MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN METODE CONTEKSTUAL TEACHING and LEARNING PADA KELAS XI SMAN 1 TAROGONG KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012
MAKALAH
Oleh Seli Nur Samsiah 1021.0494
SEKO LA H DAN IL
AN URU G ID IKAN
GG TIN PENI KE U D M
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN METODE CONTEKSTUAL TEACHING and LEARNING PADA KELAS XI SMAN 1 TAROGONG KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 Seli Nur Samsiah 1021.0494 Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012
ABSTRAK
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa dengan baik. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, penulis mengangkat judul “Model Pembelajaran Berpidato Dengan Metode Contekstual Teaching And Learning Pada Kelas XI SMAN 1 Tarogong Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2011/2012” yang dilatarbelakangi penulis mengenai kemampuan siswa dalam berpidato sebagai perbandingan metode CTL. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode diskriptif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan pengamatan. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain studi literatur dan tes pidato.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 1 Tarogong. Sampel dalam penelitian ini penulis membandingkan antara kelas yang siswanya .menggunakan CTL di kelas XI IPS 3. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap data yang terkumpul, diperoleh simpulan sebagai berikut. Pertama, Kemampuan siswa pada pretes mencapai rata-rata nilai 52.8, sedangkan pada kemampuan siswa pada postes mencapai rata-rata nilai 65.1. Kedua, Pengajaran berbicara yang menggunakan metode CTL dalam mengajarkan pidato lebih efektif. Hal ini ditunjukkan dari pencapaian rata-rata yang lebih baik pada kemampuan siswa yang menggunakan metode CTL. Pencapaian rata-rata nilai tersebut terjadi pada seluruh kriteria penilaian (bahasa pidato, isi pidato dan penampilan pidato). Ketiga, Kemudian berdasarkan perhitungan statistik ternyata bahwa perbedaan rata-rata menunjukkan perbedaan yang signifikan, sehingga penggunaan metode naskah lebih efektif dalam mengajarkan pidato. Hal ini dibuktikan dengan t hitung= 12.5 > ttabel= 2.65. Merujuk pada hasil akhir penelitian, penulis menyarankan kepada guru Bahasa Indonesia dalam mengajarkan pidato supaya lebih dominan terhadap aktlvitas siswa, guna mencapai tingkat pemahaman yang baik dalam berbicara Kata Kunci : Berbicara, CTL
PENDAHULUAN Konteks yang lebih luas, berbicara merupakan suatu alat yang dapat membawa seseorang ke dalam puncak karier dan jabatannya. Keberhasilan seseorang menduduki suatu jabatan tidak terlepas dari keahliannya dalam mempengaruhi dan meyakinkan orang lain untuk mempercayainya dan hal itu dilakukannya melalui lisan baik dalam
kondisi resmi (melalui pidato) maupun tidak resmi. Misalnya, keberhasilan seorang “sales” dalam memasarkan barang atau jasanya akan ditentukan pula oleh kemampuan berbicaranya. Kemampuan berpidato bukan warisan biologis seperti warna kulit atau jenis rambut (Wiyanto. 2006:2). Seorang ayah yang pandai berpidato tidak menjadi jaminan bahwa anaknya akan pandai berpidato. Kemampuan bicara dapat
merupakan bakat. Akan tetapi, kepandaian bicara yang baik memerlukan pengetahuan dan latihan. Orang sering memerhatikan cara dan bentuk pakaian yang dikenakannya, agar kelihatan pantas, tetapi ia sering lupa memerhatikan cara dan bentuk pembicaraan yang diucapkannya supaya terdengar baik. Arti penting pidato khususnya dan umumnya berbicara dalam kehidupan sehari-hari, terkait erat dengan keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Tarigan (1988:1), menyatakan keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: (a) keterampilam menyimak (listening skills), (b) keterampilan berbicara (speaking skills), (c) keterampilan membaca (reading skills), dan (d) keterampilan menulis (writing skills) “. Pembelajaran yang menitikberatkan kepada keaktifan siswa merupakan satu langkah yang tepat, karena dengan demikian kemampuan berbicara siswa akan terlihat jelas karena siswa dituntut untuk mengemukakan pendapatnya secara lisan. Pada kenyataannya, pengajaran berbicara dalam pengajaran bahasa Indonesia saat ini belum memuaskan kususnya di Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal tersebut menandakan bahwa kecakapan pengembangan daya pikir untuk mengemukakan argumen secara lisan belum memadai. Selain itu, materi pembelajaran berbicara di sekolah pada umumnya masih kurang mendapat perhatian dari guru bahasa Indonesia yang bersangkutan. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian dan Tujuan Berbicara Beberapa pakar bahasa memberikan batasan, pengertian atau arti terhadap kata berbicara tersebut. Maidar (1991:17), menyatakan bahwa berbicara adalah “kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.” Sementara itu Djago Tarigan (1994:137), memberikan pengertian terhadap berbicara yaitu “keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.” Sedangkan Suhendar & Supinah (1992 : 16) mengemukakan bahwa: berbicara sebagai aspek keterampilan berbahasa bukan hanya mengujar, bukan hanya keluarnya bunyi bahasa dari alat ucap, bukan hanya mengucap yang tanpa makna, melainkan berbicara sebagai bahasa, yaitu menyampaikan pikiran atau perasaaan kepada orang lain melalui ujaran, yaitu menyampaikan pikiran atau perasaan kpada orang lain dengan lisan. Pendapat lain dikemukakan Tarigan (1981 :15), bahwa:
