UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Metodius Makul Guru SDI Rai Ruteng - Manggarai
Abstrak: Kenyataan yang dihadapi peneliti dalam pembelajaran matematika di kelas IV Semester Itahunpelajaran 2011/2012 di SDI Rai memperlihatkan sebagian besar siswa kurang termotivasi dalam proses pembelajaran di kelas, hal ini ditandai dengan rendahnya respon siswa terhadap pembelajaran dan berdampak pada kurang efektifnya kegiatan pembelajaran di kelas yaitu dari jumlah siswa 50 orang, terdapat 36 orang siswa tidak mencapai KKM. Sebaliknya hanya terdapat 14 orang siswa yang mencapai KKM. Terhadap masalah di atas guru menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai salah satu alternatif pemecahan. Ada pun hasil dari pendekatan kontekstual antara lain, pada siklus 1 mengalami kenaikan 35 % dan Hasil kegiatan pada siklus II, 80 % siswa yang sangat antusias dengan proses pembelajaran dan memperoleh nilai rata- rata 7,7 atau mencapai KKM. Sebaliknya 10 siswa atau 20% yang memperoleh nilai rata–rata 5,60 atau belum mencapai KKM. Hal ini terjadi kenaikan 20% dari tindakan siklus I. Kata kunci:Pendekatan kontekstual, motivasi, dan hasil belajar.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya piker manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dankreatif, serta kemampuan bekerjasama (BSNP, 2006). Menurut NCTM (Subanji, 2011) ada 6 (enam) prinsip dasar untuk mencapai pendidikan matematika yang berkualitas tinggi meliputi :(1) Kesetaraan/keadilan/
pemerataan, (2) Kurikulum, (3) Pengajaran/ pembelajaran, (4)Belajar, (5) Penilaian, dan (6) teknologi. Menurut Subanji (2011) yang paling mendasar dari matematika adalah bahwa matematika dapat dipahami atau masuk akal. Konsekuensinya : (1) setiap harisiswa harus mendapatkan pengalaman bahwa matematika harus masuk akal, (2) para siswa harus percaya bahwa mereka mampu memahami matematika, (3) para guru harus menghentikan cara mengajar dengan memberi tahu segalanya kepada siswa dan harus mulai memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami matematika yang dipelajari, dan (4) Akhirnya para guru harus percaya terhadap kemampuan siswa. Terhadap uraian di atas sangat jelas bahwa Pendekatan pembelajaran khususnya pendekatan pembelajaran kontekstual sangat penting dalam membelajarkan
37
38, J-TEQIP, Tahun III, Nomor 2, Nopember 2012
siswa agar termotivasi dan dapat meningkatkan hasil belajar. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan mengambil, mensimulasikan, menceritakan, berdialog, bertanya jawab atau berdiskusi pada kejadian dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa, kemudian diangkat kedalam konsep yang akan dipelajari dan dibahas. Hakikat Pembelajarankontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Com-munity), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (AuthenticAssess-ment). Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/ konteks kepermasalahan/ konteks lainnya. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS A. PendekatanPembelajaranKontekstualda lamkelas. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut: Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya 1. Laksanakan sejauh mung-kin kegiatan inkuiri untuk semua topik 2. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 3. Ciptakanmasyarakat bel-ajar. 4. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 5. Lakukan refleksi di akhir pertemuan 6. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. B. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual 1. Konstruktivisme Membangun pemahaman mereka sendiri daripeng-alaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemasmenjadi proses“meng-konstruksi” bukan menerima peng-etahuan 2. Inquiry Proses perpindahandaripengamatanmenjadip emahaman. Siswabelajarmenggunakanketerampil anberpikirkritis. 3. Questioning (Bertanya) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuanberpikir siswa. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pem-belajaran yang ber-basis inquiry. 4. Learning Community(Masyarakat Belajar) Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar. Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripadabelajar sendiri. Tukarpengalaman. Berbagi ide.
