perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KONSEP BILANGAN PECAHAN MELALUI MODEL MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SDN WERU 01 WERU SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: DESI ROHANI X7110008
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user 2012
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KONSEP BILANGAN PECAHAN MELALUI MODEL MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SDN WERU 01 WERU SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh: DESI ROHANI X7110008
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2012to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang :
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Kartono, M. Pd
…………………
Sekretaris
: Drs. Chumdari, M. Pd
…………………
Anggota I
: Drs. M. Ismail Sriyanto, M. Pd
…………………
Anggota II
: Drs. Samidi, M. Pd
…………………
Disahkan Oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta a.n. Dekan, Pembantu Dekan I
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Desi Rohani. NIM X710008. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Bilangan Pecahan Melalui Model Make A Match Pada Siswa Kelas V SDN Weru 01 Weru Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi konsep pecahan melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match di kelas V SD Negeri Weru 01 kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Weru 01 kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo yang berjumlah 21 siswa, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan, wawancara, observasi, tes, dan dokumen. Validitas data menggunakan teknik trianggulasi data/sumber dan trianggulasi metode/teknik. Analisis data menggunakan model analisis interaktif yang terdiri dari 3 komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pra siklus nilai rata-rata hasil belajar 52,86 dengan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas KKM adalah 42,86. Siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 76,19 dengan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas KKM adalah 61,91%. Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa naik menjadi 82,14 dengan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas KKM adalah 90,48%. Simpulan penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi konsep pecahan pada siswa kelas V SDN Weru 01 kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
Kata Kunci : Make a match, hasil belajar matematika
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Desi Rohani. NIM X710008. Increasing achievement of Fractional number by Using Make A Match Model at The Fifth Grade Students of Public Elementary School Weru 1, Weru, Sukoharjo, 2011/2012 Academic Year. Skripsi. Surakarta. The faculty of educational and teacher’s training. Sebelas Maret University. July 2012. The aim of research is to increasing achievement mathematic with study material in fractional concept by using cooperative learning model ‘Make a Match’ technique in fifth grade at Public Elementary school 1 Weru, Weru subdistrict, Sukoharjo regency. The research model was the classroom action research. The research is held by two cycle, each cycle consists of plan, action, observation, and reflection. The subject of this research was student fifth grade at Public Elementary School Weru 1, Weru subdistrict, Sukoharjo Regency, totaly 21 persons which consist of 10 male student and 11 female student. The techniques of data collecting are interview, observation, test and document. Data validities used trianggulation of data/source and trianggulation of metod/technique. Data analysis used the interactive analysis model consist three components, they are data reduction, data display, conclusion or verifying. Research product show that in the pre cycle the average value from student’s learning achievement is 52,86 and precentation for students who get the value more value of standart minimum of graduation is 42,86%. First cycle the average value from student’s learning achievement is 76,19 and precentation for students who get the value more value of standart minimum of graduation is 61,91%. At the second cycle, the average value from student’s learning achievement is 82,14 and precentation for students who get the value more than value of standart minimum of graduation is 90,48%. The conclusion of this research is learning mathematics with implementation of cooperative learning method can increase achievement mathemetics with study material fractional concept for students fifth grade at Elementary School Weru 1, Weru subdistrict Sukoharjo Regency 2011/2012 academic year.
Key word : Make a match, achievement of mathematics
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Setiap masalah yang kita hadapi adalah rencana Tuhan untuk memberikan yang
lebih indah untuk kita, jadi berfikirlah positif atas apapun yang kita alami.
(Penulis)
“Wong nandur bakale ngunduh”
(Falsafah Jawa)
Berusaha selalu berbuat baik dan lakukan dengan ikhlas atas apa yang sudah jadi
tanggung jawab kita.
(Orang tua Penulis)
~Do`a restu orang tua adalah segalanya~
Sabar, bersyukur dan selalu tersenyum
(Penulis)
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Alloh SWT, skripsi ini saya persembahkan kepada :
Keluarga besarku, Ayahku Suwar S.Sos., Ibuku Karsi tersayang yang telah memberikan semangat, do`a dan kasih sayang yang tak terhingga nilainya. Kalian segalanya bagiku. Adik-adikku tersayang, Imam dan Rochman, kalian penyemangat kakak untuk menyelesaikan skripsi ini.
Seluruh keluarga besar SDN Weru 01 kecamatan Weru, kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini
Almamater tercinta, Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Bilangan Pecahan Melalui Model Make A Match Pada Siswa Kelas V SDN Weru 01 Weru Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak, khususnya kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikakan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. 3. Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. 4. Drs. M. Ismail Sriyanto, M. Pd. selaku pembimbing I yang telah memberikan semangat
dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. 5. Drs. Samidi, M. Pd. selaku pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 6. Sri Hartati, S. Pd. selaku Kepala Sekolah SDN Weru 01 dan seluruh keluarga besar SDN Weru 01 yang secara terbuka memberikan berbagai bantuan, dorongan dan semangat. 7. Keluarga besarku terima kasih atas kasih sayang dan pengorbanan yang tulus serta pengalaman hidup yang menguatkan aku sampai detik ini.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Teman-teman dan sahabatku yang selalu membantu, menemani dan mendukungku dalam suka dukanya menyelesaikan skripsi ini. 9.
Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... v HALAMAN ABSTRAK............................................................................................ vi HALAMAN ABSTRACT ......................................................................................... vii HALAMAN MOTTO ................................................................................................ viii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ ix KATA PENGANTAR ............................................................................................... x DAFTAR ISI.......................................................................................................... .... xii DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. ... xiii DAFTAR TABEL.................................................................................................. .... xiv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xv BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................. .... 1 A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah.............................................................................. ... 3 C. Tujuan Penelitian............................................................................... ... 4 D. Manfaat Penelitian............................................................................. ... 4 BAB II : LANDASAN TEORI ................................................................................. 5 A. Kajian Teori............................................................................. ............. 5 B. Penelitian Relevan................................................................................. 24 C. Kerangka Berfikir.................................................................................. 24 D. Perumusan Hipotesis.......................................................................... ... 26 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN............................................................ ... 27 A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. .. 27 B. Subjek Penelitian................................................................................... 28 C. Data dan Sumber Data........................................................................ .. 28 D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. .. 28 commit to user E. Validitas Data..................................................................................... ... 31
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Analisis Data....................................................................................... .. 32 G. Indikator Kinerja................................................................................ ... 33 H. ProsedurPenelitian................................................................................. 33 BAB IV : HASIL PENELITIAN ............................................................................... 38 A. Deskripsi Pra Tindakan ......................................................................... 38 B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus................................................... 40 C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus............................... ........... 60 D. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................... . 64 BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN................................................ 69 A. Simpulan............................................................................................... 69 B. Implikasi................................................................................................ 69 C. Saran...................................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. .. 71 LAMPIRAN............................................................................................................. .. 74
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir.................................................................................. 25 Gambar 2. Model Analisis Interaktif...................................................................... 32 Gambar 3. Siklus PTK............................................................................................ 34 Gambar 4. Grafik Nilai Awal........................................................................... ....... 39 Gambar 5. Grafik Hasil Tes Awal........................................................................... 40 Gambar 6. Grafik Observasi Kegiatan Siswa Siklus I....................................... ..... 47 Gambar 7. Grafik Observasi Kinerja Guru Siklus I ................................................ 48 Gambar 8. Grafik Nilai Siklus I.................................................................... .......... 50 Gambar 9. Grafik Observasi Kegiatan Siswa Siklus II........................................ ... 57 Gambar 10. Grafik Observasi Kinerja Guru Siklus II.............................................. 58 Gambar 11. Grafik Nilai Siklus II ............................................................................. 60 Gambar 12. Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah Siklus I .................................................................................................. 61 Gambar 13. Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II............................................................................. 62 Gambar 14. Grafik Nilai Rata-rata Kelas Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ............................................................................................................ 63 Gambar 15. Grafik Persentase Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II .......................................................................................... 63 Gambar 16. Grafik Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa...................................... 68
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian........................................................................................27 Tabel 2. Nilai Awal..................................................................... .............................38 Tabel 3. Hasil Tes Awal..................................................................... ......................39 Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I...................................................46 Tabel 5. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I.......................................................48 Tabel 6. Nilai Siklus I..................................................................... .........................49 Tabel 7. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II............................... ..................56 Tabel 8. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II............................. ........................58 Tabel 9. Nilai Siklus II..................................................................... ........................59 Tabel 10. Perbandingan Hasil Tes Siswa Sebelum dan Setelah Siklus I. ..................60 Tabel 11. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan, Setelah Tindakan Siklus I dan Siklus II .................................................................62 Tabel 12. Hasil Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa.................. ..........................67
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus dan RPP Siklus I Pertemuan I......................................... ........ 74 Lampiran 2. Silabus dan RPP Siklus I Pertemuan II................ ............................... 86 Lampiran 3. Silabus dan RPP Siklus II Pertemuan I.................................. ............. 98 Lampiran 4. Silabus dan RPP Siklus II Pertemuan II....................... ....................... 110 Lampiran 5. Nilai Hasil Tes Awal.......................................... ................................. 122 Lampiran 6. Nilai Siklus I.............................. .......................................................... 123 Lampiran 7. Nilai Siklus II.................................... .................................................. 124 Lampiran 8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I ........................ 125 Lampiran 9. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II ...................... 126 Lampiran 10. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I ...................... 127 Lampiran 11. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II ..................... 128 Lampiran 12. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan I ............................ 129 Lampiran 13. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan II .......................... 131 Lampiran 14. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan I .......................... 133 Lampiran 15. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan II ......................... 135 Lampiran 16. Hasil Rekap Nilai Kinerja Guru .......................................................... 137 Lampiran 17. Hasil Rekap Nilai Observasi Siswa ..................................................... 138 Lampiran 18. Deskriptor Nilai Observasi Siswa........................................................ 139 Lampiran 19. Foto Kegiatan Pembelajaran ................................................................ 140
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan akan membawa dampak positif bagi dunia pendidikan, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan dengan mencetak generasi – generasi yang lebih berkualitas dalam segala bidang. Untuk mencapai hal tersebut harus selalu diadakan pembaharuan pendidikan yang melibatkan bukan hanya guru tetapi semua unsur pendidikan. Keberhasilan proses pembelajaran dicapai dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dalam kegiatan pembelajaran, hasil belajar yang dicapai siswa ada yang sudah memenuhi passing grade (batas ketuntasan), tetapi juga ada yang belum bisa mencapainya. Hal ini dikarenakan siswa mempunyai keunikan yang berbeda, artinya daya tangkap dan daya serap masing-masing siswa berbeda dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hasil belajar menurut Suprijono (2011: 5) adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikapsikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Di sekolah siswa dituntut mempunyai hasil belajar yang baik dalam semua mata pelajaran. Salah satu pelajaran yang diharapkan mempunyai hasil belajar yang baik adalah pelajaran matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika juga mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Dengan meningkatnya hasil belajar matematika berarti anak didik sebagai generasi penerus bangsa memiliki cara berfikir kritis dan logis, sehingga mereka terlatih untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Kebanyakan para siswa menganggap pelajaran matematika itu pelajaran yang paling sulit, menakutkan, menjemukan, dan sangat tidak menyenangkan. Hal ini adalah persepsi negatif siswa terhadap matematika. Persepsi ini ada dalam setiap jenjang pendidikan. Persepsi negatif tentang matematika tersebut dapat menimbulkan minat dan motivasi belajar siswa menjadi berkurang sehingga mempengaruhi rendahnya hasil belajar matematika. Hasil belajar siswa kelas V SDN Weru 01 pada materi mengubah pecahan biasa menjadi bentuk desimal dan persen serta sebaliknya masih kurang. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas hanya mencapai 52,86 dan ketuntasan belajar kelas 42,86%. Rendahnya hasil belajar ini disebabkan karena model pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional. Hal ini menyebabkan persepsi negatif siswa tentang matematika sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika rendah. Rendahnya minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Apabila permasalahan tersebut tidak diatasi akan berdampak bagi siswa terutama untuk menguasai materi selanjutnya. Materi konsep bilangan pecahan kelas V ini sebagai titik tolak untuk memahami materi selanjutnya yaitu operasi hitung campuran bilangan pecahan di kelas VI. Maka dari itu perlu diadakan perbaikan pembelajaran dengan memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan agar siswa tertarik terhadap pelajaran matematika. Sehingga hasil belajar siswa maksimal dan pembelajaran matematika dapat memberikan pengalaman yang lebih bermakna dan utuh bagi siswa. Salah satu cara untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dan memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, guru menggunakan model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satu model pembelajaran yang inovatif adalah cooperative learning. Menurut Sugiyanto ( 2008: 35 ), pembelajaran cooperative learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) commit to user merupakan pondasi yang baik untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa.
