ANALISIS PENGARUH SIMPANAN MASYARAKAT, JUMLAH PINJAMAN YANG DIBERIKAN DAN INVESTASI PADA AKTIVA TETAP TERHADAP LIKUIDITAS BANK UMUM YANG GO PUBLIC DI BEI PERIODE 2007-2009 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh : Nama : Jaenal Abidin NIM
: 105081002431
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H/2010M
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sejak satu dasawarsa ini, industri perbankan merupakan industri yang mengalami kemajuan yang paling pesat dibandingkan industri yang lainnya. Hal ini disebabkan deregulasi yang dilakukan pemerintah mengenai perbankan pada tahun 1983, deregulasi ini sangat mempengaruhi pola dan strategi perbankan baik dari sisi aktiva maupun pasiva perbankan itu sendiri. Situasi ini memaksa industri perbankan harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, industri perbankan dapat membuka hambatan yang sebelumnya menimbulkan depresi sektor keuangan dan sistem keuangan negara, sehingga menyebabkan bisnis perbankan berkembang pesat dengan persaingan yang semakin ketat dan semarak. Dengan bertambahnya jumlah bank, persaingan untuk menarik dana dari masyarakat semakin meningkat. Semua bank berlomba menghimpun dana dari masyarakat yang nantinya akan disalurkan kembali kepada masyarakat bagi yang membutuhkan baik untuk tujuan produktif maupun konsumtif. Karena bagi bank dana merupakan persoalan yang paling utama tanpa adanya dana bank tidak akan berfungsi sebagaimana layaknya. Dalam persaingan yang ketat inilah bank harus dapat menjaga eksistensinya agar tidak tergilas. Eksistensi bank akan dilihat minimal pada aspek permodalan, kualitas asset produktif, faktor manajemen, aspek earning power dan
1
likuiditas. Aspek-aspek tersebut harus didukung oleh pemenuhan moneter yang lain misalnya mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit, Net Open Position, ketentuan KUK dan sebagainya. Untuk memenuhi kondisi yang diinginkan di atas, bank harus dapat bekerja pada tingkat efisiensi yang tinggi serta selalu memelihara kepercayaan masyarakat. Disamping itu bank harus mampu mengembangkan produk dan jasa perbankan yang dibutuhkan oleh masyarakat pada umumnya. Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kegiatan operasi bank. Sulitnya pengelolaan likuiditas tersebut disebabkan dana yang dikelola bank sebagian besar adalah dana masyarakat yang sifatnya jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu. Bank harus memperhatikan seakurat mungkin kebutuhan likuiditas untuk suatu jangka waktu tertentu. Perkiraan kebutuhan likuiditas tersebut sangat dipengaruhi oleh perilaku penarikan nasabah, sifat dan jenis sumber dana yang dikelola bank. Menurut Kasmir (2003:268), Likuiditas adalah kemampuan bank untuk membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Adapun faktor Likuiditas yang dinilai dalam analisa CAMEL ini adalah rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR). LDR (Loan to Deposito Ratio) ini menggambarkan kemampuan suatu bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuditasnya.
2
Menurut Dendawijaya (2005:116), LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Loan to deposit ratio tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali
penarikan
dana
yang
dilakukan
deposan
dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Almilia dan Herdiningtyas (2003) dengan judul “Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 20002002” yang bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan. Faktorfaktor yang diuji dalam penentuan kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan adalah rasio keuangan CAMEL sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Sampel penelitian terdiri dari 16 bank sehat, dua bank yang mengalami kebangkrutan dan enam bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan CAMEL memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami kebangkrutan.
3
Memperkirakan kebutuhan likuiditas merupakan masalah yang sangat pelik bagi suatu bank. Bank harus melakukan perkiraan kebutuhan dan mencari cara bagaimana memenuhi semua kebutuhan dana pada saat diperlukan. Dalam mengelola likuiditas bank harus menyesuaikan antara dana yang dibutuhkan dan tersedianya dana pada saat dana itu dibutuhkan. Kebutuhan likuiditas bank pada prinsipnya bersumber dari dua kebutuhan. Pertama, untuk memenuhi semua penarikan dana oleh penabung dan kebutuhan likuiditas wajib. Kedua, untuk memenuhi kebutuhan pencairan dan permintaan kredit dari nasabah terutama kredit yang telah disetujui. Bank tidak dapat mengetahui dengan tepat kapan dan berapa jumlah dana yang akan dibutuhkan atau akan ditarik oleh nasabah. Memperkirakan kebutuhan likuiditas merupakan masalah yang sangat pelik bagi suatu bank. Bank harus melakukan perkiraan kebutuhan dan mencari cara bagaimana memenuhi semua kebutuhan dana pada saat diperlukan. Dalam mengelola likuiditas bank harus menyesuaikan antara dana yang dibutuhkan dan tersedianya dana pada saat dana itu dibutuhkan. Kebutuhan likuiditas bank pada prinsipnya bersumber dari dua kebutuhan. Pertama, untuk memenuhi semua penarikan dana oleh penabung dan kebutuhan likuiditas wajib. Kedua, untuk memenuhi kebutuhan pencairan dan permintaan kredit dari nasabah terutama kredit yang telah disetujui. Bank dalam melaksanakan kegiatan operasi akan tercermin pada beberapa hal diantaranya: seberapa banyak sumber dana yang berupa simpanan masyarakat yang berhasil dihimpun, penempatan dana yang berupa pinjaman yang mampu diberikan kepada nasabah, serta investasi aktiva tetap. Simpanan masyarakat yang
4
berupa giro, tabungan dan deposito merupakan sumber dana utama bank yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan operasional bank, sehingga peningkatan dan penurunan simpanan masyarakat akan memberikan pengaruh pada kemampuan likuiditas bank (Sinungan, 1999). Hal ini sesuai dengan Frida Anisawati (2006), meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi likuiditas dengan pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada PT. BRI (Persero) Tbk. Cabang Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simpanan deposito, simpanan giro dan jumlah pinjaman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap LDR PT. BRI (Persero) Tbk. Cabang Malang. Penempatan dana dalam bentuk pinjaman (loans) merupakan aktiva bank yang memiliki porsi besar untuk menghasilkan pendapatan sehingga peningkatan atau penurunan pinjaman akan mampu mempengaruhi likuiditas bank (Reksoprayitno, 1992). Hal ini sesuai dengan penelitian Solikah Nurwati (2000), menghasilkan penelitian yang menunjukkan bahwa simpanan masyarakat, pinjaman yang diberikan, jumlah nasabah, cadangan primer, biaya operasional, investasi aktiva tetap dan jumlah aset secara serempak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio/ LDR) Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Kalimantan Tengah. Pinjaman yang diberikan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi penurunan likuiditas BPD. Hal ini disebabkan karena dari sejumlah pinjaman yang diberikan terhadap porsi kredit macet sebesar 24,74%. Sehingga aliran kas masuk yang berupa cicilan pokok dan penerimaan bunga terganggu. Hal ini akan menggerogoti likuiditas BPD.
5
Komponen dana dalam bentuk aktiva tidak produktif terdiri atas alat-alat likuid atau cash asset serta aktiva tetap dan inventaris (Dahlan Siamat, 2001). Sehingga penempatan dana pada aktiva yang merupakan penempatan dana jangka panjang juga akan mempengaruhi likuiditas bank. Sebab peningkatan jumlah investasi pada aktiva ini akan mengurangi porsi penempatan dana pada aktiva lancar. Hal ini sesuai dengan Solikah Nurwati (2000), menghasilkan penelitian yang menunjukkan bahwa simpanan masyarakat, pinjaman yang diberikan, jumlah nasabah, cadangan primer, biaya operasional, investasi aktiva tetap dan jumlah aset secara serempak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio/ LDR) Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Kalimantan Tengah Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Simpanan Masyarakat, Jumlah Pinjaman yang diberikan dan Investasi pada Aktiva Tetap Terhadap Likuiditas Bank Umum di BEI Periode 2007-2009”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dalam penyusunan penelitian ini penulis terlebih dahulu merumuskan masalah sebagai dasar kajian penelitian yang dilakukan, yakni : 1. Apakah terdapat pengaruh peningkatan atau penurunan jumlah simpanan masyarakat, jumlah pinjaman yang diberikan, serta investasi pada aktiva tetap terhadap likuiditas dengan menggunakan pendekatan Loan to
6
Deposit Ratio (LDR) secara individu (parsial) dan secara bersama-sama (simultan) pada bank umum yang go public di BEI Periode 2007-2009? 2. Variable independent manakah yang paling dominan mempengaruhi likuiditas bank umum yang go public di BEI periode 2007-2009? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Menganalisis pengaruh peningkatan atau penurunan jumlah simpanan, jumlah pinjaman, serta investasi pada aktiva tetap terhadap likuiditas dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara individual (parsial) dan secara bersama-sama (simultan) pada bank umum yang go public di BEI periode 2007-2009? b) Menganalisis variable independent yang paling dominan mempengaruhi likuiditas bank umum yang go public di BEI periode 2007-2009. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai pengaruh variable-variabel jumlah simpanan, jumlah pinjaman, serta investasi pada aktiva tetap terhadap likuiditas bank umum yang go public.
7
b) Bagi lembaga perbankan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pembuatan keputusan yang berhubungan dengan obyek penelitian. c) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi, untuk keperluan penelitian lebih lanjut mengenai likuditas
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembanga Perbankan 1. Pengertian Bank Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika, dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun Amerika. Jika kita telusuri sejarah dikenalnya kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang. Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat menukarkan uang. Dalam perjalanan sejarah tempo dulu mungkin penukaran uangnya dilakukan antarkerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran uang ini sekarang dikenal nama dengan pedagang valuta asing (money changer). Kemudian
dalam
perkembangan
selanjutnya
kegiatan
operasional
perbankan berlanjut lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang. Uang yang disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya. Jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Akibat dari kebutuhan masarakat
9
akan jasa keuangan semakin meningkat dan beragam, maka peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara maju maupun negara berkembang. Bahkan dewasa ini perkembangan dunia perbankan semakin pesat dan modern, perbankan semakin mendominasi perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara. Bahkan aktivitas dan keberadaan perbankan sangat menentukan kemajuan suatu negara. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan BANK adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. (Kasmir, 2008, 25). Salah satu aktivitas perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpilkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah seperti giro, tabungan, sertifikat deposito, dan deposito berjangka. Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak
10
perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa yang diberikan, akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu, pihak perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga masyarakat berminat untuk menanamkan dananya. Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal. Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Di samping bunga simpanan, pengaruh besar kecil bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan risiko kredit macet, pajak serta pengaruh lainnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) ini merupakan kegiatan utama perbankan.
11
2. Jenis-Jenis Bank Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jenis perbankan sebelum keluar Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998 dengan sebelumnya, yaitu Undang-Undang No.14 Tahun 1967 terdapat beberapa perbedaan. Namun, kegiatan utama bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda satu sama lainnya. Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi serta kepemilikan bank. Dari segi fungsi, perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Sedangkan kepemilikan perusahaan dilihat dari segi pemilikan saham yang ada serta akta pendiriannya. Perbedaan lainnya adalah dilihat dari segi siapa nasabah yang mereka layani apakah masyarakat luas atau masyarakat dalam lokasi tertentu. Jenis perbankan juga dibagi ke dalam bagaimana cara bank tersebut menentukan harga jual dan harga beli. Adapun jenis perbankan dewasa ini jika ditinjau dari beberapa segi antara lain : 1. Dari Segi Fungsi Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan No.14 Tahun 1967, jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari Bank Umum, Bank Pembangunan, Bank Tabungan, Bank Pasar, Bank Desa, Lumbung Desa, dan Bank Pegawai. Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan No.7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan
12
keluarnya Undang-Undang RI No.10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari : a. Bank Umum b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Dimana Bank Pembangunan dan Bank Tabungan berubah fungsinya menjadi Bank Umum sedangkan Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa dan Bank Pegawai berubah fungsi menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan Undang Undang No.10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut : a. Bank Umum Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah opersinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank). b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya, kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.
13
2. Dari Segi Kepemilikannya Selain dari segi fungsinya, bank juga dapat dilihat dari segi kepemilikan, maksudnya adalah siapa-siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan adalah : a. Bank Milik Pemerintah Bank Milik Pemerintah merupakan bank yang akta pendirian maupun modalnya
dimiliki
oleh
pemerintah
Indonesia,
sehingga
seluruh
keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah Indonesia dewasa ini antara lain adalah Bank Negara Indonesia 46 (BNI 46), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara, dan Bank Mandiri. Di samping itu, terdapat pula Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi. Modal BPD sepenuhnya dimiliki oleh pemda masing-masing tingkatan. Contoh BPD yang ada sekarang ini adalah BPD DKI Jakarta, BPD Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur, BPD DI Yogyakarta, BPD Riau, BPD Sumatera Utara, BPD Sumatera Selatan, BPD Sulawesi Selatan, BPD Bali. b. Bank Milik Swasta Nasional Bank Milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta sepenuhnya, begitu pula dengan pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh bank milik swasta
14
nasional antara lain Bank Bumi Putra, Bank Central Asia, Bank Danamon, Bank Duta, Bank Internasional Indonesia, Bank Lippo, Bank Mega, Bank Muamalat, Bank Niaga, Bank Nusa Internasional, Bank Permata, Bank Universal. c. Bank Milik Koperasi Bank Milik Koperasi merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contoh bank jenis ini adalah Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin). d. Bank Milik Asing Bank Milik Asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikan bank ini dipegang oleh pihak asing (luar neegri) di Indonesia. Contoh bank asing yaitu ABN-AMRO Bank, American Express Bank, Bank of America, Bank of Tokyo, Bangkok Bank, City Bank, Chase Manhattan Bank, Deutshe Bank, European Asian Bank, Hong Kong Bank, Standart Chartered Bank. e. Bank Milik Campuran Bank Milik Campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki oleh dua pihak, yaitu pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran adalah Bank Finconesia, Bank Sakura Swadarma, Ing Bank, Inter Pacific Bank, Mitsubishi Buana Bank, Sumitomo Niaga Bank, Paribas BBD Indonesia, Sanwa Indonesia Bank.
15
3. Dari Segi Status Jenis bank ini merupakan jenis bank yang dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka bank umum dapat dibagi ke dalam dua macam. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayananya. Oleh karena itu, untuk memperoleh status tertentu diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu pula. Status bank yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Bank Devisa Bank Devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran letter of credit dan transaksi lainnya. Persyratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia. b. Bank Non Devisa Bank Non Devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan dari pada bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.
16
4. Dari Segi Cara Menentukan Harga Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli dibagi dalam dua kelompok yaitu : a. Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia saat ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu : 1) Menetapakan bunga sebagai harga, baik untuk produk yang disimpan seperti giro, tabungan, maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjaman (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari pada suku bunga pinjaman maka dikenal dengan nama negative spread. 2) Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak perbankan konvensional mengunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. b. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia. Namun, di luar negeri terutama di negara-negara Timur Tengah, bank
17
yang berdasarkan prinsip syariah ini sudah berkembang pesat sejak lama. Keluarnya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengharamkan bunga konvensional tahun 2003 memperkuat kedudukan bank syariah. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut : 1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) 2) Pembiayaan berdsarkan prinsip penyertaan modal (musharakah) 3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) 4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) 5) Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Pengertian dan klasifikasi bank di atas memberikan penjelasan bahwa bank dalam melakukan usahanya memiliki kegiatan utama yakni menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank. Demikian pula dari segi penyaluran dana, hendaknya bank tidak hanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik, tapi juga kegiatan bank harus diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat banyak dan ini menjadi komitmen bagi setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia.
18
3. Kegiatan Bank Umum Kegiatan bank sehari-hari tidak terlepas dari bidang keuangan. Sama halnya seperti pedagang atau perusahaan lainnya, kegiatan perbankan secara sederhana antara lain meliputi kegiatan membeli uang (menghimpun dana) dan menjual
uang
(menyalurkan
dana)
kepada
masyarakat
umum.
Dalam
melaksanakan kegiatannya, bank dibedakan antara kegiatan bank umum dengan kegiatan bank perkreditan rakyat. Kegiatan bank umum lebih luas dari pada bank perkreditan rakyat. Artinya, produk yang ditawarkan oleh bank umum lebih banyak dan beragam. Hal ini disebabkan karena bank umum mempunyai kebebasan untuk menentukan produk dan jasanya. Sedangkan bank perkreditan rakyat mempunyai keterbatasan tertentu sehingga kegiatannya lebih sempit. Adapun kegiatan-kegiatan bank umum yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding) Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat. Kegiatan ini juga dikenal dengan kegiatan funding. Kegiatan membeli dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis simpanan. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang biasanya adalah untuk keamanan uangnya. Kemudian untuk melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Tujuan lainnya adalah untuk memudahkan melakukan transaksi pembayaran. Simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account. Jenis simpanan yang ditawarkan sangat bervariasi tergantung dari bank yang bersangkutan.
