PROBLEMATIKA METODE PEMBELAJARAN AKTIF BAGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MI NURUL ULUM SOKOKIDUL KEBONAGUNG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh: ADIK HERMAWAN NIM: 083111130
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012
ii
iii
iv
v
ABSTRAK Judul
: Problematika Metode Pembelajaran Aktif Bagi Guru Pendidikan Agama Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012 Penulis : Adik Hermawan NIM : 083111130 Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui problematika guru PAI dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan: 1) Observasi. 2) Interview. 3) Dokumentasi. Semua data dianalisis sesuai karakteristik penelitian. Proses analisis dimulai dengan mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, mengategorikan, serta menguraikannya. (1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran aktif yang diterapkan dan dikembangkan di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak diwujudkan dalam ke-lima komponen yang saling berperan dan mempengaruhi yaitu tujuan pembelajaran, metode, media, guru serta peserta didik. Komponen tersebut dirancang dan diarahkan agar dalam pelaksanaannya peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran. Untuk itulah metode yang diterapkan dan dikembangkan adalah active learning. Implementasi dari metode tersebut adalah index card match, card sort, small group discussion, tanya jawab dan peer lesson. Penerapan metode tersebut dilaksanakan melalui empat tahapan diantaranya adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap tindak lanjut dan tahap evaluasi. Pada praktiknya penerapan active learning sudah hampir mendekati teori yang ada. Ini dibuktikan dengan persiapan guru dalam proses pembelajaran yang telah melalui tahapan– tahapan tersebut, dan sebagai wujud dari pengembangannya, guru memvariasikan sendiri pelaksanaannya dengan berbagai metode aktif lain yang relevan dengan materi yang akan diajarkannya. (2) problematika yang dihadapi oleh guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif adalah: Pertama, bersumber dari guru PAI itu sendiri. Kedua, bersumber dari peserta didik yang meliputi kondisi fisik, kecerdasan, motivasi. Ketiga, bersumber dari sekolah, yang meliputi alokasi waktu, dan terbatasnya media pembelajaran yang dimiliki sekolah. Keempat, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan bahan masukan bagi mahasiswa, tenaga pendidik para peneliti dan semua pihak yang membutuhkan terutama di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
vi
TRANSLITERASI ARAB LATIN Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/1987. Penyimpangan penulisan kata sandang [al-] disengaja secara konsisten supaya sesuai teks Arabnya.
ﺍ
a
ﻁ
ẓ
ﺏ
b
ﻅ
ẓ
ﺕ
t
ﻉ
҅
ﺙ
ṡ
ﻍ
g
ﺝ
j
ﻑ
f
ﺡ
ḥ
ﻕ
q
ﺥ
kh
ﻙ
k
ﺩ
d
ﻝ
l
ﺫ
ż
ﻡ
m
ﺭ
r
ﻥ
n
ﺯ
z
ﻭ
w
ﺱ
s
ﻩ
h
ﺵ
sy
ﺀ
҆
ﺹ
ṣ
ﻱ
y
ﺽ
ḍ
Bacaan Madd:
Bacaan Diftong:
ā
= a panjang
ﺍﻭ
= au
ū
= u panjang
ﺍﻱ
= ai
ī
= i panjang
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah swt, Tuhan semesta alam yang telah menguasai isi hati manusia, memberkahi segala nikmat, taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Problematika Metode Pembelajaran Aktif Bagi Guru Pendidikan Agama Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012”. Selanjutnya shalawat serta salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Rasul-Nya yang agung baginda Nabi Muhammad saw, yang menerangi hati umat manusia sehingga selamat dan bahagia dunia akhirat serta mendapatkan syafaat kelak pada yaumul kiyamah nanti. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung sehingga
penulisan
skripsi
ini
dapat
terselesaikan.
Karenanya
penulis
menyampaikan terimakasih kepada: 1.
Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik selama masa penelitian.
2.
Siti Tarwiyah, S.S., M.Hum., selaku pembimbing I, dan Dr. Suja’i, M.Ag., selaku pembimbing II, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran yang sangat berharga semata-mata demi untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Dr. H. Syaifudin Zuhri, M.Ag., selaku Penguji I, Mufidah, S.A.g., selaku Penguji II, Prof. Dr. H. M. Erfan Soebahar, M.Ag., selaku Penguji III, Fakrur Rozi, M.Ag., selaku Penguji IV, yang telah menjalankan tugasnya sebagai Penguji dengan baik, dan memberikan sumbangan fikiran yang sangat berharga semata-mata demi kesempurnaan skripsi ini.
4.
Para Dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang telah membekali berbagai ilmu dan pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
viii
5.
Bapak/Ibu, Karyawan/Karyawati Perpustakan Tarbiyah, Perpustakaan IAIN Walisongo, Perpustakaan Daerah Kota Semarang, dan Balai TKPS yang telah memberikan pelayanan dengan baik selama penyusunan skripsi ini.
6.
Kepala Sekolah MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak, Moh Jumadi, S.Pd.I., beserta seluruh staf guru dan karyawan/karyawati yang telah banyak membantu kegiatan penelitian ini.
7.
Ayahanda Suhardi dan Ibunda Musri’ah tercinta yang dengan segala Do’a dan linangan air matanya, setiap tetes keringatnya, yang tak henti-hentinya mencurahkan cinta dan kasih sayangnya dalam rangka memberikan dukungan dan motivasi baik secara materiil maupun spiritual sehingga penulis sanggup menyelesaikan studi Strata Satu (S1).
8.
Kakak-kakakku tercinta, Mbak Anik dan Mbak Eva, dan Adikku tersayang Indah Suci Ardiani, kalian semua adalah penyemangat hidupku, harta yang paling berharga dan tidak dapat tergantikan oleh suatu apapun. Karenamu saya bisa menuntaskan studiku. Tidak ada yang dapat penulis berikan terhadap mereka selain ucapan terimakasih dan semoga amal dan jasa dari semua pihak tersebut di terima oleh Allah swt, dan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah swt. Amin. Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dalam makna sesungguhnya. Namun penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun pembaca pada umumnya. Semarang, 30 April 2012 Penulis
Adik Hermawan NIM: 083111130
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................
ii
PENGESAHAN ...........................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING ................................................................................
iv
ABSTRAK ..................................................................................................
vi
TRANSLITERASI .......................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
BAB I
: PENDAHULUAN ...................................................................
1
A. Latar belakang .................................................................
1
B. Rumusan masalah ............................................................
7
C. Tujuan dan manfaat penelitian ........................................
7
BAB II
: METODE
PEMBELAJARAN
AKTIF
DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ............
9
A. Kajian Pustaka ..................................................................
9
B. Kerangka Teoritik .............................................................
13
1. Pendidikan Agama Islam ............................................
13
a) Definisi Pendidikan Agama Islam .........................
13
b) Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ..............
14
c) Fungsi Pendidikan Agama Islam ...........................
15
d) Tujuan Pendidikan Agama Islam ...........................
16
2. Metode Pembelajaran Aktif dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ............................................
18
a) Definisi Metode Pembelajaran Aktif ......................
18
b) Macam-Macam Metode Pembelajaran Aktif dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .................
26
c) Penerapan Metode Pembelajaran Aktif ..................
27
d) Pengembangan Metode Pembelajaran Aktif ..........
31
x
3. Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Aktif .....................................................
33
a) Definisi Guru Pendidikan Agama Islam ................
33
b) Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Aktif .....................................
34
BAB III : METODE PENELITIAN ........................................................
37
A. Jenis Penelitian .................................................................
37
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................
39
C. Sumber Penelitian .............................................................
40
D. Fokus Penelitian ...............................................................
41
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................
43
F. Teknik Analisis Data ........................................................
45
BAB IV : PROBLEMATIKA METODE PEMBELAJARAN AKTIF DALAM
PEMBELAJARAN
ISLAM
DI
KEBONAGUNG
MI
NURUL DEMAK
PENDIDIKAN
AGAMA
ULUM
SOKOKIDUL
TAHUN
PELAJARAN
2011/2012 ...............................................................................
48
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012 .........................................................................
48
B. Penerapan dan Pengembangan Metode Pembelajaran Aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011-2012 ..............................................
62
C. Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam Penerapan dan Pengembangan Metode Pembelajaran Aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011-2012 ..............................................
xi
73
BAB V
: PENUTUP ...............................................................................
82
A. Simpulan ...........................................................................
82
B. Saran .................................................................................
83
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Balakang Masalah Tujuan akhir dari pendidikan agama Islam adalah terciptanya insan kamil. Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut, maka pendidik atau gurulah yang mempunyai tanggung jawab mengantarkan manusia ke arah tujuan tersebut. Berdasarkan alasan itu maka, keberadaan seorang pendidik dalam dunia pendidikan sangat krusial, sebab kewajibannya tidak hanya mentransformasikan
pengetahuan
(knowledge)
tetapi
juga
dituntut
menginternalisasikan nilai-nilai (value) pada peserta didik.1 Sebagai seorang muslim yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, misi guru sesungguhnya sudah sangat jelas, yaitu membangun manusia ideal menurut standar agama. Untuk mewujudkan cita-cita itu, pendidikan agama khususnya agama Islam mutlak diperlukan.2 Pengetahuan tentang agama dapat diperoleh seseorang melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dalam hal ini Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pokok materi (mata pelajaran) yang wajib diajarkan di semua jenjang pendidikan, baik sekolah dasar, sekolah menengah, maupun perguruan tinggi. Hal itu dikarenakan pendidikan agama Islam merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 BAB II Pasal 3 BAB VI pasal 15 dan BAB VI Pasal 30 (3) dijelaskan: 1)
2)
1
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 55-63.
2
Syafiq A. Mughni, Nilai-Nilai Islam Perumusan Ajaran dan Upaya Aktualisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 295.
1
3)
Pendidikan keagamaan harus diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal, dan informal.3
Berdasarkan uraian tersebut maka eksistensi PAI benar-benar telah kokoh dengan landasan yuridis yang jelas. Pendidikan agama yang paling utama dan wajib diberikan kepada seorang anak adalah pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan agama di sekolah dasar harus diberikan dengan lebih fungsional dan relevan. Hal itu dikarenakan pendidikan agama Islam di sekolah dasar merupakan pendidikan yang melandasi seseorang untuk mendapatkan bekal pengetahuan tentang agama dan merupakan titik awal dimana seseorang dikenalkan dengan ajaran-ajaran agama yang diyakininya disamping pendidikan agama yang didapat dari kedua orang tuanya. Pendidikan agama Islam di sekolah dasar diberikan melalui ajaranajaran yang berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didiknya agar nantinya setelah selesai menjalani pendidikan, seorang peserta didik dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.4 Namun, realita yang terjadi di dalam dunia pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan dasar, selama ini pembelajaran PAI masih di dominasi oleh aspek kognitif saja. Pembelajaran di kelas kebanyakan masih menggunakan pendekatan teacher centered atau berpusat pada peranan guru semata.5 Padahal peserta didik bukanlah seperti botol kosong yang hanya butuh di isi dengan muatan-muatan informasi saja yang dianggap perlu oleh guru, hanya dengan duduk-duduk mendengar, mencatat, dan menghafal apa yang disampaikan oleh guru. Realita tersebut jelas tidak dibenarkan, karena hal itu dapat menjadikan peserta didik pasif di dalam kelas dan hanya statis 3
Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 5, 10, 16. 4
Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989), hlm. 86.
5
Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, (Semarang: Rasail, 2004), hlm. 137-138.
2
menyaksikan ceramah dari guru di depan kelas. Selain itu, kenyataan tersebut tentunya juga akan berimbas pada menurunnya prestasi belajar peserta didik. Diantara kritik terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam yang terjadi di sekolah dewasa ini banyak bermuara pada aspek metodologi pembelajaran dan orientasinya yang lebih bersifat normatif, teoritis, dan kognitif. Hasil penelitian Furchan dalam Muhaimin, menunjukkan bahwa “Penggunaan metode pembelajaran PAI di sekolah kebanyakan masih menggunakan cara-cara pembelajaran tradisional, seperti ekspositori (ceramah monoton dan statis)”.6 Sebagai media refleksi umat Islam, harus diakui bahwa dunia pendidikan Islam selama ini masih diselimuti mendung dan aneka problematika yang belum terpecahkan dari masa ke masa. Diantara problematika dan indikator kemandegan yang selama ini menghantui dunia pendidikan Islam adalah dalam hal penerapan dan pengembangan metode pembelajaran. Berbagai pendapat dan komentar tentang ketidakefektifan metode
pembelajaran
yang
digunakan oleh
seorang
guru
dalam
pembelajaran agama Islam pun mulai bermunculan. Thowaf dalam Ismail SM, mengamati adanya kelemahan-kelemahan mengenai pendekatan yang digunakan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran. Ia mengatakan bahwa “Pendekatan yang digunakan seorang guru dalam proses pembelajaran masih cenderung normatif”. Kurang kreatifnya guru pendidikan agama Islam dalam menggali metode yang bisa diterapkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menyebabkan pelaksanaan proses pembelajaran cenderung kaku dan monoton. Berdasarkan pendapat tersebut, maka semakin jelas bahwa diantara tantangan pendidikan agama Islam yang perlu dicarikan alternatif jalan keluarnya
adalah
seputar
penerapan
dan
pengembangan
metode
pembelajaran. Hal itu dikarenakan dalam proses pembelajaran metode 6
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 163.
3
memiliki kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik dianggap lebih signifikan dibandingkan dengan materi yang diajarkan itu sendiri. “At-Ţariqat Ahamm min alMaddah” (metode jauh lebih penting dibanding materi), ini adalah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif jelas lebih disenangi oleh peserta didik, walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak menarik. Sebaliknya, materi yang cukup menarik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu tentunya kurang dapat dicerna oleh peserta didik. Karenanya, penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran.7 Berangkat dari asumsi tersebut, maka disini metode yang tepat digunakan oleh seorang guru di dalam proses pembelajaran agama Islam adalah metode pembelajaran aktif (active learning), karena dengan metode pembelajaran aktif, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik, selain itu peserta didik juga akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan, sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Pembelajaran aktif sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima kucuran ceramah dari sang pengajar, maka terdapat kecenderungan bahwa peserta didik akan cepat melupakan apa yang telah diajarkan. Oleh sebab itu, diperlukan perangkat tertentu untuk mengikat informasi yang baru saja diajarkan dari guru. Pembelajaran aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru diajarkan oleh guru dan kemudian menyimpannya di dalam otak peserta didik untuk jangka waktu yang relatif lama. Terdapat beberapa alasan mengapa proses pembelajaran perlu dibuat aktif. 7
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2009), hlm. 1-2.
4
1. Belajar dengan hanya mengandalkan salah satu indera seperti indera pendengaran saja mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya adalah peserta didik akan mudah melupakan informasi yang baru saja diterimanya, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama (relative permanent). 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengajak peserta didik untuk belajar aktif dengan cara menyuruh mereka untuk mendiskusikan materi yang baru saja diberikan maka hal itu mampu meningkatkan nilai evaluasi dengan kenaikan yang signifikan. 3. Ada yang mengatakan bahwa otak manusia itu seperti komputer, sedangkan manusia adalah penggunanya. Komputer tidak dapat digunakan jika tidak dalam kondisi “on”, artinya, komputer harus selalu dalam kondisi hidup jika akan digunakan untuk bekerja. Kondisi seperti ini tidak jauh berbeda dengan otak manusia, otak tidak akan dapat memproses informasi yang masuk kalau otak itu tidak dalam kondisi “on”. 4. Adanya realita bahwa peserta didik mempunyai cara belajar yang berbeda-beda, maka untuk dapat mengatasi perbedaan tersebut salah satu langkah yang harus ditempuh adalah dengan menggunakan variasi metode pembelajaran yang beragam dan banyak melibatkan indera belajar. 5. Munculnya filosofi dalam mengajar, bahwa mengajar yang baik adalah bukan sekedar mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, akan tetapi bagaimana membantu peserta didik supaya dapat belajar. Kalau ini dihayati, maka pengajar tidak lagi menjadi pemeran sentral dalam proses pembelajaran.8 Berdasarkan keterangan yang diperoleh penulis dari hasil wawancara dengan kepala sekolah ketika kegiatan pra-riset, menunjukkan bahwa “metode pembelajaran yang dipakai di MI Nurul Ulum selama ini lebih banyak menggunakan model atau pendekatan ekspositori”, atau tradisional seperti ceramah tanpa sentuhan kreasi dan motivasi, sehingga tidak dapat membuat peserta didik menjadi aktif dan bangkit untuk melompat mencari potensi yang ada di dalam dirinya kemudian mengembangkannya. Metode pembelajaran yang monoton ini tentu saja menjadikan peserta didik menjadi pasif, tertekan, dan seakan ingin lari dari kelasnya.9
8
Hisyam Zaini dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hlm. xiv-xvii. 9
Moh. Rokib, Ilmu Pendidikan Islam, Pengembangan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, (Yogyakarta: PT. Lkis Printing Cemerlang, 2009), hlm. 89.
5
Melihat kenyataan tersebut, maka guru pendidikan agama Islam di MI Nurul Ulum ini mencoba melakukan suatu terobosan baru untuk merubah model pembelajaran expositori tersebut menjadi model pembelajaran discovery agar pembelajaran tidak terkesan kaku dan monoton, sehingga peserta didik tidak mudah merasa bosan dan jenuh ketika mengikuti proses pembelajaran pendidikan agama Islam. Hal itu dilakukan guru dengan jalan menerapkan dan mengembangkan metode-metode pembelajaran yang tergolong ke dalam metode pembelajaran aktif yang dirasa dapat merangsang keaktifan peserta didik untuk lebih berpartisipasi di dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran aktif, peserta didik tidak hanya dijejali dengan materi-materi yang beraneka ragam, akan tetapi lebih cenderung menekankan pada aspek keaktifan dari peserta didik itu sendiri, agar tujuan pendidikan agama Islam yang dicita-citakan dapat terwujud dengan baik.10 Untuk menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran aktif tersebut, tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, pastinya terdapat kendala-kendala atau masalah yang menyertainya sejalan dengan usaha pengembangannya. Berawal dari sinilah maka, yang akan menjadi fokus kajian sekaligus menjadi inti permasalahan yang akan penulis teliti dan penulis paparkan pada skripsi ini adalah mengenai Problematika Metode Pembelajaran Aktif Bagi Guru Pendidikan Agama Islam. Dengan kata lain, penulis melakukan pembatasan masalah hanya pada aspek problematika yang dihadapi guru pendidikan agama Islam dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif saja. Pembatasan masalah ini dilakukan berdasarkan pada sebuah alasan bahwa metode pembelajaran yang dapat dipakai dalam proses pembelajaran agama Islam khususnya, itu banyak sekali jumlahnya, selain itu juga masih sangat umum, sehingga dikhawatirkan akan menyulitkan penulis dalam melakukan penelitian, disamping itu juga agar pembahasan tidak melebar 10
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 39.
6
dari apa yang penulis maksudkan. Jadi, berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut, maka disini penulis ingin meneliti lebih dalam lagi mengenai Problematika Metode Pembelajaran Aktif Bagi Guru Pendidikan Agama Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah penulis kemukakan di atas, untuk
membatasi pembahasan penelitian ini, maka penulis merumuskan fokus masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif oleh guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012?
2.
Bagaimana problematika yang dihadapi guru PAI dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian
ini bertujuan sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif yang dilakukan guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012.
2.
Untuk mengetahui bagaimanakah problematika yang dihadapi guru PAI dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan baik teoritis maupun praktis bagi peneliti di dalam usaha menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran khususnya metode pembelajaran aktif.
7
2.
Sebagai bahan masukan bagi guru pendidikan agama Islam, terutama yang akan menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran aktif.
8
BAB II METODE PEMBELAJARAN AKTIF DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A.
Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kegiatan yang perlu dilakukan dalam penelitian
untuk mencari dasar pijakan atau informasi untuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka berfikir, dan menentukan dugaan sementara atau sering disebut dengan hipotesis penelitian, sehingga dengan adanya hal itu, maka peneliti dapat mengerti, mengalokasikan, mengorganisasikan dan kemudian menggunakan variasi kepustakaan dalam bidangnya. Dengan kajian pustaka atau studi kepustakaan, peneliti mempunyai pendalaman yang lebih luas dan mendalam terhadap masalah-masalah yang hendak diteliti. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tinjauan pustaka, diantaranya adalah subjek, objek, masalah, hasil penelitian, dan rekomendasi yang diberikan peneliti pendahulu. Maksud diadakannya kajian kepustakaan ini adalah agar peneliti tidak meneliti masalah yang telah diteliti oleh orang lain.1 Dalam tinjauan pustaka ini, peneliti menelaah temuan hasil riset dari penelitian sebelumnya, antara lain: Pertama, Eka Fitriyani dalam “Implementasi Strategi Active learning dalam Pembelajaran PAI di SMP Hj Isriati Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang dikembangkan di SMP Hj. Isriati diwujudkan ke dalam lima komponen yang saling mempengaruhi yaitu tujuan pembelajaran, metode, media, guru, dan peserta didik. Komponen tersebut dirancang dan diarahkan agar dalam pelaksanaannya peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran. Untuk itulah strategi yang dikembangkan adalah active learning. Sedangkan impementasi strategi active learning dalam pembelajaran PAI di SMP Hj. Isriati terwujud ke dalam tiga bentuk metode pembelajaran yaitu teman sebaya
1
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 34.
9
(peer leassons), rapat kota (town meeting), dan menghubungkan kembali (reconnecting). Secara umum metode ini diterapkan melalui enam tahapan yaitu menyampaikan tujuan, memilih topik pembelajaran, menampilkan informasi, mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar, membimbing, dan mengarahkannya, evaluasi, dan tindak lanjut.2 Kedua, Afif Nur rohman dalam “Implementasi Strategi Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) Model Index Card Match dan Card Sort pada Mata Pelajaran PAI kelas VII di SMPN 36 Semarang”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) model index card match dan card sort pada mata pelajaran PAI kelas VII terwujud ke dalam lima komponen yang saling mempengaruhi yaitu tujuan pembelajaran, metode, media, guru, serta peserta didik. Komponen tersebut dirancang dan diarahkan agar dalam pelaksanaannya peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran. Untuk itulah strategi yang dikembangkan adalah strategi PAIKEM. Sedangkan implementasi strategi PAIKEM dalam pembelajaran PAI kelas VII di SMPN 36 Semarang terwujud ke dalam dua bentuk metode pembelajaran yaitu mencari jodoh kartu tanya jawab (index card match) dan menyortir kartu (card sort). Secara umum metode ini diterapkan melalui empat tahapan, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, dan tahap tindak lanjut.3 Ketiga,
Khusnul
Khotimah
dalam
“Studi
Tentang
Implementasi
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) pada Mata Pelajaran PAI di SD 02 Mertoyudan Magelang.” Hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru telah banyak mengalami perubahan atau inovasi. Sehingga tercipta suatu proses belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Peserta didik pun dalam
2
Eka Fitriyani, “Implementasi Strategi Active learning dalam Pembelajaran PAI di SMP Hj Isriati Semarang”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009). 3
Afif Nurrohman, “Implementasi Strategi Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) Model Index Card Match dan Card Sort pada Mata Pelajaran PAI kelas VII di SMPN 36 Semarang”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009).
10
belajar tidak merasakan kebosanan dan kejenuhan. PAKEM dirancang agar dapat mengaktifkan peserta didik untuk dapat mengembangkan kreatifitas secara efektif namun tetap menyenangkan. Dalam proses pembelajaran ini pendidik dituntut untuk lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam memberikan materi. Disamping itu hendaknya guru juga mampu menguasai materi yang akan disampaikan dengan harapan agar peserta didik tidak merasa dianggap sebagai botol kosong yang belum mempunyai isi, tetapi menghargai pengetahuan yang dimiliki dan juga adanya pengetahuan terhadap potensi peserta didik itu sendiri.4 Keempat, Dwi Nur Sholihah dalam “Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar PAI Peserta didik SDN I Cepogo Boyolali”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Implementasi PAKEM dalam upaya meningkatkan motivasi belajar PAI peserta didik SDN I Cepogo Boyolali sudah berjalan dengan baik, hal ini terbukti dengan diterapkannya metode-metode pembelajaran yang menjadikan peserta didik aktif. Salah satu metode yang diterapkan adalah metode diskusi kelompok kecil (small group discussion) pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Sehingga dengan menggunakan metode ini, potensi yang dimiliki setiap peserta didik dapat dikembangkan, karena melalui masing-masing kelompok peserta didik dapat dengan bebas menyalurkan pemikiran mereka. (2) Hasil penerapan PAKEM dalam upaya meningkatkan motivasi belajar PAI Peserta didik SDN I Cepogo Boyolali berdampak terhadap peningkatan mutu pembelajaran PAI.5 Kelima, Astrea Ulfa dalam “Pelaksanaan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih di MI Wonorejo Dusun Panggangayom Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Proses pembelajaran fiqih dengan menggunakan metode demontrasi yang dilakukan di
4
Khusnul Khotimah, “Studi Tentang Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Pada Mata Pelajaran PAI di SD 02 Mertoyudan Magelang”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007) . 5
Dwi Nur Sholihah, “Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar PAI Peserta didik SDN I Cepogo Boyolali”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009).