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Salah satu teknik pembelajaran cooperative learning adalah make a match (mencari pasangan). Teknik make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorn Curran (1994). Make a match dipilih untuk menyelesaikan rendahnya hasil belajar konsep pecahan karena mempunyai keunggulan. Salah satu keunggalan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menantang dan menyenangkan sehingga siswa kelas V tidak mudah bosan dengan pelajaran matematika. Dengan demikian siswa belajar matematika tidak hanya mendengarkan dan guru menerangkan di depan kelas saja namun tercipta kondisi belajar dengan penuh keaktifan dan bermakna bagi siswa dalam pembelajaran matematika. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match secara sistematis yaitu guru menyiapkan kartu yang berisi soal dan kartu yang berisi jawabannya, siswa mencari dan mendapatkan pasangan kartu yang tepat dari soal atau jawaban yang mereka dapat. Siswa yang dapat menemukan pasangannya sebelum waktu yang ditentukan dan benar mendapat nilai-reward. Hal ini bisa dilakukan dengan dua tahap atau lebih dan pada akhirnya guru dan siswa mengadakan penyimpulan materi. Dari paparan di atas yang mendorong penulis untuk mengambil judul skripsi “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Bilangan Pecahan Melalui Model Make A Match Pada Siswa Kelas V SDN Weru 01 Weru Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012“.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: 1. Apakah melalui model make a match dapat meningkatkan hasil belajar konsep bilangan pecahan pada siswa kelas V SDN Negeri Weru 01 kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 ?
commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar konsep bilangan pecahan melalui model make a match pada siswa kelas V SDN Weru 01 kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012. D. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat : 1. Manfaat Teoritis
Memberikan masukan dan wawasan kepada guru dalam proses pembelajaran. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa 1) Dapat memperoleh suasana belajar yang menyenangkan dan sebagai motivasi belajar agar hasil belajar matematika dapat meningkat. 2) Mematahkan anggapan siswa bahwa matematika itu membosankan. 3) Meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar matematika. b. Bagi Guru 1) Dapat menemukan solusi untuk dapat meningkatkan hasil belajar matematika. 2) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. 3) Memberi kemudahan dalam penanaman konsep pecahan pada siswa. c. Bagi Sekolah 1) Dapat menerima masukan dalam usaha perbaikan proses pembelajaran guru dengan menggunakan model pembelajaran dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. 2) Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Hakikat Hasil Belajar
a. Hakikat Belajar
Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan lingkungan yang setiap saat bisa berubah, oleh karena itu seseorang mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang dinamis dan penuh persaingan dengan belajar. Belajar dalam hal ini adalah belajar memahami diri sendiri, memahami perubahan dan globalisasi. Melalui belajar seseorang siap menghadapi perkembangan zaman yang begitu pesat. Menurut Spears (1955: 94) dalam Suryabrata (2008: 231), belajar dapat didefinisikan dengan mengamati, membaca, meniru atau mencontoh, mereka mencoba sesuatu dengan sendiri, mendengar, mengikuti perintah. “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi di atas, dikemukakan oleh Cronbach (1954: 47) dalam bukunya yang berjudul “Education Psychologhy” menyatakan sebagai berikut “Learning is shown by change in behaviour as a result of experience”. Belajar
yang efektif adalah dengan
mengalami. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat inderanya. (Suryabrata, 2008: 231). Skinner, yang dikutip Barlow dalam bukunya Educational Psychology : The Teaching-Learning Proses, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasannya bahwa belajar adalah “...a proses of progressive behavior adaptation”. Berdasarkan eksperimennya, Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer). (Syah, 2006: 90). Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada to user diri seseorang. Perubahan yang commit dimaksud dapat ditunjukkan dalam berbagai
5
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap, tingkah laku, keterampilannya, kecakapannya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaannya. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada kompetensi, proses berbuat melalui berbagai pengalaman individu. Belajar adalah proses dari melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. (Tim Penulis. Srategi Belajar Mengajar. FKIP UNS. 2007: 2). Menurut Soemarsono (2007: 1), proses belajar adalah proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh siswa pada saat mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan disajikan di sekolah yang dilakukan baik di kelas maupun di luar kelas. Syah (2006: 92) mengutarakan belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh siswa baik di kelas maupun di luar kelas. Belajar dapat menghasilkan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. b. Pengertian Hasil Belajar
Dengan hasil belajar anak, dapat diketahui kedudukan anak di dalam kelas, apakah anak tersebut termasuk kelompok anak pandai, sedang atau kurang. Menurut Suprijono (2011: 5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Bloom (dalam Suprijono 2011: 6), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik. Ranah kognitif adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi/penilaian. Ranah afektif adalah menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi. Ranah psikomotorik meliputi
initiatory,
pre-routine,
routinized.
Psikomotor
juga
keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. commit to user
mencakup
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil belajar adalah seluruh efisiensi dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar (Briggs, 1979: 147). Menurut Gagne & Driscoll (1988: 36) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa. Dick & Reiser (1989: 11) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang
dimiliki
siswa
sebagai
hasil
kegiatan
pembelajaran, yang terdiri dari empat jenis, yaitu pengetahuan, keterampilan intelektual, keterampilan motor dan sikap. (Sumarno, 2011) Hasil belajar merupakan efisiensi nyata yang dapat diukur secara langsung dengan tes dan bisa dihitung hasilnya dengan nomor (Woodwort & Marquis, 1957: 76). Hal ini berarti bahwa hasil belajar seseorang dapat diperoleh melalui perangkat tes dan dengan hasil tes dapat memberikan informasi tentang seberapa jauh kemampuan penyerapan bahan oleh seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu hasil belajar siswa adalah cermin dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh sisa dalam mengikuti proses belajar mengajar. (Sumarno, 2011) Menurut Howard Kingsley dalam Sudjana (2005: 45) hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu, keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Gagne dalam Sudjana (2005: 45) mengemukakan ada lima tipe hasil belajar , yakni kemahiran intelektual (kognitif),
informasi
verbal,
mengatur kegiatan
intelektual,
sikap,
dan
keterampilan motorik. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang dinyatakan dengan nilai. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam (faktor internal) maupun faktor dari luar (faktor eksternal). Menurut Sudjana (2005: 39) hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu : 1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar) Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam diri siswa itu. Adapun faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Seperti yang dikemukakan Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. 2) Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar) Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap. Sedangkan menurut Caroll dalam Sudjana (2009: 40) bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni : (1) bakat pelajar, (2) waktu yang tersedia untuk belajar, (3) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, (4) kualitas pengajaran dan (5) kemampuan individual. Empat faktor (1 2 3 5 ) berkenaan dengan kemampuan individu dan faktor (4) adalah faktor di luar individu.
2. Hakikat Matematika
a. Pengertian Matematika
Penguasaan akan matematika merupakan sebuah keahlian dasar hidup yang penting. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga tidak luput dari peran matematika. Seiring dengan perkembangan zaman, matematika semakin diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Nasution (1980: 12) dalam Karso, dkk (2009: 1.39) mendefinisikan matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau mathenein yang artinya mempelajarai, namun kata itu ada commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hubungannya dengan bahasa Sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, dan intelegensi. Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2008: 1) matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang telah terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke detail. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (2000) dalam Heruman (2008: 1), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Johnson dan Rising dalam Karso, dkk (2009: 1.39) menyatakan bahwa matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik. Matematika adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi. Matematika adalah ilmu keteraturan pola atau ide. Matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisan. Menurut Reys, matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Sedangkan menurut Kline matematika itu
bukan pengetahuan menyendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya untuk membantu manusia memahami, menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. (Karso, dkk, 2009: 1.40) Dari pengertian matematika yang telah dikemukakan di atas, berarti matematika adalah salah satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan bahasa simbolis dan universal yang memungkinkan manusia berfikir, mencatat, dan mengkomunikasikan ide dengan menggunakan cara bernalar untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. b. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar dalam Pembelajaran Matematika
Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap commit to userdan bertahan lama dalam memori
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa. Menurut Heruman (2008: 1-2) Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak. c. Tujuan Pembelajaran Matematika
Matematika diajarkan di sekolah membawa misi yang sangat penting, yaitu mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Menurut Ekawati (2011) tujuan pendidikan matematika di sekolah dapat digolongkan menjadi : 1) Tujuan yang bersifat formal, menekankan kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian siswa. 2) Tujuan yang bersifat material, menekankan kepada kemampuan memecahkan masalah dan menerapkan matematika. Secara lebih terinci, tujuan pembelajaran matematika dipaparkan pada buku standar kompetensi mata pelajaran matematika sebagai berikut: 1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan
penyelidikan,
eksplorasi,
eksperimen,
kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.
commit to user
menunjukkan
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. 4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Adapun ruang lingkup materi atau bahan kajian matematika di SD/MI mencakup: a). bilangan, b). geometri dan pengukuran, dan c). pengolahan data. d. Prinsip dalam Menentukan Langkah-langkah Pembelajaran Matematika
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam menentukan strategi/langkah-langkah pembelajaran matematika menurut Aisyah, dkk (2007: 8-15) adalah sebagai berikut : 1) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran Strategi, pendekatan dan metode pembelajaran harus relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2) Kesesuaian dengan materi pembelajaran Materi yang bersifat fakta dapat dipahami melalui contoh informasi tentang arti fakta tersebut, materi yang bersifat konsep dapat menggunakan pendekatan induktif,
materi
induktif/deduktif,
yang dan
bersifat materi
prinsip yang
dapat
bersifat
melalui
pendekatan
pengerjaan
hendaknya
didemonstrasikan melalui contoh-contoh. 3) Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik Strategi/langkah-langkah pembelajaran yang dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif dan psikomtorik siswa. Siswa Sekolah Dasar yang masih dalam tahap pra operasional (6-7 tahun) dan operasi kongkret (1213tahun) hendaknya diajarkan dengan strategi peragaan langsung. 4) Kelengkapan langkah-langkah dan kesesuaian dengan alokasi waktu Setiap langkah-langkah pembelajaran harus mencerminkan tahapan-tahapan pembelajaran yang lengkap disertai dengan alokasi waktu yang proporsional (kegiatan awal 5%-10%, inti 70%-80%, commit todan userpenutup 10%-15%).
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan
Model Make A Match
Pembelajaran menggunakan make a match atau mencari pasangan ini memberi kesempatan siswa bekerja sama dengan orang lain dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Khusus mata pelajaran matematika, langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan make a match adalah sebagai berikut : 1) Guru menyiapkan kartu yang berisi soal matematika tentang bentuk pecahan dan kartu jawabannya berisi tentang bentuk persennya. 2) Guru memberikan pengarahan kapada siswa tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah mendapat kartu sehubungan dengan materi yang sedang diajarkan 3) Setiap siswa mengambil satu kartu secara acak yang telah disiapkan oleh guru. 4) Melalui aba-aba dari guru siswa mulai mencari pasangan soal bilangan pecahan atau jawaban bentuk persennya sesuai kartu yang didapat siswa. 5) Guru memberikan batas waktu 10 menit dalam mencari pasangan. 6) Setelah mendapat pasangan dan waktu mencari pasangan habis siswa mempresentasikan hasil penemuan pasangan dan pasangan lain menanggapi. 7) Guru mengumpulkan kembali kartu soal dan kartu jawaban untuk proses mencari pasangan sesi berikutnya. 8) Guru memberikan rewards pada beberapa siswa tercepat yang menemukan pasangan sehingga siswa termotivasi untuk selalu cepat dalam menemukan pasangan. f. Penilaian dalam Pembelajaran Matematika
Penilaian dalam matematika menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, performa (kinerja), penilaian sikap, dan penilaian penugasan (proyek). Penilaian pembelajaran matematika lebih mengutamakan proses daripada hasil. Dalam penilaian proses ini, perlu dilihat tata nalar, alasan, dan kreativitas siswa. Proses ini dinilai dari segi kelogisan, kecermatan (efisiensi), dan ketepatan (efektivitas). Teknik penilaian juga harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Aisyah, dkk (2007: 8-16) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah : 1) Penilaian
diarahkan
untuk
mengukur
pencapaian
kompetensi/tujuan
pembelajaran 2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. 3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa. 4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya. 5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. 3. Hakikat Bilangan Pecahan
a. Pengertian Bilangan Pecahan
Menurut Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan menyatakan bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit diajarkan. Kesulitan ini dapat dilihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, dan sulitnya pengadaan media pembelajaran. Park, Gucler, & McCrory (2010: 1) berpendapat “ fractions as numbers in the form a/b where a and b are whole numbers, and b is not zero...”. Pecahan sebagai bilangan dalam bentuk a/b dimana a adalah bilangan utuh, dan b adalah bukan nol. Definisi pecahan sebenarnya merupakan bagian dari bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk
dimana a dan b merupakan bilangan
bulat, dan b ≠ 0. Heruman (2008: 43) mendefinisikan pecahan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian dari sesuatu yang utuh adalah bagian yang commit todengan user arsiran. Bagian inilah yang diperhatikan, yang biasanya ditandai
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dinamakan penyebut. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan dan dinamakan pembilang.
Bagian utuh
Luas daerah yang
yang mewakili
½
dibagi 2 bagian
½
bilangan satu “1”
yang sama Pembilang
Lambang untuk bagian yang berwarna hitam itu adalah
Penyebut b. Macam-macam Bilangan Pecahan
Bilangan Pecahan ada dua macam, yaitu pecahan murni atau sejati yang disebut pecahan biasa dan pecahan campuran. 1) Bilangan pecahan murni atau sejati (biasa) Pecahan murni atau sejati (biasa) adalah pecahan yang pembilangnya lebih kecil dari penyebutnya dan pecahan itu tidak dapat disederhanakan lagi, contoh
,
,
,
,
dan seterusnya.
