MODEL PEMBELAJARAN DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK GANTI TOKOH PADA SISWA KELAS XI SMAN 1 KARANGPAWITAN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 EMA ROHMAWATI NPM. 1021.0499 Program Studi PBS Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTRAK Pembelajaran sastra perlu disampaikan dan dilatihkan kepada siswa guna meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasikan karya sastra berkaitan erat dengan latihan mempertajam perasaan, daya nalar, daya khayal, serta kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya. Pembelajaran drama memerlukan suatu teknik yang benar-benar dapat menunjang keaktifan siswa dalam berkreativitas. Teknik pembelajaran tersebut sangat berpengaruh besar terhadap proses hasil belajar mengajar untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran. Kekurangtepatan dalam memilih dan menggunakan teknik pembelajaran dapat mengakibatkan kejenuhan pada siswa. Proses interaksi antara guru dan siswa harus terwujud dengan optimal. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini dapat penulis kemukakan sebagai berikut ini. a. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam memerankan tokoh drama sebelum menggunakan teknik ganti tokoh pada siswa kelas XI SMAN 1 Karangpawitan Garut tahun pelajaran 2011/2012? b. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam memerankan tokoh drama sesudah menggunakan teknik ganti tokoh pada siswa kelas XI SMAN 1 Karangpawitan Garut tahun pelajaran 2011/2012? c. Adakah perbedaan kemampuan siswa dalam memerankan tokoh drama sebelum dan sesudah menggunakan teknik ganti tokoh pada siswa kelas XI SMAN 1 Karangpawitan Garut tahun pelajaran 2011/2012?
Kata Kunci : Drama / Ganti Tokoh PENDAHULUAN Sastra merupakan salah satu unsur budaya yang menggunakan media bahasa sebagai alat pengantarnya. Perkembangan masyarakat (struktur sosial dan sistem budaya) jelas akan ada pengaruhnya terhadap perkembangan sastra. Pengaruh itu tidak hanya terbatas terhadap tematema yang diungkapkan dalam karya sastra tertulis, tetapi karya tersebut berpengaruh besar terhadap masyarakat sastra. Pengajaran sastra, di samping sebagai pelestari budaya juga memiliki arti dan makna yang sangat penting dalam proses pendidikan. Sastra memang harus dapat menyiratkan hal-hal yang baik dan indah. Kebenaran dan keindahan dalam sastra hendaknya dikaitkan dengan nilai-nilai yang benar dan indah. Sebuah karya sastra harus bisa menjanjikan kepada pencinta sastra kepekaan terhadap nilai-nilai hidup sastra kearifan menghadapi lingkungan kehidupan, realitas kehidupan dan realitas nasib dalam hidup. Arti penting pengajaran sastra dikemukakan oleh Rahmanto (2002:15) “pengajaran sastra harus ditempatkan sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat selayaknya”. Meskipun demikian, masih banyak kalangan yang masih belum
memahami betapa pentingnya pengajaran sastra dalam kehidupan manusia. Masa sekarang pun perdebatan dan perbincangan mengenai sastra masih sering didengar. Kemungkinan besar hal ini disebabkan karena manusia sendiri masih mengalami kesulitan dalam mengapresiasikan sebuah karya sastra. Padahal pengajaran sastra mampu menghasilkan imajinatif dan kreatif. Emosi dalam hati dapat dicurahkan dengan baik melalui kata-kata dalam tulisan maupun lisan. Dharmojo (2005:1) dalam web sitenya mengemukakan bahwa kondisi pembelajaran sastra di lembaga pendidikan formal sejauh ini dapat dikatakan mengecewakan”. Teknik ganti tokoh dapat menciptakan situasi pembelajaran berdasarkan pengalaman. Melalui kegiatan ganti tokoh, siswa dapat lebih aktif dalam mengapresiasi drama melalui pemahamannya terhadap tokoh yang dilakonkan. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Drama Drama adalah bentuk sastra yang dapat menarik gairah dan mengasyikkan para pemain dan penonton sehingga sangat digemari masyarakat. Drama merupakan karya sastra yang dapat
