BAB 2 BANGUNAN-BANGUNAN SUDUT DI BANDUNG
Bangunan sudut merupakan bangunan yang letaknya berada di sudut persimpangan jalan dan memiliki nilai kekhasan dari pada bangunan di sekitarnya. Pada gaya bangunan, bangunan sudut tidak ada bedanya dengan bangunan sekitarnya dan ketika berkembangnya bangunan. Hal yang berbeda adalah bentuk dan penerapan gaya bangunan yang berbeda dan memiliki hal-hal yang lebih menonjol dari bangunan sekitarnya. Bangunan sudut yang berkembang di Bandung dan menjadi objek penelitian adalah bangunan-bangunan yang didirikan pada tahun 1900-1940. Saat itu, Bandung menjadi tempat para arsitek terkenal untuk membangun bangunan dengan gaya bangunan terbaru. Pada pertengahan tahun tersebut tepatnya pada awal tahun 1920 berkembangnya gaya bangunan yang modern dan lebih bervariasi bentuknya. Dalam satu persimpangan jalan bisa lebih dari satu bangunan sudut, tapi tetap
disesuaikan
dengan
jumlah
persimpangan
jalan,
misalkan
pada
persimpangan empat maka kemungkinan terdapat empat bangunan sudut. Namun, tidak semua setiap persimpangan jalan yang sama memiliki bangunan sudut di tiap sisinya. Keletakan bangunan-bangunan sudut lebih banyak terletak di pusat kota Bandung pada awal Abad 20 tentunya dilihat pula luas kota Bandung pada masa tersebut. Bangunan-bangunan sudut tersebut untuk mempermudah gambaran data maka terbagi dalam sembilan sektor. Sektor-sektor tersebut adalah sektor Grote Postweg (sekarang Jalan Asia Afrika dan Jalan Sudirman), sektor Bragaweg (sekarang Jalan Braga), sektor Merdekaweg (sekarang Jalan Merdeka dan Jalan Ir. H. Djuanda), sektor Oude Hospitaalweg (sekarang Jalan Veteran dan Jalan Bungsu), sektor Pasar Baroeweg (sekarang Jalan Otto Iskandardinata), sektor Roozemboomweg (sekarang Jalan R.L.L.E. Martadinata atau Jalan Riau), sektor Soematrastraat (sekarang Jalan Sumatera), sektor Papandayanlaan (sekarang Jalan Gatot Subroto), dan sektor Burgermeester Coopsweg (sekarang Jalan Pajajaran).
15 Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
16
Peta 2.1. Keletakan Sektor Sumber: Bandung Discovery Map
2.1. Sektor Grote Postweg Ruang lingkup Sektor Grote Postweg meliputi Jalan Jendral Sudirman, Jalan Asia Afrika, Jalan Jendral Ahmad Yani dan sekitarnya.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
17
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
18
Sektor Grote Postweg berbatasan dengan sektor Braga dan sektor ABC di sebelah utara, sektor papandayanlaan di sebelah timur, sektor lengkong di sebelah selatan, dan sektor kininweg di sebelah barat. Grote Postweg merupakan jalur raya pos yang dibuat pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels. Pada jalur ini terdapat pusat pemerintahan kota Bandung ketika menjadi geemente. Pusat pemerintahan berada di alun-alun yang berdiri pada tahun 1810 ketika kabupaten Bandung pindah dari Krapyak ke Cikapundung. Bangunan-bangunan sudut pada sektor Grote Postweg terdapat 15 bangunan sudut yang berada di sektor Grote Postweg sepanjang jalan Asia Afrika dari perlimaan hingga jalan Sudirman-Kasmin. Bangunan tersebut , yaitu:
2.1.1. Kantor Posten Telegraf Kantoor Bandung Bangunan Kantor Pos Besar Bandung secara administratif terletak di Jalan Asia Afrika no. 49, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Bangunan sudut tersebut berada di sudut persimpangan Jalan Asia Afrika (Grote Postweg) dan Jalan Banceuy (Bantjeuyweg). Bangunan ini berbatasan dengan Jalan Asia Afrika di sebelah selatan, Jalan Banceuy di sebelah timur, pertokoan di sebelah utara dan pertokoan di sebelah barat. Keletakan bangunan ini berada di perempatan Jalan Banceuy dan Jalan Asia Afrika, yang berada di sisi barat laut perempatan jalan. Kantor Posten Telegraf Kantoor dibangun pada tahun 1928-1931 dengan luas bangunan 4.846 m2. Arsitek yang membangun bangunan ini adalah J. ven Gendt dengan gaya bangunan modern fungsional. Bangunan ini memiliki bentuk denah persegi panjang yang memanjang dari timur ke selatan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
19
Peta 2.3. Keletakan Kantor Pos Besar Sumber: Kunto, 2006 dan Google Map
Arah hadap bangunan ini hanya pada satu arah saja, yaitu ke arah selatan menghadap ke Jalan Asia Afrika sehingga terlihat memiliki satu tampak muka dan bangunan tersebut bertingkat dua. Pada bangunannya tidak menggunakan menara yang berada di sudut bangunan dan tidak memiliki halaman di depan bangunan tersebut. Bangunan ini terdapat tiga pintu utama yang berjejeran menghadap ke arah selatan. Pada bagian mukanya pada lantai pertama terdapat tujuh jendela yang besar, bentuk jendelanya berjejer tiga kaca yang memanjang bentuknya secara vertikal. Sedangkan pada lantai dua terdapat tujuh jendela kecil yang bentuknya sama dengan lantai satu. Bagian atapnya seperti atap tumpang dan di bagian dua ujung puncaknya terdapat hiasan seperti kubus. Kubus tersebut yang menjadikan ciri khas pada bangunan tersebut. Fungsi pertama bangunan ini sebagai Posten Telegraf Kantoor (Kantor Pos dan Giro).
2.1.2. Hotel Savoy Homann Hotel Savoy Homann terletak di Jalan Asia Afrika no. 61 dan Jalan Savoy Homann, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Bangunan hotel tersebut berbatasan dengan Jalan Asia Afrika di Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
20
sebelah utara, Jalan Homann di sebelah barat, bangunan perkantoran di sebelah selatan dan timur. Keletakan bangunan tersebut berada di sudut perempatan Jalan Asia Afrika dan Jalan Savoy Homann dan berada di sisi tenggara dari perempatan jalan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1938 oleh AF. Albers dan R.A. de Wall dengan gaya bangunannya Modern Fungsional-Art Deco Geometric. Luas bangunan 11.185 m2. Denah bangunannya seperti huruf L yang terbentuk dari barat ke timur. Bangunannya berbentuk lengkungan sehingga tidak terlihat kaku seperti bangunan persegi dan dimasukkan dalam kategori bangunan berbentuk denah tidak beraturan.
Peta 2.4. Keletakan Bangunan Hotel Savoy Homann Sumber: Kunto, 2006 dan Google Map
Arah hadap bangunan tersebut menghadap ke utara dan barat sehingga memiliki dua tampak muka bangunan sudut dan bertingkat tiga. Bangunan tersebut terdapat menara di sudut bangunan dan memiliki halaman depan. Pintu masuk utama bangunan menghadap ke utara. Di tengah bangunan ini terdapat menara yang berbentuk persegi melengkung. Setiap lantai bangunan memiliki balkon dan pintu menuju balkon tersebut terbuat dari kaca begitu pula dengan jendelanya. Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
21
Ciri khas bangunan yang terlihat adalah bentuk denah bangunan yang berbeda seperti hotel-hotel pada umumnya. Bangunan ini awalnya sudah digunakan sebagai Hotel Savoy Homann dari tahun 1880 dengan bentuk yang berbeda.
2.1.3. Museum Konferensi Asia Afrika Museum Konferensi Asia Afrika terletak di Jalan Asia Afrika no. 65 dan Jalan Braga, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Bangunan tersebut berada di sudut persimpangan Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika. Bangunan tersebut berbatasan dengan Jalan Asia Afrika di sebelah selatan, Jalan Braga di sebelah timur, Bioskop Majestik di sebelah utara, dan gedung merdeka di sebelah barat. Keletakannya berada di perempatan Jalan Asia Afrika dan Jalan Braga serta berada di barat daya dari perempatan jalan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1920 oleh Ir. C.P. Wolf Schoemaker dengan gaya bangunan Art Deco. Denah bangunan seperempat lingkaran. Bangunan aslinya berbentuk persegi karena menyambut Konferensi Asia Afrika maka diubah menjadi seperempat lingkaran.
Peta 2.5. Keletakan Bangunan Museum Asia Afrika Sumber: Kunto, 2006 dan Google Map Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
22
Arah hadap bangunan ini menghadap ke selatan dan timur sehingga bangunan ini memiliki dua tampak muka dan tidak bertingkat. Bangunan tersebut tidak memiliki menara dan tidak memiliki halaman depan. Pintu masuk utama bangunan ini terdapat dua, yaitu di sisi selatan dan timur. Bangunan ini banyak menggunakan jendela. Awalnya bangunan ini berbentuk persegi karena pengaruh art deco yang kuat dan dihiasi dengan kanopi dan krei agar sinar matahari tidak masuk secara langsung ke dalam bangunan. Pada tahun 1940, A.F. Albers merenovasi bentuk bangunan melengkung dan diberi teritis dak beton yang dapat menghalangi sinar matahari masuk. Teritis tersebut sebagai gantinya dari kanopi dan krei. Ciri khas bangunan ini adalah bentuk bangunan yang melengkung hampir mirip dengan bangunan bergaya Art Nouvo. Bangunan ini awalnya digunakan sebagai bar atau cafe, tetapi pada tahun 1980 digunakan sebagai museum.
2.1.4. Toko Asia Afrika-Pecinan Toko tersebut terletak di Jalan Asia Afrika dan Jalan Kote, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Bangunan ini berbatasan dengan Jalan Asia Afrika di sebelah selatan, Jalan Pecinan di sebelah barat, dan pertokoan di sebelah utara dan timur. Keletakan bangunan tersebut berada di sudut perempatan Jalan Asia Afrika dan Jalan Kote. Bangunan berada di sisi timur laut dari perempatan jalan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1915. Arsitek dan gaya bangunan ini belum diketahui juga. Bentuk denah bangunan ini adalah persegi empat.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
23
Peta 2.6. Keletakan Bangunan Asia Afrika-Pecinan Sumber: Dana, 1990 dan Google Map
Arah bangunan ini menghadap ke selatan dan barat, dan pintu masuk bangunan ini menghadap ke barat daya sehingga bangunan ini dapat dikategorikan bangunan dengan dua tampak muka. Bangunan ini juga memiliki dua lantai. Pada sisi barat daya bangunan ini terdapat menara yang menyatu dengan bangunan dan tidak memiliki halaman depan sehingga bangunan dekat dengan jalan raya. Atap bangunan berbentuk limasan dan terbuat dari genteng. Sisi barat bangunan toko ini lebih panjang daripada sisi selatan. Pada lantai dua bangunan banyak dihiasi jendela-jendela terbuat dari kaca. Ciri-ciri khas bangunan ini ada pada penggunaan awalnya hingga sekarang masih berfungsi sebagai pertokoan.
2.1.5. Gedung Merdeka Gedung Merdeka secara administratif terletak di Jalan Asia Afrika (Grote Postweg) no. 85, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan ini berada di sudut pertigaan jalan dan berada di sisi timur laut dari pertigaan jalan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
24
Peta 2.7. Keletakan Gedung Merdeka Foto oleh Maharani Qadarsih dan Peta dari Google Map
Bangunan ini dibangun pada tahun 1921, arsiteknya adalah C.P. Wolf Schoemaker dan gaya bangunannya Art Deco. Bangunan ini berdiri di atas tanah seluas 7.983 m2 dengan luas bangunan 6.500 m2. Bentuk denah bangunan ini berbentuk persegi panjang yang memanjang dari selatan ke utara. Arah bangunan menghadap ke selatan, tetapi pintu masuknya hanya menghadap ke arah selatan sehingga bangunan ini memiliki satu tampak muka. Bangunan tersebut tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya dan tidak memiliki halaman pada bagian depan bangunan. Bangunan ini memiliki dua lantai. Lantai pertama terdapat ruang pertunjukan yang dahulunya digunakan untuk Konferensi Asia Afrika. Lantai kedua bangunan ini terlihat hanya pada bagian atas pintu masuk yang dahulunya sebagai tempat bar. Pintu masuk bangunan ini dilengkapi dengan pelindung atau atap yang horisontal (overstek). Ciri khas bangunan ini adalah bentuk bangunan yang berunsur Eropa dan bergaya Art Deco. Bangunan ini awalnya digunakan sebagai bar dan gedung pertunjukan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
25
2.1.6. Kantor Ex. Escompto Bank Bandung Bank Dagang Negara (Ex. Escompto Bank) terletak di Jalan Asia Afrika (dahulu Grotepostweg) no. 51, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Luas Bangunan 1.212 m². Keletakan bangunan tersebut di sudut persimpangan Jalan Asia Afrika (dahulu Grotepostweg) dan Jalan Banceuy (dahulu Bantjeyweg). Arah hadap bangunan ini bisa menghadap kedua arah, yaitu ke selatan dan barat. Keletakan bangunan sudut terletak di perempatan Jalan Banceuy dan Jalan Asia Afrika dan terletak di sisi timur laut dari perempatan jalan. Bangunan ini merupakan peninggalan seorang arsitek terkenal dari Belanda, yaitu R. L. A. Schoemaker. Bangunan tersebut didirikan pada tahun 1912. Ukuran bangunan, yaitu panjang 60,58 meter, dan lebar 13,66 meter. Bangunan tersebut memiliki bentuk denah persegi panjang yang memanjang dari selatan ke utara. Pintu masuk utama ke bangunan tersebut menghadap arah barat daya sehingga bangunan tersebut dapat dikategorikan bangunan dengan dua tampak muka. Bangunan ini memiliki menara jam yang terletak di atas pintu masuk Escompto Bank dengan menggunakan hiasan jam. Bangunan tersebut juga tidak memiliki halaman pada bagian depan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
26
Peta 2.8. Keletakan Bangunan Escompto Bank Bandung Tahun 2008 Foto oleh Maharani Qadarsih dan peta dari Google Map
Bangunan tersebut belum mengalami pemugaran terlihat dari segi eksterior atau bagian luar bangunan. Selain itu, berdasarkan foto-foto keadaan bangunan Bandung pada tahun 1920 dan pernyataan pada literatur yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah Jawa Barat (2001) bangunan Escompto Bank belum mengalami pemugaran hingga digunakan oleh Bank Mandiri Bandung. Pada dasarnya bangunan tidak boleh dirubah atau dipugar.
Foto 2.1. Escompto Bank tahun 1920 Sumber: Kunto, 2006
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
27
2.1.7. Hotel Swarha Hotel Swarha terletak di Jalan Asia Afrika dan Jalan Dewi Sartika Bandung, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan tersebut terletak di sudut perempatan Jalan Asia Afrika dan Jalan Dewi Sartika dan terletak di sisi barat daya perempatan jalan. Bangunan ini didirikan pada tahun 1930-1935, arsiteknya A.F. Albers dengan gaya bangunan Nieuw Bowen. Bentuk denah bangunan tersebut berbentuk seperempat lingkaran.
Peta 2.9. Keletakan Bangunan Swarha tahun 1930 Sumber: Kunto, 2006 dan Google Map
Arah hadap bangunan ke sisi utara-timur sehingga bangunan ini memiliki dua tampak muka dan memiliki 5 lantai. Bangunan tersebut tidak memiliki menara dan juga tidak memiliki halaman depan. Pada lantai dasar masih digunakan sebagai pertokoan hingga sekarang sedangkan sisanya menjadi bangunan yang kurang terawat dan tidak digunakan. Pada bagian atas bangunan terdapat nama bangunan, yaitu Swarha. Warna bangunan berupa warna biru dan putih. Pada lantai dua hingga lima terdapat balkon di bagian lengkungannya. Sebelumnya bangunan ini bergaya timur tengah dan atapnya tumpang seperti bangunan Cina. Gaya bangunan ini sering disebut Aalbers Look karena adanya Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
28
pengaruh dari gaya bangunan A.F.Aalbers yang cenderung menghindari elemenelemen dekoratif. Bangunan ini awalnya digunakan sebagai toko dan hotel.
2.1.8. Toko de Vries Toko de Vries terletak di Jalan Asia Afrika no. 81 dan Jalan Homan, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Bangunan ini didirikan pada tahun 1909. Keletakan bangunan ini berada di sudut perempatan Jalan Asia Afrika dan Jalan Homann dan terletak di sisi barat daya perempatan jalan.
Peta 2.10. Keletakan Bangunan Toko Padang Sumber: Kunto, 2006 dan Google Map
Gaya bangunan ini adalah klasik Eropa dan pembuatnya adalah biro Edward Cuypers Hulswit. Bentuk denah bangunan tersebut berbentuk persegi panjang yang memanjang dari barat ke timur. Bangunan toko ini memiliki dua tingkat dan menghadap ke utara (jalan Asia Afrika) dan barat (jalan Homann) sehingga bangunan ini memiliki dua tampak muka. Bangunan ini memiliki menara yang berada di sudut bangunannya dan tidak memiliki halaman depan. Pada awalnya bangunan di sisi utara memiliki ukiran di jendela, tapi sekarang sudah tidak ada lagi karena telah ditutup oleh lembaran kayu tipis. Pada bagian atap sisi timur laut terdapat bangunan seperti cupola yang beratapkan genteng atau menara yang menyatu dengan bangunan
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
29
intinya. Atap bangunan ini berbentuk limasan. Keadaan bangunan tersebut sekarang tidak terawat dan tidak digunakan. Ciri khas bangunan ini adalah pada menara yang menyatu dengan bangunannya. Awalnya bangunan ini dibangunan tahun 1895 dengan gaya bangunan Oud Indisch Stijl (gaya Klasik Indies), kemudian dipugar oleh biro Edward Cuypers Hulswit menjadi bangunan seperti yang terlihat sekarang. Bangunan ini awalnya digunakan sebagai toko.
2.1.9. Toko jalan Sudirman-Kasmin Toko ini terletak di sudut persimpangan Jalan Sudirman dan Jalan Kasmin, kota Bandung, Jawa Barat. Bangunannya terletak di sisi tenggara persimpangan empat jalan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1926, arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui hingga sekarang. Bentuk denah bangunan tersebut adalah berbentuk bujur sangkar.
Peta 2.11. Keletakan Bangunan Toko di jalan Sudirman-Kasmin Sumber: Dana, 1990 dan Google Map
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
30
Arah hadap bangunan ini menghadap barat daya sehingga bangunan tersebut memiliki dua tampak muka, dan juga memiliki dua lantai. Bangunan tersebut tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunan dan juga tidak memiliki halaman di bagian muka bangunan sudut. Pintu masuknya menghadap ke barat laut yang terbuat dari kayu. Lantai satu pada sisi utara terdapat dua jendela besar dan pada sisi barat terdapat tiga jendela besar. Lantai dua terdapat dua balkon yang masing-masingnya menghadap ke barat dan barat laut. Balkonbalkon tersebut dilengkapi pintu kayu dari ruangan dalam menuju ke balkon. Lantai dua juga dilengkapi dua jendela besar di sisi utara dan barat. Ciri khas bangunan ini adalah toko yang digunakan pula sebagai tempat tinggal. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai pertokoan hingga sekarang.
2.1.10. Kantor jalan Asia afrika-Kaca Kaca Wetan Kantor ini terletak di sudut persimpangan Jalan Asia Afrika no. 176-178 dan Jalan Kaca-Kaca Wetan, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Bangunannya terletak di sisi timur laut perempatan jalan. Tahun berdirinya bangunan ini, yaitu pada tahun 1910, arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui.
Peta 2.12. Keletakan Bangunan Kantor Jalan Asia Afrika-Kaca Kaca Wetan Sumber: Dana, 1990 dan Google Map
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
31
Arah hadap bangunan ini menghadap ke barat dan selatan sehingga dapat dikategorikan bangunan sudut yang memiliki dua tampak muka dan bangunan sudut memiliki tingkat dua lantai. Bangunan sudut ini tidak memiliki menara di bagian sudutnya dan halaman pada muka bangunan sudut. Pintu utama menghadap kepada dua arah tersebut. Pada kedua sisi tersebut dilengkapi dengan koridor. Bangunan ini memiliki dua lantai. Lantai pertama terdapat jendela dan pintu serta lantai dua terdapat empat jendela yang serupa di kedua sisi. Ciri khas bangunan ini adalah penggunaan archade pada lantai satu, sangat berbeda dengan bangunan di sekitarnya. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai perkantoran.
2.1.11. Toko Ligna Toko Ligna terletak di sudut persimpangan Jalan Gatot Subroto no. 1 dan Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Malabar, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Bangunan tersebut terletak di sisi barat dari perlimaan jalan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1918. Bangunan ini bergaya tradisional Eropa dan arsiteknya belum diketahui hingga sekarang. Bentuk denah bangunan ini tidak beraturan karena terdapat dua bentuk denah bangunan yang terdiri dari lingkaran dan bujur sangkar.
Peta 2.13. Keletakan Bangunan PT Panca Niaga Sumber: www.geocities.com/bandungcity/old.htm dan Google Map
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
32
Arah hadap pintu menghadap satu arah, yaitu timur sehingga memiliki satu tampak muka dan bangunannya memiliki dua lantai. Bangunan sudut tersebut tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunan dan tidak memiliki halaman pada muka bangunan. Bangunan ini pada bagian depannya membulat dengan atap berbentuk kerucut dan bagian belakangnya berbentuk persegi. Pintu masuknya terletak pada bangunan yang berdenah persegi Pada bangunan yang membulat terdapat dua lantai, lantai satu terdapat lima jendela besar, sedangkan pada lantai dua terdapat lima jendela sedang. Ciri khas bangunan ini adalah bentuk bangunan yang melengkung dan terlihat seperti atap tumpang. Awalnya bangunan ini sebagai kantor Handel Mij. Groote en Scholtz.
2.1.12. Apotek de Voor Zog Apotek de Voor Zog terletak di sudut persimpangan Jalan Asia Afrika no. 188 dan Jalan Sunda, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Bangunan sudut tersebut terletak di sisi timur laut dari perlimaan jalan. Bangunan ini didirikan tahun 1910-1912 dengan arsiteknya Edward Cuypers. Gaya bangunannya arsitektur Belanda Klasik. Bentuk denah bangunan ini berbentuk bujur sangkar.
Peta 2.14. Keletakan Bangunan Vigano Sumber: Dana,1990 dan Google Map Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
33
Arah hadap bangunan ini menghadap timur dan utara sehingga bangunan ini memiliki dua tampak muka dan tidak memiliki lantai tingkat. Bangunan sudut tersebut memiliki menara yang menyatu dengan bangunan dan berada di sudut bangunan yang berada dipersimpangan jalan. Bangunan ini juga tidak memiliki halaman di bagian muka bangunannya. Bangunan ini memiliki dua pintu masuk, yaitu pintu menghadap timur laut dan selatan. Pada sisi utara terdapat lima jendela dan yang di sisi timur terdapat delapan jendela. Pada atap sisi timur laut terdapat menara yang atapnya membulat atau silindris dan atapnya terbuat dari semen bukan dari genteng. Menara bagian atas terdapat jendela kecil yang menghadap tiga sisi, yaitu sisi timur, selatan, dan timur laut. Awalnya bangunan ini didirikan sebagai apotek De Voor Zorg.
2.1.13. Kantor Asuransi Independent Kantor Asuransi Independent terletak di sudut persimpangan Jalan Otto Iskandardinata dan Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Keletakan bangunan berada di sisi barat laut dari perempatan jalan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1920, arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui hingga sekarang. Bentuk denah bangunan sudut tersebut berbentuk bujur sangkar.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
34
Peta 2.15. Keletakan Bangunan Kantor Asuransi Independent Foto oleh Maharani Qadarsih dan peta dari Google Map
Arah hadap bangunan ini menghadap ke timur dan selatan sehingga memiliki dua tampak muka dan memiliki bertingkat dua lantai. Bangunan sudut tersebut tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunan dan juga tidak memiliki halaman di bagian muka bangunannya. Pada tingkat dua, pada setiap sisi bangunan terdapat balkon-balkon. Terdapat pula tiga jendela dan satu pintu untuk menuju balkon. Sisi sudutnya tidak berbentuk tajam atau melengkung melainkan tumpul atau rata. Lantai satu di setiap sisi bagian mukanya di lengkapi dengan teras (arcade). Pintu masuk utama menghadap ke tenggara. Fungsi bangunannya dari awal sebagai perkantoran.
2.1.14. Bangunan Bank Nederlandsche Handel Mijn (NHM) Bank Nederlandsche Handel Mijn terletak di sudut persimpangan Jalan Asia Afrika (Grote Postweg) dan Jalan Cikapundung Barat, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan berada di sisi barat laut dari pertigaan jalan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1912, arsiteknya dari biro Hulswit, Fermont en Cuypers dan gaya bangunannya neoklasik. Bentuk denah bangunan sudut tersebut berbentuk persegi panjang yang memanjang dari selatan ke utara.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
35
Peta 2.16. Keletakan Bangunan NHM Bandung Sumber: Kunto, 2006 dan Google Map
Arah hadap bangunan ini menghadap ke arah selatan sehingga bangunannya memiliki satu tampak muka bangunan dan memiliki satu tingkat bangunan. Bangunan sudut tersebut tidak memiliki menara dan halaman di bagian muka bangunannya. Bangunan tersebut memiliki dua kolom yunani (order doric) yang terletak di sisi kanan-kiri pintu masuk. Pintu masuknya mempunyai overstek dan hiasan-hiasan bangunan merupakan bentuk sederhana dari bangunan Javasche Bank. Ciri khas bangunan ini adalah pada bagian atapnya yang berbeda empat tugu kecil dan bentuk bangunan yang bergaya neo-klasik. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai bangunan Bank Nederlandsche Handel Mijn (NHM).