19
Secara umum, jenis simpanan yang ada di bank adalah simpanan giro, tabungan, dan deposito. 2. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan lending. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dilakukan melalui pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama kredit. Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari berbagai macam jenis, tergantung dari kemampuan bank yang menyalurkannya. Demikian pula dengan jumlah serta tingkat suku bunga yang ditawarkan. Sebelum kredit diberikan, bank terlebih dahulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian. Penerima kredit akan dikenakan bunga kredit yang besarnya tergantung dari bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keuntungan utama bank adalah selisih dari bunga kredit dengan bunga simpanan. Secara umum kredit-kredit yang ditawarkan adalah kredit investasi, kredit modal kerja, kredit konsumtif, kredit perdagangan, kredit produktif dan kredit profesi. 3. Memberikan jasa-jasa lainnya (services) Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana sekalipun sebagai kegiatan penunjang, kegiatan ini sangat banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah, bahkan dewasa ini memberikan
20
konstribusi keuntungan yang tidak sedikit bagi keuntungan bank, apalagi misalnya keuntungan dari Spread based semakin mengecil, bahkan cendrung negative spread (bunga simpanan lebih besar dari bunga kredit). Adapun jasa-jasa bank yang ditawarkan adalah kliring, inkaso, transfer, Letter of Credit (L/C), Safe Deposit Box, Bank Card, Bank Notes (valas), Bank Garansi, Bank Draft, menerima setoran-setoran, pembayaranpembayaran, pasar modal dan jasa-jasa lainnya. Fungsi yang terakhir ini dilaksanakan dengan membentuk suatu trust departemen yang secara umum berfungsi sebagai berikut : 1. Bertindak sebagai pelaksana (executor) dalam pengaturan dan pengawasan harta benda/milik perorangan yang telah meninggal dunia, sepanjang orang tersebut
membuat
surat
wasiat
dan
menyerahkan/mempercayakan
pelaksanaanya kepada bank. 2. Trust departement memberikan berbagai macam jasa kepada perusahaanperusahaan, seperti pelaksanaan rencana-rencana pensiun dan pembagian keuntungan yang tumbuh dengan pesat akhir-akhir ini. 3. Bertindak sebagai wali dalam hubungan dengan penerbitan obligasi, dan sebagai transfer agents serta pendaftaran untuk perusahaan-perusahaan. 4. Mengurus/mengelola
dana-dana
yang
dikumpulkan
oleh
pemerintah,
perusahaan dari sumber (sinking funds) dan kegiatan-kegiatan lain sehubungan dengan penerbitan dan penebusan saham-saham dan obligasi.
21
4. Neraca Bank Untuk mengetahui profil keuangan suatu perbankan adalah dengan melihat komposisi neraca (the balance-sheet approach) dan laporan rugi laba. Neraca menggambarkan jumlah dan komposisi sumber dana (input keuangan) bank yang dialokasikan untuk pemberian kredit, investasi, sekuritas, dan berbagai penggunaan yang lain (output keuangan). Untuk mempermudah pemahaman bagaimana bank beroperasi, perlu dipahami sebagaimana halnya dalam neraca perusahaan, neraca bank juga merupakan persamaan dari : Aset merupakan dana yang dapat dialokasikan bank untuk cadangan kas, kredit, investasi, pembelian alat-alat kantor, dll. Sedangkan utang dan modal merupakan sumber-sumber dana yang berhasil dikumpulkan oleh bank, seperti giro, tabungan, deposito, laba yang dibagi, dan lain-lain. Secara umum, ada 3 tahap dalam mengelola neraca bank yakni : a. Tahap pertama, menyangkut manajemen aset, manajemen utang, dan manajemen modal. b.
Tahap kedua, di posisi aktiva menyangkut manajemen posisi cadangan, manajemen likuiditas, manajemen investasi, manajemen kredit, dan manajemen aktiva tetap. Sedangkan di posisi pasiva menyangkut manajemen utang posisi cadangan (reserve position liability), manajemen utang posisi kredit (loan position liability management), manajemen utang jangka panjang, dan manajemen modal.
c. Tahap ketiga, menyangkut perhitungan laba atau rugi bank yang diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya bunga, biaya overhead dan pajak.
22
5. Penilaian Kinerja Bank Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Kinerja perbankan sendiri dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah terjadi krisis perbankan membuat pemerintah memberikan kebijakan pengaturan dan pengawasan bank semakin besar. Perhatian tersebut antara lain karena semakin disadari arti penting dan peran strategis sektor perbankan dalam suatu perekonomian. Kegagalan suatu bank khususnya yang bersifat sistemik akan dapat mengakibatkan terjadinya krisis yang dapat mengganggu kegiatan suatu perekonomian. Sektor keuangan, terutama di negara-negara berkembang, masih didominasi oleh lembaga perbankan. Di Indonesia, misalnya, menurut Yunus Husein (2003), industri perbankan menguasai sekitar 93% dari total industri keuangan. Dalam kondisi yang demikian, apabila lembaga perbankan tidak sehat dan tidak befungsi secara optimal, maka dapat dipastikan akan berakibat pada terganggunya kegiatan perekonomian. 6. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat sebagai pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank. Pesatnya perkembangan yang terjadi di bidang keuangan dan perbankan membawa perubahan yang cukup berpengaruh terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan kesehatan bank. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Sama seperti manusia
23
yang harus selalu menjaga kesehatannya, perbankan juga harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya. Penilaian kesehatan bank amat penting disebabkan karena bank mengelola dana masyarakat yang dipercayakan kepada bank. Masyarakat sebagai pemilik dana dapat saja menarik dana yang dimilikinya setiap saat dan bank harus sanggup mengembalikan dana yang dipakainya jika ingin tetap dipercaya oleh nasabahnya. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran sistem pembayaran, serta dapat mendukung evektivitas kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik, kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonominan secara keseluruhan. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, mengelola dengan baik dan mengoperasikan bank berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai kebutuhan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketetentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan. Penilaian kesehatan suatu bank dapat dilihat dari berbagai segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank yang bersangkutan dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat sehingga Bank Indonesia
24
selaku pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya. Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Setiap bank diharuskan untuk membuat laporan baik yang bersifat rutin atau secara berkala tentang seluruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu. Penilaian kesehatan bank ini dilakukan setiap tahun untuk mengetahui apakah ada peningkatan atau penurunan kesehatan bank. Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank. Berdasarkan pasal 29 UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 Tahun 1998, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas dan sensitivitas, serta aspek lain yang berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehatihatian. Dalam perkembangannya Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan yang menyatakan tingkat kesehatan dan berfungsi sebagai alat pengukur atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai standard yang berlaku. Peraturan itu dimulai dari Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan yang menyebutkan beberapa ketentuan adalah sebagai berikut :
25
1. Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. 2. Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank. 3. Bank wajib memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan wajib melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Kemudian peraturan di atas diperlengkap dengan peraturan Bank Indonesia No.10 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa tingkat kesehatan suatu bank didasarkan atas : 1. Faktor Permodalan 2. Faktor Kualitas Aktiva 3. Faktor Manajemen dengan Penekanan pada Manajemen Umum dan Manajemen Resiko. 4. Faktor Rentabilitas 5. Faktor Likuiditas 6. Pelaksanaan ketentuan lain yang mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank. Peraturan pemerintah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia di atas mengenai alat ukur penilaian tingkat kesehatan perbankan mencakup penilaian faktor CAMEL atau sering disebut Analisis CAMEL yakni :
26
1. Capital
Rasio permodalan sering disebut juga rasio-rasio solvabilitas atau capital adequacy ratio. Analisis solvabilitas digunakan untuk: 1) Ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, 2) Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset yang tidak dipakai dan lain-lain, 3) Alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya, dan 4) Dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut. Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Rasio kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Rasio ini dirimuskan sebagai berikut: Modal CAR =
X100% ATMR
27
2. Asset Quality Kualitas asset atau aktiva yang produktif sangat erat kaitannya dengan kelangsungan usaha bank. Oleh karena itu manajemen bank dituntut untuk memantau dan menganalisis kualitas aset atau aktiva produktif. Aktiva produktif dapat berupa penanaman dana dalam bentuk kredit, SBI, dan penanaman dana pada bank lain, yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. Sedangkan aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian bagi bank. Kualitas aktiva produktif dinilai atas dasar penggolongan kolektibilitas yang terdiri dari aktiva lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet. 3. Management Untuk menilai kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam mengelola bank. Kualitas manusia juga dilihat dari segi pendidikan serta pengalaman para karyawannya dalam menangani berbagai kasus yang terjadi. Dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas. 4. Earning Earning merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan. Kegunaan aspek ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat diatas standar yang telah ditetapkan.
28
Penilaian earning meliputi hal-hal seperti: a. ROA Untuk mengetahui apakah suatu bank dikelola dengan baik, diperlukan pengukuran yang baik mengenai profitabilitas bank. Ukuran dasar keuntungan bank adalah imbal hasil atas asset (Return on Asset- ROA), laba bersih sebelum pajak dibagi asset. EBIT ROA =
X100% Total Asset
b. ROE Pemilik bank (pemegang saham) biasanya mengharapkan berapa besar penerimaan bank dari investasi ekuitasnya. Informasi ini diberikan oleh pengukuran keuntungan bank yaitu imbal hasil atas ekuitas (Return on EquityROE), laba bersih setelah pajak dari ekuitas (modal) bank. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: EAT ROE =
X100% Modal Inti
c. BOPO (Biaya Operasional Dengan Pendapatan Operasional) Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat dan distribusi biaya operasional bank dalam menghasilkan pendapatan operasionalnya. Rasio ini menunjukkan prosentase efisiensi usaha dalam menghasilkan pendapatan dibandingkan biaya yang dikeluarkan, sehingga semakin kecil nilai rasio di bawah 100% akan semakin baik. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
29
Beban Operasional BOPO =
X100% Pendapatan Operasional
e. Liquidity Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan mampu membayar semua hutangnya terutama hutang-hutang jangka pendek. Dikatakan likuid jika pada saat ditagih bank mampu membayar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menciptakan dana kredit. Perbankan umunya memiliki modal sendiri yang cukup. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Krediit yang diberikan LDR =
X100% Dana yang diterima
Unsur Capital 1. Capital Asset Ratio- CAR = 8% - 9,9 % (minimum). Unsur Asset 2. Rasio aktiva yang diklasifikasikan kepada total aktiva yang produktif mencapai 0,55-3,35%. 3. Rasio cadangan aktiva yang diklasifikasikan kepada total aktiva yang diklasifikasikan mencapai 54%-66%. Unsur Manajemen 4. Manajemen umum 10%. 5. Manajemen risiko 15%. Unsur Earning 6. Return on Asset mencapai 1,25%-1,5%.
30
7. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional mencapai 92%93,52%. Unsur Liquidity 8. Rasio call money terhadap aktiva lancar mencapai maksimum 19%. 9. Loans to deposit ratio, maksimum mencapai 89,75%.
Di samping dengan penilaian analisis CAMEL, kesehatan bank juga dipengaruhi oleh hasil penilaian lainnya, yaitu penilaian terhadap : 1. Ketentuan pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) dan Pelaksanaan Kredit Ekspor. 2. Pelanggaran ketentuan Batas Maksimum pemberian Kredit (BMPK) atau sering disebut dengan Legal Lending Limit. 3. Pelanggaran Posisi Devisa Neto. B. Sumber-Sumber Dana Bank Menurut Dahlan Siamat (1993:84), dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan dapat digunakan setiap waktu. Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan operasionalnya. Sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga keuangan di mana kegiatan sehari-harinya adalah bergerak di bidang keuangan, maka sumber-sumber dana juga tidak terlepas dari bidang keuangan. Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual uang (memberikan pinjaman), bank harus lebih dahulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank memperoleh keuntungan.
31
Dana untuk membiayai operasi suatu bank dapat diperoleh dari berbagai sumber. Perolehan dana ini tergantung bank itu sendiri apakah secara pinjaman (titipan) dari masyarakat atau dari lembaga lainnya. Di samping itu, untuk membiayai operasinya maka dana dapat juga diperoleh dengan modal sendiri, yaitu setoran modal dari para pemilik atau bank mengeluarkan atau menjual saham baru kepada pemilik baru. Perolehan dana disesuaikan pula dengan tujuan dari penggunaan dana tersebut. Kemampuan bank dalam memperoleh sumber-sumber dana yang diinginkan sangat mempengaruhi kelanjutan usaha bank. Dalam mencari sumbersumber dana bank harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti kemudahan untuk memperolehnya, jangka waktu sumber dana, serta biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh dana tersebut. Dalam praktiknya, dana yang tersedia sangat beragam dengan berbagai persyaratan pula. Dalam hal ini, bank harus pintar menentukan untuk apa dana tersebut digunakan, seberapa besar dana yang dibutuhkan, sehingga tidak salah dalam menentukan pilihan. Adapun jenis-jenis sumber dana tersebut antara lain : 1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri (dana pihak I). Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Maksud dari modal sendiri ini adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya. Apabila saham yang terdapat dalam portepel belum habis terjual, sedangkan kebutuhan dana masih perlu, maka pencariannya dapat dilakukan dengan menjual saham kepada pemegang saham lama. Akan tetapi, jika tujuan perusahaan untuk
32
melakukan ekspansi, maka perusahaan dapat mengeluarkan saham baru dan menjual saham baru tersebut di pasar modal. Dalam neraca bank, dana modal sendiri terdiri atas :
Modal setor, yakni uang yang disetor secara efektif oleh para pemegang saham pada saat bank berdiri.
Agio saham, yakni nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan pemegang saham baru dibandingkan nominal saham. Cadangan-cadangan bank, yakni sebagian laba yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk menutup kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari.
Laba di tahan, yakni laba milik para pemegang saham yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk tidak dibagikan (deviden), namun dimasukkan kembali sebagai modal kerja bank.
2. Dana yang bersumber dari lembaga lain (dana pihak II). Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana. Pencarian dari sumber dana ini relatif mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Kemudian dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan utuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Sumber dana ini dapat diperoleh antara lain dari :
Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sektorsektor tertentu.
33
Pinjaman antar bank (call money), biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi.
Pinjaman dari bank-bank luar negeri, merupakan pinjaman yang diperoleh perbankan dari pihak luar negeri. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dalam hal ini pihak perbankan
menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan. 3. Dana yang berasal dari masyarakat luas (dana pihak III). Sumber dana yang ketiga ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Sumber dana dari pihak ketiga ini disamping mudah untuk mencarinya juga tersedia banyak di masyarakat dan persyaratan untuk mencarinya tidaklah sulit. Jika bank dapat memberikan bunga dan fasilitas yang menarik maka bank dapat dengan mudah menarik dana dari sumber ini. Pembagian jenis simpanan ke dalam beberapa jenis dimaksudkan agar para penyimpan mempunyai pilihan sesuai dengan tujuan masing-masing. Tiap pilihan mempunyai pertimbangan tertentu dan adanya suatu pengharapan yang ingin diperolehnya. Pengharapan yang ingin diperoleh dapat berupa keuntungan, kemudahan atau keamanan uangnya. Contohnya, tujuan utama menyimpan uang dalam bentuk rekening giro adalah untuk kemudahan dalam melakukan
34
pembayaran, terutama bagi mereka yang berada dalam dunia bisnis dan biasanya pemegang rekening giro tidak begitu memperhatikan bunganya. Sedangkan bagi mereka yang menyimpan uangnya di rekening tabungan disamping memiliki kemudahan untuk mengambil uangnya juga dapat memperoleh bunga yang lebih besar dibandingkan dengan rekening giro. Sedangkan bagi mereka yang menyimpan uangnya di rekening deposito memiliki tujuan untuk memperoleh bunga yang lebih besar. Hal ini disebabkan bunga deposito yang diberikan kepada deposan paling tinggi dari simpanan lainnya. Dari ketiga sumber dana bank diatas, yang merupakan sumber utama dana bank berasal dari dana-dana masyarakat (dana pihak III). Secara umum, dana pihak ketiga ini dibagi ke dalam tiga jenis yaitu : 1) Simpanan Giro (Demand Deposit) Menurut Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998, yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Simpanan ini dapat ditarik setiap saat maksudnya adalah bahwa uang yang sudah disimpan di rekening giro tersebut dapat ditarik berkali-kali dalam sehari, dengan catatan bahwa dana yang tersedia masih mencukupi. Dalam pelaksanaan tata usaha giro dilakukan melalui suatu rekening yang disebut rekening koran. Rekening ini digunakan juga untuk menata usahakan kredit yang juga diberikan melalui rekening koran. Kepada setiap pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang
35
bersangkutan. Rekening giro biasa digunakan oleh para usahawan, baik untuk perorangan maupun perusahaannya. Bagi bank jasa giro merupakan dana murah karena bunga yang diberikan kepada nasabah relatif lebih rendah dari bunga simpanan lainnya. Salah satu segi yang amat penting dalam peningkatan jumlah pemegang giro adalah kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut dan pelayanan (service) yang menyenangkan nasabah. Disamping itu, karamah tamahan pekerja bank juga merupakan syarat penting dan melalui pelayanan yang baik serta menyenangkan dan tempat/ruangan nasabah yang nyaman akan sangat menguntungkan bank karena dana giro yang dianggap sebagai dana besar yang termurah akan terus berkembang dan bertambah secara meyakinkan. 2) Simpanan Tabungan (Saving Deposit) Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syaratsyarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat antara bank dengan si penabung. Tabungan ini mempunyai ciri diantara giro dan deposito. Pada tabungan dapat dilakukan penyetoran sewaktu-waktu dan penarikan dananya oleh nasabah dengan tidak perlu memperhatikan jatuh waktunya seperti pada deposito. Motif masyarakat mempunyai tabungan yaitu untuk menanamkan dananya dan untuk berjaga-jaga atau untuk menghimpun dana dalam mencapai
36
maksud tertentu setelah dananya mencukupi akan ditarik kembali oleh para penabung yang bersangkutan. Program tabungan yang pernah diperkenalkan pemerintah sejak tahun 1971 adalah tabanas, taska, tappelpram, tabungan ongkos naik haji, dll. Akan tetapi, adanya deregulasi di bidang perbankan seperti Paket Juni 1983 dan Paket Oktober 1988 menyebabkan semua bank memiliki berbagai jenis tabungan dengan nama yang khusus serta memberikan rangsangan bagi nasabahnya. Semua jenis bank diperkenankan untuk mengembangkan sendiri berbagai jenis tabungan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tanpa perlu adanya persetujuan dari bank sentral (Bank Indonesia), seperti diperkenalkannya tabungan harian (dengan tingkat bunga yang dihitung harian secara rata-rata), adanya penarikan undian berhadiah, kemudian untuk menyetor maupun menarik dana, serta berbagai fasilitas lainnya. (Lukman Dendawijaya, 2000: 58). Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat antara bank dengan si penabung. Sebagai contoh dalam hal frekuensi penarikan, apakah dua kali seminggu atau setiap hari atau mungkin setiap saat, yang jelas haruslah sesuai dengan perjanjian sebelumnya. Kemudian dalam hal sarana atau alat penarikan juga tergantung dengan perjanjian antara keduanya yaitu bank dan penabung. Penarikan tabungan dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kwitansi atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kepada pemegang rekening tabungan akan diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atau tabungannya. Sama seperti halnya dengan rekening giro,
37
besarnya bunga tabungan tergantung dari bank yang bersangkutan. Dalam praktiknya bunga tabungan lebih besar dari jasa giro. 3) Simpanan Deposito (Time Deposit) Simpanan deposito merupakan simpanan jenis ketiga yang dikeluarkan oleh bank. Berbeda dengan dua jenis simpanan sebelumnya, simpanan deposito mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo) lebih panjang dan tidak dapat ditarik setiap saat atau setiap hari. Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Artinya, jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu tiga bulan, maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir atau disebut dengan jatuh tempo. Sesuai dengan namanya yaitu simpanan berjangka maka bentuk deposito ini juga dapat dibedakan dengan jangka waktu jatuh temponya, masing-masing bank mempunyai pembagian jangka waktu yang berbeda-beda tetapi pada umumnya waktu tersebut diatur dalam bentuk 1 bulan, 3 bulan,6 bulan, 1 tahun, 2 tahun, dan seterusnya. Tingkat suku bunga antara deposito yang berjangka waktu pendek dengan jangka waktu yang lebih panjang juga sering berbeda-beda. Secara normal suku bunga deposto yang berjangka waktu lebih panjang biasanya mempunayi tingkat suku bunga yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan deposito yang mempunyai jangka waktu yang lebih pendek.
