perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SDNPLUPUH SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
DisusunOleh: AL EsaHanafi K7108077
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SDN PLUPUH SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh: AL Esa Hanafi K7108077
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Al Esa Hanafi. PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP GAYA DALAM MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN KARUNGAN 2 TAHUN AJARAN 2011/2012. Skipsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta: Agustus 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep gaya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas IV SDN Karungan 2 Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitan ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas IV SDN Karungan 2 Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2011/2012 berjumlah 15 siswa, 11 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan. Sumber data berupa informasi dari guru kelas IV, hasil pengamatan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Divisions (STAD), dan dokumen resmi. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, tes, observasi, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi data. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif meliputi tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keaktifan belajar IPA materi gaya pada siswa kelas IV SDN Karungan 2 Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata kelas penguasaan konsep sebelum tindakan yaitu 61.67 dengan ketuntasan klasikal 33.33 %, siklus I rata-rata siswa 74 dengan ketuntasan klasikal 73.33%, berarti ketuntasan klasikal dari sebeleum tindakan ke siklus I naik 40 %. Siklus II rata-rata siswa 83.33 dengan ketuntasan klasikal 100 %, berarti ketuntasan klasikal dari siklus I ke siklus II naik 26.67 %. Untuk aspek keaktifan belajar, siklus I terdapat 7 atau 46,67% dari 15 siswa aktif, dan pada siklus II keaktifan siswa naik menjadi 11 atau 73,33% dari 15 siswa aktif.
Kata Kunci : Penguasaan Konsep Gaya, Model Kooperatif tipe Students Teams Achievement Division (STAD).
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Al Esa Hanafi. THE APPLICATION OF THE COOPERATIVE LEARNING MODEL OF STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS TYPE TO IMPROVE THE MASTERY OF POWER CONCEPT IN THE NATURAL SCIENCE SUBJECT MATTER OF THE STUDENTS IN GRADE IV OF STATE PRIMARY SCHOOL KARUNGAN 2 IN ACADEMIC YEAR 2011/2012. Skripsi, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta, August 2012. The objective of this research is to investigate the improvement of the mastery of power concept in the Natural Science subject through the application of the cooperative learning model of Students Teams Achievement Divisions (STAD) type of the students in Grade IV of State Primary School Karungan 2 of Plupuh, Sragen in Academic Year 2011/2012. This research used the classroom action research. It was conducted in two cycles. The subjects of the research were the students in Grade IV of State Primary School Karungan 2 of Plupuh, Sragen in Academic Year 2011/2012 as many as 15 students, 11 males and 4 females. The sources of the data were the class teacher, the results of observation on the learning process with the cooperative learning model of the STAD type, and official documents. The data of the research were gathered through in-depth interview, test, observation, and documentation. They were validated by using the data triangulation, and were then analyzed by using the interactive technique of analysis comprising three components, namely: data reduction, data display, and conclusion drawing or verification. The result of the research shows that the application of the cooperative leaning model of the STAD type can improve the mastery of power concept in Natural Science and the learning activeness of the students in Grade IV of State Primary School Karungan 2 of Plupuh, Sragen in Academic Year 2011/2012 as indicated by the following: Prior to the treatment the average score of the students is 61.67, and the classical completeness is 33.33 %. Following the treatment, the average score of the students becomes 74 in Cycle I and 83.33 in Cycle II respectively, and the classical completeness becomes 73.33 % in Cycle I and 100% in Cycle II, meaning that the classical completeness increases up to 40% from in Cycle I and 26.67 % in Cycle II. 7 (46.67%) out of 15 students in Cycle I and 11 (73.33) out of 15 students in Cycle II respectively are active in term of learning activeness. Keywords: The mastery of power concept and the cooperative learning model of Students Teams Achievement Division (STAD) type.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO sekarang ini adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (Alfin Toffler)
(Sugiyanto)
(Giring Ganesa)
(QS. Ar-
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan segala doa dan puji syukur kehadirat ALLAH SWT Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Kedua orang tuaku tercinta yang selalu membimbingku, menasehati, dan mendoakan yang terbaik bagiku.
Adik-adikku tersayang yang selalu memberikan canda dan tawa dalam hari-hariku. Indah Dwi yang selalu memotivasiku untuk maju.
Teman-teman seperjuanganku angkatan 2008 S1 PGSD yang selalu memberikan inspirasi dan semangat bagiku untuk menjadi lebih baik lagi, terutama kelas A.
Keluarga besar FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
Almamaterku tercinta.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi Penelitian Tindakan Kelas ini di SD Negeri Karungan 2 kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen, dengan judul: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SDN PLUPUH SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012. Penulis menyadari terselesaikannya penyusunan Skripsi Penelitian Tindakan Kelas ini tidak lepas dari bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran-saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin penulisan skripsi. 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan persetujuan skripsi. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan izin skripsi. 4. Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan izin skripsi. 5. Prof. Dr. H. Soegiyanto, S.U., selaku dosen pembimbing I. 6. Bapak Joko Daryanto,S.Sn, M.Sn.,selaku dosen pembimbing II. 7. Kepala SD Negeri Karungan 2 yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian. 8. Guru kelas IV SD Negeri Karungan 2 yang telah merelakan waktunya untuk wawancara dan memberi izin penulis melakukan penelitian di kelas IV. 9. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun materiil. 10. Adik-adik saya yang memotivasi saya untuk maju.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Teman-teman PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2008. 12. Pembaca yang budiman serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari unsur kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.
Surakarta, 15 Januari 2013
AL Esa Hanafi
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN......................................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................
iii
PERSETUJUAN........................................................................................
iv
PENGESAHAN.........................................................................................
v
. ABSTRACT
.......
vi Vii
MOTTO.....................................................................................................
viii
PERSEMBAHAN......................................................................................
ix
KATA PENGANTAR .......................................................................... .
x
DAFTAR ISI ......................................................................................... .
xii
DAFTAR TABEL....................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
xvii
BAB I.
PENDAHULUAN ...............................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................
1
B.
....
4
C. Tujuan Penelitian .........................................................
4
D. Manfaat Penelitian .......................................................
5
LANDASAN TEORI ..........................................................
6
A. Tinjauan Pustaka ..........................................................
6
BAB II.
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
6
a. Pengertian Model Pembelajaran .......................
6
b. Macam-macam Model
....
7
.......
8
c. d. Ciri-
..
commit to user xii
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman e. Student Teams Achievement Divisions........ .... 1) Komponen Mode
..
12
2)
...
14
3) Langkah-
..
15
4)
...
16
..........
16
a.
....
16
b.
...
17
.....
18
2. Hakikat Penguasaan Konsep Gaya
c. Pengertian d.
19
e. Hakikat Gaya Dalam IPA di SD 1)
...........
Pengertian
20 20
2)
.
21
3)
..
22
4)
.
22
5)
BAB III.
11
23
B. Hasil
...
23
C. Kerangka Berpikir
....
24
D. Hipotesis
....
25
METODE PENELITIAN .....................................................
26
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................
26
B. Subjek Penelitian ..........................................................
26
C.
26 1. Bentuk
..
26
2.
..
27
D. Sumber Data ................................................................
28
E. Teknik Pengumpulan Data ...........................................
29
1.
.
29
2.
.
29
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman 3.
.
29
4.
.
30
F. Validitas Data ..............................................................
30
G. Analisis Data ................................................................
31
H. Indikator Kinerja ..........................................................
32
I.
33 1.
.
2. Rancangan S BAB IV.
34
HASIL
36
A. Deskripsi Prat
.....
B.
BAB V.
33
36 38
1. De
38
2. De
47
C.
55
SIMPULAN, IMP
59
A.
59
B.
59
C.
60
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
62
LAMPIRAN ...........................................................................................
64
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1a:Kondisi Awal Nilai Konsep Gaya............................................
2
Tabel 1b:Perbedaan Pembelajaran
10 15 16
Tabel 4:Distribusi Frekuensi Kondisi Awal IPA Materi Konsep Gaya...
37 42 44 45
Tabel 8:Hasil
51 53 54 56
Tabel 12:Nilai Rata-
57
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman 25 Gambar 2:Tahap-ta
27 33 37 43
Gambar 6:Grafik prosentase Keaktifan Siswa Siklus
43 44 46 52 52 53 55
Gambar 13:GrafikPeningkatan Nilai Rata-
commit to user xvi
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 64 65 67 82 97 103 104 105 Lampiran 8: Nilai Penguasaan Konsep Gaya Prasiklus...........................
