PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI DEEP DIALOGUE PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 DEMANGAN TAHUN AJARAN 2011/2012 Minsih dan Arif Hidayanto Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstract Classroom Action Research (CAR) is a research which takes actions based on reflection in learning about the results of those actions. This research is in a process cycles (cycles) which refers to the Elliots models . This study focused on the actions in an effort to increase student's motivation to learn science. This study was conducted in the first Demangan Elementary School in January in the academic year of 2011/2012. The Elementary School is located in Cengklik subvillage , Demangan village, District Sambi Boyolali. The process of action research is a repetitive job or (cycle), in order to obtain the learning which can help students in increase their science achievement. Each cycle contains two meetings . In every cycle there is a plan, action, observation and reflection. In this research happen in the first 2 cycles ie cycles and cycle to two . Each cycle held two meetings and each cycle has four stages, namely: 1 ) . planning stage , 2 ) . action stage, 3 ) . observation or monitoring stage, and 4 ) . reflection stage. The result of this research, which is conducted in collaboration with the classroom teacher, can be concluded that " Implementing Deep Dialogue strategy can improve fourth grade student’s Science achievement of SD N I Demangan Sambi Boyolali District of Academic Year 2011/2012 . The increase is demonstrated that from 35 % of students achieving minimum passing grade (KKM) before pre-cylce increased to 92 % of students achieving minimum passing gade (KKM) after the cyle II. Thus, the hypothesis that says " Implementing Deep Dialogue Strategy can improve fourth grade students’ science achievement of SD N 1 Demangan " is accepted. Key words: increasing, deep dialogue strategy, achievement on IPA subject
A. Pendahuluan Negara yang maju adalah negara yang dapat menata sistem pendidikan dengan baik. Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang harus diperkuat untuk memajukan suatu bangsa. Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, karena pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses membantu manusia yang belum tahu menjadi tahu, membantu dalam mengembangkan potensinya sehingga mampu mengatasi setiap permasalahan yang terjadi. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Tujuantujuan ini bisa menyangkut kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat dan tuntutan lapangan pekerjaan atau ketiga-tiganya peserta didik, masyarakat dan pekerjaan
sekaligus. “Proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan, pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik”. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003:4). Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau siswa menuju pada keadaan yang lebih baik Jenjang pendidikan diawali dari Sekolah Dasar atau Madrasah. Suatu proses pendidikan tidak pernah lepas dari peran seorang guru. Seorang guru di tingkat SD dituntut untuk lebih kreatif dari guru di jenjang lain. Seorang guru harus memiliki inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berlangsung di kelas hendaknya dikendalikan oleh guru. Guru hendaknya dapat membuat siswanya merasa nyaman dengan kondisi kelas yang diciptakan. Guru dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dengan memberikan stimulus kepada siswa. Proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas hendaknya mampu menarik perhatian siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Guru diharapkan mampu menampilkan pembelajaran yang kreatif untuk menciptakan suasana kondusif dapat tercipta bila didukung oleh perilaku siswa yang mengarah pada kegiatan pembelajaran, di antaranya siswa fokus terhadap materi pelajaran, terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar, serta tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Berdasarkan observasi pada bulan Oktober 2011, dalam proses pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri I Demangan kabupaten Boyolali tahun ajaran 2011/2012 terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruhi hasil belajar siswa dan dari hasil diagnosis, maka ditemukan kelemahan-kelemahan yaitu : 1. Siswa ramai pada saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga siswa tidak fokus pada materi yang disampaikan. 2. Siswa kurang tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran, karena dalam penyampaian materi guru menggunakan metode ceramah. 3. Siswa kurang berpartisipasi pada saat proses pembelajaran berlangsung. 4. Rasa percaya diri siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru masih kurang. 5. Banyak siswa yang mendapat nilai ≤ 65 Gejala-gejala ini menunjukkan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar, dan pengaruhnya secara langsung adalah pada menurunnya hasil belajar mereka. Kesenjangan antara prestasi belajar dengan motivasi belajar siswa ini, salah satunya disebabkan karena tidak adanya komunikasi efektif selama proses pembelajaran serta tidak terciptanya suasana terbuka antara guru dan siswa. Sehingga guru akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran, jelas sekali hal ini akan sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa, khususnya pelajaran IPA, yang selanjutnya akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Permasalahan komunikasi di atas pada dasarnya berhubungan erat dengan masalah dialog. Proses belajar-mengajar adalah proses dialog, secara sederhana, dialog merupakan percakapan antara orang-orang, dan melalui dialog tersebut, dua masyarakat/kelompok atau lebih yang memiliki pandangan berbeda-beda bertukar ide, informasi dan pengalaman. Komunikasi interaktif, efektif dan penuh dengan keterbukaan akan memunculkan suasana yang lebih demokratis dan nyaman dalam proses pembelajaran, sehingga dengan dialog yang
