perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
VALIANT LUKAD P.S. K2508032
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commiti to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Valiant Lukad P.S.
NIM
: K2508032
Jurusan/Program Studi
: PTK/Pendidikan Teknik Mesin
Menyatakan
bahwa
skripsi
saya
berjudul
:
“EFEKTIVITAS
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
commitiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh: VALIANT LUKAD P.S. K2508032
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitvto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Valiant Lukad P.S.. EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pengetahuan mengenai efektivitas penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada proses pembelajaran siswa di SMK Pancasila tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan menggunakan pendekatan model evaluasi CIPP. Bentuk dan strategi yang digunakan penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan data kualititatif dan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan dua sumber data utama yaitu informan yaitu staf QMR, staf kurikulum, perwakilan guru produktif, normatif, adaptif, dan K3 dan responden yaitu siswa kelas XII yang berjumlah 194 siswa. Teknik pengumpulan datanya adalah angket, wawancara, observasi, dan studi dokumenter. Validitas data yang digunakan untuk data kualitatif dengan menggunakan triangulasi data dan triangulasi metode. Sedangkan untuk data kuantitatif validitas instrumennya dengan menggunakan uji validitas dengan korelasi product moment dan uji reliabilitas dengan rumus cronbach alpha. Analisis data untuk data kualitatif menggunakan teknik tabulasi data dan model analisis interaktif H.B. Sutopo sedangkan untuk analisis data kuantatifnya menggunakan kriteria penilaian Saifudin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Context; (1) Kekuatan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta adalah perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pengorganisasian, dan dokumentasi administrasi sekolah yang lebih baik. (2) Kelemahan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta adalah pada SDM yang menjalankannya. Input; (1) Pendidik yang menjadi “aktor utama” dalam proses pembelajaran semakin meningkat kinerjanya dan kontrol terhadap kinerja para guru tersebut juga semakin baik setelah penerapan SMM ISO 9001:2008. (2) Standar kualifikasi penjaringan siswa baru di SMK Pancasila Surakarta melalui tiga tahap yaitu tes tertulis, tes kesehatan, dan wawancara. Yang dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas input siswa baru yang sesuai dengan standar sekolah yang harapkan. (3) Efektivitas fasilitas pengembangan pembelajaran termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 97 dengan perolehan presentase sebesar 53%. (4) Efektivitas sarana pra sarana, dan lingkungan termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 91 dengan perolehan presentase sebesar 49 %. Process; (1) Efektivitas kesesuaian kesesuaian pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 85 dengan perolehan presentase sebesar 46 %. (2) Efektivitas kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan siswa termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 86 commitvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan perolehan presentase sebesar 47 %. Product. Presentase keberhasilan kelulusan tahun pelajaran 2010/2011 adalah 100% sedangkan untuk tahun pelajaran 2011/2012 adalah 99,55%. Jika dilihat dari data nilai rata-rata NA perbandingan tahun pelajaran 2010/2011 dengan tahun pelajaran 2011/2012 nilai rata-rata NA pada mata pelajaran bahasa indonesia, bahasa inggris, dan matematika mengalami penurunan sedangkan mata pelajaran kompetensi mengalami kenaikan. Simpulan penelitian ini adalah context menggambarkan mengenai kekuatan dan kelemahan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta. Hasil analisis input menunjukkan bahwa latar belakang pendidik, siswa, sumber belajar, dan lingkungan yang ada di SMK Pancasila Surakarta sudah sesuai dengan indikator keberhasilan proses pembelajaran. Hasil analisis process menunjukkan bahwa adanya kesesuaian antara indikator kesesuaian proses pembelajaran dengan indikator keberhasilan pembelajaran. Hasil analisis product menunjukkan presentase keberhasilan lulusan yang menurun dari 100% menjadi 99,55% yaitu sebesar 0,45% penurunannya. Nilai rata-rata NA tahun pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran bahasa indonesia, bahasa inggris, dan matematika mengalami penurunan sedangkan mata pelajaran kompetensi mengalami kenaikan. Jumlah siswa yang lebih banyak dibandingkan tahun pelajaran sebelumnya dan adanya kemungkinan perbedaan tingkat kesulitan soal Ujian Nasional berpengaruh terhadap menurunnya presentase keberhasilan lulusan dan nilai rata-rata NA tersebut.
Kata kunci: efektivitas, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, proses pembelajaran.
commitviito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Valiant Lukad P.S. EFFECTIVENESS OF ISO MANAGEMENT SYSTEM APPLICATION ON STUDENTS’ LEARNING OF SMK PANCASILA 2011/2012. Skripsi, The Faculty of Teacher Training and University of Surakarta. July 2012.
9001:2008 QUALITY THE PROCESS OF OF SURAKARTA OF Education, Sebelas Maret
The purpose of the research is to acquire knowledge about effectiveness of application of Quality Management System of ISO 9001:2008 on the process of students‟ learning in SMK Pancasila of 2011/2012 Academic Year. The research is an evaluative research by using evaluative model of CIPP approach. Strategy of the research is descriptive by using qualitative and quantitative data. The research uses two primary data sources, namely, informant (QMR staff, curriculum staff, representative of productive, normative, adaptive and K3 teachers) and respondent (12th grade students amounting to 194 individuals). Data is collected by using questionnaire, interview, observation and documentation techniques. Data validity for qualitative data is examined by using data and method triangulations. While, validity of quantitative data is examined by using validity test of product moment correlation and reliability test of Cronbach alpha. Data analysis for qualitative data uses data tabulation and interactive analytic model of H.B Sutopo, whereas quantitative data is analyzed by using Saefudin‟s rating criteria. The results of the research indicated that Context: (1) Strengths of application of ISO 9001:2008 QMS in SMK Pancasila of Surakarta are planning, implementation, management, organization, and documentation of better school administration. (2) Weaknesses of ISO 9001:2008 QMS application in SMK Pancasila of Surakarta are human resources who are implementing it. Input: (1) Performance of educator who is the „main actor‟ of the learning process increased and control on the teacher was better after application of ISO 9001:2008 QSM. (2) Qualification standard of new enrollments in SMK Pancasila is through three stages, namely, written test, medical test, and interview. The admission system is intended to obtain quality input of new students who are suitable with expected standards of the school. (3) Effectiveness of learning development facility was categorized as high. It was indicated by greatest frequency of 97 and percentage of 49%. (4) Effectiveness of infrastructure and facility and environment was categorized as high. It was showed by greatest frequency of 91 and percentage of 49%. Process: (1) Effectiveness of learning suitability with learning success was categorized as high. It was indicated by greatest frequency of 85 and percentage of 46%. (2) Effectiveness of discipline, diligence, learning motivation and activeness of students was categorized as high. It was showed by greatest frequency of 86 and percentage of 47%. Product. Percentage of graduation of 2010/2011 Academic year was 100%, whereas the percentage was 99.55% in 2011/2012. If it is seen from data of average final grade (NA), comparison between averages NA of Indonesia language, English and mathematics subjects of commit viiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2010/2011 academic year and that of 2011/2012 experienced a decrease, whereas average NA of competence subjects increased. Conclusion of the research is: context represents strengths and weaknesses of ISO 9001:2008 QMS application in SMK Pancasila of Surakarta. Result of input analysis indicated that background of educators, students, learning sources, and environment of SMK Pancasila of Surakarta is suitable with indicators of learning process success. Result of process analysis showed the suitability between indicators of learning process suitability and indicators of learning success. Result of product analysis indicated that percentage of graduation decreased 0.45%, namely from 100% to 99.55%. Average NA of 2011/2012 academic year in Indonesia language, English, and mathematics subjects decreased, whereas it was increased in competence subject. Greater enrollment of the 2011/2012 than that of previous academic year and possible different difficulty level of National Final Exam might affect the decreased percentage of graduation and the decreased average NA. Key words: effectiveness. ISO 9001:2008 Quality Management System, learning process
commitixto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. (Q.S. Yasiin : 82)
Jadilah pribadi yang baik, berbakti pada orang tua, selalu ingat pada Allah SWT dan berguna bagi nusa dan bangsa. Ayah dan Bunda
Berpegang teguh pada keyakinan Maha Besar Kekuatan Allah SWT, bermimpi setinggi langit, menyusun strategi, berpikir taktis, tekun belajar dan bekerja keras. Semoga dengannya dapat mencapai keberhasilan semuda mungkin. Valiant Lukad P.S.
Kepemimpinan adalah tentang tanggung jawab, pengertian yang dalam, kecerdasan dan pengambilan kebijakan yang tepat. Valiant Lukad P.S.
Belajar adalah proses penemuan secara terus-menerus tanpa akhir. Tahu saja tidak cukup Anda harus mengaplikasikannya Ingin saja tidak cukup Anda harus melakukannya. Bruce Lee
Sebetulnya - kita semua sedang menunggu. Maka pastikan lah bahwa kita hidup dalam sebuah rancangan yang baik, agar akhir yang pasti datang itu - datang untuk merayakan kemenangan hidup kita. Mario Teguh LEADING INNOVATION !!!
commitxto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Segala Puji bagi Allah SWT kupanjatkan rasa syukur mendalamku karena dengan izin dan kuasaNya, pada akhirnya dapat kupersembahkan karya ini untuk : Abdul Kadir dan Luki Wuryandari Ayah dan Bunda tercinta yang sangat kucintai dan kusayangi Meskipun terpisah oleh jauhnya jarak, namun kekuatan kasih sayangnya terasa sangat hangat dan kuat untuk mentenagaiku berjuang mencapai impian besarku dan menjadi putra kebanggaan keluarga. Terima kasih atas segala do‟a, ketulusan, pengorbanan, dan motivasinya. Wudrialdi Adikku yang kubanggakan Semoga kelak kakak dapat menjadi teladan yang baik dan membanggakanmu. Woyo Corps Deni, Cipto, dan Lugi percayalah jika kita tetap bekerja sama dan bersinergi dengan baik kita bisa menjadi Agent of Change yang siap memberikan kontribusi besar bagi dunia pendidikan di Indonesia. Rekan-Rekan Kos Loudness Awan, Farthur, Haris, Bayu, Adit, dan rekan kos lainnya yang tidak bisa kusebutkan satu persatu terima kasih telah menghadirkan lingkungan kekeluargaan yang positif dan menyenangkan. Rekan-Rekan PTM Angkatan 2008 Almamater commitxito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan. 4. Drs. Suwachid, M.Pd., M.T., selaku pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Basori, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Kepala SMK Pancasila Surakarta, yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian. 7. Agus Suyamto, S.Pd., M.Pd., selaku staf kurikulum yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama peneliti melakukan penelitian di SMK Pancasila Surakarta. 8. Para guru SMK Pancasila Surakarta yang bersedia membantu peneliti dalam melakukan pengumpulan data di SMK Pancasila Surakarta. commitxiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Para Siswa XII yang bersedia membantu dan bekerja sama dengan baik untuk mengisi angket penelitian. 10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis,
commit xiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... ii HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................iii HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vi HALAMAN ABSTRACT ..............................................................................viii HALAMAN MOTTO ....................................................................................... x HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... xi KATA PENGANTAR ..................................................................................... xii DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi DAFTAR TABEL.......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xviii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
BAB II
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 6 1. Hakikat Efektivitas .............................................................. 6 2. Model Evaluasi CIPP.......................................................... 8 3. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan ............................. 10 4. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ......................... 20 5. Hakikat Belajar dan Pembelajaran .................................... 28 commit xivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Indikator Keberhasilan Pembelajaran ............................... 38 B. Kerangka Berpikir ................................................................... 55 C. Pertanyaan Penelitian .............................................................. 57
BAB III
METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 58 1. Tempat Penelitian ............................................................. 58 2. Waktu Penelitian ............................................................... 58 B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................ 58 C. Sumber Data............................................................................ 59 1. Informan ............................................................................ 60 2. Responden ......................................................................... 60 3. Data Tambahan ................................................................. 60 D. Teknik Sampling ..................................................................... 61 1. Populasi Penelitian ............................................................ 61 2. Sampel Penelitian.............................................................. 61 E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 62 1. Wawancara........................................................................ 62 2. Angket ............................................................................... 62 3. Observasi........................................................................... 66 4. Studi Dokumenter ............................................................. 67 F. Validitas Data.......................................................................... 68 1. Beban Mengajar Guru ....................................................... 69 2. Sertifikasi Guru ................................................................. 69 3. Tugas Guru Selain Mengajar ............................................ 69 G. Analisis Data ........................................................................... 70 1. Analisis Data Deskriptif .................................................... 70 2. Analisis Data Analitik H. Prosedur Penelitian ................................................................. 78 commitxvto user
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
digilib.uns.ac.id
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian ........................................... 79 1. Identitas Sekolah ................................................................ 79 2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Pancasila Surakarta............... 79 3. Kebijakan Mutu .................................................................. 80 4. Struktur Organisasi Sekolah dan Susunan Staf Pembantu Kepala ........................................................ 81 B. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................ 82 1. Analisis Context ................................................................. 82 2. Analisis Input ..................................................................... 83 3. Analisis Process ................................................................. 99 4. Analisis Product ............................................................... 101 C. Pembahasan ............................................................................ 104 1. Context ............................................................................. 104 2. Input ................................................................................. 107 3. Process .............................................................................. 116 4. Product ............................................................................. 118
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan................................................................................. 119 B. Implikasi ................................................................................. 122 C. Saran ...................................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 124 LAMPIRAN ................................................................................................... 127
commit xvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Bagan Kerangka Berpikir............................................................................ 56 3.1 Skema Analisis Model Interaktif ................................................................ 72 3.2 Bagan Prosedur Penelitian .......................................................................... 78 4.1 Bagan Struktur Organisasi Sekolah Secara Operasional ............................ 81 4.2 Alur Prosedur dalam Penerimaan Peserta Didik Baru ................................ 93 4.3 Diagram Batang Deskripsi Fasilitas Pengembangan Pembelajaran............ 95 4.4 Diagram Batang Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan................................ 96 4.5 Diagram Batang Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran ....................................................................... 100 4.6 Diagram Batang Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar, dan Keaktifan Siswa .................................................................................. 101 4.7 Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-Rata NA................................. 103
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ......................................................................... 58 3.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 67 3.3 Kriteria Penilaian Komponen ...................................................................... 73 3.4 Penentuan Skor Tiap Instrumen .................................................................. 73 3.5 Hasil Penentuan Skor Fasilitas Pengembangan Pembelajaran.................... 74 3.6 Hasil Penentuan Skor Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan ....................... 75 3.7 Hasil Penentuan Skor Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran ............................................. 76 3.8 Hasil Penentuan Skor Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar, dan Keaktifan Siswa .................................................................................... 77 4.1 Deskripsi Fasilitas Pengembangan Pembelajaran ....................................... 95 4.2 Deskripsi Sarana, Pra Sarana, dan Lingkungan .......................................... 96 4.3 Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran ............................................. 99 4.4 Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar dan Keaktifan Siswa .............. 100 4.5 Data hasil nilai rata-rata NA tahun pelajaran 2010/2011 .......................... 102 4.6 Data Hasil Nilai Rata-Rata NA Tahun Pelajaran 2011/2012 .................... 102
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Terjemahan BS5750/ISO 9001:2008 untuk Pendidikan ........................... 128 2. Tabel Kesesuaian Terjemahan ISO 9001:2008 dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran ...................................................... 130 3. Susunan Staf Pembantu Kepala Sekolah Tahun Pelajaran 2011/2012 ..... 132 4. Sarana Pra Sarana Dan Infrakstruktur SMK Pancasila Surakarta............. 134 5. Denah Gedung SMK Pancasila Surakarta................................................. 137 6. Kisi-Kisi Instrumen Angket ...................................................................... 138 7. Angket Uji Coba ....................................................................................... 139 8. Tabel r product moment ............................................................................ 146 9. Hasil Uji Validitas Angket Uji Coba ........................................................ 147 10. Hasil Uji Reliabilitas Angket Uji Coba ..................................................... 152 11. Lembar Validasi Angket ........................................................................... 155 12. Angket Penelitian ...................................................................................... 156 13. Hasil Analisis Angket Penelitian .............................................................. 161 14. Lembar Pedoman Wawancara (Wawancara Berstruktur) ......................... 173 15. Lembar Hasil Wawancara (Wawancara Tak Berstruktur) ........................ 200 16. Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2010/2011 .......... 208 17. Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2011/2012 .......... 216 18. Pengajuan Judul Skripsi ............................................................................ 225 19. Daftar Kegiatan Seminar Proposal Skripsi ............................................... 226 20. Pengesahan Proposal Skripsi..................................................................... 228 21. Surat Keputusan Dekan FKIP ................................................................... 229 22. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi .......................................................... 230 23. Permohonan Ijin Research/Try Out di SMK Pancasila Surakarta ............ 231 24. Permohonan Ijin Research/Try Out di Disdikpora.................................... 232 25. Ijin Penelitian Disdikpora ......................................................................... 233 26. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................................... 234 commit xixto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di era kontemporer dunia pendidikan, kini dikejutkan dengan adanya model pengembangan dan pengelolaan pendidikan berbasis industri. Dengan adanya pengelolaan model ini memungkinkan adanya upaya pihak pengelola institusi ataupun lembaga pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan manajemen perusahaan. Penerapan manajemen mutu dalam pendidikan ini lebih populer dengan sebutan istilah Total Quality Education (TQE). Dasar dari manajemen itu dikembangkan dari konsep Total Quality Managemement (TQM), yang pada awalnya diterapkan pada dunia bisnis kemudian diterapkan pada dunia pendidikan. Secara filosofis, konsep ini menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Konsep TQE yang mulai diterapkan di dunia pendidikan saat ini membuat peran institusi pendidikan bergeser fungsinya menjadi institusi jasa seperti yang diungkapkan oleh Edward Sallis (2011) menyatakan bahwa: “Institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai industri jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa” (hlm. 6).
Jika institusi pendidikan sebagai industri jasa, maka tentu ada
pelanggan yang menggunakan jasa tersebut dan pelanggan utama dari institusi pendidikan yang dimaksud adalah pelajar (siswa). Hal tersebut menunjukkan bahwa konsep manajemen di dalam dunia industri lambat laun mulai diterapkan dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak bermaksud untuk menunjukkan bahwa metode bisnis di dunia industri lebih unggul dari pada metode pendidikan yang selama ini diterapkan. Namun, tentu seperti peribahasa mengungkapkan “tidak ada asap kalau tidak ada api”. Adaptasi manajemen bisnis di dunia industri tidak mungkin dicoba penerapannya di dunia pendidikan jika tidak ada penyebabnya. Adanya kemungkinan dunia industri beranggapan bahwa dengan penerapan manajemen bisnis di dunia pendidikan dapat meningkatkan mutu lulusan dan memenuhi standar kualifikasi yang commit to user dibutuhkan dunia industri. Maka, pada saat itulah diperlukan suatu sistem 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
manajemen yang mampu memberdayakan institusi pendidikan agar lebih bermutu. Dan sistem manajemen yang berlandaskan pada kepuasan pelanggan sebagai prioritas utama namun dapat diterapkan dalam dunia pendidikan adalah manajemen mutu terpadu pendidikan. Jenjang pendidikan yang terlihat menerapkan manajemen mutu pendidikan terpadu adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal ini mengingat lulusan dari SMK diharapkan dapat segera diserap oleh dunia kerja. Hal tersebut
membuat
institusi pendidikan ini sebisa mungkin menyiapkan lulusan yang memenuhi standar kualifikasi tertentu untuk kepuasan dunia kerja. Penerapan TQE di SMK sangat terlihat perwujudannya pada penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) tertentu untuk meningkatkan kualitas mutu dari sekolah tersebut. SMM yang kini banyak digunakan di SMK adalah SMM ISO 9001:2008. Berdasarkan wawancara singkat dengan kepala SMK Pancasila Surakarta, beliau menyampaikan bahwa tujuan penerapan SMM ISO 9001:2008 bertujuan untuk meningkatkan kualitas mutu sekolah yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusannya yang berdampak pada meningkatnya kepercayaan dunia kerja terhadap lulusan SMK dan apabila lulusannya dapat diserap oleh dunia kerja dengan baik diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat dan calon siswa untuk mendaftar di sekolah tersebut. Berdasarkan hal tersebut peneliti menemukan celah pada penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK. Berdasarkan wawancara singkat kepada staff kurikulum sekolah pada kegiatan survey awal peneliti menyimpulkan dari hasil wawancara tersebut yaitu tidak ada hubungan langsung antara SMM ISO 9001:2008 dengan peningkatan mutu lulusan SMK, meskipun dengan menyandang setifikat tersebut pada awalnya kepercayaan dunia kerja dan masyarakat meningkat. Namun, tentu perlu diketahui bahwa untuk menghasilkan kualitas lulusan terbaik perlu dilihat proses pembentukan lulusan tersebut. Seberapa efektifkah penerapan SMM ISO 9001:2008 dalam proses menghasilkan lulusan dengan kualitas terbaik. Seperti diketahui apabila kualitas proses yang dijalankan sudah memenuhi standar, tentu menghasilkan lulusan dengan kualitas yang diharapkan. Proses yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
Penelitian ini difokuskan pada proses pembelajaran karena proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan yang dialami siswa selama menempuh pendidikan di sekolah. Hal ini berdasarkan pada pendapat Alim Sumarno (2011) yang menyatakan: “Aktivitas proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan, sedangkan guru adalah salah satu pemegang utama di dalam menggerakkan kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan” (1). Pernyataan ini senada juga dengan pernyataan dari Fathurrohman (2007) (mengutip pernyataan dari Sudjana 1991) bahwa: “Dalam seluruh proses pendidikan, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara professional”. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperhatikan mengenai kualitas pembelajaran di sekolah agar hasil dari proses pembelajaran yang diterima oleh siswa selama menempuh pendidikan di sekolah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu SMK yang menerapkan SMM ISO 9001:2008 adalah SMK Pancasila Surakarta. Peneliti bermaksud melakukan penelitian di SMK ini dengan alasan bahwa SMK ini tergolong baru dalam menerapkan SMM tersebut di sekolahnya. Tentunya banyak perubahan dalam masa transisi ketika sekolah tersebut ketika menerapkan manajemen mutu terpadu di sekolahnya. Dengan demikian peneliti beranggapan bahwa akan lebih terlihat jelas efektivitas dari penerapan SMM ISO 9001:2008 pada proses pembelajaran di sekolah tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian mengenai “Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Pada Proses Pembelajaran Siswa Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.”
B. Perumusan Masalah commit to user
Di SMK Pancasila
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, untuk mengetahui efektivitas peranan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta, maka penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana efektivitas penerapan SMM ISO 9001:2008 berperan dalam proses pembelajaran siswa di SMK Pancasila Surakarta ? 2. Seberapa efektifkah penerapan SMM ISO 9001:2008 berperan dalam proses pembelajaran siswa di SMK Pancasila Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka tujuan dari penelitian dapat ditujukan sebagai berikut : 1. Untuk memperoleh pengetahuan bagaimana efektivitas penerapan SMM ISO 9001:2008 berperan dalam proses pembelajaran siswa di SMK Pancasila Surakarta. 2. Untuk memperoleh pengetahuan seberapa efektifkah penerapan SMM ISO 9001:2008 berperan dalam proses pembelajaran siswa di SMK Pancasila Surakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Yang Bersifat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengetahuan teoritis untuk pengembangan penelitian – penelitian sejenis pada masa yang akan datang. b. Hasil penelitian ini akan dapat memperkaya khasanah penelitian khususnya dalam bidang pendidikan. c. Sebagai informasi bagi sekolah dan mahasiswa untuk mengetahui efektivitas penerapan SMM ISO 9001:2008 pada proses pembelajaran siswa di sekolah agar dapat ditindak lanjuti untuk dikembangkan dan ditingkatkan upayaupaya yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja pihak sekolah untuk menghasilkan lulusan sekolah yang siap bersaing dan dipercaya di dunia kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
2. Manfaat Yang Bersifat Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan khususnya SMK Pancasila Surakarta
dalam
upaya
mengembangkan
dan
memajukan
proses
pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan yang siap bersaing di dunia kerja sesuai dengan bidang keahliannya masing - masing. b. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan yang penting bagi SMK Pancasila Surakarta untuk meningkatkan mutu sekolah dan mengembangkan proses pembelajaran
ke arah yang lebih baik agar
kepercayaan dunia kerja dan masyarakat kepada sekolah semakin meningkat. c. Hasil penelitian mengenai efektivitas proses pembelajaran ini dapat dijadikan balikan (feed-back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Efektivitas Berdasarkan arti secara leksikal, “efektivitas” berasal dari kata “effective” yang artinya berhasil, ditaati, mengesankan, berlaku, mujarab, manjur dan mustajab. (John M. Echols, 1995: 207). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) partikel kata “efektif” adalah ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna, dan keefektifan” (hlm. 352). Efektivitas dapat diartikan sebagai indikator yang dapat menunjukkan keefektifan sesuatu yang diberikan berdasarkan perlakuan, penerapan, dan tindakan tertentu yang diberikan pada suatu hal tertentu yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu, suatu pekerjaan atau rancangan program bisa dikatakan efektif apabila pekerjaan atau rancangan program yang dilakukan dan dijalankan oleh orang atau organisasi tersebut telah mengesankan, berhasil, dan dirasakan manfaatnya oleh orang lain dalam mencapai suatu tujuan tertentu yang telah menjadi sasaran bersama. Bahkan, hal tersebut akan menjadi sesuatu yang mempengaruhi seluruh komponen yang ada di dalam organisasi. Sesuatu yang mempengaruhi tersebut adalah sesuatu yang berupa aturan-aturan atau kebijakan yang mengatur seluruh komponen organisasi, maka langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan oleh seorang pemimpin pendidikan dalam hal ini kepala sekolah adalah langkah strategis yang akan membawa implikasi atau efek yang benar-benar berlaku, tepat guna, serta bermanfaat bagi seluruh jajaran atau komponen organisasi yang dipengaruhi dalam lingkungan sekolah (pendidikan). Umiarso dan Imam Gojali mengemukakan (mengutip dari Hadari Nawawi,
2003)
bahwa:
“Keberhasilan
manajemen
pendidikan
adalah
produktivitas pendidikan yang dapat dilihat pada prestasi atau efektivitas dan commit to user dapat dilihat pada masukan yang efisiensi” (2011: 284). Aspek efektivitas 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
merata, proses yang bagus dan berkualitas, output yang banyak secara kuantitas dan bermutu tinggi secara kualitas, serta kemampuan atau skill pada output yang sesuai dengan kebutuhan (needs) masyarakat yang sedang membangun. Sejalan dengan itu, Depdikbud mengidentifikasikan efektivitas sekolah dalam dua kelompok, yaitu efektivitas internal dan efektivitas eksternal. Efektivitas internal menunjuk pada keluaran pendidikan yang tidak diukur secara moneter, seperti prestasi belajar dan jumlah lulusan. Adapun efektivitas eksternal menunjuk pada keluaran yang bersifat moneter, seperti tingkat penghasilan lulusan. “Efektivitas” dalam tataran aplikasinya di lembaga pendidikan mengandung beberapa indikator yang mengacu pada tahapan-tahapan (input, process, output, dan outcome). Tahap tiap-tiap indikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator input meliputi karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan dan materi pendidikan, serta kapasitas manajemen. Indikator process meliputi perilaku adiministrasi, alokasi waktu guru, dan alokasi waktu peserta didik. Indikator output berupa hasil-hasil dalam bentuk perolehan peserta didik dan dinamikanya sistem sekolah, hasil-hasil yang berhubungan dengan perubahan sikap, serta hasil-hasil yang berhubungan dengan keadilan dan kesamaan. Sedangkan indikator outcome meliputi jumlah lulusan ke tingkat pendidikan berikutnya, prestasi belajar di sekolah yang lebih tinggi, pekerjaan, serta pendapatan. Apabila dihubungkan antara efektivitas dengan kinerja guru, maka tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, baik sifatnya instruksional maupun tujuan pengiring, akan dapat dicapai secara optimal jika dapat diciptakan dan dipertahankan dengan kondisi yang menguntungkan bagi peserta didik. Dalam setiap proses pengajaran, kondisi ini harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat dihindarkan kondisi yang merugikan (usaha pencegahan) dan mengembalikan kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta didik di dalam kelas (usaha kuratif). Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif. commit to user Apabila memenuhi syarat-syarat berikut. Pertama, diketahui secara tepat faktor-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
faktor yang dapat menunjang atau mempengaruhi terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar. Kedua, dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul serta dapat merusak iklim belajar mengajar. Ketiga, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan. Jadi, kondisi yang menguntungkan di dalam kelas merupakan persyarat utama bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Hubungan antara efektivitas dengan pembahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana melihat proses penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 dapat memberikan dampak tertentu pada proses pembelajaran di sekolah. Seharusnya dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 sebagai wujud dari penerapan manajemen mutu terpadu pendidikan efektivitas dari SMM ini dapat memberikan sumbangsih positif dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Pentingnya mengetahui efektivitas penerapan SMM ISO 9001:2008 terutama di sekolah yang memiliki visi untuk terus meningkatkan kualitas mutu sekolahnya tentunya diharapkan dapat mengoptimalkan standar yang diterapkan oleh SMM tersebut. Karena dengan mengetahui efektivitasnya maka dapat diketahui hal-hal apa saja yang belum terlaksana secara maksimal yang kemungkinan menjadi salah satu penyebab kurang maksimalnya hasil padahal sekolah sudah menyandang gelar bersertifikat SMM ISO 9001:2008.
