IMPLEMENTASI PROGRAM PERCEPATAN KELAS (AKSELERASI) DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009
Oleh : Darwanti K7404057
PENDIDIKAN TATA NIAGA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009
Oleh: DARWANTI K7404057
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
ii
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
(Dra. Kristiani M.Si)
( M. Sabandi,S.E, M.Si)
NIP. 1962 04 28 1989 03.2.002
NIP. 1972 09 13 2005 01.1.001
iii
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari
: Selasa
Tanggal
: 20 Oktober 2009
Tim Penguji Skripsi: Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
1...................
: Aniek Hindrayani, SE, M.Si
Sekretaris : Feri Setyo, SE, M.M
2.....................
Anggota I : Dra.Kristiani, M.Si
3..................
Anggota II : Muhammad Sabandi, SE, M.Si
Disahkan oleh Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 1960.07.27.1987.02.1.001
iv
4....................
ABSTRAK Darwanti. IMPLEMENTASI PROGRAM AKSELERASI DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, September 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) penyelenggaraan kelas akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta. (2) Kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi. (3) Upaya-upaya yang
telah dilakukan
SMA Negeri 3 dalam mengatasi kendala-kendala dalam penyelenggaraan kelas akselerasi. Penelitian berbentuk deskriptif kualitatif dengan menggunakan strategi tunggal terpancang, dalam artian penelitian terarah pada sasaran dengan satu karakteristik. Sumber data penelitian meliputi: informan, tempat dan peristiwa serta arsip dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dari masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya menjadi sumber yang mantap dan di dukung juga dengan snowball sampling. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan analisis dokumen. Keabsahan data diperoleh melalui trianggulasi sumber dan trianggulasi metode dengan menggunakan analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan (1) Penyelenggaraan program akselerasi meliputi: (a) persiapan penyelenggraan akselerasi, meliputi seleksi siswa, perekrutan guru, persiapan kurikulum, persiapan sarana prasarana, sosialisasi. (b) proses penyelenggaraan akselerasi. (c) evaluasi penyelenggaraan program akselerasi. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui apa saja yang masih perlu di perbaiki. Hal-hal yang perlu di evaluasi antara lain sasaran pembelajaran, input atau siswa, kurikulum, sarana prasarana, tenaga kependidikan, biaya, evaluasi. (2) Kendala-kendala dalam pelaksanaan program akselerasi meliputi beban belajar yang berat bagi siswa, keterbatasan biaya. (3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yaitu dengan memberikan metode pembelajaran yang lebih bervariasi, fasilitas yang lebih bagus dibanding dengan kelas regular, bekerjasama
v
dengan lembaga psikologi An Naffa. Mengajukan block grant-block grant ke pemerintah, mengadakan subsidi silang.
vi
ABSTRACT Darwanti. THE IMPLEMENTATION OF ACCELERATION PROGRAM AT SMA NEGERI 3 SURAKARTA, THE ACADEMIC YEAR OF 2008/2009. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Educational Faculty Sebelas Maret University Surakarta, September 2009. This research was aimed for knowing: (1) The implementation of acceleration program at SMA Negeri 3 Surakarta. (2) The obstructions which were faced in the implementation of acceleration program. (3) The efforts which were done by SMA Negeri 3 Surakarta to overcome the obstructions in the implementation of acceleration program. The research was in form of descriptive qualitative by using embedded single strategy, in which the research was directed toward the target within one characteristic. The research data resources were including: informant, place and event, and archive and document. Sampling technique which was used is purposive sampling, which purpose is to choose the informant which was sentenced knew the information of the case deeply and could be trusted to become a stable source and also supported with snow ball sampling. Data collecting techniques were interview, observation, and document analysis. Data justification was gotten toward resource triangulation and method triangulation by using interactive analysis. The result of the research showed: (1) Implementation of the acceleration program was included: (a) The preparation of the acceleration implementation, included students selection, teachers recruitment, curriculum preparation, instrument preparation, socialization, (b) The acceleration implementation process, (c) The evaluation of the acceleration implementation program. Evaluation was done to know every single cases which was needed to be repaired. The cases which were needed to be evaluated were teaching equipment, input or students, curriculum, instruments, education workers, cost, evaluation. (2) Obstructions in the acceleration program implementation were included heavy learning burden for students, limitation of the cost. (3) The efforts which were done to overcome the obstructions were by giving varied teaching methods, better
vii
facilities than the regular class had, had relationship with psychology institution of An Naffa. Presented block grants to the government, held the cross subsidy
viii
MOTTO
“Dan mintalah tolong kepada Alloh dengan Sabar dan Sholat, sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (Qs Al Baqoroh : 45)
“Karena barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh, pasti orang lain akan segan padanya, dan barang siapa yang mencari keridho’an Alloh, niscaya Alloh akan mencukupkannya dari orang lain dan akan menjadikan orang lain ridho’ kepadanya “ (Al-Hikmah)
“ Ilmu itu ibarat binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya, maka ikatlah buruan mu dengan ikatan yang kuat” (Al Imam Asy Syafi’i Rohimalloh)
“Carilah hatimu di tiga tempat, saat mendengar al qur’an, saat di majelis dzikir, dan saat engkau sendiri, dan jika engkau tidak mendapati nya di tiga tempat itu maka mohonlah kepada Alloh agar engkau dikaruniai hati karena sesungguhnya engkau sudah tidak punya hati” (Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziah)
“Barang siapa yang dikehendaki menjadi baik, niscaya Alloh akan memahamkannya terhadap ilmu Din/Agama” (Al Hadits)
“Keep the fighting spirit not the spirit for fighting and just be strong!!!” (Penulis)
ix
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah teriring rasa syukur, penulis persembahkan skripsi ini kepada: Alloh Ta’Ala, semoga setiap air mata yang pernah tertetes selama mengerjakan skripsi ini menjadi salah bentuk ibadah hamba kepada MU Ibu, Ibu, Ibu, .. Semoga Alloh selalu menguatkan kita semua, dan kau lah yang selalu membuat aku kuat dan bertahan menghadapi semua cobaan hidup, semoga aku bisa menepati janjiku padamu. Bapak,.. rinduku selalu ada untukmu, walaupun kebersamaan kita sangat singkat, tapi aku bersyukur pernah melihatmu Kakak-kakak ku tersayang (Puryeni, Sarini),.. maafkan aku karena aku belum bisa meringankan beban kalian, semoga aku tidak mengecewakan kalian. Ponakan-ponakan ku ika, cahyo, bagus,kituk, bintang. Calon mas iparku. Ummu aisyah abdillah All akhwat,. Teman-teman PTN 04, ALMAMATER Dan semua orang yang telah menemani dan memberikan warna dalam hidup ku, love u all…
x
KATA PENGANTAR Puji syukur hanya kepada Alloh Ta’Ala atas limpahan ni’mat, rizki dan limpahan kasih sayang yang berlebih sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga terlimpahan kepada rasul yang mulia Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat mendapat gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Tata Niaga Pendidikan Ilmu Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini banyak mengalami hambatan, akan tetapi hambatan tersebut dapat teratasi atas bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada: 1.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unversitas Sebelas Maret Surakarta, atas ijin yang beliau berikan dalam pengerjaan dan penelitian skripsi
2.
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS Surakarta, atas ijin yang beliau berikan dalam pengerjaan skripsi dan penelitian skripsi
3.
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan P.IPS FKIP UNS Surakarta, atas ijin yang beliau berikan dalam pengerjaan dan penelitian skripsi
4.
Ketua BKK Pendidikan Tata Niaga Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan P.IPS FKIP UNS Surakarta, atas ijin yang beliau berikan dalam pengerjaan dan penelitian skripsi
5.
Dra. Kristiani M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan nasehat kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi
6.
Muhammad Sabandi SE, M.Si selaku pembimbing II sekaligus pengampu akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan nasehat selama proses penyelesaian skripsi dan selama penulis menjadi mahasiswa.
xi
7.
Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK PTN FKIP UNS Surakarta
8.
Drs. H. Ngadiyo, M.Pd selaku kepala SMA N 3 Surakarta yang telah memberi ijin untuk mengadakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
9.
Bapak Koesmanto, S.Pd, M.Pd selaku Manajer Program Akselerasi, yang telah memberikan berbagai informasi yang penulis butuhkan.
10. Bapak/ibu Guru, karyawan, dan seluruh Siswa SMA N 3 Surakarta yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung. 11. Murid-murid kelas aksel SMA N 3 Surakarta yang telah memberikan banyak informasi yang penting dalam pengerjaan skripsi ini. 12. Berbagai pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan masih jauh dari memuaskan. Semua itu tak luput dari keterbatasan penulis, tidak permintaan kepada Anda sekalian yang budiman kecuali masukan, kritik, dan saran. Akhirnya, penulis berharap semoga karya yang sederhana ini mampu memberikan manfaat bagi semua.
Surakarta,
Penulis
xii
Oktober 2009
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...............................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN....................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK.........................................................................
v
HALAMAN MOTTO .............................................................................
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................
x
KATA PENGANTAR ............................................................................
xi
DAFTAR ISI...........................................................................................
xii
DAFTAR TABEL...................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
xvi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.......................................................
1
B. Perumusan Masalah .............................................................
6
C. Tujuan Penelitian .................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ...............................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Kemampuan dan Kecerdasan ...........................
8
2. Kurikulum Berdiferensiasi Untuk Anak Berbakat...... ..
16
3. Penyelenggaraan Program Akselerasi ...........................
22
4. Tinjauan Tentang Kepuasan Siswa ...............................
31
B. KERANGKA BERPIKIR ....................................................
33
C. PENELITIAN TERDAHULU.............................................
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN............................
36
1. Tempat Penelitian........................................................
36
2. Waktu Penelitian .........................................................
36
xiii
B. BENTUK DAN STRATEGI PENELITIAN .......................
36
1. Bentuk penelitian.........................................................
36
2. Strategi Penelitian .......................................................
37
C. SUMBER DATA .................................................................
37
1. Informan .....................................................................
37
2. Tempat dan peristiwa ..................................................
38
3. Dokumen dan Arsip.....................................................
38
D. TEKNIK SAMPLING .........................................................
38
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ...................................
39
1. Observasi .....................................................................
39
2. Wawancara .................................................................
39
3. Mengkaji Dokumen Dan Arsip ...................................
40
F. VALIDITAS DATA ............................................................
40
G. ANALISIS DATA ...............................................................
41
H. PROSEDUR PENELITIAN ................................................
42
1. Tahap Pra Lapangan ....................................................
42
2. Tahap Kegiatan Lapangan ..........................................
42
3. Tahap Analisis Data ...................................................
42
4. Tahap Penulisan Laporan ............................................
42
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi lokasi penelitian ..................................................
44
B. Deskripsi permasalahan penelitian.......................................
46
C. Temuan studi yang dikaitkan dengan kajian teori ...............
61
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................
67
B. Implikasi.............................................................................
68
C. Saran ..................................................................................
68
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
70
LAMPIRAN............................................................................................
73
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Daftar Nilai Siswa Akselerasi....................................................... 4
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar kerangka berfikir .................................................................. 33 Gambar 2. Gambar model analisis interaktif ..................................................... 33 Gambar 3. Gambar prosedur penelitian................................................................ 43
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Pedoman Wawancara......................................................................
73
Lampiran 2
: Daftar Informan................................................................................. 78
Lampiran 3
: Jadwal Penyusunan Skripsi............................................................
79
Lampiran 4
: Catatan Lapangan 1............................................................... .........
80
Lampiran 5 : Catatan Lapangan 2.........................................................................
89
Lampiran 6
: Catatan Lapangan 3........................................................................
95
Lampiran 7
: Catatan Lapangan 4 ....................................................................
98
Lampiran 8
: Catatan Lapangan 5 ....................................................................
104
Lampiran 9
: Contoh Silabus Kelas Akselerasi................................................
109
Lampiran 10 : Nilai pelajaran ekonomi kelas akselerasi tahun ajaran 2008/2009 114 Lampiran 11 : Daftar Nama Siswa kelas akselerasi tahun ajaran 2008/2009....
118
Lampiran 12 : Hasil Lulusan Program Akselerasi Angkatan 1.........................
120
Lampiran 13 : Hasil Lulusan Program Akselerasi Angkatan 2.........................
122
Lampiran 14 : Hasil Lulusan Program Akselerasi Angkatan 3.........................
123
Lampiran 15 : Hasil Lulusan Program Akselerasi Angkatan 4.........................
125
Lampiran 16 : Daftar Staff Pengajar Program Akselerasi.................................
127
Lampiran 17 : Pembagian Tugas Dalam Bk Program Akselerasi.....................
130
Lampiran 18 : Struktur Organisasi Sma Negeri 3 Surakarta.............................
132
Lampiran 19 : Foto-Foto dokumentasi penelitian.............................................
133
Lampiran 20 : Trianggulasi...............................................................................
140
Lampiran 21 : Perijinan.....................................................................................
146
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia dalam era globalisasi mengalami persaingan yang luar biasa di berbagai bidang, antara lain bidang perniagaan, industri, ilmu pendidikan dan berbagai dimensi lain, baik pembangunan fisik maupun spiritual. Untuk menjawab
tantangan
ini
perkembangan
sumber
daya
diprioritaskan.
