MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-X/2012
PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
ACARA MENDENGARKAN KETERANGAN PIHAK TERKAIT I DAN II SERTA SAKSI/AHLI DARI PEMOHON, PEMERINTAH, DAN PIHAK TERKAIT (V)
JAKARTA RABU, 13 JUNI 2012
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau [Pasal 5 ayat (1) huruf c] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Hasan Basri Agus 2. Effendi Hatta 3. Zumi Zola Zulkifli 4. Romi Hariayanto 5. Meiherriansyah 6. Abidin
7. 8. 9. 10. 11.
Junaidi Kalil Hasip Kalimuddin Syam Sayuti R. Muhammad
ACARA Mendengarkan Keterangan Pihak Terkait I dan II serta Saksi/Ahli dari Pemohon, Pemerintah, dan Pihak Terkait (V) Rabu, 13 Juni 2012, Pukul 11.08 – 12.43 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Mahfud MD. Achmad Sodiki Harjono Anwar Usman Hamdan Zoelva Ahmad Fadlil Sumadi Muhammad Alim Maria Farida Indrati
Saiful Anwar
(Ketua) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) Panitera Pengganti
i
Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. 2. 3. 4. 5.
H. Hasan Basri Agus Effendi Hatta Zumi Zola Zulkifli Meiherriansyah Abidin
6. 7. 8. 9. 10.
Junaidi Kalil Hasip Kalimuddin Syam Sayuti R. Muhammad
B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. 2. 3. 4. 5.
Andi Muhammad Asrun Bachtiar Sitanggang Dorel Almir Nurul Jodi Santoso
C. Ahli dari Pemohon: 1. Junaidi T. Noor D. Saksi dari Pemohon: 1. Sofyan Ali 2. M. Ali Jaindra 3. Saparudin E. Pemerintah: 1. 2. 3. 4.
Mualimin Abdi Erma Wahyuni Anastuti Slamet Hendarto
(Kementerian (Kementerian (Kementerian (Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia) Dalam Negeri) Dalam Negeri) Dalam Negeri)
F. Pihak Terkait I: 1. H. M. Soerya Respationo (Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau) 2. Komisi I DPRD Tingkat I Provinsi Kepulauan Riau G. Kuasa Hukum Pihak Terkait I: 1. Masrur Amin 2. Bastari Madjid 3. Rudi Alfonso
4. Sulhan 5. Mona Bidayati 6. Heru Widodo
ii
H. Ahli dari Pihak Terkait I: 1. H.A.S. Natabaya 2. Muh. Guntur Hamzah I. Pihak Terkait II: 1. Daria (Bupati Kabupaten Lingga) 2. Kisanjaya (Camat Singkep) 3. Encik Syarif (Kepala Desa Pulau Berhala) J. Kuasa Hukum Pihak Terkait II: 1. Edward Arfa 2. M. Agung Wira Dharma K. Ahli dari Pihak Terkait II: 1. Amiono L. Saksi dari Pihak Terkait II: 1. Raja Nurhayati 2. Juniardi
iii
SIDANG DIBUKA PUKUL 11.08 WIB 1.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Sidang Mahkamah Konstitusi untuk mendengar keterangan Saksi dan Ahli, baik yang diajukan oleh Pemohon maupun oleh Pihak Terkait I dan II dalam sengketa Pengujian Undang-Undang yang diregistrasi dengan Nomor 32/PUU-X/2012 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Pemohon, silakan perkenalkan diri dulu.
2.
KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUHAMMAD ASRUN Terima kasih, Yang Mulia. Sidang hari ini dihadiri oleh Para Pemohon Prinsipal, kecuali kete … Ketua DPRD Tanjung Timur dan penasihat hukum. Sebelah kiri Saudara Nurul dan di sebelah kanan adalah Bachtiar Sitanggang. Kemudian Dorel Armir, di belakang ada Jodi Santoso, dan sendiri … saya sendiri Muhammad Asrun. Serta kami masih mengajukan Saksi yang telah disumpah dan Ahli yang telah disumpah pada sidang yang lalu. Demikian, Yang Mulia. Terima kasih.
3.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik. Pemerintah?
4.
PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang, salam sejahtera untuk kita semua. Pemerintah hadir, Yang Mulia. Dari yang sebelah kanan ada Ibu Anastuti dari Kementerian Dalam Negeri. Kemudian di sebelah kirinya ada Erma Wahyuni dari Kementerian Dalam Negeri. Kemudian ada Pak Slamet Hendarto dari Kementerian Dalam Negeri dan saya sendiri Mualimin Abdi dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Terima kasih, Yang Mulia.
5.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik, Terkait I?
1
6.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT I: MASRUR AMIN Terima kasih, Yang Mulia. Izinkan kami memperkenalkan diri. Kami dari Pihak Terkait I mewakili Provinsi Kepulauan Riau, hadir pada hari ini Kuasa Hukumnya, saya sendiri Masrur Amin. Sebelah kanan, Pak Bastari Madjid. Sebelah kanannya lagi, Bapak Rudi Alfonso. Di belakang ada Pak Sulhan, Bu Mona, dan Pak Heru Widodo, S.H. Juga pada hari ini kebetulan dihadiri oleh Bapak Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau dan juga Bapak-Bapak dari Komisi I DPRD Tingkat I Provinsi Kepulauan Riau. Demikian, Yang Mulia. Terima kasih.
7.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Terkait II?
8.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Terima kasih, Yang Mulia. Kami Pihak Terkait II, kami sendiri sebagai Kuasa Hukum Edward Arfa dan di samping kami M. Agung Wiradharma. Dan pada kesempatan ini juga hadir Prinsipal kami, Bupati Kabupaten Lingga Pak Drs. H. Daria, ada di belakang.
9.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Mana, Pak Bupati?
10.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Pak Bupati.
11.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik, silakan duduk.
12.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Ya.
13.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Cukup?
2
14.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Dan kemudian juga hadir Camat Singkep Prinsipal kami, Pak Kisanjaya.
15.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Oke. Mana, Pak Camat?
16.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Pak Camat. Di belakang.
17.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Oh, di situ?
18.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Ya. Dan juga Kepala Desa Pulau Berhala, Yang Mulia. Kepala Desa Pulau Berhala, Prinsipal kami. Bapak Syarif (…)
19.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik.
20.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Bapak Ir. Syarif.
21.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Ya, baik.
22.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Ya.
23.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik, kita akan usahakan agar semua yang diajukan untuk diminta keterangan, baik sebagai Ahli maupun Saksi, hari ini kita bisa dengar semuanya. Mudah-mudahan sampai jam 13.00 WIB begitu selesai. Dan di sini ada yang belum disumpah, yaitu Ahli yang diajukan oleh Pihak Terkait II Bapak Amiono. Mana, Pak Amiono? Ya, baik. Kemudian Saksi 3
yang diajukan Terkait II, Raja Nurhayati? Oh Raja, tapi perempuan. Ratu mestinya Ibu. Juniardi. Baik, kita ambil dulu Saksi untuk tampil ke depan mengambil sumpah. Ibu (…) 24.
KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUHAMMAD ASRUN Izin.
25.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Nurhayati dan Juniardi.
26.
KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUHAMMAD ASRUN Izin, Yang Mulia.
27.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Ya.
28.
KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUHAMMAD ASRUN Mohon izin sebentar, Yang Mulia. Terkait dengan diajukannya Perwira Angkatan Laut, Pak, ya, oleh Pihak Terkait II. Kami ingin mempertanyakan Yang Mulia karena ini kehadiran seorang Perwira aktif ya, itu tentunya harus melalui surat perintah dan kemudian dari kesatuan mana. Kalau misal dari Dishidros, mungkin kepala Dishidros. Dan apakah cukup dengan Kepala Dishidros, bukan dengan kepala staf angkatan laut? Dan mohon dijelaskan dulu karena ini menyangkut penting, Yang Mulia, sebagaimana sidang-sidang terdahulu dalam Mahkamah Konstitusi. Terima kasih.
29.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Ya, nanti kita dengarkan saja dulu … apa namanya … tentang kehadiran Beliau ini, tapi kita ambil saja dulu sumpahnya. Saudari Raja Nurhayati dan Juniardi, silakan. Bu Nurhayati, beragama Islam? Islam. Pak Juniardi, Islam? Baik, akan diambil sumpah dalam agama Islam dulu untuk Saksi, yang Ahli sebentar lagi. Saksi dulu, Saksi, Saksi Bu Nurhayati sama Jurniadi. Pang … Ahli di sini dulu Pak Amiono di sini dulu. Di sini, Pak, di sini, di sini, di sini! Ya. Baik, Pak Alim akan mengambil sumpah dua Saksi dalam agama Islam.
4
30.
HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Ya, ikuti lafal sumpah yang akan saya tuntunkan! “Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah, sebagai Saksi akan memberikan ketarangan yang sebenarnya, tidak lain dari yang sebenarnya.”
31.
SELURUH SAKSI YANG BERAGAMA ISLAM DISUMPAH: Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah, sebagai Saksi akan memberikan ketarangan yang sebenarnya, tidak lain dari yang sebenarnya.
32.
HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Terima kasih.
33.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik, Ibu Nurhayati Anda tadi ikut mengucapkan lafal sumpah, kan? Karena tidak terdengar, oke. Baik, silakan duduk. Kemudian Pak Amiono akan diambil sumpah sebagai Ahli dalam Agama Islam, Bapak Anwar Usman.
34.
HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN Mohon ikuti saya! “Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai dengan keahlian saya.”
35.
AHLI YANG BERAGAMA ISLAM DISUMPAH: Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai dengan keahlian saya.
36.
HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN Terima kasih.
37.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik, tentang pertanyaan tadi, Saudara Pemohon apakah Saudara Amiono ini dapat surat perintah atau belum, nanti biar dijelaskan sendiri, 5
tetapi bagi Mahkamah Konstitusi itu yang penting keterangannya. Perintah atau tidak, itu kami memberlakukan biasanya izin kalau untuk sengketa pilkada itu dari Bawaslu, tetapi yang ini, nanti biar dijelaskan sendiri dan kita akan pertimbangkan isinya, relevansi isinya karena ini soal pengujian undang-undang. Baik, kita akan dengarkan dulu dari Saksi Saudara Sofyan Ali. Silakan, Saudara Sofyan Ali, di ... agak singkat saja ya, 10 menit gitu, silakan. 38.
