126Th.XIII
#
Februari 2015
HIDUP MELALUI KASIH SAYANG KELUARGA Maria 20 Teladan atas CintaNya
35
Perziarahan Hidup
Cinta 39 Ketika Tidak Harus Memiliki
PROFIL SEPUTAR PAROKI
23
6 : Natal & Tahun Baru Wilayah III; Selalu Bersyukur 8 : Natal & Tahun Baru Wilayah V 11: Natal & Tahun Baru Wilayah X; Syukur Atas Rahmat Tuhan KEPANITIAAN 27. Jadwal Pekan Suci 47: Susunan Kepanitiaan Paskah 29 : ORBITAN UTAMA Kasih Sayang di dalam Keluarga 32: SANTO SANTA 33 : PESONA SABDA Keluarga Adalah Sekolah Cinta Kasih 41: KESEHATAN Kesehatan Gizi Keluarga
“Menjaga Keharmonisan Keluarga”
17
SEPUTAR PAROKI
ORBITAN LEPAS 42: Rapuh dan Tegar Ulasan Film Nada Untuk Asa 43: OPINI Apa Arti Kasih Sayang Keluarga? 45: CERPEN Matahari Bulan Bintang Langit
Berjumpa Allah dalam Sketsa
13
SEPUTAR PAROKI
48: ONGKOS CETAK 49: DANA PAROKI 50: POTRET GEREJA
Jadilah Dirimu Hidup Berguna bagi Sesama
3. KERLING 3. KERLING
Kasih Sayang Itu Indah, Bila…?
B
anyak kalangan beranggapan bahwa bulan Februari itu merupakan bulan penuh kasih sayang, khusus dan tepatnya pada tanggal empat belas di bulan tersebut, dimana kebanyakan orang di seluruh penjuru dunia merayakan pada hari itu apa yang biasa disebut Valentine Day atau Hari Kasih Sayang. Pada kesempatan itu, banyak orang berlomba-lomba untuk memberikan perhatian yang istimewa kepada orang-orang yang dikasihinya dengan berbagai macam cara dan tanda, seperti memberikan coklat, bunga, dan aneka hadiah yang lainnya. Hari Valentin bukanlah tradisi yang berasal dari Gereja Katolik. Tetapi essensi tradisi itu bisa seiring sejalan dengan kerinduan kita sebagai orang beriman, yakni untuk memberikan kasih sayang satu sama yang lainnya. Bahkan kita terpanggil untuk merangkul tradisi ini, sehingga Hari Valentin bisa menjadi perayaan yang mempunyai isi atau makna yang sejalan dengan kehendak Allah. Kasih Sayang itu indah, bila kita menghayati kasih sayang secara lebih utuh dalam bungkus kasih Ilahi. Kasih sayang jangan sampai berhenti hanya kepada kasih antara dua manusia lain jenis yang dimabuk cinta, namun harus sampai kepada kasih sayang yang sejati, yang terarah kepada cita-cita Injili berikut ini, “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.” (Yoh 15:9) Seiring dengan cita-cita Injili tersebut, MediaPASS kali ini mempersembahkan secara khusus edisi kasih sayang, dimana kita akan diundang melalui tulisan-tulisan yang ada untuk merenungkan tentang kasih sayang Allah yang mewujudnyata dalam kehidupan keluarga. Kita diajak un-tuk menjumpai Allah dalam kasih sayang yang ada di dalam keluarga. Dalam hal ini, kita diarahkan untuk tidak berpikir tentang kasih sayang yang terbatas kepada teman, rekan kerja, dan bahkan kepada hewan peliharaan. Para pembaca yang terkasih, sembari membaca sajian kami, marilah kita arahkan pandangan mata dan hati ke dalam keluarga kita masing-masing. Pulangkanlah seluruh jiwa dan raga kita ke dalam rumah dan keluarga. Di sana Allah menunggu kita. Di dalam keluarga kita, kita diundang untuk menghadirkan Allah dalam relasi penuh kasih sayang antara suami-istri, orangtua dan anak-anak, dan seluruh anggota keluarga besarnya. Selamat menghidupi kasih sayang di setiap waktu, bukan hanya saat yang khusus, seperti bulan Februari dan hari Valentine. Tuhan memberkati dan mengasihi kita di setiap waktu.***
Ketua Dewan Paroki: Antonius Sumardi, SCJ Ketua Seksi KOMSOS: Agustinus Sonny Prakoso Sekretaris: Alberta S. Listiantrianti Bendahara: Dian Wiardi Koordinator Unit Kerja: A. Setyo Listiantyo Koordinator Unit Media: Dian Wiardi Koordinator Unit Teknologi Informasi (IT): Sukiahwati Hartanto Web Page: www.st-stefanus.or.id Redaktur : Sukiahwati Hartanto Programmer: Yorren Handoko Administrator : Patricia Utaminingtyas, Dian Wiardi, Sukiahwati Hartanto, Irene Email:
[email protected] Email:
[email protected] Facebook:
[email protected] twitter: @ParokiStefanus
Pimpinan Redaksi Majalah MediaPASS : A. Setyo Listiantyo (0813 2813 0513), Layout & Design: Agung E. W, Y Triasputro & Benny Arvian Wartawan & Fotografer: Paulus Sihombing, Adiya Wirawasta, Constantine J. Neno, Y Triasputro, Kornelius Jemada, Felicia Nediva, Agung Pradata, Veronica Putri Larosa, Christoverson, Maha Wisesa. Warta Paroki: Dian Wiardi, Yohanes Ledo Radio/Video/TV: Y. Triasputro B Mading/Facebook/Twiter: Constantine Jhon Neno, Kornelius Jemada, Susan Iklan & Donasi : Dian Wiardi (0818 183 419) No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso
“Semakin aku merenungkan Tuhan. Semakin Tuhan tampak padaku. Lebih aku Berdoa kepada-Nya, akan Lebih ia merasakanku”
Sta. Bernadette
“kasih menanggung segala sesuatu, mempercayai segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu,” Konsistori pengangkatan 20 Kardinal Baru-Vatikan Februari 2015
6. SEPUTAR PAROKI
“Selalu Bersyukur” (Natal & Tahun Baru Wilayah III) -Dewi Janthi-
S
elalu bersyukur! Itulah ungkapan yang ingin disampaikan oleh para Senior St, Ambrosius yang hadir pada Perayaan Ekaristi di pertemuan awal tahun 2015 ini. Nuansa syukur dan kegembiraan sungguh dapat dirasakan, apalagi ruangan didekor oleh pengurus dengan nuansa merah hijau, sehingga sangat terasa suasana Natal dan kegembiraan di tahun yang baru ini. Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Rm. Subagyo Pr. (mantan Vikjen
KAJ), pada hari kamis tanggal 15 Januari 2015, dimulai pkl. 10.00 pagi di rumah ibu Christina, Jl. Taman Bukit Hijau, No. 21 ini berlangsung dengan sangat agung dan khusuk. Tema atau ujud yang diangkat adalah untuk mengucap syukur atas tahun 2014 yg telah dilalui atas segala berkat dan penyertaan Tuhan, dan mohon berkat kesehatan, kebahagian dan kedamaian untuk para senior di tahun 2015.
