Media Komunikasi Paroki St. Stefanus, Cilandak - Jakarta Selatan
139 Th.XIV
#
Maret 2016
Manusia 28 Hidup Tidak Ada Artinya Tanpa Kasih
Sungguh 41 Allah Baik dan Saya Diberkati
52
Memahami Dunia Penderita Down Syndrome
3. KERLING
Kasih Tiada Batasnya Kasih adalah perasaan yang dimiliki oleh setiap manusia, perasaan ini akan timbul apabila manusia tersebut mempunyai rasa memiliki dan menyayangi. Namun kasih juga mempunyai makna yang beragam. Kasih berarti menyayangi Kasih berarti mencintai Kasih berarti membahagiakan orang yang kita kasihi. Kasih kepada Tuhan berarti mencintai Tuhan dengan cara menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam edisi ini membuka makna Kasih ditinjau dari sisi keimanan, bagaimana kita sungguh-sungguh menerapkan kasih itu dalam kehidupan saat ini, seperti yang disampaikan St Paulus kepada jemaat di Korintus (1 Kor 13: 4), menunjukkan betapa mulianya Kasih itu. Dalam kesempatan inipun, redaksi juga memperkenalkan kongregasi yang belum banyak tahu mengenai kongregasi ini. Melalui seorang biarawati sederhana, beliau akan memberikan sharing kepada kita untuk mengenal lebih dalam tentang Kasih dan latar belakang mengenai kongregasinya. Semoga bermanfaat dalam kehidupan nyata saat ini, juga dalam mempersiapkan hati kita menyambut pekan suci dan Paskah tahun ini. Tuhan Memberkati.
Pimpinan A. Setyo Listiantyo (Tyo) Creative Design Agung E. Wijanaro, Triasputro (Put), Benny Arvian, Lucia Asri Ayu Heryanto (Cia) Redaksi Paulus Sihombing (PAS), Adiya W. S (Dya), Kornelius Jemada (KJ), Felicia N (FN), Donald Saluling (DS), Veronica Putri Larosa (VPL), Prima Pasaribu (Pr), Saverinus Januar (Ver), Ignatia Astrid D. F (As), Stevanus Putro (SS), Maria Love (Mary), Cicilia Putri (CP), Paulus Noven Lando (Lnd) Facebook
[email protected] Artikel atau peliputan
[email protected], +62813-28130513 Iklan & Donasi Dian Wiardi (+818-183419) No rekening Komsos BCA dengan no 731.0278879 an. Mirjam
Anindya Wiardi atau R. Prakoso
Penerbitan Majalah MediaPASS dibawah perlindungan Dewan Paroki St. Stefanus Cilandak melalui Seksi Komunikasi Sosial Ketua Dewan Paroki Antonius Sumardi, SCJ Penasehat KOMSOS Dauddy Bahar Ketua Seksi KOMSOS Agustinus Sonny Prakoso Sekretaris Theofilus Prisko Laka (Ko) Bendahara Dian Wiardi (DW) Koord. Unit Kerja A. Setyo Listiantyo Koord. Unit Media Dian Wiardi Koord. Unit Teknologi Informasi (IT) Sukiahwati Hartanto Web Page www.st-stefanus.or.id Email
[email protected] twitter @ParokiStefanus Redaktur Sukiahwati Hartanto Programmer Yorren Handoko Administrator Patricia Utaminingtyas Maintenance Waluyo, Erwin Sibarani Warta Paroki Dian Wiardi, Yohanes Ledo Radio/Video/TV/Facebook Triasputro, Benny Arvian Mading/Akrilik Kornelius Jemada Twiter Susan J, Irene.
Daftar Isi 2.
All New Komsos St Stefanus
3.
Kerling
7.
Seputar Paroki - Wilayah 3
9.
Misa awal tahun 2016 Wil 12
11. 15.
Makan Bersama CCC
17.
Legio Jr. Berziarah
19.
Perayaan Orang Sakit Sedunia
22
Rapat Dewan Paroki Pleno
27.
Tunas Stefanus - Maurelle
33.
Pesona Sabda - Bicara Tentang Cinta
37.
Opini
39.
Cerpen - Lily yang Pudar (bag IV)
47.
Masa Puasa Masa Memerdekan Diri
49
Musik Liturgi - Musik Rohani
56.
Santo - Santa
58.
Dana Paaoki
Merayakan 31 th Hidup Membiara
Ilustrasi
13
.
Sintiana
Pesta Nama Lingkungan St TImotius
23
.
PROFIL - Kasih Tidak Mengenal Ego
7. SEPUTAR PAROKI
3
WILAYAH Kegiatan Natal Penulis & Foto
PAS
D
itengah suasana kegembiraan Natal dan Tahun Baru, dekorasi yang sederhana namun menawan serta suasana yang penuh kekeluargaan Wilayah III Santo Ambrosius pada hari itu merayakan Misa Syukur dan Perayaan Natal serta Tahun Baru. Keluarga Bapak Sanko dan Ibu Wan Lie berkenan membuka pintu rumah mereka untuk pelaksanaan acara tersebut. Selaku Pastor Paroki, Romo Antonius Sumardi SCJ berkenan hadir dan mempersembahkan Misa Syukur di Wilayah III. Warga wilayah III Santo Ambrosius, sangat antusias menghadiri serta mengikuti acara tersebut. Hal itu dapat dilihat bahwa kursi yang disediakan sebanyak 200 kursi ternyata pas. Warga yang hadir dalam acara
tersebut cukup beragam mulai dari anak-anak sampai lansia. Misa pada hari itu dimeriahkan oleh koor wilayah III dengan dirigen Tiko. Lagu pujian yang mereka bawakan membuat warga
8
yang hadir pada saat itu merasakan sukacita Natal dan Tahun Baru. Setelah misa selesai, wilayah III mendapatkan kunjungan dari pengurus Kepemudaan Paroki St. Stefanus. Mas Herdi selaku ketua Seksi Kepemudaan, mengajak para OMK wilayah III untuk lebih berperan aktif baik di wilayah maupun di paroki. Hal tersebut dilakukan agar OMK wilayah III bisa hidup dan melakukan berbagai kegiatan demi kemajuan kehidupan menggereja. Selain itu warga dihibur oleh penampilan OMK Paroki berupa modern dance yang merupakan salah satu kegiatan OMK di Paroki.
Dengan tak kalah menariknya, ternyata pada acara tersebut wilayah III menampilkan salah satu potensi dari OMK yaitu berupa Band. Band tersebut membawakan lagu-lagu Natal. Penampilan mereka yang membawakan lagu-lagu Natal, membuat warga merasa terhibur dengan bernyanyi bersama. Namun demikian Koordinator wilayah III, Ibu Regina merasa mulai tahun 2016 wilayah III harus lebih baik dari tahun sebelumnya dan mulai mengembangkan kegiatan OMK di wilayah III serta mengucapkan banyak terimakasih atas peran serta warga dalam mensukseskan terselengaranya Misa-Perayaan Natal serta Tahun Baru pada hari itu.
9. SEPUTAR PAROKI
Misa Awal Tahun 2016
M
isa wilayah awal tahun 2016 dilaksanakan oleh Wilayah 12, Paroki St. Stefanus, Jakarta Selatan pada tanggal 27 Januari 2016, pukul 17.00 di salah satu kediaman anggota wilayah. Misa dihadiri oleh sekitar 60 orang anggota Wilayah 12 yang terdiri dari 3 lingkungan yaitu Lingkungan St. Bernardus, St. Dionisius dan St. Elias. Wilayan 12 yang memiliki nama pelindung Santo Fransiskus Asisi merupakan wilayah termuda dari paroki yang berlokasi di Cilandak ini.
Koor yang terbentuk dari wilayah 12, Ben El Dion merupakan gabungan dari nama 3 lingkungan yang bernaung di dalamnya. Koor ini sendiri, pertama kali menandungkan suaranya di Gereja saat
Penulis & Foto
SJ
12
WILAYAH
17 Agustus 2015 pada perayaan hari Kemerdekaan RI yang ke 60 tahun. Setelah Misa awal tahun diakhiri dengan pemberkatan oleh Romo Antonius Sumardi SCJ kemudian dilanjutkan dengan makan malam bersama dan acara door prize. Ibu Lanny Irawan sebagai Ketua Wilayan 12, mengajak agar tamu undangan yang hadir bersedia terus aktif dan mengajak anggota yang belum aktif untuk ikut serta mengikuti paduan suara yang sudah terbentuk. Hal ini juga diamini oleh Bapak Felix Handawi (ketua lingkungan Elias), Bapak Hadi (Dionisius) dan Pak Soewadji (Lingkungan Bernardus), dimana mereka berharap sebagai wilayah termuda
10
bisa mempunyai semangat muda untuk bersama-sama anggota aktif melayani Yesus dan gereja.***
11. SEPUTAR PAROKI
MAKAN BERSAMA LPJ Panitia CHRISTMAS CHARITY CONCERT SERAPHIM
M
asih ingat dengan persembahan terbaik dari suara suara emas paduan suara Seraphim gereja St. Stefanus Cilandak? Tentu masih ingat dong. Acara spektakuler yang diselenggarakan di November lalu ini memang secara khusus dipersembahkan untuk penggalangan dana pembangunan rumah biara induk (propinsialat) Kongregasi Imam – Imam Hati Kudus Yesus - SCJ di Palembang.
Penulis & FOTO
Pr, SS
12
Restaurant Kirishima Pondok Klub Villa Apartment menjadi tempat pilihan pantia.
Pukul 16.00 Wib lebih sedikit acarapun dibuka. Diawali dengan ucapan terima kasih dari Rm. Paulus Setiadi, SCJ kepada seluruh panitia, lalu di-lanjut dengan pemaparan Laporan Pertanggung Jawaban Panitia oleh Sang ketua, Bpk. Jaston Sinaga. Kali ini Japanese
Semangat serta kerja keras panitia memang patut diacungi jempol, mengingat acara tersebut menuai sukses luar biasa. Tidak terasa, tepat ditangal, Sabtu, 30 Januari 2016 konser tersebut sudah 2 bulan berlalu. kurang lebih sekitar 1,1 Milyar Rupiah, itulah angka fantastis yang berhasil dikumpulkan oleh panitia. Tentu siapa pun yang mendengarnya akan ikut merasakan kegembiraaan keberhasilan dari acara tersebut. Sebagai wujud kebahagiaan para romo atas terselenggaranya acara Charity Christmas Concert (CCC) 2015 tersebut, Rm. Paulus Setiadi, SCJ membagikan setiap panitia yang hadir kalung khas SCJ dan rosario sebagai cenderamata kepada para panitia dan peserta yang datang. Dan akhirnya acarapun ditutup dengan doa makan bersama. Harapannya semoga diwaktu waktu yang berikut, akan ada lagi Charity Christmas Concert selanjutnya.***
13. SEPUTAR PAROKI
H
ari begitu cerah, c u a c a yang sangat bersahabat sekitar jam 08.00 pagi sudah ada kesibukan disana, tepatnya Pada tanggal 30 Januari 2016 jam 10.00 pagi bertempat di Aula Serbaguna SD Charitas, diadakan Pesta Nama Lingkungan St. Timotius dengan Tema “Ucapan Syukur dan Nasehat Untuk Bertekun” TIM 1:3-11”. Acara tersebut berlangsung dengan sangat khidmat. Pembukaan acara diawali dengan misa syukur yang dipimpin oleh Romo Paulus Setiady SCJ. Dalam kotbahnya beliau memberikan penjelasan tentang Santo Timotius yang berani memilih jalan kepada Tuhan yaitu jalan Kristus, memilih pelayanan yang diwariskan adalah iman dan keselamatan kekal. Antusias umat dari lingkungan St. Timotius pun sangat terasa, seperti terlihat sekitar 80an orang dewasa yang hadir pada perayaan ekaristi tersebut. Ketua panitia dalam acara itu adalah Bapak Daryono dan ketua Lingkungannya oleh Bapak F.X Suwartanto. Usai acara saat ditemui salah satu anggota panitia, beliau menyampaikan bahwa seharusnya acara tersebut itu jatuh pada hari Selasa, 26 Januari 2016, tapi karena ada kondisi satu dan lain hal maka diambilah hari sabtu.
PESTA NAMA LINGKUNGAN ST. TIMOTIUS WILAYAH Penulis
Ver
Foto Cia
8
Setelah perayaan ekaristi dilanjutkan dengan pemberian apresiasi kepada beberapa umat sebagai bukti pelayanannya kepada Lingkungan Timotius yaitu Bapak Sukirno, Bapak Yafet Rabe. dan Ibu Nanto. Kemudian pemberian apreseiasi juga beberapa orang yang menerima sakramen Baptis dan yang terakhir adalah apresiasi untuk mereka yang menerima komuni pertama.