dimainkan dan dipentaskan di atas panggung. Drama sangat tinggi nilai pendidikannya karena drama merupakan peragaan tingkah laku manusia yang mendasar. Drama dapat dipentaskan dengan baik apabila diikuti pengamatan yang teliti baik oleh penulis maupun para pemainnya. Pemeranan para pemain sangat mendukung keberhasilan pementasan ketika para pemain menguasai watak tokoh yang diperankan. Penghayatan para tokoh mampu / memberi emosi bagi penonton ketika pementasan berlangsung. Tokoh-tokoh pendidikan melihat bentuk sastra ini sebagai suatu wadah bagi generasi muda dalam menuju kedewasaan melakukan berbagai macam peran yang perlu dipahami dengan berkarya. Drama apabila ditinjau dari asal katanya berasal dari bahasa Yunani kuno: Draomai yang artinya: berbuat, bertindak, atau beraksi (Waluyo, 2002: 2). Raharjo mengatakan bahwa drama adalah kualitet komunikasi, situasi action (segala apa yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan, dan ketegangan pada pendengaran atau penonton, drama adalah cerita konflik dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan perlengkapan dan action di hadapan penonton. Teknik Ganti Tokoh 1. Pengertian Teknik Ganti Tokoh Teknik Ganti Tokoh adalah seni dalam berperan watak tokoh para pelaku secara bergiliran sehingga mampu merasakan dan meniru dari watak tokoh secara keseluruhan. 2. Tujuan Penggunaan Teknik Ganti Tokoh Tujuan dari teknik ini adalah siswa mampu memainkan tokoh sehingga mengetahui potensi yang dimiliki pada diri siswa dan menambah pengalaman dalam memainkan tokoh secara bergiliran. 3. Cara menerapkan teknik ganti tokoh sebagai berikut: a. Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu; b. Berpikirlah kritis konseptual, analitis, dan reflektif; c. Lakukan pemecahan masalah secara kreatif; d. Gunakan teknik memori tingkat tinggi untuk menyimpan informasi secara permanen; e. Bagilah menjadi beberapa kelompok. f. Siapkan naskah drama yang akan digunakan dalam pembelajaran drama dengan menggunakan teknik ini; g. Ekspresikan sesuai dengan watak tokoh yang diperankan secara bergiliran; h. Perhatikan dan amati kemampuan siswa dalam memainkan watak tokoh yang terdapat dalam naskah drama.
4. Keuntungan dan kerugian menggunakan teknik ganti tokoh sebagai berikut: Metode Penelitian Arikunto (2006: 149) menyatakan “metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud”. Dalam penelitian ini metode yang digunakan penulis adalah metode eksperimen. Metode Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari atau untuk memperoleh gambaran tentang keberhasilan penggunaan teknik ganti tokoh dalam pembelajaran drama di kelas XI SMAN 1 Karangpawitan Garut. Melalui teknik ini penulis dapat mengukur seberapa jauh tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran drama yang dilakukan oleh siswa. Teknik Penelitian “Teknik penelitian merupakan salah satu usaha bagaimana cara yang harus ditempuh dengan metode tertentu, agar tujuan yang diinginkan dalam suatu penelitian dapat tercapai” (Sudjana, 2007: 19). Teknik penelitian yang digunakan adalah desain prates-pascates satu kelompok. Model desain penelitian ini kelompok tidak diambil secara acak atau pasangan, juga tidak ada kelompok pembanding, tetapi diberi tes awal dan tes akhir di samping perlakuan. Pengukuran awal (Tl) dan pengukuran akhir (T2). Secara bagan digambarkan sebagai berikut: Kelompok
Prates
Perlakuan
Pascates
Eksperimen
Tl
X
T2
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah teknik tes perbuatan. Penilaian tes perbuatan yang digunakan berupa mimik, gestur, dan pelafalan. Siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar tentang pembelajaran drama dengan menggunakan teknik ganti tokoh. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Pelaksanaan tes awal, dilakukan untuk mengetahui skor awal siswa sebelum pembelajaran. Tes awal ini berupa tes perbuatan yaitu pemeranan drama. 2. Pelaksanaan tes akhir, dimaksudkan untuk memperoleh skor akhir. Tes akhir ini berupa tes perbuatan yaitu pemeranan drama dengan menggunakan teknik ganti tokoh.