2.1.15. Hotel Preanger Hotel Preanger terletak di sudut persimpangan Jalan Asia Afrika (Grote Postweg) dan Jalan Tamblong, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan ini berada di sisi barat daya dari perempatan jalan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
36
Peta 2.17. Keletakan Hotel Preanger tahun 1930 Sumber: Kunto, 2006 dan Google Map
Bangunan ini didirikan pada tahun 1919-1929, arsiteknya Ir. C.P. Wolf Schoemaker dan juru gambar Ir. Soekarno. Bangunannya bergaya Art Deco dengan pengaruh gaya bangunan Frank Lloyd Wright. Bentuk denah bangunan ini yaitu berbentuk seperti huruf L yang memanjang dari barat ke timur sehingga bangunan ini dimasukkan dalam kategori bangunan yang berdenah tidak beraturan. Arah hadap bangunan ini menghadap ke selatan dan timur sehingga bangunan ini memiliki dua tampak muka dan memiliki tiga tingkat. Bangunan sudut tersebut memiliki menara di bagian sudut bangunan dan memiliki halaman di muka bangunannya. Di pintu masuknya terdapat overstek. Ciri khas bangunan ini adalah bentuk bangunan yang dihiasi oleh garis horizontal. Bangunan ini awalnya dibangun pada tahun 1825 dengan perpaduan gaya bangunan Indische Empire Stijl dan gaya Greek Re-vival. Namun, pada tahun 1919 dirubah secara sekeluruhan dan dibangun seperti sekarang. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai bangunan Bank Nederlandsche Handel Mijn (NHM).
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
37
2.2. Sektor Bragaweg/Karenweg Ruang
lingkup
Sektor
Bragaweg
meliputi
Jalan
Braga,
Jalan
Wastukencana dan sekitarnya.
Peta 2.18. Peta Keletakan Sektor Bragaweg Sumber: Google Map
Sektor Braga berbatasan denga sektor Grote Postweg di sebelah selatan, sektor merdeka di sebelah utara, sektor lengkong di sebelah timur dan sektor Banceuy di sebelah barat. Braga merupakan tempat hiburan dan perbelanjaan pada awal abad 20. Braga awalnya bernama Pedatiweg karena pada masa itu banyak orang-orang menggunakan jalur tersebut dengan menggunakan pedati. Berubah Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
38
nama menjadi Braga karena terkenalnya Toneelvereninging Braga yang ada pada tahun 1882 atau berasal dari bahasa sunda ‘ngabaraga” yang artinya berjalan sepanjang sungai dan di dekat jalan tersebut terdapat sungai Cikapundung. Bangunan-bangunan pada sektor Bragaweg terdapat lima bangunan sudut karena daerah braga yang tidak begitu besar, yaitu
2.2.1. Toko Centre Point Toko Center Point terletak di sudut persimpangan Jalan Braga no. 17 dan Jalan Suniaraja, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan sudut tersebut berada di sisi timur laut pertigaan jalan.
Peta 2.19. Keletakan Bangunan Centre Poin Sumber: www.geocities.com dan Google Map
Bangunan ini didirikan pada tahun 1925 di atas tanah seluas 313 m dengan luas bangunan 609 m. Bangunan tersebut dibangun oleh C. P. Wolf Schoemaker. Bentuk denah bangunan tersebut berbentuk persegi panjang yang memanjang dari selatan ke utara.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
39
Arah hadap bangunan ini menghadap ke tenggara dan memiliki dua lantai. Pada lantai dua hanya berupa jendela tanpa terdapat balkon. Lantai satu pintunya menggunakan rolling door. Fungsi bangunan ini awalnya sebagai toko dengan kondisi yang terawat. Pada sisi bagian sudutnya melengkung dan tidak bersudut tajam. Bagian atapnya terlihat atap tumpang dan terbuat dari genteng.
2.2.2.. Kantor LKBN Antara LKBN Antara terletak di sudut persimpangan Jalan Braga no. 112 dan Jalan Naripan, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan sudut tersebut berada di sisi barat laut dari perempatan jalan. Bangunan ini dibangun dengan arsitek A. F. Albers pada tahun 1936, tapi gaya bangunannya belum diketahui. Bentuk denah bangunan tersebut berbentuk setengah lingkaran.
Peta 2.20. Keletakan Bangunan LKBN Antara Sumber: www.geocites.com dan Google Map
Arah hadap pintu menghadap ke Tenggara sehingga bangunan tersebut memiliki dua tampak muka dan memiliki dua lantai. Bangunan tersebut tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunan dan tidak memiliki halaman di bagian muka. Ventilasi bangunan ini di bagian bawah menggunakan kaca dengan
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
40
jumlah sepuluh sedangkan di lantai dua terdapat ventilasi berupa lubang udara. Pada lantai dua terdapat enam jendela dan lantai satu terdapat enam jendela yang masing-masing tiga di kanan dan kiri pintu masuk. Jendela di lantai dua menggunakan jendela krapyak yang terbuat dari kaca. Pada sisi sudutnya bangunan melengkung.
2.2.3. De Javasche Bank De Javasche Bank terletak di sudut persimpangan Jalan Braga no. 108 dan Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan tersebut berada di sisi tenggara dari persimpangan empat jalan.
Peta 2.21. Keletakan Bangunan Bank Indonesia Sumber: Kunto, 2006 dan Google Map
Bangunan ini dibangun pada tahun 1909 oleh arsitek Hulswit, Fermont, dan Ed. Cuypers dan gaya bangunan Neoklasik. Bentuk bangunan tersebut berdenah persegi panjang yang memanjang dari barat ke timur dan tidak bertingkat.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
41
Arah hadap bangunan ini menghadap ke utara sehingga bangunan ini memiliki satu tampak muka bangunan sudut. Bangunan tersebut tidak bertingkat dan memiliki menara yang berada di tengah bangunan. Pada halaman depan bangunan tersebut tidak tersedia halaman sehingga langsung menuju jalan raya. Bagian tengah depan bangunan ini lebih maju dari pada sisi lainnya. Pada bagian depan bangunan terdapat empat jendela besar dan dua jendela kecil yang menghimpit pintu masuk. Di atas pintu masuk terdapat tulisan Bank Indonesia. Atap bangunan ini berbentuk limas yang di tengah-tengahnya terdapat hisan cupola yang berdenah persegi dan di atap cupola ini terbuat dari genteng. Pada empat sudut bangunan ini terdapat hiasan kemuncak. Dekorasi bangunan didominasi oleh gaya bangunan Renaissance terlihat pada bentuk gedung yang simetris, dan dekorasi garis lurus horizontal sepanjang dinding bangunan. Ciri khas bangunan ini adalah penggunaan balustrade di daerah lisplang atap, terdapat hiasan kolom doric, dan menggunakan Tympanum. Awal nama bangunan ini adalah De Javasche Bank.
2.2.4. Bank DENIS Bank De Erste Nederlandsche Indische Spaarkas en Hypotheekbank (DENIS) terletak di sudut persimpangan jalan Braga no. 12 dan jalan Naripan, kelurahan Braga, kecamatan Sumur Bandung, kota Bandung, propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan ini berada di sisi timur laut dari pertigaan jalan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1935-1936 oleh A.F. Albers dengan gaya bangunannya Art Moderne. Bentuk denah bangunan sudut ini adalah berdenah tidak beraturan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
42
Peta 2.22. Keletakan Bangunan Bank DENIS Sumber: djawatempodoeloe.multiply.com/photos/photo/190/52 dan Google Map
Arah hadap bangunan ini menghadap ke selatan dan barat sehingga bangunan ini memiliki dua tampak muka dan bertingkat delapan. Bangunan sudut tersebut memiliki menara yang menyatu dengan bangunan di sudut bangunan dan tidak memiliki halaman di muka bangunan sudut tersebut. Pintu masuknya terdapat dua pintu yang arah hadapnya menghadap ke dua arah tersebut. Pada setiap lantainya terdapat balkon dengan pintu menuju balkon terbuat dari kaca begitu pula dengan jendelanya. Pada sudut bangunan terdapat menara yang berbentuk persegi. Ciri khas bangunan ini adalah bentuknya yang melengkung dengan menara yang menyatu dengan bangunan dan letaknya ditengah bangunan. Awal bangunan ini berfungsi sebagai Bank DENIS dan sekarang digunakan oleh Bank Jawa Barat.
2.2.5. Gereja Bethel Gereja Bethel terletak di sudut persimpangan Jalan Wastukencana no. 1 dan Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Bangunan sudut yang berada di persimpangan Jalan perintis kemerdekaan (kerklaan) dan Jalan wastukencana (Logeweg). Keletakan bangunan tersebut terdapat di sisi barat laut perempatan jalan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
43
Bangunan ini dibangun pada tahun 1925 oleh C.P. Wolf Schoemaker dengan gaya bangunan klasik-modern. Bentuk denah bangunan sudut tersebut berbentuk salib portugis.
Peta 2.23. Keletakan Bangunan Gereja Bethel Sumber: Kunto, 2006 dan Google Map
Arah hadap bangunan ini menghadap ke timur sehingga bangunan tersebut memiliki satu tampak muka dan tidak bertingkat. Bangunan tersebut menggunakan menara dan memiliki halaman depan yang luas. Pada sisi barat daya bangunan terdapat menara yang menyatu dengan bangunan berbentuk persegi. Bagian atas menara terdapat jam dinding yang tiap sisi menara ada. Sisi kanan dan kiri pintu masuk terdapat dua jendela terbuat dari kayu dan kaca. Atap bangunan ini bertumpang dua dan terbuat dari genteng. Tiap sisi bangunan terdapat dua rangkap gable. Ciri khas bangunannya adalah hiasan bangunan dilengkapi kolom Yunani Corinthian. Sejak awal dibangun hingga sekarang bangunan ini digunakan sebagai gereja.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
44
2.3. Sektor Merdekaweg/Schoolweg dan Dagoweg Ruang lingkup sektor Merdekaweg dan Dagoweg meliputi Jalan Merdeka, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Dipatiukur, Jalan Taman Sari, Jalan Rangga Gading dan sekitarnya.
Peta 2.24. Peta sektor Merdekaweg Sumber: Google Map
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
45
Sektor Merdeka berbatasan dengan dago pakar di sebelah utara, sektor Riau di sebelah timur, sektor Braga dan Lengkong di sebelah selatan dan sektor Kininweg di sebelah barat. Dagoweg merupakan tempat pemukiman orang-orang Belanda. Pemukiman orang-orang Belanda letaknya lebih tinggi dari pusat kegiatan. Letaknya yang sejuk dan masih banyaknya pohon-pohon serta banyaknya taman-taman kecil yang dibuat di daerah dago ini. Pada awal tahun 1930 dibuat jalur jalan untuk kereta kuda di tepi jalan utama. Bangunan-bangunan sudut pada sektor merdekaweg dan dagoweg terdapat 10 bangunan sudut di sektor ini berada di sepanjang jalan merdeka dan Ir. H. Djuanda, yaitu
2.3.1. Gereja Santo Petrus Katedral Bandung Gereja Santo Petrus Katedral terletak di sudut persimpangan Jalan Merdeka no. 14 dan Jalan Jawa, Kelurahan Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan ini berada di sisi tenggara dari perempatan jalan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1922 oleh C.P. Wolf Schoemaker dengan gaya bangunan Lale Neo Gothic. Luas bangunan ini adalah 785 m2. Bentuk denah bangunan ini yaitu berdenah salib.
Peta 2.25. Keletakan Bangunan Gereja Santo Petrus Sumber: Kunto, 2006 dan Google Map
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
46
Arah hadap bangunan ini adalah menghadap ke barat sehingga bangunan sudut tersebut memiliki satu tampak muka dan memiliki dua tingkat. Bangunan tersebut memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya dan terletak di dekat sudut persimpangan. Bangunan tersebut tidak memiliki halaman yang luas di depan bangunannya. Tiap lantai bangunan terdapat jendela yang terbuat dari kayu begitu halnya pintu masuk. Pada bagian sudut bangunan tersebut terdapat menara yang menjulang tinggi, lebih tinggi dari bangunannya. Atap bangunannya berbentuk limasan. Atap menara runcing dan terlihat curam. Ciri khas bangunan ini adalah banyaknya hiasan kaca patri di dalam gereja yang menggambarkan kisah-kisah Kitab Suci Kristiani. Pada puncak menara terdapat hiasan salib.
2.3.2. Bangunan Juanda-Prabudimuntur Bangunan tersebut terletak di sudut persimpangan Jalan Ir. H. Djuanda dan Jalan Prabudimuntur, Kelurahan Citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Bangunan tersebut terletak di sisi tenggara perempatan jalan. Tahun berdirinya bangunan ini pada tahun 1920-1930, tapi arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui. Bentuk denah bangunan sudut tersebut adalah berdenah seperempat lingkaran.
Peta 2.26. Keletakan Bangunan Juanda-Prabudimuntur Foto oleh Dimas Setyo Saputro dan peta dari Google Map
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
47
Arah hadap bangunan ini menghadap ke barat laut dan bertingkat dua. Bangunan tersebut tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya, tapi bangunan tersebut terdapat halaman di bagian depan bangunannya. Bangunan tersebut bentuknya secara keseluruhan hampir sama dengan yang berada di jalan djuanda-prabudimuntur. Atap bangunan yang berbentuk kerucut. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai rumah tinggal.
2.3.3. Bangunan Hasanuddin-Juanda Bangunan ini terletak di sudut persimpangan Jalan Hasanuddin dan Jalan Ir. H. Djuanda, Kelurahan citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan ini berada di sisi tenggara dari pertigaan jalan. Tahun berdirinya bangunan ini, yaitu pada tahun 1920-1930, tapi arsitek dan gaya bangunan belum diketahui hingga sekarang. Bentuk denah bangunan ini adalah berbentuk bujur sangkar.
Peta 2.27. Keletakan Bangunan Hasanuddin-Juanda Foto oleh Dimas Setyo Saputro dan peta dari Google Map
Arah hadap pintu masuk utama bangunan ke arah barat laut sehingga bangunan ini memiliki dua tampak muka dan berlantai dua. Bangunan tersebut tidak terdapat menara yang menyatu dengan bangunan tersebut, tapi memiliki halaman yang luas pada bagian muka bangunannya. Bangunan atap berbentuk Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
48
atap pelana dengan tiap lantai terdapat atap yang landai. Atap bangunan berbentuk kerucut. Awal bangunan ini fungsinya sebagai rumah tinggal.
2.3.4. Bangunan Rangga Gading-Purnawarman Bangunan ini terletak di sudut persimpangan Jalan Rangga Gading dan Jalan Purnawarman, Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan ini berada di sisi barat laut dari persimpangan empat jalan. Tahun berdirinya bangunan ini, yaitu pada tahun 1934, tapi arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui. Bentuk denah bangunan ini adalah berdenah bujur sangkar.
Peta 2.28. Keletakan Bangunan Rangga Gading-Purnawarman Sumber: Dana, 1990 dan Google Map
Arah hadap bangunan ini ke selatan-timur sehingga bangunan sudut tersebut memiliki dua tampak muka dan memiliki dua lantai. Bangunan tersebut tidak terdapat menara yang menghiasi bagian sudut bangunan, tapi memiliki halaman yang luas di bagian muka bangunannya. Pada lantai pertama terdapat pintu masuk yang menghadap ke timur dengan jendela di sisi selatan bangunan. Lantai kedua bangunan di sisi timur terbagi menjadi dua bagian. Kedua bagian tersebut terdapat jendela dengan jumlah yang sama sehingga terlihat simetris. Hal-
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
49
hal tersebut merupakan ciri khas dari bangunan ini. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai rumah tinggal.
2.3.5. Villa Merah Villa Merah terletak di sudut persimpangan Jalan Tamansari no. 78 dan Jalan Gelap Nyawang, Kelurahan Lebakgede, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan tersebut terletak di sisi timur laut dari pertigaan jalan.
Peta 2.29. Keletakan Bangunan Villa Merah Sumber: Kunto, 2006 dan Google Map
Bangunan ini dibangun pada tahun 1922 oleh R.L.A. Schoemaker dengan gaya bangunan De Stijl atau Praire. Luas bangunan ini adalah 284 m2. Bentuk denah bangunan tersebut yaitu berdenah bujur sangkar. Arah hadap bangunan ini ke arah barat sehingga bangunan tersebut memiliki satu tampak muka dan bertingkat dua. Bangunan tersebut tidak memiliki menara yang menyatu pada bangunannya, tapi bangunannya memiliki halaman yang luas di bagian depan bangunannya. Pada bagian depan tengah bangunan terdapat ruangan yang menonjol. Di ruangan yang menonjol pada lantai satu terdapat pintu masuk utama dan pada lantai dua terdapat balkon yang pintu
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
50
menuju balkonnya terbuat dari kayu, begitu pula dengan jendelanya terbuat dari kayu. Jendelanya berada di samping kanan kiri pintu. Atap bangunan ini terbuat dari genteng dan bertumpang. Ciri khas bangunan ini adalah warna bangunan yang berwarna merah, warna merah berasal dari batu bata merah buatan Negeri Belanda. Oleh karena itu dinamakan Villa Merah. Fungsi awal bangunan ini adalah sebagai tempat tinggal/villa.
2.3.6. Bangunan Sawung Galing-Rangga Gading Bangunan ini terletak di sudut persimpangan Jalan Sawung Galing dan Jalan Rangga Gading, Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Bangunan sudut tersebut berada di sisi dari persimpangan jalan. Tahun berdirinya bangunan ini, yaitu pada tahun 1930, mempunyai gaya bangunanya Vernakuler, tapi arsitek dari bangunannya belum diketahui. Bentuk denah bangunan ini adalah bujur sangkar.
Peta 2.30. Keletakan Bangunan Sudut Sawung Galing-Rangga Gading Sumber: Dana, 1990 dan Google Map
Arah hadap bangunan tersebut menghadap ke selatan dan timur sehingga bangunan ini memiliki dua tampak muka bangunan dan dua lantai. Bangunan ini
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
51
tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya. Pada bagian muka bangunan terdapat halaman yang cukup luas. Lantai dua terdapat balkon yang menghadap ke arah ke timur. Bangunan ini menggunakan jendela-jendela dari kaca. Bangunan sudut ini memiliki hiasan ujung atap yang sama dengan Kantor Pos Besar berupa hiasan puncak kubus. Atap bangunan ini terbuat dari genteng. Fungsi bangunan sebelumnya adalah sebagai tempat tinggal hingga sekarang.
2.3.7. Drie Kliuer (Tiga Warna) Drie Klieur terletak di sudut persimpangan Jalan Ir H Juanda dan Jalan Sultan Agung no 1, Kelurahan Citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat. Keletakan bangunan tersebut terletak di sisi tenggara dari persimpangan tiga jalan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1938, oleh A.F. Albers dengan gaya bangunan modern (tropis) Indonesia. Bentuk denah bangunan ini adalah tidak beraturan.
Peta 2.31. Keletakan Bangunan Bank Ex. Djasa Artha Sumber: Kunto, 2006 dan Google Map
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
52
Arah hadap bangunan tersebut menghadap ke barat daya sehingga bangunan ini memiliki satu tampak muka bangunan dan empat lantai. Bangunan ini tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya. Bagian muka bangunan terdapat halaman yang cukup luas. Pada lantai dua dan tiga terdapat balkon yang menghadap ke arah barat daya, selatan dan barat. Bangunan ini banyak menggunakan jendela-jendela dari kaca. Tiap bangunan menggunakan atap datar beton untuk menghalangi masuknya sinar matahari dan hujan. Bangunan ini sederhana dan sangat minim hiasan bangunan. Fungsi bangunan sebelumnya adalah sebagai tempat tinggal, kemudian digunakan sebagai bank dan terakhir tidak dipergunakan sehingga kondisinya sangat terawat. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai rumah tinggal.
2.3.8. Toko jalan Merdeka-Aceh Bangunan Toko ini terletak di sudut persimpangan Jalan Merdeka dan Jalan Aceh no. 38, Kelurahan Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Keletakan bangunan tersebut terletak di sisi tenggara dari persimpangan empat jalan. Tahun berdirinya bangunan ini, yaitu pada tahun 1915, tapi arsitek dan gaya bangunannya tidak diketahui. Bentuk denah bangunan ini adalah berdenah bujur sangkar.
Peta 2.32. Keletakan Bangunan toko jalan Merdeka-Aceh Foto oleh Dimas Setyo Saputro dan peta dari Google Map Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
53
Arah hadap bangunan ini menghadap ke selatan dan barat sehingga bangunan ini memiliki dua tampak muka dan tidak bertingkat. Bangunan sudut tersebut tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya dan juga tidak memiliki halaman yang luas di depan bangunan tersebut. Pada sisi barat terdapat empat jendela kaca yang besar dan di sisi selatan terdapat dua jendela kaca, satu jendela kayu, dan satu pintu masuk dengan kanopi. Sisi barat bangunan terdapat lubang udara dan satu gable yang berbentuk segitiga bergerigi. Pada sisi selatan juga terdapat dua gable yang sama dengan sisi barat. Denah bangunannya berbentuk persegi. Sekarang bangunan ini digunakan sebagai tempat makan cepat saji. Fungsi awal bangunan ini sebagai rumah tinggal.
2.3.9. Kantor Perpustakaan Universitas Parahyangan Kantor
Perpustakaan
Universitas
Parahyangan
terletak
di
sudut
persimpangan Jalan Merdeka dan Jalan Aceh no. 47, Kelurahan Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Keletakan bangunan ini terletak di sisi barat laut dari persimpangan empat jalan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1930, arsitek dan gaya bangunannya tidak diketahui hingga sekarang. Fungsi awal bangunan ini sebagai perpustakaan. Bentuk denah bangunannya adalah berdenah persegi panjang yang memanjang dari timur ke barat.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
54
Peta 2.33. Keletakan Bangunan Kantor Perpustakaan Universitas Parahyangan Foto oleh Dimas Setyo Saputro dan peta dari Google Map
Arah hadap bangunan ini menghadap ke selatan dan timur sehingga bangunan tersebut memiliki dua tampak muka dan tidak bertingkat. Bangunan tersebut tidak memiliki menara dan halaman yang luas di depan bangunan sudut tersebut. Bangunan ini sekarang berupa perkantoran dan perpustakaan, setiap sisinya di lengkapi dengan kaca-kaca dan pintu masuk utamanya pula banyak dihiasi dengan kaca. Atap bangunan ini terbuat dari genteng dan berbentuk limas.
2.3.10. Bangunan Kyai Gede Utama-Dipati Ukur Bangunan ini terletak di sudut persimpangan Jalan Kyai Gede Utama dan Jalan Dipati Ukur, Kelurahan Lebak Gede, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan tersebut terletak di sisi timur laut dari persimpangan tiga jalan. .
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
55
Peta 2.34. Keletakan Bangunan Kyai Gede Utama-Dipati ukur Foto oleh Maharani Qadarsih dan peta dari Google Map
Tahun berdirinya bangunan ini, yaitu pada tahun 1920-1935, tapi arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui. Bentuk denah bangunan tersebut adalah berdenah segitiga yang pada sisi sudutnya tidak lancip melainkan melengkung Arah hadap bangunannya menghadap ke arah barat daya sehingga bangunan tersebut memiliki satu tampak muka. Bangunan tersebut bertingkat dua setiap lantai bangunan memiliki atap sendiri. Bangunan tersebut pula tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya, tapi terdapat halaman yang luas di muka bangunannya. Pada lantai dua tidak tersedia balkon. Bagian depan bangunan dilengkapi oleh halaman dengan dilengkapi pagar keliling. Bangunan ini memliki pengaruh adaptasi terhadap iklim tropis. Fungsi awal bangunan sudut tersebut adalah sebagai rumah tinggal.
2.4. Sektor Oude Hospitaalweg dan Grote Lengkong Ruang lingkup sektor Oude Hospitaalweg dan Grote Lengkong meliputi Jalan Lembong, Jalan Bungsu, Jalan Tamblong, Jalan Lengkong Besar dan sekitarnya.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
56
Peta 2.35. Peta sektor Oude Hospitalweg Sumber: Google Map
Sektor Grote Lengkongweg berbatasan dengan Grote Postweg di sebelah selatan dan timur, sektor Braga di sebelah barat, dan sektor Dago di sebelah utara. Sektor tersebut merupakan daerah perkantoran dan pertokoan. Bangunanbangunan sudut pada sektor Oude Hospitaalweg dan Grote Lengkong, yaitu
2.4.1. Kantor DPD Angkatan 45 Kantor DPD Angkatan 45 terletak di sudut persimpangan Jalan Bungsu dan Jalan Sunda no. 39, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Keletakan bangunan tersebut terletak di sisi barat laut dari persimpangan empat jalan. Bangunan ini didirikan pada tahun 1940. Arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui. Bentuk denah bangunan ini adalah berdenah persegi panjang yang memanjang dari selatan ke utara.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
57
Peta 2.36. Keletakan Bangunan Kantor DPD Angkatan 45 Foto oleh Dimas Setyo Saputro dan peta dari Google Map
Arah hadap bangunan ini menghadap ke timur dan selatan sehingga bangunan tersebut memiliki dua tampak muka bangunan dan memiliki dua lantai. Bangunan tersebut memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya, tapi tidak memiliki halaman yang luas di bagian depan bangunannya. Pada sisi tenggara terdapat menara yang atapnya terbuat dari genteng. Lantai satu terdapat tiga jendela besar menghadap ke selatan dan timur dan satu menghadap ke timur laut. Hal tersebut serupa dengan yang ada di lantai dua. Ciri khas bangunan ini adalah menggunakan menara yang menyatu dengan bangunan. Fungsi awal bangunan ini adalah sebagai kantor.