7
Rm. Subagyo Pr. dalam kotbahnya menekankan bahwa sebagai senior kita harus selalu bersyukur di pagi hari karena Tuhan telah memberikan kita nafas di hari itu. Kita juga harus bersyukur saat sebelum tidur, mensyukuri atas hari yang bisa kita jalani. Dengan kita bersyukur atas sepanjang hari itu, maka kita dapat tidur dengan nyenyak tanpa banyak pikiran yang akan mengganggu tidur kita. Setelah selesai perayaan Ekaristi, pertemuan pertama Senior St. Ambrosius di tahun 2015 ini dilanjutkan dengan makan siang bersama. Para pengurus Senior yang terdiri dari sepuluh orang yang kebanyakan belum masuk usia senior ini dengan sigap melayani para senior dengan menyediakan makan siang secara fine-dining mulai dari minuman, soup, salad, main course dan dessert. Secara bergantian menu tersebut diatas disediakan di meja para senior kita sehingga senior dapat duduk-duduk santai sambil mengobrol, tanpa perlu hilir mudik untuk mengambil makanan. Selain dilayani dengan penyediaan makan siang, para senior juga dihibur oleh suara merdu pengurus dan beberapa senior yang menyumbangkan beberapa lagu natal dan lagu nostalgia. Setelah dipuaskan dan dikenyangkan dengan santapan rohani dan
jasmani, maka ketika waktu telah menunjukan pukul 12.30 satu persatu para senior pulang ke rumah mereka masing masing. Dengan total yang hadir 58 orang, kami pengurus merasa sangat bersyukur dapat melayani para senior kami dengan kasih. Walaupun badan lelah tetapi hati senang dan penuh ucapan syukur melihat para senior kami begitu gembira dan bahagia dapat bertemu dengan teman-teman satu iman dalam wilayah III, St Ambrosius.***
Misa Natal & Pembukaan Tahun Baru 2015 (Selasa, 20 Januari 2015)
11. SEPUTAR PAROKI
Syukur Atas Rahmat Tuhan (Natal & Tahun Baru Wilayah X) -Lius-
D
alam mensyukuri tahun 2014 dan menyambut tahun baru 2015, umat Wilayah X mengadakan natal dan tahun bersama bersama pada hari sabtu, 24 Januari 2015 pukul 09:00-13:30 wib di Gedung Leo Dehon Lt.4. Acara ini dihadiri sebagian besar umat Wilayah yang terdiri dari 4 lingkungan, yaitu Lingkungan Maria Bunda Setia,Kristoforus, Yohanes Don Bosco dan Lingkungan Maria Goreti. Acara ini diawali dengan misa pembukaan yang dipimpin oleh Rm. Antonius sumardi, SCJ. Acara dilanjutkan dengan sambutan Koordinator Wilayah Bpk. Jaston Sinaga dan Pendamping wilayah Bpk. Antonius S.B. Pangestu. Setelah itu diteruskan dengan ramah tamah, games, tukar kado, pembagian hadiah
natal kepada anak-anak dan diakhiri dengan makan siang bersama. Umat yang hadir terlihat khusuk mengikuti misa dan menikamati seluruh rangkaian acara ditambah dengan hadir anak-anak yang menambah riuhnya suasana. Tujuan diadakan Acara Natal dan Tahun Baru bersama kali ini untuk mengajak umat lebih mendalami iman akan Yesus Kristus, mempererat silatuhrahmi antar umat sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan rahmatNYA kepada umat hingga dapat melewati tahun 2014 dengan sehat dan selamat. Mohon berkat juga penyertaanNya dalam melangkah di tahun 2015 nanti.***
12
13. SEPUTAR PAROKI
Jadilah Dirimu Hidup Berguna Untuk Sesama (Kegiatan Bakti Sosial PSE, Pemeriksaan Awal Katarak) -Put
“Semakin kita membantu yang paling berharga dimiliki orang banyak adalah membuat hati saya menjadi tenteram,” Irwan Hidayat Presiden Direktur Sido Muncul (aktivis dalam penyelenggara Bakti Sosial Katarak Nasional)
S
eksi PSE (Pelayanan Sosial Ekonomi) St. Stefanus mengawali tahun 2015 dengan Program Bakti Sosial Pemeriksaan Awal Katarak. PSE bersama dengan PERDAMI (Persatuan Dokter Mata
14
Indonesia) akan menyelenggarakan kegiatan sebagai bagian dari kampanye menghindari kebutaan. Hampir sekitar 3 Juta Penduduk Indonesia terancam buta karena katarak (berdasarkan penelitian sekitar tahun 2011 s/d 2012) dan hampir sekitar 240 ribu orang per tahun mengalami kenaikan. Jikalau untuk kondisi ini kita sebagai masyarakat justru melupakan penundaan kemunculan katarak ini, maka bukannya tidak mungkin kita juga bagian dari mereka yang nantinya akan kehilangan panca indera terbaik yang diberikan Tuhan kepada kita. Pagi hari, Jumat tanggal 23 Januari 2015, peserta katarak dengan setia mengantri dan menunggu walaupun sudah dari dini hari cuaca tidak bersahabat. Hujan yang menimpa Jakarta, menyebabkan banjir serta kemacetan di beberapa tempat, Tim
PERDAMI pun mengalami keterlambatan. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi antusias Seksi PSE dalam melayani peserta dan melakukan pemeriksaan awal yang utama yaitu tekanan darah tinggi serta gula darah sewaktu. “Saya berharap dari sekitar 104-an orang yang mendaftar semuanya bisa lulus screen dan dilakukan operasi di RS TEBET,” jelas Ibu Christina (Seksi PSE). Semangat yang mendasari itu merupakan pengalaman yang terbaik dalam melayani operasi katarak sampai dengan 11 kali. Membuktikan bahwa PSE memiliki jaringan dan kerjasama baik secara kesehatan maupun sosial. Khusus untuk PERDAMI juga mendapat apresiasi karena tidak membatasi jumlah peserta operasinya dan ini juga yang memotivasi baik dokter-dokter Klinik St. Stefanus maupun panitia agar sebisa
15
mungkin walaupun tekanan darah atau gula darahnya tinggi benar-benar bisa disembuhkan dahulu selama masa waktu menunggu. Dari hasil pemeriksaan sampai dengan kurang lebih Pk. 14:30 terjaring kurang lebih 50 orang yang nantinya dipersiapkan untuk operasi Katarak. Setelah operasi-pun pihak PSE masih akan memberikan pelayanan sampai dengan tindakan setelah operasi dengan pertemuan 2 kali. Memberikan pelayanan kepada peserta operasi, memang tidaklah mudah terkhusus kebanyakan dari mereka sudah lanjut usia karena memerlukan tingkat perhatian yang sangat intensif selama proses pemeriksaan awal. Semoga yang menjadi kegiatan tahunan ini bisa terus dimanfaatkan dan peserta semakin diperbanyak, berikut pula jaringan kerjasama. Sebagaimana sejalan dengan misi Pemerintah untuk menaikkan derajat kesehatan ke rakyat.***
17. SEPUTAR PAROKI
Berjumpa Allah Dalam SKETSA (Workshop Peduli Paskah Melalui Sketsa) -Fin-
D
alam rangka membangkitkan rasa cinta terhadap paroki dan mempersiapkan diri untuk menyambut pesta Paskah, panitia Paskah 2015 mengadakan “Workshop Peduli Paskah Melalui Sketsa,” pada hari Sabtu, 7 Februari, dari pukul 08:00 sampai dengan 11:30 di gedung Leo Dehon, ruang 209. Beberapa sketsa buatan peserta ini rencananya akan dipilih dan direproduksi menjadi souvenir dan merchandise yang a-kan dibagikan kepada umat, sebagai salah satu program panitia mengumpulkan dana untuk perayaan paskah 2015. Lebih dari sekedar pengumpulan dana dan pencerahan tentang seni menggambar langsung (live sketching), kegiatan workshop ini tentunya menjadi salah satu cara bagi kita untuk memaknai Paskah secara lebih rohani, dimana kita diundang untuk melihat dan berjumpa Allah melalui karya-karya sketsa. Workshop ini diikuti oleh peserta dengan rincian sebagai berikut: 50 (85% dari grup PPA dan REKAT 15% dari orangtua dan dewasa.) Acara dibuka dengan doa pembukaan oleh ibu Susi dan dilanjutkan de-ngan presentasi singkat dari Donald Saluling tentang tujuan sebagaimana sudah disebutkan diatas. Secara lebih kon-
krit, panitia Paskah bermaksud mencari bahan dari umat St. Stefanus, berupa karya seni tentang gereja St. Stefanus, Cilandak yang akan direproduksi menjadi souvenir untuk pengganti amplop Sumbangan Kasih 2015. Memasuki acara inti, peserta dibagi dalam lima kelompok (grup) sketching, yaitu, 1) Sketching arsitektur gereja dari gerbang utama; 2) Sketching suasana dan benda-benda disekitar gereja; 3) sketching interior gereja; 4) Sketching Gua Maria; dan 5) Sketching view di dalam gedung Leo Dehon. Tiap grup terbagi menjadi sekitar 8-9 orang dengan ditemani oleh mentor-mentor dari grup Indonesia’s Sketchers.
18
Acara sketching bersama dibagi menjadi 30 menit (atau lebih) per spot dimana peserta boleh berpindah spot ke grup lain (seperti dari grup 1 ke 2, 2 ke 3 dan seterusnya.) Setiap peserta dibekali dengan board, penjepit kertas, kertas gambar (2-3 lembar) dan drawing pen dari panitia. Para peserta terlihat sangat antusias dan bersemangat untuk mau belajar, ditandai dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan langsung ke para mentor dan di praktekkan langsung oleh peserta. Kepada para peserta yang merasa kurang mampu, para mentor memberi semangat supaya mereka menggambar tanpa beban dan belajar melihat detail-detail di gereja St. Stefanus apa adanya dengan cara mereka masing-masing. Dengan motifasi ini mayoritas peserta bahkan menambah kertas menjadi 5-6 lembar. Adapun obyek-obyek
yang menjadi favorit peserta adalah lonceng gereja, kapel, interior gereja dan patung-patung adorasi. Pesertapeserta lainnya juga menggambar alat-alat liturgi dan panji-panji lingkungan yang ada di lantai 2, gedung Leo Dehon. Pada akhir workshop, panitia mengumpulkan sekitar 120 karya dari sekitar 50 peserta. Pada pukul 10:50 peserta dan mentor kembali ke ruang 209 untuk menjalani sesi selanjutnya, yaitu sesi sharing atau berbagi pengalaman dan presentasi karya, sambil menikmati makan siang yang sudah disiapkan panitia. Acara ini berlangsung cukup seru dan peserta ikut aktif berdiskusi dan berani membicarakan karyakarya mereka. Beberapa peserta dipanggil ke depan untuk mendiskusikan karya mereka dan sharing pengalaman dengan para mentor dan sesama peserta. Ketua panitia Paskah 2015, bapak George Daenuwy, bukan hanya berkenan menutup acara workshop ini, tetapi juga berperan aktif mengikuti seluruh proses workshop serta ikut meramaikan sesi tanya jawab dan sharing. Acara ditutup pada pukul 11:30 dengan foto bersama panitia, mentor dan peserta beserta karya-karya mereka. Semoga Allah dimuliakan dengan acara ini dan kita, khususnya para peserta dimampukan untuk menjumpai Allah di dalam karya-karya mereka.***
19
20. SEPUTAR PAROKI
Teladan Maria Atas Cintanya Kepada Yang Sakit (Perayaan hari Orang Sakit Sedunia) -Put-
M
emberikan perhatian khusus kepada orang sakit dari mereka yang diberikan kesehatan merupakan tindakan terpuji. Seringkali tindakan merawat mereka sangatlah tidak mudah apalagi kita merasakan; bagaimana rewelnya dan mengganggu tingkat kesabaran kita. Pada hari Rabu, tanggal 11 Februari 2015 secara khusus Legio Maria St. Stefanus merayakan Hari Orang Sakit Sedunia dengan mengadakan Misa Ekaristi dan Perminyakan orang sakit. Seperti yang diucapkan Rm. Martin van Ooij, SCJ bahwa ini adalah pesta untuk orang sakit, tetapi bukan dengan makan-makan yang
21 itu, 400-an ribu di antaranya adalah kaum muda.
