Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
65
MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DAPAT MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SD NEGERI 57 BANDA ACEH SEMESTER I TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh Nurhayati*
Abstrak Pembelajaran dengan menggunakan Model Kooperatif tipe STAD dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi kerjasama, sehingga upaya guru dalam meningkatkan partisipasi aktif dari siswa dapat tercapai. Tujuan penelitian ini adalah: a) untuk meningkatan keterampilan guru dalam pengelolaan pembelajaran IPS materi kenampakan alam melalui Model Kooperatif tipe STAD; b) untuk meningkatan aktivitas siswa kelas melalui Model Kooperatif tipe STAD; c) untuk meningkatan hasil belajar siswa melalui Model Kooperatif tipe STAD. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, refleksi dan penilaian. Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi hasil belajar siswa yang diambil dari pemberian soal tes pada akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa tuntas dalam belajar, hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar yaitu pada siklus I sebanyak 58.39% siswa tuntas belajar pada kegiatan pertama meningkat menjadi 62.72% siswa tuntas belajar pada kegiatan kedua. Selanjutnya pada siklus kedua II kegiatan pertama sebanyak 67.17% siswa tuntas dalam belajar dan pada kegiatan kedua meningkat menjadi 71.11% siswa tuntas dalam belajar. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada materi Keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia siswa kelas IV SD Negeri 57. Kata Kunci: Model pembelajaran kooperati tipe STAD dan hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengintegrasikan materi-materi terpilih dari ilmu-ilmu sosial untuk kepentingan pengajaran pada peserta didik. Melalui pembelajaran IPS diharapkan anak didik memiliki wawasan sederhana tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial. Berdasarkan pengamatan peneliti di kelas IV SD Negeri 57 Banda Aceh pembelajaran IPS, guru sering menggunakan model pembelajaran ceramah yaitu menjelaskan materi dan memberi tugas saja sehingga siswa hanya mendengar penjelasan dari guru seterusnya mengerjakan soal, siswa kurang aktif (masih pasif) dalam mengikuti pembelajaran IPS dan siswa takut untuk bertanya serta mengemukakan pendapatnya, sehingga siswa kurang antusias, kurang bersemangat dalam pembelajaran IPS tersebut. Hasil nilai rata-rata pelajaran IPS dikelas IV masih rendah yaitu 58, dengan
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 47% dengan kriteria ketuntasan minimal 62. siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, dan hasil belajar siswa rendah. Berdasarkan uraian di atas model pembelajaran kooperatif tipe Students TeamsAchievement Divisions dapat dijadikan alternatif penyelesaian pembelajaran IPS. Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif tipe Students Teams-Achievement Divisions akan merangsang siswa untuk berpartisipasi aktif dan akan meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah yang merupakan hasil dari kegiatan yang di dalamnya saling interaksi dan saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru sehingga motivasi siswa dapat meningkat (Slavin, 2005:10). Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul “Model Kooperatif Tipe STAD
Nurhayati, A.Ma* adalah Guru pada SD Negeri 57 Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS di Kelas IV SD Negeri 57 Banda Aceh Semester I Tahun Ajaran 2011/2012”. Secara umum Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV pada SD Negeri 57 Banda Aceh
KAJIAN PUSTAKA Model pembelajaran kooperatif atau gotong royong merupakan sebuah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas– tugas terstruktur. Jadi, sistem pengajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok (Slavin 2005: 144). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem kerja atau belajar kelompok yaitu sistem pengelompokan /tim kecil yang berbeda (heterogen) terstruktur yang di dalam struktur itu terdapat lima unsur pokok; saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama , dan proses kelompok yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan meningkatkan kemampuan afektif yang ditunjang kemampuan psikomotorik. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achiement Division) merupakan Strategi pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Selama bekerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman dalam mencapai ketuntasan. Bekerja sama selama belajar, siswa diminta mempertanggung jawabkan secara individu materi yang dikerjakan dalam kelompok kooperatif, perlu diajarkan keterampilan–keterampilan kooperatif yang meliputi (1) Keterampilan dalam tugas, (2) Keterampilan mengambil giliran dalam berbagi tugas, (3) keterampilan berpartisipasi, (4)
66
Keterampilan mendengarkan dengan aktif, serta (5) keterampilan bertanya. STAD ( Student Teams Achiement Division ) terdiri atas lima komponen utama yaitu: a) Presentasi Kelas Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Pengajaran langsung seperti diskusi yang dipimpin guru atau presentasi audiovisual. Presentasi tersebut harus berfokus pada unit STAD. Siswa harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu siswa mengerjakan kuis-kuis. b) Tim Tim terdiri dari lima atau enam siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. c) Kuis Para siswa akan mengerjakan kuis individual setelah guru memberikan presentasi. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materi. d) Skor kemajuan individual Skor kamajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih daripada sebelumnya. e) Rekognisi Tim-Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu (Etin Solihatin. 2008: Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah pembelajaran yang dimulai dari para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah mengusai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendirisendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan saling bantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapai mereka sebelumnya, dan kepada masingmasing tim akan diberikan point berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa
Nurhayati, A.Ma* adalah Guru pada SD Negeri 57 Banda Aceh
Nurhayati, Melalui Model Kooperatif Tipe STAD
dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumNya. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku individu dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Proses yang disengaja dan direncanakan agar terjadi perubahan perilaku disebut sebagai proses belajar. Beberapa tokoh pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut: a. Hilgard dan Bower, ( Purwanto, 1997:84) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang b. Gagne, (Purwanto, 1997:84) menyatakan bahwa “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (Performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi”. Dari Beberapa definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu: a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar. c. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut beberapa aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, atau sikap (Purwanto,1997: 85). Sebagai tanda bahwa seorang telah melakukan proses belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut. Sedangkan perubahan yang terjadi akibat proses kematangan seseorang tidak
67
dianggap sebagai hasil belajar. Belajar adalah proses perubahan perilaku individu dari hasil interaksi dengan lingkungannya yang dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik melalui latihan atau pengalaman. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmuilmu sosial yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek cabangcabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau Studi Sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang di turunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologo, filsafat, dan psikologi sosial (Trianto, 2006: 124-125). Mata pelajaran IPS di SD bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan seharihari. Menurut Sumaatmadja (Sholihatin, 2005: 16-15), Tujuan pendidikan IPS adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik, memeliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, proses mengajar dan membelajarkannya, tidak hanya terbatas pada aspek–aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) saja, melainkan meliputi juga aspek akhlak (afektif) dalam menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan masalah, tantangan, hambatan dan persaingan ini. Melalui pendidikan IPS, anak dibina dan dikembangkan kemampuan mental– intelektualnya menjadi warga negara yang berketerampilan dan berkepedulian sosial serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai–nilai yang terkandung dalam Pancasila. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang
Nurhayati, A.Ma* adalah Guru pada SD Negeri 57 Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
cinta damai. Pembelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis untuk menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat di masa yang akan datang yang akan dihadapi oleh peserta didik. Hasil belajar adalah merupakan tujuan yang akan dicapai dalam proses belajar mengajar. Suprayekti, (2003 : 15 - 19). Menguraikanbahwa siswa sebagai subyek dalam interaksi belajar mengajar adalah yang akan mencapai tujuan belajar yaitu Hasil Belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
METODA PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 57 Kota Banda Aceh semester I pada materi Kenampakan alam. Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN 57 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 18 orang siswa yang terdiri dari 9 siswa putra dan 9 siswa putri . Berdasarkan pengamatan peneliti selama mengajar dikelas tersebut hampir semua siswa memiliki pemahaman yang sangat homogen, namun kemampuan dan kecerdasan meraka sangat heterogan Data yang diperoleh berasal dari siswa kelas IV SDN 57 dan guru/teman sejawat yang merupakan guru kolaborasi dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini serta pihak-pihak lain yang terkait dengan pelajaran tersebut.
68
Data yang di kumpulkan dengan cara sebagai berikut: a. Test Test dilakukan pada setiap akhir proses pembelajaran dengan menggunakan instrument soal (test tulis) soal yang diberikan adalah soal uraian b. Obsevasi Observasi yang dilakukan oleh kolabolator sebagai observer dengan menggunakan lembaran instrumen. Untuk melihat kegiatan dalam proses pembelajaran. c. Wawancara. Wawancara dilakukan oleh observer dan guru peneliti terhadap siswa terhadap guru yang melaksanakan pembelajaran yang menyangkut dengan kelancaran dan kendala pembelajaran. Alat pengumpulan Data yang digunakan adalah: a. Butir soal test. b. Lembar instrument aktivitas siswa. c. Lembar instrument PBM guru. Indikator kinerja yang di harapakn dalam kegiatan penelitian ini adalah: 1. Terjadi peningkatan hasil belajar yaitu sebanyak 70% siswa mencapai ketuntasan belajar. 2. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap siklus. 3. Terjadi peningkatan pelaksanaan proses belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus (setiap siklus dilakukan 2 kegiatan). Adapun langkahlangkah dalam setiap siklus terdiri dari : 1. Planning Kegiatan yang dilakukan pada kegiatan ini adalah membuat perencanaan proses pembelajaran. Perencanaan yang dibuat adalah berupa silabus dan RRP beserta perangkatnya dan media pembelajaran yang diperlukan. Membuat instrumen observasi kegiatan siswa dan instrumen observasi PBM guru. 2. Acting Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang terdapat didalam kegiatan perencanaan. Melaksanakan kegiatan Proses pembelajaran materi
Nurhayati, A.Ma* adalah Guru pada SD Negeri 57 Banda Aceh
Nurhayati, Melalui Model Kooperatif Tipe STAD
kenampakan alam dengan menerapkan metode kooperatif tipe STAD. 3. Observasi Melaksanakan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh guru peneliti terhadap siswa pada saat PBM berlangsung untuk melihat kegiatan siswa dan observasi yang dilakukan oleh guru kolaborasi terhadap PBM yang diselenggarakan oleh peneliti. 4. Refleting Refleksi dilakukan pada akhir PBM untuk melihat hasil dari kegiatan PBM yang telah dilaksanakan. Kemudian hasil dari refleksi pada siklus I kegiatan pertama merupakan acuan bagi peneliti untuk melakukan tindakan pada siklus I kegiatan selanjutnya (siklus I kegiatan 2). Selanjutnya pada kegiatan kedua siklus I peneliti melakukan perubahan tindakan pada proses belajar mengajar terhadap kekurangan yang terjadi pada kegiatan pertama siklus I sehingga hasil PBM akan menjadi lebih baik sesuai dengan harapan dan tujuan yang ingin dicapai. Setelah siklus I selesai, peneliti melanjutkan dengan siklus II yang juga melakukan 2 kegiatan dengan tujuan dan harapan peneliti pemahaman siswa terus meningkat.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah: Membuat RPP, membuat criteria penilaian, membuat lembar observasi. b. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan yaitu empat jam pelajaran. pelaksanaan pembelajaran pada siklus ini diawali dengan guru memberi penjelasan pada siswa kemudian guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok kecil setelah itu guru memberikan LKS pada siswa dan dikerjakan dengan cara diskusi dengan teman dimana apabila ada anggota kelompok yang belum bisa kelompok bertanggung jawab membantu. Guru membahas hasil diskusi kemudian siswa diberi kuis disetiap akhir pertemuan. Untuk akhir siklus guru memberikan penghargaan untuk kelompok yang memperoleh skor nilai kuis tertinggi.
69
Dari hasil analisis terhadap hasil belajar siswa diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 62 ke atas untuk pertemuan pertama berjumlah 2 orang siswa sedangkan untuk pertemuan kedua berjumlah 7 orang siswa dari 18 siswa, maka jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar untuk pertemuan pertama dan kedua dalam siklus I berturut-turut sebesar 11,11% dan 38,89 %. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Data ketuntasan belajar siswa siklus I Jumlah Siswa Persentase Siswa S yang Tuntas yang Tuntas I Pertemuan Tidak Tidak K Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas L U 1 2 16 11.11 88,89% S orang orang % 2 7 11 38,89 61,11% I orang orang % c. Observasi Pada kegiatan observasi ini observer mengamati aktivitas siswa dan guru saat proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas guru diamati dengan tujuan untuk melihat apakah proses pembelajaran yang dilakukan guru sudah sesuai dengan rencana atau belum dan utnuk memperbaiki tindakan untuk siklus selanjutnya. Berdasarkan data hasil observasi dapat dianalisis bahwa tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran untuk pertemuan pertama dan kedua berturut-turut sebesar 34,92% dan 42.86%, sedangkan kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran untuk pertemuan pertama dan pertemuan kedua adalah 2,78 (Kurang) dan 3.00 (Baik). d. Refleksi Setelah siklus I selesai peneliti menganalisis tindakan apa yang harus diperbaiki pada siklus selanjutnya. Tindakan tersebut antara lain: memotivasi siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam melakukan proses belajar. B. Diskripsi Hasil Siklus II a. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah: Membuat RPP, Membuat criteria penilaian, Membuat lembar observasi. b. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan
Nurhayati, A.Ma* adalah Guru pada SD Negeri 57 Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
yaitu empat jam pelajaran. pelaksanaan pembelajaran pada siklus ini diawali dengan guru memberi penjelasan pada siswa kemudian guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok kecil setelah itu guru memberikan LKS pada siswa dan dikerjakan dengan cara diskusi dengan teman dimana apabila ada anggota kelompok yang belum bisa kelompok bertanggung jawab membantu. Setelah itu guru membahas hasil diskusi kemudian siswa diberi kuis disetiap akhir pertemuan. Untuk akhir siklus guru memberi penghargaan untuk kelompok yang memperoleh skor nilai kuis tertinggi. Dari hasil analisis terhadap hasil belajar siswa diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 62 ke atas untuk pertemuan pertama berjumlah 15 orang siswa sedangkan untuk pertemuan kedua sebanyak 16 siswa dari 18 siswa, maka jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua berturut-turut sebesar 83,33% dan 88,89%. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Data ketuntasan belajar siklus II Jumlah Siswa Persentase Siswa S yang Tuntas yang Tuntas (%) I Pertemuan Tidak Tidak Tuntas Tuntas K Tuntas Tuntas L 1 15 3 orang 83,33 16,67 U orang S 2 16 2 orang 88,89 11,11 II orang c. Observasi Pada kegiatan observasi ini observer mengamati aktivitas siswa dan guru saat proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas guru diamati dengan tujuan untuk melihat apakah proses pembelajaran yang dilakukan guru sudah sesuai dengan rencana atau belum dan utnuk memperbaiki tindakan untuk siklus selanjutnya. Berdasarkan data hasil observasi dapat dianalisis bahwa tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran untuk pertemuan pertama dan kedua berturut-turut sebesar 52.38% dan 70.63%. Sedangkan kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran untuk pertemuan pertama dan pertemuan kedua pada siklus kedua juga terjadi peningkatan yang signifikan yaitu 3,33 (Baik) dan 3.56 (Baik).
70
C. Pembahasan Tiap Siklus Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa ada peningkatan baik hasil belajar, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran maupun kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa pada siklus I hasil belajar siswa hanya terdapat 11.11% siswa yang tuntas pada pertemuan pertama dan meningkat menjadi 38,89% siswa yang tuntas pada pertemuan kedua. Perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan peneliti pada siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa yaitu terdapat 69,47% siswa yang tuntas pada pertemuan pertama dan 88,89% siswa yang tuntas pada pertemuan kedua. Tidak hanya hasil belajar siswa saja yang meningkat, aktivitas siswa dan kemampuan guru dalam pembelajaran juga meningkat. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh bahwa pada siklus I aktivitas siswa dan kemampuan guru dalam pembelajaran berturut-turut yaitu 58,39% dan 62,72%. Sedangkan kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran untuk pertemuan pertama dan pertemuan kedua adalah 2,78 (Kurang) dan 3.00 (Baik). Setelah direfleksi kemudian ditemukan beberapa kekurangan dalam pembelajaran pada siklus I dan dilakukan perbaikan pada suklus II sehingga terjadi peningkatan aktivitas siswa dan kemampuan guru dalam pembelajaran berturut-turut yaitu sebesar 63.98% dan 75.78%. Sedangkan kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran untuk pertemuan pertama dan pertemuan kedua pada siklus II juga terjadi peningkatan yang signifikan yaitu 3,33 (Baik) dan 3.56 (Baik). Setelah dianalisis ternyata peningkatan hasil belajar siswa berkaitan langsung dengan penggunaan metode STAD. Karena dengan metode/ ini siswa lebih aktif dalam pembelajaran dimana yang pada awalnya siswa hanya mendengarkan ceramah guru dengan metode STAD siswa aktif dalam pembelajaran, hubungan antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru terjalin dengan sangat baik karena dalam pembelajaran terdapat diskusi baik dengan guru maupun dengan teman. Untuk siswa yang takut bertanya pada guru mereka bisa bertanya pada teman yang sudah bisa. Sehingga dalam pembelajaran terjadi
Nurhayati, A.Ma* adalah Guru pada SD Negeri 57 Banda Aceh
Nurhayati, Melalui Model Kooperatif Tipe STAD
kenyamanan. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3. Data ketuntasan belajar siklus I dan II Jumlah Siswa Persentase Siswa yang Tuntas yang Tuntas (%) Pertemuan Tidak Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas S 1 2 16 11.11 88,89 I orang orang
K L U S I S I K L U S
2
7 orang
11 orang
38,89
61,11
1
15 orang
3 orang
83,33
16,67
2
16 orang
2 orang
88,89
11,11
II
Tabel 4 Data aktivitas siswa dan guru siklus I dan II SIKLUS I SIKLUS II Pertemuan Pertemuan 1 2
Aktivitas 34.92% Siswa Kemampuan 2,78 Guru Kriteria CUKUP Penilaian
Pertemuan 1
Pertemuan 2
42.86%
52.38%
70.63%
3,00
3.33
3.56
BAIK
BAIK
BAIK
Berdasarkan dari seluruh hasil tindakan yang menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa, peningkatan keaktifan siswa serta peningkatan terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD dapat digunakan mata pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri 57 Banda Aceh
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penggunaan metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Keragaman suku bangsa dan budaya
71
di Indonesia siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 57 Kota Banda Aceh. 2. Penggunaan metode STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa pada materi Keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 57 Kota Banda Aceh. 3. Penggunaan STAD dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran materi Keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 57 Kota Banda Aceh. 1. Saran-Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kondisi selama penelitian, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Kepada guru-guru yang sering mengalami kesulitan dalam meningkatkan keterampilan proses belajar mengajar pada siswa agar dapat merancang proses pembelajaran dengan menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang ingin disampaikan. 2. Guru dapat menggunakan metode STAD sebagai alternatif dalam memilih metode pembelajaran di sekolah khususnya pada materi keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia untuk siswa kelas V SD.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktif. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Solihatin, Etin. 2006. KooperatifAnalisa Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Sulistyorini, Sri. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Semarang: Tiara Wacana. Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdiknas. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Nurhayati, A.Ma* adalah Guru pada SD Negeri 57 Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
72
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI PADA MATERI SHALAT JAMA’ DAN QASHAR MELALUI METODE DEMONSTRASI
Oleh Husniati* Abstrak Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 11 Banda Aceh. Sebagai subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah para peserta didik kelas VII SMPN 11 Banda Aceh yang jumlah peserta didiknya sebanyak 27 orang terdiri dari 11 laki-laki dan 16 perempuan. Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil pembelajaran peserta didik, hasil observasi oleh teman sejawat dan dokumentasi nilai peserta didik yang dimulai bulan Febuari sampai dengan April 2012. Hasil penelitian menunjukkan ketuntasan belajar pada siklus I sebanyak 10 orang peserta didik (37%). Setelah dilaksanakan siklus II dengan menerapkan metode Demonstration hasil belajar peserta didik meningkat menjadi 21 orang peserta didik (77,8%) yang tuntas belajar. Jumlah ini jelas menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari siklus I kesiklus II. Berdasarkan hasil pembelajaran siklus I kesiklus II ketuntasan belajar telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan yaitu ketuntasan hasil belajar peserta didik sebesar 77,8%. Kata Kunci: Hasil belajar, PAI, Metode Demonstration.
Abstract Activity classroom action research was conducted at SMPN 11 Banda Aceh. As the subjects in the study of this class action is the student’s seventh of SMPN 11 Banda Aceh that the large number of student’s as many 27 people, including 11 males and 16 females. The source of data obtained in this study is the result of student learning, the observation by peers and documentation of as student’s grade on Febuary until April 2012. The result showed mastery learning in the first cycle as many as 10 student’s (37%). Once implemented the second cycle learning by implementing the method of demonstration, the student’s learning result increase of 21 student’s (77,8%) that mastery learning. This number clearly shows that there has been a significant increase from cycle I to cycle II. Based on the learning result of cycle I to cycle II mastery learning has been achieved as expected is the mastery of student’s learning result of 77,8%. Keywords: Learning result, PAI, Demonstration method.
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 11 Banda Aceh diawal penelitian ini aktivitas dan hasil belajar belum seperti yang diharapkan. Rendahnya hasil belajar peserta didik ditandai oleh kurangnya pencapaian nilai KKM, yaitu hanya 37% peserta didik yang tuntas belajar diatas KKM rata-rata sedangkan 63% peserta didik masih dibawah KKM. Rendahnya nilai yang diperoleh peserta didik adalah akibat monotonnya guru dalam menyajikan materi pelajaran. Oleh karena itu, sebagai guru harus mampu membangkitkan semangat belajar peserta didik untuk memotivasi dan mengkoordinir peserta
didik yang lemah dalam belajar. Untuk itu guru dituntut kemampuannya dalam memotivasi peserta didik dengan menemukan kekurangan yang dimiliki pada pembelajaran sebelumnya. Dalam hal ini, penggunaan strategi atau metode yang dipilih adalah kunci keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Berpijak dari hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan aktifitas, kreatifitas dan kemampuan guru dengan memberdayakan metode pembelajaran yang mampu merubah kondisi awal pembelajaran hingga termotivasi peserta didik untuk memperoleh nilai KKM yang telah ditetapkan.
Dra. Husniati* adalah Guru Agama SMPN 11 Kota Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah dengan menggunakan metode Demonstration dapat meningkatkan hasil belajar PAI pada materi shalat jama’ dan qashar bagi peserta didik kelas VII SMP Negeri 11 Banda Aceh? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara ilmiah bahwa penggunaan metode Demonstration pada materi shalat jama’ dan qashar dapat meningkatkan hasil belajar PAI bagi peserta didik kelas VII SMP Negeri 11 Banda Aceh di samping mendapatkan data empiris secara akurat. Manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas ini untuk meningkatkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik dalam proses belajar mengajar sehingga tercapai kompetensi dasar mata pelajaran PAI khususnya, dan bagi guru/teman sejawat lainnya dapat memperbaiki strategi pembelajaran serta menggunakan metode Demonstration dalam pembelajaran demi meningkatkan hasil belajar peserta didik.