2. Model Evaluasi CIPP (Context Input Process Product) Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan para evaluator. Model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk. (1967) di Ohio State University. Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan (a decission oriented evaluation approach structured). Tujuan dari penerapan model evaluasi ini adalah untuk membantu administrator (kepala sekolah dan guru) di dalam membuat keputusan. Zainal Arifin (mengutip dalam Stufflebeam, 1973) menyatakan, Evaluasi diartikan sebagai suatu proses mendeskripsikan, memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
keputusan (2011:78). CIPP yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu : a. Context evaluation to serve planning decision (evaluasi terhadap konteks) Yaitu
konteks
evaluasi
untuk
membantu
administrator
merencanakan keputusan menentukan kebutuhan program, dan merumuskan tujuan program.
b. Input evaluation, structuring decision (evaluasi terhadap masukan) Kegiatan evaluasi bertujuan untuk membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber alternatif apa yang akan diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.
c. Process evaluation, to serve implementing decision (evaluasi terhadap proses) Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk membantu melaksanakan keputusan. Pertanyaan yang harus Anda jawab adalah sejauh mana suatu rencana telah dilaksanakan, apakah rencana tersebut sesuai dengan prosedur kerja, dan apa yang harus diperbaiki.
d. Product evaluation, to serve recycling decision (evaluasi terhadap hasil) Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk membantu keputusan selanjutnya. Pertanyaan yang harus Anda jawab adalah hasil apa yang telah dicapai dan apa yang dilakukan setelah program berjalan. Proses evaluasi tidak hanya berakhir dengan suatu description mengenai keadaan sistem yang bersangkutan, tetapi juga harus sampai pada pengambilan suatu keputusan sebagai perwujudan dari penerapan kesimpulan hasil evaluasi tersebut. Model ini menuntut agar hasil evaluasi digunakan sebagai input untuk decision making dalam rangka penyempurnaan sistem secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan adalah Penilaian Acuan user ini, kita dapat melihat perincian Norma (PAN) tentang commit model to CIPP
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
penjelasan keempat dimensi tersebut dari segi tujuan, metode, dan hubungannya dengan pembuatan keputusan. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP yang disebutkan di atas merupakan sasaran evaluasi yang tidak lain adalah komponen proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah model yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Seorang ahli evaluasi dari University of Washington bernama Gilbert Sax (1980) memberikan arahan kepada evaluator tentang bagaimana mempelajari tiap-tiap komponen yang ada dalam setiap program yang dievaluasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Model ini sekarang diempurnakan dengan satu komponen O, singkatan dari Outcome (s) sehingga menjadi model CIPPO. Model CIPP hanya berhenti pada mengukur output (product), jika product berhenti pada lulusan, sedangkan outcome (s) sampai pada bagaimana kiprah lulusan tersebut di masyarakat atau di pendidikan lanjutannya, atau untuk product pabrik, bukan hanya mengandalkan kualitas barang, tetapi pada kepuasan pemakai atau konsumen.
3. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan a. Konsep Manajemen Nur Zazin (2011) mengungkapkan bahwa, “Secara etimologi, manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage sinonim dari to hand berarti mengurus, to control berarti memeriksa, to guide berari memimpin” (hlm.
27).
Sedangkan
menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
(2011)manajemen berarti “penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran” (hlm. 870). Senada dengan hal tersebut Nur Zazin (2011) menyatakan bahwa : Manajemen berarti ilmu dan seni dalam upaya memanfaatkan sumber daya manusia dan daya lain dalam kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengawasi yang dilakukan secara efektif dan efisien dengan melibatkan peran seluruh anggota secara aktif dalam mencapai commit totujuan user yang ditentukan (hlm. 28).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Berdasarkan beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan mengenai pengertian manajemen adalah ilmu mengenai memanfaatkan dan mengontrol sumber daya manusia dan daya yang lainnya melalui proses merencanakan,
mengorganisasikan,
melaksanakan
dan
melakukan
pengawasan yang dilakukan secara efektif dengan melibatkan seluruh anggota yang berperan di dalamnya untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan. Dasar manajemen adalah mengapa ilmu manajemen muncul dan terus berkembang sesuai perkembangan jaman adalah karena sifat manusia yang diwujudkan dalam sikapnya yang sangat kompleks dan dalam kehidupannya berperan sebagai mahkluk sosial dan mahkluk individual mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi aktivitas dan reaksinya dalam menghadapi dan menangani sesuatu dalam mencapai tujuan hidupnya. Dalam mencapai tujuan hidupnya, manusia membutuhkan kerja sama dengan sesamanya dalam bentuk interaksi untuk mencapai tujuan yang diiinginkannya. Terutama apabila manusia tersebut hidup dalam sebuah organisasi yang melibatkan banyak orang di dalamnya maka memerlukan ilmu yang menuntunnya bagaimana mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dengan demikian, untuk mencapai kesuksesan dalam pencapaian tujuan yang diinginkannya manusia selalu berusaha menemukan berbagai cara terbaik diantaranya adalah dengan mengatur organisasi di mana ia terlibat di dalamnya. Berdasarkan beberapa hal di atas sudah cukup menerangkan kepada kita bahwa sangat pentingnya peran manajemen sebagai faktor penentu keberhasilan mencapai tujuan tertentu yang manusia inginkan. Begitu pula dengan pendidikan memerlukan sistem manajemen yang lebih efektif dan tepat
sasaran.
Maka
diperlukan
suatu
manajemen
tertentu
untuk
meningkatkan kualitas mutu institusi pendidikan agar baik secara proses commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
pengolahan maupun output dari institusi pendidikan tersebut lebih tepat sasaran.
b. Konsep Mutu Bagi setiap institusi, mutu adalah salah satu prioritas utama dalam perencanaan kerja mereka. Dan peningkatan mutu terlihat menjadi tugas yang tidak pernah selesai. Begitu pula halnya dengan institusi pendidikan di Indonesia yang kini sedang berusaha keras untuk mencari pola terbaik dalam hal meningkatkan mutu pendidikan. Berbagai hal sudah coba untuk diterapkan dalam rangka meningkatkan mutu tersebut. Dan kini muncul sebuah paradigma baru dalam dunia pendidikan yaitu menerapkan konsep manajemen bisnis dari dunia industri ke dunia pendidikan. Tentunya hal ini dilakukan agar institusi pendidikan lebih tepat sasaran dalam menghasilkan output lulusannya agar kualitas mutu yang diharapkan oleh dunia industri dapat tercapai. Karena tentunya output dari institusi pendidikan pada akhirnya akan berkecimpung di dunia kerja dalam hal ini difokuskan pada dunia industri. Maka dari hal itu, pengelolaan proses yang baik akan menentukan kualitas mutu yang dihasilkan oleh institusi pendidikan. Mutu memiliki pengertian yang beragam dan memiliki penerapan yang berbeda tergantung pada konteks apa digunakannya. Nur Zazin (2011) mengungkapkan (mengutip Gasperz, 2002) menyatakan bahwa: Mutu memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi, dari konvensional sampai modern. Definisi konvensional mendefinisikan karakteristik langsung dari suatu produk, sedangkan definisi modern menjelaskan mutu adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (hlm. 54) Mutu juga dapat didefinisikan sebagai keseluruhan karakteristik produk yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi permintaan (persyaratan yang ditetapkan) customer, baik yang tersurat, maupun yang tersirat. Unsur-unsur tersebut dapat dijabarkan sebagai persyaratan mutu yaitu: spesifikasi, jumlah harga, dan waktu penyerahan. Dalam kaitannya commit to user mengenai jaminan mutu. Jaminan dengan mutu, juga termasuk di dalamnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
mutu (quality assurance) adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang
diterapkan
di
dalam
sistem
manajemen
mutu
(bila
perlu
didemonstrasikan) untuk meyakinkan bahwa suatu produk akan memenuhi persyaratan mutu. Jaminan mutu memiliki kontrol akhir yang disebut dengan pengendalian mutu. Pengendalian mutu (quality control) adalah teknik dan kegiatan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu. Mutu dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga dengan istilah, mutu sesuai persepsi (quality in perception). Mutu ini bisa disebut sebagai mutu yang hanya ada di mata orang yang melihatnya. Ini merupakan definisi yang sangat penting. Sebab, ada satu resiko yang seringkali kita abaikan dari definisi, yaitu kenyataan bahwa para pelanggan adalah pihak yang membuat keputusan terhadap mutu. Dan mereka melakukan penilaian tersebut dengan merujuk pada produk terbaik yang bisa bertahan dalam persaingan. Meskipun mutu dapat didefinisikan sebagaimana seperti tercantum di atas namun sebenarnya untuk mengerti betul mengenai konsep mutu sangatlah dinamis. Seperti yang dinyatakan Edward Sallis (2011) bahwa, “Mutu merupakan suatu ide yang dinamis, sedang definisi-definisi yang kaku sama sekali tidak akan membantu” (hlm. 51).
Berdasarkan hal tersebut
konsep pemahaman mengenai mutu tergantung pada kondisi dan situasi dimana mutu tersebut ditempatkan. Seperti disebutkan di atas mutu digunakan sebagai konsep yang relatif tergantung dari kondisi dan situasi penempatannya. Pengertian ini digunakan dalam TQM. Definisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan standar atau belum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
c. Konsep Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan Manajemen mutu terpadu atau yang lebih sering disebut sebagai TQM (Total Quality Management) pada dasarnya merupakan suatu pendekatan pengendalian mutu melalui penumbuhan partisipasi karyawan. Veithzal Rivai dan Sylviana Murni (2010) menyatakan bahwa, “TQM merupakan mekanisme formal dan dilembagakan yang bertujuan untuk mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada partisipasi dan kreativitas karyawan” (hlm. 478). Edward Sallis (2011) menyatakan bahwa: ”TQM adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus-menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggan, saat ini dan untuk masa yang akan datang” (hlm. 73). Salah satu hal yang menonjol dalam TQM adalah perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Perbaikan berkelanjutan didasarkan pada dua ide pokok, perbaikan sistematik dan perbaikan iteratif. Dalam perbaikan sistematik, perbaikan-perbaikan dijabarkan dari penggunaan alat dan pendekatan ilmiah dan suatu struktur untuk upaya tim atau individu. Pendekatan ilmiah mempertimbangkan berbagai kemungkinan solusi, dan memilih tidak hanya yang paling menonjol, tetapi yang terbaik, yang teridentifikasikan secara faktual. Pengendalian mutu terpadu merupakan suatu sistem manajemen yang melibatkan semua unsur kepagawaian di lingkungan suatu perusahaan, baik sektor barang atau good product maupun sektor jasa atau servis. Veithzal Rivai dan Sylviana Murni (2010) menyatakan bahwa: “Tujuan dari penerapan sistem TQM adalah untuk meningkatkan mutu, efisiensi, dan efektivitas produksi, baik di lingkungan industri maupun institusi lainnya” (hlm. 480) Sistem TQM merupakan dasar manajemen dalam penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO seri tahun 1994 dan ISO 9001 versi tahun 2000 serta commitManajemen to user dasar untuk penerapan Sistem Lingkungan ISO 14001 tahun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
1996. Oleh karena itu, bagi perusahaan atau lembaga pendidikan yang telah menerapkan sistem TQM bila ingin disertifikasi untuk Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 atau Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 lebih mudah dan lebih cepat dalam proses penyiapan dokumentasi dan sertifikasinya, apabila dibandingkan dengan perusahaan yang tidak pernah menerapkan sistem TQM , sehingga hal ini merupakan suatu keuntungan yang positif karena terjadi penghematan biaya untuk kegiatan konsultasi dan penulisan dokumentasi. Prinsip dari pada pengendalian mutu terpadu (TQM) adalah bahwa sistem manajemen TQM melibatkan semua elemen karyawan mulai dari top pimpinan atau “Top Management” sampai dengan pelaksana teknis/operator “button up management.” Sistem TQM harus dipahami, dimengerti, dan diterapkan secara sinergis, efisien dan efektif dalam semua aktivitas di lingkungan perusahaan demi tercapainya tujuan, sasaran dan target produktivitas sesuai dengan kebijakan pimpinan puncak. Beberapa prinsip dalam penerapan sistem TQM adalah sebagai berikut. 1) Merupakan komitmen pimpinan puncak (Top Management). 2) Pengertian “total” yaitu terpadu yang berarti manajemen yang diterapkan melibatkan seluruh aparat di lingkungan perusahaan. 3) Apabila terjadi kekurangan atau kelemahan baik secara sengaja atau tidak sengaja yang sangat berdampak pada menurunnya efisiensi dan efektvitas produksi, secara serius hal ini harus dicermati dan ditangani secara tuntas serta segera dicari titik permasalahannya dan dilakukan tindakan perbaikan (continuous improvement) yang berkelanjutan, misalnya meningkatkan kelompok diskusi tingkat supervisor untuk membahas dan menyelesaikan data/statistik pada sore hari (statistical activies and monitoring), pemecahan masalah yang diperoleh (solving problem), pendidikan
dan
pelatihan
teknis
langsung
kepada
staf
yang
berkepentingan menangani permasalahan di lapangan (training and education). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
4) Ditetapkan aturan-aturan kesepakatan yang dijadikan sebagai kebijakan tertulis dan merupakan alat atau “tools” dalam operasional sistem TQM. Berdasarkan keempat prinsip dasar sistem TQM tersebut dapatlah disimpulkan bahwa sistem TQM sangatlah bermanfaat, tepat dan positif untuk diterapkan di lingkungan sekolah, selain itu juga bermanfaat bagi sistem kepemimpinan (managerial) pada kondisi saat ini. Setelah mengetahui konsep TQM yang diterapkan pada dunia industri, kemudian kita akan melihat bagaimana TQM di terapkan di dunia pendidikan yang lebih populer dengan sebutan TQE (Total Quality Education). TQE di sini dapat dipahami sebagai manajemen mutu total pendidikan, seperti halnya pada produksi mutu total yang berarti mutu total produksi. Mutu total pendidikan
seharusnya tidak dikacaukan dengan
pemikiran tentang pelatihan dalam konsep mutu total. Veithzal Rivai dan Sylviana Murni (2010) menyatakan bahwa: “Mutu Total Pendidikan (TQE) di sini berarti setiap orang merasa terikat untuk memenuhi atau bahkan melampaui harapan pelanggan pendidikan” (hlm.495). Kontribusi dari Guru Mutu Total ini akan diterapkan pada pendidikan dalam bentuk prinsipprinsip. Edward
Sallis
(2011)
menyatakan
bahwa:
“Strategi
yang
dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa” (hlm. 6) Berdasarkan pernyataan tersebut sebuah institusi pendidikan memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang diinginkan (customer). Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang memiliki standar kualifikasi tertentu yang sudah ditetapkan oleh pelanggan tersebut dan memberikan kepuasan kepada mereka. Oleh karena itu, diperlukan sistem manajemen mutu yang mampu mengoptimalkan kinerja institusi pendidikan agar lebih bermutu. Edward Sallis (2011) menyatakan: Manajemen pendidikan mutu terpadu berlandaskan pada kepuasan pelanggan sebagai sasaran commitutama. to userPelanggan dapat dibedakan menjadi pelanggan dalam (internal customer) dan pelanggan luar (external
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
customer). Dalam dunia pendidikan yang termasuk pelanggan dalam adalah pengelola institusi itu sendiri, misalkan manajer, guru, staff, dan penyelenggara institusi. Sedangkan yang termasuk pelanggan luar adalah masyarakat, pemerintah dan dunia industri. Jadi, suatu institusi pendidikan disebut bermutu apabila antara pelanggan internal dan eksternal telah terjalin kepuasan atau jasa yang diberikan (hlm. 6). Berdasarkan pernyataan yang di atas sudah jelas mengenai sasaran kepuasan yang harus dicapai oleh institusi pendidikan yang menerapkan manajemen pendidikan mutu terpadu yaitu pelanggan dalam dan pelanggan luar. Dengan demikian tiap institusi pendidikan dapat menerapkan strategi yang tepat berdasarkan sasaran kepuasan yang ingin dicapai. 1) Pendidikan Dan Pelanggannya Kita telah mendefinisikan institusi pendidikan sebagai pemberi jasa. Jasa-jasa ini meliputi pemberian beasiswa, penilaian, dan bimbingan bagi para pelajar, para orang tua dan para sponsor mereka. Para pelanggan terdiri dari dari berbagai macam golongan dan perlu diidentifikasikan. Jika tujuan mutu adalah memenuhi kebutuhankebutuhan pelanggan, maka hal penting yang perlu diperjelas adalah kebutuhan dan keinginan siapa yang harus dipenuhi? Di tingkat inilah pentingnya membicarakan gagasan tentang „pelanggan‟ dalam konteks pendidikan. Bagi beberapa pendidik, istilah „pelanggan‟ jelas sekali memiliki nada komersial yang tidak dapat diaplikasikan dalam pendidikan. Mereka lebih suka menggunakan istilah klien. Klien, dengan konotasi jasa professional yang menyertainya dianggap sebagai istilah yang jauh lebih tepat dibanding pelanggan. Sementara itu, yang lainnya ada yang menolak bahasa seperti itu dan menurut mereka akan lebih tepat jika menggunakan istilah pelajar atau murid. Dalam penelitian ini menggunakan kata pelanggan dan pelajar, dan tidak bermaksud untuk mempersoalkan mereka yang menggunakan istilah-istilah lain. Selain itu, ada juga yang mencoba membuat perbedaan antara istilah „klien‟ ~~yang biasanya menerima jasa pendidikan, seperti commit to user beasiswa~~ dengan „pelanggan‟ ~~yang membayar untuk mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
pendidikan. Dalam penelitian ini, pelanggan digunakan sebagai istilah untuk kedua bentuk istilah di atas dan terpisahkan ke dalam beberapa jenis. Edward Sallis (2011) mengungkapkan bahwa: „Pelanggan utama‟ yaitu pelajar yang secara langsung penerima jasa, „pelanggan kedua‟ yaitu orang tua, gubernur atau sponsor pelajar yang memiliki kepentingan langsung secara individu maupun institusi, dan „pelanggan ketiga‟ yaitu pihak yang memiliki peran-peran penting, meskipun tak langsung, seperti pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan (hlm. 67). Keragaman pelanggan tersebut membuat seluruh institusi pendidikan harus lebih memfokuskan perhatian mereka pada keinginan para pelanggan dan mengembangkan mekanisme untuk merespon mereka. Hal penting didefinisikan secara jelas adalah sifat jasa yang diberikan oleh institusi kepada pelanggannya. Hal ini sama pentingnya dengan menciptakan dialog yang baik dan terus menerus dengan mereka. Bentuk pemasaran yang paling baik dalam pendidikan adalah pemasaran yang lebih oleh para pelajar untuk kepentingan mereka masing-masing. Satu hal yang perlu diingat adalah kesuksesan pelajar adalah kesuksesan adalah institusi pendidikannya.
