MATERI PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Karakter Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Alokasi Waktu KKM
: MAN Tempel : Bahasa Indonesia : XI/1 : Komunikatif : Membaca 2. Mengungkapkan secara lisan informasi hasil membaca dan wawancara :2.1 Menjelaskan secara lisan uraian topik tertentu dari hasil membaca (artikel atau buku) : 2.1.1 Menyusun data pokok-pokok isi artikel/buku yang bertema “Etika Lingkungan” 2.1.2 Menyampaikan (secara lisan) isi bacaan yang bertema “Etika Lingkungan” memperhatikan pengggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 2.1.3 Mengemukakan hal-hal yang menarik dalam artikel/buku yang bertema “Etika Lingkungan” : 2 X 45 menit (1 pertemuan) : 74
A. Materi Pembelajaran 1. Artikel merupakan bentuk karangan yang membahas berbagai masalah. Masalah yang dibahas dalam artikel masalah yang aktual. Artikel menyajikan informasi bagi pembaca. Artikel berbentuk karangan deskripsi atau eksposisi. Artikel dapat didefinisikan sebagai bentuk karangan yang berisi analisis suatu fenomena alam atau sosial dengan maksud menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, bagaimana, dan mengapa fenomena itu terjadi. Artikel dapat menawarkan wawasan baru, baik berupa teori maupun keterampilan atau alternatif pemecahan masalah. Artikel-artikel dalam berbagai majalah dan surat kabar pada umumnya dapat digolongkan sebagai karangan eksposisi. Karangan yang berbentuk eksposisi biasanya berisi penjelasan-penjelasan yang bersifat informatif atau instruktif tentang berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, agama, keuangan, kesehatan, keluarga, olahraga, ilmu dan teknologi, kesusastraan, hukum, dan lain-lain. Artikel juga dapat digolongkan sebagai karangan argumentasi. Karangan yang berbentuk argumentasi pada umumnya bertujuan untuk meyakinkan pembaca akan pendapat atau sikap pengarang tentang suatu hal. Untuk tujuan itu, pengarang biasanya mengemukakan fakta-fakta, analisis fakta-fakta itu, dan kesimpulan berdasarkan analisis tersebut. Semua ini merupakan argumentasi yang digunakan oleh pengarang untuk meyakinkan pembaca. Keseluruhan artikel dapat dipahami, jika pokok pikiran dan jalinan hubungan antara semua pokok-pokok pikiran itu telah dipahami. Oleh karena itu, bacalah artikel untuk mendapatkan pikiran-pikiran pokok tiap paragraf. Untuk menemukan topik artikel diperlukan langkah-langkah sebagai berikut. a. Membaca dan memahami artikel secara utuh. b. Mencatat pokok-pokok isi artikel. Pokok-pokok isi artikel merupakan sesuatu hal yang dibahas. c. Mencatat topik dan pokok permasalahan yang dibahas dalam artikel. d. Memberikan pendapat atau uraian beserta alasan terhadap topik yang ditemukan. e. Menyampaikan secara lisan topik artikel yang dibaca dengan alas an perlunya membaca artikel tersebut.
2. Menemukan informasi dari sebuah artikel lebih mudah daripada sebuah buku, caranya Anda baca keseluruhan artikel,kemudian temukan pokok pikiran tiap-tiap paragraf dalam artikel tersebut. Pokok-pokok pikiran itulah yang merupakan informasi artikel tersebut. 3. Informasi sebuah buku dapat diperoleh dengan cara berikut ini : a. Temukan informasi awal sebuah buku melaluijudul buku. Judul buku non fiksi biasanya menggambarkan isi buku. b. Lihat daftar isi buku! Judul bab dan subbab merupakan pokok-pokok informasi yang sistematik. c. Baca buku sesuai keperluan. Maksudnya, informasi apa yang kita perlukan bagian itulah yang kita baca dan kita beri tanda. d. Temukan pokok-pokok pikiran tiap-tiap paragraf yangtelah kita tandai tadi.. Pokok-pokok pikiran itulah yang merupakan informasi buku tersebut. 4.
