perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh: WINDA AYU CAHYA FITRIANI K1208052
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Winda Ayu Cahya Fitriani
NIM
: K1208052
Jurusan/Program Studi
: PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
menyatakan
skripsi
bahwa
saya
berjudul
”PENERAPAN
MODEL
PEMBELAJARAN ASSURE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Winda Ayu Cahya Fitriani
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh: WINDA AYU CAHYA FITRIANI K1208052
Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Kebahagiaan hidup yang sebenarnya adalah hidup dengan rendah hati (W.M Thancheray)
Kemajuan merupakan kata yang merdu. Tetapi perubahanlah penggeraknya dan perubahan mempunyai banyak musuh (Robert F. Kennedy)
Ikhlas dan syukur, awal dari kesuksesan (penulis)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Bapak Ibuku yang tercinta, terima kasih atas kasih sayang, dukungan, semangat serta selalu mengiringi setiap langkahku dengan doa
Kedua adikku tersayang divya dan udin, kalian adalah mutiara hatiku
The Special One, yang akan menjadi The Special One.
Teman- teman Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2008.
Five Bamboo, I love you all
Almamater tercinta
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Winda Ayu Cahya Fitriani. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta dengan menerapkan model pembelajaran ASSURE. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta yang berjumlah 39 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, angket dan tes. Validitas data menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknik analisis kritis komparatif. Prosedur penelitian menggunakan model Lewin yang saling berkaitan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran ASSURE dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis naskah drama siswa dari pratindakan ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan analisis peneliti proses pembelajaran menulis naskah drama pada siklus I mencapai 59%. Pada siklus II, keaktifan siswa meningkat menjadi 81%, artinya jumlah siswa yang aktif bertambah 9 siswa. Ini berarti pada siklus II proses pembelajaran naik 22% dari siklus I. Berdasarkan analisis terhadap pekerjaan siswa, diketahui bahwa siswa yang sudah tuntas di atas batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 14 siswa (36%). Peningkatan terjadi pada siklus I. Kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis naskah drama siswa meningkat walaupun belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil siswa dalam menulis naskah drama yang dinyatakan tuntas sebanyak 25 siswa (64%). Peningkatan terjadi lagi pada siklus II. Siswa dapat menulis naskah drama dengan baik dan dinyatakan tuntas sebanyak 33 siswa (85%). Pelaksanaan siklus II menyebabkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis naskah drama belajar siswa meningkat sehingga bisa mendukung suatu pembelajaran yang berkualitas. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran ASSURE meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta.
Kata Kunci: model ASSURE, kualitas proses, menulis, naskah drama commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi
dengan
judul
”
PENERAPAN
MODEL
PEMBELAJARAN ASSURE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Swandono, M.Hum., selaku Pembimbing Akademik. 5. Dr. Andayani, M.Pd., selaku pembimbing I. 6. Atikah Anindyarini, S.S, M.Hum., selaku pembimbing II. 7. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 8. Drs. H. Abdul Halim, Kepala SMA Al Islam 1 Surakarta. 9. Drs. Joko Sarwono, M.Pd., Guru Bahasa Indonesia SMA Al Islam 1 Surakarta. user 10. Siswa kelas XI IPS 2 SMA Alcommit Islam 1toSurakarta tahun pelajaran 2011/2012.
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Juni 2012
Winda Ayu
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL .........................................................................................................
i
PERNYATAAN ..........................................................................................
ii
PENGAJUAN .............................................................................................
iii
PERSETUJUAN .........................................................................................
iv
PENGESAHAN ..........................................................................................
v
MOTTO ……………………………………………………………………
vi
PERSEMBAHAN ………………………………………………………...
vii
ABSTRAK ……………………………………………………………….
viii
KATA PENGANTAR ................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….
xvi
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Perumusan Masalah ....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ....................................................................
7
A. Tinjauan Teori dan Penelitian yang Relevan ..............................
7
1. Hakikat Menulis Kreatif .......................................................
7
a. Pengertian Menulis .........................................................
7
b. Tujuan Menulis ...............................................................
8
c. Manfaat Menulis .............................................................
9
d. Kreativitas .......................................................................
11
e. Menulis Kreatif ...............................................................
12
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Menulis Kreatif Naskah Drama ............................................
14
a. Pengertian Drama ............................................................
14
b. Jenis-jenis Drama ............................................................
15
c. Naskah Drama .................................................................
16
d. Menulis Naskah Drama ..................................................
23
3. Model Pembelajaran ASSURE ..............................................
25
a.
Definisi ASSURE ............................................................
b.
Teori Pembelajaran yang Berhubungan
c.
25
dengan ASSURE .............................................................
27
Kelebihan dan Kekurangan Model ASSURE ................
28
4. Penerapan Model Pembelajaran ASSURE dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama .......................
29
5. Penelitian yang Relevan ........................................................
31
B. Kerangka Berpikir ……………………………………………...
31
C. Hipotesis Tindakan......................................................................
35
BAB III. METODE PENELITIAN ...........................................................
36
A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................
36
B. Subjek Penelitian ........................................................................
38
C. Data dan Sumber Data Penelitian ...............................................
38
D. Pengumpulan Data ......................................................................
38
E. Uji Validitas Data ……………………….……………………..
40
F. Analisis Data …………………………………………………...
41
G. Prosedur Penelitian …………………………………………….
41
H. Indikator Keberhasilan Tindakan ………………………………
47
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN .............................
49
A. Deskripsi Pratindakan .................................................................
49
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .........................................
53
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus ……………………..
76
D. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................
79
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................
97
A. Simpulan ......................................................................................
97
B. Implikasi ......................................................................................
100
C. Saran ............................................................................................
101
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
102
LAMPIRAN ................................................................................................
106
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerangka Berpikir ................................................................................................ 34 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ........................................................................ 42 3. Grafik Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta Sebelum Menggunakan Model ASSURE ................. 52 4. Grafik Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa ................................. 63 5. Grafik Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta dengan Menggunakan Model ASSURE pada Siklus II ........................................................................... 74 6. Grafik Rekapitulasi Persentase Peningkatan Proses Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta ........ 83 7. Rekapitulasi Peningkatan Persentase Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta ............................................... 86 8. Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama ...................................... 93
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Sintak Model Pembelajaran ASSURE ................................................................. 27 2. Sintak Desain ASSURE dalam Menulis Naskah Drama ...................................... 30 3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ..................................................... 37 4. Rincian Indikator Keberhasilan Proses Pembelajaran ......................................... 48 5. Rincian Indikator Kemampuan Menulis Naskah Drama .................................... 48 6. Tabel Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta Sebelum Menggunakan Model ASSURE ............................................................. 53 7. Tabel Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta dengan Menggunakan Model ASSURE pada Siklus I ......................................... 64 8. Tabel Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta dengan Menggunakan Model ASSURE pada Siklus II ........................................ 75 9. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I dan II .......................... 78 10. Rekapitulasi Nilai Menulis Naskah Drama ......................................................... 88 11. Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama..................................... 93 12. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................................. 94
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Kriteria Penilaian Penulisan Naskah Drama ……………………………..
106
2. Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Sebelum Menggunakan Model ASSURE (Pratindakan) ……………...……………………………
108
3. Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama pada Siklus I ……………...
111
4. Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama pada Siklus II ……………..
114
5. Rekapitulasi Nilai Menulis Naskah Drama ……………………………...
117
6. Pedoman Penilaian Proses Pembelajaran ………………………………..
119
7. Penilaian Proses Pembelajaran pada Siklus I .............................................
121
8. Penilaian Proses Pembelajaran pada Siklus II ……………………………
124
9. Rekapitulasi Penilaian Proses Pembelajaran ……………………………..
127
10. Silabus …………………………………………………………………...
128
11. RPP Siklus I ……………………………………………………………..
129
12. RPP Siklus II …………………………………………………………….
142
13. Angket Pratindakan ……………………………………………………...
155
14. Presentasi Angket Pratindakan ………………………………………….
156
15. Angket Pascatindakan …………………………………………………...
157
16. Presentasi Angket Pascatindakan ………………………………………..
158
17. Wawancara Guru Sebelum Tindakan ……………………………………
159
18. Wawancara Guru Setelah Tindakan ……………………………………..
162
19. Wawancara Siswa Sebelum Tindakan ……...……………………………
164
20. Wawancara Siswa Setelah Tindakan ……………………………………..
166
21. Catatan Lapangan Prasiklus ……………………………………………...
168
22. Catatan Lapangan Siklus I Pertemuan Pertama ………………………….
171
23. Catatan Lapangan Siklus I Pertemuan Kedua ……………………………
173
24. Catatan Lapangan Siklus II Pertemuan Pertama …………………………
175
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25. Catatan Lapangan Siklus II Pertemuan Kedua …………………………..
177
26. Dokumentasi ……………………………………………………………...
179
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak terlepas dari adanya empat kemampuan berbahasa, yaitu: menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap potensi kemampuan berbahasa dalam kehidupan siswa di bidang pendidikan. Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang memiliki peranan penting, karena melalui kegiatan menulis seseorang dapat memberitahukan, meyakinkan, menghibur, bahkan mengekspresikan perasaan dan emosi. Kemampuan menulis sangat diperlukan agar seseorang dapat mengungkapkan ide dan hasil pemikirannya pada orang lain melalui sebuah tulisan. Menulis termasuk dalam kegiatan aktif produktif, sehingga mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, siswa dibiasakan untuk menghasilkan sebuah tulisan. Dalam kegiatan menulis ini, seorang siswa harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Dari pernyataan itu, dapat diketahui bahwa menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang melibatkan berbagai keterampilan. Hal tersebut dapat dikatakan demikian karena menulis memerlukan keterampilan yang memerlukan latihan-latihan yang berkelanjutan dan terus menerus. Terdapat beberapa macam menulis dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah menulis kreatif. Menulis kreatif merupakan teknik penulisan sejumlah apresiasi sastra, diantaranya penulisan cerpen, puisi, dan drama. Sastra dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada umumnya menjadi bagian dari materi kebahasaan, hanya beberapa sekolah yang membedakan pelajaran bahasa dengan pelajaran sastra (menyendirikannya). Salah satu jenis sastra yang diajarkan di sekolah, khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah drama. Pada kelas XI SMA Standar Kompetensi (SK) tentang drama tersedia dalam porsi yang cukup karena terdapat dua SK, commit user bentuk pementasan drama; dan yaitu: (1) mengungkapkan wacana sastratodalam
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2) menulis naskah drama. Dari kedua SK tersebut, SK menulis naskah drama memiliki tingkat
kesulitan
yang lebih bila
dibandingkan dengan
SK
mengungkapkan wacana sastra dalam bentuk pementasan drama. Dalam SK ini kompetensi dasar yang seharusnya dicapai ada dua, yaitu: (1) mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama; dan (2) menarasikan pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama. Berdasarkan Kompetensi Dasar tersebut, pembelajaran menulis naskah drama seharusnya bisa dilaksanakan dengan keadaan yang menyenangkan karena inspirasi yang digunakan siswa adalah hal-hal yang dekat dengan siswa yaitu pengalaman. Pembelajaran menulis naskah drama bisa menjadi pembelajaran yang menyenangkan apabila guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan kreatif, sehingga asumsi-asumsi siswa terhadap kebosanan menulis naskah drama bisa ditepis. Melalui latihan menulis naskah drama secara bertahap, diharapkan dapat membangun keterampilan menulis siswa agar lebih meningkat lagi. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan menulis naskah drama siswa masih rendah bila dibandingkan dengan kegiatan berbahasa lainnya. Padahal secara umum tujuan pembelajaran menulis adalah siswa mampu mengomunikasikan
ide
atau
gagasan
secara
tertulis
sebagai
kegiatan
mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide, imaji, aspirasi, dan lain-lain (Mujiyanto: 2000). Namun kenyataan yang ada, tujuan menulis tersebut belum mampu dicapai dalam pembelajaran menulis naskah drama khususnya di kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta. Berdasarkan hasil wawancara pada 4 Januari 2012 yang dilakukan peneliti dengan Bapak Joko Sarwono, selaku guru Bahasa Indonesia di kelas XI, beliau menyebutkan bahwa kegiatan pembelajaran menulis naskah drama yang terjadi di kelas XI IPS 2 kurang berjalan dengan baik selama ini. Rendahnya kemampuan menulis naskah drama siswa dikarenakan mereka kesulitan menemukan ide. Mereka kurang termotivasi mengikuti pembelajaran karena selama ini pembelajaran berjalan secara monoton tanpa ada variasi tertentu. Di samping itu, penyebab rendahnya kemampuan menulis naskah drama commit topada user siswa itu sendiri. Padahal kita adalah kurangnya penguasaan kosakata
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
mengetahui bahwa untuk menulis naskah drama diperlukan penguasaan kosa kata yang memadai. Kurangnya latihan dalam menulis naskah drama juga merupakan salah satu penyebab rendahnya minat menulis dalam diri siswa. Dengan kurangnya latihan menulis, maka siswa akan kesulitan pula dalam mengolah kosa kata yang akan ditulis. Selain itu, untuk memperkaya kosa kata siswa harus terbiasa membaca dengan rajin. Berdasarkan observasi awal, wawancara, dan angket siswa, dapat disimpulkan bahwa beberapa siswa kurang tertarik dengan pembelajaran menulis naskah drama. Beberapa hal yang menyebabkan mereka kurang tertarik adalah kesulitan yang mereka hadapi saat menulis naskah drama seperti kurangnya ide, kosa kata, dan imajinasi dalam menulis. Masalah tersebut diperkuat dengan bukti nilai kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta yang belum 100% mencapai ketuntasan. Dari hasil penilaian menulis naskah drama pada observasi awal diketahui bahwa hanya 14 siswa (35%) dari total 39 siswa yang sudah lulus sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu sebesar ≥74. Ini berarti masih 25 siswa (65%) yang mendapatkan nilai di bawah ≥74. Sebenarnya penyebab rendahnya kemampuan menulis naskah drama yang mendasar adalah sistem pembelajaran guru yang masih bersifat konvensional. Dalam pandangan siswa, pengajaran menulis selama ini hanya berisi penjelasan teori menulis saja sehingga mereka kurang termotivasi untuk menulis. Biasanya dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis, guru terlalu tergantung pada buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar mengajar. Selain itu, sebagian besar siswa masih belum terbiasa untuk memanfaatkan media tulis sebagai ruang untuk mengungkapkan ide dan gagasan mereka. Ini dapat dilihat dari kebiasaan mereka yang sering kali melihat awang-awang dalam waktu cukup lama untuk menemukan ide atau gagasan yang nanti akan mereka tuangkan dalam tulisan mereka. Terkait dengan permasalahan di atas, peneliti memberikan alternatif atas commit to user pembelajaran menulis naskah drama selama ini. Permasalahan itu dapat diatasi
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan penggunaan model pembelajaran ASSURE (Analyze, State, Select, Utilize. Requires, Evaluate and Revise). Dari berbagai macam model pembelajaran yang ada, model ASSURE merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien, khususnya pada kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi sebagai salah satu medianya. Akan tetapi model ASSURE merupakan model yang paling praktis dari segi penerapannya, sehingga sesuai untuk diaplikasikan pada pembelajaran tingkat pendidikan dasar atau Sekolah Menengah Atas (Pribadi, 2011). Model pembelajaran ASSURE diharapkan dapat menunjang keterampilan menulis siswa agar dapat menarik antusiasme, minat, keinginan, bahkan motivasi siswa dalam kegiatan menulis. Penerapan model ASSURE dalam proses kegiatan belajar-mengajar, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa. Sehingga siswa pun terpacu untuk mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada proses kegiatan belajar menulis naskah drama. Ketika menggunakan model pembelajaran ASSURE guru tidak hanya dituntut untuk mengajar, menyampaikan materi, dan memberi komando pada siswa untuk bergerak akan tetapi unsur perencanaan, pengemasan, penyajian, penyesuaian dan partisipasi siswa menjadi hal utama yang harus ditekankan oleh guru. Guru harus merencanakan, mendesain, mengemas dan menyajikan pembelajaran semenarik mungkin dengan menyesuaikan pada keadaan siswa (faktor usia, minat), kebutuhan (kompetensi), keadaan sekolah (prasarana dan sarana yang dimiliki), dan materi. Pemahaman dan pengetahuan siswa tentang materi yang dipelajari juga menjadi unsur yang tidak boleh diabaikan dalam pelaksanaan pembelajaran ini karena salah satu teori penguat dari desain sistem pembelajaran ini adalah teori kognitif yang menjelaskan bahwa perolehan pengetahuan merupakan salah satu aspek yang harus terpenuhi dalam pembelajaran. Dengan demikian penelitian ini diformulasikan dalam sebuah judul “Penerapan
Model
Pembelajaran ASSURE commit to user
untuk
Meningkatkan
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah Peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah penerapan model pembelajaran ASSURE dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012? 2. Apakah penerapan model pembelajaran ASSURE dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: 1. kualitas proses pembelajaran menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012 dengan model pembelajaran ASSURE; dan 2. kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012 dengan model pembelajaran ASSURE.
D. Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan dan khasanah keilmuan tentang pembelajaran bahasa, terutama pembelajaran menulis naskah drama dengan model pembelajaran ASSURE. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru 1) Menawarkan inovasi dalam model pembelajaran menulis naskah drama. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Mengatasi permasalan yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis naskah drama. 3) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian siswa. b. Bagi siswa 1) Memudahkan siswa dalam berlatih dan belajar menulis, khususnya menulis naskah drama dengan model pembelajaran ASSURE. 2) Memberikan motivasi yang positif pada diri siswa selama proses pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis, sehingga siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran. 3) Meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. c. Bagi peneliti Menambah pengalaman dan wawasan tentang pembelajaran menulis, khususnya menulis naskah drama. d. Bagi sekolah Mendorong
guru
lain
untuk
menerapkan
pembelajaran
yang
menyenangkan bagi siswa dengan menggunakan model pembelajaran ASSURE.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan 1. a.
Hakikat Menulis Kreatif
Pengertian Menulis Menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan
tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Kegiatan menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam seluruh proses belajar mengajar. Mawardi (2009) menyatakan, “Menulis merupakan kegiatan intelektual sekaligus aktivitas fisik yang lumayan menguras tenaga dan pikiran” (hlm.13). Menulis adalah adalah proses pembelajaran aktif yang dijadikan kunci untuk meningkatkan komunikasi (baik tertulis maupun lisan) dan berpikir, menulis adalah proses sosial dalam bentuk formal maupun informal, dan menulis adalah kegiatan utama (walaupun tidak eksklusif ) dalam kegiatan sosial (David, 2009). Jauhari (2007) berpendapat, “Menulis merupakan aktivitas menuangkan gagasan yang diwujudkan dengan lambang-lambang fonem” (hlm. 17). Tarigan menyimpulkan, “Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain” (2008: 3). Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Nurudin (2010) menyatakan, “Menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami” (hlm. 4). Tulisan adalah sesuatu yang dihasilkan oleh seseorang akibat kegiatan proses kreatif penulisannya. Selanjutnya Mujiyanto (2000) menyatakan, “Menulis adalah menyusun commit to useryang diperoleh menurut organisasi buah pikiran dan perasaan atau data informasi
7
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penulisan sistematis, sehingga tema karangan yang disampaikan sudah dipahami pembaca” (hlm. 63). Kemampuan menulis merupakan kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan melalui lambang grafik yang teratur sehingga dapat dipahami orang lain yang membacanya. Kemampuan menulis termasuk dalam empat aspek berbahasa yang harus dikuasai siswa. Untuk memperoleh kemampuan menulis yang baik, perlu keseimbangan isi, organisasi tulisan, tujuan, kosa kata, ejaan, dan berbagai hal pendukung lainnya. Beberapa hal tersebut tidak hanya berlaku untuk jenis tulisan nonsastra tetapi juga berlaku untuk tulisan sastra tidak terkecuali naskah drama. Akhadiah berpendapat, “Menulis adalah suatu proses, yaitu proses penulisan” (1996: 2-5). Sebagai proses, menulis terdiri dari serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase. Fase menulis dibagi menjadi fase prapenulisan
(persiapan),
penulisan
(pengembangan
isi
karangan),
dan
pascapenulisan (telah dan revisi atau penyempurna tulisan). Fase-fase penulisan di atas hendaknya dipahami sebagai langkah penulisan yang secara kaku dengan batas yang jelas. Urutan dan batas antar frase itu sangat luwes bahkan dapat tumpang tindih, maksudnya sewaktu menulis sangat mungkin melakukan aktivitas yang terdapat pada setiap fase selama bersama. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan ini terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. Kegiatan menulis ini bersifat produktif dan ekspresif.
b. Tujuan Menulis Hartig (dalam Tarigan, 1993) menyatakan, “Tujuan penulisan suatu tulisan adalah sebagai berikut: 1) tujuan penugasan, 2) tujuan altruristik, 3) tujuan persuasif, 4) tujuan informasional, 5) tujuan pernyataan diri, 6) tujuan kreatif, dan 7) tujuan pemecahan masalah” (hlm. 23-24). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
1) Tujuan Penugasan Tujuan ini tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu hanya karena ditugasi. 2) Tujuan Altruristik Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Tujuan altruristik adalah kunci keterbatasan sesuatu tulisan. 3) Tujuan Persuasif Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembacanya akan kebenaran gagasan yang diucapkan. 4) Tujuan Informasional Tulisan yang bertujuan memberi informasi kepada pembaca. 5) Tujuan Pernyataan Diri Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang penulis kepada para pembaca. 6) Tujuan Kreatif Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian. 7) Tujuan Pemecahan Masalah Tulisan yang bertujuan memecahkan masalah yang dihadapi.
c.
