Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBANTUAN MEDIA ADOBE PREMIERE TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI, GUGUS 1 KUTA SELATAN TAHUN AJARAN 2013/2014 I Gusti Ayu Sukmandari1, I Made Putra 2, I Wayan Darsana3 123
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail : {Ugigpro1, Putra made13 2, I Wayan Darsana3 } @yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media Adobe premiere dan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Gugus 1 Kuta Selatan. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan pendekatan eksperimen semu dengan rancangan Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Gugus 1 Kuta Selatan. Yang meliputi 7 SD yang tersebar dalam 14 kelas yang terdiri dari kelas A dan B dari populasi tersebut teknik sampel yang digunakan adalah random sampling kemudian didapat SDN 1 Benoa sebagai kelas Experimen dan SDN 7 Benoa sebagai kelas control dengan jumlah siswa sebanyak 80 orang yang ditetapkan sebagai sampel yang menggunakan teknik random sampling. Data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar IPS siswa melalui tes hasil belajar. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelompok kontrol (x1= 77,53 > x2 = 70,15 ). Hasil uji-t terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa mengikuti pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media Adobe Premiere dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (thitung=6,79 > ttabel =2,00). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media Adobe Premiere berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa. Kata kunci: Kooperatif tipe Group Investigation
Abstract This study aimed at finding out significant differences of social science achievement between students learned Cooperative Group Investigation Learning model provide with premiere adobe media and students learned convensionally of SD Negeri Gugus 1 Kuta Selatan. This study used abstract experiment approach with Nonequivalent Control Group Design. The population of the study was all students grade five SD Negeri Gugus 1 Kuta Selatan it consisted of seven SD with fourteen classes, A and B. from those population SD N 1 Benoa was chosen as the experiment class and SD N 7 Benoa as the control class. This study used 80 students selected by means of using random sampling technique. Data on social science achievement was abtained through administering achievement test. The collected data were the anglyzed by using t-test. Based on the data
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) analysis it was found that the average score of the experiment class had higher score than the control class (x1 = 77.53 > x2 = 70.15). the result of t-test through hypothesis shows that there was a significant difference of the social science achievement between the students learned Cooperative Group Investigation Learning model provide with premiere adobe media and the students learning convensionally (tcount = 6.79 > ttable = 2.00). therefore, it can be concluded that Cooperative Group Investigation Learning model provide with premiere adobe affected the sosial science achievement. Keywords : Cooperative Group Investigation
PENDAHULUAN Pendidikan ditingkat sekolah dasar merupakan dasar bagi pendidikan secara berkesinambungan. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dan terus menerus dilakukan. Mulai dari meningkatkan kinerja guru melalui pelatihan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum dari tahun ke tahun secara periodik, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan sampai dengan peningkatkan manajemen sekolah. Namun, tujuan kearah yang lebih baik pada mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang signifikan. Realita nya, di dalam suatu proses pelaksanaan pembelajaran guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pembelajaran berikutnya. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahamannya. Hal tersebut mengakibatkan siswa belum mampu mempelajari fakta, konsep, prinsip, teori dan gagasan inovatif lainnya. Pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara kontekstual. Jika masalah seperti ini dibiarkan secara terus menerus, lulusan sekolah sebagai generasi penerus bangsa sulit bersaing dengan lulusan dari Negara-negara lain. Lulusan pendidikan yang diperlukan tidak sekedar yang mampu mengingat dan memahami informasi, tetapi harus mampu menerapkannya secara kontekstual melalui beragam kompetensi. Tidak hanya pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan yang diperlukan, melainkan siswa harus mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menilai dan menggunakan informasi, serta melahirkan
gagasan-gagasan baru yang kreatif dan komunikatif. Perilaku belajar yang kurang produktif dan pembelajaran yang berorientasi pada terget penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak, memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilah yang terjadi disekolah - sekolah, jika perilaku belajar yang kurang produktif dan berorientasi pembelajaran pada penguasaan materi terjadi terus menerus maka kualitas pendidikan dapat semakin merosot (Nurhadi, 2003:1). Selain peran guru, peran siswa dalam tahap pembelajaran konstruktivisme ketika pembelajaran berpusat pada siswa adalah belajar untuk mencari sendiri arti dan jawaban dari apa yang mereka pelajari yang merupakan proses dari tahap pembelajaran konstruktivisme.Dimana proses penyesuaian konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dalam pikiran mereka dan siswa sendirilah yang bertanggung jawab atas hasil belajar nya. Suatu tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan apabila model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diberikan oleh seorang guru. Dengan demikian pemilihan model pembelajaran merupakan bagian penting dalam merencanakan atau mendesain pembelajaran. Agar terjadinya interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa maupun siswa dengan berbagai sumber belajar. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuai dengan kodratnya manusia adalah mahluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain.mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama. pembagian tugas dan rasa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