106 107 108 109
Lampiran 12:Lembar Ob
111 112 113 114
La
115 116 117
Lampiran 19:Lembar Observasi Siswa Siklus II Perte
118
Lampiran 20:Hasil Photo Pembelajaran........................................................ 119 Lampiran 21:Hasil Pekerjaan Peserta Didik............................................... 121
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik yang mempelajari alam semesta yang hidup maupun yang tidak hidup. Di dalam IPA pengetahuan diperoleh dengan jalan mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam serta lingkungan buatan. Ilmu IPA yang diajarkan di sekolah dasar merupakan disiplin ilmu yang menuntut siswa supaya lebih aktif. Dalam mempelajari IPA idealnya tidak hanya berdiam diri mendengar penjelasan guru, tetapi memerlukan keaktifan dan keterampilan siswa. Pembelajaran di sekolah, idealnya termasuk pembelajaran IPA lebih banyak menganggap siswa sebagai subjek yang berkembang melalui pengalaman belajar sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar bagi siswa, membantu dan memberikan kemudahan agar siswa mendapatkan pengalaman belajar sesuai dengan kemampuannya. Agar proses belajar mengajar tidak hanya berpusat pada guru, maka diperkenalkan beberapa alternatif model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran ini siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam pembelajaran IPA, khususnya konsep gaya siswa harus mampu mengerti, memahami, dan menguasai konsep-konsep yang diajarkan. Proses transfer dan penguasaan konsep-konsep haruslah mendalam karena hal tersebut akan menjadi bekal dalam menghadapi tantangan hidup di masa mendatang. Strategi transfer dan penguasaan konsep dapat dilakukan dengan cara menerapkan model-model pembelajaran yang menarik sehingga proses mengerti, memahami dan menguasai konsep-konsep dapat menjadi lebih mudah. Penguasaan konsep pada materi gaya di kalangan siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Karungan 2 masih jauh dari harapan. Berdasarkan wawancara dengan guru, pembelajaran kurang berhasil dengan ditandai prestasi atau nilai yang dicapai oleh siswa dalam pembelajaran IPA terutama dalam hal konsep gaya
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 kurang memuaskan, karena hasil belajar yang dicapai oleh 15 siswa sebagian besar tergolong rendah dan belum sesuai dengan tujuan kompetensi yang akan dicapai, yaitu pencapaian nilai ketuntasan minimal 67. Dari jumlah 15 siswa yang mendapat nilai 67 ke atas (kategori tuntas) sebanyak 5 siswa (33%),
yang
mendapat nilai kurang dari 67 (kategori belum tuntas) sebanyak 10 siswa (67%). Dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 103. Tabel 1a.Nilai Kondisi Awal Siswa KKM (67)
JUMLAH SISWA
PROSENTASE (%)
TUNTAS
5
33%
TIDAK TUNTAS
10
67%
JUMLAH
15
100%
Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa beberapa faktor yang menjadi penyebab kesulitan siswa dalam penguasaan konsep adalah model pembelajaran yang kurang efektif sehingga konsep gaya masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab yang kurang memotivasi semangat belajar siswa, dalam penyajian materi, terkadang mengakibatkan siswa merasa jenuh dan tidak bersemangat dalam belajar sehingga siswa merasa kesulitan dalam mengerti, memahami dan menghafal konsep-konsep. Model pembelajaran yang ideal untuk memperbaiki proses pembelajaran IPA pada materi konsep gaya salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) agar dapat menunjang nilai pengusaan konsep gaya kelas IV pada siswa dapat meningkat. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada kerjasama antar anggota kelompok agar semua anggota kelompok mampu mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Isjoni(2009: 74) menjelaskan Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah tipe pembelajaran yang kooperatif dan menekankan pada adanya aktifitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Divisions mendorong
dan
memberi
kesempatan
kepada
siswa
untuk
terampil
berkomunikasi. Artinya, siswa didorong untuk mampu menyatakan pendapat atau idenya dengan jelas, mendengarkan orang lain dan menanggapinya dengan tepat, meminta umpan balik, serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan baik. Siswa juga mampu membangun dan menjaga kepercayaan, terbuka untuk menerima dan memberi pendapat serta ide-idenya. Cara-cara yang ditempuh untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama pada materi konsep gaya IPA kelas IV adalah dengan menekankan pada aktivitas belajar aktif dan kreativitas pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang mengharuskan siswa agar lebih aktif dan mandiri di dalam kelas. Siswa dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya kelas IV dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD), siswa berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya untuk menggali pengetahuan bersama. Pembelajaran konsep gaya pada kelas IV diperlukan terobosan pembelajaran yang aktif dan inovatif, sehingga hasil belajar siswa khususnya pada materi konsep gaya dapat mencapai target ketuntasan minimal. Salah satunya dengan penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) maka adalah cara yang tepat, dimana pada proses pembelajarannya dibentuk kelompok-kelompok diskusi yang sederhana. Jadi siswa dapat saling bertukar pikiran dengan siswa lain dalam kelompoknya untuk dapat memahami konsep gaya kelas IV. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis bermaksud mengadakan
penelitian
dengan
judul
PENERAPAN
MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDN PLUPUH SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 B. Rumusan Masalah Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian, dibawah ini disajikan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Acievement Division (STAD) dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Karungan 2 Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui peningkatan penguasaan konsep gaya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Acievement Division (STAD) pada siswa kelas IV SDN Karungan 2 Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat baik bersifat teoritis maupun praktis sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis: Memberikan kontribusi pemikiran mengenai proses pembelajaran IPA kelas IV penigkatan materi konsep gaya secara efektif dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Manfaat Praktis: a. Bagi Siswa, untuk meningkatkan penguasaan siswa pada materi konsep gaya melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. b. Bagi Guru Kelas, untuk mengembangkan
kemampuannya dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran IPA yang menarik dengan model pembelajaran yang inovatif seperti model pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga hasilnya akan lebih baik, serta menambah pengalaman guru untuk melaksanakan PTK.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 c. Bagi Sekolah, untuk memberi gambaran tentang kompetensi guru dalam mengajar,
dan
kompetensi
siswa
dalam
penerapannya,
sehingga
diharapkan kualitas proses dan hasil pembelajaran IPA khususnya pada materi konsep gaya dapat ditingkatkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) a. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu bagian dari keseluruhan sistem belajar yang tidak dapat dipisahkan dari sistem lainnya. Model pembelajaran
menjadi
sangat
penting
seiring
dengan
majunya
perkembangan jaman. Menurut Sugiyanto (2010:3) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan
para
pengajar
dalam
merencanakan
aktivitas
pembelajaran. Anton Sukarno (2006 :144) pengertian model pembelajaran diharuskan mengandung unsur a) Pedoman, b) Pengelolaan Pembelajaran, c) Kerangka konseptual. Sedangkan Sugiyanto (2010: 3) menyebutkan ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model atau strategi pembelajaran, yaitu: a) Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; b) materi ajar; c) kondisi siswa; d) ketersediaan sarana prasarana belajar. Ada 8 prinsip dalam memilih strategi pembelajaran : (a) berorientasi
pada
tujuan;
(b)
mendorong
aktivitas
siswa;
(c)
memperhatikan aspek individual siswa; (d) menantang siswa untuk berfikir; (e) menimbulkan proses belajar yang menyenangkan; (f) mampu memotivasi siswa belajar lebih lanjut; (g) mendorong proses interaksi (Sugiyanto, 2010: 4). Model pembelajaran mengacu pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Agus Suprijono, 2009: 46 ). Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
model
pembelajaran
merupakan salah satu bagian dari keseluruhan sistem belajar yang tidak dapat dipisahkan dari sub sistem yang lain. Model pembelajaran berhubungan dengan perencanaan yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan instruksional tertentu. Hal tersebut meliputi lingkup dan urutan kegiatan yang dipilih oleh guru dalam proses belajar mengajar, agar dapat diberikan kemudahan dan fasilitas kepada siswa dalam setiap mencapai tujuan pembelajaran. b. Macam
Macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran terbagi menjadi bebagai macam, Sri Anitah (2009: 47), menyebutkan macam-macam model pembelajaran terdiri dari: 1) Model pembelajaran kolaboratif adalah model pembelajaran yang melibatkan dua orang atau lebih untuk bekerjasama dalam belajar. 2) Model pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan maupun keterampilan akademiknya dalam berbagai lingkungan baik di dalam maupun di luar kelas. 3) Problem solving dan discovery inquiry, diajarkan dengan tujuan menyiapkan
peserta didik
untuk
memecahkan
masalah
dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui penemuan, peserta didik belajar secara intensif dengan mengikuti metode investigasi ilmiah di bawah supervisi guru. 4) Experiental learning, peserta didik belajar denagn mencocokkan pengetahuan dan pengalaman baru, dengan mengganti dan memperluas pengatahuan lama. 5) Model pembelajaran terpadu adalah pengintegrasian beberapa mata pelajaran dan digunakan secara bermakna untuk menginvestigasi dan mengembangkan konsep tertentu di dalam suatu topik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 6) Model quantum learning merupakan model pembelajaran yang menciptakan pembelajaran yang bergairah dan menyenangkan. 7) Resource-based learning merupakan belajar terbuka, jarak jauh dan fleksibel. Sedangkan Sugiyanto (2009: 3) menyebutkan macam-macam model pembelajaran terdiri dari: 1) Model pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. 2) Model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan aspek keterampilan sosial sekaligus aspek kognitif dan aspek sikap siswa. 3) Model pembelajaran kuantum, model ini disajikan sebagai salah satu model yang dapat dipilih guru agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara menyenangkan. 4) Model pembelajaran terpadu merupakan kegiatan mengajar dengan memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu tema. 5) Model Problem Based Learning (PBL), disini guru lebih harus sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada berbagai macam
model
pembelajaran
inovatif,
diantaranya
adalah
model
pembelajaran berbasis masalah, kooperatif atau kolaboratif, quantum learning, pembelajaran terpadu, pembelajaran kontekstual, Problem solving dan discovery inquiry, Experiental learning, Resource-based learning, dan Problem Based Learning (PBL). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
c.
Model Pembelajaran Kooperatif Dalam pembelajaran
kegiatan
belajar
mengajar,
banyak
model-model
yang sering diterapkan. Salah satunya adalah model
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 pembelajaran
kooperatif
(cooperative
learning).
Isjoni
(2009:15)
mengemukakan bahwa model pembelajaran cooperatif learning berasal dari kata kooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersamasama dan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Dalam
jurnal
internasional
yang
ditulis
Jacobs&Hannah
cooperative learning, also known as collaborative learning, is a body of concepts and techniques for helping to maximize the benefits of cooperation among students yang juga dikenal sebagai pembelajaran kolaboratif, adalah suatu bentuk dari konsep dan tehnik untuk membantu memaksimalkan keuntungankeuntungan kerjasama diantara siswa. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk- bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Agus Suprijono 2009: 54). Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Sugiyanto (2009 : 37) Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam jurnal internasional yang ditulis oleh Johnson&Johnson cooperative learning exists when students work together to accomplish shared learning goals pembelajaran kooperatif ada ketika siswa-siswa bekerja bersama untuk berbagi dalam menyelesaikan tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran siswa dalam kelompokkelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda-beda. `Dari pendapat yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang bekerja sama dan saling membantu dalam memahami materi untuk mencapai tujuan belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 d. Ciri
Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya
terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif itu adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Sugiyanto, 2009: 40- 42). Adapun elemen-elemen dalam pembelajaran kooperatif di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Saling Ketergantungan Positif 2) Interaksi Tatap Muka 3) Akuntabilitas Individual 4) Keterampilan Menjalin Hubungan antar Pribadi Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula belajar kelompok, meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional (Sugiyanto, 2009: 42- 43). Pada tabel 1 dapat dilihat perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan tradisional. Tabel 1b. Perbedaan pembelajaran tradisional dengan pembelajaran kooperatif (Sugiyanto, 2009: 42- 43) Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat dapat memberikan bantuan
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok atas keberhasilan temannya yang
Kelompok belajar heterogen, baik Kelompok dalam kemampuan akademik, jenis,
commit to user
belajar
biasannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 ras, eknik, dan sebagainya sehingga homogen. dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman pemimpin bagi para anggota kelompok
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru/kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
Ketrampilan social yang diperlukan Ketrampilan sosial sering tidak dalam kerja gotong royong seperti diajarkan tidak langsung kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok
Pemantauan melaui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung
Guru memperhatikan secara langsung Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok kelompok-kelompok belajar belajar Penekanan tidak hanya pada Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga penyelesaian tugas hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yangsaling menghargai)
e. Pengertian Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Model pembelajaran STAD adalah salah satu Model pembelajaran yang dikemukakan oleh Slavin dan kawan-kawan dari universitas John Hopkins. Model pembelajaran ini merupakan teori belajar kontruktivisme yang berdasarkan pada teori pembelajaran kognitif, dimana para guru berfungsi sebagai fasilisator. Guru cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa. Menurut teori ini siswa akan lebih mudah menemukan pengertian akan konsep-konsep yang sulit jika mereka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 dapat membicarakan dan mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Isjoni (2009: 74) menjelaskan STAD adalah tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Slavin (2008: 11) mengatakan bahwa : Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu. Sehingga dapat penulis simpulkan bahwasanya Students Teams Achievement Divisions (STAD) adalah suatu model pembelajaran yang tersusun atas dasar kerjasama tim untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi.