14
Disamping beberapa acara tadi, ada juga Anak-anak dan Ibu-Ibu Lingkungan St. Timotius itu yang juga mengambil bagian, diantaranya adalah Vocal Group Anak Sekolah Minggu Lingk Timotius, Tarian Poco-Poco oleh Ibu-Ibu dan terakhir tarian Barong oleh beberapa orang Bapak-Bapak, dan pada saat acara terakhirpun suasana pun serentak berubah, semuanya heboh menyaksikan pertunjukan tarian barong karena pertunjukan tarian tersebut menggunakan topeng. Setelah diisi oleh beberapa acara pertunjukan oleh warga Timotius langsung dengan acara santap siang. Acara berakhir sekitar pukul 15.00, semua warga satu persatu pun meninggalkan Aula tersebut. Sangat berkesan dan penuh cerita bagi beberapa umat yang hadir karena acara pesta nama berlangsung sangat khidmat juga menghibur serta menambah solidaritas antar umat di Lingkungan St. Timotius Paroki St. Stefanus Cilandak.***
15. SEPUTAR PAROKI
Penulis
Anastasia Marhaeni
Sore sejuk dibilas rintik gerimis tipis mewarnai langit kota Yogyakarta pada hari sabtu tanggal 13 Februari 2016. Sepanjang jalan, kuntum-kuntum mawar sudah mulai dijajakan, karena keesokan harinya adalah hari kasih sayang. Romo Marwoto SCJ dengan sumringah menyambut kami, ibu-ibu anggota koor WKRI cabang St Stefanus di halaman parkir. Wajahnya yang sabar kebapakan tak banyak berubah dari saat beliau menjadi gembala di paroki St. Stefanus, Cilandak. Bahkan ketenangan suasana kota Yogyakarta menambah aura teduh dalam tutur kata beliau. Sejenak kami saling berbagi cerita, tapi waktu yang terus melaju menuntun kami segera meninggalkan pelataran Scholastikat SCJ menuju kapel untuk menyambut SakramenEkaristi Kudus merayakan 31 tahun romo Marwoto SCJ mempersembahkan diri dan hidupnya menjadi imam kongregasi SCJ (HatiYesus yang Mahakudus) . Beliau menyampaikan homilinya secara khusus untuk memaparkan tugasnya mendampingi para frater di scholastikat SCJ. Atas rahmat Allah, saat ini ada 52 frater yang sedang menimba ilmu disana. 2 frater dari ordo OCSO “kost” ditempat yang sama untuk ikut belajar, saling berbagi dan memperkaya cara hidup mereka. 6 romo pendamping bersamasama mengusahakan yang terbaik bagi mereka. Selain berbagi ilmu, religiusitas dan cara hidup membiara, para room pendamping juga berusaha amat
16
keras memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mengurus pemeliharaan rumah tinggal dan menjalankan keberlangsungan kebutuhan rumah tangga bagi para frater merupakan tantangan yang tidak ringan dan tidak sederhana. Ketersediaan makanan, perlengkapan mandi dan kebersihan, membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dan terutama dana untuk pendidikan. Menjadi dosen di berbagai perguruan tinggi, menjadi pembicara dalam berbagai seminar serta stipendium menjadi andalan utama bagi 6 romo pendamping dalam mengumpulkan dana. Romo Marwoto SCJ menyiratkan sangat pentingnya dukungan doa dan dana dari umat, secara khusus dari umat paroki St Stefanus, dimana beliau pernah bertugas sebagai room paroki. Sekilas dikisahkan, pada masa yang lalu, mengenai Ibu Trimo, salah seorang umat paroki St Stefanus yang sangat gigih menjadi “kolektor” bagi para donator untuk para calon imam SCJ. Peribahasa sedikitsedikit lama-lama menjadi bukit adalah peribahasa yang sangat pas diterapkan dalam menggalang dana bagi para calon
imam. Beliau yakin akan besarnya antusias umat dalam membantu, bukan dalam jumlah bantuan yang besar, akan tetapi bantuan kecil yang dihimpun secara beramai-ramai akan menghasilkan dana yang cukup besar. Partisipasi dalam nominal kecil akan tetapi rutin dan diupayakan bersama lebih banyak umat, merupakan cara yang tepat untuk membantu pendanaan. Sudah saatnya sekarang ini seluruh umat paroki St Stefanus ditantang untuk mewujudkan harapan dan himbauan dari Romo Marwoto SCJ tersebut. Usai Ekaristi Kudus para room dan frater merayakan pesta imamat Romo Marwoto SCJ di ruang makan. Sukacita dan kegembiraan memenuhi ruangan saat kami bersama-sama menyanyikan lagu untuk beliau, setelah memotong kue, kami bersama-sama menikmati hangatnya tehmanis yang disajikan. Kami segera berpamitan supaya tidak menunda acara makan malam para room dan frater. Kami juga harus segera beristirahat karena keesokan paginya akan melanjutkan peziarahan ke 7 gua Maria dan candi Hati Kudus Yesus di ganjuran, Jogjakarta. Betapa kami bersyukur kepada Allah diberi rahmat hadir di seminari, sehingga dapat menyampaikan tulisan ini kepada saudara semua. Semoga memberikan inspirasi dalam menanggapi kebutuhan para seminaris. Amin.
17. SEPUTAR PAROKI
M
inggu, 10 Januari 2016, Legio Maria Junior Presidium Maria Diangkat ke Surga - St. Stefanus mengadakan Ziarah ke gerejagereja di Jakarta. Ziarah tersebut dalam rangka ikut ambil bagian dalam rangka Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah (TSLKA) dan mengamalkan Pancasila yang didengungkan oleh Keuskupan Agung Jakarta.
Legio Jr.
berZIARAH Penulis & Foto
Grace & Tiara
Kami berkumpul di Gedung Sekretariat pada pk. 07.50. Dengan pendampingan Fr. Surya dan kedua temannya yakni kak Sintus dan kak Wangsit, kami berangkat ke stasiun kereta Pasar Minggu dengan angkot. Kami membeli tiket untuk 17 orang dan naik kereta dengan tujuan stasiun Juanda. Dari stasiun, kami berjalan kaki menuju ke Katedral. Sesampai disana, Fr. Surya memberikan penjelasan tentang sejarah Katedral. Dalam penjelasannya, Fr. Surya menjelaskan bahwa Katedral dibangun pada abad ke-19 oleh Romoromo Praja dari Belanda. Sangat disayangkan ketika kami berkunjung ke Katedral, museum Katedral yang terletak di lantai paling atas gereja Katedral sedang tutup. Setelah cukup puas melihat-lihat bagian dalam Katedral, kami menuju Goa Maria untuk berdoa Kerahiman Allah bersama dan memanjatkan permohonan bagi Gereja dan bagi Legio Junior Paroki kita. Lalu kami berjalan kaki ke Pasar Baru dan bersantap di Bakmi gang Kelinci..
“waduh enak sekali… jadi pengen makan lagi deh …”. Setelah makan,kami berjalan kaki ke halte bus City Tour, rombongan 1 yang berjumlah 6 orang langsung mendapatkan bis, sedangkan sisa rombongan yang berjumlah 8 orang pergi ke Museum Nasional dengan menggunakan taxi dan bus City Tour berikutnya. Di Museum nasional kami menyadari bahwa indonsia begitu kaya akan budaya.
18
“Perziarahan merupakan bentuk pengorbanan dan penyerahan diri manusia kepada Tuhan dalam perjalanan sehari hari
Kami masuk ke Museum Nasional sekitar pk. 13.45; 2 jam berikutnya, kami melanjutkan perjalanan ke gereja Kristus Raja Pejompongan untuk menutup rangkaian ziarah dengan berdoa Tessera sembari menghaturkan doa permohonan kami masing-masing dengan membakarnya di depan Bunda Maria. Pk. 16.45, kami menyudahi ziarah kamidan pulang kembali ke Gereja St. Stefanus. Kami merasa sangat senang dalam ziarah kali ini, dan berharap bisa pergi bersama-sama lagi di lain waktu Ayo teman- teman, gabung Legio Maria yaaaa .. asyik lho.
19. SEPUTAR PAROKI
PERAYAAN EKARISTI HARI ORANG SAKIT SEDUNIA Penulis
KJ
G
ereja Katolik di sejumlah wilayah Indonesia mengadakan peringatan Hari Orang Sakit Sedunia ke-24 dengan berbagai kegiatan termasuk perayaan Ekaristi dan kunjungan ke rumah sakit. Di paroki St. Stefanus, perayaan ekaristi diadakan pada hari jumat, 12 Februari 2016 pukul 10.00 pagi di Gereja dan dihadiri sekitar 250 orang sakit. Misa diselenggarakan secara konselebrasi antara Romo Martin van Oij SCJ dan Romo Markus Malar OSA. Dalam homilinya, Romo Martin mengungkapkan bahwa Penyakit menempatkan keberadaan manusia dalam situasi krisis. Situasi krisis membuat orang bertanya mengapa Tuhan mengijinkan penyakit itu padaku, memang tidak heran jika kita mau protes, berontak, bahkan bisa sampai putus asa dan berpikir semuanya telah hilang dan tidak memiliki artinya lagi. Dalam situasi ini iman kepada Allah sedang diuji, namun pada saat yang sama dapat mengungkapkan segala sumber daya yang positif, bukan karena iman membuat penyakit atau penderitaan, tetapi Ia menawarkan
sebuah kunci yang dengannya kita dapat menemukan makna, sebuah kunci yang membantu kita untuk melihat bagaimana penyakit dapat menjadi jalan untuk lebih mendekatkan kita pada Yesus dan Bunda Maria-lah yang memberi kunci itu. jikalau kita mengalami sakit, berdoalah kepada Bunda Maria agar dapat mengantarkan doa kita kepada Yesus.
Gereja memperingati Hari Orang Sakit, karena Gereja memiliki kepedulian dan keberpihakan pada orang-orang yang sakit, miskin, dan terpinggirkan dan menderita. Sehingga dengan adanya berbagai kegiatan sosial yang telah dilakukan oleh Gereja, itu merupakan bentuk perhatian kepada mereka.
20
Pesan Bapa Suci Paus Fransiskus, kita diajak untuk mendalami Tema “Mempercayakan diri kepada Yesus yang berbelas kasih seperti Maria: Lakukanlah apa pun yang Dia katakan padamu, Yoh 2:5”. Tema ini diangkat dari kutipan bacaan Kitab Suci tentang “Perkawinan di Kana”. Dari kisah dalam bacaan tersebut, Bapa Suci ingin mengajak kita memiliki iman yang sama seperti Bunda Maria.
Bunda Maria mengungkapkan harapan kepada Yesus, tetapi Ia juga memasrahkan itu semua kepada kehendak Yesus sendiri. Bunda Maria percaya bahwa Yesus akan memberikan yang terbaik dalam situasi yang sulit. Iman seperti itu yang perlu kita teladani. Perayaan ekaristi diakhiri dengan pengurapan orang sakit dengan minyak suci kepada satu per satu umat, dan perarakan monstran yang diiringi dengan puji pujian dan doa,sehingga umat yang hadir bisa merasakan kehadiran yesus sang tabib yang ajaib. Perayaan ini terselenggara berkat kerja sama dari beberapa kelompok kategorial di paroki St. Stefanus seperti Legio Maria, KTM, PDKK, PAK, L a nsia ,Wa ra kaw u r i , Paguyuban Lektor Lektris, Prodiakon, PPA, Sie Liturgi, PSE dan Poliklinik. Semoga kerja sama yang ini dapat memberikan nilai positif bagi seluruh umat. TUHAN memberkati.***
22. POTRET GEREJA
Rapat Rutin Dewan Pleno Penulis& Foto
DW
Rapat Dewan Pleno diadakan pada hari Sabtu, tanggal 13 Februari 2016 di gedung Leo Dehon lantai 3. Rapat yang dimulai pada jam 9.15 sampai jam 14.30 inidihadiri oleh Ketua DPH, Wakil DPH, anggota DPH, Ketua Wilayah, KetuaSeksi, Ketua Bagian dan Ketua Kategorial. Tujuan dari rapat ini adalah membuat program-program untuk tahun 2016 dan meresmikan program-program yang sudah dibuat. Karena cukup banyaknya kegiatan yang diadakan, maka yang diprioritaskan untuk dicantumkan di program kerja adalah kegiatan-kegiatan antar seksi, bagian, antar kategorial dan antar wilayah yang meliputi paroki. Tetapi untuk kegiatan lingkungan yang bersifat rutin dan yang tidak menggunakan fasilitas di paroki tidak perlu dicantumkan di program karena itu adalah komunikasi antara ketua lingkungan dan warganya.
Setelah melakukan koordinasi kegiatankegiatan antar seksi, bagian, antar kategorial dan antar wilayah maka mereka menyampaikan kepada para anggota DPH yang ditugaskan untuk mencatat. Ada pun yang dicatat adalah nama kegiatan, PIC (Person in Charge) dan waktu.***
23. PROFIL
M
asa kecil dan keluarga
Saya lebih dikenal dan sering dipanggil suster Lulud, ketimbang nama yang biasa ditulis di dokumen resmi yaitu Yovita Triwiludjeng, lahir di Jakarta, 9 Juni 1970. Saya sangat senang dengan panggilan Lulud, karena bagi orang Jawa yang berarti manut, dan saya amat sangat manut pada kehendak Allah (saya rasa). Bapak dan Ibu saya berasal dari Jawa Timur, mereka bertemu saat berada di sekolah yang sama dan sayangnya mereka tidak pernah bercerita tentang kisah cinta mereka berdua, tetapi yang saya tahu mereka pasangan yang saling setia bahkan sekarang mereka berada dalam lubang makam yang sama. Tidak ada orang tua sempurna, tetapi bagi saya mereka sempurna.
