BAB II TINJAUAN TENTANG KEBUDAYAAN, BUDAYA BERPAKAIAN DAN KAIN TRAD1SIONAL
2.1. Sejarah Kehudayaan Sudah kita ketahui bahwa kebudavaan itu selalu berubah-ubah. Lebih-lebih jika ada sebab dari luar, maka perubahan dalam kebudayaan itu mungkin sangat besar dan luas, sehingga timbul kebudayaan baru. Pengolahan anasir asing oleh kebudayaan yang kena pengaruh itulah yang menentukan corak baru itu dan perkembangan selanjutnya. Demikianlah kebudayaan dewasa sekarang ini adalah hasil dari pertumbuhan dan perkembangan di waktu vang lalu. Maka untuk mengetahuinva dan mengenalnya, untuk dapat menyelaminya benar-benar, perlulah ditinju sejarahnya. Memang anasir-anasir yang memberi cap atau yang menjadi corak khusus bagi suatu kebudayaan, hanvalah dapat ditilik dalam hubungan sejarah. Bagaimana perkembangan dan jadinya sesuatu kebudayaan hanyalah dapat ditelaah, jika kebudayaan itu telah mencapai kebulatan dan bentuk yang nyata. Maka yang dipelajari sejarah kebudayaan ialah: kehudayaan-kebudayaan diwaktu yang lampau dalam pertumbuhan dan perkembangann y a dari masa-kemas'a. Kebudavaankebudayaan yang lampau itu sampainya kepada kita berupa peninggalan-peninggalan, yang sesuai dengan segi-segi kebudayaan — terdiri atas harta kebendaan dan harta ker o ha ni a n. H a r t a - har t a p e ni ng ga l a n it u s e lu r u h u s a h a m a nu s i a n ya , a ka n t et ap i ya ng s ampai kepada kit a s eka ra ng ini han ya la h s eba gia n kec il sekali. Peninggalan-p eninggalan kebudavaan kebendaan dapat langsu ng kita teliti dan selidiki, oleh karena berwujud dan dapat diraba. Sebaliknya peninggalan-peninggalan kerohanian, seperti alam pikiran, pandangan hidup, kepandaian bahasa dan sastra, dan banyak lagi lainnva, hanyalah dapat kita tangkap jika kita berhubungan dengan para pemilik dan pendukung,nya. Sudah kita ketahui bahwa tidak acia sesuatu henda dibuat o leh manu sia ta npa ma ksud dan tujuan. Benda buatan manu sia memang pad a hakekatnya hanyalah penjelmaan saja dari pada kerohaniannya. Maka dari harta kebendaan itu dapat pula ditarik kesimpulan-kesimpulan mengenai alam pikirannya vang menjad i dasar dan vang menggerakkan serta mendorong diciptanva bendabenda itu. Ad apu n kebuda yaan Indonesia sekarang, b etap a banyaknya pun ragam dan c o r a k, a d a l a h h a s i l p u l a d a r i p e r k e m b a n g a n d a r i m a s a k e m a s a . D a l a m perkembangannva itu terdap at banya k sekali pengaruhpengaru h dari lu ar, dan pengaruh-pengaruh itu telah memberi corak dan
www.stisitelkom.ac.id
1
sitatnya sendiri-sendirt yang khusus untu k se su atu masa. Maka ber c ia sar ka n ata s corak-corak khu sus itu, c ialam m e mp e lajar i S e ja r a h K eb ud a ya a n Ind o ne sia o r ang me ngad a ka n p e mb a gia n pembagian, vang masing-masing sebenarnva tidak mempunvai batas-batas vang mutlak (justru oleh karena seluruhnya merupakan satu rangkaian perkembangan!). Pertama, dua pembagian besar yang disebutkan di atas tadi, berlaku pula disini, ialah jaman prasejarah dan • aman sejarah. Kedua jaman ini masing-masing dibagi lagi, menurut corak dan sifatnya yang khusus untuk sesuatu waktu. I.azimnya, jaman prasejarah itu diambil sebagai satu kesatuan, seciangkan jaman sejarah dib eda bedakan bagian-b agiannya menurut kekhusu sannya pada sesuatu masa. Hal ini didasarkan atas kenyataan, bahwa dari . jaman sejarah bahan-bahannya memang .jauh lebih b anyak vang sampai kepada kita darip ada dari jaman prasejarah. Dengan demikian maka mengenai jaman sejarah itu, S ejarah Kebudavaan akan semakin condong untuk menjadi Sejarah Kesenian!.