Manfaat Menulis Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi
tidak langsung. Menulis sangat penting dalam bidang pendidikan karena memudahkan para siswa untuk berpikir secara kritis. Pada hakikatnya kemampuan menulis sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai alat komunikasi. Seseorang menyampaikan gagasan, pendapat, dan pesan melalui tulisan dimaksudkan untuk dapat berkomunikasi dengan pembaca. Selain itu, kemampuan commit tomenulis user juga memiliki peranan penting
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
dan strategis bagi perkembangan belajar siswa, karena siswa akan mendapatkan berbagai keuntungan. Keuntungan yang diperoleh siswa antara lain: 1) dapat mengungkapkan dan mengkomunikasikan gagasan melalui tulisan, 2) dapat berlatih mencari dan menemukan gagasan, 3) dapat mengungkapkan kembali pengalaman dan pengetahuan yang telah diperolehnya ke dalam tulisan, 4) dapat merangkaikan gagasan sehingga membentuk satu kesatuan pikiran, 5) penulis terdorong untuk terus belajar demi kesempurnaan tulisannya, 6) dengan kegiatan menulis yang terencana, penulis membiasakan berpikir dan berbahasa secara teratur, 7) penulis dapat mengungkapkan gagasannya sesuai dengan tujuan yang diinginkan, dan 8) penulis dapat mengungkapkan gagasan sesuai dengan kebutuhan serta bermanfaat bagi pembaca (Sugiran, 2008). Menulis merupakan aktivitas yang memang komplek. Dari kegiatan menulis, kita dapat memperoleh banyak hal yang baik. Percy (dalam Nurudin) mengemukakan beberapa kemanfaatan menulis antara lain : 1) sarana untuk mengungkapkan diri, 2) sarana untuk pemahaman, 3) membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri, 4) meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan, 5) keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah, dan 6) mengembangkan suatu pemahaman dan kemampuan menggunakan bahasa (2010). Akhadiah mengungkapkan manfaat dari menulis yaitu: 1) mengenali kemampuan dan potensi diri, 2) mengembangkan berbagai gagasan, 3) menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis, 4) mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat, 5) meninjau serta menilai gagasan secara lebih objektif, 6) memecahkan permasalahan dalam konteks yang lebih konkret, 7) belajar secara aktif, dan 8) membiasakan berpikir serta berbahasa secara tertib (1998). Senada dengan pendapat di atas, Slamet menjelaskan manfaat yang diperoleh seseorang dari kegiatan menulis. Manfaat tersebut antara lain: 1) meningkatkan kecerdasan; 2) mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas; 3) menumbuhkan keberanian; dan 4) mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi (2009). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
d. Kreativitas Kata kreativitas (creativity) bermakna mempunyai sifat kreatif (creative) yang berasal dari kata to create (mencipta). Berdasarkan etimologi, kreativitas berarti kemampuan menciptakan sesuatu (ide, cara, produk) yang baru. Jadi, konotasi kreativitas berhubungan dengan sesuatu yang baru yang sifatnya original. Kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia. Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi dan dibina melalui pendidikan yang tepat. Menurut Dahlan (1994), ”Kreativitas merupakan kemampuan untuk berkreasi dan daya mencipta” (hlm. 37). Menurut Munandar (1985), ”Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada” (hlm. 24). Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Guilford (dalam Munandar) menyatakan kreativitas merupakan kemampuan berpikir divergen atau pemikiran menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya (2009). Kajian kreativitas merupakan kajian yang kompleks sehingga bisa menimbulkan berbagai pandangan-pendapat, tergantung dari sisi mana mereka membahasnya dan teori yang menjadi acuannya. Kemampuan kreativitas menurut Munandar berkenaan dengan tiga hal, yaitu mengkombinasi, memecahkan masalah, dan operasional. Kemampuan mengkombinasi berdasarkan data atau unsur-unsur yang ada, kemampuan memecahkan masalah berdasarkan informasi yang ada, menemukan keragaman solusi dengan penekanan pada aspek kualitas dan efektivitas, kemampuan operasional berdasarkan pada aspek kelancaran, keluwesan, orisinalitas. Guilford (dalam Munandar) mengemukakan ciri-ciri dari kreativitas antara lain: 1) Kelancaran berpikir, yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, commit user kualitas. yang ditekankan adalah kuantitas, dantobukan
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Keluwesan berpikir, yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru. 3) Elaborasi,
yaitu
kemampuan
dalam
mengembangkan
gagasan
dan
menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. 4) Originalitas, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli (2009).
e.
Menulis Kreatif Menulis kreatif merupakan suatu kegiatan mewujudkan apa yang ada di
otak sebagai suatu langkah awal yang ditulis oleh tangan kita. Menulis kreatif merupakan bagaimana cara seseorang melihat peluang yang terdapat di dalam suatu pola pikir sehingga mampu membuat sebuah kerangka tulisan. Tulisan yang memiliki daya tarik tersendiri dan bahasa yang digunakan dalam penulisan adalah bahasa yang mudah dibaca dan dipahami, sehingga tidak membuat para pembaca menjadi jenuh terhadap tulisan yang dibuat. Hal ini didukung oleh pengertian menulis kreatif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 yang menyatakan bahwa menulis kreatif merupakan kegiatan melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan yang memiliki daya cipta. Pengertian kemampuan menulis kreatif merujuk pada pendapat Greene dan Pretty yang mendefinisikan kegiatan menulis kreatif sebagai suatu kegiatan mengarang yang sifatnya personal dan tidak selamanya mempunyai kegunaan praktis. Suatu karangan kreatif dicirikan dengan adanya tiga sifat yaitu asli, langsung, dan imajinatif (Aziz: 2009) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
Pranoto memaparkan bahwa dalam menulis kreatif terdapat dua jenis tulisan, yaitu nonfiksi dan fiksi. Menulis kreatif nonfiksi dapat dibedakan menjadi: 1) otobiografi, 2) biografi, 3) esai, 4) memoar, 5) artikel, 6) program TV, dan 7) jurnalistik sastrawi. Sedangkan menulis kreatif fiksi terdiri atas: 1) puisi, 2) cerpen, 3) novel, 4) naskah drama, 5) epik, 6) dongeng, 7) lirik lagu, dan 8) skenario film (2011). Menulis kreatif nonfiksi disebut juga sebagai naratif nonfiksi, bahan tulisan murni dari data atau fakta yang akurat. Sedangkan menulis kreatif fiksi, bahan tulisan murni dari imajinasi, dapat juga berasal dari perpaduan antara fakta dan imajinasi (fakta yang difiksikan). Selain itu, oleh berbagai pihak menulis kreatif tidak hanya dipandang sebagai aktivitas menulis, tetapi juga sebagai langkah-langkah konkret dari the art of healing for mental sickness (seni penyembuhan sakit mental) atau terapi jiwa. Dengan kata lain, aktivitas menulis kreatif juga bermanfaat untuk kesehatan mental atau jiwa kita (Markberry dalam Pranoto, 2011). Osborn (dalam Muzaffar, 2011) menyatakan “Kegiatan menulis kreatif merupakan kegiatan yang tidaklah mudah (asal-asalan) tetapi merupakan kegiatan yang bermakna karena membutuhkan penguasaan keterampilan berbahasa dan keharusan memerhatikan penggunaan ejaan, organisasi ide, konstruksi paragraf, kohesi, pungtuasi, kata rujukan, dan klausa” (hlm. 72). Unsur penting dalam menulis kreatif adalah seorang “pribadi kreatif”. Karena hasil yang diciptakan dari menulis kreatif bukan merupakan tulisan biasa. Tulisan kreatif adalah tulisan yang bisa menciptakan daya imajinasi, inspirasi, dan daya kritis bagi pembaca (Pranoto, 2011). Selain itu dalam diri pribadi kreatif dibutuhkan adanya kemauan dan ide, Dengan adanya kemauan dan ide untuk menulis, akan tercipta sebuah tulisan dan keinginan menulis yang diwujudkan menjadi tindakan menulis. Jabrohim (2001) berpendapat bahwa, “Ciri-ciri yang melekat pada pribadi kreatif menunjukkan sastra sebagai salah satu wilayah pilihan, memang memberikan peluang bagi orang yang terlibat di dalamnya untuk menjadi commit to user (hlm. 75). “kreatif”, baik yang apresiatif maupun ekspresif”
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas dalam menulis kreatif merupakan perilaku seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru atau lain dari umum, merupakan bentuk berfikir yang cenderung rumit dan menentang pemikiran umum, merupakan hasil kerja yang cenderung kebaruan dan dalam pekerjaan menulis kreatif ini sebagai sarana utamanya yaitu mengandalkan otak.
2. a.
Menulis Kreatif Naskah Drama
Pengertian Drama Perkataan “drama” berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti:
berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan, atau beraksi. Menurut Waluyo (2006), “Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas” (hlm.1). Rahmanto (1988) menjelaskan bahwa “Drama adalah bentuk sastra yang dapat merangsang gairah dan mengasyikkan para pemain dan penonton sehingga sangat digemari masyarakat” (hlm. 89). Drama sering disebut sandiwara atau teater. Wiyanto berpendapat, “Sandiwara atau drama berarti ajaran yang disampaikan secara rahasia karena mengandung pesan/ajaran (terutama ajaran moral) bagi penontonnya” (2002: 2). Verhagen (dalam Tarigan, 1993) mengemukakan bahwa, “Drama adalah kesenian melukis sifat dan sikap manusia dengan gerak” (hlm. 70). Rendra (2007) mengatakan, “Drama atau sandiwara adalah seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan orang dengan mempergunakan laku jasmani, dan ucapan kata-kata (dialog)” (hlm. 103). Sebagai sebuah genre sastra, drama memungkinkan ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan. Drama dapat ditulis oleh pengarangnya dengan mempergunakan bahasa sebagaimana sebuah sajak. Penuh irama dan kaya akan bunyi yang indah, namun sekaligus menggambarkan watak-watak manusia secara tajam, serta penampilan peristiwa yang penuh kesuspenan. Satu hal yang menjadi ciri drama adalah bahwa semua kemungkinan itu harus disampaikan dalam bentuk dialog-dialog dari para tokoh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
Jika disimpulkan, pengertian drama adalah suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog-dialog penuh pesan moral dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukan. Dalam dialog bisa terlihat tokoh, perwatakan, latar, alur cerita, amanat, maupun keterangan lakuan atau tindakan.
b. Jenis-Jenis Drama Wiyanto membagi jenis drama sebagai berikut : 1) tragedi, 2) komedi, 3) tragedi-komedi, 4) melodrama, dan 5) farce (2002). 1) Tragedi Semi menyatakan, “Drama tragedi merupakan drama yang diwarnai dengan kesedihan, setidaknya terjadi suatu kematian, ia berhubungan dengan tindakan atau pemikiran yang serius dan dengan persona manusia yang menarik perhatian” (1993: 168). Drama tragedi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a) drama tragedi bercerita tentang suatu hal yang serius b) tokoh utama merupakan orang penting atau pahlawan yang herois c) insiden yang terjadi tampak wajar d) rasa kasihan, sedih atau takut merupakan emosi-emosi yang utama dalam drama tragedi 2) Komedi Drama komedi merupakan drama yang diwarnai kegembiraan. Terdapat beberapa ciri drama komedi, diantaranya sebagai berikut : a) drama komedi bercerita tentang hal yang ringan b) semua yang terjadi muncul dari tokoh dan bukan dari situasi c) kejadian-kejadian yang terdapat di dalam drama komedi merupakan kejadian-kejadian yang mungkin dan seakan-akan terjadi d) Dapat menghadirkan kelucuan 3) Tragedi-Komedi Drama tragedi komedi adalah perpaduan antara drama tragedi dan komedi. Isi lakonnya penuh kesedihan, tetapi juga mengandung hal-hal yang commithati to user menggembirakan dan menggelikan
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
4) Melodrama Melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan dengan iringan melodi/musik. Asal-usul melodrama sebenarnya adalah opera. Ciri-ciri utama melodrama antara lain : a) bercerita tentang hal yang serius, namun tidak seotentik drama tragedi b) terjadi perubahan pada sikap tokohnya c) rasa kasihan hanya bersifat sentimental d) tokoh protagonis biasanya menang di akhir cerita 5) Farce (lelucon) Farce adalah drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan. Ciri-ciri drama farce diantaranya sebagai berikut: a) Kejadian-kejadian dan tokoh-tokohnya mungkin terjadi dan ada, tetapi tidaklah begitu besar kemungkinan itu b) menimbulkan kelucuan seenaknya, yang tidak teratur dan tidak menentu c) bersifat episodik, hanya memerlukan kredibilitas keyakinan sementara terhadap aspek-aspeknya d) segala sesuatu yang terjadi muncul dari situasi, bukan dari tokoh
c.
Naskah Drama Sebagai sebuah karya sastra, drama mempunyai karakteristik khusus, yaitu
berdimensi sastra pada satu sisi dan berdimensi seni pertunjukan pada sisi yang lain. Sebuah drama diciptakan selain bertujuan untuk menghibur juga memberikan kegunaan kepada pembaca (jika drama tersebut ditulis) dan kepada penonton (jika drama tersebut dipentaskan). Damono (dalam Dewojati, 2010) mengemukakan bahwa, “Drama mempunyai 3 unsur yang sangat penting, yakni unsur teks drama, unsur pementasan, dan unsur penonton” (hlm. 2). Selama ini, hiruk-pikuk pembicaraan tentang drama lebih banyak terfokus pada pementasan atau pertunjukannya. Kritik drama rata-rata hanya berhenti pada pemaknaan terhadap nilai estetika drama ketika diatas panggung. Dengan demikian, keberhasilan drama seolah-olah hanya dimiliki oleh aktor, sutradara, commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan peñata pentas sebagai eksekutornya. Padahal, selain akting (action) nyawa drama juga terdapat pada teks drama atau naskah dramanya. Naskah drama merupakan salah satu komponen penting dalam sebuah pertunjukan drama. Wiyanto (2002) mendefinisikan, “Naskah drama sebagai karangan yang berisi cerita atau lakon. Naskah drama disebut juga sastra lakon. Sebagai salah satu genre sastra, naskah drama dibangun oleh struktur fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna)” (hlm. 31). Dasar naskah drama adalah konflik manusia yang digali dari kehidupan. Konflik manusia terbangun oleh pertentangan antara tokoh-tokohnya. Dalam pertikaian muncullah dramatic action yang menjadi suatu daya pikat suatu naskah drama. Perkembangan dramatic action dari awal sampai akhir merupakan tulang punggung pembangun cerita. Untuk memahami naskah drama secara lengkap, maka unsur-unsur drama harus dijalin agar membentuk kesatuan dan saling terikat satu sama lain. Waluyo menjelaskan bahwa drama terbentuk atas unsur-unsur sebagai berikut : 1) plot atau
kerangka
cerita,
2)
penokohan
dan
perwatakan,
3)
dialog,
4)
setting/landasan/tempat kejadian, 5) tema atau nada dasar cerita, 6) pesan atau amanat, dan 7) petunjuk teknis atau teks samping (2006). 1) Plot atau Kerangka Cerita Plot adalah jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan peristiwa yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Kernodle (dalam Dewojati) menjelaskan di dalam drama, yang dimaksudkan plot adalah pengaturan insiden yang berlangsung di dalam panggung (2010). Pertikaian ini terjadi karena adanya kontradiksi dari pelaku. Selain itu, pengertian plot dapat juga berarti ringkasan kisah sebuah lakon. Plot berbeda dari cerita karena caranya menyajikan hubungan urutan cerita dan peristiwa. Secara umum, plot terdiri atas beberapa tahapan berikut ini. a) Pelukisan Awal Tahap ini merupakan tahap pengenalan tokoh-tokoh drama. Tahap ini berisi pelukisan awal dan pengenalan tokoh dan situasi latar cerita. to user tahap pembukaan cerita dan Tahap pelukisan awalcommit merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
pemberian informasi awal yang berguna untuk landasan cerita yang akan dikisahkan. Pada tahap ini pembaca atau penonton mulai mendapat gambaran tentang tokoh, situasi atau latar cerita, dan peristiwa drama b) Pertikaian Awal Tahapan pemunculan konflik yang merupakan kelanjutan dari tahap pelukisan awal. Pada tahap ini masalah-masalah atau peristiwaperistiwa yang menyulut konflik mulai dimunculkan. Jadi, tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik. Selanjutnya, konflik awal tersebut dikembangkan menjadi konflik-konflik yang lebih besar dalam tahap berikutnya. c) Titik Puncak (Klimaks) Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Konflik itu akan terus meningkat sampai mencapai klimaks atau titik puncak kegawatan dalam cerita. Klimaks dalam drama akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan atau penderita terjadinya konflik tersebut. d) Peleraian atau Antiklimaks Dalam tahap ini konflik mulai mereda dan ketegangan mulai menurun. Tokoh-tokoh yang memanaskan situasi atau meruncingkan cerita dalam drama sudah mulai menuju pada penyelesaian konflik. Tokoh-tokoh yang saling bertentangan telah menyadari kesalahan dan mulai menemukan penyelesaian. e) Penyelesaian atau Akhir Cerita Konflik yang telah mencapai klimaks dan sudah mulai menurun diberi penyelesaian. Ketegangan antartokoh cerita dikendorkan. Konflik dan ketegangan sudah diberi jalan keluar penyelesaiannya dan cerita diakhiri. 2) Penokohan dan Perwatakan Waluyo (2006) mengatakan, “Penokohan erat hubungannya dengan commitpersonae) to user adalah daftar tokoh-tokoh yang perwatakan. Susunan tokoh (drama
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berperan dalam drama itu” (hlm. 14). Dalam sebuah cerita, penulis lakon sudah menggambarkan secara langsung perwatakan tokoh-tokohnya. Watak tokoh itu akan menjadi nyata terbaca dalam dialog dan cacatan samping. Berdasarkan pengembangan wataknya terdapat tokoh statis dan tokoh berkembang. Tokoh statis adalah pelaku dalam sastra drama yang dalam keseluruhan drama tersebut sedikit sekali atau bahkan sama sekali tidak berubah. Tokoh berkembang adalah pelaku drama yang dalam keseluruhan drama tersebut mengalami perubahan atau perkembangan. Penciptaan citra tokoh atau penokohan dalam drama dilakukan dengan berbagai cara. Pengarang mungkin secara langsung mengungkapkan gambaran tentang tokoh, mungkin pula melalui percakapan tokoh, penggambaran keadaan tokoh, tingkah laku tokoh atau percakapan tokoh lainnya tentang diri si tokoh. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap drama harus ada tokoh, dan setiap tokoh memiliki watak yang berbeda. Tokoh-tokoh tersebut terdiri dari tokoh protagonis atau tokoh utama yang merupakan tokoh sentral dari cerita, tokoh antagonis atau tokoh penentang dari tokoh utama, dan tokoh tritagonis sebagai tokoh penengah. Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi, yaitu: 1) dimensi fisik, 2) dimensi psikis, dan 3) dimensi sosial. Penggambaran watak tokoh itu berdasarkan keadaan fisik (fisiologis), kondisi kejiwaan (psikologis), dan kondisi sosial (sosiologis). Keadan fisik tokoh, misalnya: umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmani, ciri khas yang menonjol, bentuk tubuh, dan roman muka. Aspek psikis tokoh meliputi watak, minat, kegemaran, temperamen, ambisi, dan keadaan emosi. Selanjutnya, keadaan sosiologis antara lain: jabatan, pekerjaan, suku, ras, agama, status sosial, keadaan ekonomi, dan tingkat pendidikan. Dalam drama, keadaan fisik, psikis, dan sosiologis tersebut dapat digunakan untuk mengenali watak seorang tokoh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
3) Dialog Dialog berisikan kata-kata. Hamzah berpendapat bahwa, “Kata merupakan alat komunikasi yang paling penting antara orang dengan sesamanya” (1985: 116). Ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk cakapan atau dialog. Dalam menyusun dialog penulis harus benar-benar memerhatikan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis karena drama potret kenyataan. Drama adalah kenyataan yang diangkat ke atas pentas. Nuansa dialog mungkin tidak lengkap dan akan dilengkapi dengan gerakan, musik, ekspresi wajah, dan sebagainya. Drama menurut pengertian secara umum telah diniatkan dari awal oleh penulisnya sebagai karya sastra yang sesungguhnya untuk dipentaskan atau dipertunjukkan, maka yang disebut cakapan atau dialog tidak lain adalah suatu sarana yang telah disediakan oleh penulisnya agar cerita atau kisah yang ditampilkan itu nantinya berujud suatu percakapan yang diujarkan oleh para pemain, sehingga pendengar atau penonton dapat mengikuti cerita melalui apa yang mereka dengar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dialog merupakan ciri khas yang membedakan bentuk karya sastra drama dengan karya yang lain yakni puisi dan prosa. Untuk itu dialog yang digunakan dalam drama harus jelas, sehingga cerita yang disampaikan melalui naskah drama dapat terekam oleh pembaca dan bila dipentaskan dapat diterima oleh penonton. 4) Setting/Landasan/Tempat Kejadian Wiyanto menyatakan, “Setting atau tempat kejadian peristiwa sering juga disebut latar. Setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu adegan” (2002: 28). Setting meliputi 3 dimensi, yaitu tempat, ruang, dan waktu. Setting tempat tidak berdiri sendiri, berhubungan dengan ruang dan waktu. Misalnya tempatnya di Jawa atau luar Jawa, desa atau kota, tahun berapa, dan sebagainya. Hal itu perlu diketahui karena berhubungan dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
kostum, tata pentas, make up, dan perlengkapan lain bila drama itu dipentaskan. Setting waktu dapat berarti apakah lakon itu terjadi pada siang hari, sore hari, atau malam hari. Sedangkan ruang dapat berarti luar rumah, dalam rumah, dalam gedung, dan sebagainya. Jika dalam drama belum ada atau belum terdapat keterangan tentang setting, maka kewajiban sutradara untuk menafsirkan setting drama tersebut. Dalam pementasan drama, latar tidak dikemukakan dengan deskripsi kata-kata, tetapi dengan penampilan yang didukung oleh seni dekorasi, seni lukis, seni patung, tata cahaya, tata bunyi, dan sebagainya. Berkenaan dengan latar ini terdapat istilah anakronisme. Maknanya mengarah pada penempatan tokoh, peristiwa, cakapan, kostum, dan sebagainya yang tidak sesuai berdasarkan waktu dalam drama. Misalnya, Raja majapahit mengenakan arloji. Kadang-kadang hal ini perlu dilakukan untuk menimbulkan kelucuan. Untuk drama realistis dan bersungguhsungguh, anakronisme dapat menimbulkan kesan negatif. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setting/landasan/tempat kejadian yakni keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana yang terdapat dalam karya sastra drama. 5) Tema atau Nada Dasar Cerita Dalam sebuah naskah drama tentu terdapat pikiran pokok yang hendak diutarakan sang pengarang. Pikiran pokok ini dalam dunia karang-mengarang disebut tema. Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra. Tema merupakan gagasan sentral dalam sebuah drama. Tema merupakan bagian penting dari sebuah drama (Hamzah, 1985). Sementara itu, Dewojati (2010) menjelaskan, “Tema secara umum dapat disebut sebagai gagasan sentral, dasar cerita yang juga mencakup permasalahan dalam cerita, yaitu sesuatu yang akan diungkapkan untuk memberikan arah dan tujuan cerita dalam karya sastra, termasuk didalamnya adalah teks drama” (hlm. 171). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
Tema menjadi dasar pengembangan drama, sehingga ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian drama itu. Tema dalam sebuah drama mungkin dinyatakan secara eksplisit, mungkin secara simbolik namun lebih sering disampaikan secara implisit atau tersirat. Pengarang mengangkat permasalahan hidup menjadi tema atau subtema karyanya. Hal itu dilakukan sesuai dengan pengalaman, pengamatan, dan hubungannya dengan lingkungannya. Pemilihan tema itu dilakukan pengarang secara subjektif. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan dasar, ide, atau pikiran utama yang menjiwai atau mendasari karya sastra drama. Tema yang diambil pengarang biasanya menyangkut permasalahan hidup baik pengalaman, pengamatan, maupun hubungannya dengan lingkungan. 6) Pesan atau Amanat Karya sastra yang di dalamnya mengandung tema sesungguhnya merupakan suatu penafsiran atau pemikiran tentang kehidupan. Permasalahan yang terkandung di dalam tema atau topik cerita ada kalanya diselesaikan secara positif (happy ending), ada kalanya secara negatif. Dari sebuah karya sastra ada kalanya dapat diangkat suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang, itulah yang disebut amanat. Jika permasalahan yang diajukan dalam cerita juga diberi jalan keluarnya oleh pengarang, maka jalan keluar itulah yang disebut amanat. Amanat terdapat pada sebuah karya sastra dapat disampaikan secara eksplisit maupun implisit. 7) Petunjuk Teknis atau Teks Samping Dalam naskah drama diperlukan petunjuk teknis atau yang sering disebut teks samping. Teks samping berisi petunjuk teknis tentang tokoh dan tindakannya, waktu, suasana pentas, suara, musik, keluar masuknya aktor, deskripsi tempat. Teks samping biasanya ditulis berbeda dengan teks dialog, misalnya: ditulis miring, ditulis dalam kurung, dicetak tebal, atau ditulis commit to user dalam huruf kapital.