SAKSI DARI PEMOHON: SOFYAN ALI Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Assalamualaikum wr. wb. Masalah sengketa gugusan Pulau Berhala antara Provinsi Jambi dan Provinsi Kepulauan Riau sudah lama terjadi, yaitu sejak tahun 1982 dan semakin menghangat lagi dengan adanya penafsiran yang beragam atas diundangkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau dengan penjelasan Pasal 3 yang menyebutkan, “Provinsi Kepulauan Riau dalam undang-undang ini tidak termasuk Pulau Berhala.” Karena itu, Pulau Berhala termasuk dalam wilayah Provinsi Jambi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Tebo, Muara Jambi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kemudian dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga, dianggap mengesampingkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 yang menjadi dasar hukumnya sendiri, sehingga menimbulkan pembahasan dan klaim Pihak Kepri bahwa Pulau Berhala masuk wilayah Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Kami selaku Anggota DPR RI Periode 2004-2009 yang duduk di Komisi II telah melihat adanya langkah yang dilakukan Pemerintah, dalam hal ini Departemen Dalam Negeri untuk menyelesaikan sengketa sesuai dengan kewenangan yang diamanatkan oleh Pasal 198 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yaitu apabila terjadi perselisihan antara provinsi, antara provinsi di kabupaten/kota di wilayahnya, dan antara provinsi dengan kabupaten/kota di luar wilayahnya, Menteri Dalam Negeri menyelesaikan perselisihan dimaksud. Menteri Dalam Negeri baik langsung maupun melalui Dirjen Pemerintahan Umum, telah mengumpulkan berbagai bukti dan dalil yang disampaikan Pemerintah Provinsi Jambi maupun Provinsi … Pemerintah Pemerintahan Kepulauan Riau. Pihak Provinsi Jambi maupun Provinsi Kepulauan Riau juga telah berbicara di Komisi II. Pihak Komisi II DPR RI pun telah berkunjung ke
6
Pulau Berhala, yaitu pada tanggal 9 Mei 2006 dan 25 Juli 2006. Fakta lapangan yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini adalah: 1. Salah seorang Penduduk Kampung Laut, kini bernama Desa Kuala Jambi menyebut kalau akan ke Dabo Singkep, speedboat-nya melewati Selat Berhala. Desa Kuala Jambi tersebut berada jauh ke arah barat dari Pulau Berhala yang terletak di salah satu Muara Sungai Batanghari. Dengan kendaraan air speedboat, bisa langsung tanpa melayari perairan laut antara Pulau Berhala dengan Sungai Itik daratan Pulau Sumatera. Ini membawa pendapat kami bahwa Selat Berhala bukan saja perairan laut antara Pulau Berhala dengan Pulau Sumatera, tapi juga termasuk perairan laut antara Pulau Sumatera dengan Pulau Singkep, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri. 2. Dari laporan tertulis Kodim Tanjung Jabung tentang hitungan jarak, yaitu Pulau Berhala berjarak dengan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur 7,46 mil atau 12 km, sedangkan jarak antara Pulau Berhala dengan Pulau Singkep Kabupaten Lingga 11,5 mil atau 18,5 km. Jika dibandingkan lagi dengan Ujung Jabung di Muara Sungai Jambi, Sungai Batang Hari hanya 2,5 mil laut. Fakta ini membawa keyakinan kami bahwa Pulau Berhala tersebut berada di wilayah perairan laut Provinsi Jambi, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang menetapkan kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut, sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi. 3. Ketika tanggal 25 Juli 2006, kami telah melakukan peninjauan lapangan Komisi II DPR RI yang terdiri … dan dipimpin oleh Bapak Priyo Budi Santoso, saya sendiri, kemudian ada teman-teman lain yang tidak saya ingat lagi, memang menemui ada dua kelompok kependudukan, yaitu penduduk Provinsi Jambi dan penduduk Kepulauan Riau dengan kawasan secara riil terpisah. Kondisi ini sepertinya akan mempersulit pelayanan administrasi pemerintahan dan pembangunan di Pulau Berhala. Dari hasil pengamatan lapangan beberapa kali pertemuan dengan Komisi II DPR RI, maka lahirlah rekomendasi dari Komisi II yang menyatakan bahwa gugusan Pulau Berhala secara hukum adalah merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jambi. 4. Setelah rekomendasi keluar, Komisi II beberapa kali lagi mengadakan pertemuan dan pengumpulan dan melengkapi bahan-bahan. Saya kemudian tidak lagi sempat ikut serta dalam pembahasan lanjutan karena setelah itu saya pindah tugas ke Komisi VII DPR RI tahun 2007. Demikianlah, Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, uraian dan penjelasan ini saya sampaikan dan saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum wr. wb. 7
39.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik, terima kasih, Pak Sofyan. Mohon nanti yang tertulis itu diserahkan ke Petugas Persidangan ya.
40.
SAKSI DARI PEMOHON: SOFYAN ALI Siap.
41.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Itu informasi yang sangat penting. Pak Ali Jaindra.
42.
SAKSI DARI PEMOHON: ALI JAINDRA Terima kasih, Pak Hakim Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Saya akan menyampaikan tentang pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh Provinsi Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. 1. Pada tahun 1968, Bapak Selamat Barus selaku Bupati Tanjung Jabung telah membantu pembangunan musala dan memberikan KTP kepada penduduk Pulau Berhala berikut KK sebanyak 13 KK. Melalui Camat Nipah Panjang Pak Mochtar Muis, serta membentuk satu RT, yakni RT 13 Pulau Berhala. Karena dibentuk itu sesuai dengan penduduk yang ada 13 KK, maka Pak Bupati menentukan itu RT 13 Pulau Berhala. 2. Pada tahun 2002, Bapak Gubernur Jambi beserta Bapak Bupati Tanjung Jabung Timur telah memberikan bantuan berupa pembangunan rumah sebanyak 50 unit dan peralatan nelayan dan juga sembako kepada penduduk Pulau Berhala. Jadi pada 2002 ini semua penduduk Pulau Berhala, Yang Mulia, memakai KTP Jambi, KK Jambi, pada 2002. 3. Pada tahun 2002-2003, Bapak Gubernur Jambi telah memberikan bantuan berupa 1 unit kapal motor berkapasitas 15 ton sebagai alat transportasi untuk masyarakat Pulau Berhala. 4. Pada tahun 2002-2003, Dinas Kelautan dan Perikatan Provinsi Jambi juga memberikan bantuan, di antaranya 8 unit kapal nelayan beserta alat tangkap, 1 unit kerambah ikan, 1 unit pos Dinas Perikanan dan Kelautan ukuran 5x10 meter, 1 unit speedboat dengan mesin 40 PK. 5. Pada tahun 2003-2004, juga telah dilaksanakan beberapa pembangunan oleh ABRI masuk desa, yaitu AMD, di antaranya 1 unit balai pertemuan dengan ukuran 8x10 meter, 2 unit WC umum, 3 buah sumur air bersih. Ini yang dilaksanakan oleh ABRI masuk desa. 6. Pada tahun 2004-2005, Pemerintah Provinsi Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur kembali melaksanakan beberapa pembangunan di antaranya 1 unit pelabuhan dermaga dengan 8
ukuran 148 meter, 13 unit rumah semi permanen, 3 unit saung tempat peranginan, 1 unit ruang kelas, 1 unit pustu kesehatan, 1 unit mesin Genset untuk penerangan, 4 buah kapal nelayan dengan peralatan tangkap ikan berupa jaring, bubu, dan rawai. Setelah itu, pembangunan jalan setapak sebanyak 3 lokasi menjurus ke Bukit Meriam, Kampung Lama, dan Kampung Baru. 7. Pada tahun 2004-2005, Kapolda Provinsi Jambi, Bapak Charel, telah membangun satu unit kantor pos penjagaan polisi, empat unit perumahan anggota polisi. Ini yang dilakukan oleh kapolda diperintahkan kepada kapolres, tiap bulannya enam orang anggota kepolisian yang jaga di Pulau Berhala. Ini aplusan tiap bulan dari Kapolres Liba, dari kecamatan, yaitu satu orang. 8. Pada tahun 2006, Pemerintah Provinsi Jambi dan Kabupaten Tanjab Timur tidak melaksanakan kegiatan apa pun di Pulau Berhala dikarenakan ada larangan, instruksi dari Mendagri. Sebaliknya, Pemerintah Kepri tidak mengindahkan instruksi dan larangan tersebut. Jadi, maka dari Kepri pembangunan, maka beliau berlebihlebihan karena dia tidak mematuhi larangan di Mendagri. Tapi bupati … eh, gubernur waktu itu Pak Zulkifli Nurdin, beliau patuh dengan larangan atasan. 9. Pada tahun 2004 dan 2009 juga telah dilaksanakan pemilihan legislatif di Pulau Berhala dengan menempatkan Pulau Berhala sebagai TPS 6, Desa Sungai Itik, Kecamatan Sadu. Begitu pula dengan pemilihan presiden, gubernur, dan juga bupati, hingga pemilihan kepala desa yang masing-masing telah dilaksanakan sebanyak dua kali pemilihan dengan menempatkan Pulau Behala sebagai TPS 6 Desa Sungai Itik, Kecamatan Sadu. 10. Jadi, untuk Bapak ketahui, ini ada suatu hal … pemerintah pusat harus ketahui. Bahwa di Pulau Berhala, pemilihan presiden yang pertama, kami telah melaksanakan. Karena ada TPS, masyarakat Pulau Berhala semuanya memilih … maupun yang di Riau terdaftar di TPS 6, Desa Sungai Itik. Tetapi setelah kami melaksanakan dari jam 07.00 sampai jam 13.00, mereka melanjutkan pemilihan pada malam hari. Masyarakat Riau yang memilih dipanggil lagi memilih di Riau waktu pemilihan presiden. Ini untuk Bapak ketahui. Ini kalau ada masyarakat Pulau Berhala yang ikut di sini, saya berani, ketemu dengan saya, berbicara dengan saya. Ini semuanya sudah melanggar semua. Nah, inilah, Pak, yang dapat saya sampaikan. Saya sebagai Saksi fakta di lapangan karena ada … saya ini adalah mantan kepala dusun, enam tahun saya di sana jadi kepala dusun. Lebih dan kurang saya mohon maaf. Wassalamualaikum wr. wb.