1) Komponen Model Student Team Achievement Division (STAD) Slavin (2008: 143-146) "STAD terdiri atas lima komponen utama dalam model STAD yaitu: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim". Komponen-komponen tersebut dalam pelaksanaan model pembelajaran STAD tidak dapat dipisah-pisahkan. Komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Presentasi kelas Materi dalam tipe STAD adalah pengenalan awal dalam presentasi kelas. Dalam presentasi kelas ini, guru mengajarkan materi secara langsung dalam pertemuan kelas. Presentasi kelas dalam tipe
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 STAD berbeda dengan presentasi kelas yang dilakukan guru pada umumnya. Hal ini disebabkan karena presentasi kelas dalam tipe STAD hanya dilakukan pada hal-hal pokok saja. Dengan cara ini siswa dituntut untuk sungguh-sungguh dalam memperhatikan materi yang diberikan oleh guru dalam presentasi kelas karena akan membantu mereka dalam mengerjakan kuis dan menentuan skor dari pengerjaan kuis yang nantinya akan mempengaruhi skor kelompok mereka. b) Tim Kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen baik dalam penguasaan materi, jenis kelamin maupun keturunan. Fungsi utama dari kelompok adalah memastikan bahwa semua anggota kelompok dapat belajar dan juga untuk mempersiapkan
anggota kelompok dalam
memghadapi tes. Setelah guru mempresentasikan materi, kelompok segera mempelajari lembar kerja atau tugas yang diberikan oleh guru. Bila terdapat kesulitan maka anggota kelompok secara bersama
mendiskusikan
kesulitan
tersebut,
membandingkan
jawaban-jawaban dari masing-masing anggota dan membetulkan kesalahan-kesalahan konsep dari anggota kelompok. Kelompok merupakan hal yang sangat penting dalam tipe STAD. Pada setiap pendapat, tekanan diberikan pada anggota kelompok yang terbaik dan anggota kelompok yang terbaik tersebut harus membantu anggota kelompok lain dalam penguasaan materi. c) Kuis Setelah kurang lebih 1-2 pertemuan dari presentasi guru dan 1-2 kali kelompok melakukan latihan dalam kelompoknya, siswa diberi tes individu. Siswa tidak boleh saling membantu selama tes. Jadi setiap siswa bertanggung jawab secara individu dalam menguasai materi pembelajaran yang telah diberikan. Hasil selanjutnya diberi skor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 d) Skor kemajuan individual Maksud dari skor kemajuan individual adalah memberikan nilai pada setiap siswa yang dapat dicapai jika mereka bekerja keras dan mengerjakan lebih baik dari pada materi yang telah lampau. Keadaannya mungkin siswa mengalami peningkatan skor atau bahkan menurun. Kemudian guru menghitung besarnya skor perkembangan yaitu dengan membandingkan skor tes materi yang lalu dengan skor yang baru. e) Rekognisi tim Setelah melakukan kuis, perhitungan skor perkembangan individu dan skor kelompok dilakukan. Skor individu setiap anggota kelompok
memberikan
sumbangan
pada
skor
kelompok
berdasarkan skor pada kuis sebelumnya dengan skor kuis terakhir. 2) Kelebihan dan Kelemahan Model STAD Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Model STAD mempunyai kelebihan antara lain: (a) Siswa dan guru mendapatkan kemudahan untuk memahami materi pelajaran yang disampaikan. (b) Siswa secara kooperatif dapat menyelesaikan pokok-pokok materi yang dipelajari. (c) Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan adanya kerjasama semua unsur dalam kelas. (d) Siswa akan dapat meningkatkan kemampuannya dalam hal berdiskusi dan menyelesaikan tugas. Selain terdapat kelebihan, dalam model STAD juga terdapat adanya kelemahan antara lain: (a) Apabila ada siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya, maka siswa tersebut kurang bisa bekerja sama dalam memahami materi dan kurang bisa mengerjakan kuis. (b) Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 (c) Apabila ada anggota kelompok yang malas, maka usaha kelompok dalam memahami materi maupun untuk memperoleh penghargaan tidak berjalan sebagaimana mestinya. 3) Langkah-langkah Penerapan Model STAD Langkah-langkah dalam penerapan Model STAD sebagai berikut (Sugiyanto, 2009: 44) : (a) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah). (b) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. (c) Secara individual atau tim, guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. (d) Tiap siswa dalam tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau meraih skor sempurna diberi penghargaan. Para siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat dimana skor kuis mereka melampaui skor awal mereka. Adapun kriteria poin kemajuan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Poin Kemajuan Skor Kuis Nilai Sempurna Lebih dari 10 poin diatas skor awal Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 10 sampai 1 poin di bawah skor awal Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
commit to user
Poin Kemajuan 30 30 20 10 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 (e) Ada tiga macam tingkatan penghargaan diberikan, ketiganya didasarkan
pada
rata-rata
skor
tim.
Adapun
tingkatan
penghargaan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kriteria (Rata-rata Tim)
Penghargaan
15-19
TIM BAIK
20-24
TIM SANGAT BAIK
25-30
TIM SUPER
4) Penilaian/Skoring dalam Model STAD Muhamad Nur (2005:23), penilaian/scoring pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD meliputi 3 hal yaitu : a) Skor Dasar Skor dasar adalah skor yang diperoleh dari rata-rata siswa pada kuis sebelumnya atau dapat juga diperoleh dari nilai final siswa dari tahun yang lalu. b) Skor perkembangan Skor perkembangan adalah skor perbandingan antara skor dasar dengan skor kuis. Skor ini diperoleh berdasarkan seberapa besar skor kuis siswa melampaui skor dasar mereka. c) Skor Kelompok Skor kelompok adalah jumlah dari skor perkembangan semua anggota kelompok dibagi jumlah anggota kelompok. Laporan nilai akhir dalam Model STAD didasarkan pada skor kuis sebenarnya, bukan didasarkan pada skor perkembangan atau skor kelompok.
2. Hakikat Penguasaan Konsep Gaya a. Pengertian Penguasaan Kata penguasaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata kuasa yang berarti kemampuan atau kesanggupan untuk berrbuat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 sesuatu. Kata kuasa mendapat
-
yang berarti proses, cara, perbuatan menguasai atau menguasakan. Penguasaan bisa juga diartikan sebagai kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan dan kepandaiannya (Tim Penyusun KBBI, 1990: 468). Begitu juga Abin Syamsuddin (2009:187) penguasaan adalah melakukan suatu tindakan untuk dapat menggunakan sesuatu dengan tepat, dapat memberikan contoh-contoh, dan sebagainya. Jadi seseorang dikatakan menguasai konsep apabila seseorang tersebut mampu/sanggup memahami dan memaknai sesuatu pengertian dari suatu konsep sehingga dapat menggunakannya dengan tepat, serta dapat memberikan contoh-contoh konsep tersebut. Adapun sifat-sifat atau ciri-ciri merupakan rancangan atau ide atas pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkret, dan berupa gambaran mental dari obyek, proses atau apapun diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk dipergunakan memahami hal-hal yang lain (Tim Penyusun KBBI, 1990:456). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan penguasaan adalah proses yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain seperti pengetahuan, kepandaian dsb. b. Pengertian Konsep Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu objek. Melalui konsep, seseorang diharapkan dapat menyederhanakan pemikiran dengan menggunakan satu istilah. Parker dalam Faqih Samlawi dan Bunyamin Maftuh (2008: 11) menyatakan bahwa konsep adalah suatu gagasan yang ada melalui contoh- contohnya. Proses berpikir ini disebut konseptualisasi, yaitu suatu proses terus menerus yang berlangsung ketika seseorang menghadapi contoh-contoh baru dari suatu konsep. W.S.Winkel ( 1991 : 92 ) pengertian konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki cirri-ciri yang sama. Belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 konsep merupakan salah satu cara belajar dengan penguasaan yang kerap concept formation Konsep adalah kesepakatan bersama untuk penamaan (pemberian label) sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berpikir dan memecahkan masalah (Faqih Samlawi dan Bunyamin Maftuh, 2001: 10). Penyederhanaan penamaan tersebut dilakukan agar lebih mudah dalam mengenal, mengerti, dan memahami sesuatu tersebut. kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Stimuli merupakan obyek- obyek atau orang (person). Konsep-konsep tidak terlalu kongruen dengan pengalaman pribadi
kita
tetapi
menyajikan
usaha-usaha
manusia
untuk
mengklasifikasikan pengalaman kita. Konsep adalah suatu yang sangat (Oemar Hamalik, 2003:162). Sedangkan Agus Suprijono (2009: 9) menjelaskan konsep sebagai suatu jaringan hubungan dalam objek, kejadian, dan lain-lain yang mempunyai ciri-ciri tetap dan dapat diobservasi. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep adalah sesuatu penyajian atau ggasan yang umum mengenai ssesutu yang dapat berupa benda, peristiwa, atau kegiatan, yang didalamnya terkandung makna yang luas. c. Pengertian Penguasaan Konsep Berdasarkan definisi di atas seseorang dapat dikatakan telah menguasai suatu konsep jika individu mampu
menyebutkan kesamaan-
kesamaan dan perbedaan-perbedaan dari contoh-contoh yang menyajikan informasi tentang karakteristik dan nilai atribut dari konsep, kemudian dirumuskan kembali tentang konsep itu. Berikut merupakan beberapa hal yang harus dikuasai dalam penguasaan konsep: 1) Dapat mendefinisikan konsep. 2) Dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan contoh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 3) Mampu
menyebutkan
nama
contoh-contoh
serta
ciri-ciri
(properties) konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 4) Dapat
lebih
mampu
memecahkan
masalah
yang berkenaan
dengan konsep tersebut. d. Hakikat Gaya Dorongan atau tarikan tersebut dapat menyebabkan kedudukan suatu benda berubah dari keadaan awalnya. Dalam sains, dorongan dan tarikan ini dikenal dengan sebutan gaya. Agus Riyadi (2011 : 1) Gaya merupakan dorongan , tarikan, dan putaran yang membuat benda bergeraklebih cepat atau lebih lambat, berubah arah atau bentuk. Sedangkan T. Hidayat (2011 : 2) menjelaskan gaya adalah dorongan atau tarikan yang menyebabkan laju suatu benda menjadi cepat atau lambat atau berubah bentuk, gaya dapat bekerja pada arah yang sama atau arah berlawanan. Ada dua faktor yang mempengaruhi gerak benda yaitu adanya gravitasi bumi dan dorongan atau tarikan. Berikut merupakan jenis-jenis gaya (Heri Sulistyanto dan Edi Wibowo, 2008: 92): 1) Gaya Otot: Gaya otot merupakan gaya yang dihasilkan oleh tenaga otot. Contoh gaya otot adalah pada saat kita menarik atau mendorong meja, membawa belanjaan ibu, dan menendang bola. Karena terjadi sentuhan maka gaya ini termasuk gaya sentuh. 2) Gaya Gesek antara Dua Benda: Gaya gesek merupakan gaya yang terjadi karena bersentuhannya dua permukaan benda. Contoh gaya gesek adalah gaya yang bekerja pada rem sepeda. Pada saat akan berhenti, karet rem pada sepeda akan bersentuhan dengan pelek sepeda sehingga terjadi gesekan yang menyebabkan sepeda dapat berhenti ketika dilakukan pengereman. 3) Gaya Magnet: Gaya magnet merupakan gaya yang ditimbulkan oleh tarikan atau dorongan dari magnet. Contoh gaya magnet adalah, tertariknya paku ketika didekatkan dengan magnet. Benda-benda dapat tertarik oleh magnet jika masih berada salam medan magnet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 4) Gaya Gravitasi: Gaya gravitasi merupakan gaya yang ditimbulkan oleh tarikan bumi. Contoh gaya gravitasi adalah jatuhnya buah dari atas pohon dengan sendirinya. Semua benda yang dilempar ke atas akan tetap kembali ke bawah karena pengaruh gravitasi bumi. 5) Gaya Listrik: Gaya listrik merupakan gaya yang terjadi karena aliran muatan listrik. Aliran muatan listrik ini ditimbulkan oleh sumber energi listrik. Contoh gaya listrik adalah bergeraknya kipas angin karena dihubungkan dengan sumber energi listrik. Muatan listrik dari sumber energi listrik mengalir ke kipas angin. Sehingga, kipas angin dapat bergerak.