Perkembangan sumber daya yang diprioritaskan adalah perkembangan sumber daya manusia. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dapat melalui pendidikan. Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka itu, pemerintah telah berupaya membangun sektor pendidikan secara berencana, terarah, dan bertahap serta terpadu dengan keseluruhan pembangunan kehidupan bangsa, baik ekonomi, IPTEK, sosial maupun budaya. Sejalan dengan dinamika pembangunan bangsa diberbagai sektor, tuntutan terhadap pembangunan sektor pendidikan menjadi semakin luas, yakni disatu pihak setiap terpenuhinya kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak usia sekolah yang jumlahnya semakin bertambah dan dipihak lain terpercapainya efisensi, relenvansi, dan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang sangat strategis dalam menigkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang berorientasi pada peningkatan penguasaan IPTEK, kemampuan profesional, dan produktivitas kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan bangsa. Peningkatan kualitas
pendidikan
dapat
dilakukan
dengan
perubahan
pada
strategi
penyelenggaraan pendidikan. Strategi penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia selama ini lebih banyak bersifat klasikal-massal, memberikan perlakuan yang standard (rata-rata) kepada semua siswa, padahal setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda. Akibatnya siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasaan di bawah rata-rata, karena memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar siswa pada umumnya, akan selalu tertinggal dalam mengikuti kegiatan belajar
xviii
mengajar. Sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan belajar di atas kecepatan belajar
siswa lainya, akan merasa jenuh, sehingga sering
berprestasi di bawah prestasinya (underachiever). Pada hakikatnya, ditinjau dari aspek kemampuan dan kecerdasan, siswa dapat dikelompokkan kedalam tiga strata, yaitu: yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di bawah rata-rata, rata-rata, dan di atas rata-rata. Siswa yang berada di bawah rata-rata, memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar siswasiswa pada umumnya. Sedangkan siswa yang berada di atas rata-rata, memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswa-siswa lainnya. Bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan rata-rata, selama ini diberikan pelayanan pendidikan dengan mengacu pada kurikulum yang berlaku secara nasional, karena memang kurikulum tersebut disusun terutama diperuntukkan bagi anak anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan rata-rata. Sementara itu, bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di bawah rata-rata, karena memiliki kecepatan belajar di bawah siswa-siswa lainnya, diberikan pelayanan pendidikan berupa pengajaran remidi (remedial teaching), sehingga untuk menyelesaikan materi kurikulum membutuhkan waktu yang lebih panjang dari siswa-siswa lainnya. Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata, meskipun memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswasiswa lainnya, belum mendapat pelayanan pendidikan sebagaimana mestinya. Differences individual yang positif ini memerlukan layanan yang produktif dalam pembelajaran yang spesifik serta disesuaikan dengan karakteristik belajarnya. Kelebihan kemampuan belajar pada siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasanluar biasa tidak perlu harus terhambat dan dipaksa menyesuaikan dengan siswa normal apabila pengajar mengetahui sejak dini serta tahu bagaimana memperlakukannya. Menurut Colangelo dalam Reni Akbar-Hawadi (2004: 5) bahwa “akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery), dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery)”. Sebagai model pelayanan, pengertian akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas, dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas di
xix
atasnya. Sementara itu sebagai model kurikulum, akselerasi memiliki pengertian percepatanbahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu. Akselerasi memiliki pengertian percepatan sehingga dengan program ini siswa yang memang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat belajar lebih cepat sesuai dengan potensinya. Bagi siswa sekolah dasar yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, diberi peluang dapat menyelesaikan studinya kurang dari 6 tahun, misalnya 5 tahun atau bahkan 4 tahun. Demikian pula untuk SMP dan SMA, bagi yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa diberi peluang untuk dapat menyelesaikan studinya kurang dari 3 tahun, misalnya 2 tahun. Penyelenggaraan program akselerasi ini perlu dilakukan sebagai pemikiran dan alternatif yang berwawasan masa depan untuk menyiapkan anak bangsa sedini mungkin sebagai calon pemimpin berkualitas namun tetap bermoral dengan menjunjung budaya dan adat istiadat ketimuran dalam menghadapi globalisasi teknologi yang penuh kompetisi. Identifikasi siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa akan sangat penting sebab terlambatnya penanganan terhadap siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa akan merugikan masyarakat sendiri karena akan kehilangan asset human capital yang tiada terkira harganya. Program akselerasi memiliki keuntungan yang besar sebab dengan proses yang cepat akan menghasilkan sejumlah lulusan yang memadai dan segera dapat dimanfaatkan produk sekolah tersebut dalam masyarakat tanpa mengorbankan potensi siswa. Bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa proses yang dipercepat beban bahkan justru irama cepat itulah yang sesuai dengan irama yang dimiliki. Program akselerasi adalah program yang akhir-akhir ini digalakkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk memperoleh sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas. Program penyelenggaraan akselerasi hanya dilaksanakan oleh sekolah-sekolah yang telah siap, baik dari segi kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dana, manajemen, dan lingkungan. SMA N 3 Surakarta merupakan sekolah yang pertama kali yang telah siap menyelenggarakan program
xx
akselerasi untuk tingkat Sekolah Menengah Atas atau sederajat yang ada di kota Surakarta. Di SMA N 3 Surakarta penyelenggaraan akselerasi mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2003/2004 dengan model kelas khusus, hingga saat ini telah menghasilkan lulusan yang berkualitas baik, yang bisa dilihat dari nilai semester nya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1 Nilai Semester 2 Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran 2008/2009 No Nama Siswa
Nilai HR
MID
SMT
NR
NA
1
Aisha Alfiani Mahardika
89
94
82
88,43
88
2
Ardiana Hanatan
93
98
76
89,03
89
3
Astri Kusumawati
86
91
72
83,15
83
4
Brian Evan Cristiano
83
87
84
84,55
85
5
Dewi Masithoh
92
97
90
93,05
93
6
Dhimas Prasetyo
85
89
82
85,15
85
7
Dresta Pratita
93
98
82
91,03
91
8
Dyah Ayu P
90
95
82
89,09
89
9
Faris Edi
92
97
72
87,05
87
10
Ginanjar Udiarea
75
77
74
75,49
75
11
Intan Jayanti
88
93
86
89,12
89
12
Irene Listyanti
88
93
80
87,12
87
13
Johan Ardianto
89
94
76
86,43
86
14
Kartika Sari
89
94
80
87,77
88
15
Lufti Mawaryuningtiyas
74
76
82
77,49
77
16
Nourma Wahyu
74
75
80
76,17
76
17
Patricia Anna Bell
89
94
90
91,1
91
18
Qorina Nur Hidayah
92
97
84
91,05
91
19
Tara Ken Wk
80
82
74
78,79
79
20
Tyas Putri
80
82
84
82,12
82
xxi
21
Valentina Lakhsmi P
88
93
88
89,78
90
Nilai Rata-Rata
85,86
86
Nilai Tertinggi
93,05
93
Nilai Terendah
75,49
75
Sumber : Tata Usaha SMA N 3 Surakarta, 2009 SMA N 3 Surakarta sebagai salah satu sekolah unggulan di surakarta melakukan ujicoba pelayanan pendidikan bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam bentuk program percepatan belajar (akselerasi). Untuk dapat meluluskan siswa lebih cepat dengan kualitas yang baik, maka kualitas pelayanan program akselerasi perlu diperhatikan, karena kualitas pelayanan yang diberikan berpengaruh dengan tingkat kepuasan atau harapan yang diinginkan siswa. Kualitas pelayanan dimulai dari kebutuhan pelanggan yaitu kebutuhan siswa dan berakhir pada persepsi siswa itu sendiri karena siswalah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa pendidikan yang diberikan oleh program akselerasi SMA N 3 Surakarta sehingga siswa bisa menilai kualitas pelayanan yang diberikan, yang pada akhirnya mempengaruhi prestasi siswa. Bedasarkan uraian diatas, maka penelitian ini untuk dituangkan dalam bentuk penelitian skipsi dengan judul “IMPLEMENTASI PROGRAM PERCEPATAN
KELAS
(AKSELERASI)
DI
SMA
NEGERI
3
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diungkap diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berkut : 1. Bagaimana penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta? 2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta?
xxii
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai: 1. Penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta. 2. Kendala-kendala
yang
dihadapi
dalam
penyelenggaraan
program
percepatan kelas/Akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini penulis golongkan menjadi dua, yaitu: 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan pendidikan khususnya
mengenai
penyelenggaraan
program
percepatan
kelas/akselerasi. b. Menjadi salah satu referensi bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan selanjutnya dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan melalui penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi. b. Bagi penulis, dapat menambah wacana mengenai konsep penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi.
xxiii
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Kemampuan Dan Kecerdasan a. Batasan Kemampuan Dan Kecerdasan Utami Munandar (1992: 17) berpendapat bahwa “kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan”. Menurut Conny Semiawan (1997:11) bahwa “kemampuan biasanya dikaitkan dengan intelegensi atau kecerdasan”. Berdasarkan pengertian di atas maka kemampuan merupakan daya yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan maupun latihan yang dilakukan orang tersebut yang berhubungan dengan kecerdasan”. Menurut Clark dalam Conny Semiawan (1997: 11) bahwa “kecerdasan atau intelegensi adalah kombinasi sifat-sifat yang mencakup kemampuan untuk pemahaman terhadap hubungan yang kompleks, semua proses yang terlibat dalam berpikir abstrak; kemampuan penyesuaian dalam pemecahan masalah dan kemampuan untuk memperoleh kemampuan baru”. Sedangkan menurut David Wechaler dalam Suratinah Tirtonegoro (2001: 20) bahwa “intelegensi adalah suatu kumpulan atau keseluruhan kapasitas seseorang untuk bertindak secara sengaja berpikir rasional dan bertindak secara efektif terhadap lingkukngannya.” Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa intelegensi atau kecerdasan adalah : 1. Merupakan kecakapan untuk berpikir abstrak. 2. merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan. 3. kemampuan auntuk memecahkan kesulitan dalm situasi tertentu dengan cara yang cepat dan tepat. 4. kemampuan individu untuk berpikir scara rasional dan bertindak secara efektif. Kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual, hal ini diungkap Moengiadi yang dikutip oleh Herry Widyastono
xxiv
(2001) bahwa ”kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan kemampuan luar biasa tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual”. Jenis-jenis kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang dimaksud dalam batasan ini meliputi: (1) intelektual umum dan akademik khusus, (2) berpikir kreatif-produktif, (3) psikososial atau kepemimpinan, (4) seni atau kinestetik, dan (5) psikomotor. Bidang-bidang tersebut biasanya terdapat pada anak
yang
memiliki
kemampuan
dan
kecerdasan
luar
biasa.
(http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/08/31/0142.html) Pada umumnya kecerdasan dapat diukur dengan tes intelegensi yang menghasilkan IQ yang dapat menentukan keberbakatan seseorang. IQ masih tepat jika digunakan untuk mengukur bakat intelektual seseorang tetapi belum tentu untuk bakat seni, bakat kreatif-produktif dan bakat kepemimpinan. Dahulu para ahli cenderung mengidentifikasikan bakat intlektual berdasarkan tes intelegensi semata-mata tetapi akhir-akhir ini para ahli menyadari bahwa keberbakatan merupakan sesuatu yang majemuk artinya meliputi berbagai macam aspek-aspek lainnya yaitu kreatifitas,kepemimpinan, seni maupun psikomotor. Kemampuan dan kecerdasan luar biasa sebenarrnya sejalan dengan konsep gifted dan talented. Artinya anak yang gifted dan talented memliki kemampuan dan kecerdasan di atas kemampuan anak-anak normal. Menurut Renzuli dalam Utami Munandar (1992: 20) bahwa ”ciri-ciri yang dapat menentukan kemampuan dan kecerdasan adalah : (1) kemampuan/intelegensi, (2) kretifitas, (3) tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas (task commitment) di atas rata-rata.” Seseorang yang berbakat adalah yang memiliki ketiga ciri tersebut. Masingmasing ciri tersebut mempunyai peran yang sama-sama menentukan, seseorang dapat dikatakan mempunyai bakat intelektual apabila mempunyai intelegensi yang tinggi atau kemampuan di atas rata-rata dalam bidang intelektual, akan tetapi kecerdasan yang cukup tinggi belum menjamin keberbakatan seseorang. Kretivitas juga penting karena merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, gagasan baru dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, demikian pula kreativitas tanpa pengikatan diri terhadap tugas belum menjamin prestasi unggul.
xxv
b. Pengertian Anak Berbakat Menurut Fledhusen dalam M. Sholeh Y. A Ichrom (1988: 9) bahwa ”istilah lain untuk menyebut anak berbakat atau anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah gifted, genius, precoclous”. Genius sebagai individu yang menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam berbagai pekerjaan yang mempunyai nilai maslahat yang besar, anak yang genius akan memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakatnya, mereka mempunyai kemampuan yang lebih dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dibandingkan dengan anak-anak normal laninya. Gifted adalah anak yang menunjukkan tanda-tanda atas kemampuan unggul, sedangkan precocious adalah anak atau remaja yang memiliki kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan yang seharusnya merupakan pekerjaan orang yang berusia di atasnya. Menurut Depdiknas dalam Reni Akbar Hawadi (2004: 34) bahwa ”anak berbakat adalah mereka yang mempunyai taraf intelegensi 140”. Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan unggul luar atau biasa sehingga dapat mencapai prestasi yang tinggi. Anak-anak tersebut memiliki kebutuhan khusus karena keunggulan nya sehingga diperlukan program pendidikan yang dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan belajar mereka agar dapat mencapai prestasi yang tinggi. Anakanak tersebut memiliki kebutuhan khusus karena keunggulannya sehingga diperlukan program pendidikan yang dirancang sesuai dengan kebutuhan belajar mereka agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. c. Identifikasi anak berbakat. Menurut Utami Munandar (1992: 9) bahwa ”identifikasi terhadap anak berbakat dapat dibedakan menjadi dua yaitu identifikasi melalui pengetesan dan identifikasi melalui studi kasus”. Identifikasi tersebut dapat diberikan penjelasan sebagai berikut: 1)
Identifikasi melalui pengetesan (psikometrik maupun prestasi belajar) identifikasi ini meliputi dua tahap.
2)
Identifikasi melalui studi kasus
xxvi
Yaitu identifikasi yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin tentang anak tentang anak yang diperkirakan berbakat dari sumber-sumber yang berbeda, misalkan: dari guru, orang tua, teman sebaya atau anak itu sendiri. Identifikasi melalui studi kasus dapat dimulai dengan menyusun daftar pertanyaan atau kuisioner atau cheecklist untuk diisi masing-masing sumber. d. Karakteristik Anak Berbakat Sebenarnya ciri-ciri anak berbakat tidak berbeda dengan anak biasa, hanya saja anak berbakat memiliki ciri-ciri yang melebihi dari anak-anak normal lainnya. Menurut Martinson dalam utami munandar (1992: 30) bahwa ”ciri-ciri anak berbakat antara lain membaca pada usia lebih muda, membaca lebih cepat dan lebih banyak, memiliki perbendaharaan kata yang luas, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai minat yang luas, berpikir inisiatif, tidak cepat puas dengan prestasinya, mempunyai banyak kegemaran, senang mencoba hal-hal yang baru”. Keberbakatan itu dapat meliputi bermacam-macam bidang namun biasanya seseorang mempunyai bakat istimewa dalam satu bidang saja. Hal ini kadang-kadang dilupakan oleh seorang pendidik, mereka menganggap bahwa seseorang yang telah diidentifikasikan sebagai seorang yang berbakat harus menonjol dalam semua bidang. Tidak semua anak berbakat memiliki semua ciriciri tersebut dan tidak benar kalau anak berbakat hanya memiliki ciri-ciri yang positif saja. Setiap orang termasuk anak berbakat mempunyai kekuatan dan kelemahan. Anak berbakat dapat menunjukkan ciri-ciri positif apabila mereka berada dalam lingkungan yang baik, tetapi dalam lingkungan yang kurang menguntungkan dapat berkembang ciri-ciri yang negatif. Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan bahwa ciri-ciri tertentu dari siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat atau mungkin mengakibatkan timbulnya masalaha-masalah. Menurut Martinson dalam Utami Munandar (1992: 32) bahwa ”ciri-ciri tersebut antara lain mudah tersinggung atau peka terhadap kritik, cepat bosan terhadapa tugas-tugas rutin, menjurus ke keinginan memaksakan atau mempertahankan pendapatnya, acuh tak acuh dan
xxvii
cepat malas karena pengajaran yang diberikan kurang mengandung tantangan bagi mereka”. Anak-anak berbakat mudah tersinggung karena mereka mempunyai kepekaan yang tinggi, mereka merasa tersisih jika pendapat mereka tidak diakui. Anak berbakat mudah bosan dalam menghadapi tugas-tugas rutin karena mereka memiliki kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru. Keinginan anak berbakat untuk mandiri dalam belajar, bekerja serta kebutuhannya akan kebebasan akan dapat menimbulkan konflik sehingga mereka tidak mudah nmenyesuaikan diri dengan lingkungan nya. Mereka juga merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya. Anak-anak berbakat memiliki semangat yang tinggi sehingga mereka cenderung kurang sabar atau kurang tenggang rasa jika ada kegiatan atau jika kurang nampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Masalah-masalah di atas dapat terjadi karena belum dapat pelayanan pendidikan yang memadai. Untuk menghindari sifat-sifat yang kurang baik perlu diupayakan untuk memberi kepuasan rohani yang bermanfaat, yaitu melalui pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kecerdasannya agar mereka dapat memanifestasikan potensinya yang masih laten. Berdasarkan berbagai penelitian, potensi unggul peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak akan begitu saja muncul tanpa stimulasi yang sesuai. Menurut Herry (2001) bahwa ”salah satu stimulasi yang sesuai untuk anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah dengan memberikan pelayanan pendidikan yang berdeferensiasi pemberian pengalaman pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa, dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi alokasi waktunya sehingga sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa.” (www.bbawor.blogspot.com/)
xxviii
e. Program Pendidikan Bagi Anak Berbakat Menurut Clark dalam Herry (2001), ”program pendidikan bagi anak berbakat antara lain: (1) program pengayaan, (2) program percepatan, (3) pengelompokkan khusus” (http://hamline.edu/apakabar.basisdata/2001/08/31/0142.html) Penjelasan dari tiga bentuk program pendidikan tersebut adalah sebagai berikut: a. program pengayaan yaitu pembinaan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar bertambah yang bersifat pendalaman,setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untukanak-anak lainnya. b. Program percepatan atau akselerasi yaitu pembinaan siswa yang memiliki
kemampuan
dan
kecerdasan
luar
biasa
dengan
memperbolehkan yang bersangkutan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program dalam jangka waktu yang lebih singkat. c. Pengelompokkan
khusus
yaitu
pembinaan
siswa
yang
berkemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan cara yang bersangkutan dikumpulkan dan diberi kesempatan secara khusus sesuai dengan potensinya. Pemilihan bentuk program pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa atau anak yang berbakat tidak hanya tergantung pada individu-individu yang terlibat, melainkan juga pada situasi dan kondisi lingkungan tempat program dilaksanakan. Di samping itu, pemilihan bentuk program pendidikan bagi anak berbakat atau anak memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak bisa lepas dari pertimbangan segi ekonomis, yaitu mudah dan murah dalam pelaksanaannya. Berdasarkan bentuk-bentuk program pendidikan tersebut berbagai pihak baik pengambil keputusan di lingkungan Depdiknas maupun pelaksanaan di lapangan (yayasan/sekolah) lebih cenderung untuk menerapkan program akselerasi. Hal ini telah dilakukan sekolah dasar dan menengah di Indonesia yang diberi kepercayaan
xxix
untuk menyelenggarakan program akselerasi. Penyelenggaraan sekolah unggulan termasuk di dalamnya program percepatan kelas (akselerasi) didasari filosofi yang berkenaan dengan hakekat manusia, hakekat pembangunan nasional, tujuan pendidikan nasional, tujuan pendidikan dan usaha mencapai tujuan pendidikan tersebut. Dalam penyelenggaraan program akselerasi selain bersifat filosofi-filosofi di atas juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi output. Menurut Herry (2001), ”faktor-faktor tersebut meliputi: (1) masukan atau input, (2) kurikulum, (3) tenaga kependidikan, (4) sarana prasarana, (5) dana, (6) manajemen,
(7)
lingkungan,
(8)
proses
belajar
mengajar”.