2.4.2. Gedung GKP RI Gedung GKP RI terletak di sudut persimpangan Jalan Dalem Kaum dan Jalan Lengkong Besar no. 4, Kelurahan Balonggede, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat. Keletakan bangunan tersebut terletak di sisi barat daya dari persimpangan empat jalan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
58
Peta 2.37. Keletakan Bangunan GKP RI Sumber: Dana, 1990 dan Google Map
Bangunan ini dibangun pada tahun 1940. Arsitek bangunan ini adalah Soekarno dan Rosseno. Bentuk denah bangunan tersebut yaitu berdenah bujur sangkar. Arah hadap bangunan ini menghadap ke timur dan utara sehingga bangunan tersebut memiliki dua tampak muka dan memiliki dua lantai. Bangunan ini memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya, terletak di sudut bangunan. Bangunan tersebut memiliki halaman yang luas di bagian depan bangunannya. Pintu masuknya menghadap ke timur laut dan di lengkapi dengan kanopi. Bagian atas pintu masuk terdapat menara yang berbentuk setengah lingkaran. Menara tersebut terdapat tiga jendela kaca yang memanjang secara vertikal. Lantai dua terdapat balkon dan setiap sisi lantai dua dilengkapi oleh jendela kaca. Awalnya bangunan ini sebagai kantor.
2.5. Sektor Pasar Baroeweg-Tegallega West dan A.B.C. Straat Ruang lingkup sektor Pasar Baroeweg-Tegallega West dan A.B.C. Straat meliputi Jalan Otto Iskandardinata, Jalan ABC, Jalan Naripan, Jalan Banceuy, dan sekitarnya.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
59
Peta 2.38. Peta sektor Pasar Baroeweg Sumber: Google Map
Sektor ABC berbatasan dengan Grote Postweg di sebelah selatan, sektor Braga di sebelah timur, Kebon Jukut di sebelah utara, dan Kebon Jeruk di sebelah barat. Sektor ini merupak daerah perbelanjaan pada masa itu. Selain Braga, daerah ini juga terkenal sebagai daerah perbelanjaan dan merupakan daerah orang-orang Cina menjual barang-barang dagangannya. Bangunan-bangunan sudut pada sektor Pasar Baroeweg-Tegallega West dan A.B.C. Straat, yaitu
2.5.1. Toko jalan ABC Toko tersebut terletak di sudut persimpangan Jalan Banceuy no. 51 dan Jalan ABC, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Keletakan bangunan sudut tersebut terletak di sisi barat daya persimpangan empat jalan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
60
Bangunan ini dibangun sekitar tahun 1928, arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui hingga sekarang. Bentuk denah bangunan tersebut adalah berdenah persegi panjang yang memanjang dari utara ke selatan.
Peta 2.39. Keletakan Bangunan Toko ABC Sumber: www.geocities.com/bandungcity/old.htm dan Google Map
Arah hadap bangunan ini menghadap utara dan timur sehingga bangunan ini memiliki dua tampak muka. Bangunan tersebut terdapat dua tingkat, memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya. Bangunan tersebut tidak memiliki halaman yang luas di bagian depan bangunan sudut tersebut. Pintu masuknya menghadap ke timur laut. Bangunan ini terdiri dari dua lantai, terdapat dua jendela besar dan satu jendela kecil. Bangunan tersebut menghadap ke timur laut. Pada atap bagian timur laut terdapat cupola yang membulat dengan 6 lubang udara dan atap tidak terbuat dari genteng. Bangunan ini dari awalnya difungsikan sebagai toko.
2.5.2. Toko Bintang Mas Toko tersebut terletak di sudut persimpangan Jalan ABC dan Jalan Alketeri, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
61
Barat. Keletakan bangunan tersebut terletak di sisi tenggara persimpangan empat jalan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1925-1930, arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui hingga sekarang. Bentuk denah bangunan sudut tersebut adalah berdenah persegi panjang yang memanjang dari utara ke selatan.
Peta 2.40. Keletakan Bangunan Toko Bintang Mas Sumber: Dana, 1990 dan Google Map
Arah hadap bangunan ini menghadap ke utara dan barat sehingga bangunan tersebut memiliki dua tampak muka dan memiliki dua lantai. Bangunan tersebut tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya dan juga tidak memiliki halaman yang luas di bagian muka bangunannya. Pintu masuknya menggunakan dengan rolling door menghadap ke barat laut. Di lantai dua terdapat tiga jendela di tiap sisinya dan juga terdapat jendela yang berbentuk lingkaran di tiap sisinya. Pada sisi barat terdapat bagian yang menonjol dan berbentuk setengah lingkaran. Bagian tersebut menonjol secara vertikal hingga menyerupai menara. Di atas pintu masuk terdapat tulisan nama toko. Sejak awal dibangun hingga sekarang bangunan ini tetap digunakan untuk pertokoan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
62
2.5.3. Toko Hasil Bumi Bintang Toko Hasil Bumi Bintang terletak di sudut persimpangan Jalan Belakang Pasar no 1 dan Jalan Pasar Barat, Kota Bandung, Jawa Barat. Keletakan bangunan sudut tersebut terletak di sisi timur laut dari persimpangan tiga jalan.
Peta 2.41. Keletakan Bangunan Toko Hasil Bumi Bintang Sumber: Dana, 1990 dan Google Map
Bangunan ini dibangun pada tahun 1910. Arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui hingga sekarang. Bentuk denah bangunan sudut adalah berdenah bujur sangkar. Arah hadap bangunan ini menghadap ke selatan dan barat sehingga bangunan tersebut memiliki dua tampak dan memiliki dua tingkat. Bangunan tersebut tidak memiliki menara dan halaman yang luas di depan bangunan tersebut. Lantai satu terdapat satu jendela dan satu pintu di kedua sisi, tapi pada sisi tenggara terdapat jendela kecil yang memanjang secara horisontal. Pada lantai dua terdapat tiga jendela di kedua sisinya, tapi pada sisi tenggara terdapat satu pintu kaca dan balkon. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai ruko.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
63
2.5.4. Kantor Banceuy-Suniaraja Kantor tersebut terletak di sudut persimpangan Jalan Banceuy dan Jalan Suniaraja, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan sudut tersebut terletak di sisi tenggara dari persimpangan tiga jalan.
Peta 2.42. Keletakan Bangunan Banceuy-Suniaraja Foto oleh Dimas Setyo Saputro dan peta dari Google map
Bangunan ini dibangun pada tahun 1938, arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui. Bentuk denah bangunan tersebut yaitu berdenah tidak beraturan. Arah hadap Bangunan ini menghadap ke utara-barat sehingga bangunan tersebut memiliki dua tampak muka dan memiliki dua tingkat. Bangunan tersebut tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya dan bangunan tersebut juga tidak memiliki halaman yang luas di bagian depan bangunannya. Bangunan sisi utara dihiasi oleh tembok yang berbentuk kotak-kotak. Awal bangunan tersebut digunakan sebagai perkantoran.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
64
2.6. Sektor Roozeboomweg Ruang lingkup sektor Roozeboomweg meliputi Jalan Riau/L.L.R.E Martadinata, Jalan Taman Pramuka, Jalan Taman Cempaka, Jalan Gandapura, Jalan Anggrek dan sekitarnya. Sektor Riau berbatasan dengan sektor Soematrastraat di sebelah selatan, sektor Dago di sebelah barat, sektor Tjihauergeulis di sebelah utara, dan sektor Kebonwaroe di sebelah timur. Sektor ini merupakan wilayah pemukiman penduduk pegawai. Pada tahun 1910 Riau masih berupa perbatasan sebelah timur kota Bandung sehingga didirikan kompleks perumahan. Selain itu, di jalan Cihapit yang memotong jalan Riau terdapat kompleks perumahan untuk pegawai-pegawai kecil. Kompleks perumahan tersebut dijadikan sebagai wilayah pemukiman sehat di Bandung pada awal abad 20. Bangunan-bangunan sudut pada sektor Roozeboomweg, yaitu
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
65
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
66
2.6.1. Bangunan Cendana-Taman Pramuka Bangunan ini terletak di sudut persimpangan Jalan Cendana dan Jalan Taman Pramuka, Kelurahan Citarum, Kecamatan Bantung Wetan, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan sudut ini terletak di sisi tenggara dari persimpangan tiga jalan. Tahun berdirinya bangunan ini, yaitu pada tahun 1930-1940, tapi arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui. Bentuk denah bangunan tersebut adalah berdenah segitiga.
Peta 2.44. Keletakan Bangunan Cendana-Taman Pramuka Foto oleh Maharani Qadarsih dan peta dari Google Map
Arah hadap bangunan ini menghadap ke barat dan utara sehingga bangunannya memiliki dua tampak muka dan tidak bertingkat. Sedangkan pintu utama bangunan menghadap ke barat laut. Bangunan ini tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya, tapi bangunan tersebut memilikihalaman yang luas berada di muka bangunannya. Atap bangunan ini berbentuk limasan dan bahannya terbuat dari genteng. Fungsi awal bangunan berupa bangunan rumah tinggal.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
67
2.6.2. Rumah Dinas Direktur Guvernments Beddrijven Rumah Dinas Direktur Guvernments Beddrijven terletak di sudut persimpangan Jalan R.L.E.E. Martadinata dan Jalan Banda, Kelurahan Citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan tersebut terletak di sisi timur laut persimpangan empat jalan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1900, arsiteknya belum diketahui, tapi bangunannya dibangun dengan gaya Neoklasik. Bentuk denah bangunan ini adalah berdenah persegi panjang yang memanjang dari barat ke timur.
Peta 2.45. Keletakan Bangunan Martadinata-Banda Sumber: www.google.com dan Google Map
Arah hadap bangunan ini menghadap ke sebelah selatan begitu pula dengan pintu masuknya sehingga bangunan tersebut memiliki satu tampak muka dan tidak bertingkat. Bangunan tersebut tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya, tapi memiliki halaman yang luas di bagian muka bangunannya. Pada muka bangunan di bagian tengahnya terdapat ruangan yang menonjol berbentuk setengah lingkaran. Di ruangan menonjol tersebut terdapat pintu masuk utama berada. Pintu masuk utama bangunan diapit oleh dua jendela yang berukuran besar. Bangunan ini sudah tidak digunakan lagi dengan kondisi bangunan kurang terawat. Bangunan ini banyak dihiasi oleh kolom-kolom Ionic.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
68
Fungsi bangunannya dari awal digunakan sebagai rumah dinas Direktur Gouvernments Bedrijven.
2.6.3. Soka-Martadinata Bangunan tersebut terletak di sudut persimpangan Jalan Soka dan Jalan R.L.E.E. Martadinata, Kelurahan Citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan tersebut terletak di sisi tenggara dari persimpangan empat jalan.
Peta 2.46. Keletakan Bangunan Soka-Martadinata Sumber: Dana, 1990 dan Google Map
Bangunan ini dibangun pada tahun 1930-1935, arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui. Denah bangunan tersebut adalah berdenah bujur sangkar. Arah hadap bangunan ini menghadap ke timur dan selatan dan arah hadap pintu utama ke arah tenggara sehingga bangunan sudut tersebut memiliki dua tampak muka serta berlantai dua. Bangunan tersebut tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunan dan bangunan tersebut memiliki halaman yang luas di muka bangunan tersebut. Pada lantai pertama terdapat empat jendela besar dan satu pintu masuk utama. Pada lantai kedua terdapat enam jendela yang berukuran Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
69
kecil. Atap bangunan berbentuk limasan, dan di sisi tenggara atap terdapat jendela yang menonjol keluar. Atap bangunannya terbuat dari genteng. Ciri khas bangunan ini adalah bangunan rumah tinggal yang bertingkat pada masanya. Fungsi awal bangunannya berfungsi sebagai rumah tinggal.
2.6.4. Bangunan Pudak-Anggrek Bangunan ini terletak di sudut persimpangan Jalan Pudak dan Jalan Anggrek, Kelurahan Merdeka, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat.
Peta 2.47. Keletakan Bangunan Pudak-Anggrek Foto oleh Maharani Qadarsih dan peta dari Google Maps
Tahun berdirinya bangunan ini pada tahun 1920-1930, tapi arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui. Arah hadap bangunan ini menghadap ke utara dan timur begitu pula dengan pintu masuknya sehingga bangunan tersebut memiliki dua tampak muka dan tidak bertingkat. Bangunan tersebut tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya, tapi memiliki halaman yang luas di bagian muka bangunannya. Pada pintu masuk terdapat atap yang menonjol di atas pintu. Atap bangunan tersebut seperti beratap tumpang dua dan bahannya terbuat dari genteng. Sisi kanan dan kiri bangunan tersebut memiliki bentuk yang sama sehingga terlihat seperti simetris. Bangunan ini sekarang digunakan oleh sekolah Santa Ursula dan keadaan sekolah ini pun terawat.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
70
2.7. Sektor Soematerastraat Ruang Lingkup sektor Soematerastraat meliputi Jalan Sumatera, Jalan Bangka, Jalan Jawa dan sekitarnya. Sektor ini berbatasan dengan sektor Riau di sebelah utara dan timur, sektor Dago di sebalah barat, dan sektor Lengkong di sebelah selatan. Sektor ini merupakan daerah pendidikan, militer dan perkantoran. Sektor ini dekat sekali dengan wilayah perumahan, yaitu Jalan Dago dan Jalan Riau. Bangunan-bangunan sudut pada sektor Soematerastraat, yaitu
Peta 2.48. Peta Sektor Soematerastraat Sumber: Google Map
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
71
2.7.1. Gedung Markas Komando wilayah V Kantor Markas Komando wilayah V terletak di sudut persimpangan Jalan Bangka dan Jalan Gudang Utara, Kelurahan Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan sudut tersebut terletak di sisi tenggara dari persimpangan tiga jalan. Bangunan tersebut dibangun pada tahun 1915-1920, arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui hingga sekarang. Bentuk denah bangunan tersebut adalah berdenah persegi panjang yang memanjang dari barat ke timur.
Peta 2.49. Keletakan Bangunan Markas Komando wilayah V Sumber: Dana, 1990 dan Google Map
Arah hadap bangunan ini menghadap ke utara dan timur. Pintu masuk bangunan tersebut adalah ke arah barat laut sehingga bangunan tersebut memiliki dua tampak muka bangunan dan tidak bertingkat. Bangunan tersebut memiliki dua menara yang menyatu dengan bangunannya. Pada sisi timur laut terdapat dua menara kembar yang menghimpit pintu masuk utama bangunan. Bangunan tersebut memiliki halaman yang luas di bagian muka bangunannya. Atap
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
72
bangunan ini berbentuk limasan. Fungsi awal bangunan ini digunakan untuk markas komando wilayah V.
2.7.2. Kantor Balai Keselamatan Kantor Balai Keselamatan terletak di sudut persimpangan Jalan Jawa no. 20 dan Jalan Sumatera, Kelurahan Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan tersebut terletak di sisi barat daya dari persimpangan empat jalan. Bangunan ini didirikan pada tahun 1920-1925 di atas tanah seluas 7845 m dan dirancang oleh F. W. Brinkman en Voorhoeve, tapi tidak diketahui gaya dari bangunan tersebut. Bentuk denah bangunan tersebut adalah berdenah bujur sangkar.
Peta 2.50. Keletakan Bangunan Balai Keselamatan Sumber: Dana, 1990 dan Google map
Arah hadap bangunan ini ke sebelah timur sehingga bangunan sudut tersebut memiliki dua tampak bangunan dan memiliki halaman yang luas di bagian muka bangunan tersebut. Bangunan ini memiliki dua lantai dan menara yang menyatu dengan bangunannya. Menaranya terdiri dari tiga lantai dengan Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
73
satu jendela menghadap timur dan selatan. pada lantai satu sisi timur pada menara tidak terdapat jendela melainkan pintu. Pada sisi timur bangunan terdapat dua jendela besar dan dua jendela kecil di tiap lantainya. Sedangkan di sisi selatan lantai satu terdapat satu jendela kecil dan dua jendela besar. Awalnya bangunan ini berfungsi sebagai Kantor Service Air dan Listrik.
2.7.3. SMP N 5 Bandung Bangunan SMPN 5 terletak di sudut persimpangan Jalan Sumatera (Soematrastraat) no 40 dan Jalan Jawa (Javastraat), Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan tersebut terletak di sisi timur laut dari persimpangan empat jalan. Bangunan ini di bangun pada tahun 1917, luas bangunan 4.026m2 dengan gaya bangunan Indisch Style. Arsitek bangunan ini belum diketahui hingga sekarang. Bentuk denah bangunan tersebut adalah berdenah persegi panjang yang memanjang dari sisi selatan ke utara.
Peta 2.51. Keletakan Bangunan SMPN 5 Bandung Sumber: Kunto, 2006 dan Google Map
Arah hadap bangunan ini menghadap ke selatan dan barat sehingga bangunan tersebut memiliki dua tampak muka dan tidak bertingkat. Bangunan tersebut memiliki dua menara kembar yang menghimpit pintu masuk dan menyatu dengan bangunannya. Bagian atas bangunan terdapat tulisan SLTP Negeri 5. Atap Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
74
bangunan ini berbentuk limas dan pada kedua menara tersebut berbentuk limas serta terbuat dari genteng. Bangunan tersebut memiliki halaman yang luas di bagian muka bangunan. Penggunaan koridor pada sisi bangunan agar menghalangi masuknya sinar matahari dan hujan. Ciri khas bangunan ini adalah terdapat dua menara kembar yang mengapit pintu masuk bangunan. Awalnya bangunan ini bernama sekolah MULO, dan fungsinya dari awal digunakan untuk sekolah.
2.7.4. Bangunan Sumatra-Aceh Bangunan ini terletak di sudut persimpangan Jalan Aceh dan Jalan Sumatera, Kelurahan Merdeka, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan tersebut terletak di sisi timur laut persimpangan tiga jalan. Tahun berdirinya bangunan ini, yaitu pada tahun 1920-1925, tapi arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui. Bentuk denah bangunan tersebut adalah berdenah persegi panjang yang memanjang dari barat ke timur.
Peta 2.52. Keletakan Bangunan Sumatera-Aceh Sumber: Dana, 1990 dan Google Map
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
75
Arah hadap bangunan ini menghadap ke selatan dan pintu masuknya menghadap ke arah selatan pula sehingga bangunan ini memiliki satu tampak muka dan berlantai dua. Pada lantai pertama pintu masuk utama di apit oleh dua jendela besar. Sedangkan pada lantai utama terdapat tiga jendela. Di sisi utara dan selatan terdapat dua jendela di setiap lantai pula. Atap bangunan berbentuk limasan dan terbuat dari genteng. Pada tiap sisi di bagian atap terdapat jendela yang menonjol keluar. Bangunan tersebut tidak terdapat menara yang menyatu dengan bangunannya, tapi memiliki halaman yang luas pada muka bangunannya.
2.8. Sektor Papandayanlaan Ruang lingkup sektor Papandayanlaan meliputi Jalan Gatot Subroto, Jalan Windu, dan sekitarnya.
Peta 2.53. Peta Sektor Papandayanlaan Sumber: Google Map
Sektor Papandayanlaan berbatasan dengan Grote Postweg di sebelah barat dan utara, Tjibangkong di sebelah timur, dan Tjikawao di sebelah selatan. Sektor
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
76
ini merupakan perumahan pegawai-pegawai kecil. Bangunan-bangunan sudut pada sektor Papandayanlaan, yaitu
2.8.1. Bangunan Villa Gruno Villa Gruno berada di sudut persimpangan Jalan Gatot Subroto dan Jalan Guntur, Kelurahan Lengkong, Kecamatan Burangrang, Kota Bandung, Jawa Barat. Keletakan bangunan ini terletak di sisi tenggara dari persimpangan tiga jalan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1925-1935, arsitek dan gaya bangunannya belum diketahui hingga sekarang. Bentuk denah bangunan ini adalah berdenah persegi panjang yang memanjang dari barat ke timur.
Peta 2.54. Keletakan Bangunan Villa Gruno Sumber: Dana, 1990 dan Google Map
Arah hadap bangunan ini menghadap ke utara dan barat sehingga bangunannya memiliki dua tampak bangunan. Bangunan ini memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya dan juga memiliki halaman yang luas di bagian depan bangunannya. Pada sisi barat laut terdapat menara yang beratapkan genteng dan jendela yang menghadap ke barat laut. Di sisi utara terdapat tiga Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
77
jendela dengan satu pintu. Bagian depan pintu terdapat tangga untuk menuju ke dalam ruangan. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai bangunan tempat tinggal.
2.8.2. Bangunan Gatot Subroto-Malabar Bangunan tersebut terletak di sudut persimpangan Jalan Gatot Subroto no. 56 dan Jalan Malabar, Kelurahan Lengkong, Kecamatan Burangrang, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan ini adalah terletak di sisi barat daya dari persimpangan empat jalan. Tahun berdirinya bangunan ini, yaitu pada tahun 1935 oleh Ir. Soekarno, tapi gaya bangunannya belum diketahui hingga sekarang. Bentuk denah bangunan ini yaitu berdenah bujur sangkar.
Peta 2.55. Keletakan Bangunan Gatot Subroto-Malabar Sumber: Dana, 1990 dan Google Map
Arah hadap bangunan ke arah utara dan pintu masuk bangunan ini menghadap ke arah utara pula sehingga bangunan tersebut memiliki satu tampak muka bangunan. Bangunannya tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya, tapi memiliki halaman yang luas di bagian depan bangunannya. Pintu masuk bangunannya diapit oleh dua jendela kecil. Pada atapnya berbentuk
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
78
limasan dan terbuat dari genteng. Pada sisi utara atap terdapat jendela yang menonjol ke utara. Pada dua ujung atapnya terdapat hiasan bentuk gada. Fungsi awal bangunan ini digunakan sebagai rumah tinggal.
2.8.3. Bangunan Malabar-Gatot Subroto Bangunan ini terletak di sudut persimpangan Jalan Malabar dan Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Burangrang, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan tersebut terletak di sisi tenggara dari persimpangan empat jalan. Tahun berdirinya bangunan ini dibangun pada tahun 1926-1930, arsiteknya adalah Ir. Soekarno dan gaya bangunannya belum diketahui. Bentuk denah bangunan tersebut adalah berdenah bujur sangkar.
Peta 2.56. Keletakan Bangunan Malabar-Gatot Subroto Foto oleh Dimas Setyo Saputro dan peta dari Google Map
Arah hadap bangunan ke arah utara dan pintu masuk bangunan ini menghadap ke arah utara pula sehingga bangunan tersebut memiliki satu tampak muka bangunan. Bangunannya tidak memiliki menara yang menyatu dengan bangunannya, tapi memiliki halaman yang luas di bagian depan bangunannya. Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
79
Pintu masuk bangunannya diapit oleh dua jendela kecil. Atapnya berbentuk limasan dan terbuat dari genteng. Pada sisi utara atap terdapat jendela yang menonjol ke utara. Pada dua ujung atapnya terdapat hiasan bentuk gada. Bangunan ini merupakan kembaran dari bangunan yang berada di seberang sebelah arat dari bangunan ini. Fungsi awal bangunan ini digunakan sebagai rumah tinggal.
2.9. Sektor Burgemeester Coopsweg-Kinineweg Ruang lingkup sektor Burgemeester Coopsweg-Kinineweg meliputi Jalan Pajajaran, Jalan Pasteur, dan sekitarnya.
Peta 2.57. Peta Sektor Burgemesteer Coopsweg Sumber: Google Map
Sektor kininweg berbatasan dengan Dago di sebelah timur, Pasirkaliki di sebelah utara, Cicukang di sebelah selatan dan Sukarame di sebelah barat. Sektor ini merupakan sektor perbatasan sebelah barat kota bandung, tapi wilayah ini Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
80
lebih jarang penduduk dari pada di daerah perbatasan kota Bandung. Bangunanbangunan sudut pada sektor Burgemeester Coopsweg-Kinineweg terdapat dua bangunan sudut yang berada di Jalan Pajajaran dan Jalan Pasteur (sekarang), yaitu:
2.9.1. Pabrik Kina Pabrik Kina terletak di sudut persimpangan Jalan Cicendo dan Jalan Pajajaran no. 25, Kelurahan Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan ini terletak di sisi barat laut dari persimpangan empat jalan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1910-1915 oleh Gnelig Meijling A.W. dengan gaya bangunan Art Deco. Bentuk denah bangunan ini adalah berdenah persegi panjang yang memanjang dari timur ke barat.
Peta 2.58. Keletakan Bangunan Pabrik Kina Sumber: Dana, 1990 dan Google Map
Arah hadap bangunan ini menghadap ke timur dan selatan, dan pintu masuk utama menghadap ke tenggara sehingga bangunan tersebut dapat termasuk dalam bangunan yang memiliki dua tampak muka. Bangunan ini tidak menggunakan menara yang menyatu dengan bangunannya, tidak bertingkat dan bangunannya tidak memiliki halaman yang luas di depan bangunannya. Sisi barat bangunan terdapat 12 jendela yang berjejer dan terbuat dari kayu. Di atas pintu Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
81
masuk terdapat dua ventilasi, dan jendela dari kaca. Pintu masuk terbuat dari kayu. Awalnya bangunan ini bernama Bandoengsche Kinine Fabriek N.V. yang berfungsi sebagai pabrik dan sekarang bangunan ini digunakan sebagai kantor PT Kimia Farma.
2.9.2. Kantor Yayasan Panti Asuhan Dana Mulya Yayasan Panti Asuhan Dana Mulya terletak di sudut persimpangan Jalan Pasteur no. 12 dan Jalan Cipaganti, Kelurahan Pasteur, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Keletakan bangunan ini terletak di sisi timur laut dari persimpangan empat jalan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1922 dengan arsiteknya C. P. Wolf Schoemaker. Gaya bangunan yang digunakan, yaitu arsitektur Modern (tropis) Indonesia. Bentuk denah bangunan ini adalah berdenah tidak beraturan karena tidak terlihat adanya indikasi sebagai bangunan persegi, lingkaran, atau segitiga.
