perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN METODE SILABA DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: MUSTAHSIN NIM X7210090
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Oktober 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini
Nama
: Mustahsin
NIM
: X 7210090
Jurusab/Program Studi
: FKIP/Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN METODE SILABA DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012” ini benarbenar merupakan karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Oktober 2012
Yang membuat pertanyaan
Mustahsin
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN METODE SILABA DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh: MUSTAHSIN NIM X7210090
Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Oktober 2012 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi
dengan
judul
“PENERAPAN
METODE
SILABA
DALAM
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012” yang disusun oleh: Nama
: Mustahsin
NIM
: X7210090
telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Oktober 2012
DosenPembimbing I
DosenPembimbing II
Warsiti, M.Pd. NIP19500709197603 2001
Drs. H. Setyo Budi, M.Pd. NIP 19580428 198403 1001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi
dengan
judul
“PENERAPAN
METODE
SILABA
DALAM
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012” yang disusun oleh: Nama
: Mustahsin
NIM
: X7210090
telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Hari
: Jumat
Tanggal
: 12 Oktober 2012
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Hadi Mulyono, M. Pd.
Sekretaris
: Kartika Chrysti Suryandari, M. Si.
Anggota I
: Warsiti, M. Pd.
Anggota II
: Drs. H. Setyo Budi, M. Pd.
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta a.n. Dekan Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M. Si. NIP 19660415 199103 1 002
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Mustahsin. PENERAPAN METODE SILABA DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oktober 2012. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk menguji dapat tidaknya metode silaba meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012, (2) mendeskripsikan langkah penerapan metode silaba yang dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas II SD N 2 Pejagatan yang berjumlah 23 siswa. Sumber data berasal dari guru kelas II, teman sejawat, serta siswa kelas II. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, angket, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik interaktif model miles dan Huberman yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Metode silaba dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas II SD N 2 Pejagatan sesuai indikator kinerja. (2) Langkah penerapan metode silaba yang dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas 2 adalah: a) Guru memberikan materi secara singkat sesuai tema, b) Siswa membentuk kelompok bermain, dan mendengarkan penjelasan aturan permainan, c) Siswa melakukan permainan babak pertama yang berkaitan dengan suku-suku kata, d) Siswa melanjutkan permainan babak kedua tentang perangkaian suku-suku kata menjadi kata bermakna, e) Di babak ketiga, siswa bermain permainan tentang perangkaian kata-kata acak menjadi kalimat sederhana. f) babak terakhir, siswa bersama kelompok membaca teks dengan metode silaba yang sekaligus sebagai tes psikomotor keterampilan membaca. Kata kunci: metode silaba, keterampilan, membaca.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Mustahsin: Application of Silaba Method in Increasing Reading Skill at Second Grade Student of State Elementary School 2 Pejagatan In Academic Year 2011/2012. Skripsi, Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. October 2012. The purpose of this research were (1) examine capability of silaba method in increasing reading skill at second grade student of State Elementary School 2 Pejagatan in academic year 2011/2012, (2) describe the right steps on application of silaba method in increasing reading skill at second grade student of State Elementary School 2 Pejagatan in academic year 2011/2012. This research is a Class Room Action Research (CAR). The research was conducted in two cycles. Each cycle consist of planning, action, observation, and reflection. Subject were 23 second grade student of State Elementary School 2 Pejagatan in academic year 2011/2012. The data source came from the second grade teacher, peers, and students. The data are collected by technique of observation, interview, questionnaire, testing, and documentation. The data were analysis using Miles and Huberman interactive model consist of three component ar: data reduction, data display, and conclusion drawing/verification. The result showed that (1) silaba method can increasing reading skill at second grade student of State Elementary School 2 Pejagatan in academic year 2011/2012 appropriate work indicator, (2) the right step application of silaba method in increasing reading skill at second grade student of State Elementary School 2 Pejagatan in academic year 2011/2012 are: a) The teacher brief learning the subject of lesson, b) Students are make 5 groups and listening a rule of game, (c) Students are playing first stage game on occasion of syllable, (d) Student continuing second stage game on occasion of string up syllable to a means word. (e) I n stage three, students are playing game on occasion of string up random word to good simple sentence, (f) The last stage, students in groups are reading text with silaba method, all at once to a reading skill test. Key words: Silaba method, reading, skill.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sukses selalu menyertai orang-orang yang ulet dan penuh kepercayaan pada diri sendiri (Leonardo da vinci)
Keberhasilan tanpa menempuh resiko tak beda dengan kemenangan tanpa kebanggaan (Pierre Corneila)
“Defer no time, delays have dangerous ends.” (William Shakespeare)
“Be modest, be respectful of others, try to understand.” (Lakhdar Brahimi)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu kusuntingkan karya ini untuk:
v My self … you can do it. v My father and mother …you are super parent. v My little sister and brother…you are my inspiration. v My friend… without you, what is the meaning of me. v My student in SD N 2 Pejagatan…I do love you. v Mr. I mam Suyanto… thank you so much. v Mrs. Kartika Chrysti…thank’s a lot v Mrs. Warsiti … my motivation. v Mr. H. Setya Budi.… thank’s for all. v And for Indonesia…don’t give up.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN METODE SILABA DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Warsiti, M.Pd. selaku pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Drs. Harun Setyo Budi, M.Pd, selaku pembimbing II, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Kepala SD N 2 Pejagatan, yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian. 7. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian,
penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Surakarta,
Oktober 2012 Penulis
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................... ii HALAMAN PENGAJUAN....................................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. iv HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... v HALAMAN ABSTRAK............................................................................................ vi HALAMAN MOTTO .............................................................................................. viii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ ix KATA PENGANTAR................................................................................................. x DAFTAR ISI............................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xv BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ................................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................................... 5 A. Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian yang Relevan ................................. 5 B. Kerangka Berpikir .................................................................................... 30 C. Hipotesis Tindakan................................................................................... 31 BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 31 A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 32 B. Subjek Penelitian ...................................................................................... 33 C. Data dan Sumber Data ............................................................................. 33
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Pengumpulan Data ................................................................................... 34 E. Uji Validitas Data ..................................................................................... 44 F. Analisis Data ............................................................................................. 45 G.Indikator Kinerja Penelitian ..................................................................... 47 H. Prosedur Penelitian .................................................................................. 47 BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 53 A. Deskripsi Pratindakan .............................................................................. 53 B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .................................................... 53 1. Siklus 1 ............................................................................................... 54 2. Siklus 2 .............................................................................................. 71 C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar siklus ............................................ 85 D. Pembahasan .............................................................................................. 87 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................................ 90 A. Simpulan ................................................................................................... 90 B. Implikasi ................................................................................................... 90 C. Saran.......................................................................................................... 91 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 92 LAMPIRAN............................................................................................................... 95
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
3.1.
Denah SD N 2 Pejagatan ......................................................................
32
3.2.
Jadwal Kegiatan Penelitian ...................................................................
33
3.3.
Indikator Kinerja Penelitian ..................................................................
47
3.4.
Siklus Penelitian Tindakan Kelas ........................................................
47
4.1.
Perbandingan Nilai Tes Psikomotor Keterampilan Membaca ...........
86
4.2.
Perbandingan Nilai Tes Psikomotor Keterampilan Membaca ...........
86
4.3.
Diagram Ketuntasan Tes Psikomotor Keterampilan Membaca.........
88
4.4.
Diagram Ketuntasan Tes Kognitif Keterampilan Membaca ..............
89
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1.
Cakupan Materi Membaca Kelas 2 Semester II ...................................
21
3.1
Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif Keterampilan Membaca ..........................
38
3.2.
Kisi-Kisi Soal Tes Psikomotor Keterampilan Membaca Siklus I ......
39
3.3.
.... Kisi-Kisi Soal Tes Psikomotor Keterampilan Membaca Siklus II
40
3.4.
Kisi-Kisi Butir Angket Siswa ................................................................
41
3.5.
Kisi-Kisi Lembar observasi ...................................................................
43
3.6.
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara .............................................................
44
3.7.
Materi Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 ...........................
48
3.8.
Materi Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus ............................
50
4.1.
Hasil Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan I ............................
57
4.2.
Analisis Nilai Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 .......................................
59
4.3.
Hasil Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ...........................
63
4.4.
Analisis Nilai Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 .......................................
64
4.5.
Hasil Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan 3 ...........................
69
4.6.
Analisis Nilai Evaluasi Siklus I Pertemuan 3 .......................................
70
4.7.
Hasil Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ..........................
74
4.8.
Analisis Nilai Evaluasi Siklus II Pertemuan 1......................................
75
4.9.
Hasil Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2..........................
78
4.10
Analisis Nilai Evaluasi Siklus II Pertemuan 2......................................
80
4.11.
Hasil Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan 3..........................
82
4.12.
Analisis Nilai Evaluasi Siklus II Pertemuan 3......................................
84
4.13.
Perbandingan hasil Tindakan Antar Siklus...........................................
85
4.14
Perbandingan Hasil Pembelajaran dari Angket Siswa .........................
85
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
Nilai Keterampilan Membaca Siswa Kelas II Semester I ...................
96
2
Silabus Pembelajaran.............................................................................
97
3
Skenario Siklus 1 Pertemuan 1 .............................................................
99
4
Lembar observasi...................................................................................
101
5
Pedoman Wawancara (Daftar Pertanyaan) ..........................................
103
6
Instrumen Tes Psikomotor Keterampilan Membaca ...........................
104
7
Instrumen Tes Kogn itif Keterampilan Membaca ...............................
107
8
Instumen Angket Siswa .........................................................................
110
9
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .......................................
112
10
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II......................................
160
11
Daftar Presensi Siklus I dan II ..............................................................
197
12
Rekap Hasil Observasi Siklus I ............................................................
198
13
Rekap Hasil Observasi Siklus II ...........................................................
201
14
Sampel Hasil Wawancara......................................................................
204
15
Sampel Hasil Pekerjaan Siswa Tertinggi dan Terendah .....................
206
16
Data Hasil Angket Siswa.......................................................................
208
17
Data Hasil Tes Psikomotor Keterampilan Membaca .........................
214
18
Data Hasil Tes Kognitif Keterampilan Membaca ..............................
220
19
Foto Pembelajaran Siklus I dan II ........................................................
226
20
Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Observer...................................
232
21
Surat Ijin Menggunakan SD..................................................................
236
22
Surat Keterangan Kepala Sekolah ........................................................
237
23
Data Siswa Kelas II Semester I.............................................................
238
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan Negara Indonesia di semua jenis dan jenjang sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, memegang peranan penting dalam pembaruan dan peningkatan mutu pendidikan. Perhatian dan kegiatan pendidikan pelajaran Bahasa Indonesia dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) bukan lagi pengajaran tentang tata bahasa semata. Mambaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang saling terkait dan penting dimiliki agar dapat berkomunikasi secara optimal. Seseorang akan memperoleh berbagai pengetahuan baru yang semakin meningkatkan wawasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup kedepan. Heckman
(2006) menuliskan pendapatnya tentang membaca sebagai
berikut: ”Teaching children to read accurately and with comprehension is one of the main goals of early education. Reading is critical because a great deal of formal education depends upon being able to read with understanding. Reading difficulties will inevitably create educational difficul-ties, which, in turn, are a major source of economic and social disadvantage. But such difficulties may be reduced by suitable early intervention ” (Mengajarkan anak untuk membaca dengan teliti, dengan fasih, dan dengan pemahaman yang cukup adalah satu dari tujuan utama pendidikan awal. Membaca itu kritis karena tujuan utama pendidikan formal bergantung pada kemampuan membaca dengan pemahaman. Kesulitan membaca tidak bisa diacuhkan, karena menjadikan kesulitan pendidikan yang mana, perubahan itu akan mendatangkan kerugian di sumber utama yaitu sosial dan ekonomi. Tetapi kesulitan seperti itu mungkin dapat diatasi dengan tindakan yang cocok), Hulme C. and Snowling M.J., 2010: 139. Burns, dkk (1996) menuliskan bahwa membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk membaca (Rahim, 2008: 1). Sedangkan John Gardner menyatakan “Masyarakat kompleks setiap jam bergantung pada kapasitas
membaca dan menulis
commit to user 1
warganya,
membuat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 pertimbangan rumit dan bertindak berdasarkan informasi yang luas (Ahuja, P dan Ahuja, G.C. 2010: 5). Bila tidak demikian, perkembangan ekonomi dan sosial modern mustahil terjadi”. Kedua pendapat diatas tentunya mengindikasikan bahwa keterampilan membaca harus dikuasai seseorang yang pada hakikatnya merupakan makhluk monodualis, yaitu selain berdiri sendiri, mereka juga membutuhkan orang lain. Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru SD N 2 Pejagatan, kenyataan di lapangan adalah hampir di setiap kelas selalu ada siswa yang belum menguasai keterampilan membaca dengan baik padahal dari sisi usia sudah semestinya keterampilan tersebut dimiliki. Di kelas tinggi, siswa banyak melakukan kesalahan membaca, terlihat saat pelaksanaan upacara bendera ketika membaca teks protokol, do’a, maupun UUD 1945. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan membaca juga sangat kurang, buku-buku di perpustakaan hanya berjumlah ratusan dan mulai usang dimakan usia, serta kondisi ruangannya juga tidak nyaman. Di kelas rendah terutama kelas II juga demikian, banyak siswa yang belum
menguasai
keterampilan
membaca.
Berdasarkan
dokumen
nilai
keterampilan membaca siswa kelas II di semester I terlihat bahwa siswa belum sepenuhnya menguasai keterampilan membaca, dari 23 siswa yang dinyatakan tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60 hanya 7 anak (30,43 %) dan yang belum tuntas sebanyak 16 anak (69,56%). Kurangnya penguasaan keterampilan membaca siswa tersebut menimbulkan banyak masalah. Guru merasa kesulitan saat mengajarkan materi dengan banyak tuntutan membaca didalamnya, sebab harus menjelaskan terus menerus secara indvidu, sementara dari sisi waktu dan tenaga sangat terbatas. Siswa yang berkesulitan membaca (belum menguasai keterampilan membaca) selalu berbuat gaduh saat mengerjakan soal. Mereka sering jalan-jalan untuk melihat jawaban teman sehingga pertengkaran pun kerap terjadi. Prestasi siswa yang berkesulitan membaca juga jauh dari teman yang lancar membaca, hampir di semua mata pelajaran. Jika guru tidak segera melakukan tindakan, maka permasalahan akan menjadi semakin banyak dan prestasi siswa akan menjadi semakin buruk.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 Metode silaba menjadi pilihan yang memungkinkan diantara metodemetode lainnya untuk diterapkan dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca. Pertimbangannya adalah metode ini
mudah dipasangkan dengan
strategi maupun media lain. Proses pembelajarannya dimulai dari pengenalan berbagai suku kata yang dapat dibaca siswa, mengingat mereka telah masuk fase pertama yang telah mengenal huruf serta mampu membaca suku kata dengan baik. Beban siswa ketika bertemu kata-kata yang panjang dapat teratasi dengan metode silaba yang menampilkan kata-kata menjadi beberapa suku-suku kata. Melalui pengalaman saat pembelajaran, siswa yang berkesulitan membaca, mampu membaca dengan metode silaba sedikit demi sedikit per suku kata hingga akhir bacaan. Peneliti semakin termotivasi untuk mengadakan penelitian, selain sebagai tugas penelitian, juga merupakan tantangan. Agar peneliti dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas II, maka peneliti mengajukan judul penelitian ”Penerapan Metode Silaba dalam Peningkatan Keterampilan Membaca Pada Siswa Kelas II SDN 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah penerapan metode silaba dapat meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012? 2. Bagaimanakah
penerapan
metode
silaba
yang
dapat
meningkatkan
keterampilan membaca pada siswa kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012? C. Tujuan Penelitian 1. Menguji dapat tidaknya metode silaba meningkatan keterampilan membaca pada siswa kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012. 2. Mendiskripsikan langkah penerapan metode silaba yang dapat meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas II SDN 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 D. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memiliki beberapa manfaat baik dari segi teoritis maupun segi praktis. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan/teori baru tentang membaca dengan menggunakan metode silaba, serta sebagai tambahan dokumen ilmiah agar dapat ditindaklanjuti oleh peneliti berikutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Siswa diharapkan merasa gembira dengan berbagai kegiatan pembelajaran membaca yang menyenangkan. b. Bagi Guru Memberikan pandangan bagi guru kelas rendah dalam merancang pembelajaran membaca maupun memperbaiki keterampilan membaca. c. Bagi Lembaga Sekolah Mampu melihat pentingnya keterampilan membaca, sehingga turut mengupayakan sarana dan prasarana yang memadai untuk peningkatan minat baca. d. Bagi Peneliti Lain Mendapatkan gambaran tentang penerapan metode silaba dan keterampilan membaca siswa sehingga dapat mengadakan penelitian lebih lanjut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Peningkatan Keterampilan Membaca Siswa Kelas II a. Karakteristik Siswa Kelas II Rentangan usia pada kelas dua secara umum adalah 7 sampai 8 tahun. Anak dalam masa ini berada dalam stadium operasional konkrit (7-11 tahun) Stadium operasional konkrit dapat digambarkan sebagai menjadinya positif ciri-ciri yang negativ pada stadium berfikir pra-operasional, artinya anak sekarang misalnya sudah mampu untuk memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi ini satu sama lain. Kekurangannya adalah anak akan mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu dalam situasi yang konkrit (Haditono, 2006) Perkembanyan egosentrisme pada stadium operasional konkrit disebut Elkind (1971) sebagai realitas asumtif, dimana anak melihat kenyataan berdasarkan informasi yang terbatas dan tidak dipengaruhi oleh informasi baru atau informasi yang bertentangan. Sekarang anak tidak lagi memandang orang tua sebagai yang serba tahu, bahkan mereka lebih percaya pada teman-teman sebaya atau pada guru yang dalam hal ini dinamakan Elkind (1971) sebagai keseimbangan kognitif. Mereka juga sering menunjukkan kecerdikan dan superiornya mereka dengan berbuat kenakalan-kenakalan (Haditono, 2006: 115-116). Ros dan Roe (1990) berpendapat bahwa perkembangan bahasa pada periode operasional masuk pada fase semantik, yaitu anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kata (Zuchdi dan Budiasih, 2001). Memang benar bahwa rata-rata anak kelas dua sudah mengenal huruf dan dapat membaca dan maupun menulis kata-kata yang pendek. Zuchdi dan Budiasih juga mengemukakan bahwa anak-anak kelas dua sudah dapat dilatih bercerita mengenai beberapa kejadian secara kronologis,
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 meskipun alurnya belum jelas. Anak-anak juga mulai dilatih menggunakan kalimat yang agak panjang dengan konjungsi: dan, lalu, dan, kata depan di, ke, dari. Tentu hal tersebut agar anak siap untuk menapaki jenjang selanjutnya yang lebih kompleks (2001). Kesimpulannya adalah bahwa anak-anak kelas dua masuk dalam periode kognitif, operasional konkrit dan periode bahasa semantik dimana mereka dapat melakukan aktivitas logis tertentu dalam situasi konkrit, mereka sudah mengenal huruf dan dapat membaca dan maupun menulis kata-kata yang pendek serta
dapat dilatih bercerita mengenai beberapa kejadian secara
kronologis, meskipun alurnya belum jelas. b. Pengertian Membaca Mengenai
pengertian
membaca
Rahim
(2008)
berpendapat,
”Membaca pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif” (hlm. 2). Menurut peneliti membaca bagaikan sebuah permainan, jika kita belum memilliki modal dasar dan aturannya kita tidak dapat melakukan permainan atau dalam hal ini tidak mampu membaca. Hal ini terbukti ketika kita membaca huruf jawa, kita perlu hafal simbol dan
tata bacanya hal itu berarti ”Membaca merupakan
aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan (Abdurrahman, 2003: 200). Menurut Ahuja, P. dan Ahuja, G.C. (2010: 36) Membaca adalah kecakapan memaknai dan menemukan arti. Proses pendekodean (memaknai dan menemukan arti) ini berfungsi sebagai alat atau sarana bagi proses mental ketika pembaca mencoba memperoleh makna dari bahan bacaan. Pendapat tersebut tentu mengarah pada tujuan lanjut dari keterampilan membaca. Zuchdi dan Budiasih mengemukakan bahwa membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis, yang reseptif, karena seseorang dapat memperoleh informasi, ilmu pengetahuan dan pegalaman-pengalaman baru (2001). Pendapat ini mengingatkan kita kembali tentang arti pentingnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 kegiatan membaca yang saat ini semakin tergantikan dengan kegiatan lain, seperti menonton televisi atau mendengarkan radio. Padahal terdapat pengalaman yang tidak tergantikan dalam kegiatan membaca misalnya khayalan atau imajinasi ketika membaca sesuatu. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Matedu (mengutip pernyataan Tampubolon) menjelaskan pada hakikatnya membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan. Walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. (2009) Finocchiaro dan Bonomo mengatakan bahwa reading adalah bringing meaning to and getting meaning from printed or written material, memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis. Para pelajar harus dibantu untuk menanggapi atau memberi respon terhadap lambang-lambang visual yang telah mereka tanggapi. Setiap kesulitan yang berkenaan dengan bunyi, urutan bunyi, intonasi, atau jeda haruslah dijelaskan terleb ih dahulu sebelum para pelajar membacanya (Tarigan, H.G. 2008). Pendapat para ahli diatas menuju kesimpulan, membaca adalah kegiatan reseptif yang melibatkan berbagai aktivitas secara serentak (melafalkan tulisan, aktivitas visual, berfikir psikolinguistik dan metakognitif), dalam melihat rangkaian simbol-simbol bahasa atau tulisan demi mencari makna. 1) Manfaat Membaca Ahuja, P. dan Ahuja, G.C. (2010: 20-23) menuliskan dua manfaat besar membaca yaitu a) pembaca mampu menggunakan bacaannya untuk meningkatkan pemahamannya dan menemukan wawasan baru, b) membaca memberikan kontribusi ide-ide yang membantu orang-orang menjernihkan nila-nilai dan
merumuskan
keputusan-keputusan. Besarnya manfaat
membaca dapat digunakan guru untuk memberikan dorongan lebih bagi siswa dalam menguasai keterampilan ini. Di sisi lain, manfaat membaca juga diuraikan oleh Sukirno (2009: 3) dalam bukunya ”Sistem Membaca yang Efektif” yaitu dengan membaca seseorang dapat: a) berkomunikasi dengan orang lain, b) memberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 informasi kepada orang lain, c) menangkap isi bacaan dengan cepat dan tepat, d) menumbuhkan sikap positif terhadap bacaan, e) bersifat kritis terhadap informasi yang diterima, f) menghargai nilai-nilai luhur yang ada dalam masyarakat, g) memasuki dunia keilmuan yang penuh pesona dan memahami khasanah kearifan yang banyak hikmah, h) mengembangkan berbagai keterampilan yang berguna untuk mencapai sukses dalam hidup, i) membukakan jendela pengetahuan yang luas, gerbang kearifan yang dalam, dan lorong keahlian yang lebar di masa depan, dan
j) memperbaiki
nasibnya menjadi lebih baik. Pendapat Sukirno memberikan gambaran bahwa kegiatan membaca memberikan banyak manfaat bagi para pelakunya, tetapi memerlukan peran serta guru dalam merangsang dan menggali manfaat membaca agar peserta didik dapat mendapatkan dan merasakan manfaatnya. Dengan kata lain, besarnya manfaat membaca yang dapat diperoleh atau dirasakan siswa merupakan hasil dari efektifnya kegiatan membaca yang dilakukan siswa maupun baiknya kualitas pembelajaran membaca yang dilakukan guru, sehingga dapat menjadi salah satu indikator dalam keterampilan membaca yang menjadi fokus penelitian ini. 2) Tujuan Membaca Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari dan memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan (Tarigan, H.G. 2008). Goodman (1980); Heath (1980); Mason (1977); Mason & McCormick (1981); dan Taylor (1983) menuliskan tentang pentingnya tujuan membaca ”Children are more likely to become involved in formal reading if they have seen reading, writing, and speaking as functional, purpose, and useful. Studies of early reading behaviors clearly ilustrate that young children acquire their first information about reading and writing through their functional uses” (Anak akan memungkinkan untuk terlibat dalam membaca formal jika mereka dapat melihat bahwa membaca, menulis, dan berbicara itu memiliki fungsi, tujuan dan bermanfaat. Perlakuan pada pelajaran
membaca permulaan
commit to user
harus
secara jelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 mengilustrasikan bahwa anak muda mendapatkan informasi pertama tentang membaca dan menulis yang menyambung dengan tujuan penggunaan (Morrow, 1993: 115) Tarigan lebih lanjut mengemukakan tujuan membaca sebagai berikut. a) Reading for details or facts, membaca untuk memperoleh rincian atau fakta-fakta; b) Reading for main ideas, membaca untuk memperoleh ide-ide utama,; c) Reading or sequence or organization, membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita; d) Reading for inference, membaca untuk menyimpulkan; e) Reading
to
classify,
membaca
untuk
mengelompokkan
atau
mengklasifikasikan; f) Reading for evaluate, membaca untuk menilai atau mengevaluasi; g) Reading to compare of contrast, merupakan tujuan membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan, contohnya menemukan bagaimana cara tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda, bagaimana tokoh menyerupai pembaca (Tarigan, H.G. 2008). Seseorang
cenderung akan mudah memahami bacaannya jika
disertai atau mempunyai tujuan tertentu. Sehingga guru dapat menetapkan tujuan membaca sesuai silabus yang berlaku, dengan harapan siswa mampu menguasai keterampilan membaca sesuai fase perkembangannya. (Rahim, 2008), Lebih lanjut Rahim menuliskan tujuan membaca yang mencakup: a) kesenangan, b) menyempurnakan membaca nyaring, c) menggunakan strategi tertentu, d) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, e) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, f) memperoleh
informasi
untuk
laporan
lisan
atau
tertulis,
mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, h) menampilkan
g) suatu
eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan i) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 Berdasarkan pendapat ahli tentang tujuan membaca, maka tujuan membaca dalam penelitian ini adalah: a) membaca untuk memperoleh ideide utama, b) membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita anak, c) membaca untuk menilai atau mengevaluasi, d) membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan, e) kesenangan, f) menyempurnakan membaca nyaring, g) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, h) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, i) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, j) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. Kesepuluh tujuan membaca tersebut menjadi pedoman guru dalam merumuskan fokus tujuan, setiap kegiatan membaca yang dilakukan siswa. Jika tujuan membaca yang diinginkan tercapai, berarti kemampuan membaca siswa menunjukan perkembangan yang baik, sekaligus dapat menjadikan indikator untuk menguji keterampilan membaca siswa. 3) Proses dan Produk Membaca Proses membaca merupakan proses kompleks yang melibatkan unsur visik dan mental, seperti penjelasan Burns dkk. (1997) yang menyatakan bahwa proses membaca terdiri atas sembilan aspek, yaitu sensor, persepsi, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut. a) Membaca dimulai dengan sensor visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indera penglihatan; b) Kegiatan berikutnya adalah persepsi terhadap makna simbol tadi berdasarkan pengalaman yang dimiliki; c) Aspek urutan proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun pada halaman dari kiri ke kanan kecuali tulisan bahasa Arab; d) Pengalaman merupakan aspek penting dimana pengalaman luas dan kosakata yang banyak akan lebih cepat menangkap makna bacaan; e) Membaca adalah berpikir untuk memahami makna kata, kalimat, paragraf yang dibaca, kemudian menyimpulkan maknanya;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 f) Untuk memperoleh kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, pembaca memerlukan teori belajar membaca yang benar yang diperoleh melalu i pembelajaran sedini mungkin, baik dirumah maupun disekolah; g) Mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makna merupakan aspek asosiasi dalam membaca, tanpa asosiasi, pembaca mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan; h) Aspek sikap atau afektif pembaca yang sangat diperlukan adalah mempunyai minat/kegemaran
membaca
yang kuat,
memusatkan
perhatian saat membaca, dan mempunyai motivasi membaca untuk kebutuhan hidup; i) Pembaca yang sudah terampil akan mudah menangkap gagasan yang ada di dalam bacaan, baik berupa pikiran pokok atau topik bacaan (Sukirno, 2009: 5). Sembilan tahapan membaca yang dikemukakan Burns, merupakan proses otomatis yang membutuhkan keterampilan dari hasil latihan dan bimbingan yang berkelanjutan, sehingga proses tersebut dapat terlaksana dengan baik. Sedangkan Ahuja, P. dan Ahuja, G.C mendefinisikan membaca adalah proses ganda yaitu: a) proses indrawi (sensori) yang bergantung pada keterampilan visual tertentu, melibatkan pengenalan (identifikasi) simbol-simbol dimana mata memainkan peran penting dan, b) proses pemahaman (perseptual) yaitu mengacu pada interpretasi segala sesuatu yang kita pahami, kita persepsi (2010). Seseorang akan melalui tiga komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan, meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, decoding (penyandian) adalah proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata dan meaning, adalah pemahaman makna berlangsung melalui berbagai tingkat mulai dari pemahaman literal, interpretatif, kreatif, dan evaluatif. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal yaitu kelas I dan II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 SD (membaca permulaan), sedangkan proses memahami makna (meaning) lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi (Rahim, 2008). Proses membaca menunjukkan adanya mekanika gerakan mata yang memperlihatkan bahwa mata menyimak bahan yang tercetak dalam baris-baris huruf dengan serangkaian gerakan dan hentian, ada satu gerakan kemudian satu hentian, dan demikian seterusnya hingga baris itu habis. Gerakan mata dicirikan oleh istilah-istilah: fiksasi, regresi atau refiksasi, kembali menyapu, dan gerakan antar fiksasi, dengan penjelasan sebagai berikut. a) Fiksasi adalah hentian oleh mata sedemikian rupa sehingga mata dapat bereaksi terhadap stimulus grafis. Banyak dan lama fiksasi bergantung pada kesulitan bahan atau kematangan pembaca; b) Regresi atau refiksasi adalah gerakan balik, atau fiksasi dalam arah kanan-ke kiri pada gerakan mata, dimana banyak pembaca balik kembali ke
belakang
karena
merasa
kurang percaya
diri
dan
merasa
membutuhkan pembacaan ulang terus menerus. Regresi dapat terjadi karena pembaca terselang oleh sesuatu atau adanya ketakutan persepsi; c) Kembali menyapu, ketika menyelesaikan suatu baris bacaan, pembaca membuat sapuan penglihatan ke permulaan baris berikutnya. Jika seluruh baris di bawahnya hilang karena satu dan lain sebab, maka pembaca harus melokasikan tempas yang pas untuk melakukan refiksasi. Pembaca yang payah, akan membuat fiksasi ekstra, bahkan refiksasi atau regresi karena
tidak
memahami
bahan
bacaan.
Pembaca
seperti
ini
membutuhkan latihan untuk meningkatkan pengenalan dan pemahaman kata, bukan sekedar gerakan mata; d) Gerakan antar fiksasi, merupakan gerakan mata dari fiksasi ke fiksasi lainnya. Banyak bahan atau jumlah kata yang dipersepsi seseorang dalam setiap fiksasi (hentian oleh mata) disebut rentang pengenalan. lebih lebar rentang pengenalan, lebih sedikit jumlah fiksasi. Bentukan rentang pengenalan bergantung pada faktor psikologis yang intrinsik, tetapi kondisi tertentu seperti terlalu dini dan terlalu dipaksakan pada bahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 bacaan yang sulit, boleh jadi merusak bentukan rentang pengenalan yang wajar (Ahuja, P. dan Ahuja, G.C. 2010). Teori gerakan mata diatas membawa peneliti pada satu indikator yaitu efisiensi membaca, dimana pembaca memperoleh sesuatu dengan waktu yang sesingkat mungkin, atau dengan kata lain adalah kelancaran membaca. Kegiatan membaca akan menghasilkan produk berupa komunikasi dari pemikiran dan emosi antara penulis dan pembaca. Syafi’ie (1993) menuliskan ”Agar hasil membaca dapat tercapai secara maksimal, pembaca harus menguasai kegiatan-kegiatan dalam proses membaca tersebut” (Rahim,
2008:
15).
Pendidik
memegang
peranan
penting
dalam
membimbing siswa menguasai kegiatan-kegiatan dalam proses membaca dengan baik. 4) Jenis-jenis Membaca Jenis-jenis membaca bertalian erat hubungannya dengan tujuan membaca, dengan banyaknya tujuan membaca, banyak juga jenis-jenis membaca yang dilakukan seseorang. Berdasarkan tingkat pendidikan jenis membaca ada dua macam, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjutan sebagai berikut (Sukirno, 2009). a)
Membaca Permulaan Membaca permulaan diberikan kepada peserta didik semenjak di taman kanak-kanak, kelas 1, dan kelas 2 sekolah dasar. Membaca Permulaan disajikan melalui dua cara yaitu membaca permulaan tanpa buku dan membaca permulaan dengan buku. Membaca permulaan tanpa buku maksudnya ketika membaca tanpa menggunakan buku sebagai media pembelajaran yang telah tersedia agar tidak membebani siswa. Adapun membaca permulaan dengan buku maksudnya anak telah diperkenalkan kepada tulisan yang terdapat dalam buku secara berseri karena telah mengenal semua lambang bunyi, jadi fungsi membaca di sini untuk melancarkan. Membaca permulaan dengan buku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 merupakan tahapan yang cocok bagi kelas dua dengan karakteristiknya yang sudah membaca suku kata. b) Membaca Lanjutan Membaca lanjutan sudah diberikan kepada peserta didik sejak kelas 3 sekolah dasar sampai di perguruan tinggi, tentu dengan tingkat kesukaran yang disesuaikan dengan usia dan tingkat pendidikannya. Jenis-jenis membaca lanjutan antara lain: (1) Membaca pemahaman, yaitu membaca yang dilakukan dalam hati secara cermat dan teliti untuk mengetahui isi bacaan sampai kepada hal yang sekecil-kecilnya. Edwards (1957)
menyatakan bahwa
membaca pemahaman adalah perkembangan berkesinambungan menuju kecakapan membaca yang lebih besar dan terdiri dari banyak tahapan dengan keberhasilan bergantung pada besarkecilnya motivasi, latar belakang, substansial yang terait dengan konsep, kemampuan mempersepsi kata, kemampuan menalar, dan kemampuan memahami makna; (Ahuja, P. dan Ahuja, G.C. 2010: 50) (2) Membaca kritis, yaitu membaca untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan, kemudian memberi perhatian kepada faktafakta itu. Membaca kritis adalah jenis membaca tertinggi yang dicapai seseorang, karena tidak sekedar mengetahui apa yang dibaca, tetapi mengapa penulis membuat tulisan/karangan itu. Membaca kritis memerlukan keterampilan untuk merangkum, menganalisis, dan menilai gagasan yang ada dalam bacaan. Albert et all (1961) mengemukakan bahwa membaca kritis (critical reading) adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis, dan bukan hanya mencari kesalahan; (Tarigan, H.G. 2008: 92) (3) Membaca cepat, yakni kegiatan membaca secara cepat untuk memahami gagasan pokok dalam bacaan secara cepat pula, tentu perlu latihan secara teratur;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 (4) Membaca bahasa atau membaca telaah bahasa, yaitu keterampilan membaca untuk menelaah bahasa. Penekanannya adalah pada latihan penelaahan hukum dan kaidah bahasa, seperti: pemakaian huruf kapital, pengrtuasi, tanda baca, afiksasi, sinonim, homonim, idiom, pola kalimat, peribahasa, defiasi kata, dan gaya bahasa; (5) Membaca untuk keperluan studi, yaitu kegiatan membaca yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan studi seseorang. Misalnya membaca buku-buku pembelajaran yang dianjurkan oleh para guru; (6) Membaca untuk keperluan praktis, ialah membaca yang digunakan untuk memenuhi keperluan sehari-hari sesuai dengan tugas kita masing-masing, baik seorang siswa, mahasiswa, guru, dokter dan lain-lain; (7) Membaca bebas, yaitu keterampilan membaca yang penekanannya terletak pada latihan kebiasaan mengisi waktu luang dengan kegiatan membaca; (8) Membaca di perpustakaan, yaitu kegiatan membaca di ruang perpustakaan dengan memanfaatkan buku-buku di perpustakaan; (9) Membaca teknik, yakni keterampilan membaca lisan atau membaca bersuara atau membaca keras yang penekanannya terletak pada kemampuan membaca dengan pengucapan atau pelafalan, intonasi, jeda, dan pelaguan yang tepat sesuai dengan isi dan situasi bacaan. Naskah yang baik untuk dibaca teknik antara lain : naskah pancasila, UUD 1945, ikrar/janji/sumpah, naskah berita, naskah pidato, naskah doa, naskah
urutan upacara, kisah/biografi
seseorang, naskah pengumuman, atau naskah nonsastra; (10) Membaca indah, yaitu keterampilan membaca nyaring/bersuara yang sering d isebut juga dengan istilah membaca sastra, membaca estetis,
membaca
kemampuan
ekspresif.
pengucapan,
Penekanannya intonasi,
jeda,
terletak
pada
penggambaran,
penghayatan, keindahan, dan keharuan yang terdapat dalam isi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 bacaan. Naskah yang dibaca misalnya: puisi bebas atau puisi terikat seperti pantun, syair, gurindam, cerpen, legenda, hikayat, dongeng, dan naskah drama. Tarigan, H.G. menuliskan bahwa jenis-jenis membaca ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara si pembaca waktu dia membaca (2008). Maka proses membaca dapat dibagi atas: a) Membaca Nyaring Membaca nyaring, membaca bersuara, membaca lisan (reading out loud; oral reading; reading aloud) adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan seseorang pengarang (Tarigan, H.G. 2008). Membaca bersuara
merupakan
kegiatan
membaca
yang
dilakukan dengan cara melafalkan setiap kata, kelompok kata, dan kalimat dari bacaan yang kita hadapi (Mulyati, 2007). Membaca teknik dan membaca indah adalah jenis membaca yang masuk dalam kategori membaca nyaring. Perbedaannya adalah membaca teknik ditujukan pada teks non sastra, sedangkan membaca indah dikhususkan pada teks sastra (Sukirno, 2008). b) Membaca dalam Hati Membaca dalam hati (silent reading) merupakan kegiatan membaca yang hanya mengandalkan kemampuan visual, pemahaman, serta ingatan dalam menghadapi bacaan, tanpa mengeluarkan suara atau menggerakkan bibir (Mulyati, 2007). Tujuan utama membaca dalam hati adalah untuk memperoleh informasi. Keterampilan membaca dalam hati merupakam kunci bagi semua ilmu pengetahuan (Tarigan, H.G. 2008). Para ahli sependapat untuk mememberikan jangka waktu yang lebih banyak untuk membaca jenis ini ketika para pelajar meningkat dari kelas rendah ke kelas tinggi, untuk itu guru harus menyiapkan para peserta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 didik di kelas rendah degan baik untuk menguasai keterampilan membaca dalam hati. Tarigan, H.G. lebih lanjut merinci jenis membaca dalam hati yang terbagi menjadi dua yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif (2008). (1)
Membaca Ekstensif Membaca ektensif berarti membaca secara luas, obyeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Tuntutan membaca ektensif adalah memahami isi-isi penting dengan cepat sehingga efisiensi tercapai. Membaca ektensif meliputi: (a) Membaca survey (survey reading), yaitu membaca untuk mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari, seperti meneliti indeks-indeks, melihat-lihat judul-judul bab dan memeriksa bagan atau skema buku yang bersangkutan; (b) Membaca sekilas (skimming), adalah sejenis membaca yang membuat
mata
memperhatikan
kita bahan
bergerak
dengan
tertulis
untuk
cepat
melihat,
mencari
serta
mendapatkan informasi, penerangan; (c) Membaca dangkal (superficial reading), ialah membaca dengan tujuan memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, dan tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Biasanya dilakukan untuk kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang. (2) Membaca Intensif Membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa (linguistic study reading) merupakan jenis membaca yang masuk kelompok membaca intensif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 Membaca telaah isi adalah bila kita biasanya ingin mengetahui dan menelaah isi secara mendalam, serta ingin membaca dengan teliti suatu bahan bacaan yang kita temukan (menarik hati) setelah membaca sekilas. Membaca telaah isi terbagi atas (a) membaca teliti, (b) membaca pemahaman, (c) membaca kritis, (d) membaca ide. Membaca telaah bahasa merupakan kegiatan membaca yang
berkaitan
dengan
bahasa
(language)
sebagai
unsur
jasmaniyah, bersanding dengan unsur lain yaitu rohaniah berupa isi (content) yang terdapaat dalam setiap bacaan. membaca telaah bahasa mencakup (a) membaca bahasa asing (foreign language reading), dan (b) membaca sastra. Berkenaan dengan jenis-jenis membaca yang dilaksanakan dalam penelitian ini, d irencanakan meliputi: a) membaca tanpa buku, b) membaca dengan buku, c) membaca untuk keperluan praktis, d) membaca di perpustakaan, e) membaca teknik, f) membaca sekilas (skimming), g) membaca indah, dan h) membaca dangkal (superficial reading). 5) Pendekatan Membaca Syafi’ie
(1993) mengemukakan
bahwa pendekatan
dalam
pengajaran bahasa mengacu kepada teori-teori tentang hakikat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai landasan dan prinsip pengajaran bahasa (Rahim, 2008: 31). Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah: a) Pendekatan Komunikatif Pendakatan ini mengarah kepada tujuan pengajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Prinsipnya, pengejaran membaca harus didasarkan pada tujuan membaca dan diarahkan pada penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Zuhdi dan Budiasih berpendapat bahwa pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran nahwa kemampuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa (2001) b) Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) Semiawan dan Joni (1993) memberikan batasan bahwa esensi pendekatan ini terletak pada penghayatan pengalaman belajar yang diprogramkan oleh siswa (Rahim, 2008: 32). c) Pendekatan Terpadu Pada praktiknya, aspek-aspek bahasa selalu tampil bersama, sehingga pembelajaran bahasa dirancang baik dengan perpaduan antar keterampilan membaca maupun dengan bidang studi yang lain. Waktu satu hari dapat digunakan untuk mata pelajaran yang terkait dengan menggunakan salah satu tema sebagai penyatunya. Yeager (1991) menyatakan bahwa pembelajaran bahasa secara terpadu menaruh penghargaan terhadap bahasa, dan dengan seksama meningkatkan penguasaan bahasa siswa (Zuchdi dan Budiasih, 2001: 43). d) Pendekatan Kooperatif Belajar
kooperatif
merupakan
suatu
metode
yang
mengelompokkan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil, siswa bekerja sama dan saling membantu menyelesaikan tugas. Metode kooperatif yang sering digunakan misalnya STAD (Student Teams Achievement Divisions), CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), dan TAI (Team assisted Individualization). Berpedoman
pada
kurikulum
KTSP
yang
menekankan
pembelajaran tematik pada kelas I dan II, maka pendekatan yang semestinya peneliti gunakan adalah pendekatan terpadu dalam satu mata pelajaran Bahasa Indonesia yang memadukan empat keterampilan berbahasa. 6) Strategi Membaca Strategi adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Rahim mencantumkan tujuh model strategi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 membaca, yaitu: a) bawah-atas (bottom-up), b) atas-bawah (top-down), c) model membaca campuran (eclectic), d) model strategi interaktif, e) strategi KWL (Know-Want to Know-Learned), f) Strategi DRA (Directed Reading Activity), dan g) Strategi DRTA (Directed Reading Thingking Activity) (2008). Berbagai model tersebut memberikan pandangan kepada peneliti untuk merancang pembelajaran yang variatif sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan antusias mengikutinya. 7) Teknik Membaca Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam model), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan guru perlu memprtimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain (Zuchdi dan Budiasih, 2001). Ahuja, P. dan Ahuja G.C. sedikitnya menulisakan empat teknik membaca yang bertitik tolak dari asumsi bahwa pembaca telah mengembangkan
keteranpilan membaca frase, memahami struktur
paragraf dan dapat mengidentifikasi kata kunci, yang meliputi: a) SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review), b) SQ4R (Survey, Question, Read, Recite, Repeat, Review), c) OK4R (Overview, key Ideas, Read, Recall, Reflect, Review), dan PQRST (Preview, Question, Read, Summarize, Test) (2010). Beberapa Teknik membaca diatas, juga ditu liskan Sukirno dalam buku ”Metode membaca yang efektif” seperti: metode STUDY (Survey the entire assigment, Think of question, Understand your reading, Your review the entire assigment) dan OK5R (Overview, key Ideas, Read, Record, Recite, Review, Reflect). Di sisi lain, Tampubolon
merinci teknik
membaca yang meliputi: a) baca-pilih (selecting), b) baca-lompat (skipping), c) baca-layap (skimming), d) bata-tatap (scanning) (2009). (Farida Rahim, 2008: 51-52) Sedangkan Tarigan, J dan Tarigan, H.G. menuliskan tekn ikteknik pembelajaran membaca
yang meliputi: a) lihat dan baca, b)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 menyusun kalimat, c) menceritakan kembali, d) parafrase, e) melanjutkan cerita, f) mempraktekan petunjuk, g) baca dan terka, h) membaca sekilas (skimming), i) membaca sepintas (scaning), dan j) SQ3R (survei, susun pertanyaan, baca, ceritakan kembali, kaji ulang) (1986). Sebelas teknik pembelajaran membaca tersebut cukup relevan sebagai acuan dalam menciptakan suasana pembelajaran membaca yang efektiv dan variatif. Keseluruhan teknik-teknik membaca yang ada, manakala dibutuhkan akan menjadi sumber pilihan peneliti dalam merancang pembelajaran membaca dengan metode silaba yang efektif, yaitu memadukan metode silaba yang menjadi fokus, dengan teknik yang sesuai. 8) Materi Membaca Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SDN 2 Pejagatan tahun 2010, maka cakupan materi membaca kelas 2 semester II, jika dilihat dari standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikatornya adalah sebagai berikut (Dinas P dan K, 2010). Tabel 2.1.
