MAKALAH SEMINAR UMUM (PNB 4080) SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2011/2012 PENINGKATAN MUTU BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) DENGAN PENYERBUKAN BUATAN
Disusun oleh :
Nama
: Fitrah Annisaa’
NIM
: 08 / 272638 / PN / 11529
Program Studi
: Pemuliaan Tanaman
Dosen Pembimbing : Ir. Toekidjo, M.P Hari, Tanggal
: Rabu, 9 Mei 2012
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012
HALAMAN PENGESAHAN MAKALAH SEMINAR UMUM (PNB 4080) SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2011/2012
PENINGKATAN MUTU BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) DENGAN PENYERBUKAN BUATAN
Disusun oleh : Nama
: Fitrah Annisaa’
NIM
: 08/272638/PN/11529
Telah disetujui Dosen Pembimbing sebagai salah satu syarat kelengkapan mata kuliah Seminar Umum (PNB 4080).
Menyetujui,
Tanda Tangan
Tanggal
.............................
.............................
.............................
.............................
.............................
.............................
Dosen Pembimbing
Ir. Toekidjo, M.P
Mengetahui, Komisi Seminar Umum
Rudi Hari Murti, S.P,M.P
Mengetahui, Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
Dr. Ir. Taryono, M.Sc.
PENINGKATAN MUTU BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) DENGAN PENYERBUKAN BUATAN
INTISARI Sirsak (Annona muricata L.) merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang saat ini menjadi bahan pangan alternatif karena memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat yang kaya protein. Agribisnis sirsak masa mendatang menghendaki hasil panen dengan mutu buah yang baik, seperti bentuk buah lurus (simetris) dan berukuran besar (lebih dari 1,5 kg). Sedangkan untuk rasa, serat, dan bijinya sama atau sesuai dengan varietasnya. Demikian juga untuk mengisi pasaran domestik maupun regional memerlukan kualitas buah yang baik dan berkesinambungan. Buah sirsak yang dihasilkan dari penyerbukan alami memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, sehingga akan mempengaruhi kualitas dan harga. Untuk memperoleh kualitas (bentuk dan ukuran) buah sirsak yang baik dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan melakukan penyerbukan buatan. Penyerbukan buatan dimaksudkan untuk menggabungkan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh tetua jantan dan betina, dengan harapan akan diperoleh keturunan yang memiliki gabungan dan sifat-sifat baik tersebut. Contoh percobaan penyerbukan buatan dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika) Solok, Sumatera Barat. Penyerbukan tanaman sirsak dengan bantuan manusia dengan mengoleskan serbuk sari pada seluruh permukaan putik (100%) dapat meningkatkan mutu buah, yaitu persentase buah jadi, panjang buah, lingkar buah, dan bentuk buah lebih baik dibanding pengolesan serbuk sari pada sebagian kepala putik (25%, 50%, dan 75%). Hal ini dapat diterapkan oleh petani sirsak di Indonesia untuk mendapatkan buah dengan ukuran yang lebih besar serta bentuk yang lebih simetris untuk menanggapi permintaan pasar.
Kata kunci: sirsak, bunga, kualitas, penyerbukan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebagai buah subtropis, yang telah lama beradaptasi di Indonesia, sirsak (Annona muricata L.) merupakan salah satu buah yang digemari masyarakat karena kaya kandungan berbagai vitamin seperti vitamin B dan C. Buahnya dapat dibuat sebagai bahan makanan ringan, obat-obatan, berbagai minuman seperti jus, dan bahan baku es krim, bahkan saat ini buah sirsak muda dapat digoreng seperti pisang (Sudjijo, 2011). Tanaman sirsak berbuah sepanjang tahun. Oleh karena itu, komoditas ini berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka pengembangan agroindustri dan agribisnis. Untuk mendukung pengembangan agroindustri buah sirsak diperlukan peningkatan mutu buah dan penyediaan bibit atau benih yang mencukupi (Fredika, 2002). Seluruh bagian tanaman sirsak sangat bermanfaat. Buah sirsak mengandung sukrosa 2,54%, dektrosa 5,05%, dan levulosa 0.04%. Selain itu, buah sirsak juga mengandung nutrisi yang cukup tinggi dengan komposisi yang lengkap, seperti kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin C, dan lain-lain (Rukmana dan Yuniarsih, 2001). Agribisnis sirsak masa mendatang menghendaki hasil panen yang dengan mutu yang baik, seperti bentuk buah lurus (simetris) dan berukuran besar (lebih dari 1,5 kg). Demikian juga untuk mengisi pasaran domestik maupun regional memerlukan kualitas buah yang baik dan berkesinambungan. Untuk memperoleh kualitas (bentuk dan ukuran) buah sirsak yang baik dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan melakukan penyerbukan buatan (Anonim, 2012). Buah sirsak yang dihasilkan dari penyerbukan alami memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, sehingga akan mempengaruhi kualitas dan harga. Dengan adanya diversifikasi pemanfaatan buah sirsak yang menuntut penggunaan mesin pengolah atau pengupas buah, maka tuntutan kualitas dan ukuran makin tinggi. Adanya teknik untuk memperbaiki bentuk dan ukuran buah menjadi kebutuhan mendesak (Radi, 1997). Hasil observasi pada pertanaman sirsak di lapangan menunjukkan bahwa umumnya mutu buah tidak maksimal, seperti buah bengkok, tidak simetris (Gambar 1) dan banyak bunga yang gugur. Hal ini diduga karena proses penyerbukan alami berjalan kurang sempurna, terjadi serta serbuk sari jatuh tidak merata pada putik. Sunaryono (1990) melaporkan bahwa penyerbukan bunga sirsak yang dibantu oleh lebah madu dan semut hasilnya lebih rendah dibanding penyerbukan dengan bantuan manusia.
Permasalahan ukuran buah kecil dan bentuk yang tidak sempurna disebabkan adanya proses penyerbukan yang tidak sempurna. Sebagai tanaman yang menyerbuk silang, maka pembuahannya sangat ditentukan oleh ketersediaan serbuk sari yang siap menyerbuk disamping proses penyerbukan sendiri (Sudjijo, 2011). Penyerbukan (pollination) adalah jatuhnya tepung sari pada kepala putik, sedangkan pembuahan (fertilization) adalah bertemunya gamet jantan dan gamet betina yang kemudian melebur menjadi zigot. Biji atau buah yang dihasilkan oleh suatu tanaman merupakan hasil dari serangkaian proses di mana benang sari dan putik memegang peranan awal yang penting (Mangoendidjojo, 2003). Suatu penelitian menyebutkan bahwa penyerbukan dengan bantuan angin pada tanaman lain (salak) hasilnya lebih rendah daripada penyerbukan dengan bantuan manusia. Oleh karena itu perlu dicari terobosan berupa teknologi yang dapat memperbaiki mutu buah sirsak terutama bentuk dan ukuran (bobot) buah sehingga memperoleh nilai tambah (Sudjijo, 2011). Di Malaysia, MARDI (Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian Malaysia) telah berhasil melakukan penyerbukan buatan pada sirsak yang menghasilkan bobot buah 1,5-3 kg. Bentuknya membujur dan simetris, tidak melengkung dan prosentase pembentukan buahnya meningkat dari 5% menjadi 30% (Radi, 1997).
B. Tujuan Mengetahui teknik penyerbukan buatan pada tanaman sirsak untuk meningkatkan mutu atau kualitas buah, dalam hal ini bentuk buah yang simetris dan tidak bengkok.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mengenal Sirsak Sirsak (Annona muricata L.) berasal dari Amerika tropis, yakni sekitar Peru, Meksiko, dan Argentina, kemudian menyebar ke Filipina dan Indonesia. Di Indonesia, luas tanaman sirsak tidak tercatat, tetapi hampir setiap orang mengenal sirsak dengan nama nangka belanda, nangka seberang, atau buah nona. Sesuai dengan namanya, buah sirsak berlapis seperti kantong (zak) yang masam (zuur) (Sunarjono, 2004). Tanaman sirsak tumbuh pada daerah beriklim tropis dan dapat beradaptasi baik pada dataran rendah sampai 800 m dpl. Perbanyakan tanaman sirsak sangat mudah, yaitu dengan menggunakan biji. Namun, cara ini tidak dianjurkan karena karakteristik buahnya sering menyimpang dari induknya. Perbanyakan tanaman sirsak dianjurkan dengan cara okulasi karena hasilnya akan sama dengan induknya. Hatta et al. (1992) melaporkan bahwa tingkat keberhasilan bibit jadi pada perbanyakan tanaman sirsak dengan okulasi mencapai 82,25%. Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman sirsak diklasifikasikan sebagai berikut (Radi, 1997) : Kingdom : Plantae Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Polycarpiceae
Famili
: Annonaceae
Genus
: Annona
Spesies
: Annona muricata L.
