140 Th.XIV
#
April 2016
38
Bernyanyi dan Bersoraklah bagi Tuhan dengan Segenap Hati
Senyuman 22 Bawalah Kerahiman
46
Sudahkah Kita Menjadi Pendengar Yang Baik
4. KERLING
Musik Sebagai Pujian
J
ika kita setiap minggu selalu datang ke Gereja untuk merayakan Ekaristi, kurang pas seandainya berdoa tanpa ada alunan musik. Begitu juga seandainya jika dalam santai, sebelum belajar, sebelum bekerja, sebelum bepergian, kita masih bisa menyempatkan diri untuk mendengarkan sambil bernyanyi dari alunan musik rohani maupun liturgi. Dalam mendengarkan alunan musik dan sambil kita nyanyikan melalui syairnya juga merupakan bentuk pujian dan doa untuk memuliakan Tuhan. Bukan hanya sebagai pendengar alunan musik, tetapi melalui kemampuan yang kita miliki dalam bernyanyi atau bermain dengan alat music juga bagian dari persembahan kepada Tuhan. Pada kesempatan ini, bentuk memuliakan Tuhan melalui apresiasi musik, dan dalam hal ini, Redaksi ingin memperkenalkan sosok umat yang telah berpengalaman dalam dunia seni salah satunya adalah musik. Dalam kehidupannya musik sebagai bagian pekerjaan iman, bentuk keseriusan hati umat dalam memuliakan Tuhan. Semoga dengan sharing pengalaman dari sosok profil bertalenta musik dapat menjadi inspirasi dan semangat dalam melayani Tuhan. Tuhan Yesus memberkati!
Pimpinan A. Setyo Listiantyo (Tyo) Creative Design Agung E. Wijanaro, Triasputro (Put), Benny Arvian, Lucia Asri Ayu Heryanto (Cia) Redaksi Paulus Sihombing
(PAS), Adiya W. S (Dya), Kornelius Jemada (KJ), Felicia N (FN), Donald Saluling (DS), Veronica Putri Larosa (VPL), Prima Pasaribu (Pr), Saverinus Januar (Ver), Ignatia Astrid D. F (As), Stevanus Putro (SS), Maria Love (Mary), Cicilia Putri (CP), Paulus Noven Lando (Lnd) Facebook mediapassmagz@gmail. com Artikel atau peliputan
[email protected], +62813-28130513 Iklan & Donasi Dian Wiardi (+818-183419) No rekening Komsos BCA dengan no 731.0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso Penerbitan Majalah MediaPASS dibawah perlindungan Dewan Paroki St. Stefanus Cilandak melalui Seksi Komunikasi Sosial Ketua Dewan Paroki Antonius Sumardi, SCJ Penasehat KOMSOS Dauddy Bahar Ketua Seksi KOMSOS Agustinus Sonny Prakoso Sekretaris Theofilus Prisko Laka (Ko) Bendahara Dian Wiardi (DW) Koord. Unit Kerja A. Setyo Listiantyo Koord. Unit Media Dian Wiardi Koord. Unit Teknologi Informasi (IT) Sukiahwati Hartanto Web Page www.st-stefanus.or.id Email
[email protected] twitter @ParokiStefanus Redaktur Sukiahwati Hartanto Programmer Yorren Handoko Administrator Patricia Utaminingtyas Maintenance Waluyo, Erwin Sibarani Warta Paroki Dian Wiardi, Yohanes Ledo Radio/Video/TV/Facebook Triasputro, Benny Arvian Mading/Akrilik Kornelius Jemada Twiter Susan J, Irene.
41
PROFIL
DAFTAR ISI Edisi 141 Th. XIV Edisi April 2016
4 : KERLING SEPUTAR PAROKI 7 : Kami LGBT Loh.. 10 : Meningkatkan Pelayanan Anggota Berbasis IT 13: Ziarah Rohani dan Bakti Sosial 19: Kurumie (Si Kursus yang Menginternasional) 22: Bawalah Senyuman Kerahiman (Retret Wil. IX) 26: Ziarek Pontianak dan Singkawang (Paduan Suara Wil. V)
20
28: MENURUT MEREKA SEPUTAR PAROKI
ORBITAN LEPAS 31: Bertemu Dengan Yesus Sudah Bangkit 46: Sudahkah Kita Pendengar yang Baik? Bersahabat dalam Kristus
35
47: Selamat Jalan Pak Sabar
ORBITAN UTAMA
50: KEPANITIAAN Susunan Panitia Paskah 2016 53: TUNAS STEFANUS Pedro Immanuel Jadiate Sinulingga Memuji Tuhan Melalui Musik
43
ORBITAN LEPAS
Memperingati 4 tahun kepergian Rm. Thomas Fix Fix, SCJ
54: DANA PAROKI
7. SEPUTAR PAROKI I
Kami LGBT Loh.. (Legioner Baru Terlantik)
Regina, Rosa, Fr. Surya
“Ya
Roh Maha Kudus, hamba berhasrat menjadi legioner Maria... dapatlah kiranya perbuatan hamba yang tak berarti beroleh bantuan-Mu serta menjadi alat bagi tujuanMu Yang Mahabesar” demikian penggalan janji legio yang diucapkan oleh beberapa anak muda santo Stefanus Cilandak dihadapan Bunda Maria.
Berikut beberapa testimoni dari mereka yang terlantik.
Minggu, 6 Maret 2015 sebanyak tujuh anak dilantik oleh Fr. Surya menjadi legioner resmi presidium Maria Diangkat Ke Surga. Mereka adalah saudari Regina, Grace, Rosa, Tiara, Wara, Maita, Lisa. Menariknya, mereka sepakat untuk mengenakan baju batik sebagai tanda kecintaan terhadap budaya Indonesia. Ketujuh anak itu dilantik setelah dianggap layak, siap, dan mau menjadi seorang legioner aktif.
Regina: “Awalnya ditawarin mami, terus saya berminat dan mengiyakan padahal gak ngerti Legio Maria itu apa. Tapi ternyata seru, temennya banyak, jadi lebih rajin berdoa, dan bisa belajar berorganisasi juga.”
Pelantikan legioner ini dilaksanakan setelah presidium Maria Diangkat ke Surga dibentuk pada 16 Agustus tahun lalu. Selama kurang lebih delapan bulan para anggota legioners secara konsisten mengerjakan tugas-tugas seperti kegiatan doa Angelus – Catena – Rosario berantai – Mengunjungi orang sakit, membantu orang tua, mengajar anak kecil berdoa, dsb. Tugas-tugas yang sederhana namun dilaksanakan secara luar biasa. Ibu Maya dan Ibu Win perwakilan dari legio senior turut menghadiri pelantikan tersebut. Ibu Maya merasa sungguh bangga dan bersyukur bahwa meskipun mereka masih anakanak tapi sudah berani dan mau menjadi seorang legioner. Anak-anak mau menyediakan waktu untuk berdoa, melakukan kegiatan amal kasih, dan menumbuhkembangkan iman mereka.
Wara: “Saya menjadi legio karena saya ingin lebih mengenal Bunda Maria lebih jauh lagi. Sungguh merasa senang bisa ikut legio karena bisa mengikuti kegiatan gereja seperti berziarah ke gereja-gereja.”
Rosa: “Pertama diajak sama mama terus saya ikut-ikut aja tadinya rada males tapi lama-lama kalo gak ikut gimana gitu karena ikut legio itu seru dan menyenangkan juga menambah pengalaman teman-temannya juga nyenengin sama seru..” Tiara: “Ikut Legio Maria disuruh ama kakak. Senang, bisa nambah teman… iman makin kuat…” Proficiat ya LGBT. Semoga bisa semakin menjadi garam dan terang bagi teman-teman di sekitarmu. Ave Maria.***
10. SEPUTAR PAROKI II RAT Koperasi Budi Asih
“Meningkatkan Pelayanan Anggota Berbasis IT” Koperasi Budi Asih 2015
P
agi yang cerah dan cuaca yang bersahabat di hari Minggu, 06 Maret 2016 kembali Koperasi Budi Asih mengadakan acara Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2015, RAT (Rapat Anggota Tahunan) yang dilakasanakan dilaksanakan Di gedung Leo Dehon lantai 4 Gereja St. Stefanus, Jl. KH. Muhasyim Raya No. 2 Cilandak Barat. Kursi tersusun rapi, diberi ruang tengah untuk jalan yang mendukung jalannya rapat dan depan disediakan meja panjang serta beberapa kursi sebagai tempat duduk pemimpin rapat. Disediakan dua buah projector kiri dan kanan sebagai bahan presentasi dan laporan yang akan dipaparkan. Semua panitia dengan kompaknya mengenakan kaos merah, dan pemimpin RAT mengenakan jas coklat. RAT dihadiri oleh ratusan anggota koperasi dan dimulai pukul 09.00 WIB. Acara ini selain dihadiri oleh anggota koperasi, pengurus, pengawas juga dihadiri Perwakilan dari Puskopdit Jakarta yang diwakili oleh Bapak Sarilan.
Sesi tanya jawab
Laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas
Diawali dengan registrasi peserta koperasi yang dimulai dari jam 9.00 WIB, setiap peserta yang sudah melakukan registrasi mendapat snack pagi. Acara diawali dengan Doa Pembukaan dan kata Sambutan dari Ibu Imelda selaku ketua panitia RAT Budi Asih 2015.
Setelah diberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya, muncul beberapa pertanyaan peserta kepada pemimpin rapat untuk mencapai kesepakatan, Dan sesi tanya jawabnya pun berlangsung hangat. Acara istirahat makan siang sekitar pukul 12.00 sampai pukul 12.30. Di akhir acara, Koperasi Budi Asih memberikan penghargaan kepada 7 orang yang masuk dalam kategori rajin menabung, rajin meminjam dan mengangsur, simpanan terbesar, Member get member, anggota terlama yang aktif, anggota tertua yang aktif dan anggota termuda yang aktif serta pengundian doorprize yang sudah disiapkan panitia. Semoga penerima penghargaan dari Koperasi Budi Asih, dapat mempergunakan hadiah yang diberikan oleh Koperasi Budi Asih ini dengan sebaik-baiknya. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang, seorang, atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasar-
Laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas
RAT mempunyai arti yang cukup strategis dalam pengembangan Koperasi ke arah yang lebih baik lagi, karena dalam rapat anggota tahunan ini akan membahas : laporan pertanggungjawaban pengurus dan rencana kerja serta rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi. Pertanggungjawaban ini penting dilakukan untuk mengukur kinerja pengurus serta evaluasi seluruh program dan kegiatan agar pada masa-masa mendatang kinerja Koperasi dapat diperbaiki dan lebih disempurnakan lagi. Acara penutup ditutup dengan doa dan peserta mulai meninggalkan tempat .Sebagai ucapan terima kasih, Koperasi Budi Asih memberikan biaya transport sebesar Rp 20.000 dan sebuah payung yang bertulis RAT Koperasi Budi Asih tahun 2015. Terlihat dari wajah peserta sangat puas dengan laporan yang disampaikan oleh masing-masing pengurus secara bertanggung jawab.