KAJIAN PUSTAKA Menurut Hilgord, dalam Pasarisu dan Simanjuntak (1980) belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebakan obat-obatan. Kemudian menurut James O. Withaker dalam Dewi Ketut Sukardi (1983), mendefinisikan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman, disamping itu juga diartikan sebagai proses sebagian tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui proses pelatihan. Sedang menurut Ngalim Purwanto (1992) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Dengan demikian belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Hamalik (2001) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Sedangkan Nasution (2006) hasil
73
belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedang menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
METODA PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 11 Kota Banda Aceh dikelas VII-1 semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 27 orang peserta didik, yang terdiri dari 16 orang perempuan dan 11 orang lakilaki. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai pada bulan Februari s/d April 2012 semester genap. Sumber data adalah proses pembelajaran yang berlangsung dikelas VII materi shalat jama’ dan qashar melalui tahapan perencanaan pembelajaran, pembahasan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran berdasarkan hasil test peserta didik. Test dilakukan pada setiap akhir proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen soal (test tulis) yang berbentuk uraian. Untuk observasi dilakukan dengan menggunakan lembaran instrumen agar dapat melihat kegiatan peserta didik dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah aktifitas peserta didik saat melakukan demonstrasi didepan kelas juga observasi yang dlakukan oleh guru kolaborasi sebagai observer pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Validasi data disusun berdasarkan hasil belajar peserta didik yang dikumpulkan peneliti dengan menganalisis data tersebut secara deskriptif yaitu triangulasi antara peserta didik, guru yang melaksanakan proses belajar mengajar dan guru kolaboratif sebagai observer. Kemudian hasil belajar tersebut dibandingkan antara hasil pembelajaran satu dengan hasil pembelajaran dua yang terdapat pada siklus I dan siklus II sehingga
Dra. Husniati* adalah Guru Agama SMPN 11 Kota Banda Aceh
Husniati, Peningkatan Hasil Belajar PAI
teridentifikasi jumlah peserta didik yang tuntas mencapai KKM dan jumlah peserta didik yang belum tuntas mencapai KKM. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar peserta didik dari pengamatan data analisis deskriptif kompratif yaitu ketuntasan belajar yang mengalami peningkatan mulai dari 37% tuntas di siklus I hingga menjadi 77,8% tuntas di siklus II.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tabel 1. Hasil belajar peserta didik siklus I Perolehan hasil Ketuntasan belajar (KKM 75) (%) Tidak Siklus Nilai 75 Nilai 75 Tuntas keatas kebawah Tuntas I 10 17 37 % 63% orang orang Berdasarkan pengamatan dari tabel data hasil belajar peserta didik pada siklus I di atas, peserta didik yang memperoleh nilai tuntas atau KKM 75 keatas sebanyak 10 peserta didik dengan persentase 37% dan peserta didik yang memperoleh nilai tidak tuntas atau KKM 75 kebawah sebanyak 17 peserta didik dengan persentase 63%. Tabel 2. Hasil belajar peserta didik siklus II Perolehan hasil Ketuntasan belajar (KKM 75) (%) Nilai 75 Nilai 75 Tidak Siklus Tuntas keatas kebawah Tuntas I 21 77,8 22,2 6 orang orang % % Berdasarkan pengamatan dari tabel data hasil belajar peserta didik pada siklus II di atas terjadi peningkatan, peserta didik yang memperoleh nilai tidak tuntas atau KKM 75 kebawah sebanyak 6 peserta didik dengan persentase 22,2%. Sedangkan peserta didik yang memperoleh nilai tuntas atau KKM diatas 75 meningkat menjadi 21 peserta didik dengan persentase 77,8%. B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan dalam penelitian tindakan kelas di sini, perbandingan hasil belajar siklus I dan siklus II terjadi
74
peningkatan yang cukup signifikan. Dari jumlah 27 peserta didik seluruhnya di kelas VII-1, hanya 6 orang atau 22,2% peserta didik yang belum mencapai ketuntasan. Dalam hal ini, melihat hasil belajar peserta didik pada siklus II dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan metode Demonstration pada materi shalat jama’ dan qashar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik sebesar 77,8% di akhir siklus II. Hasil belajar peserta didik yang diperoleh pada siklus I belum sesuai dengan harapan yang diinginkan peneliti yaitu 75 diatas rata-rata sesuai ketentuan KKM . Hasil belajar siklus I hanya 37% peserta didik yang tuntas. Mendapatkan hasil belajar yang belum sesuai dengan harapan yang diinginkan, maka dilanjutkan dengan siklus II untuk mengupayakan penyempurnaan kekurangankekurangan yang terjadi pada siklus I. Setelah diupayakan pelaksanaan siklus II, ternyata terjadi peningkatan jumlah peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 21 orang dari jumlah total peserta didik 27 orang, dengan persentase ketuntasan 77,8%. Jumlah ini jelas menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari siklus I ke siklus II. Dan hasil tersebut telah sesuai dengan harapan yang diinginkan peneliti yaitu nilai 75 diatas rata-rata sesuai ketentuan KKM. Dengan demikian, terbuki bahwa penggunaan metode Demonstration pada materi shalat dapat mengoptimalkan hasil belajar peserta didik.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan, penggunaan metode Demonstration dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan aktifitas peserta didik pada materi shalat jama’ dan shalat qashar di kelas VII-1 SMPN 11 Banda Aceh. Metode Demonstration dalam PBM mampu meningkatkan kemampuan guru dan cukup efektif untuk materi shalat jama’ dan qashar di kelas VII-1 SMPN 11 Banda Aceh. 1. Saran-Saran Kepada guru-guru Pendidikan Agama Islam yang sering menemukan kendala dalam penyampaian materi tentang shalat khususnya atau yang membutuhkan demonstrasi supaya lebih teliti dan cermat dalam menentukan
Dra. Husniati* adalah Guru Agama SMPN 11 Kota Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
pilihan penggunaan metode yang akan diterapkan. Khusus pada materi shalat jama’ dan qashar guru Pendidikan Agama Islam harus ekstra dalam memonitoring semua perlengkapan baik sarana/prasarana yang tersedia untuk mendukung lancarnya pembelajaran sampai kepada konsep yang akan digunakan agar terhidar dari polemic ajaran yang sesat sehingga dapat melakukan sunnah Rasulullah SAW yang shahih dalam implementasinya untuk beribadah kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono (2002). http://www.hasiltesguru.com/2012/04/pen gertian-hasil-belajar.html Sukardi, Dewi Ketut (1983). Bimbingan & Penyuluhan Belajar. Surabaya, Usaha Nasional. Hamalik, Oemar (2001). Psikologi Belajar Mengajar. Bandung, Sinar Baru Algeindo. Nasution (2006). http://zukhrufarisma. wordpress.com/2010/11/02/strategipembelajaran/ Ngalim Purwanto (1992). http://www.slide share.net/sitiKhadijah 16/konsep-belajardan-pembelajaran-25211555 Pasarisu dan Simanjuntak (1980). Proses Belajar Mengajar. Bandung, Tarsito.
Dra. Husniati* adalah Guru Agama SMPN 11 Kota Banda Aceh
75
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
76
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA METERI STATISTIK PADA SISWA KELAS XI-IS.2 SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 5 BANDA ACEH
Oleh Bukhari Arsyad*
Abstrak Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi dan mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin serta memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu pengajaran matematika menjadi salah satu hal yang pokok dalam menanamkan nilai-nilai dasar ilmu pengetahuan yang lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika khususnya pada materi bentuk akar dan pangkat pecahan. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, refleksi dan penilaian. Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi hasil belajar siswa yang diambil dari pemberian soal tes pada akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I hasil belajar siswa adalah 37,9% tidak tuntas, dan 62,1% tuntas. Pada siklus II hasil belajar siswa adalah 82,8% tuntas, dan 17,2% tidak tuntas. Maka hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus ke II dibandingkan siklus I dan pra siklus. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi statistik siswa kelas XI IS. Pada SMA Negeri 5 Banda Aceh Kata kunci : Hasil belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Matematika adalah cabang utama dari ilmu filsafat yang merupakan ibu dari segala ilmu, dengan demikian pengajaran matematika menjadi salah satu hal yang pokok dalam menanamkan nilai-nilai dasar ilmu pengetahuan yang lain. Pada pelaksanaaan proses belajar mengajar, guru memegang peranan penting. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis ketika proses belajar mengajar, penulis menemukan bahwa nilai hasil belajar siswa kelas XI masih rendah, kondisi ini disebabkan oleh minat, motivasi, aktivitas dan peran serta siswa dalam pembelajaran masih rendah serta kurangnya interaksi antara guru dan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Dalam melaksanakan proses belajar mengajar guru dituntut dapat memilih interaksi belajar mengajar yang tepat untuk dapat mewujudkan kondisi pembelajaran siswa aktif. Setiap strategi yang direncanakan oleh guru diharapkan dapat mengedepankan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Diantara berbagai tipe pembelajaran kooperatif, maka
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisioan), dapat diterapkan pada bidang studi matematika materi statistik, dimana siswa akan belajar dan berkerjasama, saling membantu memahami konsep-konsep sulit didalam kelompok kooperatif Secara umum Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi statistik siswa kelas XI pada SMA Negeri 5 Banda Aceh.
KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14). Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
Bukhari Asryad, S.Pd* adalah Guru matematika pada SMA Negeri 5 Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pelajaran yang melibaan siswa untk bekerja dalam kelompok-kelompok unuk menetapkan tujuan bersama. (Felder,1994: 2). Wahyuni (2001: 8) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen. Menurut Tanireja dkk, Jenis-jenis model pembelajaran kooperatif meliputi: Student Teams-Achievment Division (STAD), Tipe Teams Games Turnaments (TGT), Model pembelajaran Investigasi Kelompok/Group Investigaation (GI). Tipe STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Tipe STAD dikembang oleh Slavin, yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Ada tiga komponen mendasar dari model pembelajaran tipe STAD (Eggen & Kauchak), yaitu: 1) Penghargaan Kelompok (group goals), 2) Tanggung Jawab Individual (individual accountability), 3) Kesempatan yang sama untuk berhasil (equal opportunity for success), Menurut Slavin dalam Ismail dkk (2007), ada lima tahapan dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu: 1. Penyajian Materi, materi diberikan oleh guru, diawali dengan penjelasan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Belajar Kelompok, kelompok terdiri dari empat atau lima anggota dengan memperhatikan perbedaan kemampuan, jenis kelamin, dan asal sekolah . 3. Tes atau Kuis, Tes atau kuis diberikan secara individual, tidak diperbolehkan membantu satu sama lain. 4. Poin Peningkatan Individual, Poin ditentukan berdasarkan selisih skor tes terdahulu (skor dasar/awal) dengan skor terakhir.
77
Tabel 2.1 Penghitungan Poin Peningkatan Individual Skor Tes Akhir Poin Peningkatan Lebih dari 10 poin di 0 bawah skor dasar 10 1 s. d 10 poin di bawah skor dasar Sama atau 10 poin di atas 20 skor dasar Lebih dari 10 poin di atas 30 skor dasar 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 5. Penghargaan Kelompok, setelah dilakukan penghitungan poin peningkatan individual dilakukan pemberian penghargaan kelompok.
METODA PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Banda Aceh JL Hamzah Fansuri No 3 Darussalam Kota Banda Aceh. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IS-2 SMA Negeri 5 Tahun pembelajaran 2013/2014.Jumlah siswa sebanyak 29 orang yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Berdasarkan pengamatan peneliti selama mengajar dikelas tersebut hampir semua siswa memiliki pemahaman yang sangat homogen, namun kemampuan dan kecerdasan meraka sangat heterogan B. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara test dan observasi. Alat pengumpulan Data yang digunakan adalah: butir soal test, lembar instrument aktivitas siswa, lembar instrument PBM guru. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang terdiri dari analisis hasil belajar, analisis aktivitas siswa. Analisis hasil belajar dilakukan dengan analisa deskriptif comparative yaitu dengan membandingkan nilai tes antar siklus. Analisis aktivitas siswa dan guru dianalisis secara deskriptif dengan memberikan penjelasan terhadap hasil observasi yang dilakukan.
Bukhari Asryad, S.Pd* adalah Guru matematika pada SMA Negeri 5 Banda Aceh
Bukhari Arsyad, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
C. Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri atas dua siklus terdiri dari: 1. Perencanaan, kegiatan yang dilakukan adalah membuat silabus, dan RRP berserta perangkatnya. Mempersiapkan bahan-bahan media pembelajaran beberapa alat-alat bantu yang diperlukan. Membuat instrumen observasi kegiatan siswa dan instrument observasi PBM guru. 3. Pelaksanaan, melaksanakan pembelajara untuk mencapai KD sesuai dengan standar proses yang terdapat dalam kegiatan perencanaan yaitu melaksanakan pembelajaran 4. Observasi ( pengamatan ), Pengamatan dilaksanakan oleh observer terhadap siswa dalam proses pembelajaran dan guru peneliti.. 5. Refleksi dilakukan pada akhir PBM dengan melakukan konfirmasi antara observer dan guru peneliti dalam diskusi secara objective. Kemudian dari hasil refleksi merupakan cermin bagi peneliti untuk mencermati keberhasilan dan kegagalan dalam pembelajaran yang telah direncanakan hasil refleksi dapat dijadikan rencana tindak lanjut untuk pembelajaran selanjutnya (siklus II).
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Siklus I Kegiatan perencanaan dilakukan pada siklus I adalah mempersiapkan RPP, menyusun instrument aktifitas dan Instrumen PBM guru peneliti. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I diawali dengan memberikan motivasi dengan menggali pengetahuan awal siswa serta memberi informasi kompetensi yang akan dipelajari. Selanjutnya guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Dan selanjutnya guru membagi soal per kelompok, setelah siap mengerjakan soal perkelompok, ketua kelompok maju kedepan untuk mempresentasikan hasil yang diperoleh dari kelompoknya masing-masing. Memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk memaparkan hasil diskusi kelompoknya, tahap selanjutnya guru memberikan klarifikasi dan penguatan terhadap materi yang telah didiskusikan serta
78
memberi bimbingan/contoh kepada siswa yang belum memahami materi statistika. Kegiatan ini dilakukan dengan empat kali pertemuan, pada akhir pembelajaran diberikan evaluasi dalam bentuk soal uraian yang terdapat dalam RPP. Dari analisis terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 65 keatas (diatas KKM 65) berjumlah 18 siswa, dari jumlah keseluruhan siswa 29 orang maka jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebesar 62,1% , jumlah yang belum tuntas ada 11 Siswa dengan persentase 37,9%. Dari data yang diperoleh terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus siswa yang memperoleh nilai tuntas KKM 65 sebanyak 10 siswa dengan persentasenya 34,5% meningkat menjadi 18 siswa dengan persentase 62,1%. Observasi yang dilakukan pada siklus 1 ini antara lain adalah aktivitas siswa saat PBM berlangsung dan pelaksanaan PBM yang diselenggarakan oleh guru. Hasil observasi guru terhadap aktifitas siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktifitas siswa yaitu presentasi aktifitas sebesar 62,1% Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: a. Memotivasi siswa b. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep c. Pengelolaan waktu Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. B. Deskripsi Siklus II Kegiatan perencanaan dilakukan pada siklus II adalah mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, yaitu: membuat RPP, menyusun instrument aktifitas dan Instrumen PBM guru peneliti. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan. proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Bukhari Asryad, S.Pd* adalah Guru matematika pada SMA Negeri 5 Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes uraian dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes uraian II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah: terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I, siswa yang memperoleh nilai tuntas KKM 65 sebanyak 19 siswa dengan persentasenya 65,5% meningkat menjadi 24 siswa dengan persentase 82,8%. Hasil observasi keaktifan siswa dalam pelaksanaan PBM pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini. Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model STAD memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I dan siklus II). Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Penyempurnaan aspek-aspek dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin. Berdasarkan analisis data diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika pada materi statistik dengan model STAD yang paling dominan adalah memperhatikan informasi guru dan bekerja dalam kelompok. Jadi dapat dikatakan bahwa aktifitas siswa dapat dikatagorikan aktif. Sedangkan untuk katagori guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkahlangkah model STAD dengan baik. Hal ini terlihat dari aktifitas guru yang muncul diantaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa, melatih keterampilan dan mengamati siswa dalam mengerjakan LKS/menemukan konsep, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/ tanya jawab dimana persentase untuk aktifitas di atas cukup besar. Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD. Dari
79
data-data yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut : a) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi presentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar . b) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar mengajar berlangsung. c) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik . d) Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan. Pada siklus II guru telah menerapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD dengan baik dan dilihat dari aktifitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model STAD dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
SIMPULAN DAN SARAN Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas, diperoleh hasil pada siklus I hasil belajar siswa adalah 37,9% tidak tuntas, dan 62,1% tuntas. Pada siklus II hasil belajar siswa adalah 82,8% tuntas, dan 17,2% tidak tuntas. Maka hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus ke II dibandingkan siklus I dan pra siklus Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 5 Banda Aceh. 2. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika
Bukhari Asryad, S.Pd* adalah Guru matematika pada SMA Negeri 5 Banda Aceh
Bukhari Arsyad, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
3.
siswa kelas XI SMA Negeri 5 Banda Aceh. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 5 Banda Aceh
1. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian tindakan ini dapat dikemukakan beberapa saran yaitu : 1. Bagi siswa, agar tetap menanamkan sikap positif dalam pembelajaran matematika yaitu aktif, menjalin kerjasama yang baik, menghargai pendapat orang lain dan bersemangat dalam belajar. 2. Bagi guru matematika, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa,
DAFTAR PUSTAKA Ahmad dan Rohani, (1995), Pengelolaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta. Arikunto, Suharsimi, dkk,(2006). Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta. Azhar,L, (1993), Proses Belajar Mengajar Pola CBSA, Usaha Nasional,Surabaya. Eggen, P.D & Kauchak, D.P. 1996. Strategies for Teacher. Teaching Content and Thinking Skill: Allyn and Bacon. Suherman Erman, (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontenporer. Bandung : JICA Universitas Pendidikan Indonesia. Sujana, Nana (1990), Penelitian Hasil Belajar Mengajar, Remaja Rodaskarya, Bandung.
Bukhari Asryad, S.Pd* adalah Guru matematika pada SMA Negeri 5 Banda Aceh
80
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
81
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PADA MTsN RUKOH BANDA ACEH
Oleh Cut Nurul Fahmi* Abstrak Budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah merupakan dua faktor penting yang mempengaruhi kinerja guru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru pada MTsN Rukoh Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner, dokumentasi dan wawancara. Analisis data menggunakan teknik korelasi dan regresi dengan program SPSS 17.0. Populasi/sampel dalam penelitian ini adalah semua guru di MTsN Rukoh Banda Aceh yang berjumlah 37 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja guru dilihat dari aturan dan kebijakan dalam pembagian tugas, iklim organisasi, kebiasaan dan norma yang berlaku disekolah, pelibatan guru dalam perumusan visi dan misi serta tata tertib sekolah sehingga dapat meningkatkan komitmen, tanggung jawab dan keterampilan yang ditampilkan oleh guru. (2) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru dilihat dari kemampuan kepala sekolah dalam menjalin hubungan kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang didasari oleh adanya keterampilan dan perilaku kepala sekolah yang kondusif.(3) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru dilihat dari kemampuan dan komitmen guru. Kata kunci: Budaya organisasi, kepemimpinan, kinerja guru
Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah menimbulkan persaingan dalam berbagai bidang, yang menuntut masyarakat Indonesia untuk memantapkan diri dalam peningkatan kualitas dan sumber daya manusia yang unggul, mampu berdaya saing, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi serta mempunyai etos kerja tinggi. Perwujudan manusia yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional dalam bidangnya masing-masing. Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif menuntut setiap organisasi untuk bersikap lebih responsif agar sanggup bertahan dan terus berkembang. Untuk mendukung perubahan organisasi tersebut, maka diperlukan adanya perubahan individu. Proses menyelaraskan perubahan organisasi dengan perubahan
individu ini tidaklah mudah. Pemimpin sebagai panutan dalam organisasi, sehingga perubahan harus dimulai dari tingkat yang paling atas yaitu pemimpin itu sendiri. Organisasi memerlukan pemimpin reformis yang mampu menjadi motor penggerak yang mendorong perubahan organisasi Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja karyawan, kinerja merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar kerja yang telah ditetapkan. Setiap organisasi akan berusaha untuk selalu meningkatkan kinerja karyawan demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai cara bisa ditempuh organisasi dalam meningkatkan kinerja karyawan diantaranya dengan mewujudkan kepuasan kerja karyawan melalui budaya organisasi dan kepemimpinan yang sesuai dengan harapan karyawan. Peran budaya organisasi sangat ditentukan oleh perilaku (behavioral) kepemimpinan kepala sekolah yang
Cut Nurul Fahmi, M.Pd* adalah Dosen Tetap Yayasan Universitas Serambi Mekkah
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
bersangkutan. Burns (Indrafacruddin, 2006:40) menyatakan pendekatan budaya organisasi adalah “1) sumber power untuk sekolah yang pada hakikatnya dari kelompok/terpimpin, walaupun budaya organisasi itu mempengaruhi kelompok tersebut, 2) pengaruh itu terlihat pada penampilan kelompok dalam mencapai tujuan”. Budaya organisasi merupakan variabel kunci yang bisa mendorong keberhasilan guru yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerjanya. Sobirin (2009:243) menyebutkan: “budaya organisasi memberi kontribusi terhadap keberhasilan kinerja sekolah”. Budaya organisasi juga sebagai alat untuk melakukan integrasi internal. Jika peran ini bisa berfungsi dengan baik dan dibarengi oleh penyusunan strategi yang tepat maka bisa diharapkan kinerja organisasi akan meningkat. Untuk itu seorang pemimpin dituntut kemampuannya untuk menerapkan budaya yang sesuai dengan kebijakan bersama antara guru dan kepala sekolah baik dalam merumuskan, menspesifikasikan dan menyusun daftar kegiatan serta memilah-milah pekerjaan agat dapat membantu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja guru sebagai anggota organisasi sekolah akan lebih mudah mencapai efektivitas kerja yang tinggi jika ia mempunnyai budaya yang positif dan mendukung semangat kerja. Menyadari bahwa dirinya tidak hanya sebagai anggota dari organisasi sekolah, tetapi juga paham terhadap tujuan organisasi sekolah tersebut. Dengan demikian, seorang guru akan dapat memahami sasaran dan kebijakan organisasi, dengan kata lain pengembangan budaya organisasi diharapkan dapat menimbulkan komitmen guru untuk tujuan yang dimaksud. Secara umum penelitian ini untuk mengumpulkan informasi tentang budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah apakah telah memberikan pengaruh terhadap kinerja guru dalam melaksanakan tugas pokoknya. Secara khusus untuk mengetahui Pengaruh budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTsN Rukoh Banda Aceh.