mewah melainkan dengan menghadirkan kerajaan Allah di dalam Ekaristi. Sebagai perayaan yang dirayakan bersamaan dengan hadirnya Bunda Maria kepada Sta. Bernadeta di tanggal yang sama pada tahun 1858 di Lordes, menjelaskan betapa besar peran Bunda Maria kepada mereka. Sehingga Lourdes dikenal sebagai bagian dari mukjizat yang menyembuhkan bahkan hampir ri-buan orang datang setiap tahunnya untuk merasakan kehadiran karya keselamatan tersebut. Walau Gereja mengakui hanya 67 saja peristiwa yang dianggap sebagai mukjizat, tetapi itu tak menghentikan kekuat-an keyakinan jemaat yang datang bahkan berulang-ulang dan menjadi tempat perziarahan. Bahkan menurut catatan dari berbagai sumber, Lourdes yang sudah berusia 57 tahun semenjak penampakan Bunda Maria ini dikunjungi peziarah tak kurang berjumlah enam juta orang per tahunnya. Dari kisaran jumlah
“Que soy era Immaculado Councepciou!” seperti yang dijelaskan Bunda Maria ketika ditanya oleh Bernadette Soubirous (nama lengkap Sta. Bernadeta) dalam bahasa Indonesia berarti Aku adalah Yang Dikandung Tanpa Dosa. Sekalipun Sta. Bernadetta menderita penyakit TBC yang sangat akut dengan rendah hati ia menjelaskan bahwa kesembuhan dari Lourdes bukanlah untuknya, tetapi untuk mereka yang lebih sakit daripadanya. Tantangan bagi mereka yang terus berdoa demi kesembuhannya, akan tetapi tidak diberikan kesembuhan juga adalah apakah nantinya akan meninggalkan Yesus? Inilah peran bersama, peran Gereja, peran keluarga dan sukarelawa bahkan mereka yang memberikan waktu serta tenaga untuk meneguhkan keyakinan sehingga kemudian menghadirkan Yesus menjamah mereka. Misa Ekaristi yang dimulai Pk. 10:00 dan dibuka dengan pembacaan panitensi hampir sekitar 400 nama dan terbuka secara umum, pengumpulan nama ini sendiri sudah dibuka semenjak beberapa minggu lalu. Sebelum mengakhiri perayaan, dilakukan perminyakan yang berarti memberikan Penguatan Iman. Sebagai salah satu peristiwa besar yang diselenggarakan Gereja St. Stefanus, kita dihadapkan sebuah tanggung jawab agar peka, sabar dan hati yang tekun mendoakan mereka yang sakit.***
22
“Hari orang sakit se dunia adalah sebuah event yang dicanangkan oleh
Gereja universal. Gereja St. Stefanus selalu
ikut ambil bagian dalam
event ini dengan mengadakan perayaan Ekaristi secara khusus. Untuk tahun ini, tepatnya pada tanggal 11 Januari, pukul 10 pagi, perayaan ini diprakarsai oleh kelompok Legio Maria St. Stefanus, Cilandak. Para ibu-ibu legio sangat bersemangat didalam menjalankan tugasnya masing-masing. Perayaan ini dipimpin oleh Rm. Martin van Ooij, SCJ. Banyak umat dan orang sakit yang ikut ambil bagian dalam perayaan ini. Yang minta didoakan ada 400 orang dan yang menerima perminyakan ada 88 orang. Di dalam homilinya Romo Martin menekankan kembali oleh apa yang menjadi seruan Paus Fransiskus yaitu mendampingi orang sakit adalah ungkapan untuk menghadirkan kerajaan Allah, maka peristiwa ini sangat sesuai dengan injil. Romo juga mengatakan memang sangat tidak mudah mendampingi orang sakit, karena orang sakit kadang banyak yang mengeluh dan susah diatur layaknya seperti anak kecil, yang sangat butuh banyak perhatian. Maka merawat dan menolong orang sakit itu sangat dibutuhkan kesabaran dan kerendahan hati. Iman tanpa perbuatan adalah mati seperti yang dikatakan oleh rasul Yakobus. Pendampingan terhadap orang sakit adakah salah satu bentuk perbuatan iman. Yang menarik dan mengharukan, ada seorang ibu yang
sangat tersentuh untuk menolong orang yang sedang
menderita dengan membangun rumah untuk sebuah keluarga yang tinggalnya sunguh-sungguh tidak layak untuk ditempati. Ibu itu dengan ikhlasnya ingin membuatkan sebuah rumah yang layak untuk ditempati bagi keluarga yang tidak mampu itu. Inilah salah satu contoh iman yang hidup.” Maria Alana Julia
23. PROFIL
Menjaga Keharmonisan Keluarga -Robertus Herdiyanto-
N
ama lengkap saya, Robertus Herdiyanto yang lahir di Jakarta, 17 September 1974 (40 tahun). Saya adalah putra ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bp. Fabianus Djaka Santosa dan Ibu Josephine Sri Hartini. Pendidikan yang saya jalankan sejak kecil hingga remaja sudah dimulai dari sekolah Kanisius Jakarta dan berlanjut ke pendidikan Seminari Wacana Bhakti Gonzaga. Lalu setelah menyelesaikan studi tingkat menengah, saya melanjutkan jenjang pendidikan S1 di Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya Jakarta.
24 Di kampus Atmajaya itulah saya bertemu dengan pasangan hidup saya, Imelda Nissa Tjahjamuljo, panggilan akrab Nissa yang sekarang sudah menjadi istri saya. Kami menikah di Gereja St. Stefanus pada tanggal 29 November 2003 diberkati oleh Rm. Adji Prabowo, Pr. Setelah menikah kami tinggal bersama di daerah Pondok Indah, tepatnya di Lingkungan Angela Wilayah V. Pada tahun 2007, istri saya sempat merasakan hamil, namun Tuhan mempunyai rencana lain. Meskipun belum sempat lahir ke dunia, kami meyakini bahwa dialah anak kami yang pertama, yang harus kami syukuri dan rawat, termasuk perawatan rohani. Maka berkat bimbingan Romo Antoro, kami mengadakan baptis darurat dalam iman dan memberinya nama Fransiska Emanuella. Saat ini, ia sudah menjadi Malaikat Kecil di Surga yang punya peran dan karya khusus dari Tuhan, terutama
mendoakan kami yang masih berziarah di bumi ini. Saat ini saya berprofesi sebagai profesional konsultan di bidang HRD/Personalia, khususnya di ranah pengembangan sumber daya manusia dengan fokus membantu beberapa kelas Training Soft-skill yang banyak menggali tentang karakter, pola pikir, hubungan antar manusia, dan lain sebagainya. Sedangkan istri saya, Nissa, saat ini berprofesi sebagai Guru dan berkarya di TK Pangudi Luhur. Dalam mengikuti kegiatan pelayanan gereja di St. Stefanus, saya mengawalinya dengan membantu sebagai Lektor pada perayaan Minggu Palma pada tahun 2002, satu tahun sebelum menikah. Kemudian saya diperkenalkan dengan Bp. Yohanes Tukimin dan Bp. Pranoto yang pada periode saat itu menjadi Seksi Liturgi di Paroki, untuk membantu
25 25 Seksi Liturgi dalam pendampingan Lektor/Lektris hingga tahun 2007. Pada tahun 2006 – 2010, saya diperbantukan untuk membantu sebagai Seksi Panggilan. Dan pada awal tahun 2012 sampai dengan sekarang, saya membantu sebagai Ketua Seksi Kepemudaan dan juga berperan sebagai pendamping Lektor/Lektris tetap terus dijalankan secara aktif sampai tahun 2012. Pelayanan aktif menggereja merupakan bagian dari hidup saya, jauh sebelum menikah, sehingga ketika memasuki perkawinan dan membentuk keluarga, kegiatan terlibat dalam aktifitas gereja sudah menjadi bagian dan menjadi hal yang wajar. Untuk menyesuaikan ritme kehidupan keluarga dan ritme aktifitas pelayanan, kami selalu berdiskusi mengenai pengaturan jadwal dan waktu. Bagi kami, keharmonisan rumah tangga selalu menjadi hal yang utama. Untuk menjaga keharmonisan itu, kami berpegang pada beberapa prinsip; pertama, bahwa perkawinan adalah panggilan hidup dan sakramen yang merupakan tanda kehadiran Allah. Karena itu setiap pasangan harus saling menyesuaikan, agar wajah Allah hadir melalui keluarga. Tentu saja ini merupakan hal yang sulit, tetapi harus kami perjuangkan terus menerus. Kedua, undangan Kitab Suci untuk “Kasihilah seperti dirimu sendi-
ri” menjadi prinsip bagi kami untuk mempertahankan keharmonisan rumah tangga. Prinsip ini mempunyai pesan bahwa berusaha semakin mengenal, semakin mengerti dan mengendalikan ego diri, mau menjadi bagian dari diri sendiri dalam menjaga keharmonisan perkawinan. Ketiga, kami berusaha untuk menjalankan sistem Emotional Bank Account (EBA). Dengan kata lain, dalam rangka menjaga keharmonisan, kami perlu memperhatikan saldo EBA di pasangan kita. Sebagai salah satu wujud konkritnya, sangatlah penting bagi kami untuk sekalisekali memberi kejutan manis bagi pasangan, supaya saldonya meningkat dan berkualitas. Semoga dengan prinsip-prinsip itu dan berkat rahmat Allah yang senantiasa mengalir, kami dimampukan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga dan tetap mempunyai kesiapsediaan untuk aktif dalam pelayanan di gereja demi kemuliaan namaNya.***
26
TUNJUKANLAH AKSI NYATA PRA-PASKAH TAHUN INI DENGAN LEBIH PEDULI
Hidup baru itu akan membuat kita mampu menjalankan nasehat Rasul Paulus, yaitu agar kita melakukan segala sesuatu hanya demi kemuliaan Tuhan : ”Jika engkau makan atau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu demi kemuliaan Allah” (1 Kor 10:31). Kita juga berharap, khususnya melalui olah rohani selama masa Prapaskah ini, kita semakin mencapai “kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Ef 4:13).
