PENGUJIAN REAKSI PASAR DAN INFORMASI FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM SEBELUM DAN SETELAH SK BAPEPAM –LK NO: KEP-431/BL/2012 Rochmi Widayanti
[email protected] Endang Masitoh Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta Abstract The purpose of this study is (1) to examine market reaction of financial statement’s announcement and to know whether there is a big or small significant difference on Abnormal Return (relationship with before and after SK BAPEPAM-LK No. Kep-431/BL/2012; (2) to examine the influences fundamental information variables such as: earning and operating cash flow (OCF) and its influence to stock return (abnormal return). There are 36 sample manufacturing firms listed in the Jakarta Stock Exchange (BEJ) by means of purposive sampling method. The statistic method used to test hypotheses is paired sample test (market reaction from abnormal return) and linier regression with dummy variable. The result of this study indicates that the market reaction is not likely to be the same or different around each announcement date of the financial statements of the company both before and after the SK BAPEPAM-LK No: Kep-431/BL/2012. Furthermore, the results of research related to fundamental information in the form of earnings and operating cash flow, shows that earnings have a greater influence on abnormal returns, while operating cash flow no effect on the abnormal return. From these results it can be concluded that the investor or market still choose to use earnings in investment decisions. Keyword: market reaction, information fundamental, earning, operating cash flow, cummulative abnormal return.
PENDAHULUAN Sejak diterapkannya kewajiban emiten untuk menyampaikan laporan keuangan tepat waktu sesuai Surat Edaran BAPEPAM No. SE 02/PM/2002 yang efektif diberlakukan tahun 2002, tingkat kepatuhan emiten untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan auditan semakin baik. Berdasarkan data laporan keuangan emiten yang diterima BEJ per 31 Maret 2005, dari 330 emiten yang tercatat di BEJ, sebanyak 79,67% (263 emiten) telah menyampaikannya tepat waktu. Sebelumnya tahun 2004, emiten yang terlambat menyampaikan laporan keuangan semakin berkurang yaitu 67 emiten dibandingkan tahun 2003 sebanyak 70 emiten dan tahun 2002 sebanyak 86 emiten. Dari sisi kualitas hasil opini akuntan publik, emiten yang laporan keuangannya
mendapat
opini
Wajar
Tanpa Pengecualian
(WTP)
sebanyak
248
emiten
dibandingkan dengan tahun 2003 sejumlah 244 emiten. Emiten yang mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) sebanyak 11 emiten atau menurun sekitar 26,6% dari 15 emiten di tahun 2003. Emiten yang masih mendapat opini disclaimer hanya tinggal satu perusahaan dibandingkan tahun 2003 sebanyak tiga emiten. Laporan keuangan tersebut meliputi: neraca, laporan Rugi/Laba, laporan perubahan ekuitas, laporan aliran kas, laporan lain serta
materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan jika dipersyaratkan oleh instansi berwenang sesuai jenis industrinya.
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
131
Perbaikan dalam kebijakan terus dilakukan
pemerintah
dan penyempurnaan
peraturan
tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas keterbukaan informasi dalam laporan tahunan Emiten dan Perusahaan Publik sebagai sumber informasi penting bagi pemegang saham dan
masyarakat
dalam membuat
keputusan
investasi. Pada
tanggal
1
Agustus
2012
dikeluarkannya kebijakan baru terkait dengan tranparansi emiten pada public terhadap laporan keuangan perusahaan, berupa SK BAPEPAM dan LK Nomor: Kep-431/BL/2012
tentang
Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Peraturan yang dibuat pemerintah diharapkan perusahaan emiten lebih mampu memberikan informasi terkait kinerja keuangan perusahaan dan tata perusahaan dapat
kelola
terlaksana
yang
lebih baik sehingga
good
corporate governance
bagi
dengan baik dan menarik para investor untuk bergabung dalam
kepemilikan saham. Laporan keuangan memiliki komponen- komponen data keuangan yang dapat mencerminkan kinerja keuangan sebuah perusahaan. Mulai dari kas, piutang, hutang, modal kerja, laba (earning), dan sebagainya. Beberapa dari komponen yang ada dalam laporan keuangan digunakan oleh investor dalam memilih keputusan investasinya. Salah satunya berupa earning yang merupakan sesuatu yang dipertimbangkan sebagai dominant variable dalam marketplace, khususnya dalam penilaian sekuritas, kredit, keputusan investasi, executive compensation contracts, perjanjian hutang, dan bond ratings (Lev and Thiagarajan, 1993). Meskipun earnings dipertimbangkan sebagai pengukur dominan dalam marketplace, eksistensi information asymmetries antara management dan suppliers tentang capital menciptakan adanya permintaan untuk melakukan pengukuran lain tentang performance berdasarkan nilai cash flow. Hasil penelitian Harris
(1991) seperti
yang
dikutip
(Andreou et al, 2000) dalam
penelitiannya di Jepang, menyatakan bahwa variabel fundamental seperti earnings
berpengaruh
terhadap dengan return saham disebabkan oleh: Ada beberapa bukti empirik yang mana earnings dalam laporan akuntansi dan management forecast mempunyai information content di sepanjang pengumuman earnings. Ada beberapa bukti empirik
bahwa
earnings
berhubungan
dengan
return saham,
khususnya pada awal tahun 1990-an Berdasarkan dua hal di atas maka secara umum investor Jepang menggunakan earnings atau cash flow untuk penilaian mereka dalam pengambilan keputusan investasinya. Penelitian selanjutnya tentang earnings dan cash flow dilakukan (Andreou et al, 2000), menunjukkan bahwa earnings pada return saham pengaruhnya lebih kecil, sedangkan pengaruh cash flow pada return saham adalah lebih besar ketika earnings adalah transitory. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, belum memberikan hasil yang dapat digeneralisasi disebabkan oleh hasil penelitian sebelumnya dan khususnya di Indonesia, berupa:
132
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
karakter marketplace yang berbeda tiap negara, termasuk di Indonesia dengan beragam model investor dengan kondisi inflasi dan krisis yang sulit dikontrol.
adanya perbedaan kebijkan atau metode akuntansi yang digunakan yang berpengaruh pada angka profitabilitas.
hasil penelitian Ali (1994), menemukan bahwa hanya earning dan modal kerja yang mempengaruhi terhadap abnormal return.
hasil penelitian Husnan, dkk (1996), menunjukkan pengumuman laporan keuangan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabilitas return saham.
hasil dari penelitian (Andreou et al, 2000) yang menunjukkan bahwa laba dan aliran kas memiliki tambahan kandungan informasi sehingga banyak investor di Jepang menggunakan laba dan aliran kas, dalam penilaian harga saham (pricing equily).