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
d. Menulis Naskah Drama Prinsip yang melandasi perumusan kaidah-kaidah bentuk drama adalah prinsip mimesis (peniruan). Prinsip yang telah dianut sejak zaman aristoteles itu menghendaki adanya realisme dalam drama. Selain itu, keterbatasan waktu pementasan mengharuskan adanya kepadatan semua unsur bentuk. Naskah drama yang berisi dialog merupakan hal penting yang tidak bisa dipisahkan dari drama itu sendiri. Seperti yang diungkapkan Hasanudin (dalam Dewojati, 2010) bahwa “Drama sebagai suatu genre sastra ditulis dalam bentuk dialog-dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai seni pertunjukan. Maksudnya, dialog di dalam drama merupakan situasi bahasa utama” (hlm. 7). Menulis drama tidak bisa dipisahkan dari bentuk dasarnya dan juga bahasa. Bentuk dasar yang dimaksud adalah keharusan adanya unsur pembentuk drama seperti alur, penokohan, dan latar ruang maupun latar waktu. Bahasa dalam drama diuraikan dalam bentuk dialog-dialog yang membentuk rangkaian cerita dan kesatuan yang utuh. Drama yang masih berlandaskan pada konvensi, unit-unit dialog diucapkan oleh masing-masing tokoh secara bergiliran, bergantian, dan tertib. Dialog merupakan unsur yang sangat penting di dalam sebuah karya drama. Dialog menempatkan dirinya sebagai unsur utama dalam drama. Dialog dalam naskah drama mempunyai beberapa fungsi, antara lain : 1) dialog berfungsi sebagai wadah bagi pengarang untuk menyampaikan informasi, menjelaskan fakta atau ide-ide utama 2) untuk mengetahui alur. Alur merupakan rentetan peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain dalam hubungan sebab-akibat. Untuk mengetahui satuansatuan peristiwa yang terjalin dan terangkai, penikmat drama harus menelusurinya melalui dialog. Sesuatu yang terjadi atau kemungkinankemungkinan yang akan terjadi, serta sesuatu yang sedang berlangsung dapat diketahui melalui dialog. 3) dialog memberikan kejelasan watak dan perasaan tokoh atau pelaku. Kalimat atau kata-kata yang diucapkan oleh para tokoh akan memberikan gambaran commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentang watak, sifat, dan perasaan. Seseorang berwatak bengis, lembut, penyabar, dan sebagainya dapat diketahui melalui dialog. 4) menciptakan serta melukiskan suasana. Naskah drama memiliki unsur tradisi yang telah lebih dahulu mendasari penulisan drama Indonesia. Unsur permainan bahasa atau penggunaan bahasa yang padat sebagai ciri puisi sering ditemukan dalam banyak dialog drama Indonesia. Dalam penulisan naskah drama, perlu diperhatikan hal-hal yang menjadi karakteristik drama. Pengungkapan tokoh, penyampaian gagasan dengan alur yang logis, dan panggambaran setting yang jelas akan menciptakan naskah benarbenar hidup. Penulis harus bisa mengolah suatu konflik menjadi permainan yang menarik, dengan mengekspresikannya melalui jalinan peristiwa dan susunan kata yang mewakili gerak. Naskah drama dapat diberi sebuah batasan sebagai salah satu karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan untuk dipentaskan. Naskah drama ditulis dengan dasar untuk dipentaskan bukan untuk dibaca. Di sekolah drama digunakan untuk memudahkan kehidupan siswa melalui cerita yang dipentaskan. Rendahnya minat menulis naskah drama dalam diri siswa disebabkan guru menggunakan metode pengajaran yang monoton. Selain itu, dalam drama siswa tidak dilatih untuk mengembangkan ide-ide dan gagasan kedalam bentuk tulisan sehingga kemampuan anak untuk menulis naskah drama menjadi lemah dan menyebabkan rendahnya tingkat belajar menulis naskah drama (Milawati, 2011). Pembelajaran menulis naskah drama dalam penelitian ini adalah untuk melatih keterampilan siswa dalam menulis naskah drama dengan baik dan benar, serta sesuai dengan kaidah penulisan drama. Pembelajaran menulis naskah drama tidak akan maksimal tanpa terlebih dahulu dilakukan latihan. Latihan menulis naskah drama dilakukan secara bertahap agar siswa mampu menulis naskah drama dengan benar. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. a.
Model Pembelajaran ASSURE
Definisi ASSURE Model pembelajaran ASSURE ini sudah dicetuskan oleh Heinnich, dkk
sejak tahun 1980 dan terus dikembangkan oleh Smaldino, dkk hingga sekarang (Prawiradilaga, 2008). Model ASSURE mempunyai tujuan yang sama dengan desain pembelajaran lain yaitu menciptakan dan mengembangkan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik. Model ASSURE merupakan model yang cocok diterapkan di semua jenjang pendidikan dan semua mata pelajaran khususnya kegiatan pembelajaran yang menggunakan media teknologi. Model ASSURE difokuskan pada perencanaan pembelajaran untuk digunakan dalam situasi pembelajaran kelas secara aktual. Dalam perkembangannya model ASSURE didasari pada pemikiran pembelajaran Gagne (1985) tentang peristiwa pembelajaran ”Event of Instruction” yaitu pembelajaran yang efektif harus dimulai dari upaya yang dapat memicu dan memotivasi seseorang untuk belajar. Hal tersebut erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang sistematik, penilaian proses dan hasil, pemberian umpan balik (feedback) tentang aktivitas pembelajaran. Guru perlu melakukan analisis karakteristik siswa, materi, dan lingkungan agar perencanaan pembelajaran dapat diimplementasikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berikut penjelasan dan deskripsi model ASSURE (Analyze, State, Select, Utilize, Require, Evaluate) (Pribadi: 2009). 1) Analyze Learner Langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi karakteristik siswa yang akan melakukan aktivitas pembelajaran. Pemahaman yang baik mengenai karakteristik siswa sangat membantu dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Identifikasi ini meliputi faktor usia, latar belakang, dan kemampuan siswa. 2) State Objective Langkah
selanjutnya
yaitu
menetapkan
spesifikasi
tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat diambil dengan mengacu pada commit to userpengembangan oleh guru yang materi yang ada dikurikulum dengan
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
bersangkutan. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan atau pernyataan yang mendeskripsikan tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang perlu diperoleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran. 3) Select Methods, Media, and Materials Memilih metode, media dan materi pembelajaran merupakan tiga komponen penting yang perlu dilakukan oleh guru untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah dinashkan. Pemilihan metode, media, dan bahan ajar yang tepat dapat membantu mengoptimalkan pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa. Hal terpenting dalam langkah ini adalah memanfaatkan dan memodifikasi sebaik mungkin media, metode dan bahan ajar yang ada agar pembelajaran menarik dan optimal. 4) Utilize Materials Maksud dari langkah keempat ini adalah menggunakan metode, media dan materi yang telah dipilih dengan sebaik-baiknya. Sebelum menggunakan tiga hal tersebut guru harus menganalisa apakah metode, media dan bahan ajar yang dimaksud sesuai dan efektif bagi kelangsungan pembelajaran. Selain itu Utilize juga dipahami memanfaatkan prasarana dan sarana yang ada serta memodifikasinya agar dapat menunjang jalannya pembelajaran. 5) Require Learner Participation Hal terpenting dalam pembelajaran adalah partisipasi aktif siswa. Mental siswa harus terlibat aktif dengan materi dan substansi yang sedang dipelajari. Siswa yang terlibat aktif akan lebih mudah memelajari materi. Setelah siswa aktif guru juga perlu memberikan umpan balik (feed back) sehingga dapat memotivasi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik. 6) Evaluate and Revise Setelah mendesain aktivitas pembelajaran, maka perlu dilakukan evaluasi. Tahap evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Proses evaluasi perlu dilakukan terhadap semua komponen commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran agar dapat diperoleh gambaran lengkap tentang kualitas sebuah program pembelajaran. Enam langkah tersebut merupakan arahan untuk mencapai tujuantujuan instruksional yang efektif, efisien dan menarik. Guru harus melaksanakan fase-fase yang ada dalam prinsip-prinsip ASSURE dan siswa pun harus aktif dalam pembelajaran. Adapun resume fase pembelajaran ASSURE sebagaimana pada tabel: Tabel 1: Sintak Model pembelajaran ASSURE (diadaptasi dari Pribadi, 2009: 112) Fase
Kegiatan Guru
Analyze
Guru menganalisis karakteristik siswa
State Object
Guru menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
Select
Guru
memilih
bahan
ajar,
metode,
dan
media
pembelajaran yang sesuai Utilize
Guru menggunakan/memanfaatkan media dan bahan ajar
Requires
Guru melibatkan siswa agar aktif berpartisipasi dalam pembelajaran
Evaluate Revise
and Guru mengevaluasi dan merivisi program pembelajaran dan kemampuan siswa agar lebih baik
b. Teori Pembelajaran yang Berhubungan dengan ASSURE Dilihat dari perkembangan generasi pembelajaran, ASSURE merupakan model desain pembelajaran generasi konstruktivistik yang dilatari oleh beberapa teori , yaitu teori sistem, teori komunikasi, teori belajar, dan teori pembelajaran. commit to user Adapun penjelasan mengenai teori-teori tersebut adalah: (a) Teori sistem
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memandang bahwa pembelajaran merupakan suatu komponen-komponen yang berhubungan menjadi suatu sistem untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Output dari sebuah komponen merupakan input bagi komponen – komponen yang lain, (b) Teori komunikasi merupakan suatu aspek yang difungsikan dalam desain sistem pembelajaran untuk mendiskripsikan tentang cara pesan dan informasi yang dikomunikasikan dari seseorang yang berperan sebagai sumber atau fasilitator kepada pembelajar, (c) Teori belajar dan pembelajaran merupakan prinsip-prinsip yang menjelaskan tentang bagaimana individu belajar serta memeroleh pengetahuan dan keterampilan yang baru serta bagaimana designer atau perancang memahami dan memanfaatkan prinsip-prinsip tersebut agar dapat merancang pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik (Pribadi, 2009).
c.
Kelebihan dan Kekurangan Model ASSURE Model ASSURE memiliki beberapa kelebihan walaupun masih memiliki
beberapa kekurangan, secara umum keunggulan model ASSURE adalah : 1) komponen model ASSURE lebih banyak dibandingkan dengan model materi ajar. Komponen tersebut diantaranya analisis, rumusan, tujuan, strategi, sistem penyampaian, penilaian proses dan penilaian kemampuan belajar, 2) sering diadakan pengulangan kegiatan dengan tujuan Evaluate and Review, selain itu model ini mengedepankan peserta didik ditinjau dari proses belajar, tipe belajar, dan kemampuan peserta didik, 3) model ASSURE mengutamakan partisipasi peserta didik dalam poin Require Learner Participation, sehingga diadakan pengelompokan-pengelompokan kecil seperti pengelompokan peserta didik menjadi belajar mandiri dan belajar kelompok, serta penugasan yang bertujuan untuk memicu keaktifan peserta didik, 4) pada poin Select methods, Media and Materials serta Utilize Media and Materials membuat guru atau pendidik aktif untuk menemukan dan memanfaatkan, bahan dan media yang tepat dan memanfaatkan secara optimal media yang telah ada, 5) model ASSURE merupakan model pembelajaran sederhana yang dapat diterapkan sendiri oleh guru.
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun kekurangan Model ASSURE diantaranya, 1) tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentu, 2) Walau komponen relatif banyak, namun tidak semua komponen desain pembelajaran termasuk di dalamnya.
4.
Penerapan Model Pembelajaran ASSURE dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa model pembelajaran ASSURE terdiri dari enam tahapan yang kemudian disatukan. ASSURE itu sendiri merupakan singkatan dari Analyze, State, Select, Utilize, Requires, Evaluate and Revise. Dalam pelaksanaannya, keenam tahapan belajar ini juga harus ada dalam pembelajaran terutama pembelajaran menulis naskah drama. Pada umumnya pembelajaran menulis naskah drama berjalan seperti biasa seperti pembelajaran pada materi lain. Guru datang, memberikan penjelasan teori, kemudian siswa diberi waktu untuk menulis sebuah drama. Dengan model pembelajaran ASSURE, kegiatan belajar mengajar seperti itu bisa diubah menjadi lebih menarik dan aktif karena sarana prasarana yang ada di lingkungan sekolah sudah mendukung dalam pembelajaran. Sebagai model pembelajaran yang berbasis desain sistem pembelajaran, model ASSURE dalam pelaksanaan pembelajarannya membutuhkan persiapan dan rancangan yang sistematis. Guru harus melakukan langkah-langkah pokok sebagaimana tersebut dalam penjelasan ASSURE yaitu menganalisis karakteristik siswa, menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, memilih bahan ajar, metode, dan media pembelajaran yang sesuai, menggunakan/memanfaatkan media dan bahan ajar, melibatkan siswa agar aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, serta mengevaluasi dan merivisi program pembelajaran dan kemampuan siswa agar lebih baik. Pada pokok bahasan menulis naskah drama di kelas XI ini ASSURE merupakan model yang memanfaatkan teknologi media video (gambar bergerak). Teknologi video dapat memberi keuntungan optimal jika dimanfaatkan sesuai dengan potensi yang ada. Siswa commit dapat belajar to user melalui unsur suara (audio) dan
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
gambar (visual) secara simultan. Media ini dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan yang realistik dan konkrit (Pribadi, 2009). Video yang dimaksud adalah video drama komedi “Extravaganza” yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi dan telah disesuaikan dengan materi drama oleh peneliti dengan prinsip ASSURE. Berikut Sintak, Sintesis Desain ASSURE untuk Menulis Naskah Drama Kelas XI SMA: Tabel 2: Sintak desain ASSURE dalam menulis naskah drama (Pribadi, 2011) Fase
Kegiatan Guru
A: menganalisis karakteristik Guru menganalisis karakteristik siswa yang siswa berhubungan dengan kemampuan menulis siswa S: menetapkan pembelajaran
tujuan Guru menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam materi menulis naskah drama
S: memilih bahan ajar, metode, Guru memilih bahan ajar (materi menulis dan media pembelajaran naskah drama), memilih metode (dalam pembelajaran ini menggunakan inquiri), dan media pembelajaran (video drama komedi “Extravaganza” pada siklus 1 dan siklus 2) U: menggunakan/memanfaatkan media
Guru memanfaatkan media video dan menggunakan bahan ajar dari beberapa referensi
R: melibatkan siswa agar Guru melibatkan siswa dalam pembelajaran berpartisipasi aktif (dengan memperlihatkan berbagai macam contoh video drama komedi “Extravaganza”) E: mengevaluasi dan merivisi Guru mengevaluasi kemampuan menulis kemampuan siswa naskah drama yang telah dipelajari siswa dari program pembelajaran dan merivisi program agar kemampuan siswa lebih meningkat commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan rancangan penelitian ini adalah penelitian dari Suyanti yang berjudul “Pembelajaran Menulis Naskah Drama di Sekolah Menengah Pertama (Studi Kasus di Kelas IX SMP Negeri 1 Sukoharjo). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran menulis naskah drama yang meliputi pemilihan materi dan penggunaan media pembelajaran di SMPN 1 Sukoharjo sudah mengarah pada pembelajaran yang diamanatkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi walaupun belum sepenuhnya. Penelitian yang relevan berikutnya adalah penelitian Eksperimen Kuasi dari Fatkhul Imron yang berjudul “Efek Aplikasi Desain Pembelajaran ASSURE terhadap Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas IV SD Al Islam 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2011”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat peningkatan kualitas kemampuan lompat jauh gaya jongkok, baik proses maupun hasil dengan mengaplikasikan desain pembelajaran ASSURE. Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian Eksperimen dari Asep Rakhmat Mulyadi yang berjudul “Keefektifan Media Film Ekranisasi Dengan Menggunakan Teknik 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media film ekranisasi dan teknik 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran menulis naskah drama seperti yang diajarkan Guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Ciwaringin.
B. Kerangka Berpikir Keterampilan menulis yang dimiliki siswa di kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta ternyata belum sesuai dengan yang diharapkan. Kenyataan ini dapat dilihat dari kemampuan menulis naskah drama siswa masih rendah bila dibandingkan dengan kegiatan berbahasa lainnya, sehingga nilai yang mereka peroleh jauh dari maksimal. Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan belum Kekurangberhasilan tersebut commit to berhasil. user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
disebabkan oleh sistem pembelajaran yang masih berpusat pada guru, sehingga siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas. Selain itu, teknik pengajaran atau model pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat konvensional. Beberapa permasalahan yang membuat pembelajaran menulis naskah drama tidak sesuai dengan yang diharapkan di kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta adalah sebagai berikut : 1) siswa kurang tertarik dengan kegiatan menulis naskah drama, 2) siswa tidak bisa mengembangkan imajinasi sehingga kosa kata yang dibutuhkan dalam menulis naskah drama kurang, dan 3) guru kesulitan untuk memotivasi dan mengajak siswa aktif dalam pembelajaran. Penyebab timbulnya masalah ada dua, yaitu guru belum menemukan cara yang tepat dalam pembelajaran menulis naskah drama dan guru belum menggunakan media bantu lain untuk mempermudah siswa dalam menulis naskah drama. Dari beberapa permasalahan yang terjadi di atas jelas bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis naskah drama di kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta belum berhasil. Berdasarkan kenyataan tersebut, diperlukan solusi agar pembelajaran menulis naskah drama dapat berhasil baik dari segi proses maupun hasil. Ini berarti pembelajaran harus menjadi lebih menyenangkan sehingga siswa antusias dan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Selain itu, dalam kegiatan menulis naskah drama harus diupayakan agar keterbatasan ide siswa dapat teratasi, sehingga siswa dapat mengembangkan ide dan menemukan kosa kata yang tepat untuk menghasilkan sebuah naskah drama yang bagus dan bernilai tinggi. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengurangi permasalahan yang dialami oleh guru bahasa Indonesia beserta siswa adalah dengan menggunakan model ASSURE sehingga kualitas proses dan hasil kegiatan belajar mengajar pada materi menulis kreatif naskah drama dapat meningkat. ASSURE itu sendiri merupakan singkatan dari Analyze, State, Select, Utilize, Requires, Evaluate. Sebagai model pembelajaran yang berbasis desain sistem pembelajaran, model ASSURE membutuhkan persiapan dan rancangan commit to langkah-langkah user yang sistematis. Guru harus melakukan pokok sebagaimana
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut dalam penjelasan ASSURE yaitu: 1) Analyze (menganalisis karakteristik siswa), 2) State (menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai), 3) Select (memilih bahan ajar, metode, dan media pembelajaran yang sesuai), 4) Utilize (menggunakan/memanfaatkan media dan bahan ajar), 5) Requires (melibatkan siswa agar aktif berpartisipasi dalam pembelajaran), dan 6) Evaluate (mengevaluasi dan merivisi program pembelajaran dan kemampuan siswa agar lebih baik). Pembelajaran menggunakan model ASSURE bisa diarahkan menjadi pembelajaran yang menyenangkan karena tidak selalu berkutat dengan teori yang kadang membuat siswa menjadi bosan. Selain itu, pembelajaran naskah drama yang awalnya biasa bisa dibuat menjadi luar biasa sehingga siswa tertarik untuk mempelajari naskah drama yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kemampuan menulis siswa. Dengan demikian dapat diduga bahwa penggunaan model pembelajaran ASSURE dapat membantu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis naskah drama. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada gambar 1 berikut ini.