2) Bilangan pecahan campuran Pecahan campuran yaitu pecahan yang terdiri dari campuran bilangan bulat
dengan bilangan pecahan murni atau sejati (biasa), contoh 1 , 2 , 3
dapat juga ditulis
,
,
atau
3) Persen Persen mengandung arti seperseratus. Persen adalah nama lain dari suatu pecahan dengan penyebut 100. Notasi untuk persen adalah “ % ” . Contoh 25% =
, 45% =
4) Perbandingan Suatu perbandingan dari dua besaran menyatakan satu sebagai suatu pecahan dari yang lain. Misal, perbandingan dari tinggi 4 m dengan tinggi 8 m
dapat ditunjukkan sebagai 4mcommit : 8m to atau user dan ini dapat disederhanakan
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjadi 1:2 atau . Perbandingan juga digunakan dalam menulis skala. Skala
biasanya ditulis sebagai bentuk perbandingan yang paling sederhana, misal 1:250, 1:1500, 1:2.500.000 dan seterusnya. 5) Desimal Bentuk lain pecahan adalah pecahan desimal. Pecahan desimal menyatakan nilai tempat per sepuluh [
[
= 0,1 ], per seratus [
= 0,01 ], per seribu
= 0,001], dan seterusnya. Pecahan desimal mempunyai tiga bagian dalam
cara penulisannya, yaitu sebagai berikut : a) Bilangan di sebelah kiri tanda koma menyatakan bilangan bulatnya. b) Tanda koma, sebagai pembatas. c) Bilangan di sebelah kanan koma, menyatakan pecahannya. c. Mengubah Pecahan ke Bentuk Desimal dan Sebaliknya
1) Mengubah Pecahan menjadi bentuk Desimal Untuk mengubah pecahan biasa ke desimal ada dua cara, yaitu : d) Dengan cara dibagi (bagi kurung). Untuk mengubah pecahan menjadi desimal dengan jalan pembilang dibagi penyebut. Contoh :
10 10
= 0,5
= 0,5
0 e) Dengan cara mengubah penyebut menjadi 10, 100, atau 1000. Bilangan desimal merupakan bilangan per sepuluh, per seratus, atau per seribu. Contoh :
= 0,2
=
= 0,2
2) Mengubah Desimal ke Pecahan Biasa Mengubah bilangan desimal menjadi pecahan biasa caranya hampir sama dengan cara yang kedua dalam mengubah pecahan biasa menjadi desimal (diubah menjadi per sepuluh, per seratus, per seribu) kemudian pembilang dan commit to user penyebut disederhanakan.
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Contoh :
0,4 =
0,25 =
= =
= =
d. Mengubah Pecahan ke Bentuk Persen dan Sebaliknya
1) Mengubah Pecahan menjadi Persen Cara mengubah pecahan biasa ke dalam bentuk persen, yaitu dengan cara mengubah penyebut pecahan tersebut menjadi 100, karena persen merupakan per seratus atau dikali 100. Contoh :
= = = 50 % Atau
x 100 = 50 %
2) Mengubah Persen menjadi Pecahan Mengubah persen ke dalam bentuk pecahan biasa dilakukan dengan cara sebagai berikut : a) Dari bentuk persen diubah menjadi pecahan biasa (per seratus). b) Taksir atau cari pembagi terbesar dari bilangan pembilang dan penyebut. c) Bagi pembilang maupun penyebut dengan bilangan pembagi tersebut. Contoh : 75% =
= =
e. Mengubah Bentuk Desimal ke Persen dan Sebaliknya
1) Mengubah Desimal ke Bentuk Persen Bilangan desimal diubah dulu menjadi pecahan per sepuluh atau per seratus kemudian dikalikan dengan 100 %. Contoh :
0,45 =
0,7 =
= 45% Atau 0,45 =
x 100% = 45%
= = = 70% Atau 0,7 =
x 100% = 70%
2) Mengubah Persen ke Bentuk Desimal Bilangan persen diubah menjadi per seratus dan untuk menjadikan bilangan desimal hanya tinggal menentukan angka di belakang koma. Contoh :
25% =
= 0,25 dan 4% = = 0,04 commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Pembelajaran Bilangan Pecahan di Kelas V SD
Materi bilangan pecahan merupakan materi yang ada pada kurikulum untuk kelas V SD semester II. Standar kompetensi yang akan dikembangkan dalam pembelajaran pecahan di kelas V SD semester II adalah penggunaan pecahan dalam pemecahan masalah. Dari standar kompetensi tersebut dibagi dalam beberapa kompetensi dasar di antaranya mengubah pecahan menjadi bentuk desimal dan persen serta sebaliknya, materinya sebagai berikut : a) Mengubah Pecahan menjadi bentuk Desimal Hardi, dkk (2009) menjelaskan cara mengubah pecahan biasa ke desimal yaitu sebagai berikut :
Bagian yang diarsir menunjukkan pecahan
Bagian yang diarsir menunjukkan pecahan
Bagian yang diarsir menunjukkan pecahan
Pecahan desimal ditulis dengan tanda koma (,). Didalam pecahan desimal yang diarsir berturut-turut adalah 0,1 ; 0,4 ; 0,5. Untuk mengubah pecahan biasa menjadi desimal dengan cara diubah penyebutnya menjadi 10, 100 atau 1.000. Per sepuluh ditulis 1 angka dibelakang koma. Per seratus ditulis 2 angka dibelakang koma. Per seribu ditulis 3 angka dibelakang koma. Saepudin, Babudin, Mulyadi, dan Adang (2009: 122-123) menguraikan cara mengubah pecahan biasa menjadi bentuk desimal bisa digunakan dengan dua cara, yaitu : commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Pembilang dibagi penyebut. Contoh :
100 8
= 0,25
= 0,25
20 20 0 2) Mengubah penyebut menjadi 10, 100, atau 1000. Bilangan desimal merupakan bilangan per sepuluh, per seratus, atau per seribu. Contoh :
= 0,25
=>
= 0,25
b) Mengubah Desimal ke Pecahan Biasa Mengubah bilangan desimal menjadi pecahan biasa caranya hampir sama dengan cara yang kedua dalam mengubah pecahan biasa menjadi desimal (diubah menjadi per sepuluh, perseratus, perseribu) kemudian pembilang dan penyebut disederhanakan. (Saepudin,dkk, 2009: 124) Contoh :
0,5 = = =
0,75 =
= =
Menurut Sumanto, Kusumawati, dan Aksin (2008: 96), langkah-langkah mengubah desimal ke pecahan caranya sebagai berikut : 1) Bentuk desimal diubah ke bentuk pecahan berpenyebut 10, 100, 1.000, dan seterusnya. 2) Sederhanakan bentuk pecahan yang diperoleh tersebut. Contoh:
0,24 =
:
= =
0,8 =
= =
c) Mengubah Pecahan menjadi Persen Cara mengubah pecahan biasa ke dalam bentuk persen, yaitu dengan cara mengubah penyebut pecahan tersebut menjadi 100, karena persen merupakan per seratus atau dikali 100 (Saepudin,commit dkk, 2009: 119-120). to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Contoh :
= = = 80 %
x 100 = 80 %
d) Mengubah Persen menjadi Pecahan Sumanto, dkk (2009: 95) manjelaskan mengubah persen ke dalam bentuk pecahan biasa dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Dari bentuk persen diubah dulu menjadi pecahan berpenyebut 100. 2) Sederhakan pecahan tersebut. Contoh : 15% =
= =
e) Mengubah Desimal ke Bentuk Persen Saepudin,dkk (2009: 125) menguraikan untuk mengubah desimal menjadi persen, desimal diubah dulu menjadi pecahan per sepuluh atau per seratus kemudian dikalikan dengan 100 %. Contoh :
x 100% = 75%
0,75 =
= 75% Atau 0,75 =
0,5 =
= = = 50% Atau 0,5 =
x 100% = 50%
f) Mengubah Persen ke Bentuk Desimal Bilangan persen diubah menjadi per seratus dan untuk menjadikan bilangan desimal hanya tinggal menentukan angka di belakang koma. (Saepudin,dkk, 2009: 125) Contoh :
85% =
7% =
= 0,85
= 0,07
5. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match
a) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Istilah kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran commit to user yang mengelompokkan siswa dengan tujuan menciptakan pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
pembelajaran yang berefektivitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik (Davidson & Warsham, 1992). Sedangkan Johnson mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mangajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai pengalaman belajar secara individu maupun kelompok. (Isjoni, 2010: 28). Menurut Rosalin (2008: 111) model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dngan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksikan konsep, menyelesaikan masalah, atau inkuiri. Slavin dalam Isjoni & Ismail (2008: 152) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompoknya bersifat heterogen. Sugiyanto (2008: 38) menyatakan “Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permasalahan, sebagai latihan hidup di masyarakat”. Menurut Cox (1999: 167) “cooperative learning is an instructional technique that uses students own conversation as a vehicle for learning”. Dapat diartikan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebuah
teknik perintah agar
siswa menggunakan percakapan/pembicaraan mereka sebagai sarana belajar. Lee (1990: 556) dalam European Journal of Social Sciences mengungkapkan “cooperative learning as a group working together to perform a task or skill to make any attempt to learn and to achieve educational goals in common”. Dari kutipan di atas Lee (1990) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai sebuah kelompok yang bekerja sama melaksanakan tugas atau keterampilan untuk belajar dan mencapai tujuan pendidikan secara umum. Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran sekaligus melatih sikap dan keterampilan sosial sebagai bekal dalam kehidupan di masyarakat. Dengan kata lain pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memandang keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
b) Pengertian Make A Match
Pada model pembelajaran kooperatif, siswa yang merupakan makhluk individualis (homo homini lupus) diharapkan menjadi seorang makhluk sosial (homo homini socius). Salah satu teknik belajar mengajar dalam pembelajaran model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk mengasah kemampuan homo homini socius adalah teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a match). Menurut Isjoni (2010: 67), make a match yaitu teknik yang dikembangkan oleh Loma Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini memberi kesempatan siswa bekerja sama dengan orang lain dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Menurut Rosalin (2008: 124) menyebutkan bahwa model pembelajaran make a match adalah model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal dan kartu yang berisi jawabannya. Sebagian siswa mendapatkan sebuah kartu soal dan sebagian lainnya mendapat kartu jawaban. Setiap siswa mencari pasangan yang cocok sesuai dengan persoalannya siswa. Pasangan yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk babak berikutnya pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan, evaluasi, dan refleksi. Make a match menurut Amin (2011) adalah metode pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran make a match adalah model pembelajaran yang menggunakan kartu soal dan kartu jawaban tentang materi yang diajarkan dimana siswa mendapatkan kartu itu secara acak, kemudian siswa berusaha mencari pasangan dari kartu yang didapat dengan batasan waktu tertentu dan mempresentasikan hasilnya. c. Langkah-langkah Pembelajaran Teknik Make a Match
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 46) prosedur pembelajaran yang dilakukan dalam teknik make a match adalah : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
1) Guru menyiapkan kartu yang berisi beberapa konsep atau yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban; 2) Setiap peserta didik mendapatkan satu buah kartu; 3) Setiap peserta didik memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang dipegang; 4) Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban); 5) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin; 6) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap peserta didik mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya; 7) Kesimpulan. According to Silberman (1996:159) Make A Match is called by Index card match, the activity of it are : (1) On separate index cards, write down questions about anything taught in the class. Create enough question cards to equal one-half the number of students; (2) On separate cards, write answers to each of these questions; (3) Mix the two sets of cards and shuffle them several times so they are well mixed; (4) Give out one card to each student. Explain that this is a matching exercise. Some students have review questions and others have the answers; (5) Have students to find together.(Tell them not to reveal to other students what is containted on their cards.); (6) When all the matcing pairs have seated, have each pair quiz the rest of the class by reading their question and challenging classmates to tell them answer”. Dari pendapat di atas, make a match disebut dengan index card match. Langkah-langkah pembelajaran dari make a match adalah : (1) secara terpisah pada kartu daftar kata, tulis pertanyaan tentang sesuatu ajaran di dalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang cukup untuk setengah jumlah siswa yang sama; (2) pada kartu terpisah, tulis jawaban masing-masing dari pertanyaan-pertanyaan itu; (3) campurlah dua kumpulan kartu itu dan kocok dalam beberapa waktu sehingga kartu-kartu tercampur dengan baik; (4) berikan satu kartu untuk masingmasing siswa. Jelaskan bahwa ini latihan memasangkan. Beberapa memegang pertanyaan dan yang lain memegang jawaban. (5) menyuruh siswa untuk menemukan secara bersama. (beri tahu mereka untuk tidak menampakkan kepada siswa lain tentang isi kartu mereka) ; (6) jika semua sudah sesuai pasangannya diizinkan duduk, masing-masing pasangan kuis beristirahat di kelas dengan commit to user atas jawaban mereka. membacakan soal dan teman sekelas menanggapi
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Make a Match Make a match merupakan salah satu teknik dalam model kooperatif yang
membentuk kelompok berpasangan yang dalam pelaksanaannya menggunakan media kartu soal dan kartu jawaban. Lie (2008: 46) menjelaskan bahwa kelompok berpasangan mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: 1) Kelebihan: a) Meningkatkan partisipasi antar anggota kelompok. b) Cocok untuk tugas sederhana. c) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok. d) Interaksi menjadi lebih mudah dan cepat membentuknya. 2) Kelemahan: a) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. b) Lebih sedikit ide yang muncul. c) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah. Amin (2011) mengungkapkan kelebihan dan kekurangan model make a match adalah sebagai berikut : 1) Kelebihan model make a match : a) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik. b) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan. c) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. d) Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. e) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi. f) Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. 2) Kekurangan model make a match : a) Jika tidak merancangnya dengan baik, maka banyak waktu terbuang. b) Pada awal-awal penerapan make a match, banyak siswa yang malu jika berpasangan dengan lawan jenisnya. c) Jika tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang kurang memperhatikan. d) Harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu. e) Menggunakan make a match ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Penelitian yang Relevan Muh. Taufikurrohman dalam penelitiannya tahun 2011 menjelaskan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa IPA pada siswa kelas IV SDN Banaran I. Yaitu pada kondisi awal (sebelum menerapkan model pembelajaran make a match) nilai rata-rata kelas 56,46 dengan ketuntasan klasikal 33,33%. Setelah menerapkan model pembelajaran make a match, nilai rata-rata siswa meningkat. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata mencapai 66,46 dengan ketuntasan belajar 58,33%. Pada siklus II terjadi peningkatan yang cukup signifikan dengan rata-rata kelas meningkat menjadi 79,95 dengan ketuntasan belajar 82,60%. Penelitian juga dilakukan oleh Sri Lestari dalam skripsinya tahun 2009 tentang penggunaan model make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa matematika kelas V SD Negeri Gabus 3 Tahun Pelajaran 2009/2010. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang sangat baik pula. Prosentase ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 72% dan siklus II 94%. Dari kedua penelitian di atas menunjukkan bahwa make a match dapat meningkatkan hasil belajar. Untuk itu peneliti memilih model make a match dalam penelitian ini. C. Kerangka Berfikir Pada kondisi awal (sebelum tindakan), rendahnya hasil belajar siswa kelas V SDN Weru 01 disebabkan karena pembelajaran yang dilaksanakan guru masih bersifat konvensional, guru lebih sering menggunakan metode ceramah pada saat pembelajaran matematika. Pembelajaran yang konvensional menimbulkan anggapan pelajaran matematika khususnya materi konsep bilangan pecahan adalah pelajaran yang rumit dan membosankan. Hal ini menyebabkan persepsi negatif siswa tentang matematika sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika rendah. Rendahnya minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Beberapa hal itulah yang menyebabkan hasil belajar sebagian besar siswa di bawah KKM. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif teknik make a match membantu para siswa menemukan makna dalam pelajaran mereka dengan cara siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dengan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan. Hasil yang diharapkan dalam pembelajaran matematika dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan memberikan pengalaman yang lebih bermakna dan utuh bagi siswa. Siswa belajar matematika tidak hanya mendengarkan dan guru menerangkan di depan kelas saja namun tercipta kondisi belajar yang aktif dan menyenangkan bagi siswa. Pada akhirnya apa yang mereka pelajari melekat dalam ingatan sehingga meningkatkan hasil belajar matematika dalam pembelajaran yang menyenangkan. Berdasarkan uraian di atas, secara teoritis model pembelajaran kooperatif teknik make a match berpotensi meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hubungan variabel model pembelajaran kooperatif teknik make a match dengan hasil belajar konsep pecahan dapat digambarkan pada gambar 1 berikut ini : Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
pelaksanaan pembelajaran masih konven- sional yakni berpusat pada guru sedangkan siswa pasif.