11
MI Wonorejo Panggangayom Kaliwungu Kendal dilakukan dengan beberapa tahapan: 1) Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran ada program perencanaan yang disebut dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 2) Kegiatan pelaksanaan pembelajaran demonstrasi pada mata pelajaran fiqih dilakukan dengan pre tes, penjelasan materi dilakukan dengan jalan memberikan pengertian atau penjelasan secara garis besar tentang pelaksanaan materi yang akan di demonstrasikan. Pelaksanaan metode demonstrasi dilakukan dengan cara guru mempraktikkan materi yang diajarkan lalu menyuruh beberapa orang peserta didik untuk mempraktikkannya di depan teman-teman yang lain. 3) Kegiatan evaluasi atau tindak lanjut dilakukan setelah proses demonstrasi selesai, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan tindak lanjut dengan mempraktikkannya sendiri. Dari pelaksanaannya, penilaian menggunakan acuan nilai-nilai yang sifatnya lebih menyiapkan situasi dari pada pemberian informasi. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam metode demontrasi pada pembelajaran Fiqih adalah
pengalaman,
pembiasaan,
rasional,
emosional,
fungsional,
dan
keteladanan.6 Setelah mempelajari hasil penelitian-penelitian di atas, tampak bahwa hasilnya belum memberikan keterangan yang jelas dan menyeluruh mengenai problematika yang dihadapi guru PAI dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif. Dari beberapa kajian pustaka yang berhasil penulis kumpulkan dan telaah di atas, pada dasarnya di satu sisi terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan, dari beberapa kajian pustaka di atas semuanya berorientasi pada bagaimana caranya merancang proses pembelajaran PAI yang memancing peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan tidak hanya pasif selama PBM berlangsung. Tetapi disisi lain, pada hakekatnya terdapat perbedaan yang sangat jelas dengan penelitian yang kali ini dilakukan. Perbedaan itu terletak pada fokus penelitian yang telah peneliti tentukan. Pada skripsi kali ini
6
Astrea Ulfa, “Pelaksanaan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Fiqih di MI Wonorejo Dusun Panggangayom Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2008).
12
telah difokuskan pada problematika metode pembelajaran aktif bagi guru PAI. Jadi, yang akan diteliti pada skripsi kali ini hanyalah problem yang dihadapi guru PAI dalam usaha penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif. Dari beberapa kajian pustaka di atas semua peneliti merekomendasikan kepada peneliti berikutnya, dengan ungkapan “peneliti menyadari bahwa penelitian yang telah dilaksanakan tersebut masih terbatas dalam sampel dan lingkup masalah yang diteliti. Oleh karena itu, kekurangan yang terdapat dalam penelitian tersebut di atas diharapkan dapat mendorong peneliti lain untuk melaksanakan penelitian lanjutan dengan lingkup dan masalah yang berbeda dan lebih luas”. Berdasarkan ungkapan dari peneliti terdahulu tersebut, maka penelitian kali ini telah difokuskan pada lingkup masalah yang berbeda yaitu: Problematika Metode Pembelajaran Aktif Bagi Guru Pendidikan Agama Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012.
B.
Kerangka Teoritik Bagian ini merupakan bagian yang menguraikan dan menjelaskan tentang
teori-teori atau konsep-konsep yang relevan dengan masalah yang diteliti. 1.
Pendidikan Agama Islam a.
Definisi Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan
Agama
Islam
di
Sekolah
Umum
Negeri
(DITBINPAISUN) adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan seseorang dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaranajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak.7
7
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 88.
13
Pengertian mengenai pendidikan agama Islam ini dipertegas lagi oleh Achmadi dalam bukunya Ideologi Pendidikan Islam, menurutnya “Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan (religiousitas) subjek didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam”.8 Jadi, pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran bidang studi Agama Islam yang harus dialami oleh peserta didik muslim dalam menyelesaikan pendidikannya pada tingkat tertentu supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam. b.
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup usaha mewujudkan keserasian, keselarasan, keseimbangan hubungan antara manusia dengan Allah SWT, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia terhadap makhluk lain dan lingkungannya. Hal ini dimaksudkan agar segala hubungan dan aktivitas manusia sesuai dengan syariat Islam. Ruang lingkup materi PAI meliputi lima unsur pokok yaitu alQur’an, keimanan, akhlak, fiqh, dan bimbingan ibadah, serta tarikh atau sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan, dan kebudayan. Menurut Ramayulis dalam Abdul Majid dan Dian Andayani, ruang lingkup pengajaran pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara: 1)
Hubungan manusia dengan Allah SWT
2)
Hubungan manusia dengan sesama manusia
3)
Hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan
8
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 29.
14
4) c.
Hubungan manusia dengan makhluk lain di lingkungannya. 9
Fungsi Pendidikan Agama Islam Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 BAB II pasal 3 telah dijelaskan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.10 Berdasarkan uraian tersebut, kurikulum pendidikan agam Islam untuk sekolah atau madrasah berfungsi sebagai berikut: 1)
Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
2)
Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
3)
Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
4)
Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan
dan
kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 5)
Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
9
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), hlm. 104. 10
Tim Redaksi Fokus Media, UU Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas (Bandung : Fokus Media, 2003), hlm. 4-5.
15
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 6)
Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata) sistem dan fungsionalnya.
7)
Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.11
d.
Tujuan Pendidikan Agama Islam Dikatakan oleh Zakiah Daradjat dalam Nur Uhbiyati bahwa: “Tujuan pendidikan Islam secara keseluruhan yaitu, kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola takwa, insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah swt.”12 Ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya, serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia dan akhirat nanti. Untuk mencapai tujuan pendidikan harus dilaksanakan upaya semaksimal mungkin, walaupun pada kenyataannya manusia tidak mungkin menemukan kesempurnaan dalam berbagai hal. Menurut Ibnu Taimiyah, sebagaimana yang dikutip oleh Majid Irsan al-Kaylani dalam Bukhari Umar, tujuan pendidikan Islam tertumpu pada empat aspek, yaitu:
11
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 134. 12
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Untuk UIN-STAIN-PTAIS Fakultas Tarbiyah, Komponen MKDK), (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. I, hlm. 41.
16
1)
Tercapainya pendidikan tauhid dengan mempelajari ayat-ayat Allah dalam wahyu-Nya.
2)
Mengetahui ilmu Allah melalui pemahaman terhadap kebenaran makhluknya.
3)
Mengetahui kekuatan Allah melalui pemahaman jenis-jenis, kuantitas, dan kreativitas makhluk-Nya.
4)
Mengetahui apa yang diperbuat Allah (Sunnah Allah) tentang realitas (alam) dan jenis-jenis perilakunya.13 Senada
dengan
pendapat
di
atas,
Athiyah
al-Abrasyi
berpendapat bahwa:
.ﺡﹺﻭﺔﹸ ﺍﻟﺮﺑﹺﻴﺮﺗ ﻭ، ﺍﹾﳋﹶﻠﹾﻖﹺﺐﻳﺬﻬ ﺗﺔﻴﻼﹶﻣ ﺍﹾﻹِﺳﺔﺑﹺﻴﺮ ﺍﻟﺘﻦﻰ ﻣﻤﺍﹾﻷَﺳﻝﹸ ﻭ ﺍﹾﻷَﻭﺽﺮﻓﹶﺎﻟﹾﻐ
١٤
Tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Sedangkan menurut rumusan tujuan pendidikan Islam yang dihasilkan dari seminar pendidikan Islam sedunia tahun 1980 di Islamabad adalah: “Untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik) secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional; perasaan dan indra”.15 Oleh
karena
itu,
pendidikan
hendaknya
mencakup
pengembangan aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah, dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut agar berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir dari pendidikan Islam itu terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya
13
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 59.
14
Athiyah al-Abrasyi, At-Tarbiyah al-Islamiyyah, (Mesir: Matbaah I’sa al-Babu al-Salba Wasarakahu, 1975), hlm. 22. 15
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT. Bumi Aksara , 2011), hlm. 28.
17
kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat maupun sebagai umat manusia secara keseluruhannya. 2.
Metode Pembelajaran Aktif dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam a.
Definisi Metode Pembelajaran Aktif Metode adalah urutan kerja yang terencana, sistematis, dan merupakan hasil eksperimen ilmiah guna mencapai tujuan yang direncanakan. Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode memiliki arti penting dan patut dipertimbangkan dalam rangka pengajaran. Tanpa menggunakan metode, kegiatan interaksi edukatif tidak akan berproses. Karena itu tidak akan pernah ditemui guru mengajar tanpa memakai metode. Disini perlu dipertegas lagi bahwa pada berbagai situasi proses pembelajaran seringkali digunakan berbagai istilah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menjelaskan cara, tahapan, atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Istilah metode, strategi, atau teknik sering digunakan secara bergantian, walaupun pada dasarnya istilah-istilah tersebut memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Metode pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan teknik pembelajaran. Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh seorang guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat implementatif. Dengan perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing-masing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda. Apabila dikaji lebih dalam lagi, maka jelas disebutkan bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode atau prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Dengan
perkataan
lain,
strategi
pembelajaran
mengandung arti yang lebih luas dari metode dan teknik. Artinya,
18
metode atau prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Hubungan antara strategi, tujuan, dan metode pembelajaran dapat digambarkan sebagai satu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran, dan perumusan tujuan, yang kemudian di implementasikan ke dalam berbagai
metode
berlangsung.
yang
relevan
selama
proses
pembelajaran
16
Dalam rangka pengajaran, banyak metode alternatif yang dapat dipilih guru. Salah satunya adalah metode pembelajaran aktif, yang dewasa ini menjadi kajian serius dalam dunia pendidikan. Hanya saja permasalahannya adalah bagaimana memilih dan menerapkan sekaligus mengembangkannya dalam pembelajaran, sehingga dapat mengoptimalkan kreatifitas anak didik.17 Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki sumber utama sebagai landasan dalam setiap permasalahannya. Al-Qur’an merupakan sumber segala hukum dan menjadi pedoman pokok dalam kehidupan, termasuk membahas tentang pembelajaran. Sebagaimana yang tercantum dalam alQur’an surat An-Nahl/16: 125, yaitu:
ﻥﱠﻗﻠﻰ ﺍﻦﺴ ﺍﹶﺣﻲ ﻫﻲ ﺑﹺﺎﻟﱠﺘﻢﻟﹾﻬﺎﺩﺟ ﻭﺔﻨ ﺍﹾﳊﹶﺴﻈﹶﺔﻋﺍﹾﳌﹶﻮ ﻭﺔﻜﹾﻤ ﺑﹺﺎﻟﹾﺤﻚﺑﻞﹺ ﺭﺒﹺﻴﻟﹶﻰ ﺳ ﺍﻉﺃُﺩ ( ١٢٥ :١٦/ ) ﺍﻟﻨﺤﻞﻦﻳﺪﺘﻬ ﺑﹺﺎﻟﹾﻤﻠﹶﻢ ﺍﹶﻋﻮﻫ ﻭﻪﻠﺒﹺﻴ ﺳﻦﻞﱠ ﻋ ﺿﻦ ﺑﹺﻤﻠﹶﻢ ﺍﹶﻋﻮ ﻫﻚﺑﺭ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahkan mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. an-Nahl/16: 125)18 16
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), cet. III, hlm. 2. 17
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 187-188. 18
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Jumanatul Ali-Art, 2005), hlm. 281.
19
Makna umum dari ayat ini adalah Nabi diperintahkan untuk mengajak kepada umat manusia dengan cara-cara yang telah menjadi tuntunan al-Qur’an yaitu dengan cara al-Hikmah, Mauidhoh Hasanah, dan Mujadalah. Dengan cara ini Nabi telah berhasil mengajak umatnya dengan penuh kesadaran. Ketiga metode ini telah mengilhami berbagai metode penyebaran Islam maupun dalam konteks pendidikan. Berdasarkan pada ayat tersebut, sebagai seorang pendidik, guru harus mampu menciptakan metode-metode yang dapat membawa peserta didik ke dalam suasana aktif, yaitu pembelajaran dengan cara yang baik, memberi hikmah, nasehat yang baik dan dialog kepada peserta didik. Selain ayat al-Qur’an di atas, di dalam hadits juga telah dijelaskan bahwa amat sangat penting bagi seorang guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang dapat merangsang keaktifan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.
( )ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﰲ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻌﻠﻢ.ﺍﻭﻔﱢﺮﻨﻻﹶ ﺗﺍ ﻭﻭﺮﺸﺑﺍ ﻭﻭﺮﺴﻌﻟﹶﺎ ﺗﺍ ﻭﻭﺮﺴﻳ
١٩
Ringankanlah orang-orang (dalam masalah agama) dan janganlah membuatnya menjadi sukar bagi mereka dan berilah mereka kabar gembira dan janganlah membuat mereka melarikan diri. (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab ilmu). Hadist di atas menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus dibuat dengan mudah dan sekaligus menyenangkan agar peserta didik tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan terhadap suasana di kelas serta apa yang diajarkan oleh gurunya. Inilah sebenarnya salah satu metode yang cukup ideal dan bisa memberikan hasil yang optimal. Terkadang ketika peserta didik menghadapi mata pelajaran yang sulit, maka yang akan terjadi adalah peserta didik akan mudah merasa bosan, jenuh, dan enggan memperhatikan penjelasan dari guru, 19
Al-Imam Zainuddin Ahmad Bin Abdul Latif Azzubaidi, Shahih Bukhari, (Beirut, Lebanon: Darul Kutub al-Ilmiyah), hlm. 33.
20
apalagi jika metode pengajaran yang digunakan oleh seorang guru tidak bervariatif atau tidak sesuai dengan materi yang diajarkan, tentu saja hal itu akan mengakibatkan peserta didik merasa tersiksa dan seakan ingin lari dari kelasnya. Disamping itu, pembelajaran juga akan menjadi monoton dan tidak efektif. Oleh karena itu, metode pembelajaran aktif merupakan solusi terbaik yang diambil oleh seorang guru dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Pembelajaran mendapatkan mendengar,
aktif
pengetahuan melihat,
dan
ialah dengan
proses
bagaimana
menggabungkan
melakukan
dengan
individu kemahiran
tujuan
untuk
mengekalkan ingatan dan memahami sesuatu konsep atau fakta. Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Kamus Psikologi memberikan definisi bahwa pembelajaran aktif adalah belajar dengan memberikan respon-respon tertentu.20 Sedangkan Martinis Yamin mendefinisikan pembelajaran aktif sebagai usaha manusia untuk mengembangkan pengetahuan dalam dirinya.21 Salah satu ciri pembelajaran aktif terdapat pada pembelajaran aktif itu sendiri yang berpusatkan pada peserta didik. Ciri tersebut menurut Windale dalam Kamarul Azmi Jasmi dan Abdul Halim Tamuri adalah seperti kerja berkumpulan, kepentingan bekerjasama, pembelajaran yang berpusatkan pada bahan atau sumber pendidikan, tanggung jawab pelajar di atas pembelajaran mereka, guru sebagai fasilitator, peserta didik mengeluarkan ide, peserta didik terlibat dalam perancangan kurikulum, peserta didik melibatkan diri dalam pembelajaran dan terdapat digunakan. 20
berbagai kaidah pengajaran yang
22
Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: Cv. Pionir Jaya, 1987), cet.
I, hlm. 6. 21
Martinis Yamin, Pengembangan Kompetensi Belajar, (Jakarta: UII press, 2004), cet. I,
hlm. 66. 22
Kamarul Azmi Jasmi, dan Abdul Halim Tamuri, Pendidikan Islam Kaedah Pengajaran dan Pembelajaran, (Malaysia: Johor Darul Ta’zim 2010), cet. III, hlm. 250-251.
21
Perlu diketahui bahwa penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif bertolak dari sebuah teori dasar yang melandasi model pembelajaran yang pada akhirnya kemudian memunculkan beragam metode dan strategi serta teknik di dalam proses pembelajaran. Teori tersebut adalah teori belajar konstruktivisme dengan dua tokoh yang paling berpengaruh yaitu Jean Piaget dan Vygotsky. Konstruktivisme merupakan sebuah filsafat mengajar yang telah melakukan terobosan kuat dikalangan guru pada beberapa dekade terakhir.
Ia
didasarkan
pada
premis
bahwa
murid-murid
mengkonstruksikan pengetahuan secara aktif dan tidak menerimanya dengan begitu saja dari guru.23 Belajar merupakan sebuah upaya pencarian makna. Sedangkan menurut Skinner dalam Richard D. Parsons, berpendapat bahwa: “Learning is a change in behavior due to experience”. 24 (Belajar adalah perubahan dalam bentuk tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman). Berdasarkan teori tersebut, guru mestinya mendorong murid untuk mengkonstruksikan makna dengan mengkonstruksikan berbagai kegiatan di seputar ide-ide besar dan eksplorasi, memberi muridnya cukup waktu untuk mengeksplorasi berbagai konsep secara seksama, dan menghubungkan pengetahuan baru dengan apa yang sudah diketahui murid. Slavin,
menyatakan bahwa “Dalam proses belajar dan
pembelajaran, siswa harus terlibat aktif dan menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas”. Ini berarti posisi guru yang sesungguhnya adalah sebagai fasilitator dengan cara membuat informasi menjadi lebih bermakna dan relevan bagi siswa. Untuk itu, guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
23
Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 110-111. 24
Richard D. Parsons, Educational Psychology, (Singapore: Seng Lee Press, 2001), hlm.
233.
22
mengaplikasikan ide-ide mereka sendiri, disamping mengajarkan siswa untuk menyadari dan sadar akan strategi mereka sendiri.25 Prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme ini telah melahirkan berbagai macam model-model dan metode pembelajaran yang populer di dunia pendidikan, dan dari berbagai macam model pembelajaran tersebut terdapat pandangan yang sama, bahwa dalam proses belajar, siswa adalah pelaku aktif dalam kegiatan belajar
dengan
membangun
pengalaman-pengalaman
yang
sendiri
pengetahuan
dimilikinya.
Melihat
berdasarkan pernyataan
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses “mengkonstruksi” dan bukan “menerima” pengetahuan. Beberapa
model
pembelajaran
yang
didasarkan
pada
konstruktivisme adalah discovery learning, assisted learning, active learning, the accelerated learning, quantum learning, dan contextual teaching and learning.26 Untuk memperkuat teori tersebut, disini juga akan di paparkan beberapa argumen yang melandasi mengapa metode pembelajaran aktif perlu diterapkan dan dikembangkan dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran agama Islam. Argumen pertama: Teori belajar Confusius yang dikutip oleh Melvin L. Silberman dalam buku active learning. What I hear, I forget. What I hear and see, I remember a little. What I hear, see, and aks questions about or discuss with someone else, I begin to understand. What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master.27
25
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2010), hlm. 116-117. 26
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, hlm. 128-129.
27
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Peserta didik Aktif, (Bandung: Nusa Media, 2006), cet. III, hlm. 23.
23
Pertanyaan-pertanyaan
sederhana
itulah
yang
mendasari
perlunya cara belajar aktif. Selain itu, Confusius juga mengatakan bahwa strategi pembelajaran yang paling baik adalah yang melibatkan peserta didik berlaku aktif dalam praktiknya. Sebab dengan praktik, maka peserta didik telah memahami apa yang menjadi tujuan pembelajaran. Metode yang memanfaatkan visual akan lebih memungkinkan peserta didik mengingat materi pelajaran, karena metode ini dapat membentuk sebuah gambar atau ingatan dalam otak peserta didik. Argumen
kedua:
Teori
belajar
Melvin
L.
Silberman,
mengatakan dalam bukunya active learning bahwa tampaknya strategi pembelajaran yang paling bagus adalah ketika peserta didik mampu berpura-pura menjadi guru. Sebab jika peserta didik telah mampu mengajarkan sesuatu kepada orang lain, berarti ia telah menguasai materinya. Penekanan strategi ini didasarkan pada asumsi-asumsi: Asumsi pertama, bahwa apa yang dialami peserta didik dalam proses pembelajaran melalui pendengaran semata, akan cenderung terlupakan, karena guru berkata 100-200 kata per-menit, sedangkan rata-rata peserta didik hanya mampu mendengar 50-100 kata permenit. Asumsi kedua, penggunaan metode yang memanfaatkan kemampuan secara sinergis antara pendengaran, penglihatan, bertanya tentang sesuatu, atau mendiskusikan sesuatu dengan peserta didik yang lain dapat membantu peserta didik mulai memahami materi atau telah mulai terjadi keberhasilan pembelajaran. Asumsi ketiga, strategi yang melibatkan kemampuan secara sinergis antara pendengaran, penglihatan, dan berbuat sesuatu dapat membantu peserta didik memperoleh pengetahuan dan kecakapan.28
28
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Peserta didik Aktif, hlm. 24.
24
Argumen ketiga: Pembelajaran aktif atau inovatif sangat banyak membantu kemampuan mereka dalam menyimpan informasi hasil belajar (ranah kognisi, afeksi, dan psikomotor) ke dalam ingatan jangka panjang (long term memory) otak mereka. Hasil belajar dalam ingatan jangka panjang dimungkinkan banyak berhasil berdasarkan kerja working memory yang didukung oleh pembelajaran aktif.29 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa yang dimaksud pembelajaran aktif disini adalah bagaimana mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan kemampuan, karakteristik pribadi yang dimiliki, atau dengan kata lain, metode pembelajaran aktif adalah suatu cara atau upaya yang dilaksanakan oleh guru untuk memfungsionalisasikan seluruh potensi peserta didik melalui penyediaan lingkungan belajar yang meliputi aspek-aspek bahan pelajaran, media pembelajaran, suasana kelas, dan sebagainya, yang mana disesuaikan dengan minat dan pemberian kemudahan kepada paserta didik untuk memperoleh pemahaman dan pendalaman. Dalam kondisi tersebut peserta didik aktif secara emosi, perasaan, intelektual, penginderaannya serta fisiknya. Atau lebih ringkasnya, penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif adalah suatu usaha atau proses yang dilakukan oleh seorang guru di dalam melaksanakan tugas pengajarannya agar peserta didik tidak lagi diperlakukan seperti bejana kosong yang senantiasa harus di isi dengan materi-materi pelajaran semata. Tetapi lebih dari itu, sebisa mungkin peserta didik turut dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang ada hubungannya dengan proses pembelajaran.
29
Bermawi Munthe, Desain Pembelajaran, (Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani, 2009), hlm. 63-67.
25
b.
Macam-Macam Metode Pembelajaran Aktif dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Karena banyaknya jumlah metode pembelajaran yang dapat dipakai atau diaplikasikan dalam proses pembelajaran aktif, maka disini hanya akan ditampilkan beberapa metode pembelajaran aktif yang memungkinkan untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran PAI yang mengarah pada terciptanya interaksi edukatif, dan berorientasi pada peran aktif peserta didik. Beberapa metode pembelajaran aktif yang diambil dari buku yang berjudul strategi pembelajaran aktif karya Hisyam Zaini, Bermawi Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, yang dapat digunakan oleh seorang guru untuk dapat mengaktifkan peserta didik, baik individu maupun kelompok adalah: 1)
Setiap murid bisa sebagai guru (Everyone Is A Teacher Here)
2)
Menulis pengalaman secara langsung (Writing In The Here And Now)
3)
Strategi membaca dengan keras (Reading Aloud)
4)
Menggabung dua dan empat kekuatan (The Power Of Two And Four)
5)
Mencari informasi (Information Research)
6)
Beradu pandangan sesuai perspektif atau debat pendapat (Point Counter Point)
7)
Bacaan terbimbing (Reading Guide)
8)
Debat aktif (Active Debate)
9)
Mencari jodoh kartu tanya jawab (Index Card Match)
10)
Belajar melalui tukar delegasi antar kelompok (Jigsaw Learning)
11)
Bermain peran (Role Play)
12)
Tutor sebaya (Peer Lesson)
13)
Tim pendengar (Listening Team)
14)
Pertanyaan kelompok atau tanya jawab (Team Quiz)
15)
Diskusi kelompok kecil (Small Group Discussion)
26
16)
Menyortir kartu (Card Sort)
17)
Pameran berjalan (Gallery Walk)30 Beberapa metode yang telah dipaparkan di atas hanyalah
sebagian
metode-metode
yang
tergolong
ke
dalam
metode
pembelajaran aktif, karena tidak mungkin dipaparkan semuanya disini mengingat
begitu
banyak
jumlahnya.