Kutipan Surat Gembala dalam Aksi Puasa Pembangunan 2015
27 MingguPalma, 29 Maret 2015 Misa I : 07.00 WIB (Perarakan) Misa II : 09.30 WIB Misa III: 16.30 WIB Misa IV : 19.00 WIB
Kamis Putih, 02 April 2015 Misa I : 18.30 WIB Misa II: 21.30 WIB (Tuguran)
Jumat Agung, 03 April 2015 Misa I : 10.30 WIB Misa II : 14.00 WIB Misa III: 17.30 WIB
Sabtu Paskah, 04 April 2015 Misa I. : 17.30 WIB Misa II : 21.30 WIB
28
Minggu Paskah, 05 April 2015 Misa I : 07.00 WIB Misa II : 09.30 WIB (Misa anak-anak) Misa III: 17.00 WIB
"Semua orang Kristiani menurut cara masing-masing wajib melakukan tobat demi hukum ilahi" (KHK k.1249).” Dalam masa tobat Gereja mengajak umatnya "Secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan ibadat dan karya amalkasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang" (ibid). Untuk memaknai masa Prapaskah ini marilah mengusahakan orientasi dan perilaku yang membuat semakin bersyukur dan mewujudkan sikap peduli kepada sesama. Berusaha dalam suasana tobat dan syukur untuk mewarnai masa penuh rahmat. Semoga dengan menjalani masa Prapaskah, iman semakin diteguhkan. Percaya denganNya, persaudaraan semakin diakrabkan dan pada gilirannya semakin berbelarasa terhadap saudarasaudara yang menderita.
29. ORBITAN UTAMA
KASIH SAYANG DI DALAM KELUARGA -Arie Mukti-
R
esep terbaik untuk mengekspresikan kasih sayang keluarga adalah melakukan dengan ‘hati’, apapun bentuk pe-rilakunya.
– keikhlasan. Melakukan atau mau menjalani dengan mimik cemberut, kesal, muka marah, sikap kasar atau bahkan tanpa ekspresi.
Ada tiga aspek yang perlu kita ketahui dalam berperilaku, yaitu keterlibatan fisik (motoric), pikiran (cognitive), dan perasaan (afeksi), sebutlah hati. Sering kita jumpai atau kita melakukan sesuatu hanya sebatas fisik dan pikiran tanpa hati. Misal anak menjalankan perintah orangtua tidak sepenuh hati. Istri melayani kebutuhan anak atau suami sekedar melakukan, tanpa hati. Benar, tugas selesai, kewajiban terpenuhi namun tidak dengan hati, tidak ada sincerety
Di hari dan bulan istimewa ini banyak orang mengingat, merayakan atau mengungkapkan rasa ‘kasih sayang’- di hari Valentine. Tidak penting apakah sebatas melakukan hal berbeda di hari tersebut, memulai atau sekedar mengingat kembali akan pentingnya memberi kasih sayang. Melalui tulisan ini secara khusus kita diingatkan kembali bagaimana memberi kasih sebagai pengungkapan sayang di dalam keluarga.
30
Bukan hal mudah mencari rumusan atau definisi apa itu kasih sayang. Merasakannya itu yang terpenting. Merasakan mampu memberi dengan kasih sayang - dengan hati - adalah suatu perasaan tak ternilai sebagai wujud kedekatan antar kita manusia, secara khusus keluarga dan bentuk cinta kita pada Allah. Ketika semua anggota keluarga berlomba untuk saling memberi kasih sayang, memampukan diri melakukan kegiatan dengan hati, itu essensi dari kasih sayang. Antar anggota di dalam keluarga misalkan memberi sapaan, mendengarkan, mengungkapkan kata atau kalimat yang menenangkan, mela-yani dan membantu anak belajar, menemani bermain atau berbelanja, serta kegiatan sehari-hari lainnya yang dapat dilakukan dengan ‘hati’ di dalam keluarga. Penghayatan rasa kasih dan sayang Panduan hidup tidak sekedar datang dari buku, itulah pentingnya kita mempunyai orangtua sebagai bagian dari keluarga. Ketika saat ini kita berperan sebagai anak, kelak pada waktunya kita akan menjalani peran sebagai orangtua. Oleh karenanya manifestasi kasih sayang keluarga dapat diekspresikan dalam berbagai kesempatan dan aktifitas yang dilakukan di dalamnya. Misalkan seorang anak melihat bagaimana ekspresi kasih sayang mama terhadap papa, atau sebaliknya papa terhadap mamanya. Maka tidaklah heran kelak
di kemudian si anak akan melakukan hal sama terhadap pasangannya. Sebut saja contoh lain ketika anak perempuan melihat bagaimana cara mamanya memberikan kasih sayang dengan cara menghormati mertua, maka saat itu anak tahu bagaimana menghormati nenek-kakeknya atau belajar bagaimana kelak menghormati mertuanya. Penghayatan akan kasih sayang merupakan proses pengalaman yang dirasakan. Rasa puas, senang, gembira, rasa nyaman dan bahagia ketika dapat memberi atau ketika mendapat kasih sayang. Bahkan di dalam hal bebeda, menahan godaan marah, kesal, cemburu, iri hati, atau kemampuan menahan sikap seenaknya dalam bicara dapat diungkapkan dengan rasa kasih sayang. Sebagai contoh suatu ungkapan seorang ibu terhadap anaknya “Dik, mama tidak marah kamu mendapat nilai merah di rapotmu. Mari bersama kita bicarakan mengapa, dan bagaimana membantumu menjadi lebih baik”. Pernyataan positif ini sebagai ungkapan kasih dan sayang mamanya sehingga membuat anak merasa diterima apa adanya, dan diberi harapan untuk dapat menjadi lebih baik. Berbuat untuk kepentingan bersama juga adalah wujud ungkapan kasih sayang diantara anggota keluarga, misal dengan cara berbagi tugas. Aktifitas ibu dalam menyiapkan makan, membuat rumah bersih dan nyaman untuk tinggal, ayah membersihkan dan mempersiapkan mobil
31
agar keluarga nyaman jika bepergian. Seorang anak turut serta membantu mencuci piring, mengepel bukan hanya kamarnya, ataupun melakukan hal lain yang semata bukan untuk diri sendiri namun dapat dinikmati oleh semua anggota keluarga. Untuk ini semoga setiap anggota keluarga mampu mewujudkannya dengan hati yang tulus dalam berbagai bentuk kegiatan di dalamnya. Memberi dan menerima, tanpa syarat Memang tidak mudah melakukan, sekalipun tampak sederhana, tidak memerlukan biaya dan senyatanya kita tahu apa yang harus dan baik untuk dilakukan. Namun, terkadang dan mungkin sering kita terjebak dalam sikap egois, kecenderungan suka melakukan apa yang disukai, bukan yang seharusnya dilakukan. Mari kita bersama belajar melakukan pekerjaan dengan cinta, memberi dan menerima dengan kasih sayang, tanpa syarat. Dimulai dari hari kasih sayang ini, dan sebuah harapan melalui tulisan ini kita semua diingatkan kembali bahwa dari hal-hal kecil dan dengan cara-cara sederhana ternyata dapat membuat anggota keluarga kita merasakan adanya saling me-ngasihi dan menyayangi, dan juga munculnya perasaan di”kasih”I dan di”sayang”i. Melengkapi dan menutup tulisan ini, marilah kita merenungkan kembali apa yang tertulis di dalam Alkitab “1 Korintus 13”, tentang Kasih.***
32. SANTO SANTA
“Aku bertanya kepadamu dan kamu tidak mendengar, jadi aku bertanya kepada Tuhan dan Ia mendengar”
Santa Skolastika (perawan) 11 Februari
S
kolastika lahir pada 480 di Nursia, Umbria, ayahnya seorang yang kaya. Ia adalah adik kandung Santo Benediktus, pendiri Ordo Benediktin dan Abbas termasyur biara Monte Kasino. Sejak muda mengabdikan diri menjadi seorang biarawati dan belajar di Roma. Semenjak mudanya Skolastika bercita-cita menjadi seorang biarawati agar lebih total menyerahkan hidupnya kepada Allah dalam doa dan tapa. Setelah menjadi seorang biarawati mengikuti jejak kakaknya, ia pun mendirikan sebuah biara tersendiri yang berdekatan dengan biara Monte Kasino. Banyak wanita lain yang mengikuti Skolastika dan tinggal di biara itu.
Kedua kakak beradik itu tetap saling mengunjungi dan meneguhkan. Skolastika mengunjungi Benediktus kakaknya untuk mendapatkan bimbingan rohani baik demi kemajuan hidup rohaninya sendiri maupun kemajuan hidup rohani suster-susternya. Benediktus pun mengunjungi Skolastika dan suster-susternya untuk memberi bimbingan rohani. Menjelang ajalnya, Skolastika membujuk Benediktus kakaknya yang kebetulan datang pada saat itu agar menemani dia sambil menceritakan kehidupan orang-orang kudus yang sudah meninggal dunia. Tak lama kemudian, Skolastika meninggal dunia di hadapan kakaknya sendiri. Jenazahnya di kuburkan di Monte Kasino dalam kubur yang telah disiapkan oleh Benediktus. Menyaksikan kesedihan para biarawan dan biarawati, Benediktus berkata: Janganlah menangis dan sedih! Yesus telah memanggil Skolastika dari tengah-tengah kita supaya ia menjadi pembantu dan pelindung bagi kita yang masih mengembara di dunia ini. Skolastika meninggal dunia pada tahun 543. ***
33. PESONA SABDA
KeluargaAdalahSekolahCintaKasih -Dena Sukianto-
K
eluarga merupakan sebuah topik yang sangat personal untuk dibicarakan. Namun sadar tidak sadar banyak keluarga justru berlomba-lomba terlihat “bahagia” meskipun banyak masalah melanda. Banyak orang tua ingin anak-anak mereka bertumbuh menjadi orang yang sopan, berbudi pekerti yang luhur, pintar dan bahkan berprestasi dalam bidang olah raga dan musik. Orang tua pasti akan bangga bila anaknya dapat bertumbuh menjadi sosok yang bermanfaat bagi masyarakat. Anak juga mempunyai ekspektasi terhadap orang tua, yang dapat mengerti mereka. Sekarang masalah utamanya adalah bagaimana jika ekspektasi orang tua maupun anak tidak tercapai?
saya tidak dapat memilih orang tua, kakak maupun adik sesuai dengan keinginan saya. Dengan berjalannya waktu, saya belajar untuk menerima keluarga yang diberikan Tuhan sebagai sebuah “hadiah” indah dalam pembentukan hidup. Dengan ini saya justru menemukan kebahagiaan batin yang hilang. Bagi saya, keluarga adalah sebuah sekolah untuk menemukan Cinta Kasih Sejati, dimana dapat belajar mencintai, menerima setiap individu apa adanya dan lebihlebih untuk menyatakan kebesaran dan kemuliaan Tuhan. Sekarang saya memandang kebahagiaan dalam keluarga bukanlah terletak pada kemampuan, kepandaian, prestasi dan kesuksesan lagi, tetapi lebih pada kesetiaan untuk bersama-sama bertumbuh dalam cinta kasih.
