kegiatan Siswa Selama di Institusi Pasangan Pelaksanaan program On The Job Training yang dilakukan siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 6 Surakarta dilakukan selama dua bulan kerja di DUDI. Untuk pengaturan hari kerja dan jam kerja dipercayakan sepenuhnya kepada masing-masing pihak DUDI yang ditempati siswa OJT. Pengaturan hari kerja dan jam kerja tersebut bertujuan agar siswa dapat mengetahui dan merasakan dunia kerja yang sesungguhnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan XII yaitu : Untuk pengaturan hari kerja dan jam kerja siswa dipercayakan kepada kami. Jadwal libur dan kerja mengikuti jadwal yang ada di kantor kami, yaitu anak-anak masuk 6 hari kerja, libur hari Minggu. Untuk jam masuk kami gunakan shift pagi dan istirahat juga kami samakan dengan tenaga kerja yang ada di kami yaitu 07.30-14.00 dengan waktu istirahat jam 12.00-12.30 untuk sholat dan makan siang. Hasil wawancara informan XII tersebut senada dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan XIII yaitu : Jadwal kerja siswa sama dengan karyawan kami lainnya agar mereka terbiasa dengan lingkungan kerja yang akan mereka hadapi saat mereka lulus dan bekerja nantinya. Hari libur sabtu dan minggu selebihnya mereka masuk sesuai jam kerja. Untuk jam kerja mulai dari jam 08.00-15.00 dengan jam istirahat siang jam 12.00-13.00. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan XIV yaitu “Mengenai pengaturan jam kerja dan hari kerja, pihak sekolah menyerahkan sepenuhnya terhadap terhadap kami. Di mana siswa bekerja selama 5 hari di mana siswa masuk mulai pukul 07.30-15.00 dan istirahat selama 1 jam”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Selama melaksanaan program OJT di DUDI, siswa akan dihadapkan secara langsung dengan berbagai macam pekerjaan yang ada di dunia kerja yang sebenarnya. Pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa diharapkan dapat mengambil manfaat dari pelaksanaan program OJT. Adapun kompetensi keahlian untuk Administrasi Perkantoran adalah : a) Memahami
prinsip-prinsip
penyelenggaraan
administrasi
perkantoran (1) Mendeskripsikan administrasi perkantoran (2) Mendeskripsikan fungsi pekerjaan kantor dalam organisasi (3) Mengidentifikasi pekerjaan kantor (4) Mengidentifikasikan sarana dan prasarana kantor (5) Mengidentifikasi pekerjaan kantor b) Mengaplikasikan keterampilan dasar komunikasi (1) Mengidentifikasi proses komunikasi (2) Menerima dan menyampaikan informasi (3) Memilih media komunikasi (4) Melakukan komunikasi melalui telepon c) Menerapkan prinsip-prinsip kerjasama dengan kolega (1) Mendiskripsikan kerjasama dengan kolega dan pelanggan (2) Menyediakan bantuan kepada pelanggan di dalam dan di luar organisasi (3) Memelihara standar penampilan kantor (4) Menerapkan bekerja dalam tim d) Menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja (K3LH) (1) Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) (2) Melaksanakan prosedur K3 (3) Menerapkan konsep lingkungan hidup (4) Menerapkan ketentuan pertolongan pertama pada kecelakaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
e) Mengoperasikan aplikasi perangkat lunak (1) Mendeskripsikan aplikasi perangkat lunak (2) Mengoperasikan aplikasi perangkat lunak dalam mengolah dokumen/ naskah f) Mengoperasikan aplikasi presentasi (1) Mendeskripsikan aplikasi presentasi (2) Menggunakan aplikasi presentasi untuk mengolah bahan informasi g) Mengelola peralatan kantor (1) Melakukan prosedur pengadaan peralatan kantor (2) Menggunakan peralatan kantor (3) Memelihara peralatan kantor h) Melakukan prosedur adminstrasi (1) Mengidentifikasi dokumen-dokumen kantor (2) Melakukan surat-menyurat (3) Menata dokumen i) Menangani penggadaan dan pengumpulan dokumen (1) Memilih jenis penggadaan dokumen yang sesuai (2) Melakukan penggadaan dokumen (3) Mendistribusikan dokumen j) Menangani surat/dokumen kantor (1) Mengidentifikasi jenis-jenis dokumen (2) Memproses surat/ dokumen (3) Mendistribusikan surat/ dokumen (4) Memproses e-mail k) Mengelola sistem kearsipan (1) Menentukan sistem kearsipan (2) Menentukan kebutuhan alat dan bahan kearsipan (3) Mengimplementasikan sistem kearsipan (4) Memelihara sistem kearsipan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
l) Membuat dokumen (steno) (1) Membuat catatan dikte untuk menghasilkan naskah/ dokumen (2) Mengidentifikasi kebutuhan dokumen (3) Membuat dokumen (4) Memproduksi dokumen m) Mengelola perjalanan bisnis (1) Mendiskripsikan perjalanan bisnis (2) Melaksanakan penangan perjalanan bisnis n) Mengelola pertemuan/ rapat (1) Mempersiapkan pertemuan/ rapat (2) Menyelenggarakan pertemuan/ rapat (3) Membuat catatan hasil pertemuan/ rapat (4) Mendistribusikan hasil pertemuan/ rapat o) Mengelola dana kas kecil (1) Mempersiapkan administrasi kas kecil (2) Membukukan mutasi dan selisih dana kas kecil (3) Mendokumentasikan bukti-bukti kas kecil p) Memberikan pelayanan pada pelanggan (1) Mendeskripsikan pelayanan prima (2) Mengidentifikasi pelanggan dan kebutuhannya (3) Memberikan pelayanan kepada pelanggan q) Mengelola data/ informasi di tempat kerja (1) Mengumpulkan data/ informasi (2) Melakukan pengolahan data/ informasi r) Mengaplikasikan administrasi di tempat kerja (1) Melaksanakan tata kearsipan persuratan dan kearsipan (2) Melaksanakan administrasi kepegawaian/ ketenaga kerjaan (3) Melaksanakan administrasi keuangan (4) Melaksanakan administrasi sarana dan prasarana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Siswa kelas XI kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran yang melaksanakan OJT di DUDI melakukan berbagai macam kegiatan kantor yang sesuai dengan kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran. Tidak semua kompetensi dapat dilakukan oleh siswa tetapi disesuaikan dengan job desk DUDI masing-masing di mana siswa dipekerjakan. Siswa yang menempati di bagian resepsionis hanya melakukan kegiatan mengenai kompetensi memberikan pelayanan dan melakukan komunikasi melalui telepon pada bagian resepsionis saja. Karena penempatan siswa di divisi atau di bagian sudah diatur sepenuhnya oleh DUDI. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan seputar kompetensi yang ada di kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran di SMK. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan VII yaitu: Kalau pekerjaan yang saya lakukan selama melaksanakan OJT sudah sesuai dengan kompetensi Adminisitrasi Perkantoran. Pekerjaan yang saya kerjakan seperti mengarsip surat, mengaggenda surat masuk dan keluar, menangani dokumen, mendistribusikan surat. Berdasarkan observasi peneliti yang telah dilakukan di salah satu institusi pasangan, bahwa selama siswa melaksanakan OJT di DUDI siswa telah melaksanakan OJT kegiatan-kegiatan sesuai dengan kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran yang telah diajarkan di sekolah. Selain itu, kegiatan siswa di institusi pasangan tersebut diperkuat dengan jurnal kegiatan siswa selama melakukan OJT yang tertuang pada lampiran nomor 13 halaman 194.
Di dalam jurnal
kegiatan siswa tersebut dapat diketahui tentang uraian pekerjaanpekerjaan yang siswa kerjakan yang berhubungan dengan kompetensi Administrasi Perkantoran selama melaksanakan OJT. Selama melaksanakan OJT siswa akan melakukan berbagai kegiatan yang tentunya sesuai kompetensi yang telah ditentukan oleh commit to user masing-masing DUDI. Untuk itu siswa kelas XI kompetensi keahlian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Administrasi Perkantoran harus dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh DUDI. Kompetensi tersebut sudah diatur besama-sama antara dengan sekolah yang dituangkan ke dalam sinkronisasi kurikulum. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan XIII yaitu “Selama siswa OJT melaksanakan OJT, siswa harus dapat mencapai kompetensi yang telah kami tentukan dalam sinkronisasi kurikulum sehingga kami bisa mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa tersebut”. Hasil wawancara tersebut diperkuat dengan dokumen mengenai sinkronisasi kurikulum yang tertuang pada lampiran nomor 6 halaman 171. sinkronisasi kurikulum tersebut mengatur kompetensikompetensi yang dibutuhkan oleh DUDI. Siswa diharuskan memenuhi kompetensi
DUDI
yang
sesuai
dengan
kompetensi
keahlian
Administrasi Perkantoran sehingga dapat diketahui kemampuan dan kompetensi masing-masing siswa yang melaksanakan OJT. Selain wawancara dan dokumen, peneliti telah melakukan observasi lakukan di salah satu DUDI, bahwa selama melaksanakan OJT di DUDI, siswa harus dapat mencapai kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan oleh DUDI yang bersangkutan dan sesuai dengan kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran . Keberhasilan siswa dalam bekerja pada prinsipnya juga ditentukan tingkat keleluasaan dalam melaksanakan pekerjaan. Artinya siswa diberi kebebasan seperti halnya pegawai dalam bekerja termasuk memanfaatkan fasilitas pendukung penyelesaian pekerjaan yang ada di tempat praktek. Berkaitan dengan fasilitas yang diberikan DUDI selama melaksanakan OJT. Pelaksanaan OJT akan semakin lancar apabila siswa mendapatkan kebebasan menggunakan fasilitas kerja untuk melaksanakan latihan. Berkaitan dengan kebebasan siswa dalam menggunakan fasilitas kerja. Hal tersebut sesuai dengan hasil commit tooleh user informan X yaitu “Kami diberi wawancara yang diungkapkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
fasilitas kantor untuk mempergunakan peralatan ataupun mesin kantor ataupun hal-hal yang berhubungan dengan kegitan kantor agar dapat dipergunakan serta mempermudah siswa untuk melakukan pekerjaan selama melaksanakan OJT ”. Hasil wawancara dengan informan XII juga senada dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan XIII yaitu “Untuk peralatan-peralatan dan fasilitas di sini masih baik dan memadai sehingga dapat dipergunakan siswa dalam selama melaksanakan OJT”. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan XIV yaitu “Siswa mempergunakan fasilitas-fasilitas yang ada di DUDI berupa peralatan kantor dan mesin kantor yang tersedia sehingga dapat mempermudah siswa selama melaksanakan OJT”. Pada pelaksanaan kerja, ada beberapa pekerjaan yang pelaksanaannya sesuai dengan teori yang diperoleh di sekolah, namun ada juga yang berbeda. Misalnya alam memproses surat menyurat, mendisposisikan surat, menginput data dengan menggunakan software yang
berbeda,
melakukan
komunikasi
melalui
telepon
harus
mempergunakan SOP sesuai dengan yang ada di DUDI karena pihak DUDI memiliki ketentuan dan kebutuhan masing-masing. Hal itu seperti yang hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan VIII yaitu : Antara teori dengan praktik yang saya dapatkan di sekolah hampir sama dengan di tempat saya OJT. Saat melakukan proses surat menyurat sama dengan saya pelajari di sekolah. Namun saat saya di sekolah dalam mencatat surat dengan buku agenda digunakan juga kartu kendali untuk mempermudah pengendalian yang berjumlah 3 lembar kartu kendali yang berbeda warnanya, namun di DUDI ternyata menggunakan hanya 1 lembar kartu kendali saja. Hasil wawancara informan VIII juga senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan X yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Selama saya melaksanakan OJT di sini, ternyata teori yang saya pelajari di sekolah dapat saya terapkan di tempat saya OJT. namun ada beberapa yang sedikit berbeda saat saya harus menerima atau menjawab telepon. Misalnya kalau di sekolah saya diajarkan saat pertama kali menerima telepon harus menggunakan kata hallo, namun kalau di sini berbeda kata hallo tidak dipergunakan tetapi dapat sepertiapi harus sesuai dengan SOP yang ada di sini contohnya Selamat Pagi bagian Sekretariat”. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XI yaitu : Antara teori dan praktek yang saya dapat di sekolah dan DUDI ada beberapa yang tidak sesuai, misalnya saat di sekolah saya diajarkan dengan menggunakan OS Windows dan Microsoft Office. Namun saat di DUDI ternyata saya mengolah data dengan OS Linux dan Open Office. Kemudian dalam mengagendakan surat yang saya tahu setelah ditulis di buku tetapi di sini setelah mendapatkan surat langsung di masukkan ke dalam komputer dan di print. Namun setelah saya diajari caranya oleh pembimbing instansi saya dapat mengerti. Selama melaksanakan OJT kualitas kerja siswa dapat diketahui baik kelebihan dan kekurangan yang dimiliki siswa. Dari kelebihan yang dimiliki siswa selama melaksanakan OJT dapat diketahui dari kerajinan siswa dalam melaksanakan pekerjaan serta siswa memiliki inisiatif dalam mengerjakan, siswa daya serap dan daya nalar siswa mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja dan karyawan. Hal itu seperti yang hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XII yaitu : Siswa-siswa yang OJT selalu rajin dalam melakukan pekerjaan dan hasilnya juga baik. Selain itu, jika mereka sudah tidak punya pekerjaan atau telah selesai mengerjakan biasanya mereka berinisiatif untuk membantu pegawai lain agar pekerjaan dapat segera selesai, sehingga mereka memanfaatkan waktu selama melaksanakan OJT yang saya rasa waktunya singkat. Hasil wawancara informan XII juga senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIII yaitu “Saya rasa commit to user anak-anak yang OJT di sini daya tangkap dan daya nalar anak cepat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Siswa yang saya ajari dan arahkan satu sampai dua kali sudah dapat langsung mengerti”. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIV yaitu “Untuk kelebihanya dari siswa itu yang pasti anaknya rajin-rajin dan mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja dan karyawan-karyawan yang lainnya”. Di sisi lain siswa juga memiliki kelemahan dalam bekerja salama
melaksanakan
OJT.
