BAB II TINJAUAN UMUM HOTEL, INTERIOR, DAN TEKSTIL
2.1 Hotel Kata hotel rnulai digunakan sejak abad 18 di London, Inggris, sebagai hotel ga rn i, ya itu s ebu a h ru m ah b cs ar yane d ile n gkap i d cnga n sa r a na t emp at menginap/tinggal untuk penyewaan secara harian, mingguan, atau bulanaan. Kata hotcl sendiri merupakan perkembangan dari bahasa Prancis, yaitu hostel, diambil dari bahasa Latin hospes, dan mulai diperkenalkan kepada masyarakat umum pada tahun 1797. Sebelum istilah hotel digunakan di Inggris, rumah-rumah penginapan bagi orang yang bepergian disebut inn. Dalam terrninologi (ilmu mcngenai definisi dan istilah) resmi, tidak ada perbedaan definisi antara kata hotel dan inn. 2.1.1 Definisi Hotel Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi sctiap orana untuk memperolch pclayanan dan penginapan berikut makan dan minum. ( SK Menteri Perhubungan No: Pm 10/Pw 301 /Phb 77) Dari pengertian kata hotel di atas dapat dijabarkan bahwa: - Hotel adalah suatu usaha komersial.
Hotel harus terbuka untuk umum. Hotel harus memiliki suatu sistem pelayanan / service. Ho tel harus mcmiliki minimum tiga fasilitas, yaitu: akomodasi, makanan, dan thinuman. 2.1.2. Klasifikasi Hotel Berdasarkan Jumlah Kamar Hotel dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa segi, antara lain dari segi ju mlah kamar, hal ini dilakukan untuk mengkoordinasikan secara efelctif dalam memberikan golongan atau jcnis hotel. Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Hotel * ( hotel berbintang satu)
Jumlah minimum kamar standar : 15 Dilengkapi kamar mandi di dalam Luas minimum kamar standar :20 m2
www.stisitelkom.ac.id
1
2. Hotel **(hotel berbintang dua)
Jumlah minimum kamar standar :20 Jumlah minimum kamar suite : 1 kamar - Dilengkapi kamar mandi di dalam Luas minimum kamar standar : 22 m2 - Luas minimum kamar suitc : 44m2 3 Hotel *** (hotel berbintang tiga) Jumlah minimum kamar standar : 30 kamar -.Jumlah minimum kamar suite : 2 kamar • Dilengkapi kamar mandi di dalam - Luas minimum kamar standar : 24 m2. Luas minimum kamar suite : 48 4. Hotel **** ( hotel berbintang empat )
Jumlah minimum kamar standar :50 kamar - Jumlah minimum kamar suite 3 kamar - Dilengkapai kamar mandi di dalam Luas minimum kamar standar : 24 m2 - Luas minimum kamar suite : 48 m2 5. Hotel ***** (hotel berbintang lima)
Jumlah minimum kamar standar : 100 kamar Jumlah minimum kamar suite : 4 kamar - Dilengkapi kamar mandi di dalam Luas minitnum kamar standar : 26 m2 Luas mmunum kamar sutte : 52 m2 2.1.3 Beb era pa Typ e Ka ma r Tid u r Dalam usaha untuk memberika n p ela yanan dan penginapan perlu ad a nya ko o rd inas i ya ng cf e kt if. K oo rd ina s i in i d ap at d ic ap a i d enga n memberikan garis-garis wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing unit pelayanan penginapan. Oleh karena itu dibuatlah type-type kamar untuk menentukan jenis kamar tamu. 1. Standard room (Regular room). Kamar yang tidak terlalu besar, dilengkapi dengan twin, single, atau double bed dan biasanya tidak mempunyai ruangan duduk khusus. 2. Superior room. Kamar yang menyerupai standard room, hanya ukurannya agak besar. 3. De-luke room.
www.stisitelkom.ac.id
2
Kamar yang lebih besar ukurannya dan biasanya perlengkapannya lebih lengkap dan agak mewah, mempunyai ruang duduk khusus, kamar mandi, dan ruang tidur lebih dari satu. De-luke roonz yang terletak di setiap ujung tingkat atau lantai, biasanya diberi nama-nama khusus, seperti:
Executive Presidential suite. Honeymoon suite. 4. Studio room. Kamar yang dilengkapi denga n stud io hed. Kamar ini kadang disebut juga executive room. 5. Junior suite Sebuah kamar besar yang dilengkapi dengan standar bed ditambah dengan hideaway bed (sofa bed). 6. Patnily room. Kamar besar yang dilengkapi dengan double bed, dan kadang-kadang memiliki lebih dari satu kamar dan kamar mandi. 7. Twin bedded room. Kamar yang dilengkapi dengan dua single bed untuk dua orang. 8. Double bedded room. Kamar yang dilengkapi dengan satu tempat tidur untuk satu orang. 9. Single bedded room. Kamar yang dilengkapi satu tempat tidur lwin bed untuk satu orang. 10. Conneeting room. Dua kamar yang bersbelahan dan dihubungkan dengan conneeling door (pintu tembus atau pintu penehubung). I I . Adioning room. Dua kamar yang bersebelahan tetapi tidak mempunyai pintu penghubung. 12. Duplex.