Saya lahir dari sebuah keluarga yang sangat individualis. Waktu kecil saya merasa sering dibandingbandingkan, tidak pernah dipuji, tidak pernah merasa diperhatikan, tidak disayang. Saya marah, kecewa dan protes kepada Tuhan, mengapa lahir dikeluarga seperti ini? Namun seiring dengan perkembang-an kedewasaan dan pertumbuhan iman akan Cinta Tuhan, saya mulai menyadari bahwa hidup ini tidak dapat dipisahkan dari keluarga. Saya tahu,
Dalam Kitab Yeremia dikatakan, “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa” (Yer 1:5). Sabda Tuhan ini mengingatkan saya untuk terus berjuang hidup dalam kekudusan. “Apa itu Hidup dalam Kekudusan”? Sederhana, kekudusan adalah sadar bahwa Tuhan hadir. Tuhan hadir dalam keluarga kita! Itulah kekudusan
34
yang harus kita hayati. Kebahagiaan dalam keluarga tidak terletak kepada kesuksesan duniawi semata-mata. Ada kebahagiaan yang lebih mendalam ketika kita dapat mengkomunikasikan Cinta Tuhan dengan baik dalam “peran” peran yang Tuhan berikan, baik sebagai suami, istri, orang tua, anak, nenek, kakek, mertua maupun ipar.
B
apa, Kami percaya Engkau menyertai keluarga kami ini, sehingga keluarga kami benar-benar menjadi gereja rumah tangga yang bertumbuh dan berkembang dalam keutamaan- keutamaan Kristiani: iman, harapan dan kasih. Kami percaya, Engkau membimbing keluarga kami dalam kesulitan hidup yang kami alami setiap hati. Kuatkanlah kami sekeluarga, bilamana kami tergoda untuk jatuh ke dalam dosa dan menyimpang daripada-Mu. Amin
Terakhir, kita dapat belajar dari injil Lukas 2:19: “Maria, menyimpan segala perkara itu di dalam hati dan merenungkannya.”Denganmerenungkan semua perkara dalam hati, maka kita mempunyai waktu untuk melihat semua peristiwa atau masalah melalui kaca mata Cinta Kristus, sehingga Cinta yang tulus dan murni ini pun perlahan-lahan tercipta. Namun saya tahu, ini bukanlah hal yang mudah, tetapi jika kita fokus dan sadar bahwa Tuhan hadir dalam keluarga, maka segala perkara akan menjadi “harapan”, bukan lagi “masalah”. Marilah bersama-sama kita belajar untuk berani melihat setiap anggota keluarga sebagai “guru” yang mengajarkan untuk mencintai. Keluarga adalah sebuah sekolah Cinta Kasih, keluarga juga sebagai tempat Cinta Sejati berawal. Cinta Kristus beserta dalam keluarga kita.***
35. ORBITAN LEPAS
PERZIARAHAN HIDUP -Rm. Martin van Ooij, SCJ-
M
erenungkan segala aktivitas kita sehari-hari, salah satu kata penting yang bisa memaknai semuanya adalah kata “ziarah.” Kata ini mengarahkan pengertian hidup kita sebagai suatu suatu perjalanan. Hidup kita adalah sebentuk perjalanan. Kita berjalan dari satu titik menuju ke titik yang lain. Tentu saja, ada tujuan yang selalu dimiliki oleh manusia-manusia sehat, apalagi bagi manusia beriman. Berkat iman akan Yesus Kristus, kita berjalan menuju suatu tujuan yang maha penting, yakni persatuan dengan Allah, sang sumber kehidupan. Pertanyaan yang sering mengganggu keseharian kita, “Kapan perjalanan atau peziarahan itu akan berakhir atau menemukan tujuannya?” Banyak orang tidak sabar untuk berjumpa dengan Allah. Banyak orang tidak sabar dengan proses dan perkembangan hidupnya sendiri. Mereka merasa begitu-begitu saja, padahal sudah merasa bertekun dalam doa dan menjadi katolik sudah sekian lamanya. Menjawab keresahan semacam ini, saya pun hanya bisa gelenggeleng kepala alias tidak tahu. Mengapa? Karena saya yakin, manusia diciptakan untuk menjadi makhluk yang berproses, yang selalu dalam dinamika “On becoming.” Maka te-
pat kalau kita katakan hidup kita ini adalah sebuah peziarahan. Kita diundang untuk terus menerus berjalan, berkembang, bertumbuh dan bergerak untuk mencari dan mencari. Dalam konteks iman, kita diyakinkan untuk tidak perlu cemas. Karena selain kita perlu bertumbuh dalam kemandirian, kita juga diharapkan untuk bertumbuh bersama dalam kebersamaan. Kita tidak berjalan sendiri. Ada banyak orang disekitar kita, yang selalu siap untuk menjadi teman peziarahan kita. Dengan kata lain, dalam peziarahan ini, kita membutuhkan satu sama lainnya. Itulah bekal berharga, yang perlu dijaga, disyukuri dan dimanfaatkan. Kebutuhan satu sama lainnya bisa dalam bentuk yang jasmani maupun yang rohani. Berkaitan dengan kebutuhan rohani, Bapa Paus Fransiskus membantu kita untuk menyadari bahwa ada salah satu bentuk panggilan hidup, yang sekiranya bisa menjadi teman peziarahan hidup bagi kita untuk bisa sampai kepada persatuan yang akrab dengan Allah. Para awam diundang untuk melihat, mendukung dan bekerja sama dengan orang-orang yang terpanggil untuk memilih jalan Hidup Bhakti (Hidup Membiara). Dengan mencanangkan
36
dari tanggal 30 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Februari 2016 sebagai Tahun Hidup Bhakti, Bapa Paus mengajak seluruh umat (kaum awam) untuk berjalan bersama para biarawan-biarawati untuk menemukan Allah dalam kehidupan kita sehari-hari.
Keprihatinan dan cinta Bapa K ih i d i B Paus amatlah besar untuk kaum religius (biarawan-biarawati). Selain itu, Bapa Paus menaruh harapan yang besar kepada mereka, supaya mereka mampu dan dimampukan menjadi suara-Nya di tempat orang miskin dan golongan-golongan yang dikesampingkan dari masyarakat, seperti anak-anak terlantar, orangorang jompo yang miskin dan kaum muda yang kehilangan orientasi dan miskin pendampingan. Hidup religius diharapkan mampu memberikan kesaksian, membawa kegembiraan Injil, mencari dan membela para imigran dan pengungsi, mencari dan membe-
37
baskan anak-anak dan gadis-gadis yang diperdagangkan. Gereja dan masyarakat membutuhkan nabi-nabi yang berjuang dan mempraktekkan keadilan, damai, cintakasih, kepedulian dan bersyukur. Dan semuanya mulai dari keluarga: orang tua dengan anak-anak. Kaum awam pun dipanggil dalam peziarahan yang sama. Selain mendukung para religius, mereka juga diundang untuk ambil bagian dalam misi panggilan, menggerakkan iman agar panggilan untuk menjadi imam, biarawan dan berawati bisa tumbuh subur. Semuanya itu harus dimulai dari keluarga, karena keluargalah “Gereja” kecil. Dari sanalah para religius bertumbuh dalam iman dan panggilan. Maka kaum awam diundang untuk menciptakan keluarganya, sebagai tempat persemaian yang subur bagi panggilan ini, bukan malah menjadi penghalang.
Secara praktis, bagaimana kita mendukung anak-anak kita ke arah panggilan Hidup Bhakti. Panggilan itu bukan datang dari langit! Bukan melalui penampakan yang extraordinary. Ketika seorang anak putri tertarik dengan pakaian suster yang gemilang putih dan sepatunya yang hitam dan sederhana, itulah benih panggilan yang bisa dipupuk sejak awal. Ketika seorang anak putra yang mau jadi Romo karena ingin naik motor gedhe, pergi ke stasi-stasi terpencil, itulah benih panggilan yang perlu diperhitungkan dan jangan dianggap angina lalu saja. Dua contoh ini amat simpel dan mungkin aneh, tapi bisa menjadi awal motivasi yang bagus. Dan itu yang sering terjadi dan akhirnya berbuah! Daripada seorang anak yang tiba-tiba ingin masuk seminari karena mau jadi PAUS atau USKUP, bahkan bersedia menjadi MARTIR. Teman-teman terkasih, kehidupan bersama dalam tiap komunitas, entah biara, pastoran, keluarga, maupun kelompok rohani adalah hadiah dari Tuhan. Maka tidak perlu takut untuk mengisi tempat dan peran dalam ZIARAH hidup kita. Hidup Bhakti adalah HATI dari Gereja. Bersama para terpanggil dalam Hidup Bhakti, marilah kita berziarah bersama dengan memeluk hari depan dengan harapan dan sukacita.***
38
39. ORBITAN LEPAS
Ketika Cinta Tidak Harus Memiliki -Rm. Ting Ding SCJ-
“Kalau ada yang bilang, cinta itu tidak harus memiliki, orang itu pasti adalah orang terbodoh di dunia. Saya mau memilikinya,” ungkap jujur seorang teman.
U
ngkapan ini menyiratkan bahwa ‘mencintai’ selalu identik dengan ‘memiliki’. Kalau demikian, akulah orang terbodoh di dunia ini. Karena aku mencintai banyak hal, toh semuanya tidak mampu kugenggam erat-erat. Dan yang nyata-nyata tidak tergenggam, tetap kucintai semampunya.
nya gila. Kata orang Indonesia bagian timur, ini yang disebut “cinta mati”. Kata orang Jakarta, ini yang disebut “cinta abis”. Dalam kegilaan cinta itu, keinginan untuk memiliki kian hari kian bertambah. Namun kata hatiku mengingatkan sisi lain dari sebentuk cinta. Semakin aku ingin memiliki, semakin nyata bahwa aku tidak mencintai sungguh. Semakin aku mencintai, semestinya semakin besar pula keinginan untuk tidak memiliki alias membiarkannya lepas bebas. Kita ini terdiri atas daging dan roh; badaniah dan rohaniah. Salah satu hakikat hidup rohaniah yang semestinya kita hidupi adalah hidup di dunia (mencintai dunia) tanpa menjadikan diri milik dunia; tanpa terikat dan mengikat dunia. Ketika lahir, kita dalam keadaan telanjang, tanpa bekal harta benda. Dan ketika mati, kita akan dikubur dalam sebuah ruang sempit dan gelap, tanpa harta benda yang dengan susah payah kita kumpulkan di dunia ini.