(http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/08/31/0142) Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Masukan atau input Siswa sebagai masukan atau input diseleksi secara ketat sehingga seleksi tidak hanya menyangkut prestasi akademik yang direpresentasikan dengan nilai UAN yang tinggi, tetapi juga menyangkut tes psikologi dengan indikator IQ minimal 130, kreatif dan tanggung jawab terhadap tugas, sehat jasmani dan rohani. b. Kurikulum Kurikulum
sengaja
dikhususkan
dengan
memberi
penambahan
nkedalaman dan keleluasaan materi serta tantangan penyelesaian yang lebih berat. Khusus untuk kurikulum bagi anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa atau anak berbakat memiliki format yang berlainan dengan kurikulum anak normal lainnya, yaitu dengan pernambahan unsur-unsur substansial. c. Tenaga Kependidikan Tenaga kependidikan diupayakan memenuhi kriteria pengajar yang baik dan profesional. Pengetahuan guru yang luas serta apresiatif dalam mengajar harus menjadi standar bagi guru yang melayani pembelajaran akselerasi. Kekayaan metode mengajar yang mengarah pada inquiry, discovery, serta eksperimental menjadi menu utama dalam proses pembelajaran di program akselerasi.
xxx
d. Sarana Prasarana Sarana prasarana harus disesuaikan dengan sifat khas siswa yang memang tingkat kecerdasannya tinggi, sehingga tersedianya sumber pembelajaran yang mampu menjangkau seluruh tipe pembelajaran siswa. Tersedianya sunber audio visual seolah menjadi keharusan dalam mendukung program akselerasi. e. Dana Mengingat perluasan kegiatan serta dukungan personal, materi sangat vital dalam program akselerasi dengan sendirinya ketersediaan dana yang memadai lebih dari sekedar pelaksanaan program reguler harus terpenuhi. Tidak mungkin tenaga pengajar yang ekstra kerjanya tidak diberikan insentif lebih, demikian pula untuk pemenuhan alat pendukung lainnya pada sekolah yang telah menerapkan program akslerasi tidak bisa dihindari adanya SPP yang lebih tinggi dari sekolah biasa. f.
Manajemen
Manajemen yang berhubungan dengan pengaturan waktu, mobilisasi tenaga kependidikan, keterkaitan dengan orang tua, maupun kerjasama dengan instansi luar sekolah harus diselenggarakan sedemikian rupa sehingga program akselerasi dapat berjalan lancar disekolah yang juga menyelenggarakan kelas reguler. Manajemen tidak terbatas pada pengaturan aspek fisik dan material personal namun juga sekaligus aspek motivasi psikologik. Bagaimana mengusahakan tumbuhnya komitmen yang tinggi, persepsi yang homogen dalam langkah dan gerk yang mendukung program sekolah memerlukan manajemen yang fleksibel, relistik dan prospektif. g. Lingkungan Lingkungan yaitu tersedianya keberlanjutan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat sebagai lingkungan belajar yang tanpa putus. Penciptaan lingkungan yang saling komplementar tidak mudah sebab selama ini seringkali keluarga sudah apriori dengan apa yang dikerjakan di sekolah sehingga sinkronisasi sekolah dengan keluarga untuk membentuk lingkungan belajar yang kondusif tidak pernah terjadi. Keputusan korelasi antar lingkungan ini pada akhirnya kurang menguntungkan siswa yang membutuhkan pengayaan materi
xxxi
kurikulum terutama dalam implementasi materi dalam suasana realistis menjadikan lingkungan keluarga sebagai lingkungan yang kompak dengan sekolah perlu diiptakan oleh semua pihak. h. Proses Belajar Mengajar Proses ini sangat esensial karena titik tolak dalam penyelenggaraan program akselerasi berkisar pada proses ini, oleh karena itu kualitas serta orientasi proses belajar mengajar yang mengarah pada akselerasi harus diciptakan. Proses belajar mengajar yang akselerasif ditandai dengan adanya proses yang kreatif, diikuti dengan pengayaan serta mengundang tantangan bagi siswa. Kreatif mempunyai makna bahwa proses belajar mengajar sangat membuka bagi kemungkinan siswa mampu mengaplikasi teori yang diperolah sehingga retensi yang terbentuk menjadi sangat kuat. Pengayaan bermaksud bahwa materi yang diformulasikan dalam kurikulum tidak dibatasi sekedar sampai penyerapan paket kurikulum itu sendiri, namun sampai pada perluasan dan pendalaman dengan membandingkan, mengoleksikannya dengan sumber lain. Mengundang tantangan siswa artinya materi pembelajaran tidak terbatas pada proses transfer pengetahuan yang beku namun membuka siswa untuk menyelidiki lebih mendalam suasana yang independen.
2. Kurikulum Berdiferensiasi Untuk Anak Berbakat Menurut Oemar Hamalik (2001:16) bahwa ”tafsiran tentang kurikulum ada tiga yaitu: kurikulum memuat isi dan materi pelajaran, kurikulum sebagai rencana pembelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar”. Dari ketiga tafsiran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata pelajaran dianggap sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai di masa lampau yang telah disusun secara sistematis dan logis.
xxxii
b. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang disediakan untuk berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan. Peranan sekolah disini adalah menyediakan lingkungan bagi siswa dan memberi kesempatan bagi mereka untuk belajar. c. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan
pelajaran,
serta
cara
yang
digunakan
sebagai
pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan maksimal. Program akselerasi sebagai sarana pelayanan pembelajaran khusus terhadap siswa yang berbakat atau siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, maka di dalamnya dituntut tersedianya kurikulum berspesifikasi khas. Kurikulum tersebut diformatkan untu melayani pembelajaran bagi siswa berbakat agar ada kesesuaian antara keungguan siswa dengan volume materi pembelajaran yang padat dan akseleratif. Dengan demikian ditinjau dari formatnya, kurikulum berdiferensiasi memiliki dimensi yang berbeda demikian juga aspek komponen pembentuknya. Ada beberapa asumsi yang digunakan sebagai landasan mengapa harus didesign sebuah kurikulum yang khusus (terdiferensiasi) terhadap anak yang berbakat yang disusun oleh beberapa ahli. Menurut Eko Supriyanto (2003: 108) asumsi tersebut adalah: a. Bahwa siswa yang memang memiliki karakteristik belajar yang unggul selayaknya diformulasikan kurikulum yang mampu menghantarkan kepada perkembangan yang optimal dan tidak mungkin terhambat hanya karena tidak terlayani dan tidak tersedianya perangkat terdiferensiasi. b. Perkembangan siswa yang berbakat atau siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat optimal hasilnya apabila secara hati-hati direncanakan kurikulumnya dengan baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, psikomotorik maupun implementasinya dalam kerangka pengembangan pengalaman siswa.
xxxiii
Siswa yang dikategorikan berbakat atau siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa mempunyai cara belajar dan beraktivitas yang berbeda dengan anak normal lainnya akibat dari kematangan mereka. Oleh karena itu, disediakan kurikulum yang diadaptasi dan dirancang untuk memenuhi perbedaan yang ada. Anak berbakat memerlukan kurikulum yang berbeda bekerja untuk mengkondisikan karakter pembelajaran yang mengembangkan konsentrasi ketrampilan berpikir tingkat tinggi serta independen. Sesungguhnya kurikulum untuk anak berbakat merupakan proses yang berkelanjutan yang menggunakan evaluasi sebagai alat pokok untuk merencanakan dan merevisi dokumen yang akan datang. Pengertian kurikulum diferensiasi memberikan pemaknaan bahwa kurikulum yang dirancang tidak berlaku untuk siswa normal pada umumnya. Diferensiasi menunjukkan makna berbeda yakni berbeda dengan formulasi kurikulum reguler karena sifat kepadatannya maupun komponen di dalamnya. Diferensiasi dalam pengertian bahwa kurikulum yang dirancang akan diterapkan untuk melayani kebutuhan pembelajaran bagi bakat tertentu. Menurut Davies dalam Eko Supriyanto (2003: 109) bahwa ”kurikulum diferensiasi adalah kurikulum yang isi pembelajarannya menuntut pada siswa untuk menggunakan kemampuan baik dalam konsep maupun proses kognitif tingkat tinggi, strategi instruksional yang akomodatif dengan corak karakteristik belajar siswa unggul dan rencana yang memfasilitasi kinerja siswa”. Kurikulum diferensiasi selalu berhubungan dengan akselerasi dan pengayaan sebab kedua istilah tersebut selalu menyertai format kurikulum diferensisi. Akselerasi menunjukkan bahwa kurikulum diferensiasi mendorong bagi percepatan belajar sehingga dengan akselerasi melalui instrumen kurikulum diferensisasi akan diringkas waktu belajarnya, lebih cepat dibandingkan dengan waktu belajar secara normal (reguler) sedangkan pengayaan merupakan bagian dari penugasaan dari kurkulum diferensiasi. Pengayaan berbentuk penugasan memperdalam materi kurikulum yang dilakukan di luar jam sekolah. Menurut Utami Munandar (2004:139) ”kurikulum berdiferensiasi yang diperuntukkan bagi anak berbakat meliputi: konsep dan pokok-pokok kurikulum
xxxiv
diferensiasi serta modifikasi kurkulum untuk anak berbakat”. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Konsep dan pokok-pokok kurikulum berdifferensiasi Beberapa unsur pokok yang perlu diperhatikan adalah sebagi berikut: 1) Materi yang dipercepat atau yang lebih maju 2) Pemahaman yang lebih majemuk dari generalisasi, asas, teori, dan struktur bidang materi. 3) Bekerja dengan konsep dan proses pemikiran yang abstrak. 4) Tingkat dan jenis sumbernyang digunakan untuk memperoleh informasi dan ketrampilan 5) Waktu belajar untuk tugas rutin dapat dipercepat dan waktu untuk mendalami suatu topik atau bidang dapat lebih lama. 6) Menciptakan informasi dan atau produk baru 7) Memindahkan pembelajaran ke bidang-bidang yang lebih menantang 8) Pengembangan dari pertumbuhan pribadi dalam sikap, perasaan, dan apresiasi 9) Kemandirian dalam berpikir dan belajar. Asas-asas kurikulum berdifferensiasi menurut Sisk dalam Utami Munadar (2004: 139) adalah sebagai berikut: 1) Menyampaikan materi yang berhubungan dengan isu, tema atau masalah yang luas, 2) Memadukan banyak disiplin ilmu dalam bidang studi, 3) Memberikan pengalaman yang komprehensif, berkaitan, dan saling memperkuat dalam suatu bidang studi, 4) Memberi kesempatan untuk mendalami topik yang dipilih sendiri dalam suatu bidang studi 5) Mengembangkan ketramipilan belajar yang mandiri atau diarahkan pada diri sendiri 6) Mengembangkan ketrampilan yang berpikir yang lebih tinggi, yang produktif, komplek, dan abstrak, 7) Memusatkan pada tugas yang berakhir terbuka, 8) Mengembangkan ketrampilan dan metode penelitian, 9) Memadukan ketrampilan dasar dan ketrampilan berpikir lebih tinggi dalam kurikulum, 10) Mendorong siswa untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru, 11) Mendorong siswa untuk mengembangkan produk yang menggunakan teknik, bahan, dan bentuk baru,
xxxv
12) Mendorong siswa untuk mengembangkan pemahanan diri, misalnya untuk mengenal dan menggunakan kemampuan mereka, mengarahkan dan menghargai kesamaan dan perbedaan antara mereka dengan orang lain. 13) Menilai prestasi siswa dengan menggunakan kriteria yang sesuai dan spesifk melalui penilaian diri maupun melalui alat baku. b. Modifikasi Kurikulum Anak Berbakat Modifikasi Kurikulum Untuk Anak Berbakat Meliputi: 1) Modifikasi materi kurikulum Karena anak berbakat memiliki kemampuan untuk belajar ketrampilan dan konsep yang lebih maju, maka diperlukan modifikasi kurikulum. Dalam modifikasi materi kurikulum guru dapat merencanakan dan menyiapkan bahan yang lebih canggih, dan memberi penempatan alternatif bagi siswa. 2) Modifikasi proses atau metode pembelajaran Program ini menuntut guru untuk menyelenggarakan pengendalian dalam kurikulum dan kegiatan siswa dan guru harus juga dapat membuka pintu perlibatan siswa dengan lingkungan yang berpusat pada siswa sehingga dapat membuat mereka dapat lebih bertanggung jawab dalam belajarnya. 3) Modifikasi Produk Belajar Dalam hal ini siswa dapat menggunakan kemampuannya untuk mendalami topik dan menunjukkan kreativitas dan komitmen dalam merancang produk-produk baru berdasarkan pengalaman belajarnya. Guru akan menghadapi tantangan menemukan saluran untuk produk-produk siswa sebab selama tahun pelajaran siswa diharapkan menghasilkan karya yang dinilai sesuai dengan kehidupan nyata. 4) Memilih Modifikasi yang Sesuai Dalam melakukan modifikasi dengan materi, proses dan produk di dalam kelas menuntut persiapan yang matang agar dapat berhasil. Guru yang bijak akan memulainya dengan skala yang konservatif dan menanjak ke perubahan-perubahan setelah siswa dan guru menjadi biasa dengan prosedur baru. Menurut Parke dalam Utami Munandar (2004: 144) pedoman untuk
xxxvi
memudahkan transisi dari cara-cara pembelajaran yang lama ke yang baru, yaitu: a. Pembatasan pada satu bidang studi atau salah satu kelompok siswa yang minat dan kemampuan nya setara. b. Membuat bagan untuk mendaftar program yang hendak diselenggarakan dan modifikasi kurikuler yang dapat digunakan untuk masing-masing program c. Dalam melakukan modifikasi hendaklah dipilih yang paling dikuasai oleh siswa sehingga rasa percaya diri mereka bangkit, barulah kemudian diperluas dengan bidang-bidang yang lain. d. Pertimbangan sumber-sumber yang tersedia, bahan yang sudah ada di dalam kelas, orang-orang yang membantu, baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat. e. Setiap program alternatif yang dimulai harus diberi kesempatan untuk berkembang 5) Modifikasi Lingkungan Belajar Lingkungan belajar amat menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar, siswa akan lebih banyak mengajukan pertanyaan dalam lingkungan yang aman. Agar program siswa berbakat berhasil, diperlukan lingkungan yang berpusat pada siswa. Menurut Parke dalam untami munandar (2004: 146) ciri-ciri lingkungan yang berpusat pada siswa, yaitu: a) b) c) d) e)
Siswa menjadi mitra dalam membuat keputusan tentang kurikulum Pola duduk yang memudahkan belajar Kegiatan dan kesibukan di dalam kelas Rencana belajar yang diindividualkan Keputusan dibuat bersama oleh guru dan siswa jika mungkin
6) Rencana Kurikuler Rencana kurikuler yang ada memungkinkan siswa memperoleh pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhannya. Materi dapat dipercepat, dipadatkan, diperkaya, dan diperluas. Proses dapat terbuka, berdasarkan penemuan, berpusat pada guru, atau berpusat pada siswa, produk dapat yang konvesional, tidak konvesional, dari kehidupan nyata, sederhana atau majemuk.