e. Hakikat Gaya dalam IPA di SD 1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dari kata-kata Bahasa dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya Ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam (Srini M. Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains, dalam bahasa inggris disebut dengan science mempunyai berbagai macam pengertian. Beberapa ahli di berbagai bidang merumuskan suatu definisi science. Menurut Carin, science adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala alam. Perkembangan science tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Sedangkan Websters : New Collegiate Dictionary (1981) natural science is knowledge concerned with the physical
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 world and its phenomena pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Purnells dalam Concise Dictionary of Science ( 1983 ) Science is the broad field of humn knowledge, acquired by rules, laws, principles, theories, and hyphotheses Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik. H. W. Fowler mengemukakan IPA merupakan ilmu yang sistematis yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
IPA
merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual.
2) Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD menurut Paolo dan Martin dalam Carin ( 1993 : 5 ) adalah untuk: a) Mengamati apa yang terjadi b) Mencoba memahami apa yang diamati c) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi d) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Ada beberapa alasan yang menyebabkan suatu mata pelajaran dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah untuk SD. Alasan-alasan ini dapat digolongkan menjadi empat golongan : a) Mata pelajaran itu berfaedah bagi kehidupan atau pekerjaan anak di kemudian hari b) Mata pelajaran itu merupakan bagian kebudayaan bangsa c) Mata pelajaran itu melatih anak berfikir kritis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 d) Mata
pelajaran
itu
mempunyai
nilai-nilai
pendidikan
yaitu
mempunyai potensi dapat membentuk pribadi anak secara keseluruhan 3) Fungsi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Mata pelajaran IPA di SD dan MI seperti pada Depdiknas (2006; 2) berfungsi untuk: a) Menguasai konsep dan manfaat Sains dalam kehidupan sehari-hari serta, b) Untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi 4) Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD Ruang lingkup mata pelajaran Sains Depdiknas (2006: 2) meliputi dua aspek yaitu: a) Kerja ilmiah mencakup: penyelidikan/ penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah. b) Penguasaan konsep : (a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu: manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, (b)Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi: cair, padat dan gas, (c) Energi dan perubahann yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (d)Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda- benda langit lainnya, (e) Sains,
Lingkungan
Teknologi,
dan
Masyarakat
merupakan
penerapan konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui suatu karya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat. 5) Karakteristik Pembelajaran IPA di SD IPA merupakan disiplin ilmu yang memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu, selain memiliki ciri umum, juga memiliki ciri khusus/ karakteristik. Ciri khusus Ilmu Pengetahuan Alam:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 a) IPA mempunyai nilai ilmiah b) IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis c) IPA merupakan pengetahuan teoritis d) IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap e) IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Efektivitas Model Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Geografi Pokok Bahasan Lingkungan Hidup Di Kelas X SMA MTA Surakarta Tahun Ajaran halaman 138 menyimpulkan hasil perhitungan statistik dengan uji-t pihak kanan membuktikan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif STAD diperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengajaran ceramah pada pokok bahasan lingkungan hidup. Hal ini membuktikan penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif STAD lebih efektif daripada pendekatan pembelajaran ceramah. Hasil belajar ini dapat dilihat dari rata-rata tes siswa yang diberi pengajaran kooperatif STAD adalah 7,686 dengan gain score = 1,806 sedangkan rata-rata tes siswa yang diberi pengajaran ceramah adalah 6,625 dengan gain score = 1,084. 2. Penelitian oleh Dedi Tri Sulistyo dengan judul Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV SD Negeri Tenggak 3 Sidoharjo Sragen tahun pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa kelas IV SDN Tenggak 3 sebanyak 24 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki
laki dan 10 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi/pengamatan, kajian dokumen, tes dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 penguasaan konsep gaya setelah dilaksanakan tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada Nilai awal sebesar 57, 58, pada siklus I sebesar 69, 91; dan pada siklus II sebesar 77, 88. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 65) pada Nilai awal 8 siswa atau 33, 33%, siklus I 20 siswa atau 83, 3% setelah dilakukan refleksi terdapat 4 siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 65), namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II menjadi 91, 67% atau terdapat 2 siswa yang tidak tuntas.
C. Kerangka Berfikir Kondisi awal pada siswa kelas IV SDN Karungan 2 guru menggunakan metode pembelajaran yang mengandalkan teknik ceramah yang kurang menarik perhatian siswa, sehingga hal ini menyebabkan penguasaan konsep gaya siswa kelas IV SD Negeri Karungan 2 masih rendah. Dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh 15 siswa sebagian besar tergolong rendah dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal 67. Dari jumlah 15 siswa yang mendapat nilai 67 ke atas (kategori tuntas) sebanyak 5 siswa (33%), yang mendapat nilai kurang dari 67 (kategori belum tuntas) sebanyak 10 siswa (67%). Dengan kondisi yang seperti itu maka diperlukan suatu tindakan untuk meningkatkan penguasaan konsep gaya yaitu dengan diterapkannya model yang dapat menunjang siswa dalam memahami konsep-konsep yang ada dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya pada materi gaya Penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan di SD Negeri Karungan 2, melalui perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi terlebih dahulu peneliti menerapkan model STAD. Pada siklus pertama peneliti mentargetkan keberhasilan belajar siswa dalam meguasai konsep gaya sebesar 70 %. Pada siklus kedua peneliti mentargetkan keberhasilan belajar siswa dalam meguasai konsep gaya sebesar 80 %. Apabila sampai siklus kedua belum mencapai target yang diingankan maka akan dilaksanakan siklus berikutnya sampai mencapai target yang diinginkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 Kondisi akhir dari penelitian tindakan kelas ini dengan diterapkannya model pembelajaran STAD diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV SD Negeri Karungan 2. Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar 1. Guru menggunakan Kondisi Awal
Penguasaan konsep gaya pada siswa masih rendah
pembelajaran konvensional
Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan refleksi
Guru menggunakan
Siklus I (70 %)
Model STAD Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan refleksi
Tindakan Siklus ke-n
Kondisi Akhir
Siklus II (80 %)
Melalui Model STAD dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya pada siswa Gambar 1. Kerangka Berpikir D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Penerapan Model STAD dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV SD Negeri Karungan 2 tahun ajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Karungan 2 Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen. SDN Karungan 2 memiliki 6 ruang kelas. Kelas yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah kelas IV. Pemilihan sekolah ini didasarkan atas beberapa pertimbangan, diantaranya adalah pertama waktu, biaya dan tempat penelitian yang dapat dijangkau dengan mudah oleh peneliti. Kedua, sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai obyek penelitian yang sejenis. Ketiga, hasil observasi penulis di lapangan terdapat permasalahan dalam pemahaman konsep gaya di SDN Karungan 2. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2011/2012 dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012. Sebelum diadakan penelitian perlu ada persiapan antara lain pembuatan proposal dan perijinan, hal ini dilaksanakan pada bulan Januari dan Februari. Adapun rincian waktu kegiatan penelitian dapat dilihat pada lampiran 1
B. Subjek Penelitian Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Karungan 2 tahun pelajaran 2011/2012 semester II sebanyak 15 siswa. Siswa kelas IV sebagai subjek yang akan diamati kegiatan pembelajarannya dan dikenai tindakan. Selain siswa, guru juga menjadi subjek penelitian berkaitan dengan kegiatan guru saat mengajar. C. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yang menekankan pada masalah perbaikan proses di kelas, maka jenis penelitian ini
commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 adalah Penelitian Tindakan Kelas. Sarwiji Suwandi (2009: 15) mengemukakan bahwa tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengadakan perbaikan atau peningkatan mutu praktik pembelajaran di kelas. Dengan menggunakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan akan mendapat informasi yang sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara professional. 2. Strategi Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menggunakan pendekatan jenis ini karena data yang akan diperoleh atau dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan. Alasan mengadakan penelitian tindakan kelas adalah, karena PTK mengkaji masalah pendidikan yang berkaitan dengan pembelajaran di dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru. Selain itu PTK dapat memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi guru kelas. Dalam penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Wardhani (2007 : 2.3) menyatakan bahwa PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur atau siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan melakukan refleksi seperti pada gambar 2.