Sedangkan hasil penelitian di Indonesia juga berbeda, yang dilakukan oleh Jogianto dan Triyono (2000), selanjutnya penelitian Paulus (2002) menunjukkan banyak investor yang hanya memakai cash flow sebagai pertimbangan investasinya dibandingkan earnings. Sedangkan hasil penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Rochmi (2007), menunjukkan bahwa informasi cash flow dari operasi memiliki pengaruh yang lebih kecil terhadap CAR dibanding laba kotor sehingga investor masih memilih menggunakan laba kotor (GPM) dalam keputusan investasinya karena lebih dapat mencerminkan keuntungan yang sebenarnya dari perusahaan dibandingkan arus kas operasi (OCF). Berdasarkan beberapa penelitian di atas dan hasilnya masih belum dapat digeneraliasi secara
pasti apakah investor menggunakan earnings saja atau cash flow atau bahkan keduanya, maka peneliti termotivasi untuk melanjutkan penelitian ini. Peneliti ingin mengetahui apakah adanya SK BAPEPAM-LK No: Kep-431/BL/2012, para investor atau pasar saham akan bereaksi terhadap pengumuman laporan keuangan yang disampaikan emiten dengan ditunjukkan adanya abnormal return, atau sebaliknya tidak ada reaksi, yang dapat disebabkan pasar sudah menganggap penyampaian laporan keuangan merupakan hal yang wajar atau kewajiban emiten dan ini sudah dianggap rutinitas perusahaan menuju tercapainya program good corporate governance bagi perusahaan. Selanjutnya melakukan penelitian terkait pengaruh earnings dan cash flow terhadap abnormal return ketika dihadapkan pada kondisi yang terjadi saat ini (krisis global sejak tahun 2008) para investor dalam keputusan investasinya apakah masih mempertimbangkan informasi fundamental (earning dan cash flow) atau tidak dalam memperoleh keuntungan saham.
KAJIAN PUSTAKA Pasar Modal yang Efisien dan Efisiensi Pasar Secara Informasi Memasuki pasar yang kompetitif, harga ekuilibrium dari aktiva ditentukan oleh tawaran yang tersedia dan permintaan agregat. Jika ada informasi baru yang relevan masuk ke dalam pasar yang
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
133
berhubungan dengan aktiva, informasi ini selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan nilai dari aktiva yang bersangkutan. Akibatnya yang terjadi adalah kemungkinan ada pergeseran ke harga ekuilibrium yang baru. Harga ekuilibrium ini, selanjutnya tetap bertahan sampai suatu informasi baru lainnya merubahnya kembali pada harga ekuilibrium baru. Bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap adanya informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan sesuatu hal yang penting. Jika pasar bereaksi atau merespon dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini dapat disebut sebagai pasar yang efisien (Jogiyanto, 2000). Kunci utama mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi yang tersedia. Pertanyaannya adalah informasi mana yang dapat digunakan untuk menilai pasar yang efisien, apakah informasi yang lama, informasi yang sedang dipublikasikan atau semua informasi termasuk informasi privat. Menurut Fama (1970) seperti yang dikutip Jogianto (2000), membagi tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar, bersumber pada tiga macam bentuk dari informasi, yaitu: informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan dan informasi privat. 1. Efisiensi pasar bentuk lemah atau weak form .Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah bila harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh pada informasi masa lalu. 2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat atau disebut juga semistrong form. Pasar dikatakan efisien setengah kuat bila harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) termasuk juga informasi yang ada di laporan keuangan perusahaan emiten. 3. Efisiensi pasar bentuk kuat atau strong form. Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga dari sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Selanjutnya, Fama (1992) mengusulkan untuk mengganti nama dari ketiga macam kategori pengujian bentuk efisiensi pasar tersebut. Nama- nama pengujian yang diusulkan adalah berikut ini: 1. Pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk lemah dirubah menjadi pengujian terhadap pendugaan return (tests for return predictability) 2. Pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat dirubah menjadi studi peristiwa (event studies) 3. Pengujian- pengujian efisiensi pasar bentuk kuat diusulkan menjadi pengujian terhadap informasi privat (test for private information) Penelitian Studi Peristiwa atau Event Study) Jogiyanto (2000), event study merupakan suatu studi yang mempelajari tentang adanya reaksi pasar terhadap sebuah peristiwa (event) yang selanjutnya informasi tersebut dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Selain itu event study juga dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman. Selain itu juga digunakan untuk menguji efisiensi
134
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
pasar bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dan efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Pengujian kandungan informasi untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman, jika pengumuman mengandung informasi yang diharapkan maka pasar bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka suatu pengumuman akan mempunyai kandungan informasi bila memberika return kepada pasar, begitu pula sebaliknya.
2.