Peta 2.59. Keletakan Bangunan Yayasan Panti Asuhan Dana Mulya Sumber: Dana, 1990 dan Google Map
Arah hadap bangunan ini menghadap ke utara dan barat sehingga bangunan ini memiliki dua muka bangunan dan tidak memiliki tingkat. Pada sisi barat laut terdapat menara yang berbentuk kotak yang memanjang secara vertikal dan menyatu dengan bangunannya. Pada sisi selatan dan barat bangunan ini terdapat ruangan yang menonjol di tengahnya. Atap bangunan ini berbentuk Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
82
limasan dengan menggunakan genteng. Pada bagian depan bangunan ini memiliki halaman yang luas. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai villa dan sekarang sebagai kantor yayasan panti asuhan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
83
BAB 3 KELETAKAN DAN BENTUK BANGUNAN SUDUT
Analisis
merupakan
penguraian
data
arkeologi
dalam
satuan
pengamatan. Satuan pengamatan tersebut berupa atribut-atribut yang nampak pada data agar dapat dikelompokkan, seperti atribut bentuk, gaya, keletakan dan pembuatan (Grant dkk, 2001: 61). Pada bab ini dilakukan analisis keletakan dan bentuk. Analisis yang pertama dilakukan adalah analisis keletakan, dan analisis bentuk. Analisis yang dilakukan adalah dengan cara pengelompokan bangunan-bangunan sudut karena jumlah bangunan-bangunan sudut yang berjumlah 50. Pengelompokan ini dilakukan untuk mempermudah dalam penafsiran yang akan dilakukan selanjutnya. Pengelompokannya dilakukan dengan cara membuat tabel-tabel pada setiap bangunan dan sektor.
Bagan 3.1. Bagan Analisis
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
84
Berdasarkan dari hasil pengamatan di lapangan dan penjelasan sebelumnya maka hal-hal yang akan dibagi untuk dianalisis adalah: 1. Keletakan Pengelompokan keletakan bangunan-bangunan sudut yang akan dilakukan, yaitu pengelompokan persimpangan tiga, persimpangan empat dan persimpangan lima. Setiap persimpangan tersebut dibagi lagi dengan lokasi bangunan berada dalam satu persimpangan jalan atau tidak.
2. Bentuk Pengelompokan
bentuk
bangunan-bangunan
sudut
yang
akan
dilakukan, yaitu pengelompokan berdasarkan bentuk denah, penggunaan menara, bertingkat, penggunaan halaman depan, jumlah tampak muka, penggunaan halaman depan dan Arsitek.
Menurut Djefri W. Dana dalam tesisnya berjudul Studi Bangunan Sudut di Kota Bandung: Suatu Telaah Tipologi Bangunan di Kavling Sudut, bangunanbangunan sudut dari tahun 1906-1940 memiliki bangunan yang lebih menonjol dari bangunan di sekitarnya, memiliki bentuk dan gaya yang khas, memanfaatkan lahan di sudut jalan sebagai daerah yang strategis.
3.1. Analisis Keletakan Keletakan bangunan sudut berada di persimpangan jalan. Sudut-sudut jalan yang dihasilkan adalah tempat bangunan sudut berada.
KELETAKAN (Persimpangan Jalan)
PERTIGAAN (Persimpangan Tiga)
PEREMPATAN (Persimpangan Empat)
PERLIMAAN (Persimpangan Lima)
Bagan 3.2. Keletakan
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
85
Persimpangan jalan yang terdapat di Bandung, antar lain:
a. Bentuk persimpangan tiga jalan (pertigaan)
Gambar 3.1. Persimpangan Tiga
b. Bentuk persimpangan empat jalan (perempatan)
Gambar 3.2. Persimpangan Empat
c. Bentuk persimpangan lima jalan (perlimaan).
Gambar 3.3. Persimpangan Lima
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
86
Persimpangan jalan merupakan faktor terpenting dari keberadaan bangunan sudut. Tidak adanya persimpangan jalan maka tidak terdapatnya bangunan sudut.. Persimpangan jalan yang terdapat bangunan sudt tiap sektor bermacam-macam ada yang terdapat di persimpangan tiga, persimpangan empat, dan persimpangan lima. Berikut ini pengelompokkan bangunan sudut terhadap keletakan persimpangan jalan:
3.1.1. Sektor Grote Postweg Sektor Grote Postweg memiliki persimpangan jalan terlengkap di Bandung pada masa itu. Semua persimpangan jalan dilengkapi oleh bangunan sudut. Berikut ini bangunan sudut yang berada di keletakan persimpangan jalan.
Tabel 3.1. Keletakan Sektor Grote Postweg terhadap Persimpangan Jalan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Bangunan Sudut Sektor Grote Postweg Posten Telegraf Homann Hotel Savoy Homann Museum Konferensi Asia Afrika Toko Asia Afrika-Pecinan Gedung Merdeka Escompto Bank Hotel Swarha Toko de Vries Toko Sudirman-Kasmin Kantor Asia Afrika-Kacakaca Wetan Toko Ligna Apotek de Voor Zog Kantor Asuransi Independent Nederlandsche Handel Mijn Bank Hotel Preanger Jumlah
Keletakan Pertigaan Perempatan
Perlimaan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 4
√ 9
2
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut yang terletak di pertigaan berjumlah empat bangunan sudut, perempatan berjumlah sembilan bangunan sudut, dan perlimaan berjumlah dua bangunan sudut. Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
87
Keletakan yang banyak digunakan oleh bangunan sudut yang terletak di perempatan jalan. Lima belas bangunan sudut yang ada di sektor Grote Postweg tidak semuanya berada di satu persimpangan jalan. Bangunan sudut yang berada di persimpangan jalan dan sisanya yang tidak disebutkan berada di persimpangan berbeda serta sendiri, antara lain: Kantor Pos, Escompto Bank, dan Hotel Swarha berada dalam satu perempatan yang pada masa sekarang menjadi pertigaan. Hotel Savoy Homann, Toko De Vries, dan Museum KAA berada dalam satu perempatan. Toko Ligna dan Apotek de Voor Zog berada dalam satu persimpangan lima. 3.1.2. Sektor Bragaweg Sektor Bragaweg terdapat lima bangunan sudut yang berada di keletakan persimpangan jalan, berikut pengelompokan keletakan berdasarkan persimpangan jalan:
Tabel 3.2. Keletakan Sektor Bragaweg terhadap Persimpangan Jalan No 1 2 3 4 5
Nama Bangunan Sudut Sektor Bragaweg/Karenweg Toko Centre Point Kantor LKBN Antara De Javasche Bank Bank DENIS Gereja Bethel Jumlah
Keletakan Pertigaan Perempatan
Perlimaan
√ √ √ √ √ 5
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut yang terletak di perempatan berjumlah lima bangunan sudut dan tidak adanya bangunan sudut di pertigaan dan perlimaan di sektor Bragaweg. Keletakan yang banyak digunakan oleh bangunan sudut yang terletak di perempatan jalan. Kelima bangunan sudut yang ada di sektor Bragaweg tidak semuanya berada di satu persimpangan jalan. Bangunan sudut yang berada di persimpangan jalan dan
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
88
sisanya yang tidak disebutkan berada di persimpangan berbeda serta sendiri, antara lain: Kantor LKBN Antara dan Bank DENIS berada di satu perempatan jalan. Gereja Bethel dan de Javasche Bank berada di satu perempatan jalan. 3.1.3. Sektor Merdekaweg Sektor Merdekaweg terdapat 10 bangunan sudut yang dianalisis dan berada pada persimpangan jalan. Berikut ini pengelompokan keletakan berdasarkan persimpangan jalan:
Tabel 3.3. Keletakan Sektor Merdeka terhadap Persimpangan Jalan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Bangunan Sudut Sektor Merdekaweg/Schoolweg Gereja Santo Petrus Kartedral Bangunan Hasanuddin-Juanda Bangunan Prabudimuntur-Juanda Bangunan Rangga GadingPurnawarman Bangunan Sawunggaling-Rangga Gading Villa Merah Drie Kliuer Toko Merdeka-Aceh Kantor Perpustakaan UNPAR Bangunan Kyai Gede-Dipati Ukur Jumlah
Keletakan Pertigaan Perempatan
Perlimaan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 6
4
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut yang terletak di pertigaan berjumlah enam bangunan sudut, perempatan berjumlah empat bangunan sudut, dan tidak terdapat bangunan sudut di perlimaan. Keletakan yang banyak digunakan oleh bangunan sudut yang terletak di pertigaan jalan. bangunan sudut yang ada di sektor Merdekaweg tidak semuanya berada di satu persimpangan jalan. Namun, di kasusu sektor Merdekaweg tidak ada bangunan sudut yang berada di satu persimpangan. Bangunannya tersebar di berbagai tempat persimpangan jalan di sektor tersebut. Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
89
3.1.4. Sektor Oude Hospitalweg Sektor ini merupakan salah satu sektor yang sedikit jumlah bangunan sudutnya. Berikut ini pengelompokan bangunan sudut melalui keletakannya di persimpangan jalan:
Tabel 3.4. Keletakan Sektor Oude Hospitalweg terhadap Persimpangan Jalan No 1 2
Nama Bangunan Sudut Sektor Oude Hospitaalweg Kantor DPD Angkatan 45 GKP RI Jumlah
Keletakan Pertigaan Perempatan
Perlimaan
√ √ 2
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut yang terletak di perempatan berjumlah dua bangunan sudut dan pertigaan serta perlimaan tidak terdapat bangunan sudut. Keletakan yang banyak digunakan oleh bangunan sudut yang terletak di perempatan jalan. Dua bangunan sudut yang ada di sektor Oude Hospitalweg tidak semuanya berada di satu persimpangan jalan. Namun, pada kasus Oude Hospitalweg semuanya tidak berada di persimpangan jalan.
3.1.5. Sektor Pasar Baroeweg Sektor tersebut terdapat empat bangunan sudut yang akan dianalisis. Berikut ini pengelompokan berdasarkan keletakan di persimpangan adalah sektor Pasar Baroeweg yang berjumlah empat bangunan sudut:
Tabel 3.5. Keletakan Sektor Pasar Baroeweg terhadap Persimpangan Jalan No 1 2 3 4
Nama Bangunan Sudut Sektor Pasar Baroeweg Toko Banceuy-ABC Toko Bintang Mas Toko Hasil Bumi Bintang Gedung Bapemil Jumlah
Keletakan Pertigaan Perempatan
Perlimaan
√ √ √ √ 2
2
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
90
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut yang terletak di pertigaan berjumlah dua bangunan sudut, perempatan berjumlah dua bangunan sudut, dan perlimaan tidak terdapat bangunan sudut. Empat bangunan sudut yang ada di sektor Pasar Baroeweg tidak semuanya berada di satu persimpangan jalan. Namun, pada kasusu sektor ini bangunan sudut semuanya tidak berada di satu persimpangan jalan.
3.1.6. Sektor Roozebomweg Sektor tersebut memiliki lima bangunan sudut yang akan dianalisis berdasarkan keletakan. Berikut ini pengelompokan berdasarkan keletakan di persimpangan adalah sektor Roozeboomweg yang berjumlah lima bangunan sudut:
Tabel 3.6. Keletakan Sektor Roozemboomweg terhadap Persimpangan Jalan No
1 2 3 4 5
Nama Bangunan Sudut Sektor Roozemboomweg Bangunan Cendana-Taman Pramuka Rumah Dinas Direktur GB Bangunan Soka-Martadinata Bangunan Pudak-Anggrek Bangunan Gereja Taman Cibeunying Jumlah
Keletakan Pertigaan Perempatan
Perlimaan
√ √ √ √ √ 3
2
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut yang terletak di pertigaan berjumlah tiga bangunan sudut, perempatan berjumlah dua bangunan sudut, dan perlimaan tidak terdapat bangunan sudut. Keletakan yang banyak digunakan oleh bangunan sudut yang terletak di pertigaan jalan. Lima bangunan sudut yang ada di sektor Roozemboomweg tidak semuanya berada di satu persimpangan jalan. Namun, pada kasus sektor ini semuanya tidak terdapat di satu persimpangan jalan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
91
3.1.7. Sektor Soematrastraat Sektor ini mempunyai empat bangunan sudut yang akan dianalisis berdasarkan keletakan. Berikut ini dilakukan pengelompokan berdasarkan keletakan di persimpangan adalah sektor Soematrastraat yang berjumlah empat bangunan sudut: Tabel 3.7. Keletakan Sektor Soematrastraat terhadap Persimpangan Jalan Keletakan No Nama Bangunan Sudut Pertigaan Perempatan Perlimaan Sektor Soematerastraat Markas Besar Komando Wilayah 1 V √ 2 Kantor Balai Keselamatan √ 3 SMPN 5 Bandung √ 4 Bangunan Sumatera-Aceh √ Jumlah 4 Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut yang terletak di perempatan berjumlah empat bangunan sudut dan pertigaan serta perlimaan tidak terdapat bangunan sudut. Keletakan yang banyak digunakan oleh bangunan sudut yang terletak di perempatan jalan. Empat bangunan sudut yang ada di sektor Soematrastraat tidak semuanya berada di satu persimpangan jalan. Bangunan sudut yang berada di persimpangan jalan dan sisanya yang tidak disebutkan berada di persimpangan berbeda serta sendiri, yaitu Kantor Balai Keselamatan dan SMPN 5 Bandung berada di perempatan yang sama.
3.1.8. Sektor Papandayanlaan Sektor ini terdapat tiga bangunan sudut yang akan dianalisis berdasarkan keletakannya. Berikut ini dilakukan pengelompokan berdasarkan keletakan di persimpangan adalah sektor Papandayanlaan yang berjumlah tiga bangunan sudut:
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
92
Tabel 3.8. Keletakan Sektor Papandayanlaan terhadap Persimpangan Jalan No 1 2 3
Nama Bangunan Sudut Sektor Papandayanlaan Villa Gruno Bangunan Malabar-Gatot Subroto Bangunan Gatot Subroto-Malabar Jumlah
Keletakan Pertigaan Perempatan Perlimaan √
1
√ √ 2
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut yang terletak di pertigaan berjumlah satu bangunan sudut, perempatan berjumlah dua bangunan sudut, dan perlimaan tidak terdapat bangunan sudut. Keletakan yang banyak digunakan oleh bangunan sudut yang terletak di perempatan jalan. Tiga bangunan sudut yang ada di sektor Papandayanlaan tidak semuanya berada di satu persimpangan jalan. Bangunan sudut yang berada di persimpangan jalan dan sisanya yang tidak disebutkan berada di persimpangan berbeda serta sendiri, yaitu Bangunan Malabar-Gatsu dan Gatsu-Malabar berada di satu perempatan jalan. 3.1.9. Sektor Burgemeester Coopsweg Sektor ini merupakan salah satu sektor yang mempunyai sedikit bangunan sudut yang berjumlah dua. Berikut ini pengelompokan berdasarkan keletakan di persimpangan adalah sektor Burgemeester Coopsweg yang berjumlah dua bangunan sudut:
Tabel 3.9. Keletakan Sektor Kininweg terhadap Persimpangan Jalan Keletakan Nama Bangunan No Sudut Pertigaan Perempatan Sektor Burgemeester Coopsweg 1 Pbrik Kina √ Kantor Yayasan Panti 2 Asuhan Dana Mulya √ Jumlah 2
Perlimaan
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut yang terletak di perempatan berjumlah dua bangunan sudut dan pertigaan serta perlimaan tidak terdapat bangunan sudut. Keletakan yang banyak digunakan oleh Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
93
bangunan sudut yang terletak di perempatan jalan. Dua bangunan sudut yang ada di sektor Burgemeester Coopsweg tidak semuanya berada di satu persimpangan jalan. Namun pada kasus sektor BC tidak ada bangunan sudut yang berada di satu persimpangan jalan.
3.1.10. Analisis Keletakan Antarsektor Pada analisis yang telah dilakukan pada keletakan telah menghasilkan tiga jenis persimpangan jalan, yaitu persimpangan tiga jalan, persimpangan empat jalan, dan persimpangan lima jalan. Persimpangan jalan tersebut dapat memperlihatkan kecenderungan banyaknya persimpangan jalan pada setiap sektor. Sektor dibagi menjadi sembilan sektor, yaitu sektor Grote Postweg, sektor Bragaweg, sektor Merdekaweg, sektor Oude Hospitalweg, sektor Pasar Baroeweg, sektor Soematrastraat, sektor Roozemboomweg, sektor Papandayanlaan, dan sektor Burgemeester Coopsweg.Hasil analisis keletakan tersebut sebagai berikut:
Tabel 3.10. Keletakan Bangunan Sudut di Persimpangan Jalan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Bangunan Sudut Sektor Grote Postweg Sektor Bragaweg/Karenweg Sektor Merdekaweg/Schoolweg Sektor Oude Hospitaalweg Sektor Pasar Baroeweg Sektor Roozemboomweg Sektor Soematerastraat Sektor Papandayanlaan Sektor Burgemeester Coopsweg Jumlah
Pertigaan 3 6 2 3 1 15
Keletakan Perempatan 9 5 5 2 2 2 4 2 2 33
Perlimaan 2
2
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah keletakan bangunanbangunan sudut di persimpangan jalan secara keseluruhan terdapat 15 bangunan yang terletak di pertigaan, 33 bangunan yang terletak di perempatan, dan dua bangunan yang terletak di perlimaan. Hasil dari analisis tersebut menjelaskan bahwa bangunan-bangunan sudut paling banyak terletak di perempatan berjumlah 33 bangunan sudut dari pada di pertigaan dan perlimaan yang berjumlah 15 dan dua bangunan sudut.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
94
Sektor yang memiliki paling banyak bangunan sudut di persimpangan empat adalah pada sektor Grote Postweg, sektor Bragaweg, sektor Oude Hospitaalweg, sektor Soematerastraat, sektor Papandayanlaan dan sektor Burgemeester Coopsweg. Pada sektor Merdekaweg dan sektor Roozemboomweg memiliki bangunan-bangunan sudut yang berada di persimpangan tiga yang paling banyak, serta pada sektor Pasar Baroeweg memiliki jumlah yang sama antara bangunan-bangunan sudut yang terletak di persimpangan empat dan tiga.
3.2. Analisis Bentuk 3.2.1. Bentuk Denah Bentuk denah bangunan sudut merupakan hal yang mendasar dalam membuat klasifikasi terutama pada penggunaan atribut bentuk. Bentuk denah adalah hal yang pertama perlu diperhatikan pada bangunan dalam penelitian arkeologi.
Bentuk Bangunan Sudut
Bujur Sangkar
Persegi Panjang
Setengah Lingkaran
Segitiga
Tidak Beraturan
Bagan 3.3. Bentuk Denah Bangunan Sudut
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
95
Analisis bentuk denah bangunan sudut, antara lain: Bujur Sangkar
Gambar 3.4. Denah Bujur Sangkar
Persegi Panjang
Gambar 3.5. Denah Persegi Panjang
Setengah Lingkaran
Gambar 3.6. Setengah Lingkaran Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
96
Segitiga
Gambar 3.7. Denah Segitiga
Berikut adalah analisis bentuk berdasarkan bentuk denah bangunan sudut : a. Sektor Grote Postweg Sektor Grote Postweg adalah sektor yang menjadi pusat pemerintahan pada saat itu. Bentuk bangunannya sangat beragam. Pengelompokan sektor Grote Postweg berdasarkan bentuk denah bangunan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.11. Bentuk Denah Sektor Grote Postweg
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Bangunan Sudut Sektor Grote Postweg Posten Telegraf Homann Hotel Savoy Homann Museum Konferensi Asia Afrika Toko Asia AfrikaPecinan Gedung Merdeka Escompto Bank Hotel Swarha Toko de Vries Toko Sudirman-Kasmin Kantor Asia AfrikaKacakaca Wetan Toko Ligna Apotek de Voor Zog
Bujur Sangkar
Persegi Panjang
Bentuk Denah Setengah Lingkaran Segitiga
Tidak beraturan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Universitas Indonesia
Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
97
Kantor Asuransi Independent Nederlandsche Handel Mijn Bank Hotel Preanger Jumlah
13 14 15
√ √ 3
8
√ 3
1
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada sektor Grote Postweg terdapat tiga bangunan sudut yang berdenah bujur sangkar, delapan bangunan sudut yang berdenah persegi panjang, satu bangunan sudut yang berdenah lingkaran (seperempat lingkaran), dan tiga bangunan sudut berdenah tidak beraturan.
b. Sektor Bragaweg Sektor Bragaweg adalah wilayah pusat perbelanjaan untuk bangsa Eropa sehingga bangunan dibuat beragam karena untuk mencari perhatian pengunjung. Sektor selanjutnya yang dikelompokan berdasarkan bentuk denah adalah sektor Bragaweg. Pengelompokan sektor Bragaweg berdasarkan bentuk denah bangunan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.12. Bentuk Denah Sektor Bragaweg
No 1 2 3 4 5
Nama Bangunan Sudut Sektor Bragaweg/Karenweg Toko Centre Point Kantor LKBN Antara de Javasche Bank Bank DENIS Gereja Bethel Jumlah
Bujur Sangkar
Persegi Panjang
Bentuk Denah Setengah Lingkaran Segitiga
Tidak beraturan
√ √ √ √ √ 1
2
1
1
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada sektor Bragaweg memiliki satu bangunan sudut berdenah bujur sangkar, dua bangunan sudut berdenah persegi panjang, satu bangunan sudut yang berbentuk lingkaran, dan satu bangunan yang berdenah tidak beraturan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
98
c. Sektor Merdekaweg Sektor Merdekaweg merupakan sektor yang menjadi tempat tinggal bangsa Eropa sehingga bentuk denah bangunannya ada yang serup ada pun yang tidak. Sektor selanjutnya yang dikelompokan berdasarkan bentuk denah adalah sektor Merdekaweg. Pengelompokan sektor Merdekaweg berdasarkan bentuk denah bangunan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.13. Bentuk Denah Sektor Merdekaweg Bentuk Denah No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Bangunan Sudut Sektor Merdekaweg Gereja Santo Petrus Kartedral Bangunan Hasanuddin-Juanda Bangunan PrabudimunturJuanda Bangunan Rangga GadingPurnawarman Bangunan SawunggalingRangga Gading Villa Merah Drie Kliuer Toko Merdeka-Aceh Kantor Perpustakaan UNPAR Bangunan Kyai Gede-Dipati Ukur Jumlah
Bujur Sangkar
Persegi Panjang
Setengah Lingkaran
Segitiga
Tidak beratur an
√ √ √ √ √ √ √ √ √
4
2
2
√ 1
1
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut yang berada di sektor merdekaweg memiiki denah bujur sangkar yang berjumlah empat bangunan sudut, denah persegi panjang yang berjumlah dua bangunan sudut, denah lingkaran berjumlah dua bangunan sudut, berdenah segitiga berjumlah satu bangunan sudut, dan berdenah tidak beraturan yang berjumlah satu bangunan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
99
d. Sektor Oude Hospitalweg Sektor tersebut menjadi sektor yang sedikit karena termasuk wilayah perbelanjaan masyarakat pribumi. Sektor selanjutnya yang dikelompokan berdasarkan bentuk denah adalah sektor Oude Hospitalweg. Pengelompokan sektor Oude Hospitalweg berdasarkan bentuk denah bangunan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.14. Bentuk Denah Sektor Oude Hospitalweg
No
1 2
Nama Bangunan Sudut Sektor Oude Hospitaalweg Kantor DPD Angkatan 45 GKP RI Jumlah
Bujur Sangkar
Persegi Panjang
Bentuk Denah Setengah Lingkaran Segitiga
Tidak beraturan
√ √ 1
1
Berdasarkan tabel sebelumnya dapat diketahui bahwa sektor Oude Hospitalweg memiliki bangunan dengan denah persegi panjang yang berjumlah satu dan denah segitiga yang berjumlah satu bangunan sudut.
e. Sektor Pasar Baroeweg Sektor ini merupakan sektor yang menjadi pusat perbelanjaan masyarakat pribumi sehingga bentuk denah bangunannya tidak begitu di perhatikan dan sederhana. Sektor selanjutnya yang dikelompokan berdasarkan bentuk denah adalah sektor Pasar Baroeweg. Pengelompokan sektor Pasar Baroeweg berdasarkan bentuk denah bangunan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.15. Bentuk Denah Sektor Pasar Baroeweg
No 1 2 3 4
Nama Bangunan Sudut Sektor Pasar Baroeweg Toko Banceuy-ABC Toko Bintang Mas Toko Hasil Bumi Bintang Gedung Bapemil Jumlah
Bujur Sangkar
Persegi Panjang
Bentuk Denah Setengah Lingkaran Segitiga
Tidak beraturan
√ √ √ 1
2
√ 1 Universitas Indonesia
Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
100
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa pada sektor Pasar Baroeweg terdapat bangunan sudut yang berdenah bujur sangkar yang berjumlah satu bangunan, denah persegi panjang yang berjumlah dua bangunan sudut, dan denah tidak beraturan berjumlah satu bangunan sudut. f. Sektor Roozeboomweg Sektor tersebut merupakan wilayah tempat tinggal dan pusat pemerintahan setelah pindah dari alun-alun Bandung sehingga bentuk denahnya beragam. Sektor selanjutnya yang dikelompokan berdasarkan bentuk denah adalah sektor Roozeboomweg. Pengelompokan sektor Roozeboomweg berdasarkan bentuk denah bangunan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.16. Bentuk Denah Sektor Roozemboomweg
No
1 2 3 4 5
Nama Bangunan Sudut Sektor Roozemboomweg Bangunan CendanaTaman Pramuka Rumah Dinas Direktur GB Bangunan SokaMartadinata Bangunan PudakAnggrek Bangunan Gereja Taman Cibeunying Jumlah
Bujur Sangkar
Persegi Panjang
Bentuk Denah Setengah Lingkaran Segitiga
Tidak beraturan
√ √ √ √
1
√ 3
1
Berdasarkan tabel yang telah dibuat maka dapat diketahui bahwa bangunan sudut yang di sektor Roozemboomweg memiliki denah bujur sangkar yang berjumlah satu bangunan sudut, denah persegi panjang yang berjumlah tiga bangunan sudut, dan denah segitiga yang berjumlah satu bangunan sudut.
g. Sektor Soematrastraat Sektor selanjutnya yang dikelompokan berdasarkan bentuk denah adalah sector Soematrastraat. Sektor ini merupakan wilayah peralihan dari perkantoran
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
101
ke tempat tinggal. Pengelompokan sektor Soematrastraat berdasarkan bentuk denah bangunan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.17. Bentuk Denah Sektor Soematrastraat
No
1 2 3 4
Nama Bangunan Sudut Sektor Soematerastraat Markas Besar Komando Wilayah V Kantor Balai Keselamatan SMPN 5 Bandung Bangunan SumateraAceh Jumlah
Bujur Sangkar
Persegi Panjang
Bentuk Denah Setengah Lingkaran Segitiga
Tidak beraturan
√ √ √ √ 1
3
Berdasarkan tabel sebelumnya dapat diketahui bahwa pada sektor Soematrastraat memiliki denah bujur sangkar yang berjumlah satu bangunan sudut, dan denah persegi panjang yang berjumlah tiga bangunan sudut.
h. Sektor Papandayanlaan Sektor selanjutnya yang dikelompokan berdasarkan bentuk denah adalah sektor
Papandayanlaan.
