BABII TINJAUAN RAGAM HIAS TRADISIONAL DAN TAS 2.1. Ragam Hias Tradisional 2.1.1 Penjelasan Ragam Hias Dalam membahas kebudayaan, maka tidak bisa lepas dari waktu. Ditinjau dari segi masa lampau, Indonesia mcmpunyai ciptaan hasil karya berbagai macam ornamen atau ragam hias yang sampai sekarang merupakan aset budaya khususnya bagi Indonesia. Ragam hias mcrupakan bagian cabang dari scni rupa yang tidalc dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sebab omamen atau ragam hias mampu hadir dan mempunyai peranan penting pada setiap benda yang digunakan oleh manusia dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Pengertian umum ragam hias atau ornamen acialah hasil usaha pengisian bidang yang didorong oleh tuntunan-tuntunan estetis dan spiritual. Bila ditinjau dari asal kata, ornamen berasal dari bahasa latin ornare yang antara lain berarti "menghias" dan ornamentum berarti "perhiasan, hiasan, kclengkapan hiasan, kcindahan". (D. Dalijo; 1983: 1 dan 2). Ragam hias sebagai media ornamentik turut menentukan kegunaan dari bentuk suatu benda, ia memberikan kesan tertentu yang dapat dinilcmati. Walaupun demikian perlu juga menyadari bahwa semua benda-pakai tidak selalu menggunakan ragam hias dan juga tidak scmua benda-pakai itu indah. Ragam hias pada dasamya senantiasa akrab hubungannya dengan benda pakai yang diciptakan seniman masa lampau. Pembuatan ragam hias senantiasa dipengaruhi oleh alam lingkungan dan kemampuan pengetahuan materi yang dimiliki oleh. Manusia sebagai pencipta benda-benda senantiasa diajak belomba antara pemenuhan kebutuhan dengan kemampuan berpikir dalam usaha untuk melahirkan karyakaryanya. Sudah sejak dulu kala, dari gencrasi ke generasi hal itu terjadi dan dari generasi ke generasi pulalah ia mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia itu sendiri. (Soegeng Tukiyo; 1980:5) Kiranya masa lampau membawa illustrasi tentang apa dan dimana karya-karya itu hadir serta dibuat manusia atau masyarakat yang mendukungnya serta bagaimana dan mengapa ragam hias itu muncul. Kekayaan bentuk ragam hias Indonesia begitu banyaknya tersebar diseluruh wilayah kepulauan dengan masing-masing corak dan gaya menjadi ciri khasnya. Mulai dari bentuk yang geometri, naturalistik, dekoratif sampai dengan bentuk stilasi dan deformasi. Secara garis besar ragam hias Indonesia dapat
www.stisitelkom.ac.id
1
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
digolongkan dalam beberapa klasifikasi sesuai dengan dengan bentuk dan gubahannya, yaitu : 1.
2.
Ragam hias Geometrik, yakni bentuk-bentuk dari ragam hias yang mcnggunakan pola ilmu ukur, yang membentuk bidang-bidang secara simetris. Termasuk dalam ragam hias geometrik ini, antara lain : Anyaman, tumpal, meander, tangga, garis lurus, titik, lingkaran, pilin berganda, swastika atau banji, dan scbagainya. Ragam hias yang dapat digolongkan sebagai bentuk alam atau naturalistik, karena sumber gubahannya didasarkan pada bentuk-bentuk yang terdapat di alam ini, mulai dari mahluk hidup (manusia dan binatang), tumbuhan, batu, gunung, air, awan, dan bentuk alam lainnya.