www.stisitelkom.ac.id
3
Kamar yang mcmpunyai satu, dua, atau tiga kamar tidur yang tcrpisah, satu dengan lainnya berbeda tingkat dan dihubungkan dengan tangga. 2.2 Pengertian Desain Interior Menurut Prof. Yusuf Affendi desain adalah Suatu proses perancangan, penciptaan bcntuk, susunan, garis, bidang,wanta (nada), dan tekstur, termasuk pula pemilihan dart pada unsur —unsur tersebut dan kemudian di garap, diolah, dibentuk, dan diwujudkan sebagai suatu bentuk ciptaan yang mengandung kaidah-kaidah serta nilai estetik dari wujud tersebut. (Yusuf Affendi; 1971; 1). Sedangkan interior menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah bagian dalam dari gedung (ruang dan sebagainya tatanan p er abo t ( hiasan, dan sebagainya ) didalam ruang dalam rumah ; gedung. Interior decorating ad alah se ni me ngh ia s ru ang. M enurut Tr is naw at i S "D esa in lnt e rior " ad a lah pera nca nga n po la atau susu na n tat a rua ng dalam, b erdas ar ka n kaid ahkaid ah estetik.(Trisnawati S; 1990; 15). Desain Interior adalah suatu disiplin keilmuan dibid ang penataan atau p erancangan susunan tata ruang dalam su atu bangunan tertentu. Pengertian interior berdasarkan gabungan pengertian diatas adala h suatu pro fesi ya ng d alam usaha penguasaannya tidak hanya melalui jalan pemahaman teoritis, tetapi juea harus mengetahui banyak hal yang bersangkutan dengan profesi tesebut, diantaranya harus melalui pengalaman lanesung. 2.2.1 Hubungan Desain Interior dengan Hotel Hotel merupakan gabungan dari heherapa komponen, ada yang sederhana, dan sangat rumit tiap komponen memiliki skala waktu tersendiri yang mencangkup masa perancangan artinya herapa lama suatu elemen hams diganti Desainer Interior berperan mengajarkan program ruang, perencanaan ruang, desain interior dengan pcngawasan pclaksanaan peketjaannya. Peran dan hubungan kerja antara desainer ( pemberi tugas perencanaan ) u ntuk lembaga akomodasi penginapan dipengaruhi olch pola struktur penginapan yang berbeda. Apakah seluruh organisasi dibawah pemerintah, sumber bia ya dari organisasi atau badan swasta sekelompok masyarakat tertentu atau dari perorangan atau merupakan gabungan. Rancangan hotel yang ideal adalah menggabungkan pola bentuk sirkulasi vang bebas dan sederhana dengan kemungkinan-kemungkinan perluasan satuan tempat tidur dan dasar pelayanan dimasa mendatang. Dengan adanya pertumbuhan dan
www.stisitelkom.ac.id
4
perubahan dalam struktur hotel vang terus berkembang, maka diperlukan prinsip dasar perencanaan desain intcrior hotel. 2.2.2. Syarat-Syarat Perencanaan Desain Interior Hotel Hotel sebagai pusat pelayanan dan penginapan berikut makan dan minum, tidak hanya menyediakan kamar tidur melainkan diperlukan ruangan untuk peralatan hotel dan ruanu administrasi yang cukup luas serta teknis yang diperlukan lainnya. Dalam pengorganisasian ruang, faktor —faktor penunjang kegiatan lainnya serta cfcktivitas dan rincian yanu lengkap. Persyaratan percncanaan tersebut meliputi 1. Desain harus benar-benar mewujudkan hal-hal yang utama dari perencanaan sebuah hotel. 2. Setiap komponen desain interior harus berkartan atau dengan satu dengan yang lain (merupakan kesatuan) dan seimbang. 3. Setiap material yane diaunakan harus memiliki faktor ketahanan dan keselamatan yang maksimal. 4. Jalan masuk (Ialu lintas atau sirkulasi) didalam hotel harus dipikirkan secara matanu. Keempat syarat diatas dijadikan sebagai persyaratan kegunaan. 5. Biaya untuk kerusakan harus disediakan (merupakan syarat ekonomi). 6. Faktor pemeliharaan dari segala komponen desain yang ada harus diperhatikan auar dapat menunjan2 komponen interior lainnya. Selain persyaratan diatas terdapat syarat lainnya, yaitu salah satunya tekstil. Persyaratan ini tidak lepas dari unsur-unsur tekstil, salah satunya adalah mOtif dan warna yang mempunyai peranan penting dalam kcbcradaan hotel. 