9
43.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik. Nanti berkas-berkas, bukti-bukti penyerahan-penyerahan apa itu ya … barang, atau bantuan, dokumen-dokumen supaya dilampirkan di keterangan itu ya kalau ada. Misalnya dengan dokumen apa bahwa itu benar, apa yang bisa membuktikan itu benar, nanti supaya disertakan. Berikutnya, Saudara Saparudin.
44.
SAKSI DARI PEMOHON: SAPARUDIN Izin, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Melanjutkan saksi fakta yang pertama, saya tambahkan. Pulau Berhala merupakan pulau yang indah dengan panorama alam yang masih alami. Jarak tempuh dari Ibu Kota Kecamatan Sadu, itu 1 jam, 30 menit, pakai kendaraan pompong. Terus kalau diukur dari Ujung Jabung, itu hanya 30 … eh, hanya 60 menit. Jadi, berdasarkan jarak tersebut, Pulau Berhala itu sangat banyak sekali dikunjungi, terutama pada hari-hari libur. Pada umumnya, yang hadir di Pulau Berhala itu masyarakat Provinsi Jambi, khususnya masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Timur, terutama pada hari libur Idul Fitri pada H+2 sampai H+7 itu mencapai ribuan orang. Kedatangan mereka ke Pulau Berhala untuk berekreasi, di samping itu juga karena jarak tempuh dari ibu kota kecamatan itu hanya 1 jam, 30 menit. Terus masyarakat Pulau Berhala, temasuk saya di situ, sesuai dengan yang disampaikan Saudara-Saudara kami yang pertama tadi bahwa memang terbagi dua. Yang sangat membedakan di sini, kita dari awal bersatu. Terus jika ada bantuan dari Provinsi Jambi, seluruh masyarakat Pulau Berhala kebagian, baik itu sembako, yang penting itu penduduk yang tinggal di Pulau Berhala. Terus kalau untuk bantuan dari Kepri, terutama dalam waktu yang dekat-dekat ini, itu kita yang masyarakat Jambi tidak kebagian. Itu … ini sangat merugikan kami sekali, sebab kami ini juga termasuk masyarakat Berhala yang merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk kunjungan wisata yang mencapai ribuan orang itu, di Pulau Berhala itu telah ditempatkan pada tahun 2004 satu orang BKTM dari Polsek Sadu. Setelah posnya selesai, pada tahun 2005 ditempatkan enam orang dari Polres Tanjung Jabung Timur. Untuk anak-anak Pulau Berhala, sudah dapat mengenyam pendidikan dasar, sebab pada tahun 2005, Dinas Pendidikan Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi mengangkat guru honor 2 orang, yaitu Saudari Tipah dan Saudara Nurni. Dan pada tanggal 2 Januari 2007 diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil dengan Keputusan Bupati Tanjung Jabung Timur Nomor 7 Tahun 2007. Dan pada tanggal 30 November 2007, diangkat menjadi Pegawai
10
Negeri Sipil dengan Keputusan Bupati Tanjung Timur Nomor 426 Tahun 2007. Untuk kesehatan, masyarakat Pulau Berhala … di Pulau Berhala ditempatkan dua orang tenaga kesehatan. Yang pertama, Ambo Atak, A.M.K. pada tahun 2005 diangkat sebagai tenaga kesehatan honor. Kemudian pada tanggal 2 Januari 2007, diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil dengan Keputusan Bupati Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi Nomor 8 Tahun 2007, dan pada tanggal 30 November 2007 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dengan Keputusan Bupati Tanjung Jabung Timur Nomor 425 Tahun 2007. Yang kedua, Sahni Maidarik. Istri saya, Pak. Pada tanggal 31 Januari 2008 diangkat sebagai tenaga bidan, pegawai tidak tetap berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 824.3/32/UP/Dinkes. Demikian, wassalamualaikum wr. wb. 45.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik, berikutnya gilirah Ahli. Ahli dari Pemohon adalah Pak Junaidi Noor. Silakan, Bapak.
46.
AHLI DARI PEMOHON: JUNAIDI T. NOOR Izin, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Salam sejahtera untuk kita semua. Yang Mulia, Pulau Berhala bagi Jambi selain secara geografis juga secara sosio struktural dan sejarah sangat erat kaitannya. Jadi secara kesejarahan, itu di Pulau Berhala dimakamkan yang mendapat gelar atau sebutan Datuk Paduko Berhala. Beliau inilah sebagai leluhur Raja-Raja Jambi. Penempatan beliau ini bisa dilihat daripada sisi kewilayahan. Karena ada Piagam Tanah Simpang yang dibuat oleh Raja Jambi, orang Kayo Hitam yang memerintah pada tahun 1500-1515. Ketika membagi wilayahnya, dalam Piagam Tanah Simpang itu disebutkan, antara lain, “Sebelah ke hilir Sungai Pambusiran meliuk selingkuh sungai itu dari situ menuju Pematang Patah, dari situ menuju ke arah dalam, dari situ mendarat menuju Tungkal Babu, dan ke lautnya Pulau Berhala sepemedilan ke lautnya paduraksa dengan Tanah Linggah Daik.” Paduraksa dalam Bahasa Melayu Jambi itu berbatasan. Jadi paduraksa dengan Tanah Lingga Daik berarti Pulau Berhala Laut, Pulau Berhala sepemedilan sebelah lautnya itu berbatasan dengan Pulau Lingga. Kemudian, pada masa kolonial Belanda, bila ada peminjaman daerah taklukan se-Tanah Lingga di penghujung abad ke 19 dan kemudian menyerahkannya kepada penguasa, seperti tertera pada Korte Verklaring Lingga 1905. Bahwa secara de facto kesultanan Lingga adalah taklukan Pemerintah Belanda, sehingga semenjak itu seluruh wilayah Kesultanan Lingga berada di bawah kekuasaan Pemerintah Belanda, 11
maka bisa terjadi peralihan pengaturan tentang wilayah-wilayah di bawah kekuasaannya. Ini terbaca antara lain pada buku Koninklijk Vereneging Kolonial Instituut, Amsterdam, susunan J. Tideman menerangkan bahwa gugusan Pulau Berhala masuk wilayah Jambi. Kemudian W. H. Keuchenius dalam nota singkat tentang Keresidenan Jambi, juga menulis menurut administrasi kenegaraan Kepulauan Berhala masuk dalam wilayah Keresidenan Jambi. Buku J.W.J. Wellan, 1925 juga menyebutkan Pulau Berhala adalah tempat asal Raja-Raja Jambi dan Pulau Berhala secara administratif masuk Keresidenan Jambi. Jadi, pernyataan tersebut membuktikan bahwa Pulau Berhala jelas merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jambi. Kemudian, Yang Mulia, ada beberapa peristiwa yang terjadi di Kerajaan Melayu Jambi, sebagaimana yang dicatat oleh J.W.J. Wellan dalam tulisannya yang dapat membuktikan bahwa Pulau Berhala tersebut adalah merupakan bagian dari Kerajaan Melayu Jambi. Salah satu catatan menyebutkan, “Sehelai surat di awal Maret 1653 sangat menarik, yaitu yang disebut perbatasan daerah ‘Pangeran’ (Raja) Jambi. Bekas pedagang Jacob Nolpe mengeluh pada Pangeran (Raja) Jambi dengan adanya kapal Portugis di Sungai Jambi. Dia khawatir orang-orang asing ini merugikan perdagangan Compagnie. Dia mendapat jawaban bahwa Pangeran telah memberi surat bebas bergerak di Sungai Jambi pada nakhoda Portugis. Daerah hukumnya terbentang dari timur hingga Sungai Item ke laut, dan dari laut sampai Pulau Verella (Berhala), serta di utara sampai Sungai Tocnkal (Tungkal).” Selanjutnya J.W.J. Wellan mencatat pula dalam tulisannya bahwa Pulau Berhala ini sekali lagi masih dibicarakan, antara lain dengan kasus Tuan Skinner melawan Engelsche Oost-Indische Compagnie, ternyata Pangeran Ratu Raja Jambi, yaitu sebutan dalam tulisan resmi untuk raja yang disenangi oleh pegawai kompeni dan Pangeran Pulau Berhala atas persetujuan dan sepengetahuan keluarga raja, serta para pembesar telah menjual kepada Tuan Skinner keturunannya dan mereka yang mendapat haknya dapat ditambahkan di sini bahwa berkali-kali kalah dalam proses yang ‘wajar’ dan pulau kembali menjadi milik Jambi, sehingga sekarang juga masuk Keresidenan Jambi. Kemudian dalam beberapa literatur yang ditulis oleh penulis di zamannya, antara lain J. Tideman dalam bukunya Djambi, itu menyebutkan wilayah Keresidenan Jambi meliputi juga Pulau Berbak wilayah Sungai Berbak di muara Batang Hari dan juga gugusan Pulau Berhala yang merupakan bagian Tanjung Jabung. Kemudian dalam Encyclopedia Van Nederlandsch Indie, itu disebutkan juga bahwa Pulau Berhala termasuk di dalam wilayah Keresidenan Jambi. Peta-peta resmi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda juga membuktikan bahwa Pulau Berhala tersebut masuk dalam wilayah Afdeeling Jambi. 12
Salah satu di antaranya adalah Schetskaart Residentie Djambi, Aangevende de Plaatsnamen berskala 1:70.000. Kemudian pada Peta Kaart Residen Riau, pada 1907 itu ada peneraan tulisan Selat Berhala, itu berada antara Pulau Berhala dengan Pulau Singkep. Itu di dalam Kaart Residen Riau, 1907. Kemudian peta yang dibuat oleh Dinas HidroOseanografi Angkatan Laut Tahun 1977, dengan jelas menempatkan Pulau Berhala dalam wilayah administrasi Provinsi Jambi. Selanjutnya, Yang Mulia, peta zona alur pelayaran di sekitar gugusan Pulau Berhala berskala 1:50.000 dari Departemen Kelautan dan Perikanan tahun 2007, itu tergambar bar … tergambar bar (suara tidak terdengar jelas) atau titik kedalaman antara Pulau Berhala dengan Ujung Jabung dibandingkan dengan Pulau Berhala dengan Singkep … Pulau Singkep itu lebih dalam palungnya kedalamannya lebih dari 29 meter. Sementara di antara laut yang berada di Pulau Berhala dengan Ujung Jabung, itu antara 11 sampai 20 meter. Dan di antara kawasan-kawasan itu, terdapat beting-beting karang yang dalam kedalaman 2 sampai 3 meter dan ini membuat berbahayanya pelayaran-pelayaran atau kapalkapal yang akan melalui perairan tersebut. Sehingga dibangunlah mercusuar di arah Pulau Berhala ke Ujung Jabung atau yang sekarang berada di Pulau Lambung. Dan ini memperlihatkan dari teori landas kontinen bahwa Pulau Berhala dengan Ujung Jabung masih dalam satu kesatuan karena bentuk kedalamannya itu tadi. Kemudian selanjutnya, beberapa bukti tersebut mempertegas Staatsblad Van Nederlandsch Indie, tahun 1906 yang menyebutkan bahwa Keresidenan Jambi berasal dari Kerajaan Melayu Jambi. Ini artinya, Pulau Berhala merupakan bagian wilayah Kerajaan Melayu Jambi, maka dengan demikian, Pulau Berhala menjadi bagian dari Keresidenan Jambi. Dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Kabupaten dalam Provinsi Sumatera Tengah, menyebutkan bahwa Kabupaten Merangin dan Kabupaten Batang Hari berasal dari Keresidenan Jambi, Pasal 1 butir 13 dan 14. Dengan demikian, berarti Pulau Berhala juga termasuk dalam wilayah Kabupaten Batang Hari. Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 yang kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swa … Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I, Sumatera Barat, Jambi, dan Riau yang tidak menyebutkan secara eksplisit batas-batas ketiga daerah tersebut. Oleh karena itu, untuk menentukan batas-batas ketiga daerah swatantra tersebut, harus didasarkan pada ketentuan Pasal 1 butir 13 dan 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1959, sebagaimana telah dikemukakan di atas pada angka 1, yaitu sama dengan batas Keresidenan Jambi, dimana di dalamnya termasuk Pulau Berhala.