2.1.2 Makna Simbolik Ragam Hias Tradisioal Setiap suku bangsa memiliki bermacam-macam bentuk ragam hias tradisional serta makna-makna simbolik dari ragam hias tersebut. Pada ragam hias tradisional tersebut terdapat pula ragam hias tertentu, yang jika diteliti secara mendalam mempunyai arti tersendiri di dalam adat ataupun di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan (Drs. Soimun; 1993:47). Makna simbolik kini tidak terlepas dari nilainilai yang diyakini serta diwariskan oleh masyaralcat atau suku bangsa. Arti simbolik yang terkandung di balik ragam hias, tidak semuanya dapat diungkapkan. Artinya kebanyakan hanya sebagai lambang keindahan saja. Pada zaman prasejarah, manusia menggambarkan dirinya bescrta alam kehidupannya di dalam dinding-dinding gua tempat mereka tinggal. Keadaan seperti ini dapat kita lihat juga di beberapa tempat lainnya di Indonesia sebagai peninggalan bersejarah. Digambarkannya manusia sebagai figur dari nenek moyang hal ini ternyata menjadi sesuatu yang turun-temurun dilakukan. Karya ini pertama dibuat sebagai media pernyataan atau permohonan terhadap roh-roh dari nenek moyang sebagai bentuk ungkapan pernyataan yang diyakini memiliki kekuatan magis, misalnya dapat membantu waktu berburu atau perang melawan musuli agar berhasil. Oleh karena itu, karya-karya tersebut selalu diyakini mengandung malcna yang dalam dengan meneerminkan ekspresi magis yang kuat (sakral). Bentuk ragarn hias secara umum mempunyai makna simbolik, seperti bentuk geometris yang merupakan ragam hias yang berusia cukup tua usianya. Kebenaran pendapat demikian ditunjang oleh bukti-bukti apa yang ditemukan melalui peninggalan-peninggalan masa lampau, seperti pada bangunan, rumah-rumah penduduk dan prasasti. Selain itu juga ada ragam hias ttunbuh-tumbuhan yang diciptakan dengan pengalihan benda asal berupa daun-daun, bunga-bunga, pohon scrta buah-buahan dan
www.stisitelkom.ac.id
2
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
ragam hias mahluk hidup, yaitu manusia dan hewan serta ragam hias dekoratif yang menyuguhkan bentuk-bentuk distorsi dari pada obyek dan juga banyak mengekploitasikan unsur-unsur pokok dari suatu elemen gambar. (Soegeng Tokiyo; 1980:5). 2.1.3. Ragam Hias Tradisional Aceh Ragam hias tradisional pada suatu suku bangsa, merupakan ragam hias yang telah menjadi tradisi bagi suatu suku bangsa atau khususnya ctnis bangsa Aceh. Wilayah Aceh adalatt daeraii yaug paling tratat dati kepulauan Nusantala dan iiiiiii1iki kekayaan yang beraneka ragam. Acch terdiri dari beberapa suku bangsa, antara lain; Gayo Lot, Gayo Deret, Gayo Kulu, Tamiang, Ancuk Jamee dan Simcukue, di samping suku Melayu yang juga banyak tinggal di sana secara turun temurun. Secara turun-temurun pula setiap suku bangsa ini tinggal di wilayah —wilayah tertentu scrta memiliki adat istiadat yang masih bertahan secara tradisional. Sebagian besar penduduknya beragama Islam dan memegang teguh nommnorma agamanya. Tampak jelas dalam ragam hias yang lebih mengembangkan corak-corak geometris dan flora dibandingkan dengan ragam hias binatang atau lainnya. Namun setiap wialayah etnik mempunyai ciri khasnya sendiri yang tampil dalam keragaman kcpcndudukan, bahasa, adat istiadat serta kehidupan seharihari. Perbedaan ini juga tampak pada perbedaan bentuk-bentuk kerajinan yang dihasilkan seperti kerajinan logam, keramik. anyaman dan kain adat. Seperti daerahdacrah lainnya di 1ndonesia, kebudayaan Aceh juga dipengaruh dari luar, seperti kebudayaan Melayu, Minang Kabau, Sriwijaya, dan sebagainya, sehingga hasil- hasil kerajinannya tampil lebih menarik dan khas. Kerajinan yang ada di Aceh, mencerminkan unsur-unsur tradisional dan pembaharuan dari unsur-unsur yang unik (khas ke daerahan) tetpi yang juga banyak mengandung kesamaan dengan dacarahdaerah lain di Indonesia. Motif-motif tersebut lahir akibat pengaruh hubungan dengan kebudayaan asing dan dikembangkan sendiri dengan secara intem pada masa kejayaan Aceh. I3eberapa diantaranya mempunyai kaitan dengan sejarah kebudayaan lama. Corak-corak disusun dan dikembangkan dalam satu kurun waktu tertentu. Masa keemasan Aceh terjadi dibawah pemerintahan Sultan Iskandarmuda (1607- 1636) dan Sultan Iskandar Tani (1636-1641). Dalam pemerintahan merekalah budaya dan kesenian berkembang dengan pesat. Kedua sultan ini mengumpulkan kembali sejumlah seniman termasuk pemintal, pcnganyam, pandai besi dan pandai emas untuk bekerja dan membuat berbagai kerajinan yang bernafaskan Islam.(Ratna Panggabean; 1985: 106). Hasil kerajinan ini kemudian menjadi salah satu komoditi yang turut memeriahkan arus lalu lintas perdagangan rempah-rempah serta hasil bumi lainnya.