Contoh Artikel : MANUSIA BERLEBIHAN MENGEKSPLOITASI BUMI
Manusia sudah mengeksploitasi bumi secara berlebihan. WWF memperkirakan, dalam 50 tahun mendatang, eksploitasi terhadap sumber daya alam di bumi akan meningkat dua kali lipat. Bumi terancam kehabisan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, kecuali manusia mau mengubah pola hidup. “Kita sudah berlebihan mengesploitasi alam. Manusia mengonsumsi sumber daya alam lebih cepat daripada bumi menghasilkannya. Generasi masa depan bisa kehabisan sumber daya jika pola hidup manusia saat ini tidak diubah, “papar James Leape, Direktur Jenderal WWF dalam laporan bertajuk Living Planet. Laporan tersebut merupakan nerasa keseimbangan lingkungan hidup yang diterbitkan setiap tahun. Laporan itu mengungkap pertumbuhan terus-menerus akan permintaan kapasitas bumi untuk memproduksi udara bersih dan menyediakan bahan mentah, makanan, serta energi. Dua tahun silam, laporan yang berbasis data 2001 menyatakan, konsumsi populasi bumi telah melampaui kapasitas bumi dalam menghasilkan sumber daya hingga lebih dari 20%. Laporan di tahun 2006 mengungkapkan bahwa manusia mengonsumsi sumber daya 25% lebih cepat daripada kemampuan bumi untuk memproduksinya. Limbah ekologis manusia meningkat tiga lipat dalam periode 1961-2003. Sebagian besar limbah dipicu penggunaan bahan bakar fosil, seperti minyak dan batu bara. WWF mengungkapkan bahwa emisi karbon dioksida dari konsumsi energi adalah komponen yang tumbuh paling cepat dalam indeks periode tersebut. Emisi karbon dioksida meningkat lebih dari Sembilan kali lipat. Sementara itu, survei kehidupan binatang periode 1970-2003 menemukan jumlah spesies darat berkurang 31%, spesies air tawar berkurang 28%, dan spesies laut berkurang 27%. “Tren global ini menunjukkan manusia merusak ekosistem alam pada kecepatan tertinggi dalam sejarah manusia, “papar WWF. WWF mengungkapkan, setiap manusia di permukaan bumi menempati ruang ekologis setara 2,2 hektare dalam hal kapasitas manusia untuk menghasilkan polusi atau mengonsumsi energi serta sumber daya yang lain, misalnya makanan. Padahal, bumi hanya mampu menawarkan ruang ekologis sebesar 1,8 hektare per orang. WWF memperkirakan, bahkan jika manusia pada saat ini mengubah radikal kebiasaan konsumsi, pada 2040 sumber daya bumi hanya akan kembali ke level 1980-an. Pada 1980-an pun, manusia sesungguhnya sudah melampaui level berlebihan dalam mengeksploitasi bumi. Negara-negara yang dinilai paling berlebihan mengonsumsi sumber daya bumi adalah Uni Emirat Arab (11,9 hektare) dan AS (9,6 Hektare). Kedua negara tersebut menempati posisi paling atas karena penduduknya sangat boros mengonsumsi energi. Sementara ini, Firlandia dan Kanada menyalip Kuwait di posisi ketiga dan keempat. Seperti negara-negara lain di wilayah Skandinavia, Finlandia mengonsumsi energi pada level relatif rendah. Namun Finlandia sangat rakus melahap sumber daya hutan untuk industry kayu. Australia, Estonia, Swedia, Selandia Baru, dan Norwegia menempati posisi-posisi lain dalam kelompok sepuluh terbesar pengekploitasi bumi. Denmark, Perancis, Belgia, dan Inggris mengikuti mereka.di Asia, Cina yang memiliki penduduk 1,2 miliar jiwa, menempati posisi ke 69 dengan ruang ekologis rata-rata 1,6 hektare per orang. WWF mengungkapkan, perekonomianyang tumbuh paling cepat di Asia, memiliki peran penting dalam menentukan kesinabungan sumber daya alam. Penilaian ruang ekologis negara yang disusun WWF melibatkan penelitian lahan pertanian,hutan, dan perikanan. Wilayah-wilayah itu vital untuk memproduksi makanan, serat, dan kayu yang dikonsumsi negara tersebut. Di samping itu, penelitian tersebut juga menghitung
kemampuan sebuah negara untuk menyerap lim bah yang diproduksi ketika membangkitkan energi, sekaligus ruang yang dihabiskan untuk infrastruktur. Alex Suryanto, Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia
B. Sumber dan Bahan Belajar 1. http://www.belantaraindonesia.org/2013/01/tissue-merusak-hutan-dunia.html?m=0 2. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012.GBIM Pendidikan Lingkungan Hidup. Deputi Komling dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Deputi Komling dan Pemberdayaan Masyarakat 3. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA kelas X karya Alex Suryanto dan Agus Haryanto terbitan ESIS 2007 halaman 9-12 Bahan: Artikel bertema “Etika Lingkungan”
Tissue, Merusak Hutan Dunia! Tissue, merusak hutan dunia! Tahukah Anda dengan Tissue? Ya, benda yang sangat umum dan sering di gunakan oleh hampir manusia di dunia. Biasanya di gunakan untuk membersihkan tangan, membersihkan barang, membasuh muka dll. Tetapi tahukah Anda bahwa tissue juga bisa berbahaya untuk kita dan dunia kita?
