KORELASI INTENSITAS MENONTON TELEVISI DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA MAN TENGARAN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Disusun Oleh : SITI MARIYAM NIM : 111 08 162
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
Muna Erawati Dosen STAIN Salatiga Jl.Stadion No.03 Salatiga (0298) 323706,323444, kode pos 50712
NOTA PEMBIMBING Lamp
: 4 Eksemplar
Hal
: Naskah skripsi Sdr.Siti Mariyam
Kepada Yth. Ketua STAIN Di tempat Assalamualaikum wr.wb. Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi, dan perbaikan seperlunya.maka skripsi saudara : Nama
: Siti Mariyam
NIM
: 11108162
Jurusan/Program
: Tarbiyah
Judul
: KORELASI INTENSITAS MENONTON TELEVISI DENGAN MAN
KEDISIPLINAN
TENGARAN
KABUPATEN
BELAJAR
KECAMATAN
SEMARANG
TAHUN
SISWA
TENGARAN PELAJARAN
2011/2012 Sudah dapat diajukan pada siding munaqosyah demikian surat ini dibuat,harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya. Wassalamualaikum wr.wb Salatiga, 10 September 2012
Muna Erawati, S.Psi, M.Si NIP. 19751218 199903 2 002
KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id Email :
[email protected]
DEKLARASI
Bismillahirrohmannirrohim Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila dikemudian hari ternyata materi atau pikiran-pikiran orang lain diluar
referensi
yang
peneliti
cantumkan
maka
peneliti
sanggup
mempertanggungkan kembali keaslian ini diharapkan siding munaqosyah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 14 September 2012 Peneliti
Siti Mariyam
SKRIPSI
KORELASI INTENSITAS MENONTON TELEVISI DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA MAN TENGARAN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012
DISUSUN OLEH SITI MARIYAM NIM : 111 08 162
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 28 September 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji
: Drs. Mubasirun, M.Ag
_________________
Sekretaris Penguji : Dr. Faqih Nabhan, SE.MM
_________________
Penguji I
: Drs. A. Bahrudin, M.Ag
_________________
Penguji II
: Dra. Nur Hasanah, M.Pd
_________________
Penguji III
: Muna Erawati, S.Psi, M.Si
_________________
Salatiga, 28 September 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
MOTTO
b r&ur }§ øŠ©9Ç` »|¡ SM~ Ï9žw Î)$tB 4Ótëy™ ÇÌÒÈ ¨b r&ur ¼çmuŠ÷èy™ t$ ôqy™ 3“ tãƒÇÍÉÈ §N èO çm1t“øgä† uä!#t“yf ø9$#4’nû÷rF{ $#ÇÍÊÈ
Artinya: “ Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakan nya. Dan bahwasannya usaha itu kelak akan diperlihatkan kepadanya. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” (QS. An – Najm: 39-41)
PERSEMBAHAN
1.
Kedua orang tua SAYA (Bapak. Munaji dan Ibu. Bibit) yang sangat SAYA cintai dan saya sayangi terimakasih atas semuanya .yang telah mendidik dan membesarkan saya dengan kasih sayang dan cintanya sehingga seperti sekarang ini
dan mungkin tidak bisa dibalas dengan apapun di dunia
ini,sehingga saya bisa menyelesaikan study ku di Stain Salatiga 2.
Kedua adik SAYA yang sangat SAYA sayangi (latifah dan ulfah) dan kedua ponakan SAYA yang imut dan cantik (alvi dan dilla) kalian semua adalah penyemangat bagi saya semoga jalan menuju kesuksesan selalu menyertai kita. amin
3.
Almarhum kakek SAYA (Harjo sumadi) semoga semua amalnya diterima disisi Allah swt dan semua dosanya diampuni.amin
4.
Nenek SAYA ( ngainah) terima kasih atas dorongan dan dukungannya
5.
Bulek dan oom SAYA ( parmi spdi dan daryono) terima kasih atas dukungannya
6.
Teman-teman SAYA semua yang khususnya PAI E angkatan 2008
KATA PENGATAR
Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadiran Allah swt yang telah melimpahkan rahmat,taufik,serta hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini Penyusun menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini penyusun telah banyak melibat orang laindalam melencarkan tugas dari awal sampai akhir.untuk itu,tiada kata yang pantas untuk diucapkan kecuali ungkapan rasa terimakasih yang setulus-tulusnya terutama yang terhormat: 1. Bapak Dr .Imam Sutomo,M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku ketua jurusan tarbiyah. 3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam. 4. Ibu Muna Erawati M.Si selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan tenaga dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Drs.Mahsun Alwa’id, M.Ag selaku kepala MAN Tengaran yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di MAN Tengaran sampai selesai. 6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberi dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Salatiga, 14 September 2012
Penulis
ABSTRAK Mariyam, Siti, 2012. Intensitas menonton televisi dengan kedisiplinan belajar siswa MAN Tengaran kecamatan Tengaran kabupaten Semarang Tahun pelajaran 2011/2012 Skripsi. Jurusan tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Muna Erawati,M.Si Kata kunci: Intensitas Menonton televisi, kedisiplinan belajar siswa, dan siswa madrasah aliyah Dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini di kalangan masyarakat hampir setiap rumah memiliki televisi. Televisi mempunyai dampak yang lebih ke cenderung negatif karena anak yang sudah mempunyai kebiasaan menonton televisi akan mengakibatkan kegiatan belajarnya menurun dan kegiatan membaca buku, kemudian juga dapat menghambat imajinasi, kreatifitas dan sosiabilitas. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui intensitas menonton televisi dan kedisiplinan belajar siswa Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana intensitas menonton televisi yang dilakukan oleh siswa MAN Tengaran?. (2) Bagaimanakah kedisiplinan belajar siswa MAN Tengaran?. (3) Adakah korelasi intensitas menonton televisi dengan kedisiplinan belajar siswa MAN Tengaran? Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasional dan untuk mendapatkan data maka digunakan teknik dokumentasi dan angket. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Tengaran, sebanyak 55 siswa. Temuan penelitian meliputi, (1) Intensitas menonton televisi Madrasah Aliyah Negeri Tengaran Tahun 2012 termasuk kategori intensitas tinggi didukung dengan data responden 33 (60%), sedangkan intensitas sedang dengan responden 20 (36,36%) dan intensitas rendah dengan responden 2 (3,64%). (2) kedisiplinan belajar siswa Madrasah Aliyah Negeri Tengaran Tahun 2012 termasuk kategori kedisiplinan tinggi didukung dengan data responden 17 (30,91%), sedangkan responden 11 (20%) menjawab kategori kedisiplinan sedang, kedisiplinan rendah dengan responden 27 (49,09%). (3) berdasarkan uji statistik hipotesis yang diajukan peneliti yang berbunyi ada korelasi negatif antara intensitas menonton televisi dengan kedisiplinan belajar siswa, di mana semangkin tinggi intensitas menonton televisi, maka semakin rendah kedisiplinan belajar. Sebaliknya semakin rendah menonton televisi, semakin tinggi kedisiplinan dalam belajar,ditolak. Walaupun demikian penelitian ini menjumpai hasil koefisien korelasi sebesar 0,268 yang segnifikan positif pada taraf 5%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi untuk menonton tv semakin tinggi kedisiplinan belajar MAN Tengaran.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................................
i
Halaman Nota Pembimbing ............................................................................. ii Halaman Deklarasi............................................................................................ iii Halaman Pengesahan ........................................................................................ iv Motto ............................................................................................................... v Persembahan .................................................................................................... vi Kata Pengantar.................................................................................................. vii Abstrak ............................................................................................................. viii Daftar Isi .......................................................................................................... ix Daftar Tabel...................................................................................................... xi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Definisi Operasional .................................................................... 4 C. Rumusan Masalah ........................................................................ 6 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7 E. Hipotesis ....................................................................................... 7 F. Metode Penelitian ........................................................................ 8 1. Populasi dan Sampel ............................................................... 8 2. Teknik Pengambilan Data ........................................................ 10 3. Instrumen ................................................................................ 10 4. Teknik Analisis Data ............................................................... 11 G. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................ 12
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Televisi ................................................. 14 B. Kedisiplinan Belajar ..................................................................... 23 C. Hubungan
Antara
Intensitas
Menonton
Televisi
Dengan
Kedisiplinan Belajar ......................................................................36
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MAN Tengaran ............................................... 39 B. Data Tentang Intensitas Menonton Televisi dan Kedisiplinan Belajar ..........................................................................................46 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Laporan Data Analisis Intensitas Menonton Televisi .................... 47 B. Laporan Data Analisis Kedisiplinan Belajar Siswa ....................... 49 C. Analisa Hipotesis .......................................................................... 52 D. Pembahasan ................................................................................. 54 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 59 B. Saran ............................................................................................ 60
DAFTAR TABEL
1. Tabel Keadaan Bangunan MAN Tengaran .............................................. 48 2. Tabel Sarana Pendidikan MAN Tengaran................................................ 49 3. Tabel Keadaan Karyawan MAN Tengaran .............................................. 50 4. T abel Jumlah Seluruh Siswa MAN Tengaran ......................................... 51 5. Struktur Organisasi Guru MAN Tengaran ............................................... 52 6. Tabel Nominasi Intensitas Menonton Televisi ........................................ 56 7. Tabel Nominasi Kedisiplinan Belajar ...................................................... 58 8. Tabel Keadaan Guru MAN Tengaran 9. Tabel Jawaban Angket Intensitas Menonton Televi 10. Tabel Jawaban Angket Kedisiplinan Belajar Siswa 11. Tabel Daftar Nama Responden 12. Tabel Penelitian Hasil Angket Intensitas Menonton Televisi 13. Tabel Penelitian Hasil Angket Kedisiplinan Belajar 14. Tabel Distribusi Frekuensi Koefisien Korelasi Antara Variabel X dan Variabel Y
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi komunikasi mengalami kemajuan yang sangat
pesat
dan
berpengaruh terhadap pola komunikasi di masyarakat dengan kehadiran teknologi komunikasi seperti komputer, televisi, internet, handphone, dan lainlain. Itu semua adalah alat modern dan alat yang sangat canggih. Dengan adanya teknologi komunikasi tersebut kita dengan mudah mendapatkan informasi dengan cepat. Televisi adalah salah satu bagian dari teknologi komunikasi yaitu termasuk teknologi komunikasi modern dan sudah tidak asing lagi bagi kita.Saat ini hampir disetiap rumah dapat dipastikan ada televisi Dengan adanya televisi di rumah, setiap individu dari usia anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua ingin menyaksikan acara-acara yang ada di televisi. Televisi sebagai produk teknologi maju berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi itu sendiri dan telah menyentuh kepentingan umat manusia. Hal itu tidak bisa dipungkiri lagi yang disebabkan oleh kekuatan yang dimiliki oleh televisi sebagai alat dan merupakan salah satu bagian dari sistem yang besar, sehingga mampu menciptakan daya rangsang yang sangat Tinggi di dalam mempengaruhi sikap, tingkah laku dan pola pikir
khalayaknya, dimana akhirnya menyebabkan banyak sekali perubahan yang terjadi di dalam masyarakat(Darwanto,1994:27) Dengan adanya beberapa stasiun televisi sekarang ini, mereka saling berlomba untuk menyajikan sebuah acara yang menarik minat penonton, sehingga acara televisi tersebut memberikan dampak positif dan negatif. Tayangan televisi sering menyajikan adegan yang “seru” seperti berpelukan, berciuman, gandeng tangan, inilah yang disukai para remaja (Jalaludin Rahmat, 1984: 243). Pendapat Charles R. Wright (Darwanto, 1994: 16), media massa (televisi) mempunyai fungsi hiburan, justru karena fungsi hiburan inilah orang menonton televisi.Televisi juga mempunyai beberapa fungsi diantaranya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, promosi. Tetapi saat ini televisi lebih banyak hiburannya dari pada tayangan pendidikan. Tayangan televisi memang menjadi hiburan murah bagi banyak keluarga, baik yang tinggal di pedesaan maupun di perkotaan. Dari sisi ini, tayangan televisi memang menjadi hiburan yang murah bagi keluarga. Tetapi, di sisi lain tayangan televisi juga menjadi “racun” karena merampas waktu belajar anak-anak dan membuat mereka keasikan menonton sehingga lupa akan tugasnya (Musbikin, 2009: 71). Penayangan acara-acara di stasiun televisi yang memiliki rarting tinggi rata-rata dilakukan mulai pukul 18.00 sampai dengan 21.00 WIB (Imam Musbikin, 2009: 73). Pada waktu tersebut tugas anak adalah belajar atau mengerjakan tugas sekolah di rumah.
