POLICY BRIEF NO. 1/2012
MEWUJUDKAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DENGAN INTEGRASI PENGELOLAAN JAMINAN KESEHATAN DI PROVINSI DIY Rangkuman Eksekutif Hasil penelitian tentang pengembangan sistem jaminan kesehatan semesta (Jamkesta) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa sistem ini belum terintegrasi. Hal ini dikarenakan pengembangan jaminan kesehatan di satu wilayah kota/kabupaten dengan wilayah yang lain masih cenderung bersifat mandiri dan parsial. Sebagai konsekuensi, fasilitas jaminan kesehatan bagi masyarakat di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak diberikan secara seragam dan setara. Oleh karena itu, Pusat KPMAK merekomendasikan beberapa kebijakan kepada para pengampu kebijakan, yaitu: (i) perlu adanya penyeragaman paket manfaat (benefit package) di seluruh kabupaten/kota; (ii) membentuk pola pengelolaan jaminan kesehatan yang terintegrasi dengan kabupaten/kota dengan lembaga baru atau melakukan peningkatan fungsi organisasi Bapel Jamkesos; (iii) membentuk program pembiayaan JAMKESTA yang akan dibagi antara Propinsi dan Kabupaten/Kota; dan (iv) membangun komitmen integrasi dan niat baik pemerintah (political goodwill) dari Kepala Daerah meliputi Gubernur dan Bupati/Walikota
I. Latar Belakang Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat di suatu daerah adalah terselenggaranya penyediaan jaminan kesehatan. Sebagai bentuk tanggung jawab terhadap warganya, pemerintah kota dan kabupaten di provinsi DIY menyelenggarakan Jamkesta (Jaminan Kesehatan Semesta) bagi masyarakat sebagai langkah awal untuk mempelopori tercapainya cakupan semesta (universal coverage). Karena Provinsi DIY yang dibagi menjadi 5 wilayah (kota Yogyakarta, Sleman, Bantul, Kulonprogo, dan Gunungkidul),
Candi Prambanan salah satu icon DIY
maka konsekuensi yang timbul adalah tiap wilayah memiliki
perbedaan sasaran, aspek legalitas, variasi paket manfaat
UPTD Jamkesos sendiri yang melaksanakan program
(benefit package), besarnya iuran (premium) atau alokasi
jaminan kesehatan secara terpisah atau bersifat mandiri dan
pembiayaan, pola pengelolaan, dan kelembagaan antar
tidak terintegrasi dengan wilayah lainnya.
Hal ini
wilayah di provinsi DIY. Kendala tersebut juga menyebabkan
mengakibatkan beberapa kendala yang timbul pada
munculnya ketidakseragaman dan ketidaksetaraan fasilitas
penyelenggaraan jaminan kesehatan, seperti adanya
kesehatan yang diterima oleh masyarakat. Dampak Salah
1 PUSAT KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAN MANAJEMEN ASURANSI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
MEWUJUDKAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DENGAN INTEGRASI PENGELOLAAN JAMINAN KESEHATAN DI PROVINSI DIY Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat di suatu
II. Temuan Utama
daerah adalah terselenggaranya penyediaan jaminan
1. Aspek Pengembangan Integrasi JAMKESTA
kesehatan. Sebagai bentuk tanggung jawab terhadap
Hasil penelitian Pusat KPMAK mengungkap
warganya, pemerintah kota dan masyarakat. Dampak Salah
beberapa aspek yang membawa pengaruh signifikan dalam
satu indikator kesejahteraan masyarakat di suatu daerah
pengembangan integrasi Jamkesta, antara lain:
adalah terselenggaranya penyediaan jaminan kesehatan.