Tanda Tangan BAP
Semoga koperasi Budi Asih semakin jaya dan maju serta mampu menyejahterakan semua anggotanya.****
Pembagian Doorprize
kan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi Budi Asih, tumbuh dan berkembang berkat adanya kesadaran dan partisipasi dari seluruh anggota, yang peduli terhadap pentingnya peranan koperasi di tengah-tengah masyarakat. Dalam menjalankan usahanya, Koperasi Budi Asih, selalu berorientasi pada kebutuhan anggotanya, sehingga penetapan usaha-usaha yang selama ini dijalankan merupakan usaha yang
telah mendapat kesepakatan anggota dalam RAT. RAT bagi sebuah Koperasi merupakan hal yang mutlak harus dilaksanakan, karena RAT merupakan ciri dan sendi utama dalam menggerakkan koperasi. selain itu RAT juga merupakan implementasi dan semangat yang harus hidup dalam koperasi yaitu asas kekeluargaan. sebagai institusi pengambilan keputusan tertinggi dalam koperasi, RAT menyiratkan bahwa kekuatan utama pada organisasi koperasi adalah pada anggotanya.
12
Ibadat Kreatif Visualisasi Jalan Salib Oleh: OMK St. Stefanus
13. SEPUTAR PAROKI III
Ziarah Rohani dan Bakti Sosial
Lingk. St.Thomas Aquino, Wil. St. Agustinus - Paroki St. Stefanus Cilandak Ivan & Maria
S
eiring dengan Arahan Dasar Keuskupan Agung Jakarta 2016-2020 yang berfokus pada spiritualitas Kerahiman Allah, maka Tahun ini merupakan Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah. Bapak Uskup Ignatius Suharyo dalam Surat Gembalanya yang dibacakan pada Desember yang lalu, sebagaimana juga berdasarkan arahan dari Bapa Paus Fransiskus, menyatakan bahwa ada 3 (tiga) penanda utama Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah yang didorong di Keuskupan Agung Jakarta, diantaranya yakni “Ziarah Rohani 9 Gereja.
Menanggapi dorongan gereja dimaksud, maka Lingkungan St. Thomas Aquino Paroki St. Stefanus telah melakukan Ziarah Rohani ke 9 (sembilan) Gereja pada tanggal 9 Maret 2016. Ide untuk melakukan ziarah rohani ini baru muncul 2 minggu sebelumnya pada saat Doa Lingkungan di rumah salah satu umat. Puji Tuhan, dalam waktu yang relatif singkat, akhirnya smua agenda yang telah direncanakan bisa berjalan dengan baik. Tidak ada rapatrapat persiapan lagi, komunikasi dan koordinasi hanya dilakukan melalui WA Group Lingkungan St. Thomas Aquino. Syukurnya meskipun umat Lingkungan St. Thomas Aquino sudah banyak yang “sepuh”, namun semangatnya luar biasa dan sangat familiar dalam berkomunikasi lewat WA….tidak kalah dengan yang masih muda. Umat Lingkungan St. Thomas Aquino yang ikut ziarah berjumlah 35 orang, yang terdiri dari Ibu/Bapak yang sudah lansia, keluarga-keluarga muda, mudika, anak, dan Suster Charitas. Berangkat dari halaman rumah Bapak
Paulus Kokong, dengan menggunakan bus, memulai doa bersama di bus, dan kemudian meluncur mendatangi 9 Paroki, yakni: 1. Keluarga Kudus Pasar Minggu 2. Ratu Rosari, Jagakarsa 3. St. Servatius, Kampung Sawah 4. Kalvari, Lubang Buaya 5. Kristus Raja Pejompongan 6. Santa Theresia, Menteng 7. St. Ignatius Loyola, Pasar Rumput 8. Hati Kudus, Kramat 9. Santa Maria Diangkat ke Surga, Katedral Jakarta Dalam ziarah ini, ibadah di setiap Paroki dilakukan berpedoman pada Buku Panduan yang dikeluarkan oleh Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) berkaitan dengan penetapan Tahun Luar Biasa Kerahiman Allah oleh Bapa Paus Fransiskus untuk Gereja Katolik di seluruh dunia yang kemudian ditindaklanjuti oleh Bapak Uskup Ignatius Suharyo. Selama perjalanan di dalam bus, umat juga bersama-sama melakukan doa Rosario, doa Koronka, doa Malaikat Agung St. Rafael, Jalan Salib, dan doa
lainnya. Pada kesempatan dimaksud, juga diberikan tanda kasih berupa sembako kepada petugas keamanan di setiap Paroki yang dikunjungi. Pada akhir perziarahan di Gereja Katedral, seluruh umat mengikuti Perayaan Misa Kudus bersama umat dari Paroki lainnya. Sungguh suatu karunia rohani yang besar bagi umat Thomas Aquino. Sepanjang perjalanan ke 9 gereja, umat keliatan sangat bersemangat, meski sebagian besar umat merupakan kategori lansia, namun tidak terlihat keletihan mereka. Cuaca sepanjang perziarahan juga sangat cerah dan kondusif. Setelah selesai Misa Kudus di Katedral, barulah hujan turun dengan sangat derasnya, namun tidak mengurangi kegembiraan umat untuk makan malam bersama di sebuah rumah makan di wilayah Sarinah, dan kemudian pulang dengan membawa berkat dan sukacita yang luar biasa. Dalam perjalanan pulang, meskipun fisik sudah lelah, masih ada umat yang menanyakan kapan lagi kita akan berziarah ke paroki-paroki lainnya yang sedang berjuang, mengingat perziarahan kali ini masih mendatangi
14
3 (tiga) Paroki yang sedang berjuang, yakni Paroki St. St. Servatius Kampung Sawah, Paroki Ratu Rosari Jagakarsa, dan Paroki Kalvari Lubang Buaya. Sebagian besar umat mengharapkan dalam Tahun ini bisa berziarah lagi ke Paroki lainnya yang sedang berjuang yakni Paroki Salib Suci Cilincing, Paroki Santa Bernadet Ciledug, Paroki St. Leo Agung Jatibening, dan Paroki Ibu Teresa Cikarang. Semoga segera terealisasi lagi... Tuhan Yesus Kristus memberkati… Amin.*** Foto : Titus, Dito & Sandra
Sketsa Pekan Suci
19. SEPUTAR PAROKI IV
Si Kursus yang Menginternasional
B
agi para pecinta kebudayaan Jepang, tentu tidak asing dengan istilah “Kurumie”. Kurumie atau seni melipat kertas adalah salah satu bentuk keterampilan tangan, khas si negara “matahari terbit”, Jepang. Selain sudah ada sejak tahun 1600-an, kurumie juga ternyata dikenal karena sudah berhasil mendunia. Bentuknya yang unik namun mewah, sepertinya memang membuat setiap orang yang melihat, ingin mencoba jenis keterampilan tangan ini. Seperti yang kita ketahui dalam uraiannya tahun lalu pada saat pelantikan pengurus. WKRI St. Stefanus Cilandak memang selalu mempunyai program kerja tahunan di bidang pendidikan. Kursus dan seminar adalah salah satu contohnya. Untuk tahun ini menurut ibu Sri, selaku sekretaris bidang pendidikan WKRI, tujuan diselenggarakannya kursus keterampilan kurumie adalah untuk memperkenalkan seni keterampilan tangan tradisional negara lain, menambah pengetahuan peserta pecinta keterampilan, mempererat persaudaraan komunitas pecinta keterampilan, bisa juga sebagai hobby, dan dapat dikembangkan sebagai aktivitas yang dapat menambah penghasilan keluarga. Dihadiri kurang lebih 20 orang peserta, di Lantai 2 Gedung Leo Dehon dengan antusias para ibu, dari yang muda bahkan sampai lansia datang untuk mengikuti kursus tersebut. Dan Sabtu, 28 Februari 2016 dipilih menjadi waktu yang terbaik untuk penyelenggaraan kursus ini.
Berbekal uang pendaftaran sebesar Rp. 150.000,- saja kita sudah dapat membuat dan memiliki Kurumie secara langsung. Proses pembuatannya juga tidak terlihat begitu susah, hanya saja memang membutuhkan kesabaran yang lebih. Untuk harga sebuah kurumie yang sudah berhasil dirangkai ternyata bisa hampir mencapai Rp. 350,000,- per buah. Wah… ternyata harganya lumayan ya. Diakhir acara, para ibu ibu dengan semangat meminta untuk difoto. Mereka cukup senang dan puas dengan hasil karya yang telah mereka kerjakan dengan susah payah. Dan memang semua peserta dapat menyelesaikan masing masing kary-
anya dengan baik. Senang sekali melihat senyum dan tawa gembira mereka. Usai foto bersama dengan para panitia. Sambil memamerkan hasil karyanya, para ibu - ibu pun bergegas untuk pulang dengan membawa kurumienya masing masing. Semoga, di program kerja selanjutnya WKRI St. Stefanus selalu memberikan kejutan buat para ibu yang ingin ikut kursus - kursus keterampilan tangan.****
20. SEPUTAR PAROKI V
dalam Iman Kristus
Pada tanggal 12 Maret 2016, OMK Dekanat Selatan yang terdiri dari Paroki St. Stefanus - Cilandak, Paroki Keluarga Kudus Pasar Minggu, Paroki Ratu Rosari - Jagakarsa, Paroki St. Yohanes Penginjil - Blok B, Paroki Sta. Perawan Maria Ratu - Jagakarsa, Paroki St. Fransiskus Asisi - Tebet berkumpul di pelataran Gua Maria Paroki St. Sefanus dalam rangka menjalani kegiatan Ziarah Rohani 9 Gereja. Kegiatan ini dimulai pada pukul 10.30 dan berakhir pukul 12.00 dengan diikuti sebanyak 45 orang OMK. Ziarah Rohani 9 Gereja yang dilaksanakan di Paroki St. Stefanus adalah kunjungan yang pertama.
Setiap anggota OMK yang hadir terlihat penuh canda tawa karena dapat berkumpul dan berinteraksi dengan OMK lintas paroki. Demikian juga yang disampaikan oleh Fransisca Wita, pendamping OMK Dekanat Selatan, ia mengatakan bahwa “Ternyata orang muda Dekanat Selatan enggak cuma mau ikut acara ‘senang-senang’ tapi mau diajak renungan dan doa bareng. Salut untuk orang muda Dekanat Selatan.” Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Margareta Sri Pinilih, peserta ziarah dari Paroki St. Stefanus “Senang, antusias, dan ada motivasi dalam iman, bertemu dan mengenal orang muda yang baru. Karena sebagai anak rantau godaan hidup di kota metropolitan banyak sekali. Jadi dengan ikut kegiatan seperti ini, menguatkan dan menyadarkan masih ada saudara seiman di sini.” Ketua Sie. Kepemudaan Paroki St. Stefanus, yaitu Robertus Herdianto memaparkan bahwa pada kegiatan ini Sie.
Kegiatan ini diawali dengan ibadat yang dipimpin oleh Bruno Golo Bayu Sekti perwakilan dari komunitas Legio Maria, Maria Bunda Pembebas. Acara kemudian dilanjutkan dengan makan siang bersama dan ramah tamah. Selanjutnya kegiatan ditutup dengan foto bersama dan berdoa Malaikat Tuhan.
Kepemudaan menggandeng komunitas Legio Maria, Maria Bunda Pembebas untuk memimpin ibadat. Selain itu, Stefanus Setiawan, selaku ketua Kepemudaan Dekanat Selatan juga memaparkan bahwa kegiatan ini dilakukan sebagai wujud nyata menjalankan Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman
“Ternyata orang muda Dekanat Selatan enggak cuma mau ikut acara ‘senangsenang’ tapi mau diajak renungan dan doa bareng. Salut untuk orang muda Dekanat Selatan.”