Aku begitu mencintai ayahku dan ia milikku sepenuhnya. Ketika Tuhan memanggil ayahku 7 tahun silam, aku tersadar bahwa ayahku bukan milikku. Ia adalah milik Tuhan sepenuhnya. Meskipun demikian, cintaku pada ayahku tidak akan pernah padam sampai kapan pun.
Dan pasti, Tuhan itu begitu mencintai umat manusia. Tetapi Tuhan tetap memberikan kebebasan bagi manusia untuk menerima atau menolak. Dan Tuhan tidak akan pernah berhenti mencintai walaupun umatnya semakin berjalan dalam kegelapan dan menjauhinya. Semakin dosa bertambah, semakin besar rahmat Allah akan melimpah.
Ketika aku jatuh cinta pada seorang gadis, aku betul-betul dibuat-
Tiga ratusan meter dari tempat tinggalku sekarang ini, ada bebera-
40
pa orang atau keluarga yang tinggal di tenda-tenda yang ‘tambal sulam’ (compang-camping). Mereka ini hanyalah wakil dari jutaan orang yang memiliki nasib sama, yakni menjadi “manusia tenda”. Dan mereka ini bukanlah anak adopsi, anak tiri atau yang sejenisnya, tetapi betul-betul anak-anak kandung negeri, yang begitu mencintai tanah airnya, tumpah darahnya. Merekalah pemilik dan pewaris negeri; sebuah negeri yang begitu getol menelorkan film-film cinta dan yang selalu mempertontonkan puser-puser indah wanitanya. Tetapi apa yang mereka miliki? Nothing! Sebidang, bahkan semeter tanah untuk sekedar mendirikan tenda, tidak
punya! Maka mereka harus siap diusir oleh pemilik kebun yang untuk sementara waktu mereka pakai untuk mendirikan tenda. Bangunan rumah sederhana, jelas mereka tidak punya! Lha.. kalau punya, untuk apa harus berteduh siang-malam di dalam tenda. Memiliki tanah untuk bertani, ahk… jangan bermimpi untuk itu. Jadi kuli bertani, bangunan gedung dan jalan, itulah satu-satu-nya kemungkinan. Biaya pendidikan untuk anak-anaknya, duh… jauh dari dambaan! Maka anak-anaknya pun terpaksa dan dipaksa untuk tahu hanya soal bekerja dan bekerja, sebagai kuli. ***
Apakah orang-orang seperti itu, patut kuberi nasehat dan penghiburan bahwa “cinta tidak harus memiliki”. Bila demikian, alangkah tidak tahu diri dan bodohnya aku ini! Dan dalam konteks ini, aku mengamini ungkapan temanku di muka, bahwa hanya orang bodohlah yang berani berkata “cinta tidak harus memiliki”.
41. KESEHATAN
KESEHATAN GIZI KELUARGA
D
alam usaha mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera yang menjadi tujuan dari setiap perkawinan, gizi memegang peranan yang amat penting. Sehat atau tidaknya anggota keluarga salah satunya ditentukan oleh kadar gizi yang terkandung di dalam hidangan menu sehari-hari. Bahkan untuk anak-anak kualitas makanan bergizi bukan saja menentukan pertumbuhan fisik melainkan akan sangat mempengaruhi perkembangan intelengensia anak. Kriteria Keluarga yang sadar akan pentingnya gizi yang berkualitas antara lain adalah makan beraneka ragam makanan (4 sehat 5 sempurna), Selalu memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarganya (menimbang berat badan), khususnya balita dan ibu hamil, Menggunakan garam beryodium, Memberi dukungan kepada ibu melahirkan agar wajib memberikan ASI eksklusif pada bayi minimal sampai umur 6 bulan. Menerapkan pola hidup untuk selalu makan pagi bersama keluarga. Target yang paling utama dalam pemenuhan gizi pada keluarga adalah Balita, Ibu hamil dan Ibu Menyusui. Ada berbagai inovasi yang berkenaan dengan pemeliharaan kesehatan dan keadaan gizi balita, ibu hamil dan menyusui. Antara lain adalah penimbangan batita/balita, pemberian paket pertolongan gizi (yang berisi Vitamin
A, dan zat besi), pemberian makanan tambahan, pemeriksaan ibu hamil, dan penyuluhan gizi. Pemenuhan konsumsi pangan dipengaruhi banyak faktor, pemilihan jenis maupun banyaknya makanan yang di konsumsi dapat berlainan dari setiap individu atau keluarga. Faktor – faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah : jenis dan banyaknya makanan yang di produksi dan tersedia, tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan. Konsumsi makanan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi. Konsumsi makanan itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan seperti tersedianya pangan, kebiasaan, status ekonomi, sosial budaya, pendidikan, jenis kelamin, umur, jenis kegiatan serta status kesehatan. Terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendapatan rumah tangga dengan tingkat konsumsi gizi. Tingkat kecukupan gizi ditentukan oleh tingkat kecukupan pangan, dimana keluarga terjamin konsumsi pangannya pada tingkat kebutuhannya. Selain daripada itu, perlu pemantauan mengenai status gizi individu maupun keluarga. Status gizi merupakan keadaan fisik tubuh yang timbul akibat konsumsi, absorpsi dan penggunaan zat – zat gizi oleh tubuh. Jumlah makanan yang tidak memenuhi kebutuhan sehari – hari
42. ORBITAN LEPAS secara langsung akan menimbulkan masalah gizi kurang. Demikian pula bahwa konsumsi makanan yang tidak memadai sesuai dengan kebutuhan tubuh baik kuantitas maupun kualitas akan menimbulkan masalah gizi. Kecukupan gizi sangat penting untuk masyarakat terutama kaum balita dan Ibu Hamil. Dan dengan terpenuhinya kecukupan setiap individu makan dapat meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan baik
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.. Maka dari itu peran Pemerintah dan Departement Kesehatan sangat berpengaruh pada kecukupan gizi sehari – hari keluarga dan masyarakat dimana akan mewujudkan Negara yang sehat dan jauh dari penyakit gizi buruk. Sumber : https://sasrianaoctavinia.wordpress.com/2012/10/29/artikel-1ilmu-sosial-dasar/ https://arali2008.wordpress.com/2011/02/03/pengertian-ilmukesehatan-keluarga-dan-penerapan-pendidikan-gizi/, http://jambi.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=840
Ulasan film NADA UNTUK ASA -Put-
Rapuh dan Tegar NADA UNTUK ASA-5 februari 2015. Seberapa besar kisah – cerita tentang HIV bukanlah gagasan yang biasa di karyakan dalam sebuah media Film? Nada Untuk Asa lebih mengarah kepada FILM KEMANUSIAAN membangun pergolakan stigma negative. Yah… Seberapa besar kita mendapati nilai kemanusiaan mampu mengalahkan pola-pola pikir yang menyesatkan dalam masyarakat kita. Jualan air mata, bukan itu yang dicari atau meng-obral kisah HIV tegas diaktakan tidak! Nada untuk asa adalah film melodrama yang memiliki hati. Sekilas sinopsis; bahwa Nada (Marsha Timothy) adalah orangtua Asa (Aca
Septriasa), Asa sendiri adalah anak ketiga dari Nada dan mereka berdua positif HIV. Nada sendiri adalah Janda yang mendapati penyakit tersebut dari suaminya (Irgi Fahrezi) yang selingkuh positif HIV dan menularkan ke Nada serta Asa. Charles Ghozali sebagai sutradara sepertinya mampu membangun karakter Nada dan Asa dengan sebegitu kuatnya. Nada; sosok wanita yang mengalami proses keterpurukan dan kesedihan yang mendalam, dimana sebelumnya ia merupakan seorang istri dan ibu yang bahagia kemudian kehidupan berubah dimana suaminya meninggal dan meninggalkan penyakit dalam diri mereka. Sehingga kemudian Nada menghadapi kenyataan dijauhi keluarga bahkan oleh ayahnya sendiri. Sedangkan Asa; merupakan gadis yang ceria yang kuat dan positif, tidak menunjukkan beban itu bahkan berkonsentrasi meraih citacitanya. Selebihnya masalah sinematik yang dipaparkan melodrama ini, memang tidak bisa dibilang luar biasa akan tetapi bagi sebuah produksi value yang jelas memang tidak terlalu besar konsep Film ini telah berhasil memaparkan materi yang kuat. Nada adalah “masa rapuh”, Asa adalah “masa tegar” sehingga konten yang diharapkan akhirnya mampu menjadi Bahasa yang menarik menyikapi HIV sebagai penyakit stigmatis.***
43. CERPEN
Benedictus Baowolo Paroki St. Stefanus/ Lingkungan Soegijapranoto/ Wilayah VII “Hendaklah kasih sayang itu diberikan seperti sungai tidak seperti bunga. Karena panas dia akan semakin layu dan harumnya akan memudar akan tetapi jika sungai ia tetap mengalir tiada henti. Kasih Yesus akan selalu diungkapkan sebagai lambing sungai kehidupan.”
Marie Sihombing Paroki St.Stefanus/Lingkungan Sta.Barnadette / Wilayah II/KTM,PDKK “Kasih Sayang keluarga adalah membiasakan kehadiran suasana kasih, damai dan suka cita. Wujudnya dengan memberikan pelayanan sepenuh hati terutama kepada suami, anak dan anggota keluarga lainnya yang paling membutuhkan. Sebagai usaha nyata, saya mencoba untuk sabar, murah hati, tidak cemburu dan tidak memegahkan diri.”