38
Mengingat jangka waktu jatuh tempo dari deposito ini sudah pasti dapat diperkirakan, maka pengendapan dari dana yang bersumber dari deposito ini tentu lebih stabil dibandingkan dengan rekening giro. Oleh karena itu, pihak bank juga menanamkan dana ini ke asset yang mempunyai jangka waktu yang relatif lebih panjang, dan sudah tentu suku bunga yang dibayarkan oleh bank kepada para deposannya juga lebih tinggi dibandingkan dengan pemegang rekening giro. Apabila ditinjau dari segmen pasarnya maka deposito lebih banyak dimiliki oleh perorangan, lembaga non-profit, yayasan-yayasan sosial, dan sejenisnya untuk sarana penanaman modal. C. Alokasi Dana Bank
Menurut Dahlan Siamat (2001:132) penggunaan dana bank pada prinsipnya dapat diklasifikasikan atas dasar : 1. Prioritas penggunaan dana. Alokasi dana bank berdasarkan prioritas penggunaan terdiri atas : a. Cadangan primer (primary reserve), merupakan prioritas pertama dan yang paling utama dalam alokasi dana bank. b. Cadangan sekunder (secondary reserve), merupakan prioritas kedua dan sebagai pelengkap atau cadangan pengganti bagi cadangan primer. c. Penyaluran kredit, merupakan prioritas ketiga dalam alokasi dana bank setelah mencukupi cadangan primer serta kebutuhan cadangan sekunder. d. Investasi portofolio, merupakan prioritas terakhir dalam alokasi dana bank dimana dana yang dialokasikan dalam kategori ini adalah dana sisa setelah
39
penanaman dana dalam bentuk kredit telah memenuhi kriteria atau target tertentu. 2. Sifat aktiva Alokasi dana bank berdasarkan sifat aktiva adalah pengalokasian dana bank kedalam bentuk-bentuk aktiva, yaitu : a. Penanaman dana dalam aktiva produktif. Aktiva produktif adalah semua penanaman dana dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Komponen aktiva produktif terdiri atas kredit yang diberikan, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga dan penyertaan modal. b. Penanaman dana dalam aktiva tidak produktif. Aktiva tidak produktif adalah penanaman dana bank kedalam aktiva yang tidak memberikan hasil bagi bank. Komponen dana dalam bentuk aktiva tidak produktif terdiri atas alat-alat likuid atau cash asset serta aktiva tetap dan inventaris. D. Penyaluran Kredit 1. Pengertian Kredit Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga (UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan). Sedangkan manajemen perkreditan pada dasarnya
40
merupakan proses yang terintegrasi antara sumber-sumber dana, alokasi dana yang dapat dijadikan kredit dengan perencanaan, pengorganisasian, pemberian, administrasi, dan pengamanan kredit. Sebagai lembaga pemberi kredit, kebijaksanaan yang ditempuh bank sangat terkait erat dengan line of bussiness bank tersebut, bentuk dan sifat kredit yang dapat diberikan, pengaturan rencana kredit, pengaturan wewenang kredit, analisis krcdit, penetapan plafond kredit, pengaturan administrasi kredit, pembinaan kredit dan terakhir adalah pengamanan atas kredit yang berjalan. Dari sumber-sumber dana yang tersedia, sebagian besar dialokasikan untuk kredit. Karena bunga atas kredit-kredit yang dinikmati nasabah merupakan sumber pendapatan bank yang terbesar. Pengalaman adanya kredit macet akhir-akhir ini, telah memacu kalangan perbankan untuk lebih berhati-hati dalam mengatur alokasi dana kredit. Rencana kredit disusun lebih matang, analisis atas permohonan kredit lebih terarah dan pengamanan kredit lebih digalakkan, di samping peningkatan sistem pembinaan nasabah. Kesemua ini adalah untuk meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan pembiayaan masyarakat. Aktivitas bank yang terbanyak akan berkaitan erat secara langsung atau pun tidak langsung dengan kegiatan perkreditan. Melalui pemberian kredit, akan banyak usaha pembayaran nasabah melalui rekeningnya demikian juga penyetoran-penyetoran nasabah. Transaksi pembayaran dari relasi nasabah juga akan menggunakan jasa-jasa perbankan, demikian juga kegiatan keuangan lain seperti L/C, inkaso dan sebagainya.
41
2. Tujuan Kredit Tujuan pemberian kredit adalah untuk mendapatkan keuntungan (profit) yang tinggi dari jasa pemberian kredit dan keamanan bank, yaitu keamanan untuk nasabah penyimpan. Kredit yang aman (safe) akan memberikan dampak yang positif bagi bank sehingga kepercayaan masyarakat akan bertambah. Dengan demikian, profitability dan safety akan berjalan beriringan. 3. Fungsi Kredit Secara garis besar fungsi kredit dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan daya guna (utility) dari uang, (2) Meningkatkan daya guna (utility) dari barang, (3) Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, (4) Sebagai salah satu alat stabilisasi ekonomi, (5) Akan menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat, (6) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional, dan (7) Sebagai alat hubungan ekonomi internasional. 4. Unsur-unsur Kredit Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut: a. Kepercayaan Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, atau jasa akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang.
42
b. Kesepakatan Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. c. Jangka Waktu Setiap krcdit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu yang mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. d. Risiko Faktor risiko dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama faktor kerugian yang diakibatkan adanya unsur kesengajaan nasabah untuk tidak membayar kreditnya padahal mampu. Kedua, risiko kerugian yang ditimbulkan oleh unsur ketidaksengajaan nasabah sehingga mereka tidak mampu membayar kreditnya, misalnya akibat terjadi musibah bencana alam. 5. Jenis-jenis Kredit Pada prinsipnya, kredit itu hanya ada satu macam saja, yaitu uang bank yang dipinjamkan kepada nasabah dan akan dikembalikan pada suatu waktu tertentu di masa mendatang, disertai dengan suatu “kontra prestasi” berupa bunga. Tetapi berdasarkan berbagai keperluan usaha serta berbagai unsur ekonomi yang mempengaruhi bidang usaha para nasabah, maka jenis kredit menjadi beragam, yaitu antara lain berdasarkan: sifat penggunaan, keperluan, jangka waktu, dan jaminan atas kredit yang diberikan bank. a. Jenis Kredit Menurut Sifat Penggunaannya. Jenis kredit menurut sifat penggunaannya terdiri atas:
43
1) Kredit Konsumtif. Kredit ini dipergunakan oleh peminjam untuk keperluan konsumsi, artinya uang kredit akan habis dipergunakan atau semua akan terpakai untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi kredit ini tidak bernilai bila kita tinjau dan segi utility uang, akan tetapi hanya membantu seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya kredit untuk rnembeli rumah, barangbarang keperluan rumah tangga dan lain-lainnya. 2) Kredit Produktif. Kredit ini ditujukan untuk keperluan produksi dalam arti luas. Melalui kredit produktif inilah suatu utility uang dan barang dapat dilihat dengan nyata. Peranan kredit produktif digunakan untuk peningkatan usaha baik usaha-usaha produksi, perdagangan maupun investasi. b. Jenis Kredit Menurut Keperluannya Jenis kredit menurut keperluannya adalah sebagai berikut: 1) Kredit Produksi Eksploitasi. Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan produksi baik peningkatan kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi maupun peningkatan kualilalif yaitu peningkatan kualitas/mutu hasil produksi. Disebut juga kredit ekploitasi karena bantuan modal kerja tersebut digunakan untuk menutup biaya-biaya ekspliotasi perusahaan secara luas berupa pembelian bahan-bahan baku, bahan penolong dan biaya-biaya produksi lainnya (upah, biaya pengepakan, biaya distribusi dan sebagainya).
44
2) Kredit Perdagangan. Kredit ini digunakan untuk keperluan-keperluan perdagangan pada umumnya, yang berarti peningikatan utility of place dan sesuatu barang. Pelaksanaan pemberian kredit perdagangan dalam negeri maupun luar negeri dapat dilakukan dengan Letter of Credit (L/C). Letter of Credit pada dasarnya adalah surat perintah dari pembeli (importir) kepada penjual (eksportir) untuk mengirimkan sejumlah barang yang tertera dalam LC dengan jaminan uang akan dikirim bilamana syarat-syarat dalam LC dapat dipenuhi oleh penjual (eksportir). 3) Kredit Investasi. Kredit ini diberikan oleh bank kepada para pengusaha untuk keperluan investasi. Pemanfaatannya bukanlah untuk keperluan penanaman modal kerja, akan tetapi untuk keperluan perbaikan ataupun pertambahan barang modal (capital goods) beserta fasilitas-fasilitas yang erat hubungannya dengan itu. Ciri dari kredit investasi antara lain: (1) diperlukan untuk penanaman modal, (2) mempunyai perencanaan yang terarah dan matang, dan (3) waktu penyelesaian kredit berjangka menengah dan panjang. c. Jenis Kredit Menurut Jangka Waktu. Jenis kredit menurut jangka waktunya, kredit dapat dibagi menjadi: 1) Kredit jangka pendek, yaitu kredit dengan jangka waktu selamalamanya 1 tahun 2) Kredit jangka menengah, adalah kredit yang berjangka waktu antara 1 sampai dengan l0 tahun
45
3) Kredit jangka panjang, adalah kredit yang berjangka waktu lebih dan 10 tahun. d. Jenis Kredit Menurut Jaminannya. Jenis kredit berdasarkan jaminannya adalah sebagai berikut: 1) Kredit tanpa Jaminan (Unsecured Loans) Jaminan disini yang dimaksudkan adalah jaminan fisik. Di Indonesia jenis kredit ini belum lazim dan dilarang oleh Bank lndonesia. Tetapi di Eropa dan Amerika kredit ini justru yang lazim dipakai dan khususnya diperuntukkan pada perusahan yang besar dan kuat. 2) Kredit dengan Jaminan (Secured Loans) Jenis kredit ini adalah kredit yang penilaiannya lengkap dalam arti segala aspek penilaian turut dipertimbangkan termasuk jaminan. Jaminan kredit dapat berupa tanah, rumah, pabrik, dan atau mesin-mesin pabrik, perhiasan dan barang-barang fisik lainnya. 6. Konsep Penilaian Kredit Penilaian kredit merupakan kegiatan untuk menilai keadaan calon debitur. Penilaian kredit atau analisis kredit sangat mempengaruhi kualitas portofolio kredit bank. Analisis kredit yang kurang akurat pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya kredit bermasalah. Dalam melakukan penilaian kredit ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan antara lain: prinsip-prinsip perkreditan, aspek penilaian kredit, dan teknik penyelesaian kredit macet.
46
1) Prinsip-prinsip Perkreditan Prinsip perkreditan disebut juga sebagai konsep 5C dan 7P. Pada dasarnya konsep 5C ini akan dapat memberikan informasi mengenai iktikad baik (willingnes to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Prinsip perkreditan 5C tersebut adalah sebagai berikut: a) Character Pada prinsip ini diperhatikan dan diteliti tentang kebiasaan-kebiasaan, sifat-sifat pribadi, cara hidup (style of living), keadaan keluarganya (anak istri), hobby dan social standing calon debitur. Prinsip ini merupakan ukuran tentang kemauan untuk membayar (willingnes to pay). b) Capacity Penilaian terhadap capacity debitur dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan debitur mengembalikan pokok pinjaman serta bunga pinjamannya. Penilaian kemampuan membayar tersebut dilihat dari kegiatan usaha dan kemampuannya melakukan pengelolaaan atas usaha yang akan dibiayai dengan kredit. c) Capital Penyelidikan terhadap prinsip capital atau permodalan debitur tidak hanya melihat besar kecilnya modal tersebut, tetapi juga bagaimana distribusi modal itu ditempatkan oleh debitur. Cukupkah modal yang tersedia sehingga segala sumber dapat bergerak secara efektif. Baikkah pengaturan modal itu sehingga perusahaan berjalan lancar dan maju. Berapa besar
47
modal kerjanya? Kesemuanya ini dapat dilihat dan posisi neraca perusahaan calon debitur. d) Colleteral Penilaian terhadap barang jaminan (collateral) yang diserahkan debitur sebagai jaminan atas kredit bank yang diperolehnya adalah untuk mengetahui sejauh mana nilai barang jaminan atau agunan dapat menutupi risiko kegagalan pengembalian kewajiban-kewajiban debitur. Fungsi jaminan di sini adalah sebagai alat pengaman terhadap kemungkinan tidak mampunya debitur melunasi kredit yang diterimanya. e) Condition Pada prinsip kondisi (condition), dinilai kondisi ekonomi secara umum serta kondisi pada sektor usaha calon debitur. Maksudnya agar bank dapat memperkecil risiko yang mungkin timbul oleh kondisi ekonomi, keadaan perdagangan dan persaingan di lingkungan sektor usaha calon debitur dapat diketahui, sehingga bantuan yang akan diberikan benar-benar bermanfaat bagi perkembangan usahanya. Kondisi ekonomi ini termasuk pula peraturan-peraturan atau kebijaksanaan pemerintah yang memiliki dampak terhadap keadaan perekonomian yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan usaha nasabah atau debitur. Sedangkan prinsip-prinsip 7 P dalam kredit adalah sebagai berikut: a) Personality Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat hidupnya (kelahiran, pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan dan
48
sebagainya), hobby, keadaan keluarga, pergaulan dalam masyarakat (social standing) dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kepribadian calon debitur. b) Purpose Bank mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit Apakah akan digunakannya untuk berdagang, berproduksi atau membeli rumah. Apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kredit bank yang bersangkutan. c) Prospect Prospect merupakan harapan masa depan dan bidang usaha atau kegiatan usaha calon debitur selama beberapa bulan atau tahun, perkembangan keadaan ekonomi/perdagangan, keadaan sektor usaha calon debitur, kekuatan keuangan perusahaan masa lalu dan perkiraan masa mendatang. d) Payment Payment merupakan prinsip untuk mengetahui bagaimana pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospect, kelancaran penjualan dan pendapatan sehingga dapat dipcrkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah pengembaliannya. e) Party Party merupakan pengklasifikasan nasabah ke dalam klasilikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Dengan demikian nasabah dapat digolongkan ke golongan
49
tertentu dan akan mendapat fasilitas krcdit yang berbeda pula dari bank, baik dari segi jumlah bunga dan persyaratan lainnya. f) Profitability Profitability merupakan kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability dapat diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank. g) Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi. 7. Aspek-aspek Penilaian Kredit Selain prinsip-prinsip penilaian kredit di atas, ada beberapa aspek kegiatan usaha caton debitur yang perlu dianalisis, antara lain: a). Aspek Umum dan Manajemen Penilaian terhadap aspek umum dan manajemen antara lain mengenai: (1) Bentuk, nama dan alamat perusahaan (termasuk akte pendirian perusahaan); (2) Susunan pengurus lengkap perusahaan (dilengkapi daftar riwayat hidupnya); (3) Bidang usaha (line of business) calon debitur; (4) Social standing pengurus; (5) Jumlah pegawai;
50
(6) Struktur organisasi b) Aspek Teknis. Penilalan terhadap aspek teknis mencakup beberapa hal berikut ini: (1)Keterangan tentang produksi termasuk kapasitas riil dan design capacity; (2) Perkembangan usaha (produksi, penjualan dan persediaan); (3) Lokasi perusahaan; (4) Persediaan bahan baku dan kontinuitas persediaan; (5) Rencana usaha (kapasitas yang direncanakan); (6) Kualitas tenaga kerja. c) Aspek Ekonomis Dan Komersial. Penilalan aspek ekonomis dan komersial antara lain mengenai: (1) Kondisi pemasaran dan posisi harga penjualan; (2) Keadaan persaingan dari perusahaan sejenis dan posisi debitur dalam persaingan; (3) Prospek pemasaran di masa datang d) Aspek Finansial. Penilaian terhadap aspek financial antara lain mengenai: (1) Analisis laporan neraca dan rugi/laba perusahaan; (2) Analisis biaya dan pendapatan; (3) Perhitungan kebutuhan kredit e) Aspek Jaminan. Penilaian atas aspek jaminan meliputi:
51
(1) Jumlah dan nilai jaminan; (2) Status pemilikan; (3) Daya tahan jaminan; (4) Tata cara pengikatan. f) Aspek Analisis Dampak Lingkungan. Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan timbul dengan adanya suatu usaha, serta cara-cara pencegahan terhadap dampak tersebut. 8. Investasi Aktiva Tetap Menurut husnan (2002:6) investasi dalam aktiva tetap merupakan suatu penanaman modal dalam aktiva dalam harapan perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan melalui operasinya. Sedangkan menurut Samryn (2002:239) investasi dalam aktiva meliputi aktiva yang dapat menyediakan suatu hasil tertentu dalam periode waktu jangka panjang. Definisi lain mengenai investasi dalam aktiva tetap adalah investasi dalam mesin, bangunan, kendaraan dan lain-lain dimana dana yang teratanam didalamnya akan diterima kembali keseluruhannya oleh perusahaan dalam waktu beberapa tahun dan kembaliannya secara berangsur-angsur melalui defresiasi (Riyanto,2003:115). Dalam pengambilan keputusan atas usulan investasi perlu diketahui beberapa faktor (Harahap, 2002:219) 1. Akibat keputusan tentang investasi aktiva tetap mempengaruhi semua departamen dalam perusahaan
52
2. Keputusan tentang investasi aktiva tetap menyangkut nasib perusahaan dalam jangka panjang 3. Akibat kesalahan dalam mengambil keputusan akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang dan menimbulkan hal yang serius. 4. Keputusan tentang investasi tidak dapat di realisir saat itu juga sehingga memerlukan perencanaan yang lebih matang. Jumlah dana yang di investasikan dalam aktiva tetap tidak sama jumlahnya selama periode investasi atau selama umur penggunaan aktiva tetap tersebut. Jumlah dana yang terikat dalam aktiva tetap akan berangsur-angsur berkurang sesuai dengan metode defresiasi yang digunakan (Riyanto, 2003:116) F. Likuiditas Bank 1. Pengertian Likuiditas Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kegiatan operasi bank. Sulitnya pengelolaan likuiditas tersebut disebabkan dana yang dikelola bank sebagian besar adalah dana masyarakat yang sifatnya jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu. Oleh karena itu, bank harus memperhatikan seakurat mungkin kebutuhan likuiditas untuk suatu jangka waktu tertentu. Perkiraan kebutuhan likuiditas tersebut sangat dipengaruhi oleh perilaku penarikan nasabah, sifat dan jenis sumber dana yang dikelola oleh bank. Beberapa penulis memberikan pengertian likuiditas dalam perspektif perbankan sebagai berikut (Dahlan Siamat, 2004, 153) :
53
Joseph E.Barus Likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan suatu bank untuk menghimpun sejumlah tertentu dana dengan biaya tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Oliver G.Wood,Jr Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan memenuhi permintaan kredit tanpa ada penundaan. William M.Galvin Likuiditas berarti memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajiban. 2. Sumber-Sumber Kebutuhan Likuiditas a. Sumber utama kebutuhan likuiditas bank berasal dari adanya kebutuhan antara lain : Ketentuan likuiditas wajib (reserve requirement) atau cash ratio. b. Saldo rekening minimum pada bank koresponden. c. Penarikan simpanan dalam operasional bank sehari-hari. d. Permintaan kredit masyarakat. Sejalan dengan likuiditas bank, maka suatu bank dianggap likuid apabila : 1. Memiliki
sejumlah
likuiditas
sama
dengan
jumlah
kebutuhan
likuiditasnya. 2.
Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi bank mempunyai suratsurat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas.
54
3. Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan uang. 3. Teori Manajemen Likuiditas (Dahlan Siamat,2004,158) Teori manajemen likuiditas pada dasarnya adalah teori yang berkaitan dengan bagaimana mengolah dana dan sumber-sumber dana bank agar dapat memelihara posisi likuiditas dan memenuhi segala kebutuhan likuiditas dalam kegiatan operasional bank sehari-hari. Ada beberapa teori manajemen likuiditas yang dikenal dalam perbankan yakni :
1) Commercial LoanTheory Likuiditas bank menurut teori ini akan dapat terjamin apabila aktiva produktif bank terdiri dari kredit jangka pendek yang dicairkan dalam kegiatan usaha yang berjalan secara normal. Dan apabila bank yang bersangkutan akan memberikan kredit yang lebih panjang hendaknya sumber dana diambil dari modal bank dan sumber dana jangka panjang. Secara khusus teori ini menyatakan bahwa bank harus hanya memberikan kredit jangka pendek atau self-liquiditing loans. Misalnya kredit yang digunakan untuk modal kerja. Kelemahan commercial loan theory ini adalah : a. Banyak kredit bukan jangka pendek dan tidak self-liquidating. b. Dalam situasi ekonomi yang sedang lesu, kredit modal kerja yang pelunasannya berasal dari arus kas nasabah debitur akan menjadi tidak lancar.
55
c. Kredit jangka pendek dapat menjadi jangka panjang melalui perpanjangan waktu secara terus menerus. d. Dalam
perekonomian
yang
semakin
maju,
kredit
jangka
menengah/panjang akan menjadi semakin penting dan dibutuhkan. e. Teori ini mengabaikan kenyataan bahwa dalam keadaan normal atau stabil, sumber-sumber dana bank seperti giro, tabungan, dan deposito memungkinkan untuk disalurkan sebagai kredit yang jangka waktunya lebih panjang. f. Secara implisit, teori ini menganggap bahwa likuiditas dapat terpenuhi dengan hanya mengandalkan sumber dari pelunasan dan atau pembayaran kredit oleh nasabah. Padahal, penarikan simpanan dan pencairan kredit dapat melebihi likuiditas yang hanya bersumber dari pelunasan kredit. 2) Shiftability Theory Pada tahun 1940-an, sebuah teori perbankan muncul di kalangan perbankan Amerika, yang dikenal dengan nama the shiftability theory (teori tentang aktiva yang dapat dipindahkan). Teori ini menjelaskan bahwa likuiditas suatu bank tergantung pada kemampuan bank tersebut untuk memindahkan aktivanya ke pihak/orang lain dengan harga yang dapat diramalkan. Jadi, akan dapat diterima bagi sebuah bank untuk menyimpan investasi-investasi pasar terbuka jangka pendek dalam portifolio aktivanya. Jika dalam keadaan ini sejumlah deposan harus memutuskan untuk menarik kembali uang mereka maka bank hanya tinggal menjual investasi-investasi tersebut, mengambil uang yang diperoleh (dibeli) dan membayarkannya kembali kepada para deposan.
56
Kelemahan teori ini sama dengan kelemahan teori sebelumnya yaitu apabila pada saat yang sama sistem perbankan membutuhkan likuiditas dan secara serentak menggunakan cara yang sama yaitu menjual sekuritasnya untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya sehingga bank-bank dalam waktu yang bersamaan berperan sebagai penjual. Dalam situasi seperti ini, Bank Sentral biasanya akan melakukan suatu tindakan dengan membeli surat-surat berharga dari semua bank pada saat perbankan meningkatkan likuiditasnya. Di negaranegara yang pasar uangnya sudah cukup berkembang dan kegiatan operasi pasar terbuka Bank Sentral sudah berjalan baik, teori ini umumnya cukup efektif digunakan untuk mengatasi kesulitan likuiditas. 3) The Anticipated Income Theory Pada tahun 1930-an sampai 1940-an, bank-bank mengembangkan teori baru yang disebut dengan anticipated income theory. Teori ini menjelaskan bahwa setiap bank seharusnya dapat memberikan kredit jangka panjang di mana pelunasannya yaitu cicilan pokok pinjaman ditambah bunga dapat diharapkan dan dijadwalkan pembayarannya pada waktu yang akan datang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Jadwal pembayaran kembali nasabah berupa angsuran pokok dan bunga akan memberikan cash flow secara teratur yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank. Kelemahan anticipated income theory ini yaitu teori ini menganggap bahwa semua kredit dapat ditagih sesuai dengan jangka waktu yang telah dijadwalkan
tanpa
memperhatikan
kemungkinan
terjadinya
kegagalan
pengembalian kredit oleh debitur akibat faktor ekstern atau intern. Faktor-faktor
57
terjadi diluar kendali nasabah misalnya terjadinya resesi ekonomi yang berkepanjangan dan kebijakan pemerintah yang kurang mendukung. Faktor intern antara lain terjadinya mismanagement atau kurangnya tenaga yang berpengalaman dan terampil dalam perusahaan. Teori likuiditas ini sulit diharapkan sebagai sumber likuiditas musiman dan memenuhi kebutuhan permintaan kredit yang harus segera dipenuhi. 4) The Liability Management Theory (Sinungan Muchadarsyah,2003,153) Teori ini mengemukakan bagaimana suatu bank dapat menata passivanya sedemikian rupa sehingga passiva ini dapat benar-benar menjadi likuiditas. Untuk itu, kita harus mengetahui mengapa bank memerlukan likuiditas, yakni : pertama, untuk melakukan pembayaran atas penarikan dana pihak ketiga (giro, tabungan, dan deposito). Kedua, bank harus mampu memenuhi semua permintaan pinjaman yang sehat dari nasabahnya. Pinjaman-pinjaman dari bank itu tidak hanya menguntungkan, tetapi sebuah bank tidak akan dapat memberikan pinjaman kepada para deposannya bila mereka memerlukan uang, tetapi depositonya tidak disimpan terlalu lama. 4. Rasio-Rasio Likuiditas Rasio-rasio yang umum digunakan untuk mengukur likuiditas bank adalah sebagai berikut : 1) Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga. Rasio ini dapat dijadikan ukuran untuk menilai kemampuan bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas akibat penarikan dana oleh pihak ketiga dengan menggunakan alat-alat likuid bank yang tersedia. Alat likuid bank
58
terdiri dari uang kas, saldo giro pada bank sentral dan bank-bank koresponden. Semakin besar rasio ini maka semakin baik pula posisi likuiditas bank yang bersangkutan. 2) Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga. Rasio likuiditas ini juga sering disebut dengan loan to deposit ratio atau LDR. Rasio ini memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Rasio yang tinggi menggambarkan kurang baiknya posisi likuiditas bank. Umumnya rasio sampai dengan 100% memberikan gambaran yang cukup baik atas keadaan likuiditas bank. Namun, berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, rasio likuiditas yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank adalah rasio kredit terhadap dana yang diterima bank dalam rupiah dan valas. Dana yang diterima bank meliputi : Kredit likuiditas BI; Giro, deposito, dan tabungan masyarakat; Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan dan tidak termasuk pinjaman subordinasi; Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan; Surat berharga yang diterbitkan bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan; modal lain dan modal pinjaman. Semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kondisi likuiditas bank. Bank Indonesia memberi nilai kredit nol (0) bagi bank yang memiliki rasio sebesar 115% atau lebih berdasarkan ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank untuk faktor likuiditas. 3) Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar terhadap rupiah. Rasio ini menunjukkan besarnya call money bank terhadap total
59
aktiva lancar yang meliputi kas, giro pada BI, SBI dan SPBU yang telah diendos ke bank lain. Menurut ketentuan Bank Indonesia, maksimum rasio adalah 100%. 4) Rasio surat-surat berharga jangka pendek terhadap total portofolio suratsurat berharga. Rasio ini memberikan informasi bahwa semakin besar posisi penanaman dana dalam surat-surat berharga yang jatuh temponya kurang dari satu tahun terhadap total portofolio surat-surat berharga semakin baik pula posisi likuiditas bank. 5) Total kredit terhadap total asset. Rasio ini mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit dengan asset bank, kenaikan rasio ini menunjukkan rendahnya likuiditas bank. G. Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR adalah suatu pengukuran yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. Rasio ini menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas. LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit merupakan salah satu kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini.
60
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat mengimbangi kewajiban untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit (Dendawijaya, 2003:118). Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau relative tidak likuid. Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat memberikan isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat diberikan atau dibatasi. Untuk mencari LDR, digunakan rumus sebagai berikut : Kredit LDR =
X 100% Total Deposito
H. Variabel-variabel yang mempengaruhi Likuiditas Bank Variabel-variabel yang mempengaruhi likuiditas bank yang digunakan dalam penelitian ini dapat diperinci sebagai berikut: 1. Simpanan masyarakat Dana yang berasal dari simpanan masyarakat bisa berupa giro, tabungan, deposito berjangka. Dana tersebut tentunya dapat ditarik sewaktu-waktu oleh nasabah meskipun deposito berjangka dikenakan denda apabila ditarik sebelum 61
jatuh tempo. Dana simpanan masyarakat ini merupakan sumber dana yang dimiliki bank dengan porsi terbesar (Mulyono, 1994). Penurunan volume simpanan masyarakat akan mengakibatkan penurunan giro, tabungan, dan deposito berjangka, sehingga simpanan masyarakat dengan daya endapan yang tinggi memberi pengaruh terhadap likuiditas yang dimiliki oleh bank. Likuiditas bank yang menurun akan ditunjukkan dengan perolehan LDR yang meningkat. Angka LDR yang tinggi menunjukkan bahwa total pinjaman (loans) yang diberikan lebih besar dari pada total deposit atau total dana simpanan yang berhasil dihimpun bank. Sedangkan pinjaman memiliki jatuh tempo yang berbeda beda dan bukan merupakan aktiva bank yang likuid karena pencairan pokok pinjaman dan penerimaan pendapatan bunga tergantung dari jangka waktunya masing-masing. Jadi bila sewaktu-waktu nasabah hendak menguangkan dana simpanan ternyata tidak segera dapat dicairkan karena dananya banyak tertanam di
pinjaman
(loans)
sehingga
penurunan
simpanan
masyarakat
akan
mengakibatkan LDR naik dan sebaliknya volume simpanan naik mengakibatkan LDR turun. LDR yang menurun atau semakin mengecil menunjukkan posisi likuiditas bank yang bersangkutan meningkat. Jadi peningkatan jumlah simpanan masyarakat yang berhasil dihimpun bank akan meningkatkan posisi likuiditas bank. Begitu juga sebaliknya penurunan simpanan masyarakat akan menurunkan posisi likuiditas bank.
62
2. Pinjaman yang diberikan Pinjaman yang diberikan merupakan salah satu aset bank yang mampu memberikan pendapatan bagi bank. Pinjaman merupakan aktiva yang tidak likuid, karena pinjaman mempunyai risiko dan struktur maturitas yang berbeda-beda. Untuk mengkonversi pinjaman yang diberikan ke dalam kas harus menunggu sampai pinjaman tersebut jatuh tempo. Bila bank memberikan suatu pinjaman 1 tahun, maka dana tersebut tidak dapat dicairkan kembali sampai pinjaman tersebut jatuh tempo pembayarannya dalam satu tahun. Sehingga untuk mengkonversi pinjaman ke dalam kas dibutuhkan pembeli yang mau, karena risiko dan maturitas yang ada dalam pinjaman (loans). Tentunya pembeli hanya mau membeli dengan harga yang lebih rendah dari nilai pinjaman, sehingga peningkatan pinjaman (loans) yang diberikan kepada nasabah akan menurunkan likuiditas yang dimiliki bank (Reksoprayitno, 1992). Kondisi ini jika terjadi peningkatan pinjaman melebihi kemampuan bank untuk meningkatkan deposit yaitu dana yang berhasil dihimpun bank, maka bank akan mengalami penurunan likuiditas. Terlebih jika peningkatan pinjaman yang diberikan ternyata banyak yang merupakan kredit macet maka aliran kas masuk yang berupa pokok pinjaman akan terganggu sehingga akan berpengaruh terhadap likuiditas bank. Jika kondisi perekonomian yang memburuk, dengan adanya ekspansi kredit yang kurang berhati-hati maka dimungkinkan akan terjadi kredit macet. Dan akan mengakibatkan bank susah untuk mengelola dananya. Bila kesulitan ini
63
terus berlangsung maka bank akan mengalami krisis likuiditas. Dari penjelasan di atas maka dengan adanya peningkatan pinjaman yang diberikan diikuti dengan peningkatan proporsi kredit macet maka akan mengakibatkan likuiditas bank menurun yang akan ditunjukkan dengan perolehan LDR yang meningkat. 3. Investasi pada Aktiva Tetap Investasi pada aktiva tetap merupakan investasi yang dikeluarkan oleh bank yang berhubungan dengan gedung, tanah, kendaraan serta inventarisasi kantor. Investasi pada aktiva tetap ini merupakan investasi jangka panjang sehingga sumber dana untuk membiayai investasi aktiva tetap ini bisa berasal dari modal sendiri maupun sumber dana pinjaman jangka panjang. Apabila terjadi peningkatan investasi pada aktiva tetap tetapi jumlah sumber dana jangka panjang maupun modal sendiri yang dimiliki tidak mampu untuk menutup atau membiayai investasi aktiva tetap tersebut maka pembiayaan investasi tersebut akan dibiayai dengan sumber dana jangka pendek sehingga akan mengganggu likuiditas bank. Dan menurut Taswan (1999) bahwa penempatan dana pada aktiva tetap dan inventaris yang berlebihan akan sangat membahayakan bank itu sendiri karena disamping kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan dari nilai penempatan tersebut, juga akan berakibat pada kesulitan likuiditas. Apabila dikaitkan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebagai ukuran likuiditas, maka peningkatan investasi aktiva tetap akan mengakibatkan peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR).
