8/6/2012
Ikan
Sumberdaya Dapat Pulih
Sumberdaya Ikan
• Ikan Adalah Segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan • Berdasarkan data archeologi ikan ada sejak 90.000 tahun yang lalu • Manusia kuno cenderung hidup di sekitar sungai. • Ikan telah dimanfaatkan sejak kerajaan Mesir Kuno. • Perdagangan ikan di mulai sejak periode Viking atau lebih dari 1.000 tahun yang lalu • lebih dari 27,000 Species di seluruh dunia di perairan air tawar dan air laut/payau
Wilayah Perairan Indonesia: • Luas perairan daratan di Indonesia mencapai 54 juta ha. ¾ perairan umum daratan dengan luas sekitar 13,85 juta ha (terdiri dari sungai dan paparan banjir seluas 12 juta ha,danau seluas 1,80 juta ha, dan waduk seluas 0,05 juta ha); payau y dan hutan bakau seluas 39,5 jjuta ha;; dan ¾ rawa p ¾ perairan budi daya seluas 0,65 juta ha (mencakup kolam, sawah, dan tambak). • Luas wilayah perikanan di laut sekitar 5,8 juta Km2, yang terdiri : ¾ Perairan kepulauan dan teritorial seluas 3,1 juta Km2 ¾ Perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7 juta Km2. • Memiliki panjang pantai 95.181 km (PBB, 2008) p urutan keempat p di dunia setelah Amerika • Indonesia menempati pada urutan pertama, Canada kedua dan Rusia ketiga dengan garis pantai terpanjang. • Luas wilayah perairan 2/3 dari wilayah daratan. • Ikan di Indonesia terdiri dari lebih 7000 spesies. • Potensi lestari ikan laut sebesar 6,2 juta ton/tahun
1
8/6/2012
• Ikan merupakan sumberdaya terbaharukan (renewable). • Jenis-jenis ikan : Pelagis, Demersal, Ikan Karang, gb bermigrasi g jjarak ikan yyang jauh, ikan katadromous, ikan anadromous • Di perairan bebas ikan tidak ada yang memiliki sehingga umumnya penangkapan ikan bersifat open access. g dipelihara p di • Ikan yyang kolam maupun tambak dan karamba bukan merupakan bagian sumberdaya alam tetapi masuk dalam bagian aquacultur
Nilai Eksport Produk Perikanan Indonesia Tahun 2009 (US$ 1000) Udang g - Shrimp p 201,000 154,000 974,000
688 000 688,000
Tuna, Cakalang, Tongkol Tuna, Skipkjack, Little Tuna Ik Lainnya Ikan L i Other Fish
354,000
Kepiting - Crab Ministry of Marine Affairs and Fisheries. 2009. Marine and Fisheries in Figures 2009. Jakarta. Indonesia
Sumbangan Perikanan pada PDB
Volume Ekspor Indonesia Berdasarkan Negara tujuan tahun 2009 (Ton) 450,000 400,000 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100 000 100,000 50,000 0
422,703
106,502
56,189
Jepang Japan
Ministry of Marine Affairs and Fisheries. 2009. Marine and Fisheries in Figures 2009. Jakarta. Indonesia
120,150
Amerika Serikat United States
Uni Eropa - Europe Union
Negara Lainnya Other Countries
Ministry of Marine Affairs and Fisheries. 2009. Marine and Fisheries in Figures 2009. Jakarta. Indonesia
2
8/6/2012
Perkembangan Volume Ekspor Ikan Indonesia Tahun 2005-2009 (Ton) 665 326 665,326
700,000
612,385
575,468
600,000
611,035 471,149
500,000 400,000 300,000 200,000
169,329
153,906 53,9
91,822
91,631
100,000
157,545 6 121,316
170,583 130 056 130,056
125,835 8 108,560
0 2005 Udang - Shrimp
2006
2007
Tuna/Cakalang - Tuna/Skipjack
2008
2009
Ikan Lainnya - Other Fish
Ministry of Marine Affairs and Fisheries. 2009. Marine and Fisheries in Figures 2009. Jakarta. Indonesia
• Model dikembangkan pertama kali oleh Verhulst tahun 1883 • Perubahan stok ikan pada periode tertentu ditentukan oleh populasi pada awal periode atau di sebut sebagai density dependent growth
f(x) < h(t)
Konsumsi Ikan
f(x) maximum)
f(x)
x
x t +1 − xt = f ( xt )
Penangkapan melebihi growthXh(t) f(x) () h(t)
Year Item
Per Capita (Kg/Kap/Th) Per Capita Per Capita from Aquaculture Only (Kg/Kap/Th)
2005
2006
2007
Increasing Average (%) 2008 2009 *)
23.95 25.03 26.00 28.00
2005‐2009
2008‐2009
30.17
5.96
7.75
77 7.7
34 47 34.47
60 42 60.42
x 25 2.5
25 2.5
33 3.3
48 4.8
Akibat dari penangkapan berlebih tersebut akan mengakibatkan punahnya stock
Ministry of Marine Affairs and Fisheries. 2009. Marine and Fisheries in Figures 2009. Jakarta. Indonesia
3
8/6/2012
f(x) = h(t)
Penangkapan sama dengan growth f(x) h(t)
Pertemuan Ke 2
x
Akibat dari kegiatan penangkapan yang sama dengan growth mengakibatkan : • Mengakibatkan punahnya stock bila bergeser kekiri. • Tidak terjadi kepunahan stock bila bergeser kekanan Yang perlu ditekankan bahwa sumberdaya perikanan bersifat open access sehingga akan berakibat masuk dan keluarnya unit usaha penangkapan, sehingga hal ini akan berakibat bila punahnya stock bila bertambahnya unit usaha. Dan tidak akan terjadi kepunahan bila unit usaha penangkapan berkurang. Sehingga kondisi kedua tidak bisa diterapkan demi keberlangsungan sumberdaya.
