Sri Utami, Peningkatan Prestasi Belajar IPA Menerapkan Model ...
105
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MENERAPKAN MODEL BELAJAR INQUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN I JATI TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh: Sri Utami SDN I Jati Trenggalek
Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa Kelas IV semester I SDN I Jati Trenggalek Tahun Ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPA melalui Model belajar Inquiri; (2) Untuk mengetahui pengaruh metode Pembelajaran yang sesuai diterapkan di kelas terutamanya Kelas IV semester I SDN I Jati Trenggalek. Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pembelajaran berbasis Inquiri memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sebelum siklus, siklus I dan II) yaitu masing-masing 30,43%, 82,61%, dan 95,65%. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses Pembelajaran Berbasis Inquiri paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama Pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode Pembelajaran Berbasis Inquiri dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/Tanya jawab dimana persentase untuk aktivitas di atas cukup besar. Kata kunci: prestasi belajar, ipa, model belajar inquiri
Pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Wijaya, 2000: 120). Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. (KBBI, 1996: 14). Jadi Pembelajaran didefinisikan sebagai proses yang disengaja yang rnenyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu. IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasangagasan. Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan pengembangan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, Kurikulum Sekolah Dasar ( 1994:73). Tujuan pembelajaran IPA: (a) Memahami
105
106
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari; (b) Memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan tentang alam sekitar; (c) Mempunyai minat untuk mengenal dan mernpelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar; (d) Bersikap ingin tahu, tekun, kritis, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri; (e) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; (f) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditentukan dalam kehidupan seharihari. Kegiatan Proses Belajar Mengajar IPA pada sekarang ini belum menerapkan pendekatan keterampilan proses sebagaimana digariskan dalam kurikulum 1994. Metode yang dipergunakan dalam pembelajaran selama ini masih berpusat pada guru dengan pemberian materi secara verbal melalui metode ceramah. Hal ini menyebabkan daya serap siswa terhadap konsep IPA rendah. Apabila kita cermati kembali hal tersebut diatas pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar IPA dalam kelas adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar sebagai penyampai materi saja melalui ceramah, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu Pembelajaran
menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Dari uraian tersebut, maka guru diharapkan untuk berupaya lebih untuk dapat melakukan pendekatan dalam belajar mengajar sebagai upaya mengoptimalisasi hasil belajar, sebab tanpa pendekatan ini hasil belajar tidak akan diperoleh dengan sebaikbaiknya. Ada berbagai alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya pendekatan yang dapat digunakan guru dalam Pembelajaran Sains adalah Pembelajaran Berbasis Inquiri. Pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan satu komponen penting dalam pendekatan konstruktivistik yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi atau pembaharuan pendidikan. Dalam Pembelajaran dengan penemuan/Inquiri, siswa didorong untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri, Cece Wijaya (2000), penganjur Pembelajaran dengan basis Inquiri, menyatakan sebagai berikut: “Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak untuk menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan kajian itu, tetapi lebih ditujukan untuk membuat siswa berpikir. Untuk diri mereka sendiri, meneladani seperti apa yang dilakukan oleh seorang sejarawan, mereka turut mengambil bagian dalam proses, bukan suatu produk (Moh.Uzer Usman, 2000:10). Belajar dengan penemuan dapat diterapkan dalam banyak mata pelajaran. Sebagai contoh, siswa diberi sederet silinder dengan ukuran dan berat yang berbeda-beda. Siswa diminta untuk menggelindingkan silinder tersebut pada suatu bidang miring. Bila percobaan itu dilakukan dengan benar, siswa
Sri Utami, Peningkatan Prestasi Belajar IPA Menerapkan Model ...