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dan batasan dapat kita Katakan bahwa berbicara merupakaa suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, beribcara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Pengertian Pidato Retorika Modern, Sebuah Pengantar Teori dan Praktek Berpidato, sebuah buku yang disusun oleh Jalaiudin Rahmat, telah banyak mengupas istilah “retoriks” dan “public speaking” yang mempunyai arti sama dengan berpidato. Retorika berasal dari kata “rhetor” (Yunani). Dalam arti yang luas, retorika bukan saja ketangkasan berbicara di depan umum, tetapi juga meliputi keterampilan bercakap-cakap, kepandaian mempengaruhi orang banyak serta kecakapan melahirkan cipta, rasa dan karsa (Rahmat, 1982:9). Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa pidato adalah ucapan yang disusun baik-baik yang ditujukan kepada orang banyak (KBBI, 1982 : 751). Selain itu, berpidato adalah kegiatan komunikasi secara lisan yang tidak bisa disamakan dengan bercakap-cakap. Bertitik tolak dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud berpidato adalah berbicara di depan orang banyak (massa) untuk maksud dan tujuan tertentu dengan metode dan teknik tertentu serta topik tertentu pula. Pengertian CTL Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar alamiah lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipejarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan menerapkannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas. Sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata guru. Begitulah pesan guru yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. METODE PENELITIAN Menurut Surakhmad (1998:131). “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkain hipotesis, dengan mempergunakan serangkaian teknik serta alat-alat tertentu. Cara itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan pendidikan serta dari situasi penyelidikan.” Berdasarkan pengertian di atas, metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan pengamatan. Kemampuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam berpidato secara contextual teaching and learning Teknik Penelitian Teknik penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah studi diskriptif. Teknik ini dilaksanakan untuk memperoleh data langsung di lapangan yang akan dijadikan bukti nyata dalam melaksanakan penelitian. Data tersebut dikaji sehingga mendasari penelitian, sebagai indikator yang sedang diteliti, dalam hal ini mengenai metode Contextual Teaching and Learning dalam mengajarkan pidato di kelas XI SMAN 1 Tarogong tahun pelajaran 2011/2012. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Menyusun rencana pembelajaran sebagai instrumen dalam pengumpulan data. - Mengadakan penelitian langsung ke sekolah dalam upaya menentukan kelas berimbang. 2. Proses belajar berbicara
-
Melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan Mengajarkan terlebih dahulu tentang teori berbicara. - Mengajarkan kerangka pidato. - Mengajarkan metode pidato. 3. Tes pidato dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan - Tes pidato yang menggunakan metode Contextual Teaching and Learning yaitu kelas XI IPS 3. - Menyiapkan format penilaian. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Pretes Siswa Ahmad Fuad Perolehan nilai Ahmad untuk criteria berbahasa mendapat nilai 21.5 sedangkan untuk isi pidato mendapat nilai 17.5, dan untuk penampilan berpidato mendapat nilai 17.5. Jadi secara keseluruhan mendapat skor 21+17.7+17.5= 56.5 Dengan demikian Ahmad mendapat Nilai =
56.5 x 100 = 90
62.7 Angga Kusuma Perolehan nilai Angga untuk kriteria berbahasa mendapat nilai 20.0 sedangkan untuk isi pidato mendapat nilai 20.0, dan untuk penampilan berpidato mendapat nilai 19.0. Jadi secara keseluruhan mendapat skor 20.0+20.0+20.0= 59. Dengan demikian Ahmad mendapat Nilai =
59 x 100 = 65.5 90
