CORPORATE SOCIAL PERFORMANCE (CSP) BANK SYARIAH DI INDONESIA Luhur Prasetiyo, M.E.I. A. Latar Belakang Masalah Perbankan Islam atau yang lebih dikenal dengan Perbankan Syariah di Indonesia telah menjadi mesin penggerak utama bagi proyek ilmu ekonomi Islam dan Islamisasi ilmu ekonomi yang telah dirintis sejak lima dekade yang lalu. Pengakuan dan penerimaan terhadap perbankan syariah dalam sistem keuangan global telah memberikan energi positif bagi para penggiat ekonomi Islam untuk melanjutkan upaya Islamisasi ilmu ekonomi dan juga institusi ekonominya. Setengah abad yang lalu, bank syariah sama sekali belum dikenal. Namun, saat ini puluhan negara yang pasarnya sedang bangkit dan berkembang ikut menerapkan sistem perbankan dan keuangan syariah. Latar belakang yang mendasarinya, menurut Zamir Iqbal, adalah telah lahirnya kesadaran bahwa lembaga kredit yang merupakan sistem perbankan dan keuangan kapitalis yang berdasarkan bunga yang established diterapkan oleh negara-negara muslim selama dua abad terakhir di bawah pengaruh kolonialisme telah berimplikasi buruk pada pembangunan. 1 Selain itu, kesadaran pengembangan perbankan syariah, dalam pandangan Abdullah Saeed, juga dipengaruhi oleh munculnya gerakan kebangkitan Islam (Islamic Revivalism), terutama dari kelompok gerakan neoRevivalis yang dimotori oleh tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin (Mesir) dan Jam’iyat Al-Islami (Pakistan). Menurutnya, tokoh-tokoh dari kelompok ini memiliki pendapat yang tegas bahwa bunga bank termasuk riba dan menyarankan untuk menghilangkannya. Hal ini kemudian membawa pengaruh pada aturan hukum di beberapa negara muslim yang mengkategorikan bunga termasuk riba. Sehingga pada tahun 1970-an, banyak para pemimpin pemerintahan kemudian menetapkan penghapusan bunga. Kondisi ini juga 1
Zamir Iqbal, “Islamic Financial System”, World Bank: Finance and Development, June
1997, 1.
1
didukung oleh melimpahnya hasil kekayaan minyak di negara-negara kawasan teluk yang kemudian mendorong jutaan dolar diinvestasikan untuk mendirikan bank-bank Islam di Timur Tengah dan secara bersamaan Pakistan, Iran dan Sudan menetapkan menghapus bunga dalam sistem perbankan dan keuangan mereka. 2 Perbankan dan keuangan Islam kemudian berkembang secara pesat satu dekade berikutnya. Hal yang menarik adalah ketertarikan negara-negara nonMuslim dalam menerapkan keuangan Islam di negaranya seperti Denmark, Luxembourg, Swiss dan Inggris. Bahkan, pusat-pusat keuangan dunia, seperti New York, Tokyo, London, Hongkong dan Singapura juga sudah mendeklarasikan keinginan mereka untuk menjadi pusat keuangan Islam dunia. Keuangan Islam telah diakui sebagai fenomena global yang telah terbukti sebagai suatu sistem keuangan yang mampu bertahan di tengah krisis ekonomi dan diharapkan mampu memberikan keadilan ekonomi. Penasihat Kebijakan Keuangan Pemerintah Inggris, Omar Shaikh, menyatakan bahwa Inggris kini telah menjadi pusat perbankan Islam di Eropa. “Sistem ini berkembang berkat dukungan politik pemerintah Inggris yang melihat pelaksanaan sistem ini sebagai peluang bisnis,” katanya dalam Seminar Islamic Finance Management di University of Glasgow.3 Menurut Iqbal,4 pondasi filosofis sistem perbankan dan keuangan Islam berakar pada konsep interaksi faktor-faktor produksi dan perilaku ekonomi yang Islami. Menurutnya, sistem Islam memberikan penekanan yang sama pada dimensi etis, moral, sosial, dan spiritual dalam upaya meningkatkan keadilan dan pembangunan massyarakat secara keseluruhan. Hal ini, menurutnya, sangat berbeda dengan sistem keuangan konvensional yang terfokus terutama hanya pada aspek transaksi keuangan dan ekonomi saja.