Saya anak ketiga dari 4 bersaudara. Mereka bertiga sudah berkeluarga dan saya punya kakak/adik ipar dan keponakan yang selalu menjadi kerinduan untuk pulang ke rumah dan bertemu mereka. Sejak kecil saya lebih sering sendirian di rumah karena Bapak dan Ibu bekerja, sementara kedua kakak saya sekolah dan bermain dengan teman-temannya, sedangkan saya bermain sendirian. Hal yang paling saya ingat adalah setiap musim hujan tidak
24
ada satu haripun saya tidak mandi hujan, sementara anak-anak lain dilarang orang tua keluar apalagi mandi hujan, sementara Lulud kecil bebas mandi hujan sambil lari-lari keliling kampung hanya dengan celana dalam dan kaos singlet dan berakhir mandi di sungai dekat rumah. Musim hujan is my favorite season. Saya sempat tinggal menjadi warga Tomang Jakarta Barat hingga 7 tahun. Kemudian saya pindah ke Depok I, Bogor – Jawa Barat. Perumahan saya sunyi karena baru pindah dan hanya punya 4 teman. Ketika adik laki-laki saya lahir, sejak itulah Ibu saya memutuskan untuk berhenti bekerja. Karir pendidikan saya dimulai dari SD di Depok, SMP di Jakarta Selatan dan SMA di Depok serta Kuliah di Jakarta mengambil jurusan Manajemen
Pendidikan dan terakhir saya kuliah S2 di Yogyakarta Jurusan Religi dan Budaya tepatnya di Universitas Sanata Dharma. Panggilan Hidup Saat ini Saya menyebutnya pengalaman ditarik oleh Allah ketimbang tertarik pada Kongregasi dan tidak pernah terpikir untuk menjadi seorang biarawati, tetapi kemudian di usia 28 tahun, pada akhir tahun 1998, Allah punya rencana yang tidak pernah dikonfirmasikan sebelumnya, yaitu saya dipertemukan pada Suster RSCJ (Religious Hati Kudus Yesus). Pada waktu itu ada pameran panggilan di Gereja Katedral Jakarta, tanpa tahu sebelumnya hari itu misa pagi di Gereja Katedral dan saya tertarik untuk melihat keramaian yang tak biasa. Ternyata sedang terjadi sebuah pameran panggilan dan
25
kemungkinan hampir semua kongregasi atau ordo religious yang ada di Keuskupan Agung Jakarta hadir di sana menunjukan keistimewaannya masing-masing. Memang benar setiap stand dibuat semenarik mungkin. Pada waktu itu seorang Suster RSCJ Jepang membawa saya dan teman mengunjunginya standnya yang terletak diluar gedung Serba Guna Katedral tepatnya persis di depan pintu keluar. Karena letaknya disamping bangunan maka tidak banyak orang datang melihat. Stand Suster tua ini hanya terdiri dari meja kecil penuh dengan album foto Kerasulan mereka, yang paling banyak adalah foto dengan anak-anak jalanan. Salib kayu dari papua menjadi latar belakang stand mereka, sangat sederhana. Malam itu saya pulang ke rumah dengan hati yang galau maksimal (meminjam istilah pastor Ote, OCS). Saya merasakan ‘air mendidih’ mengaliri tubuh sehingga saya bertanya-tanya sendiri “ada apa ini? apa yang terjadi ?”. Sejak pertemuan itu saya tidak pernah hidup tenang selalu terbayang dan ingin sekali seperti mereka; penuh hidup, semangat dan sederhana. Setelah beberapa kali pertemuan dangan beberapa Suster saya putuskan “saya tidak akan tahu siapa mereka jika saya tidak tinggal bersama mereka” maka waktu itu saya putuskan untuk live-in. Kemudian saya pamit kepada orang tua untuk live in selama 1
s/d 2 minggu, dan saat itu masih belum berpikir untuk menjadi suster. Tetapi kemudian 2 minggu mengikuti live in, di rasa tidak cukup menjawab rasa penasaran saya tentang spiritualitas yang dihidupi oleh para Suster ini, tepatnya Hati Kudus Yesus yang tertusuk oleh tombak.
Masa live-in 3 bulan dan saya harus memutuskan masuk tahap berikutnya yaitu masa postualan 1 tahun. Kemudian berlanjut hingga novisiat yang harus dijalani 2 tahun., dan berlanjut ke kaul pertama yang harus dijalani selama 6 tahun sebelum berkaul kekal. Satu hari dalam doa saya dibawah salib, Yesus mengundang saya untuk memasuki luka bekas tusukan tombak. Undangan itu membawa pada situasi hati sendiri dan situasi dunia kita yang
26
“sakit” . Dunia terluka oleh ego yang melemahkan kemanusiaan kita. Saya mau menjadi tangan, kaki dan hati Tuhan . Pengenalan Konregasi Religieuse du Sacre Coeur de Jesus (RSCJ) dalam bahasa Indonesia (Religius hati Kudus Yesus) lahir di Perancis tahun 1800. Santa Madeleine Sophie Barat yang memulai kongregasi ini dengan misi utama Pendidikan untuk perempuan dan anak-anak miskin. Pada sekitar tahun 1800an di Perancis pendidikan diperuntukan bagi keluarga dan keturunan bangsawan. Maka Sophie mulai pendidikan berasrama bagi anak-anak yang berasal dari pedesaan. Sophie, belajar dari Louise kakak laki-laki yang sangat mencintai Sophie dengan keras. Sophie belajar membaca dari ibunya tapi kalau urusan belajar filsafat, teologi, sejarah, matematika, sastra dan ilmu pengetahuan lainnya dia belajar dari Louise kakak laki-lakinya yang adalah imam Jesuit. Santa Madeleine Sophie Barat, mendirikan kongregasi di Perancis dengan misi “memperlihatkan wajah dan cinta Tuhan bagi dunia yang terluka”. Sophie yang hidup di jaman itu memiliki visi yang luas dan dia berpesan kepada para Suster-Susternya “dunia berubah maka kitapun harus berubah”, dapat diterjemahkan situasi jaman berubah kebutuhan dunia berubah maka setiap
anggota RSCJ harus belajar terus menerus membuka hati dan menjawab kebutuhan di jamannya. Makna Kasih: Hambatan untuk melaksanakan hukum kasih adalah diri sendiri. Mari kita lihat kehidupan orang-orang Farisi dalam kisah Injil, sangat terlihat bagaimana kehidupan orang-orang Farisi yang bicara dan bertindak berdasarkan ego. Mencari-cari kesalahan Yesus, tampil berbeda dari orang-orang pada umumnya, mengatasnamakan adat istiadat yang menguntungkan diri sendiri ketimbang memperhatikan kehidupan orang lain yang sakit dan memerlukan bantuan segera. Sebaliknya Yesus berkata-kata bertindak berdasarkan hatinya yang tergerak oleh belas kasih. Kasih buat saya adalah menyadari perkataan, perbuatan dan setiap keputusan yang kita ambil semata-mata demi kemuliaan Tuhan. Bukan hal yang mudah juga tidak sulit modal utamanya adalah membuka diri untuk melihat kelemahan dan kekuatan diri dan terus berlatih untuk menjadi murid Tuhan yang setia dan satu lagi yang tak kalah penting tetap bersabar dan bertekun dalam doa.***
Utuk info lebih lanjut lihat/hubungi: https://rscjinternational.org/
Sr. Yovita Triwiludjeng (Lulud),RSCJ (081228941523) Sr. Gerarrdete Philipes,RSCJ (081214749846)
27. TUNAS STEFANUS
Maurelle
Penulis
Maurelle
Foto Maurelle & Mikaela
H
alo, nama saya Maurelle Almeira Sudarto. Saya biasa dipanggil Maurelle. Umur saya 10 tahun. Saya bersekolah di Mentari School Bintaro kelas 5 SD. Di sekolah, saya mengikuti sejumlah kompetisi seperti Science Quiz Bee, Math Quiz Bee, Spelling Quiz Bee dan Mandarin Quiz Bee. Beberapa minggu yang lalu saya mewakili Mentari School Bintaro mengikuti lomba Science dengan tema Bridge It On di Sekolah Bina Nusantara – Serpong. Yang paling saya suka dari bersekolah di Mentari adalah banyaknya improvisasi menarik dalam bentuk project dari berbagai pelajaran yang sulit, yang membuat kami lebih mudah mengerti pelajaran-pelajaran tersebut. Di Mentari, kami juga aktif mengikuti kegiatan koor pada perayaan ekaristi di gereja paroki Santa Maria Regina mewakili sekolah. Kegiatan saya selain di sekolah adalah les piano dan melukis. Saya mulai menekuni seni lukis sejak kira-kira delapan bulan yang lalu. Prestasi yang pernah saya dapatkan adalah memenangkan lomba lukis di Children Painting Festival, yang diselenggarakan oleh Paramount Serpong. Saya mempunyai seorang adik, bernama Mikaela. Dia berumur 5 tahun dan bersekolah di Sunflower Preschool kelas TK B. Kami berdua cucu dari Bapak Albert Sudarto dan Ibu Evie dari Lingkungan Emmanuel Wilayah V.
28. ORBITAN UTAMA
Hidup Manusia
Tidak Ada Artinya
TANPA KASIH Penulis
F.X. Indrapradja, OFS Foto Berbagai sumber
“Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). “Jikalau seseorang berkata, ‘Aku mengasihi Allah,’ tetapi ia membenci saudara seimannya, maka ia adalah pendusta, karena siapa yang tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya” (1 Yoh 4:20).
Mengupas masalah “cinta kasih” atau “kasih” dengan menggunakan dasar pemikiran alkitabiah sungguh tidak mudah, teristimewa dengan adanya keterbatasan ruang untuk tulisan dan keterbatasan waktu untuk menyusun tulisan. Namun demikian selalu ada jalan yang terbuka bagi kita untuk mulai mengulasnya. Kita (anda dan saya)
dapat memulai dengan bagian mana saja dalam Kitab Suci, karena sebenarnya keseluruhan Kitab Suci adalah sebuah “Love Story”, cerita tentang Allah yang sangat mengasihi umat ciptaanNya. Cerita tentang Allah yang dengan berbagai cara mewahyukan diri-Nya kepada umat manusia (lihat Ibr 1:1-4). Pada kesempatan ini saya mengambil hanya dari sedikit sumber.
29
Keluarga Kudus Kalau kita berbicara mengenai cinta kasih dalam keluarga, maka langsung saja kita mengacu kepada keluarga kudus dari Nazaret (Yesus, Maria, Yosef) dan mengatakan bahwa keluarga Nazaret itu “model” untuk ditiru, untuk diteladani, karena ada interaksi penuh kasih antara para anggotanya. Walaupun tidak ada penggambaran lengkap tentang kehidupan keluarga Nazaret tersebut dalam Kitab Suci, kita percaya bahwa keluarga kudus Nazaret adalah keluarga yang dijiwai oleh kasih Allah sendiri secara total dan lengkap, sehingga memang patut dicontoh oleh keluarga-keluarga Kristiani, kalau tidak boleh dikatakan seluruh keluarga yang ada. Tulisan-tulisan Yohanes Yohanes dalam suratnya yang pertama menulis bahwa Allah itu adalah kasih (1 Yoh 4:8,16). Yohanes mengajak kita semua untuk “saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah” (1 Yoh 4:7). Yohanes melanjutkan: “Siapa yang tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” (1 Yoh 4:8). Kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya (1 Yoh 4:9; bdk. Yoh 3:16 kutipan di awal tulisan ini). Dengan agak berpanjang lebar Yohanes berbicara mengenai KASIH
ini (1 Yoh 4:7-21). Singkatnya: Jikalau Allah demikian mengasihi kita, maka kita juga harus saling mengasihi (1 Yoh 4:11). Ini pun tanda bahwa kita adalah para murid Yesus (lihat Yoh 13:35). Surat Paulus Seringkali dalam Misa Perkawinan, bacaan pertama diambil dari surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus (1 Kor 12:31 – 3:13). Saya akan mengawali ulasan saya dengan membahas mengenai latar belakang jemaat di Korintus. Pada masa pelayanan Paulus, Korintus adalah sebuah sebuah tempat di mana macammacam tradisi budaya dan keagamaan (umat Yahudi, Romawi dan Yunani)
30 30
bertemu dan bercampur; melting pot adalah istilah kerennya. Budaya kuno Yunani mengagung-agungkan spiritualisme super dan mencemoohkan hal-hal yang bersifat fisik. Orangorang Korintus adalah orang-orang yang sangat bersemangat namun tidak memiliki kedalaman, hal mana berakibat pada sebuah budaya yang berpindahpindah dari hedonisme ke sikap tabah/ tenang penuh kesabaran. Ambivalensi (dua perasaan yang bertentangan) ini membantu mereka memperoleh reputasi sebagai orang-orang yang tidak bermoral. Gereja di Korintus yang begitu terpecahpecah karena penekanan unsur budaya pada spiritualitas, dengan semangat berapi-api mengejar karunia-karunia spiritual yang kelihatan lebih besar/ hebat (seperti karunia bernubuat, karunia berbahasa lidah) sementara mengabaikan kasih, yang justru merupakan karunia terbesar dari segala karunia. Penekanan yang tidak seimbang ini sangat membatasi pengalaman mereka akan kasih Allah. Paulus mengetahui benar bahwa hanya kasih Allah sajalah, yang “menahan segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (1 Kor 13:7), yang dapat mempersatukan komunitas mereka. Pandangan menghina orangorang Korintus terhadap hal-hal yang bersifat fisik membuat keruh pemahaman mereka tentang kematian
Kristus dan kebangkitan-Nya, yang justru merupakan landasan/dasar dari kasih Allah yang intim-mesra, tanpa syarat dan merangkul semua orang. Sebagai mempelai laki-laki kita, Kristus merindukan kita agar mengenal diriNya sepenuhnya seperti Dia mengenal kita (1 Kor 13:12). Sejak kekal, Allah telah ingin masuk ke dalam suatu relasi kasih yang intim dengan kita, walaupun kita sudah terbukti tidak setia. KasihNya menaklukkan kuasa dosa dan mencuci-bersih hati kita lewat kematian Putera-Nya di atas kayu salib (lihat Ibr 9:14). Sebagai ciptaan baru, kita mampu untuk masuk ke dalam relasi abadi dengan Bapa surgawi.