Daun sirsak berbentuk bulat telur terbalik, berwarna hijau muda sampai hijau tua, dengan tipe pertulangan brochododrome, ujung daun meruncing, pinggiran rata dan permukaan daun mengkilap (Radi, 1997). Sirsak memiliki bunga besar, bermahkota tebal, dan berwarna hijau. Bunga tersusun dari berlapis-lapis mahkota, tiga helai lapisan dalam dan tiga helai lapisan luar. Bunga keluar pada tunas yang pendek di sepanjang cabang atau ranting. Umumnya, berbunga sempurna, tetapi sering ditemukan bunga betina saja. Sifatnya menyerbuk silang dengan perantara serangga pencari madu.
Pada saat lapisan mahkota luar membuka, yakni pada sore hari, tepung sari matang lebih dulu (protandri) dan berhamburan tertiup angin. Selanjutnya, lapisan mahkota dalam menyusul membuka. Serangga penyerbuk berpeluang masuk ke dalam bunga yang menyebarkan bau harum, tetapi daya kecambah tepung sari sudah melemah. Oleh karena itu, penyerbukan sendiri tingkat keberhasilannya sangat rendah (sekitar 10%) sedangkan penyerbukan silang cukup besar. Lebah madu dan lalat berperan sebagai penyerbuk sehingga sirsak termasuk entomophilie (Sunarjono, 2004). Buah sejati berganda (agregat fruit) yakni buah yang berasal dari satu bunga dengan banyak bakal buah tetapi membentuk satu buah. Buah memiliki duri sisik halus. Apabila telah tua daging buah berwarna putih, lembek, dan berserat dengan banyak biji berwarna coklat kehitaman (Radi, 1997). Buah sirsak berbentuk oval atau seperti jantung, kadang tidak teratur, berlekuk dan lonjong. Buah sirsak yang berukuran besar mempunyai biji sampai 200 biji/buah bahkan lebih (Morton, 1987). Ukuran biji sirsak beragam, panjangnya antara 1-2 cm, berat 0,33-0,59 g, warna hitam saat panen, kemudian menjadi coklat tua (Pinto et al., 2005). Tanaman ini mempunyai akar tunggang dan akar lateral yang kuat serta agak dalam. Jumlah akar samping lateral, tetapi cukup keras dan panjang. Perakaran yang panjang ini memudahkan dalam mengambil sumber air dan hara yang dalam (Sunarjono, 2004).
B. Morfologi Bunga Sirsak Bunga adalah suatu cabang yang tumbuhnya terbatas, beruas pendek-pendek dan daun-daunnya telah mengalami perubahan bentuk menjadi kelopak (calyx), tajuk (corolla), benang sari (stamen), dan putik (pistillum), yang tersusun melingkar rapat sehingga tampaknya seperti bertumpuk pada sebuah buku (nodus) (Darjanto dan Satifah, 1982). Sirsak memiliki bunga besar, bermahkota tebal, dan berwarna hijau. Bunga tersusun dari berlapis-lapis mahkota, tiga helai lapisan dalam dan tiga helai lapisan luar (Sunarjono, 2004). Bunga tunggal (flos simplex) dalam satu bunga terdapat banyak putik sehingga dinamakan bunga berpistil majemuk. Bagian bunga tersusun secara hemicyclis, yaitu sebagian terdapat dalam lingkaran dan yang lain spiral atau terpencar. Mahkota bunga