xxxvii
3. Penyelenggaraan Program Akselerasi a. Pengertian Akselerasi Secara konseptual, menurut Pressey yang dikutip oleh Reni Akbar (2004: 31) “acceleration sebagai suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran, pada waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada yang konvensional”. Sedangkan menurut Waras Kamdi (Kompas, 9 Agustus 2004), “Percepatan belajar (accelerated learning) sebagai suatu metode atau strategi pembelajaran pada dasarnya mengakui bahwa setiap manusia memiliki cara belajar yang dapat mengantarkan dirinya menjadi yang terbaik”. Definisi di atas menunjukkan bahwa akselerasi meliputi persyaratan untuk menghindari hambatan pemenuhan permintaan dalam pengajaran dan juga mengusulkan proses-proses yang memungkinkan siswa melalui pembelajaran materi yang lebih cepat dibanding dengan kemajuan rata-rata siswa. Oleh karena itu, ada 3 catatan dari definisi di atas. Pertama, perlu adanya kemantapan eksistensi dari satu kumpulan materi, tugas, keterampilan, dan persyaratan pengetahuan dari setiap jenjang pengajaran. Kedua, mempersyaratkan adanya kecepatan dari kemajuan yang diinginkan dan spesifik, melalui kurikulum yang cocok untuk semua siswa. Ketiga, adanya dugaan bila dibandingkan dengan usia teman sebaya, siswa yang cerdas akan mampu lebih cepat melaju melalui suatu program pengajaran yang standar. Dengan demikian ada dua kriteria kemajuan, yaitu prestasi yang ada dan kemampuan untuk melangkah lebih cepat dari biasanya. Menurut Colangelo dalam Reni Akbar (2004: 5) menyebutkan bahwa, “istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery), dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery) sebagai model pelayanan, pengertian akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas di atasnya”. Jadi anak memperoleh layanan seperti ini biasanya lebih muda dari teman sekelas. Sementara itu, sebagai model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari
yang seharusnya dikuasai siswa saat itu. Dalam hal ini,
xxxviii
akselerasi dapat dilakukan dalam kelas reguler, ruang sumber ataupun kelas khusus dan bentuk akselerasi dapat diambil bisa telescoping dan siswa dapat menyelesaikan dua tahun atau lebih kegiatan belajarnya menjadi satu tahun atau dengan cara self-placed studies, yaitu siswa mengatur kecepatan belajarnya sendiri. Istilah akselerasi dalam program ini menunjukkan pada pengertian akselerasi dalam cakupan kurikulum dan program, yang berarti meningkatkan kecepatan waktu dalam menguasai materi yang dipelajarinya yang dilakukan dalam kelas khusus. Dengan sistem peloncatan akan memungkinkan anakanak yang demikian unggul potensinya berkembang dalam bidang akademis dan memungkinkan mereka mengekspresikan bakat mereka sepenuhnya. Akselerasi diberikan untuk memelihara minat siswa terhadap sekolah, mendorong siswa agar mencapai prestasi akademis yang baik, dan untuk menyelesaikan pendidikan dalam tingkat yang lebih tinggi bagi keuntungan dirinya ataupun masyarakat. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah akselerasi adalah merupakan cara dimana dalam pelaksanaan kurikulum biasa dimungkinkan anak-anak cakap dapat maju sesuai dengan kecepatan mereka sehingga sangat dimungkinkan mereka akan dapat menyelesaikan program itu dalam batas waktu yang lebih pendek dari yang seharusnya (program reguler).
b. Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Akselerasi di Indonesia Landasan hukum penyelenggaraan program akselerasi adalah: 1) Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang “sistem pendidikan nasional”, yang menyatakan sebagai berikut: a) Pasal 5 ayat (4) , “ warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. b) Pasal 12, “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: (1) Mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya (2) Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditentukan
xxxix
c) Pasal 32 ayat (1), “pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, social, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.” 2) Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 0489/U/1992: Pasal 16 ayat (1), ”Siswa yang memiliki bakat yang istimewa dan kecedasan luar biasa dapat menyelesaikan program belajar lebih awala dari waktu yang ditentukan, dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan SMU sekurang-kurangnya dua tahun”. (Reni Akbar-Hawadi, 2004: 20)
c. Tujuan Program Akselerasi Secara umum, tujuan penyelenggaraan program percepatan belajar menurut Reni Akbar (2004) adalah: 1) Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karakteristik khusus dari aspek kognitif dan efektifnya; 2) Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan dirinya; 3) Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik; 4) Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan. 5) Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik. 6) Menimbang peran peserta didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran. Sementara itu, program percepatan belajar memiliki tujuan khusus, yaitu : 1) Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat; 2) Memacu kualitas atau mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang; 3) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran peserta didik.
xl
4) Memberikan layanan pendidikan kepada anak berbakat akademik untuk mewujudkan bakat dan kemampuanya secara optimal; 5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan program pendidikan di SLTP/SMU lebih cepat, yaitu dalam waktu dua tahun; 6) Mengembangkan kemampuan berfikir dan bernalar siswa secara lebih komprehensif dan optimal; 7) Mengembangkan kreativitas siswa secara optimal.
d. Manfaat Akselerasi Manfaat dari pelaksanaan akselerasi bagi siswa berbakat menurut Southern dan jones dalam Reni Akbar (2004: 7) adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan efisiensi Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih efisien. 2) Meningkatkan efektifitas Siswa yang
terikat
belajarnya pada tingkat kelas yang
dipersiapkan dan menguasai ketrampilan-ketrampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling efektif. 3) Penghargaan Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya. 4) Meningkatkan waktu untuk karier Adanya
pengurangan
waktu
belajar
akan
meningkatkan
produktivitas siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada waktu yang lain. 5) Membuka siswa pada kelompok barunya Dengan program akselerasi, siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki kemampuan intelektual dan akademis yang sama.
xli
6) Ekonomis Keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mendidik guru khusus anak berbakat.
e. Kelemahan Program Akselerasi Empat hal yang berpotensi negatif terhadap proses akselerasi bagi anak berbakat menurut Shouthern dan Jones yang dikutip oleh Reni akbar (2004: 39-41) yaitu: 1) Bidang akademis (a) Bahan ajar yang diberikan mungkin saja terlalu jauh bagi siswa sehingga ia tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru, dan akhirnya menjadi seorang siswa dalam kategori sedangsedang saja bahkan gagal. (b) Prestasi yang ditampilkan siswa pada waktu proses identifikasi bisa jadi merupakan fenomena sesaat saja. (c) Siswa akselerasi kurang matang secara sosial, fisik, dan juga emosional untuk berada dalam tingkat kelas yang tinggi meskipun memenuhi kualifikasi secara akademis. (d) Siswa akselerasi terikat pada keputusan karier lebih dini, yang bisa jadi karier tersebut tidak sesuai baginya. (e) Siswa akseleran mungkin mengembangkan kedewasaan yang luar biasa tanpa adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya. (f) Pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami oleh siswa akselerasi karena tidak merupakan bagian dari kurikulum sekolah. (g) Tuntutan sebagai siswa sebagian besar pada produk akademik keuangan sehingga siswa akseleran akan kehilangan kesempatan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan divergen.
xlii
2) Penyesuaian Sosial Siswa akselerasi didorong untuk berprestasi baik secara akademis. Hal ini akan mengurangi waktunya untuk melakukan aktivitas lain. (a) Siswa akselerasi akan kehilangan aktivitas dalam masa-masa hubungan sosial yang penting pada usianya. (b) Kemungkinan, siswa akselerasi akan ditolak oleh kakak kelasnya, sedangkan untuk teman sebayanya kesempatan untuk bermainpun sedikit sekali. (c) Siswa sekelas yang lebih tua tidak mungkin setuju memberikan perhatian dan respek pada teman sekelasnya yang lebih muda usianya. Hal ini akan menyebabkan siswa akan kehilangan kesempatan
dalam
keterampilan
kepemimpinan
yang
dibutuhkannya dalam pengembangan karier dan sosialnya di masa depan. 3) Aktivitas Ekstra kurikuler (a) Aktivitas ekstrakurikuler berkaitan dengan usia sehingga siswa akselerasi
akan
memiliki
kesempatan
yang
kurang untuk
berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang penting di luar kurikulum yang normal. Hal ini juga akan menurunkan jumlah waktu untuk memperkenalkan masalah karier pada mereka. (b) Partisipasi dalam berbagai kegiatan atletik penting untuk setiap siswa. Kegiatan dalam program akselerasi mustahil dapat menyaingi mereka yang mengikuti program sekolah secara normal dalam hal lebih kuat dan lebih terampil. 4) Penyesuaian Emosional (a) Siswa akselerasi mungkin saja akan merasa frustasi dengan adanya tekanan dan tuntutan yang ada. Pada akhirnya, mereka akan merasa lelah sekali sehingga menurunkan tingkat apresiasinya dan bisa menjadi siswa underachiever atau drop out.
xliii
(b) Siswa akselerasi akan memiliki kesempatan sedikit sekali dalam masa kanak-kanak dan masa remajanya akan merasa terisolasi atau bersifat agresif terhadap orang lain. Mereka mungkin saja menjadi antisosial karena tidak mampu memiliki hubungan sebagaimana layaknya orang dewasa lainnya untuk berkencan, menikah, dan membina kehidupan rumah tangga. (c) Mereka akan kurang mampu menyesuaikan diri dalam kariernya karena menempati karier yang tidak tepat, tidak memiliki kesempatan untuk menyesuaikan diri terhadap tekanan yang ada sepanjang hidup, atau tidak mampu bekerja secara efektif dengan orang lain. (d) Tekanan terbentuk sejak kecil, kurangnya kesempatan untuk mengembangkan hal-hal yang cocok dalam bentuk kreativitas atau hobi, dan adanya potensi dikucilkan dari orang lain, akan mengakibatkan kesulitan dalam hidup perkawinannya kelak atau bahkan bunuh diri.
f. Manajemen Penyelenggaraan Program Akselerasi Menurut
Reni
Akbar-Hawadi
(2004:
122)
bahwa
“manajemen
penyelenggaraan program akselerasi antara lain adalah rekruitmen siswa dan kegiatan pembelajaran”, manajeman penyelenggaraan program akselerasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Rekruitmen Siswa Siswa yang diterima untuk mengikuti program akselerasi adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Proses rekruitmen untuk melakukan penjaringan terhadap siswa yang berbakat tersebut dilakukan dalam dua tahap: a) Tahap I Melalui seleksi data penerimaan siswa baru. Berdasarkan kriteria tertentu yang berdasarkan pada skor:
xliv
(1) nilai UAN (2) skor tes seleksi akademik atau tes potensi anak (3) skor tes psikologis, yaitu melalui pemeriksaan
psikologis yang
diperoleh melalui 3 jenis keberbakatan, diantaranya kecerdasan, kreativitas, dan keterikatan pada tugas serta bebas dari gangguan emosional. b) Tahap II Melalui proses penyaringan yang dilakukan dengan dua strategi, yaitu: (1) Strategi informasi data subjektif, yaitu nominasi dan rekomendasi yang diperoleh dari diri sendiri (calon akseleran), teman sebaya, orang tua dan guru sebagai hasil dari pengamaan. (2) Strategi informasi data objektif, diperoleh melalui alat-alat tes yang lebih beragam, seperti Tes Intelejensi Kolektif Indonesia (TIKI). 2) kegiatan pembelajaran a) Guru Dalam hal ini guru yang mengajar program akselerasi biasanya juga yang mengajar di program reguler, hanya saja mereka telah dipersiapkan sebelumnya melalui lokakarya dan workshop sehingga mereka memiliki pemahaman tentang layanan pendidikan bagi anak berbakat. Guru diupayakan memenuhi kriteria pengajar yang baik dan profesional. Pengetahuan guru yang luas serta apresiatif dalam mengajar harus menjadi standar bagi guru yang melayani pembelajaran alternatif. b) Kurikulum Perbedaan kurikulum antara akselerasi dan reguler tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada penyususnan program dam alokasi waktu yang lebih singkat untuk program akslerasi. Pada tahun pertama siswa akan mempelajari seluruh materi kelas satu di tambah dengan materi kelas dua. Di tahun kedua, mereka akan mempelajari materi kelas dua yang tersisa dan seluruh materi kelas tiga.
xlv
c) Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran untuk siswa berbakat intelektual berbeda dengan siswa lain (reguler). Pembelajaran untuk program akselerasi harus diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang lebih tinggi daripada siswa kelas reguler, serta menekankan perkembangan kreatif dan proses berpikir tinggi. d) Evaluasi belajar dan laporan hasil belajar Perbedaan evaluasi belajar antara program akselerasi dengan reguler terletak pada jadwal tes karena siswa program akselerasi mengacu pada kalender yang dibuat khusus untuk mereka. Program ini memungkinkan guru untuk memodifikasi proses tanpa mengganggu kelancaran pembelajaran di dalam kelas. Antara lain adalah program yang menggunakan teknik pertanyaan tngkat tinggi, stimulasi, membuat kontrak belajar, menggunakan tentor.
g. Bentuk Penyelenggaraan Program Akselerasi Belajar Ada tiga bentuk yang dapat di kembangkan dalam penyelenggaraan program akselerasi belajar yaitu: 1) kecerdasan dan bakat istimewa tetap berada bersama-sama dengan siswa lainnya di kelas reguler (model inklusif); Bentuk penyelengaraan pada kelas reguler dapat dilakukan dengan model sebagai berikut : a) Kelas reguler dengan kelompok (cluster) Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus. b) Kelas reguler dengan pull out Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktuwaktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber (ruang khusus) untuk belajar mandiri, belajar kelompok, dan/atau belajar dengan guru pembimbing khusus.