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembelajaran Menulis Naskah Drama di Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta
Kondisi awal sebelum tindakan 1. Siswa kurang tertarik pada pembelajaran menulis naskah drama. 2. Siswa kesulitan menemukan ide dalam menulis naskah drama 3. Siswa kekurangan kosa kata dalam menulis naskah drama. 4. Siswa kurang imajinasi karena keterbatasan pandangan. 5. Kemampuan menulis naskah drama siswa rendah.
Pembelajaran Menulis Naskah Drama dengan Model Pembelajaran ASSURE (Analyze, State, Select, Utilize, Require, Evaluate and Revise)
1. 2. 3. 4. 5.
Kondisi selama tindakan Siswa tertarik pada pembelajaran menulis naskah drama. Siswa tidak merasa kesulitan menemukan ide Siswa tidak kekurangan kosa kata. Imajinasi siswa tidak terbatas. Kemampuan menulis naskah drama siswa meningkat. Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian Gambar 1. Kerangka Berpikir
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hipotesis Tindakan Dengan penerapan model pembelajaran ASSURE dapat meningkatkan: 1. kualitas proses siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta dalam pembelajaran menulis naskah drama; dan 2. kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini diadakan di SMA Al Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 yang beralamatkan di Jalan Honggowongso 94 Surakarta. Sekolah ini dipimpin oleh Bapak Abdul Halim SMA Al Islam 1 Surakarta memiliki 25 ruang kelas (ruang kelas X, 9 lokasi; ruang kelas XI, 8 lokasi; ruang kelas XII, 8 lokasi). Secara khusus penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS 2. Alasan pemilihan sekolah dan kelas XI IPS 2 sebagai tempat penelitian karena: (1) kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 di sekolah tersebut tergolong masih rendah (ditandai nilai rata-rata kelas di bawah KKM 74 yaitu 65); (2) sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang; dan (3) peneliti sudah memiliki hubungan yang cukup baik dengan pihak sekolah. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, dimulai pada bulan Januari sampai Juni 2012. Penelitian dimulai dengan tahap persiapan hingga pelaporan hasil penelitian. Untuk tahap persiapan dan survei dilaksanakan pada bulan Januari 2012, tahap pengajuan proposal pada bulan Januari sampai Maret 2012, pembuatan instrumen pada bulan Maret 2012, tahap pengumpulan data (pelaksanaan tindakan) pada bulan Maret sampai April 2012, tahap analisis data pada bulan Mei 2012, dan tahap pelaporan dilaksanakan pada bulan Mei 2011. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
commit to user
36
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian Kegiatan Penelitian
Bulan Jan
1. Persiapan penelitian a. Diskusi dengan guru untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran dan merancang tindakan b. Menyusun proposal penelitian c. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian (lembar observasi) d. Mengadakan simulasi pelaksanaan tindakan 2. Pelaksanaan Tindakan a. Siklus I - perencanaan - pelaksanaan tindakan - observasi - refleksi b. Siklus II - perencanaan - pelaksanaan tindakan - observasi - refleksi 3. Analisis Data dan Pelaporan a.
Analisis data (hasil tindakan 3 siklus)
b.
Menyusun laporan/skripsi
c.
Ujian dan revisi
d.
Penggandaan laporan
dan
pengumpulan commit to user
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa kelas XI IPS 2 adalah 39 orang yang terdiri dari 18 siswa putra dan 21 siswa putri. Siswa kelas XI IPS 2 memiliki kemampuan intelektual yang berbeda-beda. Ada yang memiliki kemampuan intelektual yang baik, sedang, dan kurang. Umumnya kemampuan intelektual yang dimiliki oleh siswa kelas XI IPS 2 adalah pada taraf kemampuan sedang dan kurang. Latar belakang orang tua siswa juga bermacam-macam karena berasal dari wilayah Surakarta dan luar kota Surakarta.
C. Data dan Sumber Data Penelitian Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sebagai sasaran penggalian dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut meliputi: 1. tempat dan peristiwa, yakni berbagai kegiatan pembelajaran menulis naskah drama yang berlangsung di kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta yang dialami oleh siswa dengan menggunakan model pembelajaran ASSURE; 2. informan, dalam penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia kelas XI IPS 2. 3. dokumen, meliputi foto kegiatan pembelajaran menulis naskah drama yang terjadi, hasil tes siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru dan peneliti, silabus yang ditentukan oleh pihak sekolah, catatan wawancara serta hasil angket yang diisi oleh siswa.
D. Pengumpulan Data Sesuai dengan tujuan, metode, dan jenis sumber data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: 1.
Observasi Teknik ini digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas, baik kegiatan pembelajaran yang dilakukan seperti biasa maupun kegiatan yang menggunakan model ASSURE. Tujuan dari observasi, commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yaitu untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa di kelas. Observasi atau pengamatan ini dilakukan dengan cara peneliti bertindak sebagai partisipan pasif. Peneliti tidak melakukan kegiatan yang dapat memengaruhi peristiwa dalam proses pembelajaran. Peneliti mengambil posisi di tempat duduk paling belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran
sambil
mencatat
segala
sesuatu
yang
terjadi
selama
pembelajaran berlangsung. Dengan berada di tempat duduk paling belakang, peneliti memiliki kesempatan untuk mengamati seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas dengan leluasa. Observasi pada guru difokuskan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas serta dalam memancing keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung. Sementara itu, hasil observasi siswa difokuskan pada keaktifan siswa dalam pembelajaran serta minat siswa terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung terutama menulis naskah drama dengan model ASSURE. 2.
Angket Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara meminta informan untuk menjawab beberapa petanyaan yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari informasi yang jumlahnya banyak dan tidak mungkin untuk diwawancarai satu per satu. Angket dalam penelitian ini diterapkan pada siswa kelas XI IPS 2 yang berjumlah 39 orang.
3.
In-dept interview (wawancara mendalam) Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari informan tentang pelaksanaan pembelajaran menulis naskah drama di dalam kelas. Wawancara dilakukan dengan guru untuk mengetahui berbagai informasi mengenai kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran menulis naskah drama serta faktor-faktor penyebabnya. Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan siswa untuk lebih mengabsahkan data yang diperoleh dari hasil angket yang disebar oleh peneliti baik di kegiatan prasiklus maupun pascasiklus. commit to user Wawancara dilakukan untuk mengetahui model dalam pembelajaran menulis
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
naskah drama yang diterapkan guru dalam pembelajaran dan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap cara mengajar yang digunakan oleh guru tersebut serta untuk mengetahui tingkat keterampilan menulis naskah drama. Dalam penelitian ini wawancara prasiklus telah dilakukan kepada satu siswa dengan hasil yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam lampiran. Wawancara juga dilakukan setelah selesainya tindakan untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan tindakan tersebut. Wawancara dengan guru dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan pendapat guru tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan model ASSURE. Wawancara dengan siswa dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dengan model ASSURE. Dalam penelitian ini wawancara pascasilkus telah dilakukan kepada satu siswa dengan hasil yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam lampiran. 4.
Tes atau Pemberian Tugas Tes atau pemberian tugas adalah salah satu usaha yang dilakukan guru dalam rangka mengetahui hasil kegiatan pembelajaran siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini, guru melakukan postes untuk mengetahui kemampuan menulis naskah drama siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran ASSURE. Dalam hal ini instrumen yang digunakan dibuat oleh guru dan peneliti.
E. Uji Validitas Data Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut: triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Triangulasi sumber data mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Misalnya untuk menentukan keabsahan antusias siswa selama mengikuti pembelajaran, peneliti melakukan triangulasi sumber data siswa selaku informan dengan sumber data dokumen yang berupa foto pembelajaran dan catatan lapangan. Selain itu, juga digunakan triangulasi metode yang digunakan untuk memvalidkan data yang diperoleh. Triangulasi commit to useryang berbeda untuk mendapatkan metode berarti peneliti menggunakan metode
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
data yang sama. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang berupa analisis dokumen, observasi, dan wawancara.
F. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik analisis
kritis
komparatif.
Teknik
tersebut
mencakup
kegiatan
untuk
mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas selama penelitian berlangsung. Setelah itu, setiap hasil pembelajaran dibandingkan tiap siklusnya agar diperoleh simpulan apakah ada peningkatan atau tidak dalam pembelajaran yang dilakukan. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan kelas berikutnya sesuai siklus yang ada. Analisis ini dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru.
G. Prosedur Penelitian 1. Tahap Perencanaan Penelitian Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. melakukan survei awal tentang pembelajaran menulis naskah drama di kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap pembelajaran menulis naskah drama yang dilakukan guru; b. mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada pembelajaran menulis naskah drama yang terdapat di kelas. Langkah yang ditempuh guna mengetahui permasalahan tersebut adalah dengan melakukan wawancara dengan siswa dan guru yang bersangkutan kemudian mengaitkannya dengan hasil survei awal; c. merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah terindikasi; d. bersama guru menyusun tindakan yang sesuai guna mengatasi permasalahan yang ditemukan pada pembelajaran menulis naskah drama yang telah diikuti sebelumnya. Tindakan yang diambil peneliti adalah dengan penerapan model pembelajaran ASSURE dalam commit pembelajaran to usermenulis naskah drama;
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. melakukan pengkajian teoretis tentang penerapan model pembelajaran ASSURE dalam pembelajaran menulis naskah drama; f. menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas; g. berkoordinasi dengan guru menyusun jadwal penelitian dan rancangan pelaksanaan tindakan; h. menyusun lembar observasi keaktifan siswa selama pembelajaran dan lembar evaluasi kerja siswa yang berupa rubrik penilaian hasil kerja siswa berupa menulis naskah drama; i. penerapan tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun; dan j. mengamati hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang juga secara menyeluruh. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan melalui empat tahap, yakni : (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan interpretasi; dan (4) analisis dan refleksi. Secara jelas empat langkah dalam setiap siklus dapat digambarkan pada gambar 2. Siklus I
Siklus II
Rencana
Rencana
1
1
Refleksi
Tindakan
4
Refleksi
2
Tindakan
4
2
3
3
Observasi
Observasi
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Lewin dalam Kasbolah, 2001) Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut diuraikan sebagai berikut:
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Pelaksanaan Siklus I 1) Tahap Perencanaan Tindakan, meliputi kegiatan sebagai berikut: a) guru berdiskusi dengan peneliti untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan silabus tentang menulis naskah drama untuk dua kali tatap muka (2 x 40 menit dan 1 x 40 menit). b) guru bersama peneliti merancang skenario pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE. c) guru dan peneliti mempersiapkan materi dan contoh naskah drama yang akan ditampilkan dengan power point. d) guru dan peneliti menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis naskah drama. Untuk instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama pembelajaran. 2) Tahap Pelaksanaan
Tindakan, dilakukan
dengan melaksanakan
pembelajaran menulis naskah drama sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya oleh guru dan peneliti. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan masing-masing pertemuan 2 x 40 menit dan 1 x 40 menit. Pelaksanaan tindakan sesuai skenario pembelajaran yang terdapat dalam tahap perencanaan tindakan. Pembelajaran ini dilaksanakan oleh guru yang mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu bapak Joko Sarwono. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap observasi yang dilakukan oleh peneliti. 3) Tahap Observasi Tindakan, dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung serta pada saat guru dan peneliti mengoreksi hasil tulisan siswa. Tindakan ini dilakukan guru maupun peneliti dengan cara mengamati
proses
pembelajaran
(keaktifan
siswa).
Peneliti
menginterpretasi aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran dengan penerapan model ASSURE. Selain itu, observasi juga dilakukan pada hasil pembelajaran menulis naskah drama yang telah dilaksanakan guna commit to user ataupun kelebihan tindakan yang memperoleh data mengenai kekurangan
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
telah dilaksanakan saat pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada indikator-indikator yang telah ditentukan atau dipersiapkan sebelumnya sebagai pedoman saat mengamati berlangsungnya pembelajaran. Untuk memperoleh data yang akurat maka dilakukan wawancara dengan para siswa. Pada saat observasi pembelajaran, peneliti bertindak sebagai pengamat yang melakukan observasi dari tempat duduk paling belakang dan mengamati melalui pedoman observasi yang telah dibuat sebelumnya. Sesekali peneliti berada di depan, di belakang atau di samping kelas untuk mengambil gambar sebagai dokumentasi. Setelah itu, peneliti berdiskusi dengan guru mengenai hasil akhir tindakan (kelebihan dan kekurangan) untuk menyusun rancangan tindakan berikutnya. 4) Tahap Analisis dan Refleksi, dilakukan peneliti dengan cara menganalisis hasil observasi, hasil pekerjaan siswa, serta hasil wawancara dengan siswa sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan bagian mana yang telah memenuhi target. Hal-hal yang dilakukan guru dan peneliti adalah: (1) menghitung rerata persentase siswa yang aktif selama proses pembelajaran menulis naskah drama serta persentase siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar (minimal memperoleh nilai ≥74); (2) mengidentifikasi penyebab adanya siswa yang kurang aktif selama pembelajaran, siswa yang belum mampu menulis naskah drama dengan baik, serta siswa yang belum mampu mencapai ketuntasan belajar menulis naskah drama, dan (3) mengidentifikasi solusi atau tindak lanjut yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya (siklus II) untuk meningkatkan keaktifan siswa dan kemampuan menulis naskah drama siswa. Analisis dilakukan dengan meninjau kembali hasil observasi dan interpretasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Selanjutnya dilakukan refleksi guna mengetahui beberapa kelemahan yang terdapat dalam pelaksanaan tindakan. Setelah itu, guru dan peneliti berdiskusi untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi kelemahan yang muncul pada siklus sebelumnya sekaligus sebagai commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
langkah perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Hasil refleksi digunakan sebagai masukan untuk perbaikan pada siklus II. b. Pelaksanaan Siklus II Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus pertama, yakni tahap pelaksanaan, observasi (pengamatan) serta analisis dan refleksi. Akan tetapi, didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasilhasil yang diperoleh pada siklus pertama (refleksi), sehingga kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus pertama tidak terjadi pada siklus kedua. Perbaikan tindakan pada siklus kedua tetap menggunakan model ASSURE menulis naskah drama sesuai dengan indikator dan tema pembelajaran yang berbeda. 1) Tahap Perencanaan Tindakan, meliputi kegiatan sebagai berikut: a) guru berdiskusi dengan peneliti untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menulis naskah drama untuk dua kali tatap muka (2 x 40 menit dan 1 x 40 menit). b) guru bersama peneliti merancang skenario pembelajaran menulis naskah drama dengan model pembelajaran ASSURE. c) guru dan peneliti menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan nontes. Intrumen yang digunakan adalah potongan video drama yang kemudian dilanjutkan oleh siswa agar menjadi sebuah cerita yang utuh. Untuk instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. 2) Tahap Pelaksanaan
Tindakan, dilakukan
dengan melaksanakan
pembelajaran menulis naskah drama sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya oleh guru dan peneliti. Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan masing-masing pertemuan 2 x 40 menit dan 1 x 40 menit. Pelaksanaan tindakan sesuai skenario pembelajaran yang terdapat dalam tahap perencanaan tindakan. Pembelajaran tetap dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan. Tahap ini commit to user dilakukan bersamaan dengan tahap observasi.
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Tahap Observasi Tindakan, dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung serta pada saat guru dan peneliti mengoreksi hasil menulis naskah drama siswa. Tindakan ini dilakukan guru maupun peneliti dengan cara mengamati keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Peneliti tetap menginterpretasi aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran dengan penerapan model ASSURE. Di samping itu, observasi juga dilakukan pada hasil pembelajaran menulis naskah drama yang telah dilaksanakan guna memperoleh data mengenai kelemahan atau kelebihan tindakan yang telah dilaksanakan. Observasi diarahkan pada indikator-indikator yang telah ditentukan sebelumnya sebagai pedoman saat mengamati berlangsungnya pembelajaran. Lebih jelas, observasi ini difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilakukan guru dan aktivitas siswa saat berlangsungnya pembelajaran. Guna memperoleh data yang akurat maka dilakukan wawancara dengan siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu ditanyakan pada siswa untuk mendapatkan data selengkapnya. Dalam kegiatan observasi peneliti tetap bertindak sebagai pengamat yang melakukan observasi di bangku paling belakang. Peneliti mengamati aktivitas guru dan siswa melalui pedoman observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sesekali peneliti berada di depan atau di samping kelas untuk mengambil gambar sebagai dokumentasi. Selanjutnya peneliti dan guru berdiskusi mengenai hasil akhir tindakan. 4) Tahap Analisis dan Refleksi, dilakukan peneliti dengan cara menganalisis hasil observasi, hasil pekerjaan siswa, serta hasil wawancara dengan siswa sehingga diperoleh kesimpulan tentang tindakan yang telah dilakukan selama dua kali siklus. Hal-hal yang dilakukan guru dan peneliti adalah: (1) menghitung rerata persentase siswa yang aktif selama pembelajaran menulis naskah drama dan persentase siswa yang dapat mencapai ketuntasan
belajar
(minimal
memperoleh
nilai
≥74)
dan
(2)
mengidentifikasi penyebab adanya siswa yang masih menunjukkan kurang aktif saat pembelajaran serta siswa yang belum mampu mencapai commit to user ketuntasan belajar menulis naskah drama. Analisis dilakukan dengan
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meninjau kembali hasil observasi dan interpretasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Selanjutnya dilakukan refleksi guna mengetahui tingkat keberhasilan
tindakan
yang
telah
diterapkan
dalam
pelaksanaan
pembelajaran.
H. Indikator Keberhasilan Tindakan Secara garis besar, indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah peningkatkan kualitas proses pembelajaran serta kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta. Untuk mengetahui peningkatan tersebut, digunakan indikator sebagai berikut. 1.
Kualitas pembelajaran menulis naskah drama, ditandai dengan: a. Keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik aktif bertanya maupun memberikan tanggapan, aktif mengerjakan tugas, serta menjawab pertanyaan guru. b. Perhatian serta konsentrasi siswa terhadap pembelajaran. c. Keaktifan siswa dalam kerja sama kelompok. d. Minat serta motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran. e. Guru mampu mengelola kelas dengan baik.
2.
Kemampuan menulis naskah drama, dapat ditandai dengan: a. Kelengkapan aspek formal drama. b. Kelengkapan unsur intrinsik. c. Keterpaduan unsur/struktur. d. Kesesuaian penggunaan bahasa. e. Ketuntasan hasil belajar mencapai minimal 80%. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis naskah drama siswa,
peneliti dan guru mengamati hasil pekerjaan siswa berupa naskah drama dan menghitung skor atau capaian yang diperoleh siswa berdasarkan pedoman penilaian yang telah disepakati oleh guru dan peneliti sebelumnya. Berikut Tabel 4 dan 5 untuk rincian indikator keberhasilan proses dan hasil dalam setiap siklus. commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. Rincian Indikator Keberhasilan Proses Pembelajaran Aspek yang diamati
Persentase pencapaian Pratindakan
Cara mengukur
Siklus terakhir Berdasarkan pengamatan
Keaktifan siswa
35 %
80 %
dan hasil diskusi dengan guru Berdasarkan pengamatan
Minat dan motivasi
35%
80%
dan hasil diskusi dengan
siswa
guru Berdasarkan pengamatan
Kerja sama siswa
35%
80%
dan hasil diskusi dengan guru
Tabel 5. Rincian Indikator Kemampuan Menulis Naskah Drama Aspek yang diamati Kelengkapan aspek
Persentase pencapaian Pratindakan
Siklus terakhir
35%
80%
formal drama Kelengkapan unsur
35%
80%
Berdasarkan lembar nilai siswa
35%
80%
unsur/struktur Kesesuaian
Berdasarkan lembar nilai siswa
intrinsik Keterpaduan
Cara mengukur
Berdasarkan lembar nilai siswa
35%
80%
penggunaan bahasa
Berdasarkan lembar nilai siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini disajikan uraian hasil penelitian. Uraian mengenai hasil penelitian ini merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dituliskan pada Bab I. Pada bab ini akan dikemukakan: (a) deskripsi awal pembelajaran serta hasil pembelajaran menulis naskah drama pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta (pratindakan), (b) deskripsi hasil tindakan tiap siklus (siklus 1 dan 2), (c) perbandingan hasil tindakan antar siklus dan (d) pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan dilakukan dalam dua siklus dengan empat tahap pada masing-masing siklus. Tahapan tersebut meliputi kegiatan: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, dan analisis dan refleksi.