Cakupan Materi Membaca Kelas 2 Semester II SD N 2 Pejagatan
Standar Kompetensi 7.
Kompetensi dasar
Memahami 7.1 Membaca nyaring teks ragam wacana
(15-20
tulis
dengan
dengan
membaca nyaring membaca dalam hati.
dan
Indikator - membaca teks cerita dengan
kalimat)
lafal dan intonasi yang tepat. -
menjawab dan mengajukan
memperhatikan lafal
pertanyaan dan isi bacaan
dan
yang dibaca.
intonasi yang
tepat. 7.2 Menyebutkan isi teks - memilih bacaan yang agak panjang (20-25
disenangi
kalimat) yang dibaca - menjelaskan isi bacaan yang dalam hati
telah dibaca - memberikan pendapat atau komentar tentang isi bacaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 Zuchdi dan Budiasih (2001) menuangkan beberapa materi pembelajaran membaca bagi kelas 2
yang masih didasarkan pada
kurikulum terdahulu (GBPP 1994) sebagai berikut: a)
Persiapan (Pramembaca) Pada tahap ini, siswa diajarkan: (1) sikap duduk yang baik, (2) cara meletakkan atau menempatkan buku di meja, (3) cara memegang buku, (4) cara membalik halaman buku yang tepat, (5) Melihat atau memperhatikan gambar atau tulisan.
b) Setelah Pramembaca (1) Materi paragraf (15 sampai 20 baris) dibaca dengan lafal dan intonasi yang tepat dan wajar. Bahan untuk itu diambil dari buku ajar, atau majalah anak-anak, misalnya Bobo, dengan memilih wacana yang ada kaitannya dengan bidang studi IPA, IPS, atau Matematika; (2) Kalimat-kalimat sederhana (untuk dipahami isinya), bahan untuk ini pun dapat diambil dari bacaan anak atau membuat sendiri; (3) Huruf besar pada awal kalimat yang dapat dibuat sendiri atau mengambil bahan bacaan anak yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan usia siswa; (4) Bacaan dengan kalimat-kalimat sederhana (menggunakan huruf kapital pada awal kalimat) untuk dipahami isinya; (5) Cerita anak-anak (dengan memperhatikan jeda yang ada dalam bacaan); (6) Percakapan/dialog tentang suatu kegiatan (menggunakan tanda baca titik dan tanda tanya pada akhir kalimat); (7) Puisi anak-anak (dibaca secara kelompok). Mengacu dua sumber materi membaca tersebut, peneliti tetap berpedoman pada kurikulum KTSP yang berlaku, dengan menjadikan sumber
dari
Zuchdi
dan
Budiasih
sebagai
pandangan
maupun
perbandingan materi-materi yang semestinya dilalui (dikuasai) siswa di kelas dua.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 c. Pengertian Keterampilan Muttaqin memperoleh
mendefinisikan
kompetensi cekat,
keterampilan cepat, dan
sebagai
tepat dalam
usaha
untuk
menghadapi
permasalahan belajar. Pembelajaran keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat, dan tepat melalui belajaran kerajinan dan teknologi rekayasa, dan teknologi pengolahan (2008). Pusat Bahasa, Depdiknas
mendefinisikan keterampilan sebagai
kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan dalam hal ini adalah membaca, jadi keterampilan membaca adalah kecakapan seseorang dalam membunyikan bahasa tulis untuk mencari makna (2008). Keterampilan dapat diuraikan dengan kata seperti otomatik, cepat, dan akurat. Meskipun demikian, adalah keliru menganggap keterampilan sebagai tindakan tunggal yang sempurna, karena setiap pelaksanaan sesuatu yang terlatih walaupun menulis huruf a, merupakan suatu rangkaian koordinasi beratus-ratus otot rumit yang melibatkan perbedaan isyarat dan koreksi kesalahan yang berkesimanbungan. Sesuai pendapat Cronbach bahwa keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan, (Hurlock, 1987: 154). Kesimpulannya adalah keterampilan merupakan kecakapan yang otomatik, cepat dan akurat sebagai usaha menyelesaikan tugas atau menghadapi permasalahan belajar dan berkembang menjadi kebiasaan jika dipelajari dengan baik. d. Pengertian Keterampilan Membaca Broughton, et all (1978) menyebutkan bahwa membaca merupakan keterampilan yang kompleks, rumit dan melibatkan serangkaian keterampilanketerampilan yang lebih kecil, sehingga dapat dikatakan keterampilan membaca mencakup tiga komponen yaitu, 1) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca (keterampilan A); 2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal (keterampilan B);
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 (3) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning (keterampilan C) (Tarigan, H.G. 1983: 11). Keterampilan A merupakan suatu kemampuan untuk megenal bentukbentuk yang disesuaikan dengan mode yang berupa gambar, gambar di atas suatu lembaran, lengkungan-lengkungan, garis-garis, dan titik-titik dalam hubungan-hubungan berpola yang teratur dan rapi. Keterampilan B merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas dengan bahasa. Keterampilan C atau ketiga (keterampilan intelektual) merupakan kemampuan atau abilitas menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas melalui unsur-unsur bahasa yang formal, yaitu kata-kata sebagai bunyi, dengan makna yang dikembangkan oleh kata-kata tersebut. Ahli lain mengatakan bahwa keterampilan membaca merupakan jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif yang berkaitan erat dengan 3 jenis keterampilan berbahasa lainnya yaitu mendengar, berbicara, dan menulis (Mulyati, 2007). Kesimpulan yang dapat diambil adalah keterampilan membaca merupakan suatu kecakapan (otomatik, cepat dan akurat) yang kompleks, untuk menyelesaikan suatu tugas yang bersifat reseptif dengan membunyikan serangkaian simbol-simbol bahasa tulis melalui proses recording, decoding, dan meaning. Keterampilan-keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring bagi kelas II adalah: 1)
membaca dengan terang dan jelas, 2) membaca
dengan penuh perasaan, ekspresi, dan 3) membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata (Tarigan, H.G. 2008). Keterampilan mambaca dalam hati menuntut siswa kelas II SD untuk menguasai: 1) membaca tanpa gerakangerakan bibir atau kepala, dan 2) membaca lebih cepat secara dalam hati daripada secara bersuara. e. Pengertian Peningkatan Keterampilan Membaca Peningkatan merupakan kata berimbuhan dari kata tingkat yang mendapat awalan pe-, dan akhiran –an. Pusat Bahasa, Depdiknas menuliskan bahwa peningkatan merupakan proses, perbuatan, cara meningkatkan (usaha,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 kegiatan, dan sebagainya). Mengacu
kepada penelitian, maka peningkatan
yang dimaksud adalah usaha untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas dua (2008). Kesimpulan yang peneliti dapatkan dari definisi para ahli tersebut adalah bahwa peningkatan keterampilan membaca merupakan suatu perbuatan untuk meningkatkan kecakapan siswa dalam membunyikan bahasa tulis untuk mencari makna. Tarigan H.G. mencantumkan usaha dalam mengembangkan serta meningkatan keterampilan membaca sebagai berikut. 1) Memperluas pengalaman para pelajar sehingga mereka memahami keadaan dan seluk beluk kebudayaan; 2) Mengajarkan bunyi-bunyi (bahasa) dan makna-makna kata-kata baru; 3) Mengajarkan hubungan bunyi bahasa dan lambang atau simbol; 4) Membantu para pelajar memahami struktur-struktur (termasuk struktur kalimat yang biasanya tidak begitu mudah bagi pelajar bahasa); 5) Mengajarkan
keterampilan-keterampilan pemahaman (komprehension
skills) kepada para pelajar; 6) Membantu para pelajar untuk meningkatkan kecepatan dalam membaca (2008). Ahuja, P. dan Ahuja, G.C. menuliskan usaha meningkatkan keterampilan membaca melalui surat kabar, yaitu guru membantu para siswanya dalam kegiatan-kegiatan berikut dengan bantuan surat kabar: 1) meningkatkan penguasaan kata, 2) menambah pundi-pundi pengetahuan umum, 3) memperbaiki jangkauan mata, 4) meningkatkan kecepatan membaca, 5) mengembangkan keterampilan skimming dan scaning, 6) meningkatkan fleksibilitas dalam membaca, 7) mengembangkan keterampilan membaca kritis (2010). Kesimpulan dari peneliti adalah, bahwa peningkatan keterampilan membaca siswa kelas dua adalah suatu perbuatan untuk meningkatkan kecakapan anak-anak kelas dua yang memasuki periode operasional konkrit dan masuk periode
bahasa
semantik
untuk
menyelesaikan
commit to user
suatu
kegiatan
reseptif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 (mendapatkan informasi) yang melibatkan sejumlah aktifitas fisik dan mental secara serentak (melafalkan tulisan, aktivitas visual, berfikir psikolinguistik dan metakognitif), dalam melihat rangkaian simbol-simbol bahasa atau tulisan demi mencapai tujuan membaca tertentu. 2. Penerapan Metode Silaba a. Pengertian Metode Pusat Bahasa, Depdiknas memberi batasan tentang metode yaitu merupakan cara yang teratur berdasarkan pemikiran yang matang untuk mencapai maksud, metode juga dapat dikatakan sebagai cara kerja yang teratur dan bersistem untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah guna mencapai maksud yang ditentukan (2008). Alya juga mendefinisikan metode adalah cara teratur yang dapat digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (2007). Di sisi lain, metode diartikan sebagai rencana keseluruhan penyajian bahan pembelajaran bahasa secara rapi dan tertib yang tidak ada bagianbagiannya yang berkontradiksi, dan kesemuanya itu didasarkan pendekatan terpilih (Tarigan, J. dkk, 1997). Sumantri dan Permana menjelaskan bahwa metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan (2001). Berdasarkan defin isi para ah li diatas, disimpulkan bahwa metode adalah cara-cara teratur yang ditempuh guru berdasarkan pemikiran yang matang
untuk
memudahkan
menciptakan
situasi
pembelajaran
yang
mendukung guna mencapai kelancaran proses belajar mengajar dan tercapainya prestasi yang memuaskan. b. Pengertian Metode Silaba Chaer menuliskan batasan bahwa silaba adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran yang mempunyai puncak kenyaringan yang biasanya jatuh pada sebuah vokal. Satu silaba biasanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 meliputi satu vokal atau satu vokal dan satu konsonan atau lebih. (Rufisa, 2010). Silaba yang dimaksudkan adalah suku kata (silabel), menurut Pusat Bahasa, Depdiknas adalah struktur yang terjadi dari satu atau urutan fonem yang merupakan konstituen kata (2008). Mengenai silaba yang merupakan nama lain dari istilah suku kata, Tarigan, J, dkk. menuliskan ” ...keterampilan membaca melalui metode Suku Kata atau Metode Silaba.” (1997: 5.8).
Dari
definisi para ahli tentang silaba penulis menyimpulkan bahwa silaba merupakan struktur satuan ritmis terkecil dalam satu arus ujaran dengan vokal biasanya sebagai puncak kenyaringan dan urutan fonem yang ada menjadi konstituen kata. Metode silaba merupakan metode suku kata yang menyajikan suatu kata ke dalam beberapa suku kata agar siswa dapat membacanya. Proses pembelajaran membaca menulis permulaan (MMP) dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, kemudian suku kata dirangkaikan menjadi katakata bermakna (Tarigan, J. dkk, 1997: 5.8). Metode ini bersanding dengan metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga yang semuanya merupakan kelanjutan dari metode suku kata. Senada dengan pendapat Tarigan, J. dkk. (1997), metode silaba didefinisikan sebagai proses pembelajaran MMP yang diawali dengan pengenalan suku kata, seperti a) ba, bi, bu, be, bo, b) ca, ci, cu, ce, co, c) da, di, du, de, do, d) ka, ki, ku, ke, ko, dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna. (Mulyati, 2011). Pendapat tentang metode silaba, memberikan gambaran bahwa metode silaba ialah cara teratur yang ditempuh untuk membantu siswa membaca dengan cara menyajikan suatu kata ke dalam beberapa suku kata berdasarkan pemikiran yang matang, serta situasi yang mendukung kelancaran proses belajar, agar tidak ada bagian-bagiannya yang berkontradiksi, guna mencapai maksud yang ditentukan. Langkah-langkah pembelajaran MMP (Membaca dan Menulis Permulaan) dengan metode silaba (suku kata) adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 1) Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata misalnya: a) ba, bi, bu, be, bo, b) ca, ci, cu, ce, co,
c) da, di, du, de, do, dan d) ka, ki, ku, ke, ko.
2) Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata; contohnya: a) bobi, cu-ci, da-da, ka-ki, b) bi-bi, ci-ca, da-du, ka-ku, c) ba-ca, ka- ca, duka, ku- da, d) ko-ko, ci-ci, bo- bo, dan sebagainya. 3) Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana; a) ka-ki ku-da, b) ba-ca bu-ku, c) cu-ci ka-ki, d) ku-ku ci-ci (dan sebagainya). c. Pengertian Penerapan Metode Silaba Pusat Bahasa, Depdiknas memberi batasan bahwa penerapan adalah perbuatan menerapkan (2008). Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat bahwa penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya Kesimpulan yang diambil adalah bahwa penerapan metode silaba ialah suatu perbuatan menerapkan cara yang teratur berdasarkan pemikiran yang matang untuk menyelesaikan pekerjaan membaca demi mencapai maksud dengan cara menjadikan kata menjadi suku-kata yang merupakan satuan ritmis terkecil dalam satu arus ujaran dengan vokal biasanya sebagai puncak kenyaringan dan menjadi pembentuk (konstituen) kata. 3. Hasil Penelitian yang Relevan a. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Suzi Lediana Sari tentang peningkatan keterampilan membaca permulaan dengan menggunakan media kartu bergambar (flash card) siswa kelas I SD Negeri I Nungkulan Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011. Tujuan penelitiannya adalah untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui media kartu bergambar (flash card) siswa kelas I SD Negeri 1 Nungkulan. Teknik pengumpulan
data
yang
digunakan
adalah
commit to user
observasi,
wawancara,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 dokumentasi dan tes, sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan (1) Adanya peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada pra tindakan 71; siklus pertama 72; dan siklus kedua 81, (2) Adanya peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa yaitu pra tindakan 68%; siklus pertama 88%; dan siklus kedua 100%. Kesimpulannya adalah
media
pembelajaran
kartu
bergambar
(flash
card)
dapat
meningkatkan keterampilan membaca permulaan siswa kelas I SDN 01 Nungkulan Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011. b. Penelitian
tentang
meningkatkan
keterampilan
membaca
dengan
menggunakan media pias-pias kata pada siswa kelas II SDN 2 Selodoko Kec. Ampel, Kabupaten Boyolalitahun pelajaran 2009/ 2010 oleh Siswanto. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca melalui penggunaan media pias-pias kata. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes, sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan verifikasi. Hasilnya adalah rata-rata kemampuan keterampilan membaca siswa relatif lebih tinggi dibandingkan sebelum menggunakan media pias-pias kata. Nilai rata-rata siswa sebelum menggunakan media pias-pias kata nilainya 59,3 dan nilai rata-rata siswa setelah menggunakan media pias-pias kata pada siklus I nilainya nilainya adalah 80. Kesimpulannya pembelajaran bahasa Indonesia
dengan
menggunakan media pias-pias kata dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada siswa kelas II SD Negeri 2 Selodoko.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 B. Kerangka Berpikir Membaca merupakan suatu kegiatan reseptif yang melibatkan berbagai aktivitas serentak, dalam mencari makna melalui proses recording, decoding, dan meaning. Anak kelas II SD berusia antara 7-8 tahun. Usia tersebut masuk dalam periode kognitif operasional konkrit dan periode bahasa semantik dimana mereka dapat melakukan aktivitas logis tertentu dalam situasi konkrit, anak sudah dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kata serta mereka sudah dapat dilatih bercerita mengenai beberapa kejadian secara kronologis, meskipun alurnya belum jelas. Pada umur 7-8 tahun kebanyakan anak telah memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata, dan kata yang d iperlukan untuk membaca yang diperolehnya di sekolah. Keterampilan membaca siswa kelas dua SD N 2 Pejagatan sudah sampai pada penguasaan membaca suku kata dan kata-kata sederhana (kata dasar), tetapi siswa masih kesulitan untuk membaca rangkaian kata-kata yang panjang (berimbuhan), sehingga proses recording (perekaman) belum terlaksana dengan lancar, dan mempengaruhi proses maupun tujuan membaca selanjutnya yaitu proses recording (penyandian) maupun meaning (pemaknaan). Metode silaba ialah cara teratur yang ditempuh untuk membantu siswa membaca dengan cara menyajikan suatu kata ke dalam beberapa suku kata berdasarkan pemikiran yang matang, serta situasi yang mendukung kelancaran proses belajar, agar tidak ada bagian-bagiannya yang berkontradiksi, guna mencapai maksud yang ditentukan. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan metode silaba adalah, metode ini cukup sederhana sehingga murah dan mudah dilaksanakan oleh guru, mudah diterapkan dengan berbagai pendekatan, teknik, maupun media pembelajaran bahasa yang beraneka macam. Metode silaba dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas dua SD karena kesulitan yang dihadapi siswa ketika membunyikan kata-kata panjang (berimbuhan) dapat teratasi dengan tampilan kata-kata panjang yang ditemui, menjadi beberapa suku kata yang dapat dibaca dengan mudah sehingga proses maupun tujuan selanjutnya dapat dilaksanakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 Dengan demikian peneliti berasumsi bahwa metode silaba dapat meningkatkan keterampilan membaca pada Siswa Kelas 2 SDN 2 Pejagatan.