Sektor
tersebut
merupakan
wilayah
perumahan
masyarakat pribumi. Pengelompokan sektor Papandayanlaan berdasarkan bentuk denah bangunan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.18. Bentuk Denah Sektor Papandayanlaan
No 1 2 3
Nama Bangunan Sudut Sektor Papandayanlaan Villa Gruno Bangunan MalabarGatot Subroto Bangunan Gatot Subroto-Malabar Jumlah
Bujur Sangkar
Persegi Panjang
Bentuk Denah Setengah Lingkaran Segitiga
Tidak beraturan
√ √ √ 2
1
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
102
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa pada sektor Papandayanlaan memiliki denah bujur sangkar yang berjumlah dua bangunan sudut dan denah persegi panjang yang berjumlah satu bangunan sudut.
i. Sektor Burgemeester Coopsweg Sektor selanjutnya yang dikelompokan berdasarkan bentuk denah adalah sektor Burgemeester Coopsweg. Sektor ini merupakan wilayah perbatasan Kota Bandung. Pengelompokan sektor Burgemeester Coopsweg berdasarkan bentuk denah bangunan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.19. Bentuk Denah Sektor Burgemeester Coopsweg
No 1 2
Nama Bangunan Sudut Sektor Burgemeester Coopsweg Pbrik Kina Kantor Yayasan Panti Asuhan Dana Mulya Jumlah
Bujur Sangkar
Persegi Panjang
Bentuk Denah Setengah Lingkaran Segitiga
Tidak beraturan
√ √ 1
1
Berdasarkan tabel sebelumnya dapat diketahui bahwa pada sektor BC dapat diketahui memiliki denah persegi panjang yang berjumlah satu bangunan sudut dan denah tidk beraturan yang berjumlah satu bangunan sudut.
j. Analisis Bentuk Denah Antarsektor Pada analisis yang telah dilakukan dan dibagi dalam setiap sektor, maka didapatkan hasil bentuk denah bangunan sudut sebagai berikut:
Tabel 3.20. Bentuk Denah Bangunan Sudut
No 1 2 3 4 5
Nama Bangunan Sudut Sektor Grote Postweg Sektor Bragaweg/Karenweg Sektor Merdekaweg/Schoolweg Sektor Oude Hospitaalweg Sektor Pasar Baroeweg
Bentuk Denah Setengah Lingkaran Segitiga 1
Bujur Sangkar 3
Persegi Panjang 8
1
2
1
4
2
2
1
1 2
Tidak beraturan 3 1
1 1
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
1 1
103
6 7 8 9
Sektor Roozemboomweg Sektor Soematerastraat Sektor Papandayanlaan Sektor Burgemeester Coopsweg Jumlah
1 1 2
3 3 1
13
1 23
1
4
3
1 7
Berdasarkan tabel dan diagram tersebut maka dijelaskan bahwa bangunan sudut yang paling banyak digunakan adalah bangunan sudut yang berdenah persegi panjang berjumlah 23 (45%) bangunan sudut, selanjutnya dari terbanyak hingga sedikit, yaitu denah bangunan sudut berdenah persegi panjang berjumlah 13 (27%) bangunan sudut, denah lingkaran berjumlah empat (8%) bangunan sudut, denah segitiga berjunlah tiga (6%) bangunan sudut dan denah tidak beraturan berjumlah tujuh (14%) bangunan sudut. Berdasarkan dari prosentase tersebut maka bangunan sudut paling banyak berdenah persegi panjang.
3.2.2. Keberadaan Menara Bangunan sudut ada yang memiliki menara dan ada yang tidak bermenara. Bangunan sudut menggunakan menara untuk menangkap perhatian atau sebagai penciri bangunan. Bangunan sudut banyak menggunakan menara untuk berbagai fungsi. Ada yang berfungsi sebagai tempat memandang sehingga dibuat balkon, penunjuk waktu sehingga terdapat jam dinding yang besar atau tanpa hiasan. Halhal yang diperhatikan antara lain:
PENGGUNAAN MENARA DI SUDUT BANGUNAN
BERMENARA
TIDAK BERMENARA
Bagan 5. Penggunaan Menara
a. Bermenara Bangunan sudut bermenara merupakan bangunan sudut yang menyatu dengan bangunan terdapat menara di bidang sudut jalan. Bentuk menara pun
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
104
bermacam-macam, ada yang berbentuk seperti cupola dan berbentuk atap limasan. Pada menaranya biasanya berhias dan tidak berhias. Berhias biasanya berupa jam atau lonceng.
Foto 3.1. Contoh bangunan sudut bermenara
b. Tidak Bermenara Bangunan sudut tidak bermenara tentunya tidak menggunakan menara yang ada di sudut jalan.
Foto 3.2. Contoh Bangunan Sudut Tidak Bermenara
Berikut ini analisis bangunan-bangunan sudut berdasarkan bermenara dan tidak bermenara bangunan: a. Sektor Grote Postweg Pengelompokan berdasarkan keberadaan menara di sektor Grote Postweg sebagai berikut:
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
105
Tabel 3.21. Keberadaan Menara Bangunan Sudut Sektor Grote Postweg No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Bangunan Sudut Sektor Grote Postweg Posten Telegraf Homann Hotel Savoy Homann Museum Konferensi Asia Afrika Toko Asia Afrika-Pecinan Gedung Merdeka Escompto Bank Hotel Swarha Toko de Vries Toko Sudirman-Kasmin Kantor Asia Afrika-Kacakaca Wetan Toko Ligna Apotek de Voor Zog Kantor Asuransi Independent Nederlandsche Handel Mijn Bank Hotel Preanger Jumlah
Bermenara
Tidak Bermenara √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 5
10
Berdasarkan tabel sebelumnya dapat dijelaskan bahwa pada sektor Grote Postweg terdapat bangunan sudut yang menggunakan menara yang berjumlah lima bangunan sudut dan bangunan sudut yang tidak menggunakan menara berjumlah 10 bangunan sudut. b. Sektor Bragaweg Pengelompokan berdasarkan keberadaan menara di sektor Bragaweg sebagai berikut: Tabel 3.22. Keberadaan Menara Bangunan Sudut pada Sektor Bragaweg No 1 2 3 4 5
Nama Bangunan Sudut Sektor Bragaweg/Karenweg Toko Centre Point Kantor LKBN Antara De Javasche Bank Bank DENIS Gereja Bethel Jumlah
Bermenara
Tidak Bermenara √ √ √
√ 1
√ 4
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
106
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut yang terletak di sektor Bragaweg memiliki menara berjumlah satu bangunan sudut dan yang tidak menggunakan menara berjumlah empat bangunan sudut. c. Sektor Merdekaweg Pengelompokan berdasarkan keberadaan menara di sektor Merdekaweg sebagai berikut:
Tabel 3.23. Keberadaan Menara Bangunan Sudut pada Sektor Merdekaweg
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Bangunan Sudut Sektor Merdekaweg/Schoolweg Gereja Santo Petrus Kartedral Bangunan Hasanuddin-Juanda Bangunan Prabudimuntur-Juanda Bangunan Rangga GadingPurnawarman Bangunan Sawunggaling-Rangga Gading Villa Merah Drie Kliuer Toko Merdeka-Aceh Kantor Perpustakaan UNPAR Bangunan Kyai Gede-Dipati Ukur Jumlah
Bermenara
Tidak Bermenara
√ √ √ √
1
√ √ √ √ √ √ 9
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijalaskan bahwa bangunan sudut di sektor Merdekaweg memiliki satu bangunan sudut yang memiliki menara dan sembilan bangunan sudut yang tidak memiliki menara. d. Sektor Oude Hospitalweg Pengelompokan berdasarkan keberadaan menara di sektor Oude Hospitalweg sebagai berikut:
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
107
Tabel 3.24. Keberadaan Menara Bangunan Sudut pada Sektor Oude Hospitalweg No 1 2
Nama Bangunan Sudut Sektor Oude Hospitaalweg Kantor DPD Angkatan 45 GKP RI Jumlah
Bermenara
Tidak Bermenara √
√ 1
1
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut yang berada di sektor OH memiliki satu bangunan sudut yang menggunakan menara dan satu bangunan sudut yang tidak memiliki menara.
e. Sektor Pasar Baroeweg Pengelompokan berdasarkan keberadaan menara di sektor Pasar Baroeweg sebagai berikut:
Tabel 3.25. Keberadaan Menara Bangunan Sudut pada Sektor PB No 1 2 3 4
Nama Bangunan Sudut Sektor Pasar Baroeweg Toko Banceuy-ABC Toko Bintang Mas Toko Hasil Bumi Bintang Gedung Bapemil Jumlah
Bermenara
Tidak Bermenara
√ √ √ √ 3
1
Berdasarkan tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa bangunan sudut yang berada di sektor PB memiliki satu bangunan sudut yang menggunakan menara dan tiga bengunan sudut yang tidak menggunakan menara.
f. Sektor Roozeboomweg Pengelompokan berdasarkan keberadaan menara di sektor Roozeboomweg sebagai berikut:
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
108
Tabel 3.26. Keberadaan Menara Bangunan Sudut pada Sektor Roozemboomweg No 1 2 3 4 5
Nama Bangunan Sudut Sektor Roozemboomweg Bangunan Cendana-Taman Pramuka Rumah Dinas Direktur GB Bangunan Soka-Martadinata Bangunan Pudak-Anggrek Bangunan Gereja Taman Cibeunying Jumlah
Bermenara
Tidak Bermenara √ √ √ √ √ 5
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Roozemboomweg hanya memiliki lima bangunan sudut yang tidak menggunakan menara. g. Sektor Soematrasraat Pengelompokan berdasarkan keberadaan menara di sektor Soematrastraat sebagai berikut: Tabel 3.27. Keberadaan Menara Bangunan Sudut pada Sektor Soematrastraat No 1 2 3 4
Nama Bangunan Sudut Sektor Soematerastraat Markas Besar Komando Wilayah V Kantor Balai Keselamatan SMPN 5 Bandung Bangunan Sumatera-Aceh Jumlah
Bermenara
Tidak Bermenara √
√ √ √ 3
1
Berdasarkan tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Soematrastraat memiliki satu bangunan sudut yang menggunakan menara dan tiga bangunan sudut yang tidak menggunakan menara.
h. Sektor Papandayanlaan Pengelompokan berdasarkan keberadaan menara di sektor Papandayanlaan sebagai berikut:
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
109
Tabel 3.28. Keberadaan Menara Bangunan Sudut pada Sektor Papandayanlaan No 1 2 3
Nama Bangunan Sudut Sektor Papandayanlaan Villa Gruno Bangunan Malabar-Gatot Subroto Bangunan Gatot Subroto-Malabar Jumlah
Bermenara
Tidak Bermenara
√ √ √ 2
1
Berdasarkan tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Papandayanlaan memiliki satu bangunan sudut yang menggunakan menara dan dua bangunan sudut yang tidak menggunakan menara. i. Sektor Burgemester Coopsweg Pengelompokan berdasarkan keberadaan menara di sektor Burgemeester Coopsweg sebagai berikut:
Tabel 3.29. Keberadaan Menara Bangunan Sudut pada Burgemeester Coopsweg No 1 2
Nama Bangunan Sudut Sektor Burgemeester Coopsweg Pbrik Kina Kantor Yayasan Panti Asuhan Dana Mulya Jumlah
Bermenara
Tidak Bermenara √
√ 1
1
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Burgemeester Coopsweg memiliki satu bangunan sudut yang menggunakan menara dan satu bangunan sudut yang tidak menggunakan menara.
j. Analisis Keberadaan Menara Antarsektor Bentuk bangunan sudut yang menonjol terlihat adalah ornamen dari bangunan tersebut. Hal tersebut terbukti dari bangunan sudut yang menggunakan menara. Menara tersebut tidak terlepas dari bangunannya karena menara menyatu dengan bangunan sudutnya. Hasil analisis bangunan sudut menggunakan bangunan sudut per sektor sebagai berikut:
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
110
Tabel 3.30. Keberadaan Menara pada Bangunan Sudut No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Bangunan Sudut Sektor Grote Postweg Sektor Bragaweg/Karenweg Sektor Merdekaweg/Schoolweg Sektor Oude Hospitaalweg Sektor Pasar Baroeweg Sektor Roozemboomweg Sektor Soematerastraat Sektor Papandayanlaan Sektor Burgemeester Coopsweg Jumlah
Bermenara 6 1 1 1 1 1 1 1 13
Tidak Bermenara 9 4 9 1 3 5 3 2 1 37
Berdasarkan tabel dan diagram tersebut menjelaskan bahwa bangunan sudut yang menggunakan menara tidak banyak karena berjumlah 13 (25%) bangunan sudut dan bangunan sudut yang tidak menggunakan menara berjumlah 37 (75%) bangunan sudut. Hal tersebut menjelaskan bahwa menara sudut merupakan bukan elemen terpenting dalam suatu bangunan sudut karena tidak harus ada menara pada bangunan sudut. Menara yang menyatu dengan bangunan digunakan sebagai penangkap perhatian masyarakat yang melintasi bangunan sudut ini. Oleh karena itu, menara pada setiap bangunan sudut memiliki bentuk yang bermacam-macam dan juga dihiasi oleh jam.
3.2.3. Bangunan Bertingkat Tinggi Bangunan menjelaskan bertingkat atau tidaknya bangunanbangunan sudut. Bangunan bertingkat sudah mulai berkembang sebelum abad 20 terutama di Eropa. Sebagian besar bangunan sudut di Eropa termasuk di Belanda banyak yang bertingkat. Hal tersebut terlihat pula pada bangunan-bangunan sudut di Bandung. Pada pengelompokan ini yang menjadi atribut, yaitu
TINGGI BANGUNAN (JUMLAH TINGKAT)
BERTINGKAT
TIDAK BERTINGKAT
Bagan 6. Bangunan Sudut Bertingkat
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
111
a. Bangunan sudut bertingkat Bangunan sudut bertingkat adalah bangunan sudut yang memiliki tingkat lantai lebih dari satu. Pemilihan bertingkat karena bangunan sudut memiliki tinggi yang lebih dari bangunan di sekitarnya.
Foto 3.3. Contoh Bangunan sudut bertingkat
b. Bangunan sudut tidak bertingkat Bangunan sudut tidak bertingkat tentunya tidak terdapat bangunan tambahan ke atas.
Foto 3.4. Contoh Bangunan sudut tidak bertingkat
Berikut ini analisis bangunan sudut berdasarkan ketinggian bangunan melalui bertingkat atau tidak bertingkat bangunan sudut:
a. Sektor Grote Postweg Pengelompokan berdasarkan tingkat bangunan di sektor Grote Postweg sebagai berikut:
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
112
Tabel 3.31. Bangunan Bertingkat di Sektor Grote Postweg
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tinggi Bangunan Tidak Bertingkat Bertingkat
Nama Bangunan Sudut Sektor Grote Postweg Posten Telegraf Homann Hotel Savoy Homann Museum Konferensi Asia Afrika Toko Asia Afrika-Pecinan Gedung Merdeka Escompto Bank Hotel Swarha Toko de Vries Toko Sudirman-Kasmin Kantor Asia Afrika-Kacakaca Wetan Toko Ligna Apotek de Voor Zog Kantor Asuransi Independent Nederlandsche Handel Mijn Bank Hotel Preanger Jumlah
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 8
7
Berdasarkan tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Grote Postweg memiliki delapan bangunan sudut yang bertingkat dan tujuh bangunan sudut yang tidak bertingkat. b. Sektor Bragaweg Pengelompokan berdasarkan tinggi bangunan di sektor Bragaweg sebagai berikut: Tabel 3.32. Bangunan Bertingkat di Sektor Bragaweg
No 1 2 3 4 5
Nama Bangunan Sudut Sektor Bragaweg/Karenweg Toko Centre Point Kantor LKBN Antara de Javasche Bank Bank DENIS Gereja Bethel Jumlah
Tinggi Bangunan Tidak Bertingkat Bertingkat √ √ √ √ 2
√ 3
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
113
Berdasarkan tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Bragaweg memiliki dua bangunan sudut yang bertingkat dan tiga bangunan sudut yang tidak bertingkat.
c. Sektor Merdekaweg Pengelompokan berdasarkan tingkat bangunan di sektor Merdekaweg sebagai berikut: Tabel 3.33. Bangunan Bertingkat di Sektor Merdekaweg
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Bangunan Sudut Sektor Merdekaweg/Schoolweg Gereja Santo Petrus Kartedral Bangunan Hasanuddin-Juanda Bangunan Prabudimuntur-Juanda Bangunan Rangga Gading-Purnawarman Bangunan Sawunggaling-Rangga Gading Villa Merah Drie Kliuer Toko Merdeka-Aceh Kantor Perpustakaan UNPAR Bangunan Kyai Gede-Dipati Ukur Jumlah
Tinggi Bangunan Tidak Bertingkat Bertingkat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 6
4
Berdasarkan tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Merdekaweg memiliki enam bangunan sudut yang bertingkat dan empat bangunan sudut yang tidak bertingkat. d. Sektor Oude Hospitalweg Pengelompokan
berdasarkan
tingkat
bangunan
di
sektor
Oude
Hospitalweg sebagai berikut: Tabel 3.34. Bangunan Bertingkat di Sektor Oude Hospitalweg No 1 2
Nama Bangunan Sudut Sektor Oude Hospitaalweg Kantor DPD Angkatan 45 GKP RI Jumlah
Tinggi Bangunan Bertingkat Tidak Bertingkat √ √ 2
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
114
Berdasarkan tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Oude Hospitalweg hanya memiliki dua bangunan sudut yang bertingkat. e. Sektor Pasar Baroeweg Pengelompokan berdasarkan tingkat bangunan di sektor Pasar Baroeweg sebagai berikut:
Tabel 3.35. Bangunan Bertingkat di Sektor Pasar Baroeweg
No 1 2 3 4
Nama Bangunan Sudut Sektor Pasar Baroeweg Toko Banceuy-ABC Toko Bintang Mas Toko Hasil Bumi Bintang Gedung Bapemil Jumlah
Tinggi Bangunan Tidak Bertingkat Bertingkat √ √ √ √ 4
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Pasar Baroeweg hanya memiliki empat bangunan sudut yang bertingkat. f. Sektor Roozeboomweg Pengelompokan berdasarkan tingkat bangunan di sektor Roozeboomweg sebagai berikut:
Tabel 3.36. Bangunan Bertingkat di Sektor Roozeboomweg
No 1 2 3 4 5
Nama Bangunan Sudut Sektor Roozemboomweg Bangunan Cendana-Taman Pramuka Rumah Dinas Direktur GB Bangunan Soka-Martadinata Bangunan Pudak-Anggrek Bangunan Gereja Taman Cibeunying Jumlah
Tinggi Bangunan Tidak Bertingkat Bertingkat √ √ √
1
√ √ 4
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
115
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Roozemboomweg memiliki satu bangunan sudut yang bertingkat dan empat bangunan sudut yang tidak bertingkat. g. Sektor Soematrasraat Pengelompokan berdasarkan tingkat bangunan di sektor Soematrastraat sebagai berikut:
Tabel 3.37. Bangunan Bertingkat di Sektor Soematrastraat
No 1 2 3 4
Nama Bangunan Sudut Sektor Soematerastraat Markas Besar Komando Wilayah V Kantor Balai Keselamatan SMPN 5 Bandung Bangunan Sumatera-Aceh Jumlah
Tinggi Bangunan Tidak Bertingkat Bertingkat √ √ √ √ 2
2
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Soematrastraat memiliki dua bangunan sudut yang bertingkat dan dua bangunan sudut yang tidak bertingkat. h. Sektor Papandayanlaan Pengelompokan berdasarkan tingkat bangunan di sektor Papandayanlaan sebagai berikut:
Tabel 3.38. Bangunan Bertingkat di Sektor Papandayanlaan
No 1 2 3
Nama Bangunan Sudut Sektor Papandayanlaan Villa Gruno Bangunan Malabar-Gatot Subroto Bangunan Gatot Subroto-Malabar Jumlah
Tinggi Bangunan Tidak Bertingkat Bertingkat √ √ √ 3
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
116
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Papandayanlaan memiliki tiga bangunan sudut yang tidak bertingkat. i. Sektor Burgemester Coopsweg Pengelompokan berdasarkan tingkat bangunan di sektor Burgemeester Coopsweg sebagai berikut:
Tabel 3.39. Bangunan Bertingkat di Sektor Burgemeester Coopsweg
No 1 2
Nama Bangunan Sudut Sektor Burgemeester Coopsweg Pbrik Kina Kantor Yayasan Panti Asuhan Dana Mulya Jumlah
Tinggi Bangunan Tidak Bertingkat Bertingkat √ √ 2
Berdasarkan tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Burgemeester Coopsweg memiliki dua bangunan sudut yang tidak bertingkat.
j. Analisis Bangunan Bertingkat Antarsektor Bentuk bangunan sudut memiliki kesan yang menonjol dari bangunan termasuk tinggi bangunan. Tinggi bangunan pada bangunan sudut dapat diketahui dari bangunan sudut yang bertingkat dan pondasi yang tinggi. Namun, pada penelitiannya yang diperhatikan adalah bangunan sudut bertingkat atau tidak. Berikut ini hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, sebagai berikut: Tabel 3.40. Bangunan Sudut Bertingkat
No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Bangunan Sudut Sektor Grote Postweg Sektor Bragaweg/Karenweg Sektor Merdekaweg/Schoolweg Sektor Oude Hospitaalweg Sektor Pasar Baroeweg Sektor Roozemboomweg Sektor Soematerastraat
Bangunan Bertingakat Tidak Bertingkat Bertingkat 8 2 6 2 4 1 2
7 3 4
4 2
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
117
8 9
Sektor Papandayanlaan Sektor Burgemeester Coopsweg Jumlah
25
3 2 25
Berdasarkan tabel dan diagram tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut bertingkat dan tidak memiliki jumlah yang sama, yaitu bangunan sudut tidak bertingkat yang berjumlah 25 (50%) bangunan sudut dan bangunan sudut yang bertingkat berjumlah 25 (50%) bangunan sudut. Diagram tersebut menjelaskan bahwa bangunan sudut paling banyak tidak bertingkat. Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa bangunan tingkat menjadi perhatian, tapi masih ada perhatian lebih penting lagi dari bangunan sudut bertingkat, yaitu pada penampilan bangunan sudut.
3.2.4. Jumlah Tampak Muka Bangunan-bangunan sudut keletakannya di sudut yang dapat membentuk bangunan sesuai dengan bentuk sudutnya. Bentuk yang sama bentuknya dapat membuat tampak muka bangunan menghadap ke salah satu jalan raya atau dua jalan raya. Hadap bangunan ke salah satu bangunan disebut tampak satu bangunan dan arah bangunan menghadap ke dua jalan raya disebut dua tampak muka. Jadi, pada pengelompokan berdasarkan tampak muka, dan yang diperhatikan antara lain:
TAMPAK MUKA BANGUNAN SUDUT TAMPAK SATU MUKA
TAMPAK DUA MUKA
Bagan 7. Tampak Muka Bangunan Sudut
a. Satu tampak muka Bangunan sudut satu tampak muka merupakan bangunan sudut yang bangunannya menghadap ke salah satu sisi jalan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
118
Foto 3.5. Contoh Bangunan sudut dengan satu tampak muka
b. Dua tampak muka Bangunan sudut dua tampak muka adalah bangunan sudut yang menghadap ke dua sisi jalan, begitu pula dengan pintu masuk atau dapat dilihat dari dua sisi jalan.