(Soekmono, 1973 : 1416) 2.1.1. Sejarah .1awa Barat Apakah hendaknva wadah sejarah manusia vang hendak ditulis, apakah arti Jawa Barat? lstilah Jawa Barat sebagai suatu pengertian administratif sebetulnya baru dipergunakan oleh pemerintah Hindia Belanda dalam pembentukkan propinsi Jawa Barat atau West Java pada tahun 1925. Kemudian menyu sul istilah-istilah Jawa Tengah (Midden Java) dan Jawa Timur (Oost Java) untuk menyebut propinsi-propinsi baru. Sejarah Jawa Barat dengan demikian memiliki wadah Jawa Barat, yaitu wilayah hukum Jawa Barat, yang dahulu terdiri dari 5 keresidenan sebagai daerah pokok dan sekarang terdiri ciari 20 kabupaten dan 4 kotamadya tidak termasuk DK1 Jakarta. Sebellfin propinsi West Java dibentuk vang terdapat hanya keresidenankeresidenan saja seperti Banten, Batavia, Buitenzorg. Tetapi kerisidenan itu belum merupakan satu kesatuan bentuk, waktu itu Jawa Barat belum ada.(Pendidikan dan Kebudayaan,1975) Kesulitan dalam pengertian Jawa Barat ini timbul, karena sebelum timbul daerah adtninistratif itu menjadi milik umum, istilah yang lazim ialah Soendalanden atau Pasundan. Sebagai istilah ilmu bumi untuk menyebut bagian dari pada pulau Jawa, vang terletak disebelah Barat sungai-sungai Cilosari dan Citanduy dan yang untuk sebagian besar didiami oleh penduduk vang memiliki bahasa Sunda sebagai bahasa ibunya. Pengertian Sunda-landen sudah mendekati pengertian etnografis dengan terutama menunjukan manusia, yang sebagjan besar menempati wilayah itu, karena pengertian itu mengecualikan bagian lain yang memiliki hahasa ibu bukan bahasa Sunda.
www.stisitelkom.ac.id
2
Pada tahun 1645 Betawi diakui oleh kesultanan Banten dan pada tahun 1646 diakui oleh Mataram tanpa menyebut batas-batasnya. Perbatasan antara Betawi dengan Banten baru ditetapkan dengan perjanjian pacia tahun 1659 dan tt.thun 1682. Batas itu adalah Cisadane. Pada tahun 1652 Citarum sudah diakui sebagai batas antara 13etawi dan Mataram untuk kemudian dipindahkan ke Timur lagi sampai sungai l'amanukan pada tahun 1678. 2.1.2. Adat Sunda Kata aclut berasal dari hahasa Arab, dalam bahasa Sunda biasa, umum, lumrah, artinya : segala hal yang senantiasa tetap atau sering diterapkan kepada manusia atau binatang yang mempunyai nyawa, misalnya boleh mengatkan -kuda itu baik adamya" atau "jelek adatnya"; tidak pernah dipergunakan untuk kayu, batu atau lain-lainnya. Jadi dalam bahasa Arab, adat hampir sama denRan tabiat.(Mustapa, 1996 : 1-3) Adat orang Sunda yang kuat sekali dalam memegang peribahasa dari nenek moyang, misalnya, ciri sahum, cara sadesa, pengasuhnya indung hukum hapa drigama. Kalau ada yang pergi merantau, dinasihati : kudu bisa pindah cui pindah tampian maksudnva agar selamat, harus pandai menvesuaikan diri denRan adat desa diperantauan. Ada lagi yang bermaksud akan berbakti dengan jiwa raga maupun benda, katanya : nyawa gagaduhan banda sa.sampeuran Kalau berganti majikan atau kepala, harus pandai berbakti kepada majikan yang baru. Malah menjadi cemoohan, kalau orang berbakti dengan munafik merasa terpaksa, disebut lain di bibir lain di hati. Buktinya sampai sekarang, kalau ada menak, yang baru menggantikan pemerintahan, mereka datang menghadap dengan memberikan sesuatu sebagai tanda bakti kepada menak vang baru, disebutnva milih rabi pindah ngawula. BeRitu juga kepada menak yang lama. Kalau ada menak yang datang ke desa, selalu ada penghormatan, menyediakan makanan untuk menyuguhi. Malah kalau menak itu tidak mau dihormati seperti itu, biasa menjadi cemoohan rakvat, akibatnya