2
Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga: Studi Kritis Larangan Riba dan Interpretasi Kontemporer, Edisi Terj., (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 25-26. 3 Inggris Pusat Perbankan Syariah di Eropa, Republika 6 April 2014, didownload pada 7 Mei 2014 4 Zamir Iqbal, “Islamic Financial”, 3
Dalam konsepsi Islam, aktifitas komersial, jasa dan perdagangan harus disesuaikan dengan prinsip Islam di antaranya “bebas bunga”. Hal inilah yang juga menjelaskan mengapa pada tahap awal bank Islam atau bank syariah juga dikenal sebagai bank “bebas bunga”. Meski demikian, perbankan syariah tidak bisa disederhanakan menjadi sekedar bank “bebas bunga”. Karena, pandangan yang penting “bebas bunga” saja, merupakan jebakan pengembangan bank syariah yang hanya berfokus pada aspek transaksi saja dan mereduksi pondasi filosofisnya. Menggambarkan sistem ini secara sederhana dengan hanya “bebas bunga”, menurut Iqbal, tidak menghasilkan suatu gambaran yang benar atas sistem ini secara keseluruhan.5 Melarang menerima dan membayar bunga memang menjadi inti (nucleus) dari sistem perbankan syariah. Tetapi, menurut Chapra, hal ini harus didukung oleh nilai-nilai Islam yang sangat fundamental, seperti berbagi risiko, hak dan kewajiban individu, hak milik, kesucian kontrak dan tanggung jawab pembangunan bangsa atau umat. Sehingga akan terbentuk kelembagaan perbankan
syariah
yang mendorong
sharing risiko,
mempromosikan
enterpreneurship, melemahkan perilaku spekulatif, dan menekankan kesucian kontrak.6 Sistem perbankan dan keuangan Islam yang ada saat ini tercipta sebagai hasil ijtihad para ulama dalam rangka menyelaraskan semua aspek kehidupan seorang muslim dengan ajaran agamanya. Hal ini dikarenakan Islam adalah sebuah cara hidup yang komprehensif yang tidak hanya mencakup halhal yang bersifat ritual, tetapi juga mengatur hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi, politik, dan aspek kehidupan lainnya. Sistem perbankan syariah, seperti halnya aspek-aspek lain dari pandangan hidup Islam, merupakan sarana pendukung untuk mewujudkan tujuan dari sistem sosial dan ekonomi Islam. Beberapa tujuan dan fungsi penting yang diharapkan dari sistem perbankan Islam, menurut Chapra, antara lain: (a) kemakmuran ekonomi yang meluas dengan tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum; (b) keadilan sosial-ekonomi dan 5 6
2000), 5.
Zamir Iqbal, “Islamic Financial”, 3. M. Umer Capra, Sistem Moneter Islam (Jakarta: Gema Insani Press & Tazkia Cendekia,
distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata; (c) stabilitas nilai uang untuk memungkinkan alat tukar tersebut menjadi suatu unit perhitungan yang terpercaya , standar pembayaran yang adil dan nilai simpan yang stabil; (d) mobilisasi dan investasi tabungan bagi pembangunan ekonomi dengan caracara tertentu yang menjamin bahwa pihak-pihak yang berkepentingan mendapatkan bagian pengembalian yang adil; dan (e) pelayanan yang efektif atas semua jasa-jasa yang biasanya diharapkan dari sistem perbankan. Dalam pandangan Chapra, jelas bahwa selain memberikan jasa keuangan yang halal bagi komunitas muslim secara khusus, sistem keuangan dan perbankan Islam diharapkan juga memberikan kontribusi bagai tercapainya tujuan sosioekonomi Islam.7 Senada dengan Chapra, Lewis & Algaoud menyimpulkan bahwa tujuan utama perbankan dan keuangan Islam dari perspektif