Foto 3.6. Contoh Bangunan sudut dengan dua tampak muka
Berikut analisis bangunan-bangunan sudut berdasarkan tampak muka bangunan: a. Sektor Grote Postweg Pengelompokan berdasarkan jumlah tampak muka bangunan di sektor Grote Postweg sebagai berikut:
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
119
Tabel 3.41. Jumlah Tampak Muka Bangunan Sudut di Sektor Grote Postweg
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Bangunan Sudut Sektor Grote Postweg Posten Telegraf Homann Hotel Savoy Homann Museum Konferensi Asia Afrika Toko Asia Afrika-Pecinan Gedung Merdeka Escompto Bank Hotel Swarha Toko de Vries Toko Sudirman-Kasmin Kantor Asia Afrika-Kacakaca Wetan Toko Ligna Apotek de Voor Zog Kantor Asuransi Independent Nederlandsche Handel Mijn Bank Hotel Preanger Jumlah
Tampak Muka Satu Dua √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12
3
Berdasarkan tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Grote Postweg memiliki tiga bangunan sudut mempunyai satu tampak muka dan 12 bangunan sudut yang mempunyai dua tampak muka. b. Sektor Bragaweg Pengelompokan berdasarkan jumlah tampak muka bangunan di sektor Bragaweg sebagai berikut:
Tabel 3.42. Jumlah Tampak Muka Bangunan Sudut di Sektor Baragaweg
No 1 2 3 4 5
Nama Bangunan Sudut Sektor Bragaweg/Karenweg Toko Centre Point Kantor LKBN Antara de Javasche Bank Bank DENIS Gereja Bethel Jumlah
Tampak Muka Satu Dua √ √ √ √ √ 2
3
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
120
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Bragaweg memiliki dua bangunan sudut yang mempunyai satu tampak muka dan tiga bangunan sudut yang mempunyai dua tampak muka.
c. Sektor Merdekaweg Pengelompokan berdasarkan jumlah tampak muka bangunan di sektor Merdekaweg sebagai berikut:
Tabel 3.43. Jumlah Tampak Muka Bangunan Sudut di Sektor Merdekaweg
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Bangunan Sudut Sektor Merdekaweg/Schoolweg Gereja Santo Petrus Kartedral Bangunan Hasanuddin-Juanda Bangunan Prabudimuntur-Juanda Bangunan Rangga Gading-Purnawarman Bangunan Sawunggaling-Rangga Gading Villa Merah Drie Kliuer Toko Merdeka-Aceh Kantor Perpustakaan UNPAR Bangunan Kyai Gede-Dipati Ukur Jumlah
Tampak Muka Satu Dua √ √ √ √ √ √
4
√ √ √ √ 6
Berdasarkan tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa bangunan sudut berada di sektor Merdekaweg memiliki empat bangunan sudut yang mempunyai satu tampak muka dan enam bangunan sudut yang mempunyai dua tampak muka.
d. Sektor Oude Hospitalweg Pengelompokan berdasarkan jumlah tampak muka bangunan di sektor Oude Hospitalweg sebagai berikut:
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
121
Tabel 3.44. Jumlah Tampak Muka Bangunan Sudut di Sektor Oude Hospitalweg
No 1 2
Nama Bangunan Sudut Sektor Oude Hospitaalweg Kantor DPD Angkatan 45 GKP RI Jumlah
Tampak Muka Satu Dua √ √ 2
Berdasarkan tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Oude Hospitalweg memiliki dua bangunan sudut yang mempunyai dua tampak muka. e. Sektor Pasar Baroeweg Pengelompokan berdasarkan jumlah tampak muka bangunan di sektor Pasar Baroeweg sebagai berikut:
Tabel 3.45. Jumlah Tampak Muka Bangunan Sudut di Sektor Pasar Baroeweg
No 1 2 3 4
Nama Bangunan Sudut Sektor Pasar Baroeweg-ABC Straat Toko Banceuy-ABC Toko Bintang Mas Toko Hasil Bumi Bintang Gedung Bapemil Jumlah
Tampak Muka Satu Dua √ √ √ √ 1
3
Berdasarkan tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Pasar Baroeweg memiliki satu bangunan sudut yang mempunyai satu tampak muka dan tiga bangunan sudut yang mempunyai dua tampak muka. f. Sektor Roozeboomweg Pengelompokan berdasarkan jumlah tampak muka bangunan di sektor Roozeboomweg sebagai berikut:
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
122
Tabel 3.46. Jumlah Tampak Muka Bangunan Sudut di Sektor Roozemboomweg
No 1 2 3 4 5
Nama Bangunan Sudut Sektor Roozemboomweg Bangunan Cendana-Taman Pramuka Rumah Dinas Direktur GB Bangunan Soka-Martadinata Bangunan Pudak-Anggrek Bangunan Gereja Taman Cibeunying Jumlah
Tampak Muka Satu Dua √ √
1
√ √ √ 4
Berdasarkan tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa bangunan sudut yang berada di sektor Roozemboomweg terdapat satu bangunan sudut yang memiliki satu tampak muka dan empat bangunan sudut yang memiliki dua tampak muka. g. Sektor Soematrasraat Pengelompokan berdasarkan jumlah tampak muka bangunan di sektor Soematrastraat sebagai berikut: Tabel 3.47. Jumlah Tampak Muka Bangunan Sudut di Sektor Soematrastraat
No 1 2 3 4
Nama Bangunan Sudut Sektor Soematerastraat Markas Besar Komando Wilayah V Kantor Balai Keselamatan SMPN 5 Bandung Bangunan Sumatera-Aceh Jumlah
Tampak Muka Satu Dua √ √ √ √ 4
Beradasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa bangunan sudut berada di sektor Soematrastraat terdapat empat bangunan sudut yang memiliki dua tampak muka. h. Sektor Papandayanlaan Pengelompokan berdasarkan jumlah tampak muka bangunan di sektor Papandayanlaan sebagai berikut:
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
123
Tabel 3.48. Jumlah Tampak Muka Bangunan Sudut di Sektor Papandayanlaan
No 1 2 3
Tampak Muka Satu Dua
Nama Bangunan Sudut Sektor Papandayanlaan Villa Gruno Bangunan Malabar-Gatot Subroto Bangunan Gatot Subroto-Malabar Jumlah
√ √ √ 3
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskana bahwa bangunan sudut di sektor Papandayanlaan terdapat tiga bangunan sudut yang memiliki satu tampak muka. i. Sektor Burgemester Coopsweg Pengelompokan berdasarkan jumlah tampak muka bangunan di sektor Burgemeester Coopsweg sebagai berikut: Tabel 3.49. Jumlah Tampak Muka Bangunan Sudut di Sektor Burgemeester Coopsweg
No 1 2
Tampak Muka Satu Dua
Nama Bangunan Sudut Sektor Burgemeester Coopsweg Pbrik Kina Kantor Yayasan Panti Asuhan Dana Mulya Jumlah
√ √ 2
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa bangunan sudut di sektor Burgemeester Coopsweg memiliki dua bangunan sudut yang terdapat dua tampak muka.
j. Analisis Jumlah Tampak Muka Antarsektor Tampak muka pada bangunan sudut merupakan ciri dari bangunan sudut yang sangat menonjol karena bangunannya menghadap dua jalan muka, tapi ada juga yang menghadap pada salah satu bangunan sudut. Berikut ini hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, sebagai berikut:
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
124
Tabel 3.50. Jumlah Tampak Muka Bangunan Sudut Tampak Muka No
Nama Bangunan Sudut
Satu
Dua
1
Sektor Grote Postweg
3
12
2
Sektor Bragaweg/Karenweg
2
3
3
Sektor Merdekaweg/Schoolweg
4
6
4
Sektor Oude Hospitaalweg
5
Sektor Pasar Baroeweg
1
3
6
Sektor Roozemboomweg
1
4
7
Sektor Soematerastraat
8
Sektor Papandayanlaan
9
Sektor Burgemeester Coopsweg
2
4 3 2
Jumlah
14
36
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa bangunan yang paling banyak adalah bangunan sudut yang memiliki dua tampak muka berjumlah 36 (73%) bangunan sudut dan bangunan sudut yang memiliki satu tampak muka berjumlah 14 (27%) bangunan sudut. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut memiliki dua tampak muka karena bangunan sudut merupakan bangunan yang harusnya dapat dilihat dari dua sisi jalan yang akan dilintasi. Hal tersebut bias menjadi daya tarik bangunan sudut berada.
3.2.5. Keberadaan Halaman Depan Bangunan-bangunan sudut biasanya dikenal memiliki halaman luas, tapi terdapat beberapa bangunan-bangunan sudut yang tidak memiliki halaman depan. Bangunannya dekat sekali dengan jalan raya. Jadi, pada pengelompokan ini objek yang diteliti dari bangunan-bangunan sudut, yaitu:
PENGGUNAAN HALAMAN DEPAN
MENGGUNAKAN
TIDAK MENGGUNAKAN
Bagan 8. Penggunaan Halaman Depan Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
125
a. Bangunan-bangunan sudut yang memiliki halaman depan. Bangunan sudut memiliki halaman di bagian muka merupakan bangunan sudut yang di bagian sudut atau muka bangunan terdapat halaman luas baik untuk tanaman atau halaman kososng. Halaman depan menjadi elemen analisis karena terdapat di beberapa bangunan tidak ditemukan halaman depan.
Foto 3.7. Contoh Bangunan sudut yang memiliki halaman depan
b. Bangunan-bangunan sudut yang tidak memiliki halaman depan. Bangunan sudut yang tidak terdapat halaman di bagian muka adalah bangunan sudut yang dibagian sudut atau muka langsung terhubung dengan jalan utama.
Foto 3.8. Contoh Bangunan sudut yang tidak memiliki halaman depan
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
126
Berikut ini analisis berdasarkan bangunan-bangunan sudut yang memiliki atau tidak memiliki halaman depan: a. Sektor Grote Postweg Pengelompokan berdasarkan keberadaan halaman depan di sektor Grote Postweg sebagai berikut: Tabel 3.51. Keberadaan Halaman Depan pada Sektor Grote Postweg No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Bangunan Sudut Sektor Grote Postweg Posten Telegraf Homann Hotel Savoy Homann Museum Konferensi Asia Afrika Toko Asia Afrika-Pecinan Gedung Merdeka Escompto Bank Hotel Swarha Toko de Vries Toko Sudirman-Kasmin Kantor Asia Afrika-Kacakaca Wetan Toko Ligna Apotek de Voor Zog Kantor Asuransi Independent Nederlandsche Handel Mijn Bank Hotel Preanger Jumlah
Halaman Depan Ada Tidak Ada √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 4
11
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa bangunan sudut di sektor Grote Postweg memiliki empat bangunan sudut yang terdapat halaman depan dan 11 bangunan sudut yang tidak terdapat halaman depan.
b. Sektor Bragaweg Pengelompokan berdasarkan keberadaan halaman depan di sektor Bragaweg sebagai berikut:
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
127
Tabel 3.52. Keberadaan Halaman Depan pada Sektor Bragaweg No 1 2 3 4 5
Nama Bangunan Sudut Sektor Bragaweg/Karenweg Toko Centre Point Kantor LKBN Antara de Javasche Bank Bank DENIS Gereja Bethel Jumlah
Halaman Depan Ada Tidak Ada √ √ √ √ √ 2
3
Berdasarkan tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa bangunan sudut di sektor Bragaweg memiliki dua bangunan sudut yang teradapat halaman depan dan tiga bangunan sudut yang tidak terdapat halaman depan. c. Sektor Merdekaweg Pengelompokan berdasarkan keberadaan halaman depan di sektor Merdekaweg sebagai berikut:
Tabel 3.53. Keberadaan Halaman Depan pada Sektor Merdekaweg No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Bangunan Sudut Sektor Merdekaweg/Schoolweg Gereja Santo Petrus Kartedral Bangunan Hasanuddin-Juanda Bangunan Prabudimuntur-Juanda Bangunan Rangga Gading-Purnawarman Bangunan Sawunggaling-Rangga Gading Villa Merah Drie Kliuer Toko Merdeka-Aceh Kantor Perpustakaan UNPAR Bangunan Kyai Gede-Dipati Ukur Jumlah
Halaman Depan Ada Tidak Ada √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9
1
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut di sektor Merdekaweg memiliki sembilan bangunan sudut yang terdapat halaman depan dan satu bangunan sudut yang tidak terdapat halaman depan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
128
d. Sektor Oude Hospitalweg Pengelompokan berdasarkan keberadaan halaman depan di sektor Oude Hospitalweg sebagai berikut:
Tabel 3.54. Keberadaan Halaman Depan pada Sektor Oude Hospitalweg No 1 2
Nama Bangunan Sudut Sektor Oude Hospitaalweg Kantor DPD Angkatan 45 GKP RI Jumlah
Halaman Depan Ada Tidak Ada √ 1
√ 1
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa bangunan sudut di sektor Oude Hospitalweg memiliki satu bangunan sudut yang terdapat halaman depan dan satu bangunan sudut yang tidak terdapat halaman depan. e. Sektor Pasar Baroeweg Pengelompokan berdasarkan keberadaan halaman depan di sektor Pasar Baroeweg sebagai berikut:
Tabel 3.55. Keberadaan Halaman Depan pada Sektor Pasar Baroeweg No 1 2 3 4
Nama Bangunan Sudut Sektor Pasar Baroeweg Toko Banceuy-ABC Toko Bintang Mas Toko Hasil Bumi Bintang Gedung Bapemil Jumlah
Halaman Depan Ada Tidak Ada √ √ √ √ 4
Berdasarkan tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa bangunan sudut di sektor Pasar Baroeweg memiliki empat bangunan sudut yang tidak terdapat halaman depan. f. Sektor Roozeboomweg Pengelompokan berdasarkan keberadaan halaman depan di sektor Roozeboomweg sebagai berikut: Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
129
Tabel 3.56. Keberadaan Halaman Depan pada Sektor Roozemboomweg No 1 2 3 4 5
Nama Bangunan Sudut Sektor Roozemboomweg Bangunan Cendana-Taman Pramuka Rumah Dinas Direktur GB Bangunan Soka-Martadinata Bangunan Pudak-Anggrek Bangunan Gereja Taman Cibeunying Jumlah
Halaman Depan Ada Tidak Ada √ √ √ √ √ 5
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut di sektor Roozemboomweg memiliki lima bangunan sudut yang terdapat halaman depan. g. Sektor Soematrasraat Pengelompokan berdasarkan keberadaan halaman depan di sektor Soematrastraat sebagai berikut: Tabel 3.57. Keberadaan Halaman Depan pada Sektor Soematrastraat No 1 2 3 4
Nama Bangunan Sudut Sektor Soematerastraat Markas Besar Komando Wilayah V Kantor Balai Keselamatan SMPN 5 Bandung Bangunan Sumatera-Aceh Jumlah
Halaman Depan Ada Tidak Ada √ √ √ √ 3
1
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa bangunan sudut di sektor Soematrastraat memiliki tiga bangunan sudut yang terdapat halaman depan dan satu bangunan sudut yang tidak terdapat halaman depan.
h. Sektor Papandayanlaan Pengelompokan berdasarkan keberadaan halaman depan di sektor Papandayanlaan sebagai berikut:
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
130
Tabel 3.58. Keberadaan Halaman Depan pada Sektor Papandayanlaan No 1 2 3
Nama Bangunan Sudut Sektor Papandayanlaan Villa Gruno Bangunan Malabar-Gatot Subroto Bangunan Gatot Subroto-Malabar Jumlah
Halaman Depan Ada Tidak Ada √ √ √ 3
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa bangunan sudut di sektor Papandayanlaan memiliki tiga bangunan sudut yang terdapat halaman depan. i. Sektor Burgemester Coopsweg Pengelompokan berdasarkan keberadaan halaman depan di sektor Burgemeester Coopsweg sebagai berikut:
Tabel 3.59. Keberadaan Halaman Depan pada Sektor Burgemeester Coopsweg No 1 2
Nama Bangunan Sudut Sektor Burgemeester Coopsweg Pabrik Kina Kantor Yayasan Panti Asuhan Dana Mulya Jumlah
Halaman Depan Ada Tidak Ada √ √ 1
1
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa bangunan sudut di sektor Burgemeester Coopsweg memiliki satu bangunan sudut yang terdapat halaman depan dan satu bangunan sudut yang tidak terdapat halaman depan.
j. Analisis Keberadaan Halaman Depan Antarsektor Halaman depan bangunan sudut di beberapa sektor ada yang tidak terdapat halaman depan dan ada pula yang terdapat halaman depan. Keberadaan halaman depan terlihat dari beberapa sektor saja. Berikut ini hasil analisis yang telah dilakukan pada sub bab sebelumnya, sebagai berikut:
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
131
Tabel 3.60. Halaman Depan Bangunan Sudut No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Bangunan Sudut Sektor Grote Postweg Sektor Bragaweg/Karenweg Sektor Merdekaweg/Schoolweg Sektor Oude Hospitaalweg Sektor Pasar Baroewegt Sektor Roozemboomweg Sektor Soematerastraat Sektor Papandayanlaan Sektor Burgemeester Coopsweg Jumlah
Halaman Depan Ada Tidak Ada 4 12 2 3 9 1 1 1 4 5 3 1 3 1 1 28 23
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa bangunan yang paling banyak menggunakan halaman depan yang berjumlah 28 (55%) dan bangunan sudut yang tidak memiliki halaman depan berjumlah 23 (45%). Hal tersebut menjelaskan bahwa bangunan sudut sebagian berfungsi rumah tinggal yang memiliki halaman yang luas baik di depan maupun di belakang. Bangunan sudut yang tidak menggunakan halaman depan paling banyak hanya di beberapa sektor dengan fungsi kebanyakan sebagai kantor dan toko.
3.3. Gabungan Analisis Keletakan dan Bentuk Bangunan-bangunan sudut yng telah dianalisis berdasarkan keletakan dan bentuk secara terpisah telah dilakukan pada sub bab sebelumnya. Pada tahap analisis selanjutnya berupa analisis gabungan antara keletakan dan bentuk. Pada analisis gabungan ini diharapkan dapat diketahui keletakan dan bentuk di tiap sektor dan pola bentuk bangunan sudut di tiap persimpangan. Berikut ini analisis gabungan:
3.3.1. Analisis Gabungan Tiap Sektor Berdasarkan tabel analisis yang telah dilakukan di subbab sebelumnya dapat diketahui bahwa di sektor Grote Postweg diketahui yang banyak di letak persimpangan dan bentuknya bangunan sudut adalah terletak di perempatan jalan dengan berjumlah sembilan, denah bangunan sudut berjumlah delapan, tidak menggunakan menara berjumlah sembilan, memiliki bangunan bertingkat dan Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
132
tidak bertingkat yang berjumlah delapan, dua tampak muka bangunan berjumlah 13, dan tidak menggunakan halaman depan berjumlah 12 bangunan sudut. Sektor Bragaweg diketahui memiliki bangunan sudut yang banyak digunakan berdasarkan keletakan dan bentuk adalah keletakan di perempatan jalan berjumlah lima, bentuk denah persegi panjang berjumlah dua, bentuk tidak menggunakan menara berjumlah empat, tidak bertingkat berjumlah tiga, dua tampak muka bangunan berjumlah tiga, dan tidak menggunakan halaman depan berjumlah tiga. Sektor Merdekaweg diketahui memiliki bangunan sudut terbanyak berdasarkan analisis keletakan dan bentuk sebagai berikut keletakan di pertigaan jalan berjumlah enam, bentuk denah bujur sangkar berjumlah empat, bentuk tidak menggunakan menara berjumlah sembilan, bertingkat berjumlah enam, dua tampak muka berjumlah enam, dan menggunakan halaman depan berjumlah sembilan. Sektor Oude Hospitalweg diketahui memiliki bangunan sudut terbanyak berdasarkan analisis keletakan dan bentuk sebagai berikut keletakan perempatan berjumlah dua, bentuk denah persegi panjang dan segitiga berjumlah satu, bentuk bermenara dan tidak bermenara berjumlah satu, bertingkat berjumlah dua, dua tampak muka berjumlah dua, dan menggunakan serta tidak menggunakan halaman depan berjumlah satu. Sektor Pasar Baroeweg dapat diketahui memiliki jumlah bangunan sudut terbanyak melalui analisis berdasarkan keletakan dan bentuk sebagai berikut keletakan pertigaan dan perempatan berjumlah empat, bentuk denah persegi panjang berjumlah dua, tidak menggunakan menara berjumlah tiga, bertingkat berjumlah empat, dua tampak muka berjumlah tiga, dan tidak menggunakan halaman depan berjumlah empat. Sektor Roozeboomweg diketahui memiliki jumlah bangunan sudut terbanyak dari hasil analisis berdasarkan keletakan dan bentuk adalah keletakan pertigaan berjumlah tiga, bentuk denah persegi panjang berjumlah tiga, tidak menggunakan menara berjumlah lima, tidak bertingkat berjumlah empat, dua tampak muka berjumlah empat, dan menggunakan halaman depan berjumlah lima.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
133
Sektor Soematrastraat diketahui memiliki jumlah bangunan sudut yang banyak berdasarkan hasil analisis keletakan dan bentuk sebagai berikut keletakan perempatan jalan berjumlah empat, bentuk denah persegi panjang berjumlah tiga, tidak menggunakan menara berjumlah tiga, bertingkat dan tidak bertingkat berjumlah dua, dua tampak muka berjumlah empat dan menggunakan halaman depan berjumlah tiga. Sektor Papandayanlaan diketahui memiliki jumlah bangunan sudut terbanyak berdasarkan hasil analisis keletakan dan bentuk sebagai berikut keletakan perempatan berjumlah dua, bentuk denah bujur sangkar berjumlah dua, tidak menggunakan menara berjumlah dua, tidak bertingkat berjumlah tiga, satu tampak muka berjumlah tiga, dan menggunakan halaman depan berjumlah tiga. Sektor Burgemeester Coopsweg diketahui memiliki jumlah bangunan sudut terbanyak berdasarkan hasil analisis keletakan dan bentuk adalah kelatakan perempatan jalan berjumlah dua, bentuk denah persegi panjang dan tidak beraturan berjumlah satu, bermenanara dan tidak bermenara berjumlah satu, tidak bertingkat berjumlah dua, dua tampak muka berjumlah dua, dan terdapat halaman depan serta tidak terdapat berjumlah satu.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
134
Tabel 3.61. Rangkuman Analisis Keletakan dan Bentuk per Sektor Keletakan Persimpangan No 1 2 3
4 5 6 7 8
9
Nama Bangunan Sudut Sektor Grote Postweg Sektor Bragaweg Sektor Merdekaweg Sektor Oude Hospitaalweg Sektor Pasar Baroeweg Sektor Roozemboomweg Sektor Soematerastraat Sektor Papandayanlaan Sektor Burgemeester Coopsweg Jumlah
Bentuk Denah
Tiga
Empat
Lima
4
9 5
2
6
5
Bujur Sangkar
Persegi Panjang
Lingkaran
4 1
8 2
1 1
4
2
2
2
1
Segitiga
1
Bermenara
Tidak Bermenara
3 1
6 1
9 4
8 2
1
1
9
6
1
1
2
1
3
4
5
1
4
2
2
1
2
2
1
2
3
2
1
3
4
1
3
1
3
1
2
2
1
1
2
16
2 32
14
1 23
1 13
1 37
3
1 1
4
3
Bangunan Bertingkat Tidak Bertingkat Bertingkat
Tidak beraturan
1 7
25
Jumlah Tampak Muka
Keberadaan Halaman Depan Tidak Ada Ada
Satu
Dua
8 3
3 2
13 3
4 2
12 3
4
4
6
9
1
2
1
1
1
3
1
4
5
4
3
3
3
2 26
14
4
3
2 37
1 28
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
1
1 23
135
3.2.2. Analisis Bentuk Per Persimpangan Pada analisis ini menjelaskan mengenai analisis bentuk per persimpangan untuk mengetahui bentuk bangunan sudut di setiap persimpangan jalan. Persimpangan jalan yang digunakan berupa persimpangan tiga, persimpangan empat, dan persimpangan lima. Berdasarkan penggolongan yang dilakukan maka diketahui bahwa bangunan sudut di persimpangan tiga memiliki bentuk denah persegi panjang berjumlah tujuh, tidak bermenara yang berjumlah 15, tidak bertingkat yang berjumlah delapan, dua tampak muka berjumlah sembilan, dan memiliki halaman depan berjumlah 11. Bangunan sudut di persimpangan empat memiliki bentuk denah persegi panjang yang berjumlah 14, tidak bermenara berjumlah 19, bertingkat dan tidak bertingkat berjumlah 16, dua tampak muka berjumlah 25, dan terdapat halaman depan berjumlah 17. Di persimpangan lima ditemukan bangunan sudut dengan bentuk denah bujur sangkar dan tidak beraturan berjumlah satu, bermenara dan tidak bermenara berjumlah satu, bertingkat dan tidak bertingkat berjumlah satu, memiliki dua tampak muka berjumlah dua, dan tidak terdapat halaman depan berjumlah dua.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
136
Tabel 3.62. Rangkuman Analisis Bentuk di Persimpangan Tiga
No 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nama Bangunan Sudut di Pertigaan Jalan Gedung Merdeka Toko Sudirman-Kasmin Kantor Asia AfrikaKacakaca Wetan Nederlandsche Handel Mijn Bank Bangunan Prabudimuntur-Juanda Bangunan Rangga Gading-Purnawarman Bangunan Sawunggaling-Rangga Gading Villa Merah Drie Kliuer Bangunan Kyai GedeDipati Ukur Toko Hasil Bumi Bintang Gedung Bapemil Bangunan CendanaTaman Pramuka Bangunan PudakAnggrek Bangunan Gereja Taman Cibeunying Villa Gruno
Bentuk Denah Bujur Sangkar
Tidak Bermenara √ √
Tinggi Bangunan Tidak Bertingkat Bertingkat √ √
√
√
√
√
√
Persegi Panjang √ √
Lingkaran
Segitiga
Tidak beraturan
Bermenara
√
√
√
√
√
√ √
√ √ √
√
√
√
√ √
√ √
√ √ √ √ √
4
Satu √
Dua √
Halaman Depan Tidak Ada Ada √ √
√ √
√
Tampak Muka
√
√
√ √
√ √
√
√
√
√ √ √
√ √ √
√
√
√
√ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√
√ √
√
√ √
√ 7
1
2
2
1
15
7
√ 8
7
9
11
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
5
137
Tabel 3.63. Rangkuman Analisis Bentuk di Persimpangan Empat
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Bangunan Sudut di Perempatan Jalan Posten Telegraf Homann Hotel Savoy Homann Museum Konferensi Asia Afrika Toko Asia AfrikaPecinan Escompto Bank Hotel Swarha Toko de Vries Kantor Asuransi Independent Hotel Preanger Toko Centre Point Kantor LKBN Antara de Javasche Bank Bank DENIS Gereja Bethel Gereja Santo Petrus Kartedral Bangunan Hasanuddin-Juanda Toko Merdeka-Aceh Kantor Perpustakaan UNPAR Kantor DPD Angkatan 45
Bentuk Denah Bujur Sangkar
Persegi Panjang
Lingkaran
Segitiga
Tidak beraturan
Bermenara
√ √
Tidak Bermenara
Tinggi Bangunan Tidak Bertingkat Bertingkat
√
√
√
√ √ √
√ √
√ √
√
√ √
√
√
√
√ √
√
√ √
√ √
√
√
√ √
√
√ √
√ √
√
√
√ √
√
√
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√
√ √
√
√ √ √
√
√
√ √
√
√
√ √ √
√ √
Halaman Depan Tidak Ada Ada √
√ √
√
Dua
√
√ √
√
Satu
√ √
√
Tampak Muka
√
√
√
√
√ √ √
√
√ √
√
√
√
√
√
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
138
20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
32
GKP RI Toko Banceuy-ABC Toko Bintang Mas Rumah Dinas Direktur GB Bangunan SokaMartadinata Markas Besar Komando Wilayah V Kantor Balai Keselamatan SMPN 5 Bandung Bangunan SumateraAceh Bangunan MalabarGatot Subroto Bangunan Gatot Subroto-Malabar Pabrik Kina Kantor Yayasan Panti Asuhan Dana Mulya
√ √ √
√ √
√ √ √
√
√
√ √ √
√
√
√
√ √
√
√ √
√ √
√
√
√ √
√
√ √
√ √
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√ √
√
√
8
16
4
-
√
√ 4
19
16
√
√ √ √
√ 13
√
√
√
√
√
√
√
√ √ √
√
√ 16
7
√ 25
17
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
15
139
Tabel 3.64. Rangkuman Analisis Bentuk di Persimpangan Lima Bentuk Denah No 1 2
Nama Bangunan Sudut di Perlimaan Jalan Toko Ligna Apotek de Voor Zog Jumlah
Bujur Sangkar
Persegi Panjang
Lingkaran
Segitiga
√ 1
Tidak beraturan √ 1
Bermenara √ 1
Tidak Bermenara √ 1
Bangunan Bertingkat Tidak Bertingkat Bertingkat √ √ 1 1
Jumlah Tampak Muka Satu
Dua √ √ 2
Keberadaan Halaman Depan Tidak Ada Ada √ √ 2
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
BAB 4 PERKEMBANGAN KOTA DAN ARSITEKTUR KOLONIAL DI BANDUNG
Bab 4 berisi mengenai hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, hasil ananlisis kemudian ditafsirkan menggunakan data sejarah dan pembandingan dengan bangunan lain yang ada di kota-kota kolonial di Pulau Jawa. Hasil analisis yang akan ditafsirkan sesuai dengan hasil analisis per sektor dan terdapat rangkuman yang dibuat berdasarkan gabungan analisis keletakan dan bentuk serta
analisis persimpangan jalan. Penjelasan tersebut kemudian
ditafsirkan dengan data sejarah atau diperbandingkan dengan bangunan sudut yang ada di kota kolonial lainnya. Pembahasan
mengenai
perkembangan
kota
di
Bandung
hanya
menggunakan wilayah bangunan-bangunan sudut di kota Bandung karena wilayah pembahasan skripsi berada di kota Bandung. Perkembangan kota membahas mengenai perkembangan kota Bandung yang terus berkembang dari awal hingga pertengahan abad 20. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui perluasan wilayah kota Bandung dan penambahan jalan-jalan guna untuk mengetahui persebaran bangunan-bangunan sudut di Bandung.