2) Produk Pendidikan Setelah sebelumnya mengetahui mengenai konsep mutu. Yang pertama adalah apa produknya dan yang kedua adalah siapa pelanggannya. Yang dimaksud dari produk pendidikan adalah pelajar atau peserta didik. Pelajar atau peserta didik seringkali dianggap sebagai produk dari pendidikan. Dalam pendidikan kita sering mengatakan seolah-seolah pelajar adalah hasil dari pendidikan, khususnya dengan merujuk pada penerapan disiplin dan cara bersikap di institusi-institusi tertentu. Pendidikan seolah-olah merupakan sebuah jalur produksi. Masalah dari pernyataan di atas adalah sulitnya menerapkan definisi tersebut dalam dunia pendidikan yang bersifat praktis. Karena produk adalah sebuah subyek dari proses jaminan mutu, to user produsen adalah menentukan dan maka hal pertama yangcommit harus dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
mengontrol sumber persediaan. Kedua, „bahan mentah‟ harus melewati sebuah atau beberapa proses standar yang telah ditetapkan, dan hasil produksi harus dapat memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan didefinisikan sebelumnya. Model semacam ini tidak mudah ditetapkan dalam pendidikan. Model semacam itu menuntut adanya suatu seleksi awal bagi pelajar yang hendak diproses. Beberapa sektor pendidikan memang mempraktekkan hal ini, tapi banyak juga yang menerapkan prinsip komprehensif yang terbuka untuk semua kalangan. Walaupun demikian, dari sinilah kemudian analogi tersebut mulai gugur. Saat proses pendidikan, semisal kurikulum nasional serta spesifikasi standar dan kompetensi, telah berhasil mengembangkan standarisasi proses, maka pendidikan akan berubah menjadi apa-apa selain keseragaman. Menghasilkan pelajar dengan standar jaminan tertentu adalah hal yang mustahil. Edward Sallis mengungkapkan (mengutip dalam Lynton Gray) bahwa, “Manusia tidak sama, dan mereka berada dalam situasi pendidikan dengan pengalaman, emosi, dan opini yang tidak bisa disama ratakan” (2011: 62). Menilai mutu pendidikan sangat berbeda dari memeriksa hasil produksi pabrik atau menilai sebuah jasa”. Kesimpulan dari pernyataan di atas adalah ide tentang pelajar sebagai produk menghilangkan kompleksitas proses belajar dan keunikan setiap individu pelajar. Lalu bagaimana sebaiknya kita mendefinisikan produk jika dalam konteksnya pendidikan. Oleh karena itu, perlu dipahami lebih lanjut bahwa institusi pendidikan bukanlah sebuah industri yang menghasilkan sebuah produk dalam proses produksi melainkan sebuah bentuk penyediaan jasa atau layanan. Perlunya dengan jelas membedakan kedua hal ini karena ada perbedaan fundamental antara keduanya yang akan melahirkan bagaimana mutu keduanya dapat dijamin.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
4. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 a. Pengertian ISO 9001:2008 ISO 9000 adalah suatu sistem terpadu untuk mengoptimalkan efektivitas mutu suatu perusahaan, dengan menciptakan sebuah kerangka kerja untuk untuk peningkatan yang berkesinambungan. Sistem manajemen kualitas formal yang berlaku secara internasional adalah sistem manajemen ISO 9000. ISO 9000 adalah nama generik untuk sistem manajemen kualitas internasional yang dikeluarkan pertama kali pada tahun 1987 oleh Organisasi Internasional untuk Standarisasi (The International Organization for Standardization = ISO) yang bermarkas di Genewa, Switzerland. ISO 9000 merupakan suatu seri dari standar-standar internasional untuk sistem kualitas, yang memspesifikasikan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan untuk penilaian dari suatu sistem manajemen dengan tujuan untuk menjamin bahwa perusahaan akan menyerahkan barang atau jasa yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. ISO 9000 bukan merupakan suatu standar produk, karena ISO 9000 tidak memuat suatu persyaratan spesifik yang harus dipenuhi oleh suatu produk (barang atau jasa). ISO 9000 merupakan standar sistem manajemen kualitas internasional, karena ISO 9000 memuat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh sistem manajemen menghasilkan suatu produk (barang atau jasa). Seri ISO 9000 dapat dikelompokkan kedalam dua tipe dasar standar, yaitu (1) seri-seri ISO 9000 yang memuat persyaratan standar sistem kualitas, dan (2) seri-seri ISO 9000 yang berkaitan dengan petunjuk untuk pedoman manajemen kualitas. Seri-seri ISO 9000 yang tergolong kedalam standarstandar sistem kualitas yaitu ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 9003. Sedangkan seri-seri ISO 9000 yang tergolong kedalam petunjuk aplikasi manajemen kualitas adalah ISO 9004 beserta bagian-bagiannya. ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 9003 yang merupakan seri standar sistem kualitas memiliki elemen-elemen yang diperlukan dan harus dipenuhi, yaitu: commit (Management to user 1) Tanggung Jawab Manajemen Responsibility).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
2) Sistem Mutu (Quality System). 3) Tinjauan Kontrak (Contract Review). 4) Pengawasan Desain (Design Control). 5) Pengawasan Dokumen dan Data (Document and Data Control). 6) Pembelian (Purchasing). 7) Pengawasan Produk yang Dipasok Pelanggan (Control of Customer Supplied Product). 8) Identifikasi dan Kemampuan Penelusuran Produk (Product Identification and Tracebility). 9) Pengendalian Proses (Proces Control). 10) Inspeksi dan Pengujian (Inspection and Testing). 11) Pengawasan Atas Peralatan Inspeksi, Pengukuran dan Pengujian Atau Kalibrasi (Control Of Inspection, Measuring, and Text Equipment Or Calibration). 12) Status Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection and Text Status). 13) Pengawasan dari Produk yang Tak Sesuai (Control of Nonconforming Product). 14) Tindakan Perbaikan dan Pencegahan (Corrective and Preventif Action). 15) Pengangkatan, Penyimpanan, Pengepakan, Pengepakan, Pengawetan dan Pengiriman (Handling, Storage, Packaging, Preservation and Delivery). 16) Perekaman dari Pengawasan Mutu (Control of Quality Records). 17) Audit Mutu Iternal (Internal Quality Audits). 18) Pelatihan (Training). 19) Pelayanan (Servicing). 20) Teknik Statistik (StatisticTechniques). ISO 9001 merupakan model sistem jaminan kualitas dalam desain/pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan. 2008 merupakan seri terbaru dari sebagai bentuk penyempurnaan atas revisi tahun 2000. Adapun perbedaan antara versi 2000 dengan 2008 secara signifikan lebih menekankan pada efektivitas proses yang dilaksanakan dalam organisasi to user tersebut. Jika pada versi commit 2000 mengatakan harus dilakukan corrective dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
preventiveaction, maka versi 2008 menetapkan bahwa proses corrective dan preventiveaction yang dilakukan harus secara efektif berdampak positif pada perubahan proses yang terjadi dalam organisasi. Selain itu, penekanan pada kontrol proses outsourcing menjadi bagian yang disoroti dalam versi terbaru ISO 9001 ini. Dari beberapa uraian sebelumnya diatas baik mengenai manajemen, mutu dan SMM ISO 9001:2008 yang memiliki kaitan satu sama lain yang kemudian
didapatkan
kesimpulan
mengenai
pengertian
SMM
ISO
9001:2008. 1) Manajemen adalah ilmu mengenai memanfaatkan dan mengontrol sumber daya manusia dan daya yang lainnya melalui proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan melakukan pengawasan yang dilakukan secara efektif dengan melibatkan seluruh anggota yang berperan di dalamnya untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan. 2) Mutu digunakan sebagai konsep yang relatif tergantung dari kondisi dan situasi penempatannya. Pengertian ini digunakan dalam TQM. Definisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan standar atau belum. 3) ISO
9001:2008
merupakan
model
sistem
manajemen
kualitas
internasional untuk mengoptimalkan efektivitas mutu suatu perusahaan, dengan menciptakan sebuah kerangka kerja untuk peningkatan yang berkesinambungan yang bergerak pada bidang desain/pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan. Agus Syukur (2010) menyatakan mengenai pengertian SMM ISO 9001:2008
bahwa,
manajemen
mutu
“ISO 9001:2008
menetapkan persyaratan untuk
di
organisasi
mana
suatu
harus
menunjukkan
kemampuannya untuk memberikan produk dan memenuhi persyaratan commitdan to peraturan” user pelanggan dan pedoman hokum (hlm. 49).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dapat diartikan sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan ukuran baik buruk suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang atau jasa yang bersifat
absolut
dan
relatif
yang
berkualitas
internasional
untuk
mengoptimalkan efektivitas mutu suatu perusahaan, dengan menciptakan sebuah kerangka kerja untuk peningkatan yang berkesinambungan yang bergerak pada bidang desain/pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan.
b. Prinsip Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Dalam menyukseskan proses ada beberapa pilar yang digunakan demi menyukseskan proses implementasi ISO 9001 ini, maka ditetapkanlah delapan prinsip manajemen mutu yang bertujuan untuk mengimprovisasi kinerja sistem agar proses yang berlangsung sesuai dengan fokus utama yaitu effectivitas continual improvement, delapan prinsip manajemen mutu tersebut adalah : 1) Delapan Prinsip Manajemen Mutu a) Fokus Pada Pelanggan Kelangsungan hidup suatu perusahaan/organisasi sangat ditentukan
bagaimana
pandangan
pelanggan
terhadap
perusahaan/organisasi tersebut. Suatu perusahaan/organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan karena pelanggan adalah kunci meraih keuntungan. Oleh karena itu organisasi harus memahami kebutuhan/keinginan pelanggan baik saat ini maupun di masa mendatang, agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan dan mampu melebihi harapan pelanggan. Manfaat penting yang diperoleh pada organisasi dengan menerapkan prinsip fokus pada pelanggan yaitu : (1) Meningkatnya keuntungan dan mendapat perolehan pangsa pasar yang cepat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
(2) Meningkatnya penggunaan sumber daya organisasi yang efektif untuk mempertinggi kepuasan pelanggan. (3) Meingkatnya loyalitas pelanggan. Penerapan prinsip pertama ini secara optimal nanatinya akan mengarah pada hal-hal berikut: (1) Menyelidiki dan memahami kebutuhan dan harapan pelanggan. (2) Memastikan bahwa sasaran organisasi
berhubungan dengan
kebutuhan dan harapan pelanggan. (3) Mengkomunikasikan kebutuhan dan harapan pelanggan dengan organisasi secara keseluruhan. (4) Menyelaraskan pendekatan dalam memuaskan pelanggan dan pihak yang berkepentingan serta mengambil tindakan atas hasil yang didapatkan. (5) Memastikan keseimbangan antara kepuasan pelanggan dengan pihak lain yang berkepentingan, seperti pemilik, karyawan, pemasok, pemodal, masyarakat dan negara.
b) Kepemimpinan Penerapan prinsip kepemimpinan mengarah pada : (1) Menetapkan
kebijakan
mutu,
struktur
organisasi,
mengidentifikasi dan menyediakan sumber daya. (2) Menciptakan lingkungan kerja dimana semua personnel ambil bagian dalam pencapaian target atau sasaran organisasi. (3) Komitmen “continual improvement” sistem manajemen mutu.
c) Keterlibatan Personel Keterlibatan seluruh karyawan dalam organisasi adalah dasar yang sangat penting dalam prinsip manajemen mutu. Personel semua level adalah inti organisasi: secara penuh harus ikut serta dalam kelangsungan bisnis organisasi, sehingga: commit to user (1) Mengidentifikasi tanggungjawab dan wewenang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
(2) Mengidentifikasi
kompetensi,
kebutuhan,
penyediaan
dan
mengevaluasi pelatihan serta memelihara catatan pelatihan (3) Mengidentifikasi dan mengendalikan faktor manusia dan area kerja untuk mencapai kesesuaian produk.
d) Pendekatan Proses Dalam
konteks
ISO
9001:2008,
pendekatan
proses
mensyaratkan organisasi untuk melakukan identifikasi, penerapan, pengelolaan dan melakukan peningkatan mutu berkelanjutan (continual
quality
improvement).
Pendekatan
secara
proses
diperlukan saat menyusun dan menerapkan sistem mutu. Hal ini menuntut setiap bagian/fungsi untuk memiliki visi terhadap kepuasan pelanggan. Pendekatan proses mencakup: (1) Orientasi hasil yang efektif. (2) Sumber daya dan aktivitas dikendalikan sebagai proses. (3) Secara sistematis mengidentifikasi dan mengendalikan proses yang digunakan untuk memastikan kesesuaian produk.
e) Pendekatan Sistem Untuk Pengelolaan Pendekatan sistem untuk pengelolaan didefinisikan sebagai identifikasi pemahaman, dan pengelolaan sistem dari proses yang saling
terkait
untuk
perusahaan/organisasi
pencapaian dengan
dan
peningkatan
efektif
dan
sasaran efisien.
Mengidentifikasikan, memahami dan mengendalikan sistem dan interaksi antar proses untuk memberikan kontribusi pada efektivitas dan efisiensi organisasi, sehingga suatu organisasi mampu: (1) Menetapkan sasaran mutu tiap proses. (2) Menetapkan interaksi dan rangkaian proses. (3) Memantau dan mengukur efektivitas tiap proses. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
f) Peningkatan Berkesinambungan Peningkatan berkesinambungan harus dijadikan sasaran dan tujuan tetap organisasi sehingga Sasaran tetap organisasi dapat diketahui dan ditetapkan dan kemudian juga organisasi mampu memantau kinerja melalui sasaran mutu yang terukur tiap fungsi terkait dan level dengan menggunakan peratalan seperti : audit internal, tinjauan manajemen, corrective dan preventive action.
g) Pendekatan Faktual Pada Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi. Oleh karena itu pengambilan keputusan harus didasarkan pada: logika, analisa data, serta informasi yang tepat dan dapat dipertangung jawabkan.
h) Hubungan Saling Menguntungkan Dengan Mitra Organisasi dan pemasoknya/supplier saling tergantung, dan sudah selayaknya merupakan hubungan yang saling menguntungkan dalam
rangka
meningkatkan
kemampuan
keduanya
dalam
menciptakan nilai. Maka hubungan saling menguntungkan itu didasarkan pada: (1) Menetapkan dan mendokumentasikan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemasok. (2) Meningkatkan kemampuan kedua organisasi untuk lebih baik. (3) Seleksi, meninjau dan mengevaluasi kinerja pemasok untuk mengendalikan produk yang dipasok.
2) Manfaat Penerapan ISO 9001 Setelah mengetahui delapan prinsip manajemen tersebut dapat ditemukan manfaat dari penerapan ISO 9001 yaitu : a)
Membuat sistem kerja menjadi standar kerja yang terdokumentasi commitpelaksanaan to user sehingga memudahkan pekerjaan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
b) Ada jaminan bahwa perusahaan mempunyai SMM dan produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan pelanggan. c)
Dapat berfungsi sebagai standar kerja untuk melatih karyawan baru.
d) Menjamin bahwa proses yang dilaksanakan sesuai dengan SMM yang ditetapkan. e)
Meningkatakan semangat pegawai karena merasa adanya kejelasan kerja sehingga menjadi lebih efisien.
f)
Adanya kejelasan hubungan tanggung jawab dan wewenang antara bagian yang terlibat dalam melaksanakan pekerjaan.
g) Dapat mengarahkan karyawan agar berwawasan mutu dalam memenuhi permintaan pelanggan (internal dan eksternal). h) Meningkatkan konsistensi dan kualitas kerja. i)
Mengurangi kerja ulang dan menghemat biaya.
j)
Membiasakan bertindak berdasarkan data.
k) Memungkinkan pemantauan mutu yang lebih ketat.
c. Aplikasi ISO 9001:2008 Di Pendidikan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yang merupakan salah satu seri dari ISO 9000 adalah hal baru dalam dunia pendidikan karena berasal dari dunia industri yang identik sebagai penghasil produk. Istilah manajemen mutu dan standar yang ditetapkannya menjadi tidak akrab bagi kebanyakan masyarakat dalam pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan penerjemahan istilah standar tersebut ke dalam konteks pendidikan. Salah satu konsep yang ada dalam standar adalah bahwa sistem mutu harus dapat menghasilkan produk dan mutu konsisten yang meyakinkan. Hal ini melahirkan masalah metodologis di mana „produk‟ dalam pendidikan apapun definisinya, tidak dapat diproduksi sesuai dengan ukura standar sistem mutu. Semula sistem manajemen berbasis industri ini menekankan bahwa pelajar (atau nilai yang diberikan kepada pelajar) merupakan „produk‟ dari proses pendidikan. namun, menurut pendapat yang berargumentasi bahwa murid bukan produk to user tetapi pelanggan primer, commit disepakati bahwa program sekolah dan proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
pembelajaran juga dapat dikualifikasikan sebagai „produk‟. Di samping itu, apapun definisi „produk‟ yang diadopsi, tetap tidak mungkin menghasilkan produk secara konsisten. Masalahnya adalah bahwa dalam pendidikan, dan jasa industri lain secara umum, interaksi antara pelanggan dan penyedia dapat merubah mutu jasa yang disediakan. Semua guru tahu bahwa tidak ada dua kelas yang identik, disebabkan pengalaman dan suasana interaksi dalam kelas, laboratorium, dan wilayah belajar yang berbeda. Sama sekali tidak mungkin untuk menyampaikan dan menyeragamkan pengalaman belajar dengan tingkat yang betul-betul sama. Motivasi dan sikap para pelajar merupakan aspek penting dalam mutu pendidikan yang mereka terima. Sebuah sistem mutu pendidikan pasti menghadapi masalah ini, dan ini adalah sesuatu yang sulit untuk dihadapi. Kebijakan mutu dan strategi pelaksanaannya harus mengenal dampak konsistensi layanan terhadap interaksi murid atau staf. Maka perlunya menerjemahkan maksud-maksud ISO 9000 dalam pendidikan. Secara rinci terjemahan ISO 9001 dalam pendidikan peneliti tampilkan di lampiran 1.
5. Hakikat Belajar dan Pembelajaran a. Hakikat Belajar Benny A. Pribadi (2010) menyatakan pengertian mengenai belajar yaitu, “Belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan” (hlm. 6). Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi personal. Tim Pengembang MKDP (mengutip dalam Sudjana, 1989) menyatakan bahwa Belajar, pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan commit to user memahami sesuatu (2011:127).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Benny A. Pribadi (mengutip dalam Robert M. Gagne, 1984) dapat diartikan sebagai A natural process that leads to changes in what we know. What we can do, and how we have (2010: 6). Maksud dari pernyataan di atas intinya adalah belajar juga dapat dipandang sebagai proses alami yang dapat membawa perubahan pada pengetahuan, tindakan, dan perilaku seseorang. Dalam sumber Tim Pengembang MKDP (mengutip Gagne, 1984) Belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman (2011: 124). Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam belajar yaitu: 1) Proses Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri. Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Guru melihat dari kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas dan perasaan siswa, sebagai contoh: siswa bertanya, menanggapi, menjawab pertanyaan guru, diskusi, memecahkan permasalahan, melaporkan hasil kerja, membuat rangkuman, dan sebagainya. Itu semua adalah gejala yang tampak dari aktivitas mental dan emosional siswa.
2) Perubahan Perilaku Hasil belajar akan tampak pada perubahan perilaku individu yang belajar. seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat kegiatan belajarnya. Pengetahuan dan keterampilannya bertambah, dan penguasaan nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula. Menurut para ahli psikologi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubahan perilaku karena faktor kematangan, karena lupa, karena minum minuman keras bukan termasuk hasil belajar, karena bukan perubahan dari hasil pengalaman (berinteraksi dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
lingkungan). Dan tidak terjadi proses mental emosional dalam beraktivitas. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga domain yaitu: Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Demain kognitif meliputi perilaku daya cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan intelektual manusia, antara lain: kemampuan mengingat (knowledge), memahami (comprehension), menerapkan (application), menganalisis (analysis), mensistesis (synthesis), dan mengevaluasi (evaluation). Domain afektif berkaitan dengan perilaku daya rasa atau emosional manusia, yaitu kemampuan mengasai nilai-nilai yang dapat membentuk sikap seseorang. Domain psikomotorik berkaitan dengan perilaku dalam bentuk keterampilan-keterampilan motorik (gerakan fisik).
3) Pengalaman Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah lingkungan di sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk hasil ciptaan manusia (cultural). Belajar dapat dilakukan melalui pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung. Siswa yang melakukan eksperimen adalah contoh belajar dengan pengalaman langsung. Sedang siswa belajar dengan mendengarkan penjelasan guru
atau membaca buku adalah
contoh belajar melalui pengalaman tidak langsung. Dari beberapa kutipan dan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal yang menyangkut hakikat belajar sebagai berikut : 1) Belajar merupakan suatu proses, yaitu kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup. 2) Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif dan permanen. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
3) Hasil belajar ditunjukkan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara keseluruhan. 4) Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain: aspek motivasi, emosional, sikap, dan sebagainya.
b. Hakikat Pembelajaran 1) Pengertian Pembelajaran Benny A. Pribadi (mengutip Gagne, 1984) bahwa, A set of events embedded in purposeful activities that facilitate learning (2010: 9). Maksud dari pernyataan Gagne tersebut intinya yaitu pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang disengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Sistem Pendidikan Nasional dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 mendefinisikan mengenai pembelajaran yaitu, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran dan istilah belajar-mengajar. Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga profesional yang dipersiapkan untuk itu. Pembelajaran di sekolah semakin berkembang dari pengajaran yang bersifat tradisional sampai pembelajaran dengan sistem modern. Kegiatan
pembelajaran bukan lagi sekadar kegiatan mengajar
(pengajaran) yang mengabaikan kegiatan belajar, yaitu sekadar menyiapkan pengajaran dan melaksanakan prosedur mengajar dalam pembelajaran tatap muka. Akan tetapi, kegiatan pembelajaran lebih kompleks lagi dan dilaksanakan dengan pola-pola pembelajaran yang bervariasi. Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk commit to user memperoleh kompetensi atau berupa pengetahuan, keterampilan, dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
sikap yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan. Upaya untuk meningkatkan efektvitas proses pembelajaran selalu dilakukan tanpa henti. Proses pembelajaran dapat dipandang sebagai sebuah sistem dengan komponen-komponen yang berinterfungsi satu sama lain. Dalam sebuah sistem, komponen yang satu akan menjadi masukan bagi komponen-komponen yang lain dalam mencapai tujuan.
2) Proses Pembelajaran Bila semua paradigma masyarakat dalam institusi pendidikan baik sekolah ataupun perguruan tinggi telah memahami dengan baik tentang proses pembelajaran siswa aktif, learning how to learn, penyiapan sumber daya telah diatur dengan baik, dan penyiapan konten yang sudah tersedia dengan baik, dan RPP/SAP yang telah mengatur dengan baik mekanisme proses pembelajaran, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lebih mudah. Proses pembelajaran hanya menerapkan kemampuan dan menggunakan sarana serta mengikuti mekanisme yang telah diatur dengan baik dalam RPP/SAP. Proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan baik akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain menerapkan proses pembelajar telah ditata dengan baik, juga harus selalu meminta feed back dan melakukan kajian untuk terus membenahi proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat melalui tatap muka di dalam ruang kelas dan dapat melalui media elektronik sesuai dengan pengaturan dalam SAP. Sebagai contoh yang diterapkan di perguruan tinggi proses pembelajaran melalui internet mendorong mahasiswa lebih aktif dalam pembelajaran karena harus berkomunikasi secara maya dengan para dosen, dan mahasiswa lain di samping mengembara di dalam dunia pengetahuan lain. Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar
(learning). Penekanannya
terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan to user aktivitas subjek didik.commit Konsep tersebut dapat dipandang sebagai suatu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
system, sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan. Fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Tim Pengembang MKDP (mengutip dalam Davis, 1974) bahwa: Learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan. Demikian halnya juga dengan teaching system, di mana komponen perencanaan mengajar, bahan ajar, tujuan materi, dan metode, serta penilaian, dan langkah mengajar akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan. (2011: 133) Kenyataan bahwa dalam proses pembelajaran terjadi proses pengorganisasian, pengelolaan, dan transformasi informasi oleh dan guru kepada siswa. Ketiga katergori kegiatan dalam proses pembelajaran ini berkaitan erat dengan aplikasi dan konsep sistem informasi manajemen. Keterampilan mengorganisasi informasi ini merupakan dasar kelancaran proses pembelajaran. Tim Pengembang MKDP (mengutip dalam Agnew dkk, 1996) menyatakan bahwa, Belajar adalah kemampuan untuk mampu mengorganisasi informasi merupakan hal yang mendasar bagi seseorang siswa (2011: 133). Tim Pengembang MKDP (mengutip dalam Meier, 2002)mengemukakan bahwa, Semua pembelajaran manusia pada hakikatnya mempunyai empat unsure, yakni persiapan (preparation),
penyampaian
(presentation),
pelatihan
(practice),
penampilan hasil (performance) (2011: 133). Dalam proses pembelajaran meliputi kegiatan dari membuka sampai menutup pelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran meliputi; (1) kegiatan awal, yaitu melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan bila dianggap perlu melakukan pretest; (2) kegiatan inti, yaitu kegiatan utama yang dilakukan guru dalam memberikan pengalaman belajar, melalui berbagai strategi dan metode yang dianggap sesuai dengan tujuan dan materi yang akan disampaikan; (3) kegiatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
akhir, yaitu menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan pemberian tugas atau pekerjaan rumah bila dianggap perlu. a) Persiapan (Preparation) Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali. Namun, karena terlalu bersemangat untuk mendapat materi, tahap ini sering diabaikan, sehingga
mengganggu
pembelajaran
yang
baik.
Persiapan
pembelajaran itu seperti mempersiapkan tanah untuk ditanami benih. Jika dilakukan dengan benar, niscaya menciptakan kondisi yang baik untuk perumbuhan yang sehat. Demikian juga dalam pembelajaran jika persiapan matang sesuai dengan karakteristik kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan guru, maka hasilnya diasumsikan akan lebih optimis. Tahap ini penting bahwa untuk mendekati situasi belajar, misalnya peserta belajar harus menghadapi
segala
macam
rintangan
yang potensial
dapat
mengganggu. Seperti tidak merasakan adanya manfaat, takut gagal, benci pada topic pelajaran, dipaksa hadir, merasa sudah tahu, dan merasa bosan. Semua rintangan ini dan yang lainnya dapat menyebabkan stress, beban otak dan kemerosotan kemampuan belajar. Berdasarkan hal di atas, maka tujuan tahap persiapan adalah untuk menimbulkan minat peserta belajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan dating dan menempatkannya dalam situasi optimal untuk belajar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan sugesti positif, memberikan pernyataan yang memberikan manfaat, memberikan tujuan yang jelas dan bermakna. Tahap ini bertujuan membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan lingkungan fisik, emosional, sosial yang positif. Menenangkan rasa takut, menyingkirkan hambatan belajar, banyak commit to userbanyak masalah, merangsang rasa bertanya dan mengemukakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
ingin tahu, dan mengajak belajar penuh dari awal. Banyak orang mempunyai perasaan negatif tentang belajar. Kenangan tak sadar mereka mengaitkan belajar dengan rasa sakit, terhina, terkurung, dan sebagainya. Jika mereka tidak menggantikan sugesti negatif ini dengan yang positif, maka pembelajaran mereka akan terhalang. Hal ini dikarenakan gambaran negatif semacam itu cenderung mewarnai pengalaman dengan asumsi.
b) Penyampaian (Presentation) Tahap
penyampaian
dalam
siklus
pembelajaran
dimaksudkan untuk mempertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Presentasi berarti penemuan, di mana fasilitator dapat memimpin, tetapi peserta belajar yang harus menjalani pertemuan itu. Pembelajara berasal dari keterlibatan aktif dan penuh seorang peserta belajar dengan pelajaran, dan bukan dari mendengarkan presentasi guru atau dosen saja. Belajar adalah menciptakan pengetahuan, bukan menekan informasi, maka presentasi dilakukan semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus utama. Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif melibatkan peserta belajar dalam menciptakan pengetahuan di setiap langkahnya. Sedangkan tujuan tahap penyampaian adalah membantu peserta belajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindra dan cocok untuk untuk semua gaya belajar. Hal ini dapat dilakukan melakukan
uji
coba
kolaboratif
dan
berbagi
pengetahuan,
pengamatan fenomena dunia nyata, pelibatan seluruh otak dan tubuh peserta belajar. Selain itu dapat dilakukan dengan presentasi commit user interaktif, melalui anekato macam cara yang disesuaikan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
seluruh gaya belajar termasuk melalui proyek belajar berdasarkankemitraan dan berdasarkan tim, pelatihan menemukan, atau dengan member pengalaman belajar di dunia nyata yang kontektual serta melalui pelatihan memecahkan masalah.
c)
Latihan (Practice) Tahap ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung. Bagaimanapun, apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran yang menciptakan pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan oleh instruktur atau pendidik. Peranan instruktur atau pendidik hanyalah memprakarsai proses belajar dan menciptakan suasana yang mendukung kelancaran pelatihan. Dengan kata lain, tugas instruktur atau pendidik adalah menyusun konteks tempat peserta belajar dapat menciptakan isi yang bermakna mengenai materi belajar yang sedang dibahas. Peranan guru adalah mengajak peserta belajar yang baru dengan cara yang dapat membantu mereka memadukannya ke dalam struktur pengetahuan makna dan keterampilan internal yang tertanam di dalam dirinya. Membangun struktur makna yang baru dari pengalaman dapat mengambil dari berbagai bentuk dan pengalaman belajar sebelumnya. Yang terbaik adalah jika hal ini melibatkan seluruh aspek sistem tubuh atau pikiran. Tujuan tahap pelatihan adalah membantu peserta belajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Seperti aktivitas pemrosesan, permainan dalam belajar, aktivitas pemecahan masalah, refleksi dan artkulasi individu, dialog berpasangan atau kelompok, pembelajaran, dan tinjauan kolaboratif termasuk aktivitas praktis dalam membangun commit to user keterampilan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
d) Penampilan Hasil (Performance) Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan,
pengetahuan
menjadi
pemahaman,
pemahaman
menjadi kearifan, dan kearifan menjadi tindakan. Nilai setiap program belajar terungkap hanya dalam tahap ini. Namun banyak yang mengabaikan tahap ini. Padahal ini sangat penting disadari, bahwa tahap ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan proses belajar. Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah mengalami tiga tahap pertama dalam siklus pembelajaran, kita perlu memastikan
bahwa
orang
melaksanakan
pengetahuan
dan
keterampilan baru mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata bagi diri mereka sendiri, organisasi, dan klien organisasi. Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu peserta belajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat, seperti penerapan di dunia maya dalam tempo segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, dan aktivitas penguatan penerapan. Pelatihan terus-menerus, usaha balik dan evaluasi kerja aktivitas dukungan kawan, perubahan organisasi lingkungan yang mendukung. Dengan demikian, sejalan dengan konsep pembelajaran yang berkembang, maka hakikat inovasi pembelajaran dapat ditelusuri dari keempat unsure tersebut. Artinya, jika keempat unsur tersebut ada, maka pembelajaran dapat dikatakan berlangsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
6. Indikator Keberhasilan Pembelajaran Berdasarkan uraian materi yang cukup rinci yang membahas mengenai belajar dan pembelajaran peneliti menyimpulkan ada empat indikator utama penentu keberhasilan pembelajaran yaitu: pendidik, siswa, sumber belajar, dan lingkungan. Hal ini juga dikuatkan oleh Sistem Pendidikan Nasional dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 mendefinisikan mengenai pembelajaran yaitu: “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
a.