64
Begitu
juga
sebaliknya,
penurunan
investasi
aktiva
tetap
akan
mengakibatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) menurun. Dan peningkatan LDR mengindikasikan
likuiditas
bank
menurun.
Sebaliknya
penurunan
LDR
mengindikasikan likuiditas bank meningkat. Apabila peningkatan investasi pada aktiva tetap dan bank mampu untuk membiayai peningkatan investasi tersebut dengan dana modal sendiri ataupun dari sumber dana jangka panjang, maka peningkatan investasi aktiva tetap tersebut tidak akan mengganggu likuiditas bank atau menurunkan likuiditas bank. I. Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian terdahulu tentang likuiditas bank antara lain adalah: Bahtiar Usman (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “analisis rasio keuangan untuk memprediksi perubahan laba pada bank-bank di Indonesia” dengan menggunakan variable LDR, rasio rentabilitas, rasio efisiensi usaha dan rasio permodalan dengan menggunakan alat regresi linier berganda dengan model digit pada 16 bank yang sudah go public menjelaskan bahwa kredit yang akan di tarik untuk melunasi dana deposan sering mengalami kemacetan sehingga bank sulit mendapatkan dana secara tepat waktu. Hasil ini menyebabkan pengaruh negative pada LDR untuk meningkatkan pendapatan pada masa yang akan datang. Solikah Nurwati (2000), menghasilkan penelitian yang menunjukkan bahwa simpanan masyarakat, pinjaman yang diberikan, jumlah nasabah, cadangan primer, biaya operasional, investasi aktiva tetap dan jumlah aset secara serempak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio/ LDR) Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Kalimantan
65
Tengah. Pinjaman yang diberikan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi penurunan likuiditas BPD. Hal ini disebabkan karena dari sejumlah pinjaman yang diberikan terhadap porsi kredit macet sebesar 24,74%. Sehingga aliran kas masuk yang berupa cicilan pokok dan penerimaan bunga terganggu. Hal ini akan menggerogoti likuiditas BPD. Frida Anisawati (2006), meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi likuiditas dengan pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada PT. BRI (Persero) Tbk. Cabang Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simpanan deposito, simpanan giro dan jumlah pinjaman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap LDR PT. BRI (Persero) Tbk. Cabang Malang. Sesuai dengan penelitian Solikah Nurwati, pinjaman yang diberikan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi penurunan likuiditas PT. BRI (Persero) Tbk. Cabang Malang. Penelitian
yang dilakukan oleh Haryati
(2002) berusaha untuk
menganalisa apakah terdapat perbedaan bermakna kinerja keuangan yang diukur dari rasio cadangan penghapusan kredit terhadap kredit, ROA, efisiensi dan LDR antar bank dengan kelompok kategori A, B dan C dan apakah rasio keuangan tersebut
mempunyai
pengaruh
yang
bermakna
terhadap
kemungkinan
kebangkrutan bank-bank kategori A, B dan C. Hasil dari penelitian ini adalah dari empat rasio keuangan tersebut yang digunakan ternyata rasio ROA, efisiensi dan LDR mempunyai perbedaan yang signifikan diantara bank-bank dalam kategori A, B dan C. Adapun rasio cadangan penghapusan kredit terhadap kredit tidak mempunyai perbedaan bermakna mengingat pengukuran rasio ini apabila
66
digunakan untuk menilai kualitas asset dari bank kurang tepat, yaitu tidak sesuai dengan pengukuran sebagaimana ditentukan oleh Bank Indonesia. Penggunaan rasio keuangan yang mempunyai perbedaan dalam model logistic regression untuk menguji prediksi kebangkrutan bank-bank dalam kategori bangkrut adalah akurat yang ditunjukkan dengan tingkat kemaknaan 0,00%. Dari ketiga rasio ROA, efisiensi dan LDR hanya rasio ROA yang mempunyai pengaruh bermakna terhadap kemungkinan kebangkrutan bank. Nasiruddin (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-faktor yang memepengaruhi loan deposito ratio (LDR) di bank BPR wilayah kerja kantor bank semarang”. Meneliti tentang variabel tingkat kecukupan modal, kredit bermasalah,
suku bunga kredit terhadap pengaruh loan deposit ratio. Hasil
penelitiannya menjelaskan bahwa variabel tingkat kecukupan modal, kredit bermasalah dan tingkat suku bunga kredit berpengaruh signifikan terhadap loan deposit ratio bank BPR di wilayah semarang tersebut.
67
J.
Kerangka Pemikiran Gambar 2.1
BANK
Laporan keuangan Bank Umum di Bursa Efek Indonesia BEI Tahun 2007-2009
Penilaian tingkat Kesehatan Bank
Variabel-variabel yang mempengaruhi: 1. Simpanan 2. Jumlah pinjaman yg diberikan 3. Investasi pada aktiva tetap
Likuiditas Dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR)
Uji Asumsi Klasik Regresi Linier berganda 1. Normalitas 2. Multikolinieritas 3. Autokorelasi 4. Heteroskedastisitas
1. 2. 3. 4.
Uji Hipotesis Regresi Linier Berganda Uji F Statistik Uji T Statistik Uji Determinasi (R2) Regresi Linier Brganda
Kesimpulan
68
K. Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan pustaka dan kerangka konseptual, dapat ditentukan hipotesis sebagai berikut: 1. Apakah variabel independent simpanan masyarakat, pinjaman yang diberikan dan investasi pada aktiva tetap secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Loan Deposit Ratio (LDR) bank umum yang go public di BEI periode 2007-2009. 2. Apakah variabel independent Simpanan Masyarakat, Pinjaman yang diberikan dan Investasi pada AKtiva Tetap secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Loan Deposit Ratio (LDR) bank umum yang go public di BEI periode 2007-2009..
69
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah pada Bank Umum yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Simpanan Masyarakat, Pinjaman yang diberikan, Investasi pada Aktiva Tetap terhadap Likuiditas (dengan pendekatan Loan Deposit Ratio) Bank Umum go public di BEI periode 2007, 2008 dan 2009. Metode yang dilakukan adalah regresi linier berganda dengan terlebih dahulu mentransformasikan data kedalam bentuk logaritma (log) yang dikenal dengan sebutan log linier. dan metode penelitian ini selama tiga tahun yaitu di mulai dari tahu 2007 sampai tahun 2009. B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi secara umum merupakan jumlah dari keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi yang akan diamati adalah bank umum yang go public di BEI selama periode 2007-2009 yang melaporkan laporan keuangan dengan lengkap dan dipublikasikan pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Pemilihan bank umum yang go public di Indonesia sebagai obyek penelitian karena: (1) Data laporan keuangn perusahaan go public telah tersedia sehingga mudah mengaksesnya dan data tersebut telah diaudit akuntan public (2) Bank umum dalam masalah likuiditas merupakan masalah yang sangat kompleks, sehingga tingkat likuiditas suatu bank dapat mempengaruhi kinerja bank tersebut.
70
Sedangkan pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sensus yaitu pemilihan sampel dengan menggunakan seluruh jumlah populasi Berikut tabel daftar nama bank yang go public di BEI selama periode penelitian:
Tabel 3.1. Bank Umum Yang Go Public di BEI pada Tahun 2007-2009 NO BANK 1 Agroniaga tbk 2 Artha Graha Internasional Tbk 3 Bukopin Tbk 4 Bumi Arta Tbk 5 ICB Bumi Putera Indonesia Tbk 6 Capital Indonesia Tbk 7 Central Asia Tbk 8 Danamon Indonesia Tbk 9 Ekonomi Raharja Tbk 10 Eksekutif Internasional Tbk 11 Himpunan Saudara 1960 Tbk 12 Internasional Indonesia Tbk 13 Kesawan Tbk 14 Mandiri Tbk 15 Mayapada Internasional Tbk 16 Mega Tbk 17 Mutiara Tbk 18 Negara Indonesia Tbk 18 OCBC NISP Tbk 20 Nusantara Parahyangan Tbk 21 Pan Indonesia Tbk 22 Permata Tbk 23 Rakyat Indonesia Tbk 24 Swadesi Tbk 25 BTPN Tbk 26 Victoria Internasional Tbk 27 Windhu Kencana Internasional Tbk Sumber: www.idx.co.id
C. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data yang digunakan adalah time series yang merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang di dapat dalam beberapa interval waktu tertentu,
71
misalnya dalam waktu minnguan, bulanan atau tahunan (Umar, 2002). Data dari variable penelitian ini adalah tahunan. Website. (http//www.idx.co.id). D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yang merupakan metode untuk memperoleh data dengan cara mempelajari dan mengumpulkan keterangan-keterangan, teori-teori mengenai segala persoalan yang berhubungan tentang keuangan perusahaan yang bersumber dari buku, literatur, laporan keuangan perusahaan, dan materi perkuliahan yang diperoleh selama ini. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Data sekunder Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dab disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagramdiagram. Data sekunder ini digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih lanjut. 2. Library search Data yang bersumber dari liblary search (studi kepustakaan) merupakan data yang diperoleh dari perpustakaan, buku-buku, jurnal, koran dan majalah. 3. Internet Peneliti mengambil data dari internet karena agar data yang diproses slalu update dari website: (http//www.idx.co.id)
72
E. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variable terikat (Y) dalam penelitian ini adalah tingkat likuiditas bank dengan menggunakan alat pengukuran Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Pinjaman yang diberikan LDR =
x 100% Jumlah dana masyarakat yang dihimpun
2. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab-sebab perubahan timbulnya variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah: a. Simpanan Masyarakat (X1) Simpanan masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh simpanan yang dapat dihimpun oleh bank. Adapun simpanan masyarakat terdiri dari tabungan, deposito berjangka dan giro. Sehingga pengukuran untuk variabel simpanan masyarakat menggunakan rupiah b. Jumlah Pinjaman yang diberikan (X2) Jumlah pinjaman adalah jumlah pinjaman yang diberikan oleh bank kepada masyarakat. Pengukuran variabel ini juga menggunakan rupiah.
73
c. Investasi pada Aktiva Tetap (X3) Yang dimaksud dengan aktiva tetap adalah investasi yang dilakukan oleh pihak bank untuk aktiva-aktiva tidak produktif seperti gedung, bangunan, kendaraan, dan lain-lain. Pengukuran variabel investasi pada aktiva tetap menggunakan rupiah. F. Hipotesa Penelitian Berdasarkan teori dan perumusan yang ada, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: H0 = Diduga bahwa simpanan masyarakat, jumlah pinjaman yang diberikan, dan investasi pada aktiva tetap berpengaruh signifikan terhadap Likuiditas Bank Umum yang go public di BEI dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR) baik secara individual (parsial) maupun bersama-sama(simultan). H1 = Diduga bahwa simpanan masyarakat, jumlah pinjaman yang diberikan, dan investasi aktiva tetap tidak ada pengaruh signifikan terhadap Likuiditas Bank Umum yang go public di BEI dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR) baik secara individual (parsial) maupun bersama-sama (simultan) G. Metode Analisis Data Analisis data adalah merupakan kegiatan mengolah data yang telah terkumpul kemudian dapat memberikan interprestasi pada hasil-hasil tersebut. Kegiatan dalam analisis data meliputi : pengelompokan data tiap variabel yang
74
diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Adapun analisis yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Uji Asumsi Klasik Model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik yaitu multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedesitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas menurut Suliyanto (2005:63) dimaksudkan untuk mengetahui apakah residual yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual berdistribusi normal merupakan suatu kurva berbentuk lonceng (bellshaped curve) yang kedua sisinya melebar sampai tidak terhingga. Sedangkan residual yang distribusi datanya tidak normal, dikarenakan terdapat nilai ekstrem dalam data yang diambil. Untuk mendeteksi atau menguji bahwa data berdistribusi normal, dapat dilakukan dengan menggunakan histrogam regression residual yang sudah distandarkan serta menggunakan analisis kuadrat (X) dan Kolmogrov-Smirnov (K-S). Kurva nilai residual terstandarisasi dikatakan menyebar dengan normal apabila nilai Kolmogrov-Smirnov Z ≤ Z atau nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > level of significant (α) (Suliyanto, 2005:63). Normalitas dapat juga dilihat melalui penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika datanya menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
75
b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas timbul sebagai akibat adanya hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih atau adanya kenyataan bahwa dua variabel penjelas atau lebih bersama-sama dipengaruhi oleh variabel ketiga yang berada di luar model. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas antar variabel, salah satu caranya dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya (Suliyanto, 2005:63). Variabel yang menyebabkan multikolinieritas dapat dideteksi dari nilai tolerance yang lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar dari 10. c. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time series) atau ruang (cross section). Adanya autokorelasi dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan beberapa cara, antara lain metode grafik dan uji DurbinWatson. Apabila melalui metode grafik, gambaran pola residu atau deviasi berdasarkan waktu bisa dilihat. Jika pada beberapa urutan waktu residunya positif dan beberapa urutan waktu yang lain residunya negatif maka pada regresi yang bersangkutan terdapat autokorelasi. Dan apabila dilakukan dengan uji DurbinWatson dalam menentukan ada atau tidaknya autokorelasi dalam regresi menggunakan pengujian terhadap residu e dari suatu regresi linear. Rumus yang digunakan disebut statistik d Durbin-Watson, yaitu sebagai berikut: Asumsi diterima (tidak terdapat autokorelasi) jika du < D-W < 4- du.
76
d. Uji Heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedesitas. Jika ada pola tertentu dan teratur dari titik-titik yang ada berarti terjadi heteroskedesitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedesitas. 2. Analisis Regresi Linier Berganda Setelah uji asumsi klasik digunakan, maka teknik regresi berganda digunakan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh simpanan masyarakat, jumlah pinjaman yang diberikan dan investasi pada aktiva tetap terhadap Likuiditas (dengan pendekatan loan deposit ratio) bank umum. Analisis regresi berganda adalah suatu perluasan dari teknik regresi apabila terdapat lebih dari satu variabel bebas mengadakan prediksi terhadap variabel terikat (Arikunto, 2002:64). Adapun model yang akan diuji dalam penelitian ini yang dikembangkan berdasarkan variabel-variabel yang dipilih termasuk tanda koefisien yang diharapkan adalah sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε Dimana : Y
= Loan Deposit Ratio
α
= Intercept (konstanta)
β
= Koefisien Regresi
X1
= Simpanan Masyarakat
X2
= Kredit Yang Diberikan
77
X3
= Investasi Aktiva Tetap
ε
= unsur pengganggu
3. Uji Statistik a. Uji F-Statistik Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel dependen. Pengujian
dilakukan
dengan
menggunakan
uji
distribusi
F
dengan
membandingkan antar nilai F-tabel dengan nilai F-hitung. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan antara nilai F-tabel dengan F-hitung sesuai dengan tingkat signifikansi α≤0,05 yang digunakan. Tahap-tahap pengujiannya adalah: Merumuskan hipotesis Menentukan tingkat signifikansi yaitu 0,05 atau 5% Menentukan keputusan dengan membandingkan F-hitung dengan F-tabel 1. Jika F hitung > F tabel atau jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ho diterima 2. Jika F hitung < F tabel atau jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho ditolak b. Uji t-Statistik
Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel-variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat dan untuk membuktikan variabel manakah yang paling berpengaruh secara dominan. Tahap-tahap pengujiannya adalah: Merumuskan hipotesis Menentukan tingkat signifikansi yaitu 0,05 atau 5%
78
Menentukan keputusan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel dengan kriteria sebagai berikut: 1. Jika t hitung > t tabel atau jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ho diterima 2. Jika t hitung < t tabel atau jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho ditolak c. Uji Koefisien Determinasi (R2) Dalam uji regresi dianalisis pula besarnya koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk mengukur dan mengetahui persentase pengaruh variabel independen terhadap perubahan variable dependen. Jika nilai R2 mendekati 1 maka dapat dikatakan semakin kuat kemampuan variabel bebas dalam model regresi tersebut dalam menerangkan variasi variabel terikatnya. Sebaliknya jika R2 mendekati 0 maka semakin lemah variabel bebas menerangkan variasi variabel terikat (Algifari, 2000).