xlvi
c) Kelas reguler dengan cluster dan pull out Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber (ruang khusus) untuk belajar mandiri, belajar kelompok, dan/atau belajar dengan guru pembimbing khusus. 2) Kelas khusus, di mana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus; dan 3) Sekolah khusus, di mana semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
B. Kerangka Pemikiran Dalam proses belajar mengajar terdapat komponen-komponen yang sangat diperlukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komponen-komponen tersebut antara lain kurikulum, tenaga kependidikan, sarana prasarana, dana, manajemen, dan lingkungan. Tanpa adaya komponen-komponen tersebut proses belajar mengajar tindakan berjalan dengan baik. Komponen tersebut sangat cocok diterapkan dalam program pendidikan akselerasi, yang mana program ini diperuntukkan bagi anak-anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Pengembangan potensi peserta didik memerlukan strategi yang sistematis dan terarah. Selama ini strategi pendidikan yang ditetapkan, termasuk kurikulum yang ada memberikan layanan yang standar kepada semua peserta didik yang sebenarnya memiliki tingkat kemampuan dan kecerdasan yang berbeda. Strategi ini memang relevan untuk konteks pemerataan namun kurang mampu menunjang usaha mengoptimalkan perkembangan potensi peserta didik, karena kemampuan dan kecerdasan tiap individu berbeda-beda. Perlunya perhatian khusus kepada peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah selaras dengan fungsi utama pendidikan yaitu mengembangkan potensi peserta didik seoptimal mungkin.
xlvii
Potensi unggul peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak akan begitu saja muncul begitu saja tanpa stimulasi yang sesuai. Salah satu stimulasi yang sesuai adalah memberikan pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa, dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi alokasi waktunya sehingga sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa. Pelayanan kurikulum
yang
pendidikan
yang
berdiversifikasi
berdiferensiasi dapat
dengan
menggunakan
diimplementasikan
melalui
penyelenggaraan program akselerasi. Dengan adanya layanan pendidikan yang sesuai dengan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa, maka dirinya merasa diperhatikan dan diakui keberadaannya. Dalam penyeleggaraan program akselerasi pasti ada kendala-kendala, maka untuk meminimalisir kendala-kendala tersebut kedua pihak harus melakukan kerjasama untuk mencari solusinya. Dari uraian tersebut maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Komponenkomponen penyelenggaraan program akselerasi: 1. Input/murid 2. Kurikulum 3. Tenaga kependidikan 4. Sarana dan prasarana 5. Dana 6. Manajemen 7. Lingkungan 8. Proses Belajar Mengajar
Ada kendala Penyelenggaraan Program Akselerasi
Solusi Internal Hasil pelaksanaan
Tidak ada kendala
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
xlviii
C. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang terdahulu yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan adalah penelitian dari Retno sunarsih, Mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Akuntansi, dengan judul Efektivitas Penyelenggaraan Program Akselerasi Tahun Ajaran 2007/2008 (Studi Kasus Di SMA Negeri 1 Karanganyar). Penelitian tersebut menitikberatkan pada keefektivan terhadap pelaksanaan program akselerasi yang diselenggarakan di SMA N 1 Karanganyar. penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah penyelenggaraan program akselerasi di SMA N 1 Karanganyar terbagi menjadi 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap proses, dan tahap evaluasi. Tahap persiapan meliputi seleksi siswa, seleksi guru, penyusunan kurikulum, dan penyediaan sarana dan prasarana. Tahap proses penyelenggaraan akselerasi, model penyelenggaraan akselerasi dibedakan menjadi 3 yaitu model kelas reguler, model kelas khusus, model sekolah khusus. SMA N 1 Karanganyar menggunakan model penyelenggaraan kelas khusus, untuk kelas akselerasi nya berjumlah satu kelas pada tiap tahun ajaran baru. Tahap evaluasi, kompenen-komponen yang dievaluasi yaitu: sasaran belajar, prosedur identifikasi, kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik/guru, biaya, evaluasi. Efektivitas penyelenggaraan akselerasi. Kriteria yang diperlukan untuk mengukur dan mengetahui efektivitas penyelenggaraan program akselerasi di SMA N 1 Karanganyar adalah kemampuan untuk mencapai tujuan program, kemampuan
memelihara
kegiatan
operasional
menyesuaikan terhadap perubahan.
xlix
sehari-hari,
kemampuan
BAB III METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Surakarta. Alasan pemilihan SMAN 3 Surakarta sebagai tempat penelitian ini adalah sebagai berikut : a. SMA Negeri 3 Surakarta merupakan SMA yang menyelenggarakan kelas akselerasi di daerah Surakarta. b. SMA Negeri 3 Surakarta mempunyai data atau informasi yang memadai untuk kepentingan penelitian. c. SMA Negeri 3 Surakarta belum pernah dijadikan obyek penelitian mengenai penyelenggaraan kelas akselerasi sehingga diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan manfaat pada sekolah tersebut.
2. Waktu Penelitian Waktu penelitian merupakan lamanya penelitian ini berlangsung, mulai dari persiapan sampai dengan penyusunan laporan penelitian.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Menurut Bodgen dan Tailor yang dikutip Lexy J. Moleong (2002: 3) menyatakan bahwa “Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Hadari Nawawi (1998: 63) menyatakan bahwa : Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Pada penelitian ini, peneliti berusaha memecahkan masalah yang diselidiki
mengenai
penyelenggaraan
l
kelas
akselerasi
dengan
cara
menggambarkan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ditemui sebagaimana adanya baik berupa kata-kata tertulis, lisan dari orangorang maupun perilaku yang dapat diamati. 2. Strategi Penelitian Penelitian ini menggunakan strategi tunggal terpancang. Tunggal dalam artian ”penelitian terarah pada sasaran dengan satu karakteristik. Artinya penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi, atau satu subyek)”. (H.B.Sutopo, 2006: 140). Terpancang dalam artian “sudah terarah pada batasan atau fokus tertentu yang dijadikan sasaran dalam penelitian”. (H.B. Sutopo, 2006: 139). Jadi penelitian ini terarah pada satu lokasi yaitu SMA Negeri 3 Surakarta dengan batasan penelitian tentang penyelenggaraan kelas akselerasi.
C. Sumber Data Pemahaman mengenai sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data informasi yang diperoleh. (H.B. Sutopo, 2006: 56). Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil data atau informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian melalui informan, tempat dan waktu penelitian, dokumen dan arsip. 1. Informan Dalam penelitian pada umumnya, jenis sumber data yang berupa manusia dikenal sebagai responden (respondent). Istilah ini digunakan karena peneliti dianggap memiliki posisi yang lebih penting dibandingkan dengan responden yang hanya sekedar memberikan tanggapan (respon) terhadap apa yang diinginkan oleh penelitii. “Di dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut dengan informan daripada responden” (H. B. Sutopo, 2006: 58), karena posisi peneliti dan informan dipandang memiliki kedudukan yang sama pentingnya.
2. Tempat dan Peristiwa
li
Tempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah SMA Negeri 3 Surakarta. Dari lokasi tersebut akan muncul beragam fenomena yang merupakan peristiwa yang dapat digunakan sebagai data yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti, yaitu tentang penyelenggaraan kelas akselerasi.
3. Dokumen dan Arsip Sekolah merupakan lembaga formal. Oleh karena itu kerapian dalam administrasi menjadi bagian yang penting sehingga dokumen atau arsip yang telah tertata dapat dijadikan sebagai sumber data apabila terdapat hubungan dengan masalah yang sedang diteliti. H.B. Sutopo (2006: 61) mengemukakan bahwa “Dokumen dan arsip biasanya merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Bila ia merupakan catatan rekaman yang bersifat formal dan terencana dalam organisasi sebagai bagian dari mekanisme kegiatannya, ia cenderung disebut arsip”.
D. Teknik Sampling
Teknik cuplikan (sampling) merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi pemusatan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi (H.B.Sutopo, 2006: 63). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling /sampel bertujuan merupakan sampel yang diambil tidak ditekankan pada jumlah tetapi ditekankan pada kualitas pemahamannya kepada masalah yang diteliti. Jumlah sampel akan berkembang (snow ball) yaitu dari satu informan ke informan yang lain sampai informasi yang dibutuhkan mencukupi.
E. Teknik Pengumpulan Data Peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara dan mengkaji dokumen atau arsip.
1. Observasi
lii
Menurut H.B. Sutopo (2006: 75), “Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar”. Terdapat empat jenis observasi (H.B. Sutopo, 2006: 75) antara lain : a. Observasi Tak Berperan. Kehadiran peneliti dalam observasi sama sekali tidak diketahui oleh subyek yang diamati. b. Observasi Berperan Pasif. Kehadiran peneliti dalam di lokasi menunjukkan peran yang paling pasif, sebab kehadirannya sebagai orang asing diketahui oleh subyek yang diamati dan hal itu membawa pengaruh pada yang diamati. c. Observasi berperan aktif. Observasi berperan aktif merupakan cara khusus dan peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi yang berkaitan dengan penelitiannya. Peran tersebut hanya bersifat sementara. d. Observasi berperan penuh. Peneliti memang memiliki peran dalam lokasi studinya sehingga benar-benar terlibat dalam suatu kegiatan yang ditelitinya. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil teknik observasi berperan pasif untuk mengamati perilaku yang muncul di lokasi penelitian. Dalam observasi ini peneliti hanya mendatangi lokasi penelitian, tetapi sama sekali tidak berperan sebagai apapun selain sebagai pengamat pasif.
2. Wawancara Burhan Bungin (2003: 108) mengemukakan bahwa : Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebaginya, yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan yang diwawancarai (interviewee). Peneliti
menggunakan
teknik
wawancara
mendalam
(in-depth
interviewing) untuk memperoleh berbagai data yang berkaitan dengan masalah penelitian. Namun demikian, pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara disusun dulu sebagai pedoman dalam pelaksanaannya.
liii
3. Mengkaji Dokumen dan Arsip Yin dalam H.B. Sutopo (2006: 81), “Mencatat dokumen disebut sebagai content analysis, dan yang dimaksudkan bahwa peneliti bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat”. Teknik mengkaji dokumen dan arsip dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mencatat apa yang tertulis dalam dokumen atau arsip yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti, kemudian berusaha untuk memahami maknanya.
F. Validitas Data Ketepatan dan kemantapan data tergantung dari ketepatan memilih sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik pengembangan validitas data. Teknik pengembangan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi. Patton dalam H.B. Sutopo (2006: 92) menyatakan, “Ada empat teknik trianggulasi, yaitu trianggulasi data (data triangulation), trianggulasi peneliti (investigator triangulation), trianggulasi metodologis (methodological triangulation) dan trianggulasi teoretis (theoritical triangulation)”. Peneliti cenderung menggunakan trianggulasi data dan trianggulasi metode. Trianggulasi data disebut juga trianggulasi sumber. Jenis trianggulasi ini dilakukan dengan dua cara. Pertama, data yang sejenis dikumpulkan dengan berbagai sumber data yang tersedia dengan teknik pengambilan data sama. Kedua, data yang sejenis dikumpulkan dari sumber data yang berbeda dengan teknik pengumpulan data yang berbeda. Sedangkan trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis dari sumber data yang sama tapi dengan teknik pengumpulan data berbeda. Dari sini akan diketahui keabsahan data-data tersebut. G. Analisis Data Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif, dimana aktivitas dalam tiga komponen analisis yang terdiri dari reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan/verifikasi, dilakukan dengan cara interaktif dari tiga komponen tersebut.
liv
Dalam model analisis interaktif ketiga komponen analisis berjalan bersama pada waktu kegiatan pengumpulan data. Begitu peneliti menyusun catatan lapangan lengkap, reduksi data segera dibuat, dan diteruskan dengan pengembangan bentuk susunan sajian data. Dari membaca sajian data dengan kelengkapan ragam pendukungnya, peneliti mengusahakan pikiran yang mengarah pada simpulan yang bersifat sementara karena pengumpulan data masih berlangsung. Apabila peneliti menemukan data baru dengan pemahaman baru, kemungkinan besar simpulan sementara tadi perlu dirubah secara tepat. Apabila data baru lebih memperkuat simpulannya sementara yang telah dikembangkan akan menjadi semakin mantap. Demikian seterusnya hingga pengumpulan data dirasa telah lengkap.
Berikut ini gambar model analisis intreraktif : Pengumpulan data
(1) Reduksi
(2) Sajian data (3) Penarikan simpulan/verifikasi data
Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Sumber : H. B. Sutopo, 2006: 120)
H. Prosedur Penelitian
1. Tahap Pra Lapangan Tahap pra lapangan dilakukan mulai dari pembuatan usulan penelitian, menyusun rancangan penelitian, memilih obyek penelitian, sampai dengan pencarian berkas perizinan lapangan.
lv
2. Tahap Kegiatan Lapangan Tahap kegiatan lapangan dilakukan untuk menggali data yang relevan dengan tujuan penelitian. Dalam tahap ini peneliti sudah terjun ke tempat penelitian untuk memahami latar penelitian dan persiapan diri memasuki lapangan serta sambil mangumpulkan data. 3. Tahap Analisis Data Tahap analisis data dilakukan setelah penggalian data dianggap cukup untuk memenuhi maksud dan tujuan penelitian. Setelah data yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti, data kemudian dianalisis kembali secara lebih mendalam kemudian ditarik sebuah kesimpulan dari analisis tersebut.
4. Tahap Penulisan Laporan Tahap penulisan laporan terinci sebagai berikut : a. Menyusun konsep laporan b. Review konsep laporan atas dasar saran perbaikan dari tim penguji c. Perbaikan konsep dan penyusunan laporan akhir d. Penggandaan laporan, legalisasi dan pelaporan kepada yang terkait.