A. Deskripsi Pratindakan Sebelum mengadakan penelitian, peneliti melakukan observasi awal untuk mengetahui pembelajaran menulis naskah drama yang dilakukan di kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta. Pratindakan dilakukan pada hari Rabu, 4 April 2012. Pratindakan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan sebelum penelitian berlangsung. Kondisi yang diteliti adalah proses pembelajaran dan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta. Hasil penelitian pada pratindakan ini akan digunakan sebagai acuan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan peneliti dan guru dalam penelitian. Pratindakan yang dilakukan berupa observasi pembelajaran di dalam kelas, pemberian angket, dan wawancara dengan murid serta guru yang bersangkutan. Dari kegiatan ini diketahui kondisi nyata siswa dan ruang kelas yang ditempati. Jumlah siswa kelas XI IPS 2 adalah 39 siswa yang terdiri atas 17 siswa putra dan 19 siswa putri. Dari observasi pembelajaran di dalam kelas, wawancara, dan angket commit to user yang terjadi saat pembelajaran diperoleh beberapa simpulan mengenai kondisi
49
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menulis naskah drama di kelas XI IPS 2. Permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran ini antara lain: 1. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis naskah drama kurang Berdasarkan
pengamatan
yang
dilakukan
peneliti
selama
pembelajaran berlangsung, terungkap bahwa kurangnya kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Ketidaksiapan ini juga terlihat pada saat guru menerangkan materi, banyak siswa sibuk dengan kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan pembelajaran. 2. Siswa kurang tertarik dengan materi menulis naskah drama Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa kurang tertarik terhadap pelajaran menulis naskah drama. Hal tersebut terindikasi dari sikap siswa yang tidak fokus selama mengikuti pelajaran. Banyak siswa yang sibuk dengan kegiatannya sendiri, seperti cerita dengan temannya, mencoret-coret kertas, bermain laptop, mengerjakan tugas pelajaran lain, bahkan ada yang menyandarkan kepalanya di meja. Lemahnya ketertarikan siswa pada kegiatan pembelajaran juga dapat dilihat dari pengisian angket oleh siswa. Berdasarkan hasil angket diketahui 23% atau sebesar 9 dari 39 siswa yang menyukai atau tertarik pada pembelajaran menulis naskah drama. 3. Siswa kurang aktif selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama Selama pembelajaran berlangsung, siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut terindikasi dari sedikitnya siswa yang berani bertanya dan menyampaikan pendapat kepada guru. Siswa lebih sering menyampaikan pendapat secara bersama-sama dan saling bersahutan sehingga kurang jelas terdengar atau bahkan hanya berani bertanya pada teman sebaya mereka. Berdasarkan pengamatan peneliti, keaktifan siswa selama pembelajaran kurang dari 35%. 4. Guru kesulitan membangkitkan motivasi siswa Siswa kurang begitu antusias dengan pembelajaran yang dilakukan, hal ini karena pada dasarnya siswa kelas XI IPS 2 memiliki kemampuan yang kurang dalam hal menulis. Pada kegiatan wawancara, guru mengakui commit to user kurangnya kemampuan menumbuhkan motivasi siswa untuk mengikuti
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena siswa selalu terpentok dengan kosa kata dan imajinasi dalam menulis naskah drama, sehingga tulisan yang dihasilkan tidak bisa maksimal. Kekurangmampuan siswa dalam menulis membuat mereka tidak begitu suka dengan kegiatan menulis. 5. Guru
belum
menggunakan
model
pembelajaran
yang
tepat
untuk
pembelajaran menulis naskah drama Selama pembelajaran menulis berlangsung, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah, hanya beberapa kali menggunakan metode tanya jawab. Selain itu dalam pembelajaran, siswa belum diajak terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa lebih banyak diam di tempat duduk. Dengan metode yang digunakan guru pada observasi awal, pembelajaran terlihat belum maksimal karena guru masih memegang peran penting dan mendominasi pembelajaran. 6. Kemampuan menulis naskah drama siswa kurang Berdasarkan analisis terhadap pekerjaan siswa, diketahui bahwa siswa yang sudah mampu lulus di atas batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah sebanyak 14 siswa (36%), sedangkan sisanya 25 siswa (64%) memperoleh nilai kurang dari 74. Perlu diketahui bahwa KKM yang digunakan untuk materi menulis naskah drama pada kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta adalah 74. Dari hasil pratindakan, dapat diketahui bahwa skor tertinggi kemampuan menulis naskah drama kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta sebelum menggunakan model ASSURE adalah 80, sedangkan skor terendah adalah 40. Hasil pekerjaan menulis naskah drama siswa sebelum pembelajaran dengan model pembelajaran ASSURE dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram berikut ini.
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 3.Grafik Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta Sebelum Menggunakan Model ASSURE Hasil menulis naskah drama kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta dapat disajikan dalam Tabel Distribusi Frekuensi Bergolong (TDFB). TDFB memuat kelas interval yang menggunakan bilangan ganjil seperti 3,5,7,9, dan seterusnya. Hasil penulisan naskah drama kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta sebelum menggunakan model ASSURE adalah sebagai berikut.
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 6. Tabel Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta Sebelum Menggunakan Model ASSURE No.
Kelas Interval
F
Nilai Tengah
Fx
1
78-82
2
80
160
2
73-77
12
75
900
3
68-72
3
70
210
4
64-67
6
65
390
5
58-63
9
60
540
6
53-57
2
55
110
7
48-52
3
50
150
8
43-47
1
45
45
9
38-42
1
40
40
N=39
∑fx=2545
Beberapa hal yang menyebabkan lemahnya kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 adalah (1) kesulitan dalam memulai menulis, (2) kurangnya ide dan kosakata, dan (3) kurang imajinasi yang kuat. Berdasarkan hasil observasi dan survei awal tersebut, peneliti kemudian berdiskusi dengan guru untuk menentukan langkah selanjutnya. Diskusi yang dilakukan mengarah pada upaya perbaikan pembelajaran menulis naskah drama yang dilakukan untuk menghasilkan kualitas pembelajaran yang sesuai dengan standar kelulusan yang dicanangkan sekolah. Dari pembicaraan tersebut kemudian disepakati untuk melakukan pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE.
Selanjutnya
diputuskan
untuk
memulai
tindakan
perbaikan
pembelajaran pertama (siklus I) pada hari Rabu dan Kamis, 11 dan 12 April 2012.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Minggu, yaitu tanggal 8 April 2012 di ruang guru SMA Al Islam 1 Surakarta. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Hal-hal yang didiskusikan antara peneliti dan guru dalam proses penelitian pada siklus I, antara lain: (1) peneliti menyamakan persepsi dengan guru mengenai penelitian yang akan dilaksanakan pada siklus I, (2) penerapan model ASSURE dalam pembelajaran menulis naskah drama, (3) peneliti dan guru membuat skenario pembelajaran untuk dua kali pertemuan, (4) peneliti dan guru merancang RPP untuk siklus I; (5) guru dan peneliti menyusun lembar penilaian siswa, yaitu berupa instrumen penilaian proses (instrumen nontes) dan hasil (instrumen tes), dan (6) menentukan jadwal pelaksanaan tindakan. Tahap perencanaan siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut ini. 1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE. Sasaran pertama yang ingin dicapai, yaitu memahami unsur-unsur yang ada dalam sebuah drama sehingga siswa dapat berlatih menulis naskah drama yang baik pula. Langkah-langkah pada pertemuan sikus I yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut: a) guru menjelaskan SK dan KD kemudian memberikan apersepsi sekilas tentang naskah drama (unsur-unsur yang ada dalam naskah drama); b) guru menjelaskan materi tentang naskah drama melalui power point; c) guru memperlihatkan contoh naskah drama kepada siswa melalui power point dan print out; d) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang pemahaman siswa menangkap materi yang baru saja dipelajari sebelum mereka berlatih menulis naskah drama; e) guru membagi siswa menjadi sepuluh kelompok untuk melanjutkan commit secara to userbersama-sama dalam dua babak; potongan video drama komedi
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
f) guru memutarkan potongan video drama komedi Extravaganza yang berjudul “Perpustakaan”; g) guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya di depan kelas; h) guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar-mengajar yang telah dilakukan; dan i) guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan salam. Langkah-langkah pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut. a) guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya; b) guru menyampaikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa pada pertemuan sebelumnya; c) guru menampilkan ulang contoh naskah drama yang kemarin sudah ditayangkan; d) guru memberi tugas pada siswa secara mandiri untuk membuat sebuah naskah drama dengan tema pengalaman; e) untuk membantu mempermudah imajinasi siswa, guru menayangkan video drama komedi Extavaganza yang berjudul “Mesin ATM”; f) guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya; g) guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar-mengajar yang telah dilakukan; dan h) guru mengakhiri pembelajaran dengan berganti ke pembelajaran yang lainnya. 2) Peneliti dan guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus dari sekolah. 3) Peneliti dan guru mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan yaitu LCD dan laptop, membuat slide power point, mencari contoh naskah drama, dan video drama komedi Extravaganza; 4) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa instrumen tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk menilai hasil pekerjaan commit to user sedangkan instrumen nontes siswa dalam menulis naskah drama,
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
digunakan untuk menilai sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. Instrumen tes berisi beberapa aspek yaitu: (a) kelengkapan formal drama, (b) kelengkapan unsur intrinsik, (c) keterpaduan unsur/struktur, (d) kesesuaian penggunaan bahasa. Instrumen nontes dinilai berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dan guru berdasarkan rubrik penilaian proses pembelajaran menulis naskah drama yang meliputi: (a) keaktifan siswa selama apersepsi; (b) keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi; (c) minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran; dan (d) kerja sama siswa dalam kerja kelompok. Keseluruh aspek dari setiap jenis tes tersebut kemudian dibuat menjadi sebuah rubrik penilaian yang akhirnya digunakan untuk menilai setiap proses yang ada. 5) Guru dan peneliti menentukan jadwal pelaksanaan tindakan untuk siklus I. Dari kegiatan diskusi disepakati bahwa tindakan dalam siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu hari Rabu dan Kamis, 11 dan 12 April 2012 dengan alokasi waktu dua jam pelajaran (2 x 40 menit) untuk pertemuan pertama dan satu jam pelajaran (1 x 40 menit) untuk pertemuan kedua.
b. Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan siklus I yang berupa pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE dilakukan dalam dua kali pertemuan. Sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya, siklus I dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis, 11 dan 12 April 2012 di ruang kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta. Masing-masing pertemuan berlangsung selama dua jam pelajaran (2 x 40 menit) untuk pertemuan pertama dan satu jam pelajaran (1 x 40 menit) untuk pertemuan kedua. Peneliti melakukan pengamatan terhadap jalannya pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE yang sedang dilakukan oleh guru di kelas. Kegiatan observasi ini dimaksudkan untuk mengetahui commit to sesuai user dengan yang diinginkan atau pelaksanaan pada siklus I ini sudah
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belum. Selain itu juga untuk mengetahui apakah model ASSURE mampu memecahkan permasalahan dalam pembelajaran menulis naskah drama di kelas tersebut. Fokus
penelitian
terletak
pada
berlangsungnya
pelaksanaan
pembelajaran dan hasil pembelajaran. Sesuai dengan skenario pembelajaran yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dan siswa. Guru bertindak sebagai penyampai materi (pengajar) dalam pembelajaran menulis naskah drama di dalam kelas, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilihat dari aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif yang berada di belakang untuk mengamati jalannya pembelajaran. Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 11 April 2012 selama dua jam pelajaran yaitu pukul 06.50 – 08.30 WIB (jam ke-1 dan 2). Di ruang kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta tersebut telah dipersiapkan instrumen-instrumen yang akan digunakan sebagai sarana pendukung pembelajaran menulis naskah drama. Sarana pendukung tersebut meliputi LCD dan laptop yang digunakan untuk menyampaikan materi dan video drama. Secara rinci urutan pelaksanaan tindakan I meliputi langkahlangkah sebagai berikut. 1) Guru membuka pelajaran dengan mempresensi siswa secara sekilas, kemudian menjelaskan SK dan KD untuk pembelajaran yang akan dilakukan. 2) Guru memberikan apersepsi dengan bertanya kepada siswa mengenai unsur-unsur yang ada dalam sebuah naskah drama. 3) Guru menjelaskan materi naskah drama dengan menampilkan materi lewat slide power point yang telah dipersipakan sebelumnya. Dalam kegiatan ini guru menggunakan metode ceramah dan kadang menunjuk siswa untuk membaca isi slide yang ditayangkan. Penjelasan yang diberikan meliputi commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengertian drama, naskah drama, jenis-jenis drama, dan unsur-unsur yang ada dalam drama. 4) Guru memperlihatkan contoh naskah drama kepada siswa dalam bentuk Microsoft Word yang ditayangkan dengan bantuan LCD. Berikut contoh naskah drama yang ditampilkan. “Kejahatan Membalas Dendam” karya Idrus Pelaku : Ishak
: Pengarang muda
Satilawati
: Tunangannya
Kartili
: Dokter/teman Ishak
Asmadiputera
: Meester in de rechten, teman Ishak.
Suksoro
: Pengarang kolot, ayah Satilawati
Perempuan Tua
: Nenek Satilawati
BABAK PERTAMA Sebuah jalan yang sepi di Jakarta. Di sebelah kanan agak ke muka sebuah lentera gas, menerangi jalan itu sedikit ketika layar dibuka. Adegan pertama Seorang agen polisi mondar-mandir, lalu pergi. Adegan kedua Sudah itu muncul dari kanan seorang perempuan muda, melihat kesana kemari. Adegan ketiga Dari sebelah kiri masuk seorang laki-laki. Orang-orang dalam babak ini berbicara seperti ketakutan, tidak lepas suaranya. I
: Tepat betul datangnya. Pukul sepuluh. Hari Selasa.
S
: (terkejut) Aku kira engkau tidak akan datang
I
: Asmadiputera dan Kartili mana?
S
: Segera menyusul. Apa yang akan kau katakan kepadaku?
I
: Banyak sekali. Tapi yang terpenting ialah: aku cinta commit to user padamu.
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
S
: Kalau itu tidak perlu di sini benar. Mari kita ke rumah.
I
: Aku akan pergi.
S
: Pergi? Ke mana?
I
: Jauh, jauh sekali. Di rumahmu aku tidak dapat bercakap.
S
: Mengapa?
I
: Tidak boleh orang mendengarnya, ayah pun tidak.
S
: Tapi ayah selalu baik kepada kita. Lagi ia tidak ada di rumah sekarang. Pergi menjemput nenek ke setasiun.
I
: Yang baik sekarang ini hanya Asmadiputera, Kartili dan engkau, Satilawati.
S
: Aku seperti main dalam cerita detektip saja rasanya.
I
: Tidak banyak bedanya, Satilawati. Aku harus berbicara dengan tunanganku dalam gelap, di jalan yang sunyi. Ha, ha, ha, ha.
S
: Tapi apa yang hendak kaukatakan?
I
: Engkau pelupa rupanya. Sebentar ini baru kukatakan. Aku cinta padamu dan aku akan pergi.
S
: Engkau menyebutkan cinta dan pergi itu dalam satu nafas saja. Seakan-akan ada hubungannya antara kedua itu.
Dst. 5) Guru memberikan sedikit ulasan tentang judul, informasi tokoh, kramagung/teks samping, pembagian babak, plot, latar, tema, dan tahapan alur (eksposisi, konflik, komplikasi, klimaks, dan resolusi) 6) Guru membagi siswa menjadi sepuluh kelompok untuk melanjutkan potongan video drama komedi secara bersama-sama dalam dua babak. 7) Guru memutarkan potongan video drama komedi Extravaganza yang berjudul “Perpustakaan”. 8) Guru menyuruh siswa untuk melaporkan hasil pekejaan kelompoknya di commit to user depan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
9) Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan salam. Pembelajaran menulis naskah drama dilanjutkan pada pertemuan kedua. Pelaksanaan siklus I untuk pertemuan kedua dilaksanakan pada Kamis, 12 April 2012 selama 50 menit (1 jam pelajaran), di mulai pukul 06.50-07.40 WIB. Seperti pada pertemuan sebelumnya, di ruang kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta tersebut telah dipersiapkan instrumen-instrumen yang digunakan sebagai sarana pendukung pembelajaran menulis naskah drama. Sarana pendukung tersebut meliputi LCD dan laptop yang digunakan untuk memperlihatkan ulang contoh naskah drama dan menayangkan video drama komedi Extravaganza yang akan digunakan untuk membantu siswa menulis naskah drama. Adapun urutan pelaksanaan siklus I pada pertemuan kedua ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut. 1) Guru mempresensi siswa secara cepat. 2) Guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. 3) Guru menyampaikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa (kerja kelompok) pada pertemuan sebelumnya dan menyampaikan materi pendalaman. 4) Guru menampilkan ulang contoh naskah drama yang kemarin sudah ditayangkan. 5) Guru memberi tugas pada siswa secara mandiri untuk membuat sebuah naskah drama dengan tema pengalaman. 6) Untuk membantu mempermudah imajinasi siswa, guru menayangkan video drama komedi Extavaganza yang berjudul “Mesin ATM”. 7) Guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya 8) Setelah waktu habis, siswa diminta mengumpulkan hasil tulisannya masing-masing.
c. Observasi dan Interpretasi Observasi dilakukan saat pembelajaran menulis naskah drama dengan model pembelajaran ASSURE berlangsung. Pada siklus I, langkah pertama commit to user yang dilakukan guru yaitu masih sama dengan metode yang dilakukan pada
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran sebelumnya (prasiklus), yaitu dengan metode ceramah untuk menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis naskah drama. Kemudian metode yang digunakan berganti-ganti, kadang ceramah dan penugasan. Antusias siswa mengikuti pembelajaran tampak saat guru meminta siswa bergantian membaca slide power point yang berisi materi. Ada hal yang disayangkan yaitu guru kurang memberikan kesempatan siswa bertanya mengenai beberapa hal yang mungkin ingin mereka tanyakan. Keaktifan siswa bertambah setelah guru mengganti metode ceramah menjadi metode penugasan. Kegiatan pembelajaran menjadi lain karena siswa belajar bersama-sama dengan kelompok masing-masing. Dalam kelompok, siswa berlatih melanjutkan potongan video yang ada dalam video drama Extravaganza yang berjudul “Perpustakaan”. Mereka terlihat semangat untuk mengerjakan tugas melanjutkan potongan video secara berkelompok, meskipun tidak semua siswa yang aktif. Setelah waktu untuk mengerjakan tugas
habis,
guru
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mempresentasikan hasil kelompok. Pada pertemuan kedua, yaitu pada hari Kamis, 12 April 2012 guru memulai pembelajaran dengan apersepsi materi yang kemarin telah pelajari bersama-sama, kemudian menampilkan ulang contoh naskah drama yang kemarin sudah ditayangkan. Selanjutnya guru mengambil nilai kognitif siswa dengan penugasan menulis naskah drama secara mandiri untuk membuat sebuah naskah drama dengan tema pengalaman. Untuk membantu mempermudah imajinasi siswa, guru menayangkan video drama komedi Extavaganza versi lain yang berjudul “Mesin ATM”. Dari pertemuan tersebut, terdapat beberapa perubahan dalam pembelajaran baik dari segi keaktifan siswa maupun kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Perubahan tersebut berarti menunjukkan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE, walaupun memang belum maksimal. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari keterangan di bawah ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
1) Berdasarkan lembar observasi keaktifan siswa yang telah dibuat oleh peneliti dan guru, diperoleh data bahwa baru 23 siswa (59%) yang aktif dengan perincian 23 siswa tersebut mendapat predikat baik. Ini berarti sebanyak 16 siswa (41%) belum aktif, dengan perincian 14 siswa mendapat predikat cukup, dan 2 siswa mendapat predikat kurang. 2) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa diketahui 25 dari 39 siswa sudah mampu menulis naskah drama dengan baik. Ini berarti sudah 64% siswa lulus, sedangkan 14 siswa (36%) masih memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penilaian ini didasarkan pada hasil menulis naskah drama siswa yang memperoleh nilai 74 (batas ketuntasan) ke atas. Nilai tersebut adalah nilai keseluruhan dari penjumlahan seluruh aspek yang ada dalam pedoman penskoran. Berikut dijelaskan secara lebih rinci tentang persentase ketercapaian pada masing-masing aspek. a) Dalam aspek kelengkapan formal drama, diperoleh data bahwa hanya 1 siswa (2%) yang memeroleh skor maksimal 5, selebihnya 14 siswa (36%) memperoleh nilai 4, 17 siswa (44%) memperoleh nilai 2, dan sisanya 7 siswa (18%) yang memeroleh nilai 2. b) Dalam aspek kelengkapan unsur intrinsik, diketahui ada 18 siswa (46%) yang memeroleh nilai maksimal yaitu 5, sisanya ada 12 siswa (31%) yang memeroleh nilai 4, dan 9 siswa (23%) yang memeroleh nilai 3 c) Dalam aspek keterpaduan unsur/struktur, diperoleh data bahwa hanya ada 1 siswa (2%) memperoleh nilai 5, selebihnya 12 siswa (31%) memperoleh nilai 4, sisanya 21 siswa (54%) mendapatkan nilai 3, dan 5 siswa (13%) memeroleh nilai 2. d) Dalam aspek kesesuaian penggunaan bahasa, diketahui baru 7 siswa (18%) yang memperoleh nilai maksimal yaitu nilai 5, sisanya 20 siswa (51%) memperoleh nilai 4, dan 12 siswa (31%) memperoleh nilai 3. Berdasarkan hasil siklus I, dapat diketahui bahwa skor tertinggi kemampuan menulis naskah drama kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta pada siklus I adalah 85, sedangkan skor terendah adalah 55. commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perolehan nilai menulis naskah drama siswa dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram berikut ini.
