s'/2, =f vtrN KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN Jl. M.l. Ridwan Rais No. 5 Gedung I Lt.6 Jakarta Telp. 021 -3840986 Fax. 021 -3840986
101 10
KEPUTUSAIiI DIREIffTJRJETIDERAL Sf,AI{DARDISASI DAI'T PERLINDT,NGAI{ KONST,MEI{
NOMOR
:
901
/SPK/ruP/L2/Zotl TEI{TANG
SYARAT TEHNIS GE[,A,S IJKI]R
DIREI(TT'R JENDERAL STANDARDISA,SI DAN PERLITIDI'NGATi[ KONS['MEI{,
Menimbang : a.
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/3 I20IO
tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan
b.
c.
Mengingat :
1.
2.
Perlengkapannya (UTTP) Yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang, perlu mengatur Syarat Teknis Gelas Ukur; bahwa penetapan Syarat Teknis Gelas Ukur, diperlukan untuk mewujudkan kepastian hukum dalam pemeriksaan, pengujian, dan penggunaan Gelas Ukur sebagai upaya menjamin kebenaran pengukuran volume; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen tentang Syarat Teknis Gelas Ukur; Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3193);
39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor
Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a9$); .J.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera danlatau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3283); 4.
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1987 tentang Satuan Turunan, Satuan Tambahan, dan Satuan Lain Yang Berlaku (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun l9B7 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3351);
Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Nomor : 901 /SPK/KEP/ Lz / Zotl 5.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2OO7 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah KabupatenlKota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO7 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor a737); 6. Keputusan Presiden Nomor B4lP Tahun 2OO9 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 59lP Tahun 2Oll; 7.
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun
B.
20ll;
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 20i0 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2Oll; 9.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 6IlMPPlKepl2ll99B tentang Penyelenggaraan Kemetrologian sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan 2stlMPPIKepl6lteee;
Nomor
10. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 635 I MPP/Kep I lO I 2OO4 tentang Tanda Tera;
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
11.
50/MDAG/PERllOl2OO9 tentang Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis Metrologi Legal;
12.
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
51/MDAG/PER I 10 12009 tentang Penilaian Terhadap Unit Pelaksana Teknis dan Unit Pelaksana Teknis Daerah Metrologi Legal;
13.
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
OB/M-
DAG/PER/3/2O7O tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) Yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang; 14.
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 3 / MDAG/PER l7l2010 tentang Organisasi dan Tata Keqa 1
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia;
Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Nomor : 901/SPK/KEP / L2/ ?OLL
MEMUTUSI(AN:
Menetapkan
:
KESATU :
Memberlakukan Syarat Teknis Gelas Ukur yang selanjutnya disebut ST Gelas Ukur sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen ini.
KEDUA
:
ST Gelas Ukur sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU merupakan pedoman bagi petugas daiam melaksanakan kegiatan tera dan pengawasan Geias Ukur.
KETIGA
:
Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal L4 Desember
ZOLL
DIREKTUR JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN,
1L
OC,JLL
NUS NUZULIA ISHAK
I"{MPIRAN KEPUTUSAN DIREKTURJENDEML SIANDARDISASI DAN PERUNDL]I\GAN KONSUMEN
NOMOR : 901/SPK/KEp /L2/2OLl TANGGAL : 14 Desember ?OLL
DAFTAR ISI
BAB
I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Pengertian BAB
II
Persyaratan Administrasi
2.1. 2.2. 2.3. 2.4, BAB
III
Ruang Lingkup Penerapan
Identitas Persyaratan Gelas Ukur Sebelum Peneraan
Persyaratan Teknis dan Persyaratan Kemetrologian
1. Persyaratan Teknis 3.2. Persyaratan Kemetrologian 3.
BAB
IV
Pemeriksaan dan Pengujian
4.1. Pemeriksaan 4.2. Pengujian Tera BAB
V
Pembubuhan Tanda Tera
5.1. Pembubuhan 5.2. Tempat Pembubuhan BAB
VI
Penutup
IREKT.UR JENDE J] ERAL STAN f NDARD ARDISASI )NSUME DAN PERL ILINDU U UNGANI KOT UMEN,,
T[,,-L,L NUS JS NUzZVLIA ISHA AK
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan Alatalat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP). Dalam ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, mengamanatkan pengaturan UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang, dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duanya, serta syaratsyarat yang harus dipenuhi. Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang adalah UTTP yang dipakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk kepentingan umum, usaha, menyerahkan atau menerima barang, menentukan pungutan atau upah, menentukan produk akhir dalam perusahaan, dan melaksanakan peraturan perundang-undangan. Gelas Ukur adalah UTTP yang digunakan untuk mengukur volume cairan seperti alkohol, air bersih, dan lain sebagainya yang dapat menentukan produk akhir cairan tersebut. Oleh karena itu, Gelas Ukur yang digunakan harus dapat memenuhi kriteria tertentu yang ditentukan oleh suatu peraturan perundang-undangan. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin kebenaran hasil pengukuran dan dalam upaya menciptakan kepastian hukum. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun suatu syarat teknis Gelas Ukur sebagai pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera serta pengawasan Gelas Ukur. 1.2. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan tera Gelas Ukur. 2. Tujuan Tersedianya pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera serta pengawasan Gelas Ukur. 5
1.3. Pengertian Dalam Syarat Teknis ini yang dimaksud dengan: 1. Kapasitas nominal Gelas Ukur adalah volume air pada suhu dasar ketika Gelas Ukur tersebut diisi sampai skala tertingginya. 2. Suhu dasar adalah nilai suhu khusus dimana volume cairan yang diukur dikonversikan. 3. Pernyataan “diisi sampai skala” adalah titik terendah meniskus air berada pada bagian ujung atas dari skala Gelas Ukur, ketika Gelas Ukur tersebut ditempatkan pada permukaan datar yang horizontal, seperti terlihat pada Gambar 1.1.
meniskus skala
Gambar 1.1 Meniskus air pada leher Gelas Ukur
6
BAB II PERSYARATAN ADMINISTRASI
2.1 Ruang Lingkup Syarat Teknis ini mengatur tentang persyaratan teknis dan persyaratan kemetrologian bagi Gelas Ukur. 2.2 Penerapan Syarat Teknis ini berlaku untuk Gelas Ukur yang kapasitas nominalnya ditandai. 2.3 Identitas 1. Gelas Ukur harus memuat tanda-tanda sebagai berikut: a. penunjukan angka kapasitas nominal; b. simbol “ml” atau “cm3” untuk menunjukkan satuan volume, untuk 1000 ml atau 2000 ml dapat digunakan satuan liter untuk mengganti mililiter; c.
tulisan suhu dasar (misalnya 20 oC);
d. singkatan “IN” atau “EX” untuk menunjukkan Gelas Ukur diset terhadap isi seperti yang ditunjukkan oleh kapasitasnya; e.
untuk Gelas Ukur Tipe 1a dan Tipe 1b terdapat tulisan huruf “A” atau “B” untuk menunjukkan kelas akurasi dan toleransinya;
f.
nama atau merek Gelas Ukur;
g.
dalam hal tutup atau penyumbat Gelas Ukur (Tipe 1b) dapat dipertukarkan, nomor ukurannya harus dicantumkan;
h. tipe bahan gelas yang digunakan. 2. Gelas Ukur kelas B harus mencantumkan nomor identifikasi individual, dalam hal Gelas Ukur dilengkapi dengan penyumbat (Tipe 1b) dan penyumbatnya hanya untuk satu Gelas Ukur saja maka nomor identifikasi individual harus pada penyumbat dan Gelas Ukurnya.
7
2.4 Persyaratan Gelas Ukur Sebelum Peneraan 1. Persyaratan sebelum dilakukan tera
a. Untuk Gelas Ukur asal impor harus memiliki: 1) surat Izin Tipe; dan 2) Label Tipe yang melekat pada Gelas Ukur. b. Untuk Gelas Ukur produksi dalam negeri harus memiliki: 1) surat Izin Tanda Pabrik; dan 2) label yang memuat merek pabrik dan nomor surat Izin Tanda Pabrik. 2. Persyaratan sebelum dilakukan tera ulang
Untuk Gelas Ukur tidak dilakukan tera ulang.