Jika pengujian melibatkan kecepatan reaksi dari pasar untuk selanjutnya menyerap informasi yang diumumkan, maka pengujian ini merupakan bentuk pengujian efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market) bentuk setengah kuat. Pasar dapat disebut sebagai efisien bentuk setengah kuat jika tidak ada investor yang memperoleh abnormal return atau jika memang ada maka pasar harus bereaksi dengan cepat untuk menyerap abnormal return menuju ke harga keseimbangan yang baru. Dengan demikian pengujian efisiensi pasar secara informasi bentuk setengah kuat seharusnya dilakukan setelah pengujian kandungan informasi. Menurut Tandelilin (2001), para praktisi pasar modal belum semuanya dapat menerima konsep
mengenai pasar yang efisien ini. Hal ini disebabkan investor percaya bahwa pasar inefisien, sehingga mereka bisa memanfaatkan inefisiensi pasar tersebut untuk mendapatkan abnormal return. Meskipun demikian, di sisi lain banyak kalangan akademisi yang percaya bahwa pasar efisien pada tingkat tertentu ada. Investor yang percaya bahwa pasar dalam kondisi yang tidak efisien akan menerapkan strategi perdagangan aktif, investor ini akan aktif melakukan perdagangan di pasar agar memperoleh return yang lebih besar dibandingkan dengan return pasar dan investorena akan melakukan analisis teknis dan fundamental. Kebijakan Pemerintah SK BAPEPAM dan LK No. 431/BL/2012 Tanggal 1 Agustus 2012, BAPEPAM dan LK telah menerbitkan sebuah peraturan yaitu Peraturan Nomor X.K.6 lampiran keputusan ketua BAPEPAM dan LK Nomor: Kep-431/BL/2012 tentang ketentuan penyampaian laporan tahunan Emiten atau perusahaan publik. Penerbitan peraturan ini selanjutnya mencabut keputusan ketua BAPEPAM dan LK Nomor: KEP-134/BL/2006 tanggal 7 Desember 2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi Emiten dan perusahaan publik dan keputusan ketua BAPEPAM dan LK Nomor: KEP-40/BL/2007 tanggal 30 Maret 2007 tentang jangka waktu penyampaian laporan keuangan berkala dan laporan tahunan bagi Emiten atau perusahaan publik yang efeknya tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan di Bursa Efek di negara Lain. Penyempurnaan peraturan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas keterbukaan informasi dalam laporan tahunan emiten dan perusahaan publik sebagai suatu sumber informasi yang penting bagi pemegang saham dan masyarakat dalam membuat keputusan investasinya. Dalam peraturan tersebut antara lain diatur mengenai kewajiban penyampaian bentuk, dan isi laporan tahunan. Penyempurnaan yang dilakukan oleh pemerintah mempunyai tujuan untuk melindungi
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
135
investor dalam memperoleh informasi terkait kinerja dan tata kelola yang baik. Pemberian informasi yang transparan terhadap kondisi perusahaan emiten dan pengelolaan perusahaan diharapkan dapat menarik investor untuk membeli saham dan perusahaan dapat mengelola menjadi perusahaan yang good corpate governance. Informasi Fundamental dalam Laporan Keuangan Perusahaan Menurut Tandelilin (2001), bagi para investor yang akan melakukan analisis perusahaan, maka adanya informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu jenis informasi yang paling mudah diperoleh dibandingkan alternatif informasi lainnya. Laporan keuangan ini merupakan informasi akuntansi yang menggambarkan besarnya kekayaan perusahaan, seberapa besar penghasilan yang diperoleh perusahaan serta transaksi-transaksi ekonomi apa yang telah dilakukan perusahaan yang dapat mempengaruhi kekayaan dan penghasilan perusahaan. Laporan keuangan sangat berguna bagi investor untuk menentukan keputusan investasi yang terbaik dan menguntungkan. Berdasarkan analisis terhadap informasi laporan keuangan (analisis informasi fundamental), investor bisa mengetahui perbandingan nilai intrinsik saham perusahaan dibanding harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan, dan atas dasar perbandingan tersebut investor akan bisa membuat keputusan apakah membeli atau menjual saham yang dimilikinya. Informasi laporan keuangan diperoleh dari neraca, R/L, dan laporan arus kas, yang di dalam masingmasing laporan keuangan tersebut terdapat variabel-variabel atau informasi-informasi fundamental yang dapat dianalisis untuk membantu dalam keputusan investasinya. Hipotesa Penelitian Dontoh dan Ronen (1993) menyatakan bahwa pengumuman laba mempunyai kandungan informasi bagi pasar saham. Kekuatan laba direfleksikan melalui perubahan harga saham dan volume perdagangan, dan hal tersebut merupakan sinyal pertama yang diharapkan oleh investor. Selanjutnya Scott (2000), menyatakan bahwa informasi laba (yang terdapat dalam laporan keuangan) dapat berguna bagi investor, informasi tersebut dapat merubah perilaku dan kepercayaan investor yang dapat diukur dari seberapa jauh perubahan harga mengikuti informasi pengumuman laporan keuangan (laba). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka rumusan hipotesis untuk menguji adanya reaksi pasar terhadap pengumuman laporan keuangan adalah sebagai berikut: H1: reaksi pasar setelah SK Bapepam LK Nomor: Kep-431/BL/2012 adalah berbeda antara sebelum SK Bapepam LK Nomor: Kep-431/BL/2012 Menurut Francis dan Schipper (1999) seperti yang dikutip oleh Paulus (2002), menyelidiki mengenai apakah informasi laporan keuangan masih cukup relevan bagi para investor. Mereka mengoperasionalisasikan nilai relevan tersebut dengan dua cara, yaitu: (1) Menggunakan total return yang diperoleh dari informasi laporan keuangan, (2) berdasarkan pada explanatory power dari informasi akuntansi untuk mengukur market value, yaitu kemampuan earnings untuk menyelesaikan annual market adjusted return dan kemampuan earning dan book value dari asset dan hutang untuk menyelesaikan market value of equity. Hasil pengujian yang mereka peroleh menunjukan bahwa
136
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
adanya penurunan relevansi pada informasi earnings dan menunjukan peningkatan relevansi pada informasi laporan neraca dan informasi book value. Hasil tersebut konsisten dengan penelitian mengenai relevansi dari informasi finansial yang dilakukan oleh Lev dan Zarowin (1994). H2: Pengaruh Earnings terhadap abnormal return pada periode setelah SK Bapepam LK Nomor:Kep-431/BL/2012 lebih besar pengaruhnya dibandingkan periode sebelum SK Bapepam LK Nomor: Kep-431/BL/2012. Operating Cash Flow merupakan salah satu bentuk pengungkapan laporan keuangan dan mengandung informasi yang dapat digunakan oleh para investor untuk menilai kinerja perusahaan. Operating cash flow merupakan aliran kas yang berasal dari operasi perusahaan yang diperoleh dengan menjumlahkan antara net operating income after tax (NOPAT) dengan depresiasi (Brigham dan Huston, 2001, P.561. Pada penelitian Paulus (2002), juga menunjukkan bahwa operating cash flow berpengaruh terhadap abnormal return dengan menggunakan market adjusted model dan market model. Sedangkan penelitian Rochmi (2007) menunjukkan operating cash flow berpengaruh lebih kecil dibanding laba kotor. H3: Pengaruh Operating cash flow terhadap abnormal return pada periode setelah SK Bapepam LK Nomor: Kep-431/BL/2012 lebih besar pengaruhnya dibandingkan periode sebelum SK Bapepam LK Nomor: Kep-431/BL/2012
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi: data IHSG, harga saham close pricing menjelang atau t - 4, t = 0, dan t + 3 dan data laporan keuangan tahunan audited berupa: laporan neraca, rugi laba, dan arus kas. Populasi dalam penelitian adalah seluruh perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dimana sampel yang dipilih berdasarkan kriteria- kriteria tertentu. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 36 perusahaan. Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: a.