Disini
penulis
tidak
mengesampingkan metode-metode pembelajaran yang lainnya, bukan berarti yang tidak penulis kemukakan di atas tidak baik atau tidak layak digunakan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam. Perlu dipertegas, bahwa tidak ada metode yang paling baik dan paling buruk, karena pada hakekatnya setiap metode itu mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri. Jadi, antara metode satu dengan metode yang lain itu bersifat saling melengkapi. Namun, yang jadi permasalahan adalah bagaimana memaksimalkan metode-metode pembelajaran tersebut ke dalam proses pembelajaran agar sampai kepada maksud dan tujuan yang di cita-citakan. Maka, disini guru diharapkan mampu melakukan usaha yang serius di dalam memilih, mengembangkan, memodifikasi, mengimprovisasi, dan mencari metode-metode lain yang dirasa cocok atau tepat untuk diterapkan pada pembelajaran sesuai dengan keadaannya. c.
Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Menurut E. Mulyasa, penerapan diartikan sebagai suatu proses implementasi, usaha penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap.31 Penerapan yang dimaksud disini adalah mengimplementasikan ide,
30
Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hlm. viii-x. 31
E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003),
hlm. 93.
27
kebijakan, atau inovasi ke dalam bentuk tindakan praktis dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Pembelajaran aktif, hanya bisa terjadi bila ada partisipasi aktif dari peserta didik, demikian juga peranserta aktif peserta didik tidak akan terjadi bilamana guru tidak aktif dan kreatif dalam melaksanakan pembelajaran. Ada berbagai cara untuk melaksanakan proses pembelajaran yang memicu dan melibatkan peran serta aktif peserta didik dan mengasah ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembelajaran aktif dalam memperoleh informasi, keterampilan, dan sikap serta perilaku positif dan terpuji akan terjadi melalui suatu proses pencarian dari diri peserta didik. Hal ini akan terwujud jika peserta didik dikondisikan sedemikian rupa sehingga berbagai tugas dan kegiatan yang dilaksanakan sangat memotivasi mereka untuk berpikir, bekerja, dan merasa, serta mengamalkan kesalehan dalam kehidupan nyata. Dalam rangka mengaktifkan peran serta peserta didik dalam proses pembelajaran, Noeng Muhadjir, berpendapat bahwa ada beberapa strategi yang relevan dan bisa digunakan seorang pendidik untuk
mengaktifkan
peranserta
peserta
didik
dalam
proses
pembelajaran pendidikan agama Islam, diantaranya adalah: 1)
2)
3)
4)
Strategi tradisional, seorang guru hanya berfungsi sebagai penyampai dan juru bicara yang belum tentu dia melaksanakannya. Strategi ini lebih menekankan pada penekanan kognitif. Strategi bebas, merupakan kebalikan dari tradisional, disini guru memberi kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukan sendiri, dan di dalam strategi bebas ini lebih menekankan keaktifan guru dan peserta didik. Strategi reflektif, berkaitan dengan cara guru menerapkan kriteria untuk menganalisis kasus-kasus empirik dan sebagai dasar deduksi untuk menjabarkan konsep teoritik ke dalam terapan pada kasus yang lebih khusus dan operasional. Strategi transinternalisasi, sebagai cara pembelajaran nilai dengan jalan melakukan transformasi, transaksi, dan
28
transinternalisasi nilai. Disini guru dan peserta didik samasama terlibat komunikasi aktif, yang tidak hanya melibatkan komunikasi satu arah.32 Sebagai seorang guru yang profesional, maka sudah seharusnya bisa memilih dan menggunakan strategi atau pendekatan yang dirasa tepat untuk di aplikasikan ke dalam pembelajaran dalam rangka mewujudkan pembelajaran aktif, hal itu disebabkan karena mengingat terdapat berbagai strategi atau pendekatan yang dapat dipergunakan oleh guru, namun tidak semua sama efektifnya dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk
itu,
dibutuhkan
kreatifitas
guru
dalam
mengembangkan dan memilih strategi pembelajaran yang efektif, sehingga akan diketahui apakah pendekatan yang digunakan itu termasuk
ke
dalam
expository
teaching-receptive
learning
(pembelajaran yang berlangsung melalui penyampaian materi oleh guru dan peserta didik menerima materi tersebut), active learning (pembelajaran aktif), interactive learning (pembelajaran interaktif), atau inquiry-discovery-problem solving (sistem pembelajaran yang memacu peserta didik untuk melakukan upaya pencarian, penemuan, dan pemecahan masalahnya). Dalam rangka menciptakan pembelajaran yang menantang dan merangsang otak (kognitif), menyentuh, dan menggerakkan perasaan (afektif), dan mendorong peserta didik secara aktif mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan dalam suasana kongkrit maka langkah yang harus ditempuh oleh seorang guru adalah: 1)
Dalam menerapkan materi pelajaran, guru harus menerapkan metode yang lebih variatif sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang diajarkan agar pengajaran tidak verbalistik. Metode pengajaran
yang
mendorong terciptanya
proses
32
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengaktifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008), cet. IV, hlm. 172-173.
29
pembelajaran peserta didik aktif sangat direkomendasikan untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif. 2)
Membangun kesamaan persepsi (visi dan misi antara kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, dan peserta didik) mutlak dilakukan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang benarbenar edukatif.
3)
Penciptaan
lingkungan
fisik
yang
menunjang,
karena
pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari dukungan lingkungan fisik di sekitarnya. Lingkungan fisik di sekolah hendaknya diupayakan dapat menunjang terciptanya suasana kehidupan keagamaan masyarakat sekolah bahkan bila perlu pemanfaatan teknologi tinggi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran.33 4)
Gunakan media pembelajaran sebanyak dan sevariasi mungkin untuk memberikan rangsangan pada semua indra peserta didik.
5)
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, agar apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik, karena hal itu juga akan berpengaruh terhadap proses pengembangan pembelajaran di kelas.34 Dalam panduan Decentralized Basic Education (DBE2) melalui
program Active Learning In School (ALIS) beberapa hal yang harus dilakukan guru untuk menjadikan pembelajaran menjadi aktif adalah: 1)
2)
3)
Membuat rencana secara hati-hati dengan memperhatikan detail berdasarkan atas sejumlah tujuan yang jelas dan dapat dicapai. Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar secara aktif dan mengaplikasikan pembelajaran mereka dengan metode yang beragam sesuai dengan konteks kehidupan nyata peserta didik. Secara aktif mengelola lingkungan belajar agar tercipta suasana yang nyaman, tidak bersifat mengancam, berfokus
33
Ahmad Barizi dan Muhammad Idris, Menjadi Guru Unggul, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 96-97. 34
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 284.
30
4)
pada pembelajaran serta dapat membangkitkan ide yang pada gilirannya dapat memaksimalkan waktu, sumbersumber yang menjamin pembelajaran aktif berjalan. Menilai peserta didik dengan cara-cara yang dapat mendorong peserta didik untuk menggunakan apa yang telah mereka pelajari di kehidupan nyata, dalam hal ini disebut penilaian otentik.35
Perlu diperhatikan bahwa, berbagai pendekatan dan strategi bagi kelangsungan pembelajaran di sekolah akan efektif dan berhasil jika praktik-praktik pengalaman pembelajaran itu bermakna bagi peserta didik. Minimal, suatu sistem pembelajaran yang dilangsungkan bermakna bagi pembangunan minat dan motivasi peserta didik, relevan dan fungsional. Menurut pendapat yang dikemukakan John Holt yang dikutip Melvin L. Silberman dalam active learning, proses belajar akan meningkat jika peserta didik diminta untuk melakukan hal-hal berikut ini: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Mengemukakan kembali informasi yang telah dia dapatkan dengan kata-kata mereka sendiri. Memberikan contohnya. Mengenalinya dalam bermacam bentuk dan variasi. Melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain. Menggunakannya dengan beragam cara. Memprediksikan sejumlah konsekuensinya. Menyebutkan lawan atau kebalikannya.36
Apabila pendidik memperhatikan hal-hal di atas, maka proses pembelajaran akan berlangsung lebih baik dan memberikan arti yang mendalam bagi peserta didik. Disamping itu peserta didik juga bisa mendapatkan umpan balik tentang seberapa bagus pemahamannya terhadap suatu materi pelajaran tertentu.
35
Hamzah B. Uno, dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 77. 36
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Peserta didik Aktif, hlm. 26.
31
d.
Pengembangan Metode Pembelajaran Aktif Pengembangan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mengembangkan atau pembangunan secara bertahap dan teratur yang menjurus
ke
sasaran
yang
dikehendaki. 37
Pengembangan
(development) juga diartikan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan latihan.38 Jadi, penerapan dan pengembangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan usaha atau cara, perbuatan yang dilakukan guru PAI dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif, sehingga sampai kepada maksud dan tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Agar proses pengembangan berjalan lancar maka guru paling tidak harus senantiasa melakukan tiga hal: Pertama, (menggerakkan, membangkitkan, dan menggabungkan) seluruh kemampuan yang dimiliki peserta didik. Kedua, menjadikan apa yang ditransfer menjadi suatu hal yang menantang diri peserta didik, sehingga muncul intrinsic-motivation untuk mempelajarinya dan ketiga, mengkaji secara mendalam materi yang di transfer sehingga menimbulkan keterkaitan dengan pengetahuan yang lain.39 Dalam pembahasan kali ini juga akan dipaparkan tiga kemampuan dasar yang hendaknya dimiliki oleh seorang guru dalam proses penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif. Pertama, didaktik, yakni kemampuan untuk menyampaikan sesuatu secara oral atau ceramah, yang dibantu dengan buku teks, demonstrasi, tes, dan alat bantu tradisional lain. Kedua, pembinaan 37
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hlm. 474. 38
Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 85. 39
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000), cet. I, hlm. 62-66.
32
(coaching), dimana guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih dan mempraktikkan keterampilannya tersebut, serta segera memberikan umpan balik atas apa yang dilakukan peserta didik. Ketiga adalah socratic atau mauitic question, dimana peserta didik diberi kebebasan untuk mengembangkan pandangan dan internalisasi terhadap materi yang dipelajari. Tanpa menguasai tiga kemampuan dasar tersebut, ibaratnya pemain sepak bola yang tidak memiliki kemampuan dasar bermain bola, seperti bagaimana menendang atau heading yang baik dan benar, meskipun dilatih oleh pelatih yang profesional tetap saja tidak akan memenangkan pertandingan. Demikian pula untuk guru, tanpa memiliki tiga kemampuan dasar tersebut, meskipun guru dilatih berbagai metode mengajar yang canggih, tetap saja prestasi belajar peserta didik tidak dapat ditingkatkan. Sebaliknya, dengan menguasai tiga kemampuan dasar tersebut, metode mengajar apapun akan dapat dilaksanakan dengan mudah oleh guru yang bersangkutan. 3.
Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Aktif a.
Definisi Guru Pendidikan Agama Islam Umumnya, kata pendidik sering diawali dengan istilah “guru”. Guru, sebagaimana diurai oleh Hadari Nawawi dalam Ahmad Barizi, adalah “orang yang pekerjaannya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di dalam kelas”. Secara lebih khusus, guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak didik mencapai kedewasaan masing-masing. Guru dalam pengertian tersebut, bukan hanya sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan meteri pengetahuan (mata pelajaran) tertentu, akan tetapi guru adalah anggota masyarakat yang harus ikut dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi
33
anggota masyarakat sebagai orang dewasa.40 Sedangkan Ahmad Tafsir, berpendapat bahwa guru dalam pandangan Islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Sehingga “salah satu syarat yang harus dipenuhi guru adalah memiliki kemampuan atau keahlian dalam mengajar”. 41 Berdasarkan pemaparan tersebut, maka guru dituntut untuk profesional di bidangnya. Untuk membentuk guru yang profesional, dalam UU No 14 Th. 2005 pasal 8 dijelaskan bahwa “guru harus memiliki kualifikasi akademik minimal S1 atau D4”. Dinyatakan juga dalam pasal 10 ayat 1 bahwa “guru pada tingkat dasar dan menengah harus memiliki sejumlah kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional”.42 Gagne dan Briggs dalam Chaerul Rahman, berpendapat bahwa “dalam praktiknya guru bertindak sebagai fasilitator, mediator, dan menciptakan peserta didik sebagai subjek belajar”.43 Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka menjadi guru tidak cukup hanya dengan menguasai materi pelajaran, tetapi juga dibutuhkan keahlian khusus. Hal itu dikarenakan mendidik adalah proses perubahan tingkah laku manusia dari yang kurang baik menjadi lebih baik atau dari yang semula tidak tahu menjadi tahu.
40
Ahmad Barizi dan Muhammad Idris, Menjadi Guru Unggul, hlm. 142-143.
41
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010), hlm. 74-80. 42
Undang-Undang Republik Indonesia NO 14 TH 2005, Tentang Guru dan Dosen, bab IV
hal 6. 43
Chaerul Rahman dan Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru Menjadi Guru yang Dicintai dan Diteladani oleh Peserta Didik, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2011), hlm. 94.
34
b.
Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Aktif Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, problematika diartikan sebagai “hal yang menimbulkan masalah, hal yang belum dapat dipecahkan, (permasalahan)”.44 Jadi, problematika yang dimaksud dalam penelitian kali ini adalah permasalahan yang di hadapi guru PAI dalam proses belajar mengajar terkait dengan penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif. Perlu diketahui bahwa menurut pendapat dari Agus Maimun dan Abdul Mukti Bisri dalam Ahmad Barizi dan Muhammad Idris, terdapat dua macam problem yang di hadapi guru dalam pembelajaran aktif, yaitu problem internal dan eksternal. Problem internal menyangkut
program,
pemahaman,
perencanaan,
pelaksanaan,
penerapan, dan evaluasi sistem pembelajaran di sekolah. Sedangkan problem eksternal menyangkut kemajuan iptek, globalisasi informasi, perubahan politik, ekonomi, sosial, dan budaya bangsa. Salah satu problematika yang paling krusial pada pembelajaran aktif di sekolah sesungguhnya terletak pada posisi guru dan peserta didik. Posisi guru di sekolah bukanlah suatu hal yang bergengsi. Sebab, melihat pergeseran orientasi pendidikan, yang mengharuskan link and match, kendati guru mempunyai privilege (kedudukan atau tanggung jawab yang istimewa) dalam mengantarkan individu menjadi human resources (manusia yang berkualitas), tetapi posisi agung dan mulia ini belum menjadi primadona atau alternatif utama dalam relasi pembelajaran di sekolah. Posisi guru agama kadang hanya menempati posisi sebagai under privilege (profesi yang di kemudiankan atau di kelas-duakan), meskipun seharusnya posisi guru agama wajib menjadi primadona.
44
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm.701.
35
Stigma guru yang under privileged ini mengimplikasikan sikap negatif dan asal-asalan bagi guru yang bersangkutan dalam membelajarkan peserta didik. Masalah lain adalah peserta didik, anak didik yang mengidap penyakit moral, seperti enggan belajar, apatis terhadap keadaan buruk yang menimpanya, pergaulan yang menohok perilaku sosialnya, akan menjadikan peserta didik sulit untuk diberikan pesan-pesan dan nilai-nilai yang shahih.45
45
Ahmad Barizi dan Muhammad Idris, Menjadi Guru Unggul, hlm. 83-85.
36
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian Penelitian atau dalam bahasa inggrisnya disebut dengan research. Jika
dilihat dari susunan katanya, terdiri atas dua suku kata, yaitu re yang berarti melakukan kembali atau pengulangan dan research yang berarti melihat, mengamati atau mencari, sehinggga penelitian atau research dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman baru yang lebih kompleks, lebih mendetail, dan lebih komprehensif dari suatu hal yang diteliti.1 Penelitian juga diartikan sebagai suatu proses yang sistematis dan analisis yang logis terhadap informasi (data) untuk tujuan tertentu. Sedangkan metode penelitian seringkali di sebut dengan istilah (metodologi) yang berarti cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan prosedur yang reliabel dan terpercaya. Berbicara mengenai metodologi berarti berbicara mengenai hukum, aturan, dan tata cara dalam melaksanakan atau menyelenggarakan sesuatu. Karena metodologi diartikan sebagai hukum dan aturan, tentunya di dalamnya terkandung hal-hal yang diwajibkan, dianjurkan, atau dilarang. Sama seperti hukum atau aturan lainnya, metodologi diciptakan dengan tujuan untuk dijadikan pedoman yang dapat menuntun dan mempermudah individu yang melaksanakannya. Metodologi juga mengandung makna yang lebih luas menyangkut verifikasi data yang diperlukan untuk memecahkan atau menjawab masalah penelitian termasuk untuk menguji hipotesis.2 Dari beberapa uraian mengenai metodologi dan penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah serangkaian hukum, aturan, dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam 1
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm. 2. 2
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm 59.
37
menyelenggarakan suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pada bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang metode penelitian yang digunakan selama kegiatan penelitian berlangsung, yang meliputi jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, sumber penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan data penelitian, dan teknik analisis data. Hal itu dilakukan supaya penelitian yang dilakukan nantinya dapat memberikan hasil temuan yang akan memperkaya dan meningkatkan pemahaman tentang suatu hal atau sebuah topik, terlepas dari apapun bentuk dan jenis penelitiannya. Mengenai uraian lebih lengkapnya bisa dilihat dibawah ini.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan melalui pengamatan langsung ke lokasi yang dijadikan obyek penelitian yang berorientasi pada temuan atau gejala yang bersifat alami. Sedangkan berdasarkan sifatnya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan obyek sesuai dengan apa adanya.3 Penelitian ini akan menggambarkan proses penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif yang dilakukan oleh guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012 beserta problematikanya dalam pembelajaran PAI. Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain.4 Disini yang dimaksud dengan fenomena yang lain adalah fenomena yang terkait dengan penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif dalam pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak.
Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu data yang diperoleh dari (gambar, data-data serta 3
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), hlm. 157. 4
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2005), hlm. 72.
38
argumen) tidak dituangkan dalam bentuk angka statistik, melainkan tetap berbentuk kualitatif yang memiliki arti lebih dari sekedar angka atau frekuensi, yaitu dengan pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti.5 Terdapat beberapa pertimbangan mengapa penelitian ini menggunakan Pendekatan kualitatif: 1) 2) 3) 4) 5)
Metode kualitatif lebih mudah disesuaikan apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Metode kualitatif menyajikan hubungan langsung antara peneliti dan responden. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Penelitian ini menyusun detail terus menerus sesuai dengan kenyataan di lapangan yang dihadapi. Tidak menggunakan desain yang kaku yang tidak dapat di ubah lagi.6
Pendekatan kualitatif juga dipandang sebagai prosedur penelitian yang bisa menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati. Pendekatan penelitian ini digunakan oleh peneliti dengan maksud untuk mendeskripsikan dan menganalisis sehingga dapat membangun
pengetahuan
melalui
pemahaman
dan
penemuan
tentang
problematika metode pembelajaran aktif bagi guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak tahun pelajaran 2011/2012.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MI Nurul Ulum. Sekolah ini terletak di Desa
Sokokidul, kecamatan Kebonagung, kabupaten Demak, provinsi Jawa Tengah, dan waktu pelaksanaannya adalah pada tahun akademik 2011/2012, tepatnya pada semester genap. MI Nurul Ulum, terletak kurang lebih 2 kilometer dari jalan raya yang menghubungkan Demak dengan Purwodadi, dan sekitar 12 kilometer dari Masjid Agung di jantung kota Demak. berada di tengah-tengah perkampungan dengan
5
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 39.
6
Heri Jauhari, Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cet. I, hlm. 36.
39
batas sebelah utara desa Logantung, sebelah timur desa Srekan, sebelah selatan desa Goleng. sebelah barat Desa Telogosih. Pertimbangan memilih lokasi penelitian ini adalah pertama, karena mudah di jangkau, pelaku-pelaku mudah didekati, dan situasi sosialnya mudah di amati, sehingga memperlancar proses penelitian. Kedua, adanya pertimbangan lebih khusus yaitu karakteristik kelayakan obyek yang sangat memungkinkan untuk mendapatkan informasi yang akan menunjang tercapainya tujuan penelitian. Ketiga, pendapat masyarakat di lingkungan madrasah dan kemudahan serta keramahan yang diberikan pada lembaga ini.
C.
Sumber Penelitian Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subyek dari mana
data dapat diperoleh.7 Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Person (guru, peserta didik, dan kepala sekolah), Place (keadaan fisik MI Nurul Ulum, dimana Proses Belajar Mengajar PAI berlangsung) serta Paper (dokumen dan catatan-catatan) yang terkait dengan proses pembelajaran PAI. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis sumber data yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dari informan, yaitu: 1.
Sumber Data Primer Data primer adalah sumber informasi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan ataupun penyimpanan data atau disebut juga sumber data atau informasi tangan pertama.8 Untuk data primer pada skripsi ini diperoleh dari guru pendidikan agama Islam mengenai penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif beserta problematikanya.
7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 11. 8
Muhammad Ali, Penelitian Kependidikan: Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa, 1987), hlm. 42.
40
2.
Sumber Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas sumber data primer berupa data kepustakaan yang berkorelasi dengan pembahasan objek penelitian termasuk dokumentasi.9 Terkait dengan penelitian ini, data sekunder juga bisa bersumber dari informasi yang secara tidak langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi yang ada padanya. Data sekunder dari skripsi ini diperoleh dari Kepala Sekolah dan Tata Usaha (TU) serta peserta didik. Data yang diperoleh dari kedua sumber tersebut adalah data mengenai proses pembelajaran PAI yang terjadi di MI Nurul Ulum, lokasi, keadaan gedung, guru, perlengkapan dan lain lain.
D.
Fokus Penelitian Dalam penelitian, menentukan fokus penelitian merupakan salah satu
kegiatan yang sangat penting, guna memberikan batasan permasalahan yang di teliti. Hal itu dilakukan karena terlalu luasnya masalah dan masih bersifat umum, sehingga peneliti perlu membatasi penelitian dalam satu lingkup permasalahan atau variabel. Istilah pembatasan masalah lebih tepatnya digunakan dalam penelitian kuantitatif, sedangkan dalam penelitian kualitatif lebih tepatnya menggunakan istilah fokus penelitian. Untuk mempertajam penelitian, maka peneliti kualitatif menetapkan fokus kajian. Spradley dalam Sugiyono menyatakan bahwa fokus merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif diperoleh setelah peneliti melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang disebut dengan penjelajahan umum. Berangkat dari penjelajahan umum ini, peneliti dapat memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang situasi sosial. Untuk memahami secara lebih luas dan mendalam, maka diperlukan pemilihan fokus penelitian.
9
Saefudin Anwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 91.
41
Spradley mengemukakan empat macam alternatif untuk menetapkan fokus yaitu: 1)
2)
3)
4)
Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan, informan ini dalam lembaga pendidikan bisa kepala sekolah, guru, orang tua murid, murid, pakar pendidikan dan sebagainya. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain. Domain dalam pendidikan ini bisa kurikulum, proses belajar mengajar, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, manajemen, pembiayaan, sistem evaluasi, pandangan hidup, kompetensi, dan sebagainya. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan IPTEK. Temuan ini di dalam pendidikan misalnya menemukan metode mengajar PAI yang mudah dipahami dan menyenangkan. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada.10
Berikut ini akan dijelaskan mengenai alasan peneliti melakukan kegiatan fokus penelitian: Pertama, dengan melakukan pembatasan masalah yang bertumpu pada fokus penelitian maka akan memungkinkan adanya acuan teori dari suatu penelitian. Kedua, dengan fokus, peneliti akan tahu persis data yang perlu dikumpulkan dan yang tidak perlu dikumpulkan.11 Dengan tegas dikatakan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitianpenelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal itu didasarkan pada sebuah alasan bahwa di dalam penelitian ini, peneliti menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan yaitu hanya guru PAI yang diteliti. Berdasarkan domainnya, penelitian ini difokuskan hanya pada kajian proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru PAI, selanjutnya penelitian ini diharapkan memiliki nilai temuan yang berarti yakni mengenai penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif pada mata pelajaran PAI. Perbedaan yang paling menonjol dikarenakan penelitian kali ini merupakan penelitian yang bersifat pengembangan, dengan kata lain disini peneliti bermaksud ingin melengkapi dan memperluas teori yang telah ada yakni tentang problematika di
10
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RD, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 285-288. 11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 97.
42
dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif pada mata pelajaran PAI. Pernyataan di atas memberikan gambaran yang jelas bahwa peneliti membatasi diri pada foktor-faktor tertentu saja pada lingkungan penelitiannya dan tidak menelaah hal-hal tertentu lainnya di luar fokus permasalahan yang telah ditentukan oleh peneliti. Dengan kata lain, pada penelitian ini hanya akan di bahas mengenai problematika metode pembelajaran aktif bagi guru pendidikan agama Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012.