Di kampung saya rata-rata yang mempunyai anak, aktivitas mereka pada pukul 18.00 sampai dengan 21.00 WIB jam yang paling banyak digunakan adalah menyaksikan acara-acara yang ada di televisi tetapi ada juga yang mengaji atau belajar terlebih dahulu baru menyaksikan acara televisi dan ketika anak ada waktu luang baik itu hari libur maupun hari-hari biasa mereka sering mengisi waktu kosongnya dengan menyaksikan acara televisi, sehingga waktu yang digunakan anak untuk belajar tidak maksimal. Menurut penelitian Lilian Katz, dari University of Illionois, anak mulai menonton televisi sejak usia dua tahun. Oleh karena itu, bila anak sejak usia tersebut dibiarkan kecanduan menonton televisi, maka ia akan sulit dipisahkan dengan layar kaca televisi. Firman Allah SWT dalam surat Al-Ashr ayat 1 dan 2
ÇËÈ AŽô£ äz ’Å"s9 z` »|¡ SM} $#¨b Î)ÇÊÈ ÎŽóÇ yèø9$#ur Artinya: Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. (Ahmad Mustofa 1993: 42) Berdasarkan ayat tersebut bahwasanya orang yang berada dalam keadaan merugi apabila dia tidak mengisi waktunya dengan hal-hal yang bermanfaat. Jadi menonton televisi secara berlebihan adalah salah satu contoh yang tidak bermanfaat dan anak menjadi malas belajar dan konsentrasi belajar berkurang. Media televisi memang sebagai media informasi, hiburan dan pendidikan. Selain menimbulkan dampak positif harus diakui juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi penonton apalagi kalau sudah kecanduan dapat mempengaruhi kedisiplinan anak dalam belajar, sebab pada umumnya
jika sudah dihadapankan pada suatu acara yang menarik akan menyebabkan lupa akan tugas dan kewajibannya apabila orang tua tidak mengontrol anaknya dalam menonton televisi. Dari uraian di atas, penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul “Korelasi Intensitas Menonton Televisi dengan Kedisiplinan Belajar Siswa MAN Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011 /2012
B. Definisi Operasional Untuk menghindari salah tafsir dalam memahami judul di atas, maka disini akan dijelaskan istilah-istilah yang ada pada judul tersebut. 1. Intensitas menonton televisi Intensitas adalah perihal meningkatkan kegiatan yang lebih hebat, keadaan tingkatan atau ukuran intensitasnya (Departemen pendidikan nasional, 2002: 438). Televisi terdiri dari kata tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani, dan kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa latin. Jadi televisi adalah alat elektronik yang menyajikan gambar dan suara dari jarak jauh (Sutrisno, 1993: 1; Danim, 1995: 20). Jadi intensitas menonton televisi adalah tingkat atau frekuensi dalam menonton televisi. Adapun indikator dari intensitas menonton televisi (Fatah, 2006) sebagai berikut: a. Berapa lamanya menonton televisi
b. Seringnya menonton televisi c. Ketergantungan menonton acara televisi d. Menonton televisi sampai larut malam 2. Kedisiplinan belajar Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang berarti tata tertib/di sekolah, dan sebagainya; ketaatan dan kepatuhan kepada peraturan tata tertib (WJS. Poerwodarminto, 2006: 296). Kedisiplinan dalam belajar berarti suatu kebiasaan, keteraturan dalam belajar Menurut Budiningsih (2005:52), belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon, sedangkan menurut Crow dan Crow (Lilik Sriyanti, 2011: 16), belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan berbagai sikap termasuk penemuan baru dalam mengerjakan sesuatu usaha untuk memecahkan rintangan, dan menyesuaikan dengan situasi baru. Gregory A. Kimble yang mendefinisikan belajar sebagai berikut, perubahan relatif permanen dalam tingkah laku atau potensi perilaku yang diperoleh dari pengalaman dan tidak berhubungan dengan kondisi tubuh pada saat tertentu semakin penyakit, kelelahan, atau obat-obatan (Lilik Sriyanti, 2011: 17). Jadi, kedisiplinan belajar adalah kebiasaan dan keteraturan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, pengalaman, penemuan baru yang berhubungan dengan keberhasilan belajar.
Adapun indikator dari kedisiplinan belajar sebagai berikut: a. Mengatur waktu sebaik-baiknya (Gie, 1988: 69). b. Tekun mengulangi bahan pelajaran (Djamarah, 2002: 42). c. Rajin menghafal bahan pelajaran (Djamarah, 2002: 43). d. Mengerjakan tugas-tugas dari sekolah (Djamarah, 1988: 90) e. Rajin membaca buku (Djamarah, 2002: 46).
C. Rumusan Masalah Menurut Suharsimi Arikunto, rumusan masalah atau problema penelitian adalah sebagian pokok dari suatu kegiatan penelitian. Dari uraian di atas, maka timbullah beberapa pertanyaan yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah intensitas menonton televisi yang dilakukan oleh siswa MAN Tengaran? 2. Bagaimanakah kedisiplinan belajar siswa MAN Tengaran? 3. Adakah korelasi intensitas menonton televisi dengan kedisiplinan belajar siswa MAN Tengaran?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui intensitas menonton televisi yang dilakukan oleh siswa MAN Tengaran. b. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan belajar siswa MAN Tengaran. c. Untuk mengetahui kaitan intensitas menonton televisi dengan kedisiplinan belajar siswa MAN Tengaran. 2. Manfaat Penelitian a. Teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan khususnya bagi penulis sendiri. b. Praktis 1) Sebagai wacana dan pengetahuan bagi para pembaca. 2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan agar siswa lebih disiplin dalam belajarnya.
E. Hipotesis Berdasarkan penelitian di atas, peneliti mengajukan hipotesis atau jawaban sementara dari peneliti. Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2010: 110). Berdasarkan pokok masalah di atas, sebelum melangkah pada penelitian penulis menyampaikan hipotesa yang akan diuji kebenarannya melalui data yang diperoleh dan di hipotesis ini merupakan sebuah rumusan jawaban sementara.
Sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang penulis rumuskan di atas, maka penulis kemukakan hipotesis sebagai berikut: “ada hubungan negatif antara intensitas menonton televisi dengan kedisiplinan belajar siswa, dimana semakin tinggi intensitas menonton televisi, maka semakin rendah kedisiplinan belajar. Sebaliknya semakin rendah intensitas menonton televisi, semakin tinggi kedisiplinan dalam belajar.
F. Metode Penelitian 1. Populasi dan sampel a. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa MAN Tengaran, Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang kelas X sampai dengan kelas XII tahun pelajaran 2012 yang jumlahnya 314 siswa. b. Sampel yaitu sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2010: 112). Menurut Suharsimi Arikunto, apabila subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik semuanya, selanjutnya jika subjek lebih besar, dapat diambil antara 10% sampai dengan 15% atau 20% sampai dengan 25% atau lebih. Sebelum dilakukan pengambilan data, peneliti mengecek melalui pertanyaan lisan kepada siswa MAN Tengaran. Apakah kalian memiliki televisi di rumah dengan serentak mereka menjawab punya.
Berdasarkan di lapangan, pihak sekolah memberi izin untuk yang bisa diambil dalam populasi adalah kelas X yang berjumlah 117 siswa. Berdasarkan patokan di atas, peneliti mengambil sampel subjek 48% dari jumlah populasi kelas X, sedangkan siswa yang menjadi sampel dalam penelitian minimal 55 siswa Adapun jumlah siswa MAN Tengaran kelas X dan XI perinciannya sebagai berikut: No 1 2 3 4
Kelas/kelompok X1 X2 X3 X4 Jumlah total
Jumlah siswa 26 31 31 29 117
Adapun teknik pengambilan sampelnya yaitu dengan teknik random sampling pada level kelas probability sampling (Martono, 2011: 75). Random sampling adalah pengambilan sampel secara random (Sutrisno Hadi, 1981: 18). Dalam random sampling individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Kemudian pengambilan sampel yaitu dengan cara undian, cara ini dilakukan sebagaimana kita mengadakan undian. Peneliti membuat gulungan kertas yang berisi kelas X yaitu sebanyak 4 kelas. Setelah peneliti undi, ternyata yang menjadi sampel yaitu X1, dan X4.