Perusahaan-perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Jakarta dan konsisten memberikan laporan keuangan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012
b.
Sahamnya aktif diperdagangkan selama periode pengamatan. Dipilih saham yang aktif diperdagangkan selama periode pengamatan karena untuk menghindari kemungkinan tidak ada reaksi harga pada saat pengumuman laporan keuangan karena tidak terjadi transaksi pada tanggal laporan keuangan diumumkan.
c.
Mengeluarkan laporan keuangan berupa: neraca, R/L, dan laporan aliran kas setiap tahun selama tahun 2010-2012, secara berturut-turut dan lengkap.
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
137
Variabel Penelitian/Indikator Penelitian event study, untuk mengetahui reaksi investor terhadap pengumuman laporan keuangan maka penting mengetahui tanggal pengumumannya. Variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah cummulatif abnormal return (CAR) sebagai variabel dependen dan informasi fundamental sebagai independent yang terdiri dari earning dan OCF. Definisi operasional variable- variabel di atas sebagai berikut:
Tanggal pengumuman merupakan tanggal diumumkannya laporan keuangan pada publik.
Harga saham yaitu harga penutupan (closing price) oleh masing- masing perusahaan
Return saham yaitu selisih harga saham penutupan hari ini dengan harga penutupan hari sebelumnya dan dibagi dengan harga penutupan sebelumnya.
Return pasar atau market return yaitu selisih antara indeks pasar penutupan hari ini dengan indeks pasar sebelumnya kemudian dibagi dengan indeks pasar penutupan sebelumnya.
Abnormal return yaitu selisih antara actual return dengan expected return.
Cummulatif abnormal return merupakan penjumlahan abnormal return selama periode pengamatan.
Skala Pengukuran Abnormal return atau excess return adalah kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return yang normal. Sedangkan return normal merupakan return yang diharapkan oleh investor (ekspektasi). Dengan demikian return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi, sebagai berikut: RTNi,t = Ri,t – E[Ri,t] Keterangan:RTNi,t = return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Ri,t = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus: (Pi,t -Pi, t-1)/Pi, t-1. Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Brown dan Warner (1985) mengestimasi return ekpektasi menggunakan model estimasi market adjusted model. Model disesuaikan pasar dan menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi karena sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Untuk menghitung abnormal return dengan menggunakan market adjusted model adalah sebagai berikut: RTNi,t = Ri,t –Rm,t
138
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
Keterangan : RTNi,t = return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Ri,t
= return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Rm,t
= return pasar periode peristiwa ke-t Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih
harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus (Pi,t - Pi, t-1) / Pi, t-1. Sedangkan untuk menghitung return pasar maka perlu terlebih dahulu menghitung indeks harga saham gabungan tiap periode adalah pembagian nilai pasar seluruh saham yang beredar dengan nilai dasar seluruh saham yang beredar, kemudian dikalikan dengan 100%. Selanjutnya nilai IHSG digunakan untuk menghitung return pasar (market return) dengan rumus sebagai berikut: Rmt = (IHSGt- IHSGt-1)/ IHSGt-1 Keterangan: Rmt
= return indeks pasar pada waktu ke-t
IHSGt
= IHSG pada waktu ke-t
IHSGt-1 = IHSG hari sebelumnya Sedangkan untuk memperoleh CAR adalah merupakan penjumlahan abnormal return selama periode pengamatan dengan rumus sebagai berikut: t
RTN
CARi,t =
a t 3
i ,a
Keterangan: CARi,t = cummulatif abnormal return saham perusahaan i RTNi,a = abnormal return saham i pada periode t Selanjutnya untuk menguji cummulatif abnormal return tersebut dilakukan dengan uji-t yang menguji hipotesis nol dengan rumus : t=
CAR i , t KSE
Keterangan: t
= t hitung
KSE
= kesalahan standar estimasi
CARi,t = cummulatif abnormal return saham perusahaan i apabila t-hitung > t-tabel, maka hipotesis nol ditolak, yang berarti terjadi abnormal return pada periode pengamatan.
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
139
Selanjutnya, model analisis yang digunakan untuk analisis regresi yaitu dengan CAR sebagai variabel dependen. Earning, dan operating cash flow sebagai variabel independen. Definisi operasional untuk variabel independen adalah sebagai berikut: Earnings (EAT) merupakan laba operasi + deviden dan pendapatan bunga + pendapatan lain-lain biaya bunga – biaya pajak atau menurut Clubb (1995) merupakan proxi sebagai laba akuntansi. Operating cash flow merupakan aliran kas yang berasal dari operasi perusahaan yang diperoleh dengan menjumlahkan antara net operating income after tax (NOPAT) dengan depresiasi (Brigham and Huston, 2001) Tehnik Pengumpulan Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi tanggal pengumuman laporan keuangan yang dilaporkan pada BAPEPAM. Apabila pengumuman laporan keuangan diterbitkan pada hari non perdagangan di BEJ (Bursa Efek Jakarta) (sabtu dan minggu atau hari libur nasional lainnya), maka harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan pada hari pertama setelah penutupan. Tahap kedua adalah menentukan event window atau periode pengamatan dimana reaksi harga saham terhadap pengumuman laporan keuangan diukur. Event window yang digunakan adalah selama 7 hari yaitu 4 hari sebelum dan 3 hari sesudah tanggal pengumuman laporan keuangan. Tahap ketiga adalah o
Menghitung actual return atau return saham harian sesungguhnya masing-masing saham untuk periode pengamatan 3 hari sebelum dan 3 hari sesudah tanggal pengumuman laporan keuangan.
