KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMPN 1 UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012
MUSTOFA Universitas Negeri Malang E-Mail:
[email protected] Pembimbing: (I) Dr. Heri Suwignyo, M. Pd. (II) Azizatuz Zahro, S.Pd, M.Pd.
ABTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMPN 1 Ujungpangkah. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini berupa naskah drama karya siswa. Data dalam penelitian ini berupa skor yang menggambarkan kemampuan menulis naskah drama pada aspek (1) tema, (2) dialog, (3) alur, dan (4) latar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari keempat aspek yang diteliti, aspek dialog yang mampu mencapai ≥ 75 (SKM). Aspek dialog mampu mencapai skor rata-rata tertinggi yaitu 86,8 dan aspek alur mencapai skor rata-rata paling rendah yaitu 58,9.
Kata Kunci: Kemampuan menulis, naskah drama, pembelajaran sastra.
Ada beberapa karya sastra yang biasanya dihasilkan oleh seseorang yaitu cerpen, novel, puisi, dan naskah drama. Naskah drama merupakan jenis sastra yang tersendiri dan istimewa. Tambajong (1981:15) menjelaskan keistimewaan naskah drama yaitu naskah drama lahir dan ada karena peristiwa perenungan akal dan perasaan yang dilakukan seorang pengarang. Menulis naskah drama masih jarang dilakukan oleh seseorang karena naskah drama bukan untuk dibaca saja, melainkan untuk dipertunjukkan sebagai tontonan (Tambajong, 1981:15). Oleh karena itu, naskah drama merupakan kebutuhan pementasan sehingga pengarang naskah drama tersebut biasanya seseorang yang ikut atau terlibat dalam komunitas seni teater saja. Sebagai jenis karya sastra, naskah drama harus diajarkan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Kedudukan naskah drama harus disamakan dengan jenis sastra yang lain yakni novel, cerpen, dan puisi. Seperti jenis sastra yang lain naskah drama bermanfaat untuk mengasah kreativitas dan kepekaan karena naskah drama lahir dari pengamatan pengarang dari masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Moody (dalam Maryaeni, 1992) mengungkapkan pentingnya kajian sastra (drama) dalam dunia pendidkan yaitu dapat menunjang keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta, karsa, dan rasa, mengembangkan pembentukan watak. Penelitian tentang pembelajaran drama telah banyak dilaksanakan sebelumnya. Beberapa penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Yuhanti (2005) yang berjudul Pembelajaran Bermain Drama Siswa kelas 1 SMPN 1 Malang Tahun Ajaran 2003/2004. Dalam penelitian tersebut peneliti berusaha dideskripsikan kegiatan perencanaan kegiatan belajar mengajar dan kegiatan penilaian
pembelajaran. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Indarti (2006) yang berjudul Pembelajaran Bermain Drama di Luar Kelas Siswa Kelas IV MI Mifiahul Ulum Kedungkandang Tahun Ajaran 2005/2006. Dalam penelitian tersebut, peneliti berusaha mendeskripsikan proses pembelajaran drama di luar Kelas. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Mayranti (2006) yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Drama Untuk Siswa SMA. Dalam penelitian tersebut, peneliti berusaha mengembangkan perangkat pemebelajaran bermain drama untuk siswa SMA. Berikutnya penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2007) yang berjudul Kemampuan Menulis Naskah drama Siswa Kelas VIII SMPN 4 Malang Tahun Ajaran 2006/2007. Penelitian tersebut menghasilkan deskripsi kemampuan menulis Siswa kelas VIII SMPN 4 Malang. Kelima, dilakukan oleh Andrean (2008) yang berjudul Kemampuan dialog dan Action Siswa Kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Malang dalam Naskah Drama “Matahari di sebuah jalan kecil” karya Arifin. Penelitian tersebut berusaha mendeskripsikan kemampuan siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Malang dalam berdialog dan berekting melalui naskah drama. Berdasarkan judul-judul penelitian tersebut, disimpulkan bahwa penelitian tentang menulis naskah drama tidak banyak dilakukan. Penelitian tentang pembelajaran drama sebagian besar hanya berkisar aspek berbicara yaitu tentang bagaimana bermain peran. Padahal, pembelajaran drama selain mengandung aspek berbicara, pembelajaran tersebut