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori (kerangka teoretik), dan kerangka berfikir (kerangka konseptual), dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: Jika penerapan metode silaba dilaksanakan sesuai skenario, maka dapat meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD N 2 Pejagatan, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen. SD N 2 Pejagatan terletak ± 16 km sebelah timur pusat Kota Kebumen. SD ini letaknya berada di pinggir jalan menuju Desa Sidogede, dekat dengan rumah penduduk, sehingga cukup mudah dijangkau.
Lapangan sepak bola yang luas untuk berbagai kegiatan dan
perpustakaan yang dapat dimanfaatkan untuk belajar membaca merupakan bagian dari sarana dan prasarana sekolah ini. Pada tahun ajaran 2011/2012 SDN 2 Pejagatan memiliki siswa dengan jumlah 122 siswa, dan jumlah guru/karyawan sebanyak 12 orang. Denah SD N 2 Pejagatan tampak sebagai berikut. jalan menuju Desa Sidogede
U KELAS
lapangan sepak bola
IV
KELAS III
RUANG KELAS 1
KELAS II
KELAS V
KELAS VI
KA NTOR
PERPUS
WC
S jalan setapak
rumah penduduk
Gambar 3.1 Denah SD N 2 Pejagatan 2. Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan mulai bulan November 2011 sampai bulan Juni 2012 pada kelas II Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan berfokus pada keterampilan
membaca. Penelitian ini terdiri dari dua siklus
dengan masing-masing siklus dialokasikan tiga pertemuan. Adapun jadwal kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:
commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 No
Uraian Kegiatan
1. 2. 3.
Pembuatan Proposal Pembuatan Instrumen Seminar konsep penelitian Siklus I - Pertemuan 1 - Pertemuan 2 - Pertemuan 3 Siklus II - Pertemuan 1 - Pertemuan 2 - Pertemuan 3
4
5
7
8 9
Bulan Des.
Jan.
Feb.
Mar.
April
Mei
Juni
Juli
Agt
Sept
Penyusunan konsep laporan Ujian Skripsi Revisi laporan Penggandaan dan penyerahan hasil.
Gambar 3.2. Jadwal Kegiatan Penelitian
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SDN 2 Pejagatan pada Tahun Ajaran 2011/2012, yang berjumlah dua puluh tiga siswa, yang terdiri atas dua belas siswa laki-laki dan sebelas siswa perempuan. Mayoritas siswa adalah dari keluarga petani dan buruh yang pendidikannya tidak terlalu tinggi, sehingga perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya tidak memadai. C. Data dan Sumber Data Sumber data merupakan subyek penelitian di mana data menempel. Sumber dapat berupa benda, gerak, manusia, tempat, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006: 145) . Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan yaitu meliputi sumber data dari siswa, guru, dan dokumen. 1. Siswa Siswa menjadi responden (orang yang menjawab pertanyaanpertanyaan peneliti baik tertulis maupun lisan) dalam pelaksanaan teknik angket (kuesioner) dan tes membaca. Siswa yang dimaksudkan yaitu seluruh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 siswa kelas II SDN 2 Pejagatan tahun ajaran 2011/2012. Seluruh siswa kelas II, baik laki-laki maupun perempuan. 2. Guru Guru menjadi sumber data dalam tekhnik observasi yang dilakukan oleh pengamat (observer). Pengamat merupakan teman sejawat yaitu guruguru yang mengajar di SDN 2 Pejagatan pada tahun ajaran 2011/2012, baik dari guru kelas maupun guru mata pelajaran. Peneliti memilih salah satu guru untuk menjadi pengamat atau observer pada saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. 3. Dokumen Dokumen menjadi sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini berkaitan dengan dokumentasi yang dilakukan peneliti. Ada berbagai macam dokumen yang diperlukan, seperti silabus, rencana pembelajaran, laporan diskusi-diskusi tentang kurikulum, berbagai macam ujian dan tes, laporan rapat, laporan tugas siswa, bagian- bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran, hasil karya siswa, dan sebagainya (Wiriaatmadja, 2008) Dari berbagai macam menggunakan
dokumen
yang
dokumen, pada penelitian ini, peneliti meliputi
kurikulum,
silabus,
rencana
pembelajaran, bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran, nilai ulangan harian siswa, hasil tes membaca siswa, nilai raport pelajaran Bahasa Indonesia, dan kamera sebagai alat dokumentasi gambar. D. Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data a. Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk
mengukur
keterampilan,
pengetahuan
intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. (Arikunto, 2006). Padmono (mengutip pendapat Grundlund) menyatakan Test an instrument or systematic procedure for measuring a sample of behavior (Answers the question ”How well does the individual perform-either in comparison with others in comparison with a domain of performance tes.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 (2009: 6) Diartikan bahwa tes merupakan perangkat yang digunakan untuk dapat melakukan pengukuran, hal in i ditunjukkan bahwa tes merupakan instrument untuk mengukur satu sampel perilaku, sehingga tes akan menjawab seberapa baiknya individu dapat menunjukkan perilaku dibanding dengan individu lain atau satu domain tertentu dari test tersebut. Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes kognitif dan tes psikomotor keterampilan membaca yaitu untuk memahami informasi yang terkandung dalam wacana mulai dari tingkat ingatan (C1) sampai tingkat evaluasi (C6) sesuai perkembangan peserta didik dan tes unjuk kerja (performent) dalam membaca suatu teks bacaan dinilai dengan beberapa diskriptor. Tes yang dilaksanakan juga untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran mencapai tujuan yang ditetapkan dan keberhasilan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasilnya digunakan sebagai acuan untuk melihat kemajuan prestasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta untuk menganalisa dan merefleksi tindakan berikutnya. b. Angket Angket (kuesioner) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006).
Ahli lain
menuliskan angket (Questionare) adalah suatu daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden dalam mengungkap data tentang keadaan diri, pengalaman, pendapat, dan kebutuhan (Padmono, 2009). Narbuko dan Achmadi (2010) mendefinisikan metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Jadi dapat disimpulkan bahwa angket adalah sejumlah daftar pertanyaan tertulis yang harus diisi oleh responden untuk memperoleh informasi atau data tentang keadaan diri, pengalaman, atau bidang yang diteliti. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dimana responden tinggal memilih jawaban yang tersedia dan langsung dijawab oleh orang yang bersangkutan (siswa kelas 2). Angket diberikan kepada siswa untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 mendapatkan data tentang respon siswa terhadap pembelajaran yang dialaminya, sehingga peneliti dapat menemukan langkah-langkah pembelajaran secara keseluruhan yang dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas dua dengan metode silaba. c. Observasi Observasi menurut Supardi, Arikunto, dan Suhardjono adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (2008). Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (nilai) dan data kualitatif (minat/suasana kelas). Observasi adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat sampingannya (Kasbolah, 2001). Arikunto dalam bukunya ”Prosedur Penelitian” mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata, dalam pengertian psikologik, observasi (pengamatan) meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra, jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap (2006). Sukardi (2009) berpendapat bahwa observasi adalah instrumen lain yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan, yang lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami, dan keterbatasnnya dalam menggali informasi yang berupa pendapat atau persepsi dari subyek yang diteliti. Peneliti menggunakan observasi partisipan, yaitu jenis observasi yang pengamatnya terlibat pada sebagian atau seluruh kegiatan yang diamati (Kasbolah, 2001). Peneliti terlibat langsung dalam penelitian yaitu sebagai pelaksana kegiatan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan metode silaba. Adapun guru/teman sejawat adalah sebagai observernya (pengamat) turut mengatur ketenangan maupun ketertiban kondisi kelas. Observasi yang dilakukan oleh pengamat dalam penelitian ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan (observasi sistematis). Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang proses pembelajaran yang dilakukan, sehingga dapat dianalisis untuk pengambilan keputusan. d. Wawancara Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan
secara
langsung
informasi-informasi
keterangan (Narbuko dan Achmadi, 2010).
atau
keterangan-
Menurut Padmono (2009)
wawancara adalah metode untuk memperoleh respon dengan cara mengajukan pertanyaan
serta tanya
mengumpulkan
jawab
sepihak,
artinya yang
data bertanya (interviewer) dan
berkepentingan
responden menjawab
(interview). Sedangkan wawancara (interview) menurut Arikunto (2006) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara, misalnya tentang latar belakang murid, perhatian, maupun sikap terhadap sesuatu. Jadi dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah metode untuk memperoleh respon dengan proses tanya jawab sepihak secara lisan oleh dua orang atau lebih untuk memperoleh informasi. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari pengamat tentang penerapan metode silaba yang dilaksanakan. Peneliti mewawancarai pengamat juga untuk mendiskusikan bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan maupun yang perlu peningkatan, sehingga tindakan selanjutnya dapat lebih baik dan diharapkan dapat memperoleh langkah-langkah penerapan metode silaba yang diharapkan. 2. Alat Pengumpulan Data Alat untuk mengumpulkan data dalam proses penelitian tindakan kelas ini berupa butir-butir soal tes kognitif dan psikomotor keterampilan membaca, butir angket siswa, dan lembar observasi penerapan metode silaba serta pedoman wawancara. a. Soal Tes Kognitif Membaca Soal tes d ibuat berdasarkan kisi-sisi yang telah ditentukan. Soal tes digunakan untuk menguji keterampilan membaca siswa baik membaca nyaring
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 maupun membaca dalam hati. Soal tes diberikan setiap akhir siklus dengan materi yang sesuai, berikut kisi-kisinya. Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif Membaca Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: 2/II
St. Kompetensi
: 7.
Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati.
Kompt. Dasar
: 7.1 Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat. 7.2 Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25 kalimat) yang dibaca dalam hati
Waktu
: 10 menit.
Bentuk Soal
: Pilihan ganda
Defin isi Konsep
: - Membaca merupakan kegiatan reseptif, dimana seseorang akan mendapatkan suatu informasi dari kegiatan tersebut.
Defin isi. Operasional : - Tes kognitif membaca digunakan
untuk menguji
seberapa besar kecakapan siswa dalam memaknai simbol-simbol bunyi yang bermakna. Tabel 3.1. Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif Keterampilan Membaca Materi
Siklus/ Pertemuan
C1
C2
C3
C4
C5
C6
Membaca nyaring teks cerita dengan lafal dan intonasi yang 2 2 2 2 1 1 10 1/1 tepat. Menceritakan isi bacaan 2 2 2 2 1 1 10 1/2 Menjawab pertanyaan berdasarkan teks cerita yang 2 2 2 2 1 1 10 1/3 dibaca. Mengajukan pertanyaan 2 2 2 2 1 1 10 2/1 berdasarkan cerita yang dibaca Membaca teks dalam hati 2 2 2 2 1 1 10 2/2 Menceritakan kembali cerita 2 2 2 2 1 1 10 2/3 yang dibaca dalam hati Keterangan: - Instrumen (soal) dan Diskriptor Tes Kognitif Keterampilan
Membaca terlampir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 b. Soal Tes Psikomotor Keterampilan Membaca Kisi-Kisi Soal Tes Psikomotor Keterampilan Membaca Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: 2/II
Waktu
: 10 menit.
Bentuk Soal
: Penugasan
Defin isi Konsep
: - Keterampilan-keterampilan
yang
dituntut
dalam
membaca nyaring bagi kelas II adalah : 1) membaca dengan terang dan jelas, 2) membaca dengan penuh perasaan, ekspresi, dan 3) membaca tanpa terteguntegun, tanpa terbata-bata (Tarigan, 2008: 26). - Keterampilan mambaca dalam hati menuntut siswa kelas II SD untuk menguasai: 1) membaca tanpa gerakan-gerakan bib ir atau kepala, dan 2) membaca lebih cepat secara dalam hati daripada secara bersuara. Defin isi. Operasional : - Tes psikomotor membaca merupakan tes kemampuan peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam membaca teks bacaan yang diperoleh. Penilaianya dilakukan oleh guru sebagai peneliti menggunakan lembar penilaian. Tabel 3.2. Kisi-Kisi Soal Tes Psikomotor Keterampilan Membaca Siklius 1 Indikator Membaca nyaring teks cerita dengan lafal dan intonasi yang tepat. Menceritakan isi bacaan
Soal Tes Bacalah dengan nyaring teks cerita yang kamu dapat dengan lafal dan intonasi yang tepat!
Menjawab pertanyaan berdasarkan teks cerita yang dibaca.
Bacalah dengan nyaring teks cerita yang kamu dapat dengan lafal dan intonasi yang tepat, dan jawablah pertanyaan pak guru!
Bacalah dengan nyaring teks bacaan yang kamu dapat dengan lafal dan intonasi yang tepat, dan ceritakanlah isinya!
commit to user
Aspek penilaian - ketepatan lafal - ketepatan intonasi - kelancaran - ekspresi - ketepatan lafal - ketepatan intonasi - kelancaran - ekspresi - menceritakan isi - ketepatan lafal - ketepatan intonasi - kelancaran - ekspresi - menjawab pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 Tabel 3.3. Kisi-Kisi Soal Tes Psikomotor Keterampilan Membaca Siklius 2 Indikator Mengajukan pertanyaan berdasarkan cerita yang dibaca Membaca teks dalam hati
Menceritakan kembali cerita yang dibaca dalam hati
Soal Tes Bacalah dengan nyaring teks bacaan yang kamu dapat dengan lafal dan intonasi yang tepat, dan ajukanlah pertanyaan berdasarkan cerita itu! Bacalah dalam hati teks bacaan yang kamu dapat dengan baik dan ungkapkan apa yang kamu baca agar pak guru tahu apa yang kamu baca. Bacalah dalam hati teks bacaan yang kamu dapat dengan baik dan ungkapkan apa yang kamu baca agar pak guru tahu apa yang kamu baca.
Aspek penilaian - ketepatan lafal - ketepatan intonasi - kelancaran - ekspresi - mengajukan pertanyaan - ketepatan lafal - ketepatan intonasi - kelancaran - ekspresi - menceritakan isi - kecepatan membaca - ketepatan mengungkapkan apa yang dibaca - ekspresi
Ket: - Setiap aspek penilaian dinilai menggunakan lembar penilaian dengan memberikan skor (1-4) berdasarkan diskriptor yang ditetapkan. - Instrumen (soal) dan Diskriptor Tes Psikomotor Keterampilan Membaca terlampir. c. Butir Angket Siswa Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data tentang respon siswa terhadap tindakan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Pemberian angket dilakukan setiap siklus setelah tindakan selesai dilakukan. Agar pelaksanaannya berjalan dengan lancar, maka pelaksanaannya serentak dengan bimbingan guru. Kisi-Kisi Butir Angket Siswa Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: 2/II
Waktu
: 10 menit.
Defin isi Konsep
: - Manfaat membaca yang dapat diperoleh siswa adalah mendapatkan informasi/ilmu pengetahuan. - Tujuan membaca tercapai jika siswa kegiatan / proses membaca terlaksana dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 - Metode silaba dilaksanakan dengan tujuan untuk memudahkan peserta didik dalam proses melafalkan simbol-simbol bunyi, dengan tampilan dalam beberapa suku kata. - Penerapan metode silaba dapat dipadukan dengan pendekatan, teknik, maupun media pembelajaran yang beragam. Def. Operasional : - Angket diberikan kepada siswa untuk mendapatkan data tentang respon siswa terhadap pembelajaran yang dilalu inya. - Pengisian
angket
(tertutup)
dilakukan
setelah
pembelajaran selesai dengan memilih (melingkari) alternatif jawaban yang sesuai dengan apa yang siswa rasakan, dibantu bimbingan guru agar pelaksanaannya berjalan dengan baik Tabel 3.4.
Kisi-Kisi Butir Angket Siswa
No
Aspek
1 2 3 4
Jumlah Pertanyaan 1 1 2 2
Pensekoran
Manfaat membaca Tujuan membaca Proses membaca Proses pengenalan suku kata 1. pilihan a = skor 1 Proses perangkaian suku kata 5 2 2. pilihan b = skor 2 menjadi kata 3.pilihan c = skor 3 Proses perangkaian kata menjadi 6 2 4. pilihan d = skor 4 kalimat sederhana Proses membaca dengan metode 7 2 silaba 7 Pembelajaran membaca 3 Jumlah 15 Keterangan: - Instrumen (soal) dan Diskriptor Angket Siswa terlampir.
f. Lembar Observasi Instrumen ini digunakan untuk merekam berbagai kegiatan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung apakah sesuai dengan rencana yang dilakukan atau memerlukan perbaikan. Pelaksanaan pengamatan bersamaan dengan pembelajaran atau selama pembelajaran berlangsung pada setiap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 tindakan yang dilakukan. Observasi dilaksanakan dengan memperhatikan diskriptor yang ada dengan membubuhkan tanda cek untuk memberikan skor terhadap kenyataan yang tercipta, serta memberikan kritik/saran kedalamnya. Kisi-Kisi Lembar Observasi Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: 2/II
Defin isi Konsep
: 1. Peningkatan keterampilan membaca siswa kelas dua adalah suatu perbuatan untuk meningkatkan kecakapan anak-anak
kelas
dua
yang
memasuki
periode
operasional konkrit dan masuk fase semantik untuk menyelesaikan suatu kegiatan reseptif (mendapatkan informasi) yang melibatkan sejumlah aktifitas fisik dan mental secara serentak (melafalkan tulisan, aktivitas visual, berfikir psikolinguistik dan metakognitif), dalam melihat rangkaian simbol-simbol bahasa atau tulisan demi mencapai tujuan membaca tertentu. 2. Penerapan
metode
silaba
ialah
suatu
perbuatan
menerapkan cara yang teratur berdasarkan pemikiran yang matang untuk menyelesaikan pekerjaan membaca demi mencapai maksud dengan cara menjadikan kata menjadi suku-kata yang merupakan satuan ritmis terkecil dalam satu arus ujaran dengan vokal biasanya sebagai puncak kenyaringan dan menjadi konstituen kata. 3.
Langkah-langkah metode silaba (suku kata) adalah: 1) pengenalan suku-suku kata, 2) perangkaian suku-suku kata menjadi kata, 3) perangakaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana.