Dalam pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match.
Diduga melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan hasil belajar konsep bilangan pecahan
hasil belajar konsep bilangan pecahan rendah
Siklus I : Dalam pembelajaran konsep bilangan pecahan guru menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Hasil Belajar Meningkat
Siklus II : Dalam pembelajaran konsep bilangan pecahan, guru menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match yang disempurnakan. Hasil Belajar Meningkat Hasil Belajar Tinggi
Gambar 1. Kerangka Berpikir Tindakan Kelas Peningkatan Hasil Belajarcommit KonseptoBilangan Pecahan user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make And Match Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Pecahan Pada Siswa Kelas V SD Negeri Weru 01 kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 20112.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Weru 01 yang terletak di desa Weru, kecamatan Weru, kabupaten Sukoharjo. 2.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2011/2012, mulai bulan Februari sampai Juni 2012 Perincian jadwal dapat disajikan pada tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Tindakan Kelas N o
1
2
3
4
5
6
7
Jenis Kegiatan
Bulan
Februari 1 2 3 4
Maret 1 2 3 4
April 1 2 3 4
Penyusunan Proposal Penyiapan Instrumen dan Alat Pelaksanaan Penelitian - Siklus I - Siklus II
Pengolahan dan Analisis Data Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Ujian Skripsi
Revisi Laporan Penelitian
commit to user
27
1
Mei 2 3
4
1
Juni 2 3
4
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa di kelas V SD Negeri Weru 01 kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo. Siswa tersebut berjumlah 21 siswa, yang terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. C. Sumber Data Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang hasil belajar materi mengubah pecahan menjadi bentuk desimal dan persen serta sebaliknya yang rendah, hasil pengamatan, dokumentasi, dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Menurut Arikunto (2010: 172) “Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”. Data penelitian itu dikumpulkan dari beberapa sumber yang meliputi: 1. Dokumentasi dan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match. 2. Daftar nilai yang digunakan sebagai sumber adalah daftar nilai kelas V SDN Weru 01 tahun pelajaran 2011/2012. 3. Informan yang terdiri dari guru dan siswa kelas V SDN Weru 01 kecamatan Weru, kabupaten Sukoharjo. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data. Menurut Sugiyono (2008: 63) “Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya”. Setiap teknik mempunyai kelemahan, namun kelemahan itu dapat ditunjang dengan teknikteknik yang lain. Sehingga antara teknik yang satu dengan teknik yang lain saling melengkapi. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk menemukan
to user permasalahan yang harus diteliticommit dan bisa digunakan untuk mengetahui hal-hal
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
dari responden yang lebih mendalam. Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2008:72) mendefinisikan wawancara sebagai berikut. “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu. Teknik ini dilaksanakan untuk memperoleh data dari guru tentang pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi mengubah pecahan menjadi bentuk desimal dan persen serta sebaliknya. Peneliti mencari tahu faktor-faktor yang menyebabkan kurang optimalnya hasil belajar siswa pada materi pecahan. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti bersifat lentur. Tidak terstruktur ketat, tidak dalam suasana formal, dan dapat dilakukan berulang pada informan yang sama. Wawancara ini lebih tepat disebut mendalam (in-depth interviewing). Dengan wawancara mendalam berharap akan memperoleh informasi yang rinci dan mendalam. 2. Observasi
Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi langsung dan partisipasif. Observasi langsung merupakan observasi yang dilakukan terhadap objek yang diteliti tanpa melalui perantara. Observasi ini dilakukan pada siswa kelas V SDN Weru 01 kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo yang seluruhnya berjumlah 21 siswa. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Selain itu observasi juga dilakukan pada guru mengenai kinerja dan kemampuan guru dalam mengkondisikan kelas dan mengatur pembelajaran yang menyenangkan. Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono (2007: 65) menyatakan “in participant observation, the researcher observes what people do, listent to what they say, and participantes in their activities”. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka user ucapkan dan berpartisipasi dalam commit aktifitastomereka.
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Arikunto (2010: 274) menyatakan bahwa metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah hasil ulangan harian matematika siswa dalam materi pecahan. Berdasarkan dokumentasi data tersebut peneliti memperoleh bermacam-macam informasi data, yaitu tentang catatan nama dan nomor induk siswa, dan hasil belajar yang dicapai siswa. Selanjutnya data tersebut dapat dijadikan strategi untuk melakukan tindakan berikutnya dan fungsi kontrol terhadap hasil temuan data baru selama proses penelitian berlangsung. 4. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan pembelajaran tindakan. Menurut Syah (2006: 141) “tes adalah alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah proses belajar mengajar atau menentukan taraf keberhasilan sebuah program pengajaran”. Sedangkan menurut Tardif (1989) dalam Syah (2006: 141) “tes berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan”. Arikunto (2010: 266) mendefinisikan bahwa tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui cara mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara atau aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes hasil belajar dilakukan di setiap akhir pertemuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar konsep bilangan pecahan. Tes yang diberikan dalam penelitian ini kepada siswa kelas V SDN Weru 01 Sukoharjo, yakni tes tertulis.
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Validitas Data Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan kebenarannya. Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, digunakan teknik Trianggulasi. Menurut Patton (2006: 98) “Trianggulasi adalah membangun pengawasan dan keseimbangan dalam rancangan melalui strategi pengumpulan data secara ganda”. Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Trianggulasi Data atau Sumber
Data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Trianggulasi data dalam Patton (2006: 99) adalah penggunaan beragam sumber data dalam suatu kajian”. Cara ini mangarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Triangulasi data/sumber dalam penelitian ini yaitu data hasil belajar siswa materi mengubah pecahan menjadi desimal dan persen serta sebaliknya diperoleh dari daftar nilai kelas V SDN Weru 01 tahun pelajaran 2011/2012, informasi dari guru dan siswa serta hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran make a match. 2. Trianggulasi Metode atau Teknik
Disini
yang
ditekankan
adalah
penggunaan
teknik
atau
metode
pengumpulan data yang berbeda dan yang mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. Trianggulasi metode atau teknik dalam Sugiyono (2008: 83) adalah menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. St.Y Slamet & Suwarto (2007: 54) menjelaskan trianggulasi metode yaitu mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda. Triangulasi metode/teknik dalam penelitian ini yaitu peneliti menggunakan teknik observasi partisipasif, wawancara mendalam, dokumentasi dan tes untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa materi commitdan to persen user serta sebaliknya. mengubah pecahan menjadi desimal
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Analisis Data Teknik analisisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif Miles & Huberman. Milles dan Huberman dalam Sugiyono (2008: 91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data ,yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Aktivitasnya dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan skema gambar 2 sebagai berikut :
Data collection
Data reduction
Data display
Conclusions drawing/verifying
Gambar 2. Gambar Model Analisis Interaktif Menurut Milles & Huberman Dari bagan tersebut di atas, Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Reduksi Data
Reduksi data pada penelitian di kelas V SD Negeri Weru I ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari proses pembelajaran, tes evaluasi pembelajaran, silabus, RPP, dan foto kegiatan belajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe make a match kemudian data yang tidak digunakan dibuang. Sugiyono (2008: 92) menyatakan bahwa reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya gambar, grafik, chart network, diagram, matrik dan sebagainya. 3. Penarikan kesimpulan/verifikasi data
Hasil dari data-data yang telah didapatkan dari laporan penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya. Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil dari laporan penelitian. Penarikan kesimpulan dilakukan bertahap yaitu dari kesimpulan yang tepat dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi. Penarikan kesimpulan dilaksanakan dengan membandingkan perolehan nilai tes yang dilakukan lebih dari satu kali. Penarikan kesimpulan pada penelitian ini dilakukan dengan cara berdiskusi dengan guru kelas V tentang hasil akhir yang telah dicapai. G. Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan/keefektifan penelitian. Indikator dalam penelitian ini adalah 85% dari jumlah siswa menunjukkan peningkatan hasil belajar mengubah pecahan menjadi bentuk desimal dan persen serta sebaliknya yang ditunjukkan dengan nilai hasil belajar, yaitu memperoleh nilai diatas KKM. H. Prosedur Penelitian Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model Kurt Lewin (1946) yang terdiri atas empat komponen pokok, yakni: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Tahap-tahap diatas membentuk suatu siklus, dan dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi ulang berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus sebelumnya. Siklus I dapat dikembangkan menjadi siklus II dan commit to user seterusnya tergantung pada masalah utama yang dihadapi akan dipecahkan.
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan kata lain, jumlah siklus dalam suatu penelitian tindakan tergantung pada apakah masalah (utama) yang dihadapi telah dipecahkan. Adapun model PTK dimaksud menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya), yang disajikan dalam bagan berikut :
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
dst Gambar 3. Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin Menurut Suharsimi Arikunto Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa prosedur penelitian tindakan kelas ini secara rinci diuraikan sebagai berikut: 1. Siklus Pertama (Siklus I)
a. Perencanaan 1) Guru menyiapkan rencana pembelajaran dengan materi konsep pecahan 2) Menyiapkan media pasangan kartu soal dan kertu jawaban 3) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran 4) Menyiapkan lembar penilaian 5) Menyiapkan lembar observasi commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Tindakan Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP mata pelajaran matematika dengan KD Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya yang di tulis dalam model pempelajaran kooperatif teknik make a match. Dalam hal ini, pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam dua kali pertemuan setiap siklusnya. c. Observasi Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran matematika dengan menerapkan model pempelajaran kooperatif teknik make a match. Observasi juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan model pempelajaran kooperatif teknik make a match pada pembelajaran matematika. Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan dalam indikator. 1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah : a) Persiapan guru sebelum memulai kegiatan pembelajaran b) Kemampuan guru membuka pelajaran. c) Penguasaan materi dan kemampuan guru menyampaikan materi. d) Kemampuan guru menggunakan strategi pembelajaran. e) Kemampuan guru dalam memanfaatkan media dan sumber belajar. f) Kemampuan guru melaksanankan evaluasi proses dan hasil belajar. g) Kemampuan guru menggunakan bahasa tulis maupun lisan. h) Kemampuan guru melibatkan siswa dalam menyimpulkan pelajaran dan melaksanakan tindak lanjut. 2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah: a) Perhatian siswa saat proses pembelajaran. b) Keaktifan siswa saat proses pembelajaran. c) Kemampuan kerjasama siswa saat proses pembelajaran. d) Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes.
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Refleksi Refleksi
dilakukan
setelah
mengadakan
pengamatan.