Kekurangan
siswa
dapat
berupa
kemampuan dasar siswa masih kurang dalam hal bekerja secara praktis, mereka masih bekerja menurut teori-teori yang didapatkan di sekolah. Selain itu, siswa juga tidak percaya diri untuk mampu menerima pekerjaan-pekerjaan di bawah tekanan, seperti pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu dan relatif singkat. Untuk pekerjaan penting tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Hal itu seperti yang hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XII yaitu “Kalau kelemahan yang dimiliki siswa itu dapat berupa mereka masih kurang dalam bekerja secara praktis. Mereka masih bekerja sesuai dengan teori yang didapatkannya selama di sekolah”. Hasil wawancara informan XII juga senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIII yaitu : Untuk kekurangan-kekurangan yang siswa selama melakukan OJT di sini, kalau mereka disuruh bekerja di bawah tekanan atau harus menyelesaikan pekerjaan sendiri dalam waktu yang relatif singkat masih kurang maksimal, sehingga biasanya kami tetap memberikannya tugas dengan bekerjasama dibantu oleh temannya. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIV yaitu “Untuk kekurangan siswa yang dapat saya rasakan, untuk pekerjaan-pekerjaan kantor yang sifatnya sangat penting belum bisa kami serahkan commit to user sepenuhnya kepada siswa”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Pembimbing yang dilakukan pembimbing instansi dengan memberikan pengarahan dan membentuk
sikap
yang
baik.
mendidik Karena
siswa
sehingga
dapat
pada
dasarnya
dalam
melaksanakan pekerjaan sikap pekerja dibutuhkan. Pembimbing instansi memberikan pengarahan dan mendidik siswa untuk membentuk sikap disiplin, kerajinan, tanggung jawab, motivasi kerja, kerjasama sehingga siswa memiliki sikap yang baik dan profesional dalam bekerja. Hal itu seperti hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan VIII yaitu : Pembimbingan yang kami lakukan biasanya melakukan bimbingan dengan mengarahkan siswa dan mendidik siswa untuk selalu disiplin selama melaksanakan OJT, Kami mengarahkan siswa untuk selalu menjaga kebersihan selama bekerja, sebelum atau sesudah bekerja. Siswa harus selalu membersihkan meja, peralatan atau data dikembalikan ke tempat semula untuk membentuk kerajinan siswa. Hasil wawancara informan VIII juga senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan X yaitu : Kami mengajarkan siswa untuk selalu siap dan bertanggung jawab dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Selain itu kami mendididik sikap siswa untuk dapat memiliki motivasi kerja sehingga akan menghasilkan pekerjaan yang maksimal. Kami mengajarkan disiplin dengan mengikutkan mereka dalam apel pagi dan membuat absensi untuk membentuk siswa yang disiplin. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XI yaitu : Membentuk sikap siswa merupakan hal yang penting dalam melaksanakan pekerjaan karena dengan sikap yang baik memiliki peran yang baik dalam pekerjaan. Kami mengajarkan siswa untuk saling bekerjasama baik dengan siswa sesama OJT ataupun dengan pegawai lain. Selain itu kami mengarahkan siswa untuk memiliki inisiatif , misalnya jika melihat banyak pekerjaan siswa meuntuk inistaitif membantu sehingga pekerjaan menjadi cepat selesai. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Selama OJT berlangsung siswa harus menjaga sikap dan tingkah lakunya karena selama melaksanakan OJT dinilai oleh DUDI sehingga siswa harus dapat menjaga nama baik sekolah dan dirinya sendiri selama melaksanakan OJT. Sebaiknya sikap dan tingkah laku siswa yang tidak baik selama di sekolah tidak dibawa ke DUDI siswa menjaga sikap dan perbuatannya dengan bersikap sopan dan saling menghormati terhadap pegawai yang di DUDI. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan XII yaitu “Kalau siswa SMK Negeri 6 Surakarta selama OJT di sini sikap mereka baik-baik dan juga sopan. Serta mereka juga mudah akrab dengan pegawai yang ada di sini”. Hasil wawancara informan XII juga senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIII yaitu ”Untuk mengenai sikap siswa selama melakukan OJT. Siswa dengan karyawan bersikap dengan baik dan menghormati. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan XIV yaitu “Kalau dari segi sikap, saya rasa siswa SMK Negeri 6 Surakarta anaknya baik-baik dan juga tidak melakukan hal yang aneh-aneh”. Siswa harus dapat mematuhi peraturan yang telah ditetapkan di DUDI selama melaksanakan OJT. Apabila ada siswa yang melanggar peraturan tersebut, DUDI akan memberikan suatu tindakan untuk mengatasinya, karena siswa sepenuhnya menjadi tanggung jawab DUDI selama OJT berlangsung. Apabila tidak ada perubahan, pihak
DUDI
akan
mengembalikan
sepenuhnya
maka dari
siswa
yang
bersangkutan tersebut kepada sekolah untuk dilakukan tindak lanjut. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XII yaitu “Jika siswa melanggar biasanya kami memberikan tindakan. Untuk masalah pelanggaran seperti tidak masuk atau kurang disiplin. Hanya saja siswa kadang siswa yang bercanda dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
temannya dapat kami maklumi. Biasanya kami memberikan teguran terhadap siswa dan siswa segera merespon dengan baik”. Hasil wawancara informan XII juga senada dengan informan XIII yaitu “Ya selama melaksanakan OJT, diharapkan siswa dapat menaati peraturan yang ada DUDI karena juga untuk kebaikan siswa dan untuk mendisiplinkan siswa. Seandainya ada masalah biasanya kami segera melaporkan ke koodinator OJT”. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIV yaitu Siswa harus mematuhi peraturan peraturan yang telah ditetapkan di DUDI. Apabila melakukan pelanggaran pihak DUDI akan memberikan peringatan atau teguran kepada siswa. Jika tidak ada perubahan maka akan dilaporkan kepada koordinator OJT untuk diberikan tindakan lebih lanjut. Berdasarkan uraian kegiatan-kegiatan yang siswa lakukan selama melaksanakan OJT di DUDI, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dari pelaksanaan program On The Job Training mampu menyiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta khususnya siswa kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran baik dari hard skill dan soft skill untuk memasuki dunia kerja.
11) Pembimbingan Siswa Praktikan OJT Pembimbingan terhadap siswa dalam program On The Job Training merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pihak sekolah dari guru pembimbing dan pihak institusi pasangan yang diwakili
oleh
pembimbing
instansi.