Merencanakan
Refleksi
Melakukan Tindakan Mengamati dan Mengevaluasi Gambar 2. Tahap-tahap dalam PTK
Adapun rancangan penelitian yang digambarkan dalam tahap-tahap PTK adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Kegiatan ini meliputi :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 1) Membuat perencanaan pengajaraan 2) Membuat lembar observasi 3) Membuat alat evaluasi 4) Pembuatan instrument pembelajaran b. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan. c. Observasi dan Evaluasi Dalam tahap ini dilaksanakan observasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi dan evaluasi yang telah dipersiapkan. Observasi dilakukan baik kepada siswa maupun guru dalam pembelajaran. d. Refleksi Dalam tahap ini data-data yang diperoleh melalui observasi dan evaluasi dikumpulkan dan dianalisis, guna mengetahui seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan dan apa atau di mana perubahan terjadi.
D. Sumber Data Keberhasilan suatu penelitian didukung oleh sumber data. Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu : sumber data primer dan
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainDalam penelitian ini sumber data primer yang dapat dimanfaatkan antara lain : 1. Nara sumber yaitu, guru dan siswa kelas IV SDN Karungan 2. 2. Dokumen atau arsip yang berupa daftar nilai kelas IV SDN Karungan 2. 3. Hasil pengamatan dari pelaksanaan proses pembelajaran IPA pokok bahasan penguasaan konsep gaya di kelas IV SDN Karungan 2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
E. Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan sumber data yang dikumpulkan dan untuk mempermudah pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara Wawancara adalah pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara yang dilakukan peneliti bersifat lentur, tidak terstruktur ketat, tidak dalam suasana formal, dan dapat dilakukan berulang pada informan yang sama. Wawancara ini lebih tepat disebut wawancara mendalam (in-depth interviewing), dengan wawancara mendalam akan mendapat informasi yang rinci khususnya data mengenai konsep siswa. 2.
Dokumentasi St. Y. Slamet dan Suwarto (2007: 53) Dokumen merupakan sumber data yang sering memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan bahan tertulis ataupun film yang digunakan sebagai sumber data, dokumen sejak lama digunakan sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data yang dapat digunakan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Teknik pengumpulan data ini bersumber dari dokumen/ arsip. Dokumen/ arsip tersebut berupa daftar nilai kelas IV.Dokumentasi ini berupa data hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan.
3. Tes Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 29) menjelaskan teknik tes adalah suatu alat pengumpul informasi yang berupa serentetan pertanyaan atau latihan yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes digunakan untuk mengetahui implikasi dari tindakan yang telah dilakukan terhadap tingkat penguasaan konsep gaya kelas IV.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 Pemberian tes
dimaksudkan untuk
mengukur
seberapa jauh
kemampuan yang dicapai siswa setelah kegiatan pembelajaran tindakan. Tes yang diberikan dalam penelitian ini dilakukan tiap pertemuan kepada siswa kelas IV SD Negeri Karungan 2, yakni tes tertulis (soal-soal IPA pada materi konsep gaya). 4. Observasi Observasi adalah pengamatan mengenai sesuatu yang diteliti untuk memperoleh data.Observasi ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan pembelajaran, letak geografis, kondisi siswa dan masyarakat sekitar sekolah. Observasi atau pengamatan digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian,perilaku tak sadar, kebiasaan , dan sebagainya (Slamet.St.Y. dan Suwarto. 2007: 44). Observasi yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah observasi langsung dan partisipasi agar hasilnya seobyektif mungkin. Observasi langsung terhadap obyek yang diteliti, sedangkan observasi partisipatif yaitu pengamatan yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi obyek yang diteliti. Observasi dilakukan pada siswa dan guru kelas IV SD Negeri Karungan 2 yang dilakukan pada setiap pertemuan untuk mengetahui situasi dan perkembangan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran IPA dengan model STAD. Dalam penelitian ini yang dijadikan data observasi adalah keaktifan siswa selama pembelajaran dan kegiatan guru saat melaksanakan pembelajaran.
F. Validitas Data Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggung jawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Validitas dapat diketahui dengan menggunakan triangulasi data. Menurut Sarwiji Suwandi (2009:60), Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu. Adapun teknik yang digunakan dalam memeriksa validitas data dalam penelitian ini adalah dengan triangulasi sumber data dan triangulasi teknik metode. Trianggulasi data atau sumber yaitu dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh melalui berbagai sumber yang berbeda yaitu: (1) Pengamatan (observasi) dari proses pembelajaran dengan menggunakan model STAD; (2) Silabus dan RPP; (3) Tes dengan materi gaya; (4) Foto kegiatan belajar menggunakan model STAD. Triangulasi teknik yaitu dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Data yang diperoleh dari hasil observasi dicek dengan hasil tes, dan foto.
G. Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis kulitatif dengan model interaktif Miles & Huberman. Menurut Sugiyono (2003:91) model analisis interaktif mempunyai tiga buah komponen pokok, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. 1. Reduksi
data
yaitu
proses
menyeleksi
data
awal,
memfokuskan,
menyederhanakan dan mengabstraksi data kasar yang ada dalam fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Data reduksi adalah suatu bntuk analisis ang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dilakukan. Proses ini berakhir sampai laporan akhir penelitian selesai ditulis. 2. Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat penyajian data, maka akan dimengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut, dalam hal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 ini penyajian data meliputi berbagai jenis matriks, gambar, jaringan kerja dan tabel. 3. Penarikan kesimpulan, apabila dalam tahapan ini ditemukan data yan akurat, maka peneliti tidak segan-segan untuk melakukan penyimpulan ulang. Peneliti dalam hal ini bersifat terbuka dan skeptis, namun demikian akan meningkat secara eksplisit dan memiliki landasan yang kuat. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir. Untuk lebih jelasnya, proses analisis kualitatif dapat dijelaskan sebagai berikut : (a) Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, maka dapat dikumpulkan (b) Mengembangkan dalam bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan matrik yang berguna untuk penelitian lanjut (c) Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kelas (d) Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus (e) Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi susunan laporan (f) Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian (g) Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam laporan akhir penelitian.
H. Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi indikator kinerja adalah: apabila 80% dari jumlah siswa kelas IV mencapai nilai KKM, sedangkan nilai KKM untuk mata pelajaran IPA adalah 67,00.
I. Prosedur Penelitian Tindakan Mekanisme kerja dalam penelitian/pelaksanaan PTK ini diwujudkan dalam 2 siklus dimana setiap siklusnya mencakup 4 kegiatan, yaitu 1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Langkah-langkah tersebut dapat divisualisasikan pada gambar 3. Indentifikasi Masalah
Perencanaan I Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Permasalahan baru Hasil Refleksi
Perencanaan II Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
?
Iskandar (2009: 114) Gambar 3. Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Rancangan Siklus I Siklus I ini direncanakan dua kali pertemuan selama 1 minggu yang dilaksanakan pada bulan Maret minggu ke-1. a. Perencanaan (Planning) Langkah-langkah dalam persiapan penelitian yaitu : 1) Membuat skenario pembelajaran dengan model STAD 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 3) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam mengajar, misalnya buku-buku penunjang, dan alat tulis 4) Menyiapkan peralatan dokumentasi, misalnya kamera 5) Menyiapkan media yang dipakai yaitu gambar-gambar/benda yang nyata tentang materi gaya 6) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran. 7) Menyiapkan lembar penilaian. 8) Membuat lembar observasi. b. Pelaksanaan (Action) Penerapan
tindakan
merupakan
pelaksanaan
dari
rencana
pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Secara garis besar, tindakan yang akan dilaksanakan yaitu melalui model pembelajaran STAD dalam pembelajaran materi gaya. Dalam hal ini, pelakasanaan pembelajaran dilakukan dalam dua kali pertemuan. c. Pengamatan (Observasi) Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran IPA materi konsep gaya dengan menerapkan model STAD. Observasi juga dilakukan pada peneliti yang berperan sebagai guru yang menerapkan model STAD. d. Refleksi (Reflection) Refleksi dilakukan setelah mengadakan pengamatan. Dalam pembelajaran pada siklus I ini
tentang konsep gaya didapatkan suatu
kendala yaitu adanya nilai siswa yang belum mencapai hasil yang diharapkan atau tindakan belum tercapai secara optimal, maka perlu adanya perbaikan pada siklus II. Pencapaian ketuntasan siswa siklus I sebesar 73,3% dengan rata-rata kelas 74. Diputuskan penelitian dilanjutkan pada siklus II karena siklus I hanya mencapai 73,3% sedangkan indikator
2. Rancangan Siklus II Siklus I ini direncanakan dua kali pertemuan selama 1 minggu yang dilaksanakan pada bulan Mei minggu ke-1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 .
a. Perencanaan (Planning) Pada tahap perencanaan dalam siklus II ini dipersiapkan rencana pembelajaran yang telah diperbaiki dan disempurnakan dari rencana pembelajaran siklus I. Materi yang diajarkan masih sama dengan materi pada siklus I. akan tetapi, perencanaan pada siklus II ini merupakan perbaikan dari siklus I. Segala sesuatu yang dipersiapkan pada siklus II, masih sama seperti siklus I. Hanya saja, perencanaan siklus II lebih dipersiapkan lebih matang lagi untuk memperbaiki kelemahan pada siklus I, berdasarkan hasil analisis dan pembahasan siklus I. b. Pelaksanaan (Action) Tindakan pada siklus II sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Tindakan pada siklus II merupakan penyempurnaan tindakan pada siklus I. Pada tahap ini guru mengoptimalkan penggunaaan model STAD untuk memperbaiki kekurangan dan masalah yang muncul pada siklus I. Melalui model ini dapat melibatkan dan mengaktifkan peserta didik dengan bimbingan guru, sehingga aktifitas/sikap peserta didik dalam pembelajaran dapat diperbaiki. c. Pengamatan (Observasi) Pada siklus II ini selama proses pembelajaran berlangsung, peserta didik tetap diamati. Pengamatan dilakukan untuk melihat peningkatan hasil tes evaluasi pembelajaran dan perubahan perilaku/aktivitas peserta didik. d. Refleksi (Reflection) Refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektivan penggunaan model pembelajaran STAD
bagi materi penguasaan konsep gaya dan
memperbaiki sikap/perilaku peserta didik saat mengikuti pembelajaran. Pencapaian ketuntasan siswa pada siklus II sebesar 100% dengan rata-rata kelas sebesar 83,3. Diputuskan penelitian dihentikan pada siklus II karena indikator ketercapaian telah dicapai sehingga peneliti telah berhasil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas IV yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan, dengan guru kelas yang bernama Bapak Sutardjo. Kegiatan awal yang dilakukan adalah mengadakan kegiatan survey awal untuk mengetahui keadaan sebenarnya serta mencari informasi dan menemukan berbagai kendala yang dihadapi sekolah dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya kelas IV. Setelah mengadakan wawancara dengan guru kelas IV, mengamati kegiatan siswa melalui observasi pembelajaran di kelas, diketahui bahwa pembelajaran IPA salah satunya materi Gaya dirasa sulit bagi siswa. Hal ini dikarenakan siswa kurang antusias ketika pembelajaran berlangsung, sehingga penguasaan konsep dan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA materi Gaya masih rendah. Rendahnya penguasaan konsep dan keaktifan belajar siswa diketahui dari hasil observasi siswa dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN Karungan 2 yang ditunjukkan sebelum tindakan dengan menggunakan nilai siswa kelas IV pada materi gaya dan lembar observasi. Penguasaan konsep diukur dengan menggunakan tes penguasaan konsep, lembar observasi digunakan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran. Dari siswa kelas IV yang berjumlah 15, terdapat 5 siswa atau 33,33% yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 67 dalam aspek penguasaan konsep gaya mata pelajaran IPA pada kondisi awal (lampiran 9). Untuk lebih jelasnya maka kondisi awal penguasaan konsep gaya siswa kelas IV dapat dilihat pada tabel 4.
commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penguasaan Konsep Gaya Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV pada Kondisi Awal No
Interval
1 2 3 4 5
20 34 35 49 50 64 65 79 80 94 Jumlah
Frekuensi Nilai Tengah fi.xi (fi) (xi) 1 26,5 26,5 0 41,5 0 9 56,5 508,5 4 71,5 286 1 86,5 86,5 15 907,5 Nilai rata-rata kelas = 61,67 Ketuntasan Klasikal 33,33%
Persentase (%) 6,67 0 60,00 26,67 6,67 100%
Berdasarkan tabel 4 penguasaan konsep Gaya mata pelajaran IPA kelas IV SDN Karungan 2 di atas dapat disajikan dengan grafik pada gambar 4.
Gambar 4. Grafik Penguasaan Konsep Gaya Mata Pelajaran IPA Kelas IV pada Kondisi Awal Berdasarkan tabel 4 dan gambar 4 penguasaan konsep gaya mata pelajaran IPA siswa kelas IV sebelum
diterapkan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh rata-rata kelas sebesar 61,67. Siswa yang memperoleh nilai 20-34 sebanyak 1 siswa atau 6,67%. Siswa yang memperoleh nilai 50-64 sebanyak 6 siswa atau 40,00%. Siswa yang memperoleh nilai 65-79 sebanyak 7 siswa atau 46,67%. Siswa yang memperoleh nilai 80-94 sebanyak 1 siswa atau 6,67%. Siswa yang mendapat nilai di bawah 67 (KKM)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 yaitu sebanyak 10 siswa atau 66,66%, dan siswa yang mendapat nilai di atas KKM yaitu 5 siswa atau 33,33%. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 33,33% masih berada di bawah ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu sebesar 80
(KKM), dengan kata lain
penguasaan konsep gaya mata pelajaran IPA kelas IV SDN Karungan 2 masih tergolong rendah. Berdasarkan nilai evaluasi IPA materi gaya yang masih rendah dan banyak siswa yang belum dapat mencapai KKM dapat diambil simpulan sementara, bahwa penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Karungan 2 masih rendah. Maka dari itu diperlukan suatu inovasi pembelajaran IPA materi gaya melalui Penggunaan model kooperatif tipe STAD. Dengan Penggunaan model kooperatif tipe STAD diharapkan penguasaan konsep gaya pada siswa akan mengalami peningkatan sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Dimana setiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan dan tiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Penelitian ini dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan atau observasi, dan (4) refleksi. 1. Deskripsi Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 sampai dengan 4 Mei 2012. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran pada siklus I sebanyak 15 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Kegiatan perencanaan siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 30 April 2012. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilaksanakan berdasar pada solusi permasalahan yang muncul yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Selanjutnya disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 3 dan 4 Mei 2012. Adapun deskripsi perencanaan siklus I adalah sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Peneliti dan guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit setiap pertemuannya. RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkahlangkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan penilaian (lampiran 3a). 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas
dan
sarana
yang
dipersiapkan
untuk
pelaksanaan
pembelajaran adalah: a) Menyiapkan media pembelajaran; b) Ruang kelas didesain sesuai dengan model pembelajaran kooperatif yaitu meja kelas ditata sesuai jumlah kelompok; c) menyiapkan alat peraga yang diperlukan pada materi gaya dan kamera digital untuk pendokumentasian proses pembelajaran IPA. 3) Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penelitian Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran IPA berlangsung. Pengamatan yang dilakukan meliputi penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD, perilaku berkarakter, keterampilan sosial siswa, psikomotorik siswa, dan keaktifan belajar siswa Pedoman dan lembar pengamatan dapat dilihat dalam lampiran. Lembar penilaian disusun berdasarkan kisi-kisi soal yang telah disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b. Pelaksanaan Dalam tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas melaksanakan pembelajaran penguasaan konsep gaya mata pelajaran IPA. Peneliti sebagai pengajar dan guru sebagai observer.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 1) Pertemuan Ke-1 Pertemuan ke-1 pelajaran IPA kelas IV mempelajari tentang konsep gaya. Adapun langkah-langkah pembelajarannya yaitu: guru memulai pembelajaran dengan mengkondisikan siswa. Guru mengucapkan salam dan melakukan presensi. Guru memberikan apersepsi terhadap siswa dengan menanyakan siapa yang tadi berangkat ke sekolah naik sepeda. Guru mengecek penguasaan siswa dengan mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Guru mempersiapkaan alat peraga berupa gambar macam-macam gaya, pasir, kelereng, air, gelas, bola, papan kayu, penggaris, sobekan kertas dan menjelaskannya. Siswa dibuat tiga kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 siswa dan diberi lembar kerja kelompok untuk didiskusikan bersama. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan lembar kerja kelompok. Setiap kelompok mewakilkan salah satu anggotanya untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas, siswa lain menanggapinya. Guru meluruskan permasalahan yang ada. Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang belum dimengerti untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran. Guru memberikan penguatan atas hasil evaluasi dan memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah. 2) Pertemuan Ke-2 Pertemuan ke-2 pelajaran IPA kelas IV mempelajari tentang jenis-jenis gaya. Adapun langkah-langkah pembelajarannya yaitu: guru mengucapkan salam dan melakukan presensi. Guru mengecek penguasaan siswa dengan mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Guru mempersiapkaan alat peraga berupa stopwatch, pasir, papan, bola pimpong, es batu, kelereng, kertas, lalu menjelaskannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 Siswa dibuat kelompok yang terdiri dari 5 siswa. dan diberi lembar kerja kelompok untuk didiskusikan bersama. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan lembar kerja kelompok. Setiap kelompok mewakilkan
salah
satu
anggotanya
untuk
membacakan
hasil
diskusinya di depan kelas, siswa lain menanggapinya. Guru meluruskan permasalahan yang ada. Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang belum dimengerti untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran. Setelah pembelajaran selesai guru memberikan soal evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Guru memberikan penguatan atas hasil evaluasi dan memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah. c. Pengamatan atau Observasi Pengamatan
atau
observasi
dilakukan
selama
pembelajaran
IPA
berlangsung, yang meliputi: aktivitas siswa dan guru, perilaku berkarakter, keterampilan sosial dan aspek psikomotor. Selain itu juga mengamati hasil penguasaan
konsep
gaya atau
pembelajaran
IPA.
Observasi ini
menggunakan alat bantu berupa lembar observasi. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran IPA berlangsung,
diperoleh
gambaran
tentang
aktivitas
siswa
dalam
pembelajaran IPA dengan rincian sebagai berikut: 1) Hasil Observasi Guru Hasil observasi guru pada pembelajaran IPA materi gaya dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD siswa kelas IV SDN Karungan 2, Plupuh, Sragen pada siklus I pertemuan 1 nilai observasi guru 2,67 dan pertemuan 2 nilai observasi guru 3 jika di rata-rata hasil observasi guru sebesar 2,8 (lampiran 12 dan 14) dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik, dalam menyampaikan materi cukup jelas, bahasa yang digunakan masih kurang baik karena bercampur bahasa-bahasa yang tidak baku, penggunaan model kooperatif tipe
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 STAD dalam pembelajaran sudah cukup berjalan dengan baik, sudah menggunakan media yang cukup menarik perhatian siswa, guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik, pemberian umpan balik sudah cukup baik, penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik, rata- rata keterampilan guru pada siklus I ini cukup. 2) Keaktifan Siswa Dari lembar pengamatan siswa siklus I yang ada pada lampiran 10 dapat diketahui bahwa:
Tabel 5. Hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus I No
Tim
Jumlah Siswa Aktif
1
A
2
2
B
2
3
C
3
Dari tabel 5. maka hasil pengamatan aktifitas siswa pada silklus I dapat dideskripsikan: 1) Untuk tim A sebanyak 2 orang siswa aktif saat mengikuti pelajaran. 2) Untuk tim B sebanyak 2 orang siswa aktif saat mengikuti pelajaran. 3) Untuk tim C sebanyak 3 orang siswa aktif saat mengikuti pelajaran.
Berdasarkan deskripsi hasil pengamatan maka histogram Keaktifan Siswa pada siklus I dapat dilihat pada gambar 5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Gambar 5. Grafik Keaktifan Siswa Siklus I Berdasarkan tabel 5 dan gambar 5 dapat dilihat bahwa pada siklus I siswa yang aktif sebanyak 7 atau 46,67% dari jumlah 15 siswa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 6.
54.00%
prosentase
52.00% 50.00% 48.00% 46.00% 44.00% 42.00%
Keaktifan Siswa Gambar 6. Grafik Prosentase Keaktifan Siswa pada Siklus 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 3) Hasil Observasi Penguasaan Konsep Gaya pada Siswa Kelas IV SDN Karungan 2 Penilaian hasil penguasaan konsep siswa dilakukan setelah pembelajaran IPA selesai pada setiap siklus. Adapun hasil ( lampiran 5) yang diperoleh dapat dilihat dari tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Penguasaan Konsep IPA Materi Konsep Gaya Siswa Kelas IV pada Siklus I No
Interval
1 2 3 4 5
50 59 60 69 70 79 80 89 90 99 Jumlah
Frekuensi Nilai Tengah fi.xi (fi) (xi) 2 54,5 109 2 64,5 129 4 74,5 298 4 84,5 338 3 94,5 283,5 15 1157,5 Nilai rata-rata kelas = 74 Ketuntasan Klasikal = 73,33%
Persentase (%) 13,33 13,33 26,67 26,67 20,00 100%
Berdasarkan tabel 6 dapat disajikan dengan grafik pada gambar 7.