Pendidik Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya yang merujuk pada pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Guru merupakan profesi atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Suatu profesi umumnya berkembang dari pekerjaan, kemudian berkembang makain matang serta ditunjang oleh tiga hal (keahlian, komitmen, dan keterampilan) yang membentuk sebuah segitiga sama sisi yang di tengahnya terletak profesionalisme, walaupun pada kenyataannya masih dilakukan oleh orang di luar kependidikan atau orang yang tidak ditunjang oleh profesionalisme yang matang. Berdasarkan hal di atas seorang guru agar dapat melakukan secara profesional pekerjaannya tentu saja harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. Guru dapat didefinisikan sebagai pihak yang merupakan subyek dari pelaksanaan pendidikan. Sementara itu dikutip dalam Umiarsi dan Imam Gojali (mengutip dalam Maryam Rudianto) mendefinisikan bahwa, guru sebagai orang yang membantu peserta didik untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai (2011: 202). Secara leksikal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional commit to user Pasal 39 ayat (1) disebutkan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Sehingga dalam konteks ini dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga profesional yang pekerjaan utamanya mengajar dan mendidik sebagai bentuk pengabdian kepada komunitas belajar (learning community) atau dalam lingkup lebih luas kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan kesimpulan ini, maka setiap aktivitas yang dilakukan seseorang dalam konteks pendidikan akan terejawantahkan dalam bentuk guru sebagai fasilitator, inisiator, mediator, ataupun evaluator. 1) Kompetensi Guru Sebenarnya apakah seorang guru itu harus profesional? Dalam pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa standar nasional pendidikan yang terdiri atas standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, mengisyaratkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai bahwa guru haruslah orang yang memiliki instink sebagai pendidik, mengerti dan memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Yang dimaksud dengan commit guru sebagai to useragen pembelajaran (learning agent)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
adalah peran guru antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: a) Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, sekurang-kurangnya meliputi (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, (3) pengembangan kurikulum/silabus, (4) perancangan pembelajaran, (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) pemanfaatan teknologi pembelajaran, (7) evaluasi proses dan hasil belajar, dan (8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. b) Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup (1) berakhlak mulia, (2) arif dan bijaksana, (3) mantap, (4) berwibawa, (5) stabil, (6) dewasa, (7) jujur, (8) mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (9) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan (10) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. c) Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, sekurang-kurangnya meliputi (1) berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau isyarat, (2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,(3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik, (4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan (5) menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan. d) Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai user pengetahuan bidang commit ilmu, to teknologi, dan/atau seni yang sekurang-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
kurang meliputi penguasaan (1) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampunya, dan (2) konsepkonsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampu. Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi (a) pengenalan peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (diciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah (pedagogical content); (c) penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan. Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 menyatakan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: 1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; 2) Meningkatkan
dan
mengembangkan
kualifikasi
akademik
dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 3) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; 4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan 5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
2) Aspek Dan Indikator Kompetensi Pedagogik Guru Seperti yang tercantum di atas mengenai kompetensi guru berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam penelitian ini, peneliti lebih commit topedagogik user memfokuskan pada kompetensi guru karena memiliki andil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
cukup besar dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi. Hal tersebut berdasarkan pernyataan dari Kemendiknas (2010) yaitu: Kompetensi pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya. Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan. Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru terdapat 7 (tujuh) aspek dan 45 (empat puluh lima) indikator yang berkenaan penguasaan kompetensi pedagogik. Berikut ini disajikan ketujuh aspek kompetensi pedagogik beserta indikatornya: a) Menguasai Karakteristik Peserta Didik Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya: a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya, b) Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, c) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda, d) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak commit user merugikan peserta didik to lainnya,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
e) Guru
membantu
mengembangkan
potensi
dan
mengatasi
kekurangan peserta didik, f) Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok‐olok, minder, dsb).
b) Menguasasi Teori Belajar Dan Prinsip‐Prinsip Pembelajaran Yang Mendidik Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk belajar: a) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi, b) Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran
tertentu
dan
menyesuaikan
aktivitas
pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut, c) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran, d) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik, e) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik, f) Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami
materi
pembelajaran
yang
diajarkan
dan
menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran commit to user berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
c) Pengembangan Kurikulum. Guru mampu
menyusun silabus sesuai dengan tujuan
terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik: a) Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum, b) Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan, c) Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, d) Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas dan (5) sesuai dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik.
d) Kegiatan Pembelajaran Yang Mendidik Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran
yang
mendidik
secara
lengkap.
Guru
mampu
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran: a) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
b) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik merasa tertekan, c) Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, d) Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan proses pembelajaran, bukan semata‐mata kesalahan yang harus dikoreksi. Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yamg benar, e) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik, f) Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik, g) Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan secara produktif, h) Guru mampu audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas, i) Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain, j) Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik. Sebagaicontoh: guru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap materi sebelumnya, dan k) Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar pesertadidik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
e) Pengembangan Potensi Peserta Didik Guru mampu
menganalisis potensi pembelajaran setiap
peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui
program
embelajaran
yang
mendukung
siswa
mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka: a) Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masing‐masing. b) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar masing‐masing. c) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta didik. d) Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada setiap individu. e) Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik. f) Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan cara belajarnya masing-masing. g) Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang commit to user disampaikan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
f)
Komunikasi Dengan Peserta Didik Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu
memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada
komentar atau pertanyaan peserta didik: a) Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka. b) Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika diperlukan
untuk
membantu
atau
mengklarifikasi
pertanyaan/tanggapan tersebut. c) Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya. d) Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama yang baik antarpeserta didik. e) Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik. f) Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan meresponnya secara lengkap danrelevan untuk menghilangkan kebingungan pada peserta didik.
g) Penilaian dan Evaluasi Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya: a) Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP. b) Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari. c) Guru
menganalisis
hasil
penilaian
untuk
mengidentifikasi
topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing‐masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan. d) Guru
memanfaatkan
masukan
dari
peserta
didik
dan
merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya. e) Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.
b.
Peserta Didik Dalam dunia pendidikan di Indonesia, ada istilah atau kosa kata yang tidak asing bagi kita semua, yaitu murid/siswa, pelajar, anak didik dan peserta didik. Istilah murid/siswa mempunyai arti orang yang sedang belajar atau bersekolah. Arti pelajar adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu di dalam lembaga pendidikan dasar dan menengah. Istilah anak didik mempunyai arti anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan oleh orang tua/wali kepada tanggung jawab guru atau guru yang menyayangi murid seperti anaknya sendiri. Adapun istilah peserta didik adalah kata yang saat ini sering dipakai pada proses commit to user pembelajaran di sekolah. Penggunaan istilah peserta didik lebih ditekankan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
kepada pentingnya murid/siswa untuk berperan secara aktif dalam proses pembelajaran. Perubahan istilah dari murid/siswa ke anak didik, kemudian dari anak didik ke peserta didik, bertujuan untuk memberikan perubahan tugas, kewajiban dan tanggung jawab seorang murid/siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pengertian peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Sejak lama proses pembelajaran di sekolah pada umumnya dilakukan secara konvensional, yaitu melalui teknik komunikasi oral. Proses pembelajaran semacam ini lebih cenderung menekankan bagaimana guru mengajar (teacher centered) daripada bagaimana peserta didik belajar (student centered), dan secara keseluruhan hasilnya tidak banyak memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil belajar peserta didik. Pembelajaran yang bersifat teacher centered untuk masa sekarang dipandang kurang efektif karena kurang melibatkan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak secara kritis, kurang dapat mengembangkan kemampuan berkolaborasi dalam proses belajar mengajar, peserta didik kurang termotivasi dan kurang bertanggung jawab terhadap proses belajar. Dalam proses pembelajaran, terjadi interaksi positif antara guru dan peserta didik. Guru memiliki peranan utama dalam menentukan kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan berkaitan dengan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor) yang akan diperoleh peserta didik . Motivasi peserta didik adalah unsur utama dalam proses pembelajaran. Motivasi adalah dasar pemikiran dan keinginan yang kuat bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan motivasi yang tinggi, peserta didik akan mampu menghadapi berbagai tantangan di depannya. Tidak mudah menyerah ketika mengerjakan soal ulangan yang sulit, tidak mudah mengeluh ketika menghadapi berbagai macam tugas, dan mampu menyelesaikan tugas dan persoalan dengan commit to user baik dan benar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Secara singkat, motivasi yang tinggi mampu membuat proses pembelajaran jadi lebih bergairah dan bersemangat. Peserta didik akan memiliki niat dan semangat untuk bersama-sama menjadi yang terbaik dalam meraih mimpi dan cita-citanya. Jika kondisi seperti ini sudah tercapai, maka semua mata pelajaran yang akan diterima di sekolah akan dipelajari dengan ikhlas, punya niat dan semangat yang tinggi dalam belajar. Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan dalam merencanakan proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas, yang berpedoman pada pendekatan, strategi, metode yang akan digunakan, tujuan pembelajaran, tahap kegiatan, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran menuntut peran serta secara aktif peserta didik dalam proses pembelajaran, karena merupakan syarat pertama dan utama dalam proses pembelajaran. Peserta didik perlu menyadari tentang tugas dan tanggung jawab dalam proses pembelajaran, karena mereka yang melakukan aktivitas-aktivitas pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut UNESCO (2004), ada empat pilar pendidikan yang harus dipahami oleh guru dan peserta didik, yaitu learning to do, learning to know, learning to be, and learning to live together. Dalam proses pembelajaran, para guru tidak seharusnya memposisikan peserta didik sebagai pendengar ceramah, seperti botol kosong yang diisi dengan ilmu pengetahuan. Peserta didik harus diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya
(learning
to
do)
dengan
meningkatkan
interaksi
dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya, sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to know). Diharapkan hasil interaksi dengan lingkungannya itu dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be). Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi (learning to
live
together) akan
membentuk kepribadiannya
untuk
memahami
kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
c.
Sumber Belajar Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar,
baik
secara
terpisah
maupun
secara
terkombinasi
sehingga
mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar memiliki fungsi : 1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah. 2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya. 3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian. 4) Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit. 5) Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung. 6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis. Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa. Ada beberapa jenis sumber belajar secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
1) Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. 2) Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.
d.
Lingkungan Lingkungan yaitu situasi yang tersedia di mana pesan itu di terima oleh siswa. Lingkungan terdiri atas lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik seperti gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, studio, auditorium, taman dan lain-lain. Lingkungan non fisik seperti penerangan sirkulasi udara dan lainlain. Selanjutnya lingkungan yang di sebut sebagai sumber belajar adalah tempat atau ruangan yang dapat mempengaruhi siswa. Tempat dan ruangan tersebut ada yang di rancang (by Design) khusus untuk tujuan pengajaran, commit to user misalnya gedung sekolah ruang perpustakaan dan laboratorium, studio dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
sebagainya. selain itu ada juga tempat atau ruangan yang bukan di rancang secara khusus atau hanya dimanfaatkan sebagai sumber belajar untuk tujuan pengajaran, seperti gedung dan peninggalan sejarah, bangunan industri lingkungan pertanian, museum, pasar, tempat rekreasi dan lain-lain. Menurut tim redaksi bukittingginews (dikutip dalam Semiawan 1990: 96) ada empat sumber belajar yang berkenaan langsung dengan lingkungan sebagai berikut: 1) Masyarakat kota atau desa sekeliling sekolah. 2) Lingkungan fisik di sekitar sekolah. 3) Bahan sisa yang tidak terpakai dan barang bekas yang terbuang yang dapat menimbulkan pemahaman lingkungan. 4) Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi di manfaatkan cukup menarik perhatian siswa. Ada peristiwa yang tidak mungkin atau tidak dapat dipastikan akan terulang kembali. Jangan lewatkan peristiwa itu tanpa adanya catatan pada buku atau alam pikiran siswa. Berdasarkan kutipan di atas maka dapat kita lihat bahwa di sekitar sekolah terdapat berbagai macam sumber belajar yang dapat di manfaatkan oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian siswa akan lebih mengenal lingkungannya, pengetahuan siswa akan lebih autentif, sifat verbalisme pada siswa dapat dikurangi serta siswa akan lebih aktif dan lebih banyak berlatih.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
B. Kerangka Berpikir Penerapan TQE (Total Quality Education) atau dikenal dengan manajemen mutu terpadu pendidikan membawa sebuah SMM ISO 9001:2008 dari manajemen dunia industri ke dunia pendidikan. Hal ini seharusnya memiliki alasan yang cukup “urgent” agar penerapannya di dunia pendidikan tidak hanya menjadi sebuah wacana saja, namun juga dapat dirasakan dampak positifnya dalam dunia pendidikan itu sendiri. Di atas kertas memang semua institusi pendidikan yang sudah bersertifikat SMM ISO 9001:2008 memiliki standar perencanaan, pengelolaan dan komitmen yang baik untuk meningkatkan kualitas mutu sekolah termasuk di dalamnya kualitas pembelajaran. Namun, faktanya di lapangan ada beberapa hal yang membuat kualitas pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini menjadi sebuah hal menarik dan penting untuk diteliti bukan dengan maksud untuk mencari kekurangan dan kelemahan namun untuk mencari titik permasalahan yang terjadi agar dapat diambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaikinya agar kualitas proses pembelajaran di sekolah benar-benar meningkat seiring dengan didapatkannya SMM ISO 9001:2008 di sekolah tersebut. SMM ISO 9001:2008 yang kini menjadi andalan dalam mendampingi nama sebuah sekolah, seolah menjadi “trend” yang tidak terelakkan bagi kepopuleran sekolah tersebut. Namun apakah SMM ISO 9001:2008 benar-benar efektif dalam memberikan perubahan perbaikan nyata pada proses pembelajaran di sekolah ?. Hal ini masih memerlukan pencarian fakta yang dilakukan secara ilmiah. Memang SMM ISO 9001:2008 bukanlah SMM yang menjamin kualitas proses pembelajaran di sekolah alih-alih menjamin kualitas lulusan. Namun jika melihat respon positif dari eksternal customer seharusnya dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 di sekolah tersebut proses pembelajaran yang terjadi di sekolah kualitasnya juga meningkat yang berdampak pada meningkatnya kualitas mutu sekolah dan pada akhirnya kepercayaan dunia industri dan masyarakat meningkat. Oleh karena itu,
perlu
diadakan penelitian untuk mengetahui seberapa efektifnya SMM ISO 9001:2008 pada proses pembelajaran yang terjadi di sekolah, berikut adalah bagan kerangka berpikirnya : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
TQE (Total Quality Education) Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan
SMK Pancasila Surakarta Bersertifikat ISO 9001:2008
Efektivitas SMM ISO 9001:2008
Proses Pembelajaran
Pendidik
Peserdik
Sumber Belajar
Meningkatnya Kualitas Mutu Sekolah
Meningkatnya Kepercayaan Eksternal Customer Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
commit to user
Lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah efektivitas SMM ISO 9001:2008 berperan dalam proses pembelajaran siswa berdasarkan indikator keberhasilan proses pembelajaran di SMK Pancasila Surakarta ? 2. Seberapa efektifkah SMM ISO 9001:2008 berperan dalam proses pembelajaran siswa berdasarkan indikator keberhasilan proses pembelajaran di SMK Pancasila Surakarta ?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di SMK Pancasila Surakarta yang difokuskan pada proses pembelajaran di sekolah sebagai sumber data utama. Yang beralamat di Jl. Apel No. 5 Jajar-Laweyan Surakarta. Telp./Fax : 027171045.
2. Waktu Penelitian Proses penelitian ini direncanakan untuk dilaksanakan dari bulan November 2011 sampai dengan Mei 2012. Berikut adalah jadwal kegiatan penelitiannya : Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Kegiatan Waktu Pelaksanaan Masuk lapangan melakukan survey 1 November – 3 Desember 2011 awal Penyusunan proposal 11 Desember 2011 – 12 Februari 2012 Seminar proposal 20 Februari 2012 Diskusi dan revisi proposal 20 Februari – 24 Februari 2012 Mengurus perizinan 27 Februari – 3 Maret 2012 Penelitian 5 Maret – 28 April 2012 Analisis data dan penyusunan laporan 28 April – 11 Mei 2012 B. Bentuk Dan Strategi Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluasi dengan menggunakan pendekatan model evaluasi CIPP (Context Input Process Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk. (1967) model ini memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Program yang dimaksud dalam penelitian ini commit to user adalah proses pembelajaran yang dikategorikan oleh CIPP sebagai “program 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
pemrosesan”. Suharsimi Arikunto (2010) menyatakan, yang dimaksud dengan “program pemrosesan” adalah “Program yang kegiatan pokoknya mengubah bahan mentah (input) menjadi bahan jadi sebagai hasil proses atau keluaran (output)”(hlm. 49). Penelitian evaluasi ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang akurat tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan di SMK Pancasila Surakarta. Penelitian dilakukan dengan membandingkan data hasil penelitian yang diperoleh dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya melalui analisis context dari terjemahan indikator kesesuaian SMM ISO 9001:2008 ke kriteria indikator keberhasilan proses pembelajaran, sehingga diperoleh berbagai informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, rekomendasi dan pengambilan kebijaksanaan lebih lanjut guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran Bentuk dan strategi penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan data kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui angket yang disebar kepada siswa. Selain itu, penelitian ini juga didukung data kualitatif yang diperoleh melalui hasil wawancara dan observasi yang dilakukan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Sukmadinata (2007) menyatakan, “Penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum pengajaran merupakan hal yang cukup penting, mendeskripsikan
fenomena-fenomena
kegiatan
pendidikan,
pembelajaran,
implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang, dan satuan pendidikan”(hlm. 60). Berdasarkan hal tersebut peneliti beranggapan dengan bentuk dan strategi penelitian deskriptif sangat tepat untuk diterapkan pada penelitian ini.
C. Sumber Data Menurut dikutip dalam Moleong (mengutip dalam Lofland 1984: 47) menyatakan bahwa, Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. (2011: 257). Sumber data dari penelitian ini akan peneliti dapatkan langsung di tempat penelitian, yaitu di SMK Pancasila Surakarta. Yang dimaksud dengan sumber data commit to usermenggali informasi melalui informan utama “kata-kata dan tindakan” adalah peneliti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
dan melakukan pengamatan terhadap fenomena yang terjadi di tempat tersebut yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Penggalian informasi melalui informan dapat dilakukan dengan melakukan wawancara sedangkan pengamatan dapat dilakukan dengan
melakukan
observasi.
Sedangkan
data
tambahan didapatkan dari
dokumentasi baik melalui dokumen, arsip, dan sumber tertulis lainnya. Berikut adalah fokus informan dan data tambahan yang direncanakan oleh peneliti sebagai sumber data : 1. Informan Informan peneliti fokuskan dari pihak sekolah meliputi kepala sekolah, Ketua Kompetensi Keahlian (K3), perwakilan guru mata pelajaran produktif, normatif, adaptif, staf QMR (Quality Management Representative), dan staf kurikulum.
2. Responden Responden yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII. Responden ini akan digunakan sebagai sumber data kuantitatif pada saat peneliti menggunakan instrumen angket. Responden ini tidak hanya digunakan untuk angket penelitian namun juga untuk angket uji coba. Dimana jumlah keseluruhan kelas XII ada tujuh kelas dan peneliti akan mengambil salah satu kelas yang akan digunakan untuk menyebar angket uji coba.
3. Data Tambahan Data tambahan peneliti fokuskan pada dokumen dan arsip sekolah yang berhubungan dengan SMM ISO 9001:2008, data sekolah, data guru, data sarana pra sarana, dan lain-lain yang dibutuhkan sebagai data penunjang. Data tambahan ini peneliti gunakan sebagai crosscheck sebagai validitas data.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
D. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik nonprobability sampling yang difokuskan lebih mendalam pada teknik purposive sampling. Sugiyono (2010) mengungkapkan yang dimaksud dengan “nonprobability sampling
adalah
teknik
pengambilan
sampel
yang
tidak
memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel” (hlm. 53). Sedangkan yang dimaksud dengan purposive sampling Sugiyono (2010) menyatakan, “Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu” (hlm. 54). Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajah obyek/situasi sosial yang diteliti.” 1. Populasi Penelitian Sebenarnya pada penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi Sugiyono (mengutip dalam Spradley) dinamakan, “Social Situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. (2010: 49). Sugiyono (2010) menyatakan bahwa, “Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari” (hlm. 50). Berdasarkan hal tersebut situasi sosial yang menjadi obyek pada penelitian ini adalah semua hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah.
2. Sampel Penelitian Seperti yang diungkapkan sebelumnya karena pada penelitian ini yang menjadi obyek pada situasi sosial adalah seluruh hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan peneliti menggunakan purposive sampling sebagai commit to user teknik sampling nya maka berikut adalah sampel yang akan diambil yaitu siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
kelas tiga, perwakilan guru mata pelajaran produktif, normatif, adaptif, staf kurikulum, dan staf QMR.
E. Teknik Pengumpulan Data Sukmadinata
(2007)
menyatakan
bahwa,
“Ada
beberapa
teknik
pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi, dan studi dokumenter” (hlm. 216). Berdasarkan teori tersebut peneliti berencana untuk melakukan pengumpulan data berdasarkan teknik tersebut yaitu melalui wawancara, angket, observasi, dan studi documenter. Peneliti berharap dengan teknik yang digunakan tersebut peneliti dapat menggali informasi, fakta, peristiwa, aktivitas sosial dan lain-lain dari sumber data yang telah ditentukan sebelumnya. 1. Wawancara Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual ataupun jika diperlukan wawancara juga dapat dilakukan secara berkelompok. Peneliti menggunakan teknik ini untuk menggali informasi baik yang bersifat umum maupun mendalam kepada informan mengenai proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Wawancara yang peneliti gunakan ada dua jenis, yaitu wawancara terstruktur dan dan wawancara tak berstruktur.
2. Angket Angket atau kuisioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden). Instrument atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Teknik ini akan dominan peneliti gunakan kepada sampel siswa yang langsung merasakan dampak dari penggunaan fasilitas pembelajaran, sarana pra sarana, lingkungan, dan proses pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
a. Validitas Instrumen Instrumen penelitian khususnya pada teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik angket atau kuisioner diperlukan langkahlangkah yang teliti dan benar agar dapat diperoleh data yang mewakili obyek yang diteliti. Penyusunan angket instrumen dilakukan dengan menggunakan teknik yang dikembangkan oleh Rensis Likert atau biasa disebut skala Likert yang memuat 5 (lima) pilihan jawaban. Dimana lima pilihan jawaban ini akan mewakili tingkat keefektifan indikator yang akan dideskripsikan. Kuesioner yang digunakan dalam evaluasi ini adalah closed ended questioner atau kuesioner tertutup yaitu berbagai pertanyaan/ pernyataan yang dibuat dengan memberikan alternatif jawaban yang telah tersedia, sehingga responden tinggal
memilih
pilihan
jawaban
sesuai
kondisi
sebenarnya.