a.Jumlah Penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta yang
Sebagai bentuk tanggung jawab terhadap warganya,
mendapat jaminan kesehatan berbanding tipis dengan
pemerintah kota dan kabupaten di provinsi DIY
jumlah penduduk yang belum mendapat jaminan
menyelenggarakan Jamkesta (Jaminan Kesehatan Semesta)
kesehatan. Hasil penelitian Pusat KPMAK menunjukkan
bagi masyarakat sebagai langkah awal untuk mempelopori
bahwa 52,30 % penduduk DIY telah mendapatkan jaminan
tercapainya cakupan semesta (universal coverage). Karena
kesehatan dan sebanyak 47,70 % belum mendapatkan
Provinsi DIY yang dibagi menjadi 5 wilayah (kota
jaminan kesehatan. Tidak ada perbedaan yang signifikan
Yogyakarta, Sleman, Bantul, Kulonprogo, dan Gunungkidul),
mengenai jumlah penduduk yang mendapatkan jaminan
maka konsekuensi yang timbul adalah tiap wilayah memiliki
kesehatan di Kota Yogyakarta, Bantul, Kulonprogo, dan
UPTD Jamkesos sendiri yang melaksanakan program
Gunungkidul.
jaminan kesehatan secara terpisah atau bersifat mandiri dan
Sleman sudah tercakup dalam jaminan kesehatan. (lihat
tidak terintegrasi dengan wilayah lainnya.
tabel 1)
Hal ini
Sedangkan sebagian besar penduduk
mengakibatkan beberapa kendala yang timbul pada
b.Penyediaan paket manfaat (benefit package) di tiap
penyelenggaraan jaminan kesehatan, seperti adanya
wilayah. Hasil studi Pusat KPMAK menunjukkan bahwa
perbedaan sasaran, aspek legalitas, variasi paket manfaat
terdapat berbagai paket manfaat pelayanan standar di
(benefit package), langsung yang juga timbul dari
Puskesmas dan jaringannya bagi peserta yang
keberagaman sistem ini adalah belum adanya Coordination
mendapatkan jaminan kesehatan, meliputi rawat jalan
of Benefit (COB) antar wilayah di provinsi DIY, kaidah
tingkat pertama, rawat inap tingkat pertama, rawat jalan
portabilitas di wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
tingkat lanjutan, dan rawat inap tingkat lanjutan, dan
yang belum terlaksana dengan baik serta pola pengelolaan
pelayanan gawat darurat. Disamping fasilitas standar yang
yang tidak terintegrasi antara tingkat Propinsi dan
sudah disepakati, beberapa kota/kabupaten menawarkan
Kabupaten/Kota. Untuk meminimalisir kendala-kendala
paket manfaat tambahan, terutama Sleman dan Bantul.
tersebut, pengembangan Jamkesta kini difokuskan pada
Tabel 2 menunjukkan variasi paket manfaat tambahan di
pengintegrasian sistem jaminan di semua wilayah DIY.
wilayah-wilayah provinsi DIY.(lihat tabel 2)
Catatan kebijakan ini secara khusus membahas
c. Pola pengelolaan Jamkesta. Pusat KPMAK menemukan
penyelenggaraan jaminan kesehatan di kota/kabupaten di
bahwa pola pengelolaan sistem jaminan kesehatan antara
DIY dan pentingnya pengintegrasian sistem jaminan
propinsi dengan kabupaten/kota masih membutuhkan
kesehatan tersebut untuk mendukung tercapainya universal
advokasi dan moderasi yang intensif. Hal ini timbul karena
coverage.
adanya berbagai latar belakang organisasi.Pengembangan
2 PUSAT KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAN MANAJEMEN ASURANSI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
MEWUJUDKAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DENGAN INTEGRASI PENGELOLAAN JAMINAN KESEHATAN DI PROVINSI DIY integrasi Jamkesta ditargetkan berada pada level provinsi.
melalui peraturan daerah yaitu melakukan pembentukan
Pengintegrasian pengelolaan di tiga kabupaten seperti
kelembagaan dan ketentuan-ketentuan mengenai sistem
Gunung Kidul, Bantul, dan Kulonprogo, tidak menemukan
jaminan dan penarikan iuran dari masyarakat. Sedangkan
kendala berarti. Namun, hambatan ditemukan di wilayah
SK Gubernur mengatur kebijakan yang bersifat
Kota dan Sleman dimana 2 UPTD JPKM wilayah tersebut
beschikking, seperti pedoman pelaksanaan dan penetapan
telah secara legal didirikan dan dioperasionalkan terlebih
mengenai susunan personil.
dahulu daripada Jamkesos.