82
KAJIAN PUSTAKA A. Budaya organisasi Menurut Wibowo (2010:19) budaya organisasi merupakan“ Filosofi dasar organisasi yang memuat keyakinan, normanorma, dan nilai-nilai bersama yang menjadi karakteristik inti tentang bagaimana cara melakukan sesuatu dalam organisasi, keyakinan, norma-norma, dan nilai-nilai tersebut menjadi pegangan semua sumber daya manusia dalam organisasi dalam melaksanakan kinerjanya”. Setiap orang akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima di lingkungannya. Kepribadian seseorang akan dibentuk pula oleh lingkungannya dan agar kepribadian tersebut mengarah kepada sikap dan perilaku yang positif tentunya harus didukung oleh norma yang diakui tentang kebenarannya dan dipatuhi sebagai pedoman dalam bertindak. Sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Denison (Riani 2011:07) budaya organisasi merupakan “nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip dasar yang merupakan landasan bagi sistem dan praktekpraktek manajemen serta perilaku yang meningkatkan dan menguatkan prinsipprinsip tersebut. B. Elemen Budaya Organisasi Unsur-unsur budaya organisasi terdapat perbedaan pendapat para pakar, menurut Gaplin (Rampersad, 2006:357) memandang dari sudut pandangan keseluruhan aktivitas organisasi yang tampak, unsur- unsur yang dikemukakan, meliputi: “(a) aturan dan kebijakan, (b) tujuan dan pengukuran, (c) kebiasaan dan norma, (d) pelatihan, (e) upacara dan peristiwa, (f) perilaku manajemen, dan (g) penghargaan dan pengakuan”. C. Indikator Budaya Organisasi Sesuai dengan yang dikemukan oleh Luthan (2006:125) Budaya organisasi mempunyai karakteristik penting yang dapat dijadikan sebagai indikator atau ukuran untuk berjalannya suatu organisasi yaitu akan diuraikan sebagai berikut: 1. Aturan perilaku yang diamati. Ketika anggota organisasi berinteraksi satu sama lain, mereka menggunakan bahasa, istilah, dan ritual umum yang berkaitan dengan rasa hormat dan cara berperilaku.
Cut Nurul Fahmi, M.Pd* adalah Dosen Tetap Yayasan Universitas Serambi Mekkah
Cut Nurul Fahmi, Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah
2. Norma. Ada standar perilaku, mencakup pedoman mengenai seberapa banyak pekerjaan yang dilakukan “jangan melakukan terlalu banyak, jangan terlalu sedikit. 3. Nilai dominan: organisasi mendukung dan berharap peserta membagikan nilai-nilai utama. 4. Filosofi. Terdapat kebijakan yang membentuk kepercayaan organisasi mengenai bagaimana karyawan dan atau pelanggan diperlakukan. 5. Aturan. Terdapat pedoman ketat berkaitan dengan pencapaian perusahaan. Pendatang baru harus mempelajari teknik dan prosedur yang ada agar diterima sebagai anggota kelompok yang berkembang. 6. Iklim organisasi. Ini merupakan keseluruhan “perasaan” yang disampaikan dengan pengaturan yang bersifat fisik, cara peserta berinteraksi, dan cara anggota organisasi berhubungan dengan pelanggan dan individu dari luar. D. Kepemimpinan Kepala Sekolah Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya suatu tujuan. Terry (Robbins 2006: 432), menyatakan bahwa kepemimpinan adalah “Hubungan antara seseorang dengan orang lain, pemimpin mampu mempengaruhi orang lain, agar bersedia bekerja sama-sama dalam tugas yang berkaitan untuk mencapai tujuan yang diinginkan”. menurut Yulk (2009:3) “Kepemimpinan sebagai suatu proses pengaruh sosial yang sengaja dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktifitas-aktifitas dan relasi-relasi didalam sebuah organisasi”. E. Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Wahyudi (2009:68) Terdapat tiga macam indikator yang diperlukan oleh kepala sekolah dalam mengelola sumberdaya organisasi yaitu: “(a) keterampilan konseptual; (b) keterampilan hubungan dengan bawahan; (c) keterampilan teknikal”. F. Kinerja Guru Menurut Wirawan (2007:5) kinerja merupakan “Keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator suatu pekerjaan
83
atau suatu profesi dalam waktu tertentu”. Menurut Usman (2012:63) kinerja merupakan “unjuk kerja yang ditampilkan oleh setiap pegawai, baik secara kualitas dan kuantitas dalam melakukan pekerjaannya sesuai dengan tanggung jawab yang diembankan kepadanya. G. Indikator Kinerja Guru Menurut Makmun (Usman, 2012:94), kompetensi kinerja profesi keguruan (generic teaching competencies) dalam proses pembelajaran atau pengajaran minimal memiliki indikator sebagai berikut: 1) Merencanakan proses belajar mengajar (SAP atau Satpel); 2) Melaksanakan proses belajar mengajar (mengorganisasikan kegiatan interaksi belajar mengajar; 3) Mengevaluasi proses belajarmengajar (menilai kelayakan program atau SAP/Satpel), kelancaran PBM, dan keberhasilan pencapaian tujuan PBM, dan keberhasilan pencapaian tujuan PBM dan /atau kemajuan/ prestasi belajar prestasi peserta didik; 4) Menganalisis hasil evaluasi proses belajar mengajar (melakukan analisis SWOTkekuatan, kelemahan, peluang, dan hambatanatau melakukan diagnosis program-prosesproduk PBM) 5) Menindaklanjuti (follow up) atas hasil analisis evaluasi PBM (mengadakan pengajaran remedial bagi yang lemah, atau pengayaan bagi yang sudah kuat, atau membuat rujukan/referral kepada ahli lain. Misalnya konselor, dan sebagainya.
METODA PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif, dengan maksud untuk mencari pengaruh antara variabel independent (X) dengan variabel dependent (Y) yang menggunakan rumus statistic. populasi dalam penelitian ini adalah guru MTsN Rukoh Banda Aceh yang berjumlah 37 orang guru, maka semua polulasi dijadikan sampel karena jumlahnya kurang dari 100, sehingga penelitian ini disebut dengan penelitian populasi. Adapun teknik Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, kuesioner, dokumentasi dan wawancara yang berkaitan
Cut Nurul Fahmi, M.Pd* adalah Dosen Tetap Yayasan Universitas Serambi Mekkah
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
dengan tujuan, sehingga tujuan dari sebuah penelitian dapat diungkapkan secara transparan dan akuntabel Pengelolahan data dan analisis akan dilanjutkan dengan menguji hipotesis dengan menggunakan teknis analisis korelasi sederhana, korelasi ganda, regresi sederhana dan regresi ganda. Rumus yang digunakan yaitu: Rumus korelasi ganda yaitu: Ryx1x2 =
r 2 yx1
r 2 yx2 2ryx1 ryx2 rx1 x 2 1 r 2 x1 x 2
Rumus regresi yaitu: Ŷ = a + b1x1 + b2x2
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Budaya organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru Pada penelitian ini terungkap bahwa budaya organisasi menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru dengan koefisien korelasi sebesar 0.642 dan nilai thitung sebesar 4.953 pada taraf signifikan α = 5% maka diperoleh nilai ttabel sebesar 1.70 sehingga pengaruh kedua variabel tersebut dinyatakan signifikan. Koefisien ini termasuk sangat kuat. Dengan kata lain budaya organisasi menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap kinerja guru. Hal ini dapat dilihat dari konstribusi yang diberikan oleh variabel budaya organisasi terhadap kinerja guru sebesar 41.2% sedangkan sisanya 58.8% ditentukan oleh variabel lain. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dalam menciptakan budaya organisasi yang kondusif pemimpin sekolah menjelaskan tugas-tugas pegawainya dan menjelaskan fungsi organisasi kepada seluruh personilnya serta membuat struktur organisasi yang jelas. Sehingga dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing para personil sekolah tahu dan jelas apa tujuan dari pada organisasi. B. Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru Pada penelitian ini terungkap bahwa kepemimpinan kepala sekolah menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
84
guru dengan koefisien korelasi sebesar 0.675 dan nilai thitung sebesar 5.408 pada taraf signifikan α = 5% maka diperoleh nilai ttabel sebesar 1.70 sehingga pengaruh kedua variabel tersebut dinyatakan signifikan. Koefisien ini termasuk sangat kuat. Dengan kata lain kepemimpinan kepala sekolah menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap kinerja guru. Hal ini dapat dilihat dari konstribusi yang diberikan oleh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar 45.5% sedangkan sisanya 54.5% ditentukan oleh variabel lain. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini jelas bahwa kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap kinerja guru karena Kemampuan guru dalam meningkatkan kinerjanya dikarenakan dengan adanya kemampuan kepala sekolah dalam menjalin hubungan kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang didasari oleh adaya suatu kebijakan dari pimpinan pendidikan yang dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan mutu kinerjanya. Karena itulah kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah hendaknya mengembangkan mutu kinerja guru secara komprehensif dan kontinu sebagai satu keharusan dalam kegiatan sekolah. C. Budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru Pada pengujian hipotesis ini terungkap bahwa secara simultan budaya organisasi dan kepemimpinan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru dengan koefisien korelasi sebesar 0.731 dan harga Fhitung sebesar 19.523 pada taraf signifikan α = 5% maka diperoleh harga Ftabel sebesar 3.28 sehingga pengaruh secara bersama-sama variabel budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru dinyatakan signifikan. Koefisien ini termasuk kuat. Dengan kata lain secara simultan budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap kinerja guru. Hal ini dapat dilihat dari konstribusi yang diberikan oleh kedua variabel tersebut terhadap kinerja guru sebesar 53.43% . budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap
Cut Nurul Fahmi, M.Pd* adalah Dosen Tetap Yayasan Universitas Serambi Mekkah
Cut Nurul Fahmi, Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah
kinerja guru, karena dengan adanya kemampuan seorang kepala sekolah menciptakan budaya organisasi yang baik sangat berdampak terhadap kinerja yang dihasilkan oleh guru sehingga tujuan yang diinginkan akan tercapai.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: a. Budaya organisasi mempunyai kaitan yang positif terhadap kinerja guru. Dengan demikian kinerja guru akan meningkat apabila ada budaya yang kondusif yang berkembang. Budaya organisasi dapat dilihat dari aturan dan kebijakan dalam pembagian tugas, iklim organisasi, kebiasaan dan norma yang berlaku disekolah, perumusan visi dan misi dalam meningkatkan komitmen dan keterampilan yang ditampilkan oleh guru. b. Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai kaitan yang positif terhadap kinerja guru. Dengan demikian kemampuan kepala sekolah dalam membina personil sekolah khususnya guru sangat berpengaruh terhadap kinerja guru. Kemampuan guru dalam meningkatkan kinerjanya dikarenakan karena adanya kemampuan kepala sekolah dalam menjalin hubungan kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang didasari oleh adanya keterampilan dan perilaku kepala sekolah yang kondusif. c. Budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru. Adanya kemampuan seorang kepala sekolah menciptakan budaya organisasi yang kondusif di sekolah sangat berdampak terhadap kinerja guru. Maju mundurnya sekolah sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah yang mampu dan membina para personil sekolah. 1. Saran-Saran 1. Kepala sekolah senantiasa meningkatkan kinerja guru dengan cara memberikan pembinaan, koordisasi serta memberikan kesempatan untuk mengikuti penataran dan pelatihan atau melanjutkan pendidikan pendidikan yang lebih tinggi,
2.
3.
4.
85
sehingga guru dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Untuk meningkatkan kinerja guru, maka peran kepala sekolah selaku pemimpin perlu lebih ditingkatkan lagi, karena dengan peran kepemimpinan yang baik, diharapkan dapat membangkitkan semangat kerja guru menjadi lebih baik lagi. Guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebaiknya dilandasi oleh kesadaran pada dirinya baik dari dalam maupun di luar untuk mewujudkankan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, perlu diperhatikan kebutuhan fisik dan rohaninya. Jika motivasi kerja ini diberikan denga baik oleh pimpinan sekolah, maka akan menimbulkan gairah kerja dan semangat kerja yang tinggi sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja yang akan ditampilkan oleh guru. Untuk dinas pendidikan, di harapkan dapat memberikan pembinaan kepada sekolah-sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah melalui pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang tepat dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA Indrafachruddin.(2006). Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah yang baik. Jakarta: Ghalia Indonesia. Rampersad, Hubert K (2006). Total Performance Scorecard, konsep Manajemen Baru: mencapai Kinerja dengan integritas. Jakarta: Gramedia. Riani, Asri Laksmi(2011), Budaya Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu Robbins, Stephen P. (2006). Perilaku Organisasi (edisi Ke-10). Bahasa Indonesia. Jakarta : PT ideks. Sagala, Syaiful (2008). Budaya dan Reinventing Organisasi Pendidikan; Pemberdayaan Organisasi Pendidikan Kearah yang Lebih Frofesioanal, dan Dinamis di Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sobirin, Achmad (2009). Budaya Organisasi: Pengertian. Makna dan Aplikasinya
Cut Nurul Fahmi, M.Pd* adalah Dosen Tetap Yayasan Universitas Serambi Mekkah
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
dalam Kehidupan Organisasi. Yogyakarta: UUP-STIM YKPN. Wibowo (2010). Budaya Organisasi; Jakarta; Rajawali Pers.
Cut Nurul Fahmi, M.Pd* adalah Dosen Tetap Yayasan Universitas Serambi Mekkah
86
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
87
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS AWAL SD NEGERI 24 BANDA ACEH
Oleh Israwati* Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi data akurat tentang Guru yang dituntut untuk menguasai keterampilan dan pengetahuan yang luas dan sejumlah besar professional dalam pembelajaran PKn. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Pengujian penelitian teridiri dari: Pengetahuan guru tentang strategi pembelajaran (X1), Sikap mengajar (X2), motivasi mengajar (X3), sebagai variabel bebas dan hasil belajar mata pelajaran pendidikan PKn(Y) sebagai variabel terikat. Hasil Penelitian menunjukkan :Pertama, ada hubungan yang positif antara hasil belajar dengan pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran sebesar r hitung = 0,810. Kedua, ada hubungan yang positif antara hasil belajar dengan sikap guru sebesar r hitung = 0, 832. Ketiga, ada hubungan yang positif antara hasil belajar dengan motivasi guru dan sikap guru sebesar r hitung = 0,861. Keempat, ada hubungan positif antara hasil belajar dengan pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran, Sikap guru, dan Motivasi guru sebesar r hitung = 0.810, besar kontribusi variable Kata kunci: Guru, Sikap, Motvasi Mengajar
Rendahnya keberhasilan siswa dipengaruhi oleh proses pembelajaran di dalam kelas. Jika dalam proses pembelajaran siswa cenderung ramai dan sulit diatur maka siswa juga akan sulit mencapai hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu guru memgang peranan yang penting dalam proses pembelajaran. Ambarjaya (2009: 8) menyatakan bahwa “di dalam lingkup pendidikan, guru menjadi perantara pengetahuan. Guru menerjemahkan ilmu pengetahuan menjadi sebuah paket informasi yang menyenangkan sehingga siswa mudah meyerapnya”. Djamarah dan Zain (2006: 37) menyatakan bahwa “kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarakan anak didik”. Oleh karena itu pemerintah telah berupaya dengan berbagai cara meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar seperti: melalui penataran, pelatihan, seminar, lokakarya, tugas belajar, izin belajar, pembaharuan di bidang kurikulum. Selanjutnya membentuk suatu wadah kerja sama antara guru dalam mengelola pembelajaran, seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan sertifikasi guru. Suryabrata (2012: 227) menyatakan bahwa “masalah belajar dan
mengajar yang dapat dikatakan sebagai tindak pelaksanaan usaha pendidikan adalah masalah setiap orang”. Selain itu pemerintah telah melengkapi sarana dan prasarana pendidikan, namun keluhan tentang rendahnya kualitas pendidikan masih dirasakan. Dalam melaksanakan tugasnya guru perlu bekerja sama dengan guru-guru yang lain, baik dalam merencanakan pengajaran, maupun evaluasi proses dan hasil belajar. Adanya kerja sama antara guru tersebut diharapkan dapat membantu guru memecahkan masalah yang dihadapi dalam mengelola pengajaran serta menimbulkan rasa tanggung jawab bersama untuk mencapai keberhasilan pendidikan di sekolah. Kerja sama ini akan dapat mencapai hasil yang diharapkan apabila berlangsung dalam iklim kerjasama yang kondusif di sekolah serta keterbukaan dalam berkomunikasi. Faktor sikap guru juga sangat berpengaruh pada kemampuan mengajar guru. Guru yang bersikap positif akan melakukan tugas mengajar ditandai dengan sikap atau perasaan menyenangi, menyukai dan gemar melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pekerjaannya, yakni tugas mengajar di kelas. Sebaliknya guru yang tidak bersikap positif ditandai dengan perasaan yang tidak
Dr. Israwati, M.Si adalah Staf Pengajar pada prodi PGSD FKIP Universitas Syiah Kuala
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
menyenangi, tidak suka atau tidak gemar melakukan pekerjaan mengajar. Guru yang bersikap positif tentunya mempunyai motivasi kerja yang baik, dan akan mempengaruhi kemampuannya dalam menjalankan tugas mengajar. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa kemampuan mengajar guru belum memenuhi harapan yang diinginkan, oleh karena itu perlu dikaji apakah benar dugaan bahwa faktor-faktor internal manusia seperti pengetahuan guru tentang strategi pembelajaran, sikap mengajar, dan motivasi guru mempengaruhi hasil belajar khususnya pada siswa kelas awal yaitu kelas I dan II Sekolah Dasar Negeri 24 kotamadya Banda Aceh. Guru yang professional adalah guru yang memiliki kemampuan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Salah satu diantaranya adalah kemampuan dalam mengajar. Peranan mengajar di kelas amat penting, karena kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan nilai kepada peserta didik, sehingga hasil transformasi tersebut memiliki makna bagi peserta didik dalam mengembangkan diri dalam masyarakat (Philip, 2001: 46). Dalam proses transfer tersebut menurut Zamroni seperti yang dikutip oleh Philip, guru dibutuhkan peranannya dalam menggerakkan, membangkitkan, dan menggabungkan seluruh kemampuan yang dimiliki siswa, memotivasi agar siswa tertantang untuk selalu bertanya dan belajar, mendorong terbentuknya kepribadian yang kuat, dan membekali siswa dalam mengarungi kehidupannya dimasa kini, maupun masa datang. Berdasarkan uraian yang dikemukan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Adakah pengaruh strategi pembelajaran dan motivasi guru terhadap hasil belajar PKn Siswa Sekolah Dasar Negeri 24 Banda Aceh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran dan motivasi guru terhadap hasil belajar PKn Siswa Sekolah Dasar Negeri 24 Banda Aceh. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan strategi pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar di kelas.
2.
3.
4.
88
Bahan masukan dalam upaya meningkatkan strategi pembelajaran dan motivasi belajar guru mengajar di kelas awal. Dinas Pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan guru terhadap strategi pembelajaran, sikap dan motivasi mengajar. Bagi Peneliti lain dapat bermanfaat untuk dijadikan referensi dan informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.
KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Hasil Belajar. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dica oleh umat manusia dewasa ini menunjukkan kemampuan yang sangat tinggi. Hasil tersebut tidak dapat dilepaskan dari adanya proses belajar yang terus berlangsung. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, salah satu usaha yang dapat dilakukan ialah dengan memahami bagaimana anak-anak belajar. Menurut Anni (2006: 5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang dilakukan pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Bloom (Suprijono 2009: 6) berpendapat bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, menguraikan dan menentukan hubungan, mengorganisasikan, dan menilai. Domain afektif meliputi sikap menerima, memberikan respon, menilai, mengorganisasikan, dan karakteristik. Domain psikomotor mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sama halnya dengan pemikiran Gagne, hasil belajar berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap (Suprijono 2009: 5). Sedangkan menurut Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sanjaya 2011).Berdasarkan pendapat para ahli di atas, ternyata suatu proses belajar mengajar pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan seseorang yang mencakup: pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan kemampuan itu merupakan indikator untuk mengetahui hasil belajar. Teori-teori tentang pengertian belajar dan hasil belajar yang dikemukakan di atas, menjadi acuan untuk menentukan jenis hasil
Dr. Israwati, M.Si adalah Staf Pengajar pada prodi PGSD FKIP Universitas Syiah Kuala
Israwati, Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Mengajar
belajar yang diasumsikan paling memadai dalam penelitian ini. B. Strategi Pembelajaran Dalam Berdasarkan pendapat para ahli di atas, ternyata suatu proses belajar mengajar pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan seseorang yang mencakup: pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan kemampuan itu merupakan indikator untuk mengetahui hasil belajar. Oleh karena itu penting bagi guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar ia dapat memberikan bimbingan dan meneyediakan lingkungan belajar yang tepat dan sesuai dengan siswa. Pengajaran adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang tujuannya adalah untuk prinsip hubungan, prinsip pengulangan, memudahkan siswa belajar. Untuk itu guru perlu mengetahui dan memahami teori belajar yang berhubungan dengan rancangan pengajaran yang akan dilakukan guru, misalnya mengetahui tentang prinsip suatu pembelajaran yang dapat digunakannya dalam merencanakan suatu pembelajaran, yaitu (1). Prinsip hubungan, (2). Prinsip pengulangan, dan (3). Prinsip penguatan (Gagne, P. 7). Pada prinsip hubungan, menyatakan bahwa situasi stimulus agar seseorang menanggapinya harus disajikan pada waktu berhubungan dengan respon-respon yang diinginkannya. Persiapan pembelajaran, murid-murid harus sudah cukup siap untuk mengikuti pemeblajaran yang berikutnya dengan terlebih dahulu mendapatkan pembelajaran sebelumnya. Hal ini untuk memudahkan siswa menghubungkan kepada struktur pelajaran secara menyeluruh. Motivasi terus menerus dilakukan oleh para guru pada saat murid melakukan tugas-tugas pembelajaran, misalnya memberikan penguatan kepada siswa secara tepat tanpa menghukum siswa yang belum/tidak dapat menyelesaikan tugas pembelajaran. C. Motivasi Mengajar. Motivasi berasal dari kata motivum (bahasa latin) yang artinya suatu alasan yang menggerakkan, dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi motivation. Seseorang yang bekerja di suatu perusahaan dengan rajin tentu mempunyai alasan yang mendorong ia untuk berbuat demikian. Dorongan atau motif yang mendasari perbuatannya dapat muncul dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar
89
dirinya. Keinginan untuk berprestasi kerja lebih baik, memperoleh kepuasan kerja dan ingin menunjukkan kemampuan kepada orang lain merupakan motif yang berasal dari dalam diri seseorang. Motivasi adalah kontruksi dugaan yang dilakukan seseorang dalam bertindak atau berperilaku yang memiliki konsep: kebutuhan untuk berhasil, kebutuhan untuk bekerja bersama atau afiliasi, insentif, kebiasaan, pertentangan, dan keingintahuan, serta digunakan untuk prakarsa, petunjuk, intensitas, dan keteguhan perilaku yang dituju. Mengapa seorang guru datang ke sekolah seperti biasa dan mengerjakan tugas sedikit terpaksa, sedangkan guru lain bekerja dengan sepenuh hati ? tentunya ada dorongan yang dapat menjelaskan mengapa guru bekerja dengan rajin atau kurang rajin, rela atau terpaksa. Keberhasilan dalam melaksanakan suatu kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah dituliskan dalam perencanaan akan memberikan kepuasan pada guru. Penghargaan yang diberikan kepada guru bukan hanya dalam bentuk materi saja, tetapi dapat juga berupa ucapan selamat atau kata-kata pujian dari kepala sekolah. Perkembangan yang dapat dilakukan untuk memotivasi diri dapat berupa menambah ilmu pengetahuan atau keterampilan melalui pelatihan, kursus, pendidikan formal untuk meningkatkan mutu pembelajaran akan memberikan kepuasan bagi guru.