Islam mencakup: (1) penghapusan bunga dari semua transaksi keuangan dan pembaruan semua aktifitas bank agar sesuai dengan prinsip Islam; (2) pencapaian distribusi pendapatan dan kekayaan yang wajar; dan (3) promosi pembangunan ekonomi.8 Bank syariah dikembangkan sebagai lembaga keuangan yang semua kegiatan usahanya didasarkan pada prinsip-prinsip dasar dalam ekonomi Islam. Dalam ekonomi Islam, tujuan kegiatan ekonomi, termasuk lembaga keuangan, tidak hanya terfokus pada tujuan komersial yang berorientasi pada keuntungan (profit oriented) semata, akan tetapi ada tujuan lain yang harus diperhatikan oleh pelaku ekonomi, yaitu memberikan kesejahteraan sosial. Tujuan lain inilah yang kemudian dalam dunia perbankan syariah dikenal dengan fungsi sosial bank syariah. Fungsi sosial bank syariah tersebut sejalan dengan teori Corporate Social Responsibility (CSR) yang bertujuan agar perusahaan tidak hanya menjalankan kepentingan para pemegang saham (shareholder) saja, tetapi juga memperhatikan kepentingan stakeholder yang terdiri dari para pekerja, 7
Chapra, Sistem Moneter, 2. Latifa M. Algaoud dan Mervyn K. Lewis, Perbankan Syariah, terj. Burhan Wirasubrata (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003), 135. 8
komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen, dan lingkungan. 9 CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan Triple Bottom Lines (3P), yaitu Profit, People, dan Planet. Dengan prinsip 3P ini, tujuan bisnis tidak lagi hanya mencari laba (profit), tetapi juga harus menyejahterakan orang (people) dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini (planet).10 Di Indonesia sendiri, secara formal perkembangan industri perbankan syariah di tanah air sudah berjalan lebih dari 20 tahun. Beberapa perubahan memang nampak di sana sini. Di antaranya adalah merebaknya sistem bagi hasil yang digunakan dalam berbagai bentuk lembaga keuangan syariah, menyebarnya dakwah-dakwah agama yang mengangkat tema ekonomi Islam dan lembaga keuangannya, munculnya forum-forum kajian keilmuan yang membincangkannya dan lebih formal terbentuknya program studi atau jurusan perbankan syariah dalam institusi-institusi pendidikan tinggi, terbentuknya pangsa pasar baru dalam masyarakat, munculnya iklan-iklan promosi lembaga ini dalam media cetak maupun elektronik, serta sering terdengarnya istilahistilah Arab asing –setidaknya bagi masyarakat awam- mengenai produkproduk bank syariah, dan sebagainya. Kondisi ini jelas merupakan fenomena yang menarik untuk dicermati lebih jauh lantaran pada 20-an tahun sebelumnya belum ada dalam masyarakat. Perkembangan tersebut tentu menggembirakan, tetapi tidak kemudian hanya menumbuhkan euforia saja. Perkembangan tersebut harus dijawab oleh manajemen bank syariah dengan kinerja yang baik, karena bank merupakan lembaga yang beroperasi atas dasar kepercayaan. Ketika nasabah tidak percaya kepada suatu bank, maka dengan segera dia akan beralih ke bank lain yang lebih dipercaya. Terkait dengan fungsi sosial bank syariah, di Indonesia juga sudah dikenal fungsi sosial bank syariah di samping fungsi bisnisnya. Bahkan, hal ini 9 A.B. Susanto, Reputation-Driven Corporate Social Responsibility: Pendekatan Strategic Management dalam CSR (Jakarta: Esensi Group Erlangga, 2009), 109-118. 10 Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah (Bandung: Alfabeta, 2009), 191.