2. Perlu adanya penyeragaman paket manfaat di seluruh kabupaten/kota. Stakeholder dan konsultan dapat
III. Rekomendasi Kebijakan
dilibatkan untuk mendapatkan hasil kajian mengenai
Menilik urgensi pengintegrasian penyelenggaraan jaminan
penyeragaman paket manfaat di provinsi DIY. Dengan
kesehatan untuk mengefektifkan dan menyeragamkan
demikian, masyarakat DIY dapat menikmati fasilitas
program JAMKESTA, beberapa langkah yang perlu
kesehatan yang sama.
dilakukan oleh para pengambil kebijakan untuk
3. Integrasi pembiayaan sistem jaminan kesehatan.
mewujdukannya
berikut.
Hasil studi Pusat KPMAK merekomendasikan alternatif
1. Membangun komitmen integrasi dan political
pembiayaan jaminan kesehatan bagi masyarakat di DIY
goodwill dari Kepala Daerah meliputi Gubernur dan
pemegang jaminan kesehatan didasarkan pada status
Bupati/Walikota. Kepala Daerah merupakan
ekonomi masyarakat, antara lain:
pengampu kebijakan yang memiliki kewenangan untuk
a) Masyarakat maskin non-kuota Jamkesmas
membuat kebijakan-kebijakan strategis yang dapat
mendapatkan sharing subsidi premi pemerintah provinsi
menjadi faktor penting dalam pengembangan
sebanyak 60-75 % dan sharing subsidi premi pemerintah
JAMKESTA. Dengan demikian, peran kepala daerah
kabupaten/kota sebanyak 25-40 % menurut wilayah
sangat diperlukan dalam pengintegrasian sistem
masing-masing.
adalah
sebagai
penyelenggaraan jaminan kesehatan di DIY.
b) Masyarakat non maskin paska miskin mendapatkan
Keterlibatan kepala daerah dalam proses integrasi
sharing subsidi premi pemerintah provinsi sebanyak 25
dapat dimulai dengan penyusunan Memorandum of
hingga 40 % dan sharing subsidi pemerintah
Understanding (MoU) antara Gubernur dan
kabupaten/kota sebanyak 25-50 % menurut wilayah
Bupati/Walikota di Provinsi D.I. Yogyakarta dalam
masing-masing. Masyarakat non maskin tidak
integrasi sistem jaminan kesehatan dalam program
mendapatkan sharing subsidi premi pemerintah.
JAMKESTA. Dengan adanya nota kesepahaman
Pembiayaan sistem jaminan kesehatan ini masih belum
antara pemerintah provinsi dan kota/kabupaten,
berbanding antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Di
pelaksanaan teknis integrasi pengembangan
sisi lain, biaya premi antara masyarakat non maskin non
JAMKESTA khususnya di tingkat Dinas dan
kuota jamkesmas dan masyarakat maskin paska miskin
dibawahnya akan menjadi jauh lebih mudah.Regulasi
juga masih sebanding. Selain itu juga masih ada perbedaan
yang mengatur pelaksanaan Jamkesta, yang diatur
premi yang cukup signifikan antara lima wilayah di Daerah
3 PUSAT KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAN MANAJEMEN ASURANSI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
MEWUJUDKAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DENGAN INTEGRASI PENGELOLAAN JAMINAN KESEHATAN DI PROVINSI DIY
PUSAT KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAN MANAJEMEN ASURANSI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
Pusat KPMAK adalah sebuah pusat study yang mengembangkan konsep dan mendorong implementasi sistem pembiayaan dan manajemen asuransi kesehatan melalui riset ilmiah, konsultasi dan pelatihan; serta pengembangan jaringan di tingkat lokal, regional maupun global dengan berbagai pemangku kepentingan, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. salah satu potret Kemiskinan
Istimewa Yogyakarta, dengan besaran premi wilayah Kota dan Sleman lebih besar dibandingkan di daerah Bantul, Gunung Kidul, dan Kulonprogo. (lihat tabel 3) 4. Membentuk pola pengelolaan jaminan kesehatan yang terintegrasi dengan kabupaten/kota dengan lembaga baru atau melakukan peningkatan fungsi
Gedung Radioputro Sayap Barat Lantai 2 Komplek Fakultas Kedokteran UGM Jalan Farmako Sekip Utara, Yogyakarta - 55281 Phone +62 274 631022 Fax +62 274 631022 Email : kpmak@kpmak-ugm. org Web : www.kpmak-ugm.org
organisasi Bapel Jamkesos. Untuk membentuk pola pengelolaan yang efektif dan sistematis, Pusat KPMAK
5. Membentuk program pembiayaan JAMKESTA yang
memberikan empat alternatif model seperti dirangkum pada
akan disharing antara Propinsi dan Kabupaten/Kota.