o
Menghitung return pasar dan expected return masing-masing saham selama periode pengamatan.
o
Menghitung abnormal return masing-masing saham dengan mengunakan market adjusted model
o
Menghitung cummulative abnormal return masing-masing saham.
o
Menguji apakah benar-benar terjadi abnormal return selama periode pengamatan
Tahap keempat melakukan regresi antara variabel dependent dengan variabel independent, dalam hal ini CAR selama periode pengamatan sebagai variabel dependent dan earning dan operating cash flow sebagai variabel independen
140
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
Tehnik Analisis Data Tehnik Pengujian Hipotesa 1: Hipotesis satu ini dilakukan pengujian reaksi pasar atas pengumuman laporan keuangan yang disajikan kepada publik, dimana pengujian terhadap reaksi pasar diproksikan dengan return saham atau terjadi abnormal return. Pengujian dilakukan dengan melihat CAR selama periode pengamatan, uji t didasarkan pada hipotesis nol yang menyatakan bahwa jika t hitung lebih kecil dari t statistik maka dikatakan tidak terjadi reaksi pasar atau reaksi sebelum dan setelah SK Bapepam adalah sama. Sebaliknya jika statistik hitung > statistik table menunjukkan reaksi pasar yang tidak sama atau terjadi reaksi pasar yang berbeda. Menggunakan uji t paired sample test dengan signifikansi alpha 0, 05.
Tehnik Pengujian Hipotesa 2 dan 3: Mengetahui perbedaan informasi fundamental (earning atau cash flow operasi) antara sebelum dengan setelah SK Bapepam lebih besar atau lebih kecil pengaruhnya terhadap nilai CAR, maka dilakukan regresi sederhana dengan menginteraksikan periode sebelum dan setelah SK Bapepam atau periode sebagai dummy variable, mengikuti ketentuan sebagai berikut: CARi = a + b1EARNING + b2EARNING * Periode+ ei CARi = a + b1OCF + b2OCF* Periode+ ei Keterangan: 1. jika nilai b2 > 0, maka nilai EARNINGS atau OCF setelah SK Bapepam adalah lebih besar dibanding sebelumnya 2. jika nilai b2 < 0, maka nilai EARNINGS, atau OCF setelah SK Bapepam adalah lebih kecil dibanding sebelumnya Kemudian agar model dapat digunakan dalam analisis regresi, maka perlu lebih dulu melakukan uji asumsi klasik. Pengujian Asumsi klasik yang dilakukan yaitu:
Uji Normalitas, digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, pengujian normalitas ini menggunakan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan asumsi bila nilai signifikansi (Asymp Sig 2-tailed) lebih dari 0,05 maka dianggap data berdistribusi normal.
Uji multikolonieritas Uji multikoloniearitas bertujuan menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi apakah variabel independen yang digunakan mempunyai kolonieritas yang tinggi atau tidak dapat dilihat dengan menggunakan nilai tolerance (TOL) dan nilai variance inflation factor (VIF).
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
141
Uji autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berturutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya problem autokorelasi ini adalah dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW).
Uji heteroskedatisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Alat statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gejala heteroskedastisitas adalah dengan uji Glejser (Glejser test), dengan cara melakukan regresi sederhana antara nilai absolute eI (nilai absolut residual) dengan variabel independen. Apabila ditemukan nilai t hitung ada yang signifikan dari masing-masing variabel independen, maka pada model regresi tersebut terjadi heteroskedastisitas.
HASIL ANALISIS Hasil Pengujian Asumsi Klasik Hasil Uji Normalitas Penelitian ini variabel yang diukur adalah abnormal return saham (nilai CAR), nilai earning, dan nilai operating cash flow (OCF). Pada pengujian normalitas ini menggunakan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan asumsi bila nilai signifikansi (Asymp Sig 2-tailed) lebih dari 0,05 maka dianggap data berdistribusi normal. Hasil pengujian (tabel 1), menunjukkan data berdistribusi normal dengan nilai signifikansi CAR 2011 sebesar 0, 134 dan CAR tahun 2012 sebesar 0,553. Kemudian untuk nilai Earning tahun 2011-2012 sebesar 0, 358 dan 0.096. Sedangkan nilai signifikansi OCF 2011-2012, memiliki nilai 0,808 dan 0,705. Berdasarkan hasil ini, menunjukkan data berdistribusi normal.
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas CAR, Earning, dan OCF One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CAR CR11 N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
142
CR12 36
36
Mean
-.0012
-.0042
Std. Deviation
.04235
.05798
.194
.132
Absolute
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
Positive
.194
.132
Negative
-.096
-.113
1.162
.794
.134
.553
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Earning EARN11 N
EARN12 36
36
.1858
-.0200
.36028
.47192
Absolute
.154
.206
Positive
.142
.123
Negative
-.154
-.206
Kolmogorov-Smirnov Z
.926
1.233
Asymp. Sig. (2-tailed)
.358
.096
Normal Parameters
a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test OCF OCF11 N
OCF12 36
36
.1159
-.0396
.50568
.59583
Absolute
.107
.117
Positive
.070
.117
Negative
-.107
-.083
Kolmogorov-Smirnov Z
.640
.704
Asymp. Sig. (2-tailed)
.808
.705
Normal Parameters
a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Hasil Uji Multikolinearitas Mendeteksi ada tidaknya problem multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai Tolerance dan nilai VIF (Variance Inflation Factor). Nilai yang direkomendasikan untuk nilai Tolerance harus > 0,10 dan nilai VIF <10. Pada tahun 2011, terlihat nilai TOL dan VIF dari Earning (0, 9 dan 1,0) dan OCF (0, 9 dan 1,0), sedangkan tahun 2012 sebesar (0, 7 dan 1, 35) dan (0,7 dan 1, 35). Hasil nilai uji menunjukkan terbebas dari adanya multikolinearitas.