8
BAB III PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN
3.1. Persyaratan Teknis 1. Bahan Gelas Ukur harus terbuat dari bahan gelas hydrolytic yang dalam proses pembuatannya harus terbebas dari visible defects dan internal stress. 2. Konstruksi a. Ketebalan dinding Gelas Ukur harus mempunyai konstruksi yang cukup kuat dan berdiri kokoh untuk keperluan penggunaan di laboratorium, dan mempunyai dinding dengan ketebalan yang seragam. b. Stabilitas Gelas Ukur harus berdiri vertikal tidak berayun-ayun dan tidak berputar ketika ditempatkan di permukaan datar. Gelas Ukur tidak terguling pada saat isinya kosong ketika ditempatkan pada permukaan yang mempunyai kemiringan 15° dari garis horizontal. c. Dasar Dasar Gelas Ukur dapat menyatu ataupun terpisah, dasar yang terpisah dapat terbuat dari plastik atau bahan lain yang sesuai, dan bentuknya dapat berupa heksagonal ataupun bentuk lain yang sesuai. d. Leher dan penyumbat Leher pada Gelas Ukur Tipe 1b harus mempunyai ukuran soket yang sesuai. e. Bahan penyumbat Penyumbat terbuat dari bahan gelas atau plastik. Bila penyumbat diperuntukkan hanya untuk Gelas Ukur tertentu saja, maka harus dibubuhkan penandaan berupa nomor identifikasi. f. Dimensi Gelas Ukur Tipe 1 (a dan b) harus mempunyai dimensi yang sesuai dengan persyaratan seperti yang tercantum pada Tabel 3.1. Dalam kasus Gelas Ukur dengan leher penyumbat, tinggi keseluruhan dihitung sampai dengan bagian bawah leher penyumbat seperti tampak pada Gambar 1 untuk Tipe 1b. Gelas Ukur Tipe 2 harus mempunyai dimensi yang sesuai dengan persyaratan seperti yang tercantum pada Tabel 3.2.
9
3.2. Persyaratan Kemetrologian Persyaratan Kemetrologian Gelas Ukur 1. Tipe dan Kelas Akurasi a. Gelas Ukur terdiri dari 3 tipe, yaitu : 1) Tipe 1a (bentuk tinggi kurus dengan leher dilengkapi pipa limpah); 2) Tipe 1b (bentuk tinggi kurus dengan leher dilengkapi sumbat); 3) Tipe 2 (bentuk pendek gemuk dengan leher dilengkapi pipa limpah). b. Berdasarkan akurasi penyetelan terhadap nilai nominalnya, Gelas Ukur dibagi ke dalam 2 kelas akurasi, yaitu : 1) Kelas A untuk tingkat tinggi (hanya Tipe 1a dan Tipe 1b); 2) Kelas B untuk tingkat rendah.
Gambar 3.1 Bentuk-bentuk dari Gelas Ukur
10
2. Kapasitas dan Dimensi Kapasitas nominal dan dimensi dari Gelas Ukur harus sesuai dengan tabel 3.1 dan tabel 3. 2. Tabel 3.1 Dimensi dan Subdivisi Gelas Ukur Tipe 1a dan Tipe 1b Kapasitas Nominal
Tinggi Keseluruhan (maksimum)
Jarak dari skala tertinggi ke ujung atas gelas (minimum)
ml 5 10 25 50 100 250 500 1000 2000
mm 115 140 170 200 260 335 390 470 570
mm 20 20 25 30 35 40 45 50 50
Jarak dari dasar bagian dalam gelas ke skala tertinggi (minimum) mm 55 65 85 110 145 200 250 310 380
Subdivisi
Kapasitas pada skala terendah (maksimum)
ml 0,1 0,2 0,5 1 1 2 5 10 20
ml 1,0 1,4 2,5 5 10 26 50 100 200
Tabel 3.2 Dimensi dan Subdivisi Gelas Ukur Tipe 2 Kapasitas Nominal
Tinggi Keseluruhan (maksimum)
Jarak dari skala tertinggi ke ujung atas gelas (minimum)
ml 5 10 25 50 100 250 500 1000 2000
mm 80 100 125 150 170 220 255 295 345
mm 25 30 30 30 35 35 50 50 50
Jarak dari dasar bagian dalam gelas ke skala tertinggi (minimum) mm 30 40 65 90 90 125 160 190 240
11
Subdivisi
Kapasitas pada skala terendah (maksimum)
ml 0,5 1 1 1 atau 2 2 5 10 20 50
ml 1 2 5 10 12 30 60 100 200
3. Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD) Kesalahan penunjukan Gelas Ukur harus lebih kecil dari BKD seperti dapat terlihat dalam Tabel 3.3 untuk Gelas Ukur Tipe 1 dan tabel 3.4 untuk Gelas Ukur Tipe 2. Tabel 3.3 Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD) Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD) Kelas A Kelas B ml ml 0,05 0,1 0,1 0,2 0,25 0,5 0,5 1 0,5 1 1 2 2,5 5 5 10 10 20
Kapasitas Nominal ml 5 10 25 50 100 250 500 1000 2000
Tabel 3.4 Batas Kesalahan yang Diizinkan Gelas Ukur Tipe 2 Kapasitas Nominal ml 5 10 25 50 100 250 500 1000 2000
Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD) Kelas B ml 0,2 0,3 0,5 1 1 2 5 10 20
12
BAB IV PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
4.1. Pemeriksaan Pemeriksaan Gelas Ukur terdiri atas : 1. Pemeriksaan terhadap pemenuhan persyaratan Gelas Ukur sebelum ditera, sebagaimana dimaksud pada Sub Bab 2.4; 2. Pemeriksaan kesesuian penandaan, sebagaimana dimaksud pada Sub Bab 2.3; 3. Pemeriksaan terhadap pemenuhan persyaratan bahan dan konstruksi, sebagaimana dimaksud pada Sub Bab 3.1. 4.2. Pengujian Tera Pengujian Gelas Ukur dalam rangka tera sesuai dengan Lampiran 1 Syarat Teknis ini.
13
BAB V PEMBUBUHAN TANDA TERA
5.1. Pembubuhan Pada Gelas Ukur tidak dimungkinkan dibubuhkan Tanda Sah, sehingga dibubuhkan pada Surat Keterangan Hasil Pengujian (SKHP). Bentuk dan ukuran Tanda Sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 5.2. Tempat Pembubuhan 1. Tera a. Tanda Sah Logam ukuran 6 mm (SL6) dibubuhkan di bagian tengah bawah SKHP dengan menggunakan lak. b. Pada SKHP tersebut sekurang-kurangnya harus mencantumkan halhal sebagai berikut : 1) Kop surat Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Metrologi Legal setempat; 2) Identitas/penandaan Gelas Ukur, sebagaimana dimaksud pada Sub Bab 2.3; 3) Pemilik Gelas Ukur; 4) Masa berlaku sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; 5) Metode pengujian, telusuran;
standar
ukuran
yang
digunakan
6) Tanggal pengujian; 7) Nama pegawai yang berhak yang melakukan pengujian; 8) Lokasi pengujian dan kondisi pengujian; dan 9) Hasil pengujian (volume sebenarnya dan ketidakpastiannya). 2. Tera Ulang Untuk Gelas Ukur tidak dilakukan tera ulang.
14
dan
BAB VI PENUTUP
Syarat Teknis Gelas Ukur merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan tera Gelas Ukur serta pengawasan Gelas Ukur, guna meminimalkan penyimpangan penggunaan Gelas Ukur dalam transaksi serta upaya untuk mewujudkan tertib ukur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.
15
Lampiran 1 PROSEDUR PENGUJIAN GELAS UKUR
1. Tujuan Prosedur ini bertujuan memberikan panduan dalam melakukan pengujian gelas ukur dengan metoda gravimetrik. 2. Ruang Lingkup a. Prosedur ini khusus untuk menguji gelas ukur yang terbuat dari gelas. b. Prosedur ini digunakan untuk menentukan volume air yang mengisi atau yang dipindahkan dari gelas ukur dengan memperhitungkan buoyancy udara dan massa jenis air pada suhu dasar. c. Prosedur ini berlaku untuk gelas ukur tipe IN dan tipe EX. 3. Peralatan dan Bahan yang Diperlukan a. Peralatan 1) Timbangan elektronik dengan daya baca 0,1 mg atau lebih teliti. 2) Thermometer dengan daya baca 0,1 oC atau lebih teliti. 3) Hygrometer dengan daya baca 1 % atau lebih teliti. 4) Stopwatch dengan daya baca 0,1 sekon atau lebih teliti. 5) Barometer. 6) Alat bantu penghisap air. 7) Klem dan statif. 8) Lap dan pinset. 9) Kaus tangan. 10) Kaca pembesar 11) Waterpas b. Bahan 1) Air suling atau aquades. 2) Cairan pembersih (KMnO 4 , NaOH, KOH, ethanol, sabun atau air jernih). 3) Cairan pembilas (aquades). 4. Dokumen yang Diperlukan a. Cerapan pengujian; b. Sertifikat timbangan; c. Sertifikat thermometer; d. Sertifikat termohygrometer; e. Sertifikat barometer;
16
5. Langkah-Langkah Pengujian a. Persiapan 1) Pastikan timbangan elektronik dan thermometer yang akan digunakan mempunyai sertifikat yang masih berlaku. 2) Pastikan timbangan elektronik dan thermometer yang akan digunakan mempunyai ketelitian yang sesuai. 3) Pastikan aquades yang digunakan telah dilengkapi dengan sertifikat pengujian atau aquades diuji terlebih dahulu massa jenisnya. 4) Periksa kondisi peralatan standar dan peralatan bantu berfungsi dengan baik. 5) Pastikan bahwa konsisi (suhu dan kelembaban) laboratorium dalam keadaan berfungsi dengan baik. 6) Cuci dan bersihkan gelas ukur yang akan diuji dan perlengkapan gelas lainnya dengan cairan pembersih sebagai berikut: - Cuci gelas ukur dengan menggunakan air bersih yang mengalir. - Bilas gelas ukur dengan menggunakan aquades. - Keringkan gelas ukur dengan menggunakan lap khusus. - Kondisikan gelas ukur selama 1 jam sehingga tercapai keseimbangan suhu antara gelas ukur yang akan diuji dengan kondisi ruangan. - Sebelum penimbangan pastikan dinding bagian luar gelas ukur tersebut harus selalu kering dan bersih. - Catat/rekam data teknis gelas ukur yang akan diuji ke dalam cerapan pengujian. 7) Catat/rekam suhu aquades; suhu ruangan; tekanan udara dan kelembaban udara. b. Pelaksanaan pengujian gelas ukur tipe IN 1) Timbang gelas ukur dalam keadaan kosong. 2) Catat suhu aquadest dalam container. 3) Tempatkan gelas ukur dalam permukaan bidang datar. 4) Isi gelas ukur dengan aquades sampai permukaan aquades berada sedikit dibawah garis skala tertentu yang diinginkan. 5) Tambah aquades sedikit demi sedikit secara perlahan dan hati-hati menggunakan pipet yang diteteskan dekat dengan permukaan cairan. 6) Pastikan permukaan luar gelas ukur harus selalu kering. 7) Pastikan tidak ada cairan yang menempel pada dinding bagian dalam di atas skala gelas ukur. 8) Pastikan tidak ada gelembung udara atau sabun yang berada dalam air karena dapat mengganggu pembacaan.