Kegiatan
pembimbingan
dilaksanakan dengan mengamati kinerja siswa selama pelaksanaan OJT berlangsung. Tujuan dari kegiatan pembimbingan adalah sebagai sarana pemantauan yang dapat berupa penemuan masalah yang terjadi selama OJT sekaligus pemecahan masalah siswa praktikan OJT di insititusi commit to user pasangan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
Kegiatan pembimbingan terhadap siswa yang dilakukan oleh guru pembimbing diawali dengan penyerahan siswa sebagai peserta OJT secara langsung ke DUDI sebagai institusi pasangan. Kegiatan pembimbingan oleh guru pembimbing berupa bimbingan afektif melalui pengarahan berbagai sikap-sikap yang seharusnya dikembangkan selama OJT. Pengembangan sikap rasa saling memiliki menjadi bagian dari DUDI sehingga siswa diharapkan sebagai peserta OJT untuk mematuhi segala peraturan yang berlaku. Hal itu seperti yang hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan II yaitu “Sewaktu guru pembimbing menyerahkan siswa peserta OJT di DUDI, guru memberikan
pengarahan
tentang
sikap
(afektif)
yang
perlu
dikembangkan pada waktu OJT, agar selalu mematuhi peraturan yang ada dan juga siswa diberikan buku jurnal”. Hasil wawancara informan II juga senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan III yaitu “Waktu siswa diantarkan ke DUDI, kemudian pembimbingan yang saya lakukan berupa pembimbingan afektif atau sikap yang harus diperhatikan selama melakukan praktik di DUDI”. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan IV yaitu : Karena saya juga harus mengajar maka waktu pembimbingan menjadi terbatas. Sehingga pembimbingan saya lakukan pada saat awal penyerahan siswa ke institusi pasangan serta waktu monitoring saja. Kemudian saya berikan buku jurnal kegiatan OJT kepada siswa untuk diisi sebagai alat untuk mengamati perkembangan siswa. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sistem pembimbingan siswa yang dilakukan oleh guru pembimbing diawali dari penyerahan siswa ke DUDI dengan memberikan bimbingan afektif atau sikap. Frekuensi pelaksanaan pembimbingan oleh guru pembimbing belum sesuai dengan ketentuan bahwa guru pembimbing commit tokepada user siswa selama pelaksanaan OJT. bertugas melakukan bimbingan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Karena adanya faktor kesibukan dan waktu sehingga menyebabkan pihak sekolah kurang mengetahui perkembangan maupun kesulitan yang ditemui siswa selama pelaksanaan OJT. Demi kelancaran kegiatan pembimbingan yang berkaitan dengan tugas siswa di institusi pasangan, maka siswa dibekali dengan buku pelaksanaan OJT selama OJT. Namun karena
pelaksanaan program
OJT
sepenuhnya
dilakukan di DUDI, maka kegiatan pembimbingan cenderung dilakukan oleh pembimbing instansi. Sistem pembimbingan yang dilakukan oleh pembimbing instansi adalah pembimbingan sekaligus latihan kerja. Terlebih dahulu siswa diberikan pengarahan agar tidak mengalami kesulitan selama praktik. Kemudian langsung mengerjakan tugas atau pekerja yang sebenarnya. Selain itu pembimbing instansi mengajarkan siswa tentang sikap yang baik. Melalui bimbingan intensif kepada siswa dapat menekan kesalahan selama praktik dan memperoleh tambahan pengetahuan tentang mekanisme kerja yang baik. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XII yaitu: Sistem pembimbingan diberikan berupa pembingan yang dilakukan berupa Sebelumnya saya beri pengarahan terlebih dahulu. Jadi siswa tidak langsung saya lepas begitu saja. Untuk pelaksanaan bimbingannya sendiri, pegawai semua yang ada di sini ikut membantu dalam membimbing para siswa apabila ada kesulitan. Kami memberi kebebasan kepada mereka apabila ada keperluan ke sekolahan ya silahkan ijin. Hasil wawancara informan XII juga senada dengan informan XIII yaitu: Kami selalu membimbing dan mengajari para siswa. Awalnya kami memberi contoh dahulu, kemudian baru kami suruh mereka mengembangkannya sendiri pekerjaan tersebut agar mereka dapat berkreasi. Mereka juga harus menyesuaikan peraturan seperti di sini, contohnya saat berbicara harus sopan, memakai pakaian hitam putih rapi dan sepatu harus bervantopel karena mereka akan bertemu dengan banyak orang. Dan jika sakit atau ada keperluan harus izin kepada saya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIV yaitu: Bimbingan yang kami berikan terlebih pada siswa terlebih dahulu kami mengenalkan pada suasana kantor dan beberapa pegawai. Selanjutnya mengajarkan pekerjaan yang ada di sini seperti cara mengagenda, surat, menginput data ke komputer mencari arsip dan pekerjaan kantor yang lain. Jika tidak tahu atau mengalami kesulitan bisa bertanya pada saya atau pegawai lain. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sistem pembimbingan yang dilakukan oleh pembimbing instansi di institusi pasangan pertama kali memberi pengarahan, penjelasan kepada siswa mengenai peraturan kantor, saling menjalin bekerjasama dengan rekan kerja dan memberikan contoh terlebih dahulu melakukan pekerjaan yang baik dan benar. Setelah mengerti siswa diberikan kebebasan dalam mengerjakan sendiri pekerjaan. Namun dalam tanggung jawab dan pengawasan pembimbing instansi melalui tindak pencegahan dan perbaikan, apabila terjadi kesulitan dan kesalahan pada pekerjaan
siswa.
Proses
pembimbingan
yang
dilakukan
oleh
pembimbing instansi melalui pembelajaran sekaligus pelatihan kerja lebih memudahkan siswa untuk belajar kompetensi sesuai dengan yang dituntut oleh DUDI walaupun dalam waktu yang relatif singkat.
12) Monitoring dan Evaluasi Program On The Job Training Monitoring dan evaluasi merupakan serangkaian proses dalam pelaksanaan program On The Job Training yang sangat penting. Melalui pelaksanaan monitoring dan evaluasi, pembimbing dapat memantau dan mengawasi perkembangan siswa selama pelaksanaan program OJT di DUDI. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi OJT dilakukan oleh pihak sekolah dari guru pembimbing sedangkan pihak institusi pasangan dari pembimbing instansi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
a) Monitoring dan Evaluasi oleh Pembimbing Instansi Monitoring dan evaluasi terhadap siswa praktikan OJT oleh pembimbing instansi di DUDI dilaksanakan secara periodik dan terus-menerus. Hampir semua pembimbing instansi di DUDI selalu memonitoring dan mengawasi siswa dalam bekerja, sehingga dapat diketahui perkembangan siswa secara bertahap dengan meneliti hasil-hasil pekerjaanya. Untuk evaluasi OJT difokuskan pada hasil kerja siswa selama mengikuti OJT dan dibandingkan dengan standar kerja yang berlaku di institusi pasangan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara informan XII yaitu “Untuk monitoring dan evaluasi dapat kami lakukan setiap saat, disela-sela kami melakukan bimbingan saat siswa melakukan pekerjaannya”. Hasil wawancara informan XII juga senada dengan informan XIII wawancara yaitu Monitoring dan evaluasi, ya setiap hari selalu kami lakukan dengan melihat setiap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh siswa sehingga apabila hasil pekerjaan tersebut ada kesalahan atau kekeliruan dapat langsung segera dibetulkan dan dibenarkan. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIV yaitu : Dari pihak DUDI pelaksanaan monitoring dan evaluasi biasanya dilakukan pada setiap hasil dan sikap kerja siswa selama bekerja di DUDI, kemudian pembimbing instansi akan memeriksa serta melakukan evaluasi dari pekerjaan yang telah siswa lakukan kemudian dievaluasi secara keseluruhan pada waktu akan penarikan Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa monitoring dan evaluasi oleh pembimbing instansi dari pihak institusi pasangan sudah baik karena pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan seiring dengan aktivitas rutin pekerjaan siswa sehari-hari. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang teratur akan commit to user memudahkan pembimbing instansi di DUDI untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
kinerja dan keterampilan yang dikuasai oleh praktikan OJT dan dapat menjadi tolak ukur keberhasilan pelaksanaan OJT.
b) Monitoring dan Evaluasi oleh Guru Pembimbing Dari pihak sekolah monitoring dan evaluasi dilakukan oleh guru pembimbing. Setelah OJT berlangsung selama satu bulan, guru pembimbing yang ditugaskan untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi akan mendatangi DUDI yang dipergunakan siswa untuk melaksanakan
OJT.
Guru
pembimbing
berkomunikasi
dan
berinteraksi dengan siswa praktikan OJT atau pembimbing instansi di DUDI sehingga dapat mengetahui perkembangan siswa selama melaksanakan OJT. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan II yaitu : Setelah satu bulan program On The Job Training berlangsung guru akan melakukan monitoring dan evaluasi dengan mendatangi DUDI. Kami berbicara dengan pembimbing instansi, apakah siswa kami sudah kompeten atau belum, kalau belum mohon bimbingannya sampai akhir nanti. Sekaligus kami melakukan evaluasi dengan melihat hasil pekerjaan siswa di tempat praktik OJT. Hasil wawancara informan II juga senada dengan informan III wawancara yaitu “Setelah 1 bulan pertama guru pembimbing melakukan
monitoring
serta
mengevaluasi
siswanya.
Kami
mengecek daftar hadir siswa dan jurnal kegiatan siswa di buku pelaksanaan OJT dan memantau kondisi siswa serta apa yang dikerjakan oleh siswanya”. Hasil wawancara dengan informan II dan III juga senada dengan informan IV yaitu “Untuk monitoring biasanya guru pembimbing masing-masing datang ke DUDI untuk mengecek jurnal kegiatan siswa kemudian di cek apakah ada pekerjaan yang sesuai atau tidak sesuai dengan bidang keahliannya”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan monitoring dan evaluasi juga dilakukan pihak sekolah oleh guru pembimbing. Walaupun yang lebih mengetahui tentang kinerja siswa adalalah pembimbing instansi di DUDI, namun yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan OJT adalah guru pembimbing. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi OJT yang dilakukan guru pembimbing dirasakan masih kurang insensitasnya sehingga perlu perhatian dari pihak sekolah agar mengetahui perkembangan
siswa
terhadap
kesesuaian
kompetensi
dan
keterampilan selama melaksanakan OJT.
c) Instrumen Monitoring dan Evaluasi Program OJT Untuk memperlancar pelaksanaan monitoring dan evaluasi program On The Job Training selama di DUDI, maka diperlukan instrumen untuk monitoring dan evaluasi yaitu buku pelaksanaan OJT serta blangko monitoring dan evaluasi kegiatan OJT, sehingga mempermudah pembimbing dari pihak sekolah maupun DUDI untuk mengetahui perkembangan penguasaan kompetensi dan keterampilan siswa selama melaksanakan OJT yang selanjutnya akan dilakukan mini evaluasi oleh koodinator OJT. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan III yaitu Untuk memperlancar monitoring dan evaluasi dipergunakan instrumen yaitu buku pelaksanaan OJT serta blangko monitoring dan evaluasi untuk memudahkan guru pembimbing dan pembimbing instansi mengamati kegiatan siswa selama melakukan OJT. Untuk selanjutnya akan diserahkan pada koodinator pelaksana OJT untuk dilakukan mini evaluasi. Pernyataan tersebut senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan IV yaitu : Selain menggunakan buku pelaksanaan OJT untuk mengetahui perkembangan dan keaktifan siswa selama OJT, kami juga menggunakan blangko monitoring dan evaluasi. Blangko commitberisi to user monitoring tersebut penilaian tentang pekerjaan anak-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
anak sesuai dengan kompetensinya atau banyak pekerjaan yang dilakukan oleh siswa atau tidak, sikap dan perilaku mereka serta apakah ada insentif atau uang saku bagi siswa atau permasalahan lain selama melakukan OJT. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan V yaitu Dengan buku pelaksanaan OJT serta blangko monitoring dan evaluasi OJT untuk mengetahui kegiatan dan keaktifan siswa selama kegiatan OJT dan mengetahui informasi atau masalah– masalah yang terjadi selama pelaksanaan OJT berlangsung di DUDI. Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen yang dipergunakan untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi adalah buku pelaksanaan OJT serta blangko monitoring dan evaluasi OJT. Dengan memanfaatkan pengisian buku pelaksanaan OJT dapat dilihat keaktifan siswa dalam melaporkan berbagai macam pekerjaan secara tertulis. Oleh karena itu, dapat memberikan kemudahan bagi guru pembimbing dan instruktur pembimbing untuk mengetahui perkembangan peserta OJT. Sedangkan blangko monitoring dan evaluasi kegiatan OJT sangat berguna untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan oleh sekolah terjadi suatu permasalahan selama berlangsungnya OJT di DUDI sehingga dapat dilakukan evaluasi untuk dicarikan solusinya. Adapun buku pelaksanaan serta blangko monitoring dan evaluasi program OJT tersebut, tertuang pada lampiran nomor 13-14 halaman 194-230 .