Gambar 4.Grafik Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta Dengan Menggunakan Model ASSURE pada Siklus I Hasil menulis naskah drama kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta pada tabel di atas dapat disajikan dalam Tabel Distribusi Frekuensi Bergolong (TDFB). TDFB memuat kelas interval yang menggunakan bilangan ganjil seperti 3,5,7,9, dan seterusnya.
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 7. Tabel Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta Dengan Menggunakan Model ASSURE Pada Siklus I No.
Kelas Interval
F
Nilai Tengah
Fx
1
83-87
1
85
85
2
78-82
9
80
720
3
73-77
15
75
1125
4
68-72
5
70
350
5
63-67
5
65
325
6
58-62
3
60
180
7
53-57
1
55
55
N=39
∑fx=2840
Selain pengamatan untuk penilaian proses dan hasil, peneliti juga mengamati kegiatan guru dan siswa. Dalam tindakan I ini ditemukan beberapa kelemahan yang masih terlihat baik dari guru maupun dari siswa. Berikut penjelasan selengkapnya. Kelemahan atau kekurangan yang ditemukan pada guru dapat dilihat sebagai berikut: 1) guru masih terlalu mendominasi kegiatan belajar-mengajar. Siswa kurang diajak untuk terlibat aktif di dalam pembelajaran, siswa belum diberikan banyak kesempatan untuk bertanya; 2) dalam kegiatan kelompok, guru tidak bergilir melihat pekerjaan siswa. Guru hanya mengobrol dengan murid yang ada di bangku depan. Seharusnya setiap individu dalam kelompok melanjutkan potongan video drama komedi secara bersama-sama, namun hanya beberapa siswa yang mengerjakan tugas kelompok tersebut. 3) sebelum latihan menulis naskah drama, guru belum memberikan penguatan; dan 4) guru tidak melakukan refleksi di akhir pembelajaran. Kelemahan atau kekurangan yang ditemukan pada diri siswa dapat commit to user dilihat sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
1) pada siklus I, siswa masih memiliki banyak kekurangan, baik dari segi konsentrasi saat penulisan naskah drama, pemahaman terhadap isi materi pelajaran dan keadaan secara psikologi siswa juga mempengaruhi berhasil tidaknya dalam pembelajaran penulisan naskah drama. 2) hampir sebagian siswa belum menunjukkan kesungguhan dan keaktifan dalam pembelajaran. Pada saat berlangsungnya pembelajaran, siswa terlihat belum sepenuhnya aktif dalam aktivitas pembelajaran ini. Masih ada siswa yang bercanda dengan teman sebangkunya atau melakukan aktivitas lain. 3) dari segi hasil, masih ada beberapa kekurangan dalam penulisan naskah drama. Penulisan naskah drama bukanlah suatu hal yang mudah, tetapi diperlukan keseriusan dan kreativitas dari masing-masing individu. Kekurangan dalam proses pembelajaran menulis naskah drama pada siklus I yaitu kurangnya ide dan kosa kata yang dimiliki siswa. 4) pada umumnya siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat naskah drama yang sesuai dengan krteria penulisan naskah drama. Terbukti dari masih banyaknya tulisan siswa yang belum memenuhi KKM.
d. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada pelaksanaan siklus I, dapat dianalisis dan direfleksikan bahwa indikator dalam penelitian ini belum berhasil dicapai. Maka perlu diadakan perbaikan untuk mencapai indikator yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan analisis ini peneliti dan guru berupaya menggali faktor penyebab beberapa kelemahan dalam pembelajaran yang telah dilakukan. Adapun hasilnya sebagai berikut. 1) Keaktifan dan aktivitas siswa selama pembelajaran ini meliputi aktif dalam memberikan respons terhadap apersepsi yang diberikan guru, aktif memperhatikan penjelasan guru saat memberikan materi, aktif dalam kegiatan kelompok, dan minat serta motivasi dalam mengikuti pembelajaran. Pada tindakan I ini ada beberapa siswa yang kurang to user guru, bahkan ada siswa laki-laki memperhatikan penjelasancommit yang diberikan
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang berbicara sendiri sehingga guru harus menegurnya. Dari beberapa hal yang telah disebutkan, dapat dikatakan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran belum maksimal. Dari 39 siswa, hanya 23 siswa yang aktif dalam pembelajaran dengan perincian 23 siswa tersebut mendapat predikat baik. Ini berarti sebanyak 16 siswa belum aktif, dengan perincian 14 siswa mendapat prediat cukup, dan 2 siswa mendapat predikat kurang. 2) Masih banyaknya siswa yang belum berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan dari sekolah karena masih mendapat nilai di bawah 74. Dari 39 siswa, baru 25 siswa yang berhasil memperolah nilai 74 ke atas, sisanya 14 siswa masih belum tuntas. Permasalahan ini akan diatasi di siklus II. Dalam siklus II nanti guru akan lebih memperdalam
tentang
keterpaduan
unsur/struktur
dan
kesesuaian
penggunaan bahasa serta memperdalam kembali materi untuk menambah pemahaman siswa. Di atas sudah dijelaskan tentang analisis dan refleksi untuk proses dan hasil
pembelajaran
menulis
naskah
drama
yang
sudah
dilakukan.
Permasalahan yang terjadi pada siklus I, selain disebabkan keterbatasan siswa dalam penulisan naskah drama, kurangnya ide dan kosa kata juga disebabkan kurang terlatihnya siswa dalam penulisan naskah drama. Untuk lebih meningkatkan proses pembelajaran menulis khususnya dalam penulisan naskah drama, guru menggunakan model ASSURE untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam penulisan naskah drama. Berikut akan dipaparkan analisis dan refleksi untuk guru. 1) Pada siklus pertama ini kendala utama yang dihadapi oleh guru adalah kekurangan waktu sehingga banyak kegiatan yang belum sempat dilakukan seperti apersepsi yang kurang, umpan balik yang terlupakan, kegiatan kelompok yang kurang terarah, dan refleksi yang belum sempat dilakukan oleh guru. 2) Guru kurang memberi ruang bagi siswa untuk terlibat lebih banyak dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa kurang begitu aktif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
3) Selama latihan menulis naskah drama secara berkelompok, guru kurang memonitor jalannya latihan kelompok sehingga latihan menjadi kurang maksimal dan sedikit kacau; 4) Guru kurang memberikan motivasi terhadap siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis dan refleksi yang telah dilakukan oleh peneliti dan guru, ditemukan beberapa kekurangan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang dapat memperbaiki kekurangan tersebut. Perbaikan atas segala kekurangan yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut. 1) Pada kegiatan apersepsi pengetahuan siswa lebih digali lagi dengan menambah waktu apersepsi dan mengajak siswa aktif lewat kegiatan tanya jawab. 2) Guru lebih berinteraksi dengan siswa saat pembelajaran berlangsung. Salah satunya dengan memberikan perhatian kepada siswa secara menyeluruh, tidak hanya pada siswa yang dihafal saja. Dengan demikian, siswa merasa lebih diperhatikan oleh guru sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar. 3) Guru memperbaiki pengelolaan kelas. Metode ceramah yang dilakukan guru dapat dibuat lebih bervariasi dengan kegiatan tanya jawab dan metode inquiri. Meskipun sesekali hal itu sudah dilakukan guru, sepertinya guru belum menggunakan metode tanya jawab dan inquiri dengan maksimal. Siswa harus lebih banyak diberikan kesempatan untuk bertanya atau guru memberikan pertanyaan kepada mereka agar mereka lebih aktif dalam pembelajaran dan belajar mengemukakan pendapat. Guru pun harus selalu memantau dan mengingatkan siswa yang tidak memperhatikan atau bercanda dengan temannya. 4) Guru mampu memerankan perannya sebagai fasilitator dalam kegiatan kelompok, dengan memberikan instruksi yang jelas dan pemantauan kegiatan berkelompok akan lebih baik dari sebelumya. commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Sebelum kegiatan penugasan guru mengajak siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memastikan bahwa siswa paham terhadap materi tersebut, kalau perlu memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya apabila mereka merasa belum paham. Kegiatan ini bisa diisi dengan memberikan pertanyaan pada siswa tentang materi penting yang baru dipelajari. 6) Di akhir pembelajaran, guru memberikan refleksi atau penguatan atas materi yang telah disampaikan agar guru mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Kegiatan ini juga bisa mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran yang baru saja dilakukan.
2. Siklus II a. Perencanaan Tindakan Perencanaan untuk siklus II dilakukan pada hari Senin, 23 April 2012 di ruang guru SMA Al Islam 1 Surakarta dari pukul 08.30-09.00 WIB. Sebelum melaksanakan siklus II, terlebih dahulu dilaksanakan perencanaan dengan guru yang bersangkutan mengenai materi dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus II. Guru dan peneliti mengulas tentang pelaksanaan siklus pertama dengan mengoreksi kelemahan dan kekurangan pembelajaran sehingga dapat ditemukan solusi atas permasalahan yang terjadi pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru dan peneliti mendiskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam siklus II. Untuk mengatasi berbagai kekurangan yang terjadi pada siklus I, peneliti dan guru menyepakati untuk mengulang model yang diterapkan yaitu model ASSURE. Target dan tujuan yang ingin dicapai berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Kali ini tujuan yang diinginkan adalah memberikan penguatan pemahaman pada siswa mengenai kelengkapan aspek formal drama dan keterpaduan unsur/struktur. commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahap perencanaan siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut ini. 1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE. Sasaran yang ingin dicapai yaitu siswa dapat menulis naskah drama lebih baik lagi dari hasil sebelumnya. Langkah-langkah pada pertemuan pertama yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut: a) guru menyiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran, menjelaskan konsep pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan ini, kemudian melakukan apersepsi dengan mengingatkan materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya dan melakukan tanya jawab; b) guru menyampaikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa pada pertemuan sebelumnya dan menyampaikan pendalaman materi; c) guru memberikan latihan pada siswa untuk melanjutkan potongan video drama komedi Extravaganza secara kelompok dalam satu babak; d) guru memutarkan potongan video drama komedi Extravaganza yang berjudul “Gangguan Lamaran”; e) guru menyuruh siswa untuk menukarkan hasil pekerjaan kelompok dengan kelompok lain f) guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja masing-masing kelompok; g) guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar-mengajar yang telah dilakukan; dan h) guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan salam. Langkah-langkah pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut: a) guru memberikan apersepsi dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam pertemuan ini dan memotivasi siswa; b) guru menyampaikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa pada pertemuan sebelumnya; c) guru menjelaskan tugas akhir yang harus siswa lakukan untuk penilaian menulis naskah drama; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
d) guru memberi tugas pada siswa secara mandiri untuk membuat sebuah naskah drama dengan tema persahabatan, cinta, kedisiplinan, dan sosial; e) untuk membantu mempermudah imajinasi siswa, guru menayangkan video drama komedi Extavaganza yang berjudul “Tarzan”; f) guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya; g) guru dan siswa merefleksi pelaksanaan pembelajaran yang selama ini dilaksanakan. 2) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi menulis naskah drama berdasarkan silabus dari sekolah. 3) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan nontes. Instrumen tes untuk menilai hasil pekerjaan siswa dalam menulis naskah drama sedangkan instrumen nontes untuk menilai sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. Instrumen yang digunakan masih sama dengan instrumen yang digunakan dalam siklus I. 4) Guru dan peneliti menentukan jadwal pelaksanaan tindakan siklus 2. Dari hasil diskusi disepakati pelaksanaan siklus II adalah hari Rabu dan Kamis, 25 dan 26 April 2012 dengan dua kali pertemuan. Seperti halnya tindakan pada siklus I, siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan pertemuan pertama 2 x 40 menit (dua jam pelajaran) dan pertemuan kedua 1 x 40 menit (satu jam pelajaran).
b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan yaitu pada hari Rabu dan Kamis, 25 dan 26 April 2012 di ruang kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta dengan masing-masing waktu 2 x 40 menit untuk pertemuan pertama dan 1 x 40 menit untuk pertemuan kedua. Sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, pelaksanaan pembelajaran sudah disesuaikan dengan rencana tersebut. Pada pertemuan ini, guru mencoba menerapkan solusi atas permasalahan yang belum terselesaikan pada siklus I sesuai dengan kesepakatan yang telah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
dibuat antara peneliti dan guru. Pembelajaran sepenuhnya dilaksanakan oleh guru, sedangkan peneliti hanya sebagai pengamat jalannya pembelajaran. Pelaksanaan siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 25 April 2012 selama dua jam pelajaran yaitu pukul 06.50 – 08.30 WIB (jam ke-1 dan 2). Seperti halnya pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, pada siklus II masih menggunakan LCD dan laptop untuk menayangkan slide materi dan contoh naskah drama karena pada siklus II ini materi yang disampaikan sifatnya memperdalam pemahaman siswa. Secara rinci urutan pelaksanaan siklus II pada pertemuan pertama ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut. 1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyiapkan diri sebelum mulai pelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan menjelaskan konsep pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan ini dan tanya jawab tentang pendapat siswa mengenai kegiatan menulis naskah drama. 2) Guru menyampaikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa pada pertemuan sebelumnya dan menyampaikan sedikit materi untuk pendalaman. Materi lebih banyak pengulangan dan penekanan. Materi yang ditekankan dalam pertemuan ini adalah tentang kelengkapan aspek formal drama dan keterpaduan unsur/struktur. 3) Guru memberi latihan pada siswa untuk melanjutkan potongan video drama komedi Extravaganza secara kelompok dalam satu babak 4) Guru memutarkan potongan video drama komedi Extravaganza yang berjudul “Gangguan Lamaran”. 5) Guru menyuruh siswa untuk menukarkan hasil pekerjaan kelompok dengan kelompok lain. 6) Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja masing-masing kelompok. 7) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar-mengajar yang telah dilakukan; dan commit to user 8) Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan salam.
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pelaksanaan siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 26 April 2012 selama satu jam pelajaran yaitu pukul 07.00 – 07.40 WIB. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan kedua ini sama dengan pada pertemuan pertama yaitu menggunakan LCD dan laptop. Urutan pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran menulis naskah drama pada pertemuan kedua selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Secara rinci urutan pelaksanaan siklus II pada pertemuan kedua ini meliputi langkahlangkah sebagai berikut. 1) Guru
memberikan
apersepsi
berupa
penjelasan
tentang
kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan dan memotivasi siswa. 2) Guru menyampaikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa pada pertemuan sebelumnya. 3) Guru menjelaskan tugas akhir yang harus siswa lakukan untuk penilaian menulis naskah drama. 4) Guru memberi tugas pada siswa secara mandiri untuk membuat sebuah naskah drama dengan tema persahabatan, cinta, kedisiplinan, dan sosial; 5) Untuk membantu mempermudah imajinasi siswa, guru menayangkan video drama komedi Extavaganza yang berjudul “Tarzan”. 6) Guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya; 7) Guru dan siswa merefleksi pelaksanaan pembelajaran yang selama ini dilaksanakan.
c. Observasi dan Interpretasi Pada siklus II ini, peneliti masih tetap bertindak sebagai pengamat jalannya pembelajaran. Peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dan mendeskripsikan kegiatan berdasarkan kekurangan dan kelebihannya. Hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian tujuan yang diinginkan sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Tindakan ini merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan siklus I. Tindakan yang telah dilaksanakan, dianalisis, dan dievaluasi berdasarkan commit to user kelemahan dan kekurangannya sebagai bahan pijakan untuk melaksanakan
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tindakan siklus II ini. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, termasuk materi yang disampaikan pun merupakan kelanjutan dari kegiatan yang lalu. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar-mengajar terjadi peningkatan, baik secara proses maupun hasil. Untuk lebih jelasnya dapat diketahui melalui pernyataan di bawah ini. 1) Berdasarkan lembar observasi keaktifan siswa yang telah dibuat oleh peneliti dan guru, diperoleh data bahwa sudah 32 siswa (82%) yang aktif selama pembelajaran berlangsung, dengan perincian 24 siswa mendapat predikat baik dan 8 siswa mendapat predikat sangat baik. Ini berarti tinggal 7 siswa (18%) siswa yang belum aktif dengan perincian 4 siswa mendapat predikat cukup, 2 siswa mendapat predikat kurang, dan 1 siswa tidak hadir. 2) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa diketahui bahwa sudah 33 siswa (85%) yang mendapat nilai lebih dari 74. Ini berarti 33 siswa tersebut telah lulus sesuai dengan KKM karena sudah mampu menulis naskah drama dengan baik. Perincian dari persentase kelulusan siswa adalah sebanyak 9 siswa (23%) mendapat nilai 75, 5 siswa (13%) mendapat nilai sekitar 80, 11 siswa (28%) mendapat nilai 85, dan 8 siswa (21%) mendapat nilai 90. Sementara hanya sebanyak 5 siswa atau sebesar 15% yang belum mampu memenuhi standar KKM. Dari 5 siswa tersebut, 1 siswa tidak hadir. Ini berarti hanya 4 siswa yang mengikuti pembelajaran pada hari itu yang memperoleh nilai 75 ke bawah dan dinyatakan tidak tuntas. Berdasarkan hasil Siklus II, dapat diketahui bahwa skor tertinggi kemampuan menulis naskah drama kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta pada siklus II adalah 90, sedangkan skor terendah adalah 65. Hasil pekerjaan menulis naskah drama siswa dengan model ASSURE pada siklus II dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram berikut ini.
commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
12 10 8 6 4 2 0 65
70
75
80
85
90
Gambar 5.Grafik Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta Dengan Menggunakan Model ASSURE pada Siklus II Hasil menulis naskah drama kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta pada tabel di atas dapat disajikan dalam Tabel Distribusi Frekuensi Bergolong (TDFB). TDFB memuat kelas interval yang menggunakan bilangan ganjil seperti 3,5,7,9, dan seterusnya. Hasil menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta dengan menggunakan model ASSURE pada siklus II adalah sebagai berikut.
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 8. Tabel Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta Dengan Menggunakan Model ASSURE pada Siklus II No.
Kelas Interval
F
Nilai Tengah
Fx
1
92-88
8
90
720
2
83-87
11
85
935
3
78-82
5
80
400
4
73-77
9
75
675
5
68-72
4
70
280
6
63-67
1
65
65
N=38
∑fx=3075
Pada siklus ini, semua kegiatan guru terlihat lebih terarah dan rapi, akan tetapi ada beberapa fenomena yang terjadi secara alami yang tidak berkaitan dengan pembelajaran. Hal ini menjadikan pelaksanan siklus II tidak 100% bisa dikatakan lancar, tetapi apabila dibandingkan dengan siklus pertama bisa dikatakan jauh lebih baik.
d. Analisis dan Refleksi Pada tahap ini seperti dalam kegiatan siklus II, diadakan analisis dan refleksi setelah dilakukan observasi. Secara garis besar pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan model ASSURE di kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta pada siklus II ini berjalan sesuai dengan rencana dan cukup berjalan lancar. Antusias dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menunjukkan peningkatan. Siswa mampu merespons materi yang disampaikan dengan baik. Kekurangan-kekurangan yang dialami pada siklus I pun sudah mampu teratasi pada siklus II. Secara kualitas, kemampuan menulis siswa pun sudah menunjukkan peningkatan meskipun ada juga yang masih merasa kesulitan dalam menulis. Hal terpenting dari kegiatan ini adalah bahwa model ASSURE ternyata mampu membantu siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama. Pada siklus II ini, tulisan yang dihasilkan oleh siswa commit to user lebih baik dibandingkan dengan hasil tulisan pada siklus I. Pada siklus II,
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
siswa sudah paham tentang penulisan naskah drama yang baik. Jika didasarkan pada tiap-tiap indikator yang dihasilkan, telah menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Berkaitan dengan hasil observasi di atas, peneliti dan guru melakukan analisis dan refleksi bersama-sama. Adapun hasilnya sebagai berikut. 1) Keaktifan siswa dari keseluruhan aktivitas pembelajaran menulis naskah drama mengalami peningkatan, yaitu sebesar 23% dari 59%. Ini berarti persentase keaktifan pada siklus II mencapai 82%. Artinya, jumlah siswa yang aktif dalam siklus ini bertambah 9 siswa dari 23 siswa yang aktif pada pertemuan sebelumnya (siklus I). Aktivitas siswa yang menjadi indikator keaktifan pada dasarnya telah dilakukan oleh sebagian besar siswa. Hampir semua siswa aktif memberikan respons terhadap apersepsi yang diberikan guru, memperhatikan materi yang dijelaskan guru, aktif dalam kegiatan kerja sama kelompok, serta memiliki minat dan motivasi yang tinggi dalam pembelajaran. 2) Adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Peningkatan yang terjadi pada siklus II ini sebesar 21% dari 64% menjadi 85%. Artinya, jumlah siswa yang mampu menulis naskah drama dengan baik dalam siklus ini bertambah dari 25 siswa menjadi 33 siswa. Skor dalam tiap aspek pun mengalami peningkatan meskipun nilai yang diperoleh belum sepenuhnya sempurna. Pada siklus ini, masing-masing skor siswa meningkat. Beberapa kelemahan yang masih ditemui dalam naskah drama siswa adalah tentang keterpaduan unsur/struktur dalam naskah drama yang mereka tulis. Kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada siklus I telah diatasi dengan baik.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil analisis data yang telah diperoleh, ditemukan adanya peningkatan proses pembelajaran dan kemampuan menulis naskah drama dengan model ASSURE setelah dilakukan siklus I dan siklus II. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
Pada siklus I hampir sebagian siswa belum menunjukkan kesungguhan dan keaktifan dalam pembelajaran. Keaktifan dan aktivitas siswa selama pembelajaran ini meliputi aktif dalam memberikan respons terhadap apersepsi yang diberikan guru, aktif memperhatikan penjelasan guru saat memberikan materi, aktif dalam kegiatan kelompok, dan minat serta motivasi dalam mengikuti pembelajaran. Pada siklus I ini ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan guru, bahkan ada siswa laki-laki yang berbicara sendiri sehingga guru harus menegurnya. Dari beberapa hal yang telah disebutkan, dapat dikatakan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran belum maksimal. Dari 39 siswa, hanya 23 siswa yang aktif dalam pembelajaran dengan perincian 23 siswa tersebut mendapat predikat baik. Ini berarti sebanyak 16 siswa belum aktif, dengan perincian 14 siswa mendapat prediat cukup, dan 2 siswa mendapat predikat kurang. Masih banyaknya siswa yang belum berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan dari sekolah karena masih mendapat nilai di bawah 74. Dari 39 siswa, baru 25 siswa yang berhasil memperolah nilai 74 ke atas, sisanya 14 siswa masih belum tuntas. Dari hasil analisis, kelemahan siswa dalam membuat naskah drama tampak begitu serius dalam aspek keterpaduan unsur/struktur dan kesesuaian pengunaan bahasa. Permasalahan ini akan diatasi di siklus II. Dalam siklus II nanti guru akan lebih memperdalam tentang keterpaduan unsur/struktur dan kesesuaian penggunaan bahasa serta memperdalam kembali materi untuk menambah pemahaman siswa. Berdasarkan tindakan pada siklus II dapat dikatakan berhasil karena hasil yang diperoleh sudah melebihi target yang ditentukan yaitu keaktifan dan ketuntasan nilai menulis naskah drama sebesar 80%. Peningkatan terjadi pada beberapa indikator dibandingkan siklus sebelumnya. Para siswa telah berhasil mencapai nilai batas minimal ketuntasan belajar, walau ada enam siswa yang belum mampu meraih nilai sesuai KKM tersebut. Mengingat capaian pada siklus II ini telah melebihi dengan indikator yang dirumuskan, maka penelitian pun diakhiri. Adapun hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat dibuat commit ini. to user rekapitulasi seperti pada Tabel 9. berikut
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 9. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I dan II No. 1.