Bagan
berikut
disajikan
agar
memberikan
kemudahan
untuk
menggambarkan langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam melakukan penelitian :
Penarikan kesimpulan
Proposal Penulisan laporan
Persiapan pelaksanaan
Analisis akhir
Pengumpulan data dan analisis awal
Perbanyakan laporan
lvi
Gambar 3. Prosedur Penelitian
lvii
D. BAB IV E. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 3 Surakarta Awal berdirinya Sekolah Lanjutan Atas Negeri pertama dimulai bulan Agustus 1943, yang diresmikan pada tanggal 3 Nopember 1943, dan diberi nama Sekolah Menengah Tinggi Negeri (SMT Negeri) bertempat di gedung yang sekarang dipakai Sekolah SMP Negeri 1 Surakarta Pada bulan Juni 1950 diadakan ujian penghabisan yang pertama, di gedung Margoyudan. Nopember 1950 para pelajar bekas pejuang mendesak dan memohon untuk dibukanya 6(enam) kelas baru tambahan malam hari. Sebutan “Enam Kelas Baru” akhirnya dibuka dan digabungkan dengan SMA Negeri A/B II. Pada tanggal 17 Agustus 1951 dibuka secara resmi SMA A/B Malam dengan nama SMA Negeri I Bagian malam yang terdiri dari 6 kelas. Maka sejak itu di luar Sala terdapat 3 SMA Negeri A/B II. SMA Negeri A/B di bawah satu pimpinan, yaitu: 1. SMA Negeri A/B, yang sekarang dikenal dengan nama SMA Negeri 1 Sala. 2. SMA Negeri A/B II, yang dikenal dengan nama SMA Negeri 2 Sala. 3. SMA Negeri A/B I bagian malam, atau sekarang SMA Negeri 3 Sala. Tanggal 1 Agustus 1958 secara resmi di pecah ketiga sekolah inti dan diganti namanya: 1. SMA Negeri A/B I menjadi SMA Negeri IB di pimpin oleh Bp. Soepandam. 2. SMA Negeri A/B II menjadi SMA Negeri IIA di pimpin oleh Bp. Pajatmo. 3. SMA Negeri A/B I bagian malam menjadi SMA Negeri IIIB dipimpin oleh Bp. Rospandji Atmowirogo. Tanggal 1 agustus 1958 juga diresmikan sebagai hari lahirnya SMA Negeri III Surakarta. Tahun 1963 SMA Negeri III B diubah menjadi SMA Negeri III, mempunyai empat jurusan yaitu: Jurusan Ilmu Pasti, Alam, sosial, dan
lviii
Budaya. Tanggal 30 Januari 1967 terjadi boyongan dari Jl. Margoyudan 56 solo pindah ke Jl. Warung Miri 90 (sekarang Jl. RE Martadinata 143) dimana gedung yang ditempati adalah bekas gedung SD SINTJUNG. Pada tahun 1975 oleh Pemerintah Kotamadia Surakarta dalam rangka pengembangan sekolah diberikanlah sebuah tanah bekas makam Belanda/Kerkoff di Prof W.Z. Yohanes untuk bangunan Laboratorium Kimia dan Fisika. Tanggal 29 Januari 1980 jabatan Kepala Sekolah diserahterimakan kepada Bapak Soeyono sampai pada tanggal 22 Desember 1986. kemudian beliau digantikan oleh bapak Drs. Sri Waloejo Mangoendikoro. Pembangunan gedung sekolah Warung Miri menjadi 2 lantai dilokal utara. Tanggal 1 Mei 1995 kembali Jabatan Kepala Sekolah diserah terimakan kepada bapak Soekiman. Pembangunan fisik yang dilaksanakan diantaranya membangun gedung kerkop menjadi 2 lantai dibagian depan dan per tanggal 31 Oktober 1998 dinyatakan pensiun dan sebagai gantinya ditunjuk Bapak Drs. Kuswanto, MM. Pada masa Warung Miri atas bantuan Alumni SMA Negeri 3 Sala Bapak Laksamana Widodo A.S. Pada tanggal 26 Mei 2001 diangkat Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Surakarta sebagai penggantinya yakni Bapak Drs. Kuswanto, MM, Akhirnya jabatan Kepala Sekolah diserahterimakan kepada Bapak Drs. H. Soenarso, MM pada tanggal 13 Juni 2004. Gerbong pembangunan kembali dilanjutkan dengan membangun 6 kelas di lantai 2 gedung sekolah Kerkop sampai sekarang, kemudian pada bulan Mei 2008 jabatan Kepala Sekolah diserahkan kepada bapak Drs.H.Ngadiyo, M.Pd sampai sekarang. 2. Motto, Visi, Misi SMA Negeri 3 Surakarta a. Motto Sekolah Widya Karma Jaya Yang artinya adalah ungul dalam ilmu dan perbuatan/budi pekerti. b. Visi Sekolah Terwujudnya akhlak mulia dan semangat berprestasi dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Seni Buaya menuju sekolah unggul yang berwawasan Internasional. c. Misi Sekolah
lix
1. Mengembangkan tata nilai dan akhlak mulia berdasarkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Mewujudkan sinergi dan profesionalisme warga sekolah 3. Menciptakan kondisi sekolah yang kondusif untuk mewujudkan semangat berprestasi dan berkembangnya wawasan keilmuan, teknologi serta seni budaya. B. Deskripsi Permasalahan Penelitian 1. Penyelenggaraan Program Akselerasi a. Penyelenggaraan Program Akselerasi Penyelenggaraan akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta meliputi tiga tahap, adapun tahap-tahap dalam penyelenggaraan program akselerasi yaitu: persiapan, proses, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan program akslerasi. 1) Tahap Persiapan Penerapan suatu program baru membutuhkan berbagai persiapan. Persiapan merupakan
tahap awal sebelum program akselerasi ini
dilaksanakan. Persiapan-persiapan yang dilakukan di SMA Negeri 3 Surakarta meliputi, seleksi siswa, seleksi guru, penyediaan sarana prasarana, dan sosialisasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh informan 1 yang menyatakan bahwa persiapan yang dilakukan pihak sekolah dalam penyelenggaraan program akselerasi diawali dengan identifikasi siswa, perekrutan guru, melengkapi sarana prasarana, sosialisasi. Hal tersebut juga diperkuat informan 2 yang mengatakan bahwa ”pertama-tama kita mengidentifikasi jumlah siswa yang mempunyai bakat dan cerdas istimewa itu, rekruitmen guru, menyediakan fasilitas, dan media pembelajaran, sosialisasi ke sekolah-sekolah,.. .”(wawancara,7 april 2009). Berdasarkan beberapa informasi tersebut di atas maka bisa disimpulkan bahwa persiapan yang dilakukan pihak sekolah dalam melaksanakan program akselerasi meliputi identifikasi siswa, perekrutan guru, melengkapi sarana prasarana, dan sosialisasi. Persiapan-persiapan
lx
tersebut dilakukan agar pelaksanaan program akselerasi dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. a. Identifikasi/Seleksi Siswa Penyeleksian siswa dilakukan untuk mengidentifikasi anak yang berbakat, karena yang dapat masuk ke program akselerasi ini adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Identifikasi anak berbakat dapat dilakukan melalui tahap pengetesan maupun tahap studi kasus, tahap pengetesan dapat berupa tes IQ di mana mereka yang dapat masuk di kelas akselerasi ini adalah mereka yang ber IQ 130 ke atas, sedangkan studi kasus dapat berupa wawancara untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin tentang siswa yang diperkirakan berbakat dari sumber yang berbeda, misalnya dari orang tua, teman atau dari calon siswa itu sendiri. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh informan 1 yang menyatakan bahwa : Sekarang seleksinya mengikuti aturan main dari Direktorat PSLB. Itu dengan kriteria, nilai akademik. Itu terdiri dari 3 komponen, yaitu rata-rata rapor, tes akademik, kemudian nilai ujian nasional. Itu tadi menjadi 1 komponen akademik, kemudian yang ke dua tes psikologi, tes psicologi nya itu ada tiga, kita mengacu pada sistem task comitment, kemudian IQ, CQ. Jadi intelejensi, kreativitas, task comitment, yaitu keterikatan pada komitmen. Nah persyaratan akademik itu harus rata-rata delapan, batas minimal. Kemudian intelejensi awal dari buku petunjuknya itu 120, sekarang sudah 130. Jadi 120,125,130. dan tampak nya sekarang anak-anak dengan intelejensi sekian itu sudah tidak masalah, karena mungkin anakanak gizinya juga lebih bagus.(Wawancara, tanggal 6 April 2009) Seleksi administrasi meliputi hasil ujian nasional dan sekolah sebelumnya dengan nilai rata-rata minimal delapan, dan tes kemampuan akademik, dengan nilai rata-rata minimal delapan. Dalam tahap tes psikologi dapat berupa tes IQ dimana mereka yang dapat masuk di kelas akselerasi ini adalah mereka yang mempunyai IQ 130 ke atas, tes kreativitas, digunakan tes kreativitas figural dan tes kreativitas figural, keterikatan dengan Tugas (Task Commitment), selain itu juga ada tes yang berupa wawancara untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin tentang siswa yang diperkirakan berbakat dari sumber yang berbeda, misalnya dari orang tua, teman, atau dari siswa itu sendiri. Hal
lxi
senada juga diungkapkan oleh informan 4 bahwa ”hari pertama itu itu tes IQ itu dua hari, tes psikologi, trus tes akademik, trus yang terakhir itu wawancara pakai bahasa inggris,.. itu yang bikin pusing itu mbak”.(wawancara, 7 April 2009) Prosedur identifikasi diawali dengan mengadakan pendaftaran pada bulan maret. Siswa diseleksi berdasarkan nilai rapornya, kemudian siswa yang nilainya memenuhi syarat bisa mengikuti tes selanjutnya. Setelah seleksi melalui nilai rapor, maka prosedur identifikasi selanjutnya adalah melalui tes selama lima hari, hari pertama tes kemampuan akademik yaitu tes Matematika, IPA, Bahasa Inggris, hari kedua dan ketiga proses seleksi dilanjutkan dengan tes psikologi, hari keempat tes minat dan kepribadian, dan hari terakhir atau hari kelima adalah tes wawancara dengan bahasa inggris. (Leaflet pengumuman pendafaran siswa baru program Akselerasi, Maret 2009) Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa informan di atas dapat disimpulkan bahwa identifikasi siswa yang dapat masuk pada program akselerasi adalah yang memiliki IQ 130 ke atas, nilai rapor dari SMP rata-rata minimal 8,0 tes akademik minimal 8, dan wawancara dengan calon siswa dengan Bahasa Inggris juga dipertimbangkan. b. Perekrutan atau Seleksi Guru Guru merupakan salah satu pihak yang sangat menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dalam program akselerasi di mana siswa memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa serta memiliki ciri yang khas, maka guru yang digunakan dalam program akselerasi adalah guru yang benarbenar memiliki kompetensi keguruan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan 2 bahwa ”ya anak aksel itu kan kecerdasannya diatas rata-rata, jadi kita harus carikan guru yang bisa mengimbangi kemampuan mereka, kalau ndak ya nantinya bisa menghambat proses pembelajaran... .”.(Wawancara, tanggal 7 April 2009) Senada dengan hal di atas, informan 1 menyatakan bahwa ”Kalau syarat khususnya tidak ada, intinya ya mbak, task commitment nya harus ada, tingkat
lxii
kemampuan akademiknya cukup baik, lulusan S1, kemudian rata-rata pengalaman mengajar 5 tahun”. Senada dengan hal di atas informan 2 juga menambahkan bahwa: rekruitment untuk tenaga guru dipilih guru-guru SMA 3 yang baik, punya kompetensi tinggi, harus bisa mengajar dengan cepat tapi jelas, masalahnya waktu kan tinggal 2/3. jadi harus bisa menyajikan materi secara jelas, cepat, dengan prinsip Pakemin (pembelajaran aktif, kreatif, menyenangkan, inovatif). (Wawancara, tanggal 7 April 2009) Hal tersebut juga sesuai dengan informasi hasil wawancara dengan informan 3. Salah satu informasi dari informan 3 menyataka bahwa ”yang jelas harus punya komitmen tinggi, harus lebih keras dari yang lainya kan?, dan harus punya kompetensi yang cukup.”.(Wawancara, tanggal 7 April 2009) Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa informan di atas maka dapat disimpulkan bahwa guru yang mengajar di kelas akselerasi adalah mereka yang mempunyai task commitment, bertanggung jawab, mempunyai kemampuan akademik yang baik, pendidikan minimal S1, pengalaman mengajar minimal 5 tahun, yang bisa mengajar dengan cepat tapi jelas, dan yang mengajar dengan prinsip PAKEMIN. c. Persiapan Kurikulum Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta tata cara yang digunakan sebagai penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dalam suatu program pendidikan untuk mencapai tujuan pada satuan pendidikan dalam rangka mencapai pendidikan nasional. Kurikulum antara program akselerasi dan reguler tidak jauh berbeda, perbedaannya hanya terletak pada alokasi waktu yang lebih singkat untuk program akselerasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan 1 yang menyatakan bahwa ”sama, kurikulumnya itu begini mbak, sebetulnya kurikulumnya itu biasa, hanya saja standar isinya dinaikkan apa itu namanya eskalasi.”. (Wawancara, tanggal 6 April 2009)
lxiii
Guru mempunyai kewajiban untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam setiap kompetensi dasar dimana guru harus dapat menyesuaikan materi pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia dengan sebaik mungkin untuk dapat menyesuiakan materi pelajaran yang ada. Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh informan 2 bahwa ”sama, sama dengan yang reguler, hanya saja waktunya lebih singkat, kalau yang regular tiga tahun, ini cuma dua tahun, kalau yang reguler satu tahun dua semester, yang ini satu tahun tiga semester.”. (Wawancara, tanggal 7 April 2009). Kurikulum yang digunakan untuk kelas akselerasi untuk tahun ajaran 2008/2009 sama dengan yang digunakan untuk kelas reguler yaitu KTSP, yang alokasi waktunya dipersingkat dan standar isinya dinaikkan. Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan dari informan 5 yang mengatakan bahwa kurikulum yang digunakan pada program akselerasi adalah kurikulum KTSP yang alokasi waktu nya dipercepat dan juga di tambah dengan pendalaman materi (pengayaan). Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa informan di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang digunakan di kelas akselerasi adalah KTSP sama seperti kurikulum kelas reguler, hanya saja guru yang mengajar di kelas akselerasi harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam setipa kompentensi dasar yang disesuaikan dengan alokasi waktunya. d. Persiapan Sarana Prasarana Sarana prasarana sangat mendukung dalam mencapai keberhasilan dalam suatu pendidikan. Sarana prasarana dalam suatu sekolah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu sarana prasarana edukatif dan sarana prasarana non edukatif. Seperti yang diungkapkan oleh informan 3 bahwa ”sarana dan prasarana yang disediakan untuk anak akelerasi lebih bagus dibanding dengan kelas reguler karena mereka kan berlajar nya lebih keras dibanding dengan yang reguler”. (wawancara,7 April 2009) Sarana prasarana dalam suatu sekolah dapat dibagi menjadi dua yaitu sarana prasarana edukatif yang merupakan segala sesuatu yang bersifat fisik
lxiv
yang diperlukan untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar, misalnya ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang BP, papan tulis, spidol, dan lain-lain, dan sarana prasarana non edukatif merupakan segala sesuatu yang menunjang pelaksanaan kegiatan di sekolah, misalnya kantin sekolah, ruang koperasi, mushola. Sarana prasarana untuk kelas akselerasi seharusnya dibedakan dengan kelas reguler, karena sarana prasarana siswa harus disesuaikan dengan sifat khas siswa yang memang tingkat kecerdasannya tinggi. Di SMA Negeri 3 Surakarta, siswa kelas akselerasi berada di tempat yang terpisah dengan siswa kelas reguler. Kelas akselerasi berada di warung miri, sedangkan siswa kelas reguler berada di Kerkop. Perhatian sekolah dalam penyediaan ruang kelas cukup baik, seperti yang diungkapkan oleh informan 1 ”oo ya sudah ada. Jadi tiap-tiap kelas itu sudah ada LCD, komputer,TV, VCD, AC, ada tape nya, jadi nanti kalau mau listening itu sudah ada tape nya di tiap-tiap kelas.”(Wawancara, 6April 2009) Di setiap ruang kelas terdapat sarana prasarana belajar yang sangat memadai. Di setiap kelas telah dilengkapi dengan whiteboard, spidol, AC, LCD, VCD/DVD Player, komputer, printer, dispenser, tape. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh informan 3 bahwa ”Trus mestinya kita menyediakan fasilitas, media pembelajaran, komputernya nyambung internet, trus sumber bacaan, buku, internet, video”. (Wawancara, 7April 2009) Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan oleh beberapa informan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sarana prasarana yang tersedia untuk siswa akselerasi sudah memadai, dan lebih baik dibandingkan dengan siswa kelas reguler. e. Sosialisasi Setiap program pendidikan hendaknya disosialisakan kepada stake holder pendidikan, dalam artian diberitahukan kepada pihak internal maupun pihak eksternal sekolah agar diketahui keberadaannya. Informan 2 mengungkapkan bahwa selama ini kegiatan sosialisasi dilakukan dengan pengiriman leaflet