f(x) > h(t)
Growth lebih besar dari pada jumlah penangkapan f(x) h(t)
x
Bila penangkapan berada disebelah kiri maka akan mengakibatkan kepunahan, sedangkan bila penangkapan berada di sebelah kanan tidak mengakibatkan punahnya stock. Yang harus dilakukan dalam kategori ini adalah menghitung stock secara benar.
• Fungsi di Kembangkan oleh Schaefer untuk perikanan • Fungsi Pertumbuhan yang bersifat density dependent growth atau juga disebut sebagai f(x) fungsi pertumbuhan logistik (logistic growth function) • Fungsi dibagun atas dasar tidak ada aktivitas akti itas penangkapan ikan • Model Schaefer telah menentukan Maximum Sustainable Yeild
∂x x⎞ ⎛ = rx⎜1 − ⎟ ∂t ⎝ K⎠ x= stok ikan r = laju pertumbuhan intrinsik (intrinsic growth rate) K= daya dukung lingkungan (carrying capacity)
1 K 2
K
x
4
8/6/2012
Kemudian dikembangkan Schaefer
Asumsi Bioekonomik Gordon Schaefer
• Awalnya pengelolaan perikanan F(x) hanya mengunakan pendekatan h=qxE h=qxE biologis/ Maximum Sustainable Y ild (MSY) Yeild h=qxE h h • Keseimbangan biologis adalah h pertumbuhan ikan sama dengan tingkat penangkapan. Kurva Pengaruh tangkap terhadap stok • Karena adanya aktivitas ∂x x⎞ ⎛ tangkapan perlu memasukkan = rx⎜1 − ⎟ − h ∂t K⎠ ⎝ model tangkapan (h) x⎞ ⎛ • Keberadaan stok ikan tidak hanya = rx⎜1 − ⎟ − qxE ⎝ K⎠ di tentukan faktor biologi namun q=Koefisien kemampuan juga ditentukan oleh faktor tangkapan atau ekonomi Catchability Coefficient 3
2
1
2
3
1
¾ Harga per satuan output, (Rp/Kg) diasumsikan konstan atau kurva permintaan ssiasumsikan asu s a elastis e ast s sempurna. se pu a. ¾ Biaya per satuan upaya (c) dianggap konstan. ¾ Spesies sumberdaya ikan bersifat tunggal (single species). ¾ Struktur pasar bersifat kompetitif. ¾ Nelayan adalah price taker (tidak bisa menentukan harga) ¾ Hanya faktor penangkapan yang diperhitungkan (tidak memasukkan faktor pascapanen dan lain sebagainya).