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
143
Tabel 2. Nilai Tolerance dan VIF tahun 2011-2012 Coefficientsa Standardize Unstandardized
d
Coefficients
Coefficients
Collinearity Statistics
Std. Model
B
Missing Beta
Error
-.010
Fraction
t
Sig.
.008
-
(Constant)
Tolerance
VIF
Info.
.190
1.339
1 EARN11
.035
.019
.301
1.888
.068
.998
1.002
OCF11
.021
.013
.256
1.606
.118
.998
1.002
a. Dependent Variable: CR11
Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Collinearity Statistics
Std. Model (Constant)
Beta
-.004
.009
.073
.021
-.028
.017
EARN12 1
Missing
Error
B
Fraction
t
Sig.
Tolerance
VIF
-.446
.659
.596
3.435
.002
.741
1.350
-.291
-
.104
.741
1.350
OCF12
Info.
1.674
a. Dependent Variable: CR12
Hasil Uji Heteroskedastisitas Hasil Uji Glejser untuk mendeteksi adanya problem heteroskedastisitas, jika diperoleh nilai signifikansi untuk variabel independen > 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Nilai dari uji glejser untuk semua variabel yang akan diuji menunjukkan pada tahun 2011 untuk nilai OCF (0, 8) dan Earning (0,9). Sedangkan pada tahun 2012, nilai OCF (0,37) dan Earning (0,47). Dari hasil ini menunjukkan terhindar dari masalah heteroskedastisitas atau terpenuhi syarat asumsi klasik.
Tabel 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std. Model
1
144
Error
B
(Constant)
.029
.005
EARN11
.001
.012
OCF11
.002
.009
Beta
t
Sig.
5.862
.000
.014
.081
.936
.044
.252
.803
Fraction
Relative
Missing
Increase
Relative
Info.
Variance
Efficiency
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
a. Dependent Variable: glejser
Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std. Model
Beta
.029
.004
EARN12
-.007
.010
OCF12
-.007
.008
(Constant) 1
Error
B
t
Sig.
6.973
.000
-.141
-.724
.474
-.174
-.896
.377
Fraction
Relative
Missing
Increase
Relative
Info.
Variance
Efficiency
a. Dependent Variable: glejser
Hasil Uji Autokorelasi Mendeteksi adanya autokorelasi dengan melihat nilai Durbin-Watson statistik lebih besar dari DW tabel. Pada tahun 2011 nilai DW statistik 1,704 > DW tabel 1,343 sehingga tidak terdapat autokorelasi. Pada tahun 2012 nilai DW statistik 2, 155 > DW tabel 1, 343 ini menunjukkan tidak ada problem autokorelasi.
Tabel 4. Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary Model
R
R Square
.403a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.163
.112
Durbin-Watson
.03992
1.704
a. Predictors: (Constant), OCF11, EARN11 b. Dependent Variable: CR11
Model Summaryb Model 1
R
R Square
.513a
.264
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
.219
.05124
Durbin-Watson
2.155
a. Predictors: (Constant), OCF12, EARN12 b. Dependent Variable: CR12
Hasil Statistik Deskriptif Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, perlu melihat data secara deskriptif untuk mengetahui gambaran tentang data-data penelitian yang berupa: jumlah sample, nilai minimum dan nilai maksimum, mean dan standar deviasi.
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
145
Tabel 5. Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CR11
36
-.09
.12
-.0012
.04235
CR12
36
-.13
.21
-.0042
.05798
Valid N (listwise)
36
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
EARN11
36
-.54
1.00
.1858
.36028
EARN12
36
-1.00
.97
-.0200
.47192
Valid N (listwise)
36
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
OCF11
36
-.82
1.00
.1159
.50568
OCF12
36
-1.00
1.00
-.0396
.59583
Valid N (listwise)
36
Hasil Pengujian Paired Samples Test (Hipotesis 1) Hipotesis satu ini dilakukan pengujian reaksi pasar atas pengumuman laporan keuangan yang disajikan kepada publik, dimana pengujian terhadap reaksi pasar diproksikan dengan return saham. Pengujian dilakukan dengan melihat CAR selama periode pengamatan, uji t didasarkan pada hipotesis nol yang menyatakan bahwa jika t hitung (output) lebih kecil dari t statistik (tabel) maka dikatakan tidak terjadi reaksi pasar atau reaksi sebelum dan setelah SK Bapepam adalah sama. Sebaliknya jika statistik hitung > statistik tabel menunjukkan reaksi pasar yang tidak sama atau terjadi reaksi pasar yang berbeda antara tahun 2011 dengan tahun 2012 atau terjadi perbedaan reaksi pasar yang nyata antara sebelum dan setelah SK Bapepam. Hasil pengujian untuk keseluruhan sampel dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut: (lihat tabel 6)
Tabel 6. Hasil Uji Paired Samples Test Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
CR11
-.0012
36
.04235
.00706
CR12
-.0042
36
.05798
.00966
Paired Samples Test Paired Differences Std. Mean
146
95% Confidence Interval of the
Std.
Error
Difference
Deviation
Mean
Lower
Sig. (2Upper
t
df
tailed)
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
Pair 1
.00300
CR11 -
.06598
.01100
-.01932
.02532
.273
35
.787
CR12
Pada tabel statistik terlihat untuk periode sebelum SK Bapepam, CAR memiliki nilai mean sebesar 0,0012, sedangkan nilai mean setelah SK BAPEPAM sebesar -0,0042. Selanjutnya berdasarkan nilai t hitung sebesar 0,237 atau lebih kecil dari t tabel sebesar 1,688. Terlihat nilai rata-rata CAR cenderung lambat dengan batas atas hanya mencapai nilai 0,02 dan batas bawah -0,019.Tingkat signifikansinya > 0,05. Hal ini menunjukkan reaksi pasar masih mendekati sama dengan nol atau dapat dikatakan pasar cenderung tidak bereaksi terhadap pengumuman laporan keuangan perusahaan, sehingga hipotesis satu ditolak
Hasil Uji Regresi Linier Sederhana (Hipotesis 2 dan 3) Pada pengujian hipotesis dua (H2) dan hipotesis tiga (H3) diuji apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan variabel Earning, OCF terhadap nilai CAR sebelum dan setelah SK BAPEPAM. Selanjutnya menggunakan model regresi linier sederhana dan diinteraksikan dengan periode sebelum dan setelah SK BAPEPAM atau periode 2011 = 0, dan periode 2012 = 1. Hasil uji dijelaskan pada tabel 7 dibawah ini:
Tabel 7. Hasil Uji Regresi dengan interaksi (Dummy Periode) a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model
B
Coefficients
Std. Error
Beta
-.008
.009
EARN
.037
.022
DUMMY
.005
D_EARN
.018
(Constant)
1
t
Sig.