juga mengandung aspek menulis yaitu menulis naskah drama. Penelitian ini bertujuan mengungkap kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Beberapa aspek yang diteliti adalah aspek tema, dialog, alur, dan latar yang dipaparkan dalam naskah drama. Judul penelitian ini adalah Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas VIII SMPN 1 Ujungpangkah Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2011/2012. Peneliti memilih SMPN 1 Ujungpangkah Gresik sebagai tempat penelitian dikarenakan tiga hal. Pertama, penelitian tentang menulis naskah drama belum perna dilakukan di daerah Ujungpangkah. Kedua, SMPN 1 Ujungpangkah merupakan satusatunya SMP yang berstatus negeri di Ujungpangkah. Ketiga, Peneliti ingin mengetahui kemampuan menulis naskah drama siswa SMPN 1 Ujungpangkah. METODE Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Rancangan penelitian deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan suatu keadaan secara obyektif pada saat sekarang dengan menyajikan data dalam bentuk angka-angka yang telah dihitung dengan rumus statistik tertentu. Keadaan yang digambarkan secara terperinci dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMPN 1 Ujungpangkah kabupaten Gresik. Dengan demikian, pemilihan rancangan deskriptif kuantitatif pada penelitian ini dianggap tepat. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini berupa naskah drama karya siswa. Data dalam penelitian ini berupa skor yang menggambarkan kemampuan menulis naskah drama pada aspek (1) tema, (2) dialog, (3) alur, dan (4) latar. Adapun populasi dalam penelitian ini berjumlah 105 siswa yang terbagi menjadi 4 kelas. Kelas yang dijadikan sampel penelitian adalah VIIIA yang memiliki jumlah siswa sebanyak 26 siswa. Pada saat diadakan tes menulis naskah drama 4 siswa tidak bisa mengikuti dengan keterangan sakit, jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 22 atau 21% dari jumlah populasi. Instrumen penelitian
berupa pedoman penyekoran naskah drama . Berikut ini dapat dilihat pedoman penyekoran naskah drama yang diadaptasi dari pendapat Ghazali (1985) dan Emil dan Ommanay (dalam Maryaeni, 1992). Tabel 3.1 Pedoman Penyekoran Naskah Drama Aspek Yang Dinilai Diskriptor Penilaian Skor a) Tema mengandung nilai kehidupan Tema b) Orisinal dan unik c) Tema mengandung semangat yang kuat d) Tema memberi pesan yang positif a) Dialog harus sesuai dengan karakter tokoh cerita b) Dialog harus ringkas, tepat pada sasaran Dialog c) Dialog harus sesuai dengan situasi yang ingin digambarkan pada adegan tertentu d) Dialog harus dapat dipahami
Alur
Latar
a) Akhir cerita membuat kejutan b) Jalan ceritanya membuat penasaran c) Akhir cerita tidak membuat pertanyaan lagi pada pembaca d) Logis ( berurutan ) a) Terdapat latar tempat dan waktu b) Disebut secara rinci dan mengkhusus c) Logis (waktu sesuai gambaran tempat dan suasana) d) Dapat diterapkan di panggung
Teknik penyekoran dilakukan dengan metode analitik, yakni pemberian skor terhadap aspek-aspek yang ingin diteliti. Panduan penyekoran ditentukan dengan cara setiap muncul deskriptor secara sempurna (jelas), mendapat skor 3, deskriptor muncul, namun tidak sempurna (kurang jelas), mendapat skor 2, dan tidak munculnya deskriptor mendapat skor 0. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes menulis naskah drama. Kerja mandiri yang diajukan kepada siswa dibuat oleh guru pengajar subjek yang diteliti sampai menghasilkan sebuah naskah drama. Naskah drama tersebut oleh peneliti diolah menjadi skor melalui pedoman penilaian naskah drama. Analisis data dilakukan berdasarkan model Arikunto yang meliputi tiga langkah, yaitu (1) persiapan, (2) tabulasi, dan (3) penerapan data (Arikunto, 2006:235). Kegiatan pada tahap persiapan, yaitu (1) mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi dan (2) mengecek kelengkapan data, yaitu dengan memeriksa jumlah sumber data. Kegiatan pada tahap tabulasi, yaitu memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor. Kegiatan pada tahap penerapan data, yaitu mengolah data yang terkumpul dengan menggunakan rumus perhitungan skor. Untuk menentukan kualifikasi kemampuan siswa, digunakan tabel pedoman sebagai berikut.