13
Dari semua bukti tersebut, dapat dilakukan konstruksi hukum dengan alur pikir sebagaimana dikemukakan di bawah ini. Satu, apabila Keresidenan Jambi berasal dari Kerajaan Melayu Jambi yang termasuk gugusan Pulau Berhala, maka dengan sendirinya gugusan Pulau Berhala juga menjadi bagian Keresidenan Jambi. Apabila Kabupaten Merangin dan Kabupaten Batang Hari berasal dari Keresidenan Jambi yang di dalamnya termasuk gugusan Pulau Berhala, maka dengan sendirinya gugusan Pulau Berhala juga menjadi bagian dari Kabupaten Batang Hari. Apabila Provinsi Jambi berasal dari Kabupaten Merangin dan Kabupaten Batang Hari dan kemudian ditambah dengan Kerinci yang di dalamnya termasuk gugusan Pulau Berhala, maka dengan sendirinya gugusan Pulau Berhala juga menjadi bagian dari Provinsi Jambi. Dari aspek sosial kemasyarakatan dan budaya, penduduk Pulau Berhala yang sebelumnya berasal dari Kecamatan Nipah Panjang dan Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, memiliki bahasa dan adat istiadat yang sama dengan Kecamatan Nipah Panjang dan Kecamatan Sadu pada umumnya. Dari sisi mata pencaharian penduduk, juga seperti yang tadi dikemukakan oleh Saksi-Saksi Fakta, itu lebih banyak dipasok dari Nipah Panjang dan dari Kecamatan Sadu. Kenyataan dalam beberapa kali pemilu juga sama seperti itu, saya tidak akan mengulangi lagi, sudah sama seperti itu yang disampaikan. Hal ini secara administrasi dan politis membuktikan bahwa Pulau Berhala adalah merupakan bagian wilayah Provinsi Jambi. Nah, sebelum Menteri Dalam Negeri menetapkan Pulau Berhala dalam keadaan status quo, Pemerintah Provinsi Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur selalu menganggarkan pembangunanpembangunan di Pulau Berhala dalam APBD-nya. Tetapi, dengan surat Menteri Dalam Negeri Nomor 125.1/799/SJ tanggal 24 April 2006, bantuan dan kegiatan pembangunan itu dihentikan. Sementara dari pihak Provinsi Kepri atau Kabupaten Lingga secara agresif tetap melakukan kegiatan pembangunan dan ini sudah diprotes oleh Gubernur Jambi dengan suratnya Nomor 640/5520/IV/Ekbang tanggal 15 Desember 2006. Demikianlah, Yang Mulia, uraian dan penjelasan saya menggambarkan bahwa perjuangan rakyat Jambi berkenaan dengan gugusan Pulau Berhala, bukanlah bertujuan untuk merebutnya, tetapi adalah mempertahankan gugusan Pulau Berhala tetap berada dalam wilayah Provinsi Jambi. Ujung Jabung negeri lamo Lautnya dangkal berjalan kaki Tanah leluhur Jambi Pulau Berhalo Tekad bersama kita tetapkan Jambi
14
Terima kasih, Yang Mulia. Wassalamualaikum wr. wb. Peta-peta itu sudah kami lampirkan. Terima kasih. 47.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Terima kasih, Pak Junaidi Noor. Berikutnya, Ahli Terkait I, Prof. Natabaya.
48.
AHLI PIHAK TERKAIT I: H.A.S. NATABAYA Assalamualaikum wr. wb. Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang saya muliakan beserta para Anggota. Acara kita adalah pada hari ini adalah pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, khususnya Pengujian Pasal 5 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 terhadap UndangUndang Dasar, bukan menyelesaikan sengketa fungsi kewenangan antarprovinsi atau antarkabupaten yang diatur oleh Pasal 148 UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004. Jadi, ini perlu saya luruskan. Acara pada hari ini adalah akibat adanya permohonan dari Pemohon untuk menguji undang-undang yang saya sebutkan tadi. Jadi, tidak mengenai fungsi kewenangan pemerintahan daerah. Apabila kita lihat secara prima facie, maka Pemohon yang terdiri dari satu, dua ,tiga, empat, lima; Bapak H. Hasan Basri Agus sebagai Gubernur, Pemohon I; Effendi Hatta, Ketua DPRD Provinsi Jambi, Pemohon II; Zumi Zola Zulkifli, Bupati Tanjung Jabung Timur, Pemohon III; dan Romi Hariayanto, Ketua DPRD Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Tanjung Jabung Timur, Pemohon IV; dan Drs. Meiherriansyah, Pejabat Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pemohon I, II, III, IV, V, dan juga VI menganggap bahwa Pasal 5 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 adalah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, khususnya mengenai Pasal 18 ayat (1), Pasal 14 ayat (2), dan Pasal 14 … Pasal 18A ayat (1) Undang-Undang Dasar. Kalau dicermati dengan sungguh-sungguh, ketiga pasal ini adalah mengatur dan menjelaskan mengenai atau menggambarkan pemerintah daerah di Indonesia. Tidak ada kaitannya sama sekali dengan permohonan Pemohon menyangkut mengenai Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 yang berbunyi, “Kabupaten Lingga mempunyai batas A, B, C, dan D,” khususnya yang dipersoalkan oleh Pemohon, “Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Bangka dan Selat Berhala.” Pasal 5 ayat (1) ini hanya mengatakan mengenai batas dan wilayah, titik. Tidak ada persoalan lain. Tetapi Pemohon mempersoalkan huruf c, Beliau mengatakan … Pemohon mengatakan, “Tidak karena penjelasannya cu … cukup jelas, maka apa arti selat,” maka undangundang ini memang tidak berbicara mengenai arti selat. Untuk mengerti 15
arti selat, buka ensiklopedia. Untuk mengetahui apa yang dimaksud oleh Pasal 5 ayat (1), maka undang-undang tersebut menyatakan diatur di dalam ayat (2)-nya karena ayat (2)-nya itu mengatur bahwa batas kabupaten itu ditentukan oleh peta wilayah. Itulah yang akan menentukan batas wilayah. Jadi Selat Berhala itu adalah bukan masalah selat antara pulau satu dengan pulau yang lain, atau seolah-olah kalau selat itu adalah antara pulau besar dengan pulau besar. Karena menurut salah satu ahli kemarin saya dengar, dia memberi contoh bahwa Bali dengan Jawa, Selat Bali. Sun … Selat Sunda, Jawa dengan Selat Sunda, tidak ada yang kecil, tapi tidak dilihatnya. Selat Karimata antara be … antara Belitung dengan Kalimantan, itu Selat Karimata. Pulau Karimata itu adalah pulau yang terdapat di pesisir Kalimantan. Jadi itu pengertian selat, bukan menunjukkan besar dengan besar. Tapi itu penamaan, ya. Jadi … oleh karena … demikian, Bapak Ketua (suara tidak terdengar jelas) secara prima facie, Para Pemohon ini tidak mempunyai legal standing. Kedua. Mengenai kewenangan Mahkamah. Kalau kita lihat permohonannya, Pemohon ini menyatakan bahwa Pasal 5 … Pasal 5 ayat (1c) ini bertentangan dengan undang-undang mengenai pembentukan kabupaten, khususnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002. Kalau undang-undang dengan undang-undang, bukan kewenangan Mahkamah Konstitusi karena Mahkamah Konstitusi menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar. Nah, walaupun demikian, apabila kita lihat dengan jelas, yang saya katakan Pasal 5 ayat (1) mengenai perbatasan Lingga tadi batas Lingga. Sedangkan mengenai Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 yang mengenai penjelasannya, itu sama sekali tidak ada kaitannya. Karena Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 ayat (2) itu Tahun 2002 mengatur mengenai pembentukan Provinsi Kepulauan Riau berbunyi, “Provinsi Kepulauan Riau yang terdiri atas Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Batang, dan Kabupaten Tanjung Pinang.” Ini hanya menyatakan asal daripada para kabupaten ini, provinsi ri … Kepulauan Riau. Sangat aneh penjelasannya itu, Pak Ketua … bak … Bapak Ketua Majelis dan juga Anggota. Menyimpang sama sekali, tidak ada kaitannya sama sekali dengan penjelasan mengenai Kabupaten Kepulauan Riau. Datang-datang keluar bahwasannya menyinggung mengenai status Pulau Berhala. Nah, Pulau Berhala sudah termasuk kepada kabupaten ke Provinsi Jambi, termasuk … tapi kalau dibaca mengenai pembentukan undangundang mengenai Kepulauan Jambi, mengenai Pulau Berhala ini, baik penjelasan umum maupun penjelasan Pasal 6 juncto Pasal 9 daripada undang-undang pembentukan kabupaten yang ada di Jambi tersebut, tidak ada sama sekali menyinggung mengenai kedudukan Berhala. 16
Oleh karena itu, bagaimana status Pulau Berhala? Status Pulau Berhala itu sebetulnya harus diselesaikan oleh Menteri Kehakiman, sesuai dengan Amanat Undang-Undang Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003. Tetapi apa yang terjadi? Menteri Dalam Negeri bukannya melaksanakan amanat yang harus dilaksanakannya, tetapi malah be … malah menteri mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2001 tentang Wilayah Administrasi Pulau Berhala yang menentukan status wilayah Pulau Berhala. Nah, dan syukur alhamdulillah bahwasanya Peraturan Menteri Nomor 44 ini mengenai Wilayah Administrasi Pulau Berhala telah dibatalkan oleh Mahkamah Agung dengan Nomor 49 P/HUM/2011, maka selesailah mengenai status kewilayahan Berhala itu masuk di dalam Kabupaten Lingga, bukan termasuk di dalam karena Mahkamah Agung sebagai lembaga tertinggi dalam menyelesaikan sengketa mengenai kepemilikan dan menafsirkan masalah ini, maka selesailah mengenai persoalan tersebut. Nah, apa dasar dari Mahkamah Agung mengeluarkan Putusan Nomor 49 P/HUM/2011? Bahwa didasarkan kepada baik secara historis, geografis, dan penguasaan effective control daripada Kabupaten Lingga dilaksanakan oleh Kabupaten Lingga, khususnya kabupaten … Kepulauan Riau, khususnya Kabupaten Lingga. Bapak Ketua dan Para Majelis Hakim yang saya hormati. Persoalan ketiga adalah kedudukan daripada penjelasan, penjelasan yang mengatur mengenai Pasal 3 adalah suatu penjelasan yang di luar kebiasaan dalam teori perundang-undangan dan/atau lazim diterima oleh ilmu hukum karena penjelasan itu telah membikin suatu norma baru, tidak menjelaskan Pasal 3 mengenai apa yang saya katakan tadi. Bapak Ketua dan Hakim Anggota yang saya hormati. Demikianlah keterangan Ahli saya mengenai persoalan daripada Pasal 5 ayat (1) huruf c 2003 dan sekali lagi saya katakan bahwa hari ini kita adalah hari mengenai pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar bukan mengenai pengujian mengenai undang-undang terhadap undangundang atau mengenai masalah sengketa kewenangan fungsi pemerintahan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 32 mengenai Pemerintahan Daerah. Wabillahitaufik walhidayah wassalamualaikum wr. wb. 49.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Terima kasih, Prof. Natabaya. Berikutnya Prof. Guntur Hamzah.
50.
AHLI PIHAK TERKAIT I: MUH. GUNTUR HAMZAH Ya, baik. Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamualaikum wr. wb. Ketua dan Majelis Hakim Konstitusi Yang Mulia. Perkenankan saya 17
haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas perkenaan dan kesempatan yang diberikan Majelis Hakim Yang Mulia kepada saya untuk mengemukakan pandangan pribadi saya terkait Perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau. Saya akan bacakan pandangan pribadi saya. Majelis Hakim Yang Mulia. Mencermati duduk persoalan yang terkait dengan perkara pengujian undang-undang ini, tampak bahwa isu sesungguhnya adalah soal klaim terhadap Pulau Berhala. Pertanyaannya adalah ya tentu pemerintahan daerah mana yang otoritatif atau subsidies used menjalankan kewenangannya di Pulau Berhala? Apakah Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi atau Pemerintah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau? Persoalan klaim terhadap Pulau Berhala ini akhirnya berujung pada sengketa pengujian undang-undang di Mahkamah Konstitusi yang bersahaja ini. Dalam perkara pengujian undang-undang ini, Pemohon mendalilkan bahwa Pasal 5 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 yang berbunyi, “Kabupaten Lingga mempunyai batas wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Laut Bangka dan Selat Berhala.” Penjelasan pasal tersebut dinyatakan cukup jelas, namun bagi Pemohon norma yang mencantumkan frasa Selat Berhala dalam Pasal a quo dinilai tidak jelas. Menurut Pemohon, ketidakjelasan letak wilayah Selat Berhala ini menimbulkan tafsir berbeda dalam menentukan batas wilayah yang jelas antara Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Jambi. Ketidakjelasan ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 ini dinilai bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 28D ayat (1), dan Pasal 28H ayat (1) UndangUndang Dasar 1945. Dengan kata lain, apakah Pulau Berhala itu masuk wilayah administratif Kabupaten Lingga atau Kabupaten Tanjung Jabung Timur? Ketua dan Majelis Hakim Yang Mulia. Guna menilai konstitusionalitas ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 yang berdampak pada penyelesaian sengketa klaim batas wilayah terhadap Pulau Berhala ini, maka perkenankan saya melihatnya dari perspektif hukum administrasi negara. Dari perspektif hukum administrasi negara, persoalan klaim batas wilayah terhadap Pulau Berhala ini sesungguhnya adalah soal konflik kewenangan (certainement de autoritate) [Sic!]. Antara dua daerah otonom dalam hal ini antara Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi dan Pemerintah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Kewenangan berkaitan erat bila … kewenangan itu berkaitan erat dengan wilayah berlakunya wewenang atau kewenangan pemerintah itu terikat oleh batas wilayahnya (government authority was bound to the boundary). Dalam kaitan ini, ada dua aspek yang perlu 18
diperhatikan, yakni aspek legalitas, kewenangan, atau (luciae de autoritate) [sic!] dan aspek efektifitas pelaksanaan fungsi pemerintahan (efficacious de autoritate) [sic!]. Dilihat dari aspek legalitas kewenangan (luciae de autoritate) [sic!], maka Pemerintahan Kabupaten Lingga, Provinsi Kabupaten Riau memiliki kewenangan terhadap Pulau Berhala ini. Hal itu tercermin dari rumusan Pasal 5 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 31 bahwa Kabupaten Lingga mempunyai batas wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Laut Bangka dan Selat Berhala. Dalam peta, Pulau Berhala terletak di sebelah utara atau bagian dalam Selat Berhala. Pernyataan ini tidak saja ditunjang dokumen resmi, tetapi juga secara historis, sosiologis, dan kondisi faktual. Ketua dan Majelis Hakim Konstitusi Yang Mulia. Membaca dan memahami Undang-Undang Nomor 31 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga, menurut hemat saya sudah jelas. Kejelasan itu tidak hanya jelas secara formal karena penjelasan Pasal 5 ayat (1) huruf c menyatakan cukup jelas, tetapi juga jelas secara substantif. Karena Pasal 5 ayat (1) yang mengatur tentang batas wilayah Kabupaten Lingga kemudian diperjelas dan dipertegas pengaturannya dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a, b, c, dan d, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta wilayah administrasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam undang-undang ini. Berdasarkan peta wilayah administrasi Provinsi Daerah Tingkat I Riau, sangat jelas tergambar bahwa Pulau Berhala termasuk dalam Wilayah Administrasi Pemerintahan Kecamatan Singkep, Kabupaten Kepulauan Riau, Provinsi Riau. Sedangkan Desa Berhala terletak di Kecamatan Singkep, Kabupaten Lingga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lingga, Perda Nomor 2 Tahun 2006. Demikian pula penjelasan Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) dalam suratnya tertanggal 7 Desember 2011 yang menegaskan bahwa secara geografis Selat berhala yang merupakan salah satu jalur pelayaran nasional, terletak antara Pulau Berhala dan Pulau Sumatera. Dengan demikian, jika Selat Berhala terletak antara Pulau Sumatera dan Pulau Berhala, maka jelas Pulau Berhala termasuk bagian wilayah administrasi Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau karena letak Pulau Berhala berada pada bagian dalam atau sebelah utara Selat Berhala, sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003. Hal ini sejalan dengan pendapat Mahkamah Agung yang menegaskan bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga, Desa Berhala masuk dalam wilayah Kabupaten Lingga, Provinsi Kabupaten Riau dan seterusnya, Putusan Mahkamah Agung Nomor 49 P/HUM/2011 halaman 57.