“
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini , sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yohanes 3:16 Kematian Kristus di kayu salib merupakan tindakan kasih Allah yang paling puncak. Ini adalah karunia, pemberian gratis. Untuk menerima karunia ini yang perlu kita lakukan adalah percaya kepada Yesus, “model” sempurna dari kasih (lihat Yoh 3:16). Selagi kita mengalami kelemahlembutan Sang Mempelai dan masuk ke dalam hadirat-Nya melalui doa, kita akan memasrahkan diri kita sepenuhnya
31
kepada-Nya dalam ketaatan kepada jalan kasih (lihat Gal 5:13-14). Semakin dalam keintiman kita dengan Sang Mempelai, kita pun akan menjadi semakin serupa dengan Dia dan bertumbuh dalam kasih dan hormat terhadap anak-anak-Nya (lihat 1 Yoh 4:7). Melalui Roh Kudus yang berdiam dalam diri kita, kasih Bapa selalu menjadi mekar dalam hati kita, dan mengalir kepada semua orang yang kita temui (lihat Rm 5:5). Kasus Gereja Korintus menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan itu tidak ada artinya tanpa kasih Allah. Meneladan Yesus Sang Guru Yesus tidak sekali dua kali ingin didzolimi oleh para pemuka agama Yahudi yang tidak senang kepada Dia dan ajaran-Nya, namun Ia hanya berpindah ke suatu tempat yang lain, lalu melanjutkan segala perbuatan baik-Nya: menyembuhkan orang dari sakit-penyakit dengan segala mukjizat dan tanda heran yang mengiringinya (lihat Mat 12:14). Semua itu dilakukan Yesus karena Dia sangat mengasihi umat-Nya. Yesus sama sekali tidak memperkenankan ancamanancaman terhadap diri-Nya sampai melumpuhkan diri-Nya dengan rasa takut dan juga melumpuhkan karya pelayanan-Nya guna menyembuhkan, mengampuni, dan mengubah jiwajiwa yang terluka. Yesus melakukan semua tindakan kebaikan itu bukanlah untuk pencitraan diri-Nya sebagai Mesias yang kedatangan-Nya memang
dinanti-nantikan oleh umat, atau untuk tebar pesona dan sejenisnya. Khotbahkhotbah-Nya mengenai Kerajaan Allah bukanlah sekadar “pepesan kosong”. Dia hanya ingin setiap orang menjadi percaya kepada-Nya, dan melalui diri-Nya percaya kepada kasih Bapa surgawi kepada mereka. Sebaliknya, para lawan Yesus tidak sedikitpun berhasil memperoleh petunjuk tentang motif sejati di belakang segala mukjizat dan tanda heran lainnya yang diperbuat oleh Yesus. Nah, sekarang apakah sebenarnya motif Yesus itu? Sederhana saja: KASIH !!! Sebuah pesan yang sangat
sederhana, namun sampai menggiring diri-Nya kepada sengsara dan wafatNya di atas kayu salib: puncak tindakan penuh kasih-Nya!
32 32
Agar supaya “Ia menjadikan hukum (keadilan) itu menang” (Mat 12:20), Yesus menunjukkan dengan jelas betapa dapat dipercaya Allah itu. Melalui teladan kehidupan-Nya sendiri, Yesus menunjukkan bagaimana seharusnya kita menyerahkan diri kita kepada Bapa setiap hari. Ancaman apapun yang dihadapi-Nya, dan kelelahan badani bagaimana pun yang dialami-Nya – Yesus sepenuhnya menggantungkan diriNya kepada Bapa untuk menggendongNya. Kita juga dapat mempunyai pengharapan dan kepercayaan kepada Allah kita, “seorang” Allah yang sangat mengasihi kita. Yesus hanya mempunyai satu sasaran, yaitu mengajar kita untuk menaruh kepercayaan mendalam pada Allah, sehingga kita dapat hidup seturut sabda-Nya. Untuk itu kita harus “membuka diri”, menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Bapa yang baik, sumber segala kebaikan itu. Dengan demikian, kita pun akan melihat “keajaiban-keajaiban” apa yang terjadi atas diri kita. Betapa pun mengagumkannya segala mukjizat Yesus, semua itu tidak ada artinya apabila dibandingkan dengan perubahan diri yang kita alami sementara kita menyerahkan hati kita kepada-Nya. Kalau kita sungguh ingin menjadi murid-murid Yesus yang baik, maka pola kehidupan Yesus harus menjadi pola kehidupan kita juga. Gaung sabda-Nya sekitar 2.000 tahun lalu tidak pernah hilang: “Kamu menyebut Aku Guru dan
Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh 13:13-15).
Catatan Penutup Oleh karena uraian singkat di atas, marilah kita tidak memperkenankan sesuatu pun yang menghalangi kita dari tindakan penyerahan hidup kita kepada Yesus dan memperkenankan penebusan-Nya mengalahkan dosadosa dalam diri kita. Percayalah, Ia mampu mentransformasikan diri kita menjadi seturut gambar dan rupa-Nya (bdk. Kej 1:26,27)! Ini adalah alasan pokok mengapa Dia mati di kayu salib sekitar 2.000 tahun lalu. Karena kasih ……! Sekarang, marilah kita memperkenankan pesan sederhana tentang kasih Allah ini untuk membimbing kita pada hari ini dan hari-hari selanjutnya, dalam berbagai situasi, termasuk situasi yang paling sulit sekali pun.***
33. PESONA SABDA
Penulis
Rm. Paulus Setiadi SCJ Foto Berbagai sumber
Pengantar Saat sekarang orang dihadapkan pada kemajuan dalam berbagai bidang; pengetahuan, teknologi, informasi, transportasi, dsb. Di satu sisi, hal ini sungguh membantu masyarakat dalam banyak hal. Namun, di sisi lain, dampak yang ditimbulkan dari perkembangan antara lain masyarakat hidup dalam “industri dunia modern” dan tatanan nilai luhur menjadi luntur; salah satunya adalah cinta. Untuk itu “mempunya hati dan cinta” menjadi kata penting dalam dunia modern ini.
Puisi Cinta Si Gadis Kecil Suatusoreseoranggadiskecilmemintauang kecilkepadaseorangyangdudukdibangkudi sebuahtaman.Karenatidakmempunyaiuang kecilpemudatadimenawarkansepotongroti dan sebotol air mineral, yang ia beli sebelum duduk di taman. Gadis kecil itu kelihatan begitugirangdenganpemberianitu.Iasegera berlari,sementarapemudamemperhatikannya. Alangkahkagetnyapemudatadi,ternyataia memberikanrotidanminumantersebutkepada seorang tua yang bersandar pada dinding pagar.Sesudahmemberikan,gadisitupergi. Melihat hal ini pemuda menjadi jengkel dan segera berjalan menemui gadis kecil tadi. Setelah bertemu, pemuda itu berkata, “Dik, bukankahmakananitusayaberikankepada kamu untuk kamu makan, mengapa kamu berikan pada orang itu?” Denganwajahtertundukgadiskecilituberkata, “Kak, aku tadi siang sudah makan sisa roti yangditinggalkanorang.Sementara,bapak itu sejak pagi belum makan sesuatupun karena tidak ada orang yang memberi. Ia sekarangmenahansakitdanlapar,makaaku memberikanrotidanminumkakakpadabapak itu.”Mendengarperkataangadiskecil,tanpa disadaripemudamengeluarkanairmata.Gadis kecil menorehkan tinta emas dalam sebuah puisi cinta. Kisah di atas merupakan sebuah kisah tentang anak manusia yang dipandang sebelah mata, tetapi justru menunjukkan contoh yang luar biasa. Membandingkan situasi sekarang, hampir setiap orang sibuk mencari kesuksesan dan kecukupan. Hal ini membuat seseorang
34 34
sibuk dengan dirinya sendiri, yang seringkali tidak peduli dengan orang lain; jangankan untuk orang lain, untuk keluarga saja kurang mendapat waktu. Akibatnya, dalam banyak kesempatan seseorang memandang kata cinta hanya sekedar slogan indah tetapi tanpa arti dan makna.
Cinta Dalam Realita Dalam kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan, orang-orang dihadapkan pada tontonan, yang mempengaruhi seseorang. Sinetron-sinetron yang menampilkan kebencian, kejahatan dan balas dendam menghiasi tayangan, padahal dari anak kecil sampai kakek nenek menontonnya. Disadari atau tidak, tontonan yang setiap saat ditampilkan akan mempengaruhi seseorang dalam bersikap dan berelasi dengan orang lain. Akibatnya, seseorang memaknai cinta yang begitu luhur menjadi datar-datar saja, bahkan dalam arti tertentu keluhuran cinta mengalami pendangkalan.
Sebelum berbicara lebih lanjut, mungkin kita bisa bertanya, apakah yang disebut CINTA? Tidak mudah bagi seseorang mendefinisikan kata ini. Mengapa? Sebab cinta menyangkut kedalaman relasi dengan orang lain di dalam kehidupan. Tentang cinta Erich Fromm berkata, “I am standing in love with you” dan bukan sekedar “I am falling in love with you”. Ungkapan Erich Fromm mewakili ungkapan tentang kedalaman sebuah kata cinta. Seorang yang berdiri atas dasar cinta mampu membangun hidup menjadi lebih bermakna. Jika orang sampai pada perkataan ini maka orang tidak mudah untuk sakit hati karena cintanya yang tidak dibalas. Sebaliknya, ia akan memberikan yang terbaik dengan orang yang dicintai atau bermartabat.
Juga, berbicara tentang cinta, orang akan berpikir dalam kaitan relasi dengan orang yang dikasihi, termasuk relasi antara pria dan wanita. Kiranya sangat dimengerti bila relasi ini terjadi. Hendaknya, relasi yang terbentuk antara pria dan wanita sejak awal menjadi relasi yang sehat. Untuk itu perlu payung hukum tentang batasan atau hal yang mengikat pria dan wanita yang saling mencinta yakni melalui perkawinan. Dalam hal ini, konsekuensi hidup perkawinan adalah norma-norma yang menyangkut relasi mereka dan aspek sosial seharusnya diperhatikan. Cinta tidaklah cukup hanya dinyatakan dengan kata “sayang” tetapi harus dipenuhi dengan “kebutuhan” lainnya, yang menunjang untuk keutuhan dan kebahagiaan relasi cinta yang dibentuk.