tabel 4. (lihat tabel 4)
Pembentukan program ini didasarkan pada jumlah
Berdasarkan analisis stakeholder dan konsultan terkait,
penduduk yang belum memiliki jaminan kesehatan dan
empat model pengelolaan diatas dikerucutkan menjadi dua
kemampuan fiskal masing-masing kabupaten/kota. Hasil
alternatif, yaitu:
studi menunjukkan bahwa pembiayaan jaminan kesehatan
a. Pembentukan lembaga baru milik bersama
masih belum seragam antara satu wilayah dengan wilayah
b. Pengoptimalan fungsi dan peran Jamkesos dengan
lainnya maka dari itu perlu diadakan program pembiayaan
pengembangan menjadi
antara Propinsi dan Kabupaten/kota agar jaminan
PPK BLUD (Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah)
kesehatan dapat terintegrasi dengan baik.
4 PUSAT KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAN MANAJEMEN ASURANSI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
MEWUJUDKAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DENGAN INTEGRASI PENGELOLAAN JAMINAN KESEHATAN DI PROVINSI DIY
Tabel 1. Jumlah Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta yang sudah dan belum mendapatkan jaminan kesehatan Kabupaten
Penduduk
Kota Bantul Kulonprogo Gunungkidul Sleman Penyandang Masalah Sosial TOTAL
440.711 861.581 404.716 728.021 999.504 3.434.534
Prosentase (%)
Terjamin Sudah 254.655 429.126 291.621 446.125 369.578 5.000 1.796.104
Belum 186.056 432.456 113.096 281.896 629.926 (5.000) 1.638.430
52,30
47,70
Tabel 2. Variasi Paket Manfaat Tambahan Kriteria 1
2
3 4 5
6 7
Program
Rawat Jalan Tingkat Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) Pertama (RJTP) Pemeriksaan elektromedik dasar (USG, EKG, Rontgen) Konsultasi psikologi dan psikoterapi Rehabilitasi medis Reduksi dan protein urin khusus ibu hamil Rawat Inap Tingkat Rujukan medis Pertama (RITP) Rehabilitasi medis Pemeriksaan elektromedik dasar (EKG, USG) Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) Rawat Inap Tingkat Operasi ringan dan khusus Lanjutan (RITL) Hemodialisa dengan batasan plafond biaya maksimal Pelayanan Darurat Pelayanan gawat darurat (emergency) kriteria gawat darurat Yogya Emergency Service 118 (YES 118) yaitu program pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat manapun yang mengalami kecelakaan di wilayah Kota Yogyakarta selama 1 x 24 jam. Paket Khusus Korban kekerasan terhadap perempuan dan anak Pelayanan Yang Dibatasi (Limitation)
Wilayah Penyelenggara Sleman Sleman, Bantul Sleman Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Jamkesos Bantul Semua wilayah Kota
Jamkesos -
5 PUSAT KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAN MANAJEMEN ASURANSI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
MEWUJUDKAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DENGAN INTEGRASI PENGELOLAAN JAMINAN KESEHATAN DI PROVINSI DIY
Tabel 3. Biaya Premi 3.1Maskin Non Kuota Jamkesmas No
Tingkat
Besaran Premi
Masyarakat
1 2
Propinsi Kota
12.000 10.000
0% 0%
3
Sleman
10.000
0%
4 5 6
Bantul GK KP
6.000 5.000 5.000
0% 0% 0%