dipertegas oleh UU Perbankan Syariah nomor 21 tahun 2008 Pasal 4 yang menjelaskan bahwa bank syariah memiliki fungsi sosial, di samping fungsi komersialnya.11 Hal ini tentu sejalan dengan prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam yang tidak hanya terfokus pada tujuan komersial semata, akan tetapi juga mempertimbangkan perannya dalam memberikan kesejahteraan secara luas bagi masyarakat yang merupakan implementasi peran bank syariah selaku pelaksana fungsi sosial. Tetapi persoalannya, selama ini evaluasi terhadap kinerja bank lebih terfokus kepada kinerja bisnis atau finansialnya semata. Cukup banyak penelitian yang menilai kinerja finansial bank syariah yang kemudian lebih dikenal dengan kesehatan bank syariah. Sementara, kinerja sosial bank syariah sering kali terlupakan. Sebenarnya, sejauhmanakah pemenuhan tanggung jawab sosial itu telah dilakukan oleh bank syariah? Apakah selama ini bank syariah memang memperhatikan fungsi sosialnya, di samping fungsi bisnisnya? Berdasarkan latar belakang tersebut, penting untuk dilakukan penelitian tentang kinerja sosial (Corporate Social Performance) bank syariah dalam rangka melihat komitmen perusahaan dalam melaksanakan fungsi sosialnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan judul “Corporate Social Performance Bank Syariah di Indonesia”. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, peneliti akan mencoba menjawab beberapa rumusan masalah berikut: 1. Bagaimanakah Kontribusi Pembangunan Ekonomi (KPE) Bank Syariah di Indonesia? Rumusan ini diangkat untuk menilai peran perbankan syariah dalam pembangunan ekonomi bagi umat dan mayarakat secara umum. 2. Bagaimanakah Kontribusi Kepada Masyarakat (KKM) Bank Syariah di Indonesia? Penilaian KKM ini dimaksudkan untuk menilai kontribusi langsung perbankan syariah kepada masyarakat, di antaranya untuk nasabah yang sedang membutuhkan dan masyarakat miskin. 11
Lihat Pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
3. Bagaimanakah Kontribusi Untuk Stakeholder (KUS) Bank Syariah di Indonesia? Evaluasi atas KUS ini bertujuan untuk menilai kontribusi langsung bank syariah bagi stakeholder terdekat. 4. Bagaimanakah Peningkatan Kapasitas SDI dan Riset (PKSR) Bank Syariah di Indonesia? Penilaian ini diperlukan untuk menilai kontribusi bank syariah bagi peningkatan kualitas SDI dan juga pembangunan institusinya. 5. Bagaimanakah Distribusi Pembangunan Ekonomi Bank Syariah di Indonesia? Penilaian atas peran sosial Bank Syariah dalam DPE ini untuk melihat apakah bank syariah turut berkontribusi dalam pemerataan distribusi ekonomi nasional. C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah menilai kinerja sosial bank syariah di Indonesia, karena nilai lebih dari bank syariah dibandingkan bank konvensional secara filosofis adalah fungsi sosial yang melekat pada bank syariah. D. Manfaat Penelitian Secara praktis, penelitian ini berguna bagi berbagai pihak, terutama pemerhati bank syariah, untuk melihat benarkah bank syariah menjalankan fungsi sosialnya dan sejauhmana kinerja sosialnya tersebut. Sementara secara akademis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya yang sejenis yang terkait Corporate Social Performance bank syariah, sehingga penelitian yang dihasilkan bisa mendalam, melalui pelengkapan data atau penajaman analisis. E. Tinjauan Pustaka Selama ini, kalau berbicara tentang kinerja bank syariah, banyak pihak yang selalu mengaitkannya dengan kinerja keuangan bank syariah. Begitu pula tulisan-tulisan ilmiah yang mengangkat tema kinerja bank syariah, sebagian besar mengambil tema tentang kinerja keuangan bank syariah. Bahkan, kinerja bank syariah yang ditetapkan oleh BI pun terkait dengan kinerja keuangan. Hanya sebagian kecil saja yang mengangkat tema tentang kinerja sosial bank syariah. Beberapa tulisan yang terkait dengan kinerja sosial bank syariah