35
Erich Fromm secara garis besar mengungkapkan unsur dasar dalam cinta adalah; 1) perhatian; aktif dalam kehidupan dan pertumbuhan bagi yang dicintai, 2) tanggung jawab; tindakan yang rela, mau dan siap sedia, tidak mencari untung atau balasan, 3) hormat; mampu melihat seseorang sebagai pribadi dan menghormatinya sebagai individu yang bermartabat; 4) pengetahuan; mengerti tentang orang lain, bukan sekedar pada aspek eksternal yang ditampilkan saja, melainkan memahami akan pribadi orang lain. Cinta Dalam Makna Seperti seorang yang begitu mencintai kekasihnya, ia akan berpikir dan tepaut pada kekasihnya, demikianlah kata cinta yang bermakna membawa orang pada kesadaran akan makna cinta itu sendiri. Dalam ini cinta bukan sekedar pemuasan diri, melainkan daya dorong yang muncul dari penghayatan akan “spiritualitas” yang bertumbuh dalam dirinya. Dalam arti ini, spiritualitas yang dimaksud adalah yang menghidupi seseorang untuk bertindak, termasuk dengan segala konsekuensinya. Untuk itu, dua pokok mendasar yang memaknai sebuah cinta bermakna, yakni cinta substantif dan cinta transcenden. Cinta substantif merupakan ungkapan ketulusan diri. Dalam cinta substantif, rasa cinta tumbuh dari kesadaran tulus dan bebas dari seseorang, sehingga orang tidak berpikir soal materi atau
imbalan atau untung rugi. Cinta-lah yang pertama-tama menjadi penggerak bagi seseorang untuk berpikir dan melakukan bagi seseorang. Cinta substantif bukan sekedar emosional, melainkan juga rasional dan terkait pada unsur pada kebebasan dan kemandirian. Seseorang tidak memiliki cinta yang substantif jika cinta dinodai dengan sikap menghancurkan. Cinta transenden sering disebut dengan cinta agape. Cinta transenden adalah pernyataan cinta yang mendalam yang membebaskan orang dari sekat-sekat yang mengekang dan kotak sosial yang kita terhubung di dalamnya. Cinta substantif hanya dapat dirasakan saat peristiwa transendensi itu hidup dalam diri seseorang. Seorang yang menghayati cinta yang transenden adalah tetap bahagia dan senang atas perbuatan baik yang dilakukan walau diremehkan sekalipun. Yang relevan bagi orang yang
36 36
menghayati cinta transenden adalah standing in love, bukan falling in love. Di samping relasi, berbicara tentang cinta mengandaikan tentang pengorbanan. Karena cinta yang besar, Allah sungguh mau hadir dalam diri Putra Manusia. Yesus adalah pernyataan diri Allah yang menjadi manusia. Dalam menyatakan diri seutuhnya inilah Yesus sungguh lahir, mengalami kebersamaan dengan bersama Yosef dan Maria, dan saudarasaudaranya. Yesus memberi kesaksian melalui hidup dan perkataan yang ditampilkan-Nya. Totalitas diri Yesus dinyatakan melalui penderitaan dan darah yang tercurah ketika Ia ditolak, disiksa dan wafat di kayu salib. Sebagai pengikut Yesus, kita yakin bahwa pemberian dan pengorbanan Yesus tidaklah kesia-siaan. Yesus menghendaki agak kita juga mengalami kasih Allah, sebagaimana Yesus hidup dari kasih-Nya. Kasih Allah yang dicurahkan hendaknya menyatu dalam seluruh hidup manusia; dalam relasi suami istri dan anak, dalam relasi dengan orang seiman dan tidak seiman, dalam relasi dengan dunia. Yesus tidak menghendaki sekat-sekat yang mengaburkan hakekat cinta kasih, melainkan menghendaki agar setiap orang mengalami kasihNya. “…… seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal dalam kasih-Nya.” Pernyataan Yesus mengandaikan kasih
yang berbagi. Seperti halnya hujan bukan hanya orang baik, seorang pengikut Kristus mengungkapkan cinta kasihnya kepada semua orang, termasuk kepada orang yang membenci kita sekalipun (bdk Luk 6:27-36). Mungkin orang akan berpendapat bahwa undangan Yesus tentang cinta adalah hal yang mengagumkan, namun tidaklah mudah. Tentu saja pemikiran tersebut adalah hal yang benar. Namun, hendaklah disadari bahwa tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan dan tidak ada kebahagiaan tanpa pengorbanan.
Yesus Adalah Cinta “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikian juga Aku telah mengasihi kamu. Tinggallah dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal dalam kasih-Nya.” (Yoh 15:9-10). Penutup Sebagai orang yang mempunyai kemampuan berpikir, kita mempunyai konsep rasional tentang cinta. Namun rasanya tidaklah cukup kata bagi kita untuk menjelaskan kata cinta itu sendiri. Para penyair, pelukis, pencipta lagu, rohaniwan, orang bisa mungkin akan “menjelaskan” kata cinta dengan modelnya sendiri. Namun, satu harapan yang sama tentang cinta adalah persatuan sempurna yang membebaskan dan membahagiakan. Maka, marilah saling berbagi cinta Tuhan.***
37. OPINI
Maria Theresia Rika P Paroki Santa Maria Regina, Bintaro
“Cinta itu hal simpel
yang kadang dibuat rumit. Seseorang bisa saling mencintai, tapi kadang dipisahkan oleh yang namanya adat, suku, ras, dan agama. Ada yang pernah bilang cinta menyatukan perbedaan, tapi terkadang karena suatu perbedaan, cinta tak bisa disatukan. Cinta itu indah, cinta itu ciptaan Tuhan yang paling indah.
Merry Aktif Legio Maria Stefanus
“
Cinta adalah emosi dari kasih sayang dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi, cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan sayang.
Niar Aktif Legio Maria Stefanus
“
Cinta itu mengerti apa yang tidak bisa dikatakan, mendengar yang tidak bisa diucapkan..
Putri Andini Paroki Santa Anna
“Mengasihi tanpa syarat.. Didit Aditio Paroki St. Robertus Belarminus Aktif Mozaik Majalah Gereja
“
Cinta adalah usaha yang produktif melibatkan komitment, penghargaan, perhatiaan, saling menghargai rasa untuk mengasihi dan dikasihi.
Febrina Tanzil Gereja Kristen Indonesia Harapan Indah
“
Menyayangi dan menerima orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangan dengan tulus.
38 38
Tobias Paroki Santo Paskalis
“Cinta itu
seperti bahasa, kita belajar bahasa baik buruk, tidak ada yang salah ataupun benar. yang ada cocok atau tidak cocok. Kalau bahasa berbeda, tinggal kita mau belajar atau tidak, agar sama-sama mengerti.
Zakarias Mario Agustinus da Silva Paroki Hati Kudus Kramat Aktif Paduan Suara, Sie Liturgi, Katekese
“
Cinta itu adalah ungkapan perasaan yang dari hati yang tulus dan murni secara sadar dan tanpa dibuatbuat kepada seseorang yang kita sayangi Serly Agatha Rahman Paroki St. Stefanus aktif OMK
“Cinta itu menyenangkan, menyejukan, dam memberi
kenyamanan. Tatkala cinta itu dapat menyebabkan keluarnya air mata karena rasa sakit, pedih, dan menyesakan dada. Saai ini saya sedang merasakan hangatnya cinta yang berasal dari pasangan saya, tetapi juga dari keluarga, teman dan yang paling penting dan utama cinta yang berasal dari Tuhan kita Yesus Kristus. Berdasarkan pengalaman saya secara pribadi, kita hanya dapat merasakan cinta jika kita siap merasakan dan menerima cinta itu. Kita tidak dapat hanya mengandalkan orang untuk memberi kepada kita. Tapi juga kita harus memberi cinta itu kepada orang-orang disekitar kita. Karena cinta itu tidak timbul dari satu sumber saja, tetapi harus muncul dari dua arah. I would like to thank to my love for teaching me how to love respectfully and tenderly.
Novia Cahyati Paroki St. Stefanus aktif OMK
“Mengartikan Cinta adalah hal yang paling
sulit. Kita tidak perlu berlomba mencari kata-kata terbaik untuk cinta, karena cinta yang baik berasal dari kemauan untuk saling memahami, mengasihi, dan berbagi dengan sesama
39. CERPEN
bag IV penulis
Audrey Regina
Beberapa bulan sejak kejadian itu, Putra tidak lagi mendatangi rumah Lily. Lily pun sudah bisa menjalani kehidupannya seperti biasa. Bersekolah, dan mengerjakan tugas sekolah, hingga menjemput ayahnya di stasiun kereta setiap akhir minggu. Untung saja dugaan dokter mengenai kelumpuhannya tidak benar. Lily tidak lumpuh dan masih bisa berjalan. Di otaknya, sudah tidak ada lagi nama Putra, namun di hatinya, nama itu masih terlintas. Ia ingin sekali lagi berbicara pada Putra, menjelaskan langsung perasaannya agar laki-laki itu mengerti perasaannya, Lily ingin perasaannya dibalas walaupun sebenarnya ia tahu Putra tidak akan pernah membalas perasaannya. Walau pun kemungkinan penyakit yang dideritanya bisa kambuh sebesar 10%, sepertinya itu tidak menjadi berita menyenangkan untuk Lily dan ayahnya. 2 bulan sejak kondisinya yang mulai membaik, Lily harus dilarikan lagi ke rumah sakit.
Ia kesulitan bernapas, dan lagi-lagi rasa lemas menjalari seluruh tubuhnya. Namun, kali ini Putra tidak datang berkunjung. Padahal dulu-dulunya, Putra selalu mencari kabar tentang keberadaan Lily dan kondisi Lily juga menyempatkan datang menjenguk. Lily pasrah, mencoba mengerti keadaan bahwa Putra telah berubah, mungkin saja ia sedang bersenang-senang dengan Randini dan itu adalah haknya, Lily tidak bisa memaksa. Karena kondisi ekonominya yang kurang mendukung, Lily tidak bisa terus menerus berada di rumah sakit. Ia pun terpaksa pulang ke rumah, bagaimana pun kondisi tubuhnya.
2 tahun kemudian... Lily Dariani, dinyatakan meninggal dunia setelah mengalami kesulitan bernapas karena penyakitnya yang tidak dapat ditangani secara optimal lantas keterbatasan biaya. Sebelumnya, Lily sudah memiliki dugaan bahwa hal ini akan terjadi. Dan, ia masih sangat bingung apa yang ingin ia lakukan sebelum hari itu datang. Ia pun menandatangani sebuah surat yang menyatakan bahwa ia bersedia menyumbangkan organ tubuhnya pada orang yang membutuhkan. Kini, bunga lili putih yang layu itu pun mati, menyisakan kenangan dan duka yang mendalam. Membuat orang-orang di sekitarnya tidak bisa menikmati kecantikan bunga lili putih itu lagi.
40
Sebulan setelah ia meninggal dunia, dokter mengambil ginjal kanannya. Dan, 6 bulan kemudian, seorang pemuda, mengalami kecelakaan sepeda motor, terluka parah di bagian kepala dan menjadi buta. Namun, ia mendapatkan sumbangan kornea mata Lily, dan kembali menemukan cahaya dalam kegelapan. Ia bertanya pada pihak rumah sakit siapa donatur kornea mata itu. Dan mencoba mendatangi rumah tempat tinggal si donatur. Alangkah terkejutnya ia mendapati alamat itu. Ia mengetuk pintu rumah kontrakan itu dan muncullah seorang pria. “Permisi, Om Andi,” kata pemuda itu. Pria itu mengangguk. Mengamati sejenak wajah pemuda itu. “Putra,” kata pria itu. “Putra,” katanya lagi. “Kau Putra kan? Aku mengenali wajahmu dari gambar yang sering digambar anakku, Lily. Kau mengenal Lily kan?” Putra mengangguk-angguk. Pria itu kemudian mengajaknya masuk ke dalam rumahnya dan menunjukkan buku gambar Lily. Di sana penuh dengan sketsa lukisan wajah Putra, Putra pun tidak pernah tahu bahwa Lily pandai menggambar. Om Andi, ayah Lily bercerita banyak hal sejak pertama kali Lily mengenal Putra hingga detik terakhir kematiannya. Putra pun juga bercerita bahwa ia adalah orang yang menerima sumbangan kornea mata Lily. Om Andi seketika itu menangis. “Aku dapat melihat sosok putriku dalam mata kecokelatannya itu,” katanya. Tanpa sadar, Putra juga ingin menangis.