13)
Penilaian Program On The Job Training Dari hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh pihak sekolah dan institusi pasangan, maka dapat dipergunakan untuk penilaian siswa praktikan OJT. Dalam proses penilaian program OJT sepenuhnya
menjadi tanggung jawab institusi pasangan yang commit to user dengan menggunakan lembar bersangkutan. Penilaian dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
penilaian kompetensi siswa di instansi yang meliputi aspek teknis dan aspek non teknis. Penilaian aspek teknis yaitu penilaian mengenai jenis pekerjaan yang berkaitan dengan kompetensi yang dilakukan siswa di DUDI. Sedangkan penilaian aspek non teknis yaitu penilaian terhadap sikap (afektif) siswa selama melaksanakan OJT yang meliputi disiplin, tanggung jawab, kreativitas, kemandirian, kerjasama, ketaatan, dan kejujuran siswa. Penilaian dari lembar penilaian kompetensi siswa tersebut nantinya akan dituangkan ke dalam sertifikat OJT yang akan disahkan oleh DUDI. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan I yaitu : Pada akhir OJT, institusi pasangan OJT akan menilai siswa dengan menggunakan lembar penilaian kompetensi siswa di institusi. Yang selanjutkan akan dimasukkan ke dalam sertifikat OJT. Serifikat itu isinya penilaian selama siswa melakukan OJT di DUDI. Biasanya aspek yang dinilai meliputi aspek teknis dan non teknis, akan tetapi karena tidak semua institusi pasangan menyediakan sertifikat, maka sekolah yang mengeluarkan sertifikat lalu diisi dan disahkan oleh institusi pasangan tempat OJT siswa. Hasil wawancara informan I juga senada dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan II yaitu : Untuk penilaian kami serahkan sepenuhnya kepada DUDI dengan menggunakan lembar penilaian kompetensi siswa yang telah disediakan sekolah Setelah itu pihak DUDI akan mengeluarkan sertifikat OJT yang berisi penilaian siswa selama melaksanakan OJT serta dikeluarkannya sertifikat OJT sehingga diharapkan dapat memberi pengakuan terhadap kemampuan siswa selama praktik di dunia kerja Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan IV yaitu : Untuk penilaiannya menggunakan lembar penilaian kompetensi siswa di institusi pasangan yang kemudian dimasukkan ke dalam sertifikat program OJT. Sertifikat tersebut sebagai bukti pengakuan dari DUDI bahwa siswa telah melaksanakan OJT selama dua bulan serta hasil penilaian dari pihak DUDI yang commit userteknis. meliputi aspek tenknis dantonon
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian program OJT dilakukan sepenuhnya oleh pihak DUDI. dengan diterbitkannya sertifikat OJT untuk selanjutnya sertifikat akan diserahkan kepada pihak sekolah. Sertifikat ini sebagai pengakuan dari pihak DUDI bahwa siswa yang melakukan pelatihan di institusi pasangan tersebut telah memenuhi kompetensi sesuai dengan tuntutan DUDI, sehingga dapat bermanfaat untuk siswa dalam mencari pekerjaan sebagai bukti telah mempunyai pengalaman serta dapat digunakan sebagai nilai tambah ketika siswa tersebut akan melamar pekerjaan.
14) Uji Kompetensi dan Sertifikasi Uji kompetensi dan sertifikasi merupakan pengakuan atau legalitas akademik bahwa yang bersangkutan memiliki kompetensi atau keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan tertentu. Tujuan diadakanya uji kompetensi dan sertifikasi adalah : a) Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap keahlian yang dimiliki siswa. b) Mendorong peserta didik meraih penguasaan kompetensi terstandar, sehigga mudah dipasarkan. c) Memacu SMK untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan dengan mutu standar. Uji kompetensi dan sertifikasi dilakukan setelah siswa selesai menyelesaikan OJT. Uji kompetensi dan sertifikasi dilakukan dengan pembuatan dan pengujian laporan (report), di mana semua siswa diharuskan mencari data ke DUDI kemudian disusun dalam bentuk laporan dengan menggunakan bahasa Inggris. Untuk kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran, siswa diharuskan untuk membuat laporan tentang kegiatan yang ada di DUDI sebagai instititusi pasangan commit OJT. to user selama mereka melaksanakan Siswa akan mendiskripsikan salah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
satu
kegiatan
yang
sesuai
kompetensi
keahlian
Administrasi
Perkantoran. Setelah laporan tersebut selesai kemudian diuji oleh guru yang telah membimbing siswa selama menyusun laporan. Setelah itu diambil sampel dari siswa secara acak untuk diuji oleh DUDI sebagai verifier. Siswa akan dinyatakan lulus dan berhak mendapatkan sertifikat OJT jika memenuhi standar nilai 75. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan I yaitu : Untuk uji kompetensi dilaksanakan di sekolah dalam bentuk laporan, kalau isi materinya saya serahkan pada masing-masing ketua kompetensi keahlian dan guru produktif, selanjutnya laporan tersebut akan diuji oleh guru penguji. Apabila telah mencapai standar nilai 75 dinyatakan lulus dan akan mendapatkan sertifikat OJT . Hasil wawancara informan I juga senada dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan II yaitu : Uji kompetensi dan sertifikasi dilakukan dengan membuat report dalam bahasa inggris. Untuk anak Administrasi Perkantoran saya tugaskan untuk mendisikripsikan kegiatan kantor yang siswa kerjakan selama melaksanakan OJT. Untuk penyusunan laporan akan dibimbing guru bahasa inggris dan guru produktif. Setelah laporan selesai akan diuji oleh guru pembimbing. Kemudian dilakukan penilaian ulang oleh DUDI sebagai verifier. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan III yaitu : Siswa ditugaskan membuat report yaitu laporan mengenai profil dan kegiatan kantor yang ada tempat OJT dengan menggunakan bahasa Inggris. Hasil laporan dipresentasikan siswa dan diuji oleh guru bahasa Inggris. Siswa dianggap lulus jika mencapai standar 75 dan mendapatkan sertifikat OJT. Seluruh siswa kami tahun ini berhasil mendapatkan nilai yang baik. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa uji kompetensi dan sertifikasi dilakukan SMK Negeri 6 Surakarta melalui pembuatan dan pengujian laporan dalam bentuk report dengan menggunakan bahasa commit Inggris toyang user berisi tentang kompetensi atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
kegiatan selama siswa melaksanakan program OJT yang sesuai dengan kompetesi
keahliannya.
Selanjutnya
diadakan
pengujian
untuk
mengetahui siswa telah memenuhi uji kompetensi dan berhak mendapatkan sertifikat. Dari hasil uji kompetensi dan sertifikasi tahun ini menunjukkan hasil yang baik dan merupakan bukti keberhasilan dari pelaksanaan OJT siswa telah mencapai tingkat keahlian tertentu.
c.
Manfaat Program On The Job Training Implementasi program On The Job Training merupakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan menjadi bagian dari proses pembelajaran siswa melalui pendidikan dan pelatihan secara langsung di dunia kerja. Pendidikan dan pelatihan kerja dilaksanakan dengan kerjasama antara pihak sekolah dengan pihak dunia kerja. Dunia kerja sebagai institusi pasangan menjadi komponen terpenting dalam pelaksanaan OJT, karena dunia kerja dipergunakan sebagai tempat pendidikan dan pelatihan kerja siswa yang bertujuan menyiapkan peserta didik sesuai dengan karakteristik dan tuntunan dunia kerja tempat siswa berlatih. Program On The Job Training yang diselenggarakan SMK Negeri 6 Surakarta dapat memberikan manfaat yang positif bagi semua pihak yang terlibat yaitu sekolah, siswa dan DUDI. 1) Manfaat Program On The Job Training Terhadap sekolah, Pelaksanaan program On The Job Training merupakan salah satu usaha yang dilakukan pihak sekolah untuk mencapai tujuan dari pendidikan kejuruan serta menghasilkan lulusan SMK yang berkualitas dengan mengadakan kerjasama dengan DUDI. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara informan I yaitu: Pelaksanaan program OJT dari tahun ke tahun jelas membawa manfaat yang sangat baik diantaranya dapat mewujudkan tercapainya kesesuaian antara kompetensi sekolah dan dunia kerja (link and match). Kemudian sekolah dapat membekali keterampilan commit profesional yang memadai bagi para siswato user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
siswanya agar mampu bersaing sewaktu di dunia kerja sesuai dengan tujuan dari pendidikan SMK itu sendiri. Pernyataan tersebut senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan II yaitu: Dengan pelaksanaan OJT diharapakan dapat mencetak lulusan SMK yang berkualitas dan mempunyai skill yang profesional. Serta mengenai permasalahan biaya, sarana, dan prasarana pendidikan yang selama ini menjadi keluhan dalam upaya peningkatan mutu, dapat diatasi bersama oleh sekolah dan peran serta masyarakat melalui OJT. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan VI yaitu: Program On The Job Training sangat bermanfaat karena sekolah dapat memperoleh masukan serta umpan balik yang sangat guna untuk memperbaiki dan mengembangkan kesesuaian pendidikan kejuruan. Selain itu dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk pelaksanaan OJT pada tahun akan datang. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program OJT memberi manfaat bagi sekolah yaitu : a) Sekolah
dapat
mewujudkan,
mengembangkan
serta
memperbaiki kesesuaian kompetensi antara sekolah dengan dunia kerja. b) Sekolah dapat memberikan bekal keterampilan profesional yang memadai bagi siswa agar dapat bersaing di dunia global sesuai dengan tujuan dari pendidikan kejuruan. c) Sekolah dapat mengatasi permasalahan biaya, sarana, prasarana pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan secara bersama-sama. d) Sekolah dapat menjadikan tolak ukur keberhasilan bagi pelaksanaan OJT mendatang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
2) Manfaat Program On The Job Training Terhadap Siswa Siswa sebagai subjek dalam pelaksanaan program On The Job Training akan mendapatkan pendidikan dan pelatihan secara langsung mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan dunia kerja berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat diambil manfaatnya. Oleh karena itu, program OJT sangat bermanfaat bagi siswa sebagai bekal dan persiapan untuk siswa memasuki dunia kerja jika telah lulus nanti. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan VII yaitu: Menurut saya OJT sangat bermanfaat karena saya mendapatkan pengalaman baru sebagai persiapan nanti saya bekerja setelah lulus, bisa menerapkan teori yang dipelajari selama di sekolah secara langsung melalui praktik di DUDI, kemudian saya berkesempatan untuk mengetahui suasana lingkungan kerja yang sesungguhnya. Pernyataan tersebut senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan VIII yaitu : Manfaatnya OJT bagi saya bagus karena saya bisa berinteraksi dengan lingkungan kerja melalui berkomunikasi dengan pegawai yang lain serta melakukan kerjasama yang baik. Saya dapat belajar lebih bertanggung jawab tehadap suatu pekerjaan kemudian dapat lebih termotivasi untuk meningkatkan mental, rasa percaya diri dan kreatifitas saya serta melatih kemandirian. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan IX yaitu : On The Job Training bagi saya manfaatnya sangat banyak sekali seperti saya bisa saling tolong-menolong terhadap sesama teman yang OJT dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang ditugaskan. Serta setelah selesai OJT kami juga mendapatkan sertifikat OJT sebagai bukti pengakuan dari DUDI tempat kami melakukan OJT. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program OJT memberi manfaat bagi siswa dalam mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja yaitu : a)
Siswa dapat pengalaman baru sebagai persiapan siswa atau lulusan SMK untuk bekerja.