pernah ditulis oleh Saiful Azhar, dkk (2003), Samad dan Hasan (2000), Sinta Yuliani (2012), Hafiez Sofyani dkk (2012), Azis Budi Setiawan (2009) dan beberapa tulisan lainnya. Berikut ringkasan substansi penelitian yang telah ada: Penulis Saiful Azhar Rosly dan Mohd Afandi Abu Bakar (2003)12
Judul Performance of Islamic and Mainstream Banks in Malaysia
Tujuan Untuk melihat perbedaan kinerja perbankan Islam dan Konvensiional di Malaysia
Metodologi Menggunakan analisis rasio keuangan
Samad dan Hasan (2000)13
The Performance of Malaysian Islamic Bank During 1984-1997: An Exploratory Study
Menggunakan rasio keuangan dan diuji dengan T-test dan F-test untuk melihat signifikansinya
Sinta Yuliani (2012)14
Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 20062010
Mengevaluasi kinerja bank syariah selama beberapa tahun dengan melihat tingkat profitabilitas, likuiditas solvabilitas, dan kepedulian sosial. Memberikan gambaran kinerja keuangan dan juga kinerja sosial Bank Umum Syariah di Indonesia
Hafiez Sofyani, dkk (2012)15
Islamic Social Reporting Index Sebagai Model Pengukuran Kinerja Sosial Perbankan Syariah Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia
Membandingkan kinerja sosial perbankan Islam di Indonesia dan Malaysia
Alternative Disclosure & Performance Measures
Azis Budi Setiawan (2009)16
Shahul Hameed dkk (2004)17
12
Hasil Meskipun bank Islam memiliki ROA lebih tinggi, namun tidak menunjukkan efisiensi karena tidak konsisten dalam penggunaan aset dan rasio margin investasi Bank syariah relatif lebih likuid dengan risiko rendah dibandingkan bank konvensional
Kinerja keuangan diukur dengan variabel Size, ROA dan Leverage. Sementara kinerja sosial dikur dengan MMR dan QR Model ISR Index dan Content Analysis
Hubungan negatif ROA terhadap MMR dan QR menunjukkan bahwa bank syariah belum memprioritaskan kinerja sosialnya Kinerja sosial bank Islam di Malaysia lebih tinggi dari pada di Indonesia
Mengetahui kesehatan finansial dan kinerja sosial bank syariah di Indonesia
Kuantitatif Deskriptif dan Studi Kasus
Memberikan alternatif pelaporan dan
Menggunakan analisis rasio
Kesehatan finansial BMI lebih baik dari pada BSM. Sementara kinerja sosial BSM lebih baik dari pada BMI. Bank syariah kurang memperhatikan
Saiful Azhar Rosly dan Mohd Afandi Abu Bakar, “Performance of Islamic and Mainstream Banks in Malaysia,” International Journal of Social Economics, Vol. 30 lss. 12, 2003. 13 Abdus Samad dan M. Kabir Hassan, “The Performance of Malaysian Islamic Bank During 1984-1997: An Exploratory Study,” International Journal of Islamic Financial Services, Vol. 1 No. 3, 2000. 14 Sinta Yuliani, “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2006-2010,” (Skripsi, UI, Jakarta, 2012). 15 Hafiez Sofyani dkk, “Islamic Social Reporting Index Sebagai Model Pengukuran Kinerja Sosial Perbankan Syariah,” Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol. 4 No. 1 (Maret 2012). 16 Azis Budi Setiawan, Kesehatan Finansial Dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia, (Bagian dari Tesis yang disampaikan dalam Seminar Ilmiah Kerjasama Magister Bisnis Keuangan Islam Univ. Paramadina, IAEI dan MES di Aula Nurcholis Madjid, 30 Juli 2009).
Ely Masykuroh (2012)18
for Islamic Banks
pengukuran kinerja bagi bank Islam dengan penetapan tujuannya, serta membuat praktik perbandingan 2 bank
keuangan dan Islamic Disclosure Index
Pengungkapan CSR Pada Bank Umum Syariah di Indonesia
Mengetahui tingkat tanggung jawab Bank Syariah di Indonesia dan tingkat pengungkapannya.