Gambar
7. Grafik Penguasaan Konsep Gaya Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV pada Siklus I.
Berdasarkan gambar 7 nilai penguasaan konsep gaya siswa kelas IV siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 74 (lihat lampiran 5).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 Siswa yang memperoleh nilai 50-59 sebanyak 2 siswa atau 13,33%. Siswa yang memperoleh nilai 60-69 sebanyak 2 siswa atau 13,33%. Siswa yang memperoleh nilai 70-79 sebanyak 4 siswa atau 26,67%. Siswa yang memperoleh nilai 80-89 sebanyak 4 siswa atau 26,67%. Siswa yang memperoleh nilai 90-99 sebanyak 3 siswa atau 20,00%. d. Refleksi Analisis hasil tindakan pada siklus I direfleksi sesuai dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Data yang diperoleh melalui observasi
dikumpulkan
observasi
yang
kemudian
dilakukan
selama
dianalisis. proses
Berdasarkan
pelaksanaan
hasil
tindakan,
peneliti melakukan refleksi sebagai berikut: 1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran IPA dengan materi gaya. Hasil evaluasi rata rata siswa pada siklus I yaitu 74. 2) Berdasarkan hasil evaluasi gaya mata pelajaran IPA pada siklus I ini, siswa yang belum tuntas atau memperoleh nilai tes < 67 (KKM) ada 4
7
(KKM) yaitu 11 siswa atau 73,33%. Data hasil perkembangan nilai siswa yang diambil dari lampiran 9 yang berisi nilai siswa sebelum tindakan dan lampiran 5 yang berisi nilai siswa pada siklus I dapat dibuat tabel perkembangan nilai siswa dan dapat dilihat pada tabel 6 Tabel 7. Peningkatan Nilai Penguasaan Konsep Gaya Sebelum Tindakan dan Siklus I Keterangan
Sebelum tindakan
Siklus I
Nilai terendah
20
50
Nilai tertinggi
82
90
Rata- rata nilai
61,6
74
33,33%
73,33%
Ketuntasan Klasikal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 Tabel
7
yang
berisi
data
mengenai
perkembangan
nilai
penguasaan konsep gaya mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN Karungan 2 Plupuh, Sragen sebelum dilaksanakan tindakan menggunakan
model
kooperatif
tipe
STAD
dan
setelah
dilaksanakan tindakan pada siklus I di depan, kemudian dapat digambarkan dalam grafik seperti pada gambar 8.
100
Sebelum Tindakan
90
Siklus I
80 70 60
90
50
82
40
10
61,67
50
30 20
74
20
0 Nilai Terendah
Nilai Ter nggi
Rata-rata Nilai
Gambar 8. Grafik Peningkatan Nilai Penguasaan Konsep Gaya Siswa Sebelum Tindakan dan Siklus I Hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada nilai awal sebelum tindakan dengan tes siklus I pada gambar 8 dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik 40% dengan nilai batas tuntas 67 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus I sebesar 73,33%, yang semula pada pra siklus hanya terdapat 33,33% siswa mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat sebelum tindakan sebesar 20 dan pada siklus I menjadi 50. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan yaitu dari 82 menjadi 90 dan nilai rata-rata kelas sebelum tindakan sebesar 61,67 naik pada tes siklus I menjadi 74.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 3) Meskipun
terjadi peningkatan dalam
nilai penguasaan
konsep
gaya, akan tetapi indikator kinerja yang diharapkan sebesar 80% belum tercapai. Ketuntasan klasikal baru mencapai 73,33% atau baru 11 anak saja yang telah tuntas atau memenuhi KKM. Masih terdapat beberapa kekurangan dalam pembelajaran yang perlu dicari solusinya. Permasalahan tersebut antara lain: a) Keseriusan
dalam
aktivitas
yang
dilakukan
siswa
masih
kurang, hal ini bisa dilihat dari beberapa siswa yang ramai sendiri. b) Kerjasama siswa dalam pelaksanaan diskusi masih kurang, hanya beberapa dari anggota yang mengerjakan. c) Guru kurang menguasai kelas
terlihat pada waktu proses
pembelajaran masih banyak siswa yang ramai. Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) guru hendaknya
bisa
menguasai
kelas
dengan
baik
dan
merancang
pembelajaran dengan sebaik mungkin sehingga siswa merasa tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran dan siswa tidak ramai sendiri, (2) guru memantau dengan benar tiap kelompok sehingga semua anggota kelompok dapat bekerjasama dengan baik. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan yang dilakukan pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan, penelitian dikatakan berhasil apabila indikator keberhasilan ketuntasan siswa mencapai 80%, namun pada tindakan siklus I ini baru mencapai 73,33% hasil yang diperoleh belum mencapai hasil yang maksimal karena masih ada siswa yang nilainya dibawah KKM dan masih ada hambatan pada pelaksanaan tindakan siklus I maka perlu adanya perbaikan yang dilanjutkan pada penelitian siklus II. 2. Deskripsi Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 sampai dengan 11 Mei 2012. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran pada siklus II sebanyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 15 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 5 Mei 2012. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilaksanakan berdasar pada solusi permasalahan yang muncul yaitu penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Selanjutnya disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 10 dan 11 Mei 2012. Adapun deskripsi perencanaan siklus II adalah sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Peneliti dan guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit setiap pertemuannya. RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkahlangkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan penilaian (lampiran 3b). 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas
dan
sarana
yang
dipersiapkan
untuk
pelaksanaan
pembelajaran adalah: a) Menyiapkan media pembelajarn; b) Ruang kelas didesain sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu meja kelas ditata sesuai jumlah kelompok; 3) Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penelitian Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran IPA berlangsung. Pengamatan yang dilakukan meliputi aktivitas belajar siswa dan guru, perilaku berkarakter, keterampilan sosial, dan psikomotorik siswa. Lembar penilaian disusun berdasarkan kisi-kisi soal yang telah disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Lembar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 penilaian meliputi penilaian kognitif dan penilaian motivasi belajar siswa. b. Pelaksanaan Dalam tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas melaksanakan pembelajaran penguasaan konsep gaya mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peneliti sebagai pengajar dan guru sebagai observer. 1) Pertemuan Ke-1 Pertemuan ke-1 pelajaran IPA kelas IV mempelajari tentang konsep gaya. Adapun langkah-langkah pembelajarannya yaitu: guru memulai pembelajaran dengan mengkondisikan siswa. Guru mengucapkan salam dan melakukan presensi. Guru mengecek penguasaan siswa dengan mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Guru tanya jawab dengan siswa tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan gaya. Dengan alat peraga macam-macam gaya, pasir, kelereng, air, gelas, bola, papan kayu, penggaris, sobekan kertas guru mempraktekkan gaya dapat berupa dorongan dan tarikan dan dapat mengubah gerak benda serta bentuk benda.
Siswa dibuat tiga
kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Guru memberikan lembar
kerja
kelompok
untuk
didiskusikan
bersama.
Guru
membimbing siswa dalam mengerjakan lembar keja kelompok.setiap kelompok mewakilkan anggotanya untuk menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. Guru meluruskan masalah yang ada.Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang belum dimengerti untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran. Guru memberikan penguatan atas hasil evaluasi dan memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 2) Pertemuan Ke-2 Pertemuan ke-2 pelajaran IPA kelas IV mempelajari tentang jenis-jenis gaya dapat merubah suatu gerak dan bentuk benda. Adapun
langkah-langkah
mengkondisikan
siswa
pembelajarannya
sebelum
pembelajaran
yaitu:
guru
dimulai.
Guru
mengucapkan salam dan melakukan presensi. Guru mengecek penguasaan siswa dengan mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan materi
yang
akan
dipelajari.
Guru
menginformasikan
tujuan
pembelajaran yang akan dilakukan. Guru mempersiapkaan alat peraga berupa stopwatch, pasir, papan, kelereng, bola pimpong, gelas, air, es batu, kertas, penggaris. Siswa dibuat 3 kelompok yang berisi 5 siswa. Guru memberikan lembar kerja kelompok untuk didiskusikan bersama. Guru
membimbing
kelompok.setiap
siswa
dalam
kelompok
mengerjakan
mewakilkan
lembar
anggotanya
keja untuk
menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. Guru meluruskan masalah yang ada.Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang belum dimengerti untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran. Setelah pembelajaran selesai guru memberikan soal evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan. Guru memberikan penguatan atas hasil evaluasi dan memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah. c. Pengamatan atau Observasi Pengamatan
atau
observasi
dilakukan
selama
pembelajaran
IPA
berlangsung, yang meliputi: aktivitas siswa dan guru, perilaku berkarakter, keterampilan sosial dan aspek psikomotor. Observasi ini menggunakan alat bantu berupa lembar observasi. Selain itu juga mengamati hasil penguasaan konsep pada setiap siklus. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran IPA berlangsung,
diperoleh
gambaran
tentang
aktivitas
pembelajaran IPA dengan rincian sebagai berikut:
commit to user
siswa
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 1) Hasil Observasi Guru Hasil observasi guru pada pembelajaran IPA materi gaya dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD siswa kelas IV SDN Karungan 2, Plupuh, Sragen pada siklus II pertemuan 1 nilai observasi guru 3,1 dan pertemuan 2 nilai observasi guru 3,5 jika di rata-rata hasil observasi guru sebesar 3,3 (lampiran 16 dan 18). Pada pertemuan pertama dan kedua mulai ada peningkatan guru dalam mengelola kelas, dalam menyampaikan materi sudah cukup jelas, bahasa yang digunakan sudah baik, penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran sudah berjalan dengan baik, sudah menggunakan media yang sangat menarik perhatian siswa, guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik, pemberian umpan balik sudah cukup baik, penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran sudah baik, rata-rata keterampilan guru pada siklus II ini baik. 2) Keaktifan Siswa Dari lembar pengamatan siswa siklus II yang ada pada lampiran 10 dapat diketahui bahwa:
Tabel 8. Hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus II No
2
Tim
Jumlah Siswa Aktif
A
4
B
3
C
5
Dari tabel 8 maka hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus II dapat dideskripsikan: 1) Untuk tim A sebanyak 4 orang siswa aktif saat mengikuti pelajaran. 2) Untuk tim B sebanyak 3 orang siswa aktif saat mengikuti pelajaran. 3) Untuk tim C sebanyak 5 orang siswa aktif saat mengikuti pelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 Berdasarkan deskripsi hasil pengamatan maka histogram Keaktifan Siswa pada Siswa II dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Grafik Keaktifan Siswa pada Siklus II Berdasarkan tabel 8 dan gambar 9 dapat dilihat bahwa pada siklus II siswa yang aktif sebanyak 11 atau 73,33% dari jumlah 15
Prosentase
siswa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 10.