lxv
atau surat khusus yang ditujukan kepada SMP se-Surakarta dan sekitarnya kepada siswa kelas IX sebagai sasarannya. Hal tersebut juga diperkuat oleh informan 1 yang mengungkapkan bahwa: biasanya itu, yang angkatan pertama itu, dulu kita undang, ya anak-anak SMP itu kita undang, kita beri penjelasan tentang aksel, nah itu tadi yang angkatan pertama, kemudian setelah itu mulai angkatan 2, 3 dan seterusnya mereka sudah tahu dengan sendirinya. Jadi alumni-alumni anak-anak SMP mereka itu saya suruh kembali ke sekolah-sekolah mereka untuk memberikan sosialisasi ke adik-adik kelas, karena yang tahu persis keadaan disini kan mereka. Jadi misalkan saya sosialisasi, kan saya mesti ngomong nya nggak relistis, saya mesti memberikan yang manis-manis, jadi yang pernah duduk di sini yang merasakan jadi saya suruh kembali katakanlah untuk memberi penjelasan.(Wawancara, 7April 2009) Informan 1 memambahkan bahwa sosialisasi juga lakukan dengan mengadakan iklan di media elektronik yaitu melalui radio PTPN FM. Selain itu Informan 2 menambahkan bahwa, ”jadi pakai brosur, leaflet, ngirim surat dulu ke SMP yang mau dituju, kalau boleh ya sosialisasi, kalau ndak ya tempel leaflet, brosur aja, sehingga smua tau bahwa aksel itu butuhnya anak yang nilainya brapa.”.(Wawancara, 7April 2009). Informan 2 juga memambahkan bahwa dulunya sosialisasi juga dilakukan melalui media cetak yaitu koran Solopos. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi program akselerasi memiliki sasaran khusus yaitu siswa kelas IX di Surakarta dan sekitarnya. Banyak cara yang ditempuh untuk sosialisasi tersebut baik melalui media cetak seperti koran (Solopos), maupun media elektronik yaitu radio (PTPN FM), pembuatan leafleat, brosur untuk dikirim ke sekolahsekolah dan juga presentasi di sekolah-sekolah di Surakarta dan sekitarnya. 2) Tahap proses penyelenggaraan program akslerasi. Tahap ini berhubungan dengan pelaksanaan program akselerasi. Bentuk penyelenggaraan program akselerasi dapat dibedakan menjadi 3 model, yaitu, Pelayanan khusus, model kelas khusus, dan model sekolah khusus. Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus, sedangkan pada model sekolah khusus semua siswa yang belajar di
lxvi
sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Sedangkan penyelenggaraan program akselerasi yang ada di SMA Negeri 3 menurut informan 1 bahwa, ”kita pakai nya yang kelas khusus, saat ini masih kelas khusus, nanti suatu saat bisa juga jadi sekolah khusus”. (wawancara, 6 April 2009). Hal ini juga didasarkan pada kebutuhan belajar siswa tersebut, mereka memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa sehingga mereka harus mendapat layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan belajarnya. Apabila mereka tidak diberi layanan khusus misalnya dicampur dengan siswa reguler, mereka cenderung akan mengalami underachiever. Jadi penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 3 menggunakan model kelas khusus, yang mana setiap tahun ajaran nya terdiri dari dua kelas, dan tiap kelasnya terdiri dari 20 siswa. Pemilihan bentuk model kelas khusus didasarkan pada kebutuhan belajar dari siswa tersebut, mereka memiliki kemampuan dan kecerdasan istimewa sehingga mereka harus mendapat pelayanan khusus dalam memenuhi kebutuhan belajarnya. Apabila mereka tidak diberikan layanan khusus misalnya dicampur dengan siswa kelas reguler, maka cenderung akan underachiever yaitu berprestasi jauh dibawah kemampuan aslinya. Dalam proses penyelenggaraan program akselerasi ini salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar di kelas. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan terencana untuk mencapai tujuan instruksional. Proses tersebut akan berdaya guna dan berhasil guna bila dilaksanakan secara seksama, berencana, dan sistematik. Dengan seksama artinya dilaksanakan dengan penuh pertimbangan dan perhatian, berencana mengandung makna ada tujuan yang jelas dan disertai langkah-langkah dan teknik yang jelas untuk mencapai tujuan tersebut, sedangkan sistematik berarti komponen-komponen dalam proses belajar-mengajar (tujuan, materi, metode, media, guru, siswa, sarana prasarana, dan evaluasi) tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang terpadu. Hal ini dimaksud agar tujuan program akselerasi yaitu untuk memberikan pelayanan khusus bagi siswa yang mempunyai
lxvii
kemampuan dan kecerdasan luar biasa agar mereka mendapat kesempatan untuk menyelesaikan belajarnya lebih singkat daripada siswa normal lainnya. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari kegiatan evaluasi hasil belajar. Di sini guru wajib melaksanakan evaluasi setiap akan mengakhiri proses belajar mengajar. Secara periodik evaluasi dilakukan berdasarkan program tertentu, misalnya ulangan harian, caturwulan, dan semesteran. Pada program akselersi, siswa SMA yang seharusnya menyelesaikan belajar selama 3 tahun dapat menyelesaikan belajarnya hanya dalam waktu 2 tahun. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan 1 bahwa: bedanya kita dengan kelas reguler itu ya pada waktu yang lebih cepat mbak, sistem evaluasi yang kita lakukan juga sama saja koq, kita juga mengadakan ulangan harian, mid semester, ujian semester, cuma waktunya saja yang beda, di aksel itu satu semester itu cuma 4 bulan, mid nya tiap 2 bulan sekali, tiap 8 bulan sekali kenaikan kelas. (Wawancara, 7April 2009) Waktu 2 tahun ini digunakan untuk 3 tingkatan, sehingga setiap tingkatan nya hanya membutuhkan waktu 8 bulan. Untuk itu guru harus dapat merencanakan, membuat alat tes dan melaksanakan evaluasi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Sebagaimana yang disamapaikan oleh informan 2 bahwa guru harus bisa mengajar dengan jelas dan cepat agar materi pelajaran yang seharusnya diselesaikan dalam waktu 3 tahun bisa diselesaikan dalam waktu 2 tahun. Mereka juga diwajibkan untuk mengadakan evaluasi setelah satu kompetensi dasar dalam suatu bidang studi. Sehingga mereka bisa menilai apakah siswa tersebut telah menguasai materi yang diajarkan atau belum. Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari informan 1 dan informan 4 mengatakan bahwa setiap semester hanya membutuhkan waktu 4 bulan, kenaikan kelas dilakukan setiap 8 bulan sekali. Sistem evaluasi yang dilakukan di kelas akselerasi sama dengan sistem evaluasi yang dilakukan di kelas reguler, yaitu ulangan harian, mid semester setiap 2 bulan sekali, ujian semester setiap 4 bulan sekali dan kenaikan kelas setiap 8 bulan sekali. Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan akselerasi di SMA Negeri 3
lxviii
Surakarta adalah model kelas khusus, dimana siswa dikelompokkan dalam satu kelas khusus. Tujuan dari penyelenggaraan program akselerasi adalah memberi layanan khusus bagi siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa agar dapat menyelesaikan belajarnya lebih awal, tujuan tersebut tidak akan bisa tercapai jika tidaka didukung oleh komponenkomponen dalam proses belajar mengajar. Evaluasi belajar yang dilakukan di kelas akselerasi tidak jauh berbeda dengan kelas reguler, bedanya hanya terletak pada waktu pelaksanaan dan target yang harus dicapai. 3) Tahap Evaluasi Salah satu komponen dalam penyelenggaraan pendidikan anak berbakat adalah evaluasi program. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana program yang telah dijalankan berdayaguna dan berhasilguna. Untuk itu, evaluasi dilakukan secara berkesinambungan baik bagi siswa maupun bagi program itu sendiri. Komponen-komponen yang perlu dievaluasi yaitu: sasaran belajar, prosedur identifikasi, kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidikan/ guru, biaya, evaluasi. Penyelenggaraan program akselerasi merupakan layanan yang diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan istimewa. Sasaran program belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Dalam
penyelenggaraan program akselerasi untuk bisa memperoleh input atau masukan berupa siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa, maka dilakukan prosedur identifikasi bagi siswa yang akan masuk di kelas akselersi. Hal ini seperti yang disampaikan oleh informan 1: nah persyaratannya akademik itu harus rata-rata 8, batas minimalnya, kemudian intelejensi awal itu dari buku petunjuknya 120, sekarang sudah 130, dan nampaknya sekarang anak-anak dengan itelejensi sekian itu sudah tidak masalah, karena mungkin anak-anak sekarang gizinya juga lebih bagus. (Wawancara, 7April 2009) Jadi dapat disimpulkan bahwa identifikasi siswa yang masuk pada kelas akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta telah sesuai dengan standar yang di tetapkan, yaitu IQ nya minimal 130.
lxix
Penggunaan kurikulum di SMA Negeri 3 Surakarta, sudah sesuai dengan kebutuhan siswa akselerasi, karena kurikulum yang digunakan merupakan kurikulum yang sama dengan kurikulum kelas reguler (KTSP) namun standar isi nya dinaikkan (eskalasi) selain itu siswa juga mendapat pengayaan (enrichment). Pemberian fasilitas atau sarana prasarana untuk kelas akselerasi SMA Negeri 3, sudah cukup memadai. SMA Negeri 3 Surakarta ini sarana dan prasarana yang disediakan telah sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, sebagaiamana yang disampaikan oleh informan 1: fasilitas yang diberikan untuk anak aksel itu banyak sekali, pembelajaran, perpustakaan, ruang audio visual, bahkan dulu saya buatkan ruang khusus yang disitu isinya 10 komputer yang disitu mereka bisa eksplor,dia bisa mengembangkan apa saja, kalau ada tugas dia bisa nyari referensi dari internet, bahkan buat refreshing, nge-game. (Wawancara, 6April 2009) Tenaga pendidikan yaitu guru yang mengajar di kelas akselerasi sudah cukup baik dalam melaksanakan tugas mereka. Mereka mempunyai tanggungjawab, komitmen, pengalaman mengajar, dan kemampuan akademik yang lebih dibandingkan dengan guru lain, hal ini sesuai dengan syarat-syarat guru yang dapat mengajar di kelas akselerasi. Mereka sangat bersemangat untuk mengajar, karena mereka melihat semangat yang tinggi pada diri peserta didiknya. Penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta, untuk masalah biaya, mereka menyatakan tidak terlalu menghadapi kesulitan. Biaya untuk program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta memang diperoleh dari orang tua siswa dan juga dari pemerintah (block grant). Sebagaimana yang disampaikan oleh informan 3, ”untuk masalah dana saya pikir ndak ada, kalau untuk program akselerasi dan SBI itukan kita diperbolehkan untuk mengambil dana dari masyarakat, dari orang tua murid, kalau reguler kan ndak boleh”. (Wawancara, 7April 2009), Evaluasi belajar di kelas akselerasi baik itu jadwal pelaksanaan evaluasi maupun hasil belajar siswa sudah cukup baik, hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh informan 3 bahwa evaluasi sudah baik karena dalam
lxx
pelaksanaannya guru berpedoman pada jadwal yang sudah ada. Evaluasi belajar dilaksanakan secara sistematis, teratur, dan berkelanjutan, baik itu mulai dari ulangan harian, mid semester, dan semesteran. Evaluasi dilaksanakan guna mengetahui kemampuan siswa. Hal tersebut juga diperkuat pernyataan informan 4 yang menyatakan bahwa ”kalau SMA biasa itu satu tahun untuk 2 semester, kalau aksel 3 semester, jadi kita tiap 8 bulan kenaikan kelas, jadi dipercepat mbak ” (wawancara, 7 April 2009) Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa informan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa komponen-komponen penyelenggaraan akselerasi yang perlu di evaluasi yaitu sasaran belajar, prosedur identifikasi siswa, kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik/guru, dana, dan evaluasi pembelajaran.
2. Kendala-Kendala yang dihadapi Dalam Penyelenggaraan Program Akselerasi di SMAN 3 Surakarta dan Solusinya Dalam penyelenggaraan suatu program, biasanya tak pernah lepas dari kesulitan-kesulitan yang menjadi kendala Sebagaimana diketahui bahwa program akselerasi diterapkan di SMAN 3 Surakarta mulai dari tahun pelajaran 2003/2004, tahun pelajaran 2008/2009 adalah tahun keenam. Beberapa kendala dalam penyelenggaraan program akselerasi adalah sebagai berikut: a. Kendala-Kendala Yang Dihadapi 1) Beban belajar yang lebih berat bagi siswa. Perbedaan yang mendasar antara kelas akselerasi adalah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan studi. Bila kelas reguler menyelesaikan sekolah dalam waktu 3 tahun, maka kelas akselerasi menyelesaikan sekolahnya dalam waktu 2 tahun. Jadi beban belajar mereka lebih dibandingkan siswa reguler. Hal itu juga diperkuat dengan pernyataan dari informan 1 yang mengatakan bahwa ”ada mbak, umum kalau ada satu atau dua anak yang seperti itu (terlihat jenuh di kelas) kita beri dia arahan, bimbingan, semangat, secara terus
lxxi
menerus kita ajak sharing, outbond ke Tawangmangu, dan hasilnya alhamdulillah bagus”. (wawancara, 6 april 2009). Hal senada juga dikuatkan oleh 2 yang mengatakan bahwa untuk program akselerasi sekolah memberikan fasilitas yang lebih bagus, karena siswa akselerasi harus belajar lebih keras dibanding dengan siswa reguer. Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa salah satu kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi adalah beban belajar yang lebih berat bagi siswa. 2) Biaya yang cukup besar Penyelenggaraan program akselerasi tidak lepas dari masalah biaya, biaya tersebut digunakan untuk membiayai segala macam program kegiatan dalam program ini. Sedangkan dana dari pemerintah masih sangat terbatas, sehingga biaya dibebankan kepada orang tua siswa. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh informan 1 bahwa biaya dari pemerintah untuk program akselerasi sangat sedikit. Dan selama ini dana yang digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan di program akselerasi sebagian besar adalah dari orang tua siswa/ komite sekolah. Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari informan 2 yang mengatakan bahwa ”pendanaan nya ya selama ini kita mengambil dari orang tua murid”.(wawancara, 7 April 2009). Dari pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan program akselerasi cukup besar, dan sebagian besar biaya tersebut diperoleh dari orang tua siswa/ komite sekolah.
b.
Usaha Yang dilakukan SMAN 3 Surakarta untuk Menanggulangi Kendala yang Ada Dalam Penyelenggaraan Program Akselerasi. Dari beberapa hambatan atau kendala yang timbul dalam penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta, maka perlu usaha-usaha untuk menanggulangi kendala-kendala yang ada.
lxxii
1)
Beban belajar yang lebih berat bagi siswa Menurut informan 1 pihak sekolah telah melakukan tindakantindakan untuk menanggulangi masalah tersebut dengan berbagai usaha, ”ya kalau ada yang terlihat jenuh kita ajak dia sharing, kita ajak ke Tawangmangu, kita ajak outbond, selain itu kita juga kerjasama dengan lembaga psikilogi”. (Wawancara, 6 April 2009) Informan 2 juga menguatkan pernyataan dari informan 1 dengan mengatakan bahwa, ” kalau ada anak yang bermasalah ya kita minta psikolog untuk bisa membantu. (Wawancara, 7 April 2009) Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari informan 5 yang mengatakan bahwa, ”kita kan kerjasama dengan lembaga psikologi mbak, jadi tiap kali siswa mengalami masalah ya kita minta bantuan dari psikolog nya”. (wawancara, 8 April 2009). Selain itu informan 4 juga menjelaskan bahwa Selain itu memberikan fasilitas belajar yang lebih baik untuk siswa akselerasi dibanding dengan siswa reguler, seperti ruang kelas yang ber AC, dilengkapi dengan TV, Komputer yang tersambung dengan internet, Hot spot area, tape, DVD/VCD Player, dll.