mengutuk karena penghormatannya merasa ditolak, tidak mau mencicipi makanan yang telah disediakan, disangkanya membuat kemarahan. Akhimva kalau menak itu dikeluarkan dari pekerjaannya, orangorang ramai berkata : "Itulah makanya, tidak selamat, karena sombong, ingin disebu t baik sendiri; akibatnya b ukan saja kelak, sekarang pun sud ah terbukti ke lihat an o leh semua, s ebab m elanggar adat kebia sa an orang tua, tid ak bisa me n yes u a ika n d iri". T erkad ang ad a ju ga menak yan g ha n ya mem ent i ng ka n kesenan g an sendiri, merusak tata kedesaan. Akibatnya rakyat pura-pura menurut saja, p adahal hatinva sebaliknya. Adat semacam ini tidak menjadi keuntu ngan atau kerugian, tapi kalau dihilangkan dengan
www.stisitelkom.ac.id
3
paksaan, bisa menjadi umpatan, karena mereka merasa telah berbakti. Meskipun hari hujan gelap-gulita, mengambil rumput, menjadi penjaga turuntemurun dari dahulu, menitipkan anak cucu, ikut hidup, tidak pemah membohongi majikan. Intinya adat orang Sunda merupakan segala hal vang menjadi turun temurun nenek mo yang jaman dahulu untuk tidak dilanggar, diabaikan atau tidak dipercaya sekalipun. Meskipun tahayu l sekalipun, sudah mendarah daging bagi orang Sunda namun mereka tetap untu k mempercavainva, jika ada vang tidak mempercavai terkadang bala vang akan didapat sehingga memaksa orang untuk mempercavai. Jadi orang Sunda umumnya berpendapat untuk mempercavai saja segala sesuatu yang sudah menjadi adat mereka sebab tidak ada ruginya untuk melakukan itu semua, dan apabila tidak justru kitalah vang merugi.(Mustapa, I 996 : 174-177) 2.2. Budaya Berpakaian Pada awal kehidupan manusia, upava manusia dalam melindungi tubuhnya dari gejala alam adalah dengan mengoleskan lemak binatang pada tubuhnva serta membakamya dengan debu. Upaya kedua agar mereka memperoleh penghargaan dan dapat berbangga diri serta disegani, adalah dengan menoreh tubuhnya dengan benda tajam (tano) dan mewarnai torehannya tersebut dengan hahan warna dari alam. Biasanya makin banYak hiasan pada tubuh akan semakin dihargai serta disegani. Dengan demikian jelas bahwa pertama tubuh memerlukan sesuatu untuk melindunginya dari pengaruh alam, kedua bahwa berbusana atau berpakaian, seseorang akan memperoleh penghargaan. Lebih daripada itu pakaian merupakan kebutuhan pokok disamping pangan dan papan. Selain berperan sebagai alat pelindung dan kebutuhan r>okok, sesuai dengan kemajuan jaman dan perkembangan kebudayaan, pakaian berperan juga untuk peradaban, identitas, status dan keindahan. 2.2.1. Pengertian Busana Busana adalah salah satu unsur penting dalam kebudayaan suatu masyarakat, yaitu sebagai salah satu kebutuhan manusia, baik busana itu sebagai penutup tubuh (unsur norma susila) maupun untuk melindungi tubuhnya dari panas dan dingin ataupun busana juga sebagai unsur ragam hias untuk mempertinggi nilai keindahan d an kecantikan pemakainya. Kebutu han manu sia akan husana itu secara berpelambang dapat kita ikuti dalam kisah Nabi Adam dan Hawa. Bahwa sesungguhnya kebutuhan akan busana bagi manusia dalam kisah adam dan Hawa itu bukan semata-mata disebabkan karena kebutuhanjasmani vang perlu perlindungan di Taman Firdaus, melainkan secara simbolis justru didorong oleh kebutuhan budava yaitu budaya -malu - sejak Hawa termakan oleh
www.stisitelkom.ac.id
4