Deskriptif Kuantitatif dan Studi Kasus dengan pendekatan teori stakeholder
kepentingan stakeholder. Sementara Bank Bahrain lebih transparan dalam informasi dibandingkan Berhad Tingkat CSR bank syariah di Indonesia baik, sementara untuk tingkat pengungkapannya, BSM lebih tinggi dari pada BMI
Dari beberapa tulisan yang terkait dengan kinerja sosial bank syariah tersebut, tulisan ini berbeda dengan yang telah ada. Dari sisi data, belum ada penelitian yang mengambil data seluruh bank umum syariah di Indonesia. Sementara dari sisi teori analisis yang digunakan, penelitian ini menggunakan teori Kinerja Sosial Bank Syariah yang dikembangkan oleh Azis Budi Setiawan. Hanya saja, Setiawan lebih fokus ke perbandingan kinerja finansial dan sosial dan sampel yang diambil hanya dua bank syariah di Indonesia saja. F. Kerangka Teori 1. Latar Belakang dan Fungsi Bank Syariah Sistem perbankan Islam, seperti halnya aspek-aspek lain dari pandangan hidup Islam, merupakan sarana pendukung untuk mewujudkan tujuan dari sistem sosial dan ekonomi Islam. Beberapa tujuan dan fungsi penting yang diharapkan dari sistem perbankan Islam, menurut Chapra, (2000: 2) antara lain: (a) Kemakmuran ekonomi yang meluas dengan tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum; (b) Keadilan sosial-ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata; (c) Stabilitas nilai uang untuk memungkinkan alat tukar tersebut menjadi suatu unit perhitungan yang terpercaya, standar pembayaran yang adil dan nilai simpan yang stabil; (d) Mobilisasi dan investasi tabungan bagi pembangunan ekonomi dengan cara-cara tertentu yang menjamin bahwa 17
Shahul Hameed dkk, “Alternative Disclosure and Performance for Islamic Banks,” Preceeding of The Second Conference on Administrative Science: Meetingthe Challenges of the Globalization Age (Dahran, Saudi Arabia, 2004). 18 Ely Masykuroh, Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Ponorogo: STAIN Ponorogo PRESS, 2012).
pihak-pihak yang berkepentingan mendapatkan bagian pengembalian yang adil; dan (e) Pelayanan yang efektif atas semua jasa-jasa yang biasanya diharapkan dari sistem perbankan. Dalam pandangan Chapra, jelas sekali bahwa selain memberikan jasa keuangan yang halal bagi komunitas muslim sebagai tujuan khusus, sistem keuangan dan perbankan Islam diharapkan juga memberikan kontribusi bagi tercapainya tujuan sosio-ekonomi Islam. Bank syariah memang berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah memiliki beberapa karakteristik unik yang tidak dimiliki oleh bank konvensional. Beberapa karakter unik tersebut di antaranya adalah Bank Syariah lebih banyak melibatkan stakeholder, tuntutan pemenuhan prinsip syariah (syariah compliance), karakteristik sistem bagi hasil, dan relasi antara bank dan nasabah yang bersifat kemitraan. Berdasarkan pada landasan filosofis dan karakter uniknya, bank syariah memiliki dua fungsi yang harus dijalankan, sebagaimana yang ditegaskan dalam UU Perbankan Syariah, yaitu fungsi bisnis dan fungsi sosial. 2. Corporate Social Performance (CSP) Bank Syariah Tanggung jawab sosial perusahaan, termasuk bank syariah, adalah suatu konsep bahwa organisasi memiliki suatu tanggung jawab terhadap stakeholder, seperti pemegang saham, karyawan, konsumen, masyarakat dan juga pemerintah. Tanggung jawab sosial dalam perspektif Islam merupakan konsekuensi inhern dari ajaran Islam itu sendiri. Tujuan syariat Islam adalah maslahah. Sehingga, bisnis Islam adalah upaya dalam rangka menciptakan maslahah umum dan bukan sekedar mengejar keuntungan pribadi semata.19 Ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan untuk menganalisis tanggung jawab sosial perusahaan, di antaranya: a. Instrumental Theory, menyatakan bahwa tanggung jawab sebuah bisnis adalah maksimalisasi laba stakeholders.