Illahi. Ia juga mengatakan, untuk pertemuan pertama kali jumlah peserta yang ikut cukup banyak. Ia juga berharap bahwa kegiatan selanjutnya, peserta yang ikut dapat lebih banyak dan bisa ditambahkan dengan ice breaking agar suasana akrab semakin terasa. Kegiatan ini tentunya terbuka bagi siapa saja yang berjiawa muda dan berusia 13 – 35 tahun dan belum menikah. Bagi siapa saja yang berniat bergabung untuk menjalankan Ziarah Rohani 9 Gereja Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah bersama OMK Dekanat Selatan dapat menghubungi Sie. Kepemudaan atau langsung datang pada pertemuan kedua, yaitu 9 April 2016, di Paroki St. Yohanes Penginjil – Blok B, pukul 10.00.****
21. SEPUTAR PAROKI
Selamat kepada para Baptisan 1. Antonia Aimee Arianna Nugraha 2. Cicilia Anda Yani 3. Elizabeth Claudya Annabelle Hendarmin 4. Elizabeth Juliana Tjandra 5. Fransiscus Freddy Frans Tesiman 6. Fransiskus Arya Bima 7. Ignatius Arie Pratama Rosidi 8. Jeanne d’Arc Deby Aditiya Tjandra
9. Paula Maria Pardina Amalia 10. Theodorus Ferry Surya 11. Valentina Deriska Chrisyanti 12. Yohanes Harsoyo Wahono 13. Dominic Yenna H. Bastian 14. Fransisca Natasha 15. Samuel Aditya Eka Riandi 16. Yohana Nengsi Helpri Manik
22. SEPUTAR PAROKI VII
“Bawalah Senyuman Kerahiman” Retret Wilayah IX
Foto bersama depan rumah retret Ngison Nando
R
etret yang diadakan pada tanggal 11 – 13 Maret 2016, dibawah bimbingan romo Martin van Ooij, SCJ ke Ngison Nando – Suster Hati Kudus Kalianda, Lampung, bertemakan “Apakah iman saya sudah terpancar atau tercermin di hidup saya”, sungguh meng “recreate” atau membangun kembali iman kita dengan penuh kesadaran akan kerahiman Tuhan. Para peserta sebanyak 34 orang juga membawa pakaian layak pakai dari wilayah IX yang diserahkan ke Suster untuk dibagikan ke Stasi di masa Prapaskah.
penyeberangan di iringi dengan doa pagi, berdoa Rosario, diselingi lagu puji-pujian, menghayati ayat-ayat di kitab suci, dengan penuh syukur dan gembira bahwa Tuhan telah mengabulkan acara retret ini yang sudah direncanakan beberapa bulan sebelumnya. Setiba di rumah retret Kalianda, kami disambut dengan senyum hangat dan ramah oleh Suster Louise beserta staffnya.
Kami berangkat pukul 05.00 dengan Big Bird dari gereja St. Stefanus menuju rumah retret Ngison Nando, Kalianda, melalui Pelabuhan Merak. Perjalanan selama 6 jam termasuk
H ari ke – 1: 1. Merenungkan Mazmur bab 145 ayat 8 – 9, 13c dan 17 – 18. Ayat 8: “Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar, besar kasih setiaNya.” Romo
Berfoto di depan bus
Berikut rangkuman retret yang ingin kami bagikan dengan pembaca MediaPass.
Sumbangan paskah via ibu Rita
meminta kita menggantikan kata “Tuhan” dengan pasangan atau orang yang kita kasihi, misalnya: “Andi itu pengasih dan penyayang, panjang sabar, besar kasih setianya”, kemudian menukar kata Andi dengan nama kita sendiri, misalnya: “Ciska itu itu pengasih dan penyayang, panjang sabar, besar kasih setianya.” 2. Di dalam acara perkenalan, para peserta yang terdiri dari 10 pasutri, 9 wanita, 2 pria, dan 2 putra, diberikan kesempatan untuk memberikan sharing tentang “apakah Iman saya sudah terpancar atau tercermin di hidup saya?” 3. Penjelasan Romo bahwa di dalam tahun Kerahiman Allah, sebaiknya diwujudkan dengan Devosi tanpa harus terikat dengan jam-jam tertentu, berdoa dan perbuatan saling mengasihi adalah bagian dari hidup kita – ini bukanlah sesuatu praktek untuk sekedar diperlihatkan atau dikompetisikan antar kelompok,
23. SEPUTAR PAROKI VIII
Para Suster rumah Retret
akan tetapi untuk dihayati dan dilaksanakan di dalam keluarga masing-masing, lingkungan ataupun kelompok–kelompok Rohani, tanpa meng ekstrim kan karena berbahaya. 4. Iman akan terpancar dari hati kita dan terlihat di dalam kehidupan kita sehingga Roh Kudus hadir dan berkarya. Berikut, Romo meminta kami membaca bergantian (laki-laki dan perempuan) Injil Lukas bab 15 ayat 11-32 yaitu, “Perumpamaan tentang anak yang hilang.” Di dalam perikop ini, ada tiga karakter yang diceritakan, yaitu 1). Bapa yang berbelas kasih dan pengampun, 2). Anak bungsu yang nakal dan bertobat, dan 3) Anak sulung yang iri hati. Peserta memberikan pendapat masing-masing dan berakhir dengan kesimpulan bahwa “Allah selalu berbelas kasih” dan manusia ingin diberikan kesadaran bahwa iman tanpa perbuatan adalah hampa dan mati. 5. Lanjut dengan memeriksa kata atau ungkapan kata “Belas Kasih” didalam Alkitab Perjanjian Baru yang terdapat dalam Injil Matius, Markus, Lukas, Surat Paulus kepada jemaat di Roma, Korintus, Kolose, Surat kepada jemaat di Ibrani, Surat Petrus, Surat Filipus, Surat Yohanes, sebanyak lebih dari 25 kata untuk dihayati. 6. Suatu contoh konkrit adalah true story yang menceritakan seorang suami yang begitu setia mendampingi dan melayani istrinya yang menderita sakit Parkinson, dengan penuh suka cita, sehingga sang istri dapat hidup lebih dari sepuluh tahun berkat belas kasih yang ditunjukkan oleh sang suami selama itu. 7. Jalan Salib dipimpin oleh Suster
Sharing kelompok
Louise dan romo Martin, di kebun susteran yang amat indah dan rimbun dan diakhiri di gua Yesus. Kemudian makan malam dan ditutup dengan misa syukur. H ari K e – 2, Sabtu 12 M aret 2016 1. Sesudah misa pagi perkenalan dengan para suster-suster yang mengelola rumah retret Ngison Nando di bawah pimpinan suster Louise yang sudah 22 tahun mengabdi sebagai biarawati suster Hati Kudus Yesus. Peserta retret merasa sangat nyaman dan betah berkat layanan para suster yang amat baik. 2. Sesi mengenai BiGos (Biang Gosip) dibahas bersama. Ternyata
dalam kehidupan ini, gosip dapat menyebabkan orang yang terkena gosip sangat terluka, tidak dapat tidur, dan menderita. Gosip itu juga adalah dosa berat karena menghakimi seseorang yang tidak atau belum tentu melakukan suata kesalahan. Acara sharing 4 kelompok di dalam Tahun Kerahiman ini, mungkinkah mengurangi gosip? Jawabnya: Iya, mungkin saja. Masing-masing kelompok memberikan pendapatnya masing-masing bagaimana cara untuk tidak bergosip? Sharing kelompok antara lain: mari berpikir positif, buka mata, buka telinga, tutup mulut, intropeksi diri.
Puji-pujian
24
Romo Martin di sesi pertama
Pertimbangkan matang-matang apakah cerita yang kita dengar itu benar, salah, penting, bermanfaat untuk diketahui orang lain? Kalau tidak berguna, tidak penting, maka lupakan saja. Mulailah hari yang baru dengan berdoa pagi dari Puji Syukur no. 48, sebelum memegang HP atau kegiatan lain. 3. “Sukacita Injil” sebagai seruan Paus Fransiskus. Sebagai orang Katolik, kita tidak menjadi bagian dari Gereja kalau timbul rasa keegoisan dan tidak mengambil bagian di dalam pelayanan. Dalam sesi ini pun Romo Martin memberi PR sharing kelompok yang menghidupkan suasana. Intinya adalah: sikap belas kasih yang ikhlas dengan sukacita dan pengampunan tanpa membeda–bedakan, dan bersikap adil baik dalam keluarga mau pun masyarakat. 4. Berekreasi setelah makan siang ditemani suster–suster yang baik dan ramah dengan mengunjungi tempat pemandian air belerang. Di dalam perjalanan tak henti–hentinya Suster Piko menjadi guide yang hebat diselingi dengan nyanyian dan cerita menarik serta penuh kesegaran. Di tempat pemandian para peserta beramai– ramai berendam dengan gembira sambil menikmati Pecel Lampung dan Degan. 5. Setiba di Kalianda acara dilanjutkan dengan doa Rosario di patung Bunda Maria, dan diakhiri dengan makan malam bersama. 6. Sesi malam bertemakan “Senyuman
Foto bersama di aula
Kerahiman”. Berikut cuplikannya oleh Pastor Felix Supranto, SsCc. :
“Senyuman Kerahiman”
Luka di lambungMu yang mengalirkan darah dan air. Melambangkan bangkitnya daya kehidupan yang telah hilang. Daya kehidupan itu kini nyata dalam senyuman. Senyuman adalah harta termahal yang dapat kita bagikan dengan sangat mudah. Senyuman itu menyehatkan. Senyuman itu adalah ibadah. Senyuman adalah satu–satunya persembahan yang dapat diberikan kepada sesama di saat kesukaran. Senyuman menggugah yang tertidur dan menguatkan yang loyo. Darah dan air yang telah memancar dari hati Yesus sebagai sumber kerahiman bagi kami. Engkaulah andalanku. Seluruh acara retret terselesaikan dengan baik di hari ke dua dan ditutup
dengan Adorasi dan berkat. H ari ke – 3, Minggu 13 M aret 2016 Setelah doa pagi dan makan pagi, peserta retret menuju Katedral Lampung untuk mengikuti misa Requiem Mgr. Emeritus Andreas Henrisoesanta, SCJ. Misa Requiem yang dipimpin oleh Mgr. Yohanes Harun Yuwono dihadiri 12 Uskup termasuk Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ dan 3.000 umat tumpah ruah memenuhi kompleks gereja untuk memberikan penghormatan terakhir gembalanya. Setelah misa, peserta retret menuju pelabuhan untuk kembali ke Pelabuhan Merak. Dalam perjalanan bus menuju gereja St. Stefanus, acara banyak diisi oleh Dr. Islinawati dengan konsultasi/ tip-tip kesehatan gratis. Berbagai macam pertanyaan yang dilontarkan dan dijelaskan dengan baik dan jelas oleh Dokter. yang luar biasa. Kami semua merasa manfaatnya dan kembali ke Jakarta dengan senyum kegembiraan, ketulusan dalam suasana kebersamaan yang indah.****
26. SEPUTAR PAROKI IX
Ziarek Pontianak dan Singkawang Lux Mundi Choir dari wilayah V
D
alam masa pra-Paskah dan Tahun Kerahiman Ilahi, Lux Mundi Choir dari wilayah V mengadakan ziarek dengan tujuan Pontianak dan Singkawang pada tanggal 3 s/d 7 Maret 2016 dengan pembimbing rohani Pater Kees van Dijk, OFM. Tujuan diadakan ziarek ini adalah untuk dapat mewujudkan Kerahiman Ilahi dengan perbuatan nyata yang selanjutnya dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga, pekerjaan maupun pelayanan. Kunjungan pertama ke Singkawang. Kami mengikuti jalan salib dan misa Jum’at pertama yang dipimpin langsung oleh Pater Kees di gereja St Fransiskus Asisi, Singkawang. Gereja ini juga ditetapkan sebagai gereja yang memiliki pintu Kerahiman Ilahi. Pada misa tersebut Lux Mundi Choir memuji Tuhan dengan menyanyikan lagu-lagu yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dari gereja kami berkunjung ke RS Khusus Alvenero yang di dalamnya juga terdapat RS Kusta Alvenero yang dikelola oleh suster-suster dari Ordo Fransiskus (SFIC) dan sebagai penanggung jawab Suster Christine SFIC. Kami menyerahkan tanda kasih bagi sesama yang membutuhkan karena banyak penyandang kusta datang dari keluarga yang tidak mampu. Perlu diketahui rumah sakit tersebut tidak memungut biaya, bahkan memberikan permukiman dan bantuan penghidupan serta biaya sekolah buat anak-anak penyandang kusta. Kebutuhan dana RS Khusus Alvenero ini didapat dari bantuan Pemerintah. Tetapi dana tersebut belum mencukupi, sehingga diperlukan donator secara rutin.