2. Teknik pengambilan data a. Dokumentasi Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan dokumen-dokumen yang ada di lembaga pendidikan MAN Tengaran seperti daftar siswa, daftar
guru
dan
karyawan,
dan
data
lainnya
yang
telah
didokumentasikan. b. Angket atau kuesioner Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya (Suharsimi Arikunto, 2010: 194). 3. Instrumen Instrumen yang digunakan untuk menyusun angket ada dua variabel yang diantaranya: a. Angket intensitas menonton televisi
a. b. c. d.
Indikator Berapa lamanya menonton televisi Seringnya menonton televisi Ketergantungan menonton televisi Menonton televisi sampai larut malam
No Item 1, 2 3, 4 5, 6, 8 7
Jumlah Item 2 2 3 1
No Item 3 1, 2, 10
Jumlah Item 1 3
4 5, 6 7, 8, 9
1 2 3
b. Angket kedisiplinan Indikator a. Mengatur waktu belajar sebaik-baiknya b. Tekun mempelajari dan mengulang bahan pelajaran c. Rajin menghafal bahan pelajaran d. Mengerjakan tugas-tugas dari sekolah e. Rajin membaca
4. Teknik analisis data Dari data yang dihasilkan dalam penelitian ini, peneliti analisiskan sebagai berikut: a. Presentase Untuk menganalisis dari tiap-tiap kategori kedua variabel yaitu intensitas menonton televisi pengaruhnya terhadap kedisiplinan belajar siswa dengan menggunakan rumus:
Keterangan P : Persentase individu F : Frekuensi N: Jumlah aubyek penelitian b. Product moment Sesuai dengan jenis data penelitian, maka sebagai tindak lanjut dari data yang sudah terkumpul dari kedua variabel yaitu intensitas menonton televisi (variabel X) dan kedisiplinan belajar siswa (variabel Y), peneliti menggunakan rumus korelasi product moment:
rxy =
å XY -
(å X ) (å Y )
ì (å X ) ï 2 íå X N ï î
N 2
ü (å Y ) 2 ü ïì ï ï 2 ýíå Y ý N ï ï þï î þ
Keterangan : rxy
= nilai koefisien korelasi antara x dan y
XY = produk dari X dan Y X
= variabel nilai angket tentang intensitas menonton televisi
Y
= variabel nilai angket tentang kedisiplinan belajar siswa
∑
= sigma
G. Sistematika Penulisan Skripsi Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan; dalam bab ini memuat tentang latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Landasan Teori 1. Intensitas menonton Televisi, yang memuat: pengertian televisi,sejarah perkembangan televisi, fungsi televisi (media massa), dampak negativ dan positif televisi. 2. Kedisiplinan belajar yang memuat: pengertian kedisiplinan belajar bentukbentuk kedisiplinan belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa. 3. Perkembangan pada masa remaja 4. Hubungan antara intensitas menoton televisi dengan kedisiplinan belajar siswa
Bab III Laporan Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum MAN Tengaran yang berisi tentang sejarah berdirinya, sarana dan prasarana, keadaan guru dan siswa serta struktur organisasi. 2. Data tentang intensistas menonton televisi dan kedisiplinan belajar siswa MAN Tengaran Kecamatan Tengaran Tahun 2012/2013 Bab IV: Analisa dan pembahasan terdiri dari: 1. Laporan data analisis tentang intensitas menonton televisi 2. Laporan data analisis tentang kedisiplinan belajar siswa 3. Analisa hipotesis 4. Pembasan tentang intensitas menonton televisi dan kedisiplinan belajar siswa Bab V: Penutup; pada bab ini berisi tentang kesimpulan, saran-saran
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Tentang Media Televisi 1. Pengertian Media Televisi Pengertian kata televisi bersal dari kata tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa latin. Jadi kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar beserta suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh (Sutisno, 1993: 11). Adapun pengertian media masa menurut bebarapa ahli sebagai berikut: a. Jalaludin Rakhmat (Darwanto,2007: 30) media massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar heterogen dan anonym melalui media elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. b. Grame Burton (2007:101). Televisi adalah satu-satunya bentuk komunikasi publik yang paling kuat, serta tempat utama bagi negosiasi sosial perihal gagasan-gagasan, nilai-nilai dan gaya hidup. Dari batasan-batasan pengertian media masa di atas dapat disimpulkan bahwa media masa adalah jenis komunikasi yang tersebar kepada sejumlah khalayak isi pesan dapat diterima secara serentak dan merupakan bentuk komunikasi publik yang paling kuat.
Televisi termasuk jenis media massa, sebab keberadaannya di tengahtenngah masyarakat sulit diabaikan, sebagai media, televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar sebab informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. Proses penyajian gambar dan suara dalam televisi adalah sebagai berikut pertama, gambar dan suara direkam melalui kamera dan mikrofon. Selanjutnya, ditransformasikan ke dalam getaran elektromagnetis. Setelah diperkuat kemudian dimodulasikan menjadi gelombang radio dengan frekuensi tinggi yang disebut very high frequency (VHF) dan Ultra High Frequency (UHF) dan dipancarkan ke udara melalui station pemancar setelah masuk ke dalam pesawat penerima, gelombang UHF atau VHF itu ditransformasikan kembali menjadi bentuk bayangan gelap dan terang berupa garis-garis bentuk inilah yang tampak sebagai gambar diiringi suara di layar televisi. Program televisi yang beranekaragam kemudian ditayangkan melalui stasiun penyiaran televisi, dan selanjutnya disebar luaskan ke segenap pelosok melalui jaringan satelit komunikasi stasiun penghubung dan pemancar di darat. Akhirnya, isi pesan dapat didengar dan dilihat oleh khalayak melalui pesawat penerima di rumah-rumah. Para penonton bisa memiliki dan menikmati acara yang paling disukai.
2. Sejarah Perkembangan Media Massa (Televisi)
Dalam bukunya Darwanto, (2007: 71) mengatakan pada awalnya perkembangan televisi sangat tersendat-sendat, hal itu terjadi karena negaranegara
yang
saat
awal
televisi
diketemukan
dan
diupayakan
untuk
dikembangkan, sedang mengalami perpecahan yang menjadikan timbulnya perang dunia II, sehingga akibatnya penemuan-penemuan sistem televisi yang berkaitan dengan perkembangan teknologi militer, sangat tersendat bahkan terhenti. Karena itu kebangkitan televisi sangat dirasakan setelah tahun 1950, dimana teknologi pembuatan radar dan penggunaan pemancar berkekuatan tinggi seperti Very High Frekuency (VHF) dan Ultra High Frekuency (UHF), yang terjadinya dimonologi pihak militer, diizinkan untuk dikembangkan bagi kepentingan sipil. Very Hight Frekuency (VHF) dan Ultra High Frekuency (UHF) digunakan untuk mengembangkan sistem televisi dan pesawat penerimanya. Oleh Paul Nipkow, seorang insinyur Polandia sebelumnya telah mengadakan eksperimen
tentang
sistem
penyaluran
sinyal
gambar,
hanya
dengan
menggunakan satu foto sel dari satu kawat penghubung. Sistem ini dianggap lebih praktis, sehingga diadakan percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal televisi. Demikian halnya yang dilakukan oleh John Loggie Baird, yang dikenal sebagai penemu televisi modern yang pertama di dunia. Baird di depan anggotaanggota dari Institut Pengetahuan Nasional Inggris, mendemonstrasikan sebuah peralatan hasil penemuannya. Walaupun gambarnya masih kabur dan tidak jelas,
namun hasil penemuannya merupakan tonggak terpenting dalam perkembangan sejarah televisi. Menurut Sutisno (1993: 4) mulai menyebarkan televisi secara besarbesaran ke seluruh dunia. Meskipun demikian hingga tahun 1946 baru empat Negara yang mempunyai siaran televisi. Jumlah ini meningkat menjadi 18 negara pada tahun 1953. Jadi dapat dikatakan bahwa dari akhir tahun 1940-1950 merupakan massa keemasan televisi mulai siaran di bumi pertiwi Indonesia, pada tanggal 24 Agustus 1962. Meskipun saat awalnya hanya mempunyai jangkauan siaran terbatas serta jumlah pesawat penerima terbatas pula. Meskipun lambat tetapi pasti, perkembangan terus berjalan. Pemerintah Indonesia di samping mengembangkan secara kuantitatif jumlah stasiun penyiarannya, tidak dilupakan juga mengembangkan jaringan siarannya dan sampai saat ini telah dibangun lebih dari 300 stasiun pemancar dan penghubung ini dimaksudkan agar siaran televisi mampu menjangkau keseluruh wilayah nusantara. Perkembangan berjalan terus menerus akhirnya pertelevisian di Indonesia semakin marak, semula TVRI merupakan pilihan satu-satunya bagi khalayak penonton akan tetapi sekarang penonton sudah dihadapkan dengan beberapa stasiun
yang
muncul
sehingga
program-program
yang
disajikan
pun
beranekaragam sehingga perjalanan perkembangan media massa persaingannya semakin merajalela dan semakin tidak dapat dibendung. Akhirnya pemerintah mengeluarkan Undang-undang siaran Republik Indonesia No: 32 tahun 2002 pada pasal 3 ditegaskan bahwa (Darwanto, 2007: 88) penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkokoh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa,
mencerdaskan kehidupan angsa memajukan kesejahteraan umum, demokratis, adil dan sejahtera serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia (UU siaran, 2002, pasal: 3). Demikian sejarah awal munculnya media massa yang berupa televisi yang perkembangannya sempat terhenti akibat perang dunia II. namun pada tahun 1940-1950 merupakan masa keemasan televisi dan mulai siaran di bumi pertiwi Indonesia terjadi pada tanggal 24 agustus 1962. akan tetapi itu semua berkat para tokoh-tokoh seperti; Paul Nipkow dan John Loggie Baird. Mereka telah berjasa karana televisi bisa ada seperti sekarang ini. 3. Fungsi Media Massa (Televisi) Televisi sebagai salah satu media yang canggih dan televisi dinilai sebagai media massa yang efektif dan banyak menarik simpati kalangan masyarakat luas. Peranan media massa membantu mempercepat proses peralihan masyarakat tradisional. Menurut Onong Effendi (Mafri Amir, 1999:23) secara garis besar fungsi dari media massa ada 3 yaitu : a. Menyiarkan informasi (to inform) b. Mendidik (to educate) / media pendidikan c. Menghibur (to entertain) Peran media massa adalah sebagai media untuk menyampaikan informasi. Tujuan dari penyampaian informasi itu adalah dalam rangka memberikan pendidikan, memberikan hiburan dan dalam rangka pengaruh orang lain karena setiap orang melihat televisi akan merasakan sesuatu yang baru sebab media tersebut memberikan pada khalayak apa yang disebut dengan “simulated
experience” (Darwanto, 1994: 7).Maksudnya bahwa penonton televisi selalu mendapatkan bermacam-macam pengalaman yang baru. Sedangkan menurut seorang ahli komunikasi Harold D. Laswell. Melihat fungsi utama media massa ada 3 (Darwanto, 2007: 3) a. The surveillance of the environment. Artinya, media massa mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan, atau dalam bahasa sederhana, sebagai pemberi informasi tentang hal-hal yang berada di luar jangkauan penglihatan kepada masyarakat luas. b. The correlation of the parts of society in responding to the environment, artinya media massa berfungsi untuk melakukan seleksi, evaluasi dan interpretasi dari informasi. Maksudnya melakukan seleksi mengenai apa yang perlu dan pantas untuk disiarkan, yang memilih adalah pengelola media massa. c. The transmission of the social heritage from one generation to the next. Artinya, media massa sebagai sarana untuk menyampaikan nilai dan warisan sosial budaya dari satu generasi ke genarasi lain. Di samping ketiga fungsi utama seperti yang dikatakan oleh Laswell tersebut, Charles R. Wright, dalam bukunya Mass Comunication A Sociological Perspective, fungsi media massa dinyatakan sebagai berikut; “Communication acts primarily intended for amusement irrespective of any instrumental effects they might have” (Charles R. Wright, 1959: 38). Media massa mempunyai fungsi hiburan, justru karena fungsi hiburan inilah orang membaca surat kabar, mendengarkan radio dan menonton televisi.