METODA PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Dalam hal ini peneliti ingin menguji hipotesis yang teridiri dari: Pengetahuan guru tentang strategi pembelajaran (X1), Sikap mengajar (X2), motivasi mengajar (X3), sebagai variabel bebas dan hasil belajar mata pelajaran pendidikan PKn (Y) sebagai variabel terikat. sebagaimana konstelasi masalah penelitian berikut ini: A. Populasi dan Sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru-guru SD Negeri 24 kota Banda Aceh yang mengajar mata pelajaran PKn berjumlah sebanyak 25 orang. Selanjutnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi yakni sebanyak 25 orang guru. Masing-masimg kelas ditetapkan 1 orang sebagai sampel, sedangkan jumlah siswa
Dr. Israwati, M.Si adalah Staf Pengajar pada prodi PGSD FKIP Universitas Syiah Kuala
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
kelas awal pada SDN 24 sebanyak 230 siswa. Dari 230 siswa tersebut kemudian ditetapkan 10% sebagai sampel, sehingga sampel yang representatif sebanyak 23 orang. B. Teknik Pengumpulan Data. 1. wawancara 2 angket 3 tes Hasil Belajar C. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Data primer yang berasal dari responden dalam bentuk kuesioner secara manual dipindahkan kedalam tabel-tabel setelah sebelumnya melalui proses editing distribusi frekwensi. Untuk mendapatkan angka persentase dihitung berdasarkan rumus x 100 %. Kegiatan tabulasi ini menghasilkan tabeltabel firekwensi ataupun tabuasi silang dengan dua variabel yang mempunyai kaitan dengan variabel terpengaruh maupun variabel pengaruh.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Gambaran umum mengenai data hasil penelitian adalah sebagai berikut. 1. Hasil Belajar Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan komputer SPSS/PC+ versi 16.00 diperoleh: Banyaknya data Hasil belajar n + 67; rata-rata skor X = 69,50; median =70; modus = 70; standar deviasi s = 5,88; varians = 34,58; range = 26; skor minimal X min = 59; sedangkan skor maksimum X max =85.1 2. Pengetahuan Guru tentang Strategi Pembelajaran Pengetahuan Guru tetang Strategi Pembelajaran Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan komputer SPSS/PC+ versi 16.00 diperoleh: Banyaknya data persepsi guru n + 15; ratarata skor X = 71,45; median = 70; modus = 70; standar deviasi s = 5,62; varians = 31,55; range = 26; skor minimal Xmin = 60,sedangkan skor maksimum Xmax = 86.2 3. Sikap Mengajar Guru Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan komputer SPSS/PC+ versi 16.00 diperoleh: Banyaknya data persepsi guru n
90
+ 15; rata-rata skor X = 70,97;median = 70,00; modus = 65,00; standar deviasi s = 6,97; varians = 48,65; range = 29,00; skor minimal Xmin = 59; sedangkan skor maksimum Xmax = 88.3 4. Motivasi Guru Motivasi Guru Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan komputer SPSS/PC+ versi 16.00 diperoleh: Banyaknya data persepsi guru n + 15; ratarata skor X = 71,45; median = 70; modus = 70; standar deviasi s = 5,62; varians = 31,55; range = 26; skor minimal Xmin = 60,sedangkan skor maksimum X max = 86.2. B. Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas digunakan Test of Normality Kolmogorov-Smirnov a. Sebaran Data Hasil Belajar Hasil belajar diperoleh signifikansi sebesar = 0, 061 lebih besar dari harga alpha (a = 0,05) 4. Karena hasil signifikan (0,061) lebih besar dari harga alpha (a =0,05), maka hipotesis nol diterima, berarti populasi berdistribusi normal. b. Sebaran Data Pengetahuan Guru tentang Strategi Pembelajaran Untuk menguji Normalitas data pengetahuan guru tentang Strategi pembelajaran menunjukkan bahwa pengetahuan guru tentang strategi pembelajaran diperoleh signifikansi sebesar = 0,119 lebih besar dari harga alpha (a = 0, 05).6 Karena hasil signifikan (0,119) lebih besar dari harga alpha (a = 0,05), maka hipotesis nol diterima, berarti populasi berdistribusi normal. c. Sebaran Data Sikap Guru Untuk menguji Normalitas data Sikap guru menunjukkan bahwa sikap guru diperoleh signifikansi sebesar = 0, 159 lebih besar dari harga alpha (a = 0,05)6 Karena hasil signifikan (0,159) lebih besar dari harga alpha (a = 0,05), rnaka hipotesis nol diterima, berarti populasi berdistribusi normal. d. Sebaran Data Motivasi Guru Untuk menguji Normalitas data motivasi guru menunjukkan bahwa pengetahuan guru tentang strategi pembelajaran diperoleh signifikansi sebesar = 0,119 lebih besar dari harga alpha (a = 0, 05).6 Karena hasil signifikan (0,119) lebih besar dari harga alpha (a = 0,05), maka
Dr. Israwati, M.Si adalah Staf Pengajar pada prodi PGSD FKIP Universitas Syiah Kuala
Israwati, Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Mengajar
hipotesis nol diterima, berarti populasi berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Persyaratan analisis data diuji melalui uji homogenitas. Uji homogenitas data yang digunakan adalah uji Bartlett. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa nilai X2 Hiung = 1,98 lebih kecil dari nilai X2 Tabel (a = 0,05) = 5,99. Hal ini menunjukkan bahwa sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen. 3. Pengujian Linieritas 1. Pengujian linieritas hubungan variabel bebas pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran dengan variabel terikat Hasil menunjukkan bahwa uji linieritas hubungan variabel bebas dengan variable terikat terlihat dari analisis di peroleh taraf signifikan 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi uji a = 0,05. Hal ini menunjukkan kelinieran terpenuhi. 2. Pengujian linieritas hubungan variabel bebas sikap guru dengan variabel terikat Hasil Belajar menunjukkan bahwa uji linieritas hubungan variabel bebas dengan variabel terikat diperoleh taraf signifikan adalah 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi uji a = 0,05, ini menunjukkan kelinieran terpenuhi. 3. Pengujian linieritas hubungan variabel bebas Motivasi Guru dengan variabel terikat Hasil penbelajaran menunjukkan bahwa uji linieritas hubungan variabel bebas dengan variable terikat terlihat dari analisis di peroleh taraf signifikan 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi uji a = 0,05. Hal ini menunjukkan kelinieran terpenuhi.
C. Hasil Pengujian Hipotesis 1. Hubungan antara Pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran dengan Hasil Belajar Untuk menguji berapa besar hubungan antara persepsi guru terhadap pembelajaran tepadu digunakan Pearson Cor relat ion, dengan bantuan komputer SPSS 10.00 for window. Berdasarkan tabel diperoleh nilai r hitung = 0,809. Dengan
91
demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran dengan Hasil belajar . Koefisien determinasi diperoleh r2 = 0,64811. Dengan demikian Hasil belajar ditentukan oleh pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran sebesar 64,8 %. 2. Hubungan Antara Sikap Guru dengan Hasil belajar.Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah; Terdapat hubungan positif antara Sikap guru dengan hasil belajar. Untuk menguji berapa besar hubungan antara sikap guru digunakan Pearson Correlation, dengan bantuan komputer SPSS 10.00 for window. Berdasarkan Tabel 12 diperoleh nilai r hitung = 0,832. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara Sikap Guru dengan hasil belajar. Koefisien determinasi diperoleh r2 = 0,64944. Dengan demikian hasil belajar ditentukan oleh SIkap Guru sebesar 64,9 %. 3. Hubungan antara Motivasi Guru dengan hasil belajar. Untuk menguji berapa besar hubungan antara motivasi guru dengan hasil belajar diperoleh nilai r hitung = 0,809. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran dengan Hasil belajar . Koefisien determinasi diperoleh r2 = 0,64811. Dengan demikian Hasil belajar ditentukan oleh pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran sebesar 64,8 %. 4. Hubungan antara pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran dan sikap guru dan Motivasi Guru dengan Hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara pengetahuan guru terhadap trategi pembelajaran dan sikap guru dan Motivasi guru secara bersama-sama dengan Hasil belajar . Dari hasil analisis di atas diperoleh besarnya koefisien determinasi = 0,741. Ini berarti besar Hasil belajar ditentukan oleh Pengetahuan guru. Dari hasil analisis di atas nilai F hitung = 50.180 dengan besar
Dr. Israwati, M.Si adalah Staf Pengajar pada prodi PGSD FKIP Universitas Syiah Kuala
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
signifikansi adalah 0.00 lebih kecil dari harga alpha (a =0.05).9 Maka hal ini berarti terdapat pengaruh pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran, sikap guru dan Motivasi Guru terhadap Hasil belajar terhadap strategi pembelajaran, sikap guru, dan motivasi guru adalah 74,1%.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: Pertama, ada hubungan yang positif antara hasil belajar dengan pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran sebesar r hitung = 0,809. Kedua, ada hubungan yang positif antara hasil belajar dengan sikap guru sebesar r hitung = 0, 832. Ketiga, ada hubungan yang positif antara hasil belajar dengan motivasi guru dan sikap guru sebesar r hitung = 0,861. Keempat, ada hubungan positif antara hasil belajar dengan pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran dan Sikap guru, dan Motivasi guru sebesar r hitung = 0.809. Hasil belajar ditentukan oleh pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran, sikap guru, motivasi guru sebesar R square (koefisien diterminasi) = 0,741. ini berarti besarnya kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran terpadu ditentukan oleh persepsi guru dan sikap guru dalam pembelajaran terpadu adalah 74,1 %.
92
Djaali H, Psikologi Pendidikan, 2000.Jakarta : Program Pascasarjana – Universitas Negeri Jakarta Djamarah, S.B dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Gagne Robert and Leslie J. Brigs,2000. Principles of Intuctional Design, Florida State University. Sudjana Nana, 1998.Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Philip Suprastowo, 2001. Guru pada Era Reformasi, Kajian dalam Meningkatkan Profesionalissme Guru Jakarta : Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Suryabrata. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sanjaya, aade. 2011. Pengertian, Definisi Hasil Belajar Siswa. Diunduh dari http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/0 3/pengertian-definisi-hasil-belajar.html. [diakses pada 12/07/2011]. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
1. Saran-Saran Secara umum dapat disarankan bahwa guru-guru Sekolah Dasar agar lebih menanggapi positif dan mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran PKn dengan meningkatkan pengetahuan guru terhadap trategi pembelajaran, dan memiliki sikap yang positif dan motivasi yang tinggi dalam mendidik anak pada mata pelajaran keSDan.
DAFTAR PUSTAKA Ambarjaya. 2009. Model-Model Pembelajaran Kreatif. Badndung: Regina. Anni, Catharina Tri. 2006. Teori Pembejaran. Semarang: MKU UNNES. Bloom Benjamin S. (Ed), 1973.Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals Handbook II : Affective Domain, London : Longman Group Limited
Dr. Israwati, M.Si adalah Staf Pengajar pada prodi PGSD FKIP Universitas Syiah Kuala
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
93
KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL SISWA KELAS VII SMP N 3 INGIN JAYA ACEH BESAR
Oleh Muhammad Isa* Abstrak Pertidaksamaan linear satu variabel merupakan salah satu materi yang diajarkan di tingkat-tingkat SMP atau MTsN. Materi ini diharapkan dapat dipahami dan dikuasai dengan baik, namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum memahami materi tersebut dikarenakan kurangnya pemahaman siswa terhadap penerapan sifat-sifat pertidaksamaan. Adapun permasalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan menyelesaikan soal pertidaksamaan linear satu variabel siswa kelas VII SMP N 3 Ingin Jaya, sedangkan tujuannya adalah untuk menelaah kemampuan siswa dalammenyelesaikan soal pertidaksamaan linear satu variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP N 3 Ingin Jaya yang terdiri dari 7 kelas yang berjumlah 196 siswa, sedangkan sampel yang diambil adalah kelas VII 1 yang berjumlah 28 siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui tes yang berupa soal berbentuk uraian sebanyak 15 butir soal, setelah seluruh data terkumpul data diolah dengan menggunakan statistik-t dengan kriteria ujipihak kiri pada taraf signifikan α = 0,05 dan dk = 27. Hasil pengolahan data dan analisis data dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyelesaikan soal pertidaksamaan linear satu variabel siswa SMP N 3 Ingin Jaya Aceh Besar belum mencapai standar ketuntasan. Kata Kunci : Kemampuan Menyelesaikan Soal, Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
Matematika mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia sebab matematika sebagai ilmu adalah merupakan bahasa atau alat untuk menyelesaikan masalah – masalah sosial, ekonomi, fisika, kimia dan teknik. Namun banyak siswa yang menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit padahal matematika sangat diperlukan didalam kehidupan. Menurut Abdurahman (2003:250). “Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modrn, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia” Menurut Depdiknas (2005:345). “Matematika juga merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di tiap – tiap tingkat satuan pendidikan”. Pendidikan matematika dapat membentuk kemampuan berfikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memamfaatkan informasi guna meningkatkan perbaikan kehidupan. Demikian pentingnya peranan matematika sehingga perlu diajarkan pada
setiap jenjang pendidikan misalnya: SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Memperhatikan pentingnya peran matematika seperti disebutkan diatas, maka dalam mempelajari matematika siswa disiapkan melalui suatu proses pembelajaran agar mereka dapat mengetahui, memahami dan menguasai materi atau bahan ajar matematika. Namun demikian pada kenyataannya bahwa tidak semua siswa dapat mengetahui bagaimana belajar matematika, banyak siswa tidak memahami dengan benar materi yang telah diajarkan dikelas dan banyak siswa yang tidak menguasai konsep-konsep dari materi matematika disampaikan oleh gurunya. Oleh karena itu siswa hanya mempelajari begitu saja sehingga pemahaman siswa terhadap pelajaran matematika jauh dari apa yang diharapkan. Salah satu materi pelajaran yang diajarkan di SMP adalah Pertidaksamaan Linear Satu Variabel. Diantara tujuan yang ingin dicapai melalui pengajaran materi ini adalah siswa diharapkan mampu menyelesaikan soal – soal pertidaksamaan linear dengan satu variabel dalam berbagai
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
bentuk penyajian baik dalam bentuk soa yang abstrak maupun dalam bentuk soal cerita, oleh karena itu, guru memiliki peran yang sangat penting untuk melatih dan menjelaskan kepada siswa tentang bentuk – bentuk soal – soal serta penyelesaian pertidaksamaan linear satu variabel tersebut. Secara umum materi pertidaksamaan linear satu variabel bukanlah materi yang sulit namun, namun karena kurangnya pemahaman siswa terhadap penerapan sifat- sifat pertidaksamaan dan juga masih ada siswa yang kurang kreatif dan aktif dalam mengerjakan soal latihan yang diberikan sehingga materi tersebut menjadi sulit. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan linear satu variabel siswa SMP Negeri 3 Ingin Jaya”. Sesuai dengan latar belakang yang telah disampaikan maka rumusan permasalahan yang di ajukan adalah “Bagaimana Kemampuan Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan linear satu variabel siswa kelas 1 SMP Negeri 3 Ingin Jaya Aceh Besar. Setiap penelitian dilakukan pasti memiliki tujuan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan linear satu variabel pada siswa Kelas 1 SMP Negeri 3 Ingin Jaya Aceh Besar. Menurut Arikunto (2000:14): ”anggapan dasar merupakan suatu pernyataan yang tidak perlu diteliti kebenarannya”. Adapun anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: a. Pertidaksamaan linear satu variabel ada pada kurikulum yang diajarkan di SMP Negeri 3 Ingin Jaya Aceh Besar. b. Semua siswa kelas V11 mendapatkan materi pertidaksamaan linear satu variabel. c. Siswa dianggap berhasil terhadap materi pertidaksamaan linear satu variabel apabila menguasai lebih atau sama dengan 65% dari materi yang diajarkan. Sudarato (2002:115): mengemukakan bahwa: “Hipotesis adalah pendapat atau kesimpulan sementara, dengan kata lain, suatu pendapat yang kita gunakan untuk menangkap kenyataan kebenarandari suatu hal yang belum terbukti kebenarannya”.
94
Adapun hipotesisi dalam penelitian ini adalah “kemampuan siswa SMP Negeri 3 Ingin Jaya dalam menyelesaikan soal pertidaksamaan linear satu variabel belum mencapai standar yang diinginkan”. Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat: a. Sebagai bahan masukan bagi penulis sendiri dan juga bagi guru matematika dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran matematika dengan cara mencari jalan keluar dalam mengatasi kesulitan siswa menyelesaikan PtLSV. b. Siswa dapat lebih terampil dalam menyelesaikan PtLSV. c. Sebagai informasi bagi lembaga terkait dalam upaya meningkatkan kualitas guru matematika dan mutu pendidikan.
KAJIAN PUSTAKA A. Tujuan Pembelajaran Matematika Di SMP Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan manusia untuk meningkatkan taraf hidup kearah yang lebih sempurna.disamping itu pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dinamis yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, mental, etika dan seluruh aspek dalam kehidupan manusia. Definisi atau ungkapan mengenai pengertian matematika yang dikemukakan oleh para pakar matematika sangat beragam. Secara etimologis matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Herman Hudojo(2005: 103) menyatakan,”matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau sruktur-struktur abstrak dan hubungan-hubungan di antara hal-hal itu”. James dan Jemes (Erman Suherman,2001:18) menyatakan,”matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsepkonsep yang berhubungan satu dengan yang lain dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri”. Tujuan umum diberikan matematika kepada anak didik sejak dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas adalah seperti yang tercantum dalam kurikulum 2004 (Depdiknas) yaitu :Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
Muhammad Isa, Kemampuan Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
1.
Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen original rasa ingin tau membuat membuat prediksi dan dugaan serta mencoba – coba 2. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah 3. Mengembangkan kemampuan menyampaikan imformasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui, pembicaraan lisan, grafik, peta diagram dan menjelaskan gagasan. Adapun tujuan khusus pengajaran matematika di SMP menurut Depdiknas (2006:6) adalah : 1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, ekspolarasi, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten. 2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang mengembangkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran yang divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan sementaraserta mencoba- coba. 3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah 4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan imformasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, diagram dalam menyelesaikan masalah. Tujuan pendidikan dan pengajaran matematika di SMP sebagai mana yang dimuat dalam kurikulumsatuan pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional 2006:346) adalah: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secar luwes, akurat, efisien dantepat dalam pemecahan masalah 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan penjelasan matematika 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,merancang model matematika, menyelesaika model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
95
4.
Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah 5. Memiliki sikap menhargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dari kutipan tadi jelaslah bahwa tujuan diberikan matematika di SMP adalah untuk membentuk sikap befikir logis, cermat kreatif dan disiplin kepada siswa juga untuk mempersiapkan siswa dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi juga berguna untuk membantu siswa mempelajari ilmu – ilmu lain. Mengingat pentingnya matematika dalam berbagai bidang kehidupan maka perlu diperhatikan mutu pelajaran bidang study matematika yang di ajarkan disetiap jenjang dan jenis pendidikan, disini tentunya guru memegang peranan penting dalam mentransfer ilmu matematikanya kepada anak didik, agar mereka mampu mengatasi semua persoalan yang ada dalam metamatika yang diajarkan di SMP tersebut. B.
Pengertian Kemampuan Belajar Matematika Dalam kehidupan sehari – hari setiap manusia melaksanakan segala kegiatan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup. Merupakan cara atau usaha pribadi manusia untuk membuktikan kemampuan dalam hidupnya. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan yang dimiliki individu tersebut. Kemampuan dapat di miliki dan diperoleh berdasarkan belajar dan pengalaman dari berbagai peristiwa yang di alami. Menurut Hasan Alwi dkk (2002:707) kemampuan berasal dari kata dasar “mampu” yang artinya kuasa (sanggup, bisa, dapat), Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan merupakan suatu kesanggupan yang dimiliki oleh setiap manusia dalam melakukan serta memahami suatu objek atau pekerjaan yang sederhana yang dihadapi. Menurut Robert, M. Gagne (2003:69): “kemampuan adalah kacakapan untuk melakukan suatu tugas khusu dalam kondisi yang telah ditentukan”. Apabila dikaitkan dengan pembelajaran, kemampuan khusus yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas dari guru,
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
misalnya kemampuan mengerjakan latihan, ulangan maupun tugas lainnya. Menurut Robert (2003:70): “kemampuan didefinisikan sebagai perwujudan pengetahuan, ketrampilan dan nilai dalam kebiasaan berfikir dan bertindak”. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kopetensi mandasar yang perlu dimiliki siswa yang mempelajari lingkup materi tertentu dalam suatu mata pelajaran pada jenjang tertentu. Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan setiap siswa dapat ditempuh melalui jenjang pendidikan dengan cara belajar yang intensif untuk dapat menghadapi dan memecahkan persoalan belajar. Dengan demikian bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat kemampuan yang di peroleh. Maka dalam penelitian ini, untuk melihat kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pertidaksamaan linear satu variabel dianggap berhasil apabila nilai rata-rata ≥ 65. C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Belajar Pada dasarnya semua anak didik berusaha untuk mencapai prestasi belajar semaksimal mungkin. Dalam kenyataan tidak semua anak didik mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang ada pada dirinya yaitu IQ, bakal, minat dan sebagainya, serta tidak tertutup kemungkinan disebabkan oleh faktor yang berada di luar dirinya seperti latar belakang tempat tinggal, keadaan ekonomi dan dorongan orang tua. Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor Intern Faktor intern merupakan faktor yang sumbernya berasal dari dalam diri seseorang, faktor tersebut meliputi faktor fisiologis dan psikologis. 1. Faktor fisiologis Faktor fisiologis merupakan salah satu faktor yang berasal dari diri seseorang yang menyangkut dengan keadaan jasmani. Faktor fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap belajar
2.