19
Pendapat Mahkamah Agung ini sekaligus mematahkan hasrat Pemohon untuk menjalankan kewenangan otoritatifnya di Pulau Berhala yang sebelumnya nyaris atau bahkan mendapat pengakuan dari Kementerian Dalam Negeri berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri, Permendagri Nomor 44 Tahun 2011, tanggal 20 September 2011 tentang Wilayah Administratif Pulau Berhala. Mahkamah Agung dalam amar putusan tertanggal 9 Februari, dengan tegas menyatakan bahwa Permendagri 44 Tahun 2011 tentang Wilayah Pulau … Administrasi Pulau Berhala bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003, bertentangan dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011, Undang-Undang 54 Tahun 1999, dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002, sekaligus menegaskan bahwa Permendagri tersebut batal demi hukum (nietig van rechts wege) dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Adapun pendapat Pemohon pada halaman 9, paragraf 6, permohonan PUU yang menyatakan bahwa sejak dikeluarkannya Putusan Mahkamah Agung Nomor 49 tersebut tentang Pembatalan Permendagri Nomor 44 Tahun 2011 mengakibatkan tidak adanya kejelasan dan kepastian hukum tentang status Pulau Berhala. Menurut hemat kami, pandangan seperti ini keliru, bukan tidak jelas dan tidak memberikan kepastian hukum melainkan sebaliknya, Putusan Mahkamah Agung justru memberikan kepastian hukum atas ketidakjelasan ketentuan norma dalam undang-undang yang dijabarkan secara tidak bertaat asas dalam Permendagri Nomor 44 Tahun 2011. Sebab sesuai asas hukum bahwa putusan hakim, terlebih lagi jika itu Putusan Mahkamah Agung atau putusan Mahkamah Konstitusi harus dianggap benar, res judicata pro veritate habetur. Ketua dan Majelis Hakim Konstitusi Yang Mulia. Apabila ditelusuri, pokok persoalan terhadap sengketa PUU a quo, sehingga oleh Pemohon dianggap menimbulkan ketidakpastian hukum, maka persoalan sesungguhnya tidak terletak pada segi konstitusionalitas Pasal 5 ayat (1) huruf c Undang-Undnag Nomor 31 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Karena menurut hemat kami, pasal ini sama sekali tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. Persoalan sesungguhnya justru terletak pada legalitas penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau yang berbunyi bahwa Kabupaten Kepulauan Riau dalam undang-undang ini tidak termasuk Pulau Berhala dan seterusnya. Jika demikian adanya, maka persoalannya bukan pada soal konstitusionalitas atau inkonstitusionalitas yang menjadi domain dari Mahkamah Konstitusi. Pasal a quo terhadap … tetapi yang terjadi adalah konflik norma antara dua undang-undang yang saling bersinggungan (intersection), khususnya pasal a quo dengan penjelasan Pasal 3 20
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 yang memuat norma baru yang tampaknya tidak konsisten dengan batang tubuh Pasal 3 tersebut, sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum. Apabila persoalan pokoknya adalah konflik norma Pasal 5 huruf c Undang-Undang Nomor 31, khususnya mengenai batasan frasa Selat Berhala dan penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002, khususnya mengenai frasa tidak termasuk Pulau Berhala. Sehingga menyebabkan seolah-olah kedua undang-undang tersebut kontradiktif, maka penyelesaian yuridisnya adalah: 1. Mencermati bahwa konflik norma antara kedua undang-undang adalah konflik antara norma dalam penjelasan undang-undang dan norma yang terdapat dalam batang tubuh undang-undang. Secara teoritis, meskipun penjelasan merupakan interpretasi resmi atau interpretasi autentik dari pembuat peraturan perundang-undangan, namun pemberian penjelasan dalam sebuah peraturan perundanundangan juga memiliki kaidah-kaidah penyusunan penjelasan yang baik. Ada batas-batasnya, apa yang boleh dan yang tidak boleh dimuat dalam sebuah penjelasan. Dengan kata lain, penjelasan undang-undang yang baik, mestinya tidak memuat norma baru, tidak memperluas, mempersempit, atau menambah pengertian norma yang ada dalam batang tubuh. Sebab jika terjadi pembentukan norma baru, maka penjelasan tersebut berpotensi menimbulkan ketidakpastian hukum. Penjelasan undang-undang yang menimbulkan ketidakpastian hukum, baik karena berisi norma baru, dan memperluas atau mempersempit norma yang ada dalam batang tubuh, dalam beberapa kasus telah dianulir oleh Mahkamah Konstitusi. Seperti penjelasan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, putusan MK nomor sekian, tahun 2009, dan penjelasan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, putusan tahun 2011 yang baru saja kita ketahui bersama. 2. Merujuk pandangan Utrecht tahun 1966 dalam bukunya Pengantar Hukum Administrasi Negara adalah benar bahwa sebuah ketetapan beschikking tidak boleh bertentangan dengan peraturan dasarnya (regelling). Konstruksi ini berlaku untuk penerbitan ketetapan beschikking terhadap peraturan, tetapi tidak berlaku untuk peraturan atau undang-undang terhadap peraturan atau undang-undang yang lain. Dalam hal ini, terjadi konflik norma antara undang-undang yang mengatur hal yang sama, sehingga menimbulkan kontradiksi, maka berlaku asas preferensi hukum, dalam hal ini asas lex posteriori derogat legi priori. Dalam kasus a quo, tampak jelas bahwa Pasal 5 ayat (1) huruf c mencakup Pulau Berhala sebagai bagian wilayah administrasi Kabupaten Lingga, provinsi … kabupaten … Kepulauan Riau. Sedangkan penjelasan Pasal 3 mengecualikan atau tidak memasukkan Pulau Berhala sebagai bagian wilayah administratif 21
Provinsi Kepulauan Riau. Sehingga kedua norma kontradiktif ini hendaknya diselesaikan dengan menerapkan asas penyelesaian konflik norma, yaitu undang-undang yang baru mengesampingkan undang-undang yang lama, lex posteriori derogat legi priori. Dengan demikian, maka norma atau frasa tidak termasuk Pulau berhala, sebagaimana diatur dalam penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002, seharusnya kehilangan legalitasnya. Bahkan dari perspektif Pasal 28D Undang-Undang Dasar 1945, maka penjelasan pasal tersebut bersifat inkonstitusional karena tidak memberikan kepastian hukum yang adil. Ketua dan Majelis Hakim Konstitusi Yang Mulia. Apabila persoalan batas klaim wilayah terhadap Pulau Berhala yang dilihat dari efek … dari segi efektivitas pelaksanaan fungsi pemerintahan (efficient de autoritate) [Sic!], maka juga dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kabupaten Lingga dan … dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau lebih aktif dan efektif dalam pelaksanaan fungsi pemerintahannya di wilayah Pulau Berhala. Meminjam pendekatan Geelhoed dalam bukunya yang berjudul De Interveniërende Staat tahun 1983 menegaskan bahwa pemerintah yang efektif tentunya mampu melaksanakan fungsi pemerintahan dalam empat hal. Yaitu dalam hal pembuatan peraturan dan ketetapan (Ahli menggunakan bahasa asing), dalam hal menyediakan sarana dan prasarana, serta pemberdayaan masyarakat (Ahli menggunakan bahasa asing), dalam hal mengawasi dan menertibkan (Ahli menggunakan bahasa asing) dan serta dalam hal mengadili dan menjatuhkan sanksi (Ahli menggunakan bahasa asing). Fakta di lapangan menunjukkan bahwa aktivitas Pemerintahan Kabupaten Lingga dan Pemerintah Provinsi Kabupaten Riau, Kepulauan Riau, lebih efektif dalam menyelenggarakan fungsi pemerintahannya di Pulau Berhala. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator sejarah administrasi pemerintahan, aspirasi aparat pemerintah lokal, dan masyarakat, serta fasilitas fisik, antara lain masyarakat Kabupaten Lingga secara de facto telah mendiami Pulau Berhala sebagai wilayah administratif Kabupaten Lingga. Sejak masa Kesultanan Riau tahun 1957, Pulau Berhala merupakan wilayah taklukan Sultan Lingga, kemudian pada masa menjelang akhir Pemerintahan Hindia Belanda tahun 19221944, Pulau Berhala masuk Residensi Riau yang tercantum gambarnya pada Peta Singkep tahun 1743. Lihat Putusan Mahkamah Agung Nomor 49 Tahun 2011. Sejak awal kemerdekaan, Pulau Berhala masih merupakan bagian wilayah Kabupaten Kepulauan Riau, Provinsi Riau berdasarkan UndangUndang Nomor 61 Tahun 1958. Beberapa … berbagai peta resmi menunjukkan letak geografis Pulau Berhala terletak pada sebelah utara atau bagian dalam Selat Berhala, surat pernyataan Kepala Desa Berhala kepada Presiden Nomor 0452 Tahun 2011 tertanggal 25 Oktober dan 22
pernyataan sikap masyarakat Desa Berhala Kabupaten Lingga tertanggal 19 November 2011. Penyelenggaraan administrasi pemerintahan antara lain pelayanan administrasi pertanahan dan administrasi pemerintahan di Pulau Berhala dan pulau-pulau kecil di sekitarnya diselenggarakan oleh Pemerintahan Kabupaten Lingga. Dalam kasus Pulau Galang, sengketa antara Kabupaten Gresik dan Kota Surabaya dalam memperebutkan Pulau Galang dimenangkan oleh Kabupaten Gresik karena Badan Pertanahan Nasional di Gresik telah menerbitkan sertifikat tanah di lokasi yang sekarang telah menjadi pulau, lihat BPN dalam penetapan batas wilayah Yogyakarta tahun 2009. Pencatatan buku nikah oleh Kantor Urusan Agama Desa Berhala, Kabupaten Lingga, penyelenggaraan pemilihan umum bagi warga penduduk Pulau Berhala berlangsung lancar dan tertib di wilayah pelaksanaan dan pengawasan panitia pemilih tingkat Kecamatan Dabo Singkep. Penyelenggaraan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2009 dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Lingga yang diikuti oleh masyarakat di Dusun Pulau Lalang dan Pulau Berhala. Pembentukan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2006, pembangunan fasilitas umum pemerintah dan masyarakat Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau antara lain, gerbang selamat datang yang dibangun pada tahun 2001 oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Riau, Provinsi Riau. Gedung SD, puskesmas pembantu, masjid, dermaga kayu, jalan seminisasi, perumahan masyarakat, tangki penampung air, dan pembangkit tenaga listrik, pembangunan Kantor Kepala Desa Berhala melalui dana APBD Kabupaten Lingga, pendirian koperasi, pengadaan lahan, lapangan bola voli, sarana dan prasarana pariwisata, petugas penjaga mercusuar di Pulau Berhala berasal dari navigasi Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau. Berdasarkan fakta di atas, maka jelas terlihat bahwa pemerintahan Kabupaten Lingga dan Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau lebih efektif melaksanakan fungsi pemerintahannya yang tidak saja efektif dalam pengawasan dan pengendalian efektif (government control), tapi juga efektif dari segi penerbitan peraturan daerah (effective government regulation), efektif dari segi penyelesaian sengketa (effective goverment of dispute settlement), dan efektif dari segi penyelenggaraan pemerintahan (effective government execution). Kesimpulan. Pulau Berhala merupakan wilayah administratif Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Dengan demikian, Pemerintah Kabupaten Lingga dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau memiliki kewenangan recht (Ahli menggunakan bahasa asing) dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan di Pulau Berhala. Pasal 5 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 merupakan norma konstitusional, tidak bertentangan dengan UndangUndang Dasar 1945. Dengan demikian, tetap mempunyai kekuatan 23
hukum mengikat. Frasa Selat Berhala seyogianya ditafsirkan termasuk Pulau berhala. Empat, perlu dilakukan legislative review terhadap penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau dengan merevisi atau mencabut penjelasan pasal tersebut atau dengan menempuh judicial review ke Mahkamah konstitusi. Ketua dan Majelis Hakim Konstitusi Yang Mulia, demikian keterangan Ahli ini kami buat sebagai masukan dalam penyelesaian Perkara PUU Nomor 31 Tahun 2003, dengan pembetukan Kabupaten tentang Pembetukan Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau pada Mahkamah Konstitusi ini. Atas perhatian dan kerja samanya, dihaturkan terima kasih. Wabillahitaufik walhidayah wassalamualaikum wr. wb. 51.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik. Terima kasih, Prof. Guntur Hamzah. Berikutnya dari Pihak Terkait II, kita mulai dari Saksi, Raja Nurhayati. Ya, silakan berdiri di situ. Silakan, Pemohon … Pihak Terkait, bisa dipandu dengan pertanyaan kalau (...)