E=Upaya atau Effort
Kelemahan pendekatan perikanan dengan pendekatan MSY, menurut Conrad dan Clark (1987): • Tidak Bersifat Stabil, Karena perkiraan stok yang meleset sedikit saja j bisa mengarah g ke pengurasan stok (Stock Depletion) • Didasarkan pada konsep Steady State (Keseimbangan) semata, sehingga tidak berlaku saat pada kondisi • Tidak memperhitungkan nilai ekonomis apabila stok ikan tidak dipanen (imputed value) • Mengabaikan aspek interdependensi dari sumberdaya ikan • Sulit diterapkan pada kondisi di mana perikanan memiliki ciri ragam jenis (multispecies)
Gordon-Schaefer dengan Faktor Harga
Rp
TR
EMSY
Upaya (Effort)
5
8/6/2012
Gordon-Schaefer dengan Faktor Biaya
Curva dalam 3 Rezim Pengelolaan
Rp TC
Upaya (Effort)
Model Bioekonomik Model Gordon-Schaefer (input) Rp p TC B
∏ Max C
TR
E∞
E0 EMSY
Upaya (Effort)
Perbedaan Model Gordon Schaefer dan Model Copes 1. Perbedaan antara model Gordon Schaefer dan model Copes adalah bila model Gordon Schaefer didasarkan pada faktor input sedangkan model copes di dasarkan pada faktor output. 2. Model Copes memungkinkan menggunakan kurva permintaan yang elastis p Memungkinkan g dilakukannya y analisis 3. Model Copes surplus ekonomi (surplus produsen, surplus konsumen, dan rente pemerintah atau Governments rent) 4. Model Copes Memungkinkan analisis struktur ekonomi yang tidak sempurna (imperfect) seperti monopoli, monopsoni, dan kepemilikan oleh publik
6
8/6/2012
Model Copes HARGA
Hal-Hal yang Mempengaruhi Sumberdaya Ikan
SUPLAI (S)
BIAYA MARJINAL (BM)
Pengaruh Alam : Upwelling Temperatur Predators Fenomena Alam (Red Tide) Bencana alam
P
G
F
H E N D C B
FISH
Nelayan N l : Nelayan Tradisional Nelayan Industri Nelayan Illegal
J I
K
PERMINTAAN (P) PENERIMAAN MARJINAL (PM)
A L
M
OUTPUT
Pengaruh Ekonomi terhadap Upaya dan Ikan ¾ P naik Æ C tetap Æ E naik ÆX turun ¾ P turun t Æ C tetap t t Æ E turun/naik t / ik ÆX naik/ turun ¾ C naik Æ P tetap ÆE turun Æ X naik ¾ C turun Æ P tetap Æ E naik Æ X turun C = Cost (Biaya) P = Price (Harga) E = Effort (Upaya) X = Stok (sumberdaya)
Marine Pollution Global warming
Pengelolaan Perikanan Tangkap 11 Wilayah pengelolaan perikanan (WPP) : 1. WPP-RI 571 meliputi perairan Selat Malaka dan Laut Andaman; 2. WPP-RI 572 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda; 3. WPP-RI 573 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat; 4 WPP-RI 4. WPP RI 711 meliputi perairan Selat Karimata, Karimata Laut Natuna, dan Laut China Selatan; 5. WPP-RI 712 meliputi perairan Laut Jawa; 6. WPP-RI 713 meliputi perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali;
7
8/6/2012
7. WPP-RI 714 meliputi perairan Teluk Tolo dan Laut Banda; 8. WPP-RI 715 meliputi perairan Teluk Tomini, Laut Maluku,, Laut Halmahera,, Laut Seram dan Teluk Berau; 9. WPP-RI 716 meliputi perairan Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera; 10. WPP-RI 717 meliputi perairan Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik; 11. WPP-RI 718 meliputi perairan Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor bagian Timur. Tujuan Pembentukan WPP untuk mempermudah pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya Perikanan
TOP FISHERIES PRODUCERS, 2001 Including Aquaculture Production China
33 % 6%
Peru EU
6%
India Japan
4%
United States
4%
Indonesia
4% 3%
Chile Russian Fed.
92.4 Million MT
3%
Thailand
37.9 Million MT
3%
Norway y
Total: 130.2 Million MT
3%
Philippines
2%
S. Korea
2%
Vietnam
2%
Bangladesh
1% 21%
Other 0
10
Source: FAO
Potensi Perikanan Indonesia WPP Selat Malaka Laut Cina Selatan
Potensi (1000 ton) 276,03 1.057,05
Produksi (1000 ton)
Status Pemanfaatan
389,28 Overfishing (>100%) 379,90 Underfishing (35,94%)
Laut Jawa
796,64
Selat Makassar dan Laut Flores
929,72
655,45 Underfishing (70,50%)
Laut Banda
277,99
228,48 Underfishing (82,19%)
Laut Seram dan Teluk Tomini
590,82
197,64 Underfishing (33,46%)
Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik
632,72
237,11 Underfishing (37,47%)
Laut Arafura
1.094,41 Overfishing (>100%)
771,55
263,37 Underfishing (34,14%)
Samudera Hindia
1.076,89
623,78 Underfishing (57,92%)
Total Nasional
6.409,21
4.069,42 Underfishing (63,49%)
Sumber: DKP (2003)
Capture p Cultur e
5%
20 Million MT
30
40
50
Issu Perdagangan Ikan
TRADE ISSUES • Market Access
Tariffs Non - Tariff Measures ¾Import Quotas ¾Import licensing ¾Sanitary standards ¾Inspection Requirements ¾Labeling • Subsidies • Anti-dumping cases Shrimp Catfish Salmon
8
8/6/2012
9