Keesokan harinya, kami menerima sakramen Tobat di Gereja Gembala Baik, Pontianak yang dilayani oleh Uskup Emeritus keuskupan Pontianak Mgr. Hyeronimus Bumbun, OFM dan Pater Kees. Semuanya berjalan dengan lancar dan khidmat. Selanjutnya kami menuju ke Gereja Katedral Santo Yosep yang baru diresmikan pada tanggal 19 Maret 2015. Gereja ini merupakan gereja Katedral terbesar di Asia Tenggara. Kami sempat melakukan gladi resik untuk persiapan memuji Tuhan keesokan harinya.
Pada perayaan Ekaristi hari Minggu, tanggal 6 Maret 2016, jam 8.30 Lux Mundi Choir bernyanyi pada misa konselebrasi yang dipimpin oleh Romo Alex Mongkar, Pr dan Pater Kees. Seperti biasa pada homili Pater Kees mengajak umat untuk berpartisipasi sehingga homili menjadi menarik dan mudah dimengerti oleh umat yang hadir.****
28. MENURUT MEREKA
Apa pendapatmu bila pemimpin Gereja Adalah seorang wanita?
(Wakil Ketua Dewan Paroki) adalah Seorang Wanita
Niar ling Romo Sanjoyo Paroki Matias Cinere
“Saya suka melihat wanita memimpin tetapi kurang setuju jika menjadi Wakil dewan paroki, seperti yang dibilang oleh Paulus, kepala dari tiap tiap laki laki adalah Kristus, kepala dari perempuan adalah laki laki dan kepala dari Kristus adalah ALLAH (1 Kor 11:3)
Bayu Ling. St. Paulus , OMK
“Tidak menjadi soal, karena rahmat bapstisan, kaum awam menerima tugas dan hak nya untuk merasul berdasarkan persatuan mereka dengan Kristus Kepala (bdk, Konsili Vatican II, dekrit Apostolicam Actuaositatem, art 3). Sebab seperti kaum pria dan wanita yang membantu Paulus dalam pewartaan injil, begitu pula para awam , yang berjiwa kerasulan sejati melengkapi apa yang kurang pada saudara saudara mereka dan menyegarkan semangat para gembala maupun umat beriman lain nya (Apostolicam actuositatem art10)
Christophorus Aditya Sunu Pratama, OMK
Menurut saya pemimpin gereja kita wanita atau laki - laki itu tergantung dari latar belakang, pengalaman, dan karakter orangnya sendiri. Tetapi tidak salah juga bila wanita menjadi seorang pemimpin, bahkan dierah sekarang ada survei yang mengatakan bahwa dengan adanya wanita diposisi pimpinan perusahaan akan lebih maju dibandingkan yang tidak ada wanitanya. survei tersebut mengatakan wanita memiliki kepekaan yang tinggi, wanita lebih mudah membaur, ia mampu memenuhi kebutuhan orang - orang sekitarnya dengan perhatiannya, mereka mudah beradaptasi dengan trend dan teknologi yang baru. Contohnya saja mentri kita ibu susi walaupun seorang wanita ia mampu bertindak tegas dalam menyikapi kapal asing di wilayah indonesia. Bukan berarti ketegasan dalam mengambil keputusan untuk menembak kapal tersebut asal - asalan. Ia memiliki sifat tegas tersebut atas dasar perhatiannya dan sayangnya terhadap negaranya dan masyarakat indonesia, kalau kalian mengikuti berita mengenai ibu Susi pasti kalian akan mengerti. Ia pun merupakan wanita yang cukup trendy dan rendah hati bila kalian melihat ibu Susi dalam suatu berita atau fotonya saat dia sedang tidak dikantor. Itu merupakan pendapat saya mengenai Pimpinan gereja kita bila dia nantinya adalah seorang wanita. Jadi jangan lah memandang semua wanita itu rendah untuk jabatan yang seharusnya diduduki laki - laki, bahkan kita pun diciptakan setara guna untuk saling melengkapi satu sama lain dengan talenta yang kita punya
Agnes Gita Cahyandari (23 tahun) Hilda OMK, Legio Maria MBP
“Saya tidak keberatan, selama wanita mampu melaksanakan dan bertanggung jawab atas kewajiban dan amanah sebagai dewan paroki. Untuk menjadi pemimpin tidak harus pria.
Paroki St Matius Penginjil
“Secara pribadi menurutku tidak ada masalah dengan pemimpin gereja (dewan paroki) perempuan. Mengapa? Karena pada dasarnya kemampuan berpikir, kemampuan memimpin, dan kemampuan (serta kemauan) untuk melayani tidak dipengaruhi dengan jenis kelamin. Yang mempengaruhi itu semua adalah pendidikan, pengetahuan, serta kepekaan sosial. Jadi sekali lagi kalau pendapatku pribadi, apabila ketua atau wakil ketua dewan paroki adalah seorang wanita, selama seseorang memiliki kemampuan memimpin, berpikir, dan terlebih melayani.
Monica Sinar Le Munach OMK St. Theodorus, Wil 7
“Sebelumnya saya berterima kasih kepada Ibu R. A. Kartini, karena beliaulah yang mempelopori adanya emansipasi wanita. Wanita zaman sekarang sudah bisa bersaing untuk menjadi pemimpin. Daya juang, semangat, dan pemikiran wanita sangat dibutuhkan. Wanita juga bisa tegas, namun mempunyai hati nurani (jiwa keibuan). Namun, itu semua Tuhan ciptakan agar dapat menjadi penyeimbang lelaki. Bukankah wanita memang diciptakan untuk mendampingi laki-laki? Untuk posisi wakil ketua, tidak ada salahnya jika wanita yang mengambil peran tersebut. Karena wanita itu pendamping serta penyeimbang. Posisi ketua sebaiknya tetap lak-laki. Hal ini dikarenakan wanita pada dasarnya adalah penyeimbang dan pendamping. Ketua yang laki-laki bisa bertukar pikiran dengan wakil ketua yang perempuan untuk kemudian ketua mengambil keputusan.
Stefanus Wangsit Jati Terra OMK Sta. Maria Fatima, Wil. 2
“Wanita dalam konteks kepemimpinan, dalam hal ini sebagai wakil ketua dewan bukan hal yang aneh lagi di zaman sekarang. Wanita dan pria dapat menjalankan posisi/ profesi apa pun selama dia mampu dan bisa memenuhi kebutuhan suatu tanggung jawab di posisi tertentu. Dengan begitu hak wanita dan pria menjadi sama, namun keduanya harus tetap menjalankan peran utama di lingkungan sosial lain dan perannya sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin wanita juga harus mengerti peran di mana ia ditempatkan. Jangan sampai melupakan perannya hanya untuk memuaskan ego pribadi dengan peran yang tidak sesuai dengan tanggung jawabnya. Peran inilah yang akan menjadi nilai dari keberadaan seseorang dalam berperan di anggota masyarakat.
Bimo Adiwibowo (25 Thn) Paroki St. Matius Penginjil Bintaro
Fransisca Sari Permata OMK Wil 7
“Sangat setuju sekali jika ketua dewan paroki gereja kita adalah seorang perempuan, karena perempuan mempunyai perasaan empati yang mungkin lebih peka dibanding seorang laki-laki. Jadi diharapkan dengan pemimpin seorang perempuan, warga gereja yang kurang mendapat perhatian agar lebih diperhatikan kembali dari mulai pendidikan, dsb. Dan di jaman modern yang sekarang perempuan lebih unggul. Lihat saja dari supir Trans Jakarta atau apa pun sekarang perempuan lebih mandiri untuk mengerjakan apa pun dan tidak hanya di rumah saja
“Menurut pendapat saya yang paling dibutuhkan sebagai Wakil Ketua Dewan Paroki adalah kapasitas kepemimpinannya. Oleh karena itu rasanya sah-sah saja jika jabatan Wakil Ketua Dewan Paroki diduduki oleh seorang wanita selama ia memiliki kapasitas yang menunjang jabatan tersebut
Niar ling Romo Sanjoyo Paroki Matias Cinere
“Saya suka melihat wanita memimpin tetapi kurang setuju jika menjadi Wakil dewan paroki, seperti yang dibilang oleh Paulus, kepala dari tiap tiap laki laki adalah Kristus, kepala dari perempuan adalah laki laki dan kepala dari Kristus adalah ALLAH (1 Kor 11:3)
Rika /Katarina Rika Chandra PDKK, Legio Maria MBP, Ling Sta. Ursula
Maximillian Gala Permana (22 tahun) Paroki: St Nikodemus Aktif kegiatan gereja: Mudika Paroki (2008-2009) “Tidak apa-apa, kompetensi seseorang wakil dewan paroki tidak dilihat dari status yang disandangnya apakah dia lakilaki atau perempuan. asalkan sanggup, kompeten dan tulus menjalani tugasny secara penuh untuk gereja, dilihat dari bukti nyatanya.
“Wakil ketua dewan paroki perempuan, tidak masalah, karena menurut saya wanita dalam mengatur segala hal dapat mengatur banyak hal. Posisi wakil dewan paroki harus mampu mengatur banyak hal.Setelah jaman era ibu kita Kartini, hak wanita juga sudah di perjuangkan untuk sederajat dengan pria. Orang yang menjadi wakil dewan paroki haruslah yang ingin melakukan pelayanan, memiliki panggilan, serta mampu melakukan pelayanan tersebut dengan sukacita dan semangat. Melayani itu lebih penting dibandingkan status perempuan atau Laki laki.
31. ORBITAN LEPAS Mari kita coba membayangkan percakapan pertama antara Petrus dan Tuhan Yesus yang telah bangkit. “Mengapa Engkau masih mau bertemu dengan diriku, Tuhan? Aku telah mengkhianatimu!” “Semua sudah berlalu Petrus, itu masa lalu. Aku mengetahui hatimu dan aku mengetahui juga cintakasihmu kepada-Ku. Bila Roh Kudus datang, kamu akan dikuatkan melampaui apa yang kamu dapat bayangkan. Oleh karena itu, tenanglah dan tetaplah hatimu penuh damai. Aku ingin agar engkau menjaga domba-dombaKu.”