4.1. Perkembangan Kota Kolonial di Bandung Bandung menjadi gemeente pada tahun 1906, sehingga mulai peningkatan sarana dan prasarana kota. Bangunan yang dibangun pada awal abad 20 salah satunya adalah toko de vries. Disekitar bangunan toko tersebut masih sepi dan belum didirikan bangunan. Bangunan tersebut terletak di Jalan Grote Postweg. Selain itu, bangunan Mesjid Agung Bandung, de Javasche Bank, Gedung Pakuan, Gedung Papak, dan sekolah-sekolah (MULO, Volkschool, HCS, Vervolgschool, dan HBS). Pada awal menjadi gemeente luas wilayah Kota Bandung berjumlah ±900 hektar. Perluasan sarana dan prasarana terlihat secara jumlah maupun kualitas bahkan jenisnya pun bermacam. Dalam waktu singkat daerah perkembangan kota bertambah menjadi 1.922 hektar. Sekitar 240 hektar (12%) dijadikan sebagai lahan berbagai bangunan baik pemerintah maupun swasta.
140 Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
141
Berkat meluasnya wilayah Kota Bandung membuat batas wilayah kota pun bergeser. Perkembangan Kota Bandung pada tahun tersebut berkembang ke utara dan timur. Pada tahun 1916 luas kota Bandung terus bertambah menjadi 2.150 hektar. Tahun tersebut pemerintah mendirikan sarana dan prasarana karena rencana Kota Bandung menjadi pusat komando daerah militer sekaligus menjadi ibukota Hindia Belanda. Pembangunannya infrastruktur dibangun ke arah utara guna pusat pemerintahan dan militer. Sarana dan prasarana yang dibangun antara lain bangunan-bangunan Bank di Jalan Grote Postweg, pertokoan Pasar Baru, Jaarbeurs dan dibangun sarana transportasi, yaitu jalan kereta api (trem) dari Cikudapateuh-Cisondari (Hardjasaputra, 2000: 39-51). Perkembangan Kota Bandung berkembang ke utara dan timur, pemerintah lebih fokus untuk membangun sarana dan prasarana di sekitar pusat pemerinthan. Setelah itu pada tahun 1921 kota bertambah luasnya menjadi 2.583 hektar. Perkembangan kota lebih mengarah ke utara hingga pada wilayah Jalan Taman Sari. Bangunan yang banyak didirikan berupa bangunan tempat tinggal di sisi utara dan timur pusat pemerintahan Kota Bandung, Gedung Sate, pertokoan di kawasan Braga, dan sarana hiburan (bioskop, kolam renang, dan taman kota). Ketika tahun 1926 status Kota Bandung berubah menjadi Staadgemeente sehingga daerah terbangun mencapai 1.050 hektar. Semakin banyaknya bangunan yang dibangun antara lain stasiun radio swasta maupun pemerintah, bertambahnya pertokoan di wilayah Braga dan utara Alun-Alun, dan Gereja Bethel. Sekitar tahun 1931 daerah terbangun bertambah menjadi 1.300 hektar. Akhir kekuasaan Hindia Belanda tahun 1940an, luas wilayah Kota Bandung mencapai 3.305 hektar dan 1.600 hektar (48,1%) dijadikan sebagai pendirian bangunan-bangunan termasuk di dalamnya bangunan sudut. Pada akhir kekuasaan Hindia Belanda terdapat bangunan-bangunan baik pemerintahan dan swasta (pribadi). Bangunan, sarana dan prasarana antara lain, lapangan uadara Andir, Gereja St. Petrus, rumah sakit pemerintah maupun swasta, pesantren, toko, restauran (lokal, Cina dan Barat), bank-bank swasta dan hotel-hotel kecil. Perkembangan Kota Bandung mulai merata pembangunannya di setiap sisi, baik utara, selatan, barat, maupun timur.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
142
Peta 4.1. Persebaran Bangunan Sudut di Kota Bandung Tahun 1900-1940
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
143
Hal-hal yang menyebabkan terus bertambah perkembangan kota adalah pertumbuhan penduduk yang cukup pesat dan pendirian Kota Bandung menjadi ibukota Hindia Belanda.
4.1.1. Persimpangan Jalan Hal terpenting sebelum adanya perluasan kota adalah membuka jalan untuk perkembangan kota. Jalan yang dibangun pada Kota Bandung awalnya masih berupa tanah yang diratakan sebelum menggunakan aspal. Perbaikan jalan dimulai pada tahun 1909 di sektor Grote Postweg, sektor Pasar Baroeweg, dan sektor Braga, kemudian dibangun jalan-jalan baru di sektor merdekaweg (Hardjasaputra, 2000: 23). Bila dilihat dari tahun berdirinya bangunan sudut mulai ada pada tahun 1909. Hal ini membuktikan bahwa jalan-jalan mulai ada sebelum bangunan didirikan termasuk bangunan sudut. Jalan yang bertemu dengan jalan lain, disebut persimpangan jalan. Persimpangan jalan yang dibangun sangat banyak di Kota Bandung. Persimpangan ada yang berjumlah tiga, empat, dan lima. Semua persimpangan itu dapat ditemui di sektor Grote Postweg, sedangkan pada sektor lainnya hanya terdapat persimpangan tiga dan empat. Jumlah persimpangan di sektor Grote Postweg lebih banyak daripada di sektor lainnya. Hal tersebut terjadi karena wilayah sektor tersebut yang merupakan jalur Anyer-Panarukan. Jalur tersebut memiliki ciri-ciri jalan yang seperti tulang ikan, maksudnya banyak ditemukan persimpangan jalan (Kunto, 1986: 406). Oleh karena itu, jumlah persimpangan jalan dapat memungkinkan banyaknya jumlah bangunan sudut yang dibangun. Semakin banyak jumlah persimpangan maka semakin strategis daerah tersebut. Di Kota Bandung jumlah persimpangan paling banyak adalah lima, tapi hanya ada satu persimpangan lima pada saat itu, yaitu di sektor Grote Postweg sehingga khusus persimpangan lima tidak bisa menjadi patokan. Oleh karena itu, persimpangan yang paling banyak digunakan adalah persimpangan empat. Hal tersebut dikarenakan jalan-jalan di Kota Bandung pendek maka lebih banyak
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
144
dibangun persimpangan empat. Persimpangan empat menjadi persimpangan yang strategis pada masa itu, misalnya Sektor Bragaweg banyak memiliki persimpangan empat jalan karena sektor ini memiliki banyak penghubung ke wilayah lain, seperti menuju jalan Wastukencana, jalan Merdeka, jalan Otista dan jalan Asia Afrika. Bangunan-bangunan sudut yang didirikan banyak berada di perempatan jalan ini. Namun persimpangan tiga menjadi sebaliknya, jalan yang dilalui persimpangan tiga bukan merupakan jalan strategis atau sering dilewati. Oleh karena itu jumlah persimpangan tiga sedikit di Kota Bandung. Hal tersebut juga didukung dengan hasil analisis bahwa semakin banyak persimpangan maka bentuk bangunan sudut makin menarik dan lebih ditonjolkan sehingga tidak digunakan elemen halaman di bagian depan bangunannya.
4.1.2. Persebaran Bangunan Sudut dan Fungsinya Alun-alun Bandung memiliki tipe seperti di pusat kota-kota tradisional ada di Pulau Jawa. Pusat kota berupa Alun-alun dibangun beberapa bangunan untuk pusat pemerintahan dan perekonomian yang berada di sekitar alun-alun Bandung. Kompleks alun-alun yang terdiri dari pendopo kabupaten, pasar, bank, penjara, mesjid, dan kantor pos yang berada di sekeliling alun-alun. Demi terpenuhinya sarana pemerintahan dan perekonomian maka penggunaan lahan yang tersedia di pusat kota diutamakan untuk membangun bangunan sarana umum dengan lahan yang seadanya. Berdasarkan penjelasan analisis sebelumnya dapat diketahui bahwa bangunan-bangunan sudut memiliki persebaran yang merata di seluruh kota Bandung. Bangunan-bangunan sudut mulai ada di sektor Grote Postweg yang berjumlah lebih banyak daripada di sektor lainnya. Hal ini disebabkan oleh jalur Anyer-Panarukan yang melewati sektor Grote Postweg. Bangunan sudut yang didirikan sebagian besar berfungsi sebagai bangunan komersil dan pemerintahan. Sektor tersebut wilayah yang dilalui oleh jalur utama yang dibuat oleh Daendels. Banyaknya kendaraan yang berlalu-lalang membuat sektor tersebut sangat strategis untuk didirikan. Kegunaan jalur ini membuat bangunan-bangunan yang
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
145
didirikan tetap bertahan hingga tahun 1940 bahkan terus bertambah menjadi salah satu pusat kota. Semakin bertambahnya bangunan maka terjadilah perkembangan kota. Hal tersebut terjadi pula pada bertambahnya jumlah bangunan sudut tiap tahunnya. Berdasarkan data bangunan sudut, setelah sektor Grote Postweg terjadi perkembangan sektor dalam jangka waktu sepuluh tahun bertambah dua sektor. Berkembangnya bangunan sudut menunjukkan semakin ke utara. Hal tersebut seiring dengan perpindahan pusat pemerintahan kota Bandung ke sektor Merdekweg. Pusat pemerintahan yang sebelumnya di Gedung Papak berpindah ke Gedung Sate. Kota Bandung dari tahun 1906-1917 mengalami dua kali perluasan dari luas kota 900 hektar menjadi 2150 hektar. Pada tahun 1926 status Kota Bandung kembali diperluas hingga keseluruhan mencapai 2.853 hektar dan sebanyak 1.050 hektar atau sebesar 37 persen digunakan sebagai bangunan. Semakin ke utara fungsi bangunan sudut yang dibangun memiliki fungsi sebagai tempat tinggal. Sebelumnya bangunan sudut yang didirikan berfungsi sebagai bangunan komersial, perkantoran dan pusat pemerintahan. Bangunan sudut semakin ke utara sebagai tempat tinggal karena topografi Kota Bandung yang semakin meninggi bila ke arah utara. Bangunan perumahan yang didirikan oleh bangsa Belanda berada di daerah yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan, daerah yang makin tinggi membuat udara menjadi lebih sejuk dan dingin sehingga bangsa Belanda dapat merasakan tinggal di di negara asalnya. Bangunan-bangunan dengan lahan tersedia yang terletak di sudut dapat menciptakan bangunan sudut tanpa halaman muka. Bagian muka bangunan tersebut dengan jalan raya hanya dibatasi oleh jalur pejalan kaki (trotoar). Hal tersebut terjadi karena bangunan sudut yang dibangun memiliki kemiripan dengan bangunan yang ada di Belanda, berupa bangunan yang berdempetan tanpa ada halaman diantara bangunan. Bangunan sudut yang paling banyak tidak menggunakan halaman depan ada pada tahun 1911-1920 yang berjumlah delapan bangunan sudut yang dibangun di wilayah Grote Postweg. Selain itu pada sektor ini banyak juga bangunan yang memiliki dua tampak muka karena pada sektor ini merupakan sektor strategis sehingga ingin terlihat dari dua jalan. Beberapa bangunan menghadap ke satu tampak muka. Arah satu tampak muka tersebut
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
146
lebih mengarah ke arah jalan utama. Bangunan sudut pada sektor tersebut berfungsi sebagai pertokoan, bank, dan pemerintahan. Tidak ditemukan bangunan sudut yang berfungsi sebagai tempat tinggal di wilayah ini. Perkembangan kota menuju ke utara dari sektor Grote Postweg, dengan bertambahnya bangunan sudut di wilayah Braga yang menjadi wilayah pusat pertokoan barang-barang dari luar negeri dan diperuntukkan untuk bangsa Eropa. Namun, bagi masyarakat pribumi pertokoan yang menjual kebutuhannya terletak di sekitar wilayah Pasar Baroeweg dan ABC straat. Di wilayah Braga bangunan sudut yang berdiri berjumlah satu pada tahun 1911-1920 dan bertambah menjadi tiga pada tahun 1921-1930. Bangunan sudut tersebut digunakan sebagai bangunan pertokoan dan bank. Wilayah Braga ini yang membuat terkenal kota Bandung di seluruh nusantara dan mendapat julukan sebagai Paris Van Java. Wilayah Pasar Baroeweg merupakan salah satu perluasan ke arah utara Kota Bandung. Wilayah ini merupakan wilayah perdagangan atau pusat perbelanjaan bagi masyarakat pribumi. Barang yang diperdagangkan hasil dari dalam negeri. Bangunan sudut yang berada pada wilayah ini berfungsi sebagai pertokoan. Jumlah bangunan sudut pada tahun 1900-1910 hanya satu dan bertambah menjadi tiga pada tahun 1921-1930. Sebagian besar bangunannya terletak di perempatan jalan. Jalan-jalan pada sektor ini merupakan percabangan dari jalan Grote Postweg dan dekat dengan wilayah alun-alun Bandung sehingga menjadi salah satu pusat keramaian. Perkembangan Kota Bandung makin ke utara lagi ke wilayah Merdekaweg. Wilayah ini diawali dengan keberadaan dua gereja, yaitu gereja Kartedral dan gereja Bethel. Letaknya berada diantara Bragaweg dan Merdekaweg karena wilayah Merdekaweg merupakan wilayah tempat tinggal Bangsa Eropa, sedangkan wilayah Braga merupakan wilayah pertokoan. Oleh karena itu gereja tersebut terletak diantara dua wilayah tersebut untuk mempermudah masyarakat agar dapat menuju tempat ibadah setiap saat. Bagian utara perkembangan Kota Bandung dibangun sekitar tahun 19211930. Bagian utara Kota Bandung dijadikan sebagai tempat tinggal. Pada tahun tersebut pusat pemerintahan kota Bandung berpindah dari jalan Asia Afrika ke jalan Diponegoro, bangunannya dinamakan Gedung Sate (Kunto, 2008:61).
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
147
Fungsi bangunan sudut yang dibuat sekitar bangunan ini adalah rumah tinggal. Tempat tinggal yang dibuat terbagi menjadi dua pada masa itu, yaitu untuk bangsa Eropa dan pribumi. Bangsa Eropa membangun tempat tinggalnya tidak jauh dari pusat perekonomian dan pemerintahan, maka bangunan tersebut terletak di wilayah Merdekaweg dan Roozeboomweg. Kedua wilayah tersebut merupakan wilayah yang lebih tinggi dari wilayah selatan, dengan kata lain semakin ke utara datarannya makin tinggi. Bangsa Eropa mendirikan bangunan rumah tinggalnya berada di wilayah yang lebih tinggi karena daratan tinggi udaranya lebih sejuk. Bangunan sudut yang dibuat pada sekitar tahun tersebut berjumlah tujuh sebagian besar terletak di perempatan jalan. Hal tersebut terjadi karena wilayah Merdekaweg
dan
Dago
merupakan
wilayah
pemukiman
mewah
yang
diperuntukkan untuk masyarakat Eropa sehingga jalan yang berada di sektor ini digunakan sebagai jalur utama menuju ke utara dari pusat Bandung. Perpindahan pusat pemerintahan merupakan salah satu penyebab perkembangan Kota Bandung ke utara tepatnya di sektor Merdekaweg berupa bangunan Gedung Sate. Hal tersebut karena diketemukan banyaknya bangunan sudut yang ditemukan pada tahun 1920an. Menurut data sejarah, seiring terjadinya perpindahan pusat pemerintahan terjadi pula rencana pemerintahan Hindia Belanda untuk memindahkan ibukota dari Batavia ke Bandung. Maka dibangunlah Gedung Sate, bangunan yang sangat terencana dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Selain itu bangunan-bangunan pun banyak bertambah dari berbagai fungsi, tapi sebagian besar perkantoran dan bangunan komersial dibangun oleh arsitek terkenal. Arsitek-arsitek terkenal sengaja di datangi oleh pemerintah dalam rangka membantu menambah bangunan, sarana dan prasarana. Sehubungan dengan rencana perpindahan menjadi ibu kota Hindia Belanda, selama kurang lebih tujuh tahun atau sejak tahun 1918-1925 telah dibangun sekitar 750 bangunan rumah modern yang direncanakan sebagai tempat tinggal para pegawai pemerintah pusat (Kunto 1996:103). Dalam ordonansi yang telah disebutkan sebelumnya wajib membangun, dan memelihara infrastruktur kota sehingga di kota terjadi perkembangan aspek fisik. Aspek fisik berupa perluasan dan bertambahnya prasarana dan sarana serta fasiitas kota, baik untuk kepentingan pemerintah maupun masyarakat umum.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
148
Perluasan dan perkembangan kota makin bertambah ketika Bandung dijadikan sebagai pusat komando militer dan ibukota Hindia Belanda (1916). Salah satu prasarana dan sarana yang terus bertambah baik kuantitas maupun kualitas, adalah bangunan atau tempat untuk kegiatan ekonomi dan sosial budaya (sarana umum). Sarana umum yang dibangun bukan hanya dibangun atau didirikan oleh pemerintah melainkan oleh pihak swasta juga. Bangunan rumah tinggal di wilayah Roozebomweg dan Merdekaweg besar sehingga bangunan sudut yang dibangun mempunyai halaman luas dan bertingkat. Oleh karena itu wilayah tersebut dijadikan pelaksanaan pengembangan Kota Baru yang dijadikan sebagai Prototype dari Indische Koloniaal Stad oleh Berlage (1923) (Kunto, 2008: 62). Bangunan rumah tinggal yang digunakan oleh masyarakat terletak di pinggiran Kota Bandung, yaitu sekitar wilayah Papandayanlaan. Bangunan sudut yang didirikan pun terbilang sedikit, yaitu berjumlah tiga bangunan sudut. Bagi masyarakat pribumi, bentuk rumah tinggal yang dibangun tidak terlalu memperhatikan estetika tapi lebih kepada kegunaan atau ekonomis. Wilayah lain, yaitu wilayah Oude Hospitalweg, Roozemboomweg, Soematrastraat, Papandayanlaan, dan Burgemeester Coopsweg merupakan wilayah yang sedikit mempunyai bangunan sudut karena wilayah pemukiman masyarakat pribumi terutama bangunan yang terletak di Roozeboomweg digunakan tempat tinggal bagi pegawai pemerintahan (Wiryomartono, 1995: 126). Wilayah tersebut ialah wilayah pinggiran Kota Bandung dan jauh dari pusat kota dan pemerintahan. Oleh karena itu, wilayah ini dijadikan wilayah pemukiman untuk masyarakat pribumi, seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Tahun 1921-1930 merupakan puncak pembangunan bangunan sudut. Hal tersebut terbukti terdapat 21 bangunan sudut yang dibangun. Banyaknya pembangunan bangunan sudut terkait dengan rencana perpindahan ibukota dari Batavia ke Bandung sehingga banyak didirikan sarana dan prasarana yang dibangun secara terencana dan juga banyak datangnya para arsitek terkenal yang ikut dalam membangun kota baru (Hardjasaputra, 2000: 14). Begitu pula dengan bangunan sudut, mulai banyak dibangun dalam rangka menambah jumlah bangunan yang dibutuhkan.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
149
Tahun 1931-1940 mulai mengalami penurunan pembangunan bangunan sudut karena tidak jadinya kota Bandung menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda. Hal tersebut terjadi karena berakhirnya masa kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia termasuk di Bandung akibat terjadinya krisis ekonomi bangsa Eropa yang berdampak kepada Kota Bandung dan meletusnya Perang Dunia II serta Perang Asia Pasifik (Hardjasaputra, 2000: 34). Bangunan sudut pun yang dibuat akibat krisis dan perang makin sedikit dan hanya berjumlah dua di tiap sektor. Keletakan bangunan sudut pada tahun-tahun tersebut sebagian besar berada di perempatan jalan. Hal tersebut terjadi karena wilayah Kota Bandung yang terus berkembang hingga seluas 3.305 hektar, makin banyak pula bangunan-bangunan yang didirikan berjumlah 1.600 bangunan sehingga jalan-jalan di Kota Bandung banyak yang menjadi jalan utama (Hardjasaputra, 2000: 15). Perempatan jalan pada masa itu merupakan persimpangan jalan yang sering dilalui oleh masyarakat.
4.2. Perkembangan Arsitektur Kolonial di Bandung Bangunan sudut yang diteliti pada peneitian ini pada tahun 1900-1940. Pada tahun tersebut kota Bandung mulai resmi menjadi daerah administrasi kolonial Belanda. Oleh itu perkembangan bangunannya banyak didirikan mendatangkan
para
arsitek-arsitek
yang
ahli
dibidangnya.
Berdasarkan
pengamatan terhadap bangunan sudut terdapat sembilan arsitek yang ikut dalam membangun bangunan sudut. Sembilan arsitek bangunan tersebut antara lain, J. van Gendt, A.F. Abers, C.P. Wolf Schoemaker, R.L.A. Schoemaker, Hulswit and Cuypers, Ir. Soekarno, F. W. Brikman, dan Gnelig Meiling A.W., tetapi terdapat juga yang tidak diketahui arsiteknya. Sebagian besar bangunan sudut yang tidak diketahui arsiteknya berfungsi sebagai rumah tinggal. Arsitek yang membangun bangunan sudut tidak berada di semua sektor. Sektor-sektor yang menggunakan arsitek berada di sektor Grote Postweg, sektor Bragaweg, sektor Merdekaweg dan sektor Papandayanlaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bangunan yang didirikan oleh seorang arsitek atau biro berada di daerah tertentu dan untuk fungsi tertentu. Setiap sektor memiliki arsitek yang lebih dominan. Pada sektor Grote Postweg memiliki arsitek yang lebih dominan, yaitu arsitek C.P. Wolf Schoemaker dan Hulswit & Cuypers.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
150
Bangunan sudut yang didirikan oleh C.P. Wolf Schoemaker lebih pada gaya bangunan Ekletik. C.P. Wolf Schoemaker merupakan arsitek yang berasal dari Belanda dan banyak membangun bangunan di Indonesia. Bangunanbangunan yang dibangun umumnya memiliki percampuran antara bangunan modern dengan bangunan tradisional. Beliau bersama Macleine Pont melakukan penelitian terhadap arsitektur tradisional Indonesia, misalnya adalah candi. Berdasarkan penjelasan tersebut maka bangunan-bangunan yang dibangun mendapat pengaruh unsur-unsur dari candi-candi, seperti kala makara, dan atap bangunan kolonial yang mencerminkan meru. Misalnya pada bangunan Centre Point dan bioskop Majestik terdapat hiasan kepala Kala. Selain itu, pencerminan bangunan modern terlihat dari bangunan yang salah satunya dikenal sebagai Art Deco. Bangunan modern tersebut mendapat pengaruh dari karya-karya Frank Lloyd Wright (Wiryomartono, 1995: 137). Namun, dari percampuran gaya bangunan modern dan gaya bangunan tradisional menghasilkan gaya bangunan Ekletik. Gaya bangunan Ekletik tersebut memperlihatkan pencampuran gaya-gaya bangunan yang berkembang di Eropa pada abad 19. Bangunan-bangunan yang dibangun oleh C.P. Wolf Schoemaker di bandung antara lain: Villa Isola, Villa Merah, Gereja Katedral, Gereja Bethel, Mesjid Cipaganti, Societiet Concordia, Hotel Preanger, dan Kantor Rektorat ITB (Suryasari, 2003: 165). Sebagian besar dari bangunan-bangunan tersebut adalah bangunan sudut.