Jika
dalam
pembelajaran pada siklus I pertama tentang mengubah pecahan ke bentuk desimal didapatkan suatu kendala yaitu adanya nilai siswa yang belum mencapai hasil yang diharapkan atau tindakan belum tercapai secara optimal, maka perlu adanya perbaikan pada siklus II. 2. Siklus Kedua (Siklus II)
a. Perencanaan 1) Guru mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan masalah pada refleksi siklus I 2) Guru menyiapkan rencana pembelajaran dengan materi mengubah pecahan dalam bentuk desimal 3) Menyiapkan media pasangan kartu soal dan kertu jawaban 4) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran 5) Menyiapkan lembar penilaian 6) Menyiapkan lembar observasi b. Tindakan Menggunakan model pempelajaran kooperatif teknik make a match dalam pembelajaran mengubah pecahan dalam bentuk desimal dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat pada perencanaan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. c. Observasi Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran matematika dengan menerapkan model pempelajaran kooperatif teknik make a match. Observasi juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan model pempelajaran kooperatif teknik make a match pada pembelajaran matematika. Sama halnya pada siklus I untuk siklus II tahap observasi ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan commit todalam user indikator.
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah : a) Persiapan guru sebelum memulai kegiatan pembelajaran b) Kemampuan guru membuka pelajaran. c) Penguasaan materi dan kemampuan guru menyampaikan materi. d) Kemampuan guru menggunakan strategi pembelajaran. e) Kemampuan guru dalam memanfaatkan media dan sumber belajar. f) Kemampuan guru melaksanankan evaluasi proses dan hasil belajar. g) Kemampuan guru menggunakan bahasa tulis maupun lisan. h) Kemampuan guru melibatkan siswa dalam menyimpulkan pelajaran dan melaksanakan tindak lanjut. 2) Indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah: a) Perhatian siswa saat proses pembelajaran. b) Keaktifan siswa saat proses pembelajaran. c) Kemampuan kerjasama siswa saat proses pembelajaran. d) Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes. d. Refleksi Refleksi dilakukan setelah melakukan tindakan. Hasil refleksi akan menentukan perlu ada tidaknya melaksanakan siklus berikutnya. Apabila dalam siklus kedua peneliti belum berhasil maka peneliti melaksanakan siklus ketiga dan seterusnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra Tindakan Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan observasi dan tes awal terhadap proses pembelajaran konsep bilangan pecahan pada siswa kelas V. Kegiatan observasi ini dilakukan dengan tujuan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Gambaran hasil observasi dan tes awal pembelajaran matematika pada siswa kelas V SD Negeri Weru 01 tentang konsep bilangan pecahan adalah rendahnya hasil belajar konsep bilangan pecahan. Akar penyebab permasalahan ini adalah guru sebagai fasilitator, dalam penyampaian materi kurang melibatkan keaktifan siswa karena belum diterapkannya model pembelajaran inovatif. Rendahnya hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari hasil tes awal materi konsep bilangan pecahan yang sebagian besar siswa mendapatkan nilai di bawah KKM. Oleh sebab itu, hasil belajar siswa pada materi konsep bilangan pecahan perlu ditingkatkan. Hasil tes awal siswa dalam materi konsep bilangan pecahan terdapat pada lampiran 5. Berdasarkan lampiran 5, maka diperoleh tabel 2 seperti di bawah ini: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Nilai Tes Awal (Pra Siklus) No
Interval
Distribusi Frekuensi (fi)
Relatif (%)
Komulatif (%)
1.
10 – 22
5
23,81
23,81
2.
23 – 35
1
4,76
28,57
3.
36 – 48
1
4,76
33,33
4.
49 – 51
1
4,76
38,09
5.
52 – 64
4
19,05
57,14
6.
65 – 77
5
23,81
80,95
7.
78 – 90
4
19,05
Jumlah
21
100
100
Berdasarkan tabel 2 persentase hasil belajar maka dapat digambarkan pada commit to user grafik gambar 4 sebagai berikut:
38
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai Data Awal 6
Frekuensi
5 4 3 2 1 0
10-22 10
23-35
36-48
49-51
52-64
77 65-77
78-90
Interval Nilai
Gambar 4. Grafik Data Nilai Sebelum Tindakan Berdasarkan
data
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
sebelum
dilaksanakan tindakan, dari 21 siswa hanya 9 siswa yang mendapat nilai di atas KKM atau hanya 42,86%. Sedangkan 12 lainnya atau 57,14% siswa mendapat nilai di bawah KKM. Dapat diketahui bahwa siswa yang
memperoleh nilai 10-22 sebanyak 5 siswa atau 23,81%. Siswa yang memperoleh nilai 23-35 sebanyak 1 siswa atau 4,76%. Siswa yang memperoleh nilai 36-48 sebanyak 1 siswa atau 4,76%. Siswa yang memperoleh nilai 49-51 sebanyak 1 siswa atau 4,76%. Siswa yang memperoleh nilai 52-64 sebanyak 4 siswa atau 19,05%. Siswa yang memperoleh nilai 65-77 sebanyak 5 siswa atau 23,81%. Siswa yang memperoleh nilai 78-90 sebanyak 4 siswa atau 19,05%.
Tabel 3. Hasil Tes Awal Keterangan
Ujian Awal
Nilai terendah
10
Nilai tertinggi
90
Rata-rata nilai
52,86
Siswa belajar tuntas Presentase ketuntasan commit to user
9
42,86%
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 3 persentase hasil belajar maka dapat digambarkan pada grafik gambar 5 sebagai berikut: 100
90
90 80 Frekuensi
70 60
52.86
50 40 30 20 10
10
9
0
Ketuntasan
Nilai Terendah
Rata - Rata Nilai
Nilai Tertinggi
Nilai Awal
Gambar 5. Grafik Nilai Awal Analisis hasil evaluasi dari tes awal diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 52,86 dimana hasil tersebut masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan dari
pihak sekolah, guru, maupun peneliti yaitu minimal sebesar 70. Sedangkan siswa
% saja, dari pihak guru 42,86% yang belajar tuntas (mencapai KKM) hanya sebesar 42,86 maupun peneliti menginginkan ketuntasan belajar siswa mencapai minimal 85%. Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan keaktifan siswa pada proses pembelajaran, meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi konsep bilangan pecahan.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus 1. Deskripsi Tindakan Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 minggu, mulai tanggal 22 Maret 2012 sampai dengan 31 Maret 2012 (2 kali pertemuan). Deskripsi data tindakan siklus I terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
a. Perencanaan Berdasarkan observasi awal terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar materi konsep pecahan di kelas V diperoleh informasi sebagai data awal yaitu dari 21 siswa kelas V SDN Weru 01, 12 siswa belum memahami konsep pecahan dan 9 siswa sudah memahami konsep pecahan. Menindaklanjuti dari deskripsi data awal sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran pada materi konsep pecahan, maka disusun rencana tindakan siklus I. Kegiatan perencanaan dalam siklus I ini meliputi: 1) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran konsep pecahan dengan cara membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP dibuat 2 x pertemuan, masing-masing pertemuan 3 x 35 menit. Siklus pertama dilaksanakan selama 2 minggu dengan indikator mengubah pecahan menjadi bentuk desimal dan sebaliknya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus pertama terdapat dalam lampiran 1 dan 2. 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a) Media Media yang digunakan adalah pasangan kartu soal dan kartu jawaban yang berisi soal-soal mengubah pecahan menjadi desimal dan sebaliknya. Selain itu media lain yang digunakan adalah peta konsep pecahan serta peta soal. b) Lembar soal evaluasi Lembar soal digunakan sebagai tes akhir dalam proses pembelajaran yang nantinya digunakan sebagai acuan menentukan keberhasilan siswa. c) Lembar penilaian Lembar penilaian digunakan sebagai instrumen penyaji hasil tes siswa. d) Lembar observasi Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Lembar observasi guru digunakan sebagai instrumen penyaji kinerja guru, sedangkan lembar observasi siswa digunakan sebagai commit to user instrumen penyaji aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran yang telah direncanakan pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran make a match, sesuai dengan rencana yang telah disusun akan dilaksanakan 2 x pertemuan. 1) Pertemuan I Pada siklus I pertemuan pertama ini dilaksanakan proses pembelajaran konsep pecahan menggunakan model pembelajaran make a match dengan indikator mengubah pecahan menjadi bentuk desimal dan sebaliknya. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, guru terlebih dahulu mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran, yaitu dengan cara mengatur tempat duduk siswa. Sebelum guru memberikan materi, guru memberikan apersepsi dengan menunjukkan media gambar kartu pecahan dan siswa menjawab nilai pecahan dalam gambar. Setelah tanya jawab berlangsung guru mempertegas tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pada pertemuan I inti pelajaran diawali dengan siswa membedakan antara pecahan biasa, pecahan campuran, desimal dan persen pada gambar yang ditempel di papan tulis, dilanjutkan penjelasan guru tentang cara mengubah pecahan menjadi bentuk desimal dan sebaliknya. Agar lebih jelas guru memberikan kesempatan siswa bertanya tentang materi yang sedang diajarkan serta memberikan pertanyaan yang melatih siswa mengubah pecahan menjadi bentuk desimal dan sebaliknya. Setelah penjelasan dan tanya jawab selesai guru memberikan penjelasan dan mengarahkan siswa untuk melaksanakan tugas mencari pasangan kartu (make a match). Siswa memulai tugas mencari pasangan kartu (make a match) mengambil satu-satu kartu secara acak dan memberikan aba-aba bagi siswa untuk mencari pasangan kartu yang didapatnya. Setelah ada siswa yang telah menemukan pasangan kartunya dan waktu mencari pasangan kartu (make a match) cukup guru memberikan aba-aba waktu habis dilanjutkan presentasi dari siswa yang telah menemukan pasangan kartunya. Setelah beberapa pasangan siswa selesai melakukan presentasi guru to user mengumpulkan kembali kartucommit soal dan kartu jawaban untuk mempersiapkan
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
proses mencari pasangan untuk sesi berikutnya. Sesi tugas mencari pasangan pada pertemuan I dilaksanakan dua sesi dilanjutkan guru dan siswa menyimpulkan
materi
pembelajaran.
Setelah
menyimpulkan
hasil
pembelajaran, langkah selanjutnya adalah guru membagikan tes evaluasi kepada seluruh siswa. Seluruh siswa harus mengerjakan sendiri tes yang diberikan oleh guru. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana daya serap atau hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung. Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan tindak lanjut pemberian pekerjaan rumah. 2) Pertemuan II Pada pertemuan II materi yang diajarkan lebih ditekankan pada mengubah desimal menjadi bentuk pecahan. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Media penunjang yang digunakan pembelajaran ini adalah peta konsep pecahan, peta soal dan media pasangan kartu soal dan kartu jawaban. Kegiatan diawali dengan mengkondisikan kelas dan memerintahkan siswa yang ada dimeja hanya alat tulis dan buku matematika. Sebelum guru memberikan materi, guru memberikan apersepsi menanyakan materi lalu dan bertanya jawab cara mengubah pecahan menjadi bentuk desimal dan sebaliknya. Setelah tanya jawab berlangsung guru mempertegas tujuan pembelajaran dan uraian kegiatan yang akan dilakukan. Pada pertemuan II guru memulai inti pelajaran dengan menempelkan peta soal di papan tulis dan siswa yang berani menjawab maju ke depan mengambil undian dapat soal nomor berapa lalu mengambil kertas berisi jawaban yang sudah tersedia dan ditempel di peta soal sesuai nomor soal. Guru memberikan reward bagi siswa yang berani dan menjawab benar. Setelah semua soal terjawab dan tanya jawab selesai, guru mendiktekan soal yang dikerjakan secara berpasangan dan siapa yang paling cepat menjawab langsung maju mengerjakan di papan tulis. Selanjutnya guru memberikan penjelasan dan mengarahkan siswa untuk melaksanakan tugas mencari pasangan kartu (make a commit to user match).