*** Ia mendadak merindukan kehadiran Lily, gadis yang suka menyendiri, cantik, baik hati, namun diamdiam menghanyutkan. Putra pun bercerita bagaimana ia mengalami kecelakaan itu. Mantan pacarnya, Randini menjadi dalang di balik semua itu. Ketika itu, Randini dinyatakan hamil. Namun, bukan Putra penyebab kehamilannya, melainkan teman sekampusnya sendiri. *** Karena itu, Putra menjadi marah besar karena takut bahwa semua orang akan menuduhnya sebagai pelakunya. Seketika itu juga, Putra meminta untuk putus. Namun, Randini tidak bisa menerimanya, dan ia merencanakan sesuatu yang buruk untuk Putra. Ia ingin membunuh Putra, ia pun menabrak Putra dengan sedan miliknya, Putra terluka di bagian kepala dan mengganggu saraf matanya sehingga mengakibatkannya menjadi buta. Dan, sekarang ia dapat melihat, melihat dunia dengan mata seorang gadis yang pernah menemani hari-harinya dulu. Mengenangnya, Putra menangis. Ia tak menyangka, ia telah menyia-nyiakan perasaan orang yang rela berkorban untuknya, mengorbankan perasaannya, dan kini ia mengorbankan kornea matanya secara tidak langsung agar sosok orang yang pernah dicintainya dapat melihat kembali.***
41. ORBITAN LEPAS
ALLAH SUNGGUH BAIK dan saya sungguh diberkati... Penulis
N
ama saya adalah Vidya. Sebagai anak yang tertua dari 5 bersaudara, saya senantiasa tertantang untuk menjadi contoh yang baik bagi adik-adik saya sekaligus membuat orangtua saya bangga. Walaupun hal ini tidak selalu berhasil namun setidaknya saya berusaha memberikan yang terbaik. Puji Tuhan saya diberkati dengan orangtua yang senantiasa menginginkan yang terbaik bagi anakanak mereka. Sejak kecil, saya tahu cita-cita saya. Saya mempelajari arsitektur dan konstruksi karena saya ingin membangun gedung pencakar langit dan bangunan-bangunan unik lainnya. Setelah menyelesaikan S1 di Jakarta, orangtua saya mengirim saya ke Amerika untuk melanjutkan sekolah. Namun ketika saya di sana, bukan hanya ilmu yang saya peroleh. Saya juga mendapat sesuatu yang mengubah hidup saya
Vivi Foto Berbagai sumber
selamanya. Ketika itu, saya menjalani pengobatan oleh dokter untuk suatu penyakit. Entah bagaimana, pengobatan tersebut memberikan efek samping dan merusak sel darah merah saya sehingga saya mengidap penyakit Hemolytic Anemia Autoimmune. Mungkin rencana saya bukan rencana Allah. Kondisi darah saya saat itu tidak memungkinkan untuk saya mengejar karir sesuai cita-cita saya atau karir apapun. Selama bertahuntahun, hidup saya dipenuhi dengan jadwal kunjungan ke rumah sakit untuk berbagai pemeriksaan, transfusi darah dan berbagai macam pengobatan yang diperlukan untuk mempertahankan hidup saya. Saya harus berjuang untuk bertahan hidup. Kehidupan layaknya orang ‘normal’ lainnya sepertinya hanya berupa harapan saja. Pada saat yang
42 42
bersamaan, saya juga harus menghadapi perpisahan dengan tunangan saya. Saya hampir ‘lewat’ beberapa kali dan telah menerima Sakramen untuk orang sakit sebanyak 3 kali. Pada saat itu, saya berpikir itu adalah saat terberat di dalam hidup saya. Tahun 1998 awal, permasalahan darah saya mulai mengganggu organ tubuh saya yang lainnya. Rasa sakitnya sudah sangat mengganggu sehingga saya tidak dapat minum air tanpa muntah. Ternyata empedu saya bermasalah dan saya bersyukur operasi dilakukan sebelum kantung empedu tersebut pecah. Ternyata dokter menemukan 43 darah yang telah mengkristal di dalamnya. Ketika saya tersadar dari anastesi, saya hampir tidak bisa berbicara ataupun bergerak. Ternyata saya dirawat di ruang ICU dengan kedua tangan saya terikat ke ranjang dengan berbagai macam selang dan peralatan di sekitar saya. Saya hanya dapat berdoa di dalam hati, “Terimakasih Yesus, karena Engkau telah mengijinkan saya mengalami sedikit dari penderitaanMu ketika disalib. Saya tahu ini tidak seberapa dibandingkan dengan semua yang Engkau alami. Saya mohon kekuatan dariMu untuk melalui semua ini. Saya tidak akan bertanya kapan saya akan sembuh karena saya tahu Engkau akan melakukannya. Sembuhkanlah hati saya dahulu agar saya dapat sembuh secara total.”
Pada tahun yang sama dokter harus mengangkat limpa saya karena permasalahan darah saya mempengaruhi kondisi limpa saya juga. Meskipun kondisi kesehatan saya belum memungkinkan untuk saya bekerja, namun proses penyembuhan saya berangsur-angsur membaik. Sebulan setelah operasi pengangkatan limpa, di luar dugaan saya, saya mendapat pekerjaan. Meskipun saya tidak dapat bekerja di bidang arsitektur, tetapi suatu mukjizat bahwa saya dapat bekerja! Saya malah bekerja selama lebih dari 7 tahun dengan jam kerja yang panjang dan padat! Di luar nalar dan ekspektasi dokter, Tuhan telah membuat tubuh lebih kuat dan mampu menghadapi semuanya. Saya dapat hidup sehat dan aktif lebih dari 10 tahun tanpa penyakit yang serius. Namun pada tahun 2010, saya sempat dikejutkan ketika dokter mendiagnosa saya dengan kanker payudara. Kebetulan saat itu saya baru saja memulai pekerjaan baru saya. Hal yang terakhir yang saya butuhkan saat itu adalah sakit dan menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk operasi, kemoterapi dan radioterapi. Kondisinya diperparah dengan kondisi asuransi saya yang sedang bermasalah dan keuangan saya tidak memungkinkan untuk melakukan semuanya itu. Dari sisi emosional pun, sebagai orang yang belum berkeluarga, saya tidak siap untuk sebagian dari ‘identitas’ saya sebagai wanita diambil
43
dari saya. Saya membutuhkan waktu beberapa minggu sebelum saya memberanikan diri untuk bertemu kembali dengan dokter saya untuk memutuskan apa yang akan saya lakukan. Malam sebelum saya dijadwalkan bertemu dengan dokter, dengan putus asa saya berdoa, “Tuhan Yesus, saya tidak ingin kehilangan organ tubuh saya ini karena artinya penting bagi saya. Seperti yang Engkau ketahui, saya juga tidak mempunyai dana sama sekali untuk operasi dan semua pengobatan yang diperlukan. Saya terus-terang tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Tapi saya tahu bahwa Engkau akan melakukan mujizat lagi. Apabila memungkinkan, tolong lalui ini semua dari saya dan tolong sembuhkan saya sekarang karena saya tidak tahu apakah saya bisa melalui ini semua.” Saya merasa dunia saya sudah berakhir. Namun setelah beberapa saat, saya kembali berdoa “Tuhan Yesus apabila memang kehendakMu hal
ini harus terjadi, terjadilah dan ambillah. Tetapi tolong kirimkan malaikatMu untuk menolong saya menghadapi semua ini. Tolong atur Tuhan, agar semua proses dari awal sampai akhir dapat berjalan dengan baik.” Ketika saya menemui dokter saya keesokan harinya, ternyata tumor saya telah berkembang 2 kali besarnya sejak pertemuan saya terakhir dengan dokter 2 sampai dengan 3 minggu sebelumnya. Ternyata stres yang saya lalui telah membuat tumor tersebut tumbuh dengan cepat dalam waktu yang sangat singkat. Namun Allah menjawab doa saya dan mengirimkan malaikat-malaikatNya untuk menolong saya. Saya tidak sendiri. Allah menyentuh banyak orang dengan rahmatNya untuk membantu saya melalui semuanya. Mukjizat demi mukjizat saya rasakan. Allah memegang janjiNya dan memastikan semuanya berjalan lancar dari awal hingga akhir proses pengobatan saya. Ketika dokter saya kembali mendiagnosa saya dengan kanker yang kedua pada Nopember 2014, pada awalnya saya terus-terang tidak dapat berpikir dengan jernih. Kali ini kankernya adalah
44 44
Small-cell Neuroendocrine Carcinoma, kanker yang cukup langka dan agresif. Protokol pengobatannya lebih rumit dengan kanker yang terdahulu dan membutuhkan obat kemo yang lebih keras dan beberapa operasi, termasuk untuk memasukkan alat untuk infus dan kateter. Saya menyadari bahwa ini akan membutuhkan biaya yang lebih besar dari sebelumnya. Saya tidak suka meminta pertolongan kepada orang lain dan kemungkinan bahwa saya harus meminta pertolongan orang mebuat saya sedih. Namun dokter saya yang luar biasa meyakinkan saya untuk mempunyai keyakinan bahwa Allah akan menolong saya. Secara fisik, emosinal dan keuangan, skala yang harus saya hadapi jauh lebih besar dari yang sebelumnya. Obat kemoterapi mempunyai efek samping yang luar biasa dan saya masih merasakan sebagian dari efek samping itu hingga sekarang. Namun entah bagaimana, Allah menyeimbangkannya dengan berbagai mujizat yang saya alami hingga sekarang. Allah kembali mengirimkan malaikat-malakaitNya melalui temanteman yang luar biasa. Kadang-kadang saya dibuat terperangah dan kehabisan kata-kata. Allah membuat banyak hal yang tampak mustahil menjadi kenyataan bagi saya. Seminggu sebelum Natal 2014, saya merayakan Misa di gereja Megamendung. Gereja tersebut mempunyai ruang adorasi yang sangat indah. Di dekat
Monstran ada banner kecil dengan kutipan dari Injil Matius 11:28-30. “ Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah gandar yang kupasang dan belajarlah kepadaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab gandar yang Kupasang itu menyenangkan dan beban-Ku pun ringan.”
Kutipan dari kitab suci itu benar-benar berbicara kepada saya pada saat saya kembali ke ruang adorasi tersebut seusai saya selesai menjalankan semua pengobatan tahun lalu. Sejak saya sakit di tahun 1996, saya mencoba untuk tidak mempertanyakan hal itu kepada Tuhan. Namun saya biasanya akan menanyakan kepada Tuhan apa yang ingin Tuhan ajarkan kepada saya. Saya yakin bahwa Allah mempunyai rencana dahsyat untuk hidup saya dan saya hanya perlu untuk mengikuti dan mempunyai keyakinan akan penyertaan Allah dalam hidup saya. Jadi, apa yang Allah ingin ajarkan kepada saya kali ini? Ternyata Allah ingin saya lebih mengandalkan-Nya lebih dari sebelumnya. Pertengahan tahun lalu, ketika saya tengah menjalani kemoterapi, sepupu saya berkunjung ke rumah. Dia bingung kenapa saya bisa tetap ceria dan bercanda seolah-olah semuanya normal. Saya akhirnya membuka rahasia sa-
45
ya bahwa saya sebenarnya masih kekurangan dana untuk kemoterapi berikutnya yang dijadwalkan dalam 5 hari. Sepupu saya heran dan bertanya mengapa saya bisa tetap ceria dalam kondisi seperti itu. Lalu saya bilang kepadanya bahwa saya yakin bahwa Yesus akan melakukan bagian-Nya dan saya harus melakukan bagian saya juga. Bagian saya adalah untuk mempercayaiNya seratus persen dan mempunyai sukacita di dalam hati. Saya melihatnya begini...bayangkan jika kita meminta tolong kepada orang yang mengasihi kita untuk melakukan sesuatu untuk kita. Apa yang akan mereka rasakan apabila kita meragukan mereka, apalagi bila kita tahu mereka akan melakukan apapun untuk kita? Apalagi Allah, yang mampu melakukan semua hal yang mustahil. Allah berhak untuk mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari kita. Salah satu yang kita bisa lakukan adalah mengisi hati kita dengan sukacita. Kembali ke cerita, ternyata semua permasalahan yang saya hadapi bisa teratasi 2 hari sebelum jadwal kemoterapi saya. Cerita ini hanya sebagian kecil dari berbagai mujizat selama setahun lebih ini. Saya memulai pengobatan saya Januari 2015 dan bulan September saya dinyatakan sehat oleh dokter. Saya percaya bahwa Allah mengijinkan tragedi terjadi di dalam hidup kita karena Allah ingin kita belajar sesuatu yang berharga. Hidup kita adalah karunia dari
Allah. Di balik setiap tragedi, saya yakin bahwa Allah telah menyiapkan rahmat dan berkatNya yang dapat membuat kita menjadi orang yang lebih baik. Semuanya tergantung dari hati kita, bagaimana kita menanggapi salib kita dan berapa cepat kita menanggapinya. Tuhan Yesus tidak akan membiarkan kita menanggung salib kita sendiri. Ia selalu menanti kita untuk meminta pertolongan-Nya. Tuhan Yesus hanya ingin menjalin hubungan yang lebih intim dengan kita, hubungan yang didasari oleh kepercayaan penuh dan penyerahan seutuhnya. Lagipula, kunci untuk hubungan apapun adalah kepercayaan. *************** Belajar dari Yesus untuk merendahkan hati kita dan mengijinkan Yesus mengambil kendali hidup kita. ***************
Kita harus mengambil satu langkah mundur sehingga Yesus dapat melangkah maju menempati posisi kita. Kita harus ‘berkurang sehingga Yesus dapat ‘bertambah’ di dalam diri kita dan mengisi hidup kita dengan rahmat dan berkat-nya yang berlimpah. Kita harus mengosongkan gelas kita sehingga Allah dapat mengisinya dengan rahmat dan kerahiman-Nya. Dengan rahmat dan kerahiman Allah, kita dapat lebih
46
siap dan kuat dalam menghadapi permasalahan kita. Kita akan mendapat energi yang kita butuhkan untuk menghadapi dunia dengan sukacita. Kisah saya ini bukanlah tentang saya namun tentang sesuatu yang jauh lebih besar. Kisah ini adalah mengenai Kerahiman Allah, tentang Allah yang begitu mencintai kita, Allah yang senantiasa memperhatikan dan mendengarkan doa kita. Pengalaman saya yang terakhir menghadapi kanker merupakan suatu ‘humbling journey’. Pengalaman tersebut menyadarkan saya betapa besar kasih Allah terhadap saya. Suatu kehormatan bagi saya untuk mengalami perjalanan tersebut. Yesus mengetahui isi hati kita dan kebutuhan kita lebih dari yang kita ketahui atau sadari. Kita hanya perlu mempercayai Yesus sedikit lebih lagi. Janganlah takut untuk memberikan kepercayaan kita kepada Allah. Saya telah menjalaninya dan Allah melakukan hal-hal yang luarbiasa untuk saya lebih dari yang saya harapkan. Bayangkan apa yang Allah akan lakukan di dalam kehidupan saudara. Semua ini karena Allah begitu mencitai kita. ALLAH MENCINTAIMU! Harapan saya adalah, kita semua dapat mengucapkan bahwa ALLAH SUNGGUH BAIK dan KITA sungguh diberkati.