Def. Operasional : a. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, dengan cara melingkari angka skor yang sesuai untuk melakukan penilaian terhadap kecocokan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 antara diskriptor dengan kejadian yang tercipta, serta menuliskan kritik maupun saran yang membangun dari pengamat. b. Observasi terbagi menjadi dua macam, yaitu: 1) untuk mengamati kegiatan pembelajaran secara keseluruhan, dan 2) untuk mengamati proses penerapan metode silaba sebagai fokus penelitian. Tabel 3.5. Kisi-Kisi Lembar Observasi No
Indikator
1 2 3
keterampilan membuka pelajaran Kegiatan prabaca pengenalan suku-suku kata perangkaian suku-suku kata menjadi kata perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana Kegiatan membaca dengan metode silaba interaksi guru dan siswa motivasi siswa pengaturan siswa penggunaan media penerapan variasi pembelajaran pelaksanaan kegiatan akhir Pelaksanaan evaluasi Penggunaan waktu jumlah skor maksimal
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jmlh diskriptor 4 3 3
1 1 1 1
lingkari skor 2 3 4 2 3 4 2 3 4 2 3 4
3
1
2
3
4
3
1
2
3
4
3
1
2
3
4
2 3 2 2 2 3 4 3
1 1 1 1 1 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4
40 x 4 = 80
Keterangan: - Instrumen dan Diskriptor Lembar Observasi terlampir. c. Pedoman Wawancara Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: 2/II
Defin isi Konsep
: - Membaca yang melibatkan aktivitas fisik dan mental secara otomatis dapat dinilai melalui interaksi diantara siswa maupun interaksi dengan guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 - Siswa kelas dua dengan karakteristiknya yang cenderung jujur terhadap apa yang dilihatnya, akan memberikan data yang sesuai jika diberi kesempatan untuk menilai temannya sendiri. Defin isi Operasional : - Pedoman
wawancara
keterampilan
membaca
merupakan salah satu alat pengumpul data yang lengkap, dimana guru dapat memperoleh data dari pengamat sekaligus dapat mendiskusikan rencana pelaksanaan dilakukan
selanjutnya. adalah
Wawancara
wawancara
terp impin
yang agar
pembicaraan menjadi efektif, dan tidak membatasi berbagai pendapat. Tabel 3.6. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara No 1 2 3
Aspek Kegiatan Awal Kegiatan Inti (penerapan metode silaba) Kegiatan Akhir Jumlah
Keterangan:
Jumlah Pertanyaan 2 5 3 10
Hasil wawancara tidak dinilai (diskor), dan merupakan data pendukung (pelengkap) dalam mengambil suatu keputusan. E. Uji Validitas Data
Peneliti melakukan Validitas Data dengan menggunakan teknik triangulasi. Batasan menurut Elliott, triangulasi adalah memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis yang peneliti timbulkan dengan membandingkan dengan hasil orang lain, misal mitra peneliti lain, yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama. (Wiriatmadja, 2008: 169). Peneliti mengacu pada 3 teknik triangulasi yang dikemukakan Sugiyono (2009) yaitu: 1. Triangulasi Sumber Triangulasi sumber untuk menguji validitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi ini dilakukan berdasarkan tiga sumber, yakni guru sebagai peneliti yang mempunyai keharusan menilai diri sendiri (self assesment), pengamat yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 diminta oleh peneliti, dan siswa yang merupakan sumber data utama dengan posisi sebagai subyek penelitian. 2. Triangulasi Teknik Triangulasi teknik yang digunakan untuk menguji validitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Jika menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda. 3. Triangulasi Waktu Faktor waktu yang juga sering mempengaruhi validitas (kredibilitas) data, membuat peneliti melakukan pengumpulan data dalam rentang waktu yang berbeda, yaitu dalam pelaksanaan setiap siklus dilakukan tiga tindakan (treatment) untuk pengumpulan data. Diharapkan dengan triangulasi waktu, akan mendapatkan data valid yang berujung pada pengambilan keputusan yang tepat. F. Analisis Data Analisis data menggunakan teknik deskriptif dengan didukung data kualitatif dan data kuantitatif. Data yang dianalisis secara kualitatif hasilnya merupakan gambaran secara umum suatu keadaan. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data tentang interaksi dalam proses pembelajaran, untuk menganalisis perubahan sikap dan perilaku. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data hasil tes/evaluasi hasil belajar yang diperoleh dari nilai evaluasi dalam tiap siklus. Analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan mencari nilai rata-rata hasil evaluasi dan persentase keberhasilan tiap siklus (tindakan). Penyajian data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 sampai tuntas, sehingga datanya sedah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction (reduksi dara), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification (Penarikan kesimpulan dan verifikasi) (Sugiyono, 2009: 337). 1. Reduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2009: 338). Berdasarkan petunjuk tersebut, maka pada reduksi data, setelah peneliti mendapatkan data yang semakin lama semakin banyak dan kompleks baik dari peneliti sendiri, siswa, dan
observer,
peneliti
kemudian
memusatkan
permasalahan
dengan
menyederhanakan dan/atau menghilangkan data-data yang tidak perlu untuk proses selanjutnya. 2. Penyajian Data Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chart, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami (Sugiyono. 2009: 341). Pada tahap ini, peneliti mengacu pada data yang diperoleh dari hasil reduksi. Informasi yang diperoleh akan disusun sedemikian rupa sehingga memberi kemungkinan untuk penarikan kesimpulan dan verifikasi data. 3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2009: 345). Tahap verifikasi data, peneliti menyimpulkan beberapa informasi yang diperoleh sesuai fokus permasalahan dengan cara menyesuaikan (mengecek) data hasil dari reduksi dan penyajian data.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 G. Indikator Kinerja Penelitian Indikator kinerja yang peneliti tetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Aspek yang Diukur Langkah-langkah Penerapan Metode Silaba
Target Kriteria B (3,10 – 3,50)
Kemampuan siswa membaca suatu teks atau bacaan Kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan
70% siswa
70% siswa
Cara Mengukur Diamati oleh 3 observer selama pelaksanaan pembelajaran dan dinilai berdasarkan lembar pengamatan. Diukur dari hasil tes psikomotor keterampilan membaca dan dihitung dari jumlah siswa yang dapat memperoleh nilai 70 (sesuai diskriptor penilaian) . Diukur dari hasil tes kognitif keterampilan membaca dan dihitung dari jumlah siswa yang dapat memperoleh nilai pada tes tersebut
Gambar 3.3: Indikator Kinerja Penelitian H. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart, dengan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan (Kasbolah, 2001). Secara visual rancangan yang d imaksud adalah seperti berikut. Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
? Gambar 3.4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, dkk, 2008: 16).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 Berdasarkan gambar siklus penelitian tindakan kelas di atas, peneliti akan menerapkan tiga siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari tiga tindakan dan melalui empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. 1. Siklus I a. Perencanaan (planning) Pada perencanaan langkah yang peneliti lakukan yaitu membuat instrumen penelitian untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Selain membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, peneliti juga menyiapkan media yang digunakan. Media yang digunakan berupa teks bacaan yang terbuat dari kertas manila yang berisikan bacaan dengan ukuran huruf yang cukup besar, sehingga siswa tidak kesulitan dalam membacanya. Peneliti
juga
menyiapkan
alat
berupa kamera sebagai
alat
dokumentasi. Peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mendokumentasi. Peneliti juga meminta bantuan teman sejawat untuk melakukan observasi. Rencana pelaksanaan penelitian yang terdiri dari tiga siklus dengan tiga tindakan di setiap siklusnya, dapat peneliti gambarkan dalam tabel berdasarkan materinya berikut ini. Tabel 3.7. Materi Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 SK
KD
7. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati.
7.1 Membaca nyaring teks (1520 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat.
Pertemuan 1 2 3
Indikator
Materi
Membaca nyaring teks cerita dengan lafal dan intonasi yang tepat. Menceritakan isi bacaan
Membaca nyaring teks cerita menceritak an bacaan menjawab pertanyaan
Menjawab pertanyaan berdasarkan teks cerita yang dibaca.
b. Pelaksanaan Pada pelaksanaan langkah yang dilakukan peneliti pada kegiatan awal yaitu melakukan salam, mengajak siswa untuk melakukan doa bersama,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 mengabsen siswa, melakukan tes penjajagan, apersepsi, dan acuan. Pada kegiatan inti, kegiatan yang dilakukan siswa adalah kegiatan pra baca yang meliputi: a. pengaturan tempat duduk, b. cara memegang buku, dan c. cara membalik halaman. Kegiatan selanjutnya adalah penerapan metode silaba dengan berbagai langkah-langkah sebagai berikut. 1) Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata misalnya: a) ba, bi, bu, be, bo, b) ca, ci, cu, ce, co, c) da, di, du, de, do, dan sebagainya. 2) Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata; a) bo-bi, cu-ci, da-da, ka-ki, b) bi-bi, ci-ca, da-du, ka-ku, c) ba-ca, ka- ca, du- ka, ku- da, d) ko-ko, ci-ci, bo- bo, dan sebagainya. 3) Tahap ketiga, perangakaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana; a) ka-ki ku-da, b) ba-ca bu-ku, c) cu-ci ka-ki. d) ku-ku ci-ci (dan sebagainya). 4) Tahap selanjutnya adalah siswa membaca teks dengan metode silaba sampai kegiatan penyimpulan materi pembelajaran. Sedangkan pada kegiatan akhir, yang dilakukan peneliti adalah menanyakan hal-hal yang belum jelas. Siswa bersama guru melakukan refleksi serta pemberian kesempatan kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang penting. Kemudian siswa mendapatkan evaluasi berupa tes psikomotor dan tes kognitif membaca. Kegiatan diakhiri dengan salam yang dijawab oleh siswa. c. Observasi Observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada saat pembelajaran berlangsung. Ketika guru pelaksana (peneliti) memfokuskan diri pada pelaksanaan tindakan, tentu pengamatan terhadap siswa sangat rendah sehingga peran teman sejawat sebagai observer yang diandalkan untuk mengamati kegiatan pembelajaran sampai selesai, dengan mengisi lembar observasi yang telah dibuat. Observasi juga dilakukan terhadap hasil evaluasi yang dilakukan siswa, sebagai perbandingan maupun proses selanjutnya. d. Refleksi Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan (Arikunto, dkk, 2009). Menurut Subyantoro refleksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 merupakan kegiatan mengulas secara kritis (reflektve) tentang perubahan yang terjadi pada: siswa, guru, dan suasana kelas (2009). Sedangkan Kasbolah refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari penelitian tindakan (2001). Jadi kesimpulannya adalah refleksi adalah kegiatan mengulas kembali apa yang sudah dilakukan (informasi yang diperoleh) melalui kegiatan analisissintesis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan). Setelah dilakukan tindakan, peneliti mengulas (meninjau) kembali tentang tindakan yang telah dilakukan untuk mengetahui bagian-bagian yang perlu pembenahan atau perbaikan, ataupun melakukan pengecekan terhadap data yang meragukan. Kegiatan refleksi juga dimaksudkan untuk memberikan keputusan (merancang) pelaksanaan tindakan selanjutnya. 2. Siklus II a. Perencanaan (planning) Pada perencanaan siklus kedua ini, peneliti membuat instrumen penelitian untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dirancang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama siklus pertama. Rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Selain itu, peneliti juga menyiapkan media untuk membantu pembelajaran. Materi pelaksanaan penelitian siklus II yang terdiri dari tiga tindakan, dapat peneliti gambarkan dalam tabel berikut ini. Tabel 3.8. Materi Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 Perte muan
SK
KD
7. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati.
7.1 Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat. 7.2 Menyebutkan isi teks agak panjang (20-
Indikator
Materi
1
Mengajukan pertanyaan berdasarkan cerita yang dibaca
Membaca nyaring teks cerita
2
Membaca teks dalam hati
membaca dalam hati
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 25 kalimat) yang dibaca dalam hati
3
Menceritakan kembali cerita yang dibaca dalam hati
membaca dalam hati teks cerita
b. Pelaksanakan Pada tahap ini, langkah yang dilakukan peneliti secara umum sama dengan siklus I, dimana pada kegiatan awal yaitu melakukan salam, mengajak siswa untuk melakukan doa bersama, mengabsen siswa, melakukan tes penjajagan, apersepsi, dan acuan. Pada kegiatan inti, kegiatan yang dilakukan siswa adalah kegiata pra baca yang meliputi: a. pengaturan tempat duduk, b. cara memegang buku, dan c. cara membalik halaman. Kegiatan selanjutnya adalah penerapan metode silaba dengan berbagai langkah-langkah sebagai berikut. 1) Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata misalnya: a) ba, bi, bu, be, bo, b) ca, ci, cu, ce, co, c) da, di, du, de, do, dan sebagainya. 2) Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata; a) bo-bi, cu-ci, da-da, ka-ki, b) bi-bi, ci-ca, da-du, ka-ku, c) ba-ca, ka- ca, du- ka, ku- da, d) ko-ko, ci-ci, bo- bo, dan sebagainya. 3) Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana; a) ka-ki ku-da, b) ba-ca bu-ku, c) cu-ci ka-ki. d) ku-ku ci-ci (dan sebagainya). 4) Tahap selanjutnya adalah siswa membaca teks dengan metode silaba sampai kegiatan penyimpulan materi pembelajaran. Sedangkan pada kegiatan akhir, yang dilakukan peneliti adalah menanyakan hal-hal yang belum jelas. Siswa bersama guru melakukan refleksi serta pemberian kesempatan kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang penting. Kemudian siswa mendapatkan evaluasi berupa tes psikomotor dan tes kognitif membaca. Kegiatan diakhiri dengan salam yang dijawab oleh siswa. c. Observasi Pelaksanaan observasi juga direncanakan sama dengan siklus I, yang mana dilakukan oleh teman sejawat pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi dilaksanakan melingkari skor berdasarkan diskriptor pada lembar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 observasi yang telah dibuat. Observasi juga dilakukan terhadap hasil evaluasi yang dilakukan siswa, sebagai perbandingan maupun proses selanjutnya. d. Refleksi Setelah dilakukan tindakan, peneliti melakukan peninjauan kembali tentang tindakan yang telah dilakukan untuk mengetahui bagian-bagian yang perlu pembenahan atau perbaikan, ataupun melakukan pengecekan terhadap data yang meragukan. Kegiatan refleksi juga dimaksudkan untuk memberikan keputusan (merancang) pelaksanaan tindakan selanjutnya, apakah tindakan selanjutnya digunakan untuk memperbaiki siklus kedua, atau dihentikan bila seluruh indikator kinerja sudah tercapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Pejagatan Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen. Sekolah ini merupakan satu dari tiga seko lah tingkat dasar yang ada di Desa Pejagatan, yaitu SD N 1 Pejagatan dan MI Pejagatan. Lokasi dari ketiga sekolah ini juga saling berdekatan walau tidak dalam satu kompleks. Lokasi SDN 2 Pejagatan juga tidak jauh dari jalan raya utama (jalan propinsi) tetapi tempatnya dibatasi oleh aliran sungai dan sedikit masuk ke dalam, sehingga kebanyakan siswa SD N 2 Pejagatan merupakan anakanak desa Pejagatan. Sekolah yang mulai berdiri tahun 1979 ini mempunyai 9 gedung terdiri dari ruang kelas, kantor, dan ruang perpus beserta fasilitasnya. Pada tahun ajaran 2011/2012 sekolah ini dihuni oleh 14 tenaga pendidik beserta tenaga kependidikan dan 126 siswa dari kelas satu sampai kelas enam pada tahun ajaran 2011/2012. Sedangkan jumlah siswa kelas dua adalah 23 siswa, terdiri dari 12 siswa putra, 11 siswa putri. Berdasarkan data yang ada, siwa kelas II SDN 2 Pejagatan tahun ajaran 2011/2012 memiliki karakteristik yang cukup beragam, dari siswa yang pintar, periang, pendiam, sampai yang masih sulit mengikuti pembelajaran. Dilihat dari latar belakang pendidikan kedua orang tua, 60,86% hanya tamat SD, 28,26% merupakan tamatan SLTP/SMP, dan 8,69% adalah tamatan SMA/MAN, sedangkan tamatan S1 hanya satu orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa memang latar pendidikan orang tua masih rendah, dan tampak berpengaruh pada kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak-anak dan lembaga sekolah. Padahal orang tua secara otomatis menjadi figur utama anak-anak dalam segala bidang termasuk membantu dan memotivasi anak untuk belajar. Dokumen nilai keterampilan membaca siswa kelas II di semester I memperlihatkan bahwa siswa belum sepenuhnya menguasai keterampilan membaca, dari 23 siswa yang dinyatakan tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60 hanya 7 anak (30,43 %) dan yang belum tuntas sebanyak 16 anak (69,56%).
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 Latar belakang pekerjaan kedua orang tua siswa juga tidak tinggi. Sebagian besar para ayah bekerja sebagai buruh (12 dari 23 orang), sementara yang lainnya bekerja sebagai wiraswasta (5 orang), petani (4 orang) dan karyawan swasta (2 orang). Para ibu juga sebagian besar hanya sebagai ibu rumah tangga (17 dari 23 orang), dan yang lainnya bekerja sebagai buruh (2 orang), wiraswasta dan petani masing-masing satu orang. Latar belakang pekerjaan orang tua juga merupakan faktor yang logis akan kurangnya perhatian orang tua dari segi biaya sekolah anak-anak terutama penyediaan fasilitas yang memadai. Berdasarkan pengalaman peneliti, para siswa saat pembelajaran sulit untuk dikondisikan tenang dan berkonsentrasi memperhatikan penjelasan materi dari guru, sehingga guru harus mengulang-ulang materi agar siswa dapat memahaminya. Mereka juga mudah bosan dan mudah menyerah ketika dibebani dengan sejumlah tugas akademik yang banyak. Keterampilan dasar yang rata-rata sudah
dikuasai
adalah
keterampilan
berhitung,
sementara
penguasaan
keterampilan membaca dan menulis tidak jauh berbeda, dari 23 anak, setidaknya terdapat 4 siswa putri dan 6 siswa putra yang masih kesulitan dalam hubungannya dengan keterampilan membaca. B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus 1. Deskripsi Hasil Siklus 1 a. Pertemuan 1 1) Perencanaan Perencanaan yang dibuat oleh peneliti terd iri dari beberapa aspek yang saling berkaitan. Aspek
pertama yang disiapkan adalah
proses perizinan secara formal melalui surat. Aspek kedua adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang meliputi kegiatan awal, kegiatan kelengkapannya seperti:
inti
dan
penutup dan
dengan
segala
angket siswa, pedoman observasi, pedoman
wawancara, media pembelajaran, dan kamera sebagai alat dokumentasi. Peneliti juga meminta bantuan teman sejawat sebagai pengamat. Cakupan materi yang direncanakan pada Siklus 1 Pertemuan 1 ini adalah dengan standar kompetensi (SK):
commit to user
7. Memahami ragam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati; kompetensi dasar (KD):
7.1 Membaca nyaring teks (15-20 kalimat)
dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat, dan
indikator:
membaca nyaring teks cerita dengan lafal dan intonasi yang tepat dengan tema ”Binatang”. Jika diperinci kembali, maka perencanaan Siklus 1 Pertemuan 1 adalah: a) RPP dibuat secara tematik dalam satu mata pelajaran yakni mapel Bahasa Indonesia dengan mengaitkan empat keterampilan bahasa yang meliputi mendengar, berbicara, membaca dan menulis. pembelajaran dikemas
beberapa metode sederhana dan
mengandalkan LKS untuk meningkatkan keaktifan siswa, b) Tes kognitif yang diberikan berjumlah 10 butir soal pilihan ganda, c) Tes keterampilan membaca dilaksanakan memberikan tugas membaca, d) Angket siswa berjumlah 15 butir dengan tipe pilihan ganda, e)Terdapat 3 pengamat yang akan mengamati jalannya tindakan, f) Media yang disiapkan adalah media teks bacaan dan disiapkan pula media kartu suku kata dan kartu kata (terbuat dari kertas manila) yang dipasangkan pada papan berpaku demi terlaksananya langkah-langkah metode silaba yang ada. 2) Pelaksanaan Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 13 Maret 2012 pukul 09.30. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran adalah 18 siswa dari 23 siswa. Langkah yang dilakukan peneliti pada kegiatan awal yaitu melakukan salam,
melakukan tes
penjajagan, apersepsi, dan acuan. Tes penjajagan di laksanakan dengan tanya jawab seputar tema binatang. Apersepsi dilakukan dengan menyanyikan lagu ”Kupu-Kupu yang Lucu”, dan acuan dilakukan guru atau peneliti dengan menyampaikan pada siswa tentang materi dan harapan kepada siswa agar mereka dapat menguasai keterampilan membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat menggunakan metode silaba.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 Pada kegiatan inti, siswa duduk dibangkunya masing-masing dan memperhatikan penjelasan guru tentang pengenalan suku kata menggunakan media kartu suku kata yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Guru juga mengajak siswa membaca kartu-kartu suku kata yang diperlihatkan, contohnya: bu
ku
ca
ko
ran
mem
ba
ca
Pembelajaran dilanjutkan kembali yaitu guru memberi contoh dalam merangkaikan suku kata menjadi kata bermakna menggunakan papan berpaku sebagai media penempatan kartu kata. Contohnya: ra
pah
je
je
ra
pah
Kegiatan masih dilanjutkan dengan penjelasan mengenai perangkaian kata-kata sampai manjadi kalimat sederhana. Misalnya: mem-ba-ca
An-di
bu-ku
An-di
mem-ba-ca
bu-ku
Siswa kemudian diberi kesempatan bekerja bersama teman sebangku untuk merangkaikan suku-suku kata menjadi kata bermakna dan merangkaikan kata-kata menjadi kalimat sederhana melalui Lembar Kerja Siswa. Setelah kurang lebih 10 menit menit siswa selesai, lembar kerja siswa dibahas bersama-sama. Kegiatan inti yang terakhir adalah penjelasan tentang cara membaca teks dengan metode silaba. Siswa juga diberi kesempatan untuk membaca teks bersama-sama, sebelum mereka nanti akan diuji melalui tes keterampilan membaca. Pada kegiatan akhir, yang dilakukan peneliti adalah menanyakan hal-hal yang belum jelas, serta menyimpulkan materi secara singkat. Selanjutnya siswa melaksanakan evaluasi keterampilan membaca dan tes kognitif keterampilan membaca. Tes keterampilan membaca dilakukan dengan cara siswa satu persatu maju membaca bacaan di depan guru, sedangkan siswa lain mengerjakan tes kognitif serta angket siswa. Cara tersebut efektif membuat siswa tidak jalan-jalan ataupun bermain ketika menunggu giliran membaca. Pertemuan diakhiri dengan berdoa bersama pada pukul 11.15 dan siswa bersalaman dengan guru untuk pulang ke rumah masing-masing.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 3) Observasi Observasi yang dilakukan terbagi menjadi 2 macam, yaitu observasi proses dan observasi hasil pembelajaran. Observasi proses merupakan observasi terhadap proses pembelajaran yang tercipta dilihat dari instrument pedoman observasi, hasil wawancara, serta hasil angket siswa. Sementara observasi hasil merupakan observasi terhadap hasil tes keterampilan membaca dan tes kognitif sebagai efek dari tindakan yang dilakukan. a) Observasi Proses Berdasarkan hasil observasi terhadap penerapan metode silaba, empat langkah inti penerapan metode silaba telah dilaksanakan tetapi pelaksanaannya belum memuaskan. Nilai rata-rata pembelajaran yang diperoleh belum mencapai target yang diinginkan (KKM 3,103,50). Nilai dari pengamat satu adalah 2,65 dan nilai dari pengamat kedua 3,10 dan dari pegamat ketiga 2,40, jadi nilai rata-rata pembelajaran dari ketiga pengamatan tersebut baru mencapai 2,72. Data lengkap observasi tersaji dalam tabel berikut. Tabel 4.1. Hasil Observasi Siklus 1 Pertemuan 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Aspek Pelaksanaan kegiatan awal (dari salam sampai apersepsi) Pelaksanaan pemberian materi secara singkat. Pelaksanaan kegiatan pengenalan sukusuku kata Pemberian kesempatan siswa membaca suku-suku kata Pemberian kesempatan siswa mencari suku-suku kata Penjelasan kegiatan pembentukkan sukukata menjadi kata bermakna. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk merangkaikan beberapa suku kata menjadi kata bermakna. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca beberapa kata Penjelasan kegiatan perangkaian kata
commit to user
Nilai Pengamat
Ratarata
1
2
3
4
3
3
3.33
3
3
3
3.00
2
3
2
2.33
3
4
3
3.33
2
3
2
2.33
3
3
2
2.67
2
3
2
2.33
3
4
3
3.33
3
3
2
2.67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
menjadi kalimat sederhana Kegiatan siswa merangkaikan kata menjadi kalimat sederhana. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca kalimat sederhana. Penjelasan guru tentang kegiatan membaca teks dalam metode silaba. Pemberian kesempatan pada siswa untuk membaca teks dengan menggunakan metode silaba Pemberian bimbingan ataupun perbaikan terhadap kesalahan yang dilakukan siswa. Pemberian motivasi dalam pembelajaran yang dilakukan Pengaturan suasana/kondisi pembelajaran Penggunaan media dalam pembelajaran Respon siswa terhadap adanya variasi pembelajaran Penggunaan waktu dalam pembelajaran Kemampuan guru melaksanakan metode silaba JUMLAH SKOR NILAI RATA-RATA
2
3
2
2.33
3
4
2
3.00
3
3
3
3.00
2
4
2
2.67
3
3
2
2.67
2
3
3
2.67
2
2
2
2.00
4
3
3
3.33
2
3
2
2.33
2
2
2
2.00
3
3
3
3.00
53 2.65
62 3.10
48 2.40
54.33 2.72
Respon siswa melalui angket yang diberikan, menunjukkan hasil cukup baik, dengan nilai rata-rata angket sebesar 72,0 (kriteria baik) mencapai target yang diinginkan (70-79). Nilai tertinggi 88 dan nilai terendah yang tercatat adalah 55. Jadi terdapat rentang nilai sebesar 33. Jika melihat rata-rata tiap butir angket, terdapat 5 dari 15 nomor angket (33,3%), yang sudah mencapai kriteria baik. b) Observasi Hasil Hasil tes keterampilan membaca dan tes kognitif sebagai efek pembelajaran yang dilakukan, hasil keduanya belum mencapai target yang diinginkan. Pada tes keterampilan membaca hanya dua dari delapanbelas siswa yang dapat mencapai dan/ melampaui target nilai 70. Nilai rata-rata kelas mencapai 52, dengan nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 30. Tidak jauh berbeda dengan hasil tes Keterampilan membaca, hasil tes kognitif hanya menempatkan satu siswa yang tuntas (KKM
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 80) dari 18 siswa yang melaksanakan tes. Nilai rata-rata kelas hanya mencapai 35 dan nilai tertinggi yang dapat ditorehkan siswa ialah 80, sedangkan nilai terendahnya adalah 20, jadi terdapat rentang nilai yang cukup tinggi yaitu 60. Peneliti menampilkan analisis nilai evaluasi dalam bentuk tabel sebagai berikut. Tabel 4.2. Analisis Nilai Evaluasi Siklus 1 Pertemuan 1 Nilai 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Jumlah Rata-rata
Tes Keterampilan Membaca frekuensi keterangan siswa tuntas =3 (16,66%) 2 4 6 belum 4 tuntas =15 2 (83,33%) 18 52,0 -
Tes Kognitif Membaca frekuensi keterangan siswa tuntas =1 (5,55%) 1 belum 2 tuntas =17 5 (94,4%) 5 5 18 72,25
4) Refleksi Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan siklus 1 pertemuan 1, peneliti menyadari bahwa penerapan metode silaba belum sesuai harapan. Pada langkah 1, pengenalan suku kata guru baru menunjuk 5 siswa untuk membaca suku kata. Pada langkah 2 dan 3 yaitu merangkai suku kata menjadi kata dan merangkai kata menjadi kalimat dalam LKS (lembar kerja siswa) siswa mengalami kesulitan, hal ini terjadi karena siswa belum jelas dan belum terbiasa cara mengerjakan LKS apalagi hanya dengan teman sebangku. Tetapi peneliti melihat antusias yang cukup tinggi saat pembahasan LKS siswa berebut ingin mendapatkan kesempatan merangkaikan kartu suku kata pada papan berpaku. Pada langkah terakhir yaitu membaca teks dengan metode silaba, media teks yang dipakai terlalu rapat dan kurang rapi sehingga membingungkan siswa. Pada pelaksanaan tes keterampilan membaca, ± 15 siswa yang membaca teks dengan metode silaba masih mengalami kebingungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 karena penggunaan tanda hubung (-) dalam teks yang terlihat rumit dengan banyaknya pemenggalan kata dan ukuran hurufnya juga kurang besar. Sehingga walaupun dapat membantu siswa yang belum lancar membaca, tetapi membuat bingung siswa yang sudah lancar sehingga lafal dan intonasi mereka tidak tepat. Banyak siswa yang kurang teliti dan menyontek saat mengerjakan tes kognitif pilihan ganda. Siswa yang belum lancar membaca juga hanya asal menjawab. Solusi yang didapat dari hasil diskusi dengan pengamat antara lain: a) Penjelasan dan bimbingan guru lebih ditingkatkan pada pengenalan metode silaba serta cara mengerjakan LKS, b) Pembesaran dan
penyederhanaan
teks
sistem
metode
silaba,
agar
tidak
membingungkan siswa yang membaca, c) Peningkatan pengawasan dan bimbingan guru dalam tes kognitif agar hasilnya leb ih baik. b. Pertemuan 2 1) Perencanaan Perencanaan pertemuan kedua tidak jauh berbeda dengan perencanaan pertama, yaitu berkoordinasi kepada guru kelas untuk menentukan
waktu
pelaksanaan,
membuat
rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup, menyiapkan berbagai kelengkapan lain seperti: angket siswa, pedoman observasi,
pedoman wawancara, media pembelajaran, dan
kamera sebagai alat dokumentasi. Peneliti juga meminta bantuan kepada teman sejawat sebagai pengamat. Perbedaan perencanaan terletak pada materi yang dibawakan. Yakni dengan SK : 7. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati; KD : 7.1 Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat; serta indikator: Menceritakan isi bacaan dengan tema “Tumbuhan”. Berdasarkan pengalaman pertemuan pertama, yang masih banyak kekurangan, maka rencana perbaikannya adalah: a) Penjelasan dan bimbingan guru lebih ditingkatkan pada pengenalan metode silaba
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 serta cara mengerjakan LKS, b) Pembesaran dan penyederhanaan teks sistem metode silaba, agar tidak membingungkan siswa yang membaca, dan c) Peningkatan pengawasan dan bimbingan guru dalam tes kognitif agar hasilnya lebih baik.