BERTEMU DENGAN YESUS YANG SUDAH BANGKIT
P
ada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu penutupnya telah diambil dari kubur. Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka, “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Lalu berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat daripada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kafan terletak di tanah; akan tetapi, ia tidak masuk ke dalam. Kemudian datanglah Simon Petrus yang menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kafan terletak di tanah, sedangkan kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kafan itu, tetapi terlipat tersendiri di tempat yang lain. Sesudah itu, masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati. (Yoh 20:1-9) Selagi kita merayakan Hari Minggu Paskah, marilah kita menyoroti laki-
laki pertama yang memasuki kubur Yesus yang sudah kosong. Petrus tentunya melangkah masuk ke dalam kubur dengan perasaan yang bercampur-baur dan hati yang gundah gulana. Mungkin saja ada secercah harapan dalam dirinya bahwa Yesus masih hidup sehingga masih ada kesempatan untuk rekonsiliasi setelah dia menyangkalNya sampai tiga kali. Melihat kain kafan yang terletak di tanah dan kain peluh yang terlipat tersendiri di tempat yang lain, membuat Petrus teringat pada tindakantindakannya yang menyebabkan “nasib” Yesus yang berakhir secara tragis seperti itu. Ada pergumulan (batin) dalam dirinya: “Mula-mula aku omong besar bagaimana aku setia kepada-Nya, namun kemudian aku mengkhianati Dia: aku menyangkal Dia, bahkan sampai tiga kali. Sekarang, jika benarbenar Yesus telah dibangkitkan, aku harus menghadapi Dia. Yesus mengetahui bahwa aku seorang pengecut dan pengkhianat. Maukah Yesus menerimaku kembali?” Sementara pandangan Petrus begitu negatif, lainlah halnya dengan Yesus. Yesus mempunyai suatu cara pendekatan yang berbeda. Yesus melihat hati Petrus yang terdalam dan melihat bahwa ada cintakasih sang murid kepada diri-Nya walaupun dia memiliki kekurangan dan kelemahan sebagai pribadi.
Seperti Petrus, kita semua pun pernah “omong besar” dan membuat pernyataan-pernyataan “hebat” tentang hidup kita atau tentang iman kita. Kita pun semua pernah merasa malu sendiri pada waktu realitas tidak “pas” dengan klaim-klaim kita tersebut. Pastilah kita semua mempunyai – sedikit banyak – sifat Petrus dalam diri kita masing-masing. Jadi, apa yang harus kita (anda dan saya) lakukan ketika kita bertemu dengan Yesus yang sudah bangkit pada hari Minggu Paskah ini? Pertama-tama, marilah kita membuang pandangan-pandangan negatif kita atas diri kita sendiri. Bukankah Paulus telah menulis dengan jelas keyakinannya: “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Rm 8:31). Kedua, marilah kita mendengarkan Yesus ketika Dia mengatakan kepada kita bahwa Dia mengetahui betapa dalam kita mengasihi-Nya. Marilah kita memperkenankan kata-kata penuh kasih dari Yesus ini untuk menggerakkan kita melangkah ke tengah dunia untuk ikut serta memelihara dombadomba-Nya. Semoga berkat Allah senantiasa menyertai anda sekalian, teristimewa pada hari Paskah ini. Penulis
F.X. Indrapradja, OFS Ilustrasi Jesus Comes
DOA: Segala puji syukur kuhaturkan kepada-Mu, ya Tuhan Yesus. Engkau telah mengalahkan dosa dan maut. Segala puji syukur bagi-Mu, ya Putera Allah, karena Engkau telah mengangkat diriku untuk berada bersamaMu sepanjang segala masa. Amin.
35. ORBITAN UTAMA
MEMUJI TUHAN MELALUI MUSIK AR. Hepat
P
ujian adalah salah satu wujud pengakuan manusia akan keesaan Tuhan dalam karya penciptaan segala makluk di langit dan di atas langit serta di bumi dan di bawah bumi. Bentuk pujian yang dilantunkan oleh manusia kepada Tuhan Sang Pencipta sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi sepanjang jaman. Bentuk pujian kepada Tuhan yang disampaikan manusia pun dilakukan dalam berbagai cara sesuai dengan adat istiadat, tradisi serta budaya yang berlaku dalam kehidupan manusia di tempat itu. Hal ini sebagaimana terjadi pada jaman para nabi sebelum Yesus yang terukir dalam kidung Mazmur pasal 150, ayat 3, yang berbunyi ”Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi.”
Bagi manusia “Memuji Tuhan melalui Musik” adalah salah satu bentuk ungkapan doa yang lahir dari hati dan diekspresikan melalui seni, baik seni suara yakni solo dan paduan suara (koor), seni musik, seni tari maupun seni drama dan lain-lain yang dilakukan sebagai ungkapan pujian kepada Sang Pencipta. Pujian bersifat gembira. Di dalam pujian kita bersorak-sorai dan bersukacita memuliakan Tuhan, memuji kebaikanNya, bersyukur kepada-Nya. Di dalam pujian pula ada suatu unsur pewartaan kebaikan Tuhan. Di dalam pujian kita tidak takut-takut untuk mewartakan kehadiran dan kebaikan Tuhan. Orang yang hadir pada masa itu pasti akan mendengar dan menyaksikan pujian kita. Di dalam pujian kita memuliakan Tuhan bukan hanya dalam hati, dengan perasaan kita, tetapi juga dengan seluruh tubuh jasmani kita.
Kita memuji Tuhan dengan melibatkan seluruh perasaan, kehendak, pikiran, dan tubuh kita. Semuanya ini tampak dari luar. Jadi, masa memuji Tuhan juga merupakan masa ketika kita mewartakan Tuhan. Pujian yang benar umumnya memiliki unsur-unsur berikut: sukacita (senyum), semangat, dan antusiasme (enthusiasm). Di dalam pujian kita mewartakan Tuhan yang hadir dengan kehadiran kita sendiri yang penuh
36
tidak menyukai seni. Sesungguhnya para kudus merupakan orang-orang yang sangat mencintai keindahan pula, sebab bukankah Tuhan adalah Keindahan itu sendiri?
sukacita, cinta kasih, dan kegembiraan yang tampak dari luar. Kegembiraan yang tampak itu keluar dari hati yang sungguh-sungguh dipenuhi oleh Roh Sukacita dari Allah sendiri. Roh Allah itu sifatnya tenang sekaligus dinamis. Ia tidak dapat dibatasi oleh apa pun juga. Terkadang ada pandangan bahwa orang yang hidup doanya mendalam tentu tidak akan memuji Tuhan dengan luapan emosi, misalnya: bertepuk tangan dan menari. Pandangan ini salah sekali sebab bukankah Tuhan bersabda “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan jiwamu, dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu.” Bagaimana kita dapat memuji Tuhan dan mengasihiNya dengan segenap kemampuan atau kekuatan kita apabila kita tidak mau menari untuk Tuhan, jika memang itu saatnya menari? Kitab Pengkhotbah mengatakan bahwa segala sesuatu ada masanya. Jadi, apabila memang saatnya untuk bersukacita memuji Tuhan, bersukacita dan bergembiralah bersama-sama untuk memujiNya. Daud tidak segansegan menari di hadapan Tabut Tuhan. Santa Teresa Avila juga sangat menyukai tari-tarian. Penulis sendiri tidak pernah mendengar ada orang kudus yang murung dan
Pujian yang keluar dari lubuk hati yang terdalam mengandung antusiasme dan semangat untuk mencintai Tuhan yang tidak mungkin dapat ditutuptutupi. Antusiasme di sini tidak berarti bersikap sembrono dan liar. Memuji Tuhan tidak seperti menghadiri suatu konser musik rock. Memuji Tuhan adalah terbuka sepenuhnya kepada Roh Kudus, bersukacita dalam Roh, tidak mengikatkan diri kepada aturanaturan yang kaku. Akan tetapi, Roh Kudus adalah Roh yang tertib dan teratur. Dia adalah Roh yang dinamis, tetapi tidak berlebih-lebihan. Di dalam pujian orang benar ada kesaksian akan kebaikan Tuhan yang sekaligus bersifat menyembuhkan. Pujian orang benar mengajak orang untuk ikut serta memuji Tuhan dengan sukacita. Di dalam pujian kita hadir di hadapan Tuhan menyerahkan hati yang letih lesu dan berbeban berat sehingga ratapan kita diubah menjadi tari-tarian dan kidung duka kita diubah menjadi nyanyian kesukaan (bdk. Mzm 30:12). Penyembahan lebih bersifat batiniah dibandingkan dengan pujian. Penyembahan berarti memasuki suatu kemesraan dengan Tuhan. Meskipun
pujian maupun penyembahan memiliki sifat pewartaan, penyembahan lebih bersifat hubungan vertikal, relasi antara saya dan Tuhan. Penyembahan melibatkan pula emosi dan perasaan yang terdalam, tetapi itu tidak berarti kehilangan kontrol atas diri. Bernyanyi penuh perasaan bukan berarti bernyanyi tanpa menahan diri. Teknik bernyanyi tetap perlu sebab hanya dengan bernyanyi dengan penuh perasaan dan dengan teknik bernyanyi yang baik akan dihasilkan nyanyian yang indah. Memang tidak setiap orang mempunyai bakat bernyanyi. Yang tidak berbakat bernyanyi dengan sendirinya harus dengan rendah hati mengakuinya dan tidak memaksa diri untuk bernyanyi dengan lantang atau kuat sehingga dapat ‘merusak’ suasana.****
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa pelayanan musik atau nyanyian penyembahan yang baik, yang indah, sangat penting dewasa ini: 1. Penyembahan yang indah menciptakan suasana doa. 2. Nyanyian yang indah membantu kita untuk mengarahkan hati kepada Tuhan. 3. Musik dan nyanyian yang indah meningkatkan kepekaan kita. 4. Nyanyian penyembahan yang indah menyegarkan jiwa dan bisa membawa orang kepada pertobatan. 5. Sebaliknya, nyanyian yang sumbang dan tidak diatur hanya akan mengganggu orang lain.
38. PESONA SABDA
“Bernyanyi dan Bersoraklah bagi Tuhan dengan Segenap Hati” (Efesus 5:19), Pastor Petrus Santoso, SCJ
D
alam suatu perayaan liturgi, jika tidak ada nyanyian yang mengiringi, maka perayaan yang berlangsung “terasa sepi”. Menjadi berbeda suasananya, ketika suatu perayaan liturgi diiringi dengan sebuah nyanyian, maka perayaan yang terjadi “nampak meriah”. Hal lain lagi: jika kita bersorak, tetapi sorakannya tidak beraturan, maka tidak akan nyaman didengar oleh kedua telinga kita. Akan menjadi berbeda jika kita bersorak dengan sorakan yang diatur oleh nada dalam sebuah nyanyian, maka sorakan itu menjadi sebuah pujian dan doa. Ini juga bisa juga banyak terjadi: maknanya menjadi “kering”, khususnya bagi yang bernyanyi jika ia menyanyikan sebuah lagu tidak dengan sungguh-sungguh, misalnya karena tugas atau rutinitas, maka nyanyian yang dilantunkan tidak menyegarkan. Akan menjadi berbeda dengan sikap penyanyi yang menyanyikan sebuah lagu dengan sungguh-sungguh, dapat dijamin ia (atau mereka) akan
merasakan sensasi tersendiri. Itulah sebabnya, Santo Paulus mengajak kita untuk “Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati” (Efesus 5:19). Bernyanyi dengan diiringi musik sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam ibadat dan perayaan yang kita lakukan. Dan bahkan kebiasaan ini sudah berlangsung secara turun-temurun. Mari kita lihat beberapa peristiwa, keterangan, dan ungkapannya, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru:
Ketiga, 2 Tawarikh 5:11-14. Pada upacara peresmian Bait Suci, “peniup nafiri dan penyanyi (serentak) … menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada Tuhan. Keempat, 1 Tawarikh 15:1624. Bangsa Israel membawa tabut perjanjian diiringi bunyi sangkakala, nafiri, ceracap, gambus dan kecapi. Kelima, Yehezkiel 33:32. Yehezkiel
dikenal sebagai nabi yang berbakat: suaranya merdu dan pandai memainkan kecapi.