Keaktifan Siswa
Gambar 10. Grafik Prosentase Keaktifan Siswa pada Siklus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 d. Hasil Observasi Penguasaan Konsep Gaya pada Siswa Kelas IV SDN Karungan 2. Penilaian hasil penguasaan konsep siswa dilakukan setelah pembelajaran IPA pada siklus II selesai. Adapun hasil (lampiran 6) yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Penguasaan Konsep Gaya Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV pada Siklus II. No
Interval
1 2 3 4 5
70 76 77 83 84 90 91 97 98 104 Jumlah
Frekuensi Nilai Tengah fi.xi (fi) (xi) 4 73 292 4 80 320 4 87 348 1 94 94 2 101 101 15 1287,5 Nilai rata-rata kelas = 83,33 Ketuntasan Klasikal = 100%
Persentase (%) 26,67 26,67 26,67 6,67 13,33 100%
Dari tabel 10 dapat disajikan dengan grafik pada gambar 11.
Gambar 11. Grafik Penguasaan Konsep Gaya Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV pada Siklus II Berdasarkan gambar 11 nilai penguasaan konsep gaya siswa kelas IV siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 83,33 (lihat lampiran 6 ). Siswa yang memperoleh nilai 70-76 sebanyak 4 siswa atau 26,67%. Siswa yang memperoleh nilai 77-83 sebanyak 4 siswa atau 26,67%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 Siswa yang memperoleh nilai 84-90 sebanyak 4 siswa atau 26,67%. Siswa yang memperoleh nilai 91-97 sebanyak 1 siswa atau 6,67%. Siswa yang memperoleh nilai 98-104 sebanyak 2 siswa atau 13,33%. e. Refleksi Analisis hasil tindakan siklus II direfleksi sesuai dengan proses pembelajaran
yang
dilakukan.
observasi
dikumpulkan
observasi
yang
Data
kemudian
dilakukan
selama
yang
dianalisis. proses
diperoleh
melalui
Berdasarkan
pelaksanaan
hasil
tindakan,
peneliti melakukan refleksi sebagai berikut: 1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran IPA. Hasil evaluasi rata rata penguasaan konsep gaya pada siklus II yaitu 83,33. 2) Berdasarkan hasil evaluasi penguasaan konsep gaya pada siklus II siswa yang memperoleh nilai <67 (KKM) ada 0 siswa dan 7 (KKM) yaitu 15 siswa atau 100%. Data hasil perkembangan nilai siswa yang diambil dari lampiran 5 tentang nilai siswa pada siklus I dan lampiran 6 tentang
nilai
siswa
pada
siklus
II
dapat
dibuat
tabel
perkembangan nilai siswa dan dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Peningkatan Nilai Penguasaan Konsep Gaya Siklus I dan Siklus II Keterangan Siklus I Siklus II
Tabel
Nilai terendah
50
70
Nilai tertinggi
90
100
Rata- rata nilai
74
83,33
Ketuntasan Klasikal
73,33%
100%
mengenai
perkembangan
10
yang
berisi
data
nilai
penguasaan konsep gaya mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN Karungan 2 Plupuh, Sragen antara siklus I dan siklus II di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 depan, kemudian dapat digambarkan dalam grafik
seperti pada
gambar 12. 120 100 80 60 40 20
90 100 50
Siklus I
74 83,33
Siklus II
70
0 Nilai Terendah
Nilai Ter nggi
Rata-rata Nilai
Gambar 12. Grafik Peningkatan Nilai Penguasaan Konsep Gaya Siswa Siklus I dan Siklus II Hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada nilai siklus I dengan tes siklus II pada tabel 10 di depan dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik 26,67% dengan nilai batas tuntas 67 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus II sebesar 100%, yang semula pada siklus I hanya terdapat 73,33% siswa mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 50 dan pada siklus II menjadi 70. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan yaitu siklus I 90 dan pada siklus II 100. Nilai rata-rata kelas siklus I sebesar 74 naik pada tes siklus II menjadi 83,33.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan rata-rata nilai evaluasi IPA dan ketuntasan belajar IPA khususnya pada materi gaya siswa kelas IV SDN Karungan 2, Plupuh, Sragen meningkat. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu pada siklus I dan siklus II yang masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Tabel 7 dan tabel 10 tentang data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 perkembangan nilai siswa, kemudian dibuat tabel 11. tentang perbandingan peningkatan kualitas pembelajaran penguasaan konsep gaya siswa kelas IV SDN Karungan 2 dari sebelum dilaksanakan tindakan sampai siklus II sebagai berikut: Tabel 11. Perbandingan Hasil Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Nilai Terendah
Pra Siklus 20
Siklus I 50
Siklus II 70
Nilai Tertinggi
85
90
100
Nilai Rata-rata
61,67
74
83,33
Ketuntasan Klasikal
33,33%
73,33%
100%
Dari tabel 11.Perbandingan Hasil Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II di atas dapat digambarkan menjadi grafik seperti gambar 13. 120
100%
100
74
80 60
83,33
73,33%
61,67
Pra Siklus Siklus I
40
Siklus II
33,33%
20 0 Nilai Rata-rata
Ketuntasan Klasikal
Gambar 13. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Penguasaan Konsep Gaya setiap Siklus Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata penguasaan konsep gaya pada tabel 11 dan gambar 13 siswa
7 (KKM) menunjukkan
adanya peningkatan. Sebelum tindakan nilai rata-rata hanya mencapai 61,67 dengan persentase ketuntasan klasikal 33,33%, pada siklus I nilai rata-rata bisa meningkat menjadi 74 dengan persentase ketuntasan klasikal 73,33%,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 83,33 dengan persentase ketuntasan klasikal 100%. Hal ini merefleksikan bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA materi gaya kelas IV dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan penguasaan konsep gaya pada siswa. Selain dari hasil tes, hasil observasi terhadap kinerja guru dan siswa secara klasikal juga mengalami peningkatan.
Tabel 12. Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Tiap Siklus Observasi Kinerja Guru
Observasi Aktivitas Siswa
Siklus I
Siklus II
Siklus I
Siklus II
2,8 ( cukup )
3,3 ( baik )
46,67%
73,33%
Keterangan observasi kinerja guru : 1. 3,5 = Baik Sekali 3. 2-2,9 = Cukup 2. 3,0-3,4 = Baik
4. < 2 = Kurang
Tabel 12 di atas terlihat bahwa kinerja guru pada siklus I hanya mendapat nilai 2,8 yang kemudian meningkat pada siklus II menjadi 3,3. Sedangkan aktivitas siswa yang semula hanya 46,67% meningkat menjadi 73,33%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran IPA berlangsung pada siklus I dan siklus II. Berdasarkan
tabel 12 terlihat adanya peningkatan pada kinerja guru dan
aktivitas siswa. Walaupun peningkatannya tidak terlalu drastis, peneliti yakin jika penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu yang cukup lama secara terus-menerus akan memperlihatkan hasil yang signifikan. Mengingat bahwa dalam penelitian ini, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan hanya empat kali pertemuan. Penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan penguasaan konsep gaya mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Karungan 2 dengan penggunaan model kooperatif tipe
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 STAD. Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada setiap siklus sebagaimana terlihat pada tabel dan grafik di depan. Dengan demikian, penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Karungan 2, Plupuh, Sragen Tahun Ajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA materi gaya, maka dapat diambil simpulan bahwa: model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Karungan 2, Plupuh, Sragen Tahun Ajaran 2011/2012
penguasaan konsep
gaya pada siswa kelas IV yaitu: pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan (pra-siklus) nilai rata-rata kelas 61,6 dengan persentase ketuntasan klasikal 33,33%, siklus I dengan nilai rata-rata kelas 74 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 73,33%, dan siklus II nilai rata-rata kelas 83,33 dengan persentase ketuntasan mencapai 100%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Karungan 2 Tahun Ajaran 2011/2012.
B. Implikasi Prosedur dan penerapan pembelajaran IPA tentang penguasaan konsep gaya dalam penelitian ini didasarkan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berdasarkan kajian teori dan data-data hasil penelitian ini terbukti bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Karungan 2, Plupuh, Sragen. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan beberapa implikasi hasil penelitian sebagai berikut: 1.
Memberikan informasi bagi guru bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan guru-guru dapat menerapkan STAD dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi konsep gaya.
2.
Menumbuhkan sikap untuk selalu aktif dan komunikatif pada siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, serta untuk mengembangkan kreativitas
commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 dan inisiatifnya untuk menunjang proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. 3.
Menunjukkan pentingnya menggunakan model-model pembelajaran yang bervariasi dan inovatif, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang terbukti dapat menarik minat dan keaktifan sehingga siswa tidak mengalami kebosanan dan antusias mengikuti pembelajaran untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran.
C. Saran 1. Bagi Guru a. Guru hendaknya tidak membiasakan siswa untuk sekedar menghafal saja, tetapi siswa diharapkan dapat memahami materi yang disampaikan, salah satunya dengan menerapkan model kooperatif tipe STAD. b. Guru hendaknya membuka wawasan tentang perkembangan model pembelajaran, sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa, salah satunya adalah model kooperatif tipe STAD. c. Dalam memilih model pembelajaran hendaknya guru memperhatikan kondisi psikis siswa dan melihat karakteristik materi yang akan disampaikan, jadi tidak hanya menggunakan model konvensional. 2. Bagi Siswa a. Siswa hendaknya terbiasa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan seharihari. c. Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran seperti ikut aktif dalam mengikuti pembelajaran STAD, selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. 3. Bagi Sekolah Penggunaan model kooperatif tipe STAD sebagai salah satu alternatif model dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA dengan materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 yang sesuai. Penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa, mengaktifkan siswa, dan memperbaiki
aktivitas
siswa
dalam
pembelajaran
sehingga
dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran. 4. Bagi Peneliti Lain a. Bagi para calon peneliti untuk meneliti lebih lanjut penggunaan model kooperatif tipe STAD pada materi lain yang mempunyai karakteristik yang serupa dengan materi gaya. b. Diharapkan para peneliti dapat mengembangkan penelitian untuk variabel lain
dan
memperluas
area
populasi,
agar
digeneralisasikan pada lingkup yang lebih luas.
commit to user
hasil
penelitian dapat