BAB IV
79
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Bursa Efek Indonesia Pasar modal merupakan sebagai bagian dari sector keuangan bukanlah merupakan barang baru di Indonesia, sejarah pasar modal di Indonesia sebenarnya telah mulai sejak pemerintah hindia belanda mendirikan Bursa Eefek di Btavia pada tanggal 17 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Veregining Voor Efeectenhandel. Dengan mendasarkan pada pengalaman belanda pendirian Bursa Efek (Stock Exchange) di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik belanda yang tumbuh secara besar-besaran di Indonesia. Efek yang diperjual-belikan merupakan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah hindia belanda, serta efek-efek belanda lainnya. Dengan perkembangan bursa efek di Batavia, pada tanggal 11 januari 1952 di buka bursa efek serabaya, kemudian disusul dengan pembukaan bursa efek di semarang pada tanggal 1 agustus 1925. Sayang sekali aktivitas pasar modal di Indonesia terpaksa seluruhnya terhenti akibat terjadinya perang dunia kedua. Pemerintah
telah
mencoba
mengaktifkan
kembali
pasar
modal
sebagaimana sarana pembiayaan kegiatan ekonomi pada tahun 1956 pada awalnya, pemerintah mendorong tumbuhnya pasar modal melalui pemberian fasilitas perpajakan, baik kepada perusahaan yang go public maupun para investor serta lembaga-lembaga penunjang yang terkait termasuk broker dan dealer fasilitas perpajakan kemudian dihapuskan setelah diberlakukan peraturan perpajakan baru pada tahun 1983, sedangkan pajak penghasilan atas bunga
80
deposito dan tabungan berjangka lainnya ditunda pemungutannya keadaan ini sudah tentu mengakibatkan iklim investasi dipasar modal kurang menarik. Oleh karena itu, pemerintah berusaha mendorong kembali pertumbuhan pasar modal dengan mngeluarkan paket-peket deregulasi, seperti paket desmber 1987, paket oktober 1988, dan paket desember 1988, salah satu isi paket tersebut yang terpenting adalah dinaikkannya pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya sebesar 15% final. Kebijaksanaan penganaan pajak final atas tabungan dimaksud berdampak sangat positif terhadap pasar modal, karena pendapatan masyarakat pemodal menjadi berkurang sehingga mereka cenderung mencari alternative lain dalam menginvestasikan uangnya. Bursa saham kembali dibuka dan ditanda tangani oleh badan pelaksana pasar modal (BAPEPAM) tidak sampai tahun 1977 institusi baru dibawah Departemen Keuangan kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham mulai meningkat seiring dengan perkembangan pada tahun 1990. Bursa saham diswatanisasi menjadi PT.Bursa Efek Indonesia (PT.BEJ) swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi Badan Pengawas pasar modal (BAPEPAM) pada tanggal 13 juli 1992. Pada tanggal 22 mei 1995, Bursa Efek Jakarta memasuki babak baru dengan meluncurkan Jakarta Automated System (JATS), sebuah system perdagangan otomatis yang menggantikan system perdagangan manual. System baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham tanpa harus melalui lantai bursa, dimana transaksi dapat dilakukan oleh WPPE dikantornya masing-masing.
81
System baru tersebut sangat efektif dan lebih menjamin kegiatan pasar modal yang transparan. Bursa Efek Jakarta juga mulai mnerapkan perdagangan jarak jauh (remote trading) sebagai upaya meningkatkan aspek pasar, efesiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan tahun 2002. Bursa Efek Jakarta merupakan Perusahaan Terbatas (PT) yang dimiliki oleh berbagai securities company, setelah sekuritas terjual dipasar modal perdana, sekurutas tersebut didaftarkan dibursa efek, agar nantinya dapat diperjualbelikan dibursa. Saat pertama kali sekuritas tersebut diperdagangkan dibursa biasanya memerlukan waktu sekitar 4-6 minggu dari saat IPO (Initial Public Offening) pada waktu sekuritas tersebut diperdagangkan dibursa, dikatakan sekurutas tersebut diperdagangkan dipasar sekunder. Pada tanggal 1 desember 2007, penggabungan Bursa efek Surabaya kedalam bursa efek Jakarta menjadi entitas bursa baru, yakni bursa efek Indonesia (BEI) secara resmi beroperasi. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.
82
1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
83
2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
84
B. Deskripsi Hasil Penelitian a.
Kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) dihitung dengan cara membandingkan
pinjaman yang diberikan dengan simpanan masyarakat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya tingkat likuiditas bank dianggap sehat apabila Loan to Deposit Ratio (LDR) nya antara 85%-110%. Loan to Deposit Ratio (LDR) bank sample selama periode penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut: Tabel 4.1. Loan Deposoit Ratio Bank Umum Periode 2007-2009 (dalam persentase) BANK Agroniaga tbk Artha Graha Internasional Tbk Bukopin Tbk Bumi Arta Tbk ICB Bumi Putera Indonesia Tbk Capital Indonesia Tbk Central Asia Tbk Danamon Indonesia Tbk Ekonomi Raharja Tbk Eksekutif Internasional Tbk Himpunan Saudara 1960 Tbk Internasional Indonesia Tbk Kesawan Tbk Mandiri Tbk Mayapada Internasional Tbk Mega Tbk Mutiara Tbk Negara Indonesia Tbk OCBC NISP Tbk Nusantara Parahyangan Tbk Pan Indonesia Tbk Permata Tbk Rakyat Indonesia Tbk Swadesi Tbk BTPN Tbk Victoria Internasional Tbk Windhu Kencana Internasional Tbk
2007 77% 80% 64% 51% 83% 73% 43% 86% 51% 77% 92% 77% 68% 51% 102% 46% 38% 57% 88% 48% 90% 119% 64% 61% 86% 54% 43%
Sumber data bank : lampiran 1
85
2008 96% 92% 81% 59% 80% 67% 53% 86% 61% 70% 100% 79% 74% 56% 98% 64% 69% 65% 75% 65% 77% 114% 76% 82% 89% 53% 84%
2009 78% 83% 75% 50% 87% 49% 49% 87% 45% 71% 94% 77% 66% 58% 82% 56% 57% 60% 70% 73% 71% 113% 76% 80% 83% 48% 64%
Dari tabel 4.1. dapat diketahui bahwa secara umum Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum selama periode penelitian sebagian besar mayoritas berada di bawah tingkatan bank yang dikatakan sehat. Bank umum yang memiliki LDR dalam tingkatan yang dikatakan bank yang sehat adalah Bank Agroniaga Tbk pada tahun 2008 pada tingkat 96%, Bank Artha Graha Internasional Tbk tahun 2008 pada tingkat 92%, bank ICB Bumi Putera Tbk tahun 2009 pada tingkat 87%, Bank Danamon Tbk memiliki kondisi sehat dari tahun 2007 sampai tahun 2009 pada tahun 2007 dan 2008 pada tingkat yang sama yaitu sebesar 86% dan pada tahun 2009 naik menjadi 87%, pada Bank Himpunan Saudara 1960 Tbk pada tahun 2007 pada tingkat 92%, 100% pada tahun 2008, turun kembali pada tingkat 94% pada tahun 2009, Bank Mayapada Internasional Tbk memiliki kondisi sehat pada tahun 2007 dan 2008 pada tahun 2007 pada tingkat 102% dan pada tahun 2008 pada tingkat 98%, Bank BTPN Tbk memiliki kondisi sehat pada tahun 2007 dan 2008 yaitu pada tahun 2007 pada tingkat 86% dan pada tahun 2008 pada tingkat 89%, adapun pada Bank Permata Tbk memiliki kondisi yang tidak sehat dari tahun penelitian pada tahun 2007 sebesar 119%, 114% tahun 2008, 113% tahun 2009, Hal ini dikarenakan jumlah kredit yang diberikan jauh lebih besar daripada simpanan masyarakat yang berhasil dihimpun. Angka ini jauh lebih tinggi dari tingkat likuiditas yang telah ditetapkan dan sangat mungkin akan mengalami kesulitan likuiditas. Tetapi pada tahun 2008 dan 2009 LDR Bank Perrmata Tbk turun menjadi 114% pada tahun 2008 dan turun kembali pada tahun 2009 sebesar 113%. Sedangkan bank yang memiliki tingkat LDR terendah adalah Bank Mutiara Tbk yaitu sebesar 38%. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya
86
simpanan masyarakat yang berhasil dihimpun tidak disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman. Angka ini juga jauh berada di bawah tingkat likuiditas bank yang sehat. Ini berarti bahwa Bank Permata Tbk harus menanggung tingginya biaya pemeliharaan kas yang menganggur (idle money). b. Kondisi Simpanan Masyarakat Tabel 4.2 Simpanan Masyarakat Bank Sampel Periode 2007-2009 ( dalam jutaan rupiah ) Nama Bank Agroniaga Artha Graha Internasional Bukopin Bumi Arta Bumi Putera Indonesia Capital Indonesia Central Asia Danamon Indonesia Ekonomi Raharja Eksekutif Internasional Himpunan Saudara 1960 Internasional Indonesia Kesawan Mandiri Mayapada Internasional Mega Negara Indonesia Niaga NISP Nusantara Parahyangan Pan Indonesia Permata Rakyat Indonesia Swadesi BTPN Victoria Internasional Windhu Kencana Internasional Rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah
2007 2,537,445 9,156,092 29,291,878 152,753,693 5,235,016 777,280,269 189,172,191 57,803,865 14,098,648 1,147,176 1,240,201 36,971,060 1,913,191 247,355,023 2,953,338 30,030,996 10,270,399 146,188,546 21,439,660 3,359,595 31,321,133 30,071,547 165,599,983 999,724,389 8,802,451 3,585,237 1,142,225 110,386,861 999,724,389 1,142,225
2008 2,039,344 10,497,650 27,521,206 1,585,451 5,820,391 1,000,260,281 209,528,921 73,969,078 16,104,971 1,322,717 1,493,137 43,525,226 1,992,060 289,112,052 3,971,875 29,381,005 5,116,022 163,164,358 27,123,471 3,294,752 46,043,679 42,768,849 201,537,439 1,053,812,210 11,380,149 4,019,644 1,678,972 121,409,811 1,053,812,210 1,322,717
www.idx.co.id
87
2009 2,454,297 13,071,296 31,915,503 1,927,093,075 5,942,777 2,451,524 245,139,946 67,216,228 19,011,840 1,308,017 2,027,791 47,341,248 2,139,959 319,550,381 6,040,576 32,803,732 5,949,459 188,468,987 30,216,044 3,473,107 56,234,487 45,720,638 255,928,261 1,210,110 18,514,788 5,617,636 2,421,260 123,676,406 1,927,093,075 1,210,110
2007-2009 7,031,086 32,725,038 88,728,587 2,081,432,219 16,998,184 1,779,992,074 643,841,058 198,989,171 49,215,459 3,777,910 4,761,129 127,837,534 6,045,210 856,017,456 12,965,789 92,215,733 21,335,880 497,821,891 78,779,175 10,127,454 133,599,299 118,561,034 623,065,683 2,054,746,709 38,697,388 13,222,517 5,242,457 355,473,079 2,081,432,219 3,777,910
Berdasarkan pada tabel 4.2. dapat diketahui bahwa secara umum rata-rata simpanan masyarakat bank umum sebesar 355,473,079. dengan rata-rata terendah sebesar 3,77,910 dan tertinggi sebesar 2,081,432,219. Dalam periode tahunan, rata-rata simpanan masyarakat meningkat dari tahun ke tahun yaitu sebesar 110,386,861 pada tahun 2007, 121,409,811 pada tahun 2008, 123,676,406 dan pada tahun 2009. c. Kondisi Pinjaman yang diberikan Tabel 4.3 Pinjaman yang Diberikan Bank Sampel Periode 2007-2009 ( dalam jutaan rupiah ) Nama Bank Agroniaga Artha Graha Internasional Bukopin Bumi Arta Bumi Putera Indonesia Capital Indonesia Central Asia Danamon Indonesia Ekonomi Raharja Eksekutif Internasional Himpunan Saudara 1960 Internasional Indonesia Kesawan Mandiri Mayapada Internasional Mega Negara Indonesia Niaga NISP Nusantara Parahyangan Pan Indonesia Permata Rakyat Indonesia Swadesi BTPN Victoria Internasional Windhu Kencana Internasional Rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah
2007 1,956,450 7,348,850 18,801,342 782,734 4,328,973 566,769,918 80,702,481 49,858,293 7,229,944 878,918 1,145,697 28,519,581 1,291,410 125,488,384 3,023,509 13,843,320 3,918,827 83,214,985 18,857,535 1,629,278 28,290,884 35,748,521 105,923,763 605,182,897 7,573,846 1,953,182 486,449 66,842,592 605,182,897 486,449
2008 1,964,360 9,641,673 22,401,357 935,451 4,667,760 669,775,071 110,026,861 63,410,474 9,757,606 919,626 1,498,742 34,344,477 1,470,800 162,637,788 3,900,181 18,749,051 3,531,385 106,342,351 20,401,154 2,149,250 35,282,456 48,599,566 152,217,543 860,909,612 10,136,195 2,122,976 1,409,483 87,377,898 860,909,612 919,626
www.idx.co.id
88
2009 1,904,944 10,787,836 24,013,722 960,847,390 5,188,764 1,206,115 119,595,661 58,367,570 8,506,585 929,312 1,896,719 36,500,149 1,417,669 184,690,704 4,961,855 18,352,062 3,418,595 113,922,685 21,283,245 2,539,719 39,967,098 51,563,847 194,242,503 967,683,852 15,453,805 2,713,514 1,560,056 105,685,777 967,683,852 929,312
2007-2009 5,825,754 27,778,359 65,216,421 962,565,575 14,185,497 1,237,751,104 310,325,003 171,636,337 25,494,135 2,727,856 4,541,158 99,364,207 4,179,879 472,816,876 11,885,545 50,944,433 10,868,807 303,480,021 60,541,934 6,318,247 103,540,438 135,911,934 452,383,809 2,433,776,361 33,163,846 6,789,672 3,455,988 259,906,267 2,433,776,361 2,727,856
Dari tabel 4.3. dapat diketahui bahwa secara umum rata-rata pinjaman yang diberikan bank umum sebesar 259,906,267 dengan rata-rata terendah sebesar 2,727,856 dan tertinggi sebesar 2,433,776,361 Dalam periode tahunan, rata-rata pinjaman yang diberikan juga meningkat dari tahun ke tahun sama halnya seperti simpanan masyarakat yaitu sebesar 66,842,592 pada tahun 2007, pada tahun 2008 sebesar 87,377,898 dan pada tahun 2009 sebesar 105,685,777. d. Kondisi Investasi pada Aktiva Tetap Tabel 4.4. Investasi Pada Aktiva Tetap Bank Sampel Periode 2007-2009 (dalam jutaan rupiah) Nama Bank Agroniaga Artha Graha Internasional Bukopin Bumi Arta Bumi Putera Indonesia Capital Indonesia central Asia Danamon Indonesia Ekonomi Raharja Eksekutif Internasional Himpunan Saudara 1960 Internasional Indonesia Kesawan Mandiri Mayapada Internasional Mega Negara Indonesia Niaga NISP Nusantara Parahyangan Pan Indonesia Permata Rakyat Indonesia Swadesi BTPN Victoria Internasional Windhu Kencana Internasional Rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah
2007 12,866 137,981 321,991 111,250 37,361 49,157,897 2,264,841 1,538,878 93,124,559 111,046 23,725 780,881 39,866 4,531,577 224,300 753,647 130,464 3,871,229 729,765 25,789 1,564,421 1,328,510 1,644,172 16,018,664 240,808 124,566 21,814 6,624,921 93,124,559 12,866
2008 12,868 148,970 407,528 107,057 33,887 73,887,864 2,644,785 1,905,024 106,252 82,003 36,317 763,598 41,069 4,603,560 260,517 10,630,626 142,083 3,732,893 777,518 26,121 1,671,786 1,296,182 1,350,483 14,201,346 332,720 162,088 77,252 4,423,792 73,887,864 12,868
www.idx.co.id
89
2009 9,417 153,448 628,413 106,996 111,991 87,631 2,971,269 1,802,274 117,883 104,225 38,284 738,701 39,069 4,963,306 247,228 1,321,268 130,527 3,707,940 804,333 24,865 1,702,829 1,195,437 1,366,212 13,485,769 361,002 162,745 116,690 1,351,843 13,485,769 9,417
2007-2009 35,151 440,399 1,357,932 325,303 183,239 123,133,392 7,880,895 5,246,176 93,348,694 297,274 98,326 2,283,180 120,004 14,098,443 732,045 12,705,541 403,074 11,312,062 2,311,616 76,775 4,939,036 3,820,129 4,360,867 43,705,779 934,530 449,399 215,756 12,400,556 123,133,392 35,151
Berdasarkan pada tabel 4.4. dapat diketahui bahwa secara umum rata-rata investasi pada aktiva tetap bank umum sebesar
12,400,556 dengan rata-rata
terendah sebesar 35,151 dan tertinggi sebesar 123,133,392. Dalam periode tahunan, rata-rata investasi pada aktiva tetap bank umum menurun, pada tahun 2007 investasi aktiva tetap sebesar 6,624,921 dan pada tahun 2008 yaitu sebesar 4,423,792, dan pada tahun 2009 kembali turun sebesar 1,351843. Investasi pada
aktiva tetap terendah terjadi pada Bank Umum Agroniaga selama 3 tahun, yaitu pada tahun 2007 sebesar 12.866, pada tahun 2008 sebesar 12.868, dan pada tahun 2009 menurun kembali sebesar 9,417.
C. Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh penaksiran yang terbaik. Adapun uji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedesitas. a. Uji Normalitas Berdasarkan grafik pada gambar 4.5 dibawah ini, terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
90
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas
b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolinearitas terjadi jika nilai VIF (Varian inflation factor) > 10; dan jika tolerance <0,1. Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Simpanan Masyarakat Pinjaman yg diberikan Investasi Aktiva Tetap
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
.236 .207 .548
4.238 4.840 1.823
Sumber data bank: diolah Dari hasil analisis program SPSS 17.0 pada tabel 4.5 di atas, pada bagian koefisien untuk ketiga variabel independen terlihat bahwa nilai tolerance dari variabel Simpanan Masyarakat 0.236, Kredit yang diberikan sebesar 0.207, Aktiva
91
Tetap sebesar 0.548, Sedangkan VIF Simpanan Masyarakat sebesar 4.238, Kredit yang diberikan sebesar 4.840, Aktiva Tetap sebesar 1.823. Dari angka-angka tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini bebas dari masalah multikolinearitas. c. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengkaji apakah suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regresi adalah dengan melakukan Uji Durbin Watson (Dw). Bila nilai Dw terletak antara batas atas atau Upper Bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol yang berarti tidak ada gangguan autokorelasi. Tabel 4.6
Tingkat Autokorelasi (Durbin Watson) DW
Kesimpulan
Kurang dari 1,45 1,45 sampai 1,68 1,68 sampai 2,32 2,32 sampai 2,55 Lebih dari 2,55
Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi
Adapun hasil pengujian Durbin Watson dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ikhtisar Hasil Uji Autokorelasi pada Bank Model
Durbin Watson 1
2.220
Dari Tabel 4.6, dapat diketahui bahwa angka Durbin Watson (Dw) sebesar 2.220 yang apabila dilihat pada Tabel 4.6, maka berarti angka tersebut berada di 92
daerah tidak ada autokorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada persamaan regresi tersebut tidak terdapat autokorelasi d. Uji Heteroskedesitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varians dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua variabel bebas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas, dapat juga dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik (dapat dilihat dari hasil analisis), dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual yang telah di standardized. Salah satu cara untuk menedekteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah melihat grafik plot antara nilai prediksi variable terikat (ZPRED) dengan nilai residualnya (SRESID). Dasar pengambilan keputusan tersebut adalah: Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar,
kemudian
menyempit)
maka
telah
terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan dalam penelitian ini diperoleh atau didapatkan titik-titik yang menyebar di antara angka 0 pada sumbu Y sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram scatterplot di bawah ini.
Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedesitas
93
Berdasarkan gambar 4.2 di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedesitas. Karena titik-titiknya menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. D. Pengujian Statistik 1. Hasil Uji F-Statistik
Untuk menunjukkan apakah semua variabel yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap variable terikat digunakan uji F. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji F dan besarnya F tabel dengan degree of freedom (df) 3.
Tabel 4.7 Pengujian Hipotesis F-Statistik
94
Hipotesis
F-Statistik
F-Tabel
Sig
α
Keterangan
4.382
2.74
0.000
0.05
Signifikan
Sumber data bank: diolah Berdasarkan tabel 4.8. tersebut untuk melihat pengaruh secara serentak dilakukan dengan Uji F. Tampak dari table besarnya F-hitung 4.382. Nilai ini lebih besar dari F-tabel (4.382 > 2.74), ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan dari variabel jumlah simpanan kredit yang diberikan, dan investasi aktiva tetap terhadap loan to deposit ratio. 2. Hasil Uji t- Statistik Untuk menunjukkan apakah variable bebas secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable terikat maka digunakan uji t. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji t dan besarnya t-tabel pada signifikansi 5%: Tabel 4.8 Pengujian Hipotesis T-Statistik Variabel
t-Statistik
t-Tabel
Sig
α
Keterangan
Simpanan
-3.487
1.667
0.001
0.05
Signifikan
Pinjaman
3.135
1.667
0.002
0.05
Signifikan
Aktiva Tetap
-0.761
1.667
0.449
0.05
Tidak Signifikan
Sumber data diolah Uji Signifikansi masing-masing diuraikan sebagai berikut: Uji t merupakan alat pengujian secara parsial guna menunjukkan pengaruh tiap variabel bebas terhadap variabel terikat.
Hipotesis Simpanan Masyarakat (X1) 95
Pengujian hipotesis Simpanan Masyarakat dilakukan dengan uji t seperti terlihat dalam Tabel 4.9. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Simpanan Masyarakat secara parsial terhadap LDR Bank Umum Go Public di Bursa efek Indonesia. Dengan menggunakan signifikansi 5 % (α = 0,05), dan degree of freedom (n-k) = 77 diperoleh t-tabel sebesar 1,667. Dari perhitungan dengan paket program komputer statistik SPSS 17.0 dihasilkan t-hitung sebesar 3,487 (bertanda negatif) sehingga t-hitung lebih besar dari pada t-tabel (3,487 > 1,667). Nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,001 sehingga menerima Ho dan menolak H1. Hal ini berarti bahwa variasi variabel Simpanan Masyarakat secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variasi Loan Deposit Ratio Bank Umum di Bursa Efek Indonesia sehingga hipotesis Simpanan Masyarakat yang menyatakan “Diduga bahwa variable independen Simpanan Masyarakat (X1) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap LDR (Y) di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009” diterima.
Hipotesis Pinjaman Yang diberikan (X2) Pengujian hipotesis Pinjaman yang diberikan dilakukan dengan uji t
seperti terlihat dalam Tabel 4.9. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Simpanan Pinjaman yang diberikan secara parsial terhadap Loan Deposit Ratio Bank Umum Go Public di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan signifikansi 5 % (α = 0,05), dan degree of freedom (n-k) = 77 diperoleh ttabel sebesar 2,034. Dari perhitungan dengan paket program komputer statistik SPSS 17.0 dihasilkan t-hitung sebesar 3,135 sehingga t-hitung lebih besar
96
dari t-tabel (3,135 > 1,997). Nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,002 sehingga menerima Ho dan menolak H1. Hal ini berarti bahwa variasi variabel Pinjaman yang dberikan secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variasi LDR Bank Umum Go Public di Bursa Efek Indonesia sehingga hipotesis yang menyatakan “Diduga bahwa variable independen Pinjaman yang dberikan (X2) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap LDR (Y) Bank Umum di Bursa Efek Indonesia tahun 20072009” diterima.
Hipotesis Investasi pada Aktiva Tetap (X3) Pengujian hipotesis Investasi Aktiva Tetap dilakukan dengan uji t seperti
terlihat dalam Tabel 4.9. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Investasi pada Aktiva Tetap secara parsial terhadap LDR Bank Umum Go Public di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan signifikansi 5 % (α = 0,05), dan degree of freedom (n-k) = 77 diperoleh ttabel sebesar 1,667. Dari perhitungan dengan paket program komputer statistik SPSS 17.0 dihasilkan t-hitung sebesar 0,761 (bertanda negatif) sehingga t-hitung lebih kecil dari pada t-tabel (0,761 > 1,667). Nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,449 sehingga menolak Ho dan menerima H1. Hal ini berarti bahwa variasi variabel Investasi Aktiva Tetap secara parsial tidak ada pengaruh signifikan terhadap variasi LDR Bank Umum di Bursa Efek Indonesia sehingga hipotesis yang menyatakan “Diduga bahwa variable independen Investasi pada Aktiva Tetap (X3) secara parsial tidak ada pengaruh signifikan terhadap LDR (Y) di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009” ditolak.
97
3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Dalam uji regresi linear sederhana dianalisis pula besarnya koefesien determinasi (R²) keseluruhan. R² digunakan untuk mengukur dan mengetahui persentase pengaruh variabel independen terhadap perubahan variable dependen. Jika R² mendekati 1 maka dapat dikatakan semakin kuat kemampuan variabel bebas dalam model regresi tersebut dalam menerangkan variasi variabel terikatnya. Sebaliknya jika R² mendekati 0 maka semakin lemah variabel bebas menerangkan variabel terikat. Tabel.4.9 Koefisien Determinasi b
Model Summary
Model
R
1
.328a
R Square
Adjusted R Square
.146
.113
Std. Error of the Estimate
Durbin Watsom
16.48633
2.220
a. Predictors: (Constant), Aktiva Tetap, Simpanan, Pinjaman b. Dependent Variable: LDR
Dari Tabel 4.10 di atas, hasil uji regresi diperoleh nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,146 atau 14,6%. Angka ini menunjukkan bahwa variasi nilai Loan to deposit ratio yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang diperoleh sebesar 14,6%, sedangkan sisanya, yaitu 85,4% (100% - 41,6%), dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan model. R sebesar 0.382 artinya pengaruh antara variabel Jumlah simpanan (X1), kredit yang diberikan (X2), dan investasi pada aktiva tetap (X3) terhadap likuiditas bank umum dengan menggunakan pendekatan loan to deposit ratio (LDR) adalah cukup kuat.
98
Untuk menunjukkan variable bebas manakah yang paling dominan mempengaruhi loan to deposit ratio dengan melihat nilai koefisien beta yang distandarisasi paling besar. Dari lampiran dapat diketahui bahwa variabel yang paling dominan adalah variabel kredit yang diberikan (X2) yang ditunjukkan dengan nilai Koefisien Beta terbesar yaitu sebesar 0.727. Hipotesis ini didukung oleh Sritua Arief (1993:12) yaitu: untuk menentukan variabel bebas yang paling menentukan (dominan) dalam mempengaruhi nilai dependent variabel dalam suatu model regresi linear, maka gunakanlah koefisien Beta (Beta Coefficient). Koeffisien tersebut disebut standardized cofficient. 4. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear berganda, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh jumlah simpanan (X1), kredit yang diberikan (X2), investasi aktiva tetap (X3) terhadap loan to deposit ratio (Y).
Tabel 4.10 Koefisien Regresi Coefficientsa
99
Unstandardized Variabel
T hitung
Coefficients (B)
Sig.
(Constant)
B 89.601
Std Error 16.185
5.536
0.000
Simpanan
-15.536
4.455
-3.487
0.001
Pinjaman
14.754
4.706
3.135
0.002
Aktiva Tetap
-1.773
2.331
-.761
0.449
Sumber data bank: diolah
Variabel Dependent pada regresi ini adalah loan to deposit ratio (Y) sedangkan variabel Independentnya adalah variabel jumlah simpanan (X1), kredit yang diberikan (X2), dan investasi aktiva tetap (X3). Model regresi berdasarkan hasil analisis di atas adalah : Y = 89.601 – 15.536 X1 + 14.754 X2 – 1.773 X3 Tampak pada persamaan tersebut menunjukkan angka yang signifikan pada semua variabel. Adapun interpretasi dari persamaan tersebut adalah: 1. Loan Deposit Ratio (Y) = 89.601 Nilai konstan ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel Jumlah simpanan, kredit yang diberikan, investasi aktiva tetap (X1, X2, dan X3 = 0), maka Loan to deposit ratio sebesar 89.601 kali. Dalam arti kata loan to deposit ratio akan sebesar 89.601 kali tanpa adanya variabel jumlah simpanan, kredit yang diberikan, investasi aktiva tetap (X1, X2, dan X3 = 0).
2. Simpanan Masyarakat (X1) = - 15.536 Nilai parameter atau koefisien regresi X1 ini menunjukkan bahwa setiap variable Jumlah simpanan meningkat 1 kali, maka Loan to deposit ratio akan 100
menurun sebesar 15.536 kali atau dengan kata lain setiap penurunan loan to deposit ratio dibutuhkan variabel Jumlah simpanan sebesar 15.536, dengan asumsi variabel yang lain tetap (X2 dan X3 = 0) atau Ceteris Paribus. 3. Pinjaman yang diberikan (X2) = 14.754 Nilai parameter atau koefisien regresi X2 ini menunjukkan bahwa setiap variable kredit yang diberikan meningkat 1 kali, maka loan to deposit ratio akan meningkat sebesar 14.754 kali atau dengan kata lain setiap peningkatan loan to deposit ratio dibutuhkan variable kredit yang diberikan sebesar 14.754 dengan asumsi variabel yang lain tetap (X1 dan X3 = 0) atau Ceteris Paribus 4. Investasi Aktiva Tetap (X3) = - 1.773 Nilai parameter atau koefisien regresi X3 ini menunjukkan bahwa setiap variable investasi aktiva tetap meningkat 1 kali, maka loan to deposit ratio akan menurun sebesar 1.773 kali atau dengan kata lain setiap penurunan loan to deposit ratio dibutuhkan variable investasi aktiva tetap sebesar 1.773, dengan asumsi variabel yang lain tetap (X1 dan X2 = 0) atau Ceteris Paribus. E. Interpretasi Penelitian Dari hasil pengujian regresi berganda, dapat diketahui bahwa variable simpanan masyarakat, pinjaman yang diberikan dan investasi pada aktiva tetap secara (simultan) mampu mempengaruhi likuiditas (dengan menggunakan pendekatan loan to deposit ratio) pada bank umum yang go public pada taraf signifikansi 5%. Sedangkan secara parsial melalui uji t dapat diketahui bahwa yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan LDR adalah
101
simpanan masyarakat dan investasi pada aktiva tetap. Dan variable pinjaman yang diberikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan LDR. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa simpanan masyarakat (X1) berpengaruh terhadap LDR. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Sholikah (2000) dimana simpanan masyarakat (X1) berpengaruh terhadap LDR. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sinungan (1999), Simpanan masyarakat yang berupa giro, tabungan dan deposito merupakan sumber dana utama bank yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan operasional bank, sehingga peningkatan dan penurunan simpanan masyarakat akan memberikan pengaruh pada kemampuan likuiditas bank. Pada bank umum ini simpanan masyarakat (X1) berpengaruh negatif terhadap LDR. Dimana dengan meningkatnya simpanan masyarakat akan menurunkan LDR. Penurunan LDR ini berarti meningkatkan tingkat likuiditas bank selama penurunan tidak melewati tingkat likuiditas bank yang dianggap sehat yaitu antara 85% - 110%. Menurut Reksoprayitno (1992), bahwa penempatan dana dalam bentuk pinjaman (loans) merupakan aktiva bank yang memiliki porsi besar untuk menghasilkan pendapatan sehingga peningkatan atau penurunan pinjaman akan mampu mempengaruhi likuiditas bank. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pinjaman yang diberikan (X2) berpengaruh signifikan terhadap LDR dengan arah hubungan positif. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Sholikah (2000) dan Frida (2006) yang menyatakan bahwa pinjaman yang diberikan berpengaruh terhadap kenaikan LDR dan merupakan variabel yang dominan berpengaruh terhadap LDR. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya
102
peningkatan penempatan dana pinjaman yang diberikan ke nasabah akan berpotensi menurunkan likuiditas bank umum. Kondisi ini terjadi karena porsi penempatan pinjaman jangka panjang terhadap total pinjaman lebih besar dibandingkan dengan penempatan pinjaman jangka pendek. Terlebih dengan adanya risiko kredit macet, yang akan semakin menurunkan likuiditas bank umum karena mengakibatkan aliran masuk yang berupa cicilan pokok beserta pendapatan bunga akan tergganggu. Oleh karena itu bank harus berhati-hati dalam melakukan ekspansi kredit. Investasi pada aktiva tetap (X3) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap LDR. Hal ini sesuai dengan penelitian Sholikah (2000) yang menyatakan bahwa investasi pada aktiva tetap tidak berpengaruh secara signifikan terhadap LDR. Sholikah menyatakan bahwa investasi pada aktiva tetap tidak berpengaruh terhadap LDR Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kalimantan Tengah, karena menurut Sholikah sebagian besar pembiayaan investasi aktiva tetap dibiayai oleh modal sendiri sehingga tidak mempengaruhi likuiditasnya. Sedangkan menurut teori Taswan (1997), mengatakan bahwa adanya kenaikan investasi pada aktiva tetap akan mengakibatkan adanya kesulitan likuiditas karena bank kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan dari nilai penempatan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan loan to deposit ratio dibutuhkan variable investasi aktiva tetap sebesar 1,773 nilai ini sama dengan simpanan masyarakat yang juga mengakibatkan penurunan loan to deposit ratio yaitu sebesar 15,536 yang bertanda negative.
103
Likuiditas bank umum tidak akan terganggu selama bank mampu mengelola penurunan tersebut sehingga tidak melewati tingkat likuiditas bank yang sehat yaitu bank yang memiliki tingkat LDR antara 85% - 110%. Investasi pada aktiva tetap merupakan penempatan yang tidak produktif tetapi tetap diperlukan oleh bank untuk menjalankan aktivitasnya. Sehingga penempatan pada aktiva tetap perlu dibatasi, dan pada umumnya jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan aktiva produktif bank.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
104
A. Kesimpulan Dari penelitian mengenai analisis pengaruh Simpanan Masyarakat, Pinjaman yang diberikan dan Investasi pada Aktiva Tetap terhadap Loan Deposit Ratio Bank Umum Go Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara simultan ada pengaruh yang sangat signifikan antara Simpanan Masyarakat, Pinjaman Yang diberikan dan Investasi Aktiva Tetap terhadap Loan Deposit Ratio Bank Umum di Bursa Efek Indonesia periode 20072009. Hal ini ditunjukkan dari besarnya nilai F-hitung lebih besar dari Ftabel (4,328 > 2,74) dan signifikansi sebesar 0,000. 2. Secara parsial ada pengaruh yang sangat signifikan antara Simpanan Masyarakat dan Pinjaman yang diberikan terhadap Loan Deposit Ratio Bank Umum Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Variable simpanan ditunjukkan dari besarnya nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (3,487 > 1,667) dan signifikansi sebesar 0,000 dan variable pinjaman ditunjukkan dari besarnya nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (3,135 > 1,667) dan signifikansi sebesar 0,000. Adapun variable investasi pada aktiva tetap tidak ada pengaruh yang signifikan antara Investasi Aktiva Tetap terhadap Loan Deposit Ratio Bank Umum Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Hal ini ditunjukkan dari kecilnya nilai t-hitung lebih besar dari ttabel (0,761 < 1,667) dan signifikansinya sebesar 0,449 lebih besar dari 0,05.
