BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Landasan Teori Dalam undang-undang perkoperasian No. 25 tahun 1992 pada Bab I ayat 1 UU 25/1992, yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang, atau badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Koperasi yang ingin tumbuh maju, maka harus di kelola secara baik, efisien, serta profesional agar sebagian dananya dapat dialokasikan dalam bentuk modal kerja, sehingga dapat meningkatkan kinerja koperasi.
2.1.2 Pengertian Modal Kerja Modal kerja merupakan suatu investasi yang besar dalam suatu perusahaan atau koperasi, maka sudah selayaknya manakala modal kerja mendapatkan perhatian yang penting dalam dunia usaha. Dengan adanya modal kerja yang berlebihan menunjukan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini mengakibatkan kerugian bagi koperasi karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang telah disia-siakan.
Modal kerja memiliki beberapa pengertian yaitu : a. Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk kegiatan operasi sehari hari dan untuk menghasilkan current icome, dimana perputaran modal kerja ini relatif lebih pendek atau cepat kembali menjadi uang kas. b. Modal kerja adalah aktiva jangka pendek yang digunakan untuk kepentingan sehari-hari pada perusahaan. Sesuai dengan pengertian aktiva jangka pendek maka modal trerdiri dari aktiva lancar. (Sarwoko, 1989) c. Modal kerja yang terdiri dari 3 konsep 1. Konsep kuantitatif Modal kerja merupakan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. 2. Konsep kualitatif Modal kerja merupakan selisih jumlah aktiva lancar setelah dikurangi dengan hutang lancar pada suatu perode tertentu. 3. Konsep Fungsional Modal kerja berarti Working Capital yaitu kelebihan aktiva lancar setelah dikurang hutang lancar. Modal kerja bagi koperasi merupakan hal yang sangat penting karena erat kaitannya dengan operasi sehari-hari. Modal kerja yang cukup belum tentu dapat menjamin perusahaan menjadi besar dan maju manakala tidak dikelola secara efektif dan efisien.
Modal
kerja
memberikan
beberapa
keuntungan
antara
lain
(S.Munawir, 1993) : 1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai aktiva lancar. 2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya. 3. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya atau kesulitan keuangan. 4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup dalam melayani para konsumen. 5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para penggunanya. 6. Memungkinkan bagi perusahaan agar dapat beroperasi dengan lebih efisien. Pada umumya sumber modal kerja diperoleh dari : 1.
Hasil operasi perusahaan Merupakan pendapatan bersih (net income) yang nampak dalam laporan perhitungan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukan modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan.
2.
Penjualan Surat Berharga Jangka Pendek (PSBJP) Surat berharga jangka pendek yang dimiliki perusahaan merupakan salah satu komponen aktiva lancar yang dapat dijual dan menimbulkan
keuntungan bagi perusahaan. Keuntungan penjualan ini terjadi mulai penjualan surat berharga lebih besar dari pada nilai perolehan, maka akan menambah atau sebagai sumber modal kerja. 3.
Penjualan obligasi Untuk menambah modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan juga dapat mengadakan emisi saham baru atau meminta pada pemilik perusahaan untuk menambah modal. Selain itu perusahaan juga dapat menerbitkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna menambah modal kerja perusahaan.
4.
Depresiasi Aktiva Tetap Depresiasi terhadap aktiva tetap walaupun perusahaan tidak mengeluarkan dana kas namun merupakan sumber modal kerja.
5. Penjualan Aktiva Tetap Penjualan aktiva tetap yang tidak diperlukan perusahaan merupakan salah satu cara untuk modal kerja yang dibutuhkan, misal dengan menjual kendaraan dinas yang jarang digunakan. Selain sumber-sumber tersebut modal kerja juga memiliki beberapa unsur, yaitu : 1. Investasi dalam kas Kas merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya karena digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Jumlah kas dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah aktiva lancar dan dapat dihubungkan pada jumlah penjualannya.