Demikian pula Wilbur Schramm melihat fungsi media massa sebagai sarana promosi / iklan. (Wilbur Schramm, 1975: 34). Fungsi sebagai sarana promosi inilah yang menjadi gejala pada media massa yang semakin menonjol, bahkan menjadi dominan. Hal ini disebabkan media massa dapat mengambil keuntungan demi kelangsungan hidupnya, kecuali bagi media massa yang sepenuhnya ditunjang oleh pemerintah. 4. Dampak Positif Perkembangan teknologi komunikasi massa televisi, memberikan pengaruh-pengaruh terhadap manusia. Pengaruh tersebut bisa dalam bidang sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Kelemahan media massa (televisi) itu, komunikasinya hanya satu arah, sehingga khalayak penonton menjadi pasif, artinya penonton tidak bisa memberikan tanggapan-tanggapan secara langsung karena itu tidak mengherankan kalau ada beberapa pendapat yang mengatakan, televisi sebagai media massa yang mendorong orang untuk bermalas-malasan. Sebenarnya televisi juga dapat berpengaruh positif maupun negatif. Terjadinya pengaruh positif maupun negatif terhadap khalayak penonton, khususnya anak-anak atau remaja, bukan bersumber dari medianya, melainkan bagaimana memanfaatkan media tersebut. Dengan demikian peran orang tua sangat dominan terhadap adanya pengaruh positif maupun negatif terhadap anak. Hal tersebut diungkapkan oleh Patricia dalam buku Pengaruh Televisi Terhadap Pendidikan Anak (Darwanto, 2007: 121); Menonton televisi dapat menjadi suatu kegiatan pasif yang mematikan apabila orang tuanya tidak mengarahkan apa-apa yang boleh dilihat oleh anak-anak mereka dan sekaligus mengajar anak-anak itu untuk menonton secara kritis serta untuk belajar dari apa-apa yang mereka tonton.
Salah satu dampak negatif media massa yang lain adalah televisi memberikan pengaruh sosial yang besar terhadap masyarakat baik bagi anakanak maupun terhadap pemuda dan orang dewasa. Pengaruh ini dapat dilihat antara
lain
dalam
pecakapan-percakapan
dan
perbuatan
mereka
dan
menyebabkan berkurangnya minat mereka dalam membaca surat kabar atau majalah dan buku lainnya. Bahkan pengaruh itu juga dapat terlihat, bahwa televisi seolah-olah menggantikan bioskop. Akibatnya mereka menjadi jarang keluar rumah untuk menonton bioskop. Tetapi lebih betah tinggal di rumah menonton televisi (Hamalik,1980:134) Dengan teknologi televisi yang ada sekarang ini batas-batas negarapun tidak lagi merupakan hal yang sulit diterjang melainkan begitu mudah untuk diterobos, jadi teleivsi juga mempunyai dampak yang positif. Sedang menurut Mafri Amir (1999: 24) dampak positif yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsanya adalah sebagai berikut a. Dampak Kognitif (pengetahuan) Penonton televisi
merasa mendapatkan pengetahuan setelah
mendengar dan menonton, sehingga media massa dijadikan sebagai kebutuhan utama setiap hari. Maka sudah dapat dilihat bahwa komunikasi massa telah mempunyai pengaruhi secara kognitif. b. Dampak Afektif (perasaan) Media massa juga akan memberikan dampak afektif kepada khalayak. Dampak afektif ini lebih mengarah kepada perubahan sikap dan
perasaan, misal : seseorang yang sedang melihat acara televisi ada sebuah berita jatuhnya pesawat terbang yang mengakibatkan ratusan penumpang meninggalkan seketika maka perasaan sedih yang akan muncul. Demikian sebaliknya, orang akan merasa gembira ketika menonton peristiwa lucu di televisi. c. Dampak Behavioral (pada sikap perilaku) Dampak yang ditimbulkan dari behavioral adalah berubahnya perilaku bagi para penonton televisi. Misal: bila ada seseorang yang melihat penderitaan orang miskin, lalu tergerak untuk membantu mengurangi penderitaan orang miskin. Dari uraian di atas media televisi mempunyai dampak negatif juga berdampak positif. Akan tetapi lebih cenderung ke dampak negatif karena ketika seorang sudah dihadapkan dengan acara televisi dan dia menikmati acara tersebut dan tidak bisa mengomentari apa-apa sehingga menjadi pasif dan mendorong malas untuk melakukan aktivitas.
B. Kedisiplinan Belajar 1. Pengertian Kedisiplinan Belajar Dalam bukunya Elizabet B. Hulock (1989: 82) menurutnya konsep popular
dari disiplin adalah sama dengan “hukuman” berdasarkan konsep
tersebut disiplin digunakan hanya apabila anak melanggar peraturan dan perintah yang diberikan oleh orang tua, guru atau orang dewasa yang meiliki wewenang untuk mengatur kehidupan anaknya.
Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple”(artinya: murid) yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seseorang pemimpin. Dalam hal ini orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup sehingga mampu mencapai kebahagiaan yang diharapkan. Bahkan para ahli mengatakan bahwa dengan disiplin berbagai kebutuhan dengan sendirinya dapat dipenuhi jika seseorang telah membiasakan diri melakukan kegiatan dengan terencana, maka ia akan mulai disiplin atau sudah mulai teratur dengan sendirinya ia tinggal berlatih mematuhi rencana itu sendiri.
Dalam al-quran surat Mujadillah ayat 11
Ÿ@ ŠÏ% #sŒÎ)ur (öN ä3 s9 ª! $#Ëx |¡ øÿtƒ (#qßs |¡ øù$sù ħ Î=»yf yJ ø9$#† Îû(#qßs ¡ xÿs? öN ä3 s9 Ÿ@ ŠÏ% #sŒÎ)(#þqãZtB#uä tûïÏ%©!$#$pkš‰r'¯»tƒ
tb qè=yJ ÷ès? $yJ Î/ ª! $#ur 4;M »y_ u‘yŠ zO ù=Ïèø9$# (#qè?ré& tûïÏ%©!$#ur öN ä3 ZÏB (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# ª! $# Æì sùötƒ (#râ“à± S$sù (#râ“à± S$#
ÇÊÊÈ ×ŽÎ7yz
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan member kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S.Mujadillah: 11) Berdasarkan ayat di atas bahwasannya orang yang berilmu Allah akan mengakat derajatnya. Dengan demikian agar dapat memiliki ilmu salah satunya adalah dengan disiplin. Baik disiplin dalam belajar maupun disiplin dalam hal lainnya. Sebelum diuraikan lebih lanjut tentang disiplin belajar, terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian-pengertian disiplin dan belajar, menurut para ahli diantaranya: a. Menurut Oteng Sutisna (1983: 97) “Disiplin” mengandung banyak arti. Good’s Dictionary of Education menjelaskan “disiplin” sebagai berikut:
1) Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan, atau kepentingan demi suatu cita-cita atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif. 2) Pencarian suatu cara bertindak yang terpilih dengan gigih, aktif dan diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan. 3) Pengendalian perilaku dengan langsung dan otoriter melalui hukuman atau hadiah. 4) Pengekangan dorongan, sering melalui cara yang tidak enak, menyakitkan. b. Elizabeth B. Hurlock dalam Singgih D. Gunarsa, (1985: 81) mengatakan bahwa disiplin adalah sebagai dari suatu proses dari latihan atau belajar yang sangkut paut dengan pertumbuhan dan perkembangan. Dari batasan-batasan pengertian disiplin di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah keteraturan dan sikap tanggung jawab siswa untuk mematuhi segala peraturan yang telah ditentukan demi mencapai suatu cita-cita. Adapun pengertian belajar menurut beberapa ahli (Mustaqim, 2004: 33) adalah:
a. Menurut Lyle E. Boune, JR., Bruce R: “Learning as a relatif permanent change in behavior traceable to experience and practice” (Belajar adalah perubahan tingkat laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan).