akan dapat menemukan prinsip-rinsip utama yang menentukan kecepatan silinder tersebut. Belajar dengan penemuan mempunyai beberapa keuntungan. Belajar menggunakan Inquiri memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan jawabannya. Siswa belajar memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki keterampilan berfikir kritis karena mereka harus selalu menganalisa dan menangani informasi. Pembelajaran berbasis Inquiri membutuhkan strategi Pembelajaran yang mengikuti metodologi IPA serta menyediakan kesempatan untuk Pembelajaran bermakna. Inquiri adalah seni dan ilmu bertanya dan menjawab. Inquiri melibatkan observasi dan pengukuran, pembutan hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan pengujian model. Inquiri menuntut adanya eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan metode-metodenya sendiri. Selama proses Inquiri berlangsung, seorang guru dapat memajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. Pertanyaannya bersifat open-ended, memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki sendiri dan mereka mencari jawaban sendiri (tetapi tidak hanya satu jawaban yang benar). Inquiri adalah apa yang dibuat oleh paa ilmuwan. Para ilmuwan melakukan ikuiri dengan suatu cara formal dan sistematis, dan dalam proses melakukan Inquiri para ilmuwan memberikan kontribusi pada tubuh informasi yang bersifat kolektif yang kita sebut pengetahuan. Dalam proses mengalami ilmu melalui Inquiri, siswa belajar bagaimana menjadi ilmuwan. Mereka belajar lebih banyak lagi ketimbang hanya konsep dan fakta, mereka mempelajari berbagai
107
proses yang terlibat dalam pemantapan konep dan fakta. Inquiri memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif. Siswa diharapkan mengambil inisiatif. Mereka dilatih bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan dan memperoleh keterampilan Inquiri memungkinkan siswa dalam berbagai tahap perkembangannya bekerja dengan masalahmasalah yang sama dan bahkan mereka bekerja sama mencari solusi terhadap masalah-masalah. Setiap siswa harus memainkan dan memfungsikan talentanya masingmasing. Inquiri memungkinkan terjadinya integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika siswa melakukan eksplorasi mereka cenderung mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan melibatkan sains, ilmu sosial, bahasa, seni, dan teknik. Inquiri melibatkan pula komunikasi. Siswa harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan berhubungan. Mereka harus melaporkan hasil-hasil temuannya, lisan atau tertulis. Dengan begitu, mereka bekerja dan mengajar satu sama lain. lnkuiri memungkinkan guru mempelajari siswa-siswanya siapa mereka, apa yang mereka ketahui, dan bagaimana mereka bekerja. Pemahaman guru tentang siswa akan memungkinkan guru untuk menjadi fasilitator yang lebih efektif dalam proses pencarian ilmu oleh siswa. Ketika guru menggunakan teknik Inquiri, guru tidak boleh banyak bertanya atau berbicara. Terlalu banyak intervensi, terlalu banyak bertanya, dan terlalu banyak menjawab akan mengurangi proses belajar siswa melalui Inquiri. Dengan demikian, proses belajar tidak akan lagi menyenangkan. Dalam proses Inquiri, siswa dituntut untuk bertanggung jawab bagi pendidikan mereka sendiri. Guru yang menaruh perhatian pada
107
108
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
pribadi siswa, akan menemukan kegiatankegiatan yang disukai siswa, juga hal-hal yang baik yang ada dalam diri siswasiswanya, dan kesulatian-kesulitan yang mengganggu siswa dalam proses belajar. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap Alat indera manusia belajar siswa-siswanya. Siklus Inquiri adalah: (I) Observasi (Observation); (2) Bertanya (Questioning); (3) Mengajukan dugaan (Hipothesis); (4) Pengumpulan data (Data Gathering); dan Penyimpulan (Condusion). Inquiri menciptakan berbagai kesempatan bagi guru untuk mempelajari bagaimana otak siswa bekerja. Guru dapat memanfaatkannya untuk menentukan situasi-situasi belajar yang tepat dan memfasilitasi siswa dalam proses pencarian ilmu. Berdasarkan uraian tersebut di atas tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut untuk (1) mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa Kelas IV semester I
SDN I Jati Trenggalek Tahun Ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPA melalui Model belajar Inquiri; (2) mengetahui pengaruh metode Pembelajaran yang sesuai diterapkan di kelas terutamanya Kelas IV semester I SDN I Jati Trenggalek. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran Inquiri, yaitu suatu metode penelitian yang didasarkan pada hasil pertimbangan dari peneliti itu sendiri guna memperoleh data yang diperlukan. Penelitian ini bertempat di Kelas IV SDN I Jati Trenggalek. Waktu penelitian adalah rentang waktu untuk melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember sampai dengan Desember semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Obyek bagi penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas IV semester I SDN I Jati Trenggalek tahun pelajaran 2011/2012.
Thematic concern Reconnainsance Reflection Of the action Plan
Classroom Observation Action
Reflection Of the action Plan
Classroom Observation Action
Dikutip dari Kemmis, S, Mc Taggert R
Gambar 1 Pelaksanaan dari Tiap Siklus
Sri Utami, Peningkatan Prestasi Belajar IPA Menerapkan Model ...