105
3. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R²) sebesar 0,146, berarti variasi variabel Simpanan Masyarakat, Pinjaman yang diberikan dan Investasi Aktiva Tetap dalam menjelaskan variasi variabel LDR adalah sebesar 14,6% dan sisanya 85,4% (100%-14,6%) dijelaskan oleh faktor lain diluar persamaan model. B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian tersebut diatas, maka diajukan saran sebagai berikut: 1. Bagi Bank Mengingat likuiditas merupakan salah satu indikator penilaian CAMEL (capital, asset, management, earning, liquidity). Dalam penilaian kesehatan bank, faktor likuiditas memiliki bobot 10% namun bukan berarti bisa dianggap sepele sebab bila aspek ini tidak diantisipasi akan memperburuk image masyarakat terhadap kinerja bank yang bersangkutan. Untuk itu bank harus selalu memperhatikan dan mengelola tingkat likuiditasnya. Terlebih pada variabel pinjaman yang diberikan yang menurut hasil penelitian merupakan variabel yang mempengaruhi penurunan likuiditas bank. Dalam melakukan ekspansi kredit, bank harus lebih berhati-hati agar tidak menyebabkan kredit macet yang nantinya akan berakibat pada menurunnya tingkat likuiditas bank. Mengingat jumlah kredit yang disaultrkan berdampak pada LDR maka dalam memeberikan kredit pada nasabah haruslah memberikan prosedur pemberian kredit sehat pemberian kredit yang sehat terdiri dari tiga tahap : 1.
106
Permohonan kredit 2. Investigasi atau survey lapangan dan 3. Analisia kredit atau 5 C of kredit. 2. Bagi Investor dan Calon Investor Para investor maupun calon investor harus lebih cermat dalam mengambil keputusan investasi. Selain menggunakan analisa keuangan, investor juga harus melihat prospek dan kelanjutan bisnis yang bersangkutan di masa depan. Likuiditas dapat juga digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam berinvestasi. Penilaian kinerja dan prestasi bank jangan hanya terpaku pada internal bank tetapi juga eksternal bank yaitu penilaian pasar terhadap kondisi bank. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya. Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penilaian kesehatan bank lainnya, misalnya dengan menambah alat ukur penilaian kesehatan yang lain serta memperluas sample penelitian dengan meneliti seluruh jenis bank yang go public di Bursa Efek Indonesia dan menambah rentang waktu (periode) penelitian. Peneliti
yang tertarik
untuk
meneliti
mengenai
variable-variabel
yang
mempengaruhi likuiditas bank, disarankan untuk mengkaji konsistensi temuan ini dengan mengembangkan metodologi penelitiannya, variabel, dan pengukuran variabel.
DAFTAR PUSTAKA
107
Algifari. „„Analisis Teori Regresi”. Yogyakarta: BPFE, 2000 Arief, Sritua. “Metodologi Penelitian”. Jakarta : UI Press, 1993 Arikunto, Suharsimi. “Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Prektek”, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002 Bahtiar, Usman. “Analisis rasio keuangan dalam meprediksi perubahan laba pada bank-bank di Indonesia”. Tesis program Pasca Sarjana Megister Manajemen Undip, 2003 Dendawijaya, Lukman, “Manajemen Perbankan”, Edisi Kedua, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2005 ………………………”Manajemen Perbankan”. Bogor: Ghalia Indonesia, 2003 Frida, Anisawati. “Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Likuiditas Dengan Pendekatan Loan to Deposit Ratio pada PT. BRI (Persero) Tbk. Cabang Malang”. Skripsi Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijya Malang, 2006 Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, Jakarta : FE UIN, 2007 Harahap. “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan”. Yogyakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002 Haryati, Sri. “Analisis Kebangkrutan Bank: Bunga Rampai Kajian Teori Keuangan In Memorian Prof. Dr. Bambang Riyanto”. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 2002 Husnan, Suad, 2002 “Manajemen Keuangan Teori dan Penerapannya”, Yogyakarta : Liberty, 2002 Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Edisi Revisi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008 …………..”Dasar-Dasar Perbankan”. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2003 Nasiruddin. “Faktor-faktor yang memepengaruhi loan deposito ratio (LDR) di bank BPR wilayah kerja kantor bank semarang”. Tesis program Studi Magister Manajemen Undip, 2005
108
Mulyono. “Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan”, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE. 1994 Reksoprayitno,
“Prinsip-Prinsip
Dasar
Manajemen
Bank
Umum
dan
Penerapannya di Indonesia”. Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE, 1992 Republik Indonesia. „„Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan‟‟. Jakarta, 1998 Riyanto , Bambang. “Dasar-dasar Pembalanjaan”, Yogyakarta : BPFE, 2003 Sholikah, Nurwati. “Analisis pengaruh variabel simpanan masyarakat, pinjaman yang diberikan, jumlah nasabah, cadangan primer, biaya operasional, investasi aktiva tetap dan jumlah aset secara serempak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio/ LDR) Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Kalimantan Tengah”. Thesis, Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya Malang. 2000 Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta, 2004 ………………………….. „„Manajemen Bank Umum”. Jakarta : Intermedia, 1993 Sinungan, Muchadarsyah. “Manajemen Dana Bank”. Jakarta : Bumi aksara, 2003 ………………………….. Manajemen Dana Bank. Jakarta : Edisi Kedua Cetakan Ketiga, 1999 Smryn . “Akuntansi Manajerial”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002 Suliyanto, E. Agus. “Aplikasi Statistik dengan SPSS untuk Pemula”. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007 Taswan. “Akuntansi Perbankan, Transaksi Dalam Valuta Rupiah”. Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 1997 Umar, Husein. “Research Method in Finance and Banking”. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2000 www.idx.co.id
109
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 KONDISI LOAN DEPOSIT RATIO BANK UMUM GO PUBLIC Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama Bank Agroniaga Artha Graha Internasional Bukopin Bumi Arta Bumi Putera Indonesia Capital Indonesia Central Asia Danamon Indonesia Ekonomi Raharja Eksekutif Internasional Himpunan Saudara 1960 Internasional Indonesia Kesawan Mandiri Mayapada Internasional Mega Negara Indonesia Niaga NISP Nusantara Parahyangan Pan Indonesia Permata Rakyat Indonesia Swadesi BTPN Victoria Internasional Windhu Kencana Internasional
Pinjaman 1,956,450 7,348,850 18,801,342 782,734 4,328,973 566,769,918 80,702,481 49,858,293 7,229,944 878,918 1,145,697 28,519,581 1,291,410 125,488,384 3,023,509 13,843,320 3,918,827 83,214,985 18,857,535 1,629,278 28,290,884 35,748,521 105,923,763 605,182,897 7,573,846 1,953,182 486,449
Simpanan 2,537,445 9,156,092 29,291,878 152,753,693 5,235,016 777,280,269 189,172,191 57,803,865 14,098,648 1,147,176 1,240,201 36,971,060 1,913,191 247,355,023 2,953,338 30,030,996 10,270,399 146,188,546 21,439,660 3,359,595 31,321,133 30,071,547 165,599,983 999,724,389 8,802,451 3,585,237 1,142,225
LDR % 77% 80% 64% 51% 83% 73% 43% 86% 51% 77% 92% 77% 68% 51% 102% 46% 38% 57% 88% 48% 90% 119% 64% 61% 86% 54% 43%
KONDISI LOAN DEPOSIT RATIO BANK UMUM GO PUBLIC Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama bank Agroniaga Artha Graha Internasional Bukopin Bumi Arta Bumi Putera Indonesia Capital Indonesia Central Asia Danamon Indonesia Ekonomi Raharja Eksekutif Internasional Himpunan Saudara 1960 Internasional Indonesia Kesawan Mandiri Mayapada Internasional Mega Negara Indonesia Niaga NISP Nusantara Parahyangan Pan Indonesia Permata Rakyat Indonesia Swadesi BTPN Victoria Internasional Windhu Kencana Internasional
Pinjaman 1,964,360 9,641,673 22,401,357 935,451 4,667,760 669,775,071 110,026,861 63,410,474 9,757,606 919,626 1,498,742 34,344,477 1,470,800 162,637,788 3,900,181 18,749,051 3,531,385 106,342,351 20,401,154 2,149,250 35,282,456 48,599,566 152,217,543 860,909,612 10,136,195 2,122,976 1,409,483
simpanan 2,039,344 10,497,650 27,521,206 1,585,451 5,820,391 1,000,260,281 209,528,921 73,969,078 16,104,971 1,322,717 1,493,137 43,525,226 1,992,060 289,112,052 3,971,875 29,381,005 5,116,022 163,164,358 27,123,471 3,294,752 46,043,679 42,768,849 201,537,439 1,053,812,210 11,380,149 4,019,644 1,678,972
LDR % 96% 92% 81% 59% 80% 67% 53% 86% 61% 70% 100% 79% 74% 56% 98% 64% 69% 65% 75% 65% 77% 114% 76% 82% 89% 53% 84%
KONDISI LOAN DEPOSIT RATIO BANK UMUM GO PUBLIC Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama bank Agroniaga Artha Graha Internasional Bukopin Bumi Arta Bumi Putera Indonesia Capital Indonesia Central Asia Danamon Indonesia Ekonomi Raharja Eksekutif Internasional Himpunan Saudara 1960 Internasional Indonesia Kesawan Mandiri Mayapada Internasional Mega Negara Indonesia Niaga NISP Nusantara Parahyangan Pan Indonesia Permata Rakyat Indonesia Swadesi BTPN Victoria Internasional Windhu Kencana Internasional
Pinjaman 1,904,944 10,787,836 24,013,722 960,847,390 5,188,764 1,206,115 119,595,661 58,367,570 8,506,585 929,312 1,896,719 36,500,149 1,417,669 184,690,704 4,961,855 18,352,062 3,418,595 113,922,685 21,283,245 2,539,719 39,967,098 51,563,847 194,242,503 967,683,852 15,453,805 2,713,514 1,560,056
Simpanan 2,454,297 13,071,296 31,915,503 1,927,093,075 5,942,777 2,451,524 245,139,946 67,216,228 19,011,840 1,308,017 2,027,791 47,341,248 2,139,959 319,550,381 6,040,576 32,803,732 5,949,459 188,468,987 30,216,044 3,473,107 56,234,487 45,720,638 255,928,261 1,210,110 18,514,788 5,617,636 2,421,260
LDR % 78% 83% 75% 50% 87% 49% 49% 87% 45% 71% 94% 77% 66% 58% 82% 56% 57% 60% 70% 73% 71% 113% 76% 80% 83% 48% 64%
Lampiran 2
GRAFIK NORMALITAS
GRAFIK HETEROSKEDESITAS
Lampiran 3
TABEL KOEFISIEN REGRESI Variabel
(Constant) Simpanan Pinjaman Aktiva Tetap
Unstandardized Coeficients (B) B Std Error 89.601 16.185 -15.536 4.455 14.754 4.706 -1.773 2.331
T-Hitung
Sig.
5.536 -3.487 3.135 -.761
0.000 0.001 0.002 0.449
TABEL KOEFISIEN DETERMINASI Model Summaryb Model 1
R .328a
R Square
Adjusted
Std. Error of
Durbin
R Square
the Estimate
Watson
.146
.113
16.48633
2.220
TABEL F-Hitung Model Summaryb R Square F Change Change .146 4.382
Change Statistics df1 df2 3
Durbin Watson
Sig. F Change 77
.007
2.220
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1.
Nama
: Jaenal Abidin
2.
Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 28 April 1985
3.
Agama
: Islam
4.
Alamat
: Kembangan Utara Pondok Cabe Rt 07/01 Jakarta Barat
5.
6.
7.
Nama Orang Tua
:
Ayah
: H. Namin
Ibu
: Hj. Sumiati
Pekerjaan Orang Tua
:
Ayah
: Buruh
Ibu
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan
:
a. SDN 01 PG Kembangan Utara
: Lulus Tahun 1999
b. Mts. Annida Al-Islamy Bekasi
; Lulus Tahun 2001
c. MA. Annida Al-Islamy Bekasi
: Lulus Tahun 2004
i
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variable Simpanan Masyarakat, Pinjaman yang diberikan dan Investasi pada Aktiva Tetap tcrhadap Likuiditas Bank Umum Go Publik. Teknik sampling yang digunakan adalah sensus, dengan sample sejumlah 27 bank yang Go Publik di BEI periode 20072009. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial serta F-statistik untuk menguji keberartian pengaruh secara bersama-sama dengan tingkat signifikansi 5% dan mengetahui faktor mana yang paling dominan mempengaruhi likuiditas bank umum. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedatisitas dan uji autokorelasi. Selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uii autokorelasi tidak ditemukan variabel yang menyimpang dari asumsi klasik. Hal ini menunjukkan bahwa data yang tersedia telah memenuhi syarat menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan variabel-variabel bebas yang diteliti mempengaruhi likuiditas bank umum dan secara parsial variable simpanan masyarakat, pinjaman yang diberikan dan investasi pada aktiva tetap memiliki pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas bank umum dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR). Variabel pinjaman yang diberikan merupakan variabel yang mempunyai pengaruh yang paling dominan dengan arah yang positif terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) bank. Bank umum yang memberikan jumlah kredit yang tinggi cenderung akan mengalami kesulitan likuiditas. Karena dengan adanya peningkatan pemberian kredit akan meningkatkan risiko kredit bermasalah sehingga mengakibatkan aliran masuk yang berupa cicilan pokok beserta pendapatan bunga akan tergganggu.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan hidayah-Nya, juga sholawat dan salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya, serta dengan usaha sungguh-sungguh, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH SIMPANAN MASYARAKAT, JUMLAH PINJAMAN YANG DIBERIKAN, INVESTASI PADA AKTIVA TETAP TERHADAP LIKUIDITAS BANK UMUM GO PUBLIC DI BEI PERIODE 2007-2009”. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Perbankan pada Fakultas Ekonomi Universitas Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Menyadari dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak dapat terlepas dari bantuan, dorongan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid. M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Indoyama Nasaruddin, SE, MAB. selaku Ketua Jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. Ade Ananto Terminanto, MM, selaku Dosen Pembimbing II atas
iii
segala pengarahan dan bimbingan yang telah diberikan selama penyusunan skripsi. 4. Kedua Orang Tuaku, serta keluarga besar atas cinta, kasih sayang, doa, semangat dan bimbingan serta dukungannya baik materiil dan spirituil yang tiada henti-hentinya diberikan selama ini. 5. Segenap Dosen Pengajar dan Staf Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Manajemen atas semua ilmu yang bermanfaat dan bantuannya. 6. Arief Eko Setiawan yang telah membantu dan mensuport, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. 7. Sahabatku Deni, Ina, Ahmad, Ria, Anjar serta teman-temanku yang tidak bisa disebutkan satu-satu yang terus memberikan semangat dan dukungannya selama ini 8. Serta semua pihak yang telah membantu demi terselesainya skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 20 November 2010 Penulis
Jaenal Abidin
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………
i
ABSTRAKSI…………………………………………………………..
ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………
iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………..
v
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….…
viii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………..
ix
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………..
1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………
1
B. Rumusan Masalah …………………………………………….
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………..
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………
9
A. Lembaga Perbankan……………………………………………
9
B. Sumber-sumber Dana Bank……………………………………
31
C. Alokasi Dana Bank……………………………………………..
39
D. Penyaluran Kredit……………………………………………….
40
E. Investasi Aktiva Tetap………………………………………….
52
F. Likuiditas Bank………………………………………………….
53
G. Loan Deposit Ratio………………………………………………
60
H. Variable-variabel yang mempengaruhi…………………………
61
I. Penelitian Sebelumnya…………………………………………..
65
v
J. Kerangka Pemikiran……………………………………………
68
K. Hipotesis Penelitian……………………………………………
69
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………
70
A. Ruang Lingkup Penelitian………………………..……………
70
B. Populasi dan sampel Penelitian………..……………………...
70
C. Sumber Data………….………………………………………..
71
D. Metode Pengumpulan Data……………………………………
72
E. Definisi Operasional Variabel…………………………………..
73
F. Hipotesis Penelitian……………………………………………..
74
G. Metode Analisis Data…………………………………………..
74
BAB IV HASIL PENELITIAN………………………………………
80
A. Sejarah Bursa Efek Indonesia……………………………… ….
80
B. Kondisi Umum LDR dan Variabel-variabel yang Mempengaruhi. 85 1. Kondisi Loan Deposit Ratio Bank Umum…………………
85
2. Kondisi Simpanan Masyarakat Bank Umum……….……. . 3. Kondisi Pinjaman yang diberikan Bank Umum…………..
87
4. Kondisi Investasi Aktiva Tetap Bank Umum……………..
89
88
C. Analisi Data……………………………………………....…….
90
1. Pengujian Asumsi Klasik……………………………………
89
2. Pengujian Hipotesis Statistik ………………………………
94
a. Uji F-Statistik……………………………………………
94
b. Uji T-Statistik……………………………………………
95
c. Uji Determinasi (R2)……………………………………
98
vi
d. Regresi Liner Berganda………………………………...
99
D. Interpretasi Penelitian……………..…………………….………
101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………
105
A. Kesimpulan………………………………………………….…
105
B. Saran……………………………………………………………
106
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………
107
LAMPIRAN…………………………………………………………..
109
vii
DAFTAR TABEL No.
Keterangan
Halaman
3.1
Daftar Bank Umum Go Public 2007-2009
71
4.1
Kondisi Tingkat LDR Bank Umum
85
4.2
Kondisi Tingkat Simpanan Masyarakat
87
4.3
Kondisi Tingkat Kredit yang Diberikan
88
4.4
Kondisi Tingkat Investasi Ativa Tetap
89
4.5
Hasil Uji Multikolinieritas
91
4.6
Koefisien Durbin Watson
92
4.7
Pengujian Hipotesis F-statistik
95
4.8
Pengujian Hipotesis t-Statistik
95
4.9
Koefisien Determinasi (R2)
98
4.10
Koefisien Regresi
100
viii
DAFTAR GAMBAR No.
Keterangan
2.1
Kerangka Pemikiran
68
4.1
Hasil Uji Normalitas
91
4.2
Hasil Uji Heteroskedesitas
94
ix
Halaman