E.
Teknik Pengumpulan Data Riset merupakan aktivitas ilmiah yang sistematik, terarah dan bertujuan,
maka data yang dikumpulkan juga harus relevan dengan persoalan yang dihadapi. Informasi atau data dapat dibedakan berdasarkan sumbernya. Berikut metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini:
1.
Wawancara atau Interview Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal, semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Dalam wawancara, pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal, dan hubungan antara penginterviu dengan yang di interviu bersifat sementara, yaitu berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Wawancara juga diartikan sebagai salah satu metode untuk mendapatkan data melalui sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.12 Wawancara tidak sekedar omong-omong atau percakapan biasa, walaupun keduanya berupa interaksi verbal. Dalam interviu diperlukan kemampuan mengajukan pertanyaan yang dirumuskan secara tajam, halus, dan tepat, serta kemampuan untuk menangkap buah pikiran orang lain dengan cepat. 12
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), cet IV, hlm. 63.
43
Dalam melaksanakan interview, pewawancara membawa pedoman wawancara (interview guide) yang hanya berisi garis-garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. Tanya jawab ini dilakukan oleh peneliti kepada kepala sekolah, guru, dan karyawan serta peserta didik bila diperlukan, guna memperoleh data tentang gambaran umum pembelajaran di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak, serta problematika di dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif oleh guru PAI dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam. 2.
Metode Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.13 Dalam menggunakan metode dokumentasi ini, penulis bermaksud untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian yang berupa datadata yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti. Data-data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang terkait langsung dengan proses pembelajaran, seperti data tentang guru, buku-buku yang digunakan dalam proses pembelajaran, silabi, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disiapkan oleh guru, dan bisa juga data yang bersumber dari peserta didik tentang keaktifan selama proses pembelajaran berlangsung, serta data-data yang relevan yang sekiranya dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan laporan penelitian.
3.
Metode Observasi Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam arti luas, observasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui kuisioner dan tes.14 Dalam
kegiatan
observasi
ini
penulis
tidak
hanya
sekedar
menyaksikan dengan duduk-duduk santai tanpa melakukan sesuatu, tetapi 13
Riduan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2005), Cet-I, hlm.77. 14
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset), Jilid 2, hlm. 151.
44
disini penulis membawa bekal yang berupa pedoman observasi atau check list sebagai instrumen pengumpul data yang telah dibuat sebelum kegiatan observasi dilaksanakan. Hal itu dapat mempermudah ketika proses pengamatan berlangsung, dengan jalan mencatat kejadian-kejadian yang tertangkap oleh indera penglihatan maupun pendengaran dengan hanya mencentang setiap kejadian yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. 15 Berdasarkan keterangan tersebut, maka disini dapat disimpulkan bahwa metode observasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mendapatkan data melalui pengamatan langsung atau tidak langsung terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki di lapangan meliputi aspekaspek yang berhubungan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam. Lebih spesifiknya, ketiga metode pengumpulan data tersebut digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data tentang kondisi yang ada di MI Nurul Ulum antara lain: Pertama, Guna mengetahui tentang penerapan
dan
pengembangan
metode
pembelajaran
aktif
dalam
pembelajaran PAI. Kedua, Guna mengetahui tentang problematika guru PAI dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif.
F.
Teknik Analisis Data Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka teknik analisis
data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Analisis data yang diwujudkan bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif. Disini penulis berusaha untuk mencoba memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pula uraian dan mencari hubungan antara dimensi-dimensi uraian.16 Dan ini merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk
15
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2006), hlm. 85.
16
Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 129.
45
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menjadikan sebagai temuan.17 Dalam teknik ini, data yang diperoleh secara sistematis melalui hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi akan diolah atau dianalisis sesuai karakteristik penelitian, yaitu induktif atau metode yang bertumpu pada fakta peristiwa yang dikaji lebih khusus. Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan yang sudah tertulis dalam catatan, beserta data yang diperoleh dari hasil dokumentasi. 18 Untuk menjamin validasi data temuan, peneliti melakukan beberapa upaya disamping menanyakan langsung kepada subyek, peneliti juga mencari jawaban dari sumber lain. Keabsahan data dilakukan untuk meneliti kredibilitasnya menggunakan teknik kehadiran peneliti di lapangan, observasi mendalam, triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode penelitian dan teori). Dalam penelitian kualitatif, analisis data merupakan salah satu hal yang sangat penting, karena di dalamnya terdapat upaya pemahaman dan penelaahan tentang obyek penelitian. Patton dalam Moleong mengemukakan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, mengategorikan, dan menguraikannya. Keempat cara ini bisa dipakai semua dalam satu penelitian dan bisa dipakai hanya sebagian sesuai dengan kebutuhan. Pekerjaan menganalisis data adalah mengatur, mengatur yang dimaksud adalah memilah-milah data untuk disesuaikan dengan pertanyaan penelitian. mengurutkan, mengurutkan adalah mengurutkan data berdasarkan bobotnya. mengelompokkan, mengelompokkan adalah suatu kegiatan pengelompokan data berdasarkan sifat dan jenisnya. memberikan kode atau pengodean adalah setiap data yang diperoleh dari lapangan setiap unitnya diberi kode atau boleh juga dengan penomoran. Hal tersebut berguna sebagai petunjuk urutan catatan. Setelah
17
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002), edisi 4, cet. 2, hlm. 142. 18
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999), hlm. 103.
46
diberi kode, data itu dipelajari, dibaca, dan ditelaah lagi, kemudian disortir dan diuji untuk dimasukkan ke dalam kelompok tertentu. Dan yang terakhir adalah mengategorikannya. Maksudnya data-data yang telah terkumpul termasuk ke dalam kategori apa saja. Selain itu, proses pengolahan data kualitatif bisa juga dilakukan dengan cara membahas atau mendiskusikan dengan teman sejawat berdasarkan teori atau grand theory yang digunakan. 19
19
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 103.
47
BAB IV PROBLEMATIKA METODE PEMBELAJARAN AKTIF DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MI NURUL ULUM SOKOKIDUL KEBONAGUNG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012
A.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012 Secara umum pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung
Demak tertuang ke dalam lima komponen utama yang saling berperan, dan saling mempengaruhi. Kelima komponen utama tersebut diantaranya adalah: Tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, guru (pendidik), dan peserta didik.1 Berikut ini adalah uraian dan penjelasan mengenai kelima komponen utama yang keberadaannya sangat berperan dan saling mempengaruhi di dalam proses pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak: 1.
Tujuan Pendidikan Agama Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan.
Secara
umum
tujuan
pembelajaran
yang
dikembangkan di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak bersumber dari tujuan kurikuler (yang terkandung dalam setiap bidang studi), dan tujuan kurikuler tersebut bersumber dari tujuan lembaga atau yang biasa disebut dengan (tujuan instruksional) yang pada dasarnya mengarah pada tujuan pendidikan umum yakni (tujuan pendidikan nasional). Tujuan instruksional dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu: Pertama, tujuan operasional yang pada prakteknya langsung dapat tercapai setelah berlangsungnya proses pembelajaran. Kedua, tujuan jangka panjang 1
Hasil wawancara dengan Moh Jumadi, selaku kepala MI Nurul Ulum, dikutip pada 06 Februari 2012.
48
yang hasilnya baru dapat terlihat dalam waktu yang lama. Tujuan yang langsung bisa diamati setelah berlangsungnya proses pembelajaran segera dapat diamati dan diukur hasilnya oleh guru PAI dalam bentuk perubahan tingkah laku, penambahan pengetahuan, dan pembentukan keterampilan. Tujuan-tujuan
tersebut
dirancang
melalui
penyusunan
perencanaan
pembelajaran yang digunakan oleh pendidik. Dalam lembaga pendidikan, tujuan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena tujuan merupakan salah satu landasan atau pijakan yang digunakan untuk mengelola pembelajaran. Tujuan pembelajaran PAI yang terdapat di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak telah dirumuskan sesuai dengan standar pendidikan Nasional yaitu: “Terciptanya peserta didik yang berakhlakul karimah, aktif, kreatif, dan inovatif serta bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa”.2 Manfaat dari perumusan tujuan pembelajaran PAI yaitu dapat memudahkan seorang guru dalam pengukuran tingkat keberhasilan atau prestasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, di dalam rumusan tujuan pembelajaran PAI yang terdapat pada standar kompetensi dan kompetensi dasar setidaknya harus mencakup tiga ranah yaitu: Ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif sendiri terdiri dari enam tingkatan yaitu: Tingkat pengetahuan, tingkat pemahaman, tingkat penerapan, tingkat analisis, tingkat sintesis, dan tingkat evaluasi.3 Melihat banyaknya tingkatan pada ranah kognitif maka tidak semua diterapkan dalam tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala madrasah, diperoleh keterangan bahwa mengenai ranah kognitif yang terdapat di dalam rumusan tujuan pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak baru pada sebatas tingkatan pengetahuan, pemahaman, serta penerapan.
2
Hasil dokumentasi di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak, dikutip pada tanggal 06 Februari 2012. 3
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2005), hlm. 28-30.
49
Sedangkan tingkatan analisis, sintesis dan evaluasi belum sepenuhnya diterapkan dalam rancangan tujuan pembelajaran.4 Setelah melihat pelaksanaannya, ranah kognitif yang paling dominan dikembangkan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam adalah pada tingkat pengetahuan dan pemahaman. Sedangkan tingkat penerapan dan analisis baru sedikit dikembangkan. Hal itu tidak terlepas dari keadaan psikologis peserta didik itu sendiri. Selanjutnya adalah kawasan afektif yang mencakup beberapa tingkatan yaitu tingkat menerima, tingkat menilai, tingkat organisasi, dan tingkat karakterisasi. Sedangkan ranah psikomotorik mencakup gerakan seluruh badan, gerakan terkoordinasi, komunikasi non verbal, dan kemampuan dalam berbicara.5 Untuk ranah afektif tidak dimasukan dalam rumusan tujuan pembelajaran PAI, namun guru PAI tetap melakukan penilaian afektif melalui
pengamatan
sikap
terhadap
peserta
didik
selama
proses
pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Begitu juga untuk ranah psikomotorik tidak terinci secara jelas dalam rumusan tujuan. Ranah psikomotorik yang dikembangkan dalam rumusan tujuan pembelajaran PAI adalah praktek (gerakan seluruh badan). Namun, guru PAI tetap melakukan penilaian-penilaian lain misalnya komunikasi non verbal, hanya saja semuanya
tidak
dirinci
dalam
tujuan
pembelajaran
PAI,
karena
pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum masih merumuskan tujuan pembelajaran dalam bentuk umum (tidak disebutkan secara rinci masingmasing ranah). Meskipun demikian, seharusnya akan lebih baik lagi jika dalam tujuan pembelajaran PAI dirinci secara jelas mengenai ketiga ranah tersebut. Karena hal itu akan memudahkan dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik, tetapi hal ini membutuhkan kejelian serta keuletan tersendiri dari guru PAI. 4
Hasil wawancara dengan Moh Jumadi, selaku kepala MI Nurul Ulum, dikutip pada 06 Februari 2012. 5
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, hlm. 33.
50
2.
Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Sebelum berbicara mengenai metode pembelajaran yang diterapkan dan dikembangkan dalam pembelajaran, maka terlebih dahulu perlu juga dijelaskan mengenai pendekatan yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak, di antaranya adalah: a.
Pendekatan pembiasaan, yaitu sebuah pendekatan yang dilakukan oleh seorang pendidik dengan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk membiasakan sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
b.
Pendekatan pengalaman, yaitu sebuah pendekatan yang digunakan oleh seorang pendidik dengan jalan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan merasakan hal-hal yang terkait dengan pengalaman ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah dalam kehidupan.
c.
Pendekatan emosional, yaitu upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
d.
Pendekatan rasional, yaitu usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk memfungsikan peranan rasio (akal) peserta didik dalam rangka memahami dan membedakan bahan ajar terkait dengan perilaku yang baik dan buruk dalam kehidupan nyata.6 Jadi salah satu usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka
proses transfer ilmu dan nilai terkait dengan materi PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak adalah dengan jalan mengintegrasikan berbagai pendekatan tersebut ke dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam. 6
Hasil wawancara dengan Moh Jumadi, selaku kepala MI Nurul Ulum, dikutip pada 07 Februari 2012.
51
Berbicara mengenai pembelajaran aktif, maka diperlukan usaha yang serius dari seorang pendidik untuk menciptakan suasana yang kondusif sehingga mampu merangsang daya pikir peserta didik untuk selalu aktif bertanya dan mengemukakan gagasannya. Selain itu, pendidik juga harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan, sehingga waktu
curah
perhatian
peserta
didik
dapat
meningkat.
Dalam
pelaksanaannya, penerapan metode aktif dalam proses pembelajaran PAI harus
disesuaikan
dengan
karakteristik
peserta
didik
dan
materi
pelajarannya. Hal itu harus dilakukan oleh seorang pendidik supaya tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan baik dan lancar. Berikut merupakan deskripsi mengenai ruang lingkup PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak yang terdiri dari al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fiqh, dan SKI beserta metode pembelajaran aktif yang diterapkan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Perlu ditegaskan bahwa dalam penelitian kali ini, peneliti hanya mengambil sampel mulai dari kelas IV, V, dan VI. Pembatasan tersebut dilakukan berdasarkan pada keterangan yang diperoleh dari kepala sekolah yang mengatakan bahwa kondisi psikologis peserta didik kelas I, II, dan III belum siap untuk diajak terjun dalam pembelajaran aktif, karena kelas tersebut masih tergolong kelas dengan tingkatan rendah, oleh karena itu dalam proses pembelajaran PAI seorang guru belum menggunakan metodemetode yang tergolong ke dalam metode pembelajaran aktif. Selain itu juga mengingat efisiensi waktu, oleh karena itu tidak semuanya diteliti. a.
Al-Qur'an Hadits Berdasarkan data hasil wawancara dan pengamatan yang berhasil dilakukan, untuk materi pelajaran al-Qur'an dan Hadits di kelas IV, V, VI, secara keseluruhan materi ajarnya berupa membaca, menulis atau menyalin, menghafalkan, dan mengartikan, serta menyimpulkan kandungan ayat atau hadits. Oleh karena itu, di dalam proses pembelajaran, guru PAI juga menggunakan metode-metode
52
pembelajaran aktif yang bervariasi dan sesuai tingkat perkembangan peserta didik. Sebagaimana contoh pembelajaran yang berlangsung di kelas IV, berhubung materi yang diajarkan berkaitan dengan surat-surat pendek dalam al-Qur’an, maka guru PAI menggunakan metode ceramah, mencari jodoh kartu tanya jawab (index card match) dan tanya jawab.7 Untuk pembelajaran PAI yang berlangsung di kelas V, berhubung materi ajarnya berupa surat-surat pendek pilihan dalam alQur’an, maka metode yang digunakan guru PAI adalah ceramah, mencari jodoh kartu tanya jawab (index card match), dan tanya jawab.8 Sedangkan pembelajaran PAI yang berlangsung di kelas VI, dengan materi ajar yang berupa ayat-ayat pilihan dalam al-Qur’an, maka metode yang diterapkan oleh guru PAI adalah ceramah, menyortir kartu (card sort) dan tanya jawab.9 Setelah mengamati metode-metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran PAI pada masing-masing kelas tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam proses pembelajaran alQur’an dan Hadits, disini pendidik berperan sebagai fasilitator selama berlangsungnya proses pembelajaran. Selain itu, pendidik disini juga sudah dapat dikatakan tidak lagi menjadi sosok sentral yang dijadikan sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Secara garis besar, proses pembelajaran PAI pada materi alQur’an Hadits sudah sesuai dengan konsep active learning, hal itu dapat diamati dari segi persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak 7
Hasil wawancara dan observasi dengan Siti Khoiriyah, selaku guru PAI kelas IV MI Nurul Ulum, dikutip pada 09 Februari 2012. 8
Hasil wawancara dan observasi dengan Suparjadi, selaku guru PAI kelas V MI Nurul Ulum, dikutip pada 10 Februari 2012. 9
Hasil wawancara dan observasi dengan Siti Mutoharoh, selaku guru PAI MI Nurul Ulum, dikutip pada 08 Februari 2012.
53
lanjut yang dilakukan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran. Disamping
itu,
guru
PAI
juga
sudah
mampu
melakukan
pengembangan yang ditandai dengan adanya kemampuan di dalam mengombinasikan metode-metode pembelajaran yang diterapkan tersebut dengan metode-metode pembelajaran aktif lain yang relevan dengan materi yang diajarkannya. Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk memancing keaktifan dan kreatifitas peserta didik sehingga timbul konsep pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered). b.
Akidah Akhlak Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang berhasil dilakukan pada kelas IV, V, dan VI, untuk mata pelajaran akidah akhlak secara garis besar materi ajarnya berupa rukun iman. Untuk itu, penerapan metode pembelajarannya secara umum juga sama yakni menggunakan card sort (menyortir kartu). Hal itu dapat diketahui pada pembelajaran akidah akhlak yang berlangsung di kelas IV dengan materi ajar berupa iman kepada Malaikat-Malaikat Allah, guru PAI menggunakan metode ceramah, yang dipadukan dengan penyortiran kartu (card sort) dan diakhiri dengan tanya jawab.10 Selanjutnya pada pembelajaran yang berlangsung di kelas V dengan materi ajar berupa iman kepada Rasul-Rasul Allah, guru menggunakan metode ceramah yang disertai dengan penyortiran kartu (card sort) dan dilengkapi dengan tanya jawab.11 Begitu pula dengan pembelajaran yang berlangsung di kelas VI, dengan materi ajar yang berupa iman kepada qadha’ dan qadhar, guru
10
Hasil wawancara dan observasi dengan Siti Khoiriyah selaku guru PAI kelas IV MI Nurul Ulum, dikutip pada 08 Februari 2012. 11
Hasil wawancara dan observasi dengan Suparjadi selaku guru PAI kelas V MI Nurul Ulum, dikutip pada 11 Februari 2012.
54
PAI juga menerapkan metode ceramah yang dilanjut dengan penyortiran kartu (card sort) dan disertai dengan tanya jawab.12 Dengan
mengamati
berlangsungnya
proses
pembelajaran
tersebut, maka disini dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa di dalam proses pembelajaran akidah akhlak, guru telah menerapkan metode pembelajaran aktif, dan teknis pelaksanaannya, secara garis besar dapat dikatakan telah sesuai dengan konsep active learning, hal tersebut dapat dilihat dari cara guru dalam menyajikan materi pembelajaran dengan metode yang telah ditentukannya. Mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang telah berjalan secara runtut. Disini guru juga sudah dapat melakukan pengembangan yang ditandai dengan adanya penggabungan dari beberapa metode yang dirasa cocok dalam satu pelajaran. Sehingga pembelajaran terkesan hidup dan peserta didik pun tidak merasa bosan dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik. c.
Fiqh Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang berhasil dilakukan, untuk mata pelajaran fiqh, masing-masing guru PAI menggunakan metode yang berbeda pada masing-masing kelas. Hal itu dikarenakan materi ajarnya juga berbeda. Sebagaimana pembelajaran yang terjadi di kelas IV, berhubung materi ajarnya berupa tata cara berdo’a dengan baik, maka dalam menyajikan materi pelajaran, guru PAI menggunakan metode ceramah dilanjut dengan menunjuk salah satu peserta didik sebagai tutor bagi temannya dan diselingi dengan tanya jawab di akhir pembelajaran.13
12
Hasil wawancara dan observasi dengan Siti Mutoharoh, selaku guru PAI MI Nurul Ulum, dikutip pada 09 Februari 2012. 13
Hasil wawancara dan observasi dengan Siti Khoiriyah, selaku guru PAI kelas IV MI Nurul Ulum, dikutip pada 07 Februari 2012.
55
Untuk kelas V, materi ajarnya mengenai puasa wajib. Selama proses pembelajaran berlangsung guru menerapkan metode ceramah yang dikemas bersama card sort dan disertai tanya jawab.14 Sedangkan pembelajaran yang berlangsung di kelas VI materi ajarnya berupa kewajiban zakat, untuk mempermudah peserta didik di dalam memahami materi yang di ajarkan tersebut, maka disini guru PAI menggunakan metode ceramah yang dilanjutkan dengan diskusi kelomok kecil dan disertai dengan tanya jawab di akhir kegiatan.15 Dengan mencermati proses pembelajaran yang berlangsung di beberapa kelas tersebut, maka disini diperoleh suatu kesimpulan bahwa di dalam proses pembelajaran fiqh tersebut, guru PAI sudah menggunakan beberapa metode pembelajaran aktif, dan teknis pelaksanaannya secara garis besar sudah mendekati teori yang tertera di dalam konsep active learning. Hal itu dapat dibuktikan ketika proses
pembelajaran
fiqih
berlangsung,
seorang
pendidik
memposisikan dirinya sebagai pendamping yang mengarahkan dan memfasilitasi peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Disamping itu juga di dalam mengimplementasikan metode aktif tersebut mulai dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan pembelajaran telah berjalan dengan baik dan runtut sesuai prosedur yang tertera di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan dapat diamati dari kemampuan guru di dalam mengombinasikan masing-masing metode pembelajaran tersebut dengan metode pembelajaran lain yang dapat memperlancar jalannya pembelajaran. Sehingga dapat membawa peserta didik ke dalam suasana pembelajaran yang aktif, dan menyenangkan.
14
Hasil wawancara dan observasi dengan Suparjadi, selaku guru PAI MI Nurul Ulum, dikutip pada 06 Februari 2012. 15
Hasil wawancara dan observasi dengan Siti Mutoharoh, selaku guru PAI MI Nurul Ulum, dikutip pada 09 Februari 2012.
56
d.
Sejarah Kebudayaan Islam Mata pelajaran SKI, secara garis besar berisi tentang ceritacerita sejarah yang meliputi: Kebudayaan, pendidikan, perjuangan, dan lain-lain. Sehingga hal itu menyebabkan dalam pembelajaran guru PAI sulit untuk terlepas dari ketergantungannya pada penggunaan ceramah. Meskipun demikian, guru PAI berusaha agar tidak sepenuhnya terpaku pada pembelajaran dengan ceramah, sehingga yang terjadi pembelajaran menjadi pasif dan hambar. Untuk menghindari kekhawatiran tersebut, maka guru PAI mencoba untuk menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran aktif di dalam proses pembelajaran. Sebagaimana pembelajaran yang terjadi di kelas IV, disini guru mampu menyajikan materi tentang kisah para Nabi dengan menggunakan metode aktif yang berupa diskusi kelompok kecil (small group
discussions)
meskipun
pada
praktiknya
guru
masih
menggunakan ceramah sebagai pengantar dan menyelinginya dengan tanya jawab.16 Pembelajaran yang berlangsung pada kelas V dengan materi tentang kisah sahabat Nabi, disini guru PAI juga menambahkan metode aktif pada proses pembelajaran yakni berupa diskusi kelompok kecil (small group discussions) dan disertai dengan ceramah dan tanya jawab kepada peserta didik.17 Selanjutnya untuk pembelajaran yang berlangsung di kelas VI dengan materi yang tergolong sama yakni masih seputar cerita dan kali ini mengenai kisah kaum Muhajirin dan Anshor. Guru menyajikannya dengan metode diskusi dengan mengikut sertakan
16
Hasil wawancara dan observasi dengan Siti Khoiriyah, selaku guru PAI MI Nurul Ulum, dikutip pada 11 Februari 2012. 17
Hasil wawancara dan observasi dengan Suparjadi, selaku guru PAI MI Nurul Ulum, dikutip pada 10 Februari 2012.
57
ceramah di dalamnya dan disambung dengan tanya jawab kepada peserta didik.18 Dengan
mengamati
proses
berlangsungnya
kegiatan
pembelajaran tersebut, maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa dalam proses pembelajaran SKI yang berlangsung di masing-masing kelas yang berbeda tersebut, guru sudah mulai menggunakan metode pembelajaran aktif, dan di dalam pelaksanaannya, secara garis besar sudah mengimplementasikan teori yang tertera di dalam konsep active learning, bahwa belajar bukanlah sekedar menerima pengetahuan, tetapi bagaimana membangun pengetahuan. Sehingga yang terjadi di dalam pembelajaran adalah posisi guru hanya sebatas fasilitator dan peserta didiklah yang aktif berfikir untuk mencari jawaban atas permasalahan yang telah dihadapinya. Atas dasar itulah maka guru melakukan sebuah pengembangan dengan mengemas pembelajaran yang secara garis besar berupa cerita tentang kisah-kisah nabi dan sahabat dengan metode aktif yang digabungkan dengan beberapa metode pembelajaran aktif lainnya yang relevan. Secara umum, metode dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran adalah alat untuk mengoperasionalkan apa yang direncanakan dalam pembelajaran. Untuk melaksanakan proses pembelajaran, digunakan seperangkat metode tertentu, dalam pengertian demikian, maka metode pembelajaran menjadi salah satu komponen terpenting dalam pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat juga sangat menentukan efektivitas pembelajaran. Kesalahan dalam pemilihan dan penerapan metode akan sangat berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Pada konteks pembelajaran PAI, banyak metode pembelajaran yang dapat diterapkan. Sehingga, kenyataan tersebut memaksa seorang pendidik 18
Hasil wawancara dan observasi dengan Siti Mutoharoh, selaku guru PAI MI Nurul Ulum, dikutip pada 07 Februari 2012.