berjumlah 6 sepalum yang terdiri atas 2 lingkaran, bentuknya hampir segitiga, tebal dan kaku, berwarna kuning keputih-putihan, dan setelah tua mekar, kemudian lepas dari dasar bunganya (Radi, 1997). Putik dan benang sari lebar dengan banyak karpel (bakal buah). Bunga keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau pohon. Bunga umumnya sempurna (hermaphrodit), tetapi terkadang hanya bunga jantan atau bunga betina saja dalam satu pohon. Bunga melakukan penyerbukan silang karena umumnya tepung sari matang lebih dahulu sebelum putiknya reseptif (Radi, 1997). Tanaman sirsak termasuk berumah satu, artinya dalam satu tanaman terdapat dua kelamin bunga (jantan dan betina). Masaknya kedua jenis bunga tersebut tidak bersamaan waktunya, sehingga penyerbukan tidak dapat berlangsung. Oleh karena itu dalam sistem penyerbukannya diperlukan serbuk sari dari bunga lain (Sudjijo, 2011). Penyerbukan sendiri pada sebuah bunga biasanya diikuti pembuahan, bilamana putik dan benang sari dari bunga itu masak pada saat yang sama (homogamie). Andai kata putik dan benang sari dari sebuah bunga masak pada waktu yang berbeda (dichogamie), maka putiknya tidak dapat diserbuki dengan hasil baik oleh serbuk sari dari bunga tersebut. Putiknya akan mengalami penyerbukan silang atau terjadi heterostyle (Darjanto dan Satifah, 1982). Penyerbukan silang (allogamy, xenogamy) terjadi jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga tumbuhan lain, tetapi masih tergolong dalam jenis yang sama (Tjitrosoepomo, 1996). Dalam dichogamie dikenal adanya protandri. Nama protandri dipakai pada sebuah bunga yang benang sarinya lebih dahulu masak daripada putik. Bilamana putiknya mulai masak, maka benang sarinya telah layu dan semua serbuk sari telah meninggalkan ruang sari (theca) atau telah mati. Dengan demikian bunga tersebut tidak akan mengalami penyerbukan sendiri (Darjanto dan Satifah, 1982). Pada saat lapisan mahkota luar membuka, yakni pada sore hari, tepung sari matang lebih dulu (protandri) dan berhamburan tertiup angin. Selanjutnya, lapisan mahkota dalam menyusul membuka. Serangga penyerbuk berpeluang masuk ke dalam bunga yang menyebarkan bau harum, tetapi daya kecambah tepung sari sudah melemah. Oleh karena itu, penyerbukan sendiri tingkat keberhasilannya sangat rendah (sekitar 10%) sedangkan penyerbukan silang cukup besar. Lebah madu dan lalat berperan sebagai penyerbuk (Sunarjono, 2004).
Bunga yang penyerbukannya lazim dilakukan oleh serangga disebut entomofili (entomophilie). Pada umumnya bunga entomofili mempunyai tanda-tanda sebagai berikut (Darjanto dan Satifah, 1982) : 1. Bunganya besar, dapat mekar sampai lebar, atau dapat pula kecil-kecil yang berjumlah banyak dan duduk bersama di atas sebuah tangkai utama (pedunculus), sehingga merupakan perbungaan (inflorescentia) yang dapat menarik perhatian berbagai jenis serangga, seperti lebah, kumbang, lalat, kupu-kupu, kepik, dan lainlain. 2. Warna daun-daun perhiasan bunga (perianthium) dapat kuning, merah, putih, ungu, biru, dan mudah terlihat dari jauh. 3. Benang sarinya panjang, biasanya tidak menghasilkan banyak serbuk sari seperti bunga anemofili. 4. Butir-butir serbuknya (pollen) besar-besar, sering kali mempunyai diameter lebih daripada 50 mikron dan berat, kadang-kadang agak berminyak atau bergetah, lengket, dan dapat berlekatan satu sama lain dan merupakan gumpalan-gumpalan yang besar, sehingga tidak mudah terbawa oleh arus angin. Bentuknya agak kasar, lengket dan mudah melekat pada tubuh serangga. 5. Kepala putiknya (stigma) kecil. 6. Bunganya sering mengeluarkan bau harum, tajam, akan tetapi kadang-kadang juga dapat seperti daging busuk atau tinja. 7. Bunganya mempunyai kelenjar madu (nectaria) yang menghasilkan nektar (nectar) atau zat madu.
III.