bujukan ular untuk memakan huah apel. J adi dapat dikatakan bahwa bu sana adalah sala h satu perlen g kapan hid up manusia, yang berupa segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai u j u n g k a k i . U m u m n y a ka u m w a n i t a b e g i t u m e m p e r ha t i k a n b u s a n a v a n g dikenakannya. Semua kriteria yang melatar belakangi kehidupannya selalu menjadi dasar bagi mereka dalam memilih busana. Baik gaya hidup, postur tubuh, situasi dan kondisi, suasana juga iklim. Meskipun demikian, penampilan serta kenvamanan dalam berbusana tetapmenjadi pertiinbangan mereka. Sesungguhnya busana itu dikembangkan manusia hukan semata-mata terdorong oleh kebutuhan biologis untuk melindungi tubuhnya, melainkan lebih banyak terdorong oleh kebutuhan sampingan atau kebutuhan budaya. Seandainva busana itu dikembangkan manusia hanva karena dorongan kebutuhan biologis, maka wujud dan ra g amnya tidak akan sebanyak seperti apa yang dapat kita nikmati sekarang ini. Seandainya busana jtu diperlukan sekedar melindungi tubuh dari sengatan matahari ataupun dinginnya ud ara di malam hari, maka orang dapat melumuri tubu hnva deng,an lemak binatabg seperti apa vang dilakukan oleh saudara-saudara kita ciari Suku Dani yang hidup di Lembah Balim Irian Ja ya. Sebaliknya karena busana itu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan budaya yang dikaitkan oleh nilai-nilai budaya, adat istiadat sena pandangan hidup yang beragam, maka kita melihat betapa banyak ragam busana Indonesia vang dikembangkan di daerah-daerah.(Cornelia Jane Benny, 1988) 2.2.2. Perkembangan Busana Pada awalnya manusia mengenakan pakaian untuk memenuhi kebutuhan fisiknya saia, vaitu sebagai pelindung tubuhnva vang pada saat itu pemikiran manusia masih terbatas pacia bagaimana caranya untuk tetap bertahan. Hal ini menyangkut tingkat peradaban dan kebudayaan mereka saat itu masih dikatakan rendah. Oleh karena itu busana masih belum sesuai dengan pola hidup masvarakat saat itu. Namun pada masa awal peradaban, fungsi pakaian tidak hanva untuk memenuhi kebutuhan fisik saja, tetapi sebagai penambah keindahan, rasa percaya diri, identitas diri, tingkatan dan status dalam masyarakat. Kemudian setelah masa revolusi industri di Perancis, kemajuan disegala bidang seperti sosial, politik, dan ekonomi terutama dalam bidang teknologi diantaranva chtemukannya mesin pintal dan mesin-mesin lainnya yang menyangkut industri tekstil. Saat itulah busana menempati posisi sebagai produk industri yang cukup tinggi, sehingga mendapat perhatian khusus. Setelah itu pada abad ke 20, keadaan ekonomi sangat berperan dalam perkembangan busana. Dengan meningkatnya kondisi eko nomi seseo rang
www.stisitelkom.ac.id
5
memberikan pengaruh terhadapnya untuk tampil sesuai dengan statusnya. Pada umu mnya go lo nga n mas ya ra kat e ko nomi d it entu kan b e rd as ar kan t ingka ta n ekonomisnya. Oleh karena itu muncul istilah busana untuk golongan ekonomi atas, menengah, dan bawah. Golongan terbesar dari pakaian adalah wanita., karena sifat kewanitaannya yang selalu ingin diperhatikan, sehingga ia akan seialu berusaha untuk tampil lebih menarik. Denga n meningkatnya perkemb angan busana maka akan meningkat pula perkembangan kain tradisional di Indonesia. Kedudu kan da n per anan busana daera hpu n s angat pent ing art inva dalam me ndu ku ng u paya pemb inaan dan me ngembangan kehu da yaa n nas io na l ya ng berlandas kan kebudayaan lama dan a sli ya ng tumbuh sebagai puncak-puncak kebudavaan didaerah-daerah. Sehagaimana diketahui busana daerah, sepertihaInva b u sa na p ad a u mu m nva , d ike mb a n g ka n o leh ma sva ra kat p e ndud u knva u nt u k memenuhi berbagai kebutuhan hidup, antara lain ialah sebagai pelindung dan penghia s tu buh, seb aga i eir i pengenal da lam kaita n pergaulan sosial maupu n pertanyaan yang mencerminkan kepribadian yang dilandasi nilai-nilai budaya, nilainilai keindahan maupun pandangan hidup. Oleh karena itu peragaan husana daerah pada hakekatnya dapat disamakan dengan pengungkapan kebudayaan-kebudayaan daerah dalam perwujudan yang nyata. Karena itu pula penggambaran keaneka r a ga m a n b u s a na daerah dapat d ip e r gu na ka n s e b a ga i m ed ia u ntu k sa lin g memp erkenalkan d an me nawarkan kebudavaa n daer ah d alam r a n g k a memperkembangkan kebudayaan nasional Indo nesia. Manusia senantiasa dinamis de ngan berba gai pengaru h yang dapat me ngadapta sika n d ir i pada ke hidup an- kehidupan yang ada. Pengaruh ini dapat mengubah tradisi yang sudah turun-temurun, termasuk dalam hal tata busana.(1) dan K., 1988 : 1) Bentuk busana daerah di lndonesia sangatlah bertnacam-macam bentuk dan nama busana itu sendiri misalnya : 1. Kebaya adalah sebuah blus berlengan panjang yang dipakai di bebelah luar kain atau sarung yang menutupi sebagian dari badan. Kebava ini adalah pakaian daerah tradisianal jawa barat dan ada kebava jawa tengah, juga dipakai di Sumatra Selatan. 2. Baju Kurung adalah baju yang selanjutnya populer di lndonesia yang berbentuk blus, baju ini dapat ditemukan di Sumatra Barat, Kalimantan Selatan dan Barat, Gorontalo,Ujung Pandang, Kepulauan Sangir dan Maluku. 3. Baju Bodo adalah baju vang terdiri dari sehelai bahan yang berbentuk persegi panjang yang dilipat dua, baju bodo sendiri bentuknya lebar dengan lubang
www.stisitelkom.ac.id
6
lengan baju yang ketat yang digeser ke atas sedikit sehingga membentuk lengan baju yang berkembang. Baju ini dapat ditemukan di daerah 13ugis.(Judi Achjadi, 1986 : 3,31,53) 2.3. Tinjauan Desain Kain Tradisional Jika meninjau ulang tentang kain tradisional pada umumnya rnenniliki persamaan dalam hal struktur desain hanva saja kain tenun tradisional ada vang bersifat sederhana maupun yang rumit (kompleks) disesuaikan dengan tradisi daerah masingmasing. Misalnya, kain tenun ikat lungsi atau kan tenun ikat pakan. Khususnya dalam pengerjaan kain tenun Baduy terrnasuk kedalam kain tenun yang siratnya sederhana dimana struktur anyaman vang digunakan berdasarkan tenun anvaman polos atau disebut iuga an y aman dasariplat, adapun anyaman plat (plain) anvaman vang bentuknya persegi-segi ini banyak dipakai untuk kain blaca, kain sarung termasuk juga kain tenun Baduy. (Soekarso, 1974 : 26 ) Kain Tradisional merupakan salah satu warisan budaya bangsa vang penting. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kain tersebut dalam berbagai peristiwa. Contohnva seperti penggunaan kain sebagai baju adat, sebagai benda upacara, daur hidup, sebagai status simbol di masyarakat, bahkan sebagai bahan pengobatan dukun, hal ini diturunkan dari generasi ke generasi. Pentingnya kain tradisional di dalam kehidupan masvarakat dulu, mengharuskan seorang anak gadis menguasai tekhnik pembuatan kain. Konon seorang gadis harus pandai membuat kain, baju atau seperangkat alas tidur pengantinnya sendiri. Kepandaian ini didapatkan dari orang tua atau kerabat dekatnya. Pekerjaan menenun kain merupakan bagian dari pekerjaan wanita pada waktu mereka tidak mengerjakan pekerjaan utama atau untuk mengisi waktu luang. Kepandaian itupun diturunkan dari ibu ke anak atau kerabat lainnya, dan keindahan motif atau warna menjadi kebanggaan keluarga dan menjadi rahasia keluarga. Desain yang dibuat pada umumnva terbagi kedalam dua kategori, vaitu kain tenun dengan teknik vang, sederhana misaInva pada kain tenun polos dan kain tenun dengan teknik tinggi biasanya untuk keperluan adat istiadat dan upacara adat lainnya. Misalnya pada kain tenun ulos, produk tersebut dibuat untuk keperluan tertentu selain untuk kebutuhan sehari-hari. Adapun unsur desain yang digunakan secara umum terbagi dalam desain strukrur dan desain permukaan, setiap perubahan dan perkembangan y ang ada telah mengalami penvesuaian terhadap tradisi dari daerah atau wilayah masing-masing walaupun terdapat persamaam yang sangat mendasar. 2.3.1. Ruang Lingkup kain Tenun Tradisional Pengertian tentang kain tenun adalah kain y ang ditenun dengan menggunakan benang pakan dan benang lusi, dan dihasilkan dari daerah-
www.stisitelkom.ac.id
7
daerah tertentu. Seperti mis al n ya kai n t enu n l'e kalo nga n, ka in te nu n Lu r ik ( Yo gya ) d a n Kai n t e nu n di Indonesia mengandung nilai-nilai budaya yang tinggi khususnva bila ditinjau dari segi-segi kemampuan teknis, estetis, dan kadar makna simbolik dan falsalahnva, dari segi teknik pembuatan, ragam hias, jenis bahan dan pewamaannya tenun Indonesia telah melewati perjalanan sejarah pengaruh Hindu sampai dengan pengaruh Barat dan masa kini (Suwati Kartiwa, 1994 :11). Ada berbagai perkembangan mutakhir vang menuniukkan bahwa tradisi tenun Indonesia dapat diibaratkan sebagai air yang mengalir walaupun sekalikali terhenti alirannya tetapi disana-sini terus mengalir memberi ilham bagi para pengrajin dan seniman tenun. Adanya usaha yang cukup memberikan harapan bagi tenun Indonesia. Tenun tradisional terus digali dan dikembangkan, antara lain membuat kain-kain tenun adat untuk memenihi kebutuhan akan kain-kain untuk upacara-upacara adat, atau upacara-upacara resmi. Masyarakat menyadari bahwa kain-kain adat itu dipakai untuk identitas, baik bagi kelompoknya, keluarga ataupun daerahnya. Hal ini tidak berarti pemakaian kainkain tenun tersebut dari daerah lain, hal ini menunjukan sebagai rasa ikut bangga bahkan vang terlebih penting lagi persamaan kain-kain adat itu sebagai unsur untuk menjalani persatuan dan kesatuan masyarakat seluruh Indonesia. Seperti misalnya kain-kain tenun dari Bali, kain endek atau kain prada dengan kelengkapan asesorisnya terrnasuk bentuk sanggul gaya Bali dipakai tidak hanva oleh masvarakat Bali saja tetapi oleh siapa vang berminat memakainva. Begitu pula dengan kain-kain tenun dari berbagai daerah lainnya yang sering kita saksikan di dalam upacara-upacara resmi di sel uruh tanah air. (Suwati Kartiwa, 1994 : 1) 2.3.2. Sejarah kain Tenun Tradisional Sejak jaman prasejarah Indonesia telah mengenal tenun dengan corak desain yang dibuat dengan cara ikat lungsi. Daerah penghasil tenun ini seperti antara lain di daerah pedalaman Kalitnantan, Sumatra, Sulawesi, dan Nusa Tenggara •I'imur. Menurut para ahli, daerah-daerah tersebut memiliki corak tenun vang rumit vang paling awal. Mereka mempunyai kemampuan membuat alat-alat tenun, menciptakan desain dengan mengikat bagian-bagian tertentu dari benang dan mereka mengenal pencelupan warna. Aspek-aspek kebudavaan tersebut oleh para ahli diperkirakan dimiliki oleh masvarakat vang hidup dalam jaman perunggu dan taman praselarah Indonesia, sekitar abad ke delapan sampai abad kedua sebelum masehi (Suwati Kartiwa, 1984 : 2). Keunikan desain yang diciptakan adalah suatu karya yang mencerminkan unsurunsur yang erat hubungannva dengan unsur kebudavaan, pemujaan pada leluhur dan menuju kea gungan alam. Penelitian terhadap tenun Indonesia telah dimulai oleh
www.stisitelkom.ac.id
8
bangsa Eropa sekitar abad 19. Penelitian terhadap corak dan teknik pembuatan ragam hias pada tenun ikat, persamaan dan perbedaannya dengan cinde dan patola sebagai unsur hubungan pengaruh-mempengaruhi anrata Indonesia dan India ditulis oleh Rouffaer pada tahun 1902. J.E. Jasper dan Mas Pirmtadie tahun 1912 menulis beberapa jilid tentang kerajinan 1ndonesia diantaranya tentang kain tenun serta tehnik pembuatannya. 2.3.3. Teknis Desain Struktur pada Kain Tenun Tradisional Pengenalan terhadap jenis kain tenun serta fungsi atau cara pemakaiannya sudah banyak dilakukan. Ada sejumlah kain adat yang hanya dipakai dalam upacaraupacara sakral cian ada kain-kain vang pemakaiannya dalam kesempatan yang profase dan secara umum ini memang kita miliki perbedaan penggunaannva. Mengenal jenisjenis kain tenun dari berbagai daerah di seluruh Indonesia merupakan suatu pencerminan dari pengenalan adat istiadat ciari berbagai tempat dan yang terlebih penting lagi kita perlu memperoleh informasi atau pengetahuan tentang tenun tersebut. Ini sebagai salah satu usaha untuk saling menghargai dalam usaha untuk saling mencintai akan budaya dari berbagai daerah. Peranan penenun yang memberi andil di dalam memberikan identitas tiap daerah sangat penting. Merekalah yang melahirkan nilai-nilai dan norma-norma keindahan dan menterjemahkan adat istiadat dalam bentukbentuk jenis corak tenun dengan segala aspek-aspeknya. Sedangkan untuk jenis-jenis kain tradisional antara lain a. b. c. d.
Kain Lamak yang dipersembahkan kepada dewa di Pura Batu. Bah Selatan. Kain Jamlang Merah, Bogor, Jawa Barat. Kain Pasalongan Renegetan, Manado, Sulawesi Utara. Sabuk Anteng, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Teknik perancangan desain tidak luput dari proses awal pendesainan, mulai clari menentukan judul dan tema sebagai ide awal selanjutnya menentukan pola desain serta jenis serat dan bahan yang akan digunakan. Adapun proses pembuatannva dengan menentukan iumlah benan g vang akan digunakan pada alat tenun meliputi: a. Menentukan jenis benang lusi dan pakannya diatas alat tenun. b. Menentukan pembagian motif pada alat tenun berdasarkan perbedaan warna benang maupun diatas benang vang telah di beri motif iadi. c. Menentukan pola stuktur anyaman diatas alat tenun. Dalam menentukan jumlah benang disesuaikan dengan desain motif serta panjang dan lebar benang yang diinginkan.
www.stisitelkom.ac.id
9
2.3.4. Corak kain Tenun Tradisional Corak kain tenun merupakan alternatif utama bagi keindahan suatu kain, corak inilah vang selalu mengalami perubahan atau perkembangan terus menerus dari vang sangat sederhana sampai ke corak yang lebih bervariasi dan teknik yang lebih rumit lagi. Corak-corak kain tradisional sangat beragam dan bervariatif, sehingga memberikan keunikan dan perbeciaan tersendiri dari setiap detail desainnya. Desain kain tradisional pada periode sebelumnya memiliki taraf teknologi vang cukup tinggi ditunjang pula dengan masuknya unsur-unsur yang baru tetapi tidak menggantikan teknologi yang ada, sebaliknya menambah pengetahuan dan memperkaya khasanah corak tradisional di Indonesia. Dalam pekembangannya kain tenun tradisional tidak hany a memperlihatkan faktor keindahan desain motifnva, tetapi juga memasukkan unsur-unsur religius dan makna simbolis yang terkandung didalamnva serta berdasarkan kepercayaan dan adat istiadat tiap-tiap daerah. Untuk itu kita dapat mengenal berbagai jenis kain tradisional yang digunakan dalam tatanan kehidupan sosial melalui berbagai fungsi, jenis dan kegunaannva. Contohnya kain tenun pakan tambahan pada Ulos Ragi Idup dari Batak.
www.stisitelkom.ac.id
10