19
Ely, Pengungkapan, 17.
b. Political Theory, yaitu adanya interaksi antara bisnis dengan masyarakat dan kekuasaan di mana masih membedakan antara pertimbangan politik dan analisis politik. c. Integrative Theory, yaitu bisnis berinteraksi dengan permintaan sosial di mana eksistensi dan keberlangsungan bisnis tergantung pada masyarakat. d. Agency Theory, yaitu ada konflik kepentingan antara manajer (agen) dan principal (pemilik), untuk itulah perlu adanya kesepakatan dalam menjembatani agar dua kepentingan itu tidak berbenturan. e. Stakeholder Theory, yaitu semua stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan dengan adil oleh organisasi. Kekuatan stakeholder dianggap sebagai suatu fungsi tingkat kontrol terhadap sumber-sumber yang dibutuhkan oleh organisasi. Lebih lanjut, kemudian ada beberapa orang yang serius merumuskan alat ukur untuk mengevaluasi kinerja sosial bank syariah. Penelitian Samad dan Hasan (2000), misalnya, selain menggunakan beberapa rasio keuangan yang umum digunakan seperti rasio profitability, liquidity, risk and solvency juga mengevaluasi komitmen perbankan syariah terhadap pembangunan ekonomi dan masyarakat muslim (commitment to domestic and Muslim community). Untuk mengevaluasi komitmen perbankan syariah terhadap pembangunan ekonomi digunakan analisis: (1). Long Term Loan Ratio (LTA); (2). Government Bond Investment Ratio (GBD); (3). MudarabaMusharaka Ratio (MM/L). Upaya lebih serius untuk merumuskan sekaligus menggunakan alat evaluasi kinerja yang khas bagi perbankan syariah dilakukan oleh Hameed, dkk (2004). Dalam penelitian dengan judul Alternative Disclosure dan Performance for Islamic Banks, mereka merumuskan apa yang disebut “Islamicity Performance Index”. Dalam metode pengukuran kinerja bagi bank syariah tersebut rasio keuangan yang digunakan antara lain: (1). Profit Sharing Ratio (Mudaraba+Musyarakah/Total Financing); (2). Zakat Performance Ratio (Zakat/Net Asset); (3). Equitable Distribution Ratio; (4). Directors-Employees
Welfare
Ratio
(Average
directors’
remuneration/Average employees’ welfare); (5). Islamic Investment vs NonIslamic Investment Ratio; dan (6). Islamic Income vs Non-Islamic Income Ratio. Sementara, Azis Budi Setiawan mengembangkan dua rumusan alat ukur kinerja sosial tersebut menjadi: (1). Kontribusi Pembangunan Ekonomi (KPE); (2). Kontribusi Kepada Masyarakat (KKM); (3). Kontribusi Untuk Stakeholder (KUS); (4), Peningkatan Kapasitas SDI dan Riset (PKSR); serta (5) Distribusi Pembangunan Ekonomi (DPE). G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu prosedur penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang bertujuan untuk menggambarkan suatu masalah, keadaan, peristiwa sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini semua data numerikal (angka) yang diperoleh dari Laporan Tahunan bank syariah yang telah diaudit. 2. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini adalah data tentang kinerja sosial 11 bank umum syariah yang diperoleh dari laporan tahunan publikasi bank syariah tahun 2009-2014. Laporan Tahunan publikasi bank tersebut bisa diperoleh dari website masing-masing bank, atau juga bisa didapatkan dari website Bank Indonesia. 3. Teknik Pengumpulan Data Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik dokumentasi, karena data-datanya berupa angka-angka yang telah terdokumentasikan dalam laporan tahunan publikasi bank syariah. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kinerja sosial bank syariah yang dikembangkan oleh Azis Budi Setiawan. Secara ringkas berikut matriks analisis data yang digunakan:
Faktor Kontribusi Pembangunan Ekonomi (KPE)
Komponen Rasio Intensitas Pembiayaan Profit Sharing (MMR) Intensitas Fungsi Agency (AR)
=
+
=