Pertanyaan/pernyataan dibuat dalam dua kategori yaitu positif dan negatif. Untuk kisi-kisi instrumen angket secara lengkap peneliti tampilkan di lampiran 6. Validitas data yang bersifat kuantitatif instrumen angket yang dibuat harus memenuhi validitas dan reliabilitas, serta melalui proses validasi (expert judgement) demi kestabilan dan konsistensi instrumen jika digunakan secara berulang-ulang pada obyek yang sama. Sebagai upaya untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel sebelum digunakan untuk menjaring data penelitian, instrumen terlebih dahulu diujicobakan. Ujicoba instrumen diharapkan untuk mendapatkan instrumen yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi, sehingga
data
yang diperoleh dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Instrumen yang digunakan untuk mengukur instrumen penelitian ini terlebih dahulu diujicobakan pada 30 orang responden. Dengan maksud untuk mengetahui kesahihan (validitas) dan tingkat keandalan (reliabilitas) instrumen tersebut. Ujicoba instrumen dilakukan terhadap 30 siswa kelas tiga dalam satu kelas di SMK Pancasila yang dianggap telah menempuh pendidikan selama tiga tahun sehingga lebih matang dalam memberikan jawaban pada angket. Hal ini bertujuan untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
mencapai akuntabilitas kebenaran data instrumen yang valid, reliabel, mengukur apa yang hendak diukur dengan tepat dan konsisten. Validitas diartikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur yang akan digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas instrumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah validitas isi (content) dan validitas konstruk. Untuk mengetahui validitas isi dalam penelitian ini dilakukan rational judgment, yaitu apakah butir-butir pertanyaan yang ada dalam angket telah menggambarkan indikator yang dimaksud. Validitas konstruk mengarah pada sejauhmana instrumen tersebut mengukur pengembangan teori yang menjadi dasar penyusunan instrumen tersebut. Pendekatan validitas konstruk dilakukan berdasarkan pendekatan rasional dan pendekatan empirik. Pendekatan rasional dilakukan dengan memperhatikan unsur-unsur yang membentuk konstruk. Selain itu diarahkan pada penetapan butir-butir sesuai dengan unsur-unsur yang terdapat pada konstruk tersebut. Pendekatan empirik dimaksudkan untuk menilai sejauhmana kesesuaian unsur-unsur di dalam instrumen dengan apa yang diramalkan dalam konstruk tersebut. Uji validitas ini mengacu pada rumus korelasi product moment dari (Sugiyono, 2011: 228). Dengan taraf signifikansi sebesar 5 % sehingga didapatkan nilai r product moment berdasarkan tabel nilai-nilai r product moment pada lampiran 8 yaitu sebesar 0,361. ∑ √∑ Keterangan : rxy
: Korelasi antara variabel x dengan y
x
: (xi – x)
y
: (yi – y) Hasil uji validitas instrumen secara lengkap peneliti tampilkan pada
tabel uji validitas pada lampiran 8. Berdasarkan tabel uji validitas pada variabel input tersebut dapat to user dilihat bahwa dari 31 butircommit pernyataan angket yang peneliti buat sebelumnya,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
ada 16 butir yang valid. Butir-butir pernyataan yang dinyatakan valid oleh rumus pearson excel tersebut peneliti langsung gunakan sebagai butir yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian. Sedangkan untuk butir yang
tidak
valid,
peneliti
masih
mempertimbangkannya
untuk
memasukkannya ke dalam angket yang digunakan dalam penelitian. Hal ini peneliti lakukan dengan pertimbangan butir pernyataan tersebut dianggap mewakili informasi penting yang diperlukan dan ada juga butir yang harus dimasukkan sebagai perwakilan dari sub indikator yang telah dibuat pada kisi-kisi instrumen angket. Adapun butir pernyataan angket invalid yang peneliti peneliti masukkan di dalam angket penelitian adalah butir pernyataan nomor 1, 3, 7, 9, 11, 14, 15, 23, dan 29. Berdasarkan tabel uji validitas pada variabel process dapat dilihat bahwa dari 49 butir pernyataan angket yang peneliti buat sebelumnya, ada 29 butir yang valid. Butir-butir pernyataan yang dinyatakan valid oleh rumus pearson excel tersebut peneliti langsung gunakan sebagai butir yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian. Sedangkan untuk butir yang
tidak
valid,
peneliti
masih
mempertimbangkannya
untuk
memasukkannya ke dalam angket yang digunakan dalam penelitian. Hal ini peneliti lakukan dengan pertimbangan butir pernyataan tersebut dianggap mewakili informasi penting yang diperlukan dan ada juga butir yang harus dimasukkan sebagai perwakilan dari sub indikator yang telah dibuat pada kisi-kisi instrumen angket. Adapun butir pernyataan angket invalid yang peneliti peneliti masukkan di dalam angket penelitian adalah butir pernyataan nomor 32, 41, 59, dan 64. Peneliti menyadari bahwa ada kekurangan pada instrumen angket yang digunakan ini, khususnya pada beberapa pernyataan angket yang invalid dan
beberapa
pernyataan
angket
juga
bermakna
ganda.
Peneliti
mengantisipasi kurang faktualnya fakta yang terungkap di lapangan dengan terus melakukan pencarian fakta secara ilmiah dengan teknik pengumpulan data yang berbeda dengan informan yang berbeda dan juga peneliti commit to user Pada tahapan selanjutnya, peneliti melakukan pengamatan secara langsung.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan observasi sebagai crosscheck dari hasil data yang diungkap oleh angket berdasarkan perspektif siswa.
b. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas tes berhubungan dengan konsistensi hasil pengukuran, Sugiyono (2011) mengungkapkan, “Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.” (hlm. 348). Reliabilitas instrumen pada penelitian ini merujuk pada rumus Alfa Cronbach yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011) yaitu: ⌈
⌉[
∑ ∑
]
Keterangan : α
=
Koefisien Reliabilitas
k
=
Banyaknya belahan tes
=
Varians belahan j; j = 1,2,... k
=
Varians skor tes (hlm. 365)
Berdasarkan tabel uji reliabilitas (terlampir) yang ditampilkan telah didapatkan nilai reliabilitas instrumen angket ini yaitu 0,897. Nilai tersebut lebih besar dari nilai yang dipersyaratkan yaitu 0,6 artinya angket penelitian ini reliabel. Hal ini berdasarkan pendapat C.Trihendradi (2011) yang mengungkapkan, “Nilai Alpha lebih besar dari 0,6 dinyatakan reliabel” (hlm. 211).
3. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang berlangsung. Peneliti berencana menggunakan teknik ini untuk mengamati segala macam kegiatan, sumber belajar, lingkungan, kondisi belajar sekolah, dan commit to user lain-lain yang berhubungan dengan proses pembelajaran di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
4. Studi Dokumenter Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Teknik ini akan digunakan untuk menganalisis dokumen dan arsip sekolah baik yang berkaitan dengan proses pembelajaran maupun SMM ISO 9001:2008. Secara lengkap mengenai metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 3.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Komponen Evaluasi Context
Input
Process
Product
Indikator
Sumber Instrumen Data Yang Digunakan Kesesuaian Terjemahan Dokumen, Studi dokumenter SMM ISO 9001:2008 arsip, dan dan wawancara terhadap keberhasilan proses informan pembelajaran Latar belakang pendidikan Dokumen Studi dokumenter guru dan dan wawancara informan Mekanisme PPDB Dokumen Studi dokumenter (Penerimaan Peserta Didik dan dan wawancara Baru) informan Fasilitas pengembangan Responden Observasi dan pembelajaran angket Sarana, pra-sarana dan Data Studi lingkungan inventaris dokumenter, dan observasi, dan responden angket Kesesuaian proses Informan Angket pembelajaran dengan dan indikator keberhasilan responden pembelajaran Kedisiplinan, kerajinan, Informan Angket motovasi belajar dan dan keaktifan siswa. responden Hasil belajar siswa Arsip nilai Studi dokumenter commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
F. Validitas Data Data yang telah berhasil digali di lapangan studi, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan bukan hanya untuk kedalaman dan kemantapannya tetapi juga bagi kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu setiap peneliti harus bias memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk memastikan keabsahan data dengan cara menentukan cara-cara yag tepat dalam melakukan validitas data. Dalam penelitian kualitatif H.B. Sutopo (2006) menyatakan bahwa ada beberapa cara yang bisa dipilih untuk pengembangan validitas (kesahihan) dalam penelitian: “Cara-cara tersebut antara lain bisa berupa beberapa macam teknik triangulasi (triangulation), reviu informan kunci (key informan review), dan juga member check”(hlm. 92). Pada penelitian ini peneliti memutuskan untuk menggunakan teknik triangulasi. H. B. Sutopo (mengutip dari Patton 1984) menyatakan, bahwa ada empat macam teknik trianggulasi yaitu “(1) trianggulasi data (data triangulation), (2) trianggulasi peneliti (investigator triangulation), (3) trianggulasi metodologis (methodological
triangulation),
dan
(4)
trianggulasi
teoretis
(theoritical
triangulation) (2006:92). Peneliti menggunakan trianggulasi data dan triangulasi metode pada penelitian ini dengan pertimbangan bahwa teknik triangulasi data memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis dan triangulasi metode peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda. Sebelum melakukan pengumpulan data dengan beberapa teknik yang sudah disebutkan sebelumnya. Penting untuk melakukan validasi terhadap metode dan teknik pengumpulan data yang peneliti rancang sebelumnya. Karena dengan melakukan validasi ini diharapkan data yang akan diperoleh di lapangan memang sesuai dan akurat dengan fokus yang ingin dicari oleh peneliti. Peneliti melakukan validasi data dengan cara melakukan wawancara terlebih dahulu dengan staf kurikulum dan staf QMR untuk memastikan bahwa kajian teori mengenai indikator keberhasilan pembelajaran dan SMM ISO 9001:2008 sudah tepat dan layak commit instrumen to user penelitian. digunakan sebagai dasar untuk membuat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
Berdasarkan hasil wawancara dengan staf QMR mengenai SMM ISO 9001:2008 di proposal penelitian yang disesuaikan dengan indikator keberhasilan proses pembelajaran sudah cocok dan tidak ada yang perlu ditambah ataupun dikurangi. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara bersama staff kurikulum mengenai indikator keberhasilan pembelajaran yang peneliti buat di landasan teori sudah cukup sesuai dan tidak ada yang perlu dikurangi hanya saja staf kurikulum memberikan masukan mengenai variabel input yang berhubungan dengan latar belakang pendidik perlu ditambahkan hal-hal yang perlu dipertimbangkan cukup berpengaruh terhadap kinerja guru menjalankan proses pembelajaran yang baik. Hal yang dimaksud yaitu : 1. Beban Mengajar Guru. Hal ini berkaitan dengan jam mengajar guru. Ada beberapa guru yang jam mengajarnya berlebih (overload) tentunya hal ini juga memiliki pengaruh terhadap kinerja guru. Dalam teknik pengumpulan data selanjutnya peneliti akan melakukan wawancara lebih mendalam mengenai beban mengajar guru ini.
2. Sertifikasi Guru. Di SMK Pancasila ada beberapa guru yang sudah mengikuti sertifikasi dan ada yang belum. Seharusnya ada perbedaan baik mengenai kelimuan dan kinerja mengajar antara guru yang sudah sertifikasi dengan yang belum.
3. Tugas Guru Selain Mengajar. Selain mengajar di kelas di sekolah seorang guru juga diberikan tugas lain yang memiliki hubungan dengan sekolah terkait tugas mereka yang juga sebagai penyelenggara pendidikan dan melayani siswa sebaik mungkin. Ada yang merangkap tugas sebagai wali kelas, ketua kompetensi, staff kurikulum, panitia PPDB, dan lain-lain. Hal tersebut diperkirakan memiliki pengaruh juga terhadap kinerja guru dalam proses pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
G. Analisis Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif sehingga diperlukan teknik analisis data yang berbeda untuk memperoleh hasil analisis data yang lebih faktual dan akurat. 1. Analisis Data Deskriptif Analisis data secara kualitatif peneliti akan melakukan tabulasi data baik data narasi yang berpotensi untuk tabulasi maupun data narasi non tabulasi. Istilah “tabulasi” dapat diartikan “menyususn menjadi tabel”. Suharsimi Arikunto (2010)
menyatakan
bahwa:
“Tabulasi
merupakan
coding
sheet
yang
memudahkan peneliti dalam mengolah dan menganalisisnya, baik secara manual maupun komputer” (hlm. 129). Pada penelitian ini teknik wawancara dan observasi tentunya akan menghasilkan jawaban atau temuan yang beragam dari informan. Hal ini akan menjadi kendala yang cukup berarti bagi peneliti untuk menganalisisnya ketika semua data sudah terkumpul terutama data yang berwujud narasi. Oleh karena itu, perlunya peneliti menggunakan teknik tertentu dalam tabulasi agar lebih mudah dalam menganalis data narasi tersebut. Dalam teknik tabulasi dibagi menjadi dua teknik yaitu, data narasi berpotensi tabulasi dan data narasi nontabulasi. Data narasi berpotensi tabulasi yaitu data yang mengacu pada jawaban responden yang tingkat kemunculannya tinggi, artinya jawaban yang sering muncul karena diminati oleh responden. Sedangkan data narasi nontabulasi adalah data yang berwujud kalimat atau uraian yang sangat individual dan unik karena merupakan pendapat responden secara perseorangan. Setelah data narasi tersebut ditabulasikan selanjutnya data narasi tersebut peneliti analisis dengan model interaktif. Miles & Huberman yang dikutip H.B. Sutopo (2006) menyatakan, “bahwa ada tiga komponen utama analisis kualitatif adalah (1)Reduksi Data, (2)Sajian data, (3)Penarikan simpulan serta varifikasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan 3 langkah, yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menyimpulkan data” (hlm. 113). Langkahlangkah yang dilakukan dalam analisis data kualitatif ini adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
a. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses seleksi, pemusatan perhatian, penyederhanaan dan abstraksi dari semua jenis informasi yang muncul dan tertulis dilapangan. Proses reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus selama pelaksanaan pengumpulan data di lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari proses analisis yang mempertegas suatu informasi, memfokuskan permasalahan, membuang informasi yang tidak penting, dan mengatur dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga menghasilkan kesimpulankesimpulan dari informasi yang muncul di lapangan.
b. Penyajian Data Sajian data merupakan proses menyusun, mengorganisasikan, dan mendeskripsikan informasi dalam bentuk narasi. Sajian data ini disusun secara logis dan sistematis untuk menghasilkan data yang mudah dipahami dan mempermudah peneliti dalam menggabungkan dan merangkaian keterikatan antar data terkait dengan fenomena yang terjadi pada objek penelitian.
c. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini bukanlah akhir dari kegiatan analisis. Dengan bertambahnya informasi yang didapatkan di lapangan membuat informasi tersebut menjadi kompleks dan mendasar. Oleh karena penarikan kesimpulan ini adalah langkah penyimpulan dan verifikasi informasi yang didapat dari langkah-langkah sebelumnya, dan verifikasi dilakukan dengan menyatukan informasi dari kedua langkah pengambilan informasi yang dilakukan. Dari kegiatan-kegiatan diatas dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
Pengumpulan Data
(1)
(2)
Reduksi Data
Sajian Data
(3) Penarikan Simpulan/ Verikfikasi
Gambar 3.1. Skema Analisis Model Interaktif (H.B Sutopo, 2006:120)
2. Analisis Data Analitik Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran realitas tentang hal-hal yang berkaitan dengan indikator keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Data dari hasil angket/kuesioner dianalisis secara deskriptif kuantitatif yaitu dengan cara membandingkan persentase perolehan skor tiap responden pada tiap kasus dengan kriteria penilaian. Besarnya persentase menunjukkan kategori informasi yang terungkap sehingga dapat diketahui posisi masing-masing aspek dalam keseluruhannya maupun bagian permasalahan yang diteliti. Data hasil wawancara dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data kuantitatif yang diperoleh dari variabel input dan process dievaluasi dengan cara membandingkan persentase perolehan skor setiap responden pada tiap kasus dengan kriteria penilaian. Besarnya persentase menunjukkan kategori informasi yang terungkap, sehingga dapat diketahui posisi masing-masing aspek dalam keseluruhan maupun sebagaian aspek yang diteliti. Kriteria
kecenderungan
yang
digunakan
mengacu
pada
rumus
yang
dikembangkan oleh Saifuddin (2008: 108). Kriteria penilaian komponen dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Komponen
Rentangan Skor X < µ– 1,5 µ - 1,5 < X ≤ µ - 0,5 µ - 0,5 < X ≤ µ + 0,5 µ + 0,5 < X ≤ µ + 1,5 µ + 1,5 < X
Kategori Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Keterangan : µ = Mean ideal yang dapat dicapai instrumen = ½ (skor tertinggi + skor terendah) = Standar deviasi ideal yang dapat dicapai instrumen = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah) X = Skor yang dicapai Untuk mengetahui setiap hasil evaluasi yang dilakukan, maka diperlukan kriteria penilaian. Adapun kriteria penilaian yang dipakai berdasarkan pada kriteria empiris, yaitu kriteria yang disusun atau dikembangkan berdasarkan kondisi lapangan yang terekam atau mengacu pada komponen-komponen pembelajaran yang terlibat, yaitu guru, siswa, sumber belajar, dan lingkungan. Hasil dari angket penelitian ini peneliti deskripsikan tiap indikator. Hal ini dimaksudkan agar dapat dievaluasi tiap bagian sehingga dapat diketahui lebih rinci bagian mana yang perlu dikembangkan dan bagian mana yang masih perlu perbaikan. Tabel 3.4. Penentuan Skor Tiap Instrumen
Uraian Jumlah item Skor maksimum Skor minimum Selisih nilai Mean (µ) Standar deviasi (σ)
Input A B 10 15 50 75 10 15 40 60 30 45 commit to user 6,67 10
Process A 24 120 24 96 72 16
B 9 45 9 36 27 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
Keterangan : Input A
: Fasilitas pengembangan pembelajaran
Input B
: Sarana pra sarana, dan lingkungan
Process A : Kesesuaian proses pembelajaran dengan indikator keberhasilan pembelajaran Process B : Kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan siswa.
a. Evaluasi Input 1) Indikator Fasilitas Pengembangan Pembelajaran Jumlah butir soal untuk indikator fasilitas pengembangan pembelajaran adalah 10 butir. Skor terendah yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden adalah 10 sedangkan skor tertinggi adalah 50. Selisih skor minimum dan maksimum datanya adalah 40. Dengan demikian deviasi standarnya () bernilai 6,67 dan mean teoritisnya (µ) bernilai 30. Tabel 3.5. Hasil Penentuan Skor Fasilitas Pengembangan Pembelajaran
Fasilitas Pengembangan Pembelajaran
Kategori
Rentang Skor
Kelompok Skor
Sangat
X
≤
µ
-
1,5
(σ)
rendah
X
≤
30
-
1,5
6,7
X
≤
20
Rendah
Sedang
Tinggi
µ
-
1,5
(σ)
<
X
≤
µ
-
0,5
(σ)
30
-
1,5
6,7
<
X
≤
30
-
0,5
6,7
20
<
X
≤
27
µ
-
0,5
(σ)
<
X
≤
µ
+
0,5
(σ)
30
-
0,5
6,7
<
X
≤
30
+
0,5
6,7
27
<
X
≤
33
≤
µ
+
0,5
(σ)
<
X
µ
+
1,5
(σ)
30
+
0,5
6,7
<
X
30
+
1,5
6,7
33
<
X
40
(σ)
<
X
6,7
<
X
Sangat
µ
+
1,5
Tinggi
30
+
1,5
commit 40 < to X user
≤
20
20
-
26,667
27
-
33,333
33
-
40
>
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
2) Indikator Skor Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan Jumlah butir soal untuk indikator sarana pra sarana, dan lingkungan adalah 15 butir. Skor terendah yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden adalah 15 sedangkan skor tertinggi adalah 75. Selisih skor minimum dan maksimum datanya adalah 60. Dengan demikian deviasi standarnya () bernilai 10 dan mean teoritisnya (µ) bernilai 45. Tabel 3.6. Hasil Penentuan Skor Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan
Sarana, pra-sarana, dan lingkungan Kategori
Kelompok Skor
Rentang Skor Sangat
X
≤
µ
-
1,5
(σ)
rendah
X
≤
45
-
1,5
10
X
≤
30
Rendah
Sedang
Tinggi
µ
-
1,5
(σ)
<
X
≤
µ
-
0,5
(σ)
45
-
1,5
10
<
X
≤
45
-
0,5
10
30
<
X
≤
40
µ
-
0,5
(σ)
<
X
≤
µ
+
0,5
(σ)
45
-
0,5
10
<
X
≤
45
+
0,5
10
40
<
X
≤
50
≤
µ
+
1,5
(σ)
+
1,5
10
µ
+
0,5
(σ)
<
X
45
+
0,5
10
<
X
45
50
<
X
60
Sangat
µ
+
1,5
(σ)
<
X
Tinggi
45
+
1,5
10
<
X
60
<
X
≤
30
30
-
40
40
-
50
50
-
60
>
60
b. Evaluasi Process 1) Indikator Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran Jumlah butir soal untuk indikator kesesuaian proses pembelajaran dengan indikator keberhasilan pembelajaran adalah 24 butir. Skor terendah yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden adalah 24 sedangkan skor tertinggi adalah 120. Selisih skor minimum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
dan maksimum datanya adalah 96. Dengan demikian deviasi standarnya () bernilai 16 dan mean teoritisnya (µ) bernilai 72. Tabel 3.7. Hasil Penentuan Skor Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran
Kesesuaian proses pembelajaran dengan indikator keberhasilan pembelajaran Kelompok Rentang Skor Skor
Kategori
Sangat
X
≤
µ
-
1,5
(σ)
rendah
X
≤
72
-
1,5
16
X
≤
48
Rendah
Sedang
µ
-
1,5
(σ)
<
X
≤
µ
-
0,5
(σ)
72
-
1,5
16
<
X
≤
72
-
0,5
16
48
<
X
≤
64
µ
-
0,5
(σ)
<
X
≤
µ
+
0,5
(σ)
72
-
0,5
16
<
X
≤
72
+
0,5
16
64
<
X
≤
80
≤
µ
+
1,5
(σ)
+
1,5
16
µ
+
0,5
(σ)
<
X
Tinggi
72
+
0,5
16
<
X
72
80
<
X
96
Sangat
µ
+
1,5
(σ)
<
X
Tinggi
72
+
1,5
16
<
X
96
<
X
2) Indikator
Kedisiplinan,
Kerajinan,
Motivasi
≤
48
48
-
64
64
-
80
80
-
96
>
96
Belajar,
dan
Keaktifan Siswa Jumlah butir soal untuk indikator kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan siswa adalah 9 butir. Skor terendah yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden adalah 9 sedangkan skor tertinggi adalah 45. Selisih skor minimum dan maksimum datanya adalah 36. Dengan demikian deviasi standarnya () bernilai 6 dan mean teoritisnya (µ) bernilai 27.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
Tabel 3.8. Hasil Penentuan Skor Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar, dan Keaktifan Siswa
Kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan siswa. Kelompok Rentang Skor Skor X ≤ µ 1,5 (σ)
Kategori Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
X
≤
27
X
≤
18
-
1,5
6
µ
-
1,5
(σ)
<
X
≤
µ
-
0,5
(σ)
27
-
1,5
6
<
X
≤
27
-
0,5
6
18
<
X
≤
24
µ
-
0,5
(σ)
<
X
≤
µ
+
0,5
(σ)
27
-
0,5
6
<
X
≤
27
+
0,5
6
24
<
X
≤
30
µ
+
0,5
(σ)
<
X
≤
µ
+
1,5
(σ)
27
+
0,5
6
<
X
27
+
1,5
6
30
<
X
36
(σ)
<
X
6
<
X
36
<
X
Sangat
µ
+
1,5
Tinggi
27
+
1,5
commit to user
≤
18
18
-
24
24
-
30
30
-
36
>
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
H. Prosedur Penelitian Mulai Studi Literatur Pengembangan Instrumen Penelitian Pengumpulan Data
Wawancara 1. Guru 2. Staff 3. Siswa
Observasi 1. Fasilitas belajar 2. Lingkungan
Angket 1. Siswa
Dokumentasi 1. Dokumen dan arsip ISO
Validitas Data
Data Kualitatif 1. Triangulasi data 2. Triangulasi metode
Data Kuantitatif 1. Validitas Konstruk 2. Validitas Isi
Analisis Data
Data Kuantitatif 1. Kriteria penilaian komponen
Data Kualitatif 1. Tabulasi data 2. Non tabulasi data
Penarikan Kesimpulan Selesai commit to user Gambar 3.2. Bagan Prosedur Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian 1. Identitas Sekolah SMK Pancasila Surakarta merupakan sekolah swasta di bawah naungan Yayasan Pendidikan Pancasila Pembaruan. Sekolah ini mendapatkan persetujuan berdiri secara resmi sejak 1 Januari 1957 dengan No. Data Sekolah (NDS): C. 35054303 dan No. Statistik Sekolah (NSS) 322036101006. Sekolah ini beralamat di Jalan Apel No. 5 Jajar-Laweyan Surakarta. Sekolah ini mempunyai dua kompetensi keahlian yaitu teknik mesin dan teknik otomotif. Kedua kompetensi keahlian tersebut sudah terakreditasi dengan predikat A. SMK Pancasila Surakarta juga sudah memiliki sertifikat Standar Sistem Manajemen Mutu ISO No : 45392/A/000/UK/En 9001 : 2008.
2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Pancasila Surakarta a. Visi Sekolah Menghasilkan tenaga ahli menengah yang berkualitas.
b. Misi Sekolah 1) Membentuk tamatan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa . 2) Berbudi pekerti luhur. 3) Bersikap patriotisme dan nasionalisme. 4) Menyiapkan tamatan untuk mandiri. 5) Mampu berkompetisi di dunia kerja dan kreatif. 6) Memberikan pelayanan maksimal dan terbaik.
c. Tujuan Sekolah 1) Menyiapkan peserta didik yang cakap, dan Berahlaq Mulia. 2) Menyiapkan peserta didik yang memiliki sikap Disiplin, Cinta bangsa dan commit to user Negara. 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
3) Menyiapkan peserta didik mampu berwirausaha. 4) Menyiapkan Peserta didik mampu bersaing di dunia kerja . 5) Menyiapkan
peserta
didik
mampu
mengembangkan
diri
untuk
melanjutkan study kejenjang yang lebih tinggi. 6) Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengembangan Teknologi. 7) Melaksanakan Pelayanan sesuai kebutuhan pelanggan.
d. Nilai-Nilai Menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila.