96
seseorang. Seseorang yang sehat jasmaninya akan berlainan dengan orang yang kurang sehat jasmaninya. Faktor psikologis Faktor psikologis adalah salah satu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang menyangkut jiwa dan keadaan rohani, yang termasuk ke dalam faktor psikologis antara lain : a) Kecerdasan inteligensi Inteligensi kecerdasan di definisikan sebagai kemampuan dasar seseorang yang dibawa sejak lahir, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan atau kemampuan seseorang memecahkan suatu masalah, b) Minat Minat adalah keinginan seseorang untuk menyenangi suatu objek dan dari objek dan dari objek tersebut dapat menimbulkan hasrat untuk terus ingin mencapainya. c) Bakat Bakat merupakan salah satu potensi yang ada pada diri seseorang yang dapat dikembangkan melalui proses belajar, setiap individu mempunyai bakat, faktor bakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam belajar.
b. Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar diri siswa yang meliputi lingkungan-lingkungan sosial, seperti : 1) Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga adalah tempat pertama anak mengenal dan mengecap pendidikan dari orang tua, karena di lingkungan inilah anak belajar segala sesuatu yang memungkinkan ia tumbuh dan berkembang keadaan ekonomi dart suasana dalam keluarga atau kebiasaankebiasaan yang dihadapi dalam keluarga mempunyai pengaruh bagi kemajuan belajarnya kelak. 2) Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan sarana pendidikan formal yang mempunyai peranan penting dalam menentukan prestasi belajar siswa. Lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa belajar lebih giat, sedangkan lingkungan sekolah yang kurang baik dapat menyebabkan
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
Muhammad Isa, Kemampuan Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
kegairahan siswa dalam belajar akan berkurang. 3) Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat merupakan lembaga nonformal yang juga disebut sebagai faktor eksternal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Di dalam lingkungan masyarakat terdapat berbagai ragam dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda, lingkungan masyarakat yang tidak mendukung dengan sendirinya akan mempengaruhi perkembangan anak dalam belajar yang juga mengakibatkan menurunnya prestasi anak tersebut.
METODA PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Sehubungan dengan tujuan penelitian pada bab 1 maka untuk mendapatkan hasil tentang kemampuan siswa menyelesaikan soal – soal pertidaksamaan linear dengan satu variabel penulis mengadakan penelitian di SMP Negeri 3 Ingin Jaya yang berlokasi di Jl. Banda Aceh – Blang Bintang, desa Siron Aceh Besar. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa menyelesaikan soal – soal pertidaksamaan linear satu variabel. B. Populasi Dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian dari keseluruhan yang diteliti (salasih,2002:2). Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Ingin Jaya, sedangkan sampel dari populasi tersebut adalah siswa kelas V111 untuk menentukan besarnya populasi dalam penelitian tersebut menurut Arikunto (2000:107) mengemukakan bahwa “Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diamati semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dapat diambil antara 1015% atau 20-25% atau lebih. C. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa atau menyelidiki suatu masalah. Menurut hasan alwi (2002:437) “instrumen penelitian adalah suatu sasaran peneliti berupa
97
seperangkat tes tertentu untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes ini digunakan untuk menelaah kemampuan siswa menyelesaikan soal – soal pertidaksamaan linear satu variabel di SMP. Amir dalam Suharsimi (2007:32) mengatakan bahwa : “tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data – data atau keterangan – keterangan yang di inginkan seseorang dengan cara boleh dikatakan tepat dan cepat D. Metode Pengumpulan Data Pada tahapan pengumpulan data ini, data akan dikumpulkan secara kuantitatif Jadi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada tes. Tes berbentuk uraian sebanyak 15 soal, Saat tes diberikan kepada siswa yang menjadi sampel penelitian dikerjakan dengan waktu 2 x 40 menit. Skor yang diberikan untuk setiap butir soal berbeda, disesuaikan dengan tingkat kesulitan soal. Total skor yang diberikan adalah 100. E. Metode Pengolahan Data Data yang di olah merupakan jawaban siswa terhadap soal yang diberikan, untuk keperluan analisis tersebut, maka terlebih dahulu di tentukan rata – rata dan standar deviasi S atau tafsiran simpangan baku sampel. Rata – rata menurut Sudjana (2002:70) dihitung dengan rumus
x
fixi fi
Dengan deviasi (S2) standar menurut Sudjana (2002:95) dihitung dengan rumus : S2 = Selanjutnya untuk menguji normalitas data, digunakan statistik chi – kuadrat. Adapun rumus chi –kuadrat yang dikemukakan sudjana (2005:273) adalah :
Untuk pengujian digunakan dk = (k– 3) dengan kriteria penguji adalah tolak HO jika (1- ) (k–1) dengan = taraf nyata untuk pengujian.
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
98
α ) dan dk = ( n – 1 ). Untuk t > t (1 - α), hipotesis Ho diterima.
F. Pengujian hipotesis. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adistribusi student, maka rumus yang dipakai menurut sudjana (2005:227) yaitu : t=
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Data Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa SMP N 3 Ingin Jaya Aceh Besar tahun pelajaran 2013/2014 yang telah dilaksanakan dari tanggal 1 sampai 9 Oktober 2014. Sesuai dengan metode pengolahan data pada bagian III, maka data akan diolah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Adapun data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Dengan kriteria penguji hipotesis adalah tolak HO jika thitung t(1- ) dan terima Ho jika berharga lainnya. Dengan derajat kebebasan untuk taraf distribusi t adalah dk = n – 1 dengan peluang (1- ). Perumusan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative (Ha) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho : µ ≥ µo (kemampuan dalam menyelesaikan soal – soal pertidaksamaan linear satu variabel siswa SMP Negeri 3 Ingin Jaya sudah mencapai standar ketuntasan) Ha : µ < µo (kemampuan dalam menyelesaikan soal – soal pertidaksamaan linear satu variabel siswa SMP Negeri 3 Ingin Jaya belum mencapai standar ketuntasan) Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji pihak kiri pada taraf nyata α = 0,05 dengan dk = ( n – 1 ). Kriteria pengujian hipotesis adalah menolak Ho jika t ≤ t (1 – α ), dengan t ( 1 - α ) didapat dari derajat distribusi student t menggunakan peluang ( 1 -
20 47 67 80
25 55 69 80
31 55 69 81
36 56 76 82
42 57 79 85
44 60 79 85
46 65 80 89
B. Pengolahan Data 1. Menghitung nilai rata – rata ( ), varians (S2) dan simpangan baku (S) Pengolahan data untuk tes kemampuan siswa menyelesaikan soal pertidaksamaan linear satu variabel kelas VII SMP N 3 Ingin Jaya tahun pelajaran 2013/2014 berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Dari Nilai Tes Siswa SMP N 3 Ingin Jaya Untuk Mengetahui Nilai Rata – Rata Dan Standar Deviasi. Skor siswa
fi
xi
fixi
20 – 31 32 – 43 44 – 55 56 – 67 68 – 79 80 – 91 Jumlah
3 2 5 5 5 8 28
25,5 37,5 49,5 61,5 73,5 85,5
76,5 75 247,5 307,5 367,5 684 1758
xi -37,29 -25,29 -13,29 -1,29 10,71 22,71
(xi – )2 13905,54 639,58 176,62 1,66 114,7 515,7 5353,8
Berdasarkan tabel tersebut didapat nilai rata - rata sebagai berikut:
x
fi.xi fi
= =
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
fi (xi –
)2
41716,6 1279,2 883,1 8,3 573,5 4125,6 48586,3
Muhammad Isa, Kemampuan Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
Jadi, nilai rata – rata siswa kelas VII dalam menyelesaikan soal pertidaksamaan linear satu = 62,79, selanjutnya variable adalah menghitung standar deviasi sebagai berikut: S2 = S2 = S2 = 1799,5 S= S = 42,42
99
Berdasarkan perhitungan diperoleh = 62,79 dan s = 42,42 Selanjutnya menentukan batas - batas interval, untuk menghitung luas dibawah kurva normal, bagi tiap interval batas kelas ke satu di batasi oleh 19,5 dan 31,5 atau dalam angka standar z score dibatasi oleh -1,02 dan .Jika dengan 0,74 dengan z score = perhitungan yang sama dilakukan untuk kelas interval lainnya, maka diperoleh :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Uji Normalitas Sebaran Data Nilai Tes Siswa SMP N 3 Ingin Jaya. Interval Batas kelas Z score Batas Luas Frekuensi Frekuensi (x) daerah daerah harapan (Ei) diamati (Oi) 19,5 -1,02 0,3461 20 – 31 0,0757 2,12 3 31,5 -0,74 0,2704 32 – 43 0,0968 2,71 2 43,5 -0,45 0,1736 44 – 55 0,1061 2,97 5 55,5 -0,17 0,0675 56 – 67 0,0237 0,66 5 67,5 0,11 0,0438 68 – 79 0,1079 3,02 5 79,5 0,39 0,1517 80 – 91 0,1001 2,80 8 91,5 0,68 0,2518 satu variabel ketuntasan. x2 =
+
+ +
2
x
=
x2 = 0,36 + 0,18 + 1,39 + 28,54 + 1,3 + 9,66 x2 = 41,43. Dengan taraf signifikan α = 0,05 dan banyak kelas 6, maka derajat kebebasan dk = ( k – 3 ) = 6 – 3 = 3 maka tabel ini di peroleh x2 2 (1 – α )( k – 1) = x (0,95)(3) = 7,81. Dari hasil penelitian ini di peroleh x2 hitung > x2 tabel yaitu 41,43 > 7,81 maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data dari kemampuan menyelesaikan soal-soal pertidaksamaan inear satu variabel siswa kelas VII SMP N 3 Ingin Jaya menolak Ho dan menerima Ha sehingga dapat disimpulkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pertidaksamaan linear
belum
mencapai
standar
C. Tinjauan Terhadap Hipotesis. Untuk pengujian hipotesis pada penelitian ini, penelitian diuji dengan menggunakan statistik t, pada taraf signifikan α = 0,05. Hipotesis itu akan di uji dengan menggunakan uji pihak kiri. Selanjutnya dari hasil pengolahan data dengan n = 28, = 62,79 dan s = 42,42. Berdasarkan hipotesis maka dalam penelitian ini diambil nilai µo = 65 yang merupakan nilai standar ketuntasan yang telah ditetapkan. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t adalah sebagai berikut:
x
t= t = -0,28
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
Pada taraf signifikan α = 0,05 dan dk = n – 1= 6 – 1 = 5, maka di daftar distribusi t di dapat t(0,95)(5) = 2,02. Karena thitung < ttabel yaitu -0,28 < 2,02, maka terjadi penolakan terhadap Ho dengan demikian Ha diterima. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini menyatakan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pertidaksamaan linear satu variabel belum mencapai standar ketuntasan. D. Pembahasan Berdasarkan data diatas dengan taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan dk = n – 1 = 28 – 1 =27 , dari daftar distribusi t didapat t (0,95) (27) = 1,70. Karena -0,28 < 1,70 maka sesuai dengan kriteria pengujian pihak kiri sebagai dikemukakan oleh Sudjana ( 2005: 232) yaitu “Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi student t dengan dk = n – 1 dan peluang = 1- α . jadi tolak H0 jika t hitung ≤ t (1- ) dan terima Ha. Dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak sehingga hipotesis yang berbunyi: “kemampuan menyelesaikan soal pertidaksamaan linear satu variabel siswa kelas VII SMP N 3 Ingin Jaya Aceh Besar belum mencapai standard ketuntasan”. Diterima. Bila dilihat dari hasil tes yang diperoleh, terlihat bahwa pada umumnya siswa masih kurang mampu dalam memahami penerapan sifat-sifat pertidaksamaan dengan baik, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Misalkan kita ambil soal no 2c yaitu 3x + 17 < 5x + 3 3x + 17 – 17 < 5x + 3 – 17 3x < 5x – 14 3x – 5x < 5x – 5x – 14 -2x < -14 -2x x -½ < -14 x -½ X <7 Sesuai dengan ketentuan dari sifat pertidaksamaan apabila kedua ruas dikalikan atau dibagi dengan bilangan bulat negative maka terjadi perubahan tanda dari x < 7 menjadi x > 7). Sebagian siswa menjawab dengan benar dan ada juga sebagian yang menjawab salah. Kemudian pada soal no 4 yaitu soal cerita tidak ada satupun siswa mampu mendifinisikan apa yang di jabarkan pada soal cerita tersebut itu dikarenakan siswa belum mampu memahami soal pertidaksamaan dalam bentuk cerita.
100
Setelah pengujian hipotesis, ternyata siswa kelas VII SMP N 3 ingin jaya belum mampu menyelesaikan soal-soal pertidaksamaan linear satu variabel. Hal ini dapat dilihat dari nilai standar yang di berikan dalam penelitian ini karena nilai 65 merupakan penguasaan 65 % dari penguasaan materi pertidaksamaan linear satu variabel tersebut. Secara umum siswa kelas VII SMP N 3 ingin jaya belum sepenuhnya menguasai materi pertidaksamaan linear satu variabel. Namun tak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa siswa yang sudah menguasai materi pertidaksamaan linear satu variabel dan hal ini dapat dibuktikan dari 28 siswa kelas VII1 terdapat 15 siswa yang mendapat nilai diatas 65. Proses penelitian ini berjalan dengan lancar dan sesuai dengan prosedurnya, seperti materi yang diberikan telah diajarkan oleh guru yang bersangkutan. Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa dasar pelajaran ini adalah harus sudah mengetahui tentang pertidaksamaan itu sendiri. Tanpa pemahaman yang memadai akan menghambat proses penyelesaian soal-soal mengenai materi tersebut. Selain itu masih ada siswa yang kurang serius dengan penelitian ini yang mengakibatkan nilai yang mereka perolah bukan nilai yang mutlak. Seperti, dalam penelitian ini waktu yang diberikan adalah 2 x 45 menit atau 2 jam pelajaran. Masih ada siswa yang hanya duduk-duduk saja bukan langsung menjawab soal yang telah diberikan, Sehingga waktu pengerjaan penyelesaian soal mereka sudah berkurang dan tidak mungkin lagi mereka meminta penambahan waktu karena akan mengakibatkan ketidaktercapaian hasil yang diharapkan dalam proses penelitian ini.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat kita simpulkan bahwa siswa kelas VII SMP N 3 ingin jaya belum mampu menyelesaikan soal-soal pertidaksamaan linear satu variabel. Hal ini dapat kita lihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 62,79 sementara nilai standar yang telah ditetapkan adalah 65. Masih sedikit jauh tertinggal dari nilai yang telah ditetapkan. Namun hal ini dapat kita jadikan tolak ukur untuk dijadikan suatu kesimpulan
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
Muhammad Isa, Kemampuan Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
dalam sebuah penelitian sehngga dari jumlah 28 siswa kelas VII khususnya kelas VII1 hanya 15 siswa yang sudah memenuhi nilai standar dalam penelitian ini. 1. Saran - Saran 1) Diharapkan kepada guru mata pelajaran matematika untuk lebih memberi pemahaman kepada siswa mengenai cara merubah sebuah soal cerita khususnya mengenai materi pertidaksamaan linear satu variabel, 2) Guru hendaknya lebih sering memberikan tugas tambahan kepada siswa dalam bentuk latihan maupun pekerjaan rumah Untuk lebih memantapkan pemahaman siswa mengenai materi pertidaksamaan linear satu variabel ini, 3) Guru juga harus mengajarkan materi ini dengan metode yang tepat dan disukai siswa, 4) Guru juga harus bisa menjelaskan kepada siswa tentang pengaplikasian materi pertidaksamaan linear satu variabel ini dalam kehidupan sehari-hari 5) Siswa diharapkan untuk lebih aktif dan kreatif dalam menerima pelajaran ini.
101
Slamet Dalam Djamarah. Belajar dan Faktorfaktor yang mempengaruhinya (Jakarta Bina Aksara, 2003). Sudjana, 2005. Metode Statistika. Bandung Tarsito. Sudarato, 2002. Metode penelitian, Bandung: Rineka Cipta Suharsimi, 2007. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi aksara. jakarta http://id.answer.yahoo.com/question/idex/03/0 5/2011). http://id.wikibooks.org/wiki/subjek:matematik a/materi:persamaandanpertidaksamaan linear satu variabel.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M. 2003 pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, jakarta: Rineke Cipta Arikunto, Suharsimi. (2000). Dasar – dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: bumi Aksara. Candra Himawan, S.Pd ”Buku Sakti Matematika (Bandung: Kaifa, 2011) Dewi Nurhani, Triwahyuni ”Matematika Konsep dan Aplikasi Kelas VIII SMP dan MTsN. (Jakarta : Aneka Ilmu, 2008). Djamarah, 1996, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta Rineka Cipta. Hasan Alwi, 2002. Kamus besar bahasa indonesia. balai pustaka, jakarta Robert,M. Gagne, 2003. Pengertian kemampuan, http:www.pengertian kemampuan.com Salasi, 2001. Stastistik dasar, FKIP USM. Banda Aceh. Simajuntak, 1993. Proses Belajar Mengajar. Penerbit Tarsito.
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
102
MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU KELAS MEMBUAT PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KTSP MELALUI PEMBERIAN MODEL PADA KKG SD NEGERI 3 PEUSANGAN SELATAN KABUPATEN BIREUEN
Oleh Zainuddin* Abstrak Penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan melalui pemberian Model yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan guru membuat perangkat pembelajaran berbasis KTSP bagi guru pada SD Negeri 3 Peusangan Selatan. Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun Pelajatran 2010/2011. Dengan subjek penelitian sebanyak 13 orang guru kelas. Metode yang digunakan. Adalah Desain Penelitian Tindakan sekolah. Masing-masing melalui tahap perencanaan, tindakan, obsevasi/evaluasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian model terlebih dahulu oleh peneliti, meningkatkan ketrampilan guru pada kelompok KKG guru kelas pada SD Negeri 3 Peusangan Selatan dalam membuat Silabus dan RPP berbasis KTSP. Kata Kunci : Perangkat Pembelajaran dan Pemberian Model.
Salah satu indikasi terjadinya peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari adanya peningkatan prestasi akademik/hasil belajar siswa secara keseluruhan, mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi. Dewasa ini kualitas prestasi akademik/hasil belajar siswa, baik dari dimensi vertikal ataupun horizontal tampaknya masih perlu ditingkatkan karena cenderung belum tinggi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menegaskan bahwa kedudukan guru sangatlah strategis dalam menentukan keberhasilan siswa untuk pencapaian standar Kompetensi yang diharapkan. Guru merupakan figur yang akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, penentuan alat evaluasi dan sumber belajar yang akan disajikan didepan kelas. Tugas ini dituangkan dalam perangkat pembelajaran dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kemampuan guru dalam merencanaan, membuat dan melaksanakan pembelajaran tidak terlepas dari pembinaan Pengawas Sekolah dalam membimbing guru khusus bidang akademik lewat supervisi kelas yang juga merupakan kompetensi kepala sekolah selama ini pada kegiatan KKG sekolah, masih banyak guru menemui kesulitan dalam membuat perangkat pembelajaran, karena kurangnya pemahaman dalam hal merancang
strategi pembelajaran yang memadai, menerapkan materi pokok yang sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai dan masih cendrung menggunakan strategi atau model konvensional yang didominasi oleh metode ceramah. Guru masih kurang menguasai dalam hal menentukan strategi/model pembelajaran yang membuat siswa belajar secara mandiri, berdiskusi dan memecahkan masalah sendiri (problem solving for selfhelping) selain itu, alat penilain yang dibuat masih cenderung pada evaluasi tertulis, belum membuat penilain proses. Untuk mengatasi masalah tersebut maka Pengawas Sekolah/ peneliti perlu mencari pemecahannya agar guru yang ada pada SD Negeri 3 Peusangan Selatan dapat membuat perangkat pembelajaran yang berbasis KTSP dan tanpa merasa terlalu banyak digurui. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian model (modeling) yaitu dengan cara peneliti/ Pengawas Sekolah memberi model perangkat pembelajaran yang terdiri atas Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berbasais KTSP terlebih dahulu. Kemudian mendiskusikannya sebelum guru pada kelompok KKG di SD Negeri 3 Peusangan Selatan membuat perangkat pembelajaran yang sesuai dengan model tersebut dan kemudian Pengawas Sekolah memperagakan langkah-langkah
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei September 2014 Volume 19 Nomor 2
103
penggunaan RPP tersebut didepan guru-guru SD Negeri 3 Peusangan Selatan, karena pengawas sekolah juga instruktur di gugus KKG Kecamatan Peusangan. Alasan pemberian model dijadikan sebagai cara pemecahan masalah adalah karena adanya kesan pada guru bahwa kepala Sekolah hanya bisa menanda tangani RPP, PSP, PS saja tanpa dapat mengeritik atau memberi pembianaan kepada guru-guru di sekolah yang dia pimpin dan sekaligus memberi contoh bagaimana RPP yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang dituntut oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan( KTSP). Sosial Bandura (2002): Sebagaian besar yang dialami manusia tidak dibentuk konsekwensikonsekwensi, malainkan manusia manusia tersebut belajar dari suatu model tertentu. Kemudian, Nukman Sumantri (1998) menyatakan pula bahwa : pelajaran yang diberikan di sekolah-sekolah sangat menjemukan, membosankan. Hal ini disebabkan penyajiannya bersifat monoton dan ekpositoris. Sehingga siswa kurang antusias yang dapat mengakibatkan pelajaran kurang menarik. Salah satu kewajiban guru dalam mengajar adalah menarik minat siswa, agar pelajaran yang diberikan bisa dikuasai oleh siswa dengan baik, guru wajib berusaha secara optimal merebut minat anak didik terhadap pelajaran yang mereka ajar, karena minat anak didik merupakan modal dasar mencapai keberhasilan pendidikan. Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian tindakan sekolah ini adalah: Bagaimana pemberian model perangkat pembelajaran oleh Pengawas Sekolah/peneliti dapat meningkatkan ketrampilan guru kelas pada KKG SD Negeri 3 Peusangan Selatan dalam membuat Silabus dan RPP berbasis KTSP.
penyusunan kurikulum pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP. Kurikulum satuan pendidikan dikembangkan sesuai dengan (1) satuan pendidikan (2) potensi daerah /karateristik daerah. (3) sosial budaya masyarakat setempat dan (4) peserta didik. Sementara itu silabus dikembangkan berdasarkan : (1) kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulumnya dan (2) Standar Kompetensi Lulusan . Disamping itu, pada peraturan pemerintah No.19 Tahun 2006 Standar Nasional Pendidikan terdapat pasal lain yang walaupun tidak berkaitan dengan KTSP, tetapi juga merupakan aturan yang mengikat dalam pengembangan kurikulum satuan pendidikan. Terdapat aturan sebagai berikut, pada standar proses : Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang memuat sekurang-kurangnya :tujuan pelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber Belajar dan penilain hasil belajar. Pelaksanaan proses pembelajaran harus : 1) memperhatikan jumlah maksimal peserta didik perkelas, beban mengajar maksimal pendidik dan rasio maksimal buku teks peserta didik, 2) mengembangkan budaya membaca dan menulis. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai, seperti tes tertulis, observasi, tes praktek, penugasan perseorangan atau kelompok. Penilaian observasi secara individual untuk mata pelajaran IPTEK sekurang-kurangnya satu kali dalkam satu semester.