58
untuk bertindak secara jeli agar berhasil menempatkan peserta didik pada posisi yang aktif. Penerapan metode-metode tersebut tentunya harus disesuaikan dengan materi yang disampaikan karena tidak semua materi dapat disampaikan dengan metode yang sama. Dalam pelaksanaanya, guru juga bisa mengombinasikannya secara bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Hal itu dilakukan oleh pendidik mengingat hampir setiap metode mempunyai kebaikan dan kelemahan. Sehingga dengan cara mengombinasikan metode-metode tersebut, maka kelemahan yang ada dalam suatu metode akan tertutupi oleh kebaikan metode lainnya. 3.
Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Setiap ruang kelas di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak telah dilengkapi dengan fasilitas yang berguna untuk mendukung kelancaran di dalam proses pembelajaran, seperti meja dan kursi yang mudah dipindah, papan white board, serta media lain yang mendukung pembelajaran seperti gambar-gambar yang sifatnya edukatif. Selain itu, juga terdapat media pembelajaran yang berisi informasi yang berhubungan dengan mata pelajaran, media tersebut berupa buku-buku, majalah, surat kabar, hasil karya peserta didik yang intinya bisa digunakan sebagai sumber informasi bagi peserta didik, yang semuanya telah tersedia di MI Nurul Ulum dan tertata rapi di rak yang terletak di depan kelas. Pada mata pelajaran PAI misalnya, media belajar yang berupa buku-buku PAI, ensiklopedia Islami, serta buku lain penunjang belajar peserta didik ada dalam jumlah yang relatif banyak, tidak hanya terdapat di perpustakaan sekolah tetapi juga di dalam kelas. Di MI Nurul Ulum juga terdapat lab komputer yang dilengkapi dengan akses internet, layanan tersebut tidak hanya sekedar untuk mengikuti perkembangan zaman, tapi sarana internet disediakan agar peserta didik dengan mudah berinteraksi dengan komunitas internasional dan mencari informasi terkait materi pelajaran PAI. Peserta didik bisa mencari jawaban dari permasalahan-permasalahan agama Islam yang aktual hanya dengan
59
duduk di depan komputer. Selain itu juga agar peserta didik tidak gagap teknologi, hal itu diwujudkan dengan ditambahkannya mata pelajaran komputer. Selain itu tujuan dari media internet adalah sebagai sumber informasi selain dari guru dan buku-buku pelajaran yang sudah ada.19 4.
Guru dan Peserta Didik Proses pembelajaran dapat berlangsung efektif manakala dilaksanakan oleh guru yang profesional dan di jiwai semangat profesionalisme yang tinggi. Guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian yang memadai dibidangnya, rasa tanggung jawab yang tinggi, serta memiliki rasa kebersamaan. Mereka mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai pendidik yang bertanggung jawab mempersiapkan peserta didik bagi peranannya di masa depan. Seperti yang kita ketahui, peran guru PAI dalam menjalankan profesinya mempunyai tanggung jawab yang lebih jika dibandingkan dengan guru bidang studi yang lain, karena disamping dituntut profesional dalam menjalankan profesinya, guru PAI juga harus memiliki integritas moral dan akhlak yang benar-benar bisa dipertanggung jawabkan, baik kepada peserta didik maupun kepada masyarakat secara umum.20 Selain memiliki integritas moral yang tinggi, guru PAI juga harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaharuan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Sebagai pendidik yang profesional, maka seorang pendidik hendaknya mampu mengantisipasi halhal tersebut, sehingga apa yang disampaikan kepada peserta didik selalu mengena di hati peserta didik dan bersifat up to date. Di dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam, hendaknya guru diposisikan sebagaimana mestinya, yaitu sebagai teman atau sahabat yang memfasilitasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga dengan adanya usaha tersebut, maka pembelajaran akan kembali kepada 19
Hasil observasi yang dilakukan di MI Nurul Ulum pada 06 Februari 2012.
20
Hasil wawancara dengan Moh Jumadi, selaku kepala MI Nurul Ulum, dikutip pada 06 Februari 2012.
60
makna yang sesungguhnya yaitu berpusat pada peserta didik (student centered) bahkan tidak menutup kemungkinan pembelajaran yang dirancang akan menjadi lebih dinamis dan efektif. Salah satu usaha serius yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak adalah dengan mendesain pembelajaran yang dapat memancing keaktifan dan kreatifitas peserta didik, sehingga proses pembelajaran PAI tidak hanya sekedar menjadi pengetahuan bagi peserta didik, tetapi bagaimana peserta didik mampu mengaplikasikan apa yang dipelajari dari bangku sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari sesuai visi, misi, yang telah ditetapkan oleh MI Nurul Ulum yakni “Santun dalam interaksi dan terwujudnya generasi muda yang religius serta kompetitif dalam dunia global”.21 Untuk mewujudkan harapan tersebut, maka salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang bervariatif serta dapat memancing kreatifitas dan keaktifan dari masing-masing peserta didik. Selain itu, usaha yang dilakukan untuk mendukung terwujudnya harapan tersebut adalah dengan pembiasaan sholat dhuha dan shalat dzuhur berjama’ah yang merupakan salah satu usaha untuk menghidupkan dan menegakkan nilai-nilai akhlak serta moral yang benar, melalui pendekatan pembiasaan.22 Setelah menelaah proses pembelajaran yang berlangsung di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak, maka dapat diambil kesimpulan bahwasannya pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak secara garis besar sudah menggunakan metode pembelajaran aktif. Indikator fisik yang secara lahiriah menandakan ada atau tidaknya pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran dapat diamati dari aspek peserta didiknya. Satu: Muncul keinginan dan keberanian dalam diri peserta didik untuk mengemukakan permasalahan yang di hadapinya. Kedua: 21
Hasil observasi yang dilakukan di MI Nurul Ulum pada 06 Februari 2012.
22
Hasil wawancara dengan Moh Jumadi, selaku kepala sekolah MI Nurul Ulum, pada 07 Februari 2012.
61
Muncul keinginan dan keberanian dalam diri peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Ketiga: Tampak usaha yang sungguh-sungguh
dari
peserta
didik
selama
proses
pembelajaran
berlangsung, atau dengan kata lain peserta didik bersedia atau berminat menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar sampai mencapai hasil. Keempat: Adanya kemandirian dalam belajar. Pada teknis pelaksanaannya, guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak tersebut sudah menyesuaikannya dengan prinsip active learning yang telah dipaparkan dalam kerangka teoritik, yaitu berorientasi pada tujuan, dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dalam pembelajaran aktif yaitu: Prinsip aktivitas yang bisa dilihat dari aktivitas yang terbangun antara guru dan peserta didik yang bersifat dua arah, prinsip individualitas yang tercermin dari adanya pemilihan metode yang dilakukan oleh seorang pendidik dengan memperhatikan kemampuan peserta didiknya, serta prinsip integritas yang dapat diamati dari kesesuaian antara penggunaan metode dengan pemilihan materi yang akan disampaikan.
B.
Penerapan dan Pengembangan Metode Pembelajaran Aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012 Perkembangan pembelajaran dewasa ini lebih banyak diarahkan dan di titik
beratkan pada bagaimana upaya untuk mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Mengajar pada hakikatnya adalah usaha dari seorang pendidik untuk menciptakan suasana belajar bagi peserta didik secara optimal, sehingga yang menjadi pusat perhatian sesungguhnya dalam proses pembelajaran ialah peserta didik. Berawal dari pendekatan tersebut menghasilkan sebuah konsep pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau lebih dikenal dengan strategi pembelajaran aktif. Berdasarkan hasil pengamatan, pembelajaran PAI yang berlangsung di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak sudah memfokuskan perhatiannya pada upaya mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal itu
62
terbukti dengan diterapkannya metode-metode pembelajaran yang tergolong ke dalam metode pembelajaran aktif seperti yang telah dipaparkan di atas. Dalam proses pembelajaran, tampak jelas adanya guru yang aktif mengajar di satu pihak dan peserta didik aktif belajar di pihak lain. Hal itu secara garis besar sudah bisa diartikan sesuai dengan teori konstruktivisme dan teori yang dikemukakan oleh Confusius yang digunakan sebagai dasar dalam pembelajaran aktif. Dimana dalam teorinya disebutkan bahwa: “Salah satu prinsip dalam proses pembelajaran adalah bahwa guru tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi peserta didiklah yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri”. Prinsip pembelajaran tersebut sudah tampak dalam proses pembelajaran PAI yang berlangsung di MI Nurul Ulum sokokidul Kebonagung Demak, dimana peran seorang guru hanyalah sebagai fasilitator dalam pembelajaran, yaitu yang bertugas memfasilitasi proses pembelajaran dengan mengajar menggunakan caracara yang membuat sebuah informasi menjadi lebih bermakna dan relevan bagi peserta didik. Selain itu guru juga berupaya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan atau memecahkan permasalahan serta mengaplikasikan ide-ide mereka sendiri. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, serta ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku peserta didik. Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasarat bagi peserta didik untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolok ukur bahwa peserta didik telah belajar dengan baik adalah jika peserta didik itu telah dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari sehingga indikator hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai oleh peserta didik dengan baik. Setelah mengamati proses pembelajaran yang berlangsung di tiga kelas yang terdiri dari kelas IV, V, dan VI, maka selanjutnya adalah pembahasan mengenai metode metode pembelajaran aktif yang diterapkan dan dikembangkan oleh guru PAI selama proses pembelajaran berlangsung.
63
1.
Metode Pembelajaran Index Card Match Penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif (index card match) merupakan sebuah pilihan yang tepat yang dapat ditempuh oleh seorang pendidik dalam rangka mengaktifkan peranserta dari anak didik. Karena metode ini merupakan sebuah metode yang dapat memfungsikan seluruh indera yang dimiliki peserta didik ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Sebagaimana yang terdapat dalam konsep active learning, pembelajaran harus ditempuh dengan jalan mengaktifkan seluruh indera yang dimiliki oleh peserta didik, atau dengan kata lain, belajar yang hanya menggunakan satu indera saja akan terasa menyulitkan peserta didik di dalam proses transfer of knowledge maupun transfer of value. Hal itu tidak lepas dari makna pendidikan itu sendiri yang lebih mengutamakan proses dari pada hasil. Melalui metode ini peserta didik dilatih untuk lebih aktif yaitu dengan cara mencari jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh pendidik yang berperan sebagai fasilitator di dalam pembelajaran. Metode ini memang sebuah metode yang didesain secara khusus untuk mengaktifkan peran serta peserta didik, sehingga pembelajaran tidak terkesan kaku dan monoton. Selain itu peserta didik juga tidak akan pernah merasa jenuh selama mengikuti proses pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran
yang
dilalui
dengan
suasana
yang
menyenangkan jelas akan memberikan dampak yang posif. Untuk itu metode mencari pasangan kartu yang cukup menyenangkan ini hadir untuk membantu pendidik di dalam mengaktifkan peranserta dari peserta didik. Hal itu bukan tanpa alasan, penerapan metode ini didasarkan pada kondisi kejiwaan anak didik yang menyukai sesuatu yang berbau permainan. Tujuan utama dari penerapan metode ini adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok. Secara garis besar, proses pembelajaran dengan metode index card match dilaksanakan melalui empat tahapan diantaranya adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap tindak lanjut, dan tahap evaluasi.
64
Metode index card match ini digunakan oleh guru PAI untuk merangsang keaktifan peserta didik di dalam pembelajaran. Caranya adalah guru menyiapkan potongan-potongan kertas yang di dalamnya sudah diberi materi-materi yang relevan sehingga ketika guru sudah berada di kelas, maka guru tinggal membagikan kartu yang sudah disiapkan tersebut kepada peserta didik dan menjelaskan aturan mainnya. Misalkan materi yang diajarkan adalah tentang surat al-Kautsar, maka di kartu induknya ditulis kata kunci baik itu terjemahnya maupun dalilnya. Setelah kartu dibagikan semua kepada peserta didik, maka guru meminta peserta didik yang memegang kartu induk agar berdiri di depan kelas yang sengaja sudah didesain dengan berbagai model desain ruang. Sebagaimana yang terjadi di kelas IV, guru mendesain ruang kelas menjadi leter U. Jadi posisi peserta didik yang membawa kartu induk berada ditengah-tengah pendidik dan peserta didik lain, kemudian peserta didik yang lain diminta untuk beradu kecepatan agar mencari jodoh kartu yang sesuai dengan yang dibawanya. Bagi peserta didik yang telat atau paling akhir menemukan jodoh kartunya, maka guru akan memberikan hukuman kepada peserta didik tersebut. Tapi hukuman yang diberikan pun bersifat mendidik, yakni menyuruh peserta didik yang paling akhir menemukan jodoh kartunya untuk bernyanyi lagu-lagu daerah atau lagu-lagu yang bernuansa Islami. 23 Berdasarkan pada hasil pengamatan, secara garis besar penerapan metode ini sudah mendekati teori yang ada di dalam active learning, karena melihat tahap pelaksanaannya yang sudah sistematis, selain itu di dalam menerapkan metode ini juga sudah disertakan pengembangan yakni dengan mendesain ruang kelas dengan leter U, selain itu juga adanya hukumanhukuman bagi peserta didik yang tidak tepat waktu di dalam mencari jodoh kartu. Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode ini adalah keaktifan dari guru itu sendiri. Guru harus senantiasa memberi pengarahan
23
Hasil observasi yang dilakukan di kelas IV, dikutip pada 09 Februari 2012.
65
kepada peserta didik yang mengalami kesulitan di dalam menemukan pasangannya. Kalau hal ini tidak diperhatikan oleh guru maka tidak akan dipungkiri seketika kelas dapat berubah menjadi gaduh. 2.
Metode Pembelajaran Card Sort Metode pembelajaran ini disebut juga dengan metode penyortiran kartu, yaitu dengan jalan menginstruksikan kepada peserta didik untuk memilah-milah kartu rincian dan menyesuaikannya dengan kartu induk sesuai materi yang diberikan oleh guru. Tujuan penerapan dan pengembangan metode card sort adalah untuk mengaktifkan setiap peserta didik baik secara individu maupun kelompok. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam card short adalah: Pemilahan kartu, baik kartu induk maupun kartu rincian. Menentukan kelompok atau individu. Mempertanggung jawabkan hasil pekerjaan kelompok atas hasil sortiran kartu. Adapun proses pembelajaran dengan metode card sort terangkum ke dalam empat tahapan, diantaranya adalah tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap tindak lanjut, dan tahap evaluasi. Berdasarkan hasil pengamatan, penerapan metode card sort yang dilakukan oleh guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak sudah bisa dibilang sesuai dengan konsep active learning, hanya saja di dalam pelaksanaannya guru PAI berusaha mengembangkannya dengan mengombinasikan metode card sort tersebut dengan beberapa metode pembelajaran lain yang relevan guna menunjang keberhasilan di dalam pengajaran. Selain itu, penerapan dan pengembangan metode card sort ini juga dirasa dapat menjadikan guru agar tampil lebih kreatif, karena sebelum card sort dipraktekkan, guru dapat melakukan pengembangan di dalam pembelajaran, sebagaimana yang terjadi pada pembelajaran akidah akhlak di kelas V, salah satu langkah yang ditempuh oleh guru adalah dengan membangkitkan motivasi peserta didik dengan jalan mengajak peserta didik untuk menyanyikan lagu-lagu yang bernuansa Islami terkait dengan nama-
66
nama 25 Nabi dan Rasul yang wajib untuk di imani.24 Sehingga dengan adanya upaya pengembangan yang dilakukan oleh guru tersebut, maka diharapkan timbul perasaan senang dalam benak peserta didik untuk mengikuti pelajaran yang disajikan oleh guru, dan menjadikan peserta didik lebih bersemangat dan mudah mengingat materi serta tidak gampang lupa tentang materi yang telah diajarkan oleh guru. 3.
Metode Pembelajaran Tanya Jawab Dari beberapa kelas yang berhasil diamati, IV, V, dan VI, ternyata di dalam proses pembelajaran semua guru menerapkan metode tanya jawab sebagai wujud pengembangan dari metode pembelajaran aktif. Metode tanya jawab ini digunakan oleh seorang pendidik dengan maksud untuk melanjutkan (meninjau kembali) pelajaran yang lalu, selain itu metode tanya jawab ini juga digunakan oleh seorang pendidik untuk menyelingi pembicaraan dengan tujuan utamanya yaitu melatih peserta didik untuk bekerjasama, memimpin pengamatan dan mengasah pola pikir peserta didik. Dalam prakteknya, metode tanya jawab sengaja dikombinasikan dengan beberapa metode-metode aktif lainnya untuk menunjang keberhasilan di dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Penerapan metode tanya jawab dimaksudkan untuk merangsang anak agar mampu mengasah otaknya untuk berfikir dan membimbing peserta didik dalam mencapai kebenaran, memberikan pengertian kepada peserta didik dan memancingnya dengan umpan pertanyaan. Metode ini seringkali digunakan pada zaman Nabi dengan para Sahabat. Maka atas dasar itulah metode ini sering digunakan oleh semua guru tak terkecuali guru PAI. Sehingga tidak akan pernah dijumpai seorang guru mengajar tanpa memberi pertanyaan kepada anak didiknya. Berdasarkan keterangan dari guru PAI kelas V Suparjadi, beliau menegaskan bahwa apapun metode yang diterapkan dan dikembangkan, tidak akan pernah bisa terasa sempurna dan lengkap tanpa disertai dengan
24
Hasil observasi dengan yang dilakukan di kelas V, dikutip pada 11 Februari 2012.
67
metode tanya jawab. Karena tanya jawab merupakan salah satu komponen penting di dalam pembelajaran. Tanpa adanya tanya jawab maka interaksi edukatif sebagai ciri dari pembelajaran aktif tidak akan pernah terwujud dalam pembelajaran PAI. 25 Berdasarkan keterangan yang telah diperoleh dari informan tersebut, maka ada indikasi bahwa guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak sudah bisa menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran aktif, hal itu terbukti dengan dikombinasikannya metode tanya jawab ke dalam beberapa metode aktif yang lainnya. Pada
pelaksanaannya,
guru
bisa
memvariasikan
pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dengan cara yang berbeda pada setiap pelajaran yang diajarkan, salah satunya dengan menyentuh aspek afekif peserta didik serta pengalaman belajar peserta didik secara individu. Dengan begitu setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru mendapatkan jawaban yang bervariasi dari masing-masing peserta didik. 4.
Metode Pembelajaran Teman Sebaya (Peer Lesson) Peer lesson adalah metode yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari suatu materi pelajaran dengan baik pada waktu yang sama, dimana yang menjadi narasumber adalah teman sendiri. Metode peer lesson dalam pembelajaran PAI digunakan pada mata pelajaran fiqih yang terkait dengan praktek-praktek ubudiah, sebagaimana yang berhasil diamati pada pembelajaran yang berlangsung di kelas IV bab tata cara berdo’a dengan baik.26 Tahap pertama yang dilakukan guru adalah tahap persiapan. Pada tahap ini, guru membentuk beberapa kelompok heterogen dengan menyebar peserta didik yang mempunyai kemampuan akademis tinggi dalam tiap-tiap kelompok. Selanjutnya guru menjelaskan tugas tutor (peserta didik yang pandai). 25
Hasil wawancara dengan Suparjadi, selaku guru PAI kelas V MI Nurul Ulum, dikutip pada 07 Februari 2012. 26
Hasil observasi yang dilakukan di kelas IV, dikutip pada 07 Februari 2012.
68
Tahap kedua, adalah tahap pelaksanaan. Pada tahap ini, guru memulai proses pembelajaran dengan apersepsi dan memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang materi yang menjadi pokok bahasan. Kemudian guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Setelah kelompok berhasil dibentuk, guru memberikan sejumlah informasi tentang topik yang diangkat. Guru meminta dua orang peserta didik sebagai tutor untuk maju ke depan dan mempraktekkan cara berdo’a dengan baik dan benar, bergantian sesuai dengan apa yang selama ini dilakukan dan diketahui. Dari peragaan tersebut, kelompok lain melihat, memperhatikan, dan meneliti apa yang diperagakan oleh teman yang menjadi tutor tersebut. Guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan dengan kelompoknya terkait apa yang mereka lihat dengan cara membandingkannya dengan sumber bacaan lain. Setelah dirasa cukup, guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Kemudian bersama guru, hal-hal tadi yang muncul didiskusikan kembali mana yang sudah tepat dan sesuai dengan aturannya. Setelah berdiskusi guru meminta peserta didik untuk mencatat hasilnya di buku tulis masing-masing. Tahap ketiga adalah evaluasi. Setelah selesai guru memberikan penjelasan tentang apa yang telah dilakukan peserta didik, dengan metode ini, diharapkan peserta didik bisa lebih cepat menangkap materi pelajaran, karena situasi yang terbentuk seperti belajar kelompok. Tahap keempat adalah tindak lanjut. Sebagai tindak lanjut dari hasil pembelajaran tentang tata cara berdo’a dengan baik, peserta didik bersamasama mempraktekkan tata cara berdo’a di masjid dan melaksanakan shalat dhuha. Secara umum, dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa implementasi metode pembelajaran aktif dalam pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak lebih memperhatikan aspek peserta didiknya. Hal ini terlihat pada interaksi yang terjadi antara peserta didik dan pendidik dalam proses pembelajaran. Selain interaksi, pola komunikasi terjadi secara dua arah, yaitu dari peserta didik ke pendidik atau sebaliknya
69
dari pendidik ke peserta didik. Pendidik sendiri dalam proses pembelajaran tidak memposisikan peserta didik seperti botol kosong yang belum mempunyai isi, tetapi peserta didik dipandang sebagai obyek dan subyek pembelajaran. Obyek pembelajaran maksudnya adalah peserta didik memiliki potensi yang perlu dibina, diarahkan dan dikembangkan melalui proses pembelajaran. Sedangkan subyek pembelajaran adalah peserta didik dipandang sebagai manusia yang sedang berkembang, memiliki keinginan, harapan dan tujuan hidup, aspirasi dan motivasi serta berbagai kemungkinan potensi lainnya. Dengan penerapan metode peer lesson ini, setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk mempelajari sesuatu yang baik sekaligus menjadi nara sumber bagi peserta didik lain, sehingga partisipasi kelas akan lebih mudah di dapat. Karena pada hakikatnya sebuah mata pelajaran baru benar-benar dikuasai ketika peserta didik mampu mengajarkannya pada orang lain. Pada tahapan evaluasi, guru berusaha memberikan penghargaan kepada peserta didik yang telah menjadi tutor, dengan menyuruh peserta didik lain memberikan tepuk tangan, pujian serta ucapan terima kasih. Apa yang di lakukan peserta didik tersebut akan memberi dampak positif bagi peserta didik lain. Dalam hal ini peserta didik yang belum ditunjuk oleh guru untuk menjadi tutor, maka akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi, agar suatu saat bisa berdiri di depan kelas untuk menjadi tutor bagi teman-temannya. 5.
Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok Kecil (Small Group Discussion) Metode ini merupakan sebuah cara yang dilakukan dalam mempelajari bahan atau menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikannya, dengan tujuan agar peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah terkait dengan materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pada pelaksanaan pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak, metode ini digunakan oleh guru PAI pada mata
70
pelajaran SKI yang berisi materi tentang kisah sejarah yang terjadi pada zaman Rasulullah dan Sahabat yang meliputi kebudayaan, pendidikan, perjuangan dan lain-lain. Sebagaimana yang berhasil diamati, pada pembelajaran di kelas VI, penerapannya diawali dengan tahap persiapan yakni dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok diskusi kecil. Kemudian pada masing-masing kelompok ditunjuk seorang panelis yang akan menyampaikan pandangan di depan forum diskusi yang didesain menyerupai forum rapat. Untuk bahan kajian telah ditetapkan oleh guru PAI pada pertemuan sebelumnya, sehingga masing-masing peserta didik mempunyai waktu untuk menyiapkan materi yang telah ditentukan melalui referensi, yang didapat dari sumber bacaan lain. Langkah berikutnya adalah menjelaskan pada peserta didik tentang aturan mainnya, sehingga dalam prosesnya nanti tiap kelompok akan berpartisipasi aktif. Format diskusi ini dikembangkan menyerupai sebuah rapat, di mana peserta didik bisa menjadi pembicara (panelis) yang sewaktu-waktu bisa di tunjuk untuk memberikan pandangannya.