Tuhan memberkati...dan tetaplah tersenyum!
Suatu malam aku bermimpi Aku berjalan di tepi pantai dengan Tuhan Di bentangan langit gelap tampak kilasan-kilasan adegan hidupku Di tiap adegan, aku melihat dua pasang jejak kaki di pasir Satu pasang jejak kakiku, yang lain jejak kaki Tuhan. Ketika adegan terakhir terlintas di depanku Aku menengok kembali pada jejak kaki di pasir. Saya melihat sering kali hanya ada satu pasang jejak Saya juga menyadari bahwa itu terjadi pada saat yang tersulit dan paling menyedihkan dalam hidupku. Hal ini menganggu perasaanku dan aku menanyakannya Kepada Tuhan. “Tuhan, Engkau berkata ketika aku memutuskan mengikut Engkau, Engkau akan berjalan bersamaku sepanjang jalan, Namun ternyata pada masa yang paling sulit dalam hidupku hanya ada satu pasang jejak. Aku tidak mengerti mengapa justru pada saat aku sangat membutuhkan Engkau, Engkau meninggalkan aku..” Tuhan menjawab, “Anakku yang Kukasihi, Aku mencintaimu dan takkan meninggalkan kamu. Pada saat engkau menghadapi kesulitan dan perjuangan, ketika kamu melihat hanya ada satu pasang jejak, ltu adalah ketika Aku menggendong kamu.”
47. ORBITAN LEPAS
MASA PUASA MASA MEMERDEKAKAN DIRI Penulis
B
Rm. Martin van Ooij SCJ Foto Berbagai sumber
apak Ibu, Saudara-saudari, dan anak-anak yang terkasih. Kiranya setiap orang pernah menanggung beban hidup yang amat berat, mengalami stress dan merasa hidupnya penuh dengan penderitaan, hingga sepertinya tidak mampu lagi memikul salib. Dari sekian banyak beban hidup itu, biasanya berasal dari situasi hidup yang kurang harmonis dalam pekerjaan/kantor, hubungan dalam keluarga dan beban pelajaran, menjadi pemicu terbesar yang menyebabkan banyak orang menderita. Kita semua, umat Katolik, pasti juga pernah mengalami penderitaan. Pengalaman menderita yang paling sering kutangkap dan kurasakan di kalangan kita adalah pengalaman kesepian, khususnya di antara mereka yang sudah menginjak usia senja dan sakit. Mereka hidup di tengah keluarganya, namun seakan hidup di luar komunitas atau keluarganya, karena merasa kurang diperhatikan oleh anggota keluarga yang lain. Dengan itu semua, betapa besar penghargaanku pada para pendamping orang sakit dan tua. Mereka hadir bagaikan oase yang melepaskan dahaga dan kerinduan
orang-orang kesepian.
tua
yang
sakit
dan
Dalam masa Pra-Paskah, masa puasa ini, kita diundang untuk menjalani masa ini,
48
ibaratnya sebagai sebuah Retret Agung. Retret adalah saat dimana kita diajak untuk merefleksikan kembali komitmen hidup kita di hadapan Tuhan, termasuk ketidakmampuan dan ketidaksetiaan dalam menghidupi ajaran kasih Nya. Kembali kepada keprihatinan di muka, maka kita secara khusus diajak untuk membuat mata dan hati kita untuk mereka yang sakit dan tua, yang ada di setiap lingkungan. Undangan itu berangkat dari sebuah keyakinan bahwa hidup itu adalah waktu yang dipinjamkan, dan harta kekayaan kita adalah anugerah yang dipinjamkan. Dalam Retret Agung ini, Gereja mengajak kita juga untuk merenungkan sengsara dan penderitaan penebus kita, Yesus Kristus. Di sisi lain, kita ditantang untuk merenungkan penderitaan orang-orang lain di sekitar kita. Dan permenungan yang sejati, harus sampai kepada tindakan yang konkrit. Maka mari kita menengok anggota keluarga dan komunitas kita masing-masing, dan tunjukkanlah tindakan belas-kasih kepada mereka. Dengan demikian, usaha kita dalam berpantang dan berpuasa, bukanlah sekedar tindakan demonstrasi atau ritual belaka, tetapi merupakan suatu pelaksanaan kehendak belas-kasih, dengan muka cerah dan senyum bagi orang-orang sakit dan tua. Senyum, seberapa sepelenya tindakan ini, tetaplah sebuah tindakan belas-kasih yang mempunyai daya
sembuh dan mengajak orang untuk bisa mensyukuri kesehatan, sebagai sesuatu yang teramat berharga. Di tengah penderitaan banyak orang, kita dipanggil untuk membuktikan, bahwa Tuhan masih hidup di tengahtengah kita, khususnya bagi mereka yang menderita. Allah Bapa mengutus putraNya terkasih, Yesus Kristus untuk membuktikan belaskasih kepada manusia dan kita sebagai pengikutNya diutus untuk membawa kerahiman kepada sesama kita yang sakit dan tua. Bukan panggilan atau pengutusan yang mudah, namun penuh dengan banyak tantangan dan rintangan. Tetapi itulah yang harus kita hidupi, kalau kita menginginkan masa puasa ini menjadi penuh makna dan berkenan di mata Tuhan. Puasa kita, puasanya orang Katolik, bukan puasa makanan terutama melainkan gerakan pertobatan dan belaskasih, dan usaha untuk memerdekakan diri dari egoisme, godaan-godaan dan sikap kurang percaya diri. Untuk semua usaha dan niat baik kita selama masa puasa, masa Retret Agung ini, aku mendoakan Anda semuanya, semoga hati Anda menjadi serupa dengan Hati Yesus dan Bunda Maria, yakni hati yang terluka untuk berbelas-kasih dan hati yang terbuka untuk berbalik arah (bertobat), pulang ke rumah Tuhan; rumah yang penuh pengampunan dan penerimaan satu sama lainnya dengan apa adanya dan penghargaan.***
49. ORBITAN LEPAS
Musik Liturgi Musik Rohani Indonesia papist
Penulis Foto Daniel James & berbagai sumber
Musik Liturgi adalah musik yang digunakan dalam berbagai Upacara Liturgi, termasuk Perayaan Ekaristi. Musik Liturgi sendiri seringkali disebut sebagai Sacred Music (Musik Suci). Musik Liturgi ini berada di bawah yurisdiksi uskup setempat. Yang termasuk dalam musik Liturgi adalah nyanyian-nyanyian Gregorian (Gregorian Chants), nyanyian Polifoni Suci dan nyanyian-nyanyian lain (misalnya nyanyian berdasarkan budaya setempat) yang telah diberi izin resmi oleh uskup setempat untuk dapat digunakan dalam Upacara Liturgi.
Musik dalam Gereja Katolik dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu Musik Liturgi dan Musik Rohani. Perbedaan fundamental antara Musik Liturgi dan Musik Rohani adalah tujuan, waktu dan tempat penggunaannya serta legalisasi terhadap lagu tersebut. Baik Musik Liturgi maupun Musik Rohani dapat menjadi media katekese iman.
Nyanyian Gregorian selalu menjadi suprememodel (model tertinggi) musik Gereja Katolik (Paus St. Pius X, Tra le Sollecitudini art. 3). Nyanyian Gregorian dipandang Gereja sebagai nyanyian khas Liturgi dan hendaknya diutamakan. Oleh karena itu, Gereja selalu mendorong para uskup yang dibantu oleh komisi liturgi setempat untuk melestarikan penggunaan nyanyian Gregorian dalam berbagai Upacara Liturgi.
50
“Di antara segala bentuk ekspresi musik yang pantas dikatakan terbaik sesuai dengan kualitas yang dituntut dari syarat musik suci, terutama musik liturgi, lagu Gregorian memiliki tempat khusus didalamnya. Konsili Vatikan II mengakui bahwa lagu Gregorian adalah jenis musik “yang khusus dan cocok untuk liturgi Romawi” itu harus dihargai, dan dianggap lumrah, dan harus menjadi sebuah kebanggaan dalam pelayanan liturgi terlebih ketika dinyanyikan dalam bahasa Latin. St. Pius X menunjukkan bahwa Gereja telah “mewarisinya dari para Bapa Gereja”, bahwa Gereja telah “menjaga dengan bangga [Lagu Gregorian] selama berabad-abad dalam setiap naskah kuno liturgi Gereja” dan masih tetap “mengusulkan kepada umat beriman” sebagai milik diri-Nya (Gereja,red) sendiri, mempertimbangkan ini sebagai model tertinggi dalam musik suci. Dengan demikian, lagu Gregorian secara terus-menerus sampai juga hari ini menjadi elemen persatuan dalam Liturgi Romawi.” (Yohanes Paulus II, Chirograph art. 7)
Setelah Nyanyian Gregorian, Nyanyian Polifoni Suci berada pada tempat kedua sebagai Musik Liturgi yang diutamakan. Nyanyian Polifoni Suci sedikit banyak berakar pada nyanyian Gregorian. Nyanyian Polifoni Suci adalah musik paduan suara yang dinyanyikan dalam banyak suara dan umumnya dinyanyikan tanpa iringan instrumental. Nyanyian Polifoni berkembang pada abad pertengahan sejak abad ke-9 dan mencapai puncaknya dalam karya seni musikal Giovanni Pierluigi Palestrina (15241594) pada paruh kedua abad ke-16. Nyanyian-nyanyian lain terutama yang berakar dari budaya bangsa setempat dapat digunakan dalam Liturgi asalkan selaras dengan jiwa Perayaan Liturgi dan dapat menunjang partisipasi seluruh umat beriman serta mendapatkan izin resmi dari uskup setempat. (bdk. Sacrosanctum Concilium art. 39). Hal ini sendiri merupakan bentuk penghargaan Gereja Katolik terhadap budaya setempat sebagaimana yang tercantum dalam Dokumen Sacrosanctum Concilium 119, “Di wilayah-wilayah tertentu, terutama di daerah Misi, terdapat
51
bangsa-bangsa yang mempunyai tradisi musik sendiri, yang memainkan peran penting dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Hendaknya musik itu mendapat penghargaan selayaknya dan tempat yang sewajarnya , baik dalam membentuk sikap religius mereka, maupun dalam menyelesaikan ibadat dengan sifat-perangai mereka,...” Di samping digunakan dalam konteks dan setting liturgi, Musik Liturgi dapat juga digunakan dalam kegiatan devosi seperti Doa Rosario atau Jalan Salib. Nyanyian-nyanyian Liturgi yang boleh digunakan dalam Upacara-upacara Liturgi dapat kita temukan dalam buku nyanyian Gereja Universal seperti Liber Usualis dan Jubilate Deo atau buku nyanyian Gereja yang telah dilegalisasi oleh uskup atau konferensi para uskup setempat seperti Puji Syukur. Cara paling sederhana untuk mengetahui suatu nyanyian termasuk nyanyian Liturgi adalah dengan mengecek keberadaan nyanyian tersebut di dalam buku nyanyian Gereja yang resmi. Musik Rohani adalah musik yang dapat digunakan pada ibadat atau doadoa yang bersifat devosi baik secara pribadi maupun dalam komunitas, tetapi tidak digunakan dalam Upacaraupacara Liturgi, termasuk di dalam Perayaan Ekaristi. Tentu musik dan lagu rohani ini haruslah memiliki syair yang seturut dengan ajaran Gereja dan tidak mempromosikan ajaran yang
bertentangan dengan ajaran Gereja. Musik Rohani ini dapat membantu umat menghayati misteri Kristus lebih dalam lagi. Musik Rohani dapat hadir di mana saja dan kapan saja (selama di luar Upacara Liturgi). Kita dapat menyanyikannya atau mendengarkannya ketika terjebak macet, sambil berbelanja, atau dalam persekutuan doa (seperti Persekutuan Doa Karismatik). Karena Musik Rohani ditujukan kepada individu atau komunitas kecil, individu atau komunitas inilah yang memiliki kontrol yang lebih besar terhadap tipe musik dan instrumen musik yang digunakan. Musik Rohani tidak memerlukan legalisasi dari uskup untuk dapat digunakan. Tetapi sekali lagi harus ditekankan bahwa Musik Rohani tidak dapat digunakan dalam Upacara-upacara Liturgi.***
Perayaan liturgis sebagai karya Kristus sang Imam serta Tubuh-Nya yakni Gereja, merupakan kegiatan suci yang sangat istimewa. Tidak ada tindakan Gereja lainnya yang menandingi daya dampaknya dengan dasar yang sama serta dalam tingkatan yang sama.”