52.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Yang Mulia.
53.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Ya?
54.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Tadi tersampaikan pada Panitera satu dalam map tadi.
55.
keterangan beliau. Jadi, mohon
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Kenapa, sudah?
56.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Pak.
Keterangan saksi fakta ini sudah terkasihkan pada Panitera tadi,
24
57.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Jadi, tidak perlu?
58.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Jadi, tidak memegangnya.
59.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Tidak membacakan? Oke.
60.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Ya.
61.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik, kalau begitu silakan duduk.
62.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Jadi, kami perlu membacakan, Pak. Mohon satu kami minta kepada Pak Paniteranya.
63.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Oh, ini kesaksiannya. Cukup, mau membacakan? Silakan dibacakan, boleh.
64.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Dibacakan, ya.
65.
SAKSI DARI PIHAK TERKAIT II: RAJA NURHAYATI Mohon izin, Yang Mulia.
66.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Silakan dibacakan.
25
67.
SAKSI DARI PIHAK TERKAIT II: RAJA NURHAYATI Assalamualaikum wr. wb. Nama saya Raja Nurhayati. Tempat tanggal lahir Pulau Lalang, 10 Mei 1977. Pekerjaan saya adalah Perawat Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga yang ditempatkan di Puskesmas Pembantu Pulau Berhala Kecamatan Singkep. Alamat saya adalah di Pulau Berhala, Desa Berhala. Saya memberikan keterangan yang sebenar-benarnya atas sumpah sebagai berikut. Satu. Bahwa saya berdasarkan Surat Keputusan Kepala Pukesmas Dabo Lama Nomor 084/PKM-TU/III/2011 tanggal 19 Maret 2010 ditugaskan sebagai tenaga kesehatan perawat di Puskesmas Pembantu Pulau Berhala. Dua. Bahwa saya sebagai tenaga kesehatan di daerah khusus Puskesmas Pulau Berhala menerima tunjangan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga sebesar Rp4.000.000,00 per bulannya. Tiga. Sebelum bertugas di Pulau Berhala, sudah ada bangunan puskesmas pembantu yang dibangun dan direhab oleh Pemerintah Kabupaten Lingga. Empat. Bahwa di Pulau Berhala selain fasilitas kesehatan, juga ada fasilitas posyandu. Demikianlah keterangan ini saya berikan dalam pikiran yang sehat tanpa paksaan dari siapa pun. Terima kasih. Wassalamualaikum wr. wb.
68.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik, terima kasih. Ini sudah dinyatakan di depan Majelis, selain tertulis juga sudah secara lisan dan di bawah sumpah. Baik, berikutnya Juniardi. Baik, Juniardi ini sudah ada juga tertulis, tetapi disilakan dinyatakan secara lisan sesuai dengan sumpah Saudara tadi.
69.
SAKSI DARI PIHAK TERKAIT II: JUNIARDI Mohon izin, Yang Mulia. Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamualaikum wr. wb. Sebelum saya menyampaikan beberapa poin penting terkait dengan kesaksian saya di bawah sumpah, perlu saya sampaikan bahwa tertanggal 20 April 2005, saya sudah ditugaskan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga melalui dinas kabupaten sampai dengan hari ini, hitungan tahun, bulan; tujuh tahun, dua bulan. Dalam rentang waktu tujuh tahun, dua bulan tersebut dapat kami sampaikan, semula SD negeri yang kami tempati sudah dibangun tahun 2002 oleh Pemerintah Provinsi Riau dulunya, sekarang Provinsi Kepulauan Riau. Yang Mulia dan Bapak Hakim Anggota yang kami hormati, saya diangkat sebagai CPNS di tahun 2005. Kemudian di tahun 2006 diangkat menjadi PNS di Pulau Berhala melalui Keputusan Bupati Nomor 26
821.12/UP/II/2006 tanggal 27 Februari 2006. Dahulu SD 016 Singkep Kelas Jauh Pulau Berhala bergabung dengan SD Induk, kemudian pada tahun 2009 tanggal 30 April 2009 melalui SK Bupati SD 016 Singkep Kelas Jauh Pulau Berhala ditingkatkan menjadi SD 024 Singkep atau dinegerikan, didefinitifkan. Saya sebagai … ditunjuk sebagai kepala di SD 024 Singkep yang dulunya SD 016 Singkep Kelas Jauh Berhala berdasarkan Surat Perintah Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Lingga Nomor 824/Dikpora/1054 tanggal 13 Juli 2009. Selanjutnya sebagai guru yang bertugas di Pulau Berhala, saya dan kawan-kawan diberi kesejahteraan oleh Pemerintah Kabupaten Lingga sebesar Rp950.000,00 atau dengan istilah tunjangan daerah terpencil. Kemudian oleh Pemda Provinsi Kepulauan Riau, kami diberi tunjangan sebesar Rp2.500.000,00. Selanjutnya kami juga sudah menamatkan anak-anak SD sebanyak dua kali. Di tahun 2010, Pemda Kabupaten Lingga mengangkat seorang guru agama. Kemudian, di tahun 2011, Pemda Kabupaten Lingga kembali mengangkat satu orang CPNS. Di tahun 2011, memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan dunia pendidikan bagi anakanak yang tidak mampu, Pemerintah Kabupaten Lingga melalui Dispora Kabupaten Lingga membuka SMP kelas jauh yakni SMP 2 Singkep. Demikian kesaksian saya di lapangan selama tujuh tahun dua bulan dan yang saya sampaikan dengan sebenar-benarnya. Jakarta, 17 Juni 2002. Ditandatangani … maaf, 13 Juni 2012, Juniardi, NIP 197706012005021003. Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. 70.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik, yang terakhir, Bapak Amiono, sebagai Ahli. Pak Amiono, kami tanya dulu, Pak Amiono sekarang jabatannya apa, Bapak?
71.
AHLI DARI PIHAK TERKAIT II: AMIONO Terima kasih, Yang Mulia. Saya sekarang menjabat sebagai Kepala Subdis Pemetaan Dishidros TNI AL.
72.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Jakarta?
73.
AHLI DARI PIHAK TERKAIT II: AMIONO Jakarta, Pak.
27
74.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Bapak ke sini mendapat izin atau ditugaskan atau diminta atau?
75.
AHLI DARI PIHAK TERKAIT II: AMIONO Saya hadir di sini berdasarkan surat Perintah Kadis Dishidros Nomor sprint 1078/VI/2012.
76.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Ya, baik, silakan kalau begitu, diteruskan!
77.
AHLI DARI PIHAK TERKAIT II: AMIONO Terima kasih.
78.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Ya, nanti surat perintahnya disertakan, ya.
79.
AHLI DARI PIHAK TERKAIT II: AMIONO Baik, Bapak.
80.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Ya, baik. Silakan, Pak!
81.