Diskusi dimulai dengan
mendengarkan terlebih dahulu penjelasan secara singkat tentang topik atau materi yang akan dijadikan bahan diskusi oleh seorang pendidik. Secara bergiliran peserta didik yang ada di dalam forum diskusi berperan menjadi panelis menanggapi apa yang disampaikan oleh pendidik, begitu seterusnya secara otomatis peserta didik yang tidak setuju ataupun ingin menanggapi pernyataan panelis lain akan mengangkat tangan. Peserta didik akan berbicara sesuai dengan kemampuan dan data-data pendukung yang dimiliki masing-masing kelompok. Pada saat diskusi berlangsung, pendidik hanya bertugas sebagai pengatur jalannya diskusi. Namun sesekali pendidik mengarahkan panelis yang sedang berbicara untuk menyuruh panelis lain yang belum berbicara untuk memberikan pendapatnya. Setelah diskusi selesai, pendidik kemudian bertindak sebagai evaluator dari argumen-argumen yang telah terkumpul untuk kemudian mengevaluasi dan merumuskan jawaban menjadi lebih
71
sempurna terhadap permasalahan. Hal itu dilakukan guru secara bersamasama dengan peserta didik. Pelaksanaan metode diskusi yang diterapkan guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak memang telah sesuai dengan teori active learning dimana formatnya didesain supaya diskusi lebih bervariatif dan lebih hidup.27 Dengan adanya pengembangan diskusi yang menyerupai sebuah rapat, maka diharapkan pertukaran pendapat yang seru namun tertib antar peserta didik bisa terwujud, karena setiap peserta didik terlibat dan juga bertanggung jawab atas jalannya diskusi. Dengan menerapkan metode ini peserta
didik
bisa
benar-benar
diposisikan
sesuai
subyek
dalam
pembelajaran. Metode ini memainkan peranan penting dalam pembelajaran aktif. Karena dengan mendengarkan beragam pendapat, maka peserta didik akan lebih tertantang untuk berfikir, peserta didik juga akan belajar untuk saling menghargai pendapat orang lain, bagaimana cara menyampaikan ide atau gagasan dengan baik serta bagaimana mengambil keputusan bersama. Aktifitas tersebut jika dikembangkan dan diarahkan dengan baik hal itu dapat membuat peserta didik untuk lebih berpartisipasi aktif. Tahapan evaluasi dilakuakan oleh seorang pendidik dengan cara mengulas kembali poin-poin yang dibicarakan peserta didik dalam kegiatan diskusi tersebut, baik yang sifatnya mendukung pernyataan yang disampaikan pendidik sebelumnya, maupun pandangan-pandangan peserta didik yang sifatnya baru dan berbeda. Dari penyampaian tersebut, peserta didik lebih mendapatkan kejelasan serta pandangan secara menyeluruh, tentang materi yang didiskusikan sebelumnya.
27
Hasil observasi yang dilakukan di kelas VI MI Nurul Ulum, dikutip pada 07 Februari
2012.
72
C.
Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam Penerapan dan Pengembangan Metode Pembelajaran Aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012 Penerapan metode pembelajaran aktif dalam pembelajaran PAI di MI Nurul
Ulum Sokokidul Kebonagung Demak yang berhasil diamati ternyata masih dalam upaya untuk lebih baik lagi atau dalam tahap pengembangan. Jika dilihat dari segi hasil yang telah dicapai selama ini, maka dapat dikatakan bahwa penerapan metode pembelajaran aktif sudah baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran aktif. Berikut ini akan dipaparkan mengenai problematika guru pendidikan agama Islam dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012, beserta solusi yang harus dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam untuk memecahkan problematika tersebut. Setelah melakukan pengamatan dan wawancara mendalam dengan berbagai pihak terkait, maka diperoleh suatu keterangan bahwa problematika yang dihadapi oleh guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif adalah: Pertama, bersumber dari guru PAI itu sendiri. Kedua, bersumber dari peserta didik yang meliputi kondisi fisik, kecerdasan, motivasi. Ketiga, bersumber dari sekolah, yang meliputi alokasi waktu, dan terbatasnya media pembelajaran yang dimiliki sekolah. Keempat, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Berikut ini adalah penjelasan mengenai berbagai problematika yang dihadapi oleh guru PAI tersebut. 1.
Guru (Pendidik) Masalah yang dihadapi dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif dari sisi guru adalah: Pertama, terbatasnya pengetahuan yang di miliki guru PAI mengenai metode pembelajaran aktif. Hal itu disebabkan kebanyakan guru-guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak ini mempelajari tentang metode-metode pembelajaran aktif hanya melalui buku-buku bacaan tentang panduan active learning, selain itu guru PAI di MI Nurul Ulum ini tidak pernah di ikut sertakan
73
dalam pelatihan-pelatihan tentang metode pembelajaran aktif, Sehingga wajar kalau selama proses pelaksanaannya terdapat banyak kekurangan. Kedua, kurangnya komunikasi antara masing-masing guru PAI juga mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran aktif. Di MI ini, intensitas pertemuan masing-masing guru PAI untuk bertukar pikiran dan membahas mengenai tata cara maupun prosedur dalam penerapan pembelajaran aktif juga sangat minim sekali, sehingga akibatnya adalah terdapat kesalahankesalahan tertentu selama proses pembelajaran berlangsung, misalkan seperti kesalahan dalam memilih materi maupun metode pembelajaran yang akan diterapkan. Ketiga, dilatarbelakangi adanya konflik atau masalah pribadi yang dihadapi guru PAI itu sendiri, misalkan masalah kehidupan keluarga. Konflik yang terjadi di dalam keluarga juga mempengaruhi tingkat emosional guru ketika berada di kelas, sehingga mempengaruhi cara penyajian materi pelajaran. Untuk itu, dalam pembelajaran aktif, diperlukan guru yang profesional dan berdedikasi tinggi. Karena profesionalitas guru merupakan salah satu hal yang menunjang keberhasilan penerapan metode pembelajaran aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak. Profesionalitas ini terwujud dalam penyusunan skenario pembelajaran yang guru lakukan serta pemilihan materi pembelajaran yang tepat. Karena dengan pemilihan materi yang tepat maka akan memudahkan guru di dalam menentukan metode apa yang seharusnya di terapkan dan dikembangkan dalam proses pembelajaran. Sehingga tujuan pembelajaran PAI akan mudah dicapai dengan baik. Sebaliknya, jika pemilihan materi pelajaran tidak tepat, maka hal itu dapat menjadi masalah tersendiri bagi guru PAI dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran PAI akan sulit untuk diwujudkan. Hal lain yang mendukung dari sisi guru adalah kreativitas mereka dalam mengembangkan materi secara mandiri. Seperti yang di ungkapkan oleh kepala sekolah Moh Jumadi bahwa “kreatifitas guru dalam mengelola pembelajaran menjadi faktor penting karena pada dasarnya peserta didik
74
adalah bayang-bayang dari guru, bayang-bayang itu selamanya akan mengikuti gambar aslinya”. Jadi semakin tinggi kreatifitas guru maka akan semakin tinggi pula partisipasi serta kreatifitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Dalam menerapkan dan mengembangkan metode aktif tersebut, guru PAI tidak hanya bisa belajar secara mandiri melalui buku-buku referensi yang relevan dengan materi yang akan diajarkannya, tetapi bisa juga belajar melaui rekan-rekan lainnya yang lebih berpengalaman dalam hal penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif, kemudian diadopsi, dimodifikasi, dan dikembangkan lebih jauh lagi berdasarkan versinya sendiri serta diikuti dengan diskusi yang matang untuk menetapkan apakah metode tersebut cocok di terapkan dalam mata pelajaran PAI atau tidak. Oleh karena itu diperlukan kerja sama dan komunikasi yang baik antar masing-masing guru PAI, agar proses penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif berjalan dengan baik dan lancar. 2.
Peserta Didik Peserta didik disini menempati peringkat kedua di dalam daftar problem yang dihadapi guru PAI dalam penerapan dan pengembangan metode aktif. Problem utama yang berkaitan dengan peserta didik berasal dari diri peserta didik itu sendiri, meliputi: a.
Kondisi Fisik Individu Dalam proses pembelajaran, kondisi fisik individu yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Selama proses pembelajaran pendidikan agama Islam berlangsung, peran fungsi fisik pada tubuh peserta didik akan sangat memengaruhi hasil belajar dari masing-masing individu, terutama peran dan fungsi dari panca indera. Sebagai seorang pendidik yang profesional, maka sudah sewajarnya seorang guru mampu memahami kondisi fisik dari peserta didiknya.
Sangat
tidak
dibenarkan
kalau
seorang
pendidik
75
berpandangan bahwa semua individu itu mempunyai karakteristik yang sama, tanpa memperhatikan perbedaan yang ada pada diri individu. Sehingga berimbas pada cara penyajian materi pelajaran yang terkesan semena-mena. Realita yang terjadi di lapangan, peserta didik di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak mempunyai keadaan fisik yang berbeda-beda. Terutama yang berkaitan dengan fungsi dari panca indera. Sehingga tidak semua peserta didik dapat di ajar dengan menggunakan cara yang sama. Ini menjadi salah satu problem tersendiri yang dihadapi oleh guru pendidikan agama Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak. Bagi peserta didik yang memiliki panca indera dengan fungsi yang baik, maka akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Sebaliknya, bagi peserta didik yang mempunyai gangguan dengan panca inderanya maka akan terasa sulit untuk mengikuti pembelajaran dengan metode aktif yang diterapkan oleh guru. Semua itu disebabkan karena dalam proses pembelajaran, panca indra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Disamping itu, paradigma pembelajaran yang baik adalah ketika mampu mengaktifkan fungsi dari seluruh panca indera peserta didik. Melihat begitu sentralnya peranan panca indera dalam rangka proses pembelajaran, maka hal terpenting yang harus dilakukan oleh guru maupun peserta didik adalah perlunya menjaga panca indera dengan baik agar proses transfer ilmu dan nilai yang dilakukan di kelas dapat berjalan dengan lancar. b.
Kecerdasan Kecerdasan merupakan faktor terpenting dalam proses belajar peserta didik, karena hal itu sangat menentukan kualitas belajar peserta didik. Semakin tinggi tingkat kecerdasan peserta didik, maka semakin besar pula peluang peserta didik tersebut meraih sukses
76
dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kecerdasan peserta didik, maka akan semakin sulit bagi peserta didik dalam mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari guru, atau orang tua. Perlu diketahui bahwa pada kenyataannya peserta didik di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Ada peserta didik yang dapat dengan mudah menangkap keterangan dari seorang guru dan ada pula peserta didik yang sulit untuk menangkap keterangan dari seorang guru. Hal semacam ini juga perlu diperhatikan oleh guru sebagai pendidik yang baik. Sebagai faktor penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap guru, sehingga mereka dapat menerapkan metode pembelajaran aktif sesuai dengan tingkat kecerdasan peserta didik. Selain itu juga akan sangat membantu di dalam mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada peserta didik. c.
Motivasi Berdasarkan data dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa motivasi sebagai faktor yang muncul dari dalam diri peserta didik juga sangat memengaruhi keefektifan kegiatan belajar peserta didik di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak. Motivasilah yang mendorong peserta didik ingin melakukan kegiatan belajar. Sebagai seseorang yang bergelut di bidang pendidikan, maka tentunya perlu mengetahui bahwa tingkat motivasi antara masing-masing individu itu berbeda. Mata pelajaran pendidikan agama Islam bagi peserta didik di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak bukanlah menjadi suatu mata pelajaran yang asing bagi mereka, hal itu dikarenakan kebanyakan dari mereka di luar jam sekolah juga mendapatkan mata pelajaran yang serupa yang mereka dapatkan dari bangku madrasah
77
yang mereka tempuh pada siang hari setelah pulang sekolah, dengan adanya hal itu, maka akan sangat memengaruhi gairah atau keinginan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran pendidikan agama Islam yang berlangsung di kelas. Hal semacam ini tentunya menjadi problem tersendiri bagi guru pengampu mata pelajaran pendidikan agama Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul
Kebonagung
Demak
dalam
rangka
mewujudkan
pembelajaran aktif. Meskipun guru berusaha sekuat apapun, kalau peserta didik tidak memiliki motivasi untuk mempelajarinya maka pengajaran akan terasa sia-sia. Banyak alternatif yang dapat di tempuh oleh seorang guru untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik diantaranya adalah dengan cara memasukkan motivasi ke dalam rangkaian kegiatan awal pembelajaran di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Sehingga hal itu akan mempermudah guru dalam upaya membangun motivasi peserta didik atau dengan mengemas pembelajaran semenarik mungkin dan tidak membosankan, yaitu dengan jalan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang dapat memancing keaktifan peserta didik sehingga peserta didik merasa senang dan menjadi lebih aktif dan pada akhirnya motivasi peserta didik untuk mempelajari mata pelajaran pendidikan agama Islam akan tumbuh dan berkembang dengan baik. 3.
Sekolah Selain problem yang datang dari guru dan peserta didik seperti yang telah diurai di atas, terdapat juga problem yang justru bersumber dari sekolah itu sendiri yang menjadi tempat dimana pembelajaran berlangsung. Dari beberapa informan yang berhasil diwawancarai, semua jawaban tertuju pada alokasi waktu dan media pembelajaran yang tersedia di sekolah. a.
Alokasi Waktu Sebagian
guru
mengeluhkan
bahwa
untuk
menciptakan
pembelajaran aktif itu tidak mudah. Di dalam menerapkan dan
78
mengembangkan metode pembelajaran aktif itu butuh banyak waktu. Sedangkan menurut guru PAI, alokasi waktu yang tersedia di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak sangatlah minim sehingga mengakibatkan sering tidak tuntasnya materi yang disajikan, sehingga hasilnya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tidak akan pernah bisa terwujud dengan baik. Tidak diragukan lagi bahwa kegiatan belajar aktif menyita lebih banyak waktu dari pada pembelajaran yang bersifat konvensional. Namun, ada banyak cara untuk menghindari terbuangnya waktu dengan sia-sia. Langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam pembelajaran aktif adalah, kita cukup menyampaikan poin-poin intinya saja dengan menyajikan apa saja yang ada diseputar mata pelajaran. Langkah selanjutnya adalah guru harus benar-benar menguasai materi yang akan diajarkan dengan metode yang telah dipilihnya, sehingga dengan melakukan langkah-langkah tersebut, maka guru dapat mengatur alokasi waktu yang dibutuhkan dalam pengajaran
mulai
dari
kegiatan
mengenalkan,
menyajikan,
menerapkan, dan menguraikan apa yang telah diajarkan. b.
Media Pembelajaran Untuk menciptakan suasana belajar aktif, diperlukan metodemetode pembelajaran yang tergolong ke dalam metode pembelajaran aktif, sehingga mampu merangsang keaktifan dari peserta didik. Di dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif, tidak akan pernah bisa lepas dari peranan alat bantu dalam proses pembelajaran atau media pembelajaran. Hal itu dikarenakan dengan adanya media pembelajaran maka dapat mengurangi verbalitas di dalam pembelajaran. Oleh karena itu media pembelajaran menjadi suatu hal yang signifikan dalam rangka mewujudkan pembelajaran aktif. Berawal dari pernyataan tersebut, maka guru PAI beranggapan bahwa terbatasnya media pembelajaran yang disediakan oleh sekolah
79
khususnya media yang berhubungan dengan mata pelajaran PAI, jelas menjadi problem tersendiri di dalam penerapan dan pengembangan metode aktif. untuk menyiasati masalah tersebut, maka diperlukan kreatifitas dari guru PAI itu sendiri agar dapat mencari alternatif lain yang dapat digunakan sebagai alat bantu di dalam pembelajaran dengan cara membuat sendiri media dengan memanfaatkan barangbarang yang tidak terpakai sehingga menjadi layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan metode yang diterapkan dan dikembangkannya. 4.
Lingkungan Keluarga dan Masyarakat Problematika guru PAI dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif tidak hanya sebatas pada problem yang datang dari guru, peserta didik, dan sekolah. Menurut keterangan yang diperoleh dari pihak yang bersangkutan, lingkungan keluarga dan masyarakat dimana peserta didik menghabiskan hari-harinya di luar jam pelajaran sekolah juga dapat mempengaruhi proses pembelajaran aktif. Lingkungan keluarga menjadi faktor terpenting dalam proses pembelajaran aktif. Hal itu disebabkan alokasi waktu pembelajaran di kelas yang sifatnya terbatas. Biar bagaimanapun juga, peserta didik lebih banyak melewati hari-harinya di lingkungan keluarga bersama orang tua, sehingga ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar peserta didik. Sebaik apapun pelaksanaan pendidikan di sekolah tidak akan mendapatkan hasil yang baik, tanpa adanya dukungan dan partisipasi dari orang tua. Dukungan dari keluarga memberikan motivasi tersendiri bagi peserta didik karena peran orang tua sebagai pondasi dan kontrol utama dalam pembentukan pribadi peserta didik. Selain itu, lingkungan masyarakat yang merupakan tempat tinggal peserta didik itu sendiri juga turut mempengaruhi sikap dan perilaku dari peserta didik selama di kelas. Teman dalam pergaulan yang kurang mendukung juga akan membuat peserta didik kesulitan minimal ketika
80
memerlukan teman belajar dan berdiskusi tentang pelajaran, sehingga dampak yang telah ditimbulkan tersebut akan terbawa sampai bangku sekolah. Diperlukan kerja sama antara antara masing-masing pihak tersebut. Yakni dari pihak keluarga, masyarakat, dan sekolah. tidak hanya itu, bagi semua pihak yang terkait dengan pendidikan juga harus membangun hubungan dengan baik sehingga tercipta keharmonisan dan keteraturan sosial, sehingga pembelajaranpun akan berlangsung dengan baik dan kondusif sehingga guru tidak merasa kesulitan di dalam menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran aktif selama di kelas. Beberapa masalah itulah yang menjadikan proses penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif tidak berjalan dengan baik dan lancar. Hal
itu
dikarenakan
masing-masing
komponen
tersebut
akan
saling
mempengaruhi dan mendukung tercapainya pembelajaran aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak. Setelah mencermati berbagai problematika yang dihadapi guru pendidikan agama Islam dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak di atas, maka sudah jelas jika guru mampu mengantisipasi berbagai problematika yang telah di urai di atas, maka sudah barang tentu proses penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif akan berlangsung dengan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga tujuan pendidikan agama Islam akan dapat terwujud dengan baik dan lancar.
81
BAB V PENUTUP
A.
Simpulan Dari pembahasan skripsi yang berjudul Problematika Metode Pembelajaran
Aktif Bagi Guru Pendidikan Agama Islam di Mi Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012, maka disini dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1.
Secara garis besar, proses penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif yang dilakukan oleh guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak tertuang ke dalam beberapa komponen yang saling berperan dan saling mempengaruhi yaitu: Tujuan pembelajaran, pemilihan metode, dan media pembelajaran, serta guru dan peserta didik itu sendiri. Berdasarkan hasil penilitian,
menunjukkan bahwa metode
pembelajaran aktif yang diterapkan dan dikembangkan oleh guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak adalah: Index Card Match, Card Sort, Small Group Discussions, Tanya Jawab, dan Peer Lesson. Penerapan metode pembelajaran aktif tersebut dilaksanakan melalui empat tahapan yaitu: Tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap tindak lanjut, dan tahap evaluasi. Sedangkan pengembangan metode pembelajaran aktif yang dilakukan oleh guru PAI ditandai dengan adanya penggabungan antara masing-masing metode pembelajaran aktif yang diterapkan dengan metode pembelajaran aktif lainnya yang relevan. 2.
Problematika guru pendidikan agama Islam dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak adalah: Pertama, bersumber dari guru PAI itu sendiri. Kedua, bersumber dari peserta didik yang meliputi kondisi fisik, kecerdasan, motivasi. Ketiga, bersumber dari sekolah, yang meliputi alokasi waktu, dan terbatasnya media pembelajaran yang dimiliki sekolah. Keempat, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
82
B.
Saran Mengingat begitu pentingnya penerapan dan pengembangan metode
pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran, maka disini penulis memberikan beberapa saran: 1.
Untuk guru pengampu mata pelajaran pendidikan agama Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak, hendaknya agar lebih berhati-hati di dalam
memilih
metode
pembelajaran
yang
akan
diterapkan
dan
dikembangkan dalam proses pembelajaran. Disamping itu, harus lebih jeli lagi di dalam menyesuaikan antara metode yang akan dipakai dengan mata pelajaran yang akan disampaikan, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. 2.
Hendaknya seorang guru tidak asal-asalan di dalam memilih media pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan materi, tujuan, dan kemampuan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran.
3.
Perlu adanya peningkatan profesionalitas guru PAI melalui training maupun penataran mengenai pembelajaran aktif agar pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh guru pendidikan agama Islam tentang metode pembelajaran aktif terus bertambah dan berkembang.
C.
Penutup Alhamdulillah segala puji bagi Allah, atas segala rahmat dan bimbingan
serta petunjuk-Nya, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis sadar bahwa apa yang telah dipaparkan dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi isi maupun metodologinya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi berikutnya. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Amin.
83
DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Afif Nurrohman, “Implementasi Strategi Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) Model Index Card Match dan Card Sort pada Mata Pelajaran PAI kelas VII di SMPN 36 Semarang”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009). Ahmad Al-Imam Zainuddin Bin Abdul Latif Azzubaidi, Shohih Bukhori, (Beirut, Lebanon: Darul Kutub al-Ilmiyah). Ali, Muhammad, Penelitian Kependidikan: Prosedur dan Strategi, Bandung: Angkasa, 1987. Andayani, Dian dan Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Anwar, Saefudin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: PT. Bumi Aksara , 2011. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. Astrea Ulfa, “Pelaksanaan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Fiqih di MI Wonorejo Dusun Panggangayom Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2008). Athiyah al-Abrasyi, At-Tarbiyah al-Islamiyyah, Mesir: Matbaah I’sa al-Babu alSalba Wasarakahu, 1975. Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. -----------, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1989. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Jumanatul Ali-Art, 2005). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990. Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000. Dwi Nur Sholihah, “Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
PAI Peserta didik SDN I Cepogo Boyolali”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009). Eka Fitriyani, “Implementasi Strategi Active learning dalam Pembelajaran PAI di SMP Hj Isriati Semarang”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009). Gulo, Dali dan Kartini Kartono, Kamus Psikologi, Bandung: Cv. Pionir Jaya, 1987. Gunawan, Heri dan Chaerul Rahman, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru Menjadi Guru yang Dicintai dan Diteladani oleh Peserta didik, Bandung: Nuansa Cendekia, 2011. Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, Ciputat: PT. Ciputat Press, 2006. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset. Hasibuan, Malayu S. P., Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2005. Herdiansyah, Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2010. Idris, Muhammad dan Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul, Yogyakarta: ArRuzz Media, 2009. Jauhari, Heri, Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi, Bandung: Pustaka Setia, 2010. Khusnul Khotimah, “Studi Tentang Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Pada Mata Pelajaran PAI di SD 02 Mertoyudan Magelang”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007) . Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Mohamad, Nurdin dan Hamzah B. Uno, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999. Mughni, Syafiq A., Nilai-Nilai Islam Perumusan Ajaran dan Upaya Aktualisasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. -------------, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengaktifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008. Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002.
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003. Munthe, Bermawi, Desain Pembelajaran, Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani, 2009. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Parsons Richard D., Educational Psychology, (Singapore: Seng Lee Press, 2001). Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008. Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2006. Reynolds, David dan Daniel Muijs, Effective Teaching Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Riduan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung: Alfabeta, 2005. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Rokib, Moh., Ilmu Pendidikan Islam, Pengembangan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, Yogyakarta: PT. Lkis Printing Cemerlang, 2009. Silberman, Melvin L., Active Learning 101 Cara Belajar Peserta didik Aktif, Bandung: Nusa Media, 2006. SM, Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: Rasail Media Group, 2009. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RD, Bandung: Alfabeta, 2006. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, Jakarta: Bumi aksara, 2003. -----------, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Sukmadinata, Nana Syaodih, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005. Suryasubrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 1992. Syukur, Fatah, Teknologi Pendidikan, Semarang: Rasail, 2004. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010. Tamuri, Abdul Halim dan Kamarul Azmi Jasmi, Pendidikan Islam Kaedah Pengajaran dan Pembelajaran, Malaysia: Johor Darul Ta’zim 2010.