b. Menurut Clifford T. Morgan “Learning is any reltatively permanent change in behavior that is a result of past experience” (Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu). c. Menurut Guilford “Learning is any change in behavior resulting from stimulation” (Belajar adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari rangsangan). Batasan-batasan belajar di atas secara umum di atas secara umum bisa disimpulkan; belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman. Menurut Muhamad Isa (1992: 274) Rasulullah bersabda :
(ﻣَﻦْ ﺧَﺮَج َﻓِﻰ ﻃَﻠَﺐِ اﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻓَﮭُﻮَ ﻓِﻰ ﺳَﺒِﯿْﻞِ اﷲِ ﺣَﺘﱠﻰ ﯾَﺮْﺟِﻊَ )رواه اﻟﺘﺮﻣﯿﺬى Artinya : “Barang siapa keluar (dari rumahnya) untuk mencari ilmu, maka dia dalam jihad di jalan Allah sehingga ia kembali (HR. Tirmidzi). Berdasarkan hadits di atas bahwasannya orang yang mencari ilmu termasuk jihad di jalan Allah dan dengan belajar sungguh-sungguh seseorang akan mendapatkan ilmu atau pengetahuan. Dengan begitu kedisiplinan belajar adalah ketekunan yang dilakukan oleh siswa baik dalam hal belajar maupun yang berkaitan dengan kewajiban
sebagai siswa yang menimbulkan perubahan. Dalam hal ini kedisiplinan belajar baik di sekolah maupun di rumah. Munculnya sikap disiplin bukan peristiwa yang mendadak yang terjadi seketika. Kedisiplinan belajar seorang siswa dapat tumbuh apabila dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit dan muncul karena kesadaran disebabkan faktor seseorang dengan sadar bahwa hanya dengan disiplinlah didapatkan keberhasilan dan keteraturan dalam kehidupan, dengan disiplinlah orang lain mengaguminya dan sebagainya. 2. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Belajar Tujuan utama seseorang belajar adalah ingin meraih keberhasilan dengan keberhasilan belajar akan dicapai apabila anak berdisiplin dalam belajar. Penulis akan menguraikan bentuk-bentuk siswa yang disiplin berdasarkan konteks pendapat dari Djamarah (2002:40) Belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu : a. Disiplin belajar di sekolah Ketika anak mengikuti proses belajar mengajar yang sedang berlangsung di dalam kelas maka akan tampak pada mereka yang memiliki sikap disiplin. Anak yang disiplin akan berusaha mengikuti proses belajar mengajar dengan serius. Karena mereka sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang siswa. Kedisiplinan berawal dari kebiasaan dan latihan. Dengan adanya kebiasaan yang baik, ternyata akan memberikan hasil yang baik dan memuaskan dalam hal belajar. Berikut ini bentuk kedisiplinan anak di sekolah : 1) Masuk kelas tepat waktu Sebagai siswa yang disiplin, ia akan berusaha masuk kelas tepat waktu yaitu sebelum tanda masuk berbunyi, dengan begitu siswa dapat
mempersiapkan diri mengikuti pelajaran sebelum guru masuk kelas dengan keadaan tenang (Djamarah, 2002: 97) 2) Mendengarkan dan memperhatikan keterangan guru Siswa yang memiliki kedisiplinan belajar akan berusaha selalu mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru. Karena dengan memperhatikan maka materi yang disampaikan guru dapat dimengerti dengan baik dan mencatat hal-hal yang sekiranya belum paham. (Djamarah, 2002: 98) 3) Bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas Apa yang guru jelaskan belum tentu semua dapat dimengerti siswa harus sadar akan pentingnya pemahaman suatu pengetahuan yang sempurna, maka sebagai langkah yang tepat dia tidak segan untuk bertanya kepada guru untuk minta keterangan yang lebih jelas dari materi penjelasan (Djamarah, 2002: 103) 4) Mengerjakan tugas dari guru Dalam proses belajar siswa tidak hanya bersikap pasif sebagai pendengar saja, tetapi siswa juga dituntut untuk aktif belajar mandiri dan senantiasa mengerjakan tugas tepat waktu (Djamarah, 2002: 90) 5) Menggunakan waktu luang selain istirahat untuk membaca Siswa yang memiliki disiplin begitu tidak akan menyia-yiakan waktu berlalu begitu saja. Apabila ada waktu luang maka akan dimanfaatkan
untuk
menambah
perpustakaan (Djamarah, 2002: 36)
wawasan
dengan
membaca
di
b. Disiplin di rumah 1) Mengatur waktu belajar Anak yang disiplin belajar akan sangat menghargai waktu. Dia konsisten terhadap waktu belajar yang telah dibuat sendiri. Karena itu dia akan merasa rugi apabila sampai menyia-nyiakan waktu belajarnya (Djamarah, 2002: 41) 2) Mengerjakan tugas dari bapak dan ibu guru Dalam hal ini yang dimaksud adalah pekerjaan rumah atau tugas lainnya yang harus dikerjakan di luar sekolah. Siswa yang disiplin tidak akan melupakan tugas yang harus dikerjakan dan tidak suka menundanunda (Djamarah, 2002: 90)
3) Mengulangi bahan pelajaran Mengulangi bahan pelajaran bisa dilakukan sepulang sekolah atau setelah istirahat. Karena pelajaran yang baru saja disampaikan guru di sekolah belum tentu langsung memahami semua tanpa ada pengulangan (Djamarah, 2002: 42) 4) Membaca buku lain yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah Anak yang disiplin tidak akan puas dengan apa yang didapatkan dari guru. Anak akan menggali pengetahuan lagi dengan membaca buku lain yang berhubungan dengan pelajaran (Djamarah, 2002: 46) 5) Membentuk kelompok belajar Cara yang baik untuk menunjang keberhasilan studi di sekolah adalah membentuk kelompok belajar karena dengan belajar kelompok segala permasalahan yang ada dapat terpecahkan (Djamarah, 2002: 105) 6) Membuat ringkasan dan melengkapi kembali catatan pelajaran Siswa yang disiplin, setelah sampai di rumah akan melengkapi dan meringkas kembali catatan yang baik. Karena akan memudahkan untuk mempelajarinya (Djamarah, 2002: 81) 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar Sudah kita pahami bahwa belajar merupakan proses yang menimbulkan perubahan atau pembaharuan baik dalam tingkah laku maupun kecakapan. Berhasil atau tidaknya proses belajar yang dilakukan tergantung kepada faktorfaktor yang dapat mempengaruhinya.
Pada dasarnya faktor yang dapat mempengaruhi belajar itu banyak macamnya. Menurut Sumadi Suryabrata (2011:233) dikelompokkan menjadi dua: a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajaran dan digolongkan menjadi dua yaitu : 1) Faktor sosial 2) Faktor non sosial b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu : 1) Faktor-faktor fisiologis 2) Faktor-faktor psikologis
a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar 1) Faktor Sosial Yang dimaksud dengan faktor sosial adalah faktor manusia (sesama manusia) baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran seseorang bisa mengganggu kelangusngan belajar, nyanyian yang sedang dihidangkan lewat radio atau tape juga dapat mempengaruhi belajar. Karena hal tersebut dapat mengganggu konsetrasi. Sedangkan belajar memerlukan konsentrasi. Faktor-faktor tersebut harus dapat dihindari, supaya belajar dapat berlangsung dengan efektif. 2) Faktor Non Sosial Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, seperti misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu
(pagi, siang, atau malam), tempat (letak, gedung), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis menulis, buku-buku,media dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran). Faktor-faktor yang sudah disebutkan di atas harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menguntungkan prose belajar. b. Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar 1) Faktor-faktor Fisiologis a) Keadaan tonus jasmani pada umumnya Keadaan jasmani mempengaruhi semangat tidaknya aktivitas belajar. Kondisi tubuh yang sehat, berbeda dengan kondisi badan yang kurang sehat. Karena kondisi badan yang kurang sehat menyebabkan badan lemah sehingga belajar menjadi malas. b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi panca indera Panca indera merupakan pintu gerbang masuknya pengaruh ke dalam individu. Dalam dunia pendidikan panca indera yang paling berperan adalah mata dan telinga. Karena itu mata dan telinga harus dijaga dengan baik. 2) Faktor-faktor Psikologis Yang dimaksud faktor psikologis di sini adalah hal yang mendorong aktivitas belajar. Menurut Ardeh N. Fandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagainya berikut : a) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
b) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju c) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman. d) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi. e) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. f) Adanya ganjaran atau hukuman sebgai akhir daripada belajar. Ada apa yang disebutkan di atas adalah sekedar keinginan yang mendorong ke arah aktivitas belajar. Sedangkan pendorong yang paling kuat adalah cita-cita. Berdasarkan teori perkembangan ekologi dari Urie Bronfenbenner (http://utak-atik-psikologi.blogspot.com/2012/03/teori-sistem-ekologi-urie.html). Teori ekologi memfokuskan faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa dapat dikategorikan menjadi 5 : 1. Mikrosistem Mikrosistem adalah setting dimana individu hidup dan individu banyak menghabiskan waktu beberapa konteks dalam system ini juga berpengaruh dalam kedisiplinan belajar siswa antara lain adalah keluarga, teman sebaya, sekolah, tetangga dan media. Dalam mikrosistem inilah individu berinteraksi dengan agen sosial secara langsung (keluarga, teman sebaya, guru, media). Menurut Bronfenbenner, dalam setting ini individu yang berinteraksi secara timbal balik dengan orang lain.
2. Mesosistem Mesosistem adalah hubungan antara beberapa mikrosistem atau hubungan antara beberapa konteks. Contohnya: hubungan antara pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah, pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan, pengalaman keluarga dengan pengalaman teman sebaya. 3. Eksosistem Ekosistem dalam teori ekologi Bronfenbenner dilibatkan ketika pengalaman-pengalaman dalam setting sosial lain, dimana individu tidak memiliki peran aktif, mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks yang dekat. Misalnya: pemerintah kota yang bertanggung jawab fasilitas perpustakaan bagi anak-anak dan remaja. Keputusan mereka bisa membantu perkembangan individu secara tidak langsung dan membuat anak gemar membaca. 4. Makrosistem Makrosistem
meliputi
kebudayaan
dimana
individu
hidup
kebudayaan mengacu pada pola perilaku, keyakinan, dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang diteruskan dari generasi ke generasi. 5. Kronosistem Kronosistem
meliputi
pemulaan
peristiwa-peristiwa
sepajang
rangkaian kehidupan dan keadaan sosiohistoris dari perkembangaan individu misalnya : dalam mempelajari dampak perceraian terhadap anak-anak, para peneliti menemukan bahwa dampak negatif sering memuncak pada tahun pertama setelah perceraian dan bahwa dampaknya lebih negatif bagi anak
laki-laki daripada anak perempuan. Dua tahun setelah perceraian interaksi dalam keluarga tidak begitu kacau dan lebih stabil. Dengan demikian, televisi merupakan salah satu agen dalam mikrosistem dalam masa perkembangan remaja sekarang ini, di masa sekarang ini hampir setiap rumah sudah memiliki televisi akibatnya, televisi mempengaruhi para remaja dalam pengisian waktu luang remaja.