b) Siswa dapat mengaplikasikan teori yang di pelajari di sekolah selama praktik di DUDI. Karena antara teori yang dipelajari sekolah tidak sama dengan dunia kerja yang sesungguhnya. c)
Siswa dapat mengetahui dan memahami dunia kerja yang sesungguhnya karena dapat mengetahui berbagai macam berbagai macam pekerjaan dan aturan DUDI.
d) Siswa dapat meningkatkan interaksi dengan lingkungan sekitarnya lebih baik. Karena siswa telah belajar bagaimana berkomunikasi dengan teman dan pegawai, bekerjasama sebagai suatu tim. e)
Siswa dapat belajar bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilaksanakannya karena suatu pekerjaan harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
f)
Siswa dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kreativitas, kemudian menumbuhkan mental positif agar siswa lebih berani serta melatih kemandirian siswa dalam bekerja.
g) Siswa dapat saling tolong-menolong terhadap sesama teman OJT dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Karena dapat menanamkan rasa saling keterbukaan dan kekeluargaan dalam menyelesaikan
tugas
daripada
melakukan
suatu
tugas
berdasarkan suatu pendapat dan pemikiran sendiri. h) Siswa akan mendapatkan pengakuan dari dunia kerja tentang kompetensi keahlian yang telah dicapai dan dimiliki siswa berupa sertifikat OJT . commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
3)
Manfaat Program On The Job Training terhadap DUDI Dunia usaha dunia industri sebagai komponen penting sangat
mendukung program On The Job Training
yang
diselenggarakan SMK Negeri 6 Surakarta. Dengan menjalin kerjasama yang baik dengan SMK Negeri 6 Surakarta, maka secara tidak
langsung
pihak
DUDI
mendapatkan manfaat dengan
sebagai
institusi
pasangan
pelaksanaan program OJT. Hal
tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XII yaitu : Sebagai pihak DUDI kami merasa senang bisa ikut membantu pihak SMK untuk mencetak lulusan yang berkualitas. Dan kami juga sangat terbantu selama mereka praktik di tempat kami. Bukan bermaksud untuk memanfaatkan mereka, tetapi supaya para siswa jika telah selesai OJT dan lulus sekolah terus bekerja dapat bekerja secara maksimal pula. Pernyataan tersebut senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIII yaitu “Kami bisa membantu pihak SMK mencetak lulusan yang berkualitas dan punya keterampilan yang bagus”. Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIV yaitu Selain dapat membantu pihak sekolah dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan, pihak kami juga nantinya akan diuntungkan karena bisa mendapatkan tenaga kerja dengan kualitas pendidikan serta skill yang bagus sehingga bisa meningkatkan mutu dan kualitas dari hasil pekerjaan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program On The Job Training membawa manfaat positif bagi pihak DUDI yaitu : a) DUDI dapat ikut berpatisipasi dalam membentuk lulusan SMK yang berkualitas.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
b) DUDI mendapatkan tenaga kerja yang siap pakai dan terampil di bidangnya yang dapat diperoleh dari lulusan SMK yang berpengalaman bekerja dan telah beradaptasi dengan lingkungan kerja.
2. Hambatan yang Dihadapi dalam Implementasi Program On The Job Training Pihak koordinator pelaksana OJT SMK Negeri 6 Surakarta telah melakukan perencanaan dan persiapan semaksimal mungkin agar program OJT daapt berjalan dengan lancar. Akan tetapi kenyataannya masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam implementasi OJT ini, baik itu dari pihak sekolah maupun pihak institusi pasangan. Kendala tersebut diataranya kurangnya kesiapan mental siswa dalam melaksanakan OJT, frekuensi kunjungan guru pembimbing ke DUDI kurang, tidak semua kompetensi dapat dilakukan oleh siswa, ketidaksesuaian antara teori yang dipelajari siswa selama di sekolah dengan praktik kerja di DUDI. a. Kurangnya Kesiapan Mental Siswa dalam Melaksanakan OJT Kesiapan yang dimiliki siswa sangat diperlukan sebagai persiapan siswa selama melaksanakan OJT di DUDI. Dalam pelaksanaan OJT di DUDI masih ditemukan siswa yang merasa masih kurang siap dalam melaksanakan OJT, hal itu dikarenakan kurangnya sikap mental dan kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya. Kurangnya sikap mental dan kepercayaan diri tersebut berpengaruh terhadap pekerjaan atau tugas yang dikerjakan oleh siswa dam hasilnya menjadi kurang maksimal. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan I yaitu “Saya mengakui kalau dari siswa-siswa terkadang masih ada sebagian kecil yang merasa kurang siap dalam bekerja selama melaksanakan OJT hal itu bisa berupa kurang mental ataupun kurang percaya diri”. Pernyataan tersebut senada dengan hasil wawancara yang commit to user diungkapkan oleh informan X yaitu “Kalau kendala yang saya hadapi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
selama melaksanakan OJT saya merasa kurang siap dalam melaksanakan OJT karena tidak percaya diri dengan kemampuan yang saya miliki, sehingga pada waktu mengerjakan pekerjaan saya pernah membuat kesalahan”. Kedua hasil wawancara tersebut
diperkuat
dengan hasil
wawancara yang diungkapkan oleh informan XI yaitu “Hambatan yang terjadi saat OJT yaitu saya agak gerogi waktu harus bertemu orang banyak, sehingga saya pernah melakukan sedikit kesalahan saat melakukan pekerjaan”.
b. Frekuensi Kunjungan Guru Pembimbing ke DUDI Kurang Kegiatan pembimbingan selama pelaksanaan program On The Job Training sangat penting dilakukan untuk mengetahui hal–hal yang akan terjadi selama OJT serta perkembangan siswa peserta OJT di DUDI. Kegiatan pembimbingan yang dilaksanakan oleh guru pembimbing dari pihak sekolah masih kurang maksimal. Hal tersebut bisa dikarenakan faktor kesibukan mengajar guru sehingga waktu untuk melakukan bimbingan menjadi kurang maksimal. Terdapat guru pembimbing yang melakukan pembimbingan hanya sekali setelah OJT berlangsung selama satu bulan waktu monitoring dan evaluasi, sehingga pihak sekolah kurang mengetahui perkembangan atau kesulitan siswa selama melaksanakan OJT. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan IX yaitu : Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan OJT itu pada waktu yang digunakan guru pembimbing saat melakukan kunjungan ke DUDI untuk pembimbingan maupun monitoring dan evaluasi terhadap siswa yang masih kurang, karena faktor kesibukan guru mengajar, sehingga tidak dapat dilakukan dengan maksimal. Pernyataan tersebut senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan X yaitu “Kalau di tempat OJT yang saya tempati, guru pembimbing saya kurang melakukan kunjungan ke DUDI commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
tempat saya melakukan OJT. Guru pembimbing saya hanya melakukan bimbingan satu bulan sekali waktu kegiatan monitoring dan evaluasi”. Kedua hasil wawancara tersebut
diperkuat
dengan hasil
wawancara yang diungkapkan oleh informan XI yaitu “Saat pelaksanaan OJT berlangsung, guru pembimbing saya hanya melakukan kunjungan ke DUDI waktu monitoring dan evaluasi cuma sekali saja, dan saya tidak ditanyai tentang pekerjaan yang saya kerjakan”.
c. Tidak Semua Kompetensi Dapat Dilakukan oleh Siswa di Bagian Kerja Siswa tidak bisa melaksanakan OJT secara maksimal di DUDI karena tidak semua kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran dapat dilakukan oleh siswa, karena siswa dipekerjakan atau ditempatkan di masing-masing bagian/ divisi, sehingga siswa hanya mengerjakan kegiatan terbatas pada bagian/ divisi kerja di mana siswa ditempatkan. Di sisi lain siswa juga cepat merasa bosan karena kegiatan yang dilakukan siswa hanya terbatas dengan kompetensi di bagian/ divisi siswa ditempatkan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XII yaitu: Mengenai hambatan-hambatan yang ditemui saat pelaksanaan OJT di DUDI biasanya mengenai kompetensi yang dilakukan siswa selama praktik di DUDI. Siswa-siswa yang melaksanakan OJT tidak bisa melakukan semua kompetensi yang ada di jurusan Administrasi Perkantoran karena siswa hanya dapat melakukan pekerjaan sesuai bagian/ divisi di mana siswa melakukan pekerjaan. Dan terkadang membuat siswa menjadi cepat bosan dengan pekerjaan yang selalu sama. Pernyataan tersebut senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIII yaitu “Kalau mengenai hambatannya itu siswa terkadang hanya mengerjakan kegiatan atau pekerjaan kantor menurut bagian atau divisi di mana masing-masing siswa telah di tempatkan, sehingga siswa hanya dapat melakukan kegiatan sebatas yang commit to user ada di bagian kerja tersebut”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
Kedua pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIV yaitu Untuk hambatan yang terjadi saat pelaksanaan OJT adalah para siswa hanya dapat melakukan pekerjaan atau kegiatan kantor sesuai kompetensi di mana siswa di tempatkan, misalnya begini kalau siswa yang praktik di bagian komputer ya mereka hanya melakukan kegiatan dalam hal menginput data dan mengetik surat atau yang lainnya dengan komputer saja, kalau yang ada di bagian resepsionis hanya melayani tamu dan menerima telepon. d. Ketidaksesuaian Antara Teori yang Diperoleh Siswa Selama di Sekolah dengan Praktik Kerja di DUDI Pada
pelaksanaan
kerja,
ada
beberapa
pekerjaan
yang
pelaksanaannya sesuai dengan teori yang dipelajari siswa selama di sekolah, namun ada juga yang berbeda. Hal itu dikarenakan pekerjaan di masing-masing DUDI memiliki ketentuan dan kebutuhan yang berbeda, sehingga menyebabkan siswa harus menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang ada di DUDI dan terkadang siswa menjadi bingung ketika melakukan pekerjaan karena tidak bisa menerapkan teori yang diperoleh di sekolah secara maksimal saat di DUDI. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XII yaitu : Untuk hambatan lainnya pada pelaksanaan OJT di DUDI, siswa yang mengerjakan berbagai kegiatan kantor terkadang ada beberapa yang tidak sesuai antara teori dan praktik yang didapatkan sewaktu belajar di sekolah, sehingga siswa menjadi bingung kalau harus mengerjakannya pekerjaan kantor tersebut. Pernyataan tersebut senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIII yaitu : Terkadang semua pekerjaan yang ada di DUDI sudah pernah diajarkan oleh guru ataupun dipraktikan siswa di sekolah, namun saat di DUDI antara teori dan praktik yang didapatkan tidak selalu sama, sehingga siswa harus menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang ada di DUDI. Kedua pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara commit to user yang diungkapkan oleh informan XIV yaitu “Saat pelaksanaan OJT
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
biasanya tidak semua teori yang didapatkan siswa di sekolah dapat diterapkan di DUDI karena masing-masing DUDI memiliki ketentuan dan kebutuhan yang berbeda, sehingga siswa harus melakukan pekerjaan sesuai keadaan yang ada di DUDI” Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa masih banyak terdapat hambatan yang dihadapi dalam implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta untuk memasuki dunia kerja yaitu kurangnya kesiapan mental siswa dalam melaksanakan OJT, frekuensi guru pembimbing ke DUDI kurang, tidak semua kompetensi dapat dilakukan siswa, ketidaksesuaian antara teori yang diperoleh siswa selama di sekolah dengan praktik kerja di DUDI.