-.900
.371
.312
1.658
.102
.012
.049
.415
.680
.028
.121
.665
.030
a. Dependent Variable: CAR
Coefficientsa Standardized
Model
Unstandardized Coefficients
Coefficients
B
Beta
Std. Error
-.004
.009
DUMMY
.000
.012
CFO
.023 -.021
(Constant)
t
Sig.
-.434
.666
-.003
-.028
.978
.017
.247
1.324
.190
.022
-.176
-.952
.344
1
D_CFO a. Dependent Variable:
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
147
CAR
*Keterangan: bila b2 > 0 maka nilai Earning, OCF setelah SK Bapepem adalah lebih besar dibanding sebelumnya, sedangkan bila b2 < 0 maka sebaliknya.
Melihat pada tabel 7, regresi linier sederhana dengan interaksi dummy periode sebelum dan setelah SK BAPEPAM nilai b2 (D-EARN) sebesar 0,018 atau b2 > 0. Hal ini sesuai dengan ketentuan bilamana nilai b2 adalah lebih besar dari nol maka terdapat pengaruh yang lebih besar nilai Earning terhadap CAR, sehingga hipotesis dua dapat diterima, artinya pengaruh earning terhadap abnormal return (CAR) adalah lebih besar setelah SK BAPEPAM LK Nomor: Kep-431/BL/2012. Selanjutnya masih mengacu pada tabel 7, terlihat nilai b2 (D-OCF) adalah sebesar -0,021 atau nilai b2 <0, sehingga hipotesis ketiga ditolak, artinya pengaruh OCF terhadap CAR adalah lebih kecil atau cenderung tidak mempengaruhi karena nilai signifikansi 0,334 atau lebih besar dari 0,05.
PEMBAHASAN Melihat pada hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa penelitian ini memenuhi syarat asumsi klasik, mulai dari normalitas data, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan juga autokorelasi sehingga dapat melanjutkan uji regresi linear dengan melihat pengaruh earning, cash flow operation terhadap return saham yang diperlihatkan oleh nilai cummulatif abnormal return (CAR). Pembahasan hasil penelitian diperinci dari masing-masing hipotesis yang ada dalam penelitian ini. Pembahasan Hipotesis H1, H2, H3 Berdasarkan nilai t hitung sebesar 0,237 atau lebih kecil dari t tabel sebesar 1,688. Terlihat nilai rata-rata CAR cenderung lambat dengan batas atas hanya mencapai nilai 0,02 dan batas bawah 0,019.Tingkat signifikansinya > 0,05. Hal ini menunjukkan reaksi pasar masih mendekati sama dengan nol atau dapat dikatakan pasar cenderung tidak bereaksi terhadap pengumuman laporan keuangan perusahaan, sehingga hipotesis satu (H1) ditolak. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu: (1) pasar atau investor sudah memiliki informasi terhadap laporan keuangan atau (2) diakibatkan oleh krisis keuangan global yang berdampak pada pasar saham sehingga investor cenderung menunggu atau bertahan terhadap adanya sebuah informasi sampai adanya informasi yang dianggap memberikan prospek yang lebih baik untuk investasi di pasar modal, dan (3) sudah terbentuk kesadaran dalam menyampaikan laporan keuangan ke publik atau investor sehingga momen penyampaian laporan keuangan sudah merupakan hal yang wajar walaupun ada SK BAPEPAM LK No. 431/BL/2012 tidak membuat pasar bereaksi. Hal ini tercermin dari harga saham yang cenderung bergerak melambat, perubahan harga sangat kecil. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Husnan, Hanafi dan Wibowo (1996), yang menyatakan bahwa pengumuman laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan tidak direspon oleh investor atau publik, dan hal ini ditunjukkan oleh nilai variabilitas tingkat retrun yang tidak signifikan.
148
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
Hasil pengujian (H2), diketahui nilai b2 (D-EARN) sebesar 0,018 atau b2 > 0. Hal ini sesuai dengan ketentuan bilamana nilai b2 adalah lebih besar dari nol maka terdapat pengaruh yang lebih besar nilai Earning terhadap CAR, sehingga hipotesis dua dapat diterima, artinya pengaruh earning terhadap abnormal return (CAR) adalah lebih besar setelah SK BAPEPAM LK Nomor: Kep431/BL/2012. Hal ini mendukung penelitian Andreou (2000) dan Rochmi (2007), dimana laba masih dianggap penting oleh investor dalam memutuskan sebuah keputusan untuk berinvestasi. Selanjutnya terlihat nilai b2 (D-OCF) adalah sebesar -0,021 atau nilai b2 <0, sehingga hipotesis ketiga ditolak, artinya pengaruh OCF terhadap CAR adalah lebih kecil atau cenderung tidak mempengaruhi karena nilai signifikansi 0,334 atau lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan OCF tidak mempengaruhi terhadap CAR sebelum maupun setelah SK BAPEPAM LK No. 431/BL/2012. Penelitian ini didukung Rochmi (2007), yang menyatakan operating cash flow tidak signifikan mempengaruhi CAR.