Pertama, Keluaran 15:20-21. Setelah bangsa Israel menyeberangi Laut Merah dari Mesir, Miryam, saudari perempuan Musa, mengambil tamborin dan memimpin kaum perempuan bernyanyi dan menari.
Keenam, Lukas 1:45-55. “Nyanyian Pujian Maria” atau “Magnificat”: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah Juruselamatku”.
Kedua, 1 Samuel 10:1-5. Raja Saul
Ketujuh,
bertemu serombongan nabi yang mewartakan Firman Allah sambil memainkan Gambus, Rebana, Suling, dan Kecapi.
Matius 26:30. Setelah perjamuan terakhir. Murid-murid Yesus menyanyikan nyanyian pujian bersama dan pergi ke Bukit Zaitun.
39
Kedelapan, Kis 16:25. Ketika Paulus dan Silas dipenjara oleh Bangsa Romawi, mereka menyanyikan pujian kepada Allah menjelang tengah malam dan “orang-orang hukuman lain, mendengarkan mereka”. Kesembilan, Ayub 38:7. Ketika Allah menciptakan dunia, bintang-bintang fajar bersorak-sorak dan semua Anak Allah bersorak-sorai.
Lalu malaikat yang pertama meniup sangkakalanya dan terjadilah hujan es, dan api, bercampur darah; dan semuanya itu dilemparkan ke bumi; maka terbakarlah sepertiga dari bumi dan sepertiga dari pohon-pohon dan hanguslah seluruh rumput-rumputan hijau.
Menyanyi, memuji, dan memainkan musik menjadi tradisi yang diungkapkan sebagai sebuah pujian dan doa. Siapa saja yang bisa menikmati sebuah nyanyian atau alunan musik, maka hati dan jiwanya akan diajak ikut bernyanyi dan bahkan dengan kesadaran yang penuh, ia (mereka) pun sedang berdoa. Itulah sebabnya, saat kita bernyanyi: bertugas atau ikut berpartisipasi dalam suatu perayaan liturgi, “Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati”. Jangan menjadi pasif saat diajak untuk bernyanyi, jangan malu-malu saat diajak bersorak-sorai, dan jangan menjadi acuh tak acuh saat diajak untuk menaikkan sebuah pujian. Jika kita memaknai lebih dalam nasehat Santo Paulus ini, maka kita akan membuat setiap perayaan yang kita lakukan akan menyegarkan. Sebab, dalam nasehat itu, Santo Paulus mengandaikan bahwa kita yang bernyanyi dan bersorak itu dipenuhi oleh Roh Kudus. Itu artinya, saat kita bernyanyi dan bersorak, roh kita dan Roh Kudus bernyanyi bersama-sama.
Dalam konteks ini, bernyanyi bukan untuk sebuah pertunjukan, tetapi bernyanyi untuk berdoa. Pasti akan lain kepuasan yang dialami. Mengapa? Mari kita lihat. Nasehat Santo Paulus ini memberikan gambaran tentang bagaimana setiap pribadi bisa mengekspresikan dirinya saat ia (mereka) mengalami kepenuhan dari Roh Kudus: Pertama, Dengan bermazmur, menyanyikan kidung pujian dan nyanyian rohani. Kedua, melalui ucapan syukur. Tujuannya pun tidak hanya berhenti di situ, tetapi mengajak orang menjadi semakin percaya. Itulah sebabnya saat kita bernyanyi dan memainkan alat musik dalam perayaan liturgi, jangan dilihat sebagai pertunjukan atau memenuhi tugas saja, tetapi ada kesadaran penuh bahwa saat kita bermazmur, menyanyikan kidung pujian dan nyanyian rohani, kita diberi tanggungjawab untuk menghantar setiap pribadi yang hadir dalam ibadat dan perayaan itu menjadi semakin percaya. Maka, “Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati”. Dan akan semakin banyak orang yang semakin percaya. Tuhan memberkati.****
40
41. PROFIL
MEMUJI TUHAN DENGAN MUSIK KJ & Pr
D
ear sahabat mediapass, rubrik profil kali ini kita akan mengulas – mengupas – menggali – tanpa mengeksplotasi sosok eyang Tari. Siapakah dia? tentu banyak yang sudah mengenal dengan Eyang yang piawai bermain Angklung. Eyang Tari, itulah sapaan akrab dari
wanita yang bernama lengkap Vincentia Maria Lestari, lahir di Semarang tahun 1940. Terlahir dari keluarga non Katolik, tidak menyurutkan niat untuk terus mencari dan mengikuti panggilan hidupnya. Apalagi sang ayah yang memberi kebebasan kepada anaknya untuk memilih jalan masingmasing. Di keluarga, Eyang Tari adalah anak yang taat, santun dan patuh
pada orang tua dan kakak-kakaknya. Sempat berpindah-pindah sekolah namun pada akhirnya beliau memilih St. Ignasius Loyola sebagai tempat untuk menimba ilmu dan mendalami kekatolikanya. Kelas 1 SMP Eyang Tari pun akhirnya dibabtis dengan tambahan nama Vincentia. Setamat SMA Eyang Tari langsung
42
berangkat ke Ibukota, tahun 1959 masuk ke perguruan tinggi, namun dikarenakan padatnya aktifitas, beliau akhirnya tidak melanjutkan kuliah dan bergabung di Garuda Airways sebagai pramugari. ‘Witing Tresno Jalaran Soko Kulino”, mungkin itulah ungkapan yang cocok untuk kisah cinta beliau. Meski peraturan perusahaan yang mengharuskan sesama staff tidak boleh saling menikah, namun itu tidak menjadi penghalang cinta mereka, konsekuensi harus keluar dari perusahaan tersebut juga dapat diterima dengan hati yang ikhlas. Di tahun 1965, anak dari bapak Moeljo, dan ibu Ambarsari ini pun memutuskan untuk menerima pinangan dari rekan kerjanya bapak Agustinus Djoko Soewarso yang dulunya tidak Katolik. Pernikahan sakral dilangsungkan di gereja Katedral Semarang. Buah pernikahanya dengan bapak Agustinus Djoko Soewarso, Eyang Tari dikaruniahi 5 orang anak, sebelum memutuskan untuk menikah lagi dengan Bapak Aloysius Sudaryono tahun 1995 setelah bapak Djoko Soewarso pergi menghadap Sang Khalik. Bontot dari sembilan bersaudara ini sudah memiliki hobi menyanyi sejak kecil. Mulai SMP mulai merasakan paduan suara. Semenjak itu, Vincentia terus mengasah kemampuan bermusiknya. Kemampuan bermusik ini tidak beliau pendam, tapi justru bagikan terutama lewat pelayanaannya di Paroki Santo Stefanus.
Terdapat berbagai macam kegiatan bermusik di Paroki yang beliau ikuti sekaligus gawangi. Meski di usianya yang sudah tidak muda lagi nenek dari 9 orang cucu ini tetap semangat melayani di paroki Stefanus. Koor Maranatha, Gita Dradana, Providentia Dei, Lansia dan WKRI adalah deretan nama koor yang pernah beliau ikuti. Saat ini beliau fokus di perlombaan koor lansia yang diselenggarakan oleh Keuskupan Agung Jakarta. Bersaing dengan 62 paroki tidak membuat semangat mereka surut. Di lomba yang pertama kali, lansia St. Stefanus Cilandak mendapat juara ketiga sedekanat selatan. Yang lebih menakjubkan, di perlombaan tahun berikutnya lansia kita ini malah juara se-Keuskupan Agung Jakarta. Tentu saja keberhasilan ini atas kerjasama semua peserta dengan sang pelatih bapak Widyatmo dan Sang dirigen Bapak Frans Darmono. Eyang tari di Paroki terkenal dengan angklungnya. Awal kecintaan kepada angklung dimulai saat beliau masih aktif menjadi umat di paroki St. Fransiskus Asisi Tebet. Disana beliau bergabung dengan perkumpulan ibuibu PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) yang pada waktu itu mengundang Ibu kasur untuk bermain angklung bersama. Lalu ia belajar angklung dari ibu kasur dan semakin keranjingan mengasah kemampuannya “berangklung ria”.
Kepiawaiannya bermain angklung ia tularkan ke berbagai tempat. Sebut saja, Graha Panti Werdha Aussy, Cibubur, Panti Jompo Budi Mulia, serta sekolah Charitas. Meski hampir tiap hari mengajar, namun dijalani dengan tanpa ada rasa bosan. Satu hal patut dicontoh dari Eyang tari, beliau selama 11 tahun melayani di berbagai tempat tersebut, tidak satupun yang beliau mintai bayaran. Di tempat mengajarnya, beliau hanya meminta antar jemput saja dari dan ke tempat tujuan. Selain aktif di pelayanan koor, eyang Tari juga sudah menjadi pengurus lansia dari tahun 2003 sampai dengan sekarang. Sempat cuti 2,5 tahun dikarenakan memang harus mengurus suami, bapak Daryono yang saat itu perlu perdampingan. Sampai pada akhirnya beliau harus ditinggalkan kembali oleh sang suami tercinta. Eyang Tari memiliki prinsip, “hidup saya adalah untuk memuji Tuhan, entah itu bernyanyi, memasak, menjahit atau apa pun yang saya kerjakan adalah hanya untuk Tuhan”. Oleh karenanya, segala pelayanan beliau di Gereja dan di tempat lainnya terutama dalam bernyanyi dan bermain angklung hanyalah untuk Tuhan. “Apa yang saya yakini adalah saya tidak bisa apa apa tanpa bantuan Tuhan dan saya selalu berdoa semoga Tuhan berkenan membantu saya supaya saya dapat menuntaskan tugas tugas saya dengan sebaik baiknya”. ***
43. ORBITAN LEPAS
Santo yang hidup di antara kita Ignatius Prawira & Fanny
S
Memperingati 4 tahun meninggalnya almarhum Pastor Thomas Fix, SCJ. Tepatnya pada tanggal 21 April 2012
emua kita di paroki St. Stefanus umumnya mengenal sosok pastor Thomas Fix, SCJ yang sejak tahun 1989 sampai 2000 bekerja sebagai pastor pembantu paroki dan selanjutnya sampai dengan wafatnya tanggal 21 April 2012 di rumah sakit St. Carolus sering mengunjungi paroki St. Stefanus secara berkala dalam karya misinya di India.