Foto 4.1. Villa Isola tahun 1935 Sumber: lettersfortomorrowtd1.wordpress.com
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
151
Arsitek Hulswit & Ed. Cuypers pada dasarnya lebih dominan membuat bangunan di kota Batavia, tapi tidak mentup kemungkinan membuat bangunan di Kota Bandung. Biro arsitek tersebut ada sebelum tahun 1910 dan merupakan cabang dari Amsterdam, Belanda. Bangunan yang dibuat oleh biro ini memiliki gaya bangunan yang di dominasi oleh Renaissance dan dipadukan dengan gaya bangunan Yunani serta Romawi. Bangunan-bangunan yang didirikan oleh biro ini terdapat pula yang terletak di sudut jalan persimpangan. Contoh bangunan yang terletak di sudut adalah bangunan Chartered Bank, bangunan Kunstkring, bangunan de Javasce Bank, bangunan Nederlandsche Handel Maatschappij dan masih banyak lagi. Bangunan-bangunan sudut tersebut pada umumnya memiliki bentuk persegi, menghadap pada satu sisi, bertingkat terdapat menara atau dihiasi cupola di tengah atas bangunannya. Pada sektor Bragaweg dan Merdekaweg yang banyak membangun bangunan adalah arsitek C.P. Wolf Schoemaker dan A.F. Albers. A.F. Albers adalah arsitek yang lulus dari Akademi Seni Bangunan di Rotterdam tahun 1928 dan tiba di Bandung pada tahun 1930. Bangunan yang dihasilkan oleh Albers merupakan pengaruh dari gerakan De Stijl (Wiryomartono, 1995: 133). Gerakan tersebut merupakan salah satu dari gerakan para arsitek modern. Bentuk bangunan dari gaya bangunan gerakan De Stijl memiliki ciri-ciri sebagai berikut: bentuk bangunan kubus, beratap datar, minim dekorasi, dan terlihat unsur lengkungan. Contoh-contoh bangunan yang dibangun oleh Albers dan terletak di sudut bangunan adalah bangunan hotel Swarha, Hotel Savoy Homann, Drieu Kleur, LKBN Antara, dan Bank DENIS. Untuk menjelaskan tentang gaya bangunan dan arsitektur bangunan sudut maka hal utama yang harus diperhatikan adalah arsiteknya. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka arsitek yang banyak mendirikan bangunan di kota Bandung, terutama bangunan sudut adalah C.P. Wolf Schoemaker dan A.F. Albers. Hal tersebut juga telah diketahui melalui hasil analisis menjelaskan bahwa kedua arsitek tersebut paling banyak membangun bangunan sudut. Setiap kota-kota besar memiliki arsitek yang sering membuat bangunan di kota tersebut dengan memiliki ciri khas dan gaya bangunan yang berbeda. Arsitek
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
152
bangunan-bangunan kolonial tersebut tidak menutup kemungkinan membuat bangunan di tempat lain pula, misalnya: 1. Thomas Karsten lebih banyak membuat bangunan di kota Semarang. Beliau adalah arsitek lulusan dari Technische Hoogeschool di Delf, tahun 1914 tiba di Indonesia. Selama menjadi arsitek beliau menggunakan biro arsitek dari Macleine Pont karena pada saat itu Macleine Pont sedang terganggu kesehatannya. Selain membangun bangunan, Thomas Karsten juga merencanakan tata kota-kota di Pulau Jawa, salah satunya adalah Semarang. Konsep perencanaan kota yang dibuat oleh Thomas Karsten, yaitu “Garden City”. Bangunan yang dibangun oleh Thomas Karsten bergaya campuran antara bangunan tradisional dengan bangunan modern. Bangunan yang bergaya tradisional terdapat pada kolom-kolom bangunan yang bentuknya makin ke tengah makin tinggi, hal tersebut terinspirasi dari bangunan joglo sehingga kolom-kolom tersebut terlihat seperti soko guru. Bangunan yang dibangun oleh Thomas Karsten dan terletak di sudut antara lain: bangunan SMN Semarang, Pasar Johar Semarang, dan sebagainya. 2. C. Citroen lebih banyak membuat bangunan di kota Surabaya. Beiau merupakan lulusan dari Rijknormaalschool, Amsterdam. Pada tahun 19021915 bekerja di biro arsitek B.J. Quendag di Amsterdam. Melalui biro tersebut, beliau dapat terlibat dalam perencanaan bangunan di Indonesia. Awalnya bangunan yang dibuat bersama bironya adalah bangunan Lawang Sewu yang berada di Semarang. Gaya bangunan yang didirikan oleh Citroen adalah “Nieuwe Bouwen” menurut Lemei dan Akhihary. Bangunan yang dibangun Citroen dan terletak di sudut persimpangan jalan antara lain: bangunan Lawang Sewu, bangunan Borsumij, bangunan Christ Church Reinierszboulevard Soerabaia, dan bangunan BPM. Bentuk bangunan yang didirikan oleh Citroen pada bangunan sudut sebagian besar berbentuk bermenara tunggal dan ganda, berbentuk kubus, dan memiliki satu tampak muka bangunan (Handinoto, 1993: 4). Berdasarkan
arsiteknya
dapat
diketahui
cara
para
arsitek
mempresentasikan terhadap bangunan yang dibangunnya. Maka hal yang dapat
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
153
diketahui untuk menjelaskan mengenai arsitektur bangunan kolonial dapat melalui arsiteknya. Menurut Kunto (2008: 240) terdapat gaya arsitektur bangunan kolonial di Bandung tempo dulu, yaitu gaya bangunan Indisch Empire Stijl, Romantik Klasiek, Art Nouveau dan Art Deco yang sering digunakan sekitar tahun 19201940. Perkembangan arsitektur bangunan sudut di Bandung tidak terlepas dari perkembangan arsitektur bangunan kolonial secara keseluruhan. Menurut Hellen Jessup terdapat empat pembabakan bangunan kolonial di Indonesia (Jessup, 1984: 35-42), antara lain: 1. Abad XVI sampai tahun 1800-an bangunannya belum memiliki orientasi yang jelas dan tidak diadaptasi dengan kondisi setempat. Bangunanbangunan ini hadir ketika pada masa pendudukan VOC. Bentuk bangunan yang serupa dengan bangunan yang ada di Belanda. Ciri-ciri bangunannya; tinggi, jendela dari kaca, atap landai, lubang ventilasi kecil, dan ukuran jendela kecil. 2. Tahun 1800-an sampai tahun 1902 bangunannya berkesan megah dengan pada umumnya bergaya neo-klasik. Hal tersebut dikaitkan dengan pembubaran VOC dan berkuasanya kembali Belanda terhadap koloninya setelah direbut oleh bangsa Inggris. Ciri-ciri bangunannya, yaitu terdiri dari kolom-kolom dan hampir semua ornamennya mirip seperti pada masa klasik Eropa, bentuk bangunan seperti istana, dan bentuk bangunan kokoh. Contohnya bangunan istana Bogor dan Istana Merdeka. 3. Tahun 1902 sampai 1920-an dibangunnya gaya seni bangun modern yang lebih berorientasi ke Belanda. Pada masa ini muncullah berbagai arsitek terkenal yang berasal dari Belanda ke Pulau Jawa dan membuat bangunan-bangunan di kota-kota besar di Pulau Jawa. 4. Tahun 1920 sampai 1940-an munculnya gerakan pembaharuan dalam arsitektur yang seringkali memunculkan gaya campuran sehingga pada masa ini muncul berbagai aliran dan gaya. Bangunan-bangunan campuran tersebut sering dikatakan sebagai bangunan ekletik. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa bangunan sudut yang dibangun pada tahun 1900-1940 memiliki gaya bangunan modern dan
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
154
ekletik. Gaya bangunan modern terlihat pada bangunan sudut pada tahun 19001920, sedangkan pada tahun 1920-1940 bangunan sudut yang dibangun dengan gaya bangunan ekletik. Namun, pada perkembangan gaya bangunan ekletik muncul pula gaya bangunan art deco. Bangunan sudut terletak di persimpangan jalan, persimpangan jalan merupakan letak yang strategis untuk suatu bangunan karena dapat dengan mudah menjangkau semua akses jalan dan terlihat di berbagai sudut persimpangan jalan. Sehingga banyak orang-orang berhenti ketika akan melewati persimpangan jalan. Oleh karena itu, bangunan sudut dibangun dengan bentuk yang berbeda daripada bangunan di sekitarnya. Hampir di setiap sektor memiliki bentuk yang berbedabeda. Berdasarkan fungsi maka dilakukan penafsiran dengan menggunakan perbandingan bentuk dengan bangunan sudut di kota lain: 4.2.1. Rumah Tinggal Bangunan sudut rumah tinggal menggunakan pembanding dengan bangunan yang ada di Jakarta dan Malang. Berikut penjelasan mengenai bangunan rumah tinggal. Rumah tinggal yang berupa bangunan sudut memiliki bentuk tidak persegi, bertingkat, dan bentuknya lebih menonjol dari bangunan di sekitarnya. Bangunan rumah tinggal tidak terlepas dari perkembangan kota karena rumah tinggal merupakan tempat untuk bermukim para warga yang bekerja atau melakukan aktivitas di pusat kota. Pada masa kolonial tempat pemukiman tidak jauh dari pusat kota untuk masyarakat Eropa, tapi untuk masyarakat pribumi terletak di pemukiman pinggiran kota. Pemukiman pribumi pun tidak terlalu jauh keberadaannya karena keterbatasan alat transportasi pada masa kolonial Belanda. Bangunan sudut yang berfungsi sebagai bangunan sudut memiliki ciri-ciri bentuk bangunan secara umum sebagai berikut, bangunannya berdiri sendiri dengan bangunan tetangganya, memiliki bijgebouwen menyatu dengan bangunan intinya, bangunannya ada/tidak bertingkat, bentuk atap bangunan bervariasi ada yang berpelana, perisai, dan ada pula yang ditutupi oleh gevel. Bentuk dan jenis bangunan perumahan bermacam-macam karena ada yang disesuaikan dengan kondisi iklim dan tren perumahan pada saat itu. Oleh karena
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
155
itu, Ir. Thomas Nix dalam bukunya yang berjudul Steedebouw en de stedebouwkundige vormgeving. menjelaskan terdapat tipe-tipe rumah sebagai berikut: 1. Rumah yang berdiri sendiri di dalam perkarangannya, terlepas dari rumah tetangga. 2. Rumah dibedakan berdasarkan besarnya bangunan dan luas tanah yang tersedia. 3. Rumah dibedakan ada/tidaknya bijgebouwen (bangunan samping). Apabila tidak ada bangunan samping maka dibuat bangunan menjadi bangunan bertingkat. 4. Rumah yang memiliki paviliun di samping rumah induk.
Tipe-tipe bangunan yang telah dijelaskan tadi dapat dilihat pada bangunan-bangunan menteng yang ada di Batavia. Bangunan menteng sangat khas dan mencirikan tipe bangunan perumahan Eropa yang dari satu rumah dengan rumah yang lain tidak berdekatan dan tidak menggunakan sistem pagar tinggi. Ciri khas dari bangunan rumah di Menteng adalah bangunan terpisah dengan bangunan tetangga, bentuk denah bangunan yang memanjang ke arah belakang dan paviliun / bangunan samping saling berdempetan. Gaya bangunan kolonial yang digunakan pada bangunan rumah tinggal, yaitu klasisme indisch, gaya tradisional barat, Art deco, Amsterdam School, gaya villa atau bungalow dan gaya modern. Bangunan rumah tinggal di Menteng berdasarkan jumlah lantai terbagi dalam dua kelompok, yaitu rumah berlantai satu dan rumah berlantai dua (verdiepingswoning). Rumah dua lantai terbagi dalam dua jenis sebagai berikut rumah bertingkat sederhana dengan luas kapling 800 m2 dengan bentuk bangunan rumah tinggal persegi, dan rumah bertingkat mewah dengan luas kapling melebihi 1000 m2 dengan bentuk bangunan rumah tinggal bervariasi. Menurut Adolf Heukeun dalam bukunya yang berjudul Menteng: „Kota Taman‟ pertama di Indonesia menjelaskan mengenai tipe-tipe bangunan rumah tinggal yang ada di Menteng. Tipe-tipe rumah tinggal di Menteng antara lain:
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
156
1. Tipe rumah „Tosari‟ Rumah tipe ini merupakan tipe rumah yang ditujukan untuk keluarga kecil dan sederhana. Ciri-ciri bangunan rumah ini adalah beratap perisai dengan teritis lebar dan bersudut kemiringan sekitar 45º, teras berada di bagian depan rumah, teras dibatasi tembok rendah setinggi 75-80 cm yang terbuat dari batu kali atau bahan seperti torso, memiliki penyangga atap teras, pintu masuk utama terdiri dari dua daun pintu dari bahan kayu jati, dan pintu serta jendela dihiasi kaca timah yang berpola simetris. 2. Tipe rumah „Madura‟ Rumah tipe ini berkesan lebih besar dari pada tipe rumah „Tosari‟. Ciri-ciri bangunan rumah tingga ini, yaitu memiliki halaman luas, terdapat bangunan kopel yang menyatu dengan bijgebouwen, tapi terpisah dari rumah induk, terdapat paviliun, memiliki teras, beratap perisai, bentuk bangunan secara umum tidak jauh beda dengan bangunan tipe „Tosari‟. 3. Tipe rumah bertingkat Rumah dengan tipe bertingkat awalnya ada di Menteng pada akhir tahun 1930. Bangunan rumah tipe bertingkat memiliki dua jenis, antara lain rumah bertingkat sederhana dengan ciri-ciri tidak menampilkan banyak elemen dekoratif, pintu dan jendela menggunakan kaca patri berwarna dengan pola menarik. Bangunan rumah ini muncul pada tahun 1950-an. Selanjutnya tipe rumah bertingkat mewah dilengkapi dengan teras, balkon, tiang, serta atap dengan bentuk dan letaknya yang dipengaruhi oleh bentuk bangunan rumahnya. 4. Tipe rumah vila Rumah tipe villa bercirikan beratap perisai, terdapat elemen-elemen dekoratif, plester berprofil, pada bagian depan beratap pelana, hiasan kaca patri berwarna, bermotif batu kerawang, memiliki halaman yang luas, dan terdapat paviliun. 5. Tipe rumah dengan bentuk atap khusus Bentuk atap rumah menteng paling umum adalah perisai dan pelana, namun tidak kemungkinan menggunakan bentuk atap yang berbeda. Tipe-
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
157
tipe rumah dengan atap khusus antara lain: Tipe rumah beratap curam, ciri-ciri atap ini adalah di bawah atap berguna untuk ruang tidur, terdapat dormer window, terdapat teras, dan balkon di lantai atas. Tipe rumah beratap mansard ciri-ciri atap ini adalah garis patahan ke arah horisontal, bentuk atap dapat menutup teras dengan bersegi banyak, dan terdapat kolom-kolom bulat. Tipe rumah beratap pelana dekoratif dengan ciri-ciri bangunannya yaitu munculnya hiasan-hiasan di atap pelana dalam bentuk ukiran kayu tepatnya di depan dinding sopi-sopi, ukirannya berbentuk pola tumbuh-tumbuhan seperti daun dan bunga, dan bentuk hiasannya mendapat pengaruh dari Victorian Style yang terkenal pada tahun 18371901. 6. Tipe rumah yang diinspirasi de Stijl Ciri-ciri bangunan ini adalah beratap besar, bentuk atap dari plat beton mendatar, terdapat pagar pembatas balkon di lantai dua, hiasan-hiasan bangunan ini dominan terhadap garis-garis horisontal, dan gaya bangunan yang digunakan adalah gaya bangunan arsitektur modern awal abad 20 yaitu de Stijl.
4.2.2. Bank Bangunan sudut di Bandung yang digunakan sebagai Bank terdapat empat bangunan sudut, yaitu De Javasche Bank, Denis Bank, Escompto Bank, dan NHM Bank. Bank yang merupakan bangunan sudut di Bandung memiliki keletakan dan bentuk, antara lain terletak di perempatan jalan, berdenah persegi panjang, bermenara dan tidak, tidak bertingkat, memiliki satu dan dua tampak muka, serta berhalaman depan. Bangunan
sudut
yang
digunakan
sebagai
bank
menggunakan
pembandingan dengan bangunan sudut yang ada di Batavia. Bank-bank yang merupakan bangunan sudut di Batavia adalah bangunan sudut De Javasche Bank Batavia, dan Chartered Bank of India, Australia, and China. Bangunan De Javasche Bank di Batavia memiliki bentuk denah persegi panjang, memiliki satu tampak muka, halaman depan yang luas, bertingkat dan ornamen-ornamen penghias yang ada pada bangunan sudut tersebut mencirikan mendapat pengaruh
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
158
dari Renaisance, Klasik Eropa, ukiran Jawa, dan ornamen candi (Sumalyo, 1995: 138).
Foto 4.2. Bangunan de Javasche Bank di Batavia tahun 1935 Sumber: pekerjamuseum.blogspot.com
Bangunan sudut Chartered Bank of India, Australia, and China memiliki bentuk denah persegi panjang, menara yang menyatu dengan bangunannya, tidak memiliki halaman depan di bagian muka bangunannya, terdapat dua tampak muka, bangunan bertingkat dan ornamen-ornamen yang banyak menghiasi bangunan sudut ini adalah ornamen klasik Eropa, Byzantein, dan Renaissance (Sumalyo, 1995: 141).
4.2.3. Gereja Bangunan sudut gereja di Bandung terdapat tiga bangunan sudut, yaitu bangunan sudut gereja Katholik St. Petrus, gereja Taman Cibeunying dan gereja Bethel. Bangunan sudut yang berfungsi sebagai peribadatan memiliki keletakan dan bentuk, yaitu terletak perempatan jalan, berdenah persegi panjang, bermenara, tidak bertingkat, memiliki satu tampak muka, dan memiliki halaman di bagian depan. Peribadatan terletak di perempatan merupakan tempat peribadatan yang bersifat lebih tinggi atau umum. Bentuk bangunan sudut sebagai tempat peribadatan memiliki denah yang persegi panjang agar dapat menampung umatnya lebih banyak, memiliki menara digunakan untuk diletakkannya penunjuk
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
159
waktu atau lonceng, tidak bertingkat agar para umatnya dapat menyatu dalam satu ruangan, memiliki satu tampak muka, dan memiliki halaman di bagian depan. Pada tafsiran ini digunakan pembandingan bangunan sudut yang ada di kota Surabaya dan Jakarta. Bangunan sudut gereja yang digunakan pembanding adalah bangunan Gereja Katholik Kayutangan Malang, dan Gereja Kristen Menteng Jakarta. Gereja Katholik Hati Kudus Yesus terletak di sudut Jalan Basuki Rahmad, Malang. Bangunan sudut ini memiliki denah berbentuk persegi panjang, memiliki dua menara yang menyatu dengan bangunannya, memiliki halaman yang luas di muka bangunannya, terdapat satu tampak muka, dan beratap limasan. Bangunannya dibangun oleh M.J. Hulswit dengan gaya bangunan Neogothik pada tahun 1905 dan menaranya dibuat tahun 1930 (Handinoto dan Paulus H. Soehargo, 1996: 156-161).
Foto 4.3. Bangunan Gereja Katholik Hati Kudus Yesus tahun 1930 Sumber: www.pinkymeong.co.cc
Gereja Kristen Menteng Jakarta berada di Jalan Imam Bonjol. Bangunan sudut ini memiliki denah yang berbentuk salib, tidak bertingkat, terdapat menara yang menyatu dengan bangunannya berhiaskan lonceng, tampak muka bangunan berjumlah satu, atap bangunannya berpelanan, dekorasi yang berada di bangunan ini memiliki pengaruh dari gaya gotik, dan ornamen dekoratif.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
160
4.2.4. Perkantoran Bangunan sudut di Bandung yang digunakan sebagai perkantoran terdapat 12 bangunan sudut. Perkantoran yang merupakan bangunan sudut di Bandung memiliki keletakan dan bentuk, antara lain terletak di perempatan jalan, berdenah persegi panjang, tidak bermenara, bertingkat, memiliki dua tampak muka, serta berhalaman depan. Pada keletakannya terletak di perempatan jalan dan bentuk bangunan sudut yang diperhatikan adalah bertingkat serta memiliki dua tampak muka. Kedua bentuk tersebut diperhatikan karena pada perkantoran terdapat jumlah pegawai yang cukup banyak sehingga dibutuhkan bangunan yang besar atau bertingkat, sedangkan menggunakan dua tampak muka untuk mempermudah pegawai kantor masuk dalam kantor. Pada penafsiran ini bangunan pembanding yang digunakan adalah bangunan sudut di kota Malang dan Jakarta. Bangunan sudut sebagai perkantoran yang di banding dengan bangunan sudut lainnya, yaitu bangunan sudut BPM (Bataafsche Peetroleum Maatschappij) dan bangunan sudut Societeit Concordia. Bangunan sudut BPM (Bataafsche Peetroleum Maatschappij) terletak di Jalan Medan Merdeka Timur dan Jalan Perwira Jakarta (Sumalyo, 1995: 149). Bangunan sudut ini memiliki denah persegi panjang, bermenara, bertingkat, berada di perempatan jalan, dua tampak muka, tidak memiliki halaman depan, didirikan oleh arsitek Ed. Cuypers & Hulswit pada tahun 1940, terdapat pintu dan jendela besar di tiap sisi bangunan. Societeit Concordia terletak di Jalan Basuki Rachman Malang. Bangunan sudut tersebut berada di perempatan jalan dengan bentuk denah persegi panjang, tidak bermenara, bertingkat, memiliki dua tampak muka, memiliki halaman di bagian muka, dan gaya bangunannya Indische Empire serta dibangun pada tahun 1930.
4.2.5. Pertokoan Bangunan sudut di Bandung yang digunakan sebagai perkantoran terdapat 11 bangunan sudut. Pertokoan yang merupakan bangunan sudut di Bandung memiliki keletakan dan bentuk, sebagai berikut terletak di perempatan jalan, berdenah persegi panjang, tidak bermenara, bertingkat, memiliki dua tampak
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
161
muka, serta tidak berhalaman depan. Hal yang diperhatikan pada bangunan sudut pertokoan adalah keletakannya di persimpangan jalan, bertingkat, dua tampak muka, dan tidak berhalaman depan. Keletakan di perempatan jalan merupakan daerah yang strategis sehingga digunakan untuk bangunan sudut pertokoan. Bangunan bertingkat karena biasanya pada pertokoan pada masa itu dijadikan juga sebagai tempat tinggal seperti istilah ruko. Dua tampak muka menjadi perhatian agar para pengunjung dapat masuk dari dua sisi bangunannya. Terakhir adalah tidak berhalaman depan karena dengan tidak adanya halaman di bagian depan memudahkan masyarakat dapat langsung melihat kepada toko ketika akan melintas. Penafsiran ini digunakan pembandingan bangunan sudut yang ada di kota Malang. Bangunan sudut pertokoan yang digunakan pembanding adalah bangunan pertokoan yang merupakan bangunan sudut di Kayoetangan Malang. Bangunan sudut pertama di wilayah Kayoetangan adalah berada di pintu masuk kompleks pertokoan bagian timur. Arsitek yang membangun adalah Karel Bos, dan didirikan tahun 1935. Letaknya di perempatan Jalan Kayoetangan dan Jalan Kahuripan. Bentuk denah persegi panjang, bermenara, bertingkat, memiliki dua tampak muka dan tidak memiliki halaman di bagian muka.
Foto 4.4. Bangunan Toko di Kayoetangan, Malang tahun 1940 Sumber: www.pinkymeong.co.cc
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009
162
4.2.6. Hotel Bangunan sudut di Bandung yang digunakan sebagai Hotel terdapat tiga bangunan sudut, yaitu Hotel Swarha, Hotel Savoy Homann, dan Hotel Preanger. Hotel yang merupakan bangunan sudut di Bandung memiliki keletakan dan bentuk, yaitu terletak di perempatan jalan, berdenah tidak beraturan, bermenara, bertingkat, memiliki dua tampak muka, serta berhalaman depan. Hal yang diperhatikan pada bangunan sudut berfungsi sebagai hotel adalah keletakan di persimpangan, menara, bertingkat, dua tampak muka dan halaman bagian depan Keletakan Hotel di perempatan karena perempatan merupakan daerah yang strategis. Penggunaan menara agar dapat menangkap perhatian masyarakat yang melintasi hotel tersebut. Bangunannya bertingkat karena terbatasnya lahan yang tersedia maka bangunan ditingkatkan untuk tempat kamar-kamar penginapan. Dua tampak muka agar dapat terlihat dari dua sisi. Penggunaan halaman depan untuk tempat para pengunjung datang dengan kendaraannya.
Universitas Indonesia Bangunan-bangunan sudut..., Maharani Qadarsih, FIB UI, 2009