Tabel 3.2 Pedoman Klasifikasi Nilai Interval Persentase Rentang Nilai Tingkat Penguasaan 85%-100% 85-100 75%-84% 75-84 60%-74% 60-74 40%-59% 40-59 0%-39% 0-39
Kualifikasi Kemampuan Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Untuk mengetahui frekuensi siswa yang mencapai kualifikasi kemampuan f tertentu digunakan rumus F % = X 100 %, di mana: n F% = Persentase siswa yang mendapatkan kualifikasi tertentu, f = Jumlah siswa yang mendapatkan kualifikasi tertentu, dan n = Jumlah peserta tes. HASIL ANALISIS Berdasarkan hasil analisis, diketahui tingkat kemampuan siswa dalam menulis naskah drama pada aspek tema adalah (1) sangat baik sebesar 14% atau sebanyak 3 siswa, (2) baik sebesar 18% atau sebanyak 4 siswa, (3) cukup sebesar 27% atau sebanyak 6 siswa, (4) kurang sebesar 32% atau sebanyak 7 siswa, dan (5) sangat kurang sebesar 9% atau sebanyak 2 siswa. Hal tersebut terhitung dari 22 subjek penelitian. Tingkat kemampuan siswa dalam menulis naskah drama pada aspek dialog adalah (1) sangat baik sebesar 59% atau sebanyak 13 siswa, (2) baik sebesar 32% atau sebanyak 7 siswa, (3) cukup sebesar 4,5% atau sebanyak 1 siswa, dan (4) kurang sebesar 4,5% atau sebanyak 1 siswa. Hal tersebut terhitung dari 22 subjek penelitian. Tingkat kemampuan siswa dalam menulis naskah drama pada aspek alur adalah (1) sangat baik sebesar 4,5% atau sebanyak 1 siswa, (2) baik sebesar 9% atau sebanyak 2 siswa, (3) cukup sebesar 14% atau sebanyak 3 siswa, dan (4) kurang sebesar 68% atau sebanyak 16 siswa. Hal tersebut terhitung dari 22 subjek penelitian. Tingkat kemampuan siswa dalam menulis naskah drama pada aspek latar adalah (1) sebesar 5% atau sebanyak 1 siswa, (2) baik sebesar 27% atau sebanyak 6 siswa, (3) cukup sebesar 36% atau sebanyak 8 siswa, dan (4) kurang sebesar 32% atau sebanyak 7 siswa. Hal tersebut terhitung dari 22 subjek penelitian. PEMBAHASAN Persentase kemampuan siswa dalam menulis naskah drama dari aspek tema berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa siswa yang mampu mencapai nilai ≥ 75 (SKM) sebesar 32% atau sebanyak 7 siswa dan siswa yang tidak mampu mencapai nilai ≥ 75 sebesar 68% atau sebanyak 15 siswa. Siswa sebenarnya sudah mampu mengembangkan tema tetapi belum mendapatkan kualitas baik. Tema dikembangkan sesuai dengan apa yang dialami, didengar, dan dilihat. Hal tersebut menyebabkan siswa kesulitan dalam hal memberi kandungan nilai kehidupan, dan membangun semangat yang kuat dalam ceritanya. Tema yang paling banyak diangkat adalah mengenai persahabatan. Hal ini sesuai dengan ciri psikologis remaja yang suka berkelompok dan bersahabat. Dengan bersahabat remaja merasa dibutuhkan, dihargai, dan menemukan
kepuasan dalam interaksi sosialnya. Dalam hubungan tersebut sering juga muncul persahabatan berubah menjadi perasaan suka antar lawan jenis. Hal ini berpengaruh pada karya siswa. Terbukti banyak pula siswa yang mengangkat persoalan percintaan remaja. Siswa kelas VIII SMP berada pada rentang usia 13—14 tahun, yang menurut beberapa ahli masuk dalam fase remaja yaitu dimana fase ini dipandang sebagai masa “strom dan stres”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamu tentang cinta, dan perasaan teralineasi (terselisikan) dari kehidupan sosial orang dewasa (Pikunas dalam Dahlan, 2004:184). Oleh karena itu, pada masa ini timbul “social cognition”, yaitu remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik. Pemahaman ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial lebih akrab dengan mereka (terutama teman sebaya), baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan (Dahlan, 2004:184). Dari hasil analisis ditemukan bahwa tema-tema yang diangkat oleh siswa oleh siswa berhubungan erat dengan ciri-ciri psikologis yang dialami oleh fase remaja. Persentase kemampuan siswa dalam menulis naskah drama dari aspek dialog berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa siswa yang mampu mencapai nilai ≥ 75 (SKM) sebesar 91% atau sebanyak 20 siswa dan siswa yang tidak mampu mencapai nilai ≥ 75 sebesar 9 atau sebanyak 2 siswa. Siswanto (2008:2) menyatakan ada hubungan erat antara sastrawan dan karya sastranya. Sifat remaja yang suka berkelompok dan sudah ada daya tarik terahadap lawan jenis. Karena itu, siswa tidak ada kesulitan untuk mengembangkan dialog karena sesungguhnya siswa hanya memaparkan kembali dialog-dialog yang diucapkan sehari-hari. Siswa juga tidak ada kesulitan dialog-dialog tokoh yang di atas usia mereka karena dialog tersebut tidak jauh dari apa yang biasa mereka dengar. Persentase kemampuan siswa dalam menulis naskah drama dari aspek alur berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa siswa yang mampu mencapai nilai ≥ 75 (SKM) sebesar 14% atau sebanyak 3 siswa dan siswa yang tidak mampu mencapai nilai ≥ 75 sebesar 86% atau sebanyak 19 siswa. Mengutip pendapat Ghazali (1985) tentang alur yang baik dalam naskah drama, salah satunya adalah harus linier. Artinya urutan cerita harus masuk akal. Dalam hal tersebut siswa tidak ada kesulitan karena sesungguhnya alur yang dibuat merupakan urutan kejadian yang dilihat maupun dijalani sendiri. Karena jalan cerita keseharian yang dialami penulis dalam hal ini siswa maka banyak siswa yang tidak mampu memberi kejutan dan membuat penasaran pembacanya. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa siswa kelas VIII SMPN 1 Ujungpangkah belum mampu berfikir absrak (luas). Hal ini kurang sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif yang disampaikan Pieget (dalam Dahlan 2004:6), yang menyatakan bahwa umur 11 tahun ke atas seseorang sudah mampu berfikir abstrak. Siswa SMP kelas VII berada pada rentang umur 13-14, mereka masih berfikir secara sederhana seperti realitas kehidupan yang mereka alami. mereka belum mampu berfikir kemungkinan-kemungkinan lain yang terjadi di dalam ceritanya. Mereka masih berada dalam priode operasional konkrit. Pieget (dalam Dahlan 2004:6) menyatakan priode operasional kongkrit yakni menambah, mengurangi, dan mengubah operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Persentase kemampuan siswa dalam menulis naskah drama dari aspek latar berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa siswa yang mampu mencapai nilai ≥ 75 (SKM) sebesar 32% atau sebanyak 7 siswa dan siswa yang tidak mampu mencapai nilai ≥ 75 sebesar 68% atau sebanyak 15 siswa. Latar yang dipilih oleh siswa kebanyakan
berhubungan dengan latar yang mereka kenal sehari-hari, misalnya sekolah, tempat asal mereka, tempat bermain dan tetangga desa. Tempat-tempat tersebut tidak jauh dari kehidupan pengarang (siswa). Pemilihan latar ini ditunjang oleh faktor kebiasaan dan pergaulan mereka dengan alam disekitar. Siswanto (2008:3) menyatakan sebagai makhluk sosial, sastrawan dipengaruhi oleh latar belakang sosiologisnya yang berupa struktur sosial dan proses-proses sosial. Asal sosial merujuk pada lingkungan tempat satrawan dibesarkan atau tinggal dalam kaitannya dengan karya sastra. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang ditemukan dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari keempat aspek yang diteliti hanya satu aspek yakni aspek dialog yang mampu mencapai ≥ 75 (SKM). Aspek dialog mampu mencapai skor rata-rata tertinggi yaitu 86,8 dan aspek alur mencapai skor rata-rata paling rendah yaitu 58,9. Penelitian ini ditemukan masalah umum yang berkaitan dengan pembelajaran menulis naskah drama yaitu siswa belum mampu keluar dari cerita realitas kehidupannya. Secara umum siswa hanya menceritakan kembali kehidupannya bersama kelompok objek di sekitarnya. Berdasarkan simpulan di atas ditemukan bahwa kemampuan siswa dalam menulis naskah drama masih perlu perbaikan dan peningkatan. Maka saran yang ditujukan peneliti kepada kepala sekolah untuk menerapkan penelitian tindak kelas agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan dapat mengetahui kelemahan pembelajaran. Bagi guru dalam pembelajaran sebaiknya guru banyak referensi tentang topik yang akan diajarkan sehingga siswa memiliki banyak cara untuk memberikan hasil yang terbaik. Kemudian bagi peneliti lain, temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam melakukan penelitian sejenis. Peneliti bisa mengkaji kemampuan yang sama dengan kopetensi dasar yang berbeda atau meningkatkan kemampuan di tempat penelitian yang sama.
DAFTAR RUJUKAN Ainin, M. 2010. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Surabaya: Hilal Pustaka Andrean. 2008. Kemampuan Dialog dan Action Siswa Kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Malang. Malang: Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Dahlan, D. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ghazali, AS. 1985. Sutradara Dalam Teater: Jilid 1. Malang: IKIP Malang Indarti. 2006. Pembelajaran Bermain Drama di Luar Kelas Siswa Kelas IV MI Mifiahul Ulum Kedungkandang Tahun Ajaran 2005/2006. Malang: Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang Maryaeni. 1992. Teori Drama. Malang: Universitas Negeri Malang Mayranti. 2006. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Drama Untuk Siswa SMA. Malang: Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang Siswanto, W. 2008. Pengantar teori Sastra. Jakarta: PT grasindo Tambajong, J. 1981. Dasar-dasar Dramaturgi. Bandung: CV Pustaka Prima Wahyuningsih. 2007. Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas VIII SMPN 4 Malang Tahun Ajaran 2006/2007. Malang: Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang Yuhanti. 2005. Pembelajaran Bermain Drama Siswa Kelas 1 SMPN 1 Malang Tahun Ajaran 2003/2004. Malang: Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang