BAB III KAJIAN EMPIRIS
3.1. Perkembangan Perbatikan Di Pekalongan Perkembangan perbatikan di Pekalongan, tidak dapat dilepaskan dari pengaruh manusia dan alam sekelilingnya. Batik merupakan produk kelakuan manusia sebagai anggota masyarakat, dengan sendirinya perubahan batik tergantung dari usaha manusia untuk menggunakan kemampuan potensi yang ada pada dirinya dan alam sekelilingnya. Batik sebagai hasil dari perkembangan teknologi sejak manusia berhasil membuat mori, eanting, malam dasar pewarna dan mengetahui tentang pengolahan serta alat yang digunakan untuk memproses bahan yang ada menjadi kain Dilihat dari perkembangan batik di Pulau Jawa ini umumnya atau di Pekalongan khususnya, maka dapat dilihat beberapa aspek perkembangan yaitu: aspek perkembangan teknologi, ekonorni, sosial budaya. 3.1.1. Aspek Perkernbangan Teknologi Batik sebagai benda pakai, proses produksi terikat dengan material yang digunakan dan tenaga kerja. Bahan-bahan yang digunakan ialah malam dan zat warna serta kain tekstil, pembatikan harus melalui proses pemalaman dan pewarnaan, yang dilakukan diatas kain tekstil.- Proses teknis ini telah mapan sehingga perubahanperubahan dapat dilakukan pada alat produksinya, untuk memperoleh efisiensi kerja. Perubahan pada bahan hanya dapat dilakukan pada alat-alat produksinya, dapat apabila tidak bertentangan terhadap segi-segi teknis dari proses yang ditetapkan. Penulis ingin mencoba untuk menunjukan perubahan yang terjadi berkaitan dengan teknologi, ialah : I. Perubahan Material Perubahan material yang digunakan meliputi perubahan-perubahan sebagai berikut ; a. Pewarnaan pada batik sebelum adanya warna-wama sintetis, mulai dipakai Perusahaan pembatikan pada tahun 1988. Pada tahun 1905 Van Zuylen telah memakai warna-wama sintetis. Berdasarkan informasi dan data dari museum batik Pekalongan, bahwa batik buatan Van Zuylen yang dibuat tahun 1905, hanya bisa dicapai dengan menggunakan warnawarna sintetis, sedangkan batik tradisional klasik tidak dapat menggunakan warna-warna sintetis tersebut sintetis. (Gambar 13)
www.stisitelkom.ac.id
1
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
Van Zuylen ialah orang Belanda yang membuka perusahaan batik di Pekalongan, warna yang dipakai ialah warna-wama alam (natural dyes) seperti kayu tinggi, kayu jambal, kayu telegarn, nila. Nila banyak dipakai oleh pengusaha-pengusaha batik dari daerah-daerah pembatikan, antara lain Solo dan Yogya sehingga terbatas warnanya. b. Kain tekstil yang digunakan, kalau dahulu menggunakan kain produksi sendiri (ditenun sendiri), digantikan dengan kain yang diproduksi oleh Luar Negeri seperti primisima, prima biru yang dikerjakan dengan mesin. Pemakaian kain tekstil untuk pembatikan bukan hanya dari jenis katun saja, tetapi juga dipakai jenis Rayon dan Sutra, serta pemah dicoba kain jenis sintetis yaitu kain tetoron katun untuk batik (pengusaha batik H Zainudin, mencoba batik cap dengan bahan kain tetoron katun dan sewaktu melorod mengalami kasulitan yaitu malam susah lepas). Batik diatas kain tetoron katun tersebut kurang dapat perhatian pengusaha karena kurang efisien. c. Bahan untuk mengetel dahulu dipakai abu merang, tetapi sekarang dipakai cairan coustic soda atau soda abu. 2. Perubahan Pada Alat Pembatikan Batik tulis telah berkembang sejak tahun 1500 dan telah banyak mengalami perubahan-perubahan seperti, pada canting cap, canting cap menduduki tempat yang sejajar dengan canting tulis. Canting elektris, dalam bentuk eksperimentil dan elementer, telah dicoba pemakaiannya oleh pembatik Tasikmalaya. I,erekan atau bak penc,elupan yang biasa dipakai mulai ditinggalkan setelah ditemukan "Lerekan Rol" yang dapat dipakai untuk mencelup kain dengan ukuran panjang (seperti satu blok). Pemakaicm kompor gas menggantikan kayu bakar, sehingga mempercepat proses pemanasan air dan lebih efisien untuk melakukan proses lorod. 3. Perubahan Pada Tenaga Kerja Perubahan ini tidak langsung diganti dengan mesin yang otomatis, melainkan melalui beberapa tahapan. perubahan bertujuan untuk menaikan kualitas produksi. Mesin tela.h mempercepat produksi dengan tanpa menggunakan banyak tenaga manusia, hasil tenunan yang dikerjakan dengan mesin lebih cepat laku dipasaran bila dibandingkan dengan hasil tenunan tangan biasa. Mesin-mesin yang serba otomatis dan serba elektris memiliki kapasitas yang tidak dapat ditandingi oleh tenaga manusia. Perkembangan teknologi sekarang ini masalahnya tidak berhubungan dengan penambahan tenaga, akan tetapi
www.stisitelkom.ac.id
2
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
berhubungan dengan bagaimana menyimpan tenaga tersebut. Apabila diperhatikan alatalat kerja sejalc dahulu, inaka alat-alat kerja itu dapat dikatakan sebagai proyeksi dari pada organ-organ manusia, yang memungkinkan kepada manusia untuk mengerjakan sesuatu yang seharusnya tanpa proyeksi, tidak mungkin dikerjakan lagi sebagai manifestasi daripada daya penyesuaian manusia. Perubahan-perubahan pada pembatikan dilakukan agak lamban, karena falctorfaktor tenaga kerja manusia masih dominan sehingga kenaikan produksi hanya dapat dilalcukan sekiranya menambah jumlah tenaga kerja. Dengan teknologi yang dimiliki, pengusaha-pengusaha batik Pekalongan melakukan perubahan-perubahan teknik, yang mengarah pada produksi desain yang disesuaikan kepada selera konsumen dan Setiap zaman akan menuntut perubahan-perubahan Perubahan pada desain batik Pekalongan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu: 1. Perubahan pada teknologi pewarnaan Penggunaan warna sintetis, memungkinkan timbulnya variasi warna dan dapat menggunakan sistem pewarna "colet", colet banyak dipakai oleh pembatik Pekalongan. Dari sistem colet ini, timbul kemungkinan baru teknik-teknik pewarnaan batik colet. (Gambar 12) Dari sistem pencelupan dikembangkan teknik baru yang disebut "Corak fonnika", corak formika ialah pencelupan yang dilakukan pada zat warna fonnika (warna untuk cat kayu) yang dicampur dengan kanji kemudian dituangkan diatas air, lalu kain dibentangkan diatas campuran tersebut. (Gambar 3) zat warna bergabung dan menyerap pada kain tekstil sehingga, kain tekstil tersebut berwama seperti "corak fonnika" (telcnik pewarnaan "corak formika" diteniukan oleh M Suud pada pertengahan tahun 1972, semula dia bereksperimen untuk teknik itu dengan cat minyak diatas kain tetoron). Proses pewarnaan dengan sistem celup dan colet, dilakukan juga sistem pewarnaan "semprot". Penyemprotan warna dilakukan dari tabung penyemprotan yang memancarkan titik-titik warna sehingga membentuk tekstur bustan, dan membekas pada kain, penyemprotan hanya untuk pewarnaan. Pewarnaan semprotan ini jarang dikerjakan lagi karena pengerjaannya lcurang efisien. 2 Perubahan pada teknik pemalaman Teknik-teknik yang dapat dikembangkan dari proses pemalaman ini ialah:
www.stisitelkom.ac.id
3
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
a. Teknik rernukan, ialah teknik pemalaman yang banyak menggunalcan unsur parafin didalam campuran malam. Teknik remukan ini biasanya dipakai sebagai latar belakang komposisi desain batik. Proses dimulai dengan memulaskan malam pada kain, kemudian kain tersebut diperas atau diremas-remas, sehingga bagian yang retak ini akan diterobos oleh warria dan membekas pada kain. (Gambar 8) b. Teknik cochan, ialah teknik pembuatan titik sebagai hasil tusukan jarum yang telah ditutup dengan malam Lubang tusukan jarum itu akan diterobos oleh warna. Warna titik-titik yang timbul sama seperti warna yang dipakai untuk pencelupan (Wawancara dengan H Yasmin, pengusaha batik yang memproduksi batik cochan di Pekalongan tgl 29 jurn 1997). (Gambar 2) 3.1.2 Aspek Perkembangan Ekonomi Potensi pembatikan didaerah Pekalongan, pada zaman sebelum kemerdekaan sangat kuat didominasi oleh golongan haji atau golongan santri. Mereka juga bergerak dengan usaha pertanian dan perikanan. Selama pemerintah Belanda, golongan ini tetap berdiri sendiri hidup dari usaha mereka sebagai orang bebas. (S. Ali Takdir Syahbana "Pembangunan Ekonomi dan Etika Ekonomi Islam", Budaja Djaja No. 52 tahun ke-5, September 1972 hal. 537) Produsen batik Pekalongan lebih banyak memproduksi batik cap, dari pada batik tulis (Wawancara dengan H M.irza Djakri, Ketua Koperasi PP1P di Pekalongan, tanggal 29 juni 1997). Hal ini dapat dimengerti karena batik cap lebih c,epat proses pembuatan sedang sasarannya adalah konsumen golongan bawah, seperti petani, buruh, rakyat jelata serta golongan menengah seperti pegawai dan pedagang, sedangkan batik tulis halus jarang diproduksi karena sasaran konsumen terbatas pada golongan atas saja, seperti pegawai tinggi dan orang-orang bermodal. (Gambar 7, 4, 12) Untuk produksi batik tulis paling halus, di Pekalongan dibuat oleh pengusaha Oey Soe Tjoen Batik Oey Soe Tjoen proses produksinya sampai selesai, dan tiap satu potong batik seharga antara Rp 75.000 (Wawancara dengan H. Zakie Yastnin di Pekalongan tanggal 29 Juni 1997). Informasi pasar, diterima oleh produsen, juga dari pedagang besar dan daerahdaerah seperti Sumatra, Kalimantan ataupun Sulawesi. Mereka memesan dengan memilih pola dan corak dalam warna yang disukai, dengan adanya kontrak yang tetap antara produsen dengan pemasaran sebagai perantara konsumen, maka keinginan pemesan pada motif dan warna yang tetap dijadikan ukuran selera konsumen. Berdasarkan pengalaman maka produsen batik secara garis besar menilai selera konsumen dari tiap daerah. Misalnya: daerah Kalimantan (Banjarmasin) biasanya
www.stisitelkom.ac.id
4
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
cenderung dengan warna merah, Sulawesi (Makasar) cenderung pada warna soga dan juga merah, Sumatra (Palembang, Riau) cenderung kepada pola-pola Cina, dengan warna ke,emasan, Sunda (Priangan) cenderung kepada warna-warna cerah. Golongan Cina semakin lama makin dominan cialam usaha pembatikan, banyak pengusaha kecil yang bekerja hanya sebagai pelaksana produksi, karena semua dimodali dari golongan Cina. Pengusaha-pengusaha batik dari golongan haji dan santri semakin lama semakin tersisih oleh golongan Cina yang kuat dalatn permocialan dan mengetahui pemasarannya. Pengusaha golongan Cina pada zaman Belanda kedudukannya dibawah golongan Haji, sekarang cenderung sebaliknya. 3.1.3 Aspek Perkembangan Sosial Budaya Dilihat dari sudut geografi yang terbuka yang menghubungkan jalan laut antara Cina dan India yang menghubungkan samudra Indonesia dengan lautan pasifik, menghubungkan antara Asia daratan, Asia Australia, merupakan jalan lalulintas yang ramai. Karena itu orang India, Cina, Arab dan bangsa Asia yang lain serta bangsabangsa Eropa menghubungi Indonesia dan mengadakan interelasi dengan masyarakat Indonesia. Masyarakat Pekalongan adalah masyarakat yang kurang mendapat pengaruh adat/traclisi Jawa, mungkin karena letaknya jauh dari pusat kota Jawa (Solo, Yogyakarta ) dan sifat masyarakat pesisir sendiri umumnya dinarnis, schingga lebih terbuk9. untuk mengadakan hubungan dengan berbagai bangsa. Pekalongan merupakan dacrah pencampuran dari beberapa kebudayaan Jawa. Disinilah timbul penyimpangan dari warna dan pola batik tradisional klasik, yang sekarang berkembang pada batik Solo dan Yogya. Pola dan warna batik Pekalongan yang cenderung naturalis dan realis, mungkin dapat pengaruh dari kebudayaan Cina yang naturalis dan realistis, serta kaya akan warna. Pola-pola lukisan taman bunga dengan kupu-kupu dan burung, pola burung Phonix, garis-garis yang dinamis seperti lidah api semuanya terlukiskan pada karya tenunan dan porselin Cina. demilcian juga tampak adanya pengaruh dari bangsa-bangsa Eropa (Belanda), yang cenderung pada pola realitas dan rasional. Pola-pola "buketan" yang realistis, cenderung menggunakan warna yang sangat kaya dan c,erah. (Gambar 13) 3.2 Ornamen Yang Dihasilkan Dari Batik Pekalongan 1. Ornamen Garuda atau Sawat Ragam hias bentuk Garuda atau Sawat pada susunan dasarnya masth ada persamaan dengan ornamen dari daerah Solo-Yogya, terdiri dari dua sayap dan ekor, atau dua sayap saja, atau satu sayap saja. Namun bagian-bagian yang menyusun sawat itu sudah berubah bentuknya. (Lampiran 1, 2 a,b ,3 a,b.c, 6)
www.stisitelkom.ac.id
5
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
Bentuk yang menggambarkan ekor tidak lagi seperti bulu ekor merak, melainkan menyerupai daun yang tersusun. Bulu-bulu pada sayap berbentuk seperti daun-daun bunga. (Lampiran a) Isen pada ornamen Garuda ini sedilcit yang berupa cecek sawat, sebagian besar di isi dengan c,ecek-cecek berupa lengkungan dan c,ecek pitu. Jadi Garuda/Sawat bentuk Pekalongan ini tidak lagi sebagai stilasi dari burung Garuda dan burung Merak, melainkan lebih condong kepada bentuk dari bagian tumbuhan atau rangkaian dari daun-daun dan daun bunganya, malah terkadang pada bagian dari ekor sawat itu berbentuk bagian-bagian tumbuhan dan pada pangkalnya berbentuk semacam bunga tapak dara. 2. Ornamen Tumbuhan Ornamen yang berbentuk tumbuhan sangat umum dan pegang peranan pada motif-motif batik dari Pekalongan sekitarnya Ragam hias tumbuhan ini menurut bentuk dapat dibedakan dalam tiga macam bentuk yaitu: a. Bentuk yang tersusun semacam bunga Rangkaian ini terdiri dari pusat semacam bunga dikelilingi dengan daun bunga dan daun. Rangkaian dan susunan ini ada yang serupa sawat, ada yang menyerupai rangkaian bunga yang riil. b. Rangkaian yang berbentuk bagian atau c,abang dari tumbuhan Rangkaian ini terdiri dari batang dan daun, batang dan bunga atau daun dan bunga. c. Rangkaian yang berupa pohon. Rangkaian ini berupa batang pohon lengkap, tingginya lebar kain, terdiri dari susunan batang, dahan, daun dan bunga Terdapat pada kain batik corak Van Zuylen. (Gambar 13, 16) 3 Ornamen Binatang Ornamen binatang, berupa kijang atau menjangan masih terdapat pada beberapa motif dari Pekalongan. Namun bentuknya sudah berubah, kaki-kakinya berbentuk seperti daun kecil. Juga terdapat jenis binatang berkaki banyak dan berekor panjang.
www.stisitelkom.ac.id
6
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
4. Orrnamen burung Ornamen burung juga terdapat pada beberapa motif, berupa burung Phonix dan burung Dewata dengan ukuran kecil-kecil. 5. Ornamen Naga Naga atau ular terdapat pada beberapa motif yang tergolong "Cuwiri" Pekalongan. ( Lampiran b) 6. Ornamen Meru Ornamen Meru atau G. Mahameru, terdapat pada beberapa jenis motif. Terutama pada motif "cuwiri" meru Pekalongan ini bentuknya gemuk dan dirangkaikan dengan bagian tumbuhan, yaitu daun-daun atau bagian dahan turnbuhan. Oleh karena selalu dirangkaikan dengan daun-daun, maka sepintas tidak tampak kalau bentuk tersebut adalah Ornamen Meru. Rupanya jenis motif "cuwiri" Pekalongan yang mempunyai omamen sawat, naga,meru. Kijang dan rangkaian tumbuhan adalah motif dari Solo atau Yogya, dalam penerapannya terjadi perubahan bentuk ornamen disesuaikan dengan selera dan gaya setempat. 3.3 Desain Batik Pekalongan Desain batik adalah perenc.anaan dan penciptaan batik untuk diproduksi dengan tujuan menghasilkan batik yang memililci daya guna, daya tarik, daya jual Desain batik Pekalongan ialah perwujudan dari penciptaan batik yang secara tradisional diproduksi di Pekalongan Perkembangan teknologi memungkinkan bahwa batik-batik yang diproduksi di Pekalongan dapat ditiru oleh pengusaha batik didaerah lain sehingga pola maupun wamanya sama. Kecenderungan tradisi suatu daerah umumnya menunjukan adanya perbedaan tradisi dengan daerah lain, seperti desain batik tradisional Solo-Yogyakarta, berbecla dengan desain batik tradisional Cirebon, demikian pula berbeda dengan desain batik tradisional Pekalongan. Perbedaan desain batik itu, umumnnya terletak pada ke,cenderungan warna yang dituntut masyaralcatnya., pola dan motif yang berkaitan dengan fungsi. Desain batik tradisional Pekalongan dalam perkembanganrtya telah melakukan penyimpangan-penyimpangan pola dan warna dari batik tradisional klasik di Solo dan Yogyakarta. penyimpangan ini, alchirnya menjadi tradisi dan menjadi ciri khas batik Pekalongan. Warna batik tradisional Idasilc, terikat oleh warna-warna : soga, hitam, biru, putih atau kekuningan. Sebelum ada warna-warna sintetis batik Pekalongan juga terbatas warnanya.
www.stisitelkom.ac.id
7
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
Van Zuylen, pada tahun 1905 membuat batik yang polanya sangat realistis dan rasional, penggambaran bunga, daun, kupu-kupu dibuat sangat realistis. Wama yang dipakai adalah biru muda, biru tua, dan putih (Gambar 13), Sumber dari museum batik Pekalongan. Batik lain yang masih sederhana wamartya, tapi pola sudah mulai ada perubahan, warna batik itu biru muda, coldat kopi (hasil pencampuran warna merah dan biru muda) dan putih. Motif ukel, yang terdapat pada bagian latar, tampak adanya pengaruh motif-motif Cina yang sering terdapat pada gambar-gambar porselen, dengan garis-garis "lidah api". Sedangkan pola keseluruhan menunjukan keterikatan dengan desain-desain batik tradisional klasik, seperti LAR dan penyusunan polanya. Batina dengan cara pencampuran warna, senantlasa dikembangkan "panca wama", diproduksi tahun 1946-an. Untuk mendapatkan warna hijau (ijo gading), dilakukan pencelupan kuning (digantung) diatas pewarnaan biru. Ketika ditemukan warna-wama sintetis, cenderung untuk melakukan pewarnaan pada motif-motif dan pola-pola, dengan aneka warna yang digunakan dengan sistem warna coletan. (lihat gambar 12). Pada zaman Jepang, perkembangan batik Pekalongan ditujukan kepada memperindah motif. Pada zaman itu mata pencaharian hidup sangatlah sukar, sehingga tingkat penghasilan masyarakat rata-rata rendah sekali dan sukar mencari bahan-bahan batik seperti mori. Untuk memperlancar produksi agar perusahaan jalan terus, maka proses produksi lebih menekankan pada penghalusan desain dengan mengambil polapola yang rumit dan penuh. Pada motif dipakai garis-garis, titik-titik dan pemalcaian fariasi warna. Batik yang diproduksi pada zaman Jepang, sukar sekali ditiru karena membutuhkan kerajinan dan ketekunan. Desain batik Pekalongan dapat ditandai dengan adanya kecenderungan penggunaan warna-warna yang banyak, sedang pola dan motif umumnya cenderung kearah naturalis dan terolah. (Gambar 13) 3.3.1 Warna Desain Batik Tradisional Pekalongan Tiap pengusaha batik Pekalongan, memiliki rahasia warna sendiri sebagai hasil eksperimen mereka. Mereka biasa meramu bahan-bahan pewarna sisntetis, dengan mengubah aturan dari pabrik. Untuk warna soga saja dikenal nama seperti soga emas, soga gadung, soga teh, soga kopi, dan jenis-jenis soga lain. Warna soga biasanya dilakukan untuk pencelupan terakhir batik kelir, ialah batik yang bagian latarnya diwarnai dengan warna-warna seperti; biru, hijau, jingga, merak ungu, kuning_atau warna-warna yang berdekatan dengan lingkaran warna (kash control). (Gambar 4, 8, 13, 14). Dan untuk nama batiknya disebut sebagai batik "latar kelir" kontras untuk batikbatik herlatar soga, hitam dan putih yang masing-masing disebut sebagai "batik latar soga". 3.3.2 Isen-isen Desain Batik Tradisional Pekalongan
www.stisitelkom.ac.id
8
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
Isen-isen ialah motif isian, biasanya dipakai untuk memberi kesan tekstur, memperjelas perbedaan motif dan pola, membentuk kesan dimensi dan membedakan bidang, isen-isen ini umumnya dikembangkan dari titik dan garis. Nama yang dipakai untuk menyebut isen didasarkan pada nama-nama benda yang sehari-hari dikenal dilinglcungan daerahnya, Batik Pekalongan termasuk pola-polanya banyak menggunakan isen. Pekeijaan membuat isen ini disebut "ngiseni" atau "ngelembuti", atau "mengintesi" karena pekerjaan ini membutuhkan kerajinan, ketekunan, kehalusan, sebagai hasil Pekalongannya menjadi halus. Adapun macam-macam isen yang dikenal untuk pembatikan di Pekalongan, yang dapat penulis kumpulkan adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Cecek, ialah titik-titik halus yang penyusunannya beruntun Cecek pitu, ialah titik-titik tujuh yang membentuk grouping Sisik, ialah bentuk garis yang menyerupai sisik ikan Sisik Melik, ialah bentuk garis sisik yang diisi dengan titik pada bagian tengahnya Cengkeh, ialah bentuk yang menyerupai bunga cengkeh Kembang jeruk, ialah bentuk yang menyerupai kembang jeruk Galaran, ialah bentuk yang disusun dari garis lembut, lurus dan sejajar (hampir rapat) 8. Galaran Inggek, ialah bentuk seperti galaran atau tepi getombang 9. Cecek Kypur, ialah titik-titik kecil yang tak beraturan susunannya 10. Pentil jambu, ialah titik-titik kecil buah jambu yang masih muda atau kecil 11. Walang Glugu, ialah isen batik menyerupai sejenis belalang ingsek (wawung) yang sering merusak pohon kelapa. 12. Pitik Melur, ialah isen batik yang menyerupai binatang lalat yang mengepalckan sayapnya 13. Wunian, ialah isen batik yang menyerupai buah wuni 14. Ukel, ialah isen garis yang melilit 15. Cacah gori, ialah isen garis-garis yang crossing, berupa arsiran teratur 16. Obat nyamuk, ialah isen batik garis yang melingkar-lingkar menyerupai obat nyamuk 17. Kembang pala, ialah isen batik garis yang menyerupai kembang pala 18. Babaha, ialah isen batik yang menyerupai padi-padian 19. Sawut, ialah isen batik yang menyerupai garis-garis bulu yang mengkerut ujungnya pada satu garis sumbu. 20. Cumplungan, ialah isen garis yang menyerupai bulatan, yang bertangkai pada bulatan berisi titik sedangkan ongkai itu menempel pada garis. 21. Truntum, ialah isen garis yang susunan titiknya tiga beruntun. 22. Kembang pring, ialah isen garis sawut, yang pada garis bulunya ditietesi dengan titik-titik.
www.stisitelkom.ac.id
9
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
23. Bengkung, isen garis bentuk sawut, yang pada garis bulunya terdiri dari titik-titik, yang menempel pada garis sumbu. 24. Satrio, ialah isen batik yang menyerupai, susunan sisik, yang bagian tengahnya ada garis semacam ukel. 25. Kitiran, ialah isen garis yang menyerupai buah kitiran yang bergerak. 26. Pentil Sawo, ialah isen garis yang menyerupai buah kecil dari buah sawo. 27. Grandel, isen batik yang menyerupai sawut, tapi garis bulunya pendek yang pada ujungnya membentuk pentul. 28. Tumban bolong, isen batik yang menyerupai bulatan yang tersebar tak beraturan, dengan ukuran yang sama. 29. Krokotan, ialah isen batik yang menyerupai krokotan, yaitu tumbuhan yang terdiri daun dan tangkai. 30. Sawut ukel, ialah isen batik yang susunannya terdiri dani sawut dan ukel. 31. Angkup, ialah isen batik yang terdiri dari semacarn grandil, daun kelapa. yang pada tiap satu garisnya ada dua garis yang hampir bertemu. 32. Titik ukel, ialah isen ukel yang terdiri dari susunan garis. 33. Blarakan, ialah isen batik yang menyerupai isen batik yang 34. Mata jeruk, ialah terdiri dari bulatan yang berisi titik pada tengahnya. 35. Semanggi, ialah isen batik yang terdiri dari semacasn bunga semanggi. 36. Cuwiri, ialah isen batik yang menyerupai lar api kecil. 37. Manggaran, ialah isen batik menyerupai manggar yang garis-garisnya terurai. 38. Tawakan, isen batik yang menyerupal ikan kecil 3.3.3 Pola dan motif desain batik Dalam penggambaran pola dan motif desain batik Pekalongan, penulis akan membicarakan dua pokok masalah, yaitu pola dan pengelompokan. 1. Penamaan pola Pola batik ialah ragam hias yang dipakai sebagai corak dasar batilc, sedangkan motif ialah dasar ragam dari suatu pola. Motif berarti bagian dari pola, pola c.enderung membentuk pengulangan motif, karena itu antara motif dengan pola dapat terjadi penamaan yang sama. Pola batik Pekalongan biasanya mempunyal "nama pola" yang kurang menc,erminkan simbul-simbul dari pola itu sendiri. Seperti pada batik tradisional klasik, dimana nama pola erat hubungannya dengan simbul pola itu sendiri, bahkan didukung dengan latar belakang status sosial pernakainya dan "kepercayaan" seperti pola "parang rusak", "sidomukti", "kawung" dan lain-lain. Nama pola batik biasanya menjadi nama batik itu sendiri, karena pola merupakan tema dari lukisan atau gambar dan simbol-simbol yang dinyatakan pada kain
www.stisitelkom.ac.id
10
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
batik tersebut. Tetapi batik-batik daerah pesisir, khususnya batik Pekalongan, polapolanya telah mengalami perubahan. Pola batik Pekalongan tunumnya tanpa menggunakan nama, tapi setelah selesai "dibabar" baru batik itu diberi nama. Narna batik Pelcalongan biasanya dihubungkan dengan nama-nama populer. Misalnya batik "ganevo", "batik ibu Tien" (Gambar 9). Selain nama yang tidak berhubungan sama sekali dengan simhol pada pola, juga terdapat nama-nama batilc sebagai arti pola-pola yang terdapat pada batik dimana polanya merupakan pola perkembangan dari batik tradisional klasik misalnya, "batik kapal kandas", "batik bangsi", "batik loreng". a. kelompok pola-pola yang menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris. Membentuk pola-pola yang geometris, ditentukan oleh aturan-aturan garis atau ilustrasi garis yang matematis dan disiplin dalam penataan wama dan perulangannya, pada pola-po)a geometris itu seperti "kawung", "Jelamprang", "onde", "Banji" dan lain-lain. b. kelompok orgarnis Pola-pola organis ini menggunakan garis-garis yang bebas, garis tersebut hidup dan bersifat dinanns. Pewarnaan pada pola-pola organis ddalcukan dengan bebas atau tidak beraturan biasanya menggunakan warna-warna yang banyak, pola organis ini seperti pola "Cuwiri", "Boketan", "Kram" dan lain-lain. c. kelompok kombinasi antara pola geometris dengan pota organis. Pola yang termasuk kedalam kelompok pola organis ialah campuran antara pola geometris dan pola organis. Misalnya bentuk desain dari garis pembagi bidang pola meirunjukkan unsur geometris tetapi motifnya unsur organis, seperti pola "Tambar, "Ceplokan". Pada kombinasi ini dibentuk dari garis-garis ilusi yang mengikat motif atau dasar. Pengembangan kelornpok itu berdasarkan bentuk-bentuk dasar dari garis-garis kontur suatu motif sendiri, serta garis ilustrasi yang mengikat motifnya, suatu dasar pola cenderung berbeda bidang-bidang pewamaannya. 3.4 Bahan Baku dan Proses Pernbuatan Batik Pekalongan Sebelum memulai pekerjaan membatik terlebih dahulu harus dipersiapkan bahanbahan yang diperlulcan, umpamanya kain mori, kain ini mempunyai 4 tingkatan yaitu prissima, voillissima, prima dan blacu. Sebagian besar pengusaha batik menggunakan kain priansima, viollissima, dan prima, sedangkan pengusaha kecil batik menggunakan kain blacu. Bahan-bahan baku yang diperlukan antara lain napthol, indigosol, rapid. Zat-zat kimia lain yang diperlukan adalah Turkey, , caustic soda,
www.stisitelkom.ac.id
11
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
formalin, dyeprint, nitrit, soda abu dan teepol. Pada umumnya wama napthol digunakan untuk wamawama dasar, sedangkan wama indigosol digunakan untuk warna coletan. Walaupun dernikian naptholpun dapat digunakan untuk wama coletan, juga indigosol dapat digunakan untuk warna dasar. Apabila semua bahan yang dibutuhkan telah tersedia, barulah pembatikan dapat dimulai. a. Sebelum kain mori diberi desain atau motif, jika kain morinya berupa blacu, maka terlebih dahulu harus diketel, supaya pori-pori kain terbuka, mudah dimasuld warna dan warna dapat masuk dengan rata Pengerjaan mengetel mori ini tidak hanya menghilangkan kanji, melainkan membuat kain mempunyai daya serap lebih tinggi dan supel, tetapi kekuatan kain menjadi berlcurang. Yang digunakan untuk mengetel pada dasarnya arialah campuran minyak nabati, umpamanya minyak kacang, dan bahan-bahan pembuat alkali, antara caustic soda, soda abu, air abu atau londo. Kain dikerjakan dengan campuran tersebut berulang-ulang dengan setiap kali pengerjaan kain dikeringkan dan dijemur. Pekerjaan mengetel mori ini ada beberapa cara, tetapi yang sering dipergunakan adalah mengetel dengan campuran minyak kacang atau caustic soda. b. Proses penganjian, setelah kain diketel lalu dikanji dan dijemur sampai kering. c. Perencanaan motif menurut selera masing-masing. d. Jika pembatikan menurut pensil, hendalcnya diberi lilin atau malam tulis dan tembokan untuk menjaga agar daerah-daerah yang dililin atau ditembold tetap putih nantinya. e. Setelah pembatikan mulai dengan wama coletan. Pewarnaan dengan coletan ialah memberi warna pada kain mori setempat dengan larutan zat warna yang dikuaskan atau dilukis dimana daerah yang diwarnai itu dibatasi oleh garis-garis lilin sehingga warna tidak merembes ke daerah lain. Perlu diperhatikan untuk menghasilkan warna lebih dari satu dapat dilakukan dengan pencoletan ataupun pencelupan berulangulang. f. Pembatikan yang sudah dicolet atau diwamai lalu dikuatkan dengan bahan pembangkit lalu dijemur. g. Setelah kain tersebut kering warna-wama yang dikehendaki ditutup dengan Pewarnaan dernikian adalah pembentukan warna dasar, proses pewarnaan berlangsung dari wama tua ke wama muda. h. Melorod, yaitu memasukan batik yang masih ada lilinnya kedalam air mendidih, maka lilin akan larut dan nampaklah kain batik yang sudah jadi. Air panas sebagai air lorodan tersebut biasanya diberi larutan kanji untuk kain batik dengan zat warna dari nabati, sedangkan untuk zat warna dari anilin atau sintetis air lorodan diberi soda abu. i. Setelah dilorod kain dikeringkan.
www.stisitelkom.ac.id
12
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
j. Kain disetrika dan finishing k. Siap untuk dipasarkan. 3.5 Kualitas Motif Batik Pekalongan Sejak masa perkembangannya, batik-batik yang dihasilkan daerah Pekalongan nampak lebih dinarnis jika dibandingkan dengan batik-batik yang dihasilkan oleh daerah pembatikan lain dan temyata batik corak khas Pekalongan adalah merupakan batik yang paling banyak disukai konsumen dari berbagai tingkat sosial baik didalam maupun di luar negri. Kehalusan dan penataan warna yang artistik adalah merupaican salah satu faktor keunggulan dari pada batik Pekalongan disamping penerapan omamen atau ragam hias yang tidak monoton. Jika kita perhatikan dari segi wania, corak dan motifnya, batik Pekalongan tampak lebih bebas dan tidak konservatif. Antara motif lama dan motif baru, dan motif daerah tainnya, sehingga tampak banyak sekali pengaruh luar seperti pada karya batik Pekalongan. Monf batik Pekalongan selalu berubah menurut apa yang sedang laku pada waktu itu sehingga tidak ada penilaian motif mana yang dianggap berrnutu atau asli, ( wawancara dengan bapak H.A Kadir Muharnad dan bapak Zakie Yastnin ). Perubahan-perubahan motif mungkin sekali digabung atau dimasukan unsur motif dari daerah lain seperti Solo dan Yogya. (Gambar 11) Pekalongan nampaknya merupakan daerah pembatik yang serba bisa dalam hal "tirumeniru" atau mengkombinasikan berbagai corak, motif dan warna dari berbagai daerah pembatik, ( Tifico, kota batik Pekalongan, dalam kebudayaan Indonesia, No. 18 September 1980, hal;23 ). Ini diperkirakan akibat berbagai pengaruh lingkungan masyarakat pengrajin batik disana, yang jika diteliti secara geografis, daerah Pekalongan adalah jauh dari daerah Keraton Jawa yang masih mempunyai pengaruh dan aturan ketat seperti halnya Yogya dan Solo, sehingga masyaralcat pengrajin batik disana dapat bebas dan leluasa untuk menciptakan karya-karya batilcnya dan dengan sendirinya dapat leblh mudah menerima dan menyerap pengaruh nilai-nilai yang datang dari daerah dan negara lain. Pengaruh daerah pembatikan lain cukup banyak terdapat pada batik-batik Pekalongan, terutama pada batik-banknya yang bercorak semen. Semen adalah sejenis motif figuratif yang terdiri dari ornarnen-ornamen garuda, sawat, burung, naga, binatang, pusaka dan lidah api. Ragam hias bentuk garuda atau sawat pada dasarnya masih ada persamaan dengan ornamen dari Solo dan Yogya
www.stisitelkom.ac.id
13
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
Bentuk-bentuk garuda dan burung dalam motif semen khas Pekalongan kebanyalcan digambarkan tidak realtstis, akan tetapi sepintas lalu lebih menyerupai bentuk-bentuk tangkai atau daun-daun tumbuhan. Bukan hanya pada jenis semennya saja, pada jenis lainpun seperti lereng, kawung (Gambar 19), c,eplokan, tambal dan sebagainya banyak ditemui di Pelclongan terdapat unsur-unsur kesamaan dengan jenis motif daerah pembatik lain. Lebih-lebih batik yang Orang Belanda yang pernah terjun dalam pembatikan dan berpengaruh seperti yang dikemukakan diatas, adalah Van Zuylen, terkenal dengan batiknya yang halus dengan bentuk tumbuhan yang realistis. Adapun ciri-ciri yang khas dari pada batik daerah Pekalongan, secara garis besarnya dapat disimpulkan sebagai berikut: Motif Klasik semua jenis semen yang berornarnen tumbuhan, binatang seperti; burung (garuda, merak, cuwiri), naga, dan meru yang ornamen isennya terdiri dari garis-garis bukan cezek-ceeek seperti pada semen Solo dan Yogya (Gambar 4), motif yang menggambarkan saat perang VOC (Gambar 5) juga banyak terdapat didaerah Pekalongan. Motif khusus ialah : a. motif Jelamprang semacam nitik dengan ornamen dasar berupa lingkaran b. bentuk-bentuk liong berupa phonix besar berbulu panjang berjumbai pada ekor, sayap dan kepalanya. c. bentuk-bentuk tumbuhan realistis motif-motif gaya Cina berupa bentuk-bentuk realistis penuh cecek atau garis-garis sebagai pengisi ornamennya. Motif dan warna berkembang sesuai dengan permintaan konsumen yang terus meningkat dan meluas pasarannya, para produsen atau pengrajin batik merasa kewalahan atas pennintaan tersebut. Para produsen atau pengrajin mencari jalan penyelesaian untuk masalah tersebut dengan menawarkan batik yang memakai teknik printing dan cap, karena untuk pembuatan batik tulis memerlukan waktu yang cukup lama serta ketelitian pembatik. Ternyata konsumen menyambut dengan baik batikbatik printing tersebut karena motif dan warnanya tetap baik harganyapun terjangkau oleh konsumen. (Gambar 7,12) Dampak negatif yang dihasilkan dari batik yang memakai teknik printing dan cap tersebut membuat para produsen atau pengrajin batik terlena sehingga batik khas daerah Pekalongan ini jadi hilang dan terlupakan. Batik lama menjadi suatu barang antik atau langka untuk daerah Pekalongan (batik tersebut tidak menjadi tuan rumah dibuat belakangan ini, tidak sedikit gambar-gambar wayang atau relief cerita Ramayana dengan berbagai variasinya diterapkan orang sebagai ornamen kombinasi atau motif tersendiri. Adapun motif yang dianggap asli daerah Pekalonagn adalah motif felamprang, motif nitik berbentuk titik-titik yang tergolong geometris (Gambar I)
www.stisitelkom.ac.id
14
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
Nilai-nilai atau pengaruh Cina juga banyak diserap oleh para pengrajin batik di daerah Pekalongan, seperti jenis-jenis ornamen motif batik berbentuk burung phonix, liong atau naga, singa, ikan hias, kijang, merak dan sebagainya, yang semuanya itu banyak terdapat pada benda-benda keramilc, gambar-gambar dan bordir-bordiran yang berasal dari negara Cina sehingga masyarakat luas khususnya masyrakat penggemar batik tidak asing. lagi dengan nama-nama seperti Oey Soen tjoen, Go Kam Tjio, Kho Siet Kwie, The Tie Siet dan sebagainya Nama-nama tersebut adalah pencipta batik halus yang terkenal dengan permainan e,eeek yang berbentuk titik-titik panjang dan wama khas Pekalongan, coklat muda untuk wama dasar, coklat tua untuk warna motif. Disamping pengaruh Cina, pengaruh Eropa pun tidak sedikit tercermin dalam batikbatik khas Pekalongarr, seperti kata "Boketcrn", dari kata Perancis Bouquet, yakni nama suatu hiasan berbentuk karangan bunga ala Eropa. Batik bermotifkan boketan ini banyak sekali jenis dan variasinya, sehingga banyalc pulalah nama-nama yang diberikan orang untuk motif jenis ini. Seperti sering kita temui bentuk-bentuk merak dibubuhIcan dalam motif ini dengan sebutan, "Boketan merak" (Gambar 6), kemudian bentuk-bentuk kartu dengan sebutan "Boketan kartu" dan lain-lain. (Gambar 10) Ornamen-ornamen tambahan ini biasanya diterapkan dibagian tengak kain yang jumlahnya tidaklah begitu banyak. Batik bermotifIcan boketan inilah yang paling dominan dan paling banyak digemari oleh wanita-wanita Eropa, Cina, dan juga hampir setiap wanita diseluruh Indonesia menyukai motif-motif jenis ini. didaerah sendiri), walaupun barang tersebut rnasih ada tetapi memiliki nilai jual jauh lebih tinggi dari harga dulu. Pembatik Pekalongan saat ini tidak lagi mampu untuk membuat batik-batik tulis yang halus dan rapi serta memiliki nilai seni te:sendiri seperti yang dihasilkan oleh para pendahulu mereka, karena saat ini mereka tidak mernikirkan nilai seni dari kain tersebut melainkan bagaimana meraka dapat dengan cepat memenuhi permintaan dan dapat dengan cepat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka. Membicarakan tentang kualitas batik Pekalongan adalah merupakan hal yang sangat penting dan perlu dikaji kembali. Kualitas batik Pekalongan saat ini dapat dikatakan menurun karena seperti yang telah penulis bahas pada halaman sebelumnya bahwa batik Pekalongan yang diproduksi zaman dulu menriliki nilai seni yang tinggi .dan hasil pekerjaannya yang sangat indah, karena dikerjakan oleh tangan-tangan yang cekatan dan terampil. Pengaruh ornamen disini sangat memegang peranan penting karena ornamen yang berkembang menjadi bentuk-bentuk lain atau dimodifikasi lagi tetapi menjadi lebih sederhana sehingga mudah ditiru atau dibuat.
www.stisitelkom.ac.id
15
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
Dapat disimpulkan dengan perkembangannya ornamen pada batik Pekalongan membuat kualitas batik tersebut menurun dan memiliki nilai seni dan nilai jual yang lebih rendah. Nilai seni dan nilai jual diukur dengan melihat dari proses pengerjaannya sedangkan bahan balcunya tidak banyak perubahan. Bila Icita berbicara tentang kualitas batilc Pekalongan maka tidak adil rasanya bila kita tidak melihat sisi lainnya yang lebih baik dari batik Pekalongan ini, yaitti berkaitan dengan lcuantitas atau jumlah produksi yang cukup tinggi. Dengan menurunnya lcualitas batik Pekalongan dapat meningkatkan produksi kain batik karena proses pengerjaan atau pembuatan lebih mudah (proses printing) dan dengan biaya produksi yang tidak terlalu tinggi sehingga nilai jual lebih rendah. Dengan harga jual yang lebih rendah maka konsumen mampu untuk membelinya dan pennintaan dipasaran pun meningkat.
www.stisitelkom.ac.id
16
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1