mendalam pendidik dan peserta didik akan jauh lebih mudah dalam mengidentifikasi kesulitan-kesulitan serta mencari solusi praktis untuk proses pembelajaran ke depannya. Suasana yang demokratis ini juga akan lebih memudahkan guru dalam menentukan strategi yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran yang menekankan proses dialog adalah dengan menggunakan pendekatan Deep Dialogue (dialog mendalam). Berdasarkan uraian di atas, maka akan diadakan penelitian mengenai upaya peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA melalui strategi deep dialogue pada siswa kelas IV di SD Negeri I Demangan Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali tahun ajaran 2011/2012. Namun uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah diatas, permasalahan yang ada sangatlah luas, sehingga tidak mungkin dilapangan permasalahan yang ada itu dapat terjangkau dan terselesaikan semua, maka ruang lingkup masalah penelitian ini dibatasi pada: Obyek penelitian yaitu metode pembelajaran deep dialogue, Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas IV SD Negeri I Demangan tahun ajaran 2011/2012, dan Parameter yang digunakan adalah hasil belajar, yaitu hasil akhir dari pembelajaran siswa kelas IV SD Negeri Demangan I tahun ajaran 2011/2012 menggunakan strategi deep dialogue yang ditunjukkan dalam aspek afektif, kognitif. Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini adalah “Apakah penerapan strategi Deep Dialogue dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV di SD Negeri I Demangan Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali tahun ajaran 2011/2012 ? ” dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA melalui strategi Deep Dialogue pada siswa kelas IV di SD Negeri I Demangan Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali tahun ajaran 2011/2012. B.
Pembahasan Dalam penelitian ini mengkaji beberapa teori, diantaranya: teori tentang strategi belajar, hakekat strategi deep dialogue, pembelajaran IPA di SD kemudian juga ada pembahasan tentang teori belajar dan hasil belajar. Pengertian Strategi menurut Joni sebagaimana dikutip oleh Sri Anitah W 2008:1.24, “strategi adalah ilmu atau kiat dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Dengan demikian menurut peneliti strategi merupakan cara yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan Menurut Dimyati dan Soedjono sebagaimana dikutip (Sri Anitah W 2008:1.24) “strategi dalam pembelajaran adalah kegiatan guru memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara sapekaspek dari komponen pembentukan sistem pembelajaran”. Strategi pembelajaran pada dimensi perencanaan mengacu pada upaya upaya secara strategis dalam memilih, menetapkan dan merumuskan komponen-komponen pembelajaran. Acuan utama dalam penentuan strategi pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran, dimana dalam penelitian ini strategi digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Deep Dialogue (dialog mendalam), dapat diartikan sebagai percakapan antara orangorang (dialog) yang harus diwujudkan dalam hubungan yang interpersonal, saling keterbukaan, jujur dan mengandalkan kebaikan. Beberapa prinsip yang harus dikembangkan dalam Deep Dialogue, antara lain adalah: adanya komunikasi dua arah dan prinsip saling memberi yang terbaik, menjalin hubungan kesederajatan dan keberadaban serta empatisitas
yang tinggi dari setiap pelakunya. Dengan demikian, Deep Dialogue mengandung nilai-nilai demokrasi dan etis. 1. Ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan Deep Dialogue , yaitu: a. peserta didik dan Guru nampak aktif b. mengoptimalisasikan potensi intelligensi peserta didik c. berfokus pada mental, emosional dan spiritual d. menggunakan pendekatan dialog mendalam dan berpikir kritis e. peserta didik dan guru dapat menjadi pendengar, pembicara, dan pemikir yang baik f. dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari g. lebih menekankan pada nilai, sikap dan kepribadian. 2. Penerapan pembelajaran deep dialogue adalah sebagai berikut: a. Kegiatan awal Dalam setiap mengawali pembelajaran dimulai dengan salam, tujuan pembelajaran, kompetensi yang akan dicapai, kemudian menggunakan elemen dinamika kelompok untuk membangun komunitas, yang bertujuan mempersiapkan peserta didik berkonsentrasi sebelum mengikuti pembelajaran. b. Kegiatan inti Kegiatan ini sebagai pengembangan dan pengorganisasian materi pembelajaran. Adapun tahap yang dilalui sebagai berikut: Tahap pertama guru melaksanakan kegiatan dengan menggali informasi dengan memperbanyak brain storming dan diskusi dengan melemparkan pertanyaan kompleks untuk menciptakan kondisi dialog mendalam dan berpikir kritis. c. Kegiatan akhir Tahap ini merupakan tahap pengambilan simpulan dari semua yang saling dibelajarkan, sekaligus penghargaan atas segala aktivitas peserta didik. Tahap berikutnya adalah refleksi Kegiatan ini merupakan kegiatan pembelajaran yang penting dalam dari pendekatan deep dialogue. Kegiatan ini bukan menyimpulkan materi pembelajaran, tetapi pendapat peserta didik tentang apa saja yang dirasakan dan dialami yang dikaitkan dengan apa saja yang dirasakan, dialami dan dilakukan di masa lalu. Peserta didik menyampaikan secara bebas perasaan dan keinginan yang terkait dengan pembelajaran. Pembelajaran diakhiri dengan hening atau doa. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang sosial ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran Menurut Syaiful Sagala (2006: 61-62). Pembelajaran IPA di SD berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Pengertian Belajar Menurut Samino dan Saring Marsudi (2011:19) belajar adalah proses yang harus dilalui manakala seseorang ingin mencapai sesuatu yang diharapkan dapat berhasil dengan baik. Dari pengertian tersebut maka dapat diartikan bahwa agar dapat berhasil dengan baik seseorang harus melalui proses yang dinamakan belajar. Keberhasilan dapt diraih apabila seseorang itu lebih giat belajar, dengan melalui latihan, memperhatikan tuntutan dari orang yang lebih dewasa, melalui pengalaman, membaca buku dan lain-lain. Sedangkan pengertian Hasil belajar menurut Sri Anitah 2008: 2.19, hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Menurut Arikunto (Samino dan Saring Marsudi 2011: 48) hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan sudah diterima siswa. Sedangkan menurut Gunarso (Samino dan
Saring Marsudi 2011: 48) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh murid sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka maupun huruf serta tindakan Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor intern maupun ekstern. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan efektif merupakan salah satu faktor ekstern yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum sekarang ini adalah menggunakan metode pembelajaran yang sangat bervariasi, tetapi kenyataannya metode pembelajaran yang digunakan sampai sekarang ini di kelas IV SDN Demangan I khususnya untuk mata pelajaran IPA masih didominasi oleh metode pembelajaran konvensional, yaitu guru lebih banyak menggunakan metode ceramah (teacher centered) dalam proses pembelajaran daripada menggunakan pembelajaran aktif yang cenderung menahan siswa dalam keadaan pasif, tidak memperlancar siswa memecahkan masalah, cenderung membuat siswa merasa bosan dan hampir tidak memberikan kemungkinan bagi guru untuk memeriksa kemajuan belajar anak dan keaktifan anak sehingga hasil yang diharapkan juga tidak optimal dan cenderung menciptakan anak didik yang kurang bermutu. Metode pembelajaran yang baik adalah metode yang bervariasi dan tidak monoton sehingga pengambilan metode juga disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa dan sarana yang tersedia. Oleh karena itu perlu peran aktif siswa dalam proses pembelajaran siswa dan dapat saling bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan secara berkelanjutan selain itu juga dapat melalui kerja kelompok. Sesuai dengan alasan tersebut, maka dalam kegiatan pembelajaran khususnya IPA diperlukan adanya variasi dan perbaikan metode pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan peran aktif siswa secara menyeluruh tidak hanya sebagian siswa saja. Untuk itu peneliti menggunakan strategi Deep Dialogue. Pendekatan Deep Dialogue adalah pembelajaran dengan menggunakan penekanan pada adanya proses dialog yang terjalin antara guru dengan siswa. Komunikasi terjalin dua arah antara guru dengan siswa dengan prinsip saling memberi yang terbaik, rasa empati yang tinggi dan rasa kesederajatan. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi setelah diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan Deep Dialogue. Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini yaitu : “ Penerapan strategi deep dialogue dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Demangan Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2011/ 2012 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) atau Classroom Action Research ( CAR ), yaitu upaya perbaikan pelaksanaan praktek pembelajaran oleh guru kelas dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan tersebut. Proses penelitian berbentuk siklus (cycles ) yang mengacu pada model-model Elliots. Sehingga penelitian ini difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar IPA. Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri I Demangan, Sekolah Dasar ini terletak di dukuh Cengklik, desa Demangan, Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali pada bulan januari genap tahun ajaran 2011/2012. Proses penelitian tindakan merupakan kerja berulang atau (siklus), sehingga diperoleh pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar IPA. Tiap siklus