C. Hubungan Antara Intensitas Menonton Televisi dengan Kedisiplinan Belajar Siswa Menurut Deddy Mulyana (2001: 142),siswa yang sering menonton televisi, kegiatan belajarnya menurun dan kegiatan membaca buku. Selain itu terlalu banyak menonton televisi dapat menghambat imajinasi, kreativitas, dan sosialibilitas siswa. Sedangkan penelitian yang dilakukan fakultas psikologi universitas Indonesia mengatakan: bahwa menonton televisi rasionalitas tidak berkembang dan anak-anak sekolah menjadi mundur dalam pelajaran, karena waktu malamnya dihabiskan untuk menonton televisi, bukan untuk belajar. Keadaan sekarang mungkin lebih buruk lagi, karena dengan perkembangan zaman yang semakin maju alat teknologi pun ikut berkembang. Sekarang televisi luar pun sudah masuk ke Indonesia dan kualitas filmnya pun mengandung unsur-unsur budaya yang bisa merusak moral bangsa (Mulyana, 2001: 142) Pada dasarnya televisi memberikan pengaruh yang negatif karena orang yang berlebihan dalam menonton tayangan telvisi bisa menghambat dan menumpulkan gairah anak untuk belajar maupun mengerjakan tugas dari guru, dan membaca buku.
Dari segi waktu saja, jelas terlihat bahwa waktu yang tadinya harus digunakan membaca buku maupun untuk belajar, malah digunakan untuk menonton televisi. Televisi lebih banyak menimbulkan pengaruh negatif daripada positif. Beberapa penelitian mengatakan bahwa menonton televisi secara berlebihan menimbulkan minat baca kurang atau prestasi belajar rendah. Ketika seseorang sudah dihadapkan dengan acara yang menarik, dia enggan untuk melakukan aktivitas apapun karena takut akan tertinggal dan menurutnya tidak seru kalau tidak mengikuti acara sampai selesai. Orang yang sudah mempunyai kebiasaan menonton televisi setiap hari apalagi sampai berjam-jam dapat mengakibatkan semangat untuk belajar berkurang dan sering tidak belajar. Akibatnya kedisiplinan dalam hal belajar kurang. Maka dari itu perlu ada orang lain untuk mengarahkan agar hal tersebut tidak terjadi seperti: guru maupun orang tua, peran orang tua sangat dominan sekali untuk mengarahkan atau mengontrol anaknya pada saat menonton televisi dan orang tua harus bersikap demokratis demi kebaikan anaknya dan masa depannya. Tetapi pada kenyataannya ketika anak sudah menginjak usia remaja dan menduduki masa sekolah menengah atas atau SMA sederajat. Peran orang tua sudah mulai berkurang pada anak usia remaja sehingga anak menonton acara televisi lebih kuat karena orang tua tidak mungkin menyuruh secara terus menerus untuk belajar maupun mengerjakan tugas dan orang tua sudah memberikan kepercayaan dan tanggung jawab pada anaknya tapi belum sepenuhnya. Menurut penelitian Fatah (2006: 40) yang berjudul: “Pengaruh Menonton Televisi Terhadap Kedisiplinan Menjalankan Ibadah Shalat Siswa Kelas II SMP Muhammadiyah Salatiga”. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa seringnya
menonton televisi mengurangi kedisiplinan dalam hal shalat menjadi rendah atau berkurang.sholat yang menjadi kewajiban setiap hari berani meninggalkan apalagi cuma belajar. Demikian besarnya pengaruh negatif dari menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar baik di rumah maupun di sekolah. Oleh karena itu jangan berlebih-lebihan dalam menonton televisi sewajarnya saja dan kita harus menyadari menonton televisi berjam-jam setiap harinya, hanya perbuatan yang sia-sia karena aktivitas lainnya pun akan terganggu seperti: belajar mengulang pelajaran maupun mengerjakan tugas sekolah, belajar mengaji, membantu orang tua dan lainnya.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Subyek Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya MAN Tengaran Kabupaten Semarang Ide mendirikan lembaga pendidikan Islam dengan nama PGAP NU pada tahun 1967 oleh Bapak Muh Amin (Sekarang Ketua Yayasan ASWAJA Tengaran), berjalan 3 tahun ajaran telah menamatkan siswa angkatan pertama, dengan berjalannya waktu langsung membuka PGAA dengan nama PGAA NU, tepatnya pada tahun 1970. Dengan perkembangan status pendidikan pada tahun 1978 alih status dari PGAP NU menjadi MTs NU (Sekarang MTs ASWAJA) PGAA NU menjadi MA NU. Tahun 1979 terdaftar pada Kanwil Depag Prov Jateng dengan Program Nomor : Lk3c/Pgm.MA/1979, tanggal 13 Nopember 1979. Pada tahun 1984 menjadi filial MAN Suruh Kabupaten Semarang dengan Surat Keputusan Kanwil Depag Prov Jateng Nomor : Wk/3.d/1835/1984, tanggal 29 September 1984. Tahun 1997 perubahan status dari Filial MAN Suruh Kabupaten Semarang menjadi Madrasah Aliyah Negeri Tengaran Kabupaten Semarang dengan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 107 Tanggal 17 Maret 1997.
Pendiri
a. Bapak K. Muh. Amin Alm. b. Bapak KH Kamil Yasin c. Bapak Gito Sumarno Alm. d. Bapak H. Ghufron e. Bapak Merun f.
Bapak Dawam Badrudin Alm.
g. Bapak Mundiri Alm.
Kepala Madrasah (Swasta) a. Dawam Badrudin Alm. b. Bapak H. Ghufron c. Bapak KH. Kamil Yasin d. Bapak K. Muh. Amin (Filias MAN Suruh)
Kepala Madrasah Aliyah Negeri a. Bapak Drs. Suharto, M.Ag b. Bapak Drs. Qosim c. Bapak Drs. Rifan M.Ag d. Bapak Drs. H. Mudlofir, MM e. Bapak Drs. Mahsun Alwa’id, M.Ag
2. Keadaan Sarana dan Prasarana Untuk lebih menunjang proses belajar mengejar, serta penyelenggaraan administrasi di MAN Tengaran maka diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Dalam masalah sarana dan prasarana akan penulis uraikan sebagai berikut a. Bangunan MAN Tengaran Untuk memudahkan proses belajar mengajar dibutuhkan ruang kelas yang memadai, berikut keadaan gedung MAN Tengaran. Tabel 1 Keadaan Bangunan MAN Tengaran Tahun 2012 No
Jenis Bangunan
Jumlah Ruang
Keterangan
1
Ruang kepala sekolah
1
Baik
2
Ruang Guru
1
Baik
3
Kantor TU
1
Baik
4
Laboratorium Komputer
1
Baik
5
Laboraturoium Bahasa
1
Baik
6
Laboratorium IPA
1
Baik
7
Ruang Kelas
11
Baik
8
Ruang Perpustakaan
1
Baik
9
Mushola
1
Baik
10
Lapangan Olahraga
1
Baik
b. Perlengkapan Sekolah Perlengkapan sekolah yang lain yang dimiliki oleh MAN Tengaran untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Sarana Pendidikan MAN Tengaran Tahun 2012 No
Jenis Barang
Jumlah
1
Bangku
346 buah
2
Kursi
673 buah
3
Almari
25 buah
4
Mesin ketik
2 buah
5
Komputer
4 buah
6
Laptop
1 buah
7
LCD
1 buah
8
Buku perpustakaan
9
Peralatan laboratorium
3. Keadaan Guru dan Karyawan
10.071 buah 5 buah
a. Keadaan Guru Menyadari sangat pentingnya tenaga pendidik dalam keberhasilan proses belajar mengajar, lembaga pendidikan ini benar-benar memperhatikan mutu guru. Ini dibuktikan dengan tenaga guru yang mengajar di lembaga pendidikan ini hamper semua sarjana pendidikan. Jumlah tenaga pengajar selurunya ada 32 orang. Untuk lebih jelasnya dapt dilihat pada tabel 3 ( terlampir ) b. Keadaan Karyawan Jumlah seluruh karyawan ada 10 orang, 5 orang adalah pegawai tidak tetap sedangkan 5 orang lainnya status PNS untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4 Keadaan karyawan MAN Tengaran Tahun 2012 No
Nama
Status
Jabatan
1
Tanwir, SH, M.PdI
PNS
Analisis perencanaan
2
Karomi, SE
PNS
SABN
3
Mustaghfiroh, SH
PNS
Bendahara Dipa
4
Dra. Erwina M.
PNS
Administrasi siswa
5
Mardiyah, S.Ag
PTT
Bendahara komite madrasah
6
Abdul Hakim, Amd
PTT
Administrasi perpustakaan
7
Samsul Bahri
8
PTT
Slamet Mudi
Tiker dan penjaga malam
PTT
Penjaga malam dan petugas kebersihan Petugas kebersihan dan Cleaning
9
Muawanah
PTT service
10
Mutmainah, SE
PNS
UP / PDG
4. Keadaan Siswa Jumlah siswa MAN Tengaran secara keseluruhan adalah 314 sisswa yang terbagi menjadi sebelas kelas meliputi kelas X menjadi empat kelas dengan 117 siswa, kelas XI sudah mulai penjurusan terbagi menjadi empat kelas dengan jumlah 107 siswa dan kelas XII terbagi menjadi tiga kelas dengan jumlah 90 siswa. Adapun perinciannya sebagai berikut : Tabel 5 Jumlah Siswa MAN Tengaran Tahun Pelajaran 2012 Tingkat
Jumlah Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
X
4
48
71
119
XI
4
41
66
107
XII
3
29
61
90
Jumlah
118
196
314
5. Struktur Organisasi Untuk kelancaran dan memudahkan dalam mengelola administrasi sekolah, disusun atau diterapkan struktur organisasi sekolah di MAN Tengaran struktur organisasinya tidak berdoa dengan struktur organisasi sekolah-sekolah pada umumnya.