2.3 Tekstil Interior Secara etimoloei "tekstil" herasal dari kata "textile", (bahasa Inggris), berasal dari kata "textile", (bahasa latin) yang merupakan kata benda dari textcre, yang artinya menenun. (Emzel- wooci Cliffs; 1972; 590). Tekstil menurut pengertian kamus Besar Bahasa Indonesia adalah barang-barang tenunan seperti cita, kain putilt ; bahan pakaian ; pabrik tenun. Tekstil berfungsi scbagai alat penutup, alat pe1indung dari cuaca, gigitan binatan2 dan lain sebagainya. Namun dengan semakin maju teknologi dan ihnu pengetahuan, tekstil tidak hanya digu nakan untuk penutup tubuh saja melainkan nilai keindahan bagt sipemakai. Kini tekstil tidak hanya digunakan untuk busana melainkan juga digunakan u ntu k p cleneka p int er io r suatu ru a ne ba ik u ntu k t ir ai, p elap is jo k d an lai n sebagainya. Pemilihan kain tekstil untuk kebutuhan interior
www.stisitelkom.ac.id
5
disesuaikan denean kebutuhan ruang, baik untuk ruane kerja atau kantor, rumah tinggal maupun hotel. Tekstil dihotel berfungsi sebaga pelengkap interior, yaitu pada jendela menegunakan tirai, kursi yang diberi kain pelapis jok, dinding memakai pelapis. 2.3.1 Penggunaan Tekstil Pada Interior Tekstil yang diper2unakan pada ruangan hotel terdiri dari a. Bahan Penutup Dinding Di dalam suatu ruangan, dinding mcrupakan bidang tcrbesar yang dapat dilihat mata, dimana merupakan latar belakang dari seluruh unsur yang ada di dalam ruangan t er sc bu t . Oleh kar c na it u , p e nyem p u ma an t e ra khir a t au l i n i sh ing har u s dipertimbanglan benar-benar, apakah dinding akan dibuat sebacai latar belakang saja, dalam hal ini mungkin dengan pewarnaan polos dan netral ataukah scbaliknya yaitu dengan aksen dari seluruh ruangan, misalnya mungkin bila bercorak atau polos dengan warna yang dominan (kuat). Hal ini tergantung dari segi perencanaan tersebut. Sebagai penutup dinding motif dapat ditcrapakan pada bahan yang dibuat khusus untuk melapisi dinding seperti Wall paper atau lainnya. Pada umumnya, corak yang dipakai untuk penutup dinding harus disesuaikan dengan ukuran ruang, dan merupakan pola yang berulang, hal ini adalah untuk memudahkan pemasangan dan kesan yang ditimbulkan tidak ramai dengan adanya motif-motif lain. Pemi I ihan bahan untuk penutup dinding harus tahan Resekan dari benda lain, baik pewamaan maupun pcnerapan motifnya scrta tidak menyerap debu.. b. Bahan Penutup Jendela Penutup jendela yang digantung atau tirai ( curtain ), mempunYai banyak lipatan, yang kalau dibuka menjadi bidang yang lebar. Karena itu coraknya harus diatur sedemikian rupa sehingga efektif dalam pemakaian pengulangan untuk pertimbangan segi ekonomis. Motif yang baik misalnya motif hias pinggir, motif geometris dan sebagainya. Pemilihan bahan untuk tirai harus yang transparan gunanya untuk mengurangi cahaya yang masuk kc dalam ruangan, sedangkan tirai yang tebal untuk mcnahan cahaya serta memisahkan diri dalam kegiatan di luar. Bahan yang baik untuk tirai yang tebal ini adalah bahan yang kuat serta tahan terhadap panas, terutama sinar matahari. c. Bahan Penutup atau Pemhungkus Meubel (upholsterry)
www.stisitelkom.ac.id
6
Meubel berfunasi sebagai perlengkapan di dalam ruangan. Fungsi itu sangat penting, yaitu sebagai tempat duduk yang harus memberikan faktor kenyamanan bagi o rang yang mendudukinya. Selain dari itu bentu (desain) meubel tersebut .juga ditunjang oleh pemakaian bahan pembungkusnya.Karena sclain faktor kenyamanan, juga diharapkan terpenuhinya aspek estetika yang baik. Karena itu corak juga turut menentukan hal ini. Pcmilihan corak didasarkan atas thema perancangan, schingga akan tercipta suatu suasana yang diinainkan. Pemilihana motif dan wama untuk kursi harus dipertimbangkan agar tidak terlalu ramai dan berkesan berat, untuk meubel kecil atau ramai untuk meubel yang berukuran besar. Wama yang digunakan adalah