44
Elyzabeth Myseline Surbakti Paroki St.Maria Ratu/ OMK Blok B, KELASI “Arti kasih sayang keluarga bagi saya adalah Tempat berbagi dalam suka duka, menerima, melengkapi dan kasih Allah hadir di tengahtengah kita.”
Vincentius Danu Prasetiawan Paroki St. Aloysius Mlati, Sleman Yogyakarta
Luccie Tania Hermas Kiem Paroki Maria Bunda Karmel/OMK
“Kasih Sayang Keluarga. Kasih sayang keluarga yaitu Kasih yang dilandasi atas dasar persekutuan Hidup bersama untuk membangun persekutuan Cinta diantara Pribadi pribadi dalam Keluarga, dimana Kasih sayang itu timbul secara langsung dari lubuk hati kita yang paling dalam, Karena keluargalah satu - satunya Gereja kecil yang Allah berikan kepada kita.Seperti kasih Bapa kepada Dombanya yang tidak terbatas oleh jarak,waktu,kapanpun dan dimanapun kita berada, jadi apapun yang kita lakukan pasti kita memperioritaskan Tuhan dan keluarga yang paling utama dalam hidup pribadi maupun berkeluarga, karena kerinduan yang sangat mendalam adalah ketika kita jauh dari TUHAN dan Keluarga.”
“Awal mulanya hubungan terbentuk antara orang tua kepada anak serta keluar lingkungan keluarga. Hubungan dimaksud adalah sikap, perilaku, kepribadian hubungan yang baik dan harmonis akan menjadi modal dasar jati diri si anak kepada orangtuanya serta kepada masyarakat. .”
45. CERPEN
MATAHARI BULAN BINTANG LANGIT Cerita; Trisan Asta -Put-
S
udah saatnya Asta, seorang perempuan Yogyakarta berusia 26 tahun itu akan melahirkan anaknya yang pertama di usia kandungan 34 minggu. Akan tetapi kekhawatiran akan biaya persalinan
yang mahal membuat Trisan, suami dari Asta ini bekerja lembur hampir 11 jam sehari. Sebagai salah seorang fotografer di sebuah Koran Rakjat, Trisan sen-
46
diri merasa biaya kesehatan adalah hal yang sulit ia penuhi. Maka selain menulis artikel dan berita, Trisan juga aktif dalam kegiatan mengajar seni di sebuah Sekolah Dasar Negeri Benteng. Yogyakarta merupakan kota pelarian Trisan dari kesulitan di Jakarta dan kekangan keluarga atas kebebasan. Dalam benaknya mengawini Asta, 2 tahun lalu ia hanya yakin bahwa perjuangan tidak ada batasnya, semua ujian adalah rahmatNya. “Asta, kamu sudah ngajuin cuti mu di rumah sakit?” Tanya Trisan kepada istrinya seorang perawat. “Lagi penuh-penuhnya, San. Aku masih kuat kok,” balas Asta secara yakin. “Yah gak bisa begitu juga dong, kasihan kandunganmu yang besar ini. Apalagi kata dokter… kembar,” ungkap Trisan dengan penuh ke khawatirannya. Langkah berikutnya perlahan menghampiri Trisan, sesekali Asta melihat matanya dan menghela napasnya. “Aku takut san,” jelas Asta,
“Takut sama apa? Kan ada aku menemani mu. Kalau kamu gak kuat yah kita cesar saja. Bagaimana?” jelas Trisan kepada Asta. Kembali lagi melihat mata Trisan dan menghela napas, “Aku ini takut sama mereka yang nantinya lahir, apa kita ini weis siap?” Tanya kembali Asta. Trisan pun tersenyum,”Yah weis resiko, ta” kemudian Asta menarik diri dari meja teras tempat menyambut Trisan dan merebahkan badan yang hamil itu ke arah kamar. Trisan dengan sigap menuliskan sebuah sebuah pesan singkat kepada istrinya yang sedang gundah dan tertidur, seolah tidak mau mengganggu pesan singkat dan mendalam. “Tuhan Yesus kirim pesan tadi siang Ta, anak-anakmu nanti bakal besar seperti bulan dan bintang maka ayah dan ibunya harus lebih besar dari matahari dan langit. Sekalipun panas ataupun hampa karena ada kasih” Saat Asta tertidur diletakkan kertas itu dan kemudian begitupula Trisan sekembalinya ke teras untuk melepas lelapnya. ***
JAM PELAYANAN SEKRETARIAT PAROKI Kantor Sekretariat Paroki St. Stefanus buka setiap hari: 1. Senin pk 08.00 - 16.00 WIB 2. Selasa s/d Minggu pk 08.00 - 18.00 WIB Tutup pada hari Libur Nasional dan hari Besar Agama Katolik
47. KEPANITIAAN Susunan Panitia Paskah 2015 Paroki St. Stefanus Cilandak Pelindung
Romo Antonius Sumardi SCJ
Pendamping
Gunadi Sugiharso (Wil IX)
Albertus Primusanto (Wil I)
Penasehat
Eddy Cahyanto (Wakil Dewan Paroki) Bernadeth Ester Bahar (Bendahara I Dewan Paroki)
Sintha Kohar (Sekretaris II Dewan Paroki)
Badan Pengurus, Koordinator Lingkungan Wilayah I, IX dan Seksi-Seksi Ketua Umum George Daenuwy (Wil IX/Keluarga Kudus)
Wakil Ketua
Anton Sariadi (Wil I/Gregorius)
Sekretaris I Sekretaris II
Christopher V. Kotambunan (Wil IX/Keluarga Kudus) Sugianto Osman (Wil I/Gregorius)
Sekretaris III
Julia Lukman (Wil IX/Bonaventura)
Bendahara I
M.M. Ning Sunarwinto (Wil I/Yudas Tadeus)
Bendahara II
Lucy Goenadi (Wil IX/Keluarga Kudus)
1. Seksi Anggaran & Pengumpulan Dana Koordinator Yani Christono (Wil IX/Keluarga Kudus) Anggota Lenny Anwar (Wil IX/Bonaventura) Iwan Goenadi (Wil IX/Keluarga Kudus) Agus Prihantono (Wil IX/Bonaventura) Ratna Tjandra Kinita (Wil IX/Bonifacius) Husada Budidharma (Wilayah IX/Bonaventura) Rita Sumandar (Wil IX/Bonifacius) 2. Seksi Liturgi Koordinator Anggota
3. Seksi Paskah Anak Koordinator Anggota
4. Seksi Perlengkapan Koordinator Anggota
5. Seksi Konsumsi Koordinator Anggota
6. Seksi Kesehatan Koordinator Anggota
Agus Maryana (Ketua Seksi Liturgi Paroki) J. Agus Soesanto (Wil I/Gregorius) Thomas Wahyono (Wil I/Hubertus) Anastasia Amordhini (Wil IX/Bonifacius)
Sonya Wahyudi (Wil I/Hubertus) Felix Soebagjo (Wil I/Yohanes Pemandi) Budi Wahyudi (Wil I/Hubertus) Joseph Krismanto (Wil I/Yohanes Pemandi) Margowati (Wil I/Gregorius) Pilar Mulwanto (Wil I/Yudas Tadeus)
Eddy Susatyo (Wil IX/Bonifacius) Christono (Wil IX/Keluarga Kudus) Tikno Budimulyono (Wil IX/Bonaventura)
Titiek Arief (Wil IX/Bonifacius) Sr. Emmanuel, Fch (Pendamping Bina Iman Anak) Erna Denny (Wil I/Yohanes Pemandi)
Irawati Djajapurusa (Wil IX/Bonifacius)
Albertus Saptoprijono (Wil IX/Keluarga Kudus) Sugeng S. (Wil I/Yudas Tadeus) PPG - Bambang Sutarsono PPG - Suhartono Sudarisman (Wil I/Yohanes Pemandi) Ignatius Haryudanto (Wil I/Yohanes Pemandi) Lambert (Wil IX/Bonifacius) Yohanes Widi Nugroho (Wil I/Hubertus)
Suradji (Wil I/Hubertus) Anwar Harianto (Wil IX/Bonaventura) Ruth Andre Harianto (Wil I/Yudas Tadeus) Sandi Anggoro (Wil I/Yudas Tadeus) Venansius Suhartono Pintor - Bonifasius
Susana W. Hendarjati (Wil I/Gregorius) Ratnawati (Wil IX/Bonifacius) Ngatini Sudarisman (Wil I/Yohanes Pemandi) Maria Sundoro (Wil IX/Bonaventura) Titi Suwandi (Wil IX/Bonifacius) Lindiawati (Wil IX/Bonifacius) Maria G. Darmanto (Wil I/Yohanes Pemandi) Ibu Suradji (Wil I/Hubertus) Kenny Sapto (Wil IX/Keluarga Kudus) Tria Koen Prakoso (Wil I/Gregorius)
Diah Setyowati (Wil IX/Keluarga Kudus) Theodore Lingga (Wil I Elizabeth Dian Yani (Wil I Triasari Prakosa Eri Bambang S Maria Sugito Elisabet Nita Yusanti Lanny Hadinata
dr. Margaretha Winarti (Wil I/Hubertus) dr. Ilse Sudjono (Wil IX/Keluarga Kudus) drg. Fransisca Maya Sati (Wil I/Hubertus)
drg. Novi Budiono Gani (Wil I/Yudas Tadeus)
7. Seksi Publikasi Dokumentasi (HUMAS) Koordinator Team KOMSOS Anggota FX Haryanto (Wil I/Gregorius) FX Kusnandar (Wil IX/Keluarga Kudus)
Benny Setiawan (Wil IX/Bonifacius) Donald Saluling (Wil IX/Keluarga Kudus)
8. Seksi Dekorasi Koordinator Anggota
Ning Soehandoko (Stefani Florist) Martha Simon (Wil I/Hubertus) Lucia S. Windoe (Wil IX/Bonifacius)
Lindawati (Wil IX/Bonifasius