KAJIAN PUSTAKA Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasingmasing satuan pendidikan. Pemahamanya adalah bahwa pada tingkat satuan pendidikan yaitu sekolah, harus mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah masing-masing. Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2006, Tentang Standar Nasional Pedidikan,
A. Tujuan Kelompok Kerja Guru Adapun tujuan kelompok kerja guru pada SD Negeri 3 Peusangan Selatan adalah: 1) Memperluas wawasan dan pengetahuan guru kelas dalam berbagai hal, khususnya penguasaan subtansi materi pelajaran, penyusunan sillabus, penyusunan bahan-bahan pembelajaran, strategi/metoda pembelajaran, memaksimalakan penggunaan
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Zainuddin, Meningkatkan Keterampilan Guru Kelas Membuat Perangkat Pembelajaran Berbasis KTSP
2)
3)
4)
5)
6)
7)
sarana/prasarana belajar, memanfaatkan sumber belajar dan sebagainya. Mengembangkan mutu profesionalisme guru –guru kelas sebagai pilar utama dalam menejmen kelas sehingga merasa bangga terhadap profesinya. Mewujudkan pembelajaran yang efektif sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan antuintas ( mastery learning). Menumbuh kembangkan budaya mutu melalui berbagai macam cara seperti diskusi, seminar, simposium dan kegiatan keilmuan lainnya. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan berprinsip pada pembelajaran PAKEM. Membahas konsep inovasi pembelajaran, diantara quantum learning contextual learning, brain baset learning, collaborative learning contruvtiveisme learning,revolution learning, accelerative learning,sciense technology sociaty approach, problem solvingapproach, peer teaching dll. Classroom reform dilakukan dengan manajmen kelas yang efektif. Prinsip Kerja Kelompok 1) Merupakan lembaga yang mandiri dan tidak mempunyai struktur organisasi yang hirakis, birokratis dan saling bergantungan tetapi merupakan wadah perkumpulan guru –guru kelas. 2) Dinamikanya berlangsung secara alamiah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. 3) Mempunyai fisi dan misi yang strategis yaitu mengembangkan profesionalisme guru–guru, wawasan dan penngetahuan serta memberikan pelayanan pendidikan yang diharapkan oleh masyarakat. 4) Inovatif terhadap upaya pengembangan mutu pendidikan.
B. Pemberian Model (Modeling) Menurut Bandura dalam Corebima (2002) ”Belajar akan sangat menghabiskan waktu dan tenaga, bahkan berbahaya jika manusia harus menggantungkan diri sepenuhnya pada hasil kegiatannya sendiri. untungnya sebagian besar tingkah laku manusia dipelajarai secara observasi melalui pemodelan dari observasi tingkah laku orang lain.
104
Seseoarang membentuk pengertian bagaimana melakukan tingkah laku baru dan pada kesempatan inmformasi yang telah dimodelkan tersebut berfungsi sebagai suatu pemandu untuk tindakan. Manusia dapat belajar dari contoh (Model) setidaknya dalam bentuk yang mendekati aslinya, sebelum melakukan kegiatan (tingkah laku) tertentu sehingga dapat terhindar dari kesalahan –kesalahan yang tidak perlu. Ada empat fase belajar dari model, yaitu : (1) fase perhatian (atention), pengamat (siswa) dapat memperhatikan tingkah laku tersebut dengan jelas dan tidak terlampau komleks ; (2) fase retensi, perhatian dari suatu prilaku yang diamati dapat dimantapkan jika pengamat dapat dapat menghubungkan obsevasi yang dilakukan dengan pengalamanpengalaman sebelumnya yang bermakna baginya dan terlibat dalam pengulangan kognitif atas kegiatan itu ; 3) fase produksi, ditandai dengan seseorang diminta untuk melakukan kegiatan seperti yang telah diamati pada model. Hal ini penting karena kekurangan dari prilaku yang dirtiru seseorang hanya dapat dilakukan bila ia diminta menampilkan prilaku tersebut. (4) fase motivasi, penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui pengamatan. Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh penguatan pada saat meniru tindakan suatu model, maka ia akan lebih termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi perilaku itu. Guru/pembimbing harus melakukan beberapa syarat dalam memodelkan seseorang untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan antara lain : (1) guru dapat mengekpresikan objek yang dimodelkan (harus menguasainya) (2) pesan yang disampaikan harus jelas, dan (3) situasinya harus cocok dengan tahap perkembangan intlektual siswa. Pentingnya pembelajaran/pembimbingan dengan pemodelan juga dapat dijelaskan dengan teori kognitif, terutama bagaimana mengemas suatu imformasi menjadi bermakna. Menurut Gledler dalam Indana (2002) : Proses pemindahan imformasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang memiliki dua cara: yaitu : gladi pelihara dan gladi elaborasi. Gladi untuk diingant-ingat, sedangkan gladi elobrasi merupakan pengubahan imformasi baru menjadi informasi bermakna, artinya informasi
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
105
tersebut dihubungkan dengan informasi yang telah disimpan, dan atau informasi tersebut dilengkapi dengan informasi tambahan untuk memudahkan mengingatnya.
yang berasal dari dalam diri itu sering disebut dengan faktor internal, sedangkan faktor yang berasal dari luar dirinya disebut dengan faktor eksternal.
C. Hakekat Prestasi Belajar Pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasution (1982:39) adalah : Belajar itu membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya semua bentuk aspek organisme atau pribadi seseorang. Syah (2003:65) menyatakan: Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Arsyad (2003:1) menyatakan: Salah satu pertanda bahwa seorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Berdasarkan beberapa pengertian belajar diatas, maka dapatlah dinyatakan bahwa belajar adalah terjadinya perubahan kelakuan melalui sesuatu kegiatan tertentu. Seseorang dilakukan telah melakukan kegiatan belajar apabila ia dapat melakukan sesuatu yang tak dapat dilakukannya sebelum ia belajar, atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi suatu situasi dari pada sebelum itu. Kelakuan atau tingkah laku yang dimaksud dalam kegiatan belajar adalah dalam arti yang luas dan melingkupi pengamatan, pengenalan, pengertian, perbuatan, keterampilan, perasaan, minat, penghargaan, dan sikap. Jadi belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual, tetapi mengenai seluruh pribadi anak. Sedangkan perubahan kelakuan disebabkan karena mabuk atau keletihan bukanlah hal belajar karena tidak diakibatkan oleh latihan. Demikian pula kemampuan burung yang pandai membuat sarang bukan hasil belajar karena merupakan perbuatan insting. Djaali (2000:128-129) menyatakan: kegiatan belajar untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya dipengaruhi oleh faktor yang dari dalam diri (Kesehatan, integensi, minat dan motivasi dan cara belajar) dan faktor yang berada diluar diri siswa (keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar). Faktor
D. Peran Supervisi Istilah supervisi berasal dari dua kata, yaitu “super” dan “vision”. Dalam Webster’s New World Dictionary istilah super berarti “higher in rank or position than, superior to (superintendent), a greater or better than others” (1991:1343) sedangkan kata vision berarti “the ability to perceive something not actually visible, as through mental acuteness or keen foresight (1991:1992). Supervisor adalah seorang yang profesional. Dalam menjalankan tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkat- kan mutu pendidikan. Untuk melakukan supervise diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap permasalahan peningkatan mutu pendidikan, menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata biasa. Ia membina peningkatan mutu akademik melalui penciptaan situasi belajar yang lebih baik, baik dalam hal fisik maupun lingkungan non fisik. Perumusan atau pengertian supervisi dapat dijelaskan dari berbagai sudut, baik menurut asal-usul (etimologi), bentuk perkataannya, maupun isi yang terkandung di dalam perkataanya itu (semantic). Secara etimologis, supervisi menurut S. Wajowasito dan W.J.S Poerwadarminta yang dikutip oleh Ametembun (1993:1) : “Supervisi dialih bahasakan dari perkataan inggris “Supervision” artinya pengawasan. Pengertian supervisi secara etimologis masih menurut Ametembun (1993:2), menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah kata super + vision : Super = atas, lebih, Vision = lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau mengawasi orangorang yang disupervisi. Para ahli dalam bidang administrasi pendidikan memberikan kese-pakatan bahwa supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian peningkatan situasi belajar-mengajar, seperti
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Zainuddin, Meningkatkan Keterampilan Guru Kelas Membuat Perangkat Pembelajaran Berbasis KTSP
yang diungkapkan oleh (Gregorio, 1966, Glickman Carl D, 1990, Sergiovanni, 1993 dan Gregg Miller, 2003). Hal ini diungkapkan pula dalam tulisan Asosiasi Supervisi dan Pengembangan Kurikulum di Amerika (Association for Supervision and Curriculum Development, 1987:129) yang menyebutkan sebagai berikut: Almost all writers agree that the primary focus in educational supervision isand should be-the improvement of teaching and learning. The term instructional supervision is widely used in the literature of embody all effort to those ends. Some writers use the term instructional supervision synonymously with general supervision. Supervisi yang lakukan oleh pengawas satuan pendidikan, tentu memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Dalam hal ini supervisi lebih ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada kepala sekolah dan guru dalam melakukan pengelolaan kelembagaan dan pembelajaran secara efektif dan efisien serta mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan. Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh pengawas satuan pendidikan antara lain kegiatannya berupa pengamatan secara intensif terhadap proses pembelajaran pada lembaga pendidikan, kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed back. (Razik, 1995: 559). Hal ini sejalan pula dengan pandangan L Drake (1980: 278) yang menyebutkan bahwa supervisi adalah suatu istilah yang sophisticated, sebab hal ini memiliki arti yang luas, yakni identik dengan proses mana-jemen, administrasi, evaluasi dan akuntabilitas atau berbagai aktivi- tas serta kreatifitas yang berhubungan dengan pengelolaan kelembagaan pada lingkungan kelembagaan setingkat sekolah. Rifa’i (1992: 20) merumuskan istilah supervisi merupakan penga- wasan profesional, sebab hal ini di samping bersifat lebih spesifik juga melakukan pengamatan terhadap kegiatan akademik yang mendasarkan pada kemampuan ilmiah, dan pendekatannya pun bukan lagi pengawasan manajemen biasa, tetapi lebih bersifat menuntut kemampuan profesional yang demokratis dan humanistik oleh para pengawas pendidikan. Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi akademis, dan
106
supervisi manajerial. Supervisi akademis menitikberatkan pada pengamatan supervisor terhadap kegiatan akademis, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Supervisi manajerial menitik beratkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. Oliva (1984: 19-20) menjelaskan ada empat macam peran seorang pengawas atau supervisor pendidikan, yaitu sebagai: coordinator, consultant, group leader dan evaluator. Supervisor harus mampu mengkoordinasikan programs, goups, materials, and reports yang berkaitan dengan sekolah dan para guru. Supervisor juga harus mampu berperan sebagai konsultan dalam manajemen sekolah, pengembangan kurikulum, teknologi pembelajaran, dan pengembangan staf. Ia harus melayani kepala sekolah dan guru, baik secara kelompok maupun individual. Ada kalanya supervisor harus berperan sebagai pemimpin kelompok, dalam pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan pengem- bangan kurikulum, pembelajaran atau manajemen sekolah secara umum. Gregorio (1966) mengemukakan bahwa ada lima fungsi utama supervisi, yaitu: sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Fungsi inspeksi antara lain berperan dalam mempelajari keadaan dan kondisi sekolah, dan pada lembaga terkait, maka tugas seorang supevisor antara lain berperan dalam melakukan penelitian mengenai keadaan sekolah secara keseluruhan baik pada guru, siswa, kurikulum tujuan belajar maupun metode mengajar, dan sasaran inspeksi adalah menemukan permasalahan dengan cara melakukan observasi, interview, angket, pertemuanpertemuan dan daftar isian. E. Pemecahan Masalah Masih kurangnya pemahaman guru dalam menjabarkan kompetensi dasar kedalam indikator, merancang metode /strategi dan alat penilaian pembelajaran berbasis KTSP yang dikelola oleh guru-guru di KKG SD Negeri 3 Peusangan Selatan, merupakan masalah yang perlu segera dipecahkan melalui pemberian model oleh peneliti/Pengawas sekolah. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pemecahan masalah sebagai berikut :
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
peneliti menyiapkan suatu model Silabus dan RPP berbasis KTSP alat dan bahan, serta lembar obsevasi/penilaian dan keriterianya yang akan dipakai mengevaluasi Silabus dan RPP yang dibuat guru, baik sebelum maupun sesudah memberi tindakan. Selanjutnya peneliti memberi tindakan melalui pemberian suatu model Silabus dan RPP berbasis KTSP yang telah disiapkan dan selanjutnya didiskusikan. Masing-masing guru diberi tugas membuat Silabus dan RPP pada kompetensi dasar yang berbeda kemudian diobservasi dan dievaluasi kembali sampai indikator keberhasilan tercapai.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil supervisi awal menunjukan bahwa nilai perolehan guru pada pembuatan silabus dan Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP) secara perorangan berada pada katagori kurang dan sangat kurang bahkan tidak ada silabus dan RPP yang siap digunakan di kelas, hal ini disebabkan oleh ketidakpahaman guru dalam membuat silabus dan RPP yang berbasis KTSP baik secara individu dan kelompok, cenderung menggunakan Silabus dan RPP yang diproduk oleh peserta penataran tingkat nasional maupun tingkat daerah dengan tidak menyesuaikan dengan visi dan misi sekolah. Setelah diadakan pembinaan dan supervise kelas dengan pemberian model pada kelompok (KKG) guru kelas berdampak signifikan terhadap kemampuan guru dalam pembuatan Silabus dan RPP yang berbasis KTSP. Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, ada beberapa kesimpulan yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini : 1) Kemampuan awal pemahaman guru tentang Silabus dan RPP yang berbasis KTSP sebelum diberi perlakuan hanya rata-rata mencapai 13,88 atau pada kategori D (sangat kurang), 2) Setelah diberi tindakan selama siklus I dalam beberapa pertemuan, maka ratarata kemampuan guru meningkat hingga mencapai 23,8 atau pada katagori C dan berada pada level cukup dan hal ini belum mencapai target yang diharapkan sesuai dengan indikator kerja walaupun ada peningkatan secara signifikat. 3) Setelah siklus II berakhir yang juga merupakan akhir dari penelitian ini, maka ada peningkatan yang sangat signifikan mengenai kemampuan guru menyusun Silabus dan RPP yang berbasis KTSP. Mencapai angka 38,75 atau pada katagori A dan berada
107
pada level sangat baik dan nilai sudah mencapai indikator penelitian yang diharapkan oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA Cronbach. J. & Snow (1977). Aptitude and Intructional Methods; a Handbook for research on instruction. New York: irvington. Depdikbud RI. (1993). Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar SD . Mata Pelajaran Matematika Jakarta. Depdikbud RI. (1994). Metodik Khusus Pengajaran Matematika di SD . Jakarta. Depdikbud RI. (1995-1996). Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP SD. Jakarta De Porter. & Hernacki. (1999). Quantum Learning: Membisakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit kaifa. Direktorat Tenaga Kependidikan , Dirjen PMPTK Depdiknas ,(2007),Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah ,Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah SD,Jakarta. ______(2007) Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Pada Kegiatan Pengembangan Propesi Guru. .Direktorat Tenaga Kependidikan. Gagne. (1977). Condition of Learning. New York: Holt renheart and Winston. Jarolimek, J. (1986). Social Studies in Elementry Education. New York: Mac Millan Publisher Co. Luthan, Yusmarni. (2000). Studi Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika dengan Menerapkan Model Mengajar Advance Organizer di SD. Tesis tidak dipublikasikan. Padang: PPS UNP Padang. Munandar, utami. (1999). Kreativitas dan Keberkatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Sumatmadja, Nursid. (1996). Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. Edisi Kedua, IKIP Bandung. Sunal, & Has. (1993). Social Studies and the elementary/middle school student. Toronto. Harcourt Brace Jovanovich College Publishers.
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Zainuddin, Meningkatkan Keterampilan Guru Kelas Membuat Perangkat Pembelajaran Berbasis KTSP
Suryadi, Ace & H.A.R. Tilar (1992) Analisis Kebijakan: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suryasubrata, Sumadi, (1987). Psikologi Pendidikan. CV. Rajawali, Jakarta. Suwarno Al-Muchtar. (1991). Pengembangan Kemampuan Berfikir dan Nilai dalam Pendidikan IPS (Suatu Studi Budaya Pendidikan). Disertasi tidak dipublikasikan. Bandung: PPs IKIP Bandung. Winkel, W.S. (1987). Psikologi Pengajaran, PT. Gramedia Jakarta.
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
108
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
109
PENGARUH PENGEMBANGAN MEDIA BERBASIS ICT TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN FISIKA SMA/MA DI PROVINSI ACEH
Oleh Roslina* dan Agus Wahyuni** Abstrak Tujuan Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji Kelaikan hasil pengembangan Teknologi Sebagai Media Ajar Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran Fisika SMA/MA Di Provinsi Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan tahun ke 2 dari 2 tahun yang direncanakan. Pada penelitian ini menggunakan desain one group pretest-posttest design sebagai grant design dengan metode eksperimen. Responden pada penelitian adalah siswa SMA/MA kelas XI di Provinsi Aceh melalui sampel, pengambilan sampel ditetapkan dengan teknik stratified random sampling. Untuk mengumpulkan data terkait dengan variabel-variabel yang diteliti, digunakan soal tes dan dokumentasi. Sebelum digunakan dalam penelitian, semua instrumen divalidasi terlebih dahulu. Untuk menganalisis data digunakan teknik analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dan uji yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh antara penerapan media berbasis ICT terhadap hasil belajar siswa. Kata Kunci: Media ajar, ICT, profesionalisme guru, Fisika.
Salah satu kebijakan yang dituangkan dalam propenas 1999-2004 adalah peningkatan mutu pendidikan nasional. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan akan dan telah dilakukan, diantaranya dengan melengkapi sekolah-sekolah dengan berbagai sarana dan sumber belajar. Hal ini seiring dengan UU No.20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang mensyaratkan agar setiap satuan pendidikan jalur sekolah menyediakan sarana belajar yang memadai sebagai pendukung pelaksanaan pendidikan. Selain itu, peningkatan mutu pendidikan tidak pernah lepas dari peran aktif guru sebagai pengajar dan pendidik untuk menciptakan siswa yang memiliki kreativitas dan hasil belajar yang tinggi dengan membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Penggunaan media secara kreatif dapat memungkinkan siswa belajar lebih banyak, menerapkan apa yang dipelajari dengan lebih baik, dan meningkatkan kemampuan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk dapat menggunakan media sebagai alat bantu pengajaran sehingga memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, seorang guru harus dapat memilih media yang tepat untuk menyampaikan materi yang akan diajarkan.
Perkembangan media pembelajaran saat ini sangat pesat. Oleh karena itu, untuk mendungkung pengembangan media pembelajaran interaktif adalah penguasaan teknologi pengembangan media interaktif oleh guru. Sebagai alternatif dalam pembuatan media pembelajaran ini akan menggunakan software presentasi Microsoft Powerpoint dan camtasia. Microsoft Powerpoint merupakan sebuah software yang memberikan banyak sekali manfaat dalam pembuatan media. Dua keuntungan pokok dari software ini adalah: (a) tersedia di semua komputer berprogram Microsoft Office; (b) dapat dikembangkan oleh orang yang buta program komputer. Quiz creator merupakan software untuk membuat soal berbasis ICT, kegiatan yang ditampilkan komputer melalui monitor dengan menyisipkan suara, langkah ini memudahkan guru dalam menyampaikan pembelajaran melalui media yang digunakan. Melalui software ini dapat menampilkan teks, gambar, suara, dan menyisipkan video. Dengan demikian, software ini bisa mengakomodasi semua kegiatan pembelajaran interaktif seperti mendengarkan, membaca, dan juga melakukan pemberian tes secara langsung. Tampilan yang dihasilkan dari software ini bisa semenarik
Dra. Roslina, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Drs. Agus Wahyuni, ST., M.Pd** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
program yang dibangun dengan software yang canggih. Salah satu komponen interaksi edukatif adalah media belajar. Media belajar dapat menunjang untuk mencapai tujuan kegiatan belajar mengajar, proses komunikasi dan interaksi harus terjadi secara efektif, oleh karena itu perlu diupayakan adanya suatu pembelajaran yang mampu menghubungkan antara komponen kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain untuk mengefektifkan suatu komunikasi dan interaksi dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan adanya suatu media mengajar sebagai perantara media belajar meliputi alat dan metode. Namun dalam hal ini titik tekan media belajar adalah pada fungsinya sebagai alat peraga atau alat bantu. Sudjana (2005:1) mengatakan bahwa, “Media pengajaran sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru.” Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa media sebagai alat bantu yang diatur pemakaiannya oleh guru dan merupakan sarana untuk memudahkan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran. Kemajuan teknologi juga telah memungkinkan format sajian dapat bermacammacam, mulai dari kaset, CD (compact disc), dan DVD (Digital Versatile Disc). Hal ini dapat mempermudah kita dalam mengajar bisa lewat video player, VCD, DVD juga bisa didistribusikan melalui pengembangan media melalui software-software menjadi suatu aplikasi sebagai media pembelajaran. Oleh karena itulah suatu materi yang telah dibuat melalui microsoft powerpoint kemudian direkam menggunakan camtasia dan selanjutnya dijadikan suatu aplikasi pembelajaran yang dapat digunakan baik untuk proses pembelajaran tatap muka (langsung) maupun jarak jauh. Komputer dengan perangkat lunak (software) yang direncanakan merupakan sarana yang baik untuk membantu guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Menurut Supriyanto (2005:3), “Komputer merupakan perangkat elektronik yang dapat menerima masukan (input), dan selanjutnya melakukan pengolahan (process) untuk menghasilkan keluaran (output) berupa informasi”. Komputer memiliki kelebihan dalam hal: kecepatan, dan ketepatan yang meyakinkan, mensimulasikan
110
proses dan percobaan, memberikan pemecahan masalah grafik, program interaktif, interaksi dan pengukuran langsung dalam mengolah data, menyimpan data yang dapat dengan mudah digunakan kembali. Hal ini dikarenakan komputer mempunyai berbagai kemampuan sebagaimana dikemukakan oleh Rusman dkk (2011:110), yaitu “komputer mampu menyampaikan informasi dan pengetahuan dengan tingkat realism yang tinggi. Hal ini menyebabkan program komputer sering dijadikan sebagai sarana untuk melakukan kegiatan belajar yang bersifat simulasi”. Keunggulan dalam penerapan ICT dalam pembelajaran yaitu tersedianya informasi secara luas, cepat, dan tepat, adanya kemudahan dalam proses pembelajaran dan dukungan teknologi untuk memudahkan proses belajar mengajar dan diharapkan dapat memotivasi, menarik minat belajar siswa. Penerapan ICT juga membantu guru dalam memanajemen waktu, meningkatkan efisiensi, efektivitas dan kualitas pendidikan serta manajemen pendidikan dengan implementasi ICT. UNESCO merumuskan tujuan dari pengintegrasian ICT dalam kelas untuk; 1. Membangun “Knowledge-Based Society Habits”, seperti kemampuan mengkomunikasikan dan mengolah informasi itu sendiri menjadi pengetahuan baru. 2. Untuk mengembangkan ketrampilan menggunakan ICT dan 3. untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran.