2)
Masalah biaya yang cukup besar Penyelenggaraan program akselerasi membutuhkan biaya yang cukup besar, biaya yang digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan penyelenggaraan kelas akselerasi dipenuhi dari sumbangan orang tua siswa/komite sekolah. Sesuai dengan penjelasan dari informan 1 bahwa penyelenggaraan program akselerasi merupakan program pembelajaran yang sarat dengan program dan kegiatan. Sekolah mendapatkan bantuan dari pemerintah yang berupa block grant, namun menurut informan 1 bantuan tersebut tidak cukup untuk membiayai semua kegiatan yang diadakan dalam penyelenggaraan program akselerasi. Seperti yang diungkap oleh informan 1 yang mengatakan bahwa ”pendanaan nya
lxxiii
itu dari orang tua siswa, yang paling banyak memang dari orang tua siswa, kita itu juga dapat block grant- block grant itu. Tapi masih terbatas...
.”.(wawancara,
6
April
2009).
Hal
senada
juga
diungkapkan oleh informan 5 bahwa ”jadi biaya itu lebih banyak dari anak, block-grant block-grant itu kalau kita minta, dan itu belum tentu dikabulkan.”.(Wawancara, 8 April 2009) Pihak sekolah mengambil kebijakan dengan menarik sumbangan dari orang tua siswa/komite sekolah untuk menutup biaya yang besar dalam penyelenggaraan kelas akselerasi. Jadi orang tua siswa ikut menanggung biaya untuk memenuhi kebutuhan kelas akselerasi. Sesuai dengan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah menanggulangi masalah keterbatasan biaya dengan mengambil dana dari orang tua siswa, dan juga bantuan dari pemerintah/block grant.
c. Temuan Studi Yang Dikaitkan Dengan Kajian Teori Data yang berhasil dikumpulkan pada sub bab ini dianalisis dengan mendasarkan pada variabel-variabel yang dikaji sesuai dengan rumusan masalah yang selanjutnya dikaitkan dengan teori yang ada. Proses analisis data ditujukkan untuk menemukan suatu hasil atau hal apa saja yang terdapat dilokasi penelitian, sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan dari penelitian tersebut yang pada akhirnya peneliti dapat memberikan masukan pada pihak-pihak yang terkait di dalamnya.
1. Penyelenggaraan Program Akselerasi Penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta meliputi tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, proses, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan program akselerasi. a) Tahap Persiapan Penyelenggaraan program PDCI/BI, perlu dilakukan berbagai macam persiapan antara lain:
lxxiv
1. Mengadakan konsultasi dan komunikasi intensif dengan sekolahsekolah yang sudah menyelenggarakan lebih dulu program tersebut, untuk mendapatkan berbagai informasi dan masukan. 2. Membentuk tim kecil pendidikan khusus PDCI/BI yang terdiri dari kepala sekolah, wakil sekolah, dan guru-guru senior
yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. 3. Memberikan pembekalan dan wawasan tentang pendidikan khusus bagi PDCI/BI dengan mengundang nara sumber atau sekolah yang sudah menyelenggarakan program tersebut, yang dihadiri semua unsur tenaga kependidikan di sekolah yang akan terlibat dalam penyelenggaraan program percepatan belajar. Selain itu pendirian program pendidikan khusus PDCI/BI di sekolah reguler maupun dalam sekolah khusus dapat dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau masyarakat, artinya secara kelembagaan program/sekolah pendidikan khusus bagi PDCI/BI dapat didirikan sekolah sekolah negeri maupun swasta. Pendirian program tersebut harus didasarkan atas kebutuhan masyarakat yang tergambar dari hasil identifikasi tentang keberadaan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa. Dengan demikian penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi PDCI/BI benarbenar didasarkan oleh kebutuhan peserta didik yang ada di lingkungan suatu sekolah, dan bukan semata-mata didasarkan oleh kebijakan pemerintah. (Depdiknas, 2007: 75) b) Tahap proses penyelenggaraan program akselerasi Tahap ini berhubungan dengan pelaksanaan program akselerasi, dalam tahap ini dapat dilihat proses belajar-mengajar di dalam kelas. Proses belajar mengajar di kelas akselerasi lebih mengarah kepada bagaimana memberikan tantangan kepada siswa untuk dapat berpikir dan memecahkan masalah sendiri, guru juga menggunakan metode mengajar yang agak berbeda dengan kelas reguler yaitu metode diskusi, presentasi dan metode pembelajaran yang lebih bersifat
lxxv
eksplorasi. Selain itu juga ada outbond keluar sekolah dengan tujuan mengakrabkan siswa satu dengan yang lainnya. Hal ini sudah sesuai dengan yang seharusnya dilakukan dalam proses belajar mengajar dikelas yaitu proses belajar mengajar yang akseleratif, yang ditandai dengan adanya proses kreatif yang diikuti dengan pengayaan dengan tujuan agar siswa lebih bisa mandalami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. c) Tahap evaluasi terhadap penyelenggaraan program akselerasi Salah satu komponen dalam penyelenggaraan pendidikan anak berbakat adalah evaluasi program. Evaluasi merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris “evaluation” yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Menurut Suchman dalam Suharsimi Arikunto (2004: 1) memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program yang telah dilakukan berdaya guna dan berhasil guna. Menurut Reni AkbarHawadi (2001:23), Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam evaluasi program yaitu: (1) melihat kemajuan yang dicapai oleh siswa dalam berbagai aspek, (2) mengamati perkembangan naik turunnya unjuk prestasi siswa, (3) mencari faktor-faktor yang menghambat dan mendukung optimasi prestasi siswa, (4) melakukan prediksi terhadap prestasi siswa selanjutnya. Pada Second ASEAN Workshop On Special Education yang diselenggarakan di Jakarta, menentukan ada 7 komponen yang perlu dievaluasi yaitu: 1. Sasaran Belajar 2. Prosedur Identifikasi 3. Kurikulum 4. Pelayanan dan Sarana Prasarana 5. Tenaga/Staf 6. Biaya
lxxvi
7. Evaluasi Dalam penerapannya, sasaran belajar sudah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Prosedur identifikasi bagi siswa yang akan masuk di kelas akselerasi dapat katakan bahwa identifikasi siswa yang masuk pada kelas akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta telah sesuai dengan standar yang di tetapkan, yaitu IQ nya minimal 130. Penggunaan kurikulum di SMA Negeri 3 Surakarta , sudah sesuai dengan kebutuhan siswa akselerasi, karena kurikulum yang digunakan standar isi nya dinaikkan (eskalasi) selain itu siswa juga mendapat pengayaan (enrichment). Pemberian fasilitas atau sarana prasarana untuk kelas akselerasi SMA Negeri 3, sudah cukup memadai. SMA Negeri 3 Surakarta ini sarana dan prasarana yang disediakan telah sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, dalam hal tenaga pendidikan yaitu guru yang mengajar di kelas akselerasi sudah cukup baik dalam melaksanakan tugas mereka. Mereka mempunyai tanggungjawab, komitmen, pengalaman mengajar, dan kemampuan akademik yang lebih dibandingkan dengan guru lain, hal ini sesuai dengan syarat-syarat guru yang dapat mengajar di kelas akselerasi. Untuk guru, mereka sangat bersemangat untuk mengajar, karena mereka melihat semangat yang tinggi pada diri peserta didiknya. Penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta, untuk masalah biaya, mereka menyatakan tidak menghadapi kesulitan, karena untuk penyelenggaraan program akselerasi dan RSBI sekolah diperbolehkan mengambil dana dari masyarakat, berbeda dengan kelas reguler yang mana sekolah tidak diperbolehkan mengambil dana dari masyarakat. Biaya untuk program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta diperoleh dari orang tua siswa dan juga dari pemerintah. Dan selama ini dana bisa diperoleh dari komite sekolah dan juga dari pemerintah (block grant).
lxxvii
2. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Penyelenggaraan Program Akselerasi Dan Solusinya Berkaitan dengan kendala-kendala dalam penyelenggaraan program akselerasi, SMAN 3 Surakarta segera melakukan usaha-usaha untuk mengatasinya. a. Untuk mengatasi kendala yang berkenaan dengan adanya beban belajar yang lebih berat bagi siswa, pihak sekolah menanggulangi dengan: 1) Memberikan fasilitas belajar yang lebih baik untuk siswa akselerasi dibanding dengan siswa reguler, seperti ruang kelas yang ber AC, dilengkapi dengan TV, Komputer yang tersambung dengan internet, Hot spot area (24 jam), tape, DVD/VCD Player,dll. 2) Bekerja sama dengan lembaga Psikologi An-Nafa, untuk memberikan layanan konsultasi bagi siswa ketika mereka mengalami stress atau mempunyai masalah, baik masalah yang bersifat pribadi maupun masalah yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah. 3) Guru menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariasi, seperti diskusi, presentasi, dan pembelajaran yang sifatnya lebih ke eksplorasi. 4) Mengadakan program outbond setiap kenaikan kelas. 5) Mengadakan Sharing Program pada tiap kenaikan kelas.
b. Untuk mengatasi masalah kebutuhan dana yang cukup besar, sekolah mengatasinya dengan cara: 1) Mengajukan block grant-block grant ke pemerintah pusat. 2) Mengambil dana dari komite sekolah. 3) Menerapkan subsidi silang untuk siswa yang kurang mampu.
lxxviii
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian tentang penyelenggaraan program akselerasi di SMAN 3 Surakarta, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Untuk menyelenggarakan progran akselerasi maka sekolah harus mengajukan ijin ke Direktorat Pendidikan Sekolah Luar Biasa (PSLB) yang berpusat di Jakarta. 2.
Untuk menyelenggarakan program akselerasi maka sekolah harus mempersiapkan beberapa hal yaitu: Kurikulum, Tenaga Kependidikan, Sarana Prasarana, Dana, Manajemen, dan Lingkungan.
3. Siswa yang diterima untuk mengikuti program akselerasi adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Proses rekruitmen untuk melakukan penjaringan terhadap siswa yang berbakat tersebut dilakukan dengan : nilai UAN untuk mata pelajaran matematika, IPA, Bahasa Inggris minimal 8,0, skor tes seleksi akademik atau tes potensi anak, skor tes psikologis, yaitu melalui pemeriksaan
psikologis yang
diperoleh melalui 3 jenis keberbakatan, diantaranya kecerdasan(IQ minimal 130), kreativitas, dan keterikatan pada tugas serta bebas dari gangguan emosional. 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program akselerasi di SMAN 3 Surakarta selama ini sudah cukup bagus, hal ini bisa dilihat dari prestasi belajar yang dicapai oleh akseleran (murid akselerasi) yang sangat bagus (tuntas, mencapai batas Kriteria Kelulusan Minimal) dan hasil kelulusan nya (alumni) yang diterima di berbagai perguruan tinggi negeri favorit baik di dalam maupun di luar negeri. 5. Kendala-kendala
yang
dihadapi
dalam
penyelenggaraan
program
akselerasi di SMAN 3 Surakarta antara lain: a. Beban belajar yang lebih berat bagi siswa, karena perbedaan mendasar antara program akselerasi dengan program reguler terletak pada
lxxix
alokasi waktu, maka beban belajar yang diterima oleh para siswa menjadi lebih berat, sehingga kadang ditemui siswa kelas akselerasi yang
mengalami
stress
dan
terlihat
jenuh
dengan
kegiatan
pembelajaran yang ada. b. Biaya yang cukup besar dalam penyelenggaraan program akselerasi.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka implikasi hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Implikasi Praktis Berdasarkan hasil penelitian ini dapat juga dijadikan pertimbangan dan masukan bagi pihak sekolah khususnya untuk masalah biaya pendidikan untuk program akselerasi, hal ini perlu mendapat perhatian secara penuh agar biaya yang dibebankan kepada siswa tidak terlalu tinggi.
2. Implikasi Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah yang akan dan sedang melaksanakan program akselerasi agar dapat memperhatikan secara penuh dalam hal penyeleksian siswa, penyeleksian tenaga pendidik, penggunaan kurikulum, dan metode mengajar yang digunakan serta penyediaan sarana prasarana, hal ini dilakukan agar penyelenggaraan program akselerasi berhasil dengan baik.
C. Saran Dari analisis yang dilakukan, kesimpulan, dan implikasi yang telah diambil, maka peneliti dapat memberikan masukan sebagai berikut: 1. Selama proses pembelajaran dalam program akselerasi, ditemukan beberapa siswa yang mengalami stress. Oleh kerena itu, sebaiknya sekolah memberikan layanan konsultasi dengan psikolog secara rutin minimal sebulan sekali agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat terpantau dengan baik.
lxxx
2. Mengingat banyak siswa yang mengalami stress karena beban belajar yang berat selama mengikuti program akselerasi maka sekolah diharapkan lebih memperketat penyeleksian siswa yang akan masuk program akselerasi. Dengan demikian, tidak ditemukan lebih banyak lagi siswa yang mengalami stress saat mengikuti program akselerasi. 3. Penyelenggaraan program akselerasi membutuhkan biaya yang banyak, selama ini beban biaya ditanggung oleh orang tua siswa yang mengikuti program akselerasi dan bantuan dari pemerintah. Oleh karena itu, untuk mengurangi bean biaya yang ditanggung oleh orang tua siswa, sebaiknya pihak sekolah menjalin kerjasama dengan komite sekolah.
lxxxi
DAFTAR PUSTAKA
Burhan Bungin. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada Conny Semiawan. 1997. Persfektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2007. Pendidikan Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Berkecerdasan Istimewa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Hadari Nawawi. 1998. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada University press H.B. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press. Herry Widyastono. 2008. Sistem Percepatan Kelas (Akselerasi) Bagi Siswa Yang Memiliki Kemampuan Dan Kecerdasan Luar Biasa. http://bbawor.blogspot.com./2008/03/sistem-percepatan-kelas-akselerasi bagi.html. http://www.sampoernafoundation.org/content/view/205/105/lang,id/ http://www.smun3slo.sch.id/index.php?option=com_content&task=view&id=13& Itemid=29&limit=1&limitstart=1 http://www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu=profile&pro=50 Ilman Soleh, SS. 2007. Quovadis Akselerasi di Tingkat Pendidikan Dasar. http://re-searchengines.com/0107ilman.html Lexy J. Moleong, M. A. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Mandar Maju. Reni Akbar-Hawari. 2001. Panduan Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar. Jakarta: Grasindo. .2001. Indonesia Press.
Keberbakatan
Intelektual.
Jakarta:
Universitas
. 2002. Identifikasi Keberbakatan Intelektual Melalui Metode Non Tes. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
lxxxii
. 2004. Akselerasi A-Z Informasi Program Percepatan Belajar Dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta : Gramedia. Republika. Sekitar 20 persen siswa SD dan SLTP di beberapa provinsi memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa namun berisiko tinggal kelas. Mengapa demikian?. S. Nasution, M.A. 2003. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Soedomo Hadi, SU, dkk, 2000. Pengantar Pendidikan. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press. Suharsimi Arikunto. 2004. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Suratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal Dan Program Pendidikannya. Jakarta : PT Bumi Aksara. SW
Widodo. 2006. Optimalisasi Akselerasi http://www.suaramerdeka.com/harian/0602/13/opi3.htm
Pendidikan.
Utami Munandar. 1982. Pemanduan Anak Berbakat suatu studi penjajakan. Jakarta : CV. Rajawali . 1992. Mengembangkan Anak Berbakat Dan Kreatifitas Anak Sekolah. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia. .1993. Bunga Rampai: Anak-Anak Berbakat Pembinaan Dan Pendidikannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. . 2004. Pengembangan Bakat Dan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta
lxxxiii