Ignatius E. Bimantoro (Ketua Sie Keamanan) Andrew Supit (Wil IX/Keluarga Kudus) Siprianus Nopala (Wil IX/Keluarga Kudus) Blasius Wage (Wil I/Gregorius)
Cosmas Adik Siprianus
9. Seksi Keamanan Koordinator Anggota
10. Seksi Umum Koordinator Anggota
Antonius Kuncoro (Wil IX/Keluarga Kudus) Cornelius Ende (Wil IX/Keluarga Kudus) Antonius Handoko (Wil IX/Keluarga Kudus) Cosmas Dame Dawa (Wil IX/Keluarga Kudus)
Ketua Lingkungan Wilayah I dan IX I/Yudas Tadeus Sandi Anggoro I/Yohanes Pemandi Ignatius Haryudanto I/Hubertus Dr. Margaretha Winarti I/Gregorius A. Y. Pramono
Sumbangan Paskah dapat ditrasfer melalui: No rekening Panitia Paskah BCA no 6080-47-6688 an: M.M. Moelyaningsih - Aloysia Goenadi Pemasangan Iklan Ucapan Selamat Paskah melalui Majalah Media PASS: hub; F.X Kusnandar 081296561068/F.X Haryanto 0816925978, email :
[email protected]
Jongky Kurniawan (Wil IX/Keluarga Kudus) Johanes Latief (Wil IX/Bonaventura) Arifin Dharmawan (Wil IX/Bonaventura)
IX/Bonaventura IX/Bonifacius IX/Keluarga Kudus
Husada Budidharma Lucia S. Windoe Albertus Saptoprijono (Ketua I)
Tahun 2015 adalah tahun kambing kayu, yang dimulai pada tanggal 19 Februari 2015 dan berakhir pada tanggal 7 Februari 2016. Kambing adalah tanda kedelapan dari Zodiak Cina yang terdiri dari 12 Shio. Angka "8" dalam budaya cina adalah tanda satu angka yang dapat memberikan keberuntungan serta melambangkan perdamaian dan kemakmuran. di Cina ada pepatah yang sangat terkenal "Tiga kambing harmoni dan kemakmuran". Secara umum, orang yang lahir di Tahun kambing Kayu adalah yang murah hati, adil, baik hati, lemah lembut dan peduli terhadap orang lain.***
DONASI PENGGANTIAN BIAYA CETAK MAJALAH MEDIAPASS FEBRUARI 2015 1
Lingk. St. Bonifacius (Jan. s/d Juni 2014)
1,320,000 Total
1,320,000
Terima kasih atas donasi yang telah diberikan, kami menunggu kontribusi Anda di edisi-edisi berikutnya. Harap memberitahukan apabila donasi dikirim melalui transfer. Untuk setiap penerimaan donasi, akan diberikan bukti penerimaan resmi. Iklan & Donasi : Dian Wiardi (0818 183 419) No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso
49. DANA PAROKI No
Wil
1 2 3 4
1 1 1 1
5 6 7 8
2 2 2 2
9 10 11 12 13
3 3 3 3 3
14 15 16
4 4 4
17 18 19 20
5 5 5 5
21 22 23
6 6 6
24 25 26 27 28
7 7 7 7 7
29 30 31
8 8 8
32 33 34
9 9 9
35 36 37 38
10 10 10 10
39 40 41
11 11 11
42 43 44
12 12 12
Note :
Perhit. 5-Jan14 Perhit. 12-Jan14 Perhit. 19-Jan14 Perhit. 26-Jan14 Amplop RP Amplop RP Amplop RP Amplop RP St.Hubertus HBS 2 70,000 5 350,000 8 250,000 1 50,000 St.Yoh.Pemandi YPE 4 135,000 2 400,000 St.Gregorius GRR 19 470,000 10 174,000 5 65,000 4 750,000 St.Yudas Tadeus YTA 4 270,000 12 569,000 3 370,000 Total Wil I 25 675,000 19 794,000 27 1,284,000 8 1,170,000 Sta. Theresia THE 1 50,000 7 129,000 1 150,000 Sta.M.Immaculata MIM 16 381,000 1 30,000 2 30,000 Sta.Maria Fatima MFA 14 371,000 10 371,000 2 20,000 Sta.M. Bernadette BDE 3 80,000 7 240,000 16 323,000 Total Wil II 34 882,000 7 129,000 18 641,000 21 523,000 St.Markus MKI 1 50,000 11 370,000 7 380,000 3 170,000 St.Nicodemus NDS St.Oktavianus OTS 5 380,000 8 505,000 15 350,000 5 95,000 St.Paulinus PLN 2 150,000 3 215,000 3 200,000 4 250,000 St.Quirinus QRS 4 400,000 7 260,000 Total Wil III 8 580,000 26 1,490,000 25 930,000 19 775,000 St.Antonius ATS 2 210,000 9 240,000 6 390,000 3 95,000 St.Clementus CLS 2 200,000 2 50,000 2 60,000 1 20,000 Sta. Faustina FSA 24 1,245,000 1 20,000 1 50,000 4 410,000 35 1,535,000 9 470,000 5 165,000 Total Wil IV-A Sta.Angela AGE 1 200,000 5 500,000 1 50,000 1 50,000 St.Bartholomeus BTS 14 815,000 6 820,000 6 650,000 Emmanuel EML 2 70,000 3 190,000 4 220,000 6 810,000 Sta.Ursula URS 2 150,000 5 400,000 8 1,200,000 Total Wil V 19 1,235,000 13 1,090,000 19 2,290,000 13 1,510,000 St.M.Magdalena MMA 8 345,000 9 440,000 3 80,000 St.Aloysius ALS 1 50,000 10 430,000 15 2,620,000 St.Thomas Aquino TAQ 8 440,000 3 220,000 4 250,000 Total Wil VI 0 0 17 835,000 22 1,090,000 22 2,950,000 Sta.Helena HLN 2 34,000 1 20,000 6 80,000 Romo Sanjoyo RSO 2 15,000 2 25,000 6 50,000 St.Simeon SMN 3 15,000 7 55,000 7 52,000 Sugiyopranoto SGO 1 10,000 9 41,000 7 49,000 3 35,000 St.Theodorus THO 1 10,000 21 214,000 5 75,000 1 75,000 Total Wil VII 6 69,000 33 270,000 22 224,000 23 292,000 St.Paulus PLS 1 5,000 4 110,000 2 120,000 5 175,000 St.Timotius TTS 4 28,000 7 135,000 8 250,000 7 125,000 Sta.Veronica VRA 1 15,000 2 110,000 1 100,000 10 270,000 Total Wil VIII 6 48,000 13 355,000 11 470,000 22 570,000 St.Bonaventura BVA 8 220,000 2 70,000 4 160,000 4 200,000 St.Bonifacius BFS 1 50,000 10 430,000 2 89,000 Keluarga Kudus KKS 2 200,000 4 240,000 5 320,000 2 100,000 11 470,000 16 740,000 11 569,000 6 300,000 Total Wil IXA St.Yoh Don Bosco DBD 3 30,000 1 50,000 St.Kristoforus CRS 2 45,000 6 225,000 1 20,000 3 30,000 Sta. Maria Goretti MGI 1 20,000 1 100,000 7 145,000 5 120,000 Sta.Maria B.Setia MBS 4 170,000 2 100,000 1 100,000 5 260,000 Total Wil X 10 265,000 10 475,000 9 265,000 13 410,000 Sta.Felicitas FSE 2 300,000 1 100,000 2 200,000 Sta.Anastasia ANS 3 200,000 5 200,000 Maria Ratu Damai MRD 5 310,000 2 120,000 1 50,000 Total Wil IXB 0 0 10 810,000 8 420,000 3 250,000 St.Bernadus BDS 22 550,000 5 120,000 3 80,000 1 50,000 St.Dionisius DNS 6 500,000 5 500,000 3 130,000 4 220,000 St.Elias ELS 1 100,000 1 30,000 2 400,000 1 15,000 Total Wil IV-B 29 1,150,000 11 650,000 8 610,000 6 285,000 TOTAL MINGGUAN 152 5,784,000 210 9,173,000 189 9,263,000 161 9,200,000 Terima Via Bca 19Jan'15/ Rinawati Permana -Lk.BTS Rp 200.000,Lingkungan
Kode
50. POTRET GEREJA
K
egiatan Komunikasi Sosial merupakan bagian dari memberitakan KABAR BARU atas keselamatan. Ruang keselamatan tersebut seharusnya dapat menjadi media yang tak terbatas kepada umat. Seberapa besar kita mampu me-ngangkat komunikasi, bahasa, cara berbicara menjadi selaras dengan “Kabar Baru”? Ini tugas bersama! Seksi Komunikasi Sosial St. Stefanus Cilandak tidak dapat berdiri sendiri sebagai eksklusivitas. Kami milik gereja, milik umat dan berusaha menjadi MEDIA PAROKI ST. STEFANUS yang diakui.
Kami menyadari belum maksimalnya usaha kami ini dan membutuhkan peran serta semangat erat atas pengorbanan umat menjadi bagian dari sumber berita. Selayaknya peran Komunikasi Sosial nantinya akan menjadi alat gereja dalam mempertahankan keutuhan Kabar Suka Cita, Telinga dan Mata kami adalah Gereja; ucapan dan teknologi-komunikasi ini menjadi perangkat kerja kami.
Komunikasi Sosial memiliki beberapa program tahunan yang membutuhkan partisipasi umat; Pameran instalasi (Foto dan Seni Visual), Olahraga Sehat, Workshop Jurnalistik (Fotografi, Peliputan dan Penulisan Artikel), Ruang Diskusi seperti POJOK KOMSOS, KOMAT, OPINI, konsultasi Psikologi dan semua ini milik umat. Sebanyak-banyaknya kami ingin menjalankan semua pekerjaan yang dipercayakan kepada kami; Majalah MediaPASS, web page www.st-stefanus. or.id, warta paroki, facebook
[email protected], twitter @parokiStefanus, akan tetapi tangan serta pikiran kami masih saja kurang dan membutuhkan bantuan. Belum lagi beberapa perencanaan dalam membangun beberapa media lainnya.***
Kami mengajak rekan-rekan berusia 17 s/d 35 tahun dan sukarela, bersama-sama kami dalam menjalankan kepercayaan tersebut demi Keselamatan dan Kabar Baru Tuhan.