3.
Usaha-Usaha Untuk Menganggulangi Hambatan dalam Implementasi Program On The Job Training Dari berbagai hambatan yang timbul dalam implementasi program On The Job Training untuk mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta untuk memasuki dunia kerja. Hambatan tersebut diatasi dengan berbagai upaya untuk mengurangi bahkan memberikan suatu kelancaran diantaranya memberikan motivasi terhadap siswa, pemberian teguran dan peringatan terhadap guru pembimbing, melakukan sistem rolling di bagian kerja, pembimbing instansi memberikan bimbingan terhadap siswa. a. Memberikan Motivasi Terhadap Siswa Kurangnya kesiapan siswa dalam melaksanakan OJT dapat diatasi dengan memberikan motivasi terhadap siswa, sehingga siswa memiliki mental yang lebih baik dan lebih percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya untuk melaksanakan berbagai macam kegiatan kantor selama berlangsungnya program OJT di DUDI. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan I yaitu “Untuk mengatasi masalah kurangnya kesiapan siswa dalam melaksanakan OJT, maka pihak sekolah berusaha untuk memberikan motivasi mengenai motivasi dalam commit to user bekerja, sehingga siswa lebih percaya diri selama melaksanakan OJT”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
Pernyataan tersebut senada dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan V yaitu “Untuk mengatasinya pihak sekolah telah memberikan pengarahan dan motivasi terhadap para siswa sehingga dapat lebih percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya dan bekerja dengan lebih maksimal dan menekankan pentingnya program OJT bagi siswa”. Kedua pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan VI yaitu “Kami memberikan motivasi terhadap siswa saat monitoring dan evaluasi sehingga siswa akan memiliki mental yang lebih baik dan dapat lebih aktif dalam melaksanakan OJT”.
b. Memberikan Teguran dan Peringatan Terhadap Guru Pembimbing Pemberian teguran dan peringatan terhadap guru pembimbing, diharapkan guru pembimbing dapat lebih serius untuk melaksanaan bimbingan terhadap siswa dan monitoring serta evaluasi selama program OJT berlangsung di DUDI. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dari masing-masing guru pembimbing dengan tugas mereka sebagai seorang tenaga pendidik untuk mencerdaskan siswa-siswanya dan meningkatkan kualitas siswanya. Diharapkan guru pembimbing meluangkan waktunya untuk mengadakan bimbingan serta melaksanakan monitoring dan evaluasi selama OJT dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan I yaitu : Untuk mengatasi masalah mengenai kurangnya kunjungan guru pembimbing ke DUDI, maka guru pembimbing yang tidak melakukan tugasnya dengan baik saya berikan teguran dan peringatan agar guru yang bersangkutan segera ke DUDI untuk melakukan bimbingan juga monitoring dan evaluasi kepada siswa selama melaksanakan OJT. Pernyataan tersebut senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan II yaitu “Jika guru pembimbing yang bertugas melakukan pembimbingan pada siswa yang melaksanakan OJT, maka commit to koordinator user akan ditegur dan diperingatkan oleh pelaksana OJT”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
Kedua hasil wawancara tersebut diperkuat oleh hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan III yaitu “Kalau ada guru yang tidak melaksanakan pembimbingan ataupun monitoring dan evaluasi, maka koodinator pelaksana OJT akan memberi peringatan untuk segera melakukan monitoring secepatnya”.
c. Melakukan Sistem Rolling di Bagian Kerja Untuk mengatasi kompetensi yang tidak dapat dilakukan oleh siswa dalam melaksanakan OJT karena penempatan siswa di bagian/ divisi tertentu, maka dilakukan sistem rolling di bagian kerja sehingga semua siswa dapat melakukan seluruh kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan kompetensi Administrasi Perkantoran yang ada di DUDI dan siswa tidak merasa bosan dengan kegiatan yang selalu sama selama melaksanakan OJT. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XII yaitu : Untuk mengatasi siswa yang tidak dapat melakukan semua kompetensi karena penempatan di bagian atau divisi masing-masing, maka diadakan sistem rolling di bagian atau divisi lain. Siswa akan dipindahkan ke bagian atau divisi yang lain yang berhubungan dengan kompetensi Administrasi Perkantoran, sehingga siswa dapat melakukan semua kompetensi yang ada di DUDI serta tidak mudah merasa bosan dengan pekerjaan yang ada. Pernyataan tersebut senada dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIII yaitu “Saat siswa melaksanakan OJT di kantor kami, biasanya setiap 2 minggu sekali biasanya kami memindahkan siswa ke bagian lain namun tetap sesuai dengan kompetensi Administrasi Perkantoran”. Kedua pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIV yaitu “Biasanya kami mengadakan sistem rolling agar siswa dapat merasakan semua kegiatan kantor yang berhubungan dengan kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran dan tidak jenuh karena mengerjakan commithal-hal to useryang selalu sama”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
d. Pembimbing Instansi Memberikan Bimbingan Terhadap Siswa Ketidaksesuaian antara teori dan praktik yang diperoleh siswa di sekolah dengan di DUDI mengharuskan siswa melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang ada di DUDI. Oleh karena itu, pembimbing instansi memberikan bimbingan terhadap siswa selama melaksanakan OJT. Sebelum melaksanakan pekerjaan atau kegiatan, terlebih dahulu pembimbing instansi memberikan contoh dan petujuk kepada siswa, setelah mengerti mereka dapat mengerjakan sendiri sehingga siswa diharapkan dapat mengembangkan atau memberikan ide baru bagi dunia kerja untuk melatih kreatifitas berfikir yang dimiliki siswa dalam bekerja. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XII yaitu: Untuk mengatasi hambatan ketidaksesuaian antara teori dan praktik dalam melaksanakan OJT biasanya kami memberikan bimbingan terhadap siswa. Kami memberikan contoh atau petujuk kepada siswa, kemudian siswa yang sudah mengerti kami suruh untuk mengerjakan dan mengembangkannya, sehingga diharapkan siswa dapat berfikir lebih kreatif dalam bekerja. Pernyataan tersebut selaras dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIII yaitu “Mengenai ketidaksesuaian teori dan praktik, dari pihak kami melakukan pembimbing terhadap siswa, jika mereka tidak tahu ya kami beritahu sampai dia mengerti, sehingga siswa dapat benar-benar dapat melaksanakannya”. Kedua pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan XIV yaitu : Solusi untuk mengatasi kendala ketidaksesuaian antara teori dan praktik antara di sekolah dan DUDI, maka siswa tetap kami berikan bimbingan di sela-sela kami bekerja, sehingga siswa yang tidak mengerti kami beritahu sampai dia mengerti dan seandainya tidak mengerti dapat bertanya. Oleh karena itu, mereka dapat bekerja dengan baik selama melaksanakan OJT dan dapat mempelajari dan mengambil ilmu selama berada di DUDI. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
Dari uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan yang timbul dalam program On The Job Training di SMK Negeri 6 Surakarta, maka usaha yang dilakukan yaitu memberikan motivasi terhadap siswa, pemberian teguran dan peringatan terhadap guru pembimbing, melakukan sistem rolling di bagian kerja, pembimbing instansi memberikan bimbingan terhadap siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
C. Pembahasan
Dalam bab ini, analisis data yang berhasil dikumpulkan peneliti di lapangan telah sesuai dengan rumusan masalah, selanjutnya dihubungkan dengan teori yang sudah ada. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: 1. Implementasi Program On The Job Training dalam Mempersiapkan Siswa Memasuki Dunia Kerja Latar belakang diselenggarakanya program On The Job Training di SMK Negeri 6 Surakarta, adalah sinkronisasi kurikulum yang mengacu pada kebijakan link and match yang dicetuskan pemerintah pada tahun 1994/1995 yang dilaksanakan antara pihak sekolah dengan DUDI. Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas lulusan SMK, maka SMK Negeri 6 Surakarta melaksanakan program OJT untuk membekali siswa berupa pengetahuan dan keterampilan profesional yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja dalam rangka mempersiapkan siswa lulusan SMK untuk berkompetisi di dunia kerja serta dapat terserap ke dunia kerja sesuai keahliannya. Program On The Job Training merupakan kegiatan pembelajaran praktik langsung di dunia kerja berdasarkan program pelatihan di dunia kerja secara terarah dan terprogram sehingga siswa mempunyai keahlian profesional dan siap untuk bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya. Hal ini berarti pelaksanaan program On The Job Training yang dilakukan SMK Negeri 6 Surakarta sudah sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Sedarmayanti (2010) menyatakan bahwa “On The Job Training adalah metode pelatihan praktis yang dilaksanakan dengan melakukan praktik kerja sesuai dengan jabatan/pekerjaan dan alat yang digunakan sebenarnya (di tempat kerja yang sebenarnya), sasarannya adalah peningkatan keterampilan kerja” (hlm.181). Pelaksanaan program On The Job Training ini sudah sesuai dengan kuikulum dan peraturan yang berlaku UUSPN No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No. 29 Tahun 1990 tentang Sistem commit user39 Tahun 1992 tentang Peranan Pendidikan Menengah Kejuruan, PPtoNo.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
Masyarakat dalam Pendidikan Nasional, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 080/U/1 Tahun 1993 tentang Kurikulum SMK. Pelaksanaan program On The Job Training merupakan kegiatan belajar dengam melakukan praktik secara langsung yang dilaksanakan di DUDI. Tujuan OJT berusaha untuk mencari titik kesesuaian (link and match) antara sekolah dan dunia kerja. Selain itu juga untuk menyiapkan siswa sebagai tenaga kerja tingkat menengah sehingga sesuai dengan tujuan dari pendidikan SMK. Sesuai dengan pendapat Anwar (2002), bahwa tujuan pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah sebagai berikut : 1) Menghasilkan tenaga kerja yang dengan keahlian profesional yaitu, yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, keahlian dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan. 2) Meningkatkan dan memperkokoh link and match antara lembaga pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional. 3) Meningkatkan efesiensi dan efektivitas pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas profesional. 4) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan. (hlm.423) Tujuan dari pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dalam kaitannya dengan pelaksanaan program On The Job Training yang dilakukan SMK Negeri 6 Surakarta yaitu menjadikan titik kesesuaian kompetensi antara sekolah dan dunia kerja, meningkatkan kemampuan siswa pada bidang pengetahuan (knowledge), sikap (attiude) dan keterampilan (skill) sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Selain itu, program OJT bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang profesional sesuai dengan tujuan SMK. Program On The Job Training juga bertujuan sebagai bahan masukan untuk memperbaiki kurikulum SMK terhadap kebutuhan pasar yang selalu berkembang serta menjalin kerjasama antara sekolah dengan dunia kerja. Pelaksanaan program On The Job Training akan berjalan lancar dengan hasil memuaskan, maka dibutuhkan mekanisme yang matang, baik dari pihak sekolah sebagai penyelenggara program OJT maupun dari pihak commit to user DUDI sebagai institusi pasangan yang dipergunakan untuk tempat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