2. Investasi Dalam Piutang Untuk memperbesar volume penjualan banyak perusahaan atau koperasi melakukan strategi penjualan secara kredit namun tidak menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan dan barulah di kemudian hari setelah jatuh tempo baru akan terjadi aliran kas masuk. Ada beberapa faktor yang yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang, antara lain (Bambang riyanto, 1999) : a. volume penjualan kredit b. Syarat pembayaran penjualan kredit c. Ketentuan dalam pembatasan kredit d. Kebijakan dan pengumpulan piutang e. Kebiasaan dari membayar langganan. 3. Investasi dalam persediaan Penentuan besarnya investasi dalam persediaan mempunyai efek langsung terhadap keuntungan perusahaan karena
adanya investasi
persediaan yang terlalu besar di banding dengan kebutuhan maka akan memperbesar beban bunga. Dalam menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu
perusahaan
mempengaruhinya :
maka
dibutuhkan
beberapa
faktor
yang
1. Sifat atau tipe perusahaan Modal kerja pada perusahaan jasa lebih rendah dibandingkan dengan modal kerja pada perusahaan industri. Perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar pada kas, piutang, dan persediaan. Sedangkan perusahaan industri memerlukan investasi pada aktiva lancar yang cukup besar agar tidak mengalami kesulitan dalam beroperasi. 2. Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memproduksi barang yang akan di jual. Semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang, makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. 3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan Apabila syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit uang kas yang diinvestasikan dalam persediaan barang dagangan. Sebaliknya apabila pembayaran atas barang yang di beli dilakukan dalam waktu yang pendek, maka uang kas yang harus disediakan untuk membiayai persediaan makin besar pula. 4. Syarat Penjualan Untuk memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang serta untuk memperkecil resiko adanya piutang yang tidak tertagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli agar mereka tertarik untuk membayar hutangnya. 5. Tingkat Perputaran Persediaan
Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah. Mengenai jenis modal kerja, W, B. Taylor menggolongkan dalam dua bagian pokok, yaitu ( Bambang Riyanto, 2001 ) : 1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan menjadi : a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah modal yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. 2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) yaitu
jumlah
modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan menjadi : a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-uubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu Modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya darurat yang tidak diketahui sebelumnya. Modal kerja yang berlebihan menunjukan adanya pengelolaan dana yang tidak efektif karena dapat menimbulkan keburukan-keburukan seperti (Sawir Agnes, 2003) 1. Dapat menimbulkan pemborosan-pemborosan. 2. Investasi-investasi pada cabang yang tidak diinginkan. 3. kerugian bunga karena saldo bank yang tidak dipergunakan. Perubahan-perubahan dari unsur-unsur non akun lancar (aktiva tetap,utang jangka panjang, dan modal sendiri ) yang mempunyai efek memperbesar modal kerja disebut sebagai sumbersumber modal kerja. Sebaliknya perubahan-perubahan dari unsur-unsur non akun lancar yang mempunyai efek memperkeci modal kerja disebut sebagai penggunaan modal kerja. Sumber-sumber modal kerja yang akan menambah modal kerja adalah : 1.
Adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maaupun penambahan modal saham.
2.
Ada pengurangn atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.
3.
Ada penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau hutang jangka panjang lainnya.
Penggunaan-penggunaan
modal
kerja
yang
mengakibatkan
turunnya modal kerja adalah : 1. Berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan. 2.
Pembayaran hutang-hutang jangka panjang.
3.
Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap. Kelebihan modal kerja ataupun kekurangan modal kerja,
keduanya merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. (Drs. Djarwanto, Ps, 2004 ) Sebab-sebab timbulnya kelebihan modal kerja adalah : 1. Pengeluaran saham dan obligasi yang melebihi dari jumlah
yang
diperlukan. 2. Penjualan aktiva tetap tanpa diikuti penempatan kembali. 3. Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh tidak digunakan untuk membayar deviden, membeli aktiva tetap, atau maksud-maksud lainnya. Sebab-sebab timbulnya kekurangan modal adalah : 1. Adanya kerugian usaha, seperti volume penjualan yang tidak efisien relatif dibandingkan dengan harga pokok penjualan, banyaknya kerugian karena adanya piutang yang tidak kembali, kenaikan biaya tanpa diikuti kenaikan penjualan, dan biaya naik sementara penjualan malah menurun.
2. Adanya kerugian insidentil, seperti turunya harga pasar persediaan barang, adanya pencurian, kebakaran, dan lain-lain yang tidak ditutupi dengan asuransi. 3. Kegagalan mendapatkan tambahan modal kerja waktu mengadakan perluasan usaha, seperti perluasan daerah penjualan, penjualan produk baru.
2.1.3
Pengertian Efisiensi Efisiensi memiliki beberapa pengertian, antara lain : a. Efisiensi adalah rasio antara hasil yang diperoleh dengan unsur manajemen yang dipergunakan atau perbandingan antara output dengan input. (Komarudin, 1994) b. Efisiensi adalah melakukan / melaksanakan pekerjaan dengan benar. Efisiensi ini diukur dari perbandingan antara output dengan input, dalam hal ini adalah faktor-faktor sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan out put. c. Efisiensi merupakan perbandingan antara hasil dan biaya, dan dapat dikatakan efisien apabila berhasil mencapai hasil yang maksimal dengan pengorbanan tertentu atau mencapai hasil tertentu dengan pengorbanan yang minimal.