Adapun strukutur organisasinya sebagai berikut : Majelis MAN
Kepala Madrasah
Kepala Tata Usaha
Waka
Waka
Waka
Waka
Kurikulum
Sarana Prasarana
Humas
Kesiswaan
Pengajaran
Ekstra Kurikuler
Multimedia
Koperasi
Kepala
Kepala
Kepala
Lab. IPA
Lap. Komputer
Perpus
Pembina Osis & Kepramukaan
UKS
Koordinator BP
Bendahara Dipa
Wali Kelas
PDG & UP
Bendahara Komite
SAI & Arsip PARIS
Guru Mata Pelajaran
Administrasi Siswa
Administrasi SABMN
Siswa & Wali
B. Data Tentang Intensitas Menonton Televisi dengan Kedisiplinan Belajar Siswa di MAN Tengaran Tahun 2012 Untuk mengetahui secara kuantitas tentang intensitas menonton televisi dan kedisiplinan belajar siswa kelas X MAN Tengaran, peneliti telah mengadakan survey secara langsung dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada responden pada tanggal 29 Mei 2012. Agar lebih jelas penulis memasukkan data responden ke dalam tabel baik data intensitas menonton televisi maupun data kedisiplinan belajar siswa. Adapun tabel-tabelnya sebagai berikut: 1. Data tentang jawaban angket intensitas menonton televisi Adapun hasil penyebaran angket dapat dilihat pada tabel 6 (terlampir)) 2. Data tentang jawaban angket kedisiplinan belajar siswa Adapun hasil penyebaran angket kedisiplinan belajar pada siswa dapat dilihat pada tabel 7 (terlampir) 3. Data nama responden Adapun responden yang penulis ambil sebagai penelitian dapat dilihat pada tabel 8 (terlampir)
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Setelah data terkumpul maka langkah berikutnya adalah membuktikan ada tidaknya pengaruh intensitas menonton televisi dengan kedisiplinan belajar siswa MAN Tengaran melalui analisis data. A. Laporan Data Analisis Intensitas Menonton Televisi Dalam analisis ini dideskripsikan tentang tingkat intensitas menonton televisi yang datanya diperoleh dari responden dengan 8 pertanyaan. Dengan empat item jawaban yang bersekor masing-masing 4,3,2,1. total item atau persabjek dikategorikan sebagai berikut: dalam bentuk pedoman a. Intensitas tinggi b. Intensitas sedang c. Intensitas rendah 1.Intensitas Menonton Televisi Siswa Kelas X MAN Tengaran
Untuk mengetahui tingkat intensitas menonton televisi MAN Tengaran pada kategori: tinggi, sedang dan rendah ditempuh dengan mencari interval nilai dengan rumus sebagai berikut: I=
=
R +1 3 ( Nt - N 2) + 1 3
=
(32 - 25) + 1 8 = = 2,7 3 3
a. Intensitas tinggi
: 31 - 32
b. Intensitas sedang
: 28 - 30
c. Intensitas rendah
: 25 - 27
Sebelumnya dikonsultasikan dengan tabel 10(terlampir). kemudian dicari prosentase frekuensi intensitas menononton televisi, hal ini menggunakan rumus prosentase sebagai berikut :
P=
F x100% N
a. Untuk mengetahui intensitas menonton televisi
nggi antara skor 31 -32
adalah 33 responden. P=
33 x100% = 60% 55
b. Untuk mengetahui intensitas menonton televisi sedang antara skor 28 – 30 adalah 20 responden. P=
20 x100% = 36,36% % 55
tuk mengetahui intensitas menonton televisi rendah antara skor 25 – 27 adalah 2 responden.
P=
2 x100% = 3,64% 55
Untuk mengetahui nominasi menonton televisi siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9 NOMINASI INTENSITAS MENONTON TELEVISI DAPAT SISWA KELAS X MAN TENGARAN TAHUN 2012 No
Nominasi
Jumlah
%
1
Intensitas tinggi
33
60
2
Intensitas sedang
20
36,36
3
Intensitas rendah
2
3,64
Jumlah
55
100
Dari hasil tersebut bahwa tingkat intensitas menonton televisi tinggi adalah 60% dengan jumlah 33 orang sedangkan intensitas sedang dengan jumlah 22 orang dengan prosentase 36,36% dan intensitas rendah 2 orang dengan prosentase 3,64%. B. Laporan Data Analisis Kedisiplinan Belajar Siswa Dalam analisis ini dideskripsikan ngkat kedisiplinan belajar siswa dengan 10 item pertanyaan. dengan empat item jawaban yaitu selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah. yang bersekor masing-masing 4, 3, 2, 1. total item atau persabjek akan dikategorikan sebagai berikut: dalam bentuk pedoman a. Kedisiplinan tinggi b. Kedisiplinan sedang c. Kedisiplinan rendah
1. Kedisiplinan belajar siswa kelas X MAN Tengaran
Untuk mengetahui kedisiplinan belajar siswa MAN pada kategori:
Tengaran
tinggi, sedang dan rendah ditempuh dengan mencari
interval nilai dengan rumus sebagai berikut: I=
R +1 3
=
( Nt - N 2) + 1 3
=
(40 - 24) + 1 = 5,7 3
a) kedisiplinan tinggi
: 36 - 40
b) kedisiplinan sedang
: 30 - 35
c) kedisiplinan rendah
: 24 - 29
Sebelumnya dikonsultasikan pada tabel 13(terlampir). kemudian dicari
prosentasenya
frekuensi
kedisiplinan
menggunakan rumus prosentase sebagai berikut :
P=
F x100% N
belajar
siswa hal
ini
a. Untuk mengetahui kedisiplinan belajar siswa
nggi antara skor 36 – 40
= 17 responden. P=
17 x100% = 30,91% 55
b. Untuk mengetahui kedisiplinan belajar siswa sedang antara skor 30 – 35 = 11 responden. P=
11 x100% = 20% 55
c. Untuk mengetahui kedisiplinan belajar siswa rendah antara skor 24 – 29 = 27 responden. P=
27 x100% = 49,09 55 Untuk mengetahui nominasi kedisiplinan belajar siswa dapat dilihat
pada tabel berikut : Tabel 11 NOMINASI KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS X MAN TENGARAN TAHUN 2012
No 1
Nominasi Kedisiplinan tinngi
Frekwensi
%
17
30,91
2
Kedisiplinan sedang
11
20
3
Kedisiplinan rendah
27
49,09
55
100
Jumlah
Dari hasil tersebut bahwa tingkat kedisiplinan belajar siswa tinggi adalah 30,91% dengan jumlah 17 orang dan kedisiplinan belajar sedang 11 orang dengan prosentase 20% dan kedisiplinan belajar rendah 27 orang dengan 49,09%.
C. Analisa Hipotesis
1. Hubungan intensitas menonton televisi dengan kedisiplinan belajar siswa Analisa lanjutan terhadap data yang terkumpul dari nilai variabel intensitas menonton televisi dengan variabel kedisiplinan belajar siswa
untuk mencari
korelasi megunakan rumus product moment dengan angka kasar sebagai berikut :
rxy =
å XY -
ì ï íå ï î
(å X ) ( å Y )
N ì (å X ) ü ( Y)2 ü ïï ï 2 2 å X ýíå Y ý N ï N ï þï î þ 2
Analisis ini untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara nilai angket intensitas menonton televisi dengan kedisiplinan belajar siswa. Nilai kedua variabel tersebut selanjutnya diberi simbol X dan Y untuk variabel intensitas menonton televisi, peneliti memberi nama variabel X (variabel pengaruh) dan kedisiplinan belajar siswa peneliti memberi nama variabel Y. Selanjutnya kedua variabel tersebut didistribusikan ke dalam tabel koefisien korelasi yang fungsinya untuk mengetahui frekuensi dan perkalian antara nilai-nilai variabel X dan nilai-nilai variabel Y agar memudahkan dalam memasukkan ke rumus korelasi product moment dengan skor angka kasar. Tabel. 12 (terlampir) Diketahui : åX
= 1686
åX2
= 51820
åXY
= 54012
åY
= 1758
åY2
= 57698
N
= 55
Kemudian dirumuskan :
rxy =
å XY -
ì ï íå ï î
(å X ) (å Y )
N (å X ) ü ( Y )2 ü ïì ï ï 2 2 å X ýíå Y ý N ï N ï þï î þ 2
(1686)(1758) 55 rxy = ì (1686) 2 üì (1758) 2 ü í51820 ýí57698 ý 55 þî 55 þ î 54012 -
rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
54012 - 53890,691
{51820 - 51683,564}{57698 - 56192,073} 121,309 (136,436)(1505,927)
121,309 205462,656
121,309 = 0,268 453,279 Sebagai langkah terakhir dalam menganalisis data dari penelitian ini adalah
menguji hipotesis yang diajukan pada Bab I. Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah ada korelasi negatif antara intensitas menonton televisi dengan kedisiplinan belajar siswa, di mana semakin tinggi intensitas menonton televisi, maka semakin rendah kedisiplinan belajar. Sebaliknya semakin rendah menonton televisi, semakin tinggi kedisiplinan dalam belajar.
Untuk membuktikan pernyataan hipotesis tersebut dapat dibuktikan dan dilihat secara langsung melalui penerapan rumus statistik, yaitu korelasi product moment yang telah penulis uraikan di atas. Dengan demikian koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y adalah sebesar = 0,268 sesuai dengan jumlah responden yaitu 55 siswa maka dapat dilihat dalam tabel nilai-nilai r product moment adalah sebagai berikut : Pada taraf signifikan 5% = 0.266 Sehingga dapat dibandingkan berdasarkan tabel tersebut nilai-nilai yang diperoleh ialah 0,268 > 0,266 Berdasarkan pembuktian dengan korelasi product moment pada taraf signifikan 5% diperoleh hasil signifikan. Akan tetapi hipotesis yang diajukan ditolak.
D. Pembahasan 1. Intensitas menonton televisi siswa MAN Tengaran kelas X Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat diketahui bahwa kategori variabel intensitas menonton televisi siswa MAN Tengaran kelas X tahun 2012 adalah: intensitas
nggi (60%) terletak pada interval 31-32 dengan responden
sejumlah 33 orang, sedangkan intensitas sedang (36,36% terletak pada interval 28 – 30 dengan responden 20 orang dan intensitas rendah (3,64%) terlatak pada interval 25 – 27 dengan responden sejumlah 2 orang.