3. Kebijakan Mutu SMK Pancasila Surakarta sesuai dengan visi dan misi sekolah, tujuan, nilai – nilai menyadari bahwa keberadaan sekolah sangat tergantung pada stakeholders. SMK Pancasila Surakarta bertekad untuk mengutamakan kepuasan para pelanggan dengan senantiasa melaksanakan perbaikan berkelanjutan SMM dan berusaha untuk memenuhi persyaratan pelanggan. SMK Pancasila Surakarta membentuk tamatan yang tangguh dan kompeten dengan : a. Melaksanakan Program Sekolah Standar Nasional untuk semua Program Keahlian. b. Mengembangkan SMK sebagai daya dukung perekonomian Daerah dan Nasional melalui Bisnis Center Manufactur dan Teaching Industri. c. Mendukung Solo sebagai kota Vokasi. Mengacu Falsafah “ Ing Ngarso Sung Tulodho”, Maksudnya dengan potensi yang dimiliki, sekolah bertekad mewujudkan SMK Pancasila Surakarta “Terbaik dari yang baik“. a. Terbaik Dalam Pengelolaan Dan Pelayanan 1) Orang Tua / Siswa Penguasaan Kompetensi Kejuruan,
Berkarakter, Penyediaan
Sarpras, Penambahan Program Keahlian, Penyaluran Tamatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
2) Dunia Usaha / Industri Kesiapan siswa terjun di Dunia kerja Industri.
b. Terbaik Dalam Prestasi 1) Prestasi Akademik Nilai UN, LKS, Lomba Sains dan Teknologi
2) Prestasi Non Akademik Paskibra, Olahraga, Musik, KIR
c. Terbaik Dalam Kreatifitas Mewujudkan Sekolah menjadi Pusat Kreatifitas Teknologi.
4. Struktur Organisasi Sekolah dan Susunan Staf Pembantu Kepala
Gambar 4.1. Bagan Struktur Organisasi Sekolah Secara Operasional Data secara lengkap mengenai susunan staf pembantu kepala peneliti tampilkan pada lampiran 3.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
B. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian evaluasi ini menggunakan pendekatan model evaluasi CIPP dengan strategi penelitian secara deskriptif dengan menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Oleh karena itu, peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian ini berdasarkan alur rancangan CIPP yang telah dibuat sebelumnya : 1. Analisis Context Tahapan awal peneliti terjun ke lapangan untuk meneliti adalah melakukan analisis context mengenai SMM ISO 9001:2008 terlebih dahulu. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan SMM ISO 9001:2008 serta kesesuaian indikator keberhasilan pembelajaran dan terjemahan SMM ISO 9001:2008 yang peneliti formulasikan dalam kajian teori. a. Kekuatan dan Kelemahan SMM ISO 9001:2008 Analisis kekuatan dan kelemahan ini bertujuan untuk mengetahui apa saja kekuatan yang menjadi kelebihan SMM ISO 9001:2008 yang memberikan manfaat besar bagi peningkatan kualitas mutu sekolah tidak hanya jangka pendek tapi juga jangka panjang. Sedangkan analisis kelemahan yang menjadi kekurangannya bertujuan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dari penerapannya dan mendeteksi apakah memang SMM ISO 9001:2008 yang memiliki kekurangan dan tidak sesuai diterapkan di sekolah ataukah proses penerapannya. Hal ini penting untuk diketahui sebagai bahan evaluasi dan koreksi bagi sekolah yang menerapkannya. Terutama bagi SMK Pancasila Surakarta yang baru tahun pertama ini menjalankannya. Berdasarkan hasil wawancara mengenai kekuatan SMM ISO 9001:2008 dengan staf ISO, staf kurikulum, K3 Mesin dan Otomotif. Secara generalisasi peneliti menyimpulkannya sebagai berikut mengenai kekuatan ataupun kelebihan dari SMM ISO 9001:2008 adalah perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pengorganisasian, dan dokumentasi administrasi sekolah yang lebih baik. Hal ini meliputi seluruh lini di sekolah harus terdokumentasi dan teradministrasi dengan baik. Sedangkan mengenai commit to user kelemahan ataupun kekurangannya peneliti menyimpulkan bukanlah pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
SMM ISO 9001:2008 nya namun pada Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjalankannya artinya kelemahan ini lebih dititikberatkan pada proses bagaimana menjalankan SMM ISO 9001:2008 dengan baik.
2. Analisis Input a. Latar Belakang Pendidik Untuk menggali informasi mengenai latar belakang pendidik ini peneliti melakukan wawancara terstruktur karena peneliti sudah mengetahui dengan pasti mengenai informasi yang akan diperoleh. Tujuan peneliti menggali informasi mengenai latar belakang pendidik adalah kinerja seorang pendidik tentunya juga dipengaruhi oleh latar belakangnya. Dengan harapan jika latar belakang pendidik sudah sesuai maka kinerja seorang pendidik juga baik. Yang dimaksud dengan latar belakang pendidik di sini adalah bukan hanya mengenai latar belakang pendidikannya saja, namun juga mengenai beberapa aspek lainnya. Aspek-aspek tersebut peneliti tuangkan dalam sub indikator. Dalam menentukan sub indikator yang akan digunakan dalam lembar pedoman wawancara ini peneliti adopsi dari Pasal 7 ayat (1) Undangundang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 yang menyatakan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan sembilan prinsip seperti yang disebutkan di kajian teori. Namun seiring dengan pengembangan instrumen yang peneliti lakukan, tidak semua prinsip tersebut peneliti gunakan sebagai sub indikator dalam lembar pedoman wawancara. Peneliti berdiskusi dengan staf kurikulum mengenai sub indikator yang digunakan dan beberapa diantaranya memang perlu dieleminasi dan ditambahkan tiga sub indikator yang dirasa perlu sebagai bahan pertimbangan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru dalam proses pembelajaran. Berikut adalah deskripsi dari hasil wawancara peneliti dengan delapan guru perwakilan dari mata pelajaran produktif, normatif, dan adaptif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
1) Memiliki Bakat, Minat, Panggilan Jiwa, dan Idealisme. Untuk mengetahui apakah seoarang guru tersebut memiliki minat menjadi seorang guru peneliti mengajukan pertanyaan mengenai jurusan apakah yang paling mereka inginkan ketika lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Jawaban dari guru-guru tersebut beragam. Yang benar-benar ingin melanjutkan studi ke fakultas keguruan dan sesuai dengan bidangnya mengajar sekarang hanya dua orang guru, sedangkan 6 orang sisanya memiliki keinginan lain, yaitu ada yang berkeinginan masuk ke jurusan elektronika, kehutanan, hukum, psikologi, dan pertanian. Meskipun demikian, pada akhirnya para guru yang awalnya tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan studi ke fakultas keguruan dan sesuai dengan bidang yang mengajarnya sekarang dengan berbagai macam motivasi akhirnya mendapatkan kesempatan juga untuk menekuni ilmu pendidikan dan keguruan serta bidang yang sesuai dengan tugas mengajarnya sekarang. Kemudian untuk mengetahui idealisme seorang guru salah satunya dapat dilihat dari bagaimana guru tersebut tidak gampang berpuas diri dengan kemampuan profesional yang dimiliki, hal tersebut meliputi keilmuan keguruan maupun ilmu berdasarkan bidangnya masing-masing. Berdasarkan hasil wawancara tersebut semua guru menyatakan bahwa masih memiliki keinginan yang kuat untuk terus meningkatkan kemampuan profesionalnya. Hanya saja ada beberapa kendala seperti faktor karena sudah berkeluarga, terbatasnya waktu, dan biaya. Kemudian untuk mengetahui apakah guru tersebut memiliki panggilan jiwa untuk menjadi seorang guru adalah dengan mengetahui motivasinya menjadi seorang guru. Berdasarkan hasil wawancara tersebut ternyata menghasilkan jawaban dengan motif yang cukup beragam, yaitu: menjadi seorang guru karena melihat sosok guru idola ketika masih sekolah, karena melihat sosok guru yang tidak menjalankan tugas keprofesionalannya dengan benar, memperoleh kesadaran ketika kuliah commit to user bahwa ketika lulus nanti menjadi seorang guru, karena ibadah, menjaga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
keilmuan yang dimilikinya, menyadari bahwa guru adalah profesi yang mulia, mendapatkan dukungan dari keluarga Kemudian untuk mengetahui apakah guru tersebut memang berbakat dalam menjalani profesi keguruan ini adalah dengan menanyakan apakah dalam menjalani profesi sebagai seorang guru ini mereka sudah merasa nikmat dalam menjalaninya dan memang cocok dengan
mereka.
Berdasarkan
hasil
wawancara
tersebut
peneliti
menemukan jawaban yang bervariasi mengenai bakat menjadi seorang guru diperoleh karena memang sudah terbiasa mengajar sebelumnya, karena mencintai dunia pendidikan, karena merasa bermanfaat bagi orang lain, karena memang menikmati profesi ini dan karena memang merasa mantap sejak awal memilih profesi menjadi seorang guru.
2) Memiliki
Komitmen untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan,
Keimanan, Ketakwaan, dan Akhlak Mulia. Untuk mengetahui apakah seorang guru memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia bukanlah sesuatu yang mudah. Namun, peneliti berusaha melakukan pendekatan dengan mengajukan dua pertanyaan yang kiranya dapat mewakili sub indikator tersebut. Pertanyaan pertama adalah bagaimanakah tanggapan seorang guru melihat mutu pendidikan di Indonesia sekarang ini. Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti mengambil garis besarnya yang menghasilkan dua macam jawaban yaitu: a) Mutu pendidikan sekarang kualitasnya meningkat jika dilihat dari perkembangan materi, fasilitas, dan sistem pendidikannya karena terus-menerus dilakukan penelitian dan pengembangan. b) Mutu pendidikan sekarang kualitasnya menurun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) Sebagian besar orang tua siswa yang kurang memberikan perhatian kepada anaknya dan menyerahkan seluruh urusan to user pendidikannya commit ke sekolah. Padahal untuk mewujudkan pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
yang berkualitas perlunya kerja sama dan komunikasi yang baik antara orang tua dengan pihak sekolah. Hal ini juga berpengaruh pada menurunnya kualitas mutu pendidikan di Indonesia. (2) Faktor pendidik yang kurang disiplin dalam menjalankan peraturan yang sudah disepakati. Seharusnya setiap pendidik harus tegas dalam menjalankan peraturan yang sudah dibuatnya agar peserdik tidak meremehkan sosok pendidik. (3) Kurang disiplinnya pendidik dalam memberikan motivasi kepada peserdik. (4) Kurang disiplinnya pendidik menerapkan standar penilaian terhadap peserdik. Hal ini berakibat nilai bagus yang diperoleh peserdik tidak linier dengan kualitas keilmuan yang dimilikinya. (5) Berkurangnya nilai moral pada peserdik. Di masa sekarang pendidikan moral sangat kurang diberikan kepada peserdik sehingga tata krama peserdik terhadap orang yang lebih tua kurang sekali. (6) Kurangnya pemerataan pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan hanya terfokus di kota-kota besar, sedangkan di daerah terpencil yang
justru
memerlukan
perhatian
lebih
malah
kurang
mendapatkan perhatian. Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa para guru memiliki perhatian yang cukup besar mengenai perkembangan mutu pendidikan di Indonesia. Selanjutnya peneliti kembali menggali informasi terkait dengan sub indikator ini dengan menanyakan apakah tindakan yang mereka lakukan melihat mutu pendidikan yang menurun tersebut terutama di lingkungan sekolah sendiri. Berikut adalah jawaban para guru tersebut yang peneliti ambil garis besarnya : a) Menanamkan moral dengan membiasakan setiap memulai pelajaran guru memberikan siraman rohani keagamaan. Karena semua pengaruh to user dengan kekuatan iman yang baik. negatif sebenarnyacommit dapat ditangkal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
b) Disiplin dan tegas dalam melaksanakan proses penilaian kepada peserdik. Metode evaluasi yang terbaik bisa didapatkan apabila terusmenerus
dilakukan
pengembangan.
Seharusnya
setiap
guru
mengawasi dengan ketat dan membuat metode evaluasi pembelajaran yang bagus ketika melakukan proses penilaian terhadap peserta didik. c) Membangun kerja sama dan komunikasi yang lebih baik dengan orang tua siswa. Karena keberhasilan pendidikan tidak hanya dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekolah, namun juga perlu dukungan dari orang tua siswa. d) Berusaha tidak mengikuti kebiasaan-kebiasaan dan budaya tidak baik yang biasanya dilakukan oleh guru-guru lainnya. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab mutu pendidikan di Indonesia menurun. Memang diperlukan idealisme yang cukup tinggi untuk membangun mutu pendidikan Indonesia. e) Peran aktif guru dalam membantu permasalahan belajar peserdik. f) Sikap tegas guru dalam mengambil keputusan terhadap peserdik. Guru harus mampu mengambil keputusan terbaik tidak hanya bagi peserdik yang bermasalah namun juga bagi peserdik lainnya. Sebagai contoh apabila ada peserdik yang bermasalah dan berpotensi memberikan pengaruh negatif bagi peserdik lainnya, maka seorang guru harus dapat bersikap tegas terhadap peserdik tersebut agar tidak memberikan pengaruh negatif bagi peserdik lainnya. g) Setiap guru harus menjalankan tugasnya sebagai seorang guru sebaik mungkin di sekolah.
3) Memiliki Kualifikasi Akademik dan Latar Belakang Pendidikan Sesuai Dengan Bidang Tugas dan Memiliki Kompetensi yang Diperlukan Sesuai dengan Bidang Tugas. Berdasarkan hasil wawancara hampir semua guru mempunyai latar belakang pendidikan yang sudah sesuai dengan bidang tugas yang commit to user dikerjakannya sekarang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
4) Memiliki
Tanggung
Jawab
Atas
Pelaksanaan
Tugas
Keprofesionalan. Untuk mengetahui apakah seorang guru memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. Peneliti mengungkapkan pertanyaan terlebih dahulu apakah guru tersebut mengerti bagaimana seorang guru tersebut bisa dikatakan sebagai guru yang profesional. Jawabannya cukup beragam, berikut adalah jawaban dari para guru tersebut : a) Tugas keprofesionalan guru adalah apabila guru bisa bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. b) Tugas keprofesionalan guru adalah merencanakan, melaksanakan, memberikan penilaian, menganalisis, dan mengevaluasi. c) Tugas keprofesionalan guru tidak hanya mengajar di kelas namun juga mendidik peserdik. Karena mendidik lebih kompleks maknanya dibandingkan dengan mengajar. d) Tugas keprofesionalan guru adalah guru mampu menguasai materi yang diampunya, mengembangkan materi sesuai dengan kondisi peserta didik, dan mampu meningkatkan strata kependidikannya. e) Tugas keprofesionalan guru adalah bertanggung jawab penuh terhadap peserdiknya, disiplin dalam mendidik peserdik, memberikan motivasi secara kontinyu, dan pengembangan metode evaluasi pembelajaran. Berdasarkan hal-hal yang sudah dikemukakan di atas kemudian peneliti berusaha menggali informasi lebih jauh apakah guru-guru tersebut memiliki tanggung jawab atas pelaksanaannya. Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti menemukan jawaban yang seragam mengenai kedisiplinan para guru berangkat ke sekolah untuk bekerja. Semua guru sudah siap di sekolah bahkan sebelum jam pelajaran yang diajarnya dimulai. Hanya saja mengenai guru yang berhalangan hadir untuk mengajar, hampir semua guru tidak ada yang dapat mengganti jam commit to user mengajar tersebut karena kendala jadwal mata pelajaran di sekolah yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
padat, tugas guru sudah cukup sibuk, dan siswa juga belum tentu mau jika jam pelajaran yang kosong diganti.
5) Memiliki Kesempatan untuk Mengembangkan Keprofesionalan Secara Berkelanjutan dengan Belajar Sepanjang Hayat. Berdasarkan hasil wawancara setiap guru memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. Pihak sekolah secara berkala menunjuk para guru secara
bergiliran
untuk
ditugaskan
meningkatkan
kemampuan
profesionalnya baik yang berkaitan dengan ilmu kependidikan, keguruan, dan ilmu yang sesuai dengan bidang tugas mengajarnya. Bentuknya seperti Pendidikan dan Latihan (DIKLAT), penataran, pelatihan, seminar, dan lain-lain.
6) Pemahaman Wawasan atau Landasan Kependidikan. Untuk
mengetahui
pemahaman
wawasan
atau
landasan
kependidikan peneliti menanyakan kepada para guru mengenai UU no. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas dan UU no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Berdasarkan hasil wawancara tersebut semua guru yang peneliti wawancara tidak ada yang dapat menjelaskan secara rinci mengenai kedua UU tersebut. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya seorang guru juga memahami mengenai kedua UU tersebut.
7) Pengembangan Kurikulum/Silabus dan Perancangan Pembelajaran. Pada sub indikator ini peneliti menanyakan apakah setiap guru sudah membuat silabus berdasarkan SKKD Spektrum 2008 yang memang diwajibkan untuk digunakan di SMK. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, semua guru sudah membuat silabus berdasarkan SKKD Spektrum 2008 yang disesuaikan setiap tahunnya dan kondisi di sekolah. Mengenai penyusunan silabus tersebut setiap guru membuatnya bersama commit user Tim Musyawarah Guru MatatoPelajaran (MGMP). Kemudian mengenai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
penyusunan RPP setiap guru selalu berusaha untuk mengembangkan RPP masing-masing menyesuaikan dengan karakteristik siswa baik tiap angkatannya maupun tiap kelas.
8) Beban Mengajar Guru. Mengenai beban mengajar ini sebagian guru mendapatkan beban mengajar yang cukup sehingga mereka mengatakan tidak mempengaruhi kinerja mengajar mereka. Namun, bagi guru yang beban mengajarnya sudah berlebih (overload) sangat mempengaruhi kinerja mengajar mereka. Alasan utama beban mengajar overload ini mempengaruhi kinerja
mengajar
mereka
adalah
guru
tidak
dapat
melakukan
pengembangan diri dan tugas guru selain mengajar juga banyak. Selain itu juga, bebang mengajar guru ini merupakan sesuatu yang dilematis untuk diselesaikan permasalahannya. Apabila yang dikehendaki agar beban mengajar para guru tersebut dikurangi, maka artinya perlu penambahan tenaga pengajar baru. Padahal untuk menambah tenaga pengajar baru sekolah juga perlu mempertimbangkan mengenai biaya tambahan yang harus dikeluarkan.
9) Sertifikasi Guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan delapan orang guru lima orang guru sudah sertifikasi dan tiga orang lainnya belum sertifikasi. Meskipun demikian, berdasarkan hasil wawancara dengan para guru tersebut semua guru setuju bahwa sertifikasi guru merupakan sarana bagi guru
untuk
meningkatkan
keprofesionalan
dan
meningkatkan
kesejahteraan mereka. Mengenai
sertifikasi,
peneliti
mengambil
kesimpulan
berdasarkan wawancara bahwa sertifikasi sendiri mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan sertifikasi adalah memberikan manfaat yang banyak bagi seorang guru yang sudah mendapatkannya. Karena dalam commit user dibekali dengan ilmu kependidikan proses mendapatkannya setiaptoguru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
dan keguruan kembali seperti ketika waktu kuliah. Dan setiap guru harus lulus ujian yang dipersiapkan tim penguji untuk dapat memperoleh sertifikasi. Tentunya hal ini memiliki pengaruh positif ketika guru tersebut kembali ke sekolah untuk mengajar. Diharapkan guru yang sudah sertifikasi tersebut meningkatkan performa dan tanggung jawabnya secara profesional sebagai seorang guru. Namun di sisi lain, kekurangan dari sertifikasi juga terkait dengan guru itu sendiri apabila guru yang sudah sertifikasi tersebut ketika kembali ke sekolah tidak menunjukkan peningkatan performa dan tanggung jawabnya secara profesional maka akan sia-sia sertifikasi yang didapatkannya tersebut.
10) Tugas Merangkap Selain Mengajar. Mengenai tugas merangkap selain mengajar ini hampir semua guru memiliki tugas merangkap selain mengajar. Enam dari delapan orang guru yang peneliti wawancarai mengatakan tugas merangkap tersebut tidak mempengaruhi kinerja mereka dalam mengajar karena tugas-tugas tersebut bukanlah tugas pokok mereka, sehingga mereka lebih mengutamakan tugas untuk mengajar. Bahkan ada guru yang mampu memanfaatkan tugas merangkap selain mengajar tersebut sebagai sarana untuk melakukan pengembangan diri. Sedangkan dua orang guru lainnya mengatakan tugas merangkap tersebut mempengaruhi kinerja mereka dalam mengajar dengan alasan tugas seorang guru tidak hanya di sekolah tapi juga ada pekerjaan rumah terutama mengurus keluarga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
b. Mekanisme PPDB Setiap penerimaan peserta didik baru selalu mengikuti petunjuk peraturan yang berlaku dari Depdiknas maupun Yayasan. Setiap pelaksanaan penerimaan siswa baru di sekolah, pihak sekolah selalu memberi kemudahan sehingga calon siswa baru dapat mendaftar dengan tertib dan lancar. Adapun syarat–syarat pendaftaran antara lain : 1) Mengisi formulir pendaftaran. 2) Menyerahkan : a) Fotocopy ijasah SMP/MTS yang telah dilegalisir,1 lembar b) Fotocopy STL/ UAS yang telah dilegalisir, 1 lembar c) Pas foto ukuran 3 x 4 cm, 2 lembar 3) Calon siswa datang sendiri dengan memakai seragam sekolah asal dan bersepatu. 4) Membayar uang pendaftaran. Sistem penerimaan peserta didik baru di SMK Pancasila berbeda dengan penerimaan peserta didik di sekolah yang lain. Sistem yang digunakan di SMK Pancasila Surakarta adalah sistem “ One Day Service” yang artinya peserta yang mendaftar langsung bisa mengetahui pengumuman diterima atau tidak di SMK Pancasila. Pengumuman akan diterima oleh peserta setelah menjalani prosedur yang telah ditentukan oleh panitia. Prosedur tersebut antara lain mengisi formulir pendaftaran, penyerahan syarat-syarat pendaftaran, dan tes wawancara. Setelah prosedur sudah dilaksanakan oleh peserta, panitia akan menyeleksi dan akan menyampaikan hasil seleksi kepada peserta. Adapun alur atau prosedur dalm penerimaaan peserta didik baru yaitu sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 Calon Siswa
R.02
Melengkapi Berkas A
Informasi & Pendaftaran
O= R.04
1. Tes Tertulis 2. Tes Kesehatan 3. Wawancara
M= R.03
O= R.04 Pengumuman Hasil M= R.03 Seleksi
R.01
1. Konsultasi DPSP 2. Konsutasi DPSB
YA
Tidak Diterima / Tidak
Mengambil Berkas Pendaftaran
O = Otomotif M= Mesin
Gambar 4.2. Alur Prosedur dalam Penerimaaan Peserta Didik Baru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
c. Fasilitas Pengembangan Pembelajaran Untuk menggali informasi mengenai variabel input dan process yang datanya bersifat kuantitatif peneliti menggunakan angket penelitian seperti yang sudah peneliti ungkapkan di metode penelitian. Angket penelitian ini direncanakan untuk disebar kepada seluruh siswa kelas XII baik teknik mesin dan teknik otomotif dengan total jumlah responden sebanyak 194 siswa. Namun ketika penyebaran angket penelitian, peneliti hanya mendapatkan 184 siswa yang mengisi angket penelitian yang disebarkan. Mengingat kelas XII yang sedang disibukkan kegiatan persiapan Ujian Nasional (UNAS) peneliti sudah berusaha mencari waktu yang paling tepat untuk menyebar angket penelitian ini. Penyebaran angket yang direncanakan sebelumnya hanya satu tahap dan dilakukan pada saat pengayaan menjelang UNAS. Peneliti memutuskan mengambil momen ini karena setelah melakukan konsultasi dengan staff kurikulum bahwa pada momen tersebut siswa diperkirakan akan masuk sekolah semua. Namun kenyataan di sekolah pada tahap pertama penyebaran angket penelitian yang tersisa masih banyak yaitu lebih dari 70 buah angket penelitian. Peneliti khawatir data yang diungkap di lapangan belum cukup mewakili deskripsi fenomena yang terjadi, oleh karena itu peneliti memutuskan untuk menyebarkan angket penelitian kembali pada tahap yang kedua. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa banyak yang tidak hadir meskipun di sekolah sedang diadakan pengayaan sebagai persiapan UNAS, maka peneliti harus berinisiatif untuk membagi angket penelitian kembali dengan mencari waktu yang lebih tepat. Kemudian, peneliti memutuskan untuk menyebar angket penelitian kembali pada saat pembagian kartu UNAS. Hasilnya sesuai dengan harapan peneliti, angket penelitian yang tersisa hanya 10. Peneliti beranggapan dengan 184 buah angket penelitian yang disebarkan ini sudah cukup mewakili untuk mendeskripsikan fenomena yang terjadi. Untuk hasil angket penelitian secara lengkap peneliti tampilkan pada tabel hasil angket penelitian yang ditampilkan pada lampiran 12. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
Tabel 4.1. Deskripsi Fasilitas Pengembangan Pembelajaran
No. 1 2 3 4 5
Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Frekuensi 31 97 53 3 0
Persentase 17 % 53 % 29 % 1,6 % 0%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk indikator fasilitas
pengembangan
memperoleh
pembelajaran
pada
kategori
tinggi
frekuensi terbanyak yaitu 97 dengan perolehan
persentase sebesar 53%. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas indikator fasilitas pengembangan pembelajaran termasuk pada kategori tinggi. Agar lebih mudah dipahami mengenai deskripsi indikator fasilitas pengembangan pembelajaran dapat dilihat pada diagram batang yang ditunjukkan di bawah : Indikator Fasilitas Pengembangan Pembelajaran
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Gambar 4.3. Diagram Batang Deskripsi Fasilitas Pengembangan Pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
d. Sarana, Pra Sarana, dan Lingkungan Tabel 4.2. Deskripsi Sarana, Pra Sarana, dan Lingkungan
No. 1 2 3 4 5
Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Frekuensi 41 91 46 6 0
Persentase 22 % 49 % 25 % 3,3 % 0%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk indikator sarana pra sarana, dan lingkungan pada kategori tinggi memperoleh frekuensi terbanyak yaitu 91 dengan perolehan persentase sebesar 49 %. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas indikator sarana pra sarana, dan lingkungan termasuk pada kategori tinggi. Agar lebih mudah dipahami mengenai deskripsi indikator sarana pra sarana, dan lingkungan dapat dilihat pada diagram batang yang ditunjukkan di bawah :
Indikator Sarana, Pra Sarana, dan Lingkungan
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Gambar 4.4. Diagram Batang Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
Selain data secara kuantitatif seperti yang diungkapkan di atas peneliti juga mendapatkan data secara kualitatif yang peneliti deskripsikan mengenai lingkungan sekolah. Untuk mengetahui keadaan lingkungan belajar siswa, peneliti melakukan observasi di SMK Pancasila Surakarta untuk mengamati secara langsung lingkungan belajar siswa. Pada awalnya observasi ini tidak ditujukan untuk mencari data pada penelitian ini, namun ditujukan untuk melengkapi data pada laporan oberservasi PPL (program pengalaman lapangan), namun data tersebut sekarang sangat berguna dan mendukung dalam pengumpulan data pada penelitian ini. Karena observasi dilakukan seiring dengan berjalannya PPL dan bahkan sampai penelitian ini dilakukan, artinya proses observasi ini berlangsung cukup lama, sehingga peneliti dapat mengetahui secara keseluruhan kondisi lingkungan belajar siswa di SMK Pancasila Surakarta baik lingkungan di luar maupun di dalam sekolah. 1) Lingkungan Di Luar Sekolah SMK Pancasila Surakarta dikelilingi oleh beberapa lembaga pendidikan di sekitarnya, lembaga-lembaga itu antara lain SPG Pancasila, SPG Tridarma, SMP Negeri 2 ,SMA Pancasila, SMA Tunggal bakti, dan lain-lain. SMK Pancasila Surakarta juga jauh dari area industri yang biasanya dapat menimbulkan polusi baik udara maupun suara. Peneliti sering melewati jalan-jalan di sekitar lingkungan sekolah dan kondisi lingkungannya selain dikelilingi oleh beberapa lembaga pendidikan lainnya, lingkungan sekitar sekolah hanya dipenuhi oleh rumah warga setempat dan tidak ada lokasi atau tempat yang kiranya dapat memberikan gangguan aktivitas pembelajaran di sekolah. Jalanjalan menuju sekolah juga bebas hambatan dan aman. Keadaan lingkungan di luar sekolah ini secara detail peneliti amati ketika acara jalan sehat yang diselenggarakan oleh sekolah pada hari Jum’at 30 September 2011, dimana pada saat itu peneliti berkeliling lingkungan di luar SMK Pancasila Surakarta. Keadaan pada saat itu peneliti masih commit to userSurakarta. menjalankan PPL di SMK Pancasila
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
Lingkungan di luar SMK Pancasila Surakarta tidak hanya ditunjang oleh lokasinya yang berdekatan dengan beberapa lembaga pendidikan lainnya dan juga hanya dikelilingi oleh rumah warga setempat yang tidak menyebabkan gangguan aktivitas pembelajaran di sekolah, namun juga lokasinya yang strategis jauh dari keramaian kota. Hal ini terlihat pada saat jam efektif mengajar dimulai dari jam 07.30 s/d 15.45 WIB kondisi lingkungan di luar sekolah sepi, tidak terlalu banyak kendaraan yang melintas di dekat sekolah. Sehingga lebih mendukung terciptanya suasana belajar mengajar yang benar-benar mantap.