PENYERBUKAN BUATAN PADA TANAMAN SIRSAK
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya menggantungkan hidupnya dengan bercocok tanam. Tanah Indonesia yang subur dan iklimnya yang tropis menjadikan berbagai macam tanaman dapat tumbuh subur, diantaranya adalah buahbuahan, rempah-rempah, dan sayur-sayuran. Sirsak adalah salah satu dari sekian banyak buah yang dapat tumbuh subur di Indonesia. Sirsak dapat dengan mudah tumbuh di pekarangan dan di kebun-kebun sebagai pagar hidup. Produksi sirsak di Indonesia tergolong rendah bila dibandingkan dengan tanaman buah lain seperti jeruk, mangga, pisang, durian, dan manggis. Hingga saat ini penyebab utamanya adalah para petani belum tertarik untuk membudidayakan tanaman sirsak Bahkan sejak tahun 2007, produksi sirsak di Indonesia mengalami penurunan. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya peremajaan pohon sirsak yang sudah berusia tua. Akibatnya produksi tanaman sirsak mengalami penurunan lagi di tahun 2008 (Pradipta, 2011). Selain itu, rendahnya produksi buah sirsak di Indonesia juga disebabkan karena ukuran dan bobot buah yang kecil, padahal permintaan pasar akan buah yang berukuran besar dan memiliki bobot lebih dari 1 kg terus meningkat. Beberapa upaya untuk meningkatkan ukuran serta bobot buah sirsak dapat dilakukan dengan teknik penyerbukan buatan. Proses penyerbukan bunga sirsak sangat penting diperhatikan. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Solok menunjukkan bahwa dari total bunga sirsak per pohon, ternyata hanya 50%-60% bunga yang berhasil mekar. Dari 50% bunga yang mekar, hanya 17% bunga yang dapat menjadi buah, tetapi sebagian besar buah tersebut bentuknya tidak sempurna (bengkok, abnormal) dan hanya 2% buah yang bentuknya mendekati sempurna. Rendahnya jumlah bunga yang menjadi buah dipengaruhi oleh jumlah bunga yang berhasil diserbuki. Bentuk buah sempurna dapat dihasilkan bila penyerbukan bunga mencapai 100% (Rukmana dan Yuniarsih, 2001). Hal ini disebabkan oleh sistem budidaya yang kurang tepat dan proses penyerbukan yang kurang sempurna. Secara umum buah yang dihasilkan merupakan hasil penyerbukan alami yang dilakukan oleh serangga. Agribisnis sirsak masa mendatang menghendaki hasil panen yang dengan mutu yang baik, seperti bentuk buah lurus (simetris) dan berukuran besar (lebih dari 1,5 kg) (Gambar 7). Demikian juga untuk mengisi pasaran domestik
maupun regional memerlukan kualitas buah yang baik dan berkesinambungan. Untuk memperoleh kualitas (bentuk dan ukuran) buah sirsak yang baik dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan melakukan penyerbukan buatan. Seperti diketahui bunga sirsak merupakan bunga sempurna, akan tetapi waktu masaknya serbuk sari dengan kepala putik tidak bersamaan (Anonim, 2012). Hasil penelitian Balitbu menunjukkan, bahwa dengan penyerbukan buatan pada bunga sirsak, dapat meningkatkan fruitset lebih dari 95% dalam hal kuantitas, dan lebih dari 500% dalam hal kualitasnya (Rukmana dan Yuniarsih, 2001). Contoh percobaan penyerbukan buatan pada bunga sirsak yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika), Solok, Sumatera Barat adalah dengan perlakuan dengan penyerbukan bunga tidak diserbuki (0%), seperempat penuh (25%), setengah penuh (50%), tiga per empat penuh (75%), dan penuh (100%) pada bunga yang siap diserbuki (Gambar 2 dan Gambar 3). Berikut ini beberapa teknik penyerbukan yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika), Solok, Sumatera Barat (Sukarmin, 2009) : Benang sari pada bunga yang telah matang atau siap dilakukan penyerbukan dikumpulkan dalam suatu wadah (Gambar 4) kemudian dipilih bunga yang siap untuk diserbuki. Mahkota bunga dibuka dengan hati-hati dan diolesi benang sari dengan bantuan kuas (Gambar 5). Perlakuan penyerbukan bunga 25% dilakukan dengan cara mengoleskan benang sari pada seperempat bagian kepala putik; penyerbukan bunga 50% dengan mengoleskan benang sari pada setengah bagian kepala putik; penyerbukan bunga 75% dengan cara mengoleskan benang sari pada tiga perempat bagian kepala putik; dan penyerbukan bunga 100% dengan mengoleskan benang sari pada seluruh bagian kepala putik (Gambar 6). Pengamatan persentase buah jadi dilakukan pada 4 minggu setelah penyerbukan. Sedangkan pengamatan dan pengukuran panjang buah, lingkar buah, dan bentuk buah dilakukan saat panen. Panjang buah diukur mulai dari pangkal sampai ujung buah dengan meteran. Lingkar buah diukur dengan cara melingkarkan meteran pada bagian luar buah. Ukuran dan bentuk buah antara perlakuan A (tidak diserbuki) dan E (diserbuki 100%) berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa penyerbukan yang dilakukan oleh manusia berlangsung sempurna dan menghasilkan ukuran buah yang baik, yaitu bentuk buah lonjong dan tidak berlekuk. Allen (1967) mengemukakan bahwa buah sirsak yang masak panjangnya bisa mencapai 25 cm dengan bentuk yang beragam.