Makul, Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Matematika, 39
5. Modeling (Pemodelan) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. Mengerjakanapa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya. 6. Reflection ( Refleksi) Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari. Mencatat apa yang telah dipelajari. Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok. 7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenar-nya) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa. Penilaian produk (kinerja). Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual. C. KarakteristikPembelajaranKontekstual 1. Kerjasama 2. Saling menunjang 3. Menyenangkan, tidak membosankan 4. Belajar dengan bergairah 5. Pembelajaranterintegrasi 6. Menggunakan berbagai sumber 7. Siswa aktif 8. Sharing dengan teman 9. Siswa kritis guru kreatif 10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain 11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lain-lain. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV Semester I SDI Rai, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai yang berjumlah 50 orang, dengan rincian sebagai berikut: Laki – laki berjumlah 25 orang dan perempuan berjumlah 25 orang.Sesuai dengan hasil pengamatan peneliti bahwa Siswa Kelas IV semester I kurangtermotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran matematika di kelas, hal ini yang selanjutnya berdampak pada hasil belajar matematika siswa, sebagian besar belum mencapai KKM.
Kenyataan yang di hadapi bahwa Motivasi belajar siswa kelas IV semester I SDI Rai sangat rendah, hal ini disebabkan karena guru-guru lebih dominan menggunakan metode ceramah, pendekatan pembelajaran yang tidak efektif serta kurang menggunakan media pembelajaran yang lebih konkrit dalam membelajarkan konsep – konsep yang abstrak. Hal ini di buktikan dengan melihat partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, yang selanjutnya berakibat pada hasil belajar siswa relative sangat rendah. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SDI Rai, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai. Dalam memperoleh informasi, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas ( PTK) yang dilakukan dengan 2 siklus yang masing-masingsiklusterdiri dari 3 tahap pokok antara lain: (1) tahap perencanaan, (2) tahap Pelaksanaan dan Observasi, dan (3) tahap refleksi (Kemmisdan MC Taggart, 1992). Dalam melakukan penelitian diawali dengan melakukan pratindakan agar dapat teridentifikasi masalah yang timbul sebelum diadakan tindakan pada siklus I dan siklus II. Kenyataan dalam pratindakan ini adalah bahwa di kelas IV SDI Rai memperlihatkan sebagian besar siswa kurang termotivasi dalam proses pembelajaran di kelas, hal ini ditandai dengan rendahnya respon siswa terhadap pembelajaran dan berdampak pada kurang efektifnya kegiatan pembelajaran di kelas yaitu dari jumlah siswa sebanyak 50 orang, terdapat 37 orang siswa belum mencapai KKM. Sebaliknya hanya terdapat 13 siswa yang mengalami ketuntasan (mencapai KKM) atau dapat dipresentasi 75% siswa tidak termotivasi mengikuti kegiatan pembelajaran, yang selanjutnya sebagian besar siswa belum mencapai KKM. KKM matematika kelas IV di SDI Rai adalah 6,0. Dengan demikian pencapaian siswa terhadap mata pelajaran matematika rata- rata 25%. Oleh karena itu masalah yang dihadapi adalah
40, J-TEQIP, Tahun III, Nomor 2, Nopember 2012
rendahnya motivasi siswa terhadap proses pembelajaran matematika.
kenaikan siklus I.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa terhadap Mata Pelajaran Matematika. Dengan memperhatikan hasil yang diperoleh pada pratindakan, akan diadakan perbaikan pada siklus 1 dan siklus II.
Tindakan siklus II Pada tindakan siklus II umumnya sama dengan siklus I dengan menambahkan beberapa poin yaitu: a. Perencanaan 1) Merevisitindakan-tindakan yang tidakrelevanpadasiklus I. 2) Menyiapkan media pembelajaran dan instrument. 3) Menyiapkan perangkat tes untuk siklus II.