AHLI DARI PIHAK TERKAIT II: AMIONO Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Konstitusi. Assalamualaikum wr. wb. Sebelumnya, Yang Mulia, kami sampaikan bahwa saya berdinas di Dinas Hidro-Oseanografi sejak tahun 1987 hingga sekarang, tadi sudah saya sampaikan bahwa jabatan saya terakhir adalah Kepala Subdis Pemetaan Dishidros TNI AL. Sebelumnya, kami perlu menyampaikan, Yang Mulia bahwa Dishidros adalah lembaga hidrografi nasional di bawah angkatan laut, yang diberikan kewenangan oleh pemerintah untuk melaksanakan survey dan pemetaan untuk kepentingan keselamatan navigasi di seluruh perairan Indonesia yang ditujukan untuk TNI, pertahanan, maupun untuk kepentingan umum, baik nasional maupun internasional. Jadi, itu lembaga hidrografi. Nah, dalam hal ini, Yang Mulia, kami menyampaikan masalah Selat Berhala, kami ingin menyampaikan bahwa Selat Berhala masuk dalam Peta Laut Nomor 41, mungkin bisa dilihat dalam gambar, mohon izin, 28
Yang Mulia, dalam gambar slide, Peta Laut Nomor 41 ini mencakup wilayah Sumatera, Pantai Timur, pulau-pulau Riau dan pulau-pulau Lingga. Skalanya adalah 1:200.000, dimana skala peta 1:200.000 adalah 1 mm di atas peta adalah 200 m di lapangan. Di sini, kami tampilkan Peta Laut Nomor 41 sejak peninggalan Belanda yang kemudian kami lanjutkan hingga saat ini dan kita update atau kita mutakhirkan secara berkala, yaitu Peta Laut Nomor 41 Tahun 1964, bisa dilihat di dalam tayangan bahwa penamaan Selat Berhala memang sudah ada sejak peta zaman Belanda. Nah, survey yang dilaksanakan oleh Belanda, yang dipetakan dalam Peta Laut Nomor 41 itu adalah hasil survey tahun 1896-1901, dimana Selat Berhala itu penamaannya adalah … kalau dilihat di peta itu, penamaannya di antara Pulau Berhala dan Tanjung Jabung. Pemetaan secara seni kartografi memang harus demikian bahwa nama itu harus tepat berada di tempat yang akan diberi nama, seperti nama pulau atau nama yang lain, harus berada di tempatnya. Kebetulan, nama Selat Berhala ini berada di antara Pulau Berhala dan Tanjung Jabung. Bisa dilihat bahwa penamaan Selat Berhala dipanjangkan, kemudian di tengah-tengahnya itu adalah center-nya atau pusatnya dari Pulau Berhala dan Tanjung Jabung. Kemudian, peta tersebut kita mutakhirkan tahun 1982. Jadi, dari peta peninggalan zaman Belanda, tahun 1964, tahun 1951, dan kemudian tahun 1964, kemudian kita mutakhirkan pada tahun 1982, skalanya masih tetap 1:200.000 dan nama Selat Berhala masih tetap tidak berubah, dan penamaannya pun masih tetap berada di antara Pulau Berhala dan Tanjung Jabung. Kemudian pada tahun 1991, peta tersebut juga kita mutia … mutakhirkan lagi dengan skala yang masih sama, yaitu 1:200.000, dimana penamaan Selat Berhala juga masih tetap berada di antara Pulau Berhala dan Tanjung Jabung. Kemudian pada tahun 1997 juga kita mutakhirkan lagi peta tersebut dengan skala yang sama 1:200.000 dan penamaan Selat Berhala juga tidak berubah, masih di antara Pulau Berhala dan Tanjung Jabung. Kemudian menginjak kepada tahun 2002, 2002, peta tersebut juga kita mutakhirkan kembali. Perlu kami sampaikan bahwa kenapa peta laut ini selalu di-update? Karena memang ini untuk keselamatan navigasi, jadi memang perlu kita update secara reguler karena untuk keselamatan navigasi. Jadi tahun 2002 juga sudah kita perbaharui lagi Peta Nomor 41 yang mencakup Sumatera Pantai Timur dan juga dengan skala yang sama 1:200.000 dan juga penamaan Selat Berhala juga tidak berubah. Demikian juga pada tahun 2005 kita mutakhirkan lagi, setelah tiga tahun kemudian karena memang wilayah tersebut juga banyak sekali perubahannya dari sisi kedalaman, maupun garis pantainya. 29
Kita petakan lagi ke dalam Peta 41 dengan skala 1:200.000, penamaan Selat Berhala juga masih tetap berada di antara Pulau Berhala dan Tanjung Jabung. Kemudian pada tahun 2006, peta tersebut juga kita mutakhirkan lagi. Jadi memang banyak sekali ini peta yang menyangkut Peta Nomor 41 ini kita mutakhirkan. Jadi pada tahun 2006 kita mutakhirkan lagi dengan skala yang sama, ya … yaitu 1:200.000 dan penamaan Selat Berhala masih tetap tidak berubah, di antara Pulau Berhala dan Tanjung Jabung. Kemudian pada tahun 2010, kita lihat di peta tahun 2010 juga penamaan Selat Berhala masih berada di antara Pulau Berhala dan juga Tanjung Jabung. Kemudian yang terakhir adalah Peta Laut Nomor 41 Tahun 2012, masih sama juga dengan skala 1:200.000. Penamaan Selat Berhala juga masih berada di antara Pulau Berhala dan Tanjung Jabung. Kemudian juga di samping itu karena Dishidros ini juga di samping menerbitkan peta-peta laut untuk kepentingan keselamatan navigasi, peta tersebut perlu dilengkapi dengan publikasi-publikasi nautika, yang di … mendukung untuk keselamatan pelayaran karena penamaanpenamaan … biasanya penamaan selat atau segala macam itu biasanya merupakan alur pelayaran, seperti penamaan peta. Katakan tadi seperti dari mana, ke mana, itu juga penamaan selat itu biasanya digunakan untuk alur-alur pelayaran. Kemudian, perlu kami tampilkan juga bahwa dari publikasi United Kingdom Hydrographic Office yang disebut sailing direction, juga menyebutkan bahwa Selat Berhala itu berada di antara Pulau Berhala dan Tanjung Jabung. Dalam slide bisa dilihat di situ bahwa di sisi kanan bawah ada tertulis topografi, 11.11. Di situ tertulis Selat Berhala lies between Tanjung Jabung, 1 degree, 10 second ... south, I mean, terus 104 degree, 22 minute east on the south side, and Pulau Berhala 10 mile north northeast on the north side. Jadi memang di dalam publikasi United Kingdom Hydrographic Office dinyatakan bahwa Selat Berhala berada antara Pulau Berhala dan Tanjung Jabung. Jadi itu yang bisa kami sampaikan, Yang Mulia. Berdasarkan tugas saya sebagai Perwira Hidrografi yang bertugas melaksanakan survei dan pemetaan, dan berdasarkan peta-peta yang kami sampaikan, dan juga publikasi nautika yang dikeluarkan oleh hidrografi Inggris. Demikian, terima kasih. Wassalamualaikum wr. wb. 82.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik, semua keterangan baik dari Saksi Fakta maupun dari Ahli (…)
30
83.
KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUHAMMAD ASRUN Izin, Yang Mulia.
84.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Sudah cukup jelas, sehingga saya ingin tawarkan, apakah PihakPihak Pemohon, Terkait, ataupun Pemerintah dalam hal ini yang mewakili undang-undang itu masih merasa perlu untuk membuka sidang lagi atau menghadirkan ahli dan saksi lain atau dianggap cukup?
85.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Mohon izin, Yang Mulia.
86.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Sebentar, sebentar! Pemohon?
87.
KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUHAMMAD ASRUN Ya, Pak. Pertama-tama dengan segala hormat kami ingatkan, kami kemarin mengirim surat, Yang Mulia, mohon diadakan sidang lapangan sebagai upaya pembuktian karena dari data yang kami sampaikan termasuk peta dari Dishidros ini. Saya kira perlu dilihat konteks lapangannya menyangkut konteks sosial, ekonomi, dan hukum di situ, untuk melihat apakah memang penduduk Pulau Berhala itu homogen atau heterogen ininya ... status kependudukannya di situ? Kemudian kedua, mohon dicatatkan juga bahwa apa yang disampaikan Dishidros itu sudah masuk dalam bukti kami, tetapi ada persoalan, mohon izin dari Dishidros ini, ada perbedaan peta, Pak, antara peta Nomor 41 dan 47 karena di dalam bukti yang kami sampaikan ke MK ini ... bukti Nomor P5H.1 ini penamaan Selat Berhala itu tidak berada persis di bawah Pulau Berhala, tapi di samping, Yang Mulia. Mohon diizinkan ... pantai sebelah barat ini, mohon diizinkan agar ini bisa diberikan ... kami ajukan pertanyaan, ini apa bedanya Peta 41 dengan Peta 47? Dan kemudian kami masih ajukan bukti kembali bahwa di dalam peta Keresidenan Riau itu, justru Selat Berhala itu ada di antara Pulau Berhala dan Pulau Singkep, ini peta yang resmi kami dapatkan dari waktu kami melakukan riset di Den Haag dan di Leiden. Jadi, mohon dua hal itu Yang Mulia. Pertama-tama kebutuhan untuk membuktikan di lapangan, sidang di lapangan, dan biarkanlah ... katakanlah Pihak MK datang dari Riau, juga datang dari Jambi, biar ketemu di lapangan. Dan kemudian kedua, Persoalan ini, Pak, persoalan izin ya, persoalan beda antara Peta 47 dan Peta 41 karena ini 31
perbedaannya sangat signifikan, dikeluarkan lembaga yang sama dan waktu yang sama. Demikian, Yang Mulia. Terima kasih. 88.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik, cukup ya? Terkait, silakan.
89.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Mohon izin, Yang Mulia. Kami Pihak Terkait II mohon diberi kesempatan untuk dapat mengajukan dua orang saksi fakta lagi, yaitu dari Distrik Navigasi Kelas 1 Tanjung Pinang yang selama ini menjaga mercusuar di Pulau Berhala. Kemudian dari Kantor Pertanahan Nasional, yang telah mengeluarkan beberapa sertifikat tanah di Pulau Berhala untuk sidang yang akan datang, Yang Mulia.
90.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Jadi Saudara mengajukan sidang lagi?
91.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Ya, Yang Mulia.
92.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik. Berikutnya supaya membawa Peta Nomor 47 ya? untuk (...)
93.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Peta 47 kewajiban daripada Pemohon, Yang Mulia.
94.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Yang (...)
95.
KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUHAMMAD ASRUN Kami sudah sampaikan dalam alat bukti, Yang Mulia.
96.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Dalam alat bukti ... ya baik. Nanti ini akan diperiksa pada sidang berikutnya.
32
97.
KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUHAMMAD ASRUN Terima kasih.
98.
KETUA: MOH. MAHFUD MD. Angkatan laut juga?
99.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Sudah cukup, Pak Ketua.
100. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Saudara Amiono apakah Anda juga punya peta yang berbeda-beda seperti itu? 47 dan 41 ya? 101. KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUHAMMAD ASRUN Akan kami sampaikan, Yang Mulia. 102. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT II: EDWARD ARFA Terima kasih, Yang Mulia. Memang Peta 47 memang produksi Dishidros, artinya cakupannya memang tidak menyeluruh sampai kepada Selat Berhala secara keseluruhan, tapi kita harus memberi nama di mana sebenarnya Selat Berhala supaya para pelaut itu bisa mengarahkan haluannya ke sana. Biasanya peta laut memang saling overlapping, tidak seperti peta darat yang sistemnya grade, tidak nyambung satu dengan lain, tapi dia ... tapi kalau peta laut saling overlap, saling bartampalan. Nah, untuk mengetahui bahwa di situ ada Selat Berhala perlu dikasih nama arahnya di mana Selat Berhala, tapi yang paling persis dengan center Selat Berhala itu adalah yang Peta 41, terima kasih. 103. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik. Kalau begitu sidang berikutnya untuk Saudara diminta hadir lagi ke sini untuk menjelaskan cara membaca peta laut itu, ya. Jadi, Saudara Amiono diminta hadir pada sidang berikutnya sekaligus saksisaksi fakta maupun ahli akan dihadirkan oleh Terkait II pada sidang yang akan dibuka hari Kamis, tangal 28 Juni tahun 2012, jam 11.00, di gedung ini.
33
Mudah-mudahan hari itu sudah menjadi hari yang … apa ... sidang yang terakhir. Baik sidang hari ini ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL 12.43 WIB
Jakarta, 13 Juni 2012 Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah, t.t.d Paiyo NIP. 19601210 198502 1 001
Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.
34