Dari uraian di atas demikian tentang presentase masing-masing kategori terlihat bahwa mayoritas responden berada dalam kategori intensitas tinggi yakni sebanyak 33 responden (60%) terletak pada interval 31-32. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Intensitas menonton televisi siswa MAN Tengaran kelas X berada dalam kategori intensitas
tinggi. Meskipun
intensitas menonton televisi tinggi. Tetapi hal ini tidak mengurangi kedisiplinan para siswa. Kemungkinan kondisi ini disebabkan karena mereka dapat menyesuaikan kapan waktu belajar , dan kapan waktu menonton televisi. Kemungkinan berikutnya, kegiatan belajar dapat dilakukan sambil menonton televisi pada beberapa siswa dijumpai bahwa kegiatan belajar lebih nyaman sambil menonton televisi. 2. Kedisiplinan belajar siswa MAN Tengaran kelas X Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat diketahui bahwa kategori variabel kedisiplinan belajar siswa MAN Tengaran kelas X tahun 2012 adalah: kedisiplinan
nggi (30,91%) terletak pada interval 36-40 dengan responden
sejumlah 17 orang, kedisiplinan sedang (20%) terletak pada interval 30-35 dengan jumlah responden 11 orang, kedisiplinan rendah (49,09%) terletak pada interval 24-29 dengan jumlah responden 27. Dari uraian di atas tentang presentase masing-masing kategori terlihat bahwa mayoritas responden berada dalam kategori rendah yakni sebanyak 27 responden (49,09%)
terletak pada interval 24-29. Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa kedisiplinan belajar siswa MAN Tengaran kelas X tahun 2012 berada dalam kategori kedisiplinan rendah. Menurut penulis, hal ini
mengindikasikan bahwa ada kemungkinan waktu luang siswa yang belum digunakan untuk belajar. Waktu ini mungkin diisi dengan aktivitas menonton televisi, sehinggasecara umum kedisiplinan belajar sudah pada level sedang dan bisa dikategorikan bahwa kedisiplinan belajar siswa rendah. Berdasarkan teori ekologi dari Urie Bronfenbenner (http://utak-atikpsikologi.blogspot.com/2012/03/teori-sistem-ekologi-urie.html). memfokuskan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
belajar
Teori siswa
ini dapat
dikategorikan menjadi lima yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem. Berdasarkan teori tersebut faktor yang paling dominan berpengaruh pada siswa adalah mikrosistem karena mikrosistem ini siswa berinteraksi dengan agen sosial secara langsung yang meliputi: keluarga, teman sebaya, guru dan media. 3. Hasil uji hipotesis Telah ditentukan sebelumnya bahwa nilai koefisien korelasi (rxy) hasil perhitungan akan dikonsultasikan dengan r
tabel.
Jika rxy > r
tabel,
berarti hasil
perhitungan korelasi antara variabel X dan Y positif, yaitu ada korelasi yang signifikan antara intensitas menonton Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan tidak diterima atau ditolak dari analisis korelasi diketahui sebagai berikut:
a. rxy : 0,268
b. Nilai r product moment pada tabel dengan responden sejumlah 55 orang dan taraf signifikansi 5% adalah 0,266 sedangkan hasil perhitungan rxy lebih besar yaitu 0,268 Penulis kemudian mengkonsultasikan nilai rxy dengan nilai r pada tabel. Dari hasil konsultasi tersebut terlihat bahwa r signifikansi 5% dari r
tabel
hitung
untuk taraf
maka dari itu hipotesis yang berbunyi “ Ada
korelasi negatif antara intensitas menonton televisi dengan kedisiplinan belajar siswa, dimana semakin tinggi intensitas menonton televisi,maka semakin rendah kedisiplinan belajar. Sebaliknya semakin rendah intensitas menonton televisi, semakin tinggi kedisiplinan belajar. Hipotesis tersebut tidak dapat diterima atau ditolak. Berdasarkan temuan di atas bahwa angka koefisien korelasi sebesar 0,268 signifikan pada taraf 5%. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif dan signifikan antara intensitas menonton televisi dengan kedisiplinan belajar siswa. Dalam arti semangkin tinggi intensitas menonton televisi semangkin tinggi kedisiplinan belajar siswa Menurut penulis ini disebabkan karena jumlah siswa yang diteliti lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu 33 sedangkan siswa lakilaki berjumlah
22. Menurut peneliti, siswa
perempuan itu lebih
cenderung suka menghabiskan waktu luang di rumah dari pada bermain keluar rumah. Sebagian besar siswa nampaknya mengisi waktu luang dengan menonton televisi.
Menurut Supardi dan Aqila Smart (2010: 70) mengatakan bahwa setiap siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. siswa yang memiliki gaya belajar visual biasanya harus dengan melihat suara lainnya yang dapat memudahkan siswa didalam belajar. Adapula siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditori hal ini tampak didalam belajar ia sambil mendengarkan musik atau lain sebagainya. gaya belajar siswa dapat berkombinasi antara visual dengan auditoria atau dengan kinestetik tergantung pola asuh orang tua sejak kecil. Menurut peneliti gaya belajar siswa MAN Tengaran masuk ke visual ada juga yang auditori mereka belajar sambil menonton televisi atau sambil mendengarkan musik. Dengan demikian ketika anak sudah mengenali gaya belajarnya ketika diterapkan teknik belajar anak menjadi efektif, maka belajar anak pun akan optimal. Berdasarkan
pengamatan
faktor
lain
menurut
penulis
ini
disebabkan karena tempat atau letak gedung MAN Tengaran berada di lingkungan masyarakat sehingga kegiatan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan siswa dapat konsentrasi secara maksimal. Keadaan sarana dan prasarana yang memadai sehingga mendukung proses kegiatan belajar siswa.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis menyelesaikan penulisan dari bab kebab, maka penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Intensitas menonton televisi Intensitas tinggi berjumlah 33 orang dengan prosentase 60%, dan intensitas sedang berjumlah 20 orang dengan prosentase 36,36%, sedangkan intensitas rendah berjumlah 2 orang dengan prosentase 3,64%. Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa intensitas menonton televisi siswa MAN Tengaran kelas X berada dalam kategori tinggi. 2. Kedisiplinan belajar siswa Kedisiplinan tinggi berjumlah 17 orang dengan prosentase 30,91%, kedisiplinan sedang
berjumlah 11 orang dengan prosentase 20%,
sedangkan kedisiplinan rendah berjumlah 27 dengan prosentase 49,09%. Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kedisiplinan belajar siswa MAN Tengaran kelas X berada dalam kategori rendah. 3. Terdapat korelasi positif signifikan antara intensitas menonton televisi dengan kedisiplinan belajar siswa dalam taraf 5% berdasarkan r tabel, Yaitu 0,268. Semakin tinggi intensitas menonton televisi mengakibatkan
kedisiplinan belajar juga tinggi. Sedangkan hipotesis yang penulis ajukan ditolak. Menurut penulis ini disebabkan karena siswa MAN Tengaran bisa mengatur waktu kapan ia belajar mengerjakan tugas dari sekolah atau sekedar mengulang pelajaran sekolah dan kapan menonton televisi.
B. Saran Dengan melihat hasil penelitian yang menunjukkan adanya korelasi positif intensitas menonton televisi dengan kedisiplinan belajar siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Tengaran tahun pelajaran 2011 / 2012. Maka penulis akan memberikan sumbangan pemikiran berupa saran-saran sebagai berikut: 1) Orang tua harus bisa menanamkan mulai sejak dini dan mengontrol penggunaan alat tehnologi seperti: televisi dan alat tehnologi lainnya, sehingga anak dapat memanfaatkan dan megunakan
dengan baik.
Meskipun alat media televisi tidak begitu berpengaruh pada kedisiplinan belajar MAN Tengaran ada kemungkinan alat media lainnya berpengaruh. Jadi tetap masih harus ada pengontrolan dalam megunakan alat media dalam bentuk apapun. 2) Sekolah dapat mengarahkan siswanya dan memotivasi agar lebih giat dalam belajar dan waktu luang dengan sebaik-baiknya atau mengisi wakt luang dengan hal-hal yang positif maupun bermanfaat bagi siswa baik di sekolah maupun di rumah.
sehingga wawasan siswa bertambah tidak
hanya terjadi di kelas pada saat proses belajar mengajar belajar ,jadi siswa
di sekolah belajar di rumah juga belajar karena tanggung jawab pertama seorang siswa adalah belajar.
Sehingga, selama 3 tahun belajar di
Madrasah dapat bermanfaat dan lebih baik sehingga dapat melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi/ kuliyah bagi yang ingin melanjutkan atau dapat langsung bekerja. 3) Bagi peneliti selanjutnya topik yang sama dengan skripsi ini. penulis menyarankan meneliti tentang kegiatan apa saja yang di lakukan siswa ketika pulang dari sekolah / waktu luang yang digunakan oleh siswa selain Menonton Televisi
DAFTAR PUSTAKA
Agus, fatah, ibnu sabil. 2006. Pengaruh menonton televisi dengan kedisiplinan dalam menjalankan ibadah.Salatiga: Stain Salatiga Amir, Mafri. 1999. Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam. Jakarta: Logos Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (edisi revisi v). Jakarta:PT Rineka Cipta. . 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Dahlan, Djawad. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Danim, Sudarwan. 1994. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta Bumi Aksara. Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Darwanto. 2007. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Ensiklopedia Islam Jilid 4. Jakarta: Depdiknas Pusat Pembukuan Bagian Proyek. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Gie, The Liang. 1988. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi. Burton, Grame. 2007. Membincangkan Televisi. di terjemahkan Laily Rahma. Talking Television. Jakarta : Jalasutra. Hadi, Sutrisno. 1995. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Andi Ofset. Hamalik, Oemar. 1980. Media Pendidikan. Bandung: Offset Alumni. Isa, Muhammad. 1992. Terjemah Sunan At Tirmidzi IV. Semarang : CV Adhi Grafika. Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Martono, Nanang.2011.cetakan ke2. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mulyana, Deddy. 2001. Nuansa-Nuansa Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Musbikin, Imam. 2009. Mengapa Anakku Malas Belajar. Yogyakarta: Diva Press. Mustafa, Al Maragi, Ahmad. 1993. Terjemah tafsir al maragi. Semarang: CV Toha Putra Rahmat, Jalaludin. 1984. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.s Sriyanti, Lilik. 2011. Psikologi Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Supardi, Aqila Smart. 2010. Ide-ide Kreatif Mendidik Anak. Yogyakarta: KATAHATI. Suryabrata, Sumadi. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo persada. Sutisno. 1993. Skenario Televisi dan Vidio. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Poerwadarminta,W.J.S.1953. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Edisi ke 3). Jakarta: Balai Pustaka.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
:
Siti mariyam
Tempat/tanggal lahir
:
Kab.semarang 24 november 1989
Agama
:
Islam
Pendidikan
:
Mi Tegalrejo Tahun 2002 Mts Aswaja Tengaran Tahun 2005 Man Tengaran Tahun 2008 Stain Salatiga Tahun 2012
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya
Hormat saya
Siti Mariyam