2.1.4 Efisiensi Penggunaan Modal Kerja Efisiensi penggunaan modal kerja merupakan salah satu upaya
perusahaan di dalam menghindari adanya pemborosan-pemborosan Sehingga setiap dana yang dioperasikan oleh suatu perusahaan dapat terarah secara efektif dan dana operasi dapat segera kembali dengan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Untuk menentukan besarnya kebutuhan modal kerja dibutuhkan beberapa metode yaitu : 1. Metode perputaran modal kerja Metode ini digunakan untuk menghitung kebutuhan modal kerja dengan memperhatikan perputaran masing-masing komponen aktiva lancar. 2. Metode keterikatan dana pada modal kerja Metode ini mengakui dua hal penting, yaitu : a. Modal kerja kemungkinan telah didanai oleh pihak lain dalam bentuk pendanaan spontan. b. Dana yang diperlukan untuk membiayai piutang seharusnya tidak memasukkan unsur laba. 3. Metode arus kas Metode ini merupakan aliran kas masuk dan kas keluar atau untuk mengetahui kapan perusahaan mendapatkan surplus dan kapan mengalami defisit. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana efisiensi penggunaan modal kerja, maka digunakan beberapa rasio, antara lain : a. Ratio efisien Yaitu ratio antara laba operasi dengan jumlah aktiva lancar.
b. Ratio aktivitas Yaitu rasio yang digunakan untuk mengetahui efektivitas penggunan modal kerja, yang terdiri dari perputaran kas, piutang, persediaan, dan perputaran modal kerja.
2.1.5 Pengertian Efektivitas dan Penggunaan Modal Kerja Efektivitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mencapai sasaran secara tepat, dalam hal ini adalah usaha untuk menghasilkan laba, agar dapat mengetahui Efektivitas modal kerja maka digunakan rasio aktivitas. Rasio ini menyangkut parbandingan antara penjualan bersih dengan berbagai investasi dalam aktiva. Pada prinsipnya setiap aktiva yang dimiliki oleh koperasi di tujukan untuk mendukung jalannya suatu koperasi dalam melakukan usahanya dengan harapan agar dapat menghasilkan laba yang di inginkan. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan modal kerja digunakan ratio aktivitas, ratio ini menggambarkan seberapa efektif
suatu koperasi dalam
menggunakan sumber daya. Ratio aktivitas menganggap bahwa suatu perbandingan yang layak haruslah ada antara penjualan dan berbagai aktiva, misalnya persediaan, piutang,dan lainnya.
2.2 Penelitian Terdahulu.
Dewi Arie Tanjung (2006) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Efisiensi Penggunaan Modal Kerja pada CV. Surya Utama Perkasa Semarang. Membahas efisiensi modal kerja yang dihitung dengan menggunakan analisis ratio dan analisis koefisien regresi. Pada analisis ratio efisiensi penggunaan modal kerja pada CV. Surya Utama Perkasa Semarang ditinjau dari perputaran dan periode terikatnya kas serta tingkat perputaran persediaan selama periode tahun 2002-2005 dikategorikan tidak efisien, sedangkan tingkat perputaran modal kerjanya
dikatakan belum
efisien serta efektif karena perputaran modal kerjanya yang lamban. Pada analisis koefesien regresi, Efisiensi penggunaan modal kerja dilihat dari tingkat perputarannya mempunyai hubungan yang positif
terhadap
rentabilitas ekonominya.
2.3 Kerangka Pemikiran Setiap koperasi di dalam menjalankan operasionalnya tentu tidak akan lepas dari masalah modal kerja. Oleh karena itu untuk mengetahui sejauh mana modal kerja tersebut di operasionalkan secara efisien dan efektif, maka diukur dengan analisis Efisiensi dan analisis Aktivitas. 1. Analisis Efisiensi. Analisis ini digunakan untuk mengukur rentabilitas suatu koperasi agar dapat di ketahui sejauh mana kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Ratio yang di gunakan dalam analisis ini adalah
perbandingan antara laba sesudah pajak (EAT) dengan aktiva operasi atau modal yang menghasilkan laba tersebut. 2. Analisis Aktivitas. Analisis ini di gunakan untuk mengukur seberapa besar efektivitas penggunaan modal kerja pada koperasi. Adapun ratio yang di gunakan antara lain: a. Perputaran kas (cash turn over). yaitu salah satu elemen modal kerja yang di gunakan untuk menilai kemampuan modal yang di investasikan dalam kas pada suatu periode tertentu. b. Perputaran piutang (Receivable Turn Over) Yaitu perbandingan antara total penjualan kredit dengan piutang rata-rata. Ratarata piutang kalau memungkinkan dapat dihitung secara bulanan atau tahunan yaitu saldo awal tahun ditambah saldo akhir tahun dibagi dua. c. Perputaran persediaan (inventory turn over). Di gunakan untuk mengukur tingkat perputaran perssediaan dalam memberikan informasi tentang tingkat kecepatan rata-rata aliran keluar masuknya barang di dalam siklus operasi perusahaan. d. Perputaran modal kerja (Working Capital Turn Over) Yaitu perbandingan antara total penjualan dengan jumlah modal kerja ratarata. Ratio ini menunjukan hubungan antara modal kerja dengan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh koperasi. 3. Analisis Efisiensi dan Efektivitas penggunaan modal kerja.
Pada analisa ini di gunakan pendekatan atau cara dengan metode Time Series Analysis, yaitu melakukan pembandingan antara ratio-ratio finansiil yang dimiliki koperasi dari satu periode ke periode lainnya sehingga dapat diketahui sejauh mana kecenderungan tingkat likuiditas dan profabilitas koperasi.
Gambar 1.1. Struktur Analisis Efisiensi dan Efektivitas Modal Kerja
Gambar 1.2. Kerangka Pemikiran