Ukuran lingkar buah sirsak berhubungan dengan panjang buah. Buah yang panjang dan tidak melengkung mempunyai lingkar buah yang besar. Faktor internal (karbohidrat dan hormon) serta faktor eksternal yaitu masuknya serbuk sari ke kepala putik sangat berperan dalam menentukan lingkar buah. Hatta et. al. (1992) melaporkan, bila penyerbukan berlangsung sempurna maka buah sirsak yang dihasilkan berbentuk bulat panjang (oval). Bentuk buah pada perlakuan E (diserbuki 100%) berbeda dengan bentuk buah pada perlakuan yang lain. Perlakuan E menghasilkan buah yang lonjong, sedangkan perlakuan lain menghasilkan buah bulat bengkok atau lonjong berlekuk. Buah sirsak yang baik memiliki bentuk bulat lonjong tanpa lekukan, kulit buah masak berwarna hijau tua, menggembung, lembut dan tipis serta letak durinya teratur dengan jarak 0,5-1 cm (Ismunandar, 1995). Tabel 1. Hasil pengamatan dan pengukuran buah sirsak pada berbagai perlakuan penyerbukan, Kebun Percobaan Sumani, Balitbu Tropika, Solok, 2007/2008.
Perlakuan A (tidak diserbuki) menunjukkan persentase buah jadi paling rendah (33,20%) dan berbeda nyata dengan perlakuan lain. Persentase buah jadi tertinggi (63,20%) ditunjukkan pada perlakuan E (diserbuki 100%). Hal ini karena penyerbukan dilakukan oleh manusia dengan cara mengoleskan benang sari ke seluruh bagian kepala putik sehingga persentase buah jadi lebih tinggi dibanding perlakuan lain. Apabila tidak ada gangguan, pada umur 1 bulan setelah penyerbukan mulai terbentuk bakal buah dengan tanda tangkai bunga masih segar dan bakal buah mulai membesar. Penyerbukan yang tidak sempurna dan hal lain menyebabkan bakal buah tidak jadi, biasanya tangkai bunga akan layu dan gugur. Penyerbukan buatan dengan bantuan tenaga manusia, akan memberikan hasil dengan bentuk lurus, ukuran lebih berat tiga kali lipat, bila dibandingkan dengan penyerbukan alami (tanpa bantuan penyerbukan) (Sudjijo, 2011).
IV.
KESIMPULAN
1. Buah sirsak yang dihasilkan dari penyerbukan alami memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, dalam hal ini ukuran buah kecil dan bentuk yang tidak simetris (bengkok) sehingga akan mempengaruhi kualitas dan harga. 2. Permasalahan ukuran buah kecil dan bentuk yang tidak sempurna disebabkan adanya proses penyerbukan alami yang tidak sempurna. 3. Penyerbukan tanaman sirsak dengan bantuan manusia dengan mengoleskan serbuk sari pada seluruh permukaan putik dapat meningkatkan mutu buah, yaitu persentase buah jadi, panjang buah, lingkar buah, dan bentuk buah lebih baik dibanding pengolesan serbuk sari pada sebagian kepala putik (25%, 50%, dan 75%). 4. Penyerbukan dengan mengoleskan serbuk sari pada seluruh kepala putik menghasilkan persentase buah jadi 63,20%, panjang buah 26,78 cm, lingkar buah 52,40 cm, dan bentuk buah lonjong. 5. Untuk mendapatkan buah sirsak yang bermutu baik maka penyerbukan hendaknya dibantu oleh manusia. Serbuk sari dari bunga yang matang dioleskan pada seluruh bagian kepala putik yang siap diserbuki.
DAFTAR PUSTAKA Allen, B.M. 1967. Malayan Fruits. Donald Moore Press Ltd. Singapore. Anonim. 2011. Perbaikan Mutu Buah Sirsak.