Kesimpulan Hasil temuan empiris dari penelitian ini menunjukkan tidak adanya reaksi pasar terhadap pengumuman publikasi laporan keuangan walaupun dengan adanya SK BAPEPAM LK No. 431/BL/2012. Kemungkinan yang terjadi disebabkan para investor sudah memiliki informasi sebelumnya dan adanya krisis keuangan global, kebijakan pemerintah dalam menaikkan listrik, BBM dan nilai rupiah yang turun yang membuat banyak investor cenderung menunggu terhadap informasi baru yang lebih menjanjikan atau memberikan prospek yang lebih baik dalam investasi. Dari penelitian ini ternyata hanya earning (laba) yang dianggap membantu investor dalam menilai kinerja perusahaan dibanding arus kas operasi (OCF), terbukti hanya Earning yang mempengaruhi terhadap keuntungan investasi saham. Implikasi Penelitian Penelitian ini memberikan temuan yang menarik terkait tidak adanya reaksi pasar terhadap penyampaian laporan keuangan perusahaan. Terlihat bahwa investor atau pelaku pasar tidak lagi memperhatikan waktu pelaporan publikasi laporan keuangan, investor cenderung sudah menganggap laporan keuangan merupakan hal yang biasa atau kewajiban bagi emiten sehingga investor tidak merespon. Saat ini pelaku saham atau investor cenderung menunggu terhadap informasi yang memberikan prosepek bagus, khususnya terkait kebijakan pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang baik. Bilaman kondisi pasar mengahdapi inflasi, kenaikan harga BBM, listrik, nilai rupiah yang anjlok, apalagi adanya krisis keuangan global yang dapat mempengaruhi investor untuk cenderung berhati-hati dalam melakukan investasi bahkan menunggu sampai terlihat kondisi lebih baik dan prospektif kedepannya.
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
149
Rekomendasi Penelitian Penelitian pada kondisi pasar yang tidak stabil dapat menghasilkan hasil penelitian yang kemungkinan berbeda dengan hasil sebelumnya, seperti pada penelitian ini. Bilamana dilakukan penelitian pada kondisi seperti ini perlu dipisahkan data pada kondisi stabil dan tidak stabil (bergejolak), dan mengambil range data yang lebih banyak, sehingga hasilnya lebih mampu mencerminkan kondisi pasar yang sebenarnya.
PENUTUP Keterbatasan Penelitian dan Penelitian Lanjutan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data yang ada di tahun 2010-2012, padahal pada saat diambil data ini terjadi imbas dari krisis keuangan global. Data yang diperoleh terutama IHSG dan Saham Harian banyak yang tidak bergerak nilainya bahkan kenaikannya lambat yang terbukti dengan hasil penelitian tidak terjadi reaksi pasar. Penelitian ke depan perlu dipisahkan moment sebelum dan setelah mulai ada krisis keuangan global sehingga hasilnya dapat lebih jelas menjelaskan kondisi yang sebenarnya terjadi.
Penelitian ke depan bisa menambahkan peran kebijakan pemerintah dalam memicu pergerakan harga saham, khususnya terkait kebijakan dalam mengatur inflasi, nilai tukar, dan kebijakan makro lainnya karena kondisi inflasi dan nilai tukar rupiah dapat membuat investor ragu dalam berinvestasi karena kemungkinan situasi yang tidak pasti
Penelitian ini waktu yang diberikan dari dikti terbatas, sehingga peneliti tidak sempat memilah return saham yang bernilai negatif dengan nilai yang positif dan karena jumlah sampel yang sedikit. Penelitian selanjutnya, bisa dibedakan nilai return yang negatif dengan positif dan menambahkan jumlah sampel penelitian dan mempertimbangkan size atau ukuran perusahaan agar reaksi pasar akan lebih terlihat antara perusahaan skala kecil dengan yang skala besar.
Penelitian ke depan bisa meneliti kondisi shutdown yang dilakukan Amerika dan dampaknya pada perusahaan di Indonesia, khususnya pada perusahaan yang memiliki kepemilikan asing dalam prosentase besar.
DAFTAR PUSTAKA Ali, Z. 1992. The Role Of Earnings Level in Annual Earnings- Return Studies Journal of Accounting Research. Vol.30. No.2
Andreou, A. Charitou. and Clubb. 2000. The Value Relevance of earnings and Cash Flows: Empirical Evidence for Japan. Journal of International Financial Management, and Accounting. pp. 122
Brigham and Houston. 2001. Fundamentals of Financial Management. 8 ed
150
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
Clubb, C. 1995. An Empirical Study of the Information Content of Accounting Earnings, Fund Flow and Cash Flow in the UK. Journal of Bussines Finance & Accounting. Vol 22 (January). pp.35-52
Dontoh, A. and J. Ronen. 1993. Information Content of Accounting Announcements. The Accounting Review 68, pp. 3-40
Fama, French. 1992. The Cross Section Of Expected Stock Return. Journal of Finance. pp. 427-465
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate lanjutan dengan program SPSS. Edisi 3 Undip Semarang
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate lanjutan dengan program SPSS. Edisi 1 Undip Semarang
Husnan. Hanafi. dan Wibowo. 1996. Dampak Kegiatan Perdagangan Saham dan Variabilitas Tingkat Return. Kelola. No.11. Lev, B. and Thiagarajan. 1993. Fundamental Information Analysis. Journal of Accounting Research. P. 190-215
Lev, B. and A, Zarowin. 1994. Boundaries of Finance Reporting and How to Extend Them. Journal of Finance. July. P.923-931
Paulus. 2002. Analisis Fundamental sebagai Sinyal Abnormal Return. Thesis S2, Program Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada
Triyono dan Jogiyanto. 2000. Hubungan Kandungan Informasi Arus Kas, Komponen Arus Kas dan Laba Akuntansi dengan Harga atau Return Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 3, No.1. Yogyakarta Widayanti, R. 2007. Pengujian Informasi Fundamental Sebelum dan Setelah SK Ketua Bapepam No: Kep – 17/PM/2002. Thesis S2, Program Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada Scott, William. 2000.
Financial Accounting Theory. 2th. Scarborough. Ontario: Prentice Hall
Canada. Inc
Jogiyanto, H.M. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi kedua. BPFE Yogyakarta. hal: 392-396
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
151
www.idx.co.id. www.finance.yahoo.com www.bapepam.go.id
152
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian