1.`PENDAHULUAN Dewasa ini perekonomian dunia telah berkembang dengan begitu pesatnya yang antara lain ditandai dengan kemajuan dibidang teknologi informasi, persaingan ketat, dan pertumbuhan inovasi yang luar biasa yang menyebabkan banyak perusahaan juga mengubah cara mereka menjalankan bisnis. Agar dapat terus bertahan dengan cepat perusahaan-perusahaan mengubah dari bisnis yang berdasarkan labor based business (tenaga kerja) kearah knowledge based business (bisnis berdasarkan pengetahuan), dengan karakteristik utamanya adalah ilmu pengetahuan. Seiring dengan perubahan ekonomi yang memiliki karakteristik ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management) maka kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri. Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka modal yang konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh bagaimana cara menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis, yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing (Rupert 1998). Banyak perusahaan di Indonesia masih cenderung menggunakan konsep conventional based dalam membangun bisnisnya hal ini tentu saja menyebabkan produk yang dihasilkan miskin dengan kandungan teknologi. Maka yang diharapkan adalah perusahaan-perusahaan dapat memahami pentingnya modal intelektual yang berbasis manajemen pengetahuan. Dalam penelitian ini, akan dilakukan penilaian terhadap market performance perusahaan yang mengetengahkan hubungan antara modal intelektual melalui value added intellectual capital coefficient (VAIC ™) yang dikembangkan oleh Pulic (2004) terhadap performa pasar perusahaan yang diukur dengan metode Tobin’s Q yang dikembangkan oleh James Tobin (1969). Metode ini menggunakan perhitungan market value of equity ditambah total liabilities dibagi dengan total assets. Dalam penelitian sebelumnya, dapat dilihat bahwa intellectual capital yang terdiri dari human
capital dan structure capital serta social capital mempunyai hubungan positif terhadap market performance perusahaan. Tema dalam penelitian ini adalah mencari adakah hubungan antara modal intelektual dengan market performance perusahaan baik saat ini atau masa yang akan datang. Pertanyaan diatas akan dijawab dengan melihat laporan keuangan tahunan perusahaan sampel. Penelitian ini mengambil sampel 30 perusahaan publik di BEI berdasarkan tingkat market capitalization terbaik dari periode 2004-2007.
2. TELAAH PUSTAKA 2.1
Modal Intelektual Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pengelolaan, pengukuran dan
pengungkapan modal intelektual harus dipahami lebih dulu apa sebenarnya yng dimaksud dengan modal intelektual. Berikut ini adalah bebrapa pengertian modal intelektual menurut versi mereka: 1. Stewart, pengarang Inteletual Capital, The New Wealth of Organization (seperti dikutip oleh Osborne (1998:37)) mendefinisikan modal intelektual sebagai bahan baku intelektual seperi pengetahuan, informasi, property intelektual, pengalaman, yang secara bersama-sama digunakan untuk menciptakan kesejahteraan dalam perusahaan. 2. Menurut Williams 2001 yang dikutip Bambang Purnomosidhi (2006) , modal intelektual adalah informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai. Perusahaan yang telah menyadari nilai yang terkandung dalam modal intelektual merasa perlu untuk mencari suatu cara mengukur nilai tersebut, baik yang berhubungan dengan nilai modal intelektual itu sendiri maupun pengukuran dampak pengelolaan modal intelektual terhadap perusahaan. 2.2
Value Added Intellectual Coefficient (VAIC ™) Seiring dengan perkembangannya, telah dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai modal intelektual. Berdasarkan perkembangan penelitian di bidang social, dinyatakan bahwa belum ada teori dan skema klasifikasi dari intellectual capital yang
diterima secara umum (Holland,1999). Akan tetapi, berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, dapat diidentifikasi bahwa pengukuran metode-metode intellectual capital dapat digolongkan menjadi dua yakni pengukuran dengan penilaian moneter dan pengukuran dengan nilai non-moneter. Beberapa metode pengukuran intelectual capital dengan penilaian non-moneter, yaitu (Tan, Plowman, Hancock,2007, Isnawati, Anshori,2007): a. Skandia IC (intellectual capital) Report method; b. Brooking’ s Technology Broker; c. Balanced Scorecard, oleh Kaplan dan Norton; d. IC (intellectual capital)-index; Metode pengukuran intellectual capital dengan penilaian moneter, yaitu : e. Model Economic Value Added; f. Model Market-to-Book Value; g. Metode Tobin’s q; h. Model Pulic’s VAIC™; i. Menghitung intangibles value; Dalam penelitian ini, akan digunakan salah satu dari metode dari model pengukuran dengan penilaian moneter, yaitu metode VAIC™ Value Added Intellectual Coefficient yang dikembangkan oleh Pulic (2004). Model VAIC™ menyajikan value added intellectual capital coefficient yang merupakan gabungan dari ketiga keofisien sebagai berikut: 2.2.1 The Physical Capital Coefficient Pyhsical capital coefficient adalah nilai tambah (value added) yang didasarkan pada physical capital. Untuk mendapatkan pengertian secara utuh mengenai efisiensi dari penciptaan nilai (value added) yang berasal dari sumber daya, physical atau financial capital perlu untuk dimasukkan ke dalam formulasi intellectual capital (Pulic, 2004). Hal ini dikarenakan modal intelektual tidak dapat menciptakan nilainya sendiri. Oleh karena itu, financial/ physical capital diperlukan supaya modal intelektual dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Physical capital adalah financial capital (modal keuangan), yakni seluruh modal berwujud seperti cash, marketable securities, account receivable, inventories,
land, buildings, machinery, equipment, furniture, fixtures, dan vehicles yang dimiliki oleh perusahaan (Huwitz, et al, 2002). Dalam penelitian ini, koefisien physical capital akan dinyatakan dalam variabel pyhsical capital efficiency (PCE) yang merupakan indikator untuk value added yang dibentuk oleh satu unit physical capital. 2.2.2
The Human Capital Coefficient
Dalam sebuah perusahaan sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya penting. Manusia memiliki peran penting karena banyak dari invisible assets perusahaan terdapat pada manusia (Itami, 1987). Untuk menjaga bakat setiap individu, perusahaan perlu memotivasi setiap individu untuk mengkontribusikan keahlian dan kepintaran mereka demi pencapaian tujuan perusahaan. Edvinson (1997) mengatakan bahwa human capital telah mejadi sumber daya penting untuk inovasi dan strategi pengembangan perusahaan yang tidak bisa dimiliki tetapi hanya bisa disewa oleh perusahaan. Modal manusia juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan.. Dalam penelitian ini, total gaji dan upah merupakan indikator dari modal manusia perusahaan. Koefisien dari human capital di dalam penelitian ini akan dinyatakan dalam variabel human capital coefficient (HCE) yang menunjukkan seberapa banyak value added yang dibentuk dari tiap satuan mata uang (rupiah) yang dikeluarkan untuk membayar karyawan yang ada dan bekerja di perusahaan. 2.2.3
The Structural Capital Coefficient
Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya sistem operasional perusahaan, jaringan distribusi, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen, dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki oleh perusahaan. Structural capital mencerminkan kemampuan perusahaan yang berasal dari sistem, proses, struktur, budaya, strategi, kebijakan, dan kemampuan perusahaan melakukan inovasi. Dalam metode Pulic (2004) menyatakan bahwa, structural capital merupakan value added dikurangi dengan human capital. Hal ini disebabkan, karena semakin besar kontribusi dari structural capital, maka semakin sedikit kontribusi human capital dalam
proses penciptaan nilai. Ini berarti bahwa, semakin besar pengaruh structural capital didalam kegiatan operasional perusahaan, maka semakin sedikit keterlibatan karyawan di dalam suatu sistem operasional perusahaan. Di dalam penelitian ini, koefisien structural capital akan menjadi variable structural capital coefficient (SCE) yang mengukur jumlah structural capital yang diperlukan untuk menghasilkan satu Rupiah dari value added dan mengindikasikan peran structural capital dalam penciptaan nilai (Pulic, 2004). Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan model value added intellectual capital (VAIC™) yang terdiri dari dua perhitungan yang dinyatakan oleh Peter Ducker ( 1999): (1) Intellectual capital efficiency (ICE) = HCE+SCE dan (2) Phyical Capital efficiency (PCE) = VA/Asset Jadi VAIC™ merupakan hasil penambahan dari intellectual capital efficiency (ICE) dan physical capital efficiencyt (PCE).
2.3
Market Performance Perusahaan membutuhkan dana dalam mengembangkan bisnisnya. Oleh karena
itu, pasar modal menjadi alternatif pendanaan dimana dana dapat diperoleh dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dana dari perbankan. Perusahaan yang membutuhkan dana, menjual surat berharganya dalam bentuk saham di pasar modal, melalui penawaran perdana kepada publik di pasar primer yang kemudian diperdagangkan di pasar sekunder. Hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh investor sebagai salah satu cara untuk berinvestasi yang disisi lain merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan. Market performance merujuk pada penilaian kinerja perusahaan oleh pasar yang tercemin dari nilai sebuah perusahaan berdasarkan perhitungan harga pasar saham dikalikan dengan jumlah sahamnya yang beredar. Penilaian terhadap kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan melihat nilai lebih yang dimiliki dan kekurangan yang tercermin dari laporan tahunan perusahaan. Untuk melakukan penilaian terhadap kinerja suatu saham (market performance) banyak metode yang digunakan. Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode Tobin’s Q yang dikembangkan oleh James Tobin (1969) dan ukurannya adalah q ratio.
3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan antara modal intelektual (yang diukur melalui physical capital efficiency, human capital efficiency, dan structural capital efficiency) dengan market performance (yang diukur dengan metode Tobin’s Q pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua macam variabel, yakni veriabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel modal intelektual (variabel bebas) dan skalanya adalah skala rasio. Sedangkan sebagai variabel terikat, market performance akan diukur dengan metode Tobin’s q dan skalanya adalah skala rasio. Varibel-variabel tersebut dapat diidentifikasikan di dalam Tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Variabel Penelitian, Indikator dan Skala Variabel Market Performance (Variabel Terikat) VAIC (Variabel Bebas)
Indikator = Market value of equity + Total Liabilities
Skala Rasio
Total Assets 1. Physical Capital Efficiency (CEE)
Rasio
PCE = Value added : Assets 2. Human Capital Efficiency
Rasio
HCE = Value added : Human Capital 3. Structural Capital Efficiency
Rasio
SCE = Structural Capital : Value Added Intellectual Capital Efficiency (ICE)
Rasio
(ICE) = HCE + SCE Jadi, VAIC™ = ICE + PCE
Rasio
Keterangan: 1. Value Added
: OP + EC + D + A
Dimana OP = Operating profit, EC = Employed cost, D = Depreciation, dan A = Amortization. 2. Physical Capital
: total asset perusahaan (sebagai indikator dari physical
capital atau modal keuangan). 3. Human Capital
: total beban gaji atau biaya karyawan perusahaan.
4. Structural Capital
: value added − human capital
5. Market Value of Equity: Numbers of common shares outstanding X the year end price.
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Normalitas Bertujuan untukmenguji apakah model regresi, variable independent dan dependen berdistribusi normal atau tidak Pengujian hipotesis : menggunakan Kolmogorov-smirnov test Ho
: Data berdistribusi normal
Ha
: Data tidak berdistibusi normal
Pengambilan Keputusan Jika asymp.sig > 0,05 maka Ho diterima Jika asymp.sig < 0,05 maka Ho ditolak Hasil : Dari hasil pengujian normalitas data dapat diketahui dari 4 indikator yang digunakan selama 4 tahun pengamatan seluruh data
terdistibusi normal
kecuali HCE pada tahun 2005 nilai signifikan kurang dari 0,05 sehingga memiliki data yang tidak terdistribusi normal. 4.2 Pengujian Asumsi klasik a. Uji Multikolinearitas Bertujuan untuk mengetahui apakah antara variable independent mempunyai hubungan langsung (berkorelasi). Ho
: Tidak ada mulitikolinearitas
Ha
: Ada multikolinearitas
Pengambilan Keputusan Jika VIF < 10, maka Ho diterima Jika VIF > 10, maka Ho ditolak Hasil : dari uji multikolinearitas diketahui bahwa seluruh variable independent dalam 4 tahun pengamatan mempunyai VIF < 10 yang berarti tidak ada multikolinearitas sehingga model yang digunakan dalam penelitian ini dapat diteruskan. b. Uji Heterekodeditas Heterskedesitas menunjukkan bahwa varians dari setiap error bersifat heterogen yang berarti melanggar asumsi klasik yang mensyaratkan bahwa varians error harus bersifat homogen. Pengujian menggunakan metode Gletsjer. Pengambilan Keputusan Jika signifikansi (probabilitas) dari thitung < 0.05 Ho ditolak Jika signifikansi (probabilitas) dari thitung > 0.05 Ho diterima Hasil :
Diketahui bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalam
model regresi, karena semua variable independen memiliki signifikan lebih besar dari 0,05. ini berarti Ho diterima dan terbukti model multiple regresi yang digunakan terhindar dari masalah heteroskedastisitas. 4.3 Pengujian Fit Model Untuk melihat berapa proporsi variasi dari variable bebas secara bersama-sama mempengaruhi variable tak bebas lainnya. Karena variable ini independent lebih dari dua maka yang digunakan adalah Addjusted R-Square.
Tabel 4.14 Uji Model Fit Tahun 2004 Model Summaryb
Model 1
R
R Square
.701a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.491
a. Predictors: (Constant), PCE, HCE, SCE b. Dependent Variable: MP
.433
.39733
Durbin-Watson 2.083
Dari hasil pengamatan Regresi berganda diketahui bahwa koefisien determinasi Adjusted R2 = 0,433. Artinya seluruh variable independent, hanya mampu menjelaskan variasi dari variable dependen (Market Performance) adalah 43,3% sedangkan sisanya (100%-43,3%=56,7%) mampu dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model.
Tabel 4.15 Uji Model Fit Tahun 2005 Model Summaryb
Model
R
R Square a
1
.793
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.628
.586
Durbin-Watson
.43973
1.287
a. Predictors: (Constant), PCE, HCE, SCE b. Dependent Variable: MP
Dari hasil pengamatan Regresi berganda diketahui bahwa koefisien determinasi Adjusted R2 = 0,586. Artinya seluruh variable independent, hanya mampu menjelaskan variasi dari variable dependen (Market Performance) adalah 58,6% sedangkan sisanya (100%-58,6%=41,4%) mampu dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model. Tabel 4.16 Uji Model Fit Tahun 2006 Model Summaryb
Model
R
R Square
.790a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.624
.581
.72732
Durbin-Watson 2.502
a. Predictors: (Constant), LogPCE, HCE, SCE b. Dependent Variable: MP
Dari hasil pengamatan Regresi berganda diketahui bahwa koefisien determinasi Adjusted R2 = 0,581. Artinya seluruh variable independent, hanya mampu menjelaskan variasi dari variable dependen (Market Performance) adalah 58,1% sedangkan sisanya (100%-58,1%=41,9%) mampu dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model.
Tabel 4.17 Uji Model Fit Tahun 2007 Model Summaryb
Model
R
R Square
.827a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.685
.648
Durbin-Watson
1.14492
2.592
a. Predictors: (Constant), LogPCE, HCE, SCE b. Dependent Variable: MP
Dari hasil pengamatan Regresi berganda diketahui bahwa koefisien determinasi Adjusted R2 = 0,648. Artinya seluruh variable independent, hanya mampu menjelaskan variasi dari variable dependen (Market Performance) adalah 64,8% sedangkan sisanya (100%-64,8%=35,2%) mampu dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak diikut sertakan dalam model. 4.4 Uji Hipotesis a.Uji F ( Uji Serentak ) Digunakan untuk menguji apakah secara bersama-sama seluruh variable independen terhadap variable dependen. Dasar Pengambilan Keputusan : Berdasarkan probabilitas •
Jika p-value < 0,05, maka Ho ditolak
•
Jika p-value > 0,05, maka Ho gagal ditolak
Hasil : Dalam hipotesis pertama, pada tahun 2004 sampai tahun 2007 secara bersamasama seluruh indicator dalam variable independent mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen serta terhadap hubungan positif antara modal intelektual dengan market performance perusahaan. b. Uji T ( Parsial ) Uji T dilakukan untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas: Jika p-value < tingkat kesalahan (alpha = 0,05), maka Ho ditolak Jika p-value > tingkat kesalahan (alpha = 0,05), maka Ho gagal ditolak
Hasil : Rangkuman Hasil Penelitian Variabel
2004
2005
2006
2007
SCE
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
HCE
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
PCE
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
PENGUJIAN HIPOTESIS KEDUA Rangkuman Persamaan Regresi Variabel
Konstanta
B
VAIC 2004
1,092
0,065
VAIC 2005
1,538
0,009
VAIC 2006
1,712
0,054
VAIC 2007
1,234
0,206
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai koefisien regresi (B) untuk intellectual capital bernilai positif, artinya semakin tinggi intellectual capital maka market performance suatu perusahaan akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi Intellectual Capital yang cenderung meningkat dari tahun 2004-2007 menunjukkan bahwa modal intelektual mempunyai hubungan dengan market performance perusahaan dimasa mendatang. PEMBAHASAN Dalam hipotesis pertama, dari tahun 2004 sampai tahun 2007 terdapat hubungan positif yang signifikan antara modal intelektual dengan market performance perusahaan. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua, juga ditemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara modal intelektual dengan market performance ar perusahaan untuk keempat tahun pengamatan. Hal ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan anatara modal intelektual dengan market performance di masa yang akan datang.
Ketika modal intelektual melalui human capital efficiency perusahaan semakin tinggi, melalui pemanfaatan tenaga kerja secara maksimal dan optimal misalnya seorang karyawan mempunyai keahlian dan kemampuan dalam menyelesaikan lebih dari satu tugas dibandingkan orang lain sehingga dapat meningkatkan kompetensi perusahaan. Kemudian ketika structural capital efficiency semakin tinggi, misalnya ketika perusahaan memperluasjaringan distribusi pemesanan produk melalui penambahan jaringan komputer dan mengguankan fasilitas internet, maka peran tenaga kerja di dalam perusahaan semakin kecil (tidak diperlukan kurir jasa pencarian jaringan distribusi karena adnya kemudahan dari penambahan sistem tersebut) yang mengakibatkan penggunaan modal struktural perusahaan semakin tinggi. Pada akhirnya, perusahaan dapt melakukan beragam kegiatan bisnis lebih banyak lagi. Dengan meningkatnya modal intelektual perusahaan, maka nilai tambah bagi perusahaan akan meningkat maka penilaian pasar terhadap perusahaan secara otomatis akan meningkat. Pasar akan mempunyai penilaian lebih terhadap perusahaan jika perusahaan memiliki nilai modal intelektual yang tinggi dibandingkan dengan nilai asset yang tercatat. Hal tersebut merupakan cerminan dari kinerja perusahaan yang baik. Dalam pengujian parsial (Uji T) yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, ditemukan beberapa hasil pengujian hipotesis yang tidak terdapat pengaruh signifikan. Pada tahun 2004 hanya SCE yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap market performance perusahaan. Kemudian pada tahun 2005 dan 2006 SCE dan HCE yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap market performance perusahaan.
yang memiliki pengaruh yang
signifikan. Dan pada tahun 2007, semua indikator memiliki pengaruh signifikan terhadap market performance perusahaan. Hal ini mungkin saja terjadi karena adanya faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian yang dapat mempengaruhi hubungan modal intelektual dengan market performance perusahaan. Misalnya, technology capital dan yang menjadi salah satu dari indikator modal intelektual yang dapat mempengaruhi market performance. Beberapa variabel memiliki hubungan yang tidak signifikan di beberapa tahun, contohnya SCE yang memiliki hubungan yang tidak signifikan antara tahun 2004 – 2006, hal ini mungkin disebabkan kurangnya mendapat perhatian dari perusahaan akan
indikator ini, karena ketika tahun 2007 dimana angka sturctural capital meningkat dibandingkan tahun sebelumnya maka variabel ini pun langsung memeliki hubungan yang signifikan terhadap market performance perusahaan. Pada variabel HCE terjadi flultuaktif, hal ini dapat dijaga agar tetap signifikan dengan selalu memberi motivasi setiap karyawan untuk mengkontribusikan keahlian dan kepintaran mereka demi pencapaian tujuan perusahaan karena modal manusia merupakan unsur penting dalam modal intelektual sebab disinilah tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Sedangkan pada variabel PCE dalam 4 tahun pengamatan seluruhnya memiliki hubungan yang signifikan hal ini disebabkan karena perusahaan menyadari pentingnya variable ini karena modal intelektual tidak dapat menciptakan nilainya sendiri. Oleh karena itu, financial/ physical capital diperlukan supaya modal intelektual dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa : 1. Secara keseluruhan modal intelektual yang diukur melalui physical capital efficiency, human capital efficiency, dan structural capital efficiency pada uji F (serentak) untuk hipotesis pertama, pada tahun 2004 sampai tahun 2007 secara bersama-sama seluruh indikator dalam variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen serta terdapat hubungan positif antara modal intelektual dengan market performance perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat diasumsikan, jika satu unit komponen modal intelektual dapat menghasikan pengembalian (return) yang lebih besar pada sebuah perusahaan dibandingkan dengan perusahaan yang lain, maka perusahaan tersebut dinyatakan dapat menggunakan komponen modal intelektual dengan lebih baik dan hal itu berdampak langsung pada peningkatan nilai market performance perusahaan.
2. Untuk seluruh empat tahun pengamatan yang dapat dilihat dari tabel persamaan regresi yakni nilai koefisien regresi (B) untuk modal intelektual bernilai positif, artinya semakin tinggi modal intelektual maka market performance suatu perusahaan akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi modal intelektual yang cenderung meningkat dari tahun 2004-2007 menunjukkan bahwa modal intelektual mempunyai hubungan dengan market performance perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dimasa mendatang. 5.2
Implikasi Manajerial Dalam menentukan nilai perusahaan, modal intelektual dapat dijadikan salah satu
alternatif metode penilaian perusahaan. Dengan menggunakan modal intelektual dapat diketahui nilai lebih (valued added) yang dimiliki oleh perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan market performance perusahaan itu sendiri. Hal ini tentu saja akan menjadi bahan pertimbangan bagi investor untuk melakukan investasi terhadap suatu perusahaan dan bagi keputusan manajer, mengingat informasi di laporan keuangan tidak selamanya dapat menjadi salah satu dasar dalam pengambilan keputusan. Ketika intellectual capital yang diukur melalui physical capital efficiency, human capital efficiency dan structural capital efficiency mengalami peningkatan, maka market performance perusahaan akan meningkat begitu juga untuk market performance di masa yang akan datang. 5.3
Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian yang dilakukan ini, terdapat beberapa kelemahan atau
keterbatasan diantaranya yaitu: 1.
Jumlah sampel yang didapatkan dalam penelitian ini lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chang.S.William dan Jasper. J. Hsieh (2007). Sehingga hasil yang diperoleh di dalam penelitian ini juga kurang sempurna.
2.
Sebaran data di dalam penelitian ini kurang luas, sehingga kurang terdapat perbedaan market performance antara perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5.4
Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, saran atau rekomendasi yang dapat diberikan
untuk penelitian selanjutnya diantaranya adalah: 1. Menambah variabel penelitian seperti technology capital, relationship capital yang diterapkan oleh perusahaan. 2. Menambah jumlah sampel perusahaan yang akan dijadikan sampel penelitian. 3. Menambah tahun penelitian supaya mendapatkan hasil penelitian yang mendekati sempurna. DAFTAR PUSTAKA Chang, S, William & Jasper, J, Hsiech (2007), A Human Capital-Driven Framework and The Role of Technology Capital in Measuring Intellectual Capital. Dapat diakses pada www.ssrn.com/abstract=1182782 Drucker,P (1999), California Management Review Edvinson, L(1997), Intelectual capital. London : Piatkus Itami, H (1987), Mobilizing invisible assets. Cambridge. MA. : Harvard University Press. Jsx Watch. 2006. Market Capitalization. Jakarta ________. 2008. Market Capitalization. Jakarta Margaret, Tarida Diana.2008.”Intelectual Capital dan Kinerja Perusahaan-Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia. Jakarta. Universitas Trisakti. Osborne, Amgela. “Measuring Intelectual Capital: The Real Value of Companies”. The Ohio CPA journal. October-December.1998:37-38. Pulic, A (2004), “Intelectual Capital – does it create or destroy value?”, Journal of Business Performance Management – Measuring intangible assets – the state of the art vol. 8, No.1.2004 Purnomosidhi, Bambang. (2006). “ Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Publik di BEJ”. Malang: Univeritas Brawijaya Malang.