. Diakses pada tanggal 19 April 2012. Darjanto dan Siti Satifah. 1982. Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. PT Gramedia, Jakarta. Fredika, E. 2002. Masalah potensi dan saran solusi pengembangan komoditi buah di Kabupaten Solok. Jurnal Ilmu Pertanian Farming l : 18-21. Hatta, M., L. Hutagalung, Juhasdi, dan Modding. 1992. Pengaruh model okulasi terhadap penempelan pada sirsak. Jurnal Hortikultura 2 (2) : 55-58. Ismunandar, I. 1995. Pengaruh Waktu Penyerbukan dan Umur Benang Sari Terhadap Keberhasilan Pembuahan pada Tanaman Sirsak. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta. Morton, J.F. 1987. Fruits of Warm Climate. Media Incorporated. Miami, USA. Pinto, A.C. De Q., M.C.R. Cordiero, S.R.M. de Andrade, F.R. Ferraira, H.A. De C. Filgueiras, R.E. Alves, and D.I. Kinpara. 2005. Annona spesies. International Centre for Underutilized Crops, University of Southampton. Pradipta, Gabrielle, N. K. 2011. Ilmu Bahan Makanan Buah dan Sayuran : Sirsak. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Radi, Ir. Juhaeni. 1997. Sirsak : Budidaya dan Pemanfaatannya. Kanisius, Yogyakarta. Rukmana, H. Rahmat dan Hj. Yuyun Yuniarsih. 2001. Usaha Tani Sirsak. Kanisius, Yogyakarta. Sudjijo. 2011. Perbaikan Mutu Buah Sirsak Melalui Penyerbukan. Iptek Hortikultura No. 7, 2011. Sukarmin. 2009. Teknik penyerbukan pada tanaman sirsak. Buletin Teknik Pertanian Vol. 14 No. 1, 2009 : 9-11. Sunarjono, Drs. H. Hendro. 2004. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya, Jakarta. Sunaryono, H. 1990. Ilmu Produksi Buah-buahan. Sinar Baru, Bandung.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1996. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Gambar 1. Keragaan buah sirsak tanpa penyerbukan buatan.
Gambar 2. Keragaan bunga sirsak yang siap diserbuki.
Gambar 3. Kepala putik yang siap diserbuki.
Gambar 4. Pengumpulan serbuk sari.
Gambar 5. Penyerbukan pada tanaman sirsak: (a) benang sari pada bunga yang telah matang, (b) pembukaan mahkota bunga, (c) pengolesan benang sari pada kepala putik, dan (d) kepala putik yang telah diserbuki benang sari, Balitbu Tropika, Solok, 2007/2008.
Gambar 6. Perlakuan penyerbukan pada bunga sirsak: (a) penyerbukan 25%, (b) penyerbukan 50%, (c) penyerbukan 75%, dan (d) penyerbukan 100%, Balitbu Tropika, Solok, 2007/2008.
Gambar 7. Buah sirsak hasil penyerbukan buatan.
HASIL DISKUSI Pertanyaan : 1. Avy Anggarini (11336) Dari penyerbukan bunga hingga dapat muncul buah membutuhkan waktu berapa lama? 2. Sary Prihatini Bagaimana cara pengambilan serbuk sari pada bunga sirsak? 3. Maslikhatul Umami (11499) Setelah dilakukan penyerbukan, maka apa yang dilakukan? Penghilangan mahkota atau pembungkusan bunga yang telah diserbuki?
Jawaban : 1. Apabila tidak ada gangguan, pada umur 1 bulan setelah penyerbukan mulai terbentuk bakal buah dengan tanda tangkai bunga masih segar dan bakal buah mulai membesar. Sedangkan apabila gagal, maka ditandai dengan mengeringnya bunga yang telah diserbuki tersebut. 2. Untuk pengambilan serbuk sari, mahkota bunga harus dihilangkan dahulu agar memudahkan pengambilan. Setelah itu bunga diketukkan beberapa kali sehingga serbuk sari beserta tangkai sarinya akan terlepas dan jatuh. Kemudian tangkai dan serbuk sari tersebut dikumpulkan dalam wadah tertutup. 3. Setelah dilakukan penyerbukan dapat dilakukan penghilangan mahkota maupun pembungkusan bunga. Mengingat teknik penyerbukan yang sulit apabila masih terdapat mahkota, maka mahkota bunga dapat dihilangkan. Agar lebih terjaga dari lingkungan luar, maka bunga yang telah diserbuki tersebut dapat dibungkus dengan plastik.