pelaksanaan program OJT serta siswa sebagai subjek yang melaksanakan program OJT. Untuk persiapan yang dilaksanakan SMK Negeri 6 Surakarta dalam pelaksanaan OJT sudah sesuai dengan prosedur aturan karena adanya tahap perencanaan yang terorganisir sebelum pelaksanaan OJT siswa SMK Negeri 6 Surakarta. SMK Negeri 6 Surakarta selaku penyelenggara program OJT telah menyusun program OJT dan menentukan waktu pelaksanaan program OJT dengan baik. Pelaksanaan program OJT di SMK Negeri 6 Surakarta dilakukan melalui 2 tahapan yaitu tahap I pada waktu kelas XI semester genap dan tahap II pada waktu siswa kelas XII semester ganjil, dengan lama OJT selama 2 bulan. Penentuan waktu OJT seperti itu merupakan salah satu model penyelenggaran Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada SMK yaitu block release di mana pada model ini telah ditentukan bahwa pada bulanbulan tertentu siswa akan melaksanakan praktik di DUDI. Hal itu sesuai dengan teori yang diungkapkan Soeprijanto (2010), yaitu bahwa model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah sebagai berikut : Dalam penyelenggaraan days release disepakati bersama, dari 6 hari belajar satu minggu, beberapa hari di perusahaan dan beberapa hari di sekolah. Dalam penyelenggaraan block release disepakati bersama bulan/caturwulan/semester mana di perusahaan, dan bulan/caturwulan/ semester mana di sekolah. Sedangkan dalam penyelengaraan days release disepakati jam-jam belajar yang harus dilepas dari sekolah dan dilaksanakan di perusahaan. (hlm. 279) Sistem block release mendekati ideal untuk diterapkan karena siswa akan lebih berkonsentrasi pada pekerjaan mereka di lokasi OJT dan setelah dikembalikan pada sekolah mereka akan berkonsentrasi pada materi pembelajaran. Pengaturan waktu kerja, waktu libur dan waktu istirahat diserahkan sepenuhnya ke pihak industri/ perusahaan yang ditempati siswa peserta OJT. SMK Negeri 6 Surakarta menjalin kerjasama dengan DUDI dalam memilih dan menentukan DUDI sebagai institusi pasangan dengan pertimbangan yang telah ditentukan sebelumnya yaitu lokasi dan jarak, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
kesesuaian antara kompetensi sekolah dengan pekerjaan di DUDI, kesediaan pihak DUDI untuk menerima siswa yang akan praktik kerja di DUDI, serta ada beberapa pertimbangan dari pihak DUDI. Di dalam memilih DUDI sebagai institusi pasangan yang tepat bagi SMK bukanlah hal mudah, karena terdapat masalah-masalah yang akan dihadapi. Menurut Sartono dan Purwadi (2004) dalam pemilihan industri sebagai institusi pasangan terdapat banyak hambatan sebagai berikut : a) Tidak semua dunia industri/ jasa yang ada memiliki jenis-jenis pekerjaan yang sesuai dengan program studi SMK. b) Tidak semua dunia industri/ jasa bersedia menerima kehadiran SMK c) Tingkat teknologi peralatan d) Kelengakapan alat e) Diklat f) Ketenagaan g) Daya tampung h) Lokasi/ jarak (hlm.18) Sedangkan persiapan SMK Negeri 6 Surakarta dimulai dengan mempersiapkan perangkat administrasi OJT, pembentukan guru pembimbing OJT untuk melakukan kegiatan pembimbingan, monitoring dan evaluasi terhadap siswa serta mempersiapkan siswa-siswanya melalui persiapan teori, praktikum serta pembekalan mengenai materi OJT dari pihak sekolah dan perwakilan dari DUDI. Pelaksanaan program On The Job Training di DUDI dapat diketahui dari kegiatan yang dilakukan siswa selama di DUDI. Pengaturan jam kerja dan hari kerja dilakukan sepenuhnya oleh pihak DUDI yang bersangkutan. Sedangkan materi pelatihan yang diberikan di DUDI selama OJT sudah sesuai dengan kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran yang diberikan di sekolah, tetapi tidak secara keseluruhan dikerjakan oleh siswa. Hal itu karena disesuaikan dengan job desk yang dimiliki oleh masing-masing DUDI. Selama pelaksanaan program OJT di DUDI, siswa diberikan kesempatan untuk berkreatifitas dan mengerjakan semua hal yang menyangkut proses pekerjaan walaupun dalam prosentase yang kecil. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
Namun tidak semua teori yang didapatkan siswa selama di sekolah sama dengan pada saat melaksanakan praktik sebenarnya di DUDI karena masing-masing DUDI memiliki kebutuhan dan ketentuan masing-masing sehingga terkadang siswa harus menyesuaikan diri dengan DUDI. Oleh karena itu, DUDI bertanggung jawab sepenuhnya tehadap siswa, baik dalam hal pemberian tugas, pembimbingan, dan penilaian, sehingga siswa dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan dapat mempraktikkan teori yang telah dipelajari di sekolah ke dunia kerja yang sesungguhnya. Setelah pelaksanaan program OJT di DUDI siswa akan melaksanakan uji kompetensi dan sertifikasi dengan penyusunan laporan dan pengujian laporan dalam Bahasa Inggris dalam bentuk report. Siswa yang memenuhi standar nilai yang ditentukan sekolah akan mendapatkan sertifikasi . Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan program On The Job Training di SMK Negeri 6 Surakarta sudah baik karena dalam pelaksanaan OJT ada kerjasama antara pihak sekolah dengan DUDI sebagai institusi pasangan, terdapat proses pembimbingan, monitoring dan evaluasi, diterbitkannya sertifikat OJT bagi siswa praktikan OJT sebagai penilaian selama melaksananakan OJT serta diadakannya uji kompetensi dan sertifikasi. SMK Negeri 6 Surakarta telah melaksanakan usaha untuk mempersiapkan siswa melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah serta pelaksanaan program On The Job Training di DUDI. Dengan demikian siswa SMK Negeri 6 Surakarta khususnya siswa kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran telah memiliki kemampuan hard skill maupun soft skill dalam memasuki dunia kerja dengan diselenggarakannya program On The Job Training. Manfaat dari pelaksanaan program OJT akan mengenalkan siswa kepada dunia kerja yang sesungguhnya sehingga siswa mampu menyiapkan siswanya
memasuki dunia kerja. Program OJT bukan hanya sekedar
memberi manfaat positif bagi siswa saja tetapi bagi pihak sekolah yaitu commit user mewujudkan, mengembangkan sertato memperbaiki kesesuaian kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
antara sekolah dengan dunia kerja. Pihak DUDI juga mendapat manfaat dari pelaksanaan OJT yaitu mendapatkan tenaga kerja terampil dalam pelaksanaan OJT. Menurut Anwar (2002), menyatakan bahwa Pendidikan Sistem Ganda (PSG) memiliki 3 nilai tambah sebagai berikut sebagai berikut : 1) Nilai tambah bagi dunia usaha a) Dapat mengetahui secara tepat kualitas peserta didik yang belajar dan bekerja dan bekerja di perusahaan. b) Pada batasan-batasan tertentu selama masa pendidikan peserta didik adalah tenaga yang memberi keuntungan. c) Selama proses pendidikan melalui bekerja di industri, peserta didik dapat lebih mudah diatur dalam disiplin, seperti kepatuhan dalam terhadap aturan perusahaan. d) Dunia usaha dapat memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang relevan. e) Memberi kepuasan bagi dunia usaha karena ikut serta menentukan hari depan bangsa melalui Pendidikan Sistem Ganda. 2) Nilai tambah bagi sekolah e) Tujuan pendidikan untuk memberi keahlian profesional bagi peserta didik. f) Tanggungan biaya pendidikan menjadi ringan. g) Terdapat kesesuaian antara program pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. h) Memberi kepuasan bagi penyelenggara pendidikan. 3) Nilai tambah bagi siswa. d) Hasil belajar akan lebih bermakna karena setelah tamat mereka memiliki keahlian sebagai bekal untuk mengembangkan diri setelah tamat mereka memiliki keahlian sebagai bekal untuk mengembangkan diri secara berkelanjutan. e) Waktu untuk mencapai keahlian menjadi singkat. f) Keahlian profesional yang diperoleh melalui Pendidikan Sistem Ganda dapat mengangkat harga diri dan percaya diri tamatan. (hlm.425-426) Jika dicermati nilai tambah dari pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda berhasil dikuasai dengan baik dan dijalankan dengan sebaik- baiknya oleh semua pihak yang ikut terlibat dalam pelaksanakan OJT, baik dari pihak sekolah, siswa maupun dari DUDI, maka kelancaran jalannya kegiatan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan akan lebih mudah dicapai dan terjamin. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
Manfaat yang dirasakan oleh pihak sekolah setelah pelaksanaan program On The Job Training adalah mewujudkan, mengembangkan serta memperbaiki kesesuaian kompetensi antara sekolah dengan dunia kerja, memberikan bekal keterampilan profesional yang memadai bagi siswa. Selain itu, permasalahan biaya, sarana, prasarana pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan secara bersama-sama dapat diatasi serta menjadikan tolak ukur keberhasilan bagi pelaksanaan program OJT pada mendatang. Bagi siswa manfaat yang dirasakan oleh siswa selama pelaksanaan program On The Job Training yaitu siswa mendapatkan pengalaman baru sebagai persiapan siswa atau lulusan SMK untuk bekerja, dapat mengaplikasikan teori yang di pelajari di sekolah selama praktik di DUDI, mengetahui dan memahami dunia kerja yang sesungguhnya, meningkatkan interaksi dengan lingkungan sekitarnya lebih baik. Selain itu OJT bermanfaat untuk belajar bertanggung jawab terhadap pekerjaan, meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan kreativitas, menumbuhkan mental positif, melatih kemandirian, belajar saling tolong-menolong serta mendapatkan pengakuan dari dunia kerja tentang kompetensi keahlian yang telah dicapai dan dimiliki siswa berupa sertifikat OJT . Sedangkan bagi pihak DUDI, manfaat yang diperoleh dengan adanya program OJT yaitu pihak DUDI membantu menciptakan lulusan SMK yang berkualitas serta DUDI mendapatkan tenaga kerja yang siap dan terampil di bidangnya dari lulusan SMK yang berpengalaman. Akan tetapi semua manfaat dari pelaksanaan program OJT tersebut tetap mengarah pada satu tujuan yaitu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan nasional khususnya pendidikan SMK. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program OJT, pihak sekolah, siswa dan DUDI sebisa mungkin harus berdasarkan pedoman yang ada sehingga manfaat dari program OJT tersebut dapat dicapai dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
2. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi dalam Impelementasi Program On The Job Training Pelaksanaan program On The Job Training yang diselenggarakan telah dipersiapkan secata matang dan maksimal, tetapi pada kenyataannya masih saja ditemukan hambatan dalam pelaksanaan program OJT ini. Berdasarkan data yang ada di lapangan, hambatan-hambatan yang dihadapi SMK Negeri 6 Surakarta dalam implementasi program On The Job Training adalah sebagai berikut : a. Kurangnya kesiapan mental siswa dalam melaksanakan OJT Kurangnya kesiapan mental siswa dalam bekerja mengakibatkan hasil pekerjaan kurang maksimal dan cenderung melakukan kesalahan selama melaksanakan OJT. Hal ini ditemukan pada sebagian kecil siswa. b. Frekuensi kunjungan guru pembimbing ke DUDI kurang Kegiatan pembimbingan, monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan oleh pihak sekolah kurang maksimal karena kurangnya frekuensi guru pembimbing OJT datang ke DUDI. Hal ini ditemukan pada sebagian kecil istitusi pasangan dan siswa. c. Tidak semua kompetensi dapat dilakukan oleh siswa di bagian kerja Walapun sudah sesuai dengan kompetensi Administrasi Perkantoran, siswa hanya melakukan pekerjaan atau kegiatan sesuai dengan di divisi / bagian di mana siswa bekerja, karena disesuaikan dengan job desk pada masingmasing pihak DUDI. d. Ketidaksesuaian antara teori yang diperoleh siswa di sekolah dengan praktik kerja yang dilakukukan di DUDI. Terkadang siswa menjadi bingung dalam bekerja karena teori yang dipelajari siswa selama di sekolah tidak sesuai dengan praktik yang dikerjakan di DUDI karena masing-masing DUDI memiliki ketentuan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Hambatan-hambatan yang ada memacu SMK Negeri 6 Surakarta untuk mencari solusi yang terbaik agar pelaksanaan OJT pada tahun commit to user berikutnya lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
3. Usaha-Usaha dalam Menganggulangi Hambatan Implementasi Program On The Job Training Dengan
adanya
hambatan-hambatan
yang
muncul
dalam
implementasi program On The Job Training di SMK Negeri 6 Surakarta segera dilaksanakan usaha-usaha untuk mengatasi hambatan tersebut. Adapun usaha yang dilakukan SMK Negeri 6 Surakarta untuk mengatasi hambatan tersebut antara lain : a. Memberikan motivasi terhadap siswa Untuk mengatasi kurangnya sikap mental yang dimiliki siswa, maka pihak sekolah memberikan motivasi pada saat pembekalan OJT dan pada saat guru pembimbing melakukan minitoring dan evaluasi sehingga siswa lebih percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya sehingga hasil pekerjaannya menjadi lebih baik. b. Memberikan teguran dan peringatan terhadap guru pembimbing Untuk mengatasi kurangnya frekuensi dari guru pembimbing melakukan kegiatan pembimbingan, monitoring dan evaluasi, maka guru pembimbing OJT diberikan teguran dan peringatan oleh koodinator pelaksana OJT c. Melakukan sistem rolling di bagian kerja Melalui sistem rolling di bagian kerja, maka siswa dapat melakukan kegiatan kantor
yang
berhubungan dengan
kompetensi
keahlian
Administrasi Perkantoran. d. Pembimbing instansi memberikan bimbingan terhadap siswa Pembimbing instansi memberikan bimbingan terhadap siswa dengan memberikan contoh dan petunjuk sebelum siswa bekerja sehingga siswa dapat bekerja dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan analisis yang telah dilakukan mengenai Implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja, maka dapat dirumuskan suatu simpulan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja. Pelaksanaan program On The Job Training di SMK Negeri 6 Surakarta telah sesuai dengan kurikulum dan peraturan yang berlaku yaitu UUSPN No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No. 29 Tahun 1990 tentang Sistem Pendidikan Menengah Kejuruan, PP No. 39 Tahun 1992 tentang Peranan Masyarakat dalam Pendidikan Nasional, Kepmendikbud No. 080/U/1 Tahun 1993 tentang Kurikulum SMK. Pelaksanaan program On The Job Training yang dilaksanakan SMK Negeri 6 Surakarta telah sesuai dengan prosedur. Adapun prosedur pelaksanaan program OJT yaitu sebagai berikut : a) Menyusun program OJT b) Memilih dan menentukan instisusi pasangan c) Mengajukan surat permohonan ke DUDI d) Membuat nota kesepakatan bersama dan sinkronisasi kurikulum e) Penyiapan siswa baik dari teori, praktik, pembekalan materi OJT. f) Mempersiapkan perangkat administrasi OJT g) Menujuk guru pembimbing OJT h) Penempatan siswa di institusi pasangan i) Kegiatan praktik siswa selama di institusi pasangan j) Pembimbingan siswa praktikan OJT commit to user k) Monitoring dan evaluasi OJT 127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
l) Penilaian OJT m) Uji kompetensi dan sertifikasi
Melalui pelaksanaan program On The Job Training mampu menyiapkan siswa-siswa SMK Negeri 6 Surakarta khususnya siswa kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran, baik dari hard skill dan soft skill untuk memasuki dunia kerja. 2. Berbagai hambatan yang terjadi dalam implementasi program On The Job Training dalam rangka mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta untuk memasuki dunia kerja yaitu: a. Kurangnya kesiapan mental siswa dalam melaksanakan OJT karena kurang percaya diri dan mental siswa. b. Frekuensi kunjungan guru pembimbing ke DUDI kurang karena faktor waktu dan mengajar guru. c. Tidak semua kompetensi dapat dilakukan oleh siswa karena hanya melakukan kegiatan di bagian/ divisi siswa ditempatkan di DUDI. d. Ketidaksesuaian antara teori yang diperoleh siswa selama di sekolah dengan praktik kerja di DUDI yang sifatnya praktis. 3. Usaha yang dilakukan pihak sekolah dalam mengatasi hambatan dalam implementasi program OJT : a. Memberikan motivasi terhadap siswa sebelum OJT berlangsung dan saat melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi sehingga siswa lebih siap untuk percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya melaksanakan OJT. b. Memberikan teguran dan peringatan kepada guru pembimbing agar melakuksanakan tugas pembimbingan, monitoring serta evaluasi terhadap siswa dengan baik. c. Melakukan sistem rolling di bagian kerja sehingga siswa dapat melakukan semua kompetensi yang terdapat di DUDI. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
d. Pembimbing instansi memberikan bimbingan terhadap siswa degnan memberikan contoh dan petunjuk sehingga siswa lebih memahami pekerjaan yang ada di DUDI.
B. Implikasi Implikasi
merupakan
dampak
dari
adanya
temuan
penelitian.
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan telah dilakukan analisis data serta melalui penarikan simpulan, maka implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan implementasi program On The Job Training di SMK Negeri 6 Surkarata dengan menghadirkan pihak DUDI dalam rangka sinkronisasi kurikulum yang dilakukan pihak SMK Negeri 6 Surakarta sehingga dapat memberikan masukan terhadap pihak sekolah mengenai kompetensi yang dipenuhi oleh siswa di DUDI .
2.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha-usaha yang dilakukan pihak SMK Negeri 6 Surakarta untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja melalui implementasi program On The Job Training. Implementasi program OJT dapat menjadikan nilai tambah bagi siswa untuk meningkatkan kualitas hard skill dan soft skill serta kesiapan lulusan SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja, sehingga masyarakat akan lebih percaya untuk menyekolahkan anaknya di SMK Negeri 6 Surakarta.
3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lulusan SMK Negeri 6 Surakarta di samping
memiliki
pengetahuan dan keterampilan
juga
mempunyai
pengalaman kerja yang dapat digunakan sebagai bekal untuk berkompetensi di dunia kerja, sehingga para lulusan SMK menjadi sumber daya manusia yang profesional dan mampu bersaing dengan lulusan yang lain dalam berkompetensi di dunia kerja sebagai tenaga kerja tingkat menengah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Kepada Kepala Sekolah a.
Kepala sekolah diharapkan membuat jadwal secara periodik bagi guru pembimbing untuk melaksanakan tugas pembimbingan siswa yang melaksanakan OJT, minimal seminggu sekali sehingga sekolah dapat mengetahui perkembangan dan keadaan siswa secara langsung selama melaksanaan program OJT.
b.
Kepala sekolah diharapkan lebih meningkatkan kualitas program OJT melalui kontinuitas sinkronisasi kurikulum dengan pihak DUDI sehingga diharapkan mampu memberikan kompetensi tambahan kepada siswa, khususnya kompetensi yang dibutuhkan oleh pihak DUDI yang belum tertuang dalam kurikulum.
c.
Kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan cakupan materi dalam penyampaikan materi pembekalan OJT. Misalkan kedisiplinan, etos kerja, pengembangan karier, pengembangan soft skill, kewirausahaan.
2.
Kepada Guru a. Guru pembimbing diharapkan lebih meningkatkan intensitasnya untuk melakukan pembimbingan, monitoring dan evaluasi ke DUDI, sehingga pihak
sekolah
dapat
mengetahui
perkembangan
siswa
selama
melaksanakan OJT. b. Guru diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya sehingga menjadi tenaga pendidik yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan dunia kerja. c. Guru diharapkan dapat menerapkan kegiatan belajar mengajar yang mengarah pada persiapan OJT. Misalkan meningkatkan intensitas praktikum di Foto kopi Viskha dan Kantor Tata usaha SMK Negeri 6 Surakarta, memberikan tugas individu ataupun kelompok untuk melakukan observasi ke DUDI, meningkatkan intensitas kegiatan studi commit to user banding ke DUDI.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
3. Kepada Siswa a.
Siswa diharapkan lebih siap untuk ditempatkan pada DUDI yang telah ditetapkan oleh sekolah dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan OJT serta memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sehingga mendapat manfaat dari pelaksanaan OJT.
b.
Siswa diharapkan lebih kreatif selama melaksanakan OJT dalam memberikan sumbangan baik pikiran maupun tenaga agar membentuk kepribadian yang berani mengaktualisasikan diri.
c.
Siswa diharapkan lebih meningkatkan motivasi belajar agar hasil yang dicapai dalam pendidikan dapat lebih baik dan sesuai dengan tujuan SMK Negeri 6 Surakarta.
4.
Kepada Institusi Pasangan a. Pihak DUDI diharapkan dapat memberikan pengalaman kerja bagi siswa berdasarkan kompetensi yang sesuai dengan kurikulum saat OJT. Misalkan menetapkan sistem rolling pekerjaan bagi siswa selama OJT sehingga siswa mampu mempraktikkan seluruh kompetensi berdasarkan kurikulum dan tuntutan dunia kerja. b. Pihak
DUDI
diharapkan
dapat
menciptakan
cara
kerja
dan
pembimbingan yang nyaman bagi siswa selama On The Job Training sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh kesiapan diri untuk berkompetensi di dunia kerja.
commit to user
246
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
247
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user