Before I speak, O Lord, You hear Before I think my toughts, You know You have searched my mind know all I feel, All my ways are known to You
Senyum dan tutur sapanya yang lembut penuh kasih sang pastor serta kepolosan dan kesahajaan hidupnya sungguh sangat menggugah perasaan saat dikenang kembali. Beberapa rekan di gereja yang cukup dekat mengenal beliau seringkali secara bergurau mengatakan bahwa pastor Fix adalah Allah Bapa atau Santo yang hidup yang sekarang setelah wafatnya kalau direnungkan secara mendalam ada kandungan kebenarannya. Semasa karyanya di paroki St. Stefanus, rekan yang bekerja si Seksi Sosial Paroki seringkali mendapat surat sakti dari sang pastor dari orang yang sama untuk mendapat dana bantuan seksi sosial dengan berbagai alasan yang senantiasa dipercaya oleh sang pastor yang kemudian ditanyakan kepada beliau apakah tidak menyadari kalau sedang dibohongi berkali-kali. Sambil tersenyum beliau malah bercerita tentang gembala dan serigala, yang mana si gembala karena usilnya sering berbohong berteriak minta tolong penduduk yang kemudian ternyata tidak ada serigalanya dan suatu saat serigala benar datang tiada seorang pendudukpun yang datang membantu, hal ini menurut sang pastor tidak boleh terjadi, lebih baik dibohongi berkali daripada harus berbuat salah satu kali
I rise on the wings of the morning, or decend to depths of the sea. From the east to the west, from the beginning to the end. Oh Lord You are there for me Everything I speak, You hear Everything I do, You see Everything I think, You know From a far You understand all of me
apalagi sang pastor sangat mengetahui kehidupan ekonomi keluarganya. Sewaktu dijelaskan oleh Dr. Bambang Darwono di RS Pluit tanggal 11 Januari 2012 menjelang tengah malam mengenai hasil biopsi bahwa penyakit sang pastor adalah kemungkinan cancer multiple myeloma yang cukup ganas, dua orang yang saat itu mendampingi sang pastor sungguh shock, yang satu gemetar memegang erat pundak pastor dan yang satu dengan nada keras mengatakan bahwa mungkin telah salah periksa karena pernah Dr. Bambang Darwono mengatakan,
setelah dilakukan tindakan vessel plasti ditulang belakang sang pastor maka penyakitnya akan sembuh. Akan tetapi justru sang pastor yang menenangkan mereka, beliau dengan tenang yang berdiskusi dengan Dr. Bambang Darwono tindakan-tindakan yang harus dilakukan selanjutnya. Pernah sewaktu menjalani kemoterapi di ruang khusus kemoterapi di rumah sakit St. Carolus, atmosfir ruangan yang agak mencekam menjadi ceria dengan pemberian berkat sang pastor kepada sesama pasien yang sedang menjalani kemoterapi dan para
44
perawat diruang tersebut, kemudian sang pastor mulai menceritakan riwayat penyakitnya kepada pasien disebelahnya yang didengar juga pasien lainnya, ruangan yang semula sunyi mencekam menjadi ajang perkenalan dan saling menguatkan antar pasien. Luar biasa, sejenak semua melupakan permasalahan berat yang mereka hadapi, malah saling menguatkan. Sewaktu beliau dirawat di rumah sakit St. Carolus pernah dikunjungi seseorang yang bernama pak Samuel untuk ke tiga kalinya, yang beberapa jam sebelum wafatnya pastor Fix bercerita sambil berlinang air mata, bahwa pada tahun 1974 pak Samuel bertemu pastor Fix di Palembang saat sang pastor menyelimutinya yang sedang kelaparan dan kedinginan tidur di-emper-an tempat tinggal pastor, pak Samuel meminta “paksa” baju, arloji dan uang kepada sang pastor yang semuanya diberikannya kecuali uang yang menurut sang pastor beliau tidak punya, akan tetapi dibuatnya suatu memo yang ditujukan pada seseorang agar pak Samuel diberi uang dan dari memo itu diketahui pastor itu bernama Thomas Fix, SCJ. Sejak itu tidak pernah bertemu lagi
Melihat kerabat keluarga yang berkumpul penuh harap pada sang pastor, beliau begitu terenyuh dan dirinya siap dipermalukan, beliau mulai berdoa yang menurutnya saat itu 100% mengandalkan Allah, tidak ingat lagi apa yang diucapkan dalam doanya, aneh, anak itu mulai bergerak dan tidak lama kemudian minum dan bangun. Menurut beliau bahwa suatu doa akan bertaut kalau yang didoakan penuh harap dan yang mendoakan harus 100% mengandalkan Allah.
sampai didapatnya kabar bahwa ada pastor bernama Thomas Fix, SCJ yang dirawat dirumah sakit St. Carolus. Pernah pada suatu kesempatan ditanya kepada sang pastor, apakah selama karya misinya pernah terjadi mujizat atau hal-hal yang agak sejenis dengan itu, setelah berpikir beberapa saat beliau menjawab tidak tahu, akan tetapi beliau bercerita tentang mulai mengertinya doa yang benar. Saat beliau sebagai pastor muda, sering bertugas melayani misa kudus pada stasi stasi di pedalaman Sumatera Selatan secara berkala. Suatu saat pada suatu stasi sesudah misa kudus di suatu keluarga katolik, beliau di “paksa” untuk mendoakan keluarga tetangga non-katolik yang anak kecilnya sedang sakit keras berbaring diam saja.
Pernah beliau katakan bahwa sering kali pada pagi hari sekitar pukul 3 pagi terbangun dan bercakapcakap dengan Tuhan serta acapkali berbincang dengan almarhum ibunya Irene. Sungguh suatu misteri yang tidak terjawab. Seringkali dalam sunyi keheningan dan sejenak berhentinya peredaran waktu, terdengar sapaan lembut sang Pastor, “Hallo kawan, apa kabar?” Sungguh pastor Fix adalah satu santo yang hidup diantara kita yang semasa hidupnya berlalu dimata kita tanpa disadari yang sekarang tinggal kenangan indah. Selamat berkumpul dengan para kudus di surga pastor Fix, doakanlah kami umatmu yang masih mengembara di dunia ini.****
45
46. ORBITAN LEPAS
Budi Kurniawan
B
arangkali Anda sudah mengetahui makna filosofis mengapa Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut untuk manusia. Ya, satu mulut dan dua telinga menjadi simbol bahwa manusia seharusnya lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Mendengarkan adalah keterampilan sederhana tapi tak sesederhana yang dibayangkan. Ketika menjadi seorang pendengar, kita dituntut untuk menaruh perhatian penuh pada lawan bicara dan mampu merespons dengan tepat. Selain itu, mendengarkan adalah proses meluruhkan ego manusia. Misalnya, kalau tak terbiasa mendengarkan, seorang manajer akan merasa “dikalahkan” ketika ada staf biasa yang memiliki ide brilian dan bisa berdampak besar bagi perusahaan. Ia
akan sulit mendengarkan pemaparan yang disampaikan bawahannya. Kenapa? Jelas, karena egonya merasa terusik. Hal pertama yang bisa Anda lakukan untuk menjadi pendengar yang baik adalah fokuskan perhatian pada lawan bicara. Gunakan kontak mata (asal jangan berlebihan) dan jangan seringsering mengecek ponsel atau melirik jam tangan. Aktivitas itu bisa menjadi simbol bahwa Anda tak nyaman dengan lawan bicara. Buat lawan bicara merasa bahwa fokus Anda memang untuk mereka. Kedua, hindari memberikan respons yang fokus pada pengalaman pribadi. Seringkali ketika ada orang yang menyampaikan ide atau sekadar curhat, kita menanggapi dengan kalimat yang fokus pada diri sendiri.
Misalnya,”Dulu cara yang aku gunakan seperti ini dan berhasil” atau “Oke, tapi sepertinya masalah yang kualami lebih berat daripada masalahmu”. Coba ganti dengan kalimat yang lebih positif, misalnya,”Ide ini orisinal, tapi kita harus mengujinya dulu sebelum diterapkan dalam skala besar.” Ketiga, biarkan lawan bicara menyelesaikan seluruh ucapannya dahulu. Apakah Anda sependapat atau tidak dengan ucapannya, itu urusan belakangan. Sebagai pendengar, tugas kita adalah mendengarkan dan menyampaikan saran, jika memang diminta. Untuk hal-hal yang bersifat pribadi, terkadang seseorang hanya ingin didengarkan. Cukup didengarkan saja, tanpa kita perlu menyampaikan apa-apa. Jadi, sudahkah kita menjadi pendengar yang baik?****
47. ORBITAN LEPAS
Selamat jalan
Pak Sabar Terindah dalam hidupku mengenalMu Terindah dalam hidupku mengenalMu Ku ingin selalu, lebih mengenalMu Terindah dalam hidupku mengenalMu
semua akhirnya dibaptis menjadi Katolik. Sabar Prasojo adalah harapan menjadi orang yang sabar dan sederhana, terjadilah demikian. Beliau penuh kesabaran mendampingi kami para katekis dan selalu memotivasi, menyemangati serta mendorong bila ada teman-teman katekis yang merasa lelah ataupun kecewa dalam memberikan pendampingan iman umat.
Peti Jenazah Pak Paulus Sabar
L
agu yang dinyanyikan sahabatsahabat Choice seakan masih terngiang di telinga, walaupun dia sudah pergi meninggalkan kita semua. Paulus Sabar Prasojo, itulah nama lengkap seorang katekis senior yang lebih akrab dengan panggilan Pak Sabar. Pak Sabar sangat menghayati nama itu. Sebagai Paulus seorang pewarta Yesus, dia tidak pernah lelah mengajar, mewartakan tentang siapa Yesus dan
kabar baik yang dibawaNya. Bahkan selalu mengatakan dalam ilustrasinya “yuk kita buat warung katekese” dimana setiap orang bisa bertanya apapun tentang iman akan Yesus yang dihayatinya, ajaran Gereja Katolik dan sebagainya supaya orang Katolik tidak ada keinginan jajan ke warung tetangga. Pendampingan iman juga dilakukan dalam keluarga besarnya, sehingga orangtuanya yang beragama muslim
Penampilannya selalu sederhana dengan kemeja lengan pendek dan rambut yang kadang agak gondrong bila tidak sempat cukur. Senyumnya selalu penuh arti dan tidak bisa dengan mudah kita tebak apa yang ada dibenaknya. Pak Sabar yang lulusan Institut Teknologi Surabaya aktif mendampingi kaum muda, pasutri dan tergabung dalam komunitas choice. Banyak membantu mengentaskan kemiskinan baik dalam keluarga maupun masyarakat dengan pemberdayaan kemampuan yang ada. Semua saudara dari saudara kandung maupun ipar dibantunya dengan meningkatkan pendidikan mereka sehingga mereka bisa bangun untuk memampukan dirinya sendiri. Tidak ada tanda-tanda beliau sedang sakit, walaupun memang sejak bulan November kondisi kesehatan beliau memang tidak prima seperti biasanya.