52. KESEHATAN
Penulis
futureready Foto time.com
Seperti yang dilansir dari Kompas.com, pada tahun 2010 tercatat ada 8 juta penyandang DS di dunia dan 300.000 di antaranya berada di Indonesia. Down Syndrome adalah kondisi yang dibawa sejak dalam kandungan. Penderita down syndrome memiliki kelebihan kromosom 21. Pada umumnya, kromosom manusia berjumlah 2 atau sepasang. Namun pada kasus DS, jumlah kromosom ada 3, yang sering disebut trisomi 21. Sehingga jumlah kromosomnya menjadi 47, bukan 46. Bentuk lain dari masalah kromosom ini adalah translocation dan mosaicism. Pada translocation, anak tetap mempunyai 46 kromosom, namun salah satu dari pasangan kromosom tersebut rusak. Kromosom yang rusak ini melekat atau berpindah ke kromosom lain. Berdasarkan buku Marlene Targ Brill, yaitu Keys to Parenting A Child With Down Syndrome dan National Down Syndrome Society, pada mosaicism, beberapa sel mempunyai 46 kromosom
Memahami Dunia Penderita Down Syndrome
dan lainnya 47. Translocation dialami oleh kira-kira 4% penyandang DS dan mosaicism sekitar 1% penyandang DS. Sebenarnya sampai saat ini belum ada penyebab yang pasti mengenai DS. Beberapa penelitian menemukan hubungan DS dengan usia orang tua. Ibu di atas 35 tahun dan ayah di atas 40 tahun mempunyai risiko mempunyai anak dengan DS. Namun belakangan ini banyak juga ditemukan pasangan yang lebih muda mempunyai anak dengan DS. Penelitian terbaru di Amerika Serikat yang dilakukan oleh professor Farmakologi, Terry Elton dari Ohio State University menemukan bahwa DS dapat disebabkan oleh kurangnya sebuah protein spesifik dalam otak. Saat ini mereka sedang berusaha untuk mengembangkan pengobatan yang diharapkan dapat membantu para penyandang DS. Untuk mengetahui apakah si kecil menyandang down syndrome perlu dilakukan pengetesan kromosom.
53
Selain itu, banyak tanda-tanda yang menunjukkan adanya down syndrome, di antaranya lemah otot, leher pendek, kepala lebih kecil dari ukuran normal, serta bentuk muka yang disebut sebagai mongoloid. Pada umumnya, penyandang down syndrome berisiko mengalami masalah kesehatan seperti masalah jantung, pernapasan, dan pendengaran. Mereka juga lebih berisiko terhadap alzheimer, leukemia anak, dan masalah thyroid. Namun dengan berkembangnya teknologi kesehatan saat ini, harapan hidup para penyandang down syndrome pun meningkat sampai 60 tahun. Selain itu, penyandang down syndrome memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, umumnya berada pada level mental retardasi dari ringan sampai sedang. Down syndrome merupakan gangguan kromosom yang paling umum terjadi. Keadaan ini bukanlah akhir dari kehidupan anak dan orang tuanya. Dengan kemajuan teknologi dan informasi, penyandang down syndrome dapat hidup dengan baik dan berkembang optimal. Lima tahun pertama merupakan masa emas untuk perkembangan anak dengan down syndrome. Early intervention atau penanganan dini amat penting untuk dilakukan. Biasanya penanganan dini dilakukan setelah si kecil mendapatkan diagnosa dan
assessment mengenai keadaannya saat itu. Kemudian, berdasarkan kondisinya, terapi fisik (fisioterapi), okupasi, wicara, dan kemandirian dilakukan secara bersamaan. Setelah itu, pendidikan formal dapat dijalankan. Mungkin mereka memang tidak bisa mengikuti pendidikan layaknya murid di sekolah umum. Namun mereka tetap dapat belajar sesuai dengan potensinya. Bila si kecil mengalami masalah dengan keadaan fisiknya, seperti jantung atau paru-paru, maka penanganan medis menjadi prioritas utama. Saat kondisinya baik dan kuat, penanganan dini baru dilakukan.
******************************* Tak sedikit pula penderita down syndrome yang sukses dan berprestasi, terutama di bidang olahraga. Oleh karena itu, jangan pernah kucilkan penderita down syndrome! ******************************* Dengan penanganan yang baik dan konsisten, para penyandang down syndrome dapat berkembang optimal dan hidup dengan baik. Ditambah dengan sifat bawaannya yang biasanya ramah dan senang bergaul, mereka dapat menyesuaikan diri dengan cukup baik dengan lingkungannya.
56. SANTO SANTA misionaris yang kudus, Yohanes dari Avila. Misionaris tersebut memberikan pengaruh yang kuat kepadanya. Yohanes mulai menangis meraung-raung. Harihari selanjutnya, St. Yohanes dari Avila membantu Yohanes untuk memulai hidupnya kembali dengan harapan dan keberanian.
St.Yohanes a Deo 8 Maret
I
a dilahirkan di Portugal pada tanggal 8 Maret 1495. Orangtuanya miskin, tetapi mereka adalah orang Kristen yang taat. Yohanes seorang pemuda yang tidak bisa tenang. Sebentar ia menjadi seorang gembala, sebentar menjadi tentara, dan kemudian menjadi penjaga toko. Ketika dewasa, ia bukanlah seorang yang religius. Ia dan teman-temannya tidak menyadari kehadiran Tuhan. Ketika usianya empatpuluh tahun, Yohanes mulai merasa hampa. Ia merasa sedih akan hidupnya yang telah ia sia-siakan. Di gereja, ia mendengarkan suatu khotbah yang disampaikan oleh seorang
Yohanes mengubah hidupnya secara drastis. Ia berdoa serta melakukan mati raga setiap hari. Dikatakan bahwa seorang uskup memberinya nama a Deo (= dari Tuhan) karena ia secara total mengubah hidupnya yang dahulu hanya mementingkan diri sendiri dan kini sepenuhnya menjadi manusia baru yang “dari Tuhan”. Perlahan-lahan Yohanes a Deo menyadari betapa hidup rakyat penuh dengan kemiskinan serta penderitaan. Ia mulai mempergunakan waktunya untuk merawat mereka yang sakit di rumah-rumah sakit dan di tempat-tempat penampungan. Kemudian ia menjadi sadar akan betapa banyaknya orang-orang yang terlalu miskin untuk dapat memperoleh perawatan di rumah sakit. Siapakah yang mau merawat mereka? Yohanes bertekad, demi cintanya kepada Tuhan, ia mau melakukannya. Ketika usianya empatpuluh lima tahun, Yohanes mendapatkan sebuah rumah untuk merawat para fakir miskin yang sakit. Rumah itu kemudian menjadi sebuah rumah sakit kecil di mana setiap orang yang membutuhkan pertolongan
akan diterima dengan baik. Orang-orang yang datang untuk membantu Yohanes mulai membentuk suatu ordo religius untuk mengabdikan diri bagi mereka yang miskin. Ordo mereka disebut Para Broeder St. Yohanes a Deo. Sebagian orang tentulah bertanya-tanya apakah Yohanes sungguh kudus seperti anggapan orang. Suatu ketika, seorang bangsawan menyamar sebagai seorang pengemis. Ia mengetuk pintu Yohanes untuk meminta-minta. Yohanes dengan suka hati memberikan semua yang ia miliki, yang jumlahnya hanya beberapa dolar saja. Bangsawan tersebut tidak membuka rahasianya saat itu, melainkan segera pergi dengan kesan mendalam. Keesokan harinya, seorang pesuruh tiba di depan pintu Yohanes dengan sepucuk surat penjelasan beserta uang dermanya yang dikembalikan. Di samping itu, sang bangsawan menyertakan 150 keping uang emas. Ia juga mengirimkan roti, daging serta telur yang dikirimkan setiap pagi ke rumah sakit cukup untuk memberi makan segenap pasien dan para pekerja rumah sakit. Setelah sepuluh tahun bekerja keras bagi rumah sakitnya, St. Yohanes sendiri akhirnya jatuh sakit. Ia wafat pada hari ulang tahunnya pada tahun 1550. Yohanes a Deo dinyatakan kudus oleh Beato Paus Inosensius XI pada tahun 1690.
ilustrasi
DS
“Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan tersesat, karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasi membuat individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan, situasi apapun yang ia hadapi.” wikipedia
Komunikasi Sosial St. Stefanus
membuka pendaftaran bagi rekan-rekan yang ingin bergabung dalam kegiatan Jurnalistik Gereja, Informasi Langit Teknologi, Communication Event (Seminar, Talkshow, menceritakan Pameran, Workshop), kemuliaan Allah, Fotografi, Sketsa, Film, dan cakrawala Radio dan Media Sosial. memberitakan Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Putro (0818.08030381) Tyo (0813.28130513)
pekerjaan tangan-Nya. (Mzm 19:2)
58. DANA PAROKI DANA PAROKI - JANUARI 2016
DONASI PENGGANTIAN BIAYA CETAK MAJALAH MEDIAPASS FEBRUARI 2016 Terima kasih atas donasi yang telah diberikan, kami menunggu kontribusi Anda di edisi-edisi berikutnya. Harap memberitahukan apabila donasi dikirim melalui transfer. Untuk setiap penerimaan donasi, akan diberikan bukti penerimaan resmi.
59 Dana Paroki St. Stefanus
DANA PAROKI - FEBRUARI 2016 FEBRUARI - 2016 No Wil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 7 8 8 8 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12
Lingkungan
Kode
St.Hubertus St.Yoh.Pemandi St.Gregorius St.Yudas Tadeus Sta. Theresia Sta.M.Immaculata Sta.Maria Fatima Sta.M. Bernadette St.Markus St.Nicodemus St.Oktavianus St.Paulinus St.Quirinus St.Antonius St.Clementus Sta. Faustina Sta.Angela St.Bartholomeus Emmanuel Sta.Ursula St.M.Magdalena St.Aloysius St.Thomas Aquino Sta.Helena Romo Sanjoyo St.Simeon Sugiyopranoto St.Theodorus St.Paulus St.Timotius Sta.Veronica St.Bonaventura St.Bonifacius Keluarga Kudus St.Yoh Don Bosco St.Kristoforus Sta. Maria Goretti Sta.Maria B.Setia Sta.Felicitas Sta.Anastasia Maria Ratu Damai St.Bernadus St.Dionisius St.Elias
HBS YPE GRR YTA THE MIM MFA BDE MKI NDS OTS PLN QRS ATS CLS FSA AGE BTS EML URS MMA ALS TAQ HLN RSO SMN SGO THO PLS TTS VRA BVA BFS KKS DBD CRS MGI MBS FSE ANS MRD BDS DNS ELS
Perhit. 8+15Feb16
Amplop 3 6 7 9 9 10 4 3 4 8 2 8 1 2 2 17 4 5 3 6 2 11 8 36 5 2 5 2 4 1 4 3 4 7 1 2 4 2 4 4 5
RP 200.000 260.000 130.000 260.000 195.000 275.000 220.000 45.000 350.000 1.400.000 30.000 590.000 20.000 150.000 600.000 2.190.000 250.000 120.000 50.000 205.000 25.000 125.000 65.000 279.000 39.000 15.000 265.000 200.000 125.000 10.000 230.000 102.000 75.000 245.000 20.000 150.000 235.000 120.000 90.000 210.000 470.000
Perhit. 22Feb16
Amplop 3 2 3 9 5 3 16 2 8 2 11 2 1 3 11 1 6 8 6 10 3 8 6 1 2 5 5 11 4 9 6 7 4 3 1 6 3 7 7 2
RP 70.000 15.000 45.000 520.000 83.000 110.000 100.000 110.000 400.000 150.000 720.000 230.000 30.000 120.000 1.030.000 200.000 400.000 850.000 1.100.000 490.000 115.000 530.000 36.000 10.000 10.000 94.000 105.000 237.000 85.000 155.000 770.000 119.000 75.000 80.000 100.000 920.000 50.000 360.000 480.000 40.000
Perhit. 29Feb16
Amplop 2 6 3 3 9 8 1 5 2 2 3 28 1 2 3 1 11 6 7 11 5 5 2 4 3 2 4 1 3 1 1 -
RP 90.000 175.500 70.000 110.000 150.000 320.000 30.000 370.000 110.000 70.000 200.000 1.760.000 50.000 100.000 2.650.000 100.000 545.000 39.000 70.000 460.000 190.000 380.000 46.000 230.000 110.000 200.000 380.000 25.000 170.000 50.000 10.000 -