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Siswa memulai tugas mencari pasangan kartu (make a match) setelah mengambil kartu secara acak dan diberikan batas waktu untuk mencari pasangan kartu yang didapat. Bagi siswa yang telah menemukan pasangan lalu mengambil nomor urutan menemukan dan seterusnya hingga guru memberikan aba-aba waktu habis. Presentasi dilakukan dari urutan pasangan yang pertama dan seterusnya. Hal ini ditujukan untuk memotivasi siswa agar merasa senang dan selalu berusaha mendapat urutan pertama. Guru mengumpulkan kembali kartu soal dan kartu jawaban untuk mempersiapkan proses mencari pasangan untuk sesi berikutnya. Sesi tugas mencari pasangan pada pertemuan II dilaksanakan dua sesi dan dilanjutkan penyimpulan materi pembelajaran oleh guru dan siswa. Setelah menyimpulkan hasil pembelajaran, langkah selanjutnya adalah guru membagikan tes evaluasi kepada seluruh siswa. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana daya serap atau hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung. Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan tindak lanjut pemberian pekerjaan rumah serta pesan-pesan bagi siswa dilanjutkan penjelasan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. c. Observasi Dalam
tahap
ini
dilaksanakan
pemantauan
terhadap
pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi siswa maupun guru dan perekaman dengan kamera foto. Dari data observasi tersebut diperoleh gambaran tentang jalannya proses pembelajaran yang secara garis besar sebagai berikut 1) Hasil observasi bagi siswa Dalam observasi kegiatan siswa ada tiga aspek yang diamati, dan masing-masing aspek mempunyai tiga kegiatan siswa yang perlu diperhatikan. Deskriptor kegiatan siswa ini dapat dilihat pada lampiran 9 dan 18. Berdasarkan data observasi aktivitas siswa dalam pelaksanaan siklus I commit to user sebagai berikut: sebanyak 2 kali pertemuan dapat disimpulkan
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Aspek Kerjasama (1) 7 siswa melaksanakan semua kegiatan yang didiskripsikan dalam aspek kerjasama, yaitu diskusi dengan baik, tidak mendominasi dalam diskusi dan membantu teman diskusi yang belum paham. (2) Siswa yang melaksanakan dua dari tiga kegiatan jumlahnya lebih besar dari yang melaksanakan semua kegiatan, yaitu 11 siswa. 11 siswa tersebut diantaranya : (a) 6 diantaranya melaksanakan diskusi dengan baik dan tidak mendominasi dalam diskusi. (b) Jumlah paling sedikit, yaitu 2 siswa tidak mendominasi dalam diskusi dan membantu teman diskusi yang belum paham. (c) Sisanya yaitu 3 siswa melaksanakan diskusi dengan baik dan membantu teman diskusi yang belum paham. (3) Hanya ada 3 siswa yang melaksanakan satu kegiatan dalam aspek kerjasama. 1 siswa hanya melaksanakan diskusi dengan baik dan 2 siswa tidak mendominasi dalam diskusi. b) Aspek Perhatian (1) Dalam aspek perhatian terdapat 6 siswa melaksanakan tiga atau semua kegiatan,
yaitu
memperhatikan
penjelasan
guru,
kritis
dalam
menghadapi permasalahan dan tidak berbuat gaduh serta mengganggu siswa lain. (2) 9 siswa diantaranya melaksanakan dua kegiatan dalam aspek perhatian, 9 siswa tersebut terbagi dalam tiga kelompok yang berbeda, yaitu : (a) Terdapat 1 siswa memperhatikan penjelasan guru dan kritis dalam menghadapi permasalahan. (b) Paling dominan yaitu 7 siswa memperhatikan penjelasan guru dan tidak berbuat gaduh serta mengganggu siswa lain. (c) Yang terakhir terdapat 1 siswa kritis dalam menghadapi permasalahan dan tidak berbuat gaduh serta mengganggu siswa lain.
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(3) Sama halnya dengan kelompok siswa yang melaksanakan semua kegiatan, siswa yang hanya melaksanakan satu kegiatan juga 6 siswa. 1 siswa memperhatikan penjelasan guru dan 5 siswa tidak berbuat gaduh serta mengganggu siswa lain. c) Aspek Keaktifan (1) Jumlah siswa yang melaksanakan semua kegiatan yang harus dicapai dalam aspek keaktifan adalah 9 siswa. Kegiatan yang dimaksud adalah bertanya kepada guru saat proses KBM, aktif melaksanakan perintah guru dan mengerjakan soal latihan yang diberikan guru. (2) 8 siswa melaksanakan dua dari tiga kegiatan yang didiskripsikan dalam aspek perhatian, 8 siswa tersebut diantaranya : (a) 1 siswa melaksanakan kegiatan bertanya kepada guru saat proses KBM dan mengerjakan soal latihan yang diberikan guru. (b) Sisanya yaitu 7 siswa aktif melaksanakan perintah guru dan mengerjakan soal latihan yang diberikan guru. (3) Yang terakhir terdapat 4 siswa yang hanya melaksanakan satu kegiatan yaitu mengerjakan soal latihan yang diberikan guru. Secara keseluruhan, berdasarkan data lampiran 17 yang menyatakan ratarata hasil pengamatan aktivitas siswa mengenai pembelajaran model make a match pada siklus I adalah 6,25 , maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran konsep pecahan dengan model make a match dalam kategori cukup baik. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini : Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa kelas V pada Siklus I No
1
Total Skor
2
Rata-rata Skor
3
Siklus I
Keterangan
Pertemuan I 128
Rata-rata Skor Siklus I commit to user
Pertemuan II 135
6,1
6,4
6,25
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jika Tabel 4 ditunjukkan dengan grafik akan terlihat pada gambar 6 berikut :
Skor Observasi Siswa Per Pertemuan pada Siklus I 6.5
Frekuensi
6.4 6.3 6.2 6.1 6 5.9
Pertemuan I
Pertemuan II Skor Observasi Siswa Per Petemuan
Gambar 6. Grafik Skor Observasi Aktivitas Belajar Siswa kelas V Siklus I 2) Hasil observasi bagi guru
Berdasarkan pada lembar observasi dan hasil rekaman proses pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut: Rata-rata skor kinerja guru pada siklus I pertemuan kesatu yaitu 3,2 dan pada
pertemuan kedua yaitu 3,3, jadi rata-rata skor nilai pada siklus I adalah 3,25, dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 136. Secara umum guru telah
melakukan kegiatan belajar mengajar dengan baik, antara lain guru sudah melakukan persiapan memulai pelajaran dengan baik, membuka pelajaran
diajarkan.. Penguasaan dan dengan baik sesuai dengan materi yang akan diajarkan penyampaian materi pelajaran oleh guru sudah baik, guru menggunakan strategi pembelajaran dan memanfaatkan media/sumber pembelajaran dengan baik, dan guru
telah melakukan penilaian proses dan hasil. Sepanjang
bahas as lisan maupun tulis dengan baik pembelajaran guru telah menggunakan bah sehingga siswa tidak kesulitan menangkap pesan dari guru. Guru juga telah melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi dan memberikan tindak lanjut. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru masuk dalam kategori baik. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tabel 5 berikut ini : commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 5. Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I No
Keterangan
1 2 3
Total Skor Rata-rata Skor Rata Rata--rata Skor Siklus I
Siklus I Pertemuan II Pertemuan I 24,5 23,1 3,3 3,2 3,25
Sedangkan grafik yang menunjukkan Tabel 5 tersebut adalah gambar 7 berikut :
Frekuensi
3.35
Skor Akhir Kinerja Guru Per Pertemuan pada Siklus I
3.3 3.25 3.2 3.15
Pertemuan I
Pertemuan II
Skor Kinerja Guru
Gambar 7 : Grafik Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I
d. Refleksi
Dari hasil penelitian pada siklus I, maka peneliti mengulas masih ada 7 siswa yang nilainya masih di bawah KKM. Maka peneliti melanjutkan ke siklus II untuk mengubah pecahan menjadi bentuk persen.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I masih banyak ditemukan kekurangan-kekurangan, antara lain sebagai berikut: 1) Siswa sebenarnya telah memahami konsep mengubah pecahan menjadi bentuk
desimal dan sebaliknya, tetapi masih kurang teliti dalam operasi hitungnya, sehingga hasilnya masih belum tepat. 2) Siswa kurang berani dalam bertanya kepada guru mengenai materi yang diajarkan.
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Pada saat mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban terlihat ada siswa masih kebinggungan menentukan jawaban dari kartu yang dia pegang. 4) Suasana kelas sedikit ramai pada saat melakukan mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban. Karena pembelajaran kooperatif teknik make a match menuntut mobilitas siswa yang tinggi saat mencari pasangan, sehingga siswa dalam mencari pasangan kartu yang dipegang dengan cara berteriak. 5) Media yang digunakan guru kurang maksimal karena tidak tersedianya fasilitas LCD yang memungkinkan guru memberikan media audio visual yang akan lebih bermakna dan melekat lebih lama di ingatan siswa. Dengan munculnya hambatan pada saat penelitian, maka perlu adanya perbaikan yang dilanjutkan pada penelitian dalam siklus II. Berikut ini adalah hasil belajar materi mengubah pecahan menjadi bentuk desimal dan sebaliknya yang diperoleh siswa kelas V setelah menggunakan model make a match pada siklus I yang ditunjukkan pada tabel 6 berikut ini : Tabel 6. Distribusi Frekuensi Data Nilai Siklus I No
Interval
Distribusi Frekuensi (fi)
Relatif (%)
Komulatif (%)
1.
30 - 41
2
9,5
9,5
2.
42 - 53
3
14,3
23,8
3.
54 - 65
2
9,5
33,3
4.
66 - 76
0
0
33,3
5.
77 - 87
6
28,6
61,9
6.
88 - 100
8
38,1
Jumlah
21
100
100
Jika ditunjukkan dalam bentuk grafik nilai siswa kelas V setelah tindakan awal yaitu siklus I adalah gambar 8 sebagai berikut :
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai Siklus I 9
8
8
Frekuensi
7
6
6 5 4
3
3
2
2
2 1
0
0
30-41
42-53
54-65
66-76
77-87
88-100
Interval Nilai Siklus I
Gambar 8. Grafik Nilai Siklus I Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa setelah pelaksanakan siklus I menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 30-41 sebanyak 2 siswa atau 9,5%, nilai 42-53 sebanyak 3 siswa atau 14,3%, nilai 54-65 sebanyak 2 siswa atau 9,5%, tidak ada siswa yang mendapat nilai 66-76, nilai 77-87 sebanyak 6 siswa atau 28,6% dan nilai 88-100 sebanyak 8 siswa atau 38,1%. Setelah dilaksanakan siklus I pertemuan 1 dan 2 data yang diperoleh menunjukkan bahwa ada 14 siswa atau 61,91% yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 7 siswa atau 38,09% yang
mendapat nilai di bawah KKM. Dengan demikian untuk mencapai target kinerja yang sudah ditentukan maka akan dilanjutkan pada siklus II. 2. Deskripsi Tindakan Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali petemuan selama 1 minggu pada tanggal 29 dan 31 Maret 2011. Adapun tahapan-tahapan yang di lakukan
pada siklus II adalah sebagai berikut : a. Perencanaan
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pelaksanaan tindakan siklus I dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make
to userkonsep pecahan, tetapi masih ada hasil belajar a match dapat meningkatkan commit
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beberapa kekurangan, oleh karena itu perlu diperbaiki pada pelaksanaan pembelajaran siklus II. Rencana tindakan siklus II meliputi : 1) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran dengan cara membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP dibuat 2 x pertemuan, masing-masing pertemuan 3 x 35 menit. Siklus II dilaksanakan selama 2 minggu dengan indikator mengubah pecahan menjadi bentuk persen dan sebaliknya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
siklus kedua terdapat
dalam lampiran 3 dan 4. 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a) Media Media yang digunakan adalah pasangan kartu soal dan kartu jawaban mengubah pecahan menjadi bentuk persen dan sebaliknya. Selain itu media lain yang digunakan adalah peta konsep dan peta soal mengubah pecahan menjadi bentuk persen dan sebaliknya. b) Lembar soal evaluasi Lembar evaluasi digunakan sebagai tes akhir dalam proses pembelajaran yang nantinya digunakan sebagai acuan menentukan keberhasilan siswa. c) Lembar penilaian Lembar penilaian digunakan sebagai instrumen penyaji hasil tes siswa. d) Lembar observasi Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Lembar observasi guru digunakan sebagai instrumen penyaji kinerja guru, sedangkan lembar observasi siswa digunakan sebagai instrumen penyaji aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada Siklus II dengan menggunakan model pembelajaran koopertaif teknik make a match dilaksanakan 2 x pertemuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
1) Pertemuan I Pada siklus I pertemuan pertama ini dilaksanakan proses pembelajaran konsep pecahan menggunakan model pembelajaran make a match dengan indikator mengubah pecahan menjadi bentuk persen dan sebaliknya. Kegiatan diawali dengan mengkondisikan kelas yaitu merapikan tempat duduk dan mengarahkan siswa agar yang ada di meja belajar hanya alat tulis dan buku matematika, selain itu dimasukan dalam tas agar siswa lebih fokus dalam pembelajaran. Pada pertemuan I guru dan siswa memulai inti pelajaran dengan diawali guru menunjukkan contoh bilangan persen dan bertanya jawab dengan siswa tentang makna dari persen. Barulah guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran serta uraian kegiatan sehingga siswa termotivasi dalam menjalani pembelajaran. Setelah bertanya jawab siswa menempelkan media peta konsep tentang mengubah pecahan menjadi bentuk persen dan sebaliknya di papan tulis. Dilanjutkan penjelasan guru tentang cara mengubah pecahan menjadi bentuk persen serta sebaliknya berdasarkan media peta konsep yang ditempel. Guru memberikan kesempatan siswa bertanya tentang yang belum diketahui oleh siswa serta memberikan pertanyaan yang melatih keberanian siswa mengerjakan soal di papan tulis. Kemudian siswa ditugaskan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru secara berpasangan satu meja kemudian bersama guru menvalidkan jawaban dari soal yang telah dikerjakan. Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk melaksanakan tugas mencari pasangan kartu (make a match). Siswa memulai tugas mencari pasangan kartu (make a match) dengan mengambil kartu soal maupun kartu jawaban secara acak dan guru memberikan aba-aba bagi siswa untuk mencari pasangan kartu yang dipegangnya. Bagi yang sudah menemukan pasangan mengambil nomor urutan menemukan pasangan dan duduk sesuai urutan menemukan dari meja depan sebelah kanan. Guru memberikan aba-aba waktu habis sebagai commit to user tanda waktu mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban telah habis.