2) Pelaksanaan Pertemuan kedua pada siklus satu terlaksana pada hari Kamis, tanggal 15 Maret 2012 pukul 09.30. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran adalah 21 siswa dari keseluruhan 23 siswa. Pada kegiatan awal peneliti memberi salam, melakukan tes penjajagan, apersepsi, dan acuan. Tes penjajagan di laksanakan dengan tanya jawab seputar tema ”Tumbuhan”. ”Kebunku”,
Apersepsi dan
acuan
dilakukan
dengan
dilakukan
guru
menyanyikan
atau
peneliti
lagu dengan
menyampaikan pada siswa tentang materi tumbuhan dan harapan kepada siswa agar mereka dapat menguasai keterampilan membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat menggunakan metode silaba. Pada kegiatan inti, siswa
memperhatikan penjelasan guru
tentang pengenalan suku kata, namun guru juga membahas lebih dalam tentang pola-pola suku kata berdasarkan jumlah hurufnya. Penjelasan dimulai dari suku-kata yang terdiri dari satu huruf (a, i, u, e, o) sampai suku kata yang terdiri dari empat huruf (misalnya: sang, song, kang, dll.) Penjelasan yang lebih dalam agar siswa lebih paham ini, kurang menarik perhatian dan memberikan peluang bagi siswa bermain-main sendiri dengan temannya. Melihat kondisi siswa yang sudah tidak mendukung dan demi menghemat waktu, maka siswa
kemudian
langsung
mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) bersama teman sebangku untuk merangkaikan suku-suku kata menjadi kata bermakna dan merangkaikan kata-kata menjadi kalimat sederhana. Sementara penjelasan mengenai perangkaian suku kata dan kata dilakukan pada siswa yang bertanya atau belum paham atau mengalami kesulitan saat siswa mengerjakan LKS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 Kenyataan yang terjadi tentu banyak siswa yang bertanya karena masih kesulitan sehingga membuat kondisi kelas menjadi semakin gaduh. Guru juga merasa kewalahan melayani para siswa yang meminta penjelasan maupun meminta jawaban LKS. Setelah semua siswa selesai mengerjakan LKS guru langsung membahasnya bersama siswa. Kegiatan inti yang terakhir adalah penjelasan tentang cara membaca teks dengan metode silaba yang nanti akan mereka lalui saat tes keterampilan membaca. Siswa juga diberi kesempatan untuk membaca teks di depan kelas. Pada kegiatan akhir, peneliti menanyakan hal-hal yang belum jelas, serta menyimpulkan materi secara singkat. Selanjutnya siswa melaksanakan evaluasi keterampilan membaca dan kognitif keterampilan membaca. Tes keterampilan membaca dilakukan dengan cara 2 siswa maju membaca bacaan di depan guru. sedangkan siswa lain mengerjakan tes kognitif dan angket sambil menunggu giliran pada tes keterampilan membaca yang memerlukan waktu lama. Waktu saat itu juga telah melebihi alokasinya, walaupun pelaksanaan tes keterampilan membaca tetap dituntaskan. Pembelajaran benar-benar berakhir pukul 11.15, siswa berdoa dan segera pulang. 3) Observasi
a) Observasi Proses Berdasarkan pengamatan penerapan metode silaba dengan beberapa perbaikan, hasilnya juga belum memuaskan. Nilai rata-rata pembelajaran yang diperoleh masih belum mencapai target yang diinginkan. Nilai dari pengamat satu adalah 2,95 dan
nilai dari
pengamat kedua mencapai 2,65 dan pegamat ketiga memberikan nilai rata-rata sampai 2,90, nilai rata-rata pembelajaran dari ketiga pengamatan tersebut meningkat 0,1 menjadi 2,82. Berikut data dalam bentuk tabel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 Tabel 4.3. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus 1 Pertemuan 2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Aspek Pelaksanaan kegiatan awal (dari salam sampai apersepsi) Pelaksanaan pemberian materi secara singkat. Pelaksanaan kegiatan pengenalan sukusuku kata Pemberian kesempatan siswa membaca suku-suku kata Pemberian kesempatan siswa mencari suku-suku kata Penjelasan kegiatan pembentukkan sukukata menjadi kata bermakna. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk merangkaikan beberapa suku kata menjadi kata bermakna. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca beberapa kata Penjelasan kegiatan perangkaian kata menjadi kalimat sederhana Kegiatan siswa merangkaikan kata menjadi kalimat sederhana. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca kalimat sederhana. Penjelasan guru tentang kegiatan membaca teks dalam metode silaba. Pemberian kesempatan pada siswa untuk membaca teks dengan menggunakan metode silaba Pemberian bimbingan ataupun perbaikan terhadap kesalahan yang dilakukan siswa. Pemberian motivasi dalam pembelajaran yang dilakukan Pengaturan suasana/kondisi pembelajaran Penggunaan media dalam pembelajaran Respon siswa terhadap adanya variasi pembelajaran Penggunaan waktu dalam pembelajaran Kemampuan guru melaksanakan metode silaba JUMLAH SKOR NILAI RATA-RATA
commit to user
Nilai Pengamat
Ratarata
1
2
3
4
3
3
3.33
3
3
3
3.00
4
3
3
3.33
3
4
3
3.33
2
2
3
2.33
3
4
3
3.33
3
2
3
2.67
4
3
3
3.33
2
2
3
2.33
2
2
2
2.00
3
3
3
3.00
3
3
3
3.00
3
3
3
3.00
3
3
3
3.00
3
2
3
2.67
2
1
3
2.00
4
3
3
3.33
2
2
3
2.33
3
2
2
2.33
3
3
3
3.00
59 2.95
53 2.65
58 2.90
56.66 2.83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 Hasil angket siswa menunjukkan nilai rata-rata sebesar 77 (kriteria baik) mencapai target yang diinginkan (70-79). Nilai tertinggi 95 dan nilai terendah yang tercatat adalah 52, jadi terdapat rentang nilai sebesar 43. Jika melihat rata-rata tiap butir angket, terdapat 5 dari 15 nomor angket (33,3%), yang sudah mencapai kriteria baik sementara yang lainnya masih perlu perhatian. Berikut merupakan data dalam bentuk tabel. b) Observasi Hasil Hasil tes keterampilan membaca dan tes kognitif sebagai indikator peningkatan keterampilan membaca siswa masih belum mencapai target yang diinginkan. Tampak analisis nilai dalam bentuk tabel berikut. Tabel 4.4. Analisis Nilai Evaluasi Siklus 1 Pertemuan 2 Nilai 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Jumlah Rata-rata
Tes Keterampilan Membaca frekuensi keterangan siswa 2 tuntas =10 4 (47,61%) 4 4 5 belum 1 tuntas =11 1 (52,38%) 21 66,0 -
Tes Kognitif Membaca frekuensi keterangan siswa tuntas =2 1 (9,52%) 1 1 6 belum 4 6 tuntas =19 (90,47%) 2 21 50,50 -
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, Nilai rata-rata kelas pada tes keterampilan membaca adalah 66, dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 35, dengan 10 siswa yang dapat tuntas mencapai dan/ melampaui target nilai
80. Sementara nilai rata-rata kelas tes
kognitif mencapai 50,5 dan hanya menempatkan 2 siswa yang tuntas (KKM
70) dari 21 siswa yang melaksanakan tes. Nilai tertinggi
yang dapat ditorehkan siswa ialah 90, sedangkan nilai terendahnya adalah 40, jad i terdapat rentang nilai yang cukup tinggi yaitu 50.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 4) Refleksi Berdasarkan hasil observasi siklus 1 pertemuan 2, walaupun hasilnya masih belum sesuai keinginan, tetapi peneliti melihat adanya beberapa sedikit kenaikan nilai dibanding pertemuan sebelumnya. Nilai rata-rata observasi meningkat 0,11 poin, nilai rata-rata tes keterampilan membaca meningkat 1,4 poin, dan nilai rata-rata tes kognitif meningkat 20,5 poin. Penerapan metode silaba menggunakan siasat LKS yang dimaksudkan untuk mempermudah dan mengaktifkan siswa ternyata penerapan di pertemuan kedua hasilnya tidak lebih baik dari pertemuan pertama dan membuat siswa gaduh dan perlu adanya siasat berupa permainan. Perbaikan pada teks metode silaba berupa penyederhanaan teks dan pembesaran huruf cukup berhasil menghilangkan kebingungan siswa, kebanyakan siswa masih salah itonasi karena tidak memperhatikan tanda baca sehingga perlu bimbingan guru. Pelaksanaan tes kognitif sistem pilihan ganda dalam pertemuan kedua juga tidak efektif dimana masih banyak terjadi kekurangan seperti kurang teliti, saling menyontek dan asal menjawab. Hal ini membuktikan bahwa peneliti perlu merubah formatnya menjadi isian singkat. Hasil diskusi dengan para pengamat mendapatkan beberapa solusi yaitu: a) Pelaksanaan langkah-langkah metode silaba akan dikemas dalam bentuk permainan kelompok, b) Tes kognitif yang semula memakai bentuk pilihan ganda, untuk pertemuan selanjutnya akan memakai bentuk isian singkat agar siswa tidak asal menjawab soal, melatih kemampuan menulis, serta meminimalkan praktik mencontek, c) Perbaikan tampilan media yang masih monoton pada pertemuan selanjutnya peneliti menampilkan media yang bervariasi dari segi warna agar siswa tertarik dan tidak mudah bosan, dan d) Penerapan metode silaba dalam teks yang digunakan saat tes keterampilan membaca juga coba disempurnakan dengan mengubah tanda hubung (-) menjadi spasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 sebagai pemisah antar suku kata, dengan harapan siswa tidak mengalami kebingungan saat membaca teksnya. b. Pertemuan 3 1) Perencanaan Perencanaan siklus 1 pertemuan 3, selain mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) peneliti juga menyiapkan berbagai kelengkapan lain seperti: angket siswa, pedoman observasi, pedoman wawancara, media pembelajaran, dan kamera sebagai alat dokumentasi, serta tidak lupa meminta bantuan teman sejawat sebagai pengamat. Materi yang akan di bawa dalam setiap pertemuan selalu berbeda, begitu pula dengan pertemuan ketiga, dimana cakupan materinya adalah dengan SK : 7. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati; KD : 7.1 Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat; serta indikator: Menjawab pertanyaan berdasarkan teks cerita yang dibaca dengan tema ”Kesehatan”. Berikut perencanaan siklus 1 pertemuan 3: a) Pelaksanaan langkah-langkah metode silaba akan dikemas dalam bentuk permainan kelompok yang terdiri dari beberapa babak, agar siswa tertarik dan bersemangat mengikuti pembelajaran yang memang padat sekaligus agar suasana kelas menjadi kondusif. Permainan babak pertama adalah langkah penerapan metode silaba tentang pengenalan suku kata, siswa diminta mencari suku-suku kata dalam sebuah kata. Babak kedua yang merupakan langkah kedua penerapan metode silaba, siswa diminta berlomba merangkaikan suku-suku kata acak pada media papan berpaku. Babak ketiga yang merupakan langkah ketiga metode silaba, siswa bersama kelompok bermain adu cepat mencari dan merangkaikan kartu kata menjadi kalimat sederhana. Babak keempat sebagai tambahan yaitu menjawab pertanyaan berdasarkan teks; b) Tes kognitif yang semula memakai bentuk pilihan ganda, untuk pertemuan selanjutnya akan memakai bentuk isian singkat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 agar siswa tidak asal menjawab soal, melatih kemampuan menulis, serta meminimalkan praktik mencontek; c) Perbaikan tampilan media yang masih monoton pada pertemuan selanjutnya peneliti menampilkan media yang bervariasi dari segi warna agar siswa tertarik dan tidak mudah bosan; d) Penerapan metode silaba dalam teks yang digunakan saat tes keterampilan membaca juga coba disempurnakan dengan mengubah tanda hubung (-) menjadi spasi sebagai pemisah antar suku kata, dengan harapan siswa tidak mengalami kebingungan saat membaca teksnya.