2) Lingkungan Di Dalam Sekolah Lingkungan di dalam SMK Pancasila Surakarta secara umum peneliti menilai sangat nyaman dan kondusif digunakan untuk belajar bagi para siswa. Di depan pintu gerbang ada 1-2 orang penjaga sekolah yang menjaga pintu gerbang yang bertugas secara umum untuk menerima tamu dan menjaga apabila ada siswa yang keluar sekolah belum pada waktunya. Secara umum, warna dominan di SMK Pancasila Surakarta berwarna hijau tidak hanya cat tembok dari tiap bangunan yang berwarna hijau namun juga dipenuhi dengan pepohonan yang rindang, sehingga suasana di sekolah menjadi asri. Di setiap kelas memang tidak dilengkapi dengan pendingin ruangan seperti kipas angin ataupun AC (air conditioner) namun karena banyaknya pepohonan membuat suasana di kelas tetap sejuk. Kebersihan di sekolah juga selalu terjaga dan tempat sampah juga tersedia di beberapa sudut di sekolah. Di tiap kelas juga dilengkapi dengan ventilasi udara yang cukup banyak sehingga kelas tidak pengap, namun karena warna cat tembok dari tiap kelas berwarna hijau-kuning dan penerangan di tiap kelas kurang berfungsi dengan baik maka suasana di kelas agak redup. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Herry Saptoro selaku Wakasek urusan Ketenagaan dan Sarana Prasarana warna cat tembok ini memang sengaja tidak diganti dengan warna yang commitkebijakan to user dari yayasan. Di beberapa kelas lebih cerah karena memang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
yang peneliti jumpai, peneliti kesulitan untuk menemukan sumber daya listrik untuk menghidupkan perangkat elektronik, terkadang beberapa guru menggunakan ruang aula ketika mengajar menggunakan LCD Proyektor. Data secara lengkap mengenai prasarana, data/daftar para guru, data siswa kelas XII, dan denah sekolah peneliti tampilkan pada lampiran.
3. Analisis Process a. Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran Tabel 4.3. Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran
No. 1 2 3 4 5
Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Frekuensi 73 85 24 2 0
Persentase 40 % 46 % 13 % 1,1 % 0%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk indikator kesesuaian pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran pada kategori tinggi memperoleh
frekuensi terbanyak yaitu 85 dengan perolehan persentase
sebesar 46 %. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas indikator kesesuaian pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran termasuk pada kategori tinggi. Agar lebih mudah dipahami mengenai deskripsi indikator kesesuaian pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran dapat dilihat pada diagram batang yang ditunjukkan di bawah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
Indikator Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Gambar 4.5. Diagram Batang Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran
b. Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar, dan Keaktifan Siswa Tabel 4.4. Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar dan Keaktifan Siswa
No. 1 2 3 4 5
Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Frekuensi 24 86 61 12 1
Persentase 13 % 47 % 33 % 6,5 % 0,5 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk indikator kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar, dan keaktifan siswa pada kategori tinggi memperoleh
frekuensi terbanyak yaitu 86 dengan perolehan persentase
sebesar 47 %. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas indikator kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar, dan keaktifan siswa pada kategori tinggi. Agar lebih mudah dipahami mengenai deskripsi indikator kedisiplinan, kerajinan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
motivasi belajar, dan keaktifan siswa dapat dilihat pada diagram batang yang ditunjukkan di bawah : Indikator Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar, dan Keaktifan Siswa
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Gambar 4.6. Diagram Batang Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar, dan Keaktifan Siswa 4. Analisis Product a. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar ini peneliti bandingkan dari data hasil nilai kelulusan tahun pelajaran 2010/2011 dengan data hasil nilai kelulusan tahun pelajaran 2011/2012. Karena pada tahun pelajaran 2010/2011 pada saat itu SMM ISO 9001:2008 masih baru saja diterapkan di sekolah sehingga pengaruh penerapannya masih belum matang, sedangkan pada tahun pelajaran ini SMM ISO 9001:2008 sudah diterapkan selama satu tahun tentunya sudah lebih matang dalam pelaksanaannya. Data hasil nilai kelulusan tersebut secara rinci ditampilkan pada lampiran 16 dan 17. Pada deskripsi temuan penelitian ini peneliti hanya akan menampilkan perbandingan persentase keberhasilan dan rata-rata hasil Nilai Akhir (NA). Peneliti memutuskan untuk membandingkan NA sebagai pertimbangan penentuan perbandingan karena penentuan lulus atau tidaknya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
siswa berdasarkan perhitungan gabungan dari hasil Ujian Nasional (UN) dan Nilai Sekolah (NS). Berikut adalah rumus penentuan NA. NA = 0,6 × Hasil UN + 0,4 Hasil US Persentase keberhasilan kelulusan tahun pelajaran 2010/2011 adalah 100% sedangkan untuk tahun pelajaran 2011/2012 adalah 99,55%.
Tabel 4.5. Data Hasil Nilai Rata-Rata NA Tahun Pelajaran 2010/2011
Nilai Ujian Klasifikasi Rata-Rata Terendah Tertinggi Standar Deviasi
Bahasa Indo. A 7,55 5,30 8,70 0,57
Bahasa Inggris B 7,49 5,40 8,90 0,74
Matematika B 7,44 4,30 9,60 0,98
Kompetensi A 8,03 7,50 8,40 0,15
Jumlah Nilai A 30,51 23,40 34,30 1,68
Tabel 4.6. Data Hasil Nilai Rata-Rata NA Tahun Pelajaran 2011/2012
Nilai Ujian Klasifikasi Rata-Rata Terendah Tertinggi Standar Deviasi
Bahasa Indo. B 7,04 4,30 8,80 0,81
Bahasa Inggris B 6,94 4,60 9,00 1,02
Matematika B 6,61 3,70 9,00 1,18
Kompetensi A 8,05 7,50 8,80 0,26
Jumlah Nilai B 28,64 22,40 33,80 2,34
Untuk memudahkan melihat perbandingan dari kedua hasil NA tersebut peneliti juga menampilkannya dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Matematika
Kompetensi
Gambar 4.7. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-Rata NA Keterangan : Biru
: Tahun pelajaran 2010/2011
Merah : Tahun pelajaran 2011/2012 Seperti yang terlihat pada tabel dan diagram batang perbandingan rata-rata NA tersebut semua mata pelajaran mengalami penurunan nilai ratarata NA kecuali mata pelajaran kompetensi. Mata pelajaran bahasa indonesia mengalami penurunan sebanyak 0,51 atau sebesar 6,75%. Mata pelajaran bahasa inggris mengalami penurunan sebanyak 0,55 atau sebesar 7,34%. Mata pelajaran matematika mengalami penurunan sebanyak 0,83 atau sebesar 11,16%. Sedangkan mata pelajaran kompetensi mengalami kenaikan sebanyak 0,02 atau sebesar 0,25%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
C. Pembahasan Pada pembahasan penelitian ini peneliti akan menampilkannya dengan susunan berdasarkan pendekatan model CIPP agar hasil deskripsi temuan penelitian yang sudah diungkapkan sebelumnya dapat dievaluasi dengan lebih cermat tiap lininya. Berikut adalah pembahasannya. Untuk menghidari subyektivitas peneliti dalam menulis pembahasan ini, pada pengumpulan data peneliti melakukan triangulasi baik metode maupun data. Sehingga pembahasan ini sudah melalui pertimbangan dari banyak sudut pandang baik informan, responden, hasil observasi dan data dokumentasi. Diharapkan pembahasan ini menghasilkan sebuah kesimpulan yang benar-benar menggambarkan fenomena yang terjadi di lapangan secara faktual dan akurat. 1. Context a. Kekuatan dan Kelemahan SMM ISO 9001:2008 Berdasarkan deskripsi temuan penelitian mengenai analisis context yang peneliti paparkan sebelumnya, kekuatan atau kelebihan SMM ISO 9001:2008 yang diterapkan di SMK Pancasila Surakarta adalah perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pengorganisasian, dan dokumentasi seluruh kegiatan di sekolah yang lebih baik. Hal ini meliputi seluruh lini di sekolah yang harus terdokumentasi dan teradministrasi dengan baik. Yang dimaksud dengan perencanaan di sini adalah seluruh program yang direncanakan oleh sekolah baik yang bersifat pengembangan ataupun perbaikan haruslah direncanakan dengan tertib dan cermat. Perencanaan ini juga meliputi analisis mengenai pengembangan dan perbaikan yang harus dilakukan. Kemudian dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Yang dititik beratkan pada pelaksanaan ini tidak harus mencapai keberhasilan sepenuhnya namun yang terpenting memberi dampak positif dan bagaimana dalam pelaksanaan tersebut tetap terus melakukan analisis serta kontrol penuh dalam menjalani prosesnya. Hal ini dimaksudkan, perencanaan yang sudah disepakati bersama dan kemudian dilaksanakan bukanlah keputusan akhir yang harus digunakan secara baku, namun pelaksanaan tersebut juga commit to userperencanaan yang telah dibuat. Ini digunakan sebagai analisis terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
membuat proses pelaksanaan tersebut bukanlah sekadar menjalankan apa yang sudah direncanakan melainkan ada tujuan lain yaitu perbaikan secara terus-menerus continuous improvement. Di dalam pelaksanaan ini juga terdapat pengelolaan dan pengorganisasian yang wajib dilakukan. Untuk melihat bagaimana pengelolaan dan pengorganisasian ini dilaksanakan peneliti memfokuskan mengenai pengelolaan di bengkel mesin dan otomotif. Pengelolaan baik di bengkel mesin maupun otomotif pada dasarnya sama. Pengelolaan ini meliputi keseluruhan manajemen bengkel yang harus diadministrasikan dengan tertib yaitu: kelengkapan alat peraga, ketersediaan alat ukur, dan alur pengadaan barang. Pengelolaan tentunya tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya SDM yang menjalankannya. Maka perlunya pengorganisasian mengenai pembagian tugas mengelola bengkel ini. Setelah semua tahap tersebut dijalankan masih ada tahap akhir yang penting yaitu dokumentasi. Dari keseluruhan proses pelaksanaan yang dijalankan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat semua proses yang dijalankan tersebut haruslah didokumentasikan sebagai laporan perkembangan dan analisis untuk melakukan perencanaan selanjutnya. Kesimpulan dari kekuatan dari SMM ISO 9001:2008 ini adalah setiap yang akan dikerjakan haruslah direncanakan terlebih dahulu dan setiap yang sudah dikerjakan haruslah didokumentasikan sebagai laporan dan bahan pertimbangan analisis untuk melakukan
perencanaan
selanjutnya.
Sirkulasi
antara
perencanaan,
pelaksanaan, dan dokumentasi ini bersinergi dengan sangat baik dalam melakukan perbaikan secara terus-menerus untuk meningkatkan kualitas mutu sekolah. Sedangkan mengenai kelemahan atau kekurangan SMM ISO 9001:2008 setelah peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan peneliti menyimpulkan sebenarnya kelemahan atau kekurangan bukan terletak pada SMM ISO 9001:2008 namun pada proses pelaksanaan yang tentunya melibatkan SDM di SMK Pancasila Surakarta dan SDM yang dimaksud ini tentunya adalah para guru yang tidak hanya menjadi fokus commitmelalui to userSMM ISO 9001:2008 namun juga dalam peningkatan kinerjanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
sebagai pelaku. Berdasarkan wawancara dengan para informan terlihat para guru di sekolah masih belum siap menerima perubahan-perubahan signifikan yang diakibatkan oleh penerapan SMM ISO 9001:2008 di sekolah. Karena memang tidak dipungkiri dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 ini banyak hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja mereka sebagai seorang pendidik. Selama kurun waktu setahun belakangan ini tidak dipungkiri para guru seolah-olah ditambah tugasnya mengenai pengelolaan administrasi yang lebih banyak dibandingkan sebelum sekolah ini menerapkan SMM ISO 9001:2008.
Namun, sebenarnya tugas-tugas administrasi yang harus
dilakukan oleh para guru tersebut adalah memang sudah kewajiban seorang pendidik untuk mengerjakannya. Hanya saja sebelum SMM ISO 9001:2008 mengenai harus tertibnya mengenai administrasi ini terlihat bukan sebagai sesuatu yang wajib untuk dilaksanakan. Seharusnya sebagai seorang guru memiliki tugas keprofesioanlan yang secara detail ditampilkan pada kajian teori. Namun, selama ini yang menjadi kebiasaan guru hanyalah melaksanakan dan melakukan penilaian. Namun, setelah penerapan SMM ISO 9001:2008 para guru dituntut harus melaksanakan tugas keprofesionalan tersebut terutama mengenai harus tertibnya urusan administrasinya. Memang, ketika melakukan wawancara terstruktur mengenai
latar belakang seorang pendidik
setiap guru
mengungkapkan jawaban yang berbeda mengenai tugas keprofesionalan tersebut, namun peneliti menangkap maksud tersirat dari hasil wawancara tersebut bahwa para guru sebenarnya kewalahan dalam melaksanakan tuntutan dari SMM ISO 9001:2008 yang mewajibkan tertibnya urusan admininistrasi yang menjadi bagian wajib dari tugas keprofesionalan seorang guru. Berdasarkan wawancara dengan salah satu informan, dalam waktu dekat untuk penerapan SMM ISO 9001:2008 secara sempurna dengan proses dan hasil yang benar-benar baik masih belum bisa dilakukan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan proses. Karena yang tersulit dalam penerapan SMM ISO 9001:2008 ini sebenarnya adalah merubah pola lama commitpara to user yang sudah menjadi kebiasaan guru di sekolah. Pihak sekolah tetap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107
berusaha terus untuk mensosialisasikan bahwa memang tertibnya urusan secara administrasi tersebut bukanlah hanya tuntutan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 tetapi memang sudah tugas keprofesionalans seorang guru. Berdasarkan pemaparan mengenai kekuatan dan kelemahan SMM ISO 9001:2008 peneliti dapat menyimpulkan sebenarnya kekuatan dan kelemahan ini saling mendukung satu sama lain. Dengan kekuatan SMM ISO 9001:2008 sekolah mendapatkan gambaran bagaimana alur yang jelas untuk meningkatkan kualitas mutu sekolah. Sedangkan kelemahan yang peneliti paparkan mengenai SDM yang menjalankannya sebenarnya sebagai sebuah evaluasi secara tidak langsung mengenai kinerja guru di sekolah. Oleh karena itu, jika SMM ISO 9001:2008 diterapkan secara terus-menerus sebenarnya kelemahan mengenai SDM yang menjalankannya ini suatu saat akan menjadi kekuatan dalam menunjang peningkatan kualitas mutu sekolah melalui penerapan SMM ISO 9001:2008.
2. Input a. Latar Belakang Pendidik 1) Memiliki Bakat, Minat, Panggilan Jiwa, Dan Idealisme. Seperti yang diungkapkan di deskripsi penelitian bahwa hanya dua orang guru yang benar-benar berminat ingin melanjutkan studi ke FKIP yang jurusannya sesuai dengan bidang tugas mengajarnya sekarang. Meskipun demikian bukan berarti mereka terus menjalani kuliah di FKIP dengan terpaksa. Ini terbukti mereka dapat menyelesaikan studi mereka dengan baik. Bahkan beberapa diantara mereka terpilih menjadi mahasiswa yang terbaik yang kemudian setelah lulus segera ditempatkan ke institusi pendidikan yang ditunjuk oleh perguruan tinggi mereka. Peneliti menyimpulkan meskipun diawali dengan minat yang berbeda-beda namun pada akhirnya mereka menemukan minat sebenarnya menjadi seorang guru dan mereka menjalani proses untuk menjadi seorang guru tersebut dengan bersungguh-sungguh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108
Mengenai idealisme ini terlihat semua guru memiliki keinginan untuk terus meningkatkan keilmuannya baik yang berhubungan dengan keguruan maupun ilmu berdasarkan bidangnya masing-masing. Dapat disimpulkan setiap guru tidak berpuas diri dan mempunyai keinginan untuk terus melakukan pengembangan diri untuk menunjang peningkatan kemampuan profesional mereka. Mengenai panggilan jiwa dari masing-masing guru ini berhubungan dengan motivasi dari pribadi guru tersebut. Memang setiap guru berangkat dari motivasi yang berbeda untuk menjadi seorang guru, namun yang terpenting adalah mereka memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi guru yang baik. Hal ini tentunya membentuk pola pikir dan mental yang baik kepribadian guru dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru. Sedangkan mengenai bakat, tidak dipungkiri bahwa semua orang memang memiliki bakat untuk menjadi seorang guru. Dan belum tentu juga di awal perjalanan mereka sudah menikmati dan merasakan memang profesi guru memanglah suatu profesi yang cocok dan suatu pekerjaan yang betul mereka nikmati. Namun, seiring berjalannya waktu para guru tersebut mengungkapkan dengan proses mereka pada akhinya menyadari bahwa menjadi memilih profesi guru memanglah pilihan yang tepat bagi mereka. Meskipun banyak rintangan dan kesibukan yang harus mereka jalani namun terlihat sekali mereka menikmati dan sudah merasa cocok menjalani pekerjaan sebagai seorang guru.
2) Memiliki Komitmen untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan, Keimanan, Ketakwaan dan Akhlak Mulia. Melihat berbagai macam tanggapan dari para guru mengenai perkembangan kualitas mutu pendidikan di Indonesia yang peneliti sengaja lakukan untuk memancing dan mengetahui seberapa jauh perhatian mereka terhadap dunia pendidikan menghasilkan jawabancommitwawasan to user bagi peneliti mengenai realita jawaban yang membuka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109
pendidikan di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan para guru memiliki perhatian terhadap kondisi pendidikan. Kemudian para guru juga menunjukkan bagaimana cara mereka masing-masing memberikan sumbangsih positif melalui profesi mereka sebagai seorang pendidik meskipun lingkupnya hanya di sekolah mereka berusaha semaksimal mungkin untuk bekerja sebaik mungkin tidak hanya untuk memenuhi tuntutan pekerjaan namun juga bekerja dengan rasa sosial untuk mendidik dan membimbing siswa di sekolah sampai mereka betul-betul mendapatkan pendidikan yang terbaik.
3) Memiliki Kualifikasi Akademik dan Latar Belakang Pendidikan Sesuai dengan Bidang Tugas dan Memiliki Kompetensi yang Diperlukan Sesuai dengan Bidang Tugas Setiap guru sudah memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai. Meskipun ditempuh dengan jalan yang berbeda-beda. Karena memang tidak dapat dipungkiri untuk dapat totalitas dalam menjalankan profesi mereka sebagai seorang guru kesesuaian antara latar belakang bidang pendidikan dengan tugas mengajar mereka sekarang menjadi salah satu penunjang kelancaran mereka dalam menjalani tugas mereka dalam mengajar secara profesional.
4) Memiliki Tanggung Jawab atas Tugas Keprofesionalan Setiap guru mampu menjawab apabila ditanya mengenai tugas keprofesionalan mereka meskipun jawaban mereka beragam. Memang para guru tidak ada yang menjawabnya secara lengkap sesuai dengan tugas keprofesionalan guru seperti yang ditampilkan di kajian teori. Namun dari hasil wawancara tersebut paling tidak para guru menyebutkan salah satu diantaranya. Peneliti memahami mengapa para guru mungkin tidak dapat menyebutkan secara lengkap tugas commit to user keprofesionalan mereka, tentunya tuntutan untuk penyelesaian tugas di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110
lapangan lebih penting daripada sekadar mengetahui tugas-tugas pokok mereka di atas kertas. Meskipun demikian, peneliti melihat para guru tersebut tetap berusaha memberikan kinerja terbaik mereka sebagai seorang guru dengan cara dan karakter mereka masing-masing. Kinerja para guru di lapangan untuk mematuhi tata tertib sekolah sudah disiplin dan seolah sudah menjadi budaya mereka untuk selalu datang ke sekolah sebelum waktu yang ditetapkan oleh sekolah. Mengenai pergantian jam mengajar yang kosong, memang seharusnya jika jam mengajar tersebut kosong baik karena guru tersebut berhalangan hadir karena sakit ataupun ada suatu urusan harusnya mengganti jam pelajaran tersebut. Karena memang tugas seorang guru untuk menerangkan materi pelajaran dan tentunya dengan hadirnya seorang guru di kelas untuk mengajar proses pembelajaran akan terlaksana dengan lebih baik. Namun, fakta di lapangan hal tersebut sulit dilakukan meskipun guru yang bersangkutan mau melakukan hal tersebut. Kendalakendala seperti jam mengajar sekolah yang padat, tugas guru selain mengajar yang cukup sibuk dan juga kurangnya minat siswa jika harus menambah jam pelajaran di hari lain sebagai jam pelajaran yang kosong menjadi rintangan yang sulit untuk diatasi. Hal ini menjadi sebuah dilema antara
harus
menjalankan
tugas
keprofesionalan
guru
dengan
menghadapi realita di lapangan. Bagaimanapun para siswa haruslah mendapatkan hak menerima ilmu pengetahuan ketika mereka berada di sekolah Oleh karena itu, untuk memanfaatkan jam pelajaran yang kosong tersebut sebisa mungkin para guru berusaha minimal memberikan tugas bagi para siswa agar para siswa minimal tetap mendapatkan melakukan proses pembelajaran meskipun hanya melalui mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru yang berhalangan hadir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111
5) Memiliki Kesempatan untuk Mengembangkan Keprofesionalan Secara Berkelanjutan dengan Belajar Sepanjang Hayat Setiap guru pada hakikatnya memiliki kesempatan untuk meningkatkan pendidikannya ke strata yang lebih tinggi. Namun, jika harus melanjutkan sekolah lagi ke para guru terkendala masalah biaya. Pertimbangannya daripada biaya tersebut digunakan untuk melanjutkan sekolah lebih baik digunakan untuk bekal pendidikan anak-anak mereka. Hal ini masuk aka jika melihat realita pendidikan sekarang yang syarat dengan biaya yang tinggi jika ingin mendapatkan kualitas pendidikan yang terbaik. Namun, bukan berarti perjuangan untuk meningkatkan kemampuan profesional dan terus belajar berhenti sampai di situ. Sekolah masih memberikan kesempatan bagi para guru mereka untuk meningkatkan kemampuan profesional mereka dengan cara mengirim mereka ke diklat, pelatihan dan penataran. Paling tidak hal ini cukup membawa angin segar bagi para guru yang memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan kemampauan profesionalnya. Berdasarkan hasil wawancara di sekolah ini mengenai pembagian kesempatan untuk pemberangkatan diklat, pelatihan, dan penataran masih kurang merata. Seharusnya ada pembagian yang merata mengenai hal ini agar setiap guru mendapatkan hak yang sama untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya.
6) Pemahaman Mengenai Wawasan atau Landasan Kependidikan Dari semua guru yang diwawancarai tidak ada yang dapat menyebutkan secara detail mengenai UU no.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan UU no.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Padahal beberapa diantara guru tersebut sudah ada yang sertifikasi. Beberapa informan mengungkapkan kurangnya sosialisasi mengenai hal ini. Dan ternyata pada saat ada monitoring evaluasi dari pihak ISO para guru di sekolah juga banyak yang tidak bisa menyebutkan ini. Seharusnya commit to user penting bagi seorang guru minimal dapat menyebutkan beberapa saja dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112
UU tersebut karena hal ini mencerminkan seberapa wawasan mengenai landasan pendidikan mereka.
7) Pengembangan Kurikulum/Silabus dan Perancangan Pembelajaran Setiap tahunnya SMK Pancasila selalu melakukan pembaharuan mengenai kurikulum KTSP yang digunakan di sekolah. Meskipun tidak terlalu banyak perubahan yang terjadi tiap tahunnya. Respon dari tiap guru hampir sama, untuk silabus secara garis besar memang tidak banyak melakukan perubahan tiap tahunnya. Namun, tetap melakukan evaluasi dan menyesuaikan dengan kondisi sekolah. Sedangkan untuk RPP setiap guru yang peneliti wawancarai mengungkapkan selalu melakukan evaluasi mengenai RPP yang dibuatnya setiap tahun. Mereka selalu berusaha mencari metode mengajar yang paling tepat diterapkan pada siswa. Melihat hal ini, peneliti menyimpulkan setiap guru memang memiliki perhatian untuk terus meningkatkan kualitas kinerja mereka.
8) Beban Mengajar Guru Realita di sekolah swasta seperti di SMK Pancasila Surakarta mengenai beban mengajar guru yang overload menjadi sebuah dilema. Karena apabila seorang guru beban mengajarnya overload sangat mempengaruhi kinerja mengajarnya tidak hanya pada saat mengajar di kelas namun juga dalam mengerjakan tugas-tugas lain selain mengajar. Para guru sejatinya ingin selalu dapat mengevaluasi apa yang sudah dikerjakannya
di
sekolah
dan
penting
juga
untuk
melakukan
pengembangan diri. Namun, dengan beban mengajar yang terlalu banyak membuat kedua hal tersebut jadi dikesampingkan karena untuk menyelesaikan tugas mengajar yang banyak saja sudah cukup berat. Seandainya harus ditambah tenaga pengajar baru agar pembagian jam mengajar lebih merata di sisi lain karena sekolah ini swasta ada beberapa guru yang penghasilannya didapatkan dari yayasan. Banyaknya commit to user dari banyaknya jam mengajar di penghasilan guru tersebut tergantung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113
sekolah. Oleh karena itu menjadi serba salah bagi pihak sekolah seandainya ingin menyelesaikan mengurangi jam mengajar para guru yang overload dengan menerima guru baru namun di sisi lain guru yang penghasilannya
bergantung
dari
banyaknya
jam
mengajar
penghasilannya jadi berkurang.
9) Sertifikasi Guru Dengan adanya sertifikasi ini para guru mengatakan sangat baik untuk peningkatan kemampuan profesional seorang guru dan juga untuk meningkatkan kesejahteraan. Meskipun beberapa guru mengatakan dalam pelaksanaannya mendapatkan sertifikasi ini terkesan terburu-buru dan ilmu pengetahuan yang didapatkan menjadi kurang maksimal. Apa saja yang didapatkan pada saat menjalani proses mendapatkan sertifikasi seharusnya bisa diterapkan saat kembali mengajar di sekolah, inilah yang dimaksud dengan meningkatnya kemampuan profesional guru, namun seandainya sama saja maka sertifikasi hanya akan berfungsi sebagai peningkatan kesejahteraan.
10) Tugas Merangkap Selain Mengajar Mengenai tugas merangkap ini peneliti menyimpulkan tugas merangkap ini tidak terlalu mempengaruhi kinerja mereka dalam mengajar. Memang beberapa guru mengungkapkan bahwa terkadang tugas merangkap tersebut juga cukup membuat kerepotan, namun tugas mengajar di kelas tetap diutamakan. Bahkan ada guru yang mampu memanfaatkan tugas merangkap tersebut contohnya wali kelas untuk meningkatkan kompetensi sosialnya. Hal ini tentunya berdampak positif bagi peningkatan kinerja guru di sekolah. Oleh karena itu, tugas merangkap ini tidaklah menjadi sesuatu yang mengganggu bagi kinerja seorang guru dalam mengajar di kelas. Berdasarkan uraian yang disampaikan di atas sebanyak delapan commit to userdan tidak menjadi masalah bagi para buah poin memang sudah dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114
guru dalam menjalankannya selama menjadi seorang guru. Sedangkan dua poin yaitu mengenai pemahaman wawasan pendidikan dan beban mengajar guru masih menjadi permasalahan bagi para guru. Meskipun demikian, peneliti menyimpulkan para guru di SMK Pancasila Surakarta sudah menjalankan profesinya sebagai seorang guru sesuai dengan prinsip profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang tertera di pasal 7 ayat (1) UU no.14 2005. Meskipun pada beberapa poin para guru terebut tidak dapat menjalankannya dengan sempurna. Namun, hal tersebut juga disebabkan karena keterbatasan kondisi yang ada di sekolah.
b. Mekanisme PPDB Mengenai mekanisme PPDB ini alurnya sudah baik karena sudah setiap siswa baru diharuskan melewati tiga tahapan agar dapat diterima di sekolah ini yaitu tes tertulis, tes kesehatan, dan wawancara. Artinya dalam penentuan penjaringan siswa baru sekolah sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjaring calon siswa sebaik mungkin. Diperlukan tiga tahap untuk menentukan siswa tersebut bisa diterima atau tidak, hal ini kembali lagi pada prinsip dari proses pembelajaran dimana keberhasilan dari proses pembelajaran adalah hasil sinergi yang baik dari pendidik, peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah memiliki komitmen untuk memaksimalkan proses pembelajaran dari semua aspek yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115
c. Sumber Belajar dan Lingkungan Berdasarkan hasil dari angket penelitian mengenai indikator fasilitas pengembangan pembelajaran yang ditunjukkan pada lampiran 12 pada kategori tinggi memperoleh frekuensi terbanyak yaitu 97 dengan perolehan persentase sebesar 53%. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas indikator fasilitas pengembangan pembelajaran termasuk pada kategori tinggi. Sedangkan untuk lingkungan peneliti melakukan pendekatan melalui indikator sarana pra sarana, dan lingkungan pada kategori tinggi memperoleh frekuensi terbanyak yaitu 91 dengan perolehan persentase sebesar 49 %. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas indikator sarana pra sarana, dan lingkungan termasuk pada kategori tinggi. Hasil tersebut tentunya berdasarkan perspektif siswa sebagai responden, peneliti berusaha melakukan crosscheck baik secara langsung maupun menggali informasi melalui informan. Untuk crosscheck secara langsung peneliti secara tidak langsung sudah merasakan sendiri bagaimana fasilitas pengembangan pembelajaran di SMK Pancasila Surakarta memang sudah mencukupi dan dalam keadaan baik. Di bengkel dan perpustakaan juga tertata rapi dan lengkap. Hanya saja pada saat melakukan penelitian, sekolah ini sedang melakukan pemugaran di bagian kantor dan halaman depan. Sehingga perpustakaan dan aula juga difungsikan sebagai ruang guru. Memang sementara ini keadaan aula dan perpustakaan sedikit perlu penataan, tentunya keadaan ini hanya bersifat sementara. Mengenai alat peraga di bengkel setiap peralatan dilengkapi dengan instruksi kerja, penataannya rapi dan kondisinya berfungsi dengan baik. Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan dari para informan mengenai fasilitas pengembangan pembelajaran ini baik yang berhubungan dengan bengkel, perpustakaan, dan peralatan lainnya yang dapat menunjang proses pembelajaran memang semuanya tertata dengan baik karena pembagian tugas yang jelas dari setiap lini kerja di sekolah. Dan peneliti juga mengamati langsung secara rutin ada perawatan dan pembersihan di bengkel maupun di perpustakaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116
Lingkungan baik di dalam maupun di luar sekolah juga kondusif seperti yang peneliti ungkapkan di lingkungan belajar siswa. Artinya tidak hanya menurut peneliti bahwa lingkungan belajar di SMK Pancasila Surakarta yang memang kondusif namun juga dari para responden mengatakan demikian yang ditunjukkan oleh hasil angket penelitian yang hasilnya indikator fasilitas pengembangan pembelajaran dan sarana pra sarana serta lingkungan memiliki efektivitas yang tinggi. Dan pengaruh dari penerapan SMM ISO 9001:2008 semakin meningkatkan standar kualitas dari kedua indikator tersebut.
3. Process Pada variabel process ini untuk mengetahui kesesuaian antara proses pembelajaran yang terjadi di sekolah dengan indikator keberhasilan pembelajaran memang agak sulit jika harus melakukan observasi satu persatu ke kelas pada saat proses pembelajaran terjadi hal ini juga dikhawatirkan akan mengganggu proses pembelajaran. Maka peneliti memutuskan untuk melihat fenomena yang terjadi melalui responden yang diwujudkan melalui angket penelitian. Dapat dilihat
untuk
indikator
kesesuaian
pembelajaran
dengan
keberhasilan
pembelajaran pada kategori tinggi memperoleh frekuensi terbanyak yaitu 85 dengan perolehan persentase sebesar 46 %. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas indikator kesesuaian pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran termasuk pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil angket penelitian tersebut dapat disimpulkan efektivitasnya tinggi. Pencarian fakta tidak berhenti sampai di sini. Dalam butir angket yang peneliti buat ada beberapa butir yang tidak valid namun tetap peneliti masukkan di dalam angket penelitian. Butir-butir pernyataan tersebut peneliti ungkapkan kembali pada saat melakukan wawancara dengan para guru. Hasilnya tidak jauh berbeda dari hasil yang diungkapkan pada angket penelitian. para guru mengungkapkan selalu memberikan kesempatan bertanya bagi siswa, mengecek tingkat pemahaman siswa, dan memancing kreativitas siswa dengan berbagai macam metode yang disesuaikan dengan karakteristik commit mata pelajaran maupun siswanya. Haltoiniuser menunjukkan para guru sudah berusaha
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117
semaksimal mungkin agar tujuan dari proses pembelajaran yang ditargetkan tercapai. Hanya saja mengenai remedial, memang seharusnya prosedur remedial yang benar adalah guru harus memberikan pengajaran ulang sebelum memberikan tes ulang kembali, namun karena segala macam keterbatasan yang ada di sekolah baik dari guru, jadwal mata pelajaran yang padat, dan antusias siswa menjadi faktor penghalang untuk menjalankan remedial yang memang sesuai dengan prosedur. Meskipun demikian setiap guru sudah berusaha semaksimal mungkin agar para siswanya yang belum mencapai ketuntasan minimal dapat lulus dan juga memperoleh ilmu yang diajarkan. Mengenai efektivitas indikator indikator kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan siswa memang pada kategori tinggi memperoleh frekuensi terbanyak yaitu 86 dengan perolehan persentase sebesar 47 %. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas indikator kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar, dan keaktifan siswa pada kategori tinggi. Namun pada kategori sedang juga cukup tinggi yaitu dengan perolehan persentase sebesar 33 %. Hal ini mengundang penasaran bagi peneliti mengapa bisa terjadi demikian. Pada saat wawancara bersama guru hal ini terjawab. Ternyata memang para siswa keaktifan selama belajar di kelas agak kurang. Meskipun para guru sudah memberikan stimulus-stimulus sebagai pancingan agar mereka lebih aktif dan kritis namun masih kurang. Pada saat mengerjakan ujian juga para siswa terkesan kurang sungguh-sungguh karena banyak yang sibuk bekerja sama dengan siswa lainnya. Informasi ini tidak hanya peneliti dapatkan dari wawancara namun peneliti juga melihat secara langsung pada saat menjadi pengawas ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Fenomena para siswa tidak takut untuk bekerja sama pada saat ujian meskipun sudah ada pengawas seolah menjadi hal yang biasa. Hal ini persis seperti yang dikatakan oleh seorang guru pada saat wawancara, para siswa sekarang sudah tidak malu lagi untuk bekerja sama pada saat ujian. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman mengenai harusnya menghargai hasil kerja sendiri. Sehingga para siswa mengalami krisis kepercayaan diri dan menginginkan hasil yang instan. Sebenarnya para guru to user bagi para siswa, namun menurut sudah memberikan motivasicommit dan nasehat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118
seorang guru hal-hal tersebut perlu dilakukan dengan lebih intensif dan kompak dilakukan oleh seluruh guru, sehingga secara bertahap para siswa akan tersadar dengan sendirinya.
4. Product Berdasarkan persentase keberhasilan kelulusan dan nilai rata-rata NA memang pada
tahun
pelajaran
2011/2012
mengalami
penurunan
jika
dibandingkan tahun pelajaran 2010/2011. Melihat hal ini, perlunya menanggapi persoalan mengenai menurunnya persentase hasil kelulusan dengan sudut pandang yang lebih teliti. Hal tersebut menuntun kita agar tidak terlalu cepat dalam mengambil kesimpulan bahwa efektivitas di lini product mengalami penurunan. Seperti yang diketahui bahwasanya hasil penulusuran pada analisis context, input, dan process hasil evaluasinya menunjukkan efektivitas yang tinggi. Seharusnya cerminan dari hasil efektivitas yang tinggi tersebut hasil product mengalami peningkatan. Namun, jika melihat persentase penurunannya baik dari hasil persentase keberhasilan lulusan maupun nilai rata-rata NA-nya yang tidak terlalu banyak tentunya hasil product ini masih dalam batas yang wajar dan masih dapat dikatakan penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta efektifvitasnya tinggi. Terutama jika melihat dampak penerapan SMM ISO 9001:2008 secara positif terlihat sekali bahwasanya adanya percepatan untuk berkembang dari seluruh lini di sekolah. Dan dengan percepatan tersebut juga baik secara langsung ataupun tidak langsung terdeteksi kelemahan-kelemahan penghambat yang justru dapat menjadi kekuatan suatu saat nanti yang pada akhirnya berujung pada peningkatan mutu sekolah. Meskipun demikian, permasalahan ini masih belum selesai dan memerlukan analisis serta pembahasan lebih lanjut baik oleh pihak sekolah khususnya ataupun ada penelitian khusus yang melanjutkan penulusuran bagaimana permasalahan ini bisa terjadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Penerapan SMM ISO 9001:2008 sejatinya adalah untuk meningkatkan kualitas mutu sekolah. Mutu sekolah tercermin dari bagaimana kualitas lulusannya dan bagaimana respon baik dari eksternal customer. Kualitas lulusan sekolah tentunya dibentuk dari sebuah proses pembelajaran yang merupakan inti dari proses pendidikan siswa selama belajar di sekolah. Penerapan SMM ISO 9001:2008 yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas mutu sekolah artinya haruslah menunjang peningkatan mutu proses pembelajaran di sekolah. Berikut adalah simpulan dari penelitian tentang bagaimana dan seberapa efektifnya penerapan SMM ISO 9001:2008 pada proses pembelajaran : 1. Context. a. Kekuatan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta adalah perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pengorganisasian, dan dokumentasi administrasi sekolah yang lebih baik. b. Kelemahan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta adalah pada SDM yang menjalankannya. SDM di sekolah masih belum siap dalam menjalankan penerapan SMM ISO 9001:2008 sepenuhnya. Meskipun demikian, kelemahan pada SDM ini justru menjadi bahan evaluasi secara tidak langsung bagi kinerja para guru tersebut. c. Melalui penerapan SMM ISO 9001:2008 mendisiplinkan administrasi mengajar para guru yang secara tidak langsung hal ini menyadarkan para guru bahwa sebenarnya tertib secara administrasi juga merupakan tugas keprofesionalan seorang guru yang sudah menjadi kewajiban bagi setiap guru untuk menjalankannya. 2. Input. a. Pendidik yang menjadi “aktor utama” dalam proses pembelajaran semakin meningkat kinerjanya dan kontrol terhadap kinerja para guru tersebut juga commit to user 119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120
semakin baik setelah penerapan SMM ISO 9001:2008.setelah penerapan SMM ISO 9001:2008. b. Standar kualifikasi penjaringan siswa baru di SMK Pancasila Surakarta melalui tiga tahap yaitu tes tertulis, tes kesehatan, dan wawancara. Yang dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas input siswa baru yang sesuai dengan standar sekolah yang harapkan. c. Sumber belajar khususnya sumber belajar yang dirancang salah satunya yang ada di bengkel. Dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 manajemen bengkel menjadi lebih baik. d. Kondisi lingkungan belajar di dalam dan di luar SMK Pancasila Surakarta memang sudah kondusif untuk proses pembelajaran bahkan sebelum diterapkannya SMM ISO 9001:2008. e. Efektivitas fasilitas pengembangan pembelajaran termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 97 dengan perolehan presentase sebesar 53%. f. Efektivitas sarana pra sarana, dan lingkungan termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 91 dengan perolehan presentase sebesar 49 %. 3. Process. a. Efektivitas kesesuaian kesesuaian pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 85 dengan perolehan presentase sebesar 46 %. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru di kelas sudah baik dalam mengelola
kelas
untuk
menjalankan
proses
pembelajaran
dengan
memanfaatkan sumber belajar dan penyesuaian dengan karakteristik siswa yang baik. b. Efektivitas kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan siswa termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 86 dengan perolehan presentase sebesar 47 %. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa para siswa sebenarnya dapat diajak bekerja sama dengan commit Dengan to user penggunaan metode mengajar yang baik dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121
tepat oleh pendidik pastilah dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan peserdik, sumber belajar, dan lingkungan untuk dapat mencapai tujuan proses pembelajaran yang direncanakan. 4. Product. a. Presentase keberhasilan kelulusan tahun pelajaran 2010/2011 adalah 100% sedangkan untuk tahun pelajaran 2011/2012 adalah 99,55%. Jika dilihat dari data nilai rata-rata NA perbandingan tahun pelajaran 2010/2011 dengan tahun pelajaran 2011/2012 nilai rata-rata NA pada mata pelajaran bahasa indonesia, bahasa inggris, dan matematika mengalami penurunan sedangkan mata pelajaran kompetensi mengalami kenaikan. b. Melihat hasil analisis product tersebut kita tidak bisa langsung menyimpulkan bahwasanya efektivitas penerapan SMM ISO 9001:2008 mengalami penurunan. Karena berdasarkan penulusuran analisis context, input, dan process hasil evaluasinya menunjukkan efektivitas yang tinggi. Dapat disimpulkan sebenarnya dalam perjalanan penerapan SMM ISO 9001:2008 sudah memberikan perubahan yang memiliki efek berdampak positif. Dan mengenai terjadinya penurunan hasil product memang perlu dilakukan analisis dan pembahasan lebih lanjut agar ditemukan penyebab dan alternatif solusi yang tepat untuk memecahkan permasalahan tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkap efektivitas penerapan SMM ISO 9001:2008 para proses pembelajaran dan menjawab secara ilmiah bagaimana SMM ISO 9001:2008 dapat meningkatkan kualitas mutu sekolah. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkap kekuatan dan kelemahan penerapan SMM ISO 9001:2008 di sekolah yang tentunya dapat menjadi masukan untuk melakukan peningkatan dan perbaikan ke depannya. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan secara tepat fenomena yang menjadi titik permasalahan terhambatnya penerapan SMM ISO 9001:2008 secara sempurna. d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi penelitian lain yang berkaitan.
2. Implikasi Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam melakukan evaluasi terhadap penerapan SMM ISO 9001:2008 di sekolah agar dapat menentukan langkah yang tepat dalam perancangan dalam program selanjutnya. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk meningkatkan secara tertib pemberian motivasi dan penyadaran bagi siswa tentang menghargai hasil jerih payah sendiri dan sekolah juga sebagai tempat untuk membentuk kepribadian yang lebih baik. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi sekolah lain bersertifikat SMM ISO 9001:2008 yang memiliki situasi sosial yang sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123
C. Saran 1. Pihak sekolah hendaknya memberikan sosialisasi yang rinci kepada para guru selaku SDM utama yang menjalankan SMM ISO 9001:2008 di sekolah agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami tugas yang diberikan. 2. Pihak sekolah hendaknya juga memberikan tambahan pelatihan atau kursus keterampilan komputer bagi para guru. Karena penerapan dengan SMM ISO 9001:2008 mengharuskan semua hal yang administratif harus diketik. Apabila semua guru sudah mahir maka waktu yang tersedia akan lebih efisien. 3. Pihak sekolah hendaknya melibatkan peran alumni sekolah yang berprestasi dan berhasil di dunia kerja sebagai tambahan media promosi pada saat PPDB yang diharapkan dapat lebih menarik minat calon siswa baru untuk mendaftar di SMK Pancasila Surakarta. 4. Pihak sekolah hendaknya tetap secara konsisten dan sabar dalam memberikan pengertian kepada para guru mengenai tertib secara administratif juga merupakan kewajiban dari tugas keprofesionalan seorang guru. 5. Pihak sekolah hendaknya secara konsisten dan kompak dalam memberikan motivasi kepada siswa tidak hanya untuk giat belajar namun juga tentang membentuk kepribadian yang baik, sehingga para siswa memiliki mental yang kuat dan tahan uji ketika sudah lulus dari sekolah. 6. Pihak sekolah hendaknya tetap terus melakukan perbaikan secara berkelanjutan meskipun dari hasil penelitian ini mengenai input dan process nya memiliki efektivitas yang tinggi, jika bercermin dari hasil kelulusan tahun ini maka perlunya diambil langkah-langkah strategis yang tepat untuk terus melakukan perbaikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
124
DAFTAR PUSTAKA
Agnew dkk. (1996). Dikutip oleh Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Anggota IKAPI. (2011). Undang-Undang Guru dan Dosen. Bandung: Fokusmedia Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi & Safrudin, Cepi A.J. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Azwar, Saifudin. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Davis. (1974). Dikutip oleh Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Eka, Mang. (2011). Kompetensi Guru Menurut UU No. 14/2005. Diperoleh 16 Februari
2012,
dari
http://www.bloggermajalengka.com/2011/09/kompetensi-guru-menurut-uuno-142005.html Gagne, R.M. (1984). Dikutip oleh Pribadi, B. A. (2010). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Gasperz. (2002). Dikutip oleh Zazin, Nur. (2011). Gerakan Menata Mutu Pendidikan. Jogjakarta: AR-RUZ Media. Gray, Lynton. Dikutip oleh Sallis, Edward. (2011). Manejemen Mutu Terpadu Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD. Lofland. (1984). Dikutip oleh Moleong, J.Lexy. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Meier. (2002). Dikutip oleh Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Miles & Huberman. Dikutip oleh Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Pendidikan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Moleong, J.Lexy. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja commit to user Rosdakarya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125
Nasution, M.N. (2001). Manajemen mutu terpadu (total quality management). Jakarta: Ghalia Indonesia. Nawawi, Hadari. (2003). Dikutip oleh Umiarso dan Gojali, Imam. (2011). Manajemen Mutu Sekolah Di Era Otonomi Pendiidkan. Yogyakarta: IRCiSoD. Patton. (1984). Dikutip oleh Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Pendidikan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Pribadi, B. A. (2010). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Rivai, Veithzal dan Murni, Sylviana. (2010). Education Management. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Sallis, Edward. (2011). Manejemen Mutu Terpadu Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD. Semiawan. (1990). Dikutip oleh Tim Redaksi Bukittingginews. (2011). Lingkungan sebagai
Sumber
Belajar.
Diperoleh
29
Februari
2012.
Dari
http://bukittingginews.com/2011/06/lingkungan-sebagai-sumber-belajar/ SMK Pancasila Surakarta. (2010). Buku Panduan ISO 9001:2008. Surakarta. Spradley. Dikutip oleh Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Stufflebeam. (1973). Dikutip oleh Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sudjana. (1989). Dikutip oleh Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Sudjana. (1991). Dikutip oleh Fathurrohman. (2007). Pengertian Belajar Hakikat Proses
Belajar
Mengajar.
Diperoleh
27
Februari
2012.
Dari
http://www.masbied.com/2012/02/20/pengertian-belajar-hakikat-prosesbelajar-mengajar/ Sudrajat, Akhmad. (2010). Aspek dan Indikator Kompetensi Pedagogik Guru. Diperoleh
16
Februari
2012,
dari
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/01/29/kompetensi-pedagogilkcommit to user guru/
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana S. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sumarno, Alim. (2011). Memahami Konsep Pembelajaran Inovatif. Diperoleh 24 Februari
2012.
Dari
http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-
sumarno/memahami-konsep-pembelajaran-inovatif Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Pendidikan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Syukur, Agus. (2010). 5 R, ISO 9001:2008 dan POKAYOKE. Yogyakarta: Kata Buku. Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Tim Redaksi Bukittingginews. (2011). Lingkungan sebagai Sumber Belajar. Diperoleh
29
Februari
2012.
Dari
http://bukittingginews.com/2011/06/lingkungan-sebagai-sumber-belajar/ Tim Redaksi Nuansa Aulia. (2010). Himpunan Perundang-Undangan RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Nuansa Aulia Tim Redaksi. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Tim Skripsi. (2012). Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS. Trihendradi, C. (2011). Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan SPSS 19. Yogyakarta: CV Andi Offset. Umiarso dan Gojali, Imam. (2011). Manajemen Mutu Sekolah Di Era Otonomi Pendiidkan. Yogyakarta: IRCiSoD. UNESCO. (2004). Dikutip oleh Rohman, Syaiful. (2011). Peserta Didik, Guru, dan Model
Pembelajaran.
Diperoleh
1
Maret
2012.
Dari
http://edukasi.kompasiana.com/2011/08/07/peserta-didik-guru-dan-modelpembelajaran/ commit user Zazin, Nur. (2011). Gerakan Menata MututoPendidikan. Jogjakarta: AR-RUZ Media.