17
9) Perhatikan meniskusnya dan hindari goyangan yang tidak perlu karena dapat berakibat pada perubahan bentuk meniskus. 10) Timbang gelas ukur yang berisi aquades. 11) Catat suhu aquadest (selama pengujian diusahakan deviasi suhu air harus berada pada ±0,1 oC). 12) Setiap kali penimbangan baik kosong maupun berisi dilakukan secara singkat dan cepat untuk meminimalkan pengaruh penguapan aquades yang
dapat
terjadi
dan
untuk
memastikan
suhu
pada
saat
penimbangan massa kosong dan massa isi masih berada pada suhu yang sama. 13) Catat suhu ruangan dan kelembaban udara (pastikan deviasi suhu awal dan suhu akhir pengujian masih berada pada ± 0.5
oC
dan
kelembaban pada ± 10%). 14) Ulangi langkah 1) sampai 13) secara berurutan sebanyak 3 kali. 15) Ulangi langkah 14) untuk titik pengukuran berikutnya, minimal 3 titik pengukuran. 16) Bersihkan timbangan setelah selesai melakukan pengujian. c. Pelaksanaan pengujian gelas ukur tipe EX 1) Catat suhu aquades dalam container. 2) Tempatkan gelas ukur dalam permukaan bidang datar. 3) Isi gelas ukur tersebut dengan aquades sampai permukaan air berada sedikit di bawah garis skala tertentu yang diinginkan. 4) Kosongkan gelas ukur dengan memperhatikan waktu tetesan yaitu menahan gelas ukur selama 30 detik pada posisi terbalik ketika aliran air yang keluar dari gelas ukur berubah menjadi tetesan. 5) Lap tetesan terakhir yang melekat pada bibir leher gelas ukur menggunakan tissue kering (kain kering). 6) Periksa permukaan luar gelas ukur harus selalu kering. 7) Pastikan tidak ada cairan yang menempel pada dinding bagian dalam di atas nominal skala yang sedang diuji. 8) Timbang gelas ukur tersebut dalam keadaan kosong. 9) Pindahkan gelas ukur dari timbangan kemudian isi dengan aquades sampai permukaan air berada sedikit di bawah garis skala tertentu yang diinginkan. 18
10) Tambah aquades sedikit demi sedikit secara perlahan dan hati-hati menggunakan pipet yang diteteskan dekat dengan permukaan cairan, 11) Periksa permukaan luar gelas ukur harus selalu kering. 12) Pastikan tidak ada cairan yang menempel pada dinding bagian dalam di atas nominal skala yang sedang diuji. 13) Pastikan tidak ada gelembung udara yang berada dalam air karena dapat mengganggu pembacaan. 14) Perhatikan meniskusnya dan hindari goyangan yang tidak perlu karena dapat berakibat pada perubahan bentuk meniskus. 15) Timbang gelas ukur yang berisi aqudes tersebut. 16) Catat suhu aquades (selama pengujian diusahakan deviasi suhu air harus berada pada ±0,1 oC). 17) Setiap kali penimbangan baik kosong maupun berisi dilakukan secara singkat dan cepat untuk meminimalkan pengaruh penguapan air yang dapat terjadi dan untuk memastikan suhu pada saat penimbangan massa kosong dan massa isi masih berada pada suhu yang sama. 18) Ulangi langkah 1) sampai 17) secara berurutan, minimal 3 kali pengukuran untuk setiap satu titik pengukuran. 19) Ulangi langkah 18) untuk titik pengukuran berikutnya, (minimal 3 titik pengukuran yang tersebar dari skala minimum sampai maksimum). 20) Bersihkan timbangan setelah selesai melakukan pengujian. 6. Perhitungan volume sebenarnya Volume sebenarnya gelas ukur yang diuji pada suhu dasar t r dalam satuan mililiter (ml) adalah :