Persentase yang Dicapai
Indikator
Siklus I
Siklus II
59%
82%
64%
85%
Keaktifan siswa selama pembelajaran menulis naskah drama
2.
Ketuntasan hasil belajar menulis naskah drama
Berdasarkan
data
rekapitulasi
di
atas,
dapat
dinyatakan
bahwa
perbandingan persentase yang dicapai pada siklus I dan II menunjukkan adanya peningkatan pada indikator yang ditetapkan. Peningkatan yang signifikan terjadi pada indikator 2, yaitu kemampuan menulis naskah drama siswa sebesar 21% dari siklus I ke siklus II dengan keberhasilan mencapai 85%. Secara keseluruhan ada peningkatan persentase yang dicapai pada semua indikator dari satu siklus ke siklus berikutnya. Penyebab banyaknya siswa yang belum mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar menulis naskah drama pada siklus I adalah siswa masih belum terlalu paham tentang beberapa aspek yang menjadi unsur-unsur yang ada dalam sebuah naskah drama Siklus II menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mampu mencapai batas KKM menulis naskah drama. Ketuntasan dalam menulis naskah drama tersebut dilatarbelakangi oleh pembelajaran yang lebih baik dan terarah serta pemahaman siswa yang lebih bila dibandingkan dengan sebelumnya. Selain itu, tema yang digunakan dalam kegiatan menulis naskah drama pada siklus II adalah pengalaman. Tema tersebut sangat dekat dengan siswa karena mereka telah mengalami hal tersebut. Dari 39 siswa, ada 5 siswa yang belum mencapai KKM menulis naskah drama dan satu siswa yang lain tidak hadir. Guru dikatakan telah berhasil melaksanakan pembelajaran menulis naskah drama dengan penerapan model ASSURE. Model ASSURE dapat membantu siswa menuangkan ide/gagasan dalam menulis naskah drama dengan baik. Selain itu, commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan model ASSURE dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis naskah drama.
D. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, deskripsi hasil pengamatan tindakan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, dan paparan hasil penelitian, berikut ini akan dikemukakan pembahasan hasil penelitian yang meliputi peningkatan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis naskah drama dengan model ASSURE pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap. Tahap penelitian tersebut terdiri dari: (1) tahap perencanaan tindakan; (2) tahap pelaksanaan tindakan; (3) tahap observasi dan interpretasi; serta (4) tahap analisis dan refleksi. Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan observasi awal terlebih dahulu guna mengetahui kondisi yang terjadi di lapangan, yaitu di SMA Al Islam 1 Surakarta. Observasi dilakukan saat pembelajaran menulis naskah drama dilaksanakan di kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta. Selain itu, dilakukan pula wawancara dengan siswa dan guru, dan penyebaran angket. Dari kegiatan ini diketahui kondisi nyata yang terjadi pada pembelajaran menulis naskah drama di Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta. Dari observasi awal ini juga diketahui bahwa terdapat masalah dalam pembelajaran menulis naskah drama. Berdasarkan hasil observasi awal tersebut, peneliti menemukan bahwa kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta bisa dikatakan tergolong kurang apabila dibandingkan dengan nilai keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia lainnya (menyimak, berbicara, dan membaca). Dari sebab itu, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas yang bersangkutan guna memperoleh solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Setelah peneliti dan guru mengadakan diskusi, akhirnya
disepakati
penggunaan model ASSURE untuk memperbaiki commit to user pembelajaran menulis naskah drama di kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
Selanjutnya, peneliti dan guru kelas (Drs. Joko Sarwono, M.Pd) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guna melaksanakan tindakan di siklus I. Tindakan di siklus I merupakan tindakan awal untuk memperbaiki pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE. Dari tindakan I dideskripsikan hasil pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE yang bertema pengalaman. Dari hasil pengamatan terhadap pembelajaran menulis naskah drama pada siklus I, dalam pelaksanaannya ternyata masih terdapat kelemahan. Kelemahan yang terjadi pada siklus I tersebut berasal dari guru dan siswa. Berdasarkan segi guru diperoleh hasil bahwa guru kurang mengelola kelas dengan baik karena banyak kegiatan yang seharusnya dilakukan sesuai dengan RPP tetapi terlupakan. Dari sisi siswa diketahui bahwa mereka kurang termotivasi dan aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis naskah drama sehingga antusias dan minat belajar siswa masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas siswa yang belum sepenuhnya aktif pada saat berlangsungnya pembelajaran menulis naskah drama. Pada umumnya siswa masih mengabaikan materi. Mereka lebih banyak bercanda dengan teman sebangkunya atau melakukan aktivitas lain. Selain itu, hasil tulisan mereka juga masih banyak yang belum mencapai batas KKM. Hal ini dikarenakan para siswa masih mengalami kesulitan dalam menulis naskah drama. Kelemahan tersebut dapat dimaklumi karena tindakan yang dilakukan merupakan siklus pertama dalam penelitian ini. Siklus II dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus I. Setelah peneliti berdiskusi dengan guru, akhirnya diperoleh kesepakatan mengenai solusi yang harus dilakukan guru sebagai bahan perbaikan dari siklus I. Solusi tersebut berupa pengaturan kelas yang lebih baik lagi serta pemberian motivasi kepada siswa. Pendalaman materi pun juga diupayakan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Dari hasil pelaksanaan siklus II, ada peningkatan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis naskah drama siswa jika dibandingkan dengan siklus I. Siklus II merupakan siklus terakhir dalam penelitian ini. Pada commit tomemperkecil user siklus ini guru dan peneliti berupaya segala kelemahan atau
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran menulis naskah drama. Pelaksanaan siklus terakhir dengan model ASSURE ini merupakan siklus yang menguatkan hasil pada siklus I bahwa penerapan model ASSURE dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta. Pada siklus I, jumlah siswa yang telah mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar sebanyak 25 siswa, sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan sebanyak 8 siswa dari sebelumnya. Dari data tersebut, bisa dikatakan hampir semua siswa berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar menulis naskah drama. Jumlah siswa yang lulus adalah 33 siswa dengan hanya 5 siswa yang tidak lulus dan satu siswa tidak hadir. Walaupun ada beberapa siswa yang tidak tuntas, namun secara umum kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama mengalami peningkatan yang signifikan. Masih banyaknya siswa yang belum berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan dari sekolah, karena masih mendapat nilai di bawah 74. Dari 39 siswa, baru 33 siswa (85%) yang berhasil memperolah nilai 74 ke atas, sisanya 6 siswa (15%) masih belum tuntas. Secara umum dapat dikatakan bahwa ketidak tuntasan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Dari hasil analisis, siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran menulis naskah drama disebabkan oleh minat dan motivasi belajar siswa kurang, penguasaan kompetensi yang belum memadai, dan kesulitan dalam memunculkan ide, kosa kata dan imajinasi. Tindakan yang dilakukan dalam 2 siklus dapat membantu siswa dalam memunculkan imajinasi dan kosa kata sehingga siswa mampu menulis naskah drama dengan baik. Selain itu tindakan ini juga dapat meningkatkan minat dan motivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran menulis. Terbukti dengan banyaknya siswa yang aktif memberikan respons terhadap apersepsi yang diberikan guru, memperhatikan penjelasan materi yang diberikan guru, dan keaktifan mereka dalam bekerja kelompok. Dari hasil pelaksanaan tindakan yang commit tobahwa user penelitian ini bermanfaat untuk dilaksanakan tiap siklus, dapat dikatakan
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola kelas karena model ASSURE dapat digunakan sebagai sarana pendukung bagi guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Keberhasilan model ASSURE dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut. 1. Kualitas proses pembelajaran menulis naskah drama meningkat. Kualitas pembelajaran menulis naskah drama mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari indikator proses pembelajaran yang selalu mengalami peningkatan di setiap siklus. Tindakan berupa penerapan model ASSURE yang dilaksanakan tiap siklus mampu meningkatkan proses pembelajaran siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta selama pembelajaran menulis naskah drama. Dari hasil analisis peneliti dapat diketahui bahwa proses pembelajaran menulis naskah drama pada siklus I mencapai 59%, meningkat jauh lebih baik dari sebelumnya (survei awal) yang kurang dari 35%. Pada siklus II, proses pembelajaran siswa meningkat menjadi 81% artinya jumlah siswa yang aktif bertambah 9 siswa. Siswa yang aktif dalam siklus II ini adalah 32 siswa dari 38 siswa yang hadir. Dari hasil analisis di atas, maka dapat dikatakan bahwa tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran cukup berhasil. Hal ini membuktikan bahwa model ASSURE memiliki peran dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Berikut disajikan grafik peningkatan persentase keberhasilan kualitas proses pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta.
commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 6. Grafik Rekapitulasi Persentase Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta Secara lebih rinci, peningkatan proses pembelajaran menulis naskah drama ini tercermin melalui uraian di bawah ini. a. Keaktifan selama apersepsi Apersepsi merupakan langkah awal yang dilakukan guru untuk mengaktifkan siswa terkait dengan pokok penting sebelum masuk ke dalam materi pelajaran. Pada apersepsi ini, guru selalu memberikan pertanyaan sesuai dengan tema pelajaran yang akan dipelajari. Respons yang diberikan siswa terhadap apersepsi yang diberikan guru selalu mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Siswa yang cukup aktif selama pemberian apersepsi pada siklus I sebanyak 26 siswa (67%). Pada siklus II sudah ada siswa yang tergolong aktif selama pemberian apersepsi sebanyak 35 siswa (88%), sedangkan 12% cukup aktif (dengan satu siswa tidak hadir) b. Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru memberikan penjelasan materi Perhatian siswa dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Untuk menumbuhkan perhatian tersebut, guru harus merangsang siswa dengan menerapkancommit cara-cara yang sudah biasa maupun cara-cara to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
baru yang digunakan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini, selain guru menggunakan beberapa metode, digunakan pula media untuk membuat siswa perhatian saat guru memberikan penjelasan. Pada siklus I sebanyak 20 siswa (51%) dinyatakan aktif dan perhatian terhadap penjelasan dari guru. Pada siklus II siswa yang aktif memperhatikan penjelasan guru sebanyak 30 siswa (77%), sisanya delapan siswa kurang dan satu siswa tidak masuk. c. Minat dan motivasi mengikuti pembelajaran Minat dan motivasi dalam memiliki peranan penting dalam pembelajaran. Apabila siswa sudah tidak berminat terhadap suatu pembelajaran maka secara tidak langsung mereka tidak akan aktif dalam kegiatan tersebut. Untuk itu minat dan motivasi dalam pembelajaran menulis naskah drama ini diciptakan dengan menerapkan beberapa metode dan media dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan atau jenuh. Kaitannya dengan metode guru menggunakan beberapa jenis metode seperti ceramah, tanya jawab, inquiri, dan latihan kelompok. Dalam hal media, pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE kali ini memanfaatkan media video drama. Dalam kaitannya dengan minat dan motivasi siswa pada siklus terakhir aspek tersebut mencapai 77%. d. Kerjasama siswa dalam kerja kelompok Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengajak aktif siswa dalam kegiatan belajar adalah dengan latihan baik secara individu maupun kelompok. Latihan dengan kelompok terbukti bisa meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama. Selain itu kegiatan tersebut dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang secara tidak langsung membantu mereka dalam berlatih membuat naskah drama sebelum pada akhirnya mereka harus menulis sendiri sebuah naskah drama. Dalam kegiatan kelompok yang dilakukan siswa diketahui bahwa 14 siswa (36%) siswa aktif saat siklus I dan 30 siswa (77%) pada pelaksanaan siklus II. commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Hasil pembelajaran menulis naskah drama meningkat Untuk mengatasi permasalahan tentang kelemahan siswa dalam menulis naskah drama, guru dan peneliti menyusun tindakan yang terangkum dalam dua siklus. Pada siklus I dan II, diterapkan model ASSURE. Pelaksanaan
siklus
I
masih
belum
sepenuhnya
mampu
mengatasi
permasalahan yang terjadi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan oleh guru dan peneliti, lalu disusunlah instrumen untuk melakukan tindakan pada siklus II. Pada siklus II ini, indikator keberhasilan yang direncanakan sudah dapat dicapai. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah dapat diatasi. Hasil pembelajaran yang berupa kemampuan siswa dalam menulis naskah drama termasuk kemampuan siswa berimajinasi dalam menulis meningkat dengan model ASSURE. Kualitas hasil pembelajaran yang berupa kemampuan siswa dalam menulis naskah drama dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa dalam menghasilkan sebuah naskah drama. Nilai tersebut terus mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Naskah drama yang dihasilkan siswa mengalami peningkatan dalam beberapa aspek baik dari kelengkapan aspek formal drama, kelengkapan unsur intrinsik, keterpaduan unsur/struktur, dan kesesuaian penggunaan bahasa. Peningkatan dari setiap aspek penulisan tersebut menjadikan nilai siswa dalam menulis naskah drama secara otomatis meningkat. Pada saat observasi awal diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis naskah drama masih tergolong kurang. Hal ini tampak pada ketercapaian nilai menulis naskah drama siswa yang masih jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah mengenai pembelajaran bahasa Indonesia khusunya menulis naskah drama yaitu sebesar 74. Dalam observasi awal tersebut diketahui hanya 14 siswa yang mencapai nilai tersebut pada saat survei awal. Pada siklus I dari 39 siswa yang hadir, 14 siswa masih belum mencapai ketuntasan sesuai KKM, sedangkan siswa yang lain sudah userPada siklus terakhir hanya 5 siswa mampu menulis naskah dramacommit dengantobaik.
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang hadir dalam pertemun tersebut yang belum mencapai nilai sesuai KKM atau sebesar 13%. Berikut disajikan grafik peningkatan persentase keberhasilan menulis naskah drama dengan model ASSURE pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
85 64 35
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 7.Grafik Rekapitulasi Peningkatan Persentase Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta Penjelasan lebih rinci mengenai persentase keberhasilan masingmasing aspek adalah sebagai berikut.` a. Kelengkapan aspek formal drama Kelengkapan aspek formal drama merupakan kelengkapan yang secara struktur ada dalam penulisan naskah drama. Kelengkapan tersebut diantaranya : 1) judul, 2) informasi tokoh, 3) kramagung/wawancang, dan 4) babak dan adegan. Dalam penelitian ini kelengkapan aspek formal drama dimasukkan kedalam pedoman penskoran agar naskah drama yang dihasilkan oleh siswa tidak keluar dari batas-batas yang sudah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa dari siklus I sampai siklus II siswa tidak mengalami kesulitan dalam menyusun kelengkapan aspek formal drama yang memuat judul, informasi tokoh, kramagung, dan babak/adegan. Seluruh siswa yang hadir sudah mampu menulis naskah drama dengan baik. Dari hasil analisis dokumen diketahui bahwa pada commit to user siklus I hanya 1 siswa (2%) yang memeroleh skor maksimal 5, selebihnya
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
14 siswa (36%) memperoleh nilai 4, 17 siswa (44%) memperoleh nilai 2, dan sisanya 7 siswa (18%) yang memeroleh nilai 2. Pada siklus II diperoleh data ada 18 siswa (46%) memeroleh nilai 5, 13 siswa (33%) memeroleh nilai 4, sisanya 7 siswa (18%) memeroleh nilai 3 dan 1 siswa tidak masuk. b. Kelengkapan unsur intrinsik Kelengkapan unsur intrinsik terdiri dari : 1) fakta cerita (plot, tokoh, latar), 2) sarana cerita (sudut pandang penceritaan, gaya bahasa, simbolisme dan ironi), dan 3) pengembangan tema. Ketiga unsur yang tersebut sangat dibutuhkan dalam sebuah naskah drama, khususnya tema. Tema menjadi salah satu hal penting yang dapat mempermudah siswa dalam memulai menulis sebuah naskah drama. Penentuan tema akan lebih mempercepat proses pembuatan naskah drama karena siswa langsung berkonsentrasi untuk memikirkan rangkaian kata yang berhubungan dengan tema yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, tema yang diambil dalam tindakan I adalah tema percintaan, persahabatan, dan kedisiplinan kemudian pada tindakan II (siklus II) tema yang diambil adalah pengalaman. Berdasarkan hasil tulisan siswa diketahui bahwa kelengkapan unsur intrinsik yang digunakan dalam setiap kegiatan menulis mengalami peningkatan. Dari hasil analisis dokumen diketahui bahwa pada siklus I ada 18 siswa (46%) yang memeroleh nilai maksimal yaitu 5, sisanya ada 12 siswa (31%) yang memeroleh nilai 4, dan 9 siswa (23%) yang memeroleh nilai 3. Pada siklus II diperoleh data ada 18 siswa (46%) memeroleh nilai 5, 13 siswa (33%) memeroleh nilai 4, sisanya 1 siswa (3%) memeroleh nilai 2 dan 1 siswa tidak masuk. c. Keterpaduan unsur/struktur Kelengkapan komplikasi,
klimaks
unsur/struktur dan
terdiri
resolusi.