Sharing Subsidi Premi Pemerintah Prop Kab/Kota Keterangan 60% 40% 60% 40% Subsidi Propinsi dikelola mandiri di Bapel Kab. 60% 40% Subsidi Propinsi dikelola mandiri di Bapel Kota 70% 30% 75% 25% 60% 40% -
3.2 Non Maskin Rentan Miskin (Paska Miskin) No
1 2 3 4 5 6
Tingkat
Propinsi Kota Sleman Bantul GK KP
Besaran Premi
12.000 10.000 10.000 6.000 5.000 5.000
Masyarakat
60% 50% 50% 30% 50% 40%
Sharing Subsidi Premi Pemerintah Prop Kab/Kota 40% 50% 50% 35% 35% 25% 25% 30% 30%
Keterangan -
3.1Non Maskin No
1 2 3 4 5 6
Tingkat
Propinsi Kota Sleman Bantul GK KP
Besaran Premi
12.000 10.000 10.000 6.000 5.000 5.000
Masyarakat
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Sharing Subsidi Premi Pemerintah Prop Kab/Kota -
Keterangan -
6 PUSAT KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAN MANAJEMEN ASURANSI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
MEWUJUDKAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DENGAN INTEGRASI PENGELOLAAN JAMINAN KESEHATAN DI PROVINSI DIY
Tabel 4. Pola Pengelolaan Jaminan Kesehatan Alternatif Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 2b
Alternatif 3
Pola Pengelolaan - Jamkesos berperan sebagai Bapel Pusat di tingkat propinsi, dimana Bapel Jamkesda di seluruh Kabupaten/Kota berlaku sebagai cabang. - Premi/iuran peserta dikumpulkan di Jamkesos dan digunakan untuk membiayai pelayanan kesehatan di seluruh provinsi. - Jamkesos berperan sebagai Bapel Pusat - diberlakukan Coordination of Benefit, dimana Bapel Jamkesda di Kabupaten/Kota menanggung biaya pelayanan kesehatan peserta yang dilayani di Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang ada di Kabupaten/Kota.
Keterangan
Pasien dirujuk ke PPK di tingkat provinsi, beban pembiayaannya ditanggung oleh Jamkesos. Sebagai konsekuensi model ini, Bapel Jamkesda Kabupaten/Kota menyerahkan 30% dari premi yang dikumpulkannya kepada Jamkesos. - Jamkesos sebagai Bapel Pusat tetapi memberikan Merupakan pengembangan posisi yang berbeda pada Bapel Jamkesda Kota dari alternatif 1 Yogyakarta dan Sleman. Alternatif ini berupaya untuk mengakomodasi kepentingan 2 Bapel tersebut yang selama ini sudah mandiri dan beroperasional lebih awal dibandingkan dengan Jamkesos. - Bapel Jamkesda di 3 Kabupaten lain terintegrasi secara pengelolaan dan sistemnya, tetapi untuk Bapel Jamkesda Kota Yogyakarta dan Sleman diberikan kewenangan untuk mengelola mandiri tetapi sistemnya harus sama/terintegrasi, khususnya paket manfaat pelayanan kesehatan. - Pembentukan lembaga baru yang Lembaga baru hanya mengintegrasikan fungsi-fungsi Jamkesos dan menangani masyarakat non Jamkesda Kabupaten/Kota. Lembaga ini dimiliki maskin, sedangkan jaminan bersama antara Pemerintah Provinsi dan kesehatan bagi masyarakat Kabupaten/Kota. maskin tetap dikelola seperti sebelumnya.
Penyusun: Muttaqien Peneliti Pusat KPMAK FK UGM. beliau dapat dihubungi di
[email protected] Ali Ghufron Mukti Peneliti Pusat KPMAK FK UGM. Peneliti dapat dihubungi di
[email protected]
POLICY BRIEF
www.kpmak-ugm.org
7