Bisa dikatakan penggunaan tissue dalam kehidupan sehari - hari memang terhitung praktis. Tetapi pernahkah terlintas di pikiran kita bagaimana asal muasal tissue sampai bisa digunakan oleh kita sehari hari? Tissue mulai dibuat sekitar tahun 1880 - an dari bahan baku kulit kayu yang dijadikan pulp (bubur kertas ) dan sampai sekarang pun bahan baku dalam pembuatan tissue masih menggunakan kayu. Kayu yang didapat pastinya dari hasil penebangan pohon - pohon di hutan. Biasanya tissue di Indonesia menggunakan bahan baku dari pohon. Sadarkah kita bahwa penggunaan tissue yang berlebihan ikut mendukung kerusakan hutan? Dimisalkan saja Anda menggunakan 10 sheet tissue dalam sehari dari pemakaian untuk membersihkan tangan, mulut, atau pun hidung disaat sedang flu. Apalagi saat sedang flu yang biasanya memerlukan banyak persediaan tissue. Dalam 1 pack tissue terdapat 20 sheet, dan ternyata dari 1 pohon berumur 6 tahun hanya bisa menghasilkan 2 pack tissue saja, 40 sheet lah jadinya. berarti dalam 4 hari saja kita sudah menghabiskan 1 pohon.
Padahal dari satu pohon itu bisa menghidupkan sekitar 3 orang. Bayangkan berapa jumlah orang disekitar anda yang menggunakan tissue setiap harinya. Pasti sangat banyak. Sampai saat ini pun Indonesia sudah kehilangan sekitar 72% hutan aslinya dan semakin haripunkerusakan hutan masih tetap berlanjut. Penggunaan tissue dapat kita minimalisir dengan beralih menggunakan sapu tangan atau handuk. Memang penggunaannya tidak sepraktis memakai tissue yang sekali pakai bisa langsung di buang, sapu tangan harus dicuci agar dapat digunakan kembali. Tetapi lihat saja manfaat penggunaan sapu tangan selain mengurangi kerusakan hutan, kita juga membantu mengurangi penumpukan sampah. Jika dilihat dari segi produksinya, menghemat penggunaan tissue dapat mengurangi pemborosan energi dan air saat proses produksi. Belum lagi dampak negatif lainnya dari segi kesehatan yakni dari penggunaan tissue yang berlebihan. Kita kerap menggunakannya untuk mengambil atau membungkus makanan, misalnya gorengan, untuk menghindari tangan kotor atau menyerap minyak yang berlebihan pada makanan tersebut. Padahal, zat kimia yang terkandung dalam kertas tissue, kata Sapto Nugroho Hadi, dari Departemen Biokimia IPB, dapat bermigrasi ke makanan. Zat ini disebut pemutih klor yang memang ditambahkan dalam pembuatan kertas tissue agar terlihat lebih putih dan bersih. Zat ini bersifat karsinogenetik ( pemicu kanker ). Hal yang sama juga terjadi pada kertas yang lain, entah kertas koran atau majalah, yang sering dipakai untuk membungkus makanan. Kertas - kertas ini mengandung timbal ( Pb ) yang bisa berpindah kemakanan karena panas makanan.Timbal yang masuk ketubuh akan meracuni tubuh dan menyebabkan beragam gangguan, dari kondisi pucat sampai lumpuh. Dengan mengetahui berbagai plus minus penggunaan tissue kami mengajak Anda semua untuk mengurangi penggunaan tissue dan mulai beralih menggunakan saputangan sejak detik ini. Semua berawal dari sesuatu yang sederhana untuk hutan kita, sebab hutan adalah titipan Sang Pencipta untuk cucu - cucu kita nantinya. Sayangi bumi ini, selamatkan hutan kita.
Sumber: http://www.belantaraindonesia.org/2013/01/tissue-merusak-hutan-dunia.html?m=0
Mengetahui, Kepala MAN Tempel
Tempel, 23 Juni 2014 Guru Mata Pelajaran,
Drs. H. Moh Arifin, M. A. NIP 19550830 198103 1 003
Dwi Wahyuni, S. Pd. NIP 19760928 200901 2 003