dari
Dalam
eksposisi, aspek
konflik,
keterpaduan
unsur/struktur, diperoleh data bahwa pada siklus I diperoleh data bahwa commit to user hanya ada 1 siswa (2%) memperoleh nilai 5, selebihnya 12 siswa (31%)
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memperoleh nilai 4, sisanya 21 siswa (54%) mendapatkan nilai 3, dan 5 siswa (13%) memeroleh nilai 2. Pada siklus II diperoleh data ada 5 siswa (13%) memeroleh nilai 5, 14 siswa (36%) memeroleh nilai 4, 12 siswa (31%) memeroleh nilai 3, sisanya 7 siswa (18%) memeroleh nilai 2 dan 1 siswa tidak masuk. d. Kesesuaian penggunaan bahasa Penggunaan bahasa dalam naskah drama siswa, diharapkan memuat unsur Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Pada penugasan, siswa ditugasi untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar, oleh karena itu kaidah EYD harus diterapkan dalam penulisan naskah drama. Pedoman umum EYD tersebut didapat dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Unsur EYD yang dipakai dalam pembelajaran menulis naskah drama meliputi beberapa hal sebagai berikut: 1) pemakaian huruf kapital, 2) penulisan kata, dan 3) pemakaian tanda baca. Dalam aspek kesesuian penggunaan bahasa, diperoleh data bahwa pada siklus I baru 7 siswa (18%) yang memperoleh nilai maksimal yaitu nilai 5, sisanya 20 siswa (51%) memperoleh nilai 4, dan 12 siswa (31%) memperoleh nilai 3. Pada siklus II diperoleh data ada 15 siswa (38%) memeroleh nilai 5, 15 siswa (38%) memeroleh nilai 4, sisanya 8 siswa (21%) memeroleh nilai 3 dan 1 siswa tidak masuk. Perolehan nilai masing-masing siswa dari pratindakan sampai siklus II dapat dilihat dari Tabel 10. berikut ini. Tabel 10. Rekapitulasi Nilai Menulis Naskah Drama No 1
Nama Afifatul Ulfiah A
Prasiklus 75
Siklus I 75
Siklus II 90
2
Amira Alwi
40
60
85
3
Ana Saifah I
75
75
80
4
Aningtias Nur F
55
65
70
5
Ariani Khusna D
65
70
85
6
Dea Devita Sari
80
90
commit to75user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7
Fajria Nadia S
70
75
85
8
Husni Ahmad
50
65
70
9
Indah Musrifotul F
65
75
90
10
Itsna Rifiana Ulfa
75
75
75
11
Malikah
65
80
85
12
Nisa Fitriyani
60
70
75
13
Novia Utami
75
80
80
14
Nuriyah Syaid F
60
75
80
15
Nurul Hidayah K
75
75
85
16
Putik Izzah M
80
85
90
17
Qois Nurrohmah
65
75
90
18
Qonita Akmalia A
55
75
75
19
Rizqi Ananda
70
65
80
20
Ufi Septianingrum
75
80
75
21
Windi Kasih Nur H
65
75
85
22
Adhi Triyandar T
60
65
85
23
Ahmad Gifan N.A
60
60
70
24
Amaar M Muhammad
70
75
80
25
Arkhanudin N
80
80
75
26
Bagus Imam K
75
80
80
27
Caesar Candra M
75
75
0
28
Dimas Ilham Nur R
60
70
90
29
Drajat Singgih Putra
45
60
65
30
Fauzi Asrori
60
70
75
31
Hakim Al Hayyu
75
75
85
32
Hanif Al Muttaqin R
60
70
75
33
Landung Pambudi
65
75
85
34
Muh. Febri Haryoto
65
75
70
35
Muhammad Faris N
75
80
85
36
M Mahmud
75
80
90
37
Muhammad Zakki B
60
65
90
38
Musthofa
50
55
75
39
Satria Fahrudin Syah
50
75
75
commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari Tabel 10. diketahui bahwa tidak setiap nilai siswa mengalami peningkatan, ada beberapa nilai yang tidak mengalami kenaikan dari prasiklus sampai siklus II. Ada pula nilai siswa yang tidak mengalami kenaikan yang signifikan sehingga mereka belum juga tuntas pada siklus II. Namun kebanyakan nilai yang diperoleh siswa mengalami kenaikan, sehingga ketika siswa belum tuntas pada siklus I kemudian tuntas pada siklus II. Selain meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis naskah drama di kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta, terdapat pula manfaat yang positif bagi siswa dari pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE ini, yaitu: 1. Siswa menjadi senang dengan materi pembelajaran menulis naskah drama Berdasarkan hasil tanya jawab dengan siswa, diketahui bahwa siswa menjadi lebih senang dengan pembelajaran menulis naskah drama. Menurut mereka, pembelajaran yang sekarang dilakukan terasa lebih menyenangkan karena diperlihatkan video dan latihan bersama dalam kelompok. Guru melakukan
cara-cara
seperti
pemodelan,
diskusi
kelompok,
dan
inquiri/menemukan. Hal ini dilakukan untuk untuk memicu keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung. Siswa dapat ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan tidak merasa bosan. Kenyataan ini diperkuat dengan hasil angket yang disebar peneliti setelah pelaksanaan tindakan II pada pertemuan kedua, hasilnya 30 siswa (77%) siswa menyatakan senang dengan pembelajaran menulis naskah drama yang dilakukan dengan model ASSURE. 2. Penjelasan dari guru lebih mudah dipahami oleh siswa Hal ini dibuktikan dari hasil angket yang diisi oleh siswa disimpulkan bahwa sebanyak 32 siswa (82%) siswa memberikan jawaban “ya”, sedangkan 6 siswa (15%) menyatakan tidak. 3. Siswa merasa lebih mudah menulis naskah drama dengan model ASSURE Hasil angket membuktikan bahwa 30 siswa (77%) sepakat bahwa dengan model ASSURE mereka lebih mudah dalam menulis naskah drama. Hal ini karena dalam kegiatan menulis naskah drama diberikan potongan commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
video drama komedi Extravaganza, serta diberikan latihan secara kelompok sebelum pada akhirnya mereka menulis sendiri naskah drama. 4. Kesulitan yang dialami dalam menulis naskah drama dapat berkurang Pada angket sebelumnya (pratindakan) hanya 18 siswa (46%) yang merasa senang ketika diberikan tugas menulis naskah drama, sisanya 21 siswa (54%) merasa biasa saja. Namun berdasarkan angket pascatindakan, sebanyak 31 siswa (79%) merasa kesulitan yang dialami dalam menulis naskah drama dapat teratasi dengan model ASSURE, sedangkan sisanya 7 siswa (18%) menjawab tidak. 5. Saya lebih senang mengikuti pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE dibandingkan pembelajaran yang biasa Berdasarkan angket, terbukti bahwa 33 siswa (85%) merasa lebih senang mengikuti pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE dibandingkan pembelajaran yang biasa. 6. Siswa lebih kreatif dalam menuangkan ide-ide dalam menulis, khususnya menulis naskah drama Hasil analisis peneliti menyatakan bahwa 30 siswa (77%) menyatakan setuju dengan pendapat bahwa siswa lebih kreatif dalam menuangkan ide-ide dalam menulis, khususnya menulis naskah drama. 7. Siswa merasa mendapat tambahan pengetahuan Hal ini dibuktikan dari hasil angket yang diisi oleh siswa disimpulkan bahwa sebanyak 33 siswa (85%) siswa memberikan jawaban “ya”, sedangkan 5 siswa (13%) menyatakan tidak. 8. Siswa menyukai cara yang digunakan guru Dalam penelitian ini guru menggunakan beberapa metode dan media. Hal ini yang membuat siswa menjadi tidak bosan dengan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil angket diperoleh data sebanyak 29 siswa (74%) menyukai cara guru dalam mengajar.
commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9. Siswa optimis bahwa kemampuan menulis naskah drama mereka meningkat Hal ini dibuktikan dari hasil angket yang diisi oleh siswa disimpulkan bahwa sebanyak 30 siswa (77%) siswa memberikan jawaban “ya”, sedangkan 8 siswa (20%) menyatakan tidak. Keseluruh angket yang disebar oleh peneliti diisi oleh 38 siswa. Satu siswa dalam tindakan II siklus II tidak hadir. Oleh karena itu satu siswa tersebut ikut menempati bagian dari persentase dari jumlah siswa yang hadir, sehingga 3% dari 100% persentase dalam setiap aspek adalah ketidak hadiran satu siswa. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk menghasilkan persentase yang stabil di setiap perhitungan baik diangket awal (pratindakan) maupun pascatindakan. Dari pihak guru dampak positif dari penelitian ini adalah kemampuan guru dalam mengelola kelas meningkat. Kemampuan guru mengelola kelas merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Pengelolaan kelas yang dilakukan guru antara lain berupa tindakan memberikan perhatian pada seluruh siswa, menyajikan materi dengan mengombinasikan metode ceramah dengan metode lain yang menjadikan siswa tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran, memberikan latihan, memberikan stimulus dalam berpikir, memberi penghargaan kepada siswa yang bekerja dengan baik, serta memotivasi siswa supaya aktif dalam pembelajaran. Pengelolaan kelas yang dilakukan guru tersebut jauh lebih baik dari yang dilakukan guru sebelumnya pada saat observasi. Kelemahan guru selama berlangsungnya pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE sedikit demi sedikit mulai berkurang. Peran guru berubah ke arah yang lebih baik. Dengan meningkatnya kualitas proses dan hasil dalam pembelajaran menulis naskah drama ini, dapat dikatakan bahwa model ASSURE mampu mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis naskah dama di kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta. Untuk mengetahui peningkatan tersebut, dapat dilihat pada Tabel 11. berikut.
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 11. Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama No.
Persentase
Kegiatan Siswa
Siklus I
Siklus II
1.
Aktif selama kegiatan apersepsi
36%
67%
2.
Aktif dan perhatian selama KBM berlangsung
51 %
77%
3.
Minat dan motivasi siswa
77%
90%
4.
Aktif dalam bekerja sama
59%
77%
4.
Kemampuan menulis naskah drama
64%
85 %
Berikut disajikan Gambar 8. persentase hasil pembelajaran menulis naskah drama. 90 80 70 60 50 40
Siklus I
30
Siklus II
20 10 0 Apersepsi
Materi
Minat dan Kerjasama motivasi
Menulis naskah drama
Gambar 8. Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama
commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara lebih rinci, pelaksanaan kegiatan penelitian selama dua siklus terangkum dalam Tabel 12. berikut ini. Tabel 12. Deskripsi Hasil Penelitian No.
Deskripsi hasil penelitian
1.
Siklus I
Siklus II
Perencaan
Guru dan peneliti menyusun Guru
tindakan
rencana
dan
peneliti
menyusun
pembelajaran, rencana pembelajaran, instrumen
instrumen pembelajaran, media pembelajaran, media yang akan yang
2.
Pelaksanaan tindakan
akan
digunakan,
dan digunakan,
dan
jadwal
jadwal pelaksanaan tindakan I
pelaksanaan tindakan II
1) Guru
a) Guru
melaksanakan
melakukan
apersepsi
apersepsi untuk mengetahui
dengan mengingatkan materi
kesiapan siswa.
yang telah disampaikan pada
2) Guru
melakukan
tanya
jawab dengan siswa tentang pemahaman siswa terhadap materi drama. 3) Guru tentang
melakukan tanya jawab. b) Guru menyampaikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa pada
menjelaskan
materi
pertemuan sebelumnya dan
drama
menyampaikan
naskah
melalui power point. 4) Guru
pertemuan sebelumnya dan
pendalaman
materi.
melakukan
tanya
c) Guru
memberikan
latihan
jawab dengan siswa tentang
pada siswa untuk melanjutkan
pemahaman siswa.
potongan video drama komedi
5) Guru
membagi
siswa
Extravaganza
secara
menjadi sepuluh kelompok
kelompok dalam satu babak.
untuk melanjutkan potongan
d) Guru memutarkan potongan
video drama komedi secara
video
bersama-sama
Extravaganza yang berjudul
dalam
dua
babak.
komedi
“Gangguan Lamaran”.
6) Guru memutarkan potongan video
drama
drama
e) Guru menyuruh siswa untuk
komedi
menukarkan hasil pekerjaan
Extravaganza yang berjudul
kelompok dengan kelompok
commit to user “Perpustakaan”.
lain.
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7) Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan
hasil
pekejaan kelompoknya di depan kelas.
f) Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja masingmasing kelompok. g) Guru menjelaskan tugas akhir
8) Guru memberi tugas pada
yang harus siswa lakukan
siswa secara mandiri untuk
untuk
membuat
sebuah
naskah
naskah drama.
drama
dengan
tema
pengalaman.
penilaian
menulis
h) Guru memberi tugas pada siswa secara mandiri untuk
9) Untuk
membantu
mempermudah
imajinasi
membuat
sebuah
naskah
drama
dengan
tema
siswa, guru menayangkan
persahabatan,
video
kedisiplinan, dan sosial.
drama
komedi
Extavaganza yang berjudul “Mesin ATM”.
i) Untuk
membantu
mempermudah
10) Guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan
hasil
pekerjaannya 11) Guru
cinta,
siswa,
guru
video
imajinasi menayangkan
drama
komedi
Extavaganza yang berjudul mengakhiri
pembelajaran
dengan
memberikan salam.
“Tarzan”. j) Guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan
hasil
pekerjaannya. k) Guru dan siswa merefleksi pelaksanaan pembelajaran yang selama ini dilaksanakan. 3.
Hasil
1. Siswa yang aktif selama 1. Siswa pemberian
apersepsi
sebanyak 26 siswa (67%) 2. Siswa
yang
perhatian
aktif
selama
berlangsung
selama
pemberian apersepsi sebanyak
dan 2. Siswa yang aktif dan perhatian
20
siswa (51%) 3. Siswa yang aktif bekerja
commit to user
aktif
35 siswa (90%)
(KBM)
sebanyak
yang
selama (KBM) berlangsung sebanyak 30 siswa (77%) 3. Siswa
yang
aktif
bekerja
dalam kelompok sebanyak 30
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam kelompok sebanyak 14 siswa (36%)
siswa (77%) 4. Minat dan motivasi siswa
4. Minat dan motivasi siswa sebesar 23 siswa (59%) 5. Siswa yang mampu menulis
sebanyak 30 siswa (77%) 5. Siswa yang mampu menulis naskah drama dengan baik dan
naskah drama dengan baik
tuntas
dan
(85%)
dinyatakan
tuntas
sebanyak
33
siswa
sebanyak 25 siswa (64%) 4.
Analisis Refleksi
dan 1. Pengelolaan kelas kurang
1. Waktu kegiatan yang terbatas
2. Guru kurang mengajak siswa 2. Ada beberapa permasalahan terlibat
aktif
dalam
pembelajaran 3. Guru
tidak
belum
fasilitator
dalam
kegiatan
yang
kegiatan
mengganggu
rencana belum
terlaksana secara maksimal, bahkan
hilang
dengan
pembelajaran sehingga sedikit
4. Waktu yang terbatas sehingga beberapa
berkaitan
menjadi
kelompok
ada
yang secara alami muncul yang
seperti
penyimpulan dan refleksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan 1. Penerapan model pembelajaran ASSURE dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis naskah drama. Peningkatan tersebut tampak dalam aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE. Aktivitas siswa yang mengidentifikasikan keaktifan tersebut antara lain: a. keaktifan siswa dalam kegiatan apersepsi tampak dari keaktifan siswa menjawab pertanyaan. Jumlah siswa yang aktif memberikan respons terhadap apersepsi yang diberikan guru terus mengalami peningkatan pada setiap siklus, yakni 67% pada siklus I dan 90% pada siklus II; b. jumlah siswa yang aktif dalam memperhatikan penjelasan materi yang diberikan guru mengalami peningkatan dari siklus ke siklus, yakni 51% pada siklus I dan 77% pada siklus II; c. jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I diketahui 77%, siklus II naik menjadi 90%; dan d. minat dan motivasi siswa mengikuti pelajaran mengalami peningkatan yaitu dari siklus I sebesar 36% menjadi 77% pada siklus II. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis naskah drama dengan model ASSURE secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) dari hasil analisis peneliti dapat diketahui bahwa proses pembelajaran menulis naskah drama pada siklus I mencapai 59%. (2) pada siklus II, proses pembelajaran siswa meningkat menjadi 81% artinya jumlah siswa yang aktif bertambah 9 siswa. Ini berarti pada siklus II proses pembelajaran naik 22% dari siklus I. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis naskah drama di atas tidak terlepas dari peran guru dan siswa. Dalam hal ini peningkatan di dalam
commit to user 97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
pembelajaran juga tampak pada keterampilan guru dalam mengelola kelas. Dengan diterapkannya model ASSURE dapat memacu guru lebih terampil dalam mengelola kelas. Dalam hal ini peningkatan keterampilan guru tampak pada tindakannya menerapkan metode atau teknik pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya yang hanya berceramah dan pemberian tugas menulis. Pada pembelajaran kali ini guru mengombinasikan metode ceramah dengan metode lain sehingga siswa tidak bosan lagi mengikuti pembelajaran. Peningkatan keterampilan guru juga tampak dalam mempersiapkan instrumen pembelajaran guna mempermudah penjelasan dalam menyampaikan materi dan mempermudah siswa dalam menulis naskah drama. Di samping itu, guru juga sangat berperan dalam memotivasi siswa supaya aktif selama pembelajaran berlangsung. Kondisi yang demikian jauh lebih baik daripada pengelolaan kelas yang dilakukan guru pada saat survei awal. 2. Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa dalam Pembelajaran. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis naskah berdampak pada kenaikan kualitas hasilnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dalam menulis naskah drama, dengan Kriteria Ketentuan Minimal sekolah sebesar 74. Dalam hal ini, penerapan model ASSURE dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis naskah drama. Hal ini ditandai dengan besarnya persentase kelulusan siswa. Persentase tersebut mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada survei awal persentase kelulusan siswa hanya sebanyak 14 siswa atau sebesar 36%, pada siklus I naik menjadi 25 siswa atau sebesar 64%, dan pada siklus II mencapai 33 siswa atau sebesar 85%. Pada siklus terakhir dari keseluruhan siswa yang hadir yaitu 38 siswa, hanya 5 siswa yang tidak tuntas (mendapat nilai kurang dari 74). Hal ini sangat wajar karena keterbatasan intelektual seseorang memang tidak mungkin bisa ditingkatkan secara cepat tetapi membutuhkan proses yang panjang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
Keberhasilan nilai siswa tidak lepas dari peningkatan nilai siswa pada tiap-tiap aspek yang menjadi indikator ketuntasan nilai siswa, yaitu: a) Dalam aspek kelengkapan formal drama, pada siklus I diperoleh data bahwa hanya 1 siswa (2%) yang memeroleh skor maksimal 5, selebihnya 14 siswa (36%) memperoleh nilai 4, 17 siswa (44%) memperoleh nilai 2, dan sisanya 7 siswa (18%) yang memeroleh nilai 2. Pada siklus II diperoleh data ada 18 siswa (46%) memeroleh nilai 5, 13 siswa (33%) memeroleh nilai 4, sisanya 7 siswa (18%) memeroleh nilai 3 dan 1 siswa tidak masuk. b) Dalam aspek kelengkapan unsur intrinsik, diketahui ada 18 siswa (46%) yang memeroleh nilai maksimal yaitu 5, sisanya ada 12 siswa (31%) yang memeroleh nilai 4, dan 9 siswa (23%) yang memeroleh nilai 3. Pada siklus II diperoleh data ada 18 siswa (46%) memeroleh nilai 5, 13 siswa (33%) memeroleh nilai 4, sisanya 1 siswa (3%) memeroleh nilai 2 dan 1 siswa tidak masuk. c) Dalam aspek keterpaduan unsur/struktur, diperoleh data bahwa hanya ada 1 siswa (2%) memperoleh nilai 5, selebihnya 12 siswa (31%) memperoleh nilai 4, sisanya 21 siswa (54%) mendapatkan nilai 3, dan 5 siswa (13%) memeroleh nilai 2. Pada siklus II diperoleh data ada 5 siswa (13%) memeroleh nilai 5, 14 siswa (36%) memeroleh nilai 4, 12 siswa (31%) memeroleh nilai 3, sisanya 7 siswa (18%) memeroleh nilai 2 dan 1 siswa tidak masuk. d) Dalam aspek kesesuaian penggunaan bahasa, diketahui baru 7 siswa (18%) yang memperoleh nilai maksimal yaitu nilai 5, sisanya 20 siswa (51%) memperoleh nilai 4, dan 12 siswa (31%) memperoleh nilai 3. Pada siklus II diperoleh data ada 15 siswa (38%) memeroleh nilai 5, 15 siswa (38%) memeroleh nilai 4, sisanya 8 siswa (21%) memeroleh nilai 3 dan 1 siswa tidak masuk.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
B. Implikasi Penelitian ini memberikan gambaran nyata bahwa keberhasilan proses dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari guru maupun siswa. Di samping itu juga dipengaruhi oleh metode dan teknik pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan sarana prasarana. Faktor dari guru meliputi kemampuan guru dalam mengembangkan dan menyampaikan materi, keterampilan guru dalam mengelola kelas, penggunaan metode, dan penggunaan media dalam proses pembelajaran. Faktor dari siswa meliputi minat, motivasi, dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus diupayakan secara maksimal agar semua faktor dapat dimiliki oleh guru dan siswa dalam pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola kelas serta didukung dengan sarana dan prasarana yang menunjang, maka guru akan mampu menyampaikan materi dengan baik. Materi itu pun akan dapat diterima baik oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi agar selalu aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar, kondusif, efektif, dan efisien. Penelitian ini membuktikan bahwa proses pembelajaran dan kemampuan menulis naskah drama siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama meningkat setelah diterapkan model ASSURE. Oleh karena itu, model ASSURE ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru yang ingin menerapkan model tersebut dalam pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa. Di samping itu, hasil penelitian ini dapat digunakan guru sebagai alternatif tindakan yang menyenangkan dalam melaksanakan pembelajaran guna meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa, serta dapat membuat siswa menjadi lebih tertarik mengikuti pembelajaran. Pemberian tindakan dari siklus I memberikan deskripsi bahwa masih terdapat kekurangan selama pembelajaran menulis naskah drama. Namun, kekurangan-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
kekurangan tersebut dapat diatasi pada pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya. Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan baik kualitas proses maupun hasil berupa kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Dari segi proses, terdapat peningkatan keaktifan siswa selama pembelajaran dan keterampilan guru dalam mengelola kelas. Adapun dari segi hasil, terdapat peningkatan nilai rata-rata menulis naskah drama siswa dari siklus I hingga siklus II. Terdapat 5 siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) menulis naskah drama hingga siklus II. Hal ini mencerminkan bahwa model ASSURE tidak sepenuhnya efektif jika diterapkan pada siswa dengan kondisi tertentu. Siswa yang tergolong tidak berkesulitan belajar akan mudah dalam mengikuti pembelajaran dengan model ASSURE. Akan tetapi, bagi siswa yang berkesulitan belajar, pembelajaran dengan model ASSURE kurang membantu dalam mempermudah siswa menulis naskah drama.
C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut. 1.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis naskah drama dapat diterapkan model pembelajaran ASSURE agar diperoleh hasil yang optimal.
2.
Guru sebaiknya lebih kreatif mengembangkan metode, media, dan bahan ajar supaya kegiatan pembelajaran menjadi lebih aktif, kreatif, dan menyenangkan.
3.
Siswa akan mahir menulis apabila siswa tersebut sering melakukan latihan dengan rutin. Untuk itu guru harus memperhatikan waktu latihan atau praktik menulis lebih banyak daripada memberikan materi.
4.
Dari penelitian yang telah dilakukan supaya bisa ditindak lanjuti oleh guru agar penelitian ini bisa bermanfaat terutama untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.
commit to user