METODA PENELITIAN Untuk melihat pengaruh setelah penerapan pengembangan media pembelajaran berbasis ICT, tes dilaksanakan dua kali, yaitu sebelum dan setelah treatment. Untuk itu, desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design, yaitu perlakuan yang yang diberikan pada suatu kelompok eksperimen, dan kemudian diamati pengaruh dari perlakuan tersebut, (Arifin, 2011:77). Perbedaan antara pengamatan awal dengan pengamatan akhir dianggap sebagai pengaruh perlakuan. Dengan demikan, hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat dibandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuaan, (Sugiyono 2011:111).
Dra. Roslina, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Drs. Agus Wahyuni, ST., M.Pd** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
Roslina dan Agus Wahyuni, Pengaruh Pengembangan Media Berbasis ICT
Skema model one group pre-test and post-test
O1
X
O2
keterangan O1 : Pre-test untuk melihat konsepsi awal siswa sebelum menerapkan pembelajaran menggunakan media X : Perlakuan, yaitu menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media. O2 : Post-test untuk melihat konsepsi siswa sesudah belajar dengan menggunakan media.
111
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas Tes Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat valid instrument tes. Uji validitas dengan N: 225 dan rtabel = 0.13, ketentuan jika rtabel lebih besar dari rhitung maka tes tersebut tidak valid. Dengan hasil penelitian sebagai berikut: Tabel Uji Validitas Tes Soal Nilai Nilai Tes rhitung rtabel
Keterangan
A. Subjek Penelitian Subyek penelitian adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) di 23 daerah kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Mengingat waktu dan dana yang ada, selanjutnya dipilih 2 (dua) sekolah secara purposif dari 5 kabupaten/kota. Purposive dilakukan agar SMA/MA yang dipilih merupakan sekolah yang “relatif homogen” terutama dari segi kemampuan terhadap penggunaan teknologi yang terbagi dalam tiga wilayah yaitu mewakili Pantai timur (Kabupaten Aceh Tamiang, Pidie Jaya), Pantai Barat-selatan (Aceh Barat Daya) dan bagian tengah (Aceh Tengah dan Bener Meriah).
1
0.355
0.13
Valid
2
0.163
0.13
Valid
3
0.173
0.13
Valid
4
0.325
0.13
Valid
5
0.300
0.13
Valid
6
0.489
0.13
Valid
7
0.361
0.13
Valid
8
0.087
0.13
Tidak Valid
9
-0.040
0.13
Tidak Valid
B. Pengolahan data tes Karena sampel dalam desain penelitian One Group pretest and posttest desain adalah sama, uji t yang digunakan adalah uji t berpasangan (paired sampel t-test). Menurut Guiford (dalam Johar, 1997:46) mengatakan bahwa untuk sampel yang berkolerasi (berpasangan) tidak dilakukan uji F (homogenitas varians). sedangkan, Arifin (2011:281) mengatakan bahwa untuk kedua sampel yang berdistribusi normal jika ukuran sampel (≥ 30), maka tidak perlu dilakukan uji normalitas data. Berdasarkan kedua pendapat ini, peneliti tidak melakukan uji normalitas maupun uji homogenitas varian. Uji t berpasangan (paired sampel ttest) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan secara signifikan untuk sebuah sampel dengan subjek yang sama, tetapi mendapat dua perlakuan yang berbeda (Najmah, 2011:130). Uji ini dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16.
10
0.178
0.13
Valid
11
0.480
0.13
Valid
12
0.254
0.13
Valid
13
0.495
0.13
Valid
14
0.181
0.13
Valid
15
0.455
0.13
Valid
Sumber data: Hasil Penelitian 2014 Berdasarkan tabel di atas, dari 15 butir soal yang diujikan kepada siswa yang berjumlah 225 orang. Jumlah soal yang valid adalah 13 dan 2 tidak valid. Soal yang digunakan pada tes formatif berjumlah 13 soal berupa pretes dan postes. B. Uji Reliabilitas Reliabitas tes adalah untuk mengetahui tingkat reliable tes yang dilaksanakan dengan ketentuan apabila didapatkan nilai Croanbach’s Alpha kurang dari 0,600 berarti buruk, sekitar 0,700 diterima dan lebih dari atau sama dengan 0,800 adalah baik.
Dra. Roslina, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Drs. Agus Wahyuni, ST., M.Pd** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
Tabel 5.2 Reabilitas Tes Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
0.379
13
Sumber data: Olah SPPS 2014 Dengan menggunakan tabel reliabiltas Cronbach's Alpha pada tabel tergambarkan bahwa tes tidak reliable yaitu sebaran nilai siswa yang tidak satu arah.
D. Uji t-test Uji t dilakukan terhadap nilai pretes dan postes yang telah dianalisis dengan menggunakan SPSS. Berdasarkan tabel Paired Samples Test dibawah ini terlihat bahwa nilai t adalah 14,07 dengan probabilitas signifikasi 0,000 < 0,05, Ttabel diperoleh dengan df = 224, sig 5% (2-tailed) = 1.971. Karena t tabel < dari t hitung (1.971 < 14.807), maka Tolak Ho dan Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran berbasis ICT terhadap hasil belajar siswa. Paired Samples Statistics Mean N Std. Std. Deviatio Error n Mean Postes 77.5407 225 9.88470 .65898 Pair 1 pretes 61.0640 225 12.89489 .85966
Pair 1
C. Hasil Belajar Siswa Dari hasil postes siswa, bahwa sebaran nilai siswa pada postes sangat bervariasi disetiap SMA kabupaten kota tempat pelaksanaan penelitian tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Ketuntasan siswa mencapai 91.11% atau 205 siswa dan hanya 8.89% atau 20 siswa tidak mencapai ketuntasan. Selanjutnya rata-rata nilai siswa 77.5, nilai tertinggi siswa 100 dan nilai terendah siswa 47. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan memiliki tingkat keberhasilan 91.11% berdasarkan KKM.
Paired Samples Test Paired Differences Mean Std. Std. Error 95% Confidence Deviation Mean Interval of the Difference Lower Upper 16.476 16.69142 1.11276 14.2838 18.66949 67 5
Postes pretes Sumber data: Pengolahan data dengan SPSS
Pair 1
Paired Samples Correlations N Correlation Postes 225 -.057 & pretes
112
t
14.807
Df
224
Sig. (2-tailed)
.000
Dari hasil analisis Uji Hipotesis dengan menggunakan Paired Samples T-Test didapat kesimpulan bahwa: 1. Melihat table Paired samples statistic nilai mean untuk pretest (sebelum perlakuan) adalah 61,06, dan untuk postest (sesudah perlakuan) nilai mean adalah 77,54, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa nilai rata-rata pretes dan postes lebih besar postes. Dapat diartikan bahwa penggunaan media berbasis ICT berpengaruh terhadap hasil belajar. 2. Melihat table Paired Samples Test dan Paired samples correlations nilai sig (2tailed) 0.000 < 0,05 berarti sangat signifikan. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan setelah pemberian perlakuan (postest) dan sebelum perlakuan (pretest) sehingga terdapat pengaruh penggunaan media berbasis ICT terhadap hasil belajar.
Sig. .392
Dra. Roslina, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Drs. Agus Wahyuni, ST., M.Pd** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
Roslina dan Agus Wahyuni, Pengaruh Pengembangan Media Berbasis ICT
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Maka dalam hal ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan yaitu: 1.
2.
RPP yang dibuat sudah sesuai dengan kurikulum 2013. Berdasarkan hasil validasi soal sebanyak 15 butir soal. 13 soal dinyatakan valid. Terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran berbasis ICT terhadap hasil belajar siswa di Provinsi Aceh.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih yang sebesarbesarnya disampaikan kepada pimpinan bidang penelitian Kementerian Pendidikan Nasional Dikti yang telah memberi kesempatan pada kami untuk melakukan penelitian melalui SKIM penelitian Hibah Bersaing, Pimpinan dan staf Lembaga Penelitian Universitas Serambi Mekkah atas proses serta kepercayaan kepada kami untuk meneliti, Bapak Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah yang telah menyetujui penelitian ini, dan Kepala Sekolah beserta guru fisika SMA di provinsi Aceh tempat peneliti melakukan penelitian yang telah mengizinkan dan membantu kami untuk meneliti.
113
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paragdima Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Arikunto, S. 2008 a. Prosedur Penelitian. Jakarta: Renika Cipta. Arikunto, S. 2008 b, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara Najmah. 2011. Managemen dan Analisa Data Kesehatan; Kombinasi Teori dan Aplikasi SPSS. Yogyakarta:Nuha Medika Johar, R. 1997. Penerapan Model Pembelajaran Perubahan Konseptual dengan CLS pada Topik Perbandingan di Kelas II SMP Khadijah Surabaya. Tesis Tidak Diterbitkan. Surabaya: Program Pendidikan Matematika IKIP Surabaya Rusman dkk. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Sudjana. (2005). Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah production Suprianto, A (2005). Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta : Salemba Infotek
Dra. Roslina, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Drs. Agus Wahyuni, ST., M.Pd** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
114
PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN PENDALAMAN MATERI UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU FISIKA SMA DI KOTA BANDA ACEH
Oleh Badaruddin* dan Soewarno. S**
Abstrak Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji model pelatihan pendalaman materi berbasis konsep yang komprehensif bagi guru-guru Fisika SMA yang dapat meningkatkan profesionalisme guru. Objek penelitian adalah guru-guru Fisika SMA di Kota Banda Aceh, pengambilan sampel ditetapkan dengan teknik stratified randoom sampling. Variabel yang menjadi objek penelitian adalah: model pelatihan sebagai variable bebas dan hasil belajar sebgai variable terikat yang terdiri dari pretes dan postes. Penelitian ini menggunakan pre eksperimen dengan pre-post one group design. Untuk mengumpulkan data terkait dengan variabel-variabel yang diteliti, digunakan tes. Sebelum digunakan dalam penelitian, semua instrumen divalidasi terlebih dahulu. Hipotesis yang diajukan adalah : terdapat peningkatan penguasaan materi yang signifikan setelah diterapkannya pelatihan berbasis konsep. Untuk menganalisis data digunakan teknik analisis uji-t. Berdasarkan hasil . penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa Temuan ini mengindikasikan bahwa model pelatihan pendalaman materi berbasis konsep yang komprehensif dapat meningkatkan kompetensi professional. Kata kunci: model, konsep, komprehensif, profesionalisme
Abstract This study aimed to test the model-based training materials deepening comprehensive concept for high school physics teachers who can improve the professionalism of teachers. The object of research is a high school physics teachers in Banda Aceh, set sampling with stratified sampling randoom. Variable which is the object of research are: the training model as independent variables and the dependent variables learning outcomes as composed of pretest and posttest. This study used a pre-experiment with one-group pre-post design. To collect data related to the variables studied, the test used. Before being used in the study, all first validated instruments. The hypothesis is: there is a significant increase in mastery of the material after the implementation of the concept based training. Techniques used to analyze the data t-test analysis. Based on the results of research and analysis of the data showed that t_hitung> t_tabel (2.36> 1.67). These findings indicate that the training model deepening comprehensive concept-based materials can improve professional competence. Keywords: models, concepts, comprehensive, professionalisme
Berdasarkan hasil penelitian terhadap hasil UN tahun 2011 yang dilakukan di SMA Kota Banda Aceh, ternyata Kompetensi Dasar (KD) yang tidak dikuasai paling banyak terjadi pada pelajaran fisika yang mencapai 17 KD. Berdasarkan hasil penelusuran penyebabnya adalah KD tersebut tidak diajarkan, hal ini disebabkan guru tidak menguasai KD dimaksud (Muhammad Harun, dkk; 2011).
Dari 46 guru fisika SMA di Kota Banda Aceh yang mengikuti UKG tahun 2012 memperoleh nilai rata-rata 41,63 dengan nilai tertinggi 63 (hanya 1 orang) dan nilai terendah 14 ( LPMP; 2012). Kenyataan tersebut mengindikasikan bahwa kompetensi profesional guru fisika SMA di Kota Banda Aceh dapat digolongkan masih rendah.
Drs. Badaruddin,MDM* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Drs. Soewarno. S, M.Si** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
Untuk itu diperlukan suatu desain model pelatihan pendalaman materi bagi guruguru Fisika SMA yang operasional dan praktis yang dapat meningkatkan kompetensi profesional. Untuk dapat mendisain model pelatihan dimaksud, maka diperlukan data tentang kondisi dan kinerja riel guru Fisika SMA selama ini serta model pelatihan yang bagaimana yang dibutuhkan guru sesuai dengan kondisi yang ada (need assessment). Berdasarkan hasil penelitian tahun pertama, ditemukan bahwa rata-rata guru fisika tidak menguasai konsep secara kompleks. Artinya kebanyakan dari mereka memahami konsep-konsep fisika secara hafalan terlebih konsep yang banyak menggunakan rumus matematika. Sebagai contoh rumus penjumlahan vector : , mereka tidak mengetahui mengapa rumusnya seperti itu dan dari mana rumus itu. Mereka hanya tahu bahwa rumus jumlah vector adalah seperti itu. Lebih lanjut mereka menginginkan adanya pelatihan tentang pendalaman materi yang berbasis konsep, artinya setiap konsep dibahas mulai dari konsep fisika disertai penurunan konsep matematik (Asmarol Hidayat; 2013). Secara umum ada empat bidang kompetensi yang harus dimiliki oleh guru untuk menyelenggarakan pembelajaran yang efektif. Salah satu bidang yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran adalah memahami materi subjek yang akan diajarkan pada siswa (Cooper:1990). Pengembangan program pelatihan merupakan desain utama dari aktivitas pelatihan. Pengembangan program merupakan proses dalam menentukan materi apa yang harus diberikan dalam pelatihan, harapan yang akan dicapai oleh para peserta pelatihan, prosedur pemberian isi pelatihan, metode yang digunakan dalam pemberian materi pelatihan, mengembangkan materi pendukung dan penilaian untuk peserta pelatihan serta meletakkan semua aspek-aspek tersebut dalam periode waktu yang telah dipilih atau ditentukan, sehingga dapat dikatakan bahwa pengembangan program pelatihan merupakan proses dan berorientasi kepada aksi dan tindakan (Wenting : 1993). Praktik-praktik pembelajaran hanya dapat diubah melalui pengujian terhadap caracara guru mengemas dan melaksanakan pembelajaran. Untuk itu, diperlukan program-
115
program pembinaan profesi guru. Programprogram tersebut membutuhkan fasilitas yang dapat memberi peluang kepada mereka learning how to learn dan to learn about teaching. Fasilitas yang dimaksud, antara lain dalam bentuk pelatihan pembelajaran untuk meningkatkan profesi guru (Santyasa, I.W, 2009). Isu mengenai program pembinaan profesi guru melalui pelatihan telah diungkapkan oleh Suastra (2006), salah satunya program peningkatan kualitas pembelajaran melalui pelatihan dan pelaksanaan pembelajaran dan asesmen inovatif atau pelatihan dan pelaksanaan lesson study. Untuk meningkatan kompetensi guru, perlu dilakukan pembinaan profesi mereka, yang mana peningkatan tersebut akan berdampak positif pada peningkatan kualitas proses pembelajaran dan pada gilirannya akan berdapak pada hasil belajar siswa. Oleh karena itu perlu memberikan pelayanan secara kontinu kepada para guru melalui pembinaan profesi. Pelayanan yang baik kepada para guru akan berdampak pada pelayanan yang baik oleh guru kepada siswa. Pelayanan tersebut dapat dilaksanakan dalam bentuk pembinaan melalui aktivitas pelatihan-pelatihan (Santyasa, I.W, 2009). Tujuan khusus penelitian adalah untuk menguji kelaikan model yang dikembangkan pada tahun I melalui eksperimen yaitu : model pelatihan pendalaman materi berbasis konsep kepada guru Fisika SMA di Kota Banda Aceh.
METODA PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sehubungan dengan tujuan utama penelitian ini, maka penelitian ini dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis penelitian eksperimen. B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian adalah guru Fisika Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Banda Aceh yang jumlahnya 10 sekolah. Sebagai sampel sekolah akan diambil seluruh sekolah (total sampling) . Sebagai sampel guru diambil satu guru dari setiap kelas (X, XI, dan XII) secara purposive sampling. Sehingga jumlah sampel keseluruhan sebanyak 30 orang.
Drs. Badaruddin,MDM* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Drs. Soewarno. S, M.Si** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
Badaruddin dan Soewarno. S, Pengembangan Model Pelatihan Pendalaman Materi
C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel utama yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah kelaikan pengembangan model. Definisi operasional masing-masing variabel tersebut adalah: (1) Kelaikan adalah sejauh mana model yang dikembangkan dapat meningkatkan kompetensi professional guru Fisika SMA di Kota Banda Aceh. (2) Model adalah model pelatihan pendalaman materi berbasis konsep yang komprehensif. (3) Pengetahuan dan pemahaman guru terhadap materi dan pembelajaran Fisika, adalah kondisi pengetahuan konseptual guru tentang materi dan pembelajaran Fisika. Kondisi pengetahuan yang dimiliki guru akan diperoleh melalui uji kompetensi. D. Pengumpulan dan Analisis Data 1) Instrumen Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, sesuai dengan variabel penelitian, mempergunakan instrumen tes, yaitu pretes dan postes. 2) Teknik Analisis Data dan Cara Penafsiran Hasil Penelitian Analisis didahului dengan uji prasyarat yang meliputi: uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t-matching. Hipotesis diuji dengan uji t-pihak kanan. Adapun kriteria pengujian t pihak kanan yaitu : Perumusan hipotesis untuk uji satu pihak kanan adalah H0 :μ ≤ μo melawan Ha : μ > μo a) Untuk menguji hipotesis ini, jika σ diketahui maka digunakan statistik t Kriteria Pengujian; Tolak Ho, Jika harga t hitung ≥ to .5-α Nilai to.5-α diperoleh dari distribusi normal baku dengan peluang (0,5-α) dan dalam hal lainya Ho diterima. b) Jika σ tidak diketahui, maka untuk menguji hipotesis diatas digunakan statistik t Kriteria pengujian: Tolak Ho jika harga t hitung ≥ t1-α dalam hal ini, t1-α diperoleh dari daftar distribusi student t dengan peluang (1-α) dan dk =(n-1). Dan dalam hal lainya Ho diterima.
116
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Hasil analisis data, data berdistribusi normal dan homogen dari jumlah soal tes pemahaman konsep sebanyak 35 setelah di validitasi oleh pakar dan diuji coba soal bisa digunakan sebanyak 30 soal, 50 % kategori soal sedang 30 % kategori mudah dan 30% kategori sukar, dengan reliabiltas sebesar 0.72 Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa . Temuan ini mengindikasikan bahwa model pelatihan pendalaman materi berbasis konsep dapat meningkatkan kompetensi professional.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa : pelatihan pendalaman materi berbasis konsep dapat meningkatkan kompetensi professional guru Fisika. 1. Saran-Saran 1) Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat menguji kelaikan model pelatihan pendalaman materi berbasis konsep sebagai sebuah model yang dapat meningkatkan profesionalisme guru Fisika SMA. 2) Diharapkan kepada guru Fisika SMA di Kota Banda Aceh agar dapat terus mengingkatkan pemahamannya tentang materi agar pembelajaran Fisika dapat dilakukan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Cooper, James, M. (1990). Classroom Teaching Skills, Fourth Edition. Toronto: D.C. Heath And Company Hidayat, Asmarol, dkk., 2013. Pengembangan Model Pelatihan Pendalaman Materi Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru Fisika SMA Di Kota Banda Aceh. Laporan Penelitian. Muhammad Harun, dkk., 2011. Pemetaan dan Peningkatan Mutu pendidikan Siswa SMA di Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh. Laporan Penelitian. Penelitian Pemetaan dan pengembangan Mutu Pendidikan Tahun Anggaran 2011. Ditlitabmas Ditjen Dikti Kemendiknas.
Drs. Badaruddin,MDM* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Drs. Soewarno. S, M.Si** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
Santyasa, I W., 2009. Keberadaan Dan Kepentingan Pengembangan Model Pelatihan Untuk Pembinaan Profesi Guru, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Suastra, I W. 2006. Strategi dalam menyikapi berlakunya Undang-Undang Guru dan Dosen. Makalah. Disajikan pada workshop peningkatan profesionalisme pengawas sekolah se kabupaten Buleleng, tanggal 24-26 Agustus 2006, di Singaraja. Wenting, Tim. (1993). Planning For Effective Training: A guide to Curriculum Development. Roma: Food and Agriculture Organization of The United Nations.
Drs. Badaruddin,MDM* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Drs. Soewarno. S, M.Si** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
117
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
118
PORTOFOLIO ASSESSMENT PADA GEOMETRI BIDANG PGSD: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
Oleh Burhanuddin AG* dan Murni* Abstrak Dalam memahami kosep-konsep, geometri bidang dianggap mata kuliah salah satu mata kuliah yang sukar. Hal ini di sebabkan karena geometri bidang dianggap mempunyai tingkat kesukaran yang tinggi dan sulitnya penyesuaian mahasiswa dengan pembelajaran yang ada di dunia barunya yaitu universitas. Selain itu, penilaian dosen juga dianggap lebih menitikberatkan pada aspek kognitif saja. Oleh karena itu, perlu adanya penilaian yang dapat mengembangkan kesuluruhan aspek (kognitif, afektif, psikomotorik, dan emosional) yaitu authentic assessment dengan portofolio.Target khusus dalam penelitian ini adalah: (1) dapat menghasilkan instrumen Portopolio Asessment pada Pembelajaran Giometri Bidang yang dilengkapi dengan kontrak perkuliahan (SAP); (2) Buku Panduan Mahasiswa; (3) Lembar Kerja Mahasiswa; (4) Buku Pegangan Guru SD dalam pembelajaran Giometri Bidang SD; (5) Jurnal Internasional; (6) Jurnal Nasional; (7) Workshop Guru SD Aceh Besar. Penelitian ini dilakukan dengan sampelnya yaitu mahasiswa PGSD di Universitas Serambi Mekkah, karena diharapkan nantinya mereka dapat mempraktekannya langsung untuk siswa-siswa di SD yang merupakan level awal khususnya dalam mempelajari geometri (Tujuan Jangka Panjang). Pengembangan penelitian ini dilakukan mengikuti 5 (lima) tahapan pengembangan Plomp yang dimodifikasi dengan memandu tahapan pengembangan material (produk) oleh Nieveen dengan memperhatikan 3 aspek kualitas, yakni aspek kevalidan, aspek kepraktisan, dan aspek keefektifan (Metode). Sehingga diharapkan mendapat suatu penilaian geometri yang menilai keseluruhan aspek. Untuk menyadarkan mahasiswa semakin mengetahui dan menyadari pentingnya selalu meningkatkan Kualitas Kemampuan Berfikir Kritis dalam Melaksanakan Pembelajaran Giometri di SD. Bertujuan agar mahasiswa PGSD semakin mengetahui dan menyadari bahwa aspek penilaian tidak hanya unsur kognitif, melainkan juga aspek psikomotorik dan afektif untuk dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa PGSD dalam pembelajaran Giometri Bidang. Bagi Mahasiswa PGSD, dapat dijadikan sebagai tahap awal pelatihan dalam mengaplikasikan kurikulum 2013 pada mata kuliah Pembelajaran Giometri Bidang Keyword: assessment, portofolio, geometri bidang, PGSD, Pembelajaran Matematika.