Teknik Analisis Data Untuk mengolah data hasil penelitian yang didapat dari kelas eksperimen, digunakan teknik analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut ini. 1. Menentukan hipotesis yaitu terdapat perbedaan kemampuan memerankan tokoh dalam drama siswa kelas XI SMAN 1 Karangpawitan Garut tahun pelajaran 2011/2012 sebelum dan sesudah menggunakan teknik ganti tokoh. 2. Menentukan sampel yang representatif. 3. Mengetes normalitas distribusi dari masingmasing kelompok. Untuk menentukan normalitas distribusi dengan menggunakan Uji Lilliefors dari masingmasing kelompok dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menghitung rata-rata b. Mencari deviasi standar S – c. Susunlah data dari yang terkecil sampai data yang terbesar pada tabel d. Mengubah nilai x pada z dengan
Ftabel
5.
e.
Menghitung luas z dengan menggunakan table z f. Menghitung nilai proporsi data yang lebih kecil atau sama dengan data tersebut
g.
4.
f S ( z i ) kum n
Menghitung selisih luas z dengan nilai proporsi Luas Zi - S(zi) h. Menentukan luas maksimum (Lmaks) dari langkah g i. Menentukan luas tabel lilliefors (Ltabel); Ltabel = La(n -1) j. Kriteria kenormalan: jika Lmaks < Ltabel maka data berdistribusi normal. (Sundayana, R. 2007: 22) Jika kedua kelompok data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas sebagai berikut:
F
6.
S2
Md
x2d N ( N 1)
Dengan: Md = mean dari perbedaan tes awal dengan tes akhir Xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md) x2d = Jumlah kuadrat deviasi N = Subjek pada sampel db = ditentukan dengan N-l t tabel = t (n-1) Jika: ttabel thitung maka Ho diterima (Arikunto, 2002: 275) Jika menghasilkan variansi yang tidak homogen, maka dilanjutkan dengan uji t langkah-langkah sebagai berikut: a. Merumuskan hipotesis nol dan alternatifnya; b. Menentukan nilai thitung dihitung dengan rumus:
t hitung
7.
x1 x2 2
2
s1 s 2 n1 n2
Menentukan kriteria pengujian hipotesis : Ho diterima jika:
S1 S2
S1
1 F (n1 n 2; n1 n 2) 2
Kriteria pengujian jika Fhitung < Ftabel, maka ho diterima (Variansi homogen). Jika menghasilkan variansi yang homogen maka dilanjutkan dengan uji t langkahlangkahnya sebagai berikut: a. Merumuskan Hipotesis nol dan alternatifnya b. Menentukan nilai thitung dihitung dengan rumus:
t
xx rumus: Z s
1
w1t1 w2 t 2 w t w2 t 2 < t 1 1 w1 w2 w1 w2 2
2
s s Dengan w1 1 ; w2 2 = t1 = t (n – 1); t2 n1 n2
2
fx1 n1 1
= t (n – 1); 2
fx2 n2 1
1 Ftabel F (n1 n 2; n1 n 2) 2
8.