Tim Redaksi Fokus Media, UU Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Bandung: Fokus Media, 2003. Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam (Untuk UIN-STAIN-PTAIS Fakultas Tarbiyah, Komponen MKDK), Bandung: Pustaka Setia, 1997. Umar, Bukhari, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: AMZAH, 2010. Undang-Undang Republik indonesia NO 14 TH 2005, Tentang Guru dan Dosen, bab IV. Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008. Wahyuni, Esa Nur dan Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010. Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset, 1995. Warsita, Bambang, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Yamin, Martinis, Pengembangan Kompetensi Belajar, Jakarta: UII press, 2004. ---------, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Ciputat: Gaung Persada Press, 2005. Zaini, Hisyam, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008. Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000.
RIWAYAT HIDUP
A.
Identitas Diri 1. Nama Lengkap
: Adik Hermawan
2. Tempat & Tgl. Lahir : Demak, 27 April 1991 3. NIM
: 083111130
4. Alamat Rumah
: Dk. Logantung, RT: 04 RW: 01, Kel. Sokokidul, Kec. Kebonagung, Kab. Demak
B.
HP
: 085727645263
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal a. RA Nurul Ulum, Sokokidul, lulus tahun 1997 b. MI Nurul Ulum, Sokokidul, lulus tahun 2002 c. MTs Nurul Huda, Dempet, lulus tahun 2005 d. MA Negeri, Demak 2008 2. Pendidikan Non Formal a. Madrasah Diniyah Miftahul Huda, Sokokidul, lulus tahun 2002
Semarang, 19 Juni 2012
Adik Hermawan NIM : 083111130
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman dan Hasil Wawancara Lampiran 2 Pedoman Dokumentasi Lampiran 3 Pedoman Observasi Lampiran 4 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Lampiran 5 Silabus Pembelajaran Lampiran 6 Daftar Guru MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012 Lampiran 7 Daftar Peserta Didik MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012 Lampiran 8 Daftar Sarana dan Prasarana MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012 Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 1
Nama Informan : Siti Khoiriyah, S.Pd.I. Jabatan NO 1
: Guru PAI Kelas IV (empat) Instrumen Wawancara
Data hasil Wawancara
Tugas seorang guru tidak hanya mentransfer Masalah yang sering dihadapi oleh setiap guru terutama guru PAI adalah adanya ilmu tetapi lebih dari itu yakni mentransfer anggapan yang muncul dari peserta didik bahwa materi PAI adalah materi yang mudah nilai, masalah apa yang dihadapi guru dalam dan tidak penting. Sehingga, hal itulah yang mengakibatkan peserta didik itu menjadi proses transfer
2
ilmu dan nilai dalam seenaknya sendiri dan kurang berminat mengikuti proses pembelajaran pendidikan agama
pembelajaran PAI?
Islam.
Solusi apa yang dilakukan?
Solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yakni sebisa mungkin guru terus memberikan semangat kepada peserta didik bahwa penting bagi setiap muslim untuk mempelajari pendidikan agama Islam. Selain itu juga diperlukan usaha yang serius dari guru dengan cara mengemas pembelajaran PAI supaya menjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.
3
Metode pembelajaran aktif apa sajakah yang Metode pembelajaran aktif yang diterapkan dalam pembelajaran PAI untuk kelas IV digunakan dalam proses transfer ilmu agama adalah pada mapel al-Qur’an Hadits menggunakan metode ICM, tanya jawab. Pada mapel
kepada peserta didik?
akidah akhlak menggunakan metode card sort, tanya jawab. Pada mapel fiqh menggunakan metode tutor sebaya, tanya jawab. Pada mapel SKI menggunakan metode diskusi, tanya jawab. Metode-metode pembelajaran aktif tersebut digunakan supaya di dalam proses pembelajaran peserta didik tidak hanya pasif, merasa jenuh dan bosan. Dengan metode ini pula, maka peserta didik tidak hanya duduk manis di dalam kelas, tetapi lebih dari itu yakni peserta didik juga dipancing supaya aktif selama pembelajaran.
4
Bagaimana
penerapan
metode-metode Secara garis besar, metode-metode pembelajaran aktif tersebut diterapkan melalui empat
tersebut? Apakah tujuan pembelajaran dapat tahapan: Pertama, tahap persiapan. Kedua, tahap pelaksanaan. Ketiga, tahap evaluasi atau dicapai
melalui
metode tersebut?
implementasi
metode- tindak lanjut. Dari hasil pengamatan saya, tujuan pembelajaran sudah tercapai dengan metode yang saya terapkan ini, hal itu dapat dilihat dari adanya perubahan tingkah laku peserta didik selama mengikuti pembelajaran.
5
Masalah-masalah apa saja yang dihadapi Masalah yang menghambat proses penerapan dan pengembangan metode pembelajaran guru PAI dalam proses penerapan dan aktif datang dari peserta didik itu sendiri, sebagaimana yang anda ketahui, pembelajaran pengembangan metode pembelajaran aktif yang berlangsung disekolah sangatlah minim, paling Cuma 5-6 jam saja, sedangkan tersebut?
setelah itu peserta didik lebih banyak menghabiskan waktunya diluar. Interaksi dengan lingkungan sosial juga akan sangat mempengaruhi sulitnya peserta didik untuk dimasuki nilai-nilai positif.
6
Bagaimana anda menyelesaikan masalah- Solusi yang dilakukan oleh guru dalam menanggapi masalah terbatasnya alokasi waktu
masalah tersebut?
adalah dengan memperhitungkan dan merinci waktu agar tujuan pembelajaran dapat tercapai meskipun dengan waktu yang terbatas. Selain itu guru juga tidak henti-hentinya menghimbau kepada peserta didik supaya tidak salah dalam memilih teman, kadang guru juga menghimbau kepada para orang tua agar senantiasa memperhatikan pergaulan anaknya selama berada di rumah.
7
Menurut pengamatan anda bagaimana minat Dari pengamatan saya selama mengikuti proses pembelajaran dengan metode yang saya atau sikap yang ditunjukkan peserta didik terapkan ini, peserta didik merasa senang dan lebih terpacu untuk mengikuti setiap materi selama mengikuti PBM dengan metode yang yang diajarkan. anda terapkan?
Nama Informan : Suparjadi, S.Pd.I. Jabatan NO 1
: Guru PAI Kelas V (lima) Instrumen Wawancara
Data hasil Wawancara
Tugas seorang guru tidak hanya Masalah yang dihadapi guru dalam transfer ilmu dan nilai adalah dari peserta didik itu sendiri, mentransfer ilmu tetapi lebih dari itu bagaimanapun juga, kehidupan peserta didik lebih banyak dihabiskan di luar sekolah. Kegiatan yakni mentransfer nilai, masalah apa belajar mengajar yang berlangsung di sekolah paling hanya berlangsung 5-6 jam. Sedangkan yang dihadapi guru dalam proses setelah itu peserta didik lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan dimana dia tinggal. transfer
ilmu
dan
nilai
pembelajaran PAI?
dalam Meskipun guru sudah berupaya semaksimal mungkin, tapi kalau lingkungan tidak mendukung tidak akan ada artinya keterangan yang telah diberikan oleh guru di sekolah. Dalam pelaksanaannya, peserta didik banyak yang tidak merespon penjelasan yang telah diberikan oleh guru. Hal itu disebabkan materi PAI bukanlah materi yang asing bagi peserta didik. Di luar jam sekolah peserta didik juga mendapatkan pelajaran yang serupa yakni pendidikan agama Islam, baik dari Madrasah Diniyah maupun dari guru ngaji mereka.
2
Solusi apa yang dilakukan?
Solusi yang dilakukan adalah dengan cara memanfaatkan media-media sederhana yang terdapat di sekolah, misalkan dengan mencari gambar-gambar yang tidak terpakai, atau mengajak peserta didik untuk larut dan berfikir abstrak tentang gambaran haji dan umrah. Tapi untuk mengajak peserta didik agar berfikir abstrak maka peran guru sangatlah besar. Agar peserta didik bersemangat untuk mengikuti pelajaran dengan baik, maka solusi yang paling utama dilakukan oleh guru adalah memberi motivasi kepada peserta didik bahwa penting bagi umat Islam untuk
menuntut ilmu agama khususnya Islam. Karena kalau motivasi sudah tertanam dalam diri peserta didik, maka Insyaallah akan bisa menghilangkan respon negatif terhadap mata pelajaran PAI. 3
Metode
pembelajaran
sajakah
yang
aktif
digunakan
apa Dalam mengajarkan mata pelajaran PAI saya menerapkan metode pembelajaran yang variatif, dalam hal tersebut dikarenakan materi yang terkandung pada masing-masing mata pelajaran juga
proses transfer ilmu agama kepada berbeda. Pada mapel al-Qur’an Hadits saya menerapkan metode ICM, dan tanya jawab. peserta didik?
Kemudian untuk mapel akidah akhlak dan fiqh, saya telah menerapkan metode card sort, dan tanya jawab. Sedangkan pada mapel SKI saya menerapkan metode diskusi dan tanya jawab. Metode-metode tersebut saya gunakan gunakan untuk memancing keaktifan peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
4
Bagaimana
penerapan
metode- Secara keseluruhan, metode aktif tersebut saya terapkan melalui beberapa tahapan, tahap
metode tersebut? Apakah tujuan persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap tindak lanjut atau evaluasi. Sebagai contoh, pada pembelajaran dapat dicapai melalui penerapan index card match caranya adalah dengan membuat potongan-potongan kertas penerapan metode tersebut?
sejumlah peserta didik yang hadir, kemudian menuliskan materi yang akan di ajarkan, setiap kertas satu pertanyaan dan pada kertas yang lain merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Selama proses pembelajaran berlangsung, disini guru menjelaskan kepada peserta didik bahwa ini adalah aktivitas yang harus dilakukan secara berpasangan. Disamping itu, guru juga menjelaskan agar mereka tidak memberikan kartu yang mereka dapatkan kepada teman yang lain. Kemudian setelah semua peserta menemukan pasangannya masing-masing, maka setiap pasangan diminta secara bergantian untuk membacakan soal dan jawaban yang ada di kertas.
5
Masalah-masalah
apa
saja
yang Masalah yang dihadapi dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif adalah
dihadapi guru PAI dalam proses dari sisi peserta didik itu sendiri, guru menyadari bahwa setiap peserta didik itu mempunyai penerapan
dan
pengembangan tingkat kecerdasan, bakat, dan sikap yang berbeda-beda, sehingga disini guru akan merasa
metode pembelajaran aktif tersebut?
kesulitan menerapkan metode pembelajaran aktif, jika tidak bisa mencermati perbedaan dari peserta didik tersebut. Dari sisi guru, untuk mewujudkan pembelajaran aktif, diperlukan guru yang profesional, kebanyakan guru-guru PAI di MI ini mempelajari tentang metode-metode pembelajaran aktif hanya melalui buku-buku bacaan tentang panduan active learning. Sehingga wajar kalau selama proses pelaksanaan banyak kekurangannya. Kurangnya komunikasi antar masing-masing guru PAI juga mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran aktif, di MI ini intensitas pertemuan masing-masing guru PAI untuk membahas mengenai tatacara maupun prosedur dalam penerapan active learning juga sangat minim sekali. Masalah lain yang menghambat proses penerapan dan pengembangan metode aktif adalah karena keterbatasan media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Sarana prasarana yang memadai, keadaan ruangan kelas yang baik juga sangat memengaruhi kelancaran guru dalam menerapkan metode pembelajaran aktif.
6
Bagaimana
anda
menyelesaikan Biasanya untuk menangani masalah tersebut, solusi yang saya lakukan adalah dengan cara
masalah-masalah tersebut?
memberi perhatian yang lebih kepada anak yang memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata dan selanjutnya memberikan bantuan kepada anak tersebut agar dapat memahami materi pelajaran dan agar anak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan metode yang telah
diterapkan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru mengingat berbagai keterbatasan yang ada meliputi sarpras, media, maka solusi yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah dengan memanfaatkan barang atau bahan yang sekiranya bisa dijadikan sebagai alat bantu untuk mendukung kelancaran penerapan metode aktif. Dalam menerapkan dan mengembangkan metode aktif tersebut, guru PAI bisa belajar secara mandiri melalui buku-buku referensi yang relevan dengan materi yang akan diajarkannya, atau bisa juga belajar melaui rekan-rekan lainnya yang lebih berpengalaman dalam hal penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif, kemudian diadopsi, dimodifikasi, dan dikembangkan lebih jauh lagi berdasarkan versinya sendiri serta diikuti dengan diskusi yang matang untuk menetapkan apakah metode tersebut cocok di terapkan dalam mata pelajaran PAI atau tidak. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dan komunikasi yang baik antar masing-masing guru PAI, agar proses penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif berjalan dengan baik dan lancar. 7
Menurut
pengamatan
anda Menurut saya minat atau sikap yang ditunjukkan oleh peserta didik selama mengikuti proses
bagaimana minat atau sikap yang pembelajaran dengan metode yang saya terapkan adalah peserta didik antusias dan bisa ditunjukkan peserta didik selama mengikuti walaupun pada awalnya terdapat sebagian peserta didik yang kurang bisa mengikuti mengikuti PBM dengan metode yang tapi dengan bimbingan dan arahan dari guru maka lama kelamaan menjadi terbiasa dengan anda terapkan?
metode yang saya terapkan.
Nama Informan : Siti Mutoharoh, S.Pd.I. Jabatan
NO 1
: Guru PAI Kelas VI (enam)
Instrumen Wawancara
Data hasil Wawancara
Tugas seorang guru tidak hanya Masalah yang dihadapi oleh seorang guru dalam proses transfer ilmu dan nilai salah satunya mentransfer ilmu tetapi lebih dari itu adalah adanya anggapan bahwa materi PAI merupakan materi yang mudah karena mereka sudah yakni mentransfer nilai, masalah apa sangat sering mempelajarinya diluar bangku sekolah. selain itu kebanyakan peserta didik juga yang dihadapi guru dalam proses beranggapan bahwa materi PAI tidak masuk dalam daftar mata pelajaran yang di UN kan. Hal itu transfer
2
ilmu
dan
nilai
dalam menjadikan peserta didik tidak total selama mengikuti proses pembelajaran dan bersikap negatif
pembelajaran PAI?
terhadap materi PAI.
Solusi apa yang dilakukan?
Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan cara memahamkan peserta didik bahwa semua mata pelajaran itu penting untuk dipelajari. Jangan pernah menganggap sepele mata pelajaran agama meskipun itu tidak di UN kan. Selain itu guru juga harus sering memberi pengertian kepada peserta didik bahwa sebagai seorang peserta didik, maka harus wajib mengerjakan amanat dari kedua orang tua yakni belajar dengan sungguhsungguh. Alternatif lain yang dilakukan guru untuk memacu semangat peserta didik selama mengikuti pembelajaran adalah dengan cara menyajikan materi pembelajaran dengan metode yang bervariatif.
3
Metode
pembelajaran
sajakah
yang
aktif
digunakan
apa Dalam mengajarkan materi pelajaran pada kelas VI, saya kebanyakan menggunakan metode dalam diskusi, meskipun pada mata pelajaran tertetu seperti al-Qur’an Hadits saya menggunakan
proses transfer ilmu agama kepada metode yang berbeda yakni card short. Metode tersebut saya gunakan untuk memancing peserta didik? 4
Bagaimana
keaktifan peserta didik selama mengikuti pembelajaran PAI. penerapan
metode- Secara umum, penerapan dan pengembangan metode tersebut tertuang ke dalam empat tahapan.
metode tersebut? Apakah tujuan Pertama, tahap perencanaan, kedua, tahap pelaksanaan, dan ketiga, tahap tindak lanjut dan pembelajaran dapat dicapai melalui evaluasi. Mengenai penerapan metode diskusi sebagaimana pembelajaran yang tergambar pada penerapan metode tersebut?
mapel akidah akhlak, fiqh, dan SKI, Secara berkelompok peserta didik diminta mencari dari beberapa buku pegangan baik itu LKS maupun buku paket tentang pokok bahasan. Inti dari kegiatan ini adalah secara berkelompok peserta didik membaca buku dan mencari materi yang berhubungan dengan pokok bahasan yang telah ditentukan oleh guru. Kemudian secara berkelompok peserta didik berdiskusi tentang teks bacaan dan informasi yang diperoleh. Pendidik meminta kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikannya kepada temanteman yang lain. Setelah itu peserta didik diminta untuk mengumpulkan hasil diskusi. Kemudian di akhir kegiatan pembelajaran, seorang pendidik memberikan penekanan dan konfirmasi atas materi yang baru saja didiskusikan dilanjut dengan pemberian kesimpulan. Menurut saya tujuan pembelajaran sudah tercapai meski tidak secara sempurna.
5
Masalah-masalah
apa
saja
yang Kita sadar, bahwa setiap peserta didik itu memiliki cara belajar yang berbeda beda, dan bakat
dihadapi guru PAI dalam proses yang berbeda-beda pula, bagi anak yang mempunyai bakat tertentu maka akan terasa mudah
penerapan
dan
pengembangan mengikuti pelajaran dengan metode yang diterapkan, terkadang dalam proses pembelajaran
metode pembelajaran aktif tersebut?
peserta didik ada yang antusias dan ada yang kurang merespon pelajaran yang telah disampaikan. Menurut saya, hal itu bisa juga dikarenakan kondisi kejiwaan dari masing-masing anak, ada yang tidak siap untuk diajak aktif, sehingga hal yang demikian akan menyulitkan guru didalam menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran aktif.
6
Bagaimana
anda
menyelesaikan Sebisa mungkin guru harus jeli di dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran.
masalah-masalah tersebut?
Pemilihan metode harus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing peserta didik. Karena kesalahan sedikit saja dalam mengambil keputusan akan berakibat fatal.
7
Menurut
pengamatan
anda Dari hasil pengamatan saya, selama peserta didik mengikuti pembelajaran dengan metode aktif
bagaimana minat atau sikap yang yang saya terapkan, respon dari peserta didik cukup antusias untuk mengikuti pelajaran. ditunjukkan peserta didik selama mengikuti PBM dengan metode yang anda terapkan?
Nama Informan : Moh Jumadi, S.Pd.I. Jabatan
: Kepala Sekolah MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
NO 1
Instrumen Wawancara Bagaimana
proses
Data hasil Wawancara
pembelajaran Secara umum, proses pembelajaran di MI Nurul Ulum ini tertuang ke dalam lima komponen
pendidikan agama Islam di MI Nurul yang saling berperan dan mempengaruhi, diantaranya adalah: Tujuan pembelajaran, metode Ulum ini? 2
Di
pembelajaran, media pembelajaran, pendidik, dan peserta didik.
lembaga
pendidikan,
tujuan Tujuan pendidikan agama Islam di MI ini adalah Tercapainya peserta didik yang berakhlakul
merupakan suatu hal yang sangat karimah, aktif, kreatif dan inovatif serta bermanfaat bagi agama dan negara Indonesia. penting, di MI ini bagaimana tujuan yang
diharapkan
pembelajaran
dalam
proses
Pendidikan
Agama
Islam? 3
Apakah
tujuan
tersebut
tercapai?
sudah Tujuan tersebut, secara garis besar sudah tercapai meskipun belum sepenuhnya. Hal itu dapat diamati dari adanya perubahan tingkah laku, penambahan pengetahuan, dan pembentukan keterampilan dalam diri peserta didik.
4
Salah satu karakteristik guru adalah Karakteristik guru di MI ini memang harus menguasai ilmu yang akan diajarkannya dan yang menguasai
ilmu
dan
mampu paling penting adalah mampu mengembangkannya, hal itu sudah dilakukan oleh guru-guru di MI
mengembangkan serta menjelaskan ini dengan diterapkannya metode-metode yang merangsang keaktifan peserta didik. fungsinya dalam kehidupan. Apakah di MI Nurul Ulum ini guru PAI khususnya,
sudah
memenuhi
karakteristik tersebut? 5
Apa
yang
dijadikan
ukuran Salah satu tolok ukur keberhasilan guru dalam menjalankan tugas kependidikannya adalah ketika
keberhasilan seorang guru dalam sang anak mampu melaksanakan tugas dari guru dengan baik dan menjalankannya dalam menjalankan tugas kependidikannya? kehidupan nyata. Karena memang tujuan pendidikan adalah merubah anak didik dari yang tidak Apakah ukuran tersebut sudah dapat tahu menjadi tahu. Sejauh ini sudah dapat terpenuhi. dipenuhi oleh guru-guru PAI disini? 6
Apa saja pendekatan yang digunakan Pembelajaran pendidikan agama Islam di MI Nurul Ulum ini menggunakan beberapa pendekatan dalam
proses
pembelajaran diantaranya adalah pendekatan pembiasaan, pengalaman, emosional, dan pendekatan rasional.
pendidikan agama Islam di MI Nurul Ulum ini?
Lampiran 2
INSTRUMEN DOKUMENTASI (CHECK LIST) Data atau Variabel
Check List
1. Data tentang visi, misi, dan tujuan MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak. Ada
2. Data tentang keadaan guru dan peserta didik MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak. Ada
3. Data tentang sarana-prasarana MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak. Ada
4. Data tentang media pembelajaran yang digunakan di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak. __
5. Data tentang kesiapan yang dilakukan guru meliputi: Rencana pelaksanaan pembelajaran, silabi. Ada
Lampiran 3
INSTRUMEN OBSERVASI (CHECK LIST) KEGIATAN GURU SELAMA PROSES BELAJAR MENGAJAR
1. Dalam Menyampaikan Mata Pelajaran Mengawali pelajaran dengan kegiatan apersepsi Menyampaikan materi dengan intonasi yang menarik perhatian peserta didik dengan menunjukkan hal-hal yang dianggap penting. Menyampaikan materi dengan volume yang dapat didengar peserta didik hingga penjuru ruang kelas Memberikan penekanan untuk memfokuskan perhatian anak didik Melakukan kontak pandang untuk membentuk hubungan yang positif antara guru dengan anak didik Pindah posisi untuk menghindari kebosanan anak didik Sesekali melemparkan pertanyaan kepada peserta didik untuk merangsang keaktifan peserta didik Melakukan refleksi atas penjelasan yang telah disampaikan Hanya sekedar menyampaikan materi tanpa ada fokus perhatian. 2. Variasi Guru dalam Menggunakan Media Pembelajaran Buku Paket, Lks. Majalah. Film. Tv. Gambar. Model. 3. Kemampuan Guru dalam Penerapan Metode Pembelajaran Ketepatan di dalam memilih metode dengan materi yang akan diajarkan
Mampu
menggabungkan
metode-metode
pembelajaran
memungkinkan dipakai dalam proses pembelajaran PAI. Hanya Menggunakan satu metode (Monoton). 4. Kemampuan Guru Mengondisikan Kelas Hangat dan antusias. Mencegah gangguan seperti keributan anak didik. Membiarkan anak didik ribut tanpa ada tindak lanjut.
yang
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan pendidikan
: MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
Mata Pelajaran
: al-Qur’an Hadits
Kelas/Semester
: IV / II
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
A.
STANDAR KOMPETENSI 1.
Mampu memahami cara membaca surat-surat pendek dalam alQur’an.
B.
KOMPETENSI DASAR 1.
Mampu membaca dan menghafalkan surat-surat pendek tertentu dalam al-Qur’an.
C.
INDIKATOR 1.1. Melafalkan QS. al-Kautsar dengan baik dan benar. 1.2. Menerjemahkan QS. al-Kautsar dengan baik dan benar. 1.3. Menghafalkan QS. al-Kautsar dengan baik dan benar.
D.
TUJUAN PEMBELAJARAN 1.1.1. Melafalkan QS. al-Kautsar dengan baik dan benar. 1.1.2. Mengartikan QS. al-Kautsar dengan baik dan benar. 1.1.3. Menghafalkan QS. al-Kautsar dengan baik dan benar.
E.
MATERI PEMBELAJARAN
F.
Surat al-Kautsar
METODE PEMBELAJARAN AKTIF
Mencari jodoh kartu (index card match)
Tanya jawab
G.
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN 1.
Kegiatan awal a.
Guru bersama Peserta didik Mengucapkan salam kemudian membaca basmalah.
2.
b.
Presensi.
c.
Apersepsi dan motivasi
d.
Tes penjajagan.
Kegiatan inti a.
Guru memberikan penjelasan yang berkaitan dengan materi sebagai pengantar.
b.
Guru membagi potongan-potongan kartu sejumlah peserta didik dalam kelas dan membagi potongan kartu tersebut menjadi 2 kelompok.
c.
Guru menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan.
d.
Peserta didik diberi instruksi untuk mencari pasangan dari kartu yang telah dibagikan. (eksplorasi).
e.
Peserta didik diminta untuk membacakan secara bergantian tentang soal yang diperolehnya, dan soal tersebut dijawab oleh teman yang lain. (elaborasi)
f.
Guru memberikan penguatan dan mengklarifikasi serta memberi simpulan. (konfirmasi)
3.
Kegiatan penutup a.