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
Siswa yang belum menemukan pasangan kartu kembali duduk dilanjutkan presentasi dari 5 siswa tercepat yang telah menemukan pasangan kartu yang dipegangnya. Guru memberikan reward untuk 5 siswa yang tercepat dalam menemukan pasangan agar meningkatkan motivasi siswa tersebut ataupun menimbulkan antusias siswa-siswa lainnya. Setelah beberapa pasangan siswa selesai melakukan presentasi guru mengumpulkan kembali kartu soal dan kartu jawaban untuk mempersiapkan proses mencari pasangan untuk sesi berikutnya. Sesi tugas mencari pasangan pada pertemuan I dilaksanakan dua sesi dilanjutkan memberikan kesempatan siswa bertanya tentang masalah yang ditemukan saat melakukan mencari pasangan. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, langkah selanjutnya adalah guru membagikan tes individual kepada seluruh siswa. Seluruh siswa harus mengerjakan sendiri tes yang diberikan oleh guru. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana daya serap atau hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung. Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan tindak lanjut mendikte soal sebelum pulang tentang mengubah pecahan menjadi bentuk persen dan sebaliknya. Anak yang bisa cepat dan tepat menjawab diperbolehkan pulang terlebih dahulu. 2) Pertemuan II Pada pertemuan II materi yang diajarkan yaitu mengubah desimal menjadi persen dan sebaliknya. Pertemuan II dilaksanakan 3 x 35 menit dalam satu kali pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Media penunjang yang digunakan pembelajaran ini adalah peta konsep pecahan, peta soal dan media pasangan kartu soal dan kartu jawaban. Kegiatan diawali dengan mengkondisikan kelas dan memerintahkan siswa yang ada dimeja hanya alat tulis dan buku matematika. Sebelum guru memberikan materi, guru memberikan apersepsi menanyakan materi lalu dan bertanya jawab cara user dan sebaliknya. Setelah tanya mengubah pecahan menjadicommit bentukto persen
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
jawab berlangsung guru mempertegas tujuan pembelajaran dan uraian kegiatan yang akan dilakukan. Pada pertemuan II guru memulai inti pelajaran dengan menempelkan peta soal di papan tulis. Siswa yang berani menjawab maju ke depan mengambil undian dapat soal nomor berapa lalu mengambil kertas berisi jawaban yang sudah tersedia dan ditempel di peta soal sesuai nomor soal. Guru memberikan reward bagi siswa yang berani dan menjawab benar. Setelah semua soal terjawab dan tanya jawab selesai, guru menjelaskan materi dan memberi contoh cara mengubah desimal menjadi bentuk persen dan sebaliknya. Guru memberikan kesempatan anak bertanya tentang yang belum dipahami siswa. Guru mendiktekan soal yang dikerjakan secara berpasangan dan siapa yang paling cepat menjawab langsung maju dikerjakan di papan tulis. Selanjutnya guru memberikan penjelasan dan mengarahkan siswa untuk melaksanakan tugas mencari pasangan kartu (make a match). Siswa memulai tugas mencari pasangan kartu (make a match) setelah mengambil kartu secara acak dan diberikan aba-aba untuk mencari pasangan kartu yang didapat. Bagi siswa yang telah menemukan pasangan lalu mengambil nomor urutan menemukan dan seterusnya hingga guru memberikan aba-aba waktu habis. Lima pasangan siswa tercepat berdiri di depan kelas, sedangkan urutan selanjutnya duduk sesuai nomor urut. Presentasi dilakukan dari urutan pasangan yang pertama sampai urutan pasangan kelima. Hal ini ditujukan untuk memotivasi siswa agar merasa senang dan selalu berusaha mendapat urutan pertama. Guru mengumpulkan kembali kartu soal dan kartu jawaban untuk mempersiapkan proses mencari pasangan untuk sesi berikutnya. Sesi tugas mencari pasangan pada pertemuan II dilaksanakan dua sesi dan dilanjutkan penyimpulan materi pembelajaran oleh guru dan siswa. Kegiatan akhir setelah menyimpulkan hasil pembelajaran, langkah selanjutnya adalah guru membagikan tes evaluasi kepada seluruh siswa. Tes commit to user ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana daya serap atau hasil belajar
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung. Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan pesan moral dan memberikan tindak lanjut mendikte soal sebelum pulang. Anak yang bisa cepat dan tepat menjawab soal diperbolehkan pulang terlebih dahulu. c. Observasi Dalam
tahap
ini
dilaksanakan
pemantauan
terhadap
pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi siswa maupun guru dan perekaman dengan kamera foto. Dari data observasi tersebut diperoleh gambaran tentang jalannya proses pembelajaran yang secara garis besar sebagai berikut : 1) Hasil observasi bagi siswa Berdasarkan data observasi aktivitas siswa dan hasil rekaman proses pembelajaran dalam pelaksanaan siklus II sebanyak 2 kali pertemuan dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Aspek Kerjasama (1) Ada peningkatan dari siklus I menjadi 14 siswa yang melaksanakan semua kegiatan yang di diskripsikan dalam aspek kerjasama, yaitu diskusi dengan baik, tidak mendominasi dalam diskusi dan membantu teman diskusi yang belum paham. (2) Pada siklus II paling sedikit siswa telah melaksanakan dua kegiatan, 7 siswa tersebut terbagi dalam dua kelompok yang berbeda, yaitu : (a) 6 siswa diantaranya melaksanakan diskusi dengan baik dan tidak mendominasi dalam diskusi. (b) hanya 1 siswa yang melaksanakan diskusi dengan baik dan membantu teman diskusi yang belum paham. b) Aspek Perhatian (1) Dalam aspek perhatian terdapat 11 siswa yang melaksanakan semua kegiatan yang diuraikan dalam aspek perhatian, yaitu memperhatikan penjelasan guru, kritis dalam menghadapi permasalahan dan tidak commit to user berbuat gaduh serta mengganggu siswa lain.
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2) 8 siswa melaksanakan dua dari tiga kegiatan dalam aspek perhatian, 8 siswa tersebut yaitu : (a) 2 siswa memperhatikan penjelasan guru dan kritis dalam menghadapi permasalahan. (b) Paling dominan yaitu 5 siswa memperhatikan penjelasan guru dan tidak berbuat gaduh serta mengganggu siswa lain. (c) Sisanya hanya terdapat 1 siswa yang kritis dalam menghadapi permasalahan dan tidak berbuat gaduh serta mengganggu siswa lain. (3) Terdapat 2 siswa yang hanya melaksanakan satu kegiatan yaitu tidak berbuat gaduh serta mengganggu siswa lain. c). Aspek Keaktifan (1) Dalam aspek keaktifan terdapat kenaikan yang cukup baik yaitu 14 siswa dari 21 siswa telah melaksanakan semua kegiatan yang diharapkan dalam aspek keaktifan, yaitu bertanya kepada guru saat proses KBM, aktif melaksanakan perintah guru dan mengerjakan soal latihan yang diberikan guru. (2) Sisanya yaitu 7 siswa melaksanakan dua kegiatan yaitu aktif melaksanakan perintah guru dan mengerjakan soal latihan yang diberikan guru. Secara keseluruhan, berdasarkan data lampiran 17 yang menyatakan ratarata hasil pengamatan aktivitas siswa mengenai pembelajaran model make a match pada siklus II adalah 7,2 dan masuk dalam kategori baik. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini : Tabel 7. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa kelas V pada siklus II No
1 2 3
Siklus II Pertemuan I Pertemuan II Total Skor 142 162 Rata-rata Skor 6,7 7,7 Rata-rata Skor Siklus II 7,2 commit to user Keterangan
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Grafik yang menunjukkan Tabel 7 tersebut adalah pada gambar 9 sebagai berikut :
Skor Observasi Siswa Per Pertemuan pada Siklus II Frekuensi
8 7.5 7 6.5 6
Pertemuan I
Pertemuan II
Skor Observasi Aktivitas Belajar Siswa Per Pertemuan
Gambar 9. Grafik Skor Observasi Aktivitas Belajar Siswa kelas V Siklus II 2) Hasil observasi bagi guru
Berdasarkan data observasi proses pembelajaran pada siklus II selama 2 pertemuan
menunjukkan
peningkatan
terhadap
kinerja
guru
dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Data menunjukkan bahwa pada siklus I rata-rata nilai hasil observasi terhadap guru adalah 3,25 sedangkan siklus II rata-rata hasil observasi pada pertemuan pertama 3,5 dan pada
pertemuan kedua 3,7. Jadi rata-rata kegiatan guru dalam pembelajaran siklus II adalah 3,6 (sangat baik), dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 136. Secara
umum guru telah melakukan kegiatan belajar mengajar dengan sangat baik, antara lain guru sudah melakukan persiapan memulai pelajaran dengan baik. Guru sudah membuka pembelajaran dengan baik dan menyampaikan
kegiatan.. Penguasaan dan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan penyampaian materi pelajaran oleh guru sangat baik. Guru menggunakan strategi pembelajaran dan melibatkan siswa dalam penggunaan media/sumber pembelajaran dengan baik. Guru telah melakukan penilaian proses dan hasil. guru sudah menerapkan pembelajaran make a match dengan optimal. Guru juga telah melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi dan memberikan tindak lanjut.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara keseluruhan, berdasarkan lampiran 16 yang menyatakan rata-rata skor kinerja guru pada siklus II adalah 3,6 dan masuk dalam kategori sangat baik. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tabel 8 berikut ini : Tabel 8 : Hasil Observasi Kinerja Guru pada siklus II No
Keterangan
1 2 3
Total Skor Rata-rata Skor Rata Skor Siklus III
Siklus II Pertemuan II Pertemuan I 25,6 24,5 3,7 3,5 3,6
Grafik yang menunjukkan Tabel 8 tersebut adalah pada gambar 10 berikut :
3.8
Skor Akhir Kinerja Guru Per Pertemuan pada Siklus II
Frekuensi
3.7 3.6 3.5 3.4
Pertemuan I
Pertemuan II
Skor Kinerja Guru
Gambar 10 : Grafik Hasil Observasi Kinerja Guru pada siklus II d. Refleksi
Dari hasil penelitian pada siklus II, maka peneliti mengulas masih ada 2 atau 9,52 % siswa yang nilainya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal.
Karena persentase siswa yang belajar tuntas telah mencapai 90,48% (lebih dari persentase yang diinginkan pihak peneliti, guru, maupun sekolah, yaitu minimal 85% siswa mencapai KKM) maka siklus penelitian dihentikan. Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran konsep pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match, commit to user secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Hasil evaluasi
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terhadap siswa juga mengalami peningkatan, baik dari segi nilai terendah, nilai rata-rata, maupun persentase siswa yang belajar tuntas (mencapai KKM), maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan tindakan telah berhasil. Berikut ini adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah menggunakan model make a match pada siklus I yang ditunjukkan pada tabel 9 berikut ini : Tabel 9. Frekuensi Data Nilai Siklus II No
Interval
Distribusi Frekuensi (fi)
Relatif (%)
Komulatif (%)
1.
55 –62
1
4,8
4,8
2.
63 – 70
4
19
23,8
3.
71 – 78
3
14,3
38,1
4.
79 – 86
4
19
57,1
5.
87 – 94
3
14,3
71,4
6.
95 –102
6
28,6
Jumlah
21
100
100
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa setelah pelaksanakan siklus II menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 55-62 sebanyak 1 siswa atau 4,8%, nilai 63-70 sebanyak 4 siswa atau 19%, nilai 71-78 sebanyak 3 siswa atau 14,3%, nilai 79-86 sebanyak 4 siswa atau 19%, nilai 87-94 sebanyak 3 siswa atau 14,3%, dan nilai 95-102 sebanyak 6 siswa atau 28,6%. Setelah dilaksanakan siklus II pertemuan I dan II data yang diperoleh menunjukkan bahwa ada 19 siswa atau 90,48% yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 2 siswa atau 9,52% yang mendapat nilai di bawah KKM. Dengan demikian target kinerja yang sudah ditentukan telah tercapai dan siklus dihentikan. Jika ditunjukkan dalam grafik nilai siswa setelah tindakan awal yaitu siklus II adalah gambar 11 sebagai berikut :
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai Siklus II 6
5
5
5 Frekuensi
4
4
4 3
2 2
1 1 0
55-62
63-70
71-78
79-86
87-94
95-102
Interval Nilai Siklus II
Gambar 11. Grafik Nilai Siklus II C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
Berdasarkan hasil pengolahan data sebelum tindakan yang terdapat dalam lampiran 5 dan siklus I yang terdapat dalam lampiran 6, maka dapat dibuat
perbandingan hasil belajar siswa sebelum tindakan dan setelah diadakan tindakan siklus I, yaitu seperti pada tabel 10 sebagai berikut: Tabel 10. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah Dilaksanakan Tindakan Siklus I
Keterangan
Kondisi
Tes Awal
Tes Siklus I
Nilai Terendah
10
30
Nilai Tertinggi
90
100
Rata-rata Nilai
52,86
76,19
Ketuntasan (%)
42,86%
61,91%
Dari tabel 10 maka dapat dilihat pada grafik gambar 12 sebagai berikut: commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
100 90 80
Frekuensi
70 60 50 40
Tes Awal
30
Tes Siklus I
20 10 0
Nilai Rata--rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah Ketuntasan (%)
Gambar 12. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah
Dilaksanakan Tindakan Siklus I Dari hasil analisa data perkembangan hasil belajar siswa pada tes siklus I dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang belajar tuntas naik 19,05% dengan nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM), siswa yang
belajar tuntas pada siklus I sebesar 61,91%, yang semula pada tes awal hanya 42,86% siswa mencapai KKM. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada
saat tes awal adalah 10 dan pada siklus I naik menjadi 30. Sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal adalah 90 dan siklus I naik menjadi 100. Untuk nilai rata-rata kelas yang pada saat tes awal sebesar 52,86 setelah
dilaksanakannya tindakan siklus I naik menjadi 76,19. Hasil perolehan nilai siswa pada siklus II terdapat dalam lampiran 7. Setelah diadakan penilaian pada siklus II, dapat diketahui bahwa ada peningkatan hasil belajar baik dari nilai terendah, nilai tertinggi, rata-rata dan ketuntasan klasikal. Peningkatan hasil belajar siswa dan ketuntasan klasikal sebelum tindakan, setelah
tindakan siklus I, dan setelah diadakan tindakan siklus II melalui model make a match dapat dibuat perbandingan yang disajikan pada tabel 11 sebagai berikut:
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 11. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah Tindakan Siklus I dan Siklus II
Tes Siklus I
Tes Siklus II
Keterangan
Tes Awal
Nilai Terendah
10
30
55
Nilai Tertinggi
90
100
100
Rata-rata Nilai
52,86
76,19
82,14
Ketuntasan (%)
42,86%
61,91%
90,48%
berikut: Dari tabel 11 di atas dapat dilihat pada gambar 13 diagram sebagai ber 100 90 80 Frekuensi
70 60
Tes Awal
50 40
Tes Siklus I
30
Tes Siklus II
20 10 0
Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Gambar 13. Grafik perbandingan Nilai Tertinggi, dan Nilai Terendah dari Tes Awal, setelah Siklus I, dan setelah Siklus II.
Dari grafik di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal adalah 10, pada tes siklus I menjadi 30 kemudian meningkat pada tes siklus II menjadi 55. 2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal adalah 90, pada siklus I dan
siklus II sama yaitu 100. Perbandingan nilai rata-rata kelas hasil belajar konsep bilangan pecahan dengan model make a match dapat dilihat pada gambar 14 berikut ini :
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbandingan Nilai Rata-rata Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II 100
Frekuensi
80 60 40 20
76.19
82.14
Siklus I
Siklus II
52.86
0
Sebelum Tindakan
Nilai Rata-rata
Gambar 14. Nilai Rata-rata Kelas dari Sebelum Tindakan, Siklus I dan
Siklus II Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas pada tes awal adalah sebesar 52,86; pada tes siklus I naik menjadi 76,19, kemudian naik lagi pada siklus II menjadi 82,14. Persentase klasikal peningkatan nilai hasil belajar konsep bilangan pecahan dengan model make a match dapat dilihat pada gambar 15 berikut ini :
Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II 90.48
100 Frekuensi
80 60
61.91 42.86
40 20 0
Sebelum Tindakan
Siklus I
Siklus II
Ketuntasan Klasikal (%)
Gambar 15. Peningkatan Nilai Hasil Belajar Konsep Pecahan Siswa Kelas V pada Sebelum Tindakan, Siklus commit to user I, dan Siklus II.
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari tabel 11 dan gambar 15 di atas dapat dilihat bahwa nilai ketuntasan klasikal selalu mengalami peningkatan dari sebelum tindakan sampai siklus II. Pada sebelum tindakan nilai ketuntasan klasikal hanya 42,86 %. Pada siklus I nilai ketuntasan klasikal meningkat menjadi 61,91 %. Pada siklus II meningkat lagi hingga menjadi 90,48 %. Hal ini menunjukkan bahwa sampai dengan siklus II sudah mencapai bahkan melebihi indikator kinerja yaitu 85% dari seluruh siswa nilainya mencapai KKM, maka siklus dihentikan. D. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan sebanyak dua siklus dapat dinyatakan bahwa pembelajaran matematika pada materi konsep pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Weru 01, baik hasil belajar kognitif, afektif, maupun psikomotorik. 1. Perkembangan afektif adalah perkembangan keaktifan siswa seperti menerima, menjawab atau reaksi. Peningkatan hasil belajar afektif siswa hasil penelitian antara lain: a. Siswa lebih aktif selama mengikuti proses pembelajaran, baik itu aktif bertanya maupun aktif menjawab pertanyaan guru. b. Perhatian, minat, dan motivasi siswa terhadap pelajaran matematika khususnya pada materi konsep pecahan meningkat. c. Siswa berani menuliskan jawaban pertanyaan di papan tulis. d. Kerja sama dalam pelaksanaan mencari pasangan dengan temannya lebih meningkat. e. Siswa memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan sungguhsungguh. 2. Perkembangan psikomotor adalah keterampilan teknik, fisik, sosial, dan intelektual. Peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa hasil penelitian antara lain : a. Semua siswa merapikan diri dan menyiapkan buku pelajaran dengan tertib dan rapi sebelum pembelajaran di mulai. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
b. Banyak siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan guru maupun untuk bertanya. c. Siswa dapat menyiapkan kebutuhan belajar tanpa disuruh oleh guru. d. Siswa dapat berkomunikasi dengan guru dengan baik. e. Siswa dapat bekerjasama dengan kelompoknya dengan baik. f. Siswa berlaku sopan, ramah, dan hormat kepada guru selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Perkembangan kognitif adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi/penilaian. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa hasil penelitian antara lain : a. Data nilai matematika materi konsep pecahan sebelum tindakan (nilai awal) Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada tes awal siswa, diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 52,86, dimana hasil tersebut masih jauh dari nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti, dan sekolah yaitu sebesar 67. Sedangkan besarnya persentase siswa yang belajar tuntas hanya sebesar 42,86%, sedangkan 57,14% lainnya masih belum belajar tuntas, pihak sekolah menginginkan minimal 85% siswa dapat mencapai KKM. Nilai terendah pada tes awal (sebelum dilaksanakannya tindakan) adalah sebesar 10, sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90. Berdasarkan hasil analisis tes awal tersebut, maka dilakukan tindakan yang berupa penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi konsep bilangan pecahan melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika materi konsep bilangan pecahan. b. Data nilai matematika siswa setelah siklus I Pada siklus I dilaksanakan pembelajaran materi konsep bilangan pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dengan indikator mengubah bilangan pecahan menjadi bentuk desimal dan sebaliknya. Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya oleh guru kelas dan peneliti. commit to user Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti yang terdiri dari
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan kegiatan penutup. Setelah proses pembelajaran selesai, maka dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Hasil perolehan nilai siswa pada siklus I terdapat dalam lampiran 6. Setelah dilaksanakan siklus I data yang diperoleh menunjukkan bahwa ada 14 siswa atau 61,91% yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 7 siswa atau 38,09% yang mendapat nilai di bawah KKM. Rata-rata kelas menunjukkan peningkatan dari 52,86 pada saat tes awal, setelah dilaksanakannya tindakan siklus I naik menjadi 76,19. Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes siklus I yaitu 30 dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 100. c. Data nilai siswa pada siklus II Setelah dilakukan analisa mengenai kekurangan pada pelaksanaan siklus I, maka disusun rencana pembelajaran siklus II agar kekurangan yang terjadi pada siklus I lebih diminimalisir. Pada siklus II dilaksanakan pembelajaran matematika materi konsep pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dengan indikator mengubah pecahan menjadi persen dan mengubah desimal menjadi bentuk persen dan sebaliknya. Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya oleh guru kelas dan peneliti. Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti yang terdiri dari eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan kegiatan penutup. Setelah proses pembelajaran selesai, maka dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Hasil perolehan nilai siswa pada siklus II terdapat dalam lampiran 7. Setelah dilaksanakan siklus II data yang diperoleh menunjukkan bahwa ada 19 siswa atau 90,48% yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 2 siswa atau 9,52% yang mendapat nilai di bawah KKM. Rata-rata kelas menunjukkan peningkatan dari 52,86 pada saat tes awal, setelah dilaksanakannya tindakan siklus I naik menjadi 76,19 dan setelah tindakan siklus II naik menjadi 82,14. Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes commityang to user siklus II yaitu 55 dan nilai tertinggi diperoleh siswa pada siklus II yaitu
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
100. Hal ini menunjukkan bahwa sampai dengan siklus II sudah mencapai bahkan melebihi indikator kinerja yaitu 85% dari seluruh siswa nilainya mencapai KKM, maka siklus dihentikan. Dari hasil analisis data perkembangan hasil belajar siswa pada siklus II dapat disimpulkan bahwa persentase hasil tes siswa tuntas naik 28,57% dibanding siklus I sedangkan dibanding sebelum tindakan naik 47,62%. Siswa yang semula pada tes awal hanya terdapat 42,86% yang tuntas belajar pada siklus II menjadi sebesar 90,48%, yang mencapai batas tuntas dan pada siklus I sebesar 61,91%. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 10 dan pada siklus I menjadi 30 serta pada siklus ke II mengalami kenaikan menjadi 55. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 90 pada tes awal naik menjadi 100 di siklus I kemudian pada siklus ke II tetap 100. Dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 52,86 pada siklus I naik menjadi 76,19 dan siklus ke II naik menjadi 82,14 nilai tersebut sudah berada di atas nilai rata-rata yang diinginkan dari pihak guru, peneliti dan kepala sekolah. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar konsep bilangan pecahan pada siswa kelas V SDN Weru 01, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo dapat meningkat yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar kognitif. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata kelas, dan ketuntasan hasil belajar dari sebelum diadakan penelitian hingga siklus II. Berdasarkan hasil penelitian juga dilaporkan adanya peningkatan kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran konsep pecahan dengan model make a match . Berikut ini merupakan tabel hasil observasi peningkatan kegiatan guru dan siswa melalui observasi yaitu tabel 12 : Tabel 12. Hasil Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa Kegiatan
Guru
Aspek
Siswa
Siklus I
Siklus II
Siklus I
Siklus II
Skor rata-rata
3,25
3,6
6,25
7,2
Kategori
Baik
SangattoBaik commit user
Cukup
Baik
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar yang menunjukkan tabel 12 tersebut di atas yaitu gambar 16 sebagai berikut :
Frekuensi
Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Siklus I
Siklus II
Hasil Observasi Hasil Observasi Guru Siswa
Gambar 16. Grafik Hasil Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus selama 4 kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran make a match dalam pembelajaran
materi konsep pecahan pada siswa kelas V SDN Weru 01,
kecamatan Weru, kabupaten Sukoharjo, Tahun Pelajaran 2011/2012, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar konsep pecahan pada siswa kelas V SDN Weru 01, kecamatan Weru, kabupaten Sukoharjo. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yang pada pra siklus hanya sebesar 52,86 , pada siklus I meningkat menjadi 76,19 , kemudian naik lagi pada siklus II naik menjadi 82,14. Sedangkan siswa yang belajar tuntas (nilai mencapai KKM 70) pada pra siklus sebesar 42,86%, setelah dilaksanakan tindakan siklus I naik menjadi 61,91%, pada siklus II naik menjadi 90,48%. Peningkatan juga terlihat dari hasil observasi guru dan siswa. Skor rata-rata hasil observasi guru pada siklus I 3,25 meningkat menjadi 3,6, sedangkan skor rata-rata hasil observasi siswa dari 6,25 pada siklus I meningkat menjadi 7,2 pada siklus II.
B. Implikasi Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran make a match dalam pembelajaran materi konsep pecahan. Prosedur penelitiannya terdiri dari 2 siklus. Siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 1 dan 14 April 2010. Siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 22 dan 28 April 2010. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut: (1) mengubah pecahan menjadi bentuk desimal dan sebaliknya, (2) mengubah pecahan menjadi bentuk persen dan sebaliknya, (3) mengubah desimal menjadi bentuk persen dan sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan implikasi to user teoretis dan implikasi praktis hasilcommit penelitian, yaitu sebagai berikut:
69
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoretis dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran make a match dapat dijadikan alternatif bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam pelajaran konsep pecahan. Penerapan model pembelajaran make a match dapat menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 2. Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika materi konsep pecahan. Penerapan model pembelajaran make a match ini dapat dijadikan masukan bagi para guru sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan proses dan hasil belajar para siswanya. Dengan menerapkan model pembelajaran make a match, siswa akan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, pembelajaran juga akan lebih menyenangkan bagi para siswa. Sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Penerapan model pembelajaran make a match juga harus didukung dengan penggunaan media atau alat peraga yang tepat, sehingga dapat membantu kelancaran proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, kreativitas dan keaktifan guru sangat diperlukan guna mengatasi beberapa kendala atau hambatan tersebut. Sehingga diharapkan hasil belajar siswa akan lebih meningkat.
C. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama 4 kali pertemuan yang terbagi dalam 2 siklus, maka ada beberapa saran dari peneliti, yaitu sebagai berikut: commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Bagi Guru
Guru hendaknya memilih model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif dan menyenangkan mengikuti proses pembelajaran, salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Guru hendaknya juga lebih sering memberikan rewards yang berupa pujian atau penguatan-penguatan kepada siswa, sehingga siswa lebih terangsang untuk mengikuti proses pembelajaran. 2. Bagi Siswa
Para siswa hendaknya selalu rajin belajar dan selalu aktif mengikuti proses pembelajaran. Khususnya pembelajaran konsep pecahan ini, para siswa harus selalu termotivasi mengikuti petunjuk-petunjuk guru sehingga lebih cepat memahami konsep pecahan. 3. Bagi Sekolah
Sekolah sebaiknya menyediakan alat peraga berbasis IT yang sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini dapat memudahkan guru dalam penyampaian materi dan memberdayakan sumber daya manusia yang dimiliki oleh guru. Siswa akan lebih termotivasi dalam belajar jika mereka dapat mendengar dan melihat langsung tentang suatu konsep yang dikemas menarik oleh guru sehingga lebih tertanam di pikiran siswa dan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Selain itu perbaikan proses pembelajaran guru dengan menggunakan model pembelajaran dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan.
commit to user