Geometri bidang adalah salah satu mata kuliah yang sangat penting dan fundamental untuk di pelajari oleh mahasiswa S-1 PGSD. Sangat penting, karena konsep geometri bidang dan beberapa prinsip teraplikasi secara langsung dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam beberapa ilmu lainnya. Fundamental, karena pada mata kuliah selanjutnya hampir semua menggunakan geometri bidang. Dalam pembelajaran Mata Kuliah Geometri di S-1 PGSD, mahasiswa atau calon guru harus mampu mengenali dan memahami konsep-konsep dalam geometri bidang, mulai bentuknya, pengertiannya, ciri-cirinya,
membuktikan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya mahasiswa merasa sukar dalam mengenali dan memahami konsep-konsep geometri bidang. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata mahasiswa kurang dari 3. Dugaan sementara, (1) konsep dalam geometri bidang memiliki kesukaran agak tinggi, (2) pembelajaran di SMA berbeda dengan PT sehingga kabanyakan mahasiswa kaget dengan sistem pembelajarannya dan (3) penilaain dosen lebih cenderung pada pemahaman konsep secara kognitif, dan kurang memperhatikan aspek afektif dan
Drs. Burhanuddin AG., M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Murni, M.Pd., Ph.D* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
psikomotorik. Khusus point (3), di perlukan suatu penerapan penilaian (assessment) yang lebih mengukur kemampuan mahasiswa secara keseluruhan yang disebut dengan authentic assessment yang dalam pelaksanaannya menggunakan portofolio. Penerapan authentic assessment ini bertujuan untuk mengembangkan keseluruhan aspek penilaian baik langsung maupun tidak langsung(kognitif, afektif, psikomotor, dan emosional mahasiswa). Authentic assessment di terapkan untuk lebih menggiatkan para mahasiswa agar mampu mengenali dan memahami konsep geometri bidang dan mendemonstrasikan pengalaman belajar serta dapat mengaplikasikannya di sekolah dasar. Gagasan utama penerapan model assessment ini adalah supaya mahasiswa S-1 PGSD meninggalkan assessment konvensional yang biasa digunakan oleh pendidik, karena dipandang kurang relevan dan kreatif dengan kondisi riil peserta didik. Oleh karena itu, para pendidik ditantang untuk mampu mengidentifikasi bagaimana cara mahasiswa dalam mendemonstrasikan pengalaman belajarnya secara baik dan tepat, serta mereka harus mampu memilih standar penilaian yang cocok (adekuat) dalam mengakses performance mahasiswa (Savage and Amstrong, 1996), seperti yang diamanatkan oleh Kurikulum 2013. Urgensi (keutamaan) Penelitian Kebijakan penilaian (assessment) merupakan bagian dari reformasi Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, yang dalam pelaksanaannya diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai dan mengumpulkan informasi baik sera individu maupun peserta didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti secara langsung yang menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu (Angari, 2005). Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan untuk memperoleh data dan
119
informasi tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik. Portofolio adalah kumpulan dokumen atau jurnal dan karya-karya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan kreativitas peserta didik. Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta didik dengan menilai bersama karya-karya atau tugas-tugas yang dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik perlu melakukan diskusi untuk menentukan skor penilaian. Perkembangan kemampuan peserta didik dapat dilihat pada hasil penilaian portofolio. Sistem penilaian meliputi kegiatan perancangan dan pelaksanaan penilaian, analisis dan tindak lanjut hasil penilaian, serta pelaporan penilaian. Mekanisme penilaian hasil belajar peserta didik digambarkan pada bagan berikut:
Perencanaan
Pelaksanaan
Analisis hasil
Tindak lanjut hasil
Pelaporan hasil Bagan 1. Mekanisme Penilaian Hasil pengembangan dari penelitian ini diutamakan untuk kepentingan teoritis dan praktis, yaitu: 1) diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam pembelajaran matematika terutama terkait dengan pembelajaran mata kuliah Geometri bidang.
Drs. Burhanuddin AG., M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Murni, M.Pd., Ph.D* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Burhanuddin AG. dan Murni, Portofolio Assessment pada Geometri Bidang PGSD
2) diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas dalam mempelajari geometri bidang PGSD 3) diharapkan dapat menjadikan model assessment alternatif yang dapat membantu dosen dalam memacu minat dan motivasi mahasiswa S-1 PGSD dalam belajar Geometri bidang. Inovasi yang ditargetkan dalam penelitian ini adalah: a) Bagi dosen, sebagai bahan pertimbangan dalam perkuliahan untuk pemilihan strategi pembelajaran dan model assessment sehingga dapat menumbuhkan minat, motivasi dan semangat belajar bagi mahasiswa PGSD untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan berkualitas b) Bagi guru Calon Guru SD dan Guru SD, dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan dalam mengajar materi Geometri bidang c) Bagi lembaga, sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menetapkan Kurikulum 2013 di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP, d) Bagi mahasiswa PGSD, semakin mengetahui dan menyadari bahwa aspek penilaian tidak hanya unsur kognitif, melainkan juga unsur lainnya yaitu aspek psikomotorik dan afektif.
METODA PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka jenis penelitian ini termasuk penelitian pengembangan (developmental research). Menurut Seels & Richey (dalam Richey & Nelson, 1996), penelitian pengembangan berorientasi pada pengembangan produk dimana proses pengembangannya dideskripsikan seteliti mungkin dan produk akhirnya dievaluasi. Dalam penelitian ini yang dikembangkan berupa model pembelajaran, perangkat pembelajaran, dan instrumeninstrumen yang diperlukan. Proses pengembangan berkaitan dengan kegiatan pada setiap tahap-tahap pengembangan. Produk akhir dievaluasi berdasarkan aspek kualitas produk yang ditetapkan. Pengembangan model dilakukan mengikuti 5 (lima) tahapan pengembangan model perancangan pendidikan dari Plomp. Model perancangan pendidikan tersebut masih terlalu umum, sehingga
120
dipandang perlu melakukan modifikasi dengan memadu tahapan pengembangan material (produk) oleh Nieveen dengan memperhatikan 3 aspek kualitas, yakni aspek kevalitan, aspek kepraktisan, dan aspek keefektifan.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kegiatan yang Dilaksanakan dan yang akan Dilaksanakan Kegiatan penelitian yang telah dilakukan adalah pada tahapan pembuatan Prodak yang dihasilkan pada tahun pertama adalah : (1) Naskah SAP (Satuan Acara Perkuliahan); (2) Naskah Buku Panduan Mahasiswa (BPM); (3) Lembar Kerja Mahasiswa (LKM); (4) Buku Authentik Asessment Mahasiswa (B2AM); (5) Drap Buku Pegangan Guru (BPG) dan pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan pada tahun kedua. Pada Tahun ke dua dianalisis kembali dan disempurnakan kemudian diuji cobakan. Hasil ujicoba pada tahun kedua Semua Prodak direvisi jika perlu ini diputuskan oleh para ahli dan disempurnakan. Pada tahun ketiga konsentrasi prodak akhir yaitu menghasilkan Buku Pegangan Guru dan Sekaligus dapat digunakan oleh Calon Guru SD (Mahasiswa PGSD) dan Guru SD, Geometri Bidang kopetensi “Bangun Datar”. Sedangkan tahapan penyusunan Naskah dan Drap Prodak laporan penelitian (untuk tahun pertama). B.
Hasil pada Fase lnvestigasi Awal Investigasi Awal dilakukan kajian terhadap (1) permasalahan pembelajaran matematika di PGSD, (2) teori-teori yang relevan dengan model pembelajaran yang dikembangkan, (3) teori tentang pengembangan model pembelajaran, (4) analisis kondisi Mahasiswa, dan (5) analisis kurikulum. Dari investigasi awal pengembangan pembelajaran Portofolio Asessment Geometri Bidang kopetensi “Bangun Datar”. Masalah-masalah pembelajaran dalam giometri Kopetensi “Bangun Datar untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar mahasiswa mengggunakan Authentik Asessment melalui Portofolio. Mahasiswa belum sepenuhnya mengetahui dan menyadari bahwa aspek penilaian tidak hanya unsur kognitif, melainkan juga aspek lainnya yaitu psikomotorik dan afektif. (1) rendahnya minat
Drs. Burhanuddin AG., M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Murni, M.Pd., Ph.D* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
dan motivasi mahasiswa untuk mempelajari giometri (bangun datar dan bangun ruang), (2) strategi pembelajaran giometri yang dilaksanakan dosen belum seluruhnya menggambarkan penataan ke arah pentingnya mahasiswa mengetahui dan menyadari bahwa aspek penilaian tidak hanya unsur kognitif, melainkan juga aspek psikomotorik dan afektif (3) aspek psikomororik dan motorik sangat sungkan dilakukan, dan (4) strategi dosen dalam mengajarkan bangun datar lebih dominan kepada kognitif dalam upaya meningkatkan hasil belajar. Hasil investigasi awal menunjukkan bahwa perlu adanya penataan pembelajaran bangun datar hal ini untuk membentuk dan mengembangkan kemampuan Calon Guru Sekolah Dasar mengetahui dan menyadari bahwa aspek penilaian tidak hanya unsur kognitif saja melainkan juga aspek psikomotorik dan afektif. Sehingga nantinya pembelajaran bangun datar di SD diharapkan mengalami beberapa perubahan antara lain : (1) perubahan prilaku belajar mengajar, (2) reorientasi tujuan pembelajaran bangun datar dan bangun ruang dan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik bangun datar dan bangun ruang dan kaitannya dengan penyadaran mahasiswa Calon Guru SD bahwa aspek penilaian itu tidak hanya unsur kognitif melainkan juga aspek psikomotorik dan afektif yang menilai kemampuan siswa/muridnya nanti secara komperhensip yang dalam pelaksanaannya menggunakan portofolio, dan (3) metode penilaian hasil belajar mahasiswa yang berterusan/komprehensif. Melalui perubahan pembelajaran di atas, mengakibatkan perlu adanya skenario baru dalam pembelajaran bangun datar dan bangun ruang untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa Calon Guru Sekolah Dasar mengetahui dan menyadari aspek penilaian itu tidak hanya unsur kognitif saja melainkan juga aspek psikomotorik dan afektif melalui portofolio asessment, yaitu dengan pemberian soal yang berkenaan (ada) dalam kehidupan sehari-harinya atau yang paling sering dilakukan dan dilihat mahasiswa. Pengembangan porofolio asessment berupa catatan anekdotal, yaitu berupa lembaran khususnya selama berlangsung proses pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan, dan lembar rekaman kejadiannya, yang meliputi kognitif,
121
afektif, dan psikomotor. Catatan anekdotal dalam assessment portofolio terdiri dari jurnal belajar harian, lembar kerja mahasiswa dan buku panduan mahasiswa, rangkuman materi yang sudah dijelaskan, pekerjaan rumah, proyek, latihan soal, kuis, ulangan harian, dan refleksi akhir pembelajaran dan aktivitas mahasiswa: (1) Jurnal Belajar Harian; (2) Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) dan Buku Panduan Mahasiswa (BPM); (3) Rangkuman Materi: (4) Pekerjaan Rumah (PR); (5) Proyek (6) Latihan Soal; (7) Kuis; (8) Ulangan Harian; (9) Refleksi Akhir Pembelajaran. C.
Hasil pada Fase Desain Rencana pembelajaran yang disusun berdasarkan pada komponen komponen pembelajaran, analisis kurikulum, analisis topik dan analisis tugas yang dijabarkan berdasarkan materi pembelajaran untuk mencapai kompotensi yang ditetapkan. Berdasarkan analisis kurikulum, dipilih satu kompetensi, yaitu: "Bangun Datar". Kompetensi dasar dan kriteria kinerja dirumuskan kembali agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berdasar analisis topik ditetapkan banyak waktu yang tersedia untuk mengajarkan kompetensi tersebut adalah 5 Satuan Acara Perkuliahan (14 s/d 16 kali pertemuan). Lembar kegiatan siswa disusun berdasarkan pada unsur-unsur Portofolio Asessment, baik jawaban dan cara mahasiswa dalam menjawab. Lembar kerja mahasiswa disusun dengan sistematika, persepsi, tujuan, materi, dan kesimpulan, dan soal Pengembangan pembelajaran Portofolio Asessment kemudian ditutup dengan latihan. Jawaban latihan pada lembar kerja mahasiswa diberikan untuk pegangan dosen dalam membimbing mahasiswa. Dalam pelitian ini kegiatan yang dilakukan adalah memilih format dan jenis instrumen yang dibutuhkan, menetapkan aspek dan indikator pengukuran kevalidan, keterlaksanaan, dan keefektifan model untuk masing-masing jenis instrumen, merancang aturan dan kriteria penentuan validitas dan reliabilitas masing-masing jenis instrumen. D. Hasil pada Fase Realisasi 1. Hasil Realisasi Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Satuan Acara Perkuliahan (SAP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Buku Panduan
Drs. Burhanuddin AG., M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Murni, M.Pd., Ph.D* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Burhanuddin AG. dan Murni, Portofolio Assessment pada Geometri Bidang PGSD
Mahasiswa (BPM) adalah perangkat pembelajaran yang dihasilkan. Secara operasional komponen-komponen model dijabarkan dalam satuan acara perkuliahan. Kegiatan perkuliahan berisikan lembaran kegiatan mahasiswa dan dosen menuruti langkah-langkah pembelajaran beserta alokasi waktu yang direncanakan. 2. Hasil Realisasi Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM) Dalam Lembar Kerja Mahasiswa, dibuat langkah-langkah penyelesaian masalah Bangun datar dan kegiatan yang menimbulkan minat mahasiswa untuk mengkomunikasikan ide mereka dalam bentuk tulisan. Dari proses penyelesaian masalah, mahasiswa dituntut membangun konsep dan menuliskannya dengan kalimat sendiri/kata-katanya sendiri pada kotak yang disediakan pada Lembar Kerja Mahasiswa tersebut. Kegiatan akhir pada Lembar Kerja Siswa disajikan soal-soal aplikasi kemampuan kreatifitas. 3. Hasil Realisasi Buku Panduan Mahasiswa (BPM) Dalam Buku Panduan Mahasiswa, dibuat langkah-langkah penyelesaian masalah dan kegiatan yang bertujuan mahasiswa dapat mengaplikasikan dan menimbulkan minat mahasiswa untuk mengkomunikasikan ide mereka dalam bentuk tulisan. Dari proses penyelesaian masalah, Dosen dituntut membimbing mahasiswa sehingga Dosen dapat menuntut mahasiswa membangun konsep dan menuliskannya dengan kalimat sendiri/kata-katanya sendiri pada kotak yang disediakan pada Buku Panduan Mahasiswa. Kegiatan akhir pada Buku Panduan Mahasiswa disajikan soal-soal aplikasi kemampuan kreatifitas untuk kopetensi berikutnya. Untuk menunjang aktifitas pembelajaran digunakan Buku Panduan Mahasiswa BPM. BPM juga digunakan dosen untuk Projek yang dilakukan mahasiswa yang dipandu oleh dosen dengan menerapkan materi bangun datar bangun ruang dengan mengambil contoh-contoh atau bendabenda yang ada dalam dikehidupannya serta menyelesaikan masalah bangun datar dan bangun ruang secara bertahap. BPM juga digunakan dosen menugaskan mahasiswa merangkum materi yang telah dipelajari dari pada pertemuan tersebut, kemudian dosen juga
122
meminta mahasiswa untuk mencari imformasi/bahan dari internat dan dari dua sumber itu membuat rangkuman materi tersebit. Pada pertemuan selajunya dikumpulkan.
SIMPULAN Berdasarkan temuan-temuan dan hasil analisis data, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1.Pengalaman pakar dan data persepsi dapat disimpulkan bahwa Pengembangan portofolio Asessment pembelajaran Geometri bidang, yang dikembangkan dapat diterapkan secara praktis dan efektif dalam pelaksanaan pembelajaran Geometri Bidang Kompetensi “Bangun Datar” untuk mahasiswa PGSD USM menggunakan perangkat pembelajaran yang disediakan. 2. Menghasilkan perangkat pembelajaran pendukung Portofolio Asessment dalam pelaksanaan pembelajaran giometri Authentik Asessment melalui Portofolio kompetensi "bangun datar” yang akan memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Perangkat pembelajaran terdiri dari Satuan Acara Perkuliahan (SAP); (BPM); (B2AM); (BPG) dan Instrument lainnya. 3 Pengalaman pakar dan data persepsi . Pembelajaran Geometri Kompetensi “Bangun Datar” dapat di uji cobakan pada Mahasiswa PGSD, Bertujuan agar mahasiswa PGSD semakin mengetahui dan menyadari bahwa aspek penilaian tidak hanya unsur kognitif, melainkan juga aspek psikomotorik dan afektif untuk dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa PGSD dalam pembelajaran Giometri Bidang. 4. Untuk Mahasiswa, dapat dijadikan sebagai tahap awal pelatihan dalam mengaplikasikan kurikulum 2013 pada mata kuliah Pembelajaran Giometri Bidang Untuk menyadarkan mahasiswa semakin mengetahui dan menyadari pentingnya selalu meningkatkan Kualitas Kemampuan Berfikir Kritis dan kreatif dalam Melaksanakan Pembelajaran Geometri Bidang di SD.
Drs. Burhanuddin AG., M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Murni, M.Pd., Ph.D* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
DAFTAR PUSTAKA Akker, d. v. J., Branch, M.R., Gustafson, K., Nieveen, N., and Plompt, T. 1999. Design Approaches and Tools in Education and Training. Dordrecht/Boston/London: Kluwer Academic Publishers. Angari, Angie Siti. 2005. Rubrik sebagai salah satu alat assessment. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika, himpunan Matematika indonesia Bekerjasama dengan SBI MADANIA Parung, Bogor, 9-11 April. Arikunto, S. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Borich D, G. 1992. Effective Teaching Method. New Jersey: Prentice Hall Inc. Borich, G.D. 1994. Observation Skills for Effective Teaching. New York: Macmillan Publishing Company. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinnggi Fepdiknas. 2005. Pengembangan Sistem Assessment Berbasis Kompetensi, Buku I Pedoman Umum. Jakarta: Dirjen Dikti. Doolittle, P.E. & Camp, G.W. 1999. Constructivism : The Career and Technical Education Perspective. Journal of Vocational and Technical Education. Volume 16, Number 1, Fall 1999. (http://scholar.lib.vt.edu/ ejournals/ JVTE/v16n1/doolitle.pdf, diakses 4 Januari 2006) Grinnell, Jr, R.M. 1988. Social Work Research and Evaluation (Third Edition) Illionis: F.E. Peacock Publisher Inc. Grounlund, N.E. 1982. Constructing Achievement Test, (Third Edition). Englewood Cliff: Printice-Hall. Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning, what it is and why it’s here stay. California: Corwin Press, Inc. Hudojo, Herman. 2001. Mengembangkan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika: FMIPA UM Malang Kahfi, Muhammad, Shohibul. 2005. Panduan Belajar Mengembangkan Perangkat
123
Pembelajaran Maetematika dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Malang. FMIPA UM. Karim, Muchtar Abdul. 2004. Assessment Authentic dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah. Makalah Disajikan dalam Seminar Dan Worksop Calon Fasilitator Kolaborasi FMIPA UM-MGMP kota Malang. Malang, 19-20 Maret 2004. Linn, R.L & Gronlund, N.E. 1995. Measurement and assessment in Teaching. New Jersey: Prentice Hall Regent. McCallum et.al. 1996. Teacher’s Own Assessment: ed. Craft, A “Primary Education Assessing and Planning Learning”. Routledge. Plomp, T. 1997. Educational and Training System Design. Enschede, Netherlands: Twente University. Reigeluth, C.M. 1996. “What is instructional Design Theory and How is It Changing?”. In Reigeluth, C.M. (Ed). Instructional design Theories and Models : A New Paradigm of Instructional. Richey, R. and Nelson. 1996. “Developmental Research”. In Jonassen (Ed) Handbook of Research for Educational Communications and Technology. New York: Macmillan Simon & Schuster. Robinson. 1998. Student Portofolio in Mathematics. The Mathematic Theacher. Rusoni, Elin. 2002. Portofolio dan Pradikma Baru dalam Penilaian Matematika. (http://www.depdiknas.go.id, diakses 05 April 2008) Savage V. TOM and Amstrong G. David. 1996. Effective Teaching in Elementary Social Studies. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Setyono, B. 2004. Penilaian Authentic dalam KBK. Dalamjurnal Pengembangan Pendidikan Vol. 2, No. 4 tahun 2005. Slavin E, R. 1997. Educational Psychology Theory and Practice. A Viacom Company. Surapranata, S.& Hatta, M. 2006. Penilaian Portofolio. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Drs. Burhanuddin AG., M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Murni, M.Pd., Ph.D* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Burhanuddin AG. dan Murni, Portofolio Assessment pada Geometri Bidang PGSD
Susilo
& Subaidah. 2004. Assessment Portofolio dalam Pembelajaran Matematika dan Sain. Makalah disajikan dalam Seminar dan Workshop Calon Fasilitator Kolaborasi FMIPA UM-MGMP Kota Malang, Malang, 19-20 Maret 2004. Yasin, Anas. 2002. Penerapan Model Assessment Portofolio pada Pengajaran Bahasa Inggris. Gentengkali. Vol, 4, (3 dan 4) : hlm. 64. Zainul, A dan Nasoetion, N. 1997. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: PAU untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Ditjen Dikti Depdiknas.
Drs. Burhanuddin AG., M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Murni, M.Pd., Ph.D* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
124