N.varna senada dengan wama yang ada didalam ruangan, dapat pu la mcnjadi aksen u ntuk mcnambah nitai bagi rua ngan tersebut. Kain pembungkus meubel harus terbuat dari bahan yang kuat menahan b eban, tidak bcrubah setc la h diduduki, dan dapat mengikut i dari desain ya ng diinginkan. d. Bahan Penutup Tempat Tidur Tempat t idur merup aka n per lengkap an ya ng besar d imens in ya hinggga terkesan dominan di dalam kamar tidur. Karena itu desain yang akan dipakai harus disesuaikan dengan komponen lain di dalam kamar tersebut. Motif yang dipakai dapat b e r m a c a m - m a c a m , a s a l d i s e s u a i k a n d e n g a n p e m a k a i a n ko m p o n e n l a i n . Keeenderungan pemilihan wama lebih menonjol dengan wama yang ada pada ruangan atau senada dengan perlengkapan lainnya misalnya : tirai, bahan pelapis kursi dan lainlain. Pemilihan bahan sebaiknya dipakai yang berat dan agak kaku, agar dapat selalu tampak rapih. Motif yang dominan disarankan untuk mencegah kcsan cepat kotor, dan sebagai aksen dari ruangan yang mewakili ungkapan suasana ruang. e. Perlengkapan Ruang Perlengkapan ruang yang dimaksud adalah berupa kap lampu taplak mcja, dan sebagainya yang disediakan dikamar hotel. Bahan yang digunakan dapat bennacammacarn disesuaikan dengan kegunaannya, penggu naan motif disesuaikan dengan kcadaan suasana ruantz. 2.3.1 Persyaratan Tekstil Interior Hotel Penggunaan tekstil pada interior hotel harus memenuhi persyaratan, karena tekstil sendiri mempunyai fungsi dan kegunaan. Begitu juga dengan tekstil yang dipergunakan di hotel mempunyai persyaratan tertentu karena, dilihat dari
www.stisitelkom.ac.id
7
beberapa aspek seperti estetis, fungsi jenis bahan yang digunakan, dan teknik yang digunakan. Persyaratan tekstil untuk interior hotel antara lain ialah a. Tahan cuci Tidak mudah kotor dan mudah dalam membersihkannya, karena bahan untuk ru a ng d alam he rs ifa t me net a p, art in ya t id ak d ap at d ilep a s d an d icu c i. Car a pcmcliharaannya hanya dibersihkan permukaannya saja, oleh karcna itu harus tahan cuci. b. Tahan kerut atau kusut Untuk menRhindari kekusutan karena seringnya diduduki, dapat dibantu dengan mclapisi permukaan bawahnya dengan karet (sebagai cmulsi) yang berfungsi sebagai penetap tenunan agar tidak mudah bergeser (racana tenun yang jarang), juga dapat dibantu denean menggunakan alas kursi berupa busa yang mempunyai kepejalan yang baik dan dapat kembali seperti semula setelah diduduki, atau nilai estetisnya tinggi. c. Tahan gesekan Harus mempunyai kekuatan dan ketahanan gesekan serta menahan behan, oleh karena itu pemakian serat atau benang dan racana tenunan harus dapat mendukung kegunaan tersebut. d. Tahan terhadap udara lembab dan panas Iklim di Indonesia yang tropis, berakibat pada kcadaan kelembaban dan panas yang tinggi. Keadaan tersebut akan mempengaruhi bahan tekstil yang dipakai untuk kegunaan tersebut, yaitu elemen estetis interior. Untuk itu pemilihan bahan yang berkualitas dan pemiliharan yang baik merupakan eata untuk mengatasinya. e. Debu tidak mudah menempel Bahan yang berkualitas terbaik sangat mudah menempel debu, untuk itu bahan yang digunakan sebagai bahan interior yang telah diproses anti debu, merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kegunaannya. Dengan diciptakannya peralatan penghisap debu merupakan sisi lain yang dapat mcnunjang dalam pemeliharaannya. f. Tidak mudah terbakar Bahan interior hotel harus tahan terhadap percikan api dan tidak mudah atau tidak cepat terbakar, juga asap yang diakibatkan oleh terbakarnya bahan tenun tidak mcmbahayakan manusia seperti misalnya mengandung rancun, maka pemilihan serta teknik pengerjaannya harus matang. Ini merupakan pertimbangan yang sangat penting
www.stisitelkom.ac.id
8
dalam menentukan material yang akan digunakan pada perencanaan interior sebuah hotel.
www.stisitelkom.ac.id
9