Penelitian yang dilaksanakan ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Singarimbun, Masri dan Soffian Efendi (dalam Sugiarti, 1982:6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi perasalahan. Pelaksanaan dari tiap siklus dapat di ilustrasikan pada Gambar 1. Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yaitu: (1) Silabus; (2) Rencana Pelajaran (RP); (3) Lembar Kegiatan Siswa; (4) Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar; (5) Tes formatif. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui Pembelajaran berbasis Inquiri dalam kelompok, observasi pengolahan metode Pembelajaran berbasis Inquiri, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif. Analisa data untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan Pembelajaran perlu diadakan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Tahap Refleksi Awal Peneliti bersama mitra guru mengidentifikasi permasalahan yang ada di
109
kelas IV SDN I Jati Trenggalek yaitu tentang rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA pokok bahasan Alat Indera Manusia. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat Pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat Pembelajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan metode Pembelajaran Berbasis Inquiri, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru kelas. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Dalam hal ini peneliti dibantu oleh seorang pengamat. Sebagai pengamat adalah guru kelas IV SDN I Jati. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran aktivitas guru 67,5%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah 45%. Pada siklus I, secara garis besar Pembelajaran dengan metode Pembelajaran berbasis Inquiri cukup dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa. Dengan menerapkan metode Pembelajaran Berbasis Inquiri diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 82.61 dan ketuntasan belajar mencapai 82.61% atau
109
110
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
ada 19 siswa dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 82.61% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode Pembelajaran Berbasis Inquiri. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu; (2) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan Pembelajaran; (3) Siswa kurang begitu antusias selama Pembelajaran berlangsung. Revisi Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya: (1) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan; (2) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan Pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan; (3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. Siklus II Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat Pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif
2 dan alat-alat Pembelajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode Pembelajaran Berbasis Inquiri dan lembar observasi guru dan siswa. Adapun Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Kegiatan Awal, meliputi: (a) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang fungsi alat indera; (b) Untuk membangkitkan motivasi belajar, guru bercerita tentang kebiasaan-kebiasaan yang merusak alat indra. Kegiatan Inti, meliputi: (a) Siswa dibagi 2 kelompok; (b) Tiap kelompok menerima permasalahan yang berbeda; (c) Siswa melakukan Tanya jawab tentang penyakit dan penyebabnya serta perawatan alat indra; (d) Siswa dan guru mengintegrasikan materi pelajaran dengan kuis. Kegiatan Akhir, meliputi Siswa mendapat kesempatan menulis kesimpulan materi pelajaran. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru kelas. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah guru kelas SDN I Jati. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran aktivitas guru 82,5%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah 72,5%. Pada siklus I, secara garis besar Pembelajaran dengan metode
Sri Utami, Peningkatan Prestasi Belajar IPA Menerapkan Model ...
Pembelajaran berbasis Inquiri cukup dilaksanakan dengan baik, peran siswa sudah terlihat lebih dominan disbanding dengan peran guru. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 85.91 dan ketuntasan belajar mencapai 95.65% atau ada 22 siswa dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan, sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan metode Pembelajaran Berbasis Inquiri.
111
sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan menemukan konsep; (4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan Pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan; (5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. Pembahasan Ketuntasan Hasil belajar Siswa Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pembelajaran berbasis Inquiri memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sebelum siklus, siklus I dan II) yaitu masing-masing 30,43%, 82,61%, dan 95,65%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1) Memotivasi siswa; (2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep; (3) Pengelolaan waktu.
Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode Pembelajaran Berbasis Inquiri dalam kelompok di setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. Aktivitas guru dan siswa dalam Pembelajaran. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses Pembelajaran Berbasis Inquiri paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa
Revisi Rancangan Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangankekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya antara lain: (1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung; (2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya; (3) Guru harus lebih
111
112
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama Pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode Pembelajaran Berbasis Inquiri dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/Tanya jawab dimana persentase untuk aktivitas di atas cukup besar. PENUTUP Kesimpulan Metode Pembelajaran Berbasis Inquiri memiliki dampak positif dalam Prestasi
NILAI RATA-RATA, SEB. SIKLUS, 67.04
Belajar IPA Pada sub Pokok Alat indera manusia Kelas IV semester I SDN I Jati Trenggalek Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini dapat diidentifikasi dari kenaikan Persentase prestasi ketuntasan belajar siswa secara signifikan setelah mendapatkan perlakuan dari tiap siklus, yaitu sebelum siklus (30,43%), siklus I (82,61%), siklus II (95,65%). Salah satu pengaruh dari Penerapan metode Pembelajaran berbasis Inquiri di Kelas IV semester I SDN I Jati Trenggalek adalah adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Saran Metode Pembelajaran berbasis Inquiri perlu diteliti dan dikembangkan lebih lanjut sebagai upaya untuk mencari konsep ideal Pembelajaran.
KETUNTASAN, KETUNTASAN, NILAI RATA-RATA, SIKLUS II, 95.65 NILAI RATA-RATA, SIKLUS I, 82.61 SIKLUS II, 85.91 SIKLUS I, 82.61
NILAI RATA-RATA KETUNTASAN, SEB. SIKLUS, 30.43
KETUNTASAN
Gambar 1 Peningkatan Prestasi Hasil Belajar Siswa
DAFTAR RUJUKAN Anonim. 1994. GBPP SD Kurikulum 1994 edisi 99. Jakarta: Dikmenum.
Arikunto, Suharsimi. 1986. Suatu Pendekatan Prosedur Penelitian Praktik. Jakarta: Bina Aksara.
Sri Utami, Peningkatan Prestasi Belajar IPA Menerapkan Model ...
Bimo Walgito. 1980. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Unviersitas Gadjah Mada.
113
Sugiono. 2000. Statistik Untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta. Suryabrata, Sumardi. 1997. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Moh. Uzer Usman, dan Lilis Setiawati. 2000. Upaya mengoptimalkan Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wijaya, Cece. 2000. Pendidikan Inkuiri Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. 1988. Cara Belajar Siswa Aktif. Jakarta: Sinar Baru. Singarimbun, Masri dan Soffian Efendi. 1982. Metodologi Penelitian Survai. Jakarta: LP3S.
113