Sundayana, (2007: 37) Jika ternyata berdistribusi tidak normal maka selanjutnya menggunakan statistika non parametrik, dalam hal ini menggunakan uji Wilcoxon. Langkah pengujiannya sebagai berikut: a. Untuk setiap pasangan, tetapkan selisih bertanda (d) di antara kedua skornya.
b. Buatlah ranking harga-harga (d) tanpa memperhatikan tandanya c. Berikan tanda setiap ranking tanda positif (+) atau tanda negatif (-) untuk setiap nilai (d). d. Tetapkan nilai (T) yaitu jumlah yang lebih kecil dari kelompok ranking yang memiliki tanda yang sama, jumlahkan sesuai tanda yang sama ambil yang terkecil, lalu ambil yang terkecil e. N adalah banyaknya harga (d) yang memiliki tanda. f. Kriteria pengujiannya, hitunglah harga z dengan menggunakan rumus, gunakan daftar tabel A untuk menentukan nilai p. Tolak Ho : Uji satu pihak jika p , dan untuk uji dua pihak jika 2p . Mean = T = Deviasi =
N(N 1) 4 Standar
N(N 1)(2N 1) 24 Harga z =
x T T
=
T
N ( N 1) 4 N ( N 1)(2 N 1) 24 T
HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur tercapai tidak suatu tujuan, adalah alat evaluasi. Evaluasi dalam pengajaran dimaksudkan untuk mengukur sejauhmana keberhasilan pelaksanaan pengajaran yang dilakukan. Evaluasi dalam penelitian ini yang telah penulis lakukan terdiri dari dua jenis tes, yaitu tes awal dan tes akhir. Tes awal dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum eksperimen dilakukan, sedangkan tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil setelah pelaksanaan eksperimen, sehingga akhirnya dapat kita tentukan bahwa eksperimen yang dilakukan mempunyai pcngaruh terhadap pencapaian nilai yang lebih baik. Analisis Hasil Kegiatan Belajar Mengajar Walaupun tes yang penulis lakukan bukan merupakan satu-satunya alat yang dapat menentukan keberhasilan eksperimen, akan tetapi hasil tes tersebut dapat memberikan gambaran apakah proses pembelajaran yang dilakukan efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa. Pada bagian ini penulis akan mendeskripsikan hasil tes awal dan tes akhir yang telah dilaksanakan, serta ada tidaknya perbedaan hasil yang dicapai.
Berikut inipenilaian tes perbuatan sebelum menggunakan teknik ganti tokoh. Beberapa unsur yang dijadikan penilaian dalam memerankan drama adalah unsur mimik, gestur, dan pelafalan. Dari hasil penilaian unsur mimik berjumlah 618, unsur gestur berjumlah 600 dan unsur pelafalan berjumlah 840 dengan skor jumlah 2058. Setelah dijumlah kemudian peneliti memperoleh hasil rata-rata dari setiap unsurnya, mimik memperoleh hasil 20,6 gestur 20 dan pelafalan 28 dengan jumlah skor ratarata dari setiap unsur adalah 68,6. Dari hasil rata-rata tersebut memperoleh hasil persentasi yaitu mimik 68,7%, gestur 67%, pelafalan 70% dengan hasil skor adalah 68,6%. Penilaian skor minimal yang diperoleh siswa sebelum menggunakan teknik ganti tokoh adalah 42 dan skor maksimal adalah 88. Meskipun tidak menggunakan teknik ganti tokoh tetapi terdapat 13 siswa yang mampu memperoleh skor lebih dari 75. Berdasarkan penilaian tes perbuatan sesudah menggunakan teknik ganti tokoh, diketahui bahwa secara umum nilai yang telah dicapai siswa dalam kemampuan memerankan drama dengan menggunakan teknik ganti tokoh adalah 77,8. Nilai tersebut menunjukkan kemampuan memerankan drama yang baik. Berdasarkan unsur-unsur perilaian diperoleh bahwa kemampuan siswa dalam mengolah mimik mencapai rata-rata 24 dari skor ideal 30 dengan demikian kemampuan siswa mengolah mimik dalam memerankan drama adalah 80 %. Kemampuan siswa terkait dengan cara bersikap dan gerakan-gerakan anggota badan (gestur) mencapai rata-rata 23,4 dari skor ideal 30, dengan demikian