1) Pelaksanaan Pertemuan ketiga terlaksana pada hari Kamis, tanggal 22 Maret 2012 pukul 09.30. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran adalah 20 siswa dari keseluruhan 23 siswa. Pada kegiatan awal Peneliti memberi salam, melakukan tes penjajagan, apersepsi, dan acuan. Tes penjajagan di laksanakan dengan tanya jawab seputar tema ”Kesehatan”. Apersepsi dilakukan dengan menyanyikan lagu
”Aku Anak Sehat”, dan acuan
dilakukan guru atau peneliti dengan menyampaikan pada siswa tentang materi kesehatan dan harapan kepada siswa agar mereka dapat menguasai keterampilan membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat menggunakan
metode
silaba
serta
dapat
menjawab
pertanyaan
berdasarkan cerita yang dibaca. Kegiatan inti pertama yaitu siswa memperhatikan penjelasan guru tentang materi secara singkat, selanjutnya siswa mencari teman yang telah ditunjuk guru untuk membentuk kelompok bermain. Sebelum permainan babak pertama dimulai, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pengenalan suku-suku kata yang menyusun suatu kata sekaligus aturan mainnya. Di babak ini, siswa harus menyebutkan suku-suku kata yang menyusun suatu kata yang guru ajukan. Respon siswa pada awal permainan ini cukup positif, siswa terlihat senang dan lebih mudah dikondisikan. Permainan dilanjutkan ke babak kedua yang merupakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 langkah metode silaba dalam proses perangkaian suku kata menjadi kata bermakna. Melihat pelaksanaan yang terjadi, babak ini merupakan babak yang paling seru dan menarik, d imana para siswa yang berlomba menyusun suku-suku kata acak menjadi sebuah kata bermakna, jika kelompok dapat mencatat waktu tercepat saat menyusun suku-suku kata acak menjadi sebuah kata bermakna dialah pemenangnya. Mengingat waktu yang terbatas, permainan diakhiri sampai babak ketiga dari empat babak terencana. Babak ini juga cukup menarik dimana siswa beradu kecepatan dalam merangkai kata-kata yang tersedia menjadi sebuah kalimat. Sampai babak terakhir, terlihat di papan skor perolehan bintang yang belum merata, karena terdapat kelompok yang
selalu menang
karena hadirnya siswa pandai didalamnya dan ada yang tidak mendapat bintang sama sekali. Pada kegiatan akhir, siswa dan guru menyimpulkan materi secara
singkat
untuk
selanjutnya,
siswa
melaksanakan
evaluasi
keterampilan membaca dan kognitif keterampilan membaca. Tes keterampilan membaca dilakukan dengan cara 2 siswa maju membaca bacaan di depan guru. sedangkan siswa lain mengerjakan tes kognitif, sambil menunggu giliran membaca. Siswa terlihat makin percaya diri dalam pelaksanaan tes keterampilan membaca yang ketiga ini, walaupun mereka masih kesulitan ketika guru memberikan pertanyaan tentang teks yang dibaca. Pelaksanaan tes kognitif dalam bentuk uraian sudah cukup tertib. Siswa tampak antusias dan serius mengerjakan. Angket diberikan bersamaan dengan tes kognitif, agar siswa dapat mengerjakannya setelah selesai tes kognitif. Siswa terlihat cepat mengerjakan angket yang sudah tidak asing lagi baginya. 3) Observasi
a) Observasi Proses Berdasarkan pengamatan penerapan metode silaba dengan siasat permainan, hasilnya cukup memuaskan. Nilai rata-rata pembelajaran yang diperoleh mencapai target yang diinginkan. Nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 dari pengamat satu adalah 3,25, nilai dari pengamat kedua mencapai 2,95 dan pegamat ketiga memberikan nilai rata-rata sampai 3,10, nilai rata-rata pembelajaran adalah 3,10. Jika data tertampil dalam bentuk tabel, maka tampak sebagai berikut. Tabel 4.5. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus 1 Pertemuan 3 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Aspek Pelaksanaan kegiatan awal (dari salam sampai apersepsi) Pelaksanaan pemberian materi secara singkat. Pelaksanaan kegiatan pengenalan sukusuku kata Pemberian kesempatan siswa membaca suku-suku kata Pemberian kesempatan siswa mencari suku-suku kata Penjelasan kegiatan pembentukkan sukukata menjadi kata bermakna. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk merangkaikan beberapa suku kata menjadi kata bermakna. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca beberapa kata Penjelasan kegiatan perangkaian kata menjadi kalimat sederhana Kegiatan siswa merangkaikan kata menjadi kalimat sederhana. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca kalimat sederhana. Penjelasan guru tentang kegiatan membaca teks dalam metode silaba. Pemberian kesempatan pada siswa untuk membaca teks dengan menggunakan metode silaba Pemberian bimbingan ataupun perbaikan terhadap kesalahan yang dilakukan siswa. Pemberian motivasi dalam pembelajaran yang dilakukan Pengaturan suasana/kondisi pembelajaran Penggunaan media dalam pembelajaran Respon siswa terhadap adanya variasi pembelajaran Penggunaan waktu dalam pembelajaran
commit to user
Nilai Pengamat
Ratarata
1
2
3
4
3
3
3.33
4
3
3
3.33
4
4
3
3.67
4
4
3
3.67
3
3
4
3.33
4
3
3
3.33
3
4
4
3.67
4
4
3
3.67
3
4
3
3.33
4
3
3
3.33
3
4
3
3.33
3
3
3
3.00
3
3
3
3.00
3
4
3
3.33
4
3
3
3.33
3
2
3
2.67
4
4
3
3.67
3
3
4
3.33
3
2
3
2.67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 20
Kemampuan guru melaksanakan metode silaba JUMLAH SKOR NILAI RATA-RATA
4
3
3
3.33
70 3.50
66 3.30
63 3.15
66.33 3.32
Hasil angket siswa mencapai target yang diinginkan dengan memperoleh nilai rata-rata sebesar 82. Nilai tertinggi 98 dan nilai terendah yang tercatat adalah 50. Jika melihat rata-rata tiap butir angket, terdapat 13 dari 15 nomor angket
(89,66%), yang sudah
mencapai kriteria baik dengan menyisakan 2 butir angket yang perlu perhatian. b) Observasi Hasil Hasil tes keterampilan membaca sudah mencapai target yang diinginkan, dimana nilai rata-rata kelas 76,8, dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 50. Terdapat 16 siswa yang tuntas mencapai dan/ melampaui target nilai
70. Sementara hasil tes kognitif belum
mencapai target yang diharapkan, karena nilai rata-rata kelas hanya mencapai 75,25 dengan menempatkan 13 siswa yang tuntas (KKM 70) dari 20 siswa yang melaksanakan tes. Nilai tertinggi yang dapat ditorehkan siswa ialah 100, sedangkan nilai terendahnya adalah 40, jadi terdapat rentang n ilai yang cukup tinggi yaitu 60. Berikut tampilan data dalam bentuk tabel. Tabel 4.6. Analisis Nilai Evaluasi Siklus 1 Pertemuan 3 Nilai 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Jumlah Rata-rata
Tes Keterampilan Membaca frekuensi keterangan siswa tuntas =16 4 (80%) 5 7 3 belum tuntas 1 =4 (20%) 20 76,8 -
commit to user
Tes Kognitif Membaca frekuensi keterangan siswa 1 tuntas =13 4 (65%) 8 3 3 belum tuntas =7 1 (35%) 20 75,25 -
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 4) Refleksi Berdasarkan hasil observasi, peneliti mendapatkan temuan bahwa siasat permainan cukup efektif untuk penerapan metode silaba di siswa kelas dua, siswa sangat antusias dan aktif bekerjasama dalam setiap babak yang dilalui. Kelemahan yang peneliti temui adalah penggunaan waktu yang melampaui alokasinya. Pada tes keterampilan membaca, masih banyak siswa yang mengabaikan tanda baca. Pelaksanaan tes kognitif dengan sistem isian singkat sudah efektif. Hasil diskusi dengan para pengamat memperoleh beberapa solusi yaitu: Siasat permainan tetap dipertahankan dan mencari permainan yang lebih efektif agar tidak melebihi waktu yang dialokasikan. 2. Deskripsi Hasil Siklus 2 a. Pertemuan 1
1) Perencanaan Peneliti mempersiapkan RPP, angket siswa, pedoman observasi, pedoman wawancara, media pembelajaran, dan
kamera sebagai alat
dokumentasi, serta meminta bantuan teman sejawat sebagai pengamat. Cakupan materi pada siklus 2 pertemuan 1 ini adalah dengan SK : 7. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati; KD : 7.1 Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat; serta indikator: Menjawab pertanyaan berdasarkan teks cerita yang d ibaca dengan tema ”Peristiwa”. Perencanaan siklus 2 pertemuan 1 yaitu: a) Permainan pada pertemuan ini direncanakan 4 babak. Babak pertama sebagai langkah penerapan metode silaba tentang pengenalan suku kata, siswa berlomba menghitung jumlah suku-suku kata dalam sebuah kata, kelompok tercepat dan yang paling benar menjadi juaranya. Babak kedua yang merupakan langkah kedua penerapan metode silaba, siswa harus beradu cepat merangkaikan suku-suku kata acak menjadi kata bermakna agar menjadi juara. Babak ketiga yang merupakan langkah ketiga metode silaba, siswa bersama kelompok bermain adu cepat merangkaikan kartu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 kata menjadi kalimat sederhana. Babak keempat sebagai tambahan yaitu kelompok harus berebut membuat pertanyaan berdasarkan jawaban yang diajukan guru; dan c) Penggunaan media bintang sebagai reward/hadiah yang cukep efektif saat permainan, di siklus 2 pertemuan 1 ini dipertahankan dan divariasikan dengan warna yang berbeda; 2) Pelaksanaan Pertemuan
pertama pada siklus kedua terlaksana pada hari
Sabtu, tanggal 21 April 2012 pukul 09.30. Semua siswa hadir dan mengikuti pembelajaran. Pada kegiatan awal, peneliti mengucapkan salam,
melakukan tes penjajagan dengan tanya jawab seputar tema
”Peristiwa”, apersepsi dengan menyanyikan lagu ”Ibu Kita kartini”, dan acuan peneliti dengan menyampaikan pada siswa tentang materi tumbuhan dan harapan kepada siswa agar mereka dapat menguasai keterampilan membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat serta dapat menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang dibaca. Kegiatan inti pertama, siswa memperhatikan penjelasan guru tentang materi secara singkat, selanjutnya siswa mencari teman yang telah ditunjuk guru untuk membentuk kelompok bermain. Sebelum permainan babak pertama dimulai, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pengenalan suku-suku kata yang menyusun suatu kata sekaligus aturan mainnya. Di babak ini, siswa harus menghitung jumlah suku-suku kata yang menyusun suatu kata yang guru ajukan
dalam lembar
permainan. Respon siswa pada awal permainan ini juga positif, siswa terlihat antusias menggunakan jemari mereka menghitung suku-suku kata. Permainan dilanjutkan ke babak kedua yaitu siswa berlomba menyusun suku-suku kata acak menjadi sebuah kata bermakna, jika kelompok dapat mencatat waktu tercepat saat menyusun suku-suku kata acak menjadi sebuah kata bermakna dialah pemenangnya. Melihat pelaksanaan yang terjadi, babak ini merupakan babak yang paling seru dan menarik. Babak ketiga juga cukup menarik dimana siswa beradu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 kecepatan dalam merangkai kata-kata yang tersedia menjadi sebuah kalimat. Sampai babak terakhir, terlihat di papan skor perolehan bintang yang belum merata, karena terdapat kelompok yang
selalu menang
karena hadirnya siswa pandai didalamnya dan ada yang tidak mendapat bintang sama sekali. Hadiah berupa skor bintang bagi pemenang dalam setiap babak permainan cukup efektif menarik antusias siswa untuk berjuang memperolehnya, terbukti tidak sedikit siswa berebut untuk menempelkan skor bintang pada papan skor, hingga membuat suasana kelas menjadi kurang kondusif. Tampaknya guru perlu membuat aturan permainan agar siswa mudah dikendalikan. Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru menyimpulkan materi secara singkat untuk selanjutnya, siswa melaksanakan tes keterampilan membaca dan tes kognitif. Siswa terlihat makin percaya diri dan sudah memperhatikan tanda baca saat membaca. Mereka masih kesulitan ketika guru memberikan pertanyaan tentang teks yang dibaca. Pelaksanaan tes kognitif dan Angket siswa berjalan dengan baik. Siswa terlihat cepat mengerjakannya walaupun masih ada kurang lebih 5 siswa yang bertanya pada guru. Pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan ini masih menyita waktu cukup banyak sehingga waktu sampai pelajaran berakhir juga masih melebihi alokasi yakni sampai pukul 11.10 WIB. Kedepan tentunya perlu rancangan permainan lebih sederhana tetapi menarik dan tidak membutuhkan banyak waktu. 3) Observasi
a) Observasi Proses Berdasarkan pengamatan penerapan metode silaba dengan siasat permainan, hasilnya cukup memuaskan. Nilai rata-rata pembelajaran yang diperoleh mencapai target yang diinginkan. Nilai dari pengamat satu adalah 3,65, nilai dari pengamat kedua 3,45 dan pegamat ketiga memberikan nilai 3,20, nilai rata-rata pembelajaran adalah 3,43. Melihat nilai tiap amatan, aspek waktu dan pengaturan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 kondisi siswa nilainya belum masuk kriteria baik. Jika data ditampilkan dalam bentuk tabel, maka tampak sebagai berikut. Tabel 4.7. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Aspek Pelaksanaan kegiatan awal (dari salam sampai apersepsi) Pelaksanaan pemberian materi secara singkat. Pelaksanaan kegiatan pengenalan sukusuku kata Pemberian kesempatan siswa membaca suku-suku kata Pemberian kesempatan siswa mencari suku-suku kata Penjelasan kegiatan pembentukkan sukukata menjadi kata bermakna. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk merangkaikan beberapa suku kata menjadi kata bermakna. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca beberapa kata Penjelasan kegiatan perangkaian kata menjadi kalimat sederhana Kegiatan siswa merangkaikan kata menjadi kalimat sederhana. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca kalimat sederhana. Penjelasan guru tentang kegiatan membaca teks dalam metode silaba. Pemberian kesempatan pada siswa untuk membaca teks dengan menggunakan metode silaba Pemberian bimbingan ataupun perbaikan terhadap kesalahan yang dilakukan siswa. Pemberian motivasi dalam pembelajaran yang dilakukan Pengaturan suasana/kondisi pembelajaran Penggunaan media dalam pembelajaran Respon siswa terhadap adanya variasi pembelajaran Penggunaan waktu dalam pembelajaran Kemampuan guru melaksanakan metode silaba JUMLAH SKOR NILAI RATA-RATA
commit to user
Nilai Pengamat 1 2 3
Ratarata
4
3
4
3.67
4
4
3
3.67
4
4
3
3.67
4
4
3
3.67
4
4
3
3.67
4
4
3
3.67
3
4
3
3.33
4
3
4
3.67
3
4
3
3.33
4
3
3
3.33
4
4
3
3.67
4
4
3
3.67
4
3
4
3.67
3
4
3
3.33
4
3
3
3.33
2 4
3 3
3 4
2.67 3.67
3
3
3
3.00
3
2
3
2.67
4
3
3
3.33
73 3.65
69 3.45
64 3.20
68.66 3.43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 Hasil angket siswa mencapai target yang diinginkan dengan memperoleh nilai rata-rata sebesar 83. Nilai tertinggi 97 dan nilai terendah yang tercatat adalah 62. Jika melihat rata-rata tiap butir angket, semua sudah yang mencapai kriteria baik. b) Observasi Hasil Hasil tes keterampilan membaca sudah baik dengan mencapai target yang diinginkan, dimana nilai rata-rata kelas 79, dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 65. Terdapat 3 siswa yang belum tuntas. Di sisi lain, hasil tes kognitif telah melampaui target yang diharapkan, karena nilai rata-rata kelas mencapai 81 dengan menempatkan 16 siswa yang tuntas (KKM
80) dari 23 siswa yang
melaksanakan tes. Nilai tertinggi yang dapat ditorehkan siswa ialah 100, sedangkan nilai terendahnya adalah 45, jadi terdapat rentang nilai yang cukup tinggi yaitu 55. Berikut tampilan data dalam bentuk tabel. Tabel 4.8. Analisis Nilai Evaluasi Siklus 2 Pertemuan 1 Nilai 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Jumlah Rata-rata
Tes Keterampilan Membaca frekuensi keterangan siswa tuntas =20 5 (86,95%) 8 7 2 belum tuntas 1 =3 (13,04%)
23 79
-
Tes Kognitif Membaca frekuensi keterangan siswa 1 tuntas =16 5 (69,56%) 10 5 1 belum tuntas 1 =7 (30,43%) 23 81 -
4) Refleksi Berdasarkan data observasi, peneliti mendapatkan temuan yakni siswa sulit d ikendalikan karena berebut pada saat pembagian hadiah berupa skor bintang, sehingga banyak menyita waktu.
Pembentukan
kelompok juga perlu diubah karena kemampuan antar kelompok yang tidak seimbang sehingga permainan kurang menarik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 Hasil diskusi dengan para pengamat memperoleh beberapa solusi yaitu: a) Siasat permainan dikembangkan dengan
mencari
permainan lain yang serupa agar siswa tidak bosan. b) Adanya penerapan hukuman agar siswa mudah dan cepat dikondisikan, yaitu memakai kartu kuning dan kartu merah seperti dalam permainan sepak bola dimana siswa yang mendapat kartu kuning, harus pulang lebih siang, dan yang mendapat kartu merah siswa harus mengerjakan suatu tugas dari guru seperti menyapu, menjawab pertanyaan, atau tugas lain, dan c) Pembentukan kelompok dirubah kembali agar kemampuan antara kelompok satu dan yang lainnya merata dan mampu bersaing sehingga permainan lebih menarik. b. Pertemuan 2
1) Perencanaan Peneliti mempersiapkan RPP, angket siswa, pedoman observasi, pedoman wawancara, media pembelajaran, dan
kamera sebagai alat
dokumentasi, serta meminta bantuan teman sejawat sebagai pengamat. Cakupan materi pada siklus 2 pertemuan 2 ini adalah dengan SK : 7. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati; KD : 7.2 Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25 kalimat) yang dibaca dalam hati; serta indikator: membaca teks dalam hati dengan tema ”Energi”. Perencanaan siklus 2 pertemuan 2 adalah: a) Permainan pada pertemuan ini direncanakan 4 babak. Babak pertama, siswa berlomba mencari kata-kata yang memiliki 3 suku kata, kelompok tercepat dan yang paling banyak menjadi juaranya. Pada babak kedua, siswa beradu cepat menyusun 10 suku kata yang tersedia menjadi sebanyak mungkin kata bermakna. Babak ketiga dilalui siswa bersama kelompok bermain adu cepat merangkaikan kartu kata menjadi kalimat sederhana. Di babak keempat siswa membaca puisi dengan metode silaba; dan b) Penerapan hukuman melalui kartu kuning dan kartu merah seperti dalam permainan sepak bola dimana siswa yang mendapat kartu kuning, harus pulang lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 siang, dan yang mendapat kartu merah siswa harus mengerjakan suatu tugas dari guru seperti menyapu, menjawab pertanyaan, atau tugas lain, dan c) Perubahan anggota kelompok bermain agar kemampuan antara kelompok satu dan yang lainnya merata dan mampu bersaing sehingga permainan lebih menarik. 2) Pelaksanaan Pertemuan kedua pada siklus kedua terlaksana di hari Kamis, tanggal 26 April 2012 pukul 09.30. Dua siswa tidak hadir karena sakit. Kegiatan awal, d iawali dengan salam, melakukan tes penjajagan dengan tanya jawab seputar tema ”Energi”, apersepsi dengan menyanyikan lagu ” Aku Anak Sehat”, dan memberikan pengarahan membaca dalam hati sebagai acuan. Kegiatan inti pertama, siswa memperhatikan penjelasan guru tentang materi secara singkat, selanjutnya siswa mencari teman yang telah ditunjuk guru untuk membentuk kelompok bermain. Sebelum permainan babak pertama dimulai, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pengenalan suku-suku kata yang menyusun suatu kata sekaligus aturan mainnya. Di babak ini, siswa mencari kata-kata yang terdiri dari 5 suku kata. Siswa tampak antusias menggunakan jemarinya untuk menjadi juara. Permainan babak kedua, siswa berlomba menyusun 10 suku kata acak menjadi sebanyak mungkin kata bermakna dalam waktu 5 menit. Melihat pelaksanaan yang terjadi, banyak siswa yang kesulitan, tetapi setelah dibimbing guru siswa dapat menyelesaikannya dengan baik. Permainan babak ketiga cukup seru, dimana siswa beradu kecepatan dalam merangkai kata-kata yang tersedia menjadi sebuah kalimat pada papan berpaku. Sampai babak terakhir, terlihat di papan skor perolehan bintang yang sudah merata, sehingga pembentukan kelompok sudah efektif. Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru menyimpulkan materi secara singkat untuk selanjutnya, siswa melaksanakan tes keterampilan membaca dan tes kognitif. Siswa terlihat sedikit kesulitan saat mendeklamasikan puisi karena teks harus dibaca dalam hati sebelum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 dideklamasikan. Pelaksanaan tes kognitif dan angket siswa berjalan dengan baik dan lancar. Waktu yang digunakan sudah sesuai alokasi yang direncanakan. 3) Observasi a) Observasi Proses Berdasarkan pengamatan pembelajaran yang terlaksana, hasilnya sudah memuaskan. Nilai rata-rata pembelajaran yang diperoleh melampaui target yang diinginkan. Nilai dari pengamat satu adalah 3,85, nilai dari pengamat kedua 3,30 dan pegamat ketiga memberikan nilai 3,60, nilai rata-rata pembelajaran adalah 3,58. Melihat nilai rata-rata tiap amatan, semua sudah masuk kriteria baik. Jika data ditampilkan dalam bentuk tabel, maka tampak sebagai berikut. Tabel 4.9. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan 2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Aspek Pelaksanaan kegiatan awal (dari salam sampai apersepsi) Pelaksanaan pemberian materi secara singkat. Pelaksanaan kegiatan pengenalan sukusuku kata Pemberian kesempatan siswa membaca suku-suku kata Pemberian kesempatan siswa mencari suku-suku kata Penjelasan kegiatan pembentukkan sukukata menjadi kata bermakna. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk merangkaikan beberapa suku kata menjadi kata bermakna. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca beberapa kata Penjelasan kegiatan perangkaian kata menjadi kalimat sederhana Kegiatan siswa merangkaikan kata menjadi kalimat sederhana. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca kalimat sederhana. Penjelasan guru tentang kegiatan
commit to user
Nilai Pengamat
Ratarata
1
2
3
4
4
4
4.00
4
3
4
3.67
3
3
4
3.33
4
4
3
3.67
4
3
4
3.67
4
3
3
3.33
4
3
4
3.67
4
3
3
3.33
4
3
3
3.33
4
3
4
3.67
3
3
3
3.00
4
3
4
3.67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
13
14 15 16 17 18 19 20
membaca teks dalam metode silaba. Pemberian kesempatan pada siswa untuk membaca teks dengan menggunakan metode silaba Pemberian bimbingan ataupun perbaikan terhadap kesalahan yang dilakukan siswa. Pemberian motivasi dalam pembelajaran yang dilakukan Pengaturan suasana/kondisi pembelajaran Penggunaan media dalam pembelajaran Respon siswa terhadap adanya variasi pembelajaran Penggunaan waktu dalam pembelajaran Kemampuan guru melaksanakan metode silaba JUMLAH SKOR NILAI RATA-RATA
4
3
4
3.67
4
3
4
3.67
4
3
3
3.33
4
3
3
3.33
4
4
4
4.00
4
3
4
3.67
3
3
3
3.00
4
3
4
3.67
77 3.85
63 3.15
72 3.60
70.67 3.53
Hasil angket siswa sudah melampaui target yang diinginkan dengan memperoleh nilai rata-rata sebesar 84. Nilai tertinggi dari siswa 100 dan nilai terendah yang tercatat adalah 55. Peneliti melihat rata-rata tiap butir angket, semua sudah yang mencapai kriteria baik. b) Observasi Hasil Hasil tes
keterampilan membaca sudah baik dengan
melampaui target yang diinginkan, dimana nilai rata-rata kelas 80, dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 55. Terdapat 4 siswa yang belum tuntas. Di sisi lain, hasil tes kognitif juga telah melampaui target yang diharapkan, dengan mencapai 83 dengan menempatkan 11 siswa yang tuntas (KKM
80) dari 21 siswa yang melaksanakan tes. Nilai
tertinggi yang dapat ditorehkan siswa ialah 100, sedangkan nilai terendahnya adalah 40, jadi terdapat rentang nilai yang masih tinggi yaitu 60. Berikut tampilan data dalam bentuk tabel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 Tabel 4.10. Analisis Nilai Evaluasi Siklus 2 Pertemuan 2 Nilai 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Jumlah Rata-rata
Tes Keterampilan Membaca frekuensi keterangan siswa 3 tuntas =17 6 (80,95%) 5 3 4 belum tuntas =4 (19,04%) 83 66,0 -
Tes Kognitif Membaca frekuensi keterangan siswa 4 tuntas =12 6 (57,14%) 2 7 1 belum tuntas 1 =9 (42,85%) 21 3 -
4) Refleksi Berdasarkan data observasi, peneliti mendapatkan keberhasilan dalam mengendalikan siswa melalui media kartu kuning dan kartu merah sebagai simbol hukuman. Pembentukan anggota kelompok juga sudah tepat, dimana antar kelompok sanggup bersaing satu sama lain. Peneliti masih merasa perlu mengembangkan permainan yang sederhana tetapi menarik dan efisien waktu. Keterampilan siswa membaca dalam hati juga masih perlu ditingkatkan karena lebih dari 10 siswa kesulitan dalam mengungkapkan puisi yang dibaca dalam hati. Hasil diskusi dengan pengamat memperoleh beberapa solusi yaitu: a) Siasat permainan masih dikembangkan dengan
mencari
permainan sederhana tetapi menarik dan efisien. dan b) Peningkatan keterampilan membaca dalam hati dilakukan dengan memperbanyak kesempatan latihan sebelum tampil. serta c) pertemuan selanjutnya akan digunakan sebagai perbaikan sekaligus pemantapan di berbagai lini. c. Pertemuan 3
1) Perencanaan Peneliti mempersiapkan RPP, angket siswa, pedoman observasi, pedoman wawancara, media pembelajaran, dan
kamera sebagai alat
dokumentasi, serta meminta bantuan teman sejawat sebagai pengamat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 Cakupan materi pada siklus 2 pertemuan 2 ini adalah dengan SK : 7. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati; KD : 7.2 Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25 kalimat) yang dibaca dalam hati; serta indikator: membaca teks dalam hati dengan tema ”Peristiwa”. Rencana siklus 2 pertemuan 3 adalah: a) Siasat permainan masih dikembangkan dengan mencari permainan sederhana tetapi menarik dan efisien. Permainan babak pertama siswa mencari kata awalan dengan suku kata tertentu, babak kedua diisi dengan bermain teka teki silang metode silaba. Di babak ketiga siswa akan adu cepat merangkaikan kata menjadi kalimat sederhana dan babak terakhir adalah unjuk keterampilan membaca dalam hati. b) Peningkatan keterampilan membaca dalam hati dilakukan dengan memperbanyak kesempatan latihan sebelum tampil. serta c) pertemuan selanjutnya akan digunakan sebagai perbaikan sekaligus pemantapan di berbagai lin i. 2) Pelaksanaan Pertemuan ketiga pada siklus kedua terlaksana di hari Rabu, tanggal 2 Mei 2012 pukul 09.30. Satu siswa tidak hadir karena sakit. Kegiatan awal, d iawali dengan salam, melakukan tes penjajagan dengan tanya jawab seputar tema ”Peristiwa”, apersepsi dengan menyanyikan lagu
”Pancasila”, dan memberikan pengarahan membaca dalam hati
sebagai acuan. Kegiatan inti pertama, siswa memperhatikan penjelasan guru tentang materi secara singkat, selanjutnya siswa mencari teman yang telah ditunjuk guru untuk membentuk kelompok bermain. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang permainan babak pertama yaitu mencari kata yang berawalan suku kata (ba, ta, ca, dll.). Di babak kedua, siswa bermain teka teki silang (TTS) metode silaba yaitu dengan isian persuku kata bukan perhuruf seperti TTS biasa. Awalnya siswa kesulitan tetapi menjadi antusias ketika sudah memahami cara mengerjakannya. Permainan babak ketiga, secara serentak siswa bersama kelompoknya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 beradu kecepatan dalam merangkai kata-kata yang tersedia menjadi sebuah kalimat pada papan berpaku. Babak terakhir masing-masing kelompok unjuk keterampilan membaca dalam hati yang sekaligus sebagai tes keterampilan membaca. Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru menyimpulkan materi secara singkat untuk selanjutnya, siswa melaksanakan tes kognitif membaca dan mengisi angket. Pelaksanaan tes kognitif dan Angket siswa berjalan dengan tertib dan lancar. Waktu yang digunakan juga sudah sesuai alokasi yang direncanakan. 3) Observasi a) Observasi Proses Berdasarkan pengamatan pembelajaran pada pertemuan ketiga disiklus kedua ini, hasilnya semakin memuaskan. Nilai rata-rata pembelajaran yang diperoleh melampaui target yang diinginkan. Nilai dari pengamat satu adalah 3,90, nilai dari pengamat kedua 3,85 dan pegamat ketiga memberikan nilai 3,65, nilai rata-rata pembelajaran adalah 3,80. Melihat nilai rata-rata tiap amatan, semua langkah sudah dilaksanakan dan hasilnya sudah maksimal. Tabel 4.11. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan 3 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Aspek Pelaksanaan kegiatan awal (dari salam sampai apersepsi) Pelaksanaan pemberian materi secara singkat. Pelaksanaan kegiatan pengenalan sukusuku kata Pemberian kesempatan siswa membaca suku-suku kata Pemberian kesempatan siswa mencari suku-suku kata Penjelasan kegiatan pembentukkan sukukata menjadi kata bermakna. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk merangkaikan beberapa suku kata menjadi kata bermakna. Pemberian kesempatan kepada siswa
commit to user
Nilai dari Pengamat 1 2 3
Ratarata
4
4
4
4.00
4
4
4
4.00
4
4
4
4.00
4
4
4
4.00
4
4
4
4.00
4
4
4
4.00
4
4
3
3.67
4
4
4
4.00
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
untuk membaca beberapa kata Penjelasan kegiatan perangkaian kata menjadi kalimat sederhana Kegiatan siswa merangkaikan kata menjadi kalimat sederhana. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca kalimat sederhana. Penjelasan guru tentang kegiatan membaca teks dalam metode silaba. Pemberian kesempatan pada siswa untuk membaca teks dengan menggunakan metode silaba Pemberian bimbingan ataupun perbaikan terhadap kesalahan yang dilakukan siswa. Pemberian motivasi dalam pembelajaran yang dilakukan Pengaturan suasana/kondisi pembelajaran Penggunaan media dalam pembelajaran Respon siswa terhadap adanya variasi pembelajaran Penggunaan waktu dalam pembelajaran Kemampuan guru melaksanakan metode silaba JUMLAH SKOR NILAI RATA-RATA
4
4
3
3.67
4
4
4
4.00
4
3
3
3.33
4
4
3
3.67
4
4
4
4.00
4
4
4
4.00
4
4
3
3.67
4
3
3
3.33
4
4
4
4.00
4
4
3
3.67
4
3
3
3.33
4
4
4
4.00
80 4.00
77 3.85
72 3.60
76.33 3.82
Hasil angket siswa sudah melampaui target yang diinginkan dengan memperoleh nilai rata-rata sebesar 88. Nilai tertinggi dari siswa 100 dan nilai terendah yang tercatat adalah 65. Peneliti melihat rata-rata tiap butir angket, semua sudah mencapai dan atau melampaui kriteria baik. Jika data ditampilkan dalam bentuk tabel, maka tampak sebagai berikut. b) Observasi Hasil Hasil tes
keterampilan membaca sudah baik dengan
melampaui target yang diinginkan, dimana nilai rata-rata kelas 88, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 55, sehingga rentang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 nilainya masih cukup besar yakni 45. Terdapat 1 siswa yang belum tuntas. Hasil tes kognitif membaca juga telah makin melampaui target yang diharapkan dengan mencapai 85 dengan menempatkan 17 siswa yang tuntas (77,27%) dan menyisakan 5 siswa yang belum tuntas (22,72%). Nilai tertinggi yang dapat dicapai ialah 95, sedangkan nilai terendahnya adalah 60, jadi terdapat rentang nilai 35. Berikut tampilan data dalam bentuk tabel. Tabel 4.12. Analisis Nilai Evaluasi Siklus 2 Pertemuan 3
Nilai 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Jumlah Rata-rata
Tes Keterampilan Membaca frekuensi keterangan siswa 6 tuntas =21 7 (95,45%) 5 3 1 belum tuntas =1 (4,54%) 22 88 -
Tes Kognitif Membaca frekuensi keterangan siswa tuntas =17 10 (77,27%) 7 3 2 belum tuntas =5 (22,72%) 22 85 -
4) Refleksi Berdasarkan data observasi, peneliti mendapatkan keberhasilan dalam melaksanakan permainan yang efektif yakni dilakukan dengan permainan sederhana, waktu dibatasi lima menit dan dilaksanakan serentak semua kelompok. Pembentukan anggota kelompok juga sudah tepat, karena sudah terjadi kompetisi. Keterampilan siswa membaca nyaring dan membaca dalam hati sudah sesuai indiktor kinerja. Hasil diskusi dengan pengamat memperoleh beberapa hal yaitu: a) Siasat permainan yang diterapkan harus disesuaikan dengan langkah metode silaba. dan b) Peneliti tidak melanjutkan lagi ke siklus berikutnya karena semua indikator telah terpenuhi serta pertimbangan waktu yang terbatas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus 1. Perbandingan Hasil Observasi Pembelajaran a. Perbandingan Hasil Pembelajaran dari Pengamat Penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh tiga pengamat dari siklus satu sampai siklus kedua menghasilkan hasil yang berbeda-beda, terlihat dalam tabel berikut. Tabel 4.13. Perbandingan Hasil Pembelajaran dari Pengamat Nilai Siklus 1 Perte-
Pengamat
Nilai Siklus 2 Rata-
Kri-
Perte-
Pengamat
Rata-
Kri-
muan
1
2
3
rata
teria
muan
1
2
3
rata
teria
1
2,65
3,10
2,40
2,72
cukup
1
3,65
3,45
3,20
3,43
baik
2
2,95
2,65
2,90
2,82
cukup
2
3,85
3,30
3,60
3,58
baik
3
3,25
2,95
3,10
3,10
baik
3
3,90
3,85
3,65
3,80
baik
Hasil
2,95
2,90
2,80
2,88
cukup
Hasil
3,80
3,53
3,48
3,60
baik
Berdasarkan tabel 4.10. terlihat adanya kenaikan yang cukup signifikan, dimana terjadi kenaikan 0,72 dari hasil siklus satu 2,88 menjadi 3,60 di siklus kedua. b. Perbandingan Hasil Pembelajaran dari Angket Penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh siswa melalui angket di setiap pertemuan memberikan data-data yang cukup lengkap terlihat dalam tabel berikut. Tabel 4.14. Perbandingan Hasil Pembelajaran dari Angket Siklus I II
Pertemuan 1 72 83
Nilai angket Pertemuan 2 77 84
Pertemuan 3 82 88
Ratarata 77 85
Kriteria cukup baik
Berdasarkan tabel 4.11, terlihat adanya kenaikan yang cukup baik, dimana hasil siklus satu 77, naik 0,8 menjadi 85 di siklus kedua. 2. Perbandingan Tes Keterampilan Membaca a. Perbandingan Tes Psikomotor Keterampilan Membaca Tes ini dilaksanakan pada setiap pertemuan dan memperoleh datadata sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
79
76.8
66
83
88
83.3
61.6
52
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 4.1 Perbandingan Nilai Tes Psikomotor Keterampilan Membaca Berdasarkan gambar 4.1 terlihat adanya peningkatan nilai di setiap pertemuan. Nilai rata-rata antar siklus meningkat 21,7 poin dari 61.6 di siklus 1 menjadi 83,3 di siklus 2. b. Perbandingan Tes Kognitif Keterampilan Membaca Tes ini dilaksanakan pada setiap pertemuan dan memperoleh datadata sebagai berikut. 100
75.25
72.25 50.5
65
81
83
85
83
50 0
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 4.2 Perbandingan Nilai Tes Kognitif Keterampilan Membaca Berdasarkan gambar 4.2 terlihat adanya perkembangan nilai di setiap pertemuan. Pada pertemuan kedua siklus 1 terlihat adanya penurunan menjadi 50.5. Nilai rata-rata antar siklus meningkat 18 poin dari 65 di siklus 1 menjadi 83 di siklus 2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
D. Pembahasan Penerapan metode silaba dalam peningkatan keterampilan membaca siswa kelas dua telah dilaksanakan sebanyak enam pertemuan sesuai rencana pembelajaran. Hasil penelitian telah mencapai target yang diinginkan. Peneliti telah menemukan langkah-langkah penerapan metode silaba yang dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas II SDN 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012. Pada siklus 1 pertemuan kesatu peneliti menggunakan LKS untuk menerapkan langkah metode silaba, yang diawali dengan tahap pertama, yaitu pengenalan suku-suku kata, Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata, Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana (Mulyati, 2007). Setelah penggunaan LKS di dua pertemuan, ternyata tidak efektif, siswa terlihat kesulitan, pasif dan bosan. Di pertemuan ketiga siklus 1 teknik LKS diganti dengan
siasat permainan
untuk mengatasi permasalahan
dalam
menjalankan langkah-langkah metode silaba. Siasat permainan ternyata sangat efektif untuk menerapkan metode silaba, siswa terlihat antusias, aktif, dan senang mengikutinya. Maka siasat ini terus digunakan di pertemuan selanjutnya. Kreatifitas guru dituntut dalam menciptakan permainan yang sederhana, menarik dan efisien waktu serta sesuai dengan langkah metode silaba. Oleh karenanya di siklus kedua, pertemuan 1 sampai pertemuan ketiga, peneliti terus mencari dan mengembangkan permainan yang sesuai keinginan. Setelah mengembangkan permainan di beberapa pertemuan, peneliti mendapatkan pengalaman bahwa agar efektif, permainan harus dilaksanakan serentak dengan batasan waktu kurang lebih 5 menit setiap babaknya. Permainan-permainan yang dapat diterapkan yaitu: a.
Pada tahap
pengenalan suku-suku kata, dapat disiasati dengan permainan menghitung jumlah suku kata yang menyusun sebuah kata, mencari kata-kata dengan awalan suku kata tertentu, dll; b. Pada tahap perangkaian suku-suku kata menjadi kata bermakna, siswa dapat berlomba merangkaikan suku-suku kata acak menjadi kata bermakna sesuai gambar atau bermain teka-teki silang metode silaba seperti pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 pelaksanaan siklus 2 pertemuan ketiga; c. Di tahap ketiga, tentang perangkaian kata menjadi kalimat sederhana, siasat permainannya adalah beradu cepat merangkaikan kartu kata yang tersebar di meja siswa atau beradu cepat menempelkan kartu kata pada media papan berpaku, ataupun permainan kreatif lain asalkan sesuai langkah metode silaba. Berdasarkan data hasil penelitian, Perkembangan keterampilan membaca siswa kelas II terlihat melalui perbandingan ketuntasan siswa pada tes psikomotor dan tes kognitif keterampilan membaca dalam diagram berikut.
25 20
17
16
15
15
10 11
10 5
21
20
4
3
4
3
1
0
tuntas tidak tuntas
Siklus 1
siklus 2
Gambar 4.3. Diagram Ketuntasan Tes Psikomotor Keterampilan Membaca Berdasarkan gambar 4.3 terlihat adanya kenaikan jumlah siswa yang tuntas. Pada siklus 1 pertemuan satu hanya 3 siswa yang tuntas, ketuntasan meningkat 7 siswa di pertemuan kedua menjadi 10 siswa. Ketuntasan meningkat kembali menjadi 20 siswa. Pada pertemuan kedua siklus 2 ketuntasan menurun menjadi 17 siswa karena keterampilan yang diuji berbeda dengan pertemuan sebelumnya yakni keterampilan membaca dalam hati. Di pertemuan terakhir sebanyak 21 siswa dapat tuntas dari 22 siswa yang mengikuti tes.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
10
19
17
20
7 1
17
16
13
12 7
2
9
5 tuntas tidak tuntas
0
Gambar 4.4. Diagram Ketuntasan Tes Kognitif Keterampilan Membaca Berdasarkan gambar 4.4 terlihat peningkatan jumlah siswa yang tuntas. Di awal pertemuan siklus 1 hanya ada 1 siswa yang tuntas dan hanya ada peningkatan 1 siswa di pertemuan kedua, hal ini karena bentuk soal pilihan ganda membuat siswa tidak teliti dan asal menjawab. Pengubahan bentuk soal menjadi isian singkat di siklus 1 pertemuan ketiga sangat efektif hingga terdapat 13 siswa tuntas. Jumlah ketuntasan meningkat 3 anak menjadi 16 siswa di siklus 2 pertemuan satu. Ketuntasan menurun 4 siswa di pertemuan kedua, tetapi ketuntasan kembali meningkat pada pertemuan ketiga yakni sebanyak 17 siswa dinyatakan tuntas dari 22 siswa yang mengikuti tes. Berdasarkan data hasil kedua tes keterampilan membaca yang meningkat, maka itu artinya metode silaba dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas 2 SD N 2 Pejagatan sesuai indikator kinerja. Metode silaba yang diterapkan dengan siasat permainan sangat cocok bagi siswa-siswi kelas 2 SD N 2 Pejagatan karena siasat permainan yang bervariasi mampu memotivasi dan menarik perhatian siswa yang mudah bosan dan menyerah ketika menerima tugas membaca. Siasat permainan memberikan situasi yang konkrit bagi siswa, sehingga mereka antusias melaksanakan langkah demi langkah metode silaba. Temuan tersebut selaras dengan pendapat Rahayu yaitu ”... anak akan mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu dalam situasi yang konkrit ” (2006:223). Siswa yang berlatih keterampilan membaca dalam beberapa pertemuan menjadi terbiasa ketika memperoleh tugas membaca, hal ini sesuai dengan teori yang dituliskan Cronbach bahwa keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan (Hurlock, 1987: 154).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian tindakan kelas dengan judul ” Penerapan Metode Silaba dalam Peningkatan Keterampilan Membaca Siswa Kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012” dapat disimpulkan bahwa: 1.
Penerapan metode silaba dapat meningkatkan meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas II SD N 2 Pejagatan sesuai indikator kinerja;
2.
Langkah-langkah penerapan metode silaba yang dapat meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas II SD N 2 Pejagatan adalah dengan siasat permainan sebagai berikut: a. Guru memberikan materi secara singkat sesuai tema; b. Siswa membentuk kelompok bermain, dan mendengarkan penjelasan aturan permainan; c. Siswa melakukan permainan babak pertama yang berkaitan dengan suku-suku kata; d. Siswa melanjutkan permainan babak kedua tentang perangkaian suku-suku kata menjadi kata bermakna; e. Di babak ketiga, siswa bermain permainan tentang perangkaian kata-kata acak menjadi kalimat sederhana; f. Babak terakhir, siswa bersama kelompok membaca teks dengan metode silaba yang sekaligus sebagai tes psikomotor keterampilan membaca. B. Implikasi Berdasarkan simpulan diatas, peneliti memberikan beberapa implikasi
sebagai berikut. 1. Teoritis Secara teoritis penerapan metode silaba dalam peningkatan keterampilan membaca merupakan pembenaran konsep dan teori yang ditulis dalam skenario proses pembelajaran. Pada setiap langkah penerapan metode silaba, terjadi proses yang sangat penting bagi siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa.
commit to user 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 2. Praktis a. Penerapan metode silaba dalam peningkatan keterampilan membaca dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan membaca karena metode ini menampilkan setiap kata menjadi beberapa suku kata, sehingga beban siswa ketika membunyikan kata-kata menjadi ringan dan proses selanjutnya yakni memahami bacaan dapat terlaksana.
C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah diuraikan, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: a. Bagi Siswa Gunakanlah metode silaba ini untuk meningkatkan keterampilan membaca yang sangat berguna bagimu. b. Bagi Guru Ciptakanlah permainan yang kreatif dalam menerapkan metode silaba agar siswa antusias mengikuti pembelajaran; Pakailah media skor bintang di setiap babak permainannya untuk memotivasi siswa; Pelaksanaan permainan harus serentak semua kelompok dan dengan batasan waktu kurang lebih 5 menit setiap babaknya. c. Bagi Lembaga Sekolah Sebaiknya lembaga sekolah melengkapi sarana dan prasarana sekolah agar guru dapat menerapkan metode silaba dengan lebih baik dan kreatif untuk membantu meningkatkan keterampilan membaca siswa. d. Bagi Peneliti lain Metode silaba ini baru diterapkan untuk meningkatkan keterampilan membaca,
sehingga
peneliti
lain
dapat
mengembangkannya
untuk
meningkatkan keterampilan bahasa yang lain seperti keterampilan menulis.
commit to user