Dengan arahan guru, peserta didik melakukan refleksi atas pemahaman mereka tentang isi kandungan surat al-Kautsar.
b.
Peserta didik bersama guru mengakhiri pelajaran dengan membaca hamdalah dan mengucapkan salam.
H.
SUMBER PEMBELAJARAN 1.
Buku paket al-Qur’an Hadits kelas IV semester genap, penerbit: Yudistira.
2.
Lembar Kerja Peserta didik al-Qur’an Hadits kelas IV semester genap, penerbit: Pustaka Insan Madani.
3. I.
Buku bacaan lain yang relevan.
PENILAIAN HASIL BELAJAR Indikator Pencapaian
Jenis Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen atau Alat
Melafalkan surat Tes Tertulis Uraian al-Kautsar dengan Pengamatan/ Penugasan baik dan benar. Tes atau Mengartikan surat Perbuatan resitasi al- Kautsar dengan baik dan benar. Menghafalkan surat al- Kautsar dengan baik dan benar.
No
Aspek yang dinilai Nama Peserta didik Keaktifan Kerjasama Keberanian
Jelaskan pengertian dari alKautsar? Al-Kautsar terdiri dari berapa surat? Dimanakah surat al- Kautsar diturunkan?
Skor Akhir
Ket
1 2 3 4 5 Demak, . . . . . . . . . . . Mengetahui: Kepala madrasah
Guru Mata Pelajaran
Moh Jumadi, S.Pd.I. NIP:
Siti Khoiriyah, S.Pd.I. NIP:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan pendidikan
: MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
Mata Pelajaran
: Akidah Akhlak
Kelas/Semester
: V / II
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
A.
STANDAR KOMPETENSI 1.
B.
KOMPETENSI DASAR 1.
C.
D.
Mengimani Nabi dan Rasul serta meneladani sifat-sifatnya
Meyakini adanya Nabi dan Rasul Allah
INDIKATOR 1.1.
Menyebutkan 25 nama Nabi dan Rasul Allah
1.2.
Menyebutkan bukti sederhana adanya Nabi dan Rasul Allah
1.3.
Meneladani sifat-sifat para Nabi dan Rasul Allah
1.4.
Menunjukkan fungsi beriman kepada Nabi dan Rasul Allah
1.5.
Menyatakan perasaan cinta dan iman kepada Nabi dan Rasul Allah
TUJUAN PEMBELAJARAN 1.1.1. Menyebutkan 25 nama Nabi dan Rasul Allah 1.1.2. Menyebutkan bukti sederhana adanya Nabi dan Rasul Allah 1.1.3. Meneladani sifat-sifat para Nabi dan Rasul Allah 1.1.4. Menunjukkan fungsi beriman kepada Nabi dan Rasul Allah 1.1.5. Menyatakan perasaan cinta dan iman kepada Nabi dan Rasul Allah
E.
MATERI PEMBELAJARAN
F.
Iman kepada Nabi dan Rasul Allah
METODE PEMBELAJARAN AKTIF
Menyortir Kartu (card sort)
Tanya jawab
G.
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN 1.
Kegiatan awal a.
Guru bersama peserta didik Mengucapkan salam kemudian membaca basmalah
2.
b.
Presensi
c.
Apersepsi dan motivasi
d.
Tes penjajagan
Kegiatan inti a.
Guru memberikan penjelasan yang berkaitan dengan materi sebagai pengantar
b.
Guru membagikan potongan kartu secara acak sejumlah peserta didik yang hadir dikelas yang berisi 30 nama, diantaranya adalah 25 nama Nabi dan Rasul dan 5 kartu lainnya berisi nama bukan Nabi dan Rasul
c.
Peserta didik mencermati dan beradu cepat mencari kartu induknya dan mencocokkannya (eksplorasi)
d.
Peserta didik saling menilai hasil karya temannya dipapan berdasarkan pemahamannya (elaborasi)
e.
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya jawab tentang hal-hal yang masih belum jelas (elaborasi)
f.
Guru memberikan penguatan dan mengklarifikasi serta memberi simpulan (konfirmasi)
3.
Kegiatan penutup a.
Dengan arahan guru, peserta didik melakukan refleksi atas pemahaman mereka tentang iman kepada Nabi dan Rasul Allah
b.
Peserta didik bersama guru mengakhiri pelajaran dengan membaca hamdalah dan mengucapkan salam
H.
SUMBER PEMBELAJARAN 1.
Buku paket Akidah Akhlak kelas V semester genap, Penerbit: Yudistira
2.
Lembar Kerja Peserta Didik Akidah Akhlak kelas V semester genap, Penerbit: Pustaka Insan Madani
3. I.
Buku bacaan lain yang relevan
PENILAIAN HASIL BELAJAR Indikator Pencapaian
Jenis Penilaian
Menyebutkan 25 Tes Tertulis nama Nabi dan Pengamatan Rasul Allah atau Tes Menyebutkan Perbuatan bukti sederhana adanya Nabi dan Rasul Allah meneladani sifatsifat para Nabi dan Rasul Allah Menunjukkan fungsi beriman kepada Nabi dan Rasul Allah Menyatakan perasaan cinta dan iman kepada Nabi dan Rasul Allah
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen atau Alat
Uraian Penugasan atau resitasi
Sebutkan namanama Nabi dan Rasul yang wajib diimani yang kamu ketahui? Sebutkan dasar atau bukti keberadaan Nabi dan Rasul? Mengapa kita perlu meneladani sifat-sifat Nabi dan Rasul? Jelaskan fungsi beriman kepada Nabi dan Rasul Allah? Mengapa kita perlu menumbuhkan perasaan cinta kepada Nabi dan Rasul Allah?
No
Nama Peserta didik
Aspek yang dinilai Keaktifan
Kerjasama
Keberanian
Skor Akhir
Ket
1 2 3 4 5 Demak, . . . . . . . . . . . Mengetahui: Kepala Madrasah
Guru Mata Pelajaran
Moh Jumadi, S.Pd.I. NIP:
Suparjadi, S.Pd.I. NIP:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan pendidikan
: MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
Mata Pelajaran
: FIQIH
Kelas/Semester
: IV / II
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
A.
STANDAR KOMPETENSI 1.
B.
KOMPETENSI DASAR 1.
C.
Mampu memahami tata cara berdo’a dengan baik dan benar
Menjelaskan tata cara berdo’a dengan baik dan benar
INDIKATOR 1.1. Menjelaskan pengertian berdo’a 1.2. Mempraktikkan contoh tata cara berdo’a dengan baik dan benar 1.3. Membiasakan diri berdo’a dengan baik dan benar
D.
TUJUAN PEMBELAJARAN 1.1.1. Menjelaskan pengertian berdo’a 1.1.2. Mempraktikkan contoh tata cara berdo’a dengan baik dan benar 1.1.3. Membiasakan diri berdo’a dengan baik dan benar
E.
MATERI PEMBELAJARAN
F.
G.
Tata cara berdo’a dengan baik
METODE PEMBELAJARAN AKTIF
Tutor sebaya (peer lesson)
Tanya jawab
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN 1.
Kegiatan awal a.
Guru bersama peserta didik Mengucapkan salam kemudian membaca basmalah
b.
Presensi
c.
Apersepsi dan motivasi
d.
Tes penjajagan
2.
Kegiatan inti a.
Guru memberikan penjelasan yang berkaitan dengan materi sebagai pengantar
b.
Guru membentuk beberapa kelompok heterogen dengan menyebar siswa yang mempunyai kemampuan akademis tinggi dalam tiaptiap kelompok.
c.
Guru menjelaskan tugas tutor (peserta didik yang pandai)
d.
Guru meminta beberapa orang peserta didik sebagai tutor untuk maju ke depan
e.
Guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan dengan kelompoknya apa yang mereka lihat (eksplorasi)
f.
guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasilnya kepada kelompok lain (elaborasi)
g.
Bersama peserta didik guru memberikan penguatan dan mengklarifikasi serta memberi simpulan (konfirmasi)
3.
Kegiatan penutup a.
Dengan arahan guru, peserta didik melakukan refleksi atas pemahaman mereka mengenai tata cara berdo’a dengan baik
b.
Peserta didik bersama guru mengakhiri pelajaran dengan membaca hamdalah dan mengucapkan salam
H.
SUMBER PEMBELAJARAN 1.
Buku paket Fiqih kelas IV semester genap, penerbit: Yudistira
2.
Lembar Kerja Peserta didik Fiqih kelas IV semester genap, penerbit: Pustaka Insan Madani
3.
Buku bacaan lain yang relevan
I.
PENILAIAN HASIL BELAJAR Indikator Pencapaian
No
Jenis Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen atau Alat
Menjelaskan pengertian berdo’a memprktikkan tata cara berdo’a dengan baik dan benar Membiasakan diri berdo’a dengan baik dan benar
Tes Tertulis Uraian Pengamatan/ Penugasan Tes atau Perbuatan resitasi
Nama Peserta didik
Aspek yang dinilai
Keaktifan
Kerjasama
Keberanian
Jelaskan pengertian berdo’a? Sebutkan hikmah berdo’a! Mengapa kita dianjurkan untuk berdo’a?
Skor Akhir
Ket
1 2 3 4 5 Demak, . . . . . . . . . . . Mengetahui: Kepala Madrasah
Guru Mata Pelajaran
Moh Jumadi, S.Pd.I. NIP:
Siti Khoiriyah, S.Pd.I. NIP:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan pendidikan
: MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
Mata Pelajaran
: Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas/Semester
: VI / II
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
A.
STANDAR KOMPETENSI 1.
B.
KOMPETENSI DASAR 1.
C.
Meneladani nilai-nilai positif kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar
Menceritakan kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar
INDIKATOR 1.1. Menjelaskan riwayat hidup kaum Muhajirin dan kaum Anshar 1.2. Menjelaskan kepribadian kaum Muhajirin dan kaum Anshar 1.3. Meneladani nilai-nilai positif kaum Muhajirin dan kaum Anshar
D.
TUJUAN PEMBELAJARAN 1.1.1. Menjelaskan riwayat hidup kaum Muhajirin dan kaum Anshar 1.1.2. Menjelaskan kepribadian kaum Muhajirin dan kaum Anshar 1.1.3. Meneladani nilai-nilai positif kaum Muhajirin dan kaum Anshar
E.
MATERI PEMBELAJARAN
F.
G.
Kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar
METODE PEMBELAJARAN AKTIF
Diskusi kelompok kecil (small group discussions)
Tanya jawab
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN 1.
Kegiatan awal a.
Guru bersama peserta didik Mengucapkan salam kemudian membaca basmalah
b.
Presensi
c.
Apersepsi dan motivasi
d.
Tes penjajagan
2.
Kegiatan inti a.
Guru memberikan penjelasan yang berkaitan dengan materi sebagai pengantar.
b.
Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil
c.
Secara berkelompok peserta didik mencari informasi dari beberapa buku tentang kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar (eksplorasi)
d.
Secara berkelompok peserta didik berdiskusi tentang teks bacaan dan informasi yang diperoleh (elaborasi)
e.
Masing-masing kelompok diminta untuk menampilkan hasil diskusi kepada kelompok lain (elaborasi)
f.
Guru memberikan penguatan dan mengklarifikasi serta memberi simpulan (konfirmasi)
3.
Kegiatan penutup a.
Dengan arahan guru, peserta didik melakukan refleksi atas pemahaman mereka tentang kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
b.
Peserta didik bersama guru mengakhiri pelajaran dengan membaca hamdalah dan mengucapkan salam
H.
SUMBER PEMBELAJARAN 1.
Buku paket SKI kelas VI semester genap Penerbit Yudistira
2.
Lembar Kerja Peserta didik SKI kelas VI semester genap Penerbit Pustaka Insan Madani
3.
Buku bacaan lain yang relevan
I.
PENILAIAN HASIL BELAJAR Indikator Pencapaian
Jenis Penilaian
Menjelaskan riwayat hidup kaum Muhajirin dan kaum Anshar Menjelaskan kepribadian kaum Muhajirin dan kaum Anshar Meneladani nilainilai positif kaum Muhajirin dan kaum Anshar
No
Nama Peserta didik
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen atau Alat
Tes Tertulis Uraian Pengamatan/ Penugasan Tes atau Perbuatan resitasi
Aspek yang dinilai Keaktifan
Kerjasama
Keberanian
Jelaskan riwayat hidup kaum Muhajirin dan kaum Anshar? Jelaskan kepribadian kaum Muhajirin dan kaum Anshar? Apa saja nilainilai positif yang dapat diambil dari kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar?
Skor Akhir
Ket
1 2 3 4 5 Demak, . . . . . . . . . . . Mengetahui: Kepala Madrasah
Guru Mata Pelajaran
Moh Jumadi, S.Pd.I. NIP:
Siti Muthoharoh,S.Pd.I. NIP:
Lampiran 5
SILABUS Madrasah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar 1.
: : : :
MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Qur’an Hadits IV / II Mampu Memahami Cara Membaca Surat-Surat Pendek dalam al-Qur’an.
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Mampu 1.1. Surat al- 1.1.1. Guru memberi 1.1.1.1 Melafalkan membaca dan Kautsar penjelasan tentang QS. almenghafalkan materi sebagai Kautsar surat-surat pengantar dengan baik pendek 1.1.2. Guru membagi dan benar. tertentu dalam potongan-potongan 1.1.1.2 Menerjemah al-Qur’an. kartu sejumlah kan QS. alpeserta didik Kautsar dalam kelas dan dengan baik membagi potongan dan benar. kartu tersebut 1.1.1.3 Menghafalka menjadi 2 n QS. alkelompok Kautsar 1.1.3. Guru menjelaskan dengan baik
Teknik Penilaian Kuis, tes tertulis, performan ce
Penilaian Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Uraian, 1. Jelaskan penugasan pengerti atau resitasi an dari alKautsar? 2. AlKautsar terdiri dari berapa surat? 3. Dimanak ah surat al-
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
1. Buku paket alQur’an Hadits kelas VI semester genap 2 x 35 Penerbit Yudistira. 2. Lks alQur’an Hadits Pustaka Insan
bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. 1.1.4. Peserta didik diberi instruksi untuk mencari pasangan dari kartu yang telah dibagikan 1.1.5. Peserta didik diminta untuk membacakan secara bergantian tentang soal yang diperolehnya, dan soal tersebut dijawab oleh teman yang lain
dan benar.
Kautsar diturunk an
Madani
Demak, . . . . . . . . . . . . . . . . . Mengetahui, Kepala MI Nurul Ulum
Guru Kelas IV
Moh. Jumadi, S.Pd.I. NIP.
Siti Khoiriyah, S.Pd.I. NIP.
SILABUS Madrasah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Meyakini adanya Nabi dan Rasul Allah
: MI Nurul Ulum : Akidah AKhlak : V / II : Mengimani Nabi dan Rasul Allah serta meneladani sifat-sifatnya Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
1.1. Iman 1.1.1. guru memberikan kepada penjelasan Nabi berkaitan dengan dan materi sebagai Rasul pengantar. Allah 1.1.2. Guru membagikan potongan kartu secara acak sejumlah peserta didik yang hadir dikelas yang berisi 30 nama, diantaranya adalah 25 nama Nabi dan Rasul dan 5 kartu lainnya berisi nama bukan Nabi dan Rasul. 1.1.3. Peserta didik
Indikator 1.1.1.1.
1.1.1.2.
1.1.1.3.
1.1.1.4.
Teknik Penilaian Menyebutk Kuis, Tes an 25 nama Tertulis Nabi dan Performence Rasul Allah Menyebutk an bukti sederhana adanya Nabi dan Rasul Allah Meneladan i sifat-sifat para Nabi dan Rasul Allah Menunjukk an fungsi
Penilaian Bentuk Contoh Instrumen Instrumen Uraian, 1. Sebutkan penugasa nama-nama n atau Nabi dan resitasi Rasul yang wajib diimani yang kamu ketahui? 2.
3.
Alokasi Waktu
Sebutkan 2 x 35 dasar atau bukti keberadaan Nabi dan Rasul? Mengapa kita perlu meneladani
Sumber Belajar 1. Buku paket Akidah Akhlak kelas V semester genap Penerbit Yudistira. 2. Lembar Kerja Siswa Akidah Akhlak kelas V semester genap Penerbit
mencermati dan beriman beradu cepat kepada mencari kartu Nabi dan induknya dan Rasul mencocokkannya Allah 1.1.4. Peserta didik 1.1.1.5. Menyataka saling menilai hasil n perasaan karya temannya cinta dan dipapan iman berdasarkan kepada pemahamannya Nabi dan 1.1.5. Guru memberikan Rasul kesempatan kepada Allah peserta didik untuk bertanya jawab tentang hal-hal yang masih belum jelas
4.
5.
sifat-sifat Nabi dan Rasul? Jelaskan fungsi beriman kepada Nabi dan Rasul Allah? Mengapa kita perlu menumbuhk an perasaan cinta kepada Nabi dan Rasul Allah?
Pustaka Insan Madani. 3. Buku bacaan lain yang relevan.
Demak, . . . . . . . . . . . . . . . . . Mengetahui, Kepala MI Nurul Ulum
Guru Kelas V
Moh. Jumadi, S.Pd.I. NIP.
Suparjadi, S.Pd.I. NIP.
SILABUS
Madrasah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar 1.
: MI Nurul-Ulum Sokokidul Kebonagung Demak : Fiqih : IV / II : Mampu Memahami Tata Cara Berdo’a dengan Baik dan Benar Materi Pokok
Penilaian Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Menjelask 1.1. Tata cara 1.1.1. Guru memberikan 1.1.1.1. Menjelaskan pengertian an tata berdo’a penjelasan yang berdo’a. cara dengan berkaitan dengan 1.1.1.2. Mempraktikk baik. berdo’a materi sebagai an contoh dengan pengantar. tata cara baik dan 1.1.2. Guru membentuk berdo’a benar. beberapa dengan baik kelompok dan benar. heterogen dengan 1.1.1.3. Membiasaka menyebar siswa n diri berdo’a yang mempunyai dengan baik kemampuan dan benar akademis tinggi dalam tiap-tiap kelompok. 1.1.3. Guru menjelaskan tugas tutor (peserta
Teknik Penilaian Kuis, tes tertulis, performan ce
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Uraian, 1. Jelaskan penugasan pengertian atau berdo’a? resitasi 2. Sebutkan hikmah berdo’a! 3. Mengapa kita dianjurkan untuk berdo’a?
Sumber Belajar
Alokasi Waktu 1.
2. 2 x 35
Buku paket fiqih kelas VI semester genap Penerbit Yudistira. Lembar Kerja Siswa fiqih kelas VI semester genap Penerbit Pustaka Insan
didik yang pandai) 1.1.4. Guru meminta beberapa orang peserta didik sebagai tutor untuk maju ke depan 1.1.5. Guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan dengan kelompoknya apa yang mereka lihat 1.1.6. guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasilnya kepada kelompok lain.
3.
Demak , ………………….... Mengetahui, Kepala MI Nurul-Ulum
Guru Kelas IV
Moh. Jumadi, S.Pd.I. NIP.
Siti Khoiriyah, S.Pd.I. NIP.
Madani. Buku bacaan lain yang relevan.
SILABUS Madrasah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar 1. Menceritakan kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar
: MI Nurul-Ulum Sokokidul Kebonagung Demak : Sejarah Kebudayaan Islam : VI / II : Meneladani Nilai-Nilai Positif Kisah Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
1.1. Sejarah 1.1.1. Guru 1.1.1.1. Menjelask Kisah memberikan an riwayat kaum penjelasan yang hidup Muhajirin berkaitan kaum dan kaum dengan materi Muhajirin Anshar sebagai dan kaum pengantar Anshar 1.1.2. Guru membagi 1.1.1.2. Menjelask peserta didik an menjadi kepribadia beberapa n kaum kelompok kecil Muhajirin 1.1.3. Secara dan kaum berkelompok Anshar peserta didik 1.1.1.3. Menelada mencari ni nilaiinformasi dari nilai beberapa buku positif
Teknik Penilaian Kuis, tes tertulis, performan ce
Penilaian Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen Lisan, 1. Jelaskan uraian, riwayat hidup penugasan kaum atau Muhajirin dan resitasi kaum Anshar? 2. Jelaskan kepribadian kaum Muhajirin dan kaum Anshar? 3. Apa saja nilainilai positif yang dapat diambil dari kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar?
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
1. Buku paket SKI kelas VI semester genap Penerbit Yudistira. 2. Lembar Kerja 2 x 35 Siswa SKI kelas VI semester genap Penerbit Pustaka Insan Madani.
tentang kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar 1.1.4. Secara berkelompok peserta didik berdiskusi tentang teks bacaan dan informasi yang diperoleh 1.1.5. Masing-masing kelompok diminta untuk menampilkan hasil diskusi kepada kelompok lain
kaum Muhajirin dan kaum Anshar
3. Buku bacaan lain yang relevan.
Demak, . . . . . . . . . . . . . . . . . Mengetahui, Kepala MI Nurul-Ulum
Guru Mata Pelajaran
Moh. Jumadi, S.Pd.I. NIP.
Siti Mutoharoh, S.Pd.I. NIP.
Lampiran 6
DAFTAR GURU MI NURUL ULUM SOKOKIDUL KEBONAGUNG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 No
Nama Guru
Jabatan
Pendidikan
Status
1
Moh.Jumadi, S.Pd.I.
Kepala Madrasah
S1
Kepala Madrasah
2
Ismail, S.Pd.I.
Wakil Kepala Madrasah
S1
Wakil Kepala Sekolah
3
Siti Muthoharoh, S.Pd.I.
Wali Kelas VI
S1
Guru Kelas
4
Suparjadi, S.Pd.I.
Wali Kelas V
S1
Guru Kelas
5
Siti Khoiriyah, S.Pd.I
Wali Kelas IV
S1
Guru Kelas
6
Amin Ustadzi, S.Pd.I.
Wali Kelas III
S1
Guru Kelas
7
Sukowati, S.Pd.I
Wali Kelas II
S1
Guru Kelas
8
Farida Ulfa, S.Pd.I.
Wali Kelas I
S1
Guru Kelas
9
Drs. Suyuthi, S.Pd.I.
Guru Bahasa Inggris
S1
GT
10
Zaenal Murtadlo, S.Pd.I.
Guru Olah Raga
S1
GTT
11
Anik Munadliroh, S.Pd.
Guru Matematika
S1
GTT
12
Ulin Nuha, S.Com.
Guru Komputer
S1
GTT
Lampiran 7
DAFTAR PESERTA DIDIK MI NURUL ULUM SOKOKIDUL KEBONAGUNG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah Peserta Didik
LK
PR
Kelas I
11
12
23
Kelas II
10
15
25
Kelas III
13
14
27
Kelas IV
14
18
32
Kelas V
12
14
26
Kelas VI
12
11
23
Jumlah
72
84
156
Lampiran 8
DAFTAR SARANA DAN PRASARANA MI NURUL ULUM SOKOKIDUL KEBONAGUNG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Keadaan Barang
No
Nama Barang
1
Ruang Kelas
7
7
2
Ruang Kepala Sekolah
1
1
3
Ruang Kantor (TU)
1
1
4
Ruang Guru
1
1
5
Ruang Perpus
1
1
6
Meja Guru
15
15
7
Kursi Guru
20
20
8
Meja Peserta Didik
105
105
9
Kursi Peserta Didik
170
170
10
Komputer
10
11
Mesin Ketik
3
12
Alat Peraga Ipa
10
13
Alat Peraga Matematika
12
14
Media-Media Gambar
27
27
15
Alat Musik Rebana
13
13
16
Peralatan Drum Band
17
OHP
B
KB
R
2
Jumlah
12 1
2
4 12
2
14
Lengkap 1
1
MADRASAH IBTIDA’IYAH (MI) ”NURUL ULUM” SOKOKIDUL KEBONAGUNG DEMAK Alamat : Ds. Sokokidul, Kec. Kebonagung, Kab. Demak
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Madrasah Ibtida’iyah (MI) Nurul Ulum Sokokidul Kec. Kebonagung Kab. Demak, menerangkan bahwa: Nama
: Adik Hermawan
Tempat/Tanggal lahir : Demak, 27 April, 1991 Alamat
: Sokokidul, RT.04/RW.01, Kec. Kebonagung, Kab. Demak
NIM
: 083111130
Perguruan Tinggi
: IAIN Walisongo Semarang
Jurusan/Prodi
: Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam (PAI)
Benar-benar telah melakukan penelitian di Madrasah Ibtida’iyah (MI), Ds. Sokokidul, Kec. Kebonagung, Kab. Demak, tentang “Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam Penerapan dan Pengembangan Metode Pembelajaran Aktif (Active Learning) di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak”. Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk melengkapi pembuatan skripsi.
Demak, 09 Februari 2012 Kepala MI Nurul Ulum
Moh Jumadi, S.Pd.I.