48
Pemberkatan jenazah oleh Romo Mardi
Pemberkatan jenazah oleh Romo Mardi Pada tanggal 4 Maret 2016 Pak Sabar bersama ibu masih terlihat mengikuti perayaan Ekaristi Jumat Pertama pk. 05.30 di gereja, pasangan ini melintas di depan saya saat mencelupkan jari mengambl air suci. Setelah misa beliau masih meneruskan dalam antrian untuk menerima sakramen tobat. Mengikuti prosesi perjalanan ketempat peristirahatan terakhir di San Diego cukup jauh memang tetapi perjalanan lancar dan udara cerah sangat mendukung. Dalam mengantar kepergian beliau, sang adik, Bapak Paulus Komar Satriyono menceritakan saat-saat terakhir kepergian beliau menghadap Sang Khalik. Sebuah peristiwa yang menguatkan iman. Saat itu Sabtu tanggal 5 Maret 2016 setelah selesai melaksanakan upacara misa 100 hari ayahanda di Klaten, sekitar pukul 22.00 pak Sabar berkumpul bersama keluarga besar (adik-adik dan kakaknya). Pertemuan melepas kerinduan baru berjalan sekitar 15 menit, tiba-taba pak Sabar merasa sesak nafas dan beliau minta oksigen: “aku perlu oksigen”. Karena di klinik terdekat tidak ada oksigen, beliau dibawa kepuskesmas untuk mendapatkan oksigen. Tetapi beliau mengatakan: “aku ora kuat” lalu atas saran paramedis sekitar pukul
23.15 beliau dibawa ke RS Bagas Waras Klaten untuk mendapatkan pertolongan. Dan dalam kesesakan nafasnya beliau mencari Tuhan: ‘Tuhan…Tuhan, dimana Engkau” dan dengan berkatakata yang kurang jelas sepertinya ada komunikasi beliau dengan Tuhannya…. yang kemudian dengan sangat jelas beliau mengatakan: “Terimakasih Tuhan” lalu sesaknya agak berkurang. Dan pada pukul 00.30 WIB beliau benar-benar berangkat menghadap Tuhan, Allah Bapa yang Maharahim meninggalkan kita semua. “Selamat jalan Pak Sabar…” (~ye2n~)
Keluarga dan kerabat yang menghadiri misa
50. KEPANITIAAN
Pelindung
: Rm. Antonius Sumardi, SCJ Rm. Paulus Setiadi, SCJ
Pendamping
: F.B. Eddy Cahyanto Anton Sunyoto Pius Arie Woren Lera
Ketua Umum Wakil Ketua Umum
: Aloysius Ivakdalam : Y.P. Suwardi
Sekretaris I Sekretaris II
: Dodik Danantijo P. : Dominikus MD
Bendahara I Bendahara II Bendahara III
: R.M. Edmi Sulistiati : Retno Tri Widiyanti : Vera Yanthy
SUSUNAN PANITIA PASKAH 2016 PAROKI ST. STEFANUS CILANDAK
Ketua Bidang I : FX. Suwartanto Ketua Bidang II : Cyrilus Kiswara Ketua Bidang III : Fransiskus Leu
Sie Dana
: Wies Ari Wardana L. Triyanto Hariawan Ant. Sudaryono Lukman Tanuwijaya Hendrikus Kopong Doni
Theresia Patty Yulianus Adi Suryanto Agustinus Yudi E. Fx. Budi Kurniawan
Lelis Suwartanto Martina Wijaya Gregoria Magdalena Rosalia Ina
51
Sie Konsumsi
: Th. Nunung Adhi Isnanto Sri Handayani Ceicilia Hananto Margaretha Rosita Katarina Damenak Tobing Andreana Ratinem Ny. Suradi
Yulita Maspaitella Erna Suwarsih Irene Retno Nuryanti Maria Goretti Margaretha Mole Ny Suparman
Ny. Narmo AA Handayani Dewi Deisy Ch. Polii Maria Veronica Cecilia Amasuba
Sie Perlengkapan
: Gregorius Jupri Irianto F. Bambang Sutarsono Yohanes Maryono Yohanes Trisno Widiyanto Laurens Wungu Belen Gaspar Ampolo Agus Sumarmo
FX. Sudiyono Yoseph Suyadi Yairus Pareira Frans Kuja Making Robertus Maman Felix Lonek Ama V. Suhartono
E. Herry Suharyanto Andreas Sutarno Simon Sadimaran Rofinus Sensus Marwoto Hilarius M. Ama
Sie Liturgi
: Agus Maryana Stefanus Sugiyantoro Heri Pang Gede Gregorius Subang
Anton B. Suritno Karolus Kapitan
M. Setyo Nantoro Paulus Suryo
Sie Paskah Anak
: Regina N. Theresia Endang M Prakasita Wigati Maria Angelica P Dian Mitha Sari Yolenta Joan Irine Sari Dwi A
Tria Tuto Soge Indri Fransiska Purnomo Maria Joana Sura Ola Tasya Da Silva Desty
Cresentia Wirasti Stanisla E. Enggarsari Sari Th. Rosita Maria Da Silva Christine Tobing Hubertus Loda
Sie Baptis Dewasa
: Yudas Tadeus Swikanto Silvia Hartono
Endang W
Cyrilius Kilian Naoe
Sie Dekorasi
: A. Suyoto Ignasius Tommy F. Turino Abu Wismanto Ning Suhandoko
Yohanes Golod P. Kriswanto Priyolelono
Yulius Joko Inosensio
Sie Publikasi & : Dokumentasi
Setyo Listiantyo
Sie Kesehatan
: dr. Islinawati Rosita Maman
Sie Umum
: Hendrikus Kopong Antonius Tokan Nikodemus Ratu Michael Wellykin
Wenny Tjonari
Petrus Lamawuran Hendrik Hena
Houtman Sugiantoro
53. TUNAS STEFANUS
Pedro Immanuel Jadiate Sinulingga
T
erlahir sebagai anak bungsu dari 3 (tiga) bersaudara, dan jarak umur yg terpaut 7 (tujuh) tahun dengan abang di atasnya, membuat anak ini sedikit manja karena mengerti benar bahwa dia merupakan tempat curahan kasih sayang orang tua dan saudara-saudaranya. Anak ini bernama Pedro Immanuel Jadiate Sinulingga, sehari-hari dipanggil Pedro, lahir dari pasutri Pedah Sinulingga dan Maria Tarigan (Lingkungan Thomas Aquino) pada Desember 2007. Sedari kecil orang tuanya rajin membawa anak ini ke Sekolah Bina Iman (SBI) St. Stefanus Cilandak, karena keyakinan bahwa pengenalan akan Allah melalui iman Katolik sejak dini akan membawa anak ini bertumbuh dgn baik. Pada awalnya tidak terlalu mudah, bahkan harus sedikit dipaksa atau dijanjikan sesuatu sebagai “imbalan” apabila dia mau masuk kelas Bina Iman. Tapi puji Tuhan, dari rasa enggan dan sedikit malas, Pedro tumbuh jadi anak yang senang dan sudah
Tentu saja itu berkat karya Roh Kudus yang bekerja di dalam dirinya, dan juga berkat pelayanan kakak-kakak pembina SBI St. Stefanus yang sabar dan penuh kasih. Selain itu memang sejak kelas playgroup sampai sekarang kelas 2 SD, orang tuanya mempercayakan Pedro dididik di Yayasan Pendidikan Charitas. Sejak mengenyam pendidikan di TK dan SD Charitas, Pedro terlihat bertumbuh sangat bagus, baik dalam pengetahuan maupun karakternya.
berinisiatif sendiri mengikuti Sekolah Bina Iman setiap hari Minggu.
Meskipun kedua orang tuanya boleh dikatakan tidak punya waktu yang cukup dalam mendampingi Pedro belajar di rumah karena kesibukan bekerja, namun progress perkembangan akademisnya sampai saat ini selalu meningkat dari waktu ke waktu. Smua berkat kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan semoga Pedro tetap bertumbuh dalam iman dan diperlengkapi dengan segala yang baik untuk suatu saat menjadi alat yang hebat di tanganNya....Amin****
54. DANA PAROKI Dana Paroki St. Stefanus MARET - 2016 No Wil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 7 8 8 8 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12
Lingkungan
Kode
St.Hubertus St.Yoh.Pemandi St.Gregorius St.Yudas Tadeus Sta. Theresia Sta.M.Immaculata Sta.Maria Fatima Sta.M. Bernadette St.Markus St.Nicodemus St.Oktavianus St.Paulinus St.Quirinus St.Antonius St.Clementus Sta. Faustina Sta.Angela St.Bartholomeus Emmanuel Sta.Ursula St.M.Magdalena St.Aloysius St.Thomas Aquino Sta.Helena Romo Sanjoyo St.Simeon Sugiyopranoto St.Theodorus St.Paulus St.Timotius Sta.Veronica St.Bonaventura St.Bonifacius Keluarga Kudus St.Yoh Don Bosco St.Kristoforus Sta. Maria Goretti Sta.Maria B.Setia Sta.Felicitas Sta.Anastasia Maria Ratu Damai St.Bernadus St.Dionisius St.Elias
HBS YPE GRR YTA THE MIM MFA BDE MKI NDS OTS PLN QRS ATS CLS FSA AGE BTS EML URS MMA ALS TAQ HLN RSO SMN SGO THO PLS TTS VRA BVA BFS KKS DBD CRS MGI MBS FSE ANS MRD BDS DNS ELS
Perhit.
7 Mar16
Amplop 4 1 7 3 10 8 12 12 11 4 3 3 7 6 1 6 7 6 6 1 9 3 5 10 2 13 3 7 1 6 2 3 1 3 5
1
Lingk. ?
650,000
2
Lingk. St. Markus (Jan. s/d Jun. 2016)
750,000
3
Lingk. ?
420,000
4
Lingk. Emmanuel (Jan. s/d Jun. 2016)
750,000
5
Lingk.Sta. Bonifasius (Maret s/d Juni 2016)
800,000
6
Lingk. Sta. Maria Fatima
150,000
7
Lingk. Sta. Maria Goretti (Juli s/d Des. 2015)
450,000
8
Lingk. St. Nicodemus (Feb. s/d Sept. 2016)
9
Lingk. ?
1,000,000 600,000 Total
Perhit. 14 Mar16
RP Amplop 260,000 9 10,000 17 275,000 8 138,000 2 150,000 290,000 3 383,000 890,000 14 500,000 4 260,000 2 225,000 3 350,000 7 600,000 6 240,000 28 50,000 650,000 5 920,000 2 700,000 3 225,000 3 10,000 6 540,000 5 6 35,000 2 22,000 5 10 68,000 3 30,000 5 307,000 10 1 90,000 8 7 380,000 7 5,000 4 140,000 3 100,000 300,000 100,000 1 250,000 1 1 420,000 -
5,570,000
Perhit. 21 Mar16
Perhit.
28 Mar16
RP Amplop RP Amplop RP 1,800,000 4 300,000 375,000 1,545,000 5 120,000 5 235,000 55,000 11 590,000 13 615,000 1 20,000 6 85,000 135,000 1 50,000 1 50,000 345,000 4 280,000 1 15,000 240,000 4 130,000 7 190,000 300,000 3 90,000 2 80,000 200,000 5 290,000 4 270,000 400,000 1 150,000 2 100,000 5 600,000 220,000 1 70,000 880,000 6 400,000 2 200,000 5 400,000 2,500,000 5 1,600,000 9 1,290,000 70,000 2 200,000 3 200,000 400,000 3 650,000 90,000 15 795,000 6 160,000 235,000 4 60,000 3 25,000 155,000 5 350,000 7 390,000 35,000 14 82,000 3 155,000 30,000 4 75,000 49,000 3 8,000 4 17,000 92,000 20 119,000 25,000 7 41,000 5 55,000 110,000 24 1,255,000 3 50,000 560,000 3 60,000 100,000 350,000 3 60,000 2 125,000 276,000 3 121,000 1 25,000 385,000 8 78,000 4 140,000 65,000 2 100,000 3 250,000 1 20,000 3 75,000 23,000 2 14,000 4 140,000 9 940,000 1 20,000 4 150,000 10 840,000 50,000 9 420,000 3 180,000 50,000 3 70,000 50,000 4 120,000 6 335,000 2 200,000 9 430,000 1 150,000 3 250,000
DONASI PENGGANTIAN BIAYA CETAK MAJALAH MEDIAPASS FEBRUARIMARET 2016 Terima kasih atas donasi yang telah diberikan, kami menunggu kontribusi Anda di edisi-edisi berikutnya. Harap memberitahukan apabila donasi dikirim melalui transfer. Untuk setiap penerimaan donasi, akan diberikan bukti penerimaan resmi.
56