Tindakan siklus I a. Perencanaan 1) Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan guru. 2) Merancang model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran matematika. 3) Melihat tingkat kognitif siswa pada awal pembelajaran. 4) Menyusun perangkat tes evaluasi. b. Tindakan dan Pengamatan 1) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai model yang telah disusun. 2) Mengarahkan atau membimbing siswa untuk beraktivitas. 3) Melaksanakan tes evaluasi. 4) Mengobservasi atau mencatat kegiatan (tindakan-tindakan) yang dilakukan guru. 5) Mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 6) Memeriksa hasil evaluasi. c. Refleksi 1) Merangkum hasil observasi. 2) Menganalisis hasil ulangan harian. 3) Mencatat keberhasilan atau kegagalan untuk diperbaiki. Hasil kegiatan pada siklus I tergambar bahwa dari 50 orang siswa, teramati ada 30 orang siswa atau 60% siswa yang sangat antusiasdengan proses pembelajaran dan memperoleh nilai ratarata 7,0 atau atau mencapai KKM. Sebaliknya 20 siswa atau 40% yang memperoleh nilai rata – rata 5, 25 atau belum mencapai KKM. Atau mengalami
35 % dari sebelum tindakan
b. Pelaksanaan dan Pengamatan 1) Melaksanakan proses pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Guru memperkenalkan materi yang akan diajarkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran. b) Guru mendeskripsikan materi pembelajaran secara umum. c) Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 – 6 orang secara heterogen (dilihatdari kemampuan siswa, jenis kelamin). d) Guru memberikan Lembar Kerja siswa (LKS) pada tiap kelompok dan menjelaskan cara penyelesaiannya. e) Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan LKS. f) Siswa melaporkan hasil diskusi di depan kelas (perwakilan dari tiap kelompok) dan kelompok lain menanggapi. g) Hasil kerja siswa dikumpulkan dan dikoreksi oleh guru. h) Guru membantu siswa dalam pembuatan simpulan. i) Guru memberikan tugas rumah (PR). 2) Mengobservasiatau mencatat kegiatan (tindakan-tindakan) yang dilakukan guru. 3) Mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Makul, Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Matematika, 41
c. Refleksi Melakukan diskusi dengan observer tentang hasil pengamatan pada siklus II. Hasil kegiatan pada siklus II tergambar bahwa dari 50 orang siswa, teramati ada 40 orang siswa atau 80 % siswa yang sangat antusias dengan proses pembelajaran dan memperoleh nilai ratarata 7,7 atau mencapai KKM. Sebaliknya 10 siswa atau 20% yang memperoleh nilai rata – rata 5,60 atau belum mencapai KKM. Padasiklus II terjadi kenaikan 20% dari tindakan siklus I. SIMPULAN Berdasarkan data, hasil analisis dan pembahasan pada uraian di atas, dapat
DAFTAR RUJUKAN Aisyah, Nyimas dkk. 2008. Pembelajaran Matematika SD (Bahan Cetak Ajar). Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. http://www.dikti.go.id/index.php?option=c om_content&view=article&id= 1867diakses pada tanggal 11 November 2011.
disimpulkan bahwa. Pendekatan Kontekstual yang memiliki 7 komponen yaitu: Konstruktivisme, Inquiry, Questioning(Bertanya), Learning Community (Masyarakat Belajar), Modeling (Pemodelan), Reflection(Refleksi), dan Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya) dan diterapkan dalam proses pembelajaran matematika di kelas IV.Dengan mengamati motivasi siswa yang sangat tinggi dalam proses pembelajaraan serta hasil belajar yang mencapai KKM dapat dikatakan bahwa Pendekatan pembelajaran kontekstual sangat efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV semester I, mata pelajaran matematika SDI Rai TahunPelajaran 2011/2012.
Subanji. 2011. Matematika Sekolah dan Pembelajarannya,Jurnal Peningkatan Kualitas GuruEdisi Tahun II, Nomor 1, Mei 2011.Universitas Negeri Malang : Malang. Sulianto, Joko. 2011. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan berpikir Kritis pada siswa Sekolah Dasar.