dimana :
𝑉𝑉(𝑡𝑡𝑟𝑟 ) = 999,85 × (𝐼𝐼𝐿𝐿 − 𝐼𝐼𝐸𝐸 ) × �
1 � × (1 − 𝛾𝛾(𝑡𝑡 − 𝑡𝑡𝑟𝑟 )) 𝜌𝜌𝑎𝑎 − 1,2
V(t r ) : volume sebenarnya gelas ukur pada suhu dasar (ml) IL
: pembacaan timbangan ketika gelas ukur berisi aquades (g)
IE
: pembacaan timbangan ketika gelas ukur kosong (g)
ρa
: massa jenis aquades pada kondisi pengujian (kg/m3)
19
7. Perhitungan ketidakpastian a. Massa gelas ukur kosong (I E ) 1) Ketidakpastian baku 𝑈𝑈𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (𝐼𝐼𝐸𝐸 ) 𝑢𝑢1 = 𝑘𝑘 dimana U timbangan (I E ) : ketidakpastian penunjukan timbangan pada muatan I E berdasarkan sertifikat timbangan. k : faktor cakupan 2) Koefisien sensitifitas 𝑉𝑉(𝑡𝑡𝑟𝑟 ) 𝑐𝑐1 = (𝐼𝐼𝐿𝐿 − 𝐼𝐼𝐸𝐸 ) b. Massa gelas ukur berisi aquades (I L ) 1) Ketidakpastian baku 𝑈𝑈𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (𝐼𝐼𝐿𝐿 ) 𝑢𝑢2 = 𝑘𝑘 dimana U timbangan (I L ) : ketidakpastian penunjukan timbangan pada muatan I L berdasarkan sertifikat timbangan. k : faktor cakupan 2) Koefisien sensitifitas − 𝑉𝑉(𝑡𝑡𝑟𝑟 ) 𝑐𝑐2 = (𝐼𝐼𝐿𝐿 − 𝐼𝐼𝐸𝐸 ) c. Massa jenis aquades (ρ a ) 1) Ketidakpastian baku 𝑢𝑢3 = 0,05 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑚𝑚3
2) Koefisien sensitifitas 𝑐𝑐3 =
− 𝑉𝑉(𝑡𝑡𝑟𝑟 ) (𝜌𝜌𝑎𝑎 − 1,2)
d. Koefisien muai kubik bahan gelas ukur (γ) 1) Ketidakpastian baku 𝑢𝑢4 =
0,1𝛾𝛾 √3
2) Koefisien sensitifitas 1 𝑐𝑐4 = −999,85 × (𝐼𝐼𝐿𝐿 − 𝐼𝐼𝐸𝐸 ) × � � × (𝑡𝑡 − 𝑡𝑡𝑟𝑟 ) 𝜌𝜌𝑎𝑎 − 1,2 20
e. Suhu aquades (t) 1) Ketidakpastian baku 𝑢𝑢5 =
𝑈𝑈𝑡𝑡ℎ𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 𝑘𝑘
dimana
U thermometer : ketidakpastian penunjukan thermometer berdasarkan sertifikatnya. k : faktor cakupan 2) Koefisien sensitifitas 1 𝑐𝑐5 = −999,85 × (𝐼𝐼𝐿𝐿 − 𝐼𝐼𝐸𝐸 ) × � � × 𝛾𝛾 𝜌𝜌𝑎𝑎 − 1,2
f. Penyetelan meniskus
1) Ketidakpastian baku 𝑢𝑢6 =
0,1 𝑥𝑥 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 2√3
dimana
BKD : batas kesalahan yang diijinkan gelas ukur 2) Koefisien sensitifitas 𝑐𝑐6 = 1 g. Repeatability
1) Ketidakpastian baku 𝑢𝑢7 =
𝑉𝑉(𝑡𝑡𝑟𝑟 ) max − 𝑉𝑉(𝑡𝑡𝑟𝑟 ) 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
dimana
2√3
V(t r ) max : nilai maksimum volume sebenarnya gelas ukur V(t r ) min : nilai minimum volume sebenarnya gelas ukur 2) Koefisien sensitifitas 𝑐𝑐7 = 1 h. Ketidakpastian baku gabungan 7
𝑢𝑢𝑐𝑐 = �� 𝑐𝑐𝑖𝑖2 𝑢𝑢𝑖𝑖2 𝑖𝑖=1
i. Ketidakpastian yang diperluas 𝑈𝑈 = 2𝑢𝑢𝑐𝑐
21
Lampiran 2 CONTOH CERAPAN PENGUJIAN GELAS UKUR Pemilik Alamat Data Teknis Merek Buatan Tipe No. seri Kapasitas Kelas Jenis Massa jenis
ml IN atau EX
Data Pengujian Nama penguji Tempat pengujian Tanggal pengujian Suhu ( ± Kelembaban ( ± Tekanan udara ( ±
) oC )% ) kPa
kg/m3
Koefisien muai kubik
/oC
Hasil Pengujian Titik Pengujian (ml)
Massa Gelas Ukur Kosong (I E )
Massa Gelas Ukur Isi (I L )
Suhu Aquades (t)
22
Massa Jenis Aquades (kg/m3)
Rata-Rata Volume Volume Sebenarnya Sebenarnya (ml) (ml)
Perhitungan Ketidakpastian No.
Parameter
1
Massa gelas ukur kosong
2
Massa gelas ukur isi
3
Massa jenis aquades
4
Koef. muai bahan
5
Suhu aquades
6
Penyetelan meniskus
7
Repeatability
Koefisien Ketidakpastian Sensitifitas Baku (c i ) (u i )
ui x ci
Σ(u i x c i )2 Ketidakpastian baku gabungan u c Ketidakpastian yang diperluas U
23
(u i x c i )2