Rasio Pembiayaan Qardh (QR)
ℎ
= =
Rasio Pelaksanaan Fungsi Sosial (RFS)
ℎ+
=
Rasio Pelaksanaan Fungsi Edukasi (CSR)
(
=
Kontribusi terhadap Kesejahteraan Shahibul Mal (KSM) Kesejahteraan Mudharib (KM)
+
= =
Kesejahteraan Pemegang Wadiah (KPW)
ℎ
ℎ ℎ ℎ
=
Kontribusi Pajak untuk Pemerintah (KPP)
=
Kontribusi Peningkatan Kapasitas SDI dan Riset (PKSR) Rasio Alokasi untuk Riset dan Pengembangan (R&D)
ℎ
1
ℎ ℎ
= & =
)
ℎ
=
Kesejahteraan Investor (KI)
Peningkatan Kapasitas SDI dan Riset (PKSR)
5 ℎ
=
Rasio Kinerja Zakat (ZR)
Kontribusi Untuk Stakeholder (KUS)
ℎ ℎ
=
Kontribusi Pembangunan Jangka Panjang (KPJP) Pendalaman Fungsi Agency (PFA) Kontribusi Kepada Masyarakat (KKM)
Rasio/Rumus ℎ ℎ+
ℎ & ℎ
Distribusi Pembangunan Ekonomi (DPE)
Rasio Pemerataan Distribusi Aset Nasional (PDAN) Rasio Pemerataan Distribusi Investasi Nasional (PDIN) Rasio Kontribusi Pendapatan dari Luar Jawa (KPLJ)
= = =
ℎ ℎ ℎ
H. Sistematika Pembahasan Untuk memberikan pemahaman general dari keseluruhan penelitian ini, pembahasan dikelompokkan menjadi lima bab yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang berkaitan. Bab I merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan. Selanjutnya, Bab II dalam penelitian ini merupakan kajian teoritik yang membahas tentang Kinerja Sosial Bank Syariah. Pada Bab III, peneliti akan menjelaskan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, mulai dari jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. Bab IV berisi paparan data tentang profil dan laporan tahunan bank syariah di Indonesia. Bab V adalah analisis Corporate Social Performance Bank Syariah di Indonesia. Dan laporan diakhiri dengan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
I. Daftar Pustaka Algaoud, Latifa M. dan Mervyn K. Lewis. Perbankan Syariah. terj. Burhan Wirasubrata. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003. Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa. Manajemen Bisnis Syariah. Bandung: Alfabeta, 2009. Capra, M. Umer. Sistem Moneter Islam. Jakarta: Gema Insani Press & Tazkia Cendekia, 2000. Hameed, Shahul dkk, “Alternative Disclosure and Performance for Islamic Banks,” Preceeding of The Second Conference on Administrative Science: Meetingthe Challenges of the Globalization Age (Dahran, Saudi Arabia, 2004). Iqbal, Zamir. “Islamic Financial System”. World Bank: Finance and Development. June 1997. Masykuroh, Ely. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Ponorogo: STAIN Ponorogo PRESS, 2012.
1
Rosly, Saiful Azhar dan Mohd Afandi Abu Bakar. “Performance of Islamic and Mainstream Banks in Malaysia,” International Journal of Social Economics. Vol. 30 lss. 12, 2003. Saeed, Abdullah. Bank Islam dan Bunga: Studi Kritis Larangan Riba dan Interpretasi Kontemporer. Edisi Terj. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Samad, Abdus dan M. Kabir Hassan, “The Performance of Malaysian Islamic Bank During 1984-1997: An Exploratory Study,” International Journal of Islamic Financial Services. Vol. 1 No. 3, 2000. Setiawan, Azis Budi. Kesehatan Finansial Dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia, (Bagian dari Tesis yang disampaikan dalam Seminar Ilmiah Kerjasama Magister Bisnis Keuangan Islam Univ. Paramadina, IAEI dan MES di Aula Nurcholis Madjid, 30 Juli 2009). Sofyani, Hafiez dkk, “Islamic Social Reporting Index Sebagai Model Pengukuran Kinerja Sosial Perbankan Syariah,” Jurnal Dinamika Akuntansi. Vol. 4 No. 1 (Maret 2012). Susanto, A.B. Reputation-Driven Corporate Social Responsibility: Pendekatan Strategic Management dalam CSR. Jakarta: Esensi Group Erlangga, 2009. UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Yuliani, Sinta. “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2006-2010,” Skripsi, UI, Jakarta, 2012.