www.stisitelkom.ac.id
3
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
Berbagai hasil kerajinan yang cukup terkenal dan berperan pada jaman itu adalah kerajinan emas dan kain-kain tenunan sutra. Istana kerajaan dan bangunan penting penuh hiasan buatan para ahli dan mereka berhasil mengembangkan kreasi seluas mungkin yang sesuai dengan paham keagamaan mereka. Ini terlihat jelas dalam ragam hias yang memenuhi perlengkapan kehidupan sehari-hari, misalnya busana, kopiah, selendang, alas duduk, tudung saji,tas dan scbagainya. Khususnya untuk kegiatan yang menyangkut peristiwa-peristiwa besar. hasil kerajinannya tampil lebih menarik dan khas. Kerajinan yang ada di Aceh, mencerminkan unsur-unsur tradisional dan pembaharuan dari unsur-unsur yang unik (khas ke daerahan) tetpi yang juga banyak mengandung kesamaan dengan dacarahdaerah lain di Indonesia. Motif-motif tersebut lahir akibat pengaruh hubungan dengan kebudayaan asing dan dikembangkan sendiri dengan secara intem pada masa kejayaan Aceh. I3eberapa diantaranya mempunyai kaitan dengan sejarah kebudayaan lama. Corak-corak disusun dan dikembangkan dalam satu kurun waktu tertentu. Masa keemasan Aceh terjadi dibawah pemerintahan Sultan Iskandarmuda (1607- 1636) dan Sultan Iskandar Tani (1636-1641). Dalam pemerintahan merekalah budaya dan kesenian berkembang dengan pesat. Kedua sultan ini mengumpulkan kembali sejumlah seniman termasuk pemintal, pcnganyam, pandai besi dan pandai emas untuk bekerja dan membuat berbagai kerajinan yang bernafaskan Islam.(Ratna Panggabean; 1985: 106). Hasil kerajinan ini kemudian menjadi salah satu komoditi yang turut memeriahkan arus lalu lintas perdagangan rempah-rempah serta hasil bumi lainnya. Berbagai hasil kerajinan yang cukup terkenal dan berperan pada jaman itu adalah kerajinan emas dan kain-kain tenunan sutra. Istana kerajaan dan bangunan penting penuh hiasan buatan para ahli dan mereka berhasil mengembangkan kreasi seluas mungkin yang sesuai dengan paham keagamaan mereka. Ini terlihat jelas dalam ragam hias yang memenuhi perlengkapan kehidupan sehari-hari, misalnya busana, kopiah, selendang, alas duduk, tudung saji,tas dan scbagainya. Khususnya untuk kegiatan yang menyangkut peristiwa-peristiwa besar. Bahan kain yang digunakan untulc tas anatara lain, kain-kain berat seperti kanvas (kanvas bernomer, kanvas militer, kanvas rata). Tetapi pada saat ini penggunaan bahan pada pembuatan tas sudah bermacam-macam. Ada yang menggunakan bahan dari kain beludru, kain jean, kain gabardnie, kain organdi, dan lainlain.(Jumperi.S.Teks, ;1977 :162). Selain bahan kain, dalam pembuatan tas juga menggunakan bermacammacam penghias lain yaitu arguci dan manik-manik. Jenis bahan ini mcmiliki sifat yang sangat cocok untuk memperindah bentuk tas sedangkan
www.stisitelkom.ac.id
4
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
fungsi tas itu sendiri sebagai kebutuhan, seperti untuk menyimpan buku, uang, pakaian, dan barang lainnya, juga sebagai pelengkap dalam berbusana. 2.2.3. Penerapan Ragam Hias Pada Tas Ragam hias yang diterapkan diatas kain, mempunyai berbagai macam bentuk dan desain yang unik serta menarik. Selain penggunaannya untuk busana, dapat juga digunakan sebagai produk-produk kebutuhan manusa lainnya, seperti tas. Tas salah satu kebutuhan manusia, maka selain berfungsi untuk keperluan tertentu, tas juga sebagai sarana pelengkap bagi busana.(Trussardi ;1995 :43). Agar kelihatan menarik dan indah, tas tersebut diberi corak atau ragam hias tradisonal ataupun non tradisional. Sekarang ini pemberian corak pada tas sudah bervariasi, seperti bentuk tubuh binatang (kucing, burung, kelinci dan lainnya), tumbuhtumbuhan ataupun manusia. Ada juga bentuk geometris, seperti kotak-kotak, garis-garis, lingkaran, segitiga dan sebagainya. Selain dari ragam hias tadi, ada juga bentuk-bentuk abstrak berupa corctan-coretan tak beraturan menggunakan corak bermacam-macam wama sesuai dengan bentuk dan jenis tas tersebut.
www.stisitelkom.ac.id
5
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1