kemampuan siswa bersikap dan gerakan-gerakan anggota badan dalam memerankan drama adalah 78%. Sementara itu kemampuan siswa dalam cara penggunaan pelafalan mencapai rata-rata 30,4 dari skor ideal 40 atau setara dengan 76%. Skor minimal yang diperoleh siswa setelah menggunakan teknik ganti tokoh adalah 60 dan skor maksimal adalah 94. Setelah menggunakan teknik ganti tokoh ternyata terdapat 19 siswa memperoleh skor lebih dari 75. Pembuktian Hipotesis Berdasarkan hasil hitungan selisih pada penilaian sesudah dan sebelum perlakuan diberikan, terdapat peningkatan yang cukup pesat pada aspek penilaian mimik memperoleh selisih 3,4 dan gestur memperoleh selisih 3,4. Pada aspek pelafalan masih terdapat selisih yang cukup kecil antara sebelum menggunakan teknik ganti tokoh dengan sesudah menggunakan teknik ganti tokoh dengan selisih nilai hanya 2,4. Maka dari itu apabila saat pembelajaran drama menggunakan teknik ganti tokoh ini maka harus lebih difokuskan pada aspek pelafalan agar hasil yang diperoleh menunjukkan lebih baik.
SIMPULAN Pada bagian ini penulis mencoba menarik beberapa kesimpulan sebagai hasil analisis terhadap data yang penulis dapatkan di lapangan. Kesimpulan yang penulis ambil berdasarkan perumusan masalah di lapangan. Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian ini, dapat penulis kemukakan beberapa simpulan di bawah ini. 1. Kemampuan siswa dalam memerankan drama sebelum menggunakan teknik ganti tokoh memperoleh nilai tertinggi 88 dan nilai terendah 42. Aspek yang dinilai adalah mimik, gestur, dan pelafalan. Dari hasil penilaian unsur mimik berjumlah 618, unsur gestur 600, dan unsur pelafalan 840 dengan jumlah skor keseluruhan 2058. Dari hasil rata-rata tersebut memperoleh hasil persentasi mimik 68,7 %, gestur 67%, pelafalan 70%. 2. Kemampuan siswa dalam memerankan drama setelah menggunakan teknik ganti tokoh memperoleh nilai tertinggi 94 dan nilai terendah 60. Aspek yang dinilai adalah mimik, gestur, dan pelafalan. Dari hasil penilaian unsur mimik berjumlah 720, unsur gestur 702 dan unsur pelafalan 912 dengan jumlah skor keseluruhan 2334. Dari hasil rata-rata tersebut memperoleh hasil presentasi mimik 80%, gestur 78%, pelafalan 76%. 3. Dalam pembelajaran drama sebelum dan sesudah menggunakan teknik ganti tokoh memperoleh data berdistribusi tidak normal maka peneliti menggunakan uji Wilcoxon dalam membuktikan hipotesis dengan memperoleh nilai z = -2,97 maka P = 0,0015 karena uji dua pihak maka, P = 2 (0,0015), Jadi P = 0,003. Diambil = 0,01 dan P < (0,003 < 0,01) dengan demikian Ho ditolak. Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan “terdapat perbedaan hasil pembelajaran drama siswa sebelum dan sesudah menggunakan teknik ganti tokoh pada siswa kelas XI SMAN 1 Karangpawitan Garut tahun pelajaran 2011/2012”. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru Algesindo. Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Cipta. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Pendidikan (KTSP). Jakarta: Pendidikan.
Satuan Dirjen
Nasution. 1991. Jemmars.
Metode
Research.
Bandung:
Rusyana, Y. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Agung. Sudjana. N 2005. Tuntutan Penysunan Kerja Ilmiah. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Suhendar, M.E dan Pien Supinah. 1993. Sejarah dan Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung. Pionir Jaya. Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Bandung : Tarsito. Tarigan, Henri Guntur. 1993. Prinsip-primip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Zaidan, Abdul Rozak. 2000. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.