Berdasarkan hasil penilaian terhadap kemampuan berpidato pada siswa sebelum pembelajaran, dapat terungkap bahwa rata-rata skor kemampuan berpidato siswa ini sebesar 56.2. Dari penilaian secara umum tersebut, secara spesifik kemampuan berpidato siswa didasarkan pada kriteria-kriterianya dapat diketahui bahwa pada kriteria bahasa pidato siwa memperoleh skor 20.8 dari skor ideal 35 atau apabila dipresentasekan sebesar 59.4% [(20.8/35) x 100]. Sedangkan pada kriteria isi pidato diperoleh rata-rata skor sebesar 18.5 dari skor ideal 30 [(18.5/30) x 100] atau apabila diperesentasekan sebesar 61.6 dan pada kriteria penampilan diperoleh rata-rata sebesar 16.7 dari skor ideal 25 [(16.7/25) x 100] atau apabila dipresentasikan sebesar 66.8%. Deskripsi Hasil Postes Siswa Nilai Marlina Perolehan nilai Ahmad untuk criteria berbahasa mendapat nilai 24.5 sedangkan untuk isi pidato mendapat nilai 27.5, dan untuk penampilan berpidato mendapat nilai 23. Jadi secara keseluruhan mendapat skor 24.5+27.5+23.0= 75 Dengan demikian Nina
mendapat Nilai =
75 x 100 = 83.3 90
Litfi Hidatatuloh Perolehan nilai Angga untuk kriteria berbahasa mendapat nilai 25.0 sedangkan untuk isi pidato mendapat nilai 28.0, dan untuk penampilan berpidato mendapat nilai 23.0. Jadi secara keseluruhan mendapat skor 28+25+23= 76. Dengan demikian litfi mendapat Nilai =
76 x 100 = 84.5 90
Pembuktian Hipotesis Ternyata t hitung = 12.5 > t tabel = 2.65, maka t hitung berada di daerah penolakan HO, sehingga HA diterima. Berdasarkan hipotesis tersebut terbukti bahwa metode Contekstual Teaching Learning lebih efektif dalam mengajarkan pidato pada siswa kelas XI SMAN 1 Tarogong tahun pelajaran 2011/2012.” Pembahasan Penelitian Hasil deskripsi dan perhitungan statistik menunjukkan bahwa kemampuan siswa yang menggunakan metode Contekstual Teaching Learning dalam mengajarkan pidato lebik baik atau efektif. Hal ini bisa dilihat dari selisih rata-rata kemampuan siswa dari pretes ke postes yang yang cukup jauh selisihnya. Pada pretes kemampuan siswa sebesar 52.8, sedangkan postes 65.1. jadi selisihnya 8.6. Terlepas dari besar kecilnya selisih kemampuan berpidato pada kedua kelas atao kelompok, yang jelas bahwa berdasarkan perhitungan statistik selisih tersebut menunjukkan suatu perbedaan kemampuan yang signifikan. Beberapa hal yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hal tersebut antara lain: 1) Baik secara teoretis maupun secara praktis, metode Contekstual Teaching Learning dalam mengajarkan pidato akan lebih efektif, karena dalam hal tersebut akan lebih terarah antara pendahuluan, isi dan penutup dalam berpidato. 2) Meskipun kemampuan berpidato juga dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan lingkungan, akan tetapi kemampuan teori serta latihan berbicara di depan orang lain merupakan faktor penting dalam penguasaan pidato. SIMPULAN Berdasarkan analisis dan kajian permasalahan dalam penelitian ini, maka secara umum dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini telah menjawab perumusan masalah yang melatarbelakangi perlunya penelitian dilakukan. Beberapa simpulan yang dapat penulis kemukakan sebagai berikut.
1) Kemampuan siswa yang menggunakan metode Contekstual Teaching Learning dalam mengajarkan pidato, nilai pretes mencapai ratarata nilai 52.8, sedangkan pada postes mencapai rata-rata nilai 65.1. 2) Pengajaran berbicara yang menggunakan metode Contekstual Teaching Learning dalam mengajarkan pidato lebih efektif jika dibandingkan dengan menggunakan metode lain dalam mengajarkan pidato. Hal ini ditunjukkan dari pencapaian rata-rata yang lebih baik pada kemampuan siswa yang menggunakan metode Contekstual Teaching Learning. Pencapaian ratarata nilai tersebut terjadi pada seluruh kriteria penilaian (bahasa pidato. isi pidato dan penampilan pidato). 3) Kemudian berdasarkan perhitungan statistik ternyata bahwa perbedaan rata-rata menunjukkan perbedaan yang signifikan, sehingga penggunaan metode Contekstual Teaching Learning lebih efektif dalam mengajarkan pidato. Hal ini
dibuktikan dengan thitung= 12.5 > ttabel = 2.65
DAFTAR PUSTAKA Arsjad, M, et al. (1991). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Burhan, J. (1979). Pengantar ke Arah Metode Pengajaran Bahasa. Bandung FSS.IKIP. Darsono. (1996). Dasar-Dasar Penelitian. Jakarta: Depdikbud. Hamalik, O. (1997). Media Pendidikan. Bandung: alumni. Hidayat, K (1991). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Cipta. Poerwadarminta. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Rahmat, J. (1994). Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung: Remaja Rosda Karya
Suhendar, M. E, et al. (1992). MKDU Bahasa Indonesia Pengajaran dan Keterampilan menyimak dan Keterampilan Berbicara. Bandung: Pionir Jaya. Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah (Dasar, Metode, Teknik). Bandung: Tarsito. Suyatna, A. (2002). Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP. Tarigan, D. (1981). Pendidikan Bahasa Indonesia I. Jakarta: Depdikbud. Tangan, D. (1994). Penerapan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, SMP, dan SMA Berdasarkan Kurikulum 1994. Bandung: theme 76. Tarigan, HG. (1988). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wahyu. (1999). Model-model Pengajaran dalam Pembelajaran Sains. Jakarta : Depdikbud. Wiyanto, A. (2006). Terampil Pidato. Jakarta: Grasindo.