dilakukan dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdapat rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Dalam PTK ini terlaksana dalam 2 siklus yaitu siklus pertama dan siklus ke dua. Setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dan setiap siklus terdapat empat tahap, yaitu : 1). tahap perencanaan, 2). tahap pelaksanaan tindakan, 3). observasi dan monitoring, 4). Refleksi kedua siklus Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran IPA dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dari tindakan mengajar. Pengambilan data dilakukan dengan: Metode Tes, Dokumentasi, Metode Observasi, Metode Wawancara. Dan instrumen yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari: Lembar kerja siswa, Tes formatif, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar pengamatan, Kerangka wawancara Dalam melakukan penelitian perlu adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas. Salah satu upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas tersebut adalah menggunakan triangulasi. Menurut Burns (Zainal Arifin, 2011: 119) ada beberapa jenis triangulasi, yaitu triangulasi waktu, triangulasi ruang, triangulasi peneliti, dan triangulasi teoritis. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi waktu karena dalam mengumpulkan data peneliti tidak hanya dengan satu kali penelitian, jadi hasil dari penelitian bukan suatu kebetulan. Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Analisis data yang peneliti gunakan adalah yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dalam Kunandar (2009: 101). Dalam penelitian dimulai sejak awal sampai berakhirnya pengumpulan data yang menggunakan tehnis analisis kualitatif, yang salah satu modelnya adalah tehnik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen. Yaitu reduksi data, penyajian data (display), dan penarikan kesimpulan. Indikator pencapaian yang diharapkan peneliti adalah dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri I Demangan dengan pencapaian 75% dari jumlah siswa yang mendapatkan hasil belajar pada materi gaya dengan nilai ≥ 65, memenuhi KKM. Gambar 4.4 : Grafik Persentase Peningkatan Hasil Belajar IPA Persentase Peningkatan Hasil Belajar IPA 92%
100% 90% 71%
80% 70% 52%
60% 50% 40%
35%
42%
30% 20% 10% 0% Pra Skls
SI PI
S1 P 2
S2 P1
S2 P2
Dari grafik di atas dapat dilihat peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N 1 Demangan. Dari siklus I sampai II terjadi peningkatan hasil belajar yang di dapat siswa. Ini terlihat dari nilai tes formatif atau soal evaluasi yang digunakan peneliti untuk mengetahui hasil belajar siswa. Pada siklus I ini ada peningkatan hasil belajar siswa yang memenuhi KKM. Sebelum siklus ini dilaksanakan ( data dari nilai UAS ) terdapat 9 dari 26 siswa atau 35 % yang mendapat ≥ 65 atau mencapai KKM. Setelah siklus I pertemuan I dari 26 siswa yang masuk pada hari itu terdapat 11 siswa (42 %) yang mendapat nilai ≥ 65 dan sudah memenuhi KKM. Dari data itu terjadi kenaikan 7 % dari hasil belajar prasiklus. Pada siklus I pertemuan ke II dari 25 siswa yang masuk pada hari itu terdapat 13 siswa (52 %) yang mendapat nilai ≥ 65 dan sudah memenuhi KKM. Dari data itu terjadi kenaikan 10 % dari hasil belajar siklus I pertemun I. Pada siklus II pertemuan I dari 24 siswa yang masuk pada hari itu terdapat 17 siswa (71 %) yang mendapat nilai ≥ 65 dan sudah memenuhi KKM. Dari data itu terjadi kenaikan hasil belajar 19 % dari siklus I pertemuan II. Pada siklus II pertemuan ke II dari 25 siswa yang masuk pada hari itu terdapat 23 siswa (92 %) yang mendapat nilai ≥ 65 dan sudah memenuhi KKM. Dari data itu terjadi kenaikan hasil belajar 21 % dari siklus II pertemuan I. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa dengan penerapan strategi belajar deep dialogue hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri I Demangan meningkat. C. Penutup Dengan demikian dapat disimpulkan simpulkan Hasil penelitian yang dilakukan secara kolaborasi antara guru kelas dapat disimpulkan, “Penerapan strategi deep dialogue dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri I Demangan Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012. Peningkatan terjadi dari 35 % siswa siswa yang mencapai KKM sebelum prasiklus meningkat menjadi 92 % siswa yang mencapai KKM setelah siklus II. Dengan demikian Hipotesis yang berbunyi “ Penerapan strategi deep dialogue dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Demangan Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2011/ 2012” dapat diterima atau terbukti kebenarannya. Berdasarkan simpulan dan data-data hasil penelitian terbukti bahwa strategi deep dialogue dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri I Demangan Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011. Dengan hasil penelitian yang diperoleh, maka hasil penelitian dapat diimplikasikan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan yang tepat dalam menentukan strategi pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPA di kelas IV. 2. Memberi masukan kepada guru tentang pentingnya penerapan strategi pembelajaran yang bervariasi dan inovatif, salah satunya metode deep dialogue yang sudah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam pembelajaran IPA. 3. Mendorong siswa agar berperan aktif dalam pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat. D. Daftar Pustaka Surtikanti dan Joko Santoso. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: BP-FKIP UMS.
Susilo, Herawati, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Bayumedia Publishing. Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 1987. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara. Moleong, M.A. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Putro Widoyoko, S. Eko. 2010. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.