senasib. Dengan memanfaatkan kenyaataan itu, belajar kelompok secara kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas dan tanggung jawab. Saling menbantu dan berlatih berinteraksi, komunikasi dan Sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur dari bagian kehidupan bermasyarakat dan belajar menyadari kekurangaan dan kelebihan masing-masing. Metode belajar yang menekankan belajar dalam kelompok heterogen saling membantu satu sama lain, bekerjasama menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual. Solihatin, dan Raharjo (2007 : 4) pada dasarnya model pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Model pembelajaran Kooperatif juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok. Solihatin dan Raharjo (2005 : 5) Model pembelajaran ini berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakaat,yaitu “Getting better together“ , atau “railah yang lebih baik secara bersama-sama“. Menurut Taniredja Dkk (2011 : 75) karakteristik unik investigasi kelompok ada pada integrasi dari empat fitur dasar yaitu investigasi, interaksi, penafsiran, dan motivasi intrinsic. Apilkasinya di dalam pembelajaran di kelas, siswa yang akitf membangun pengetahuan sendiri didalam sebuah kelompok belajar sehingga mendapatkan tujuan yang diharapkan pada kelompok belajar. Otak pelajar dianggap sebagai mediator yang menerima masukan dari dunia luar dan menentukan apa yang di pelajari (Astuti, 2000 : 31). Model pembelajaran ini mengetengahkan realita kehidupan masyarakat yang dirasakan dan dialami oleh siswa dalam kesehariannya, dengan
bentuk yang disederhanakan dalam kehidupan kelas. Model pembelajaran kooperatif ini memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan sematamata harus diperoleh dari guru, melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu yaitu teman sebaya. Keberhasilan belajar menurut model pembelajaran kooperatif ini bukan sematamata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman yang sebaya dan di bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari. Melalui model pembelajaran kooperatif ini tercipta sebuah interaksi yang lebih luas,yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi Nurulhayati ( 2002 : 203 ), Dalam sistem belajar yang kooperatif,siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan yang berpusat pada siswa (student oriented). Terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengtifkan siswa, dimana guru diharapkan hanya berperan sebagai fasilitator, mediator, director-motivator dan evaluator. sebagai fasitator seorang guru harus memiliki sikap-sikap sebagai berikut : 1) mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, 2) membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan dan pembicaraannya baik secara individual maupun kelompok, 3) membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran belajar mereka, 4) membina
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
siswa agar setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya, 5) menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat. Berdasarkan teori motivasi, peranan teman sebaya dalam belajar bersama memegang peranan yang penting untuk memunculkan motivasi dan keberanian siswa agar mampu mengembangkan potensi belajarnya secara maksimal, oleh karena itulah, sebagai seorang guru harus menciptakan iklim yang kondusif, agar terjalin interaksi dan dialog yang hangat. Sebagai evaluator, guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlansung, penilaian ini tidak hanya pada hasil, tapi lebih ditekankan pada proses pembelajaran. Penilaian dilakukan baik secara perorangan maupun secara berkelompok. Dalam model kooperatif dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat (will and skill) dari anggota kelompoknya sehingga masingmasing siswa harus memiliki niat untuk bekerjasama dengan anggota lainnya. Di samping itu, juga harus memiliki kiat-kiat bagaimana caranya berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam pengelolaan kelas model cooperative learning ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yakni pengelompokan, pemberian motivasi kepada kelompok, dan penataan ruang kelas. Lie (2002:64 ) Di dalam proses pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang yang sederajat tetapi heterogen. Kemapuan jenis kelamin, suku/ras dan satu sama lain saling membantu. Seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik berdiskusi dan sebagainya. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu diantara teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa maupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif
untuk mencapai suatu tujuan bersama, maka dapat mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama yang bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Melalui model pembelajaran kooperatif ini tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi Nurulhayati (2002 : 203), Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan yang berpusat pada siswa (student oriented). Terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, dimana guru diharapkan hanya berperan sebagai fasilitator, mediator, director-motivator dan evaluator. Model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dikembangkan oleh Sholomo Sharan dan Yael Shara di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif Group Investigasion adalah kelompok di bentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 4 – 6 orang. Model pembelajaran Group Investigasion (Penyelidikan kelompok) ini berasal dari tulisan-tulisan filsafat, etika, dan psikologi sejak tahun-tahun pertama abad ini. Orang pertama yang merintis menggunakan model pembelajaran ini adalah John Dewey. Dewey memandang bahwa kerja sama dalam kelas sebagai prasyarat untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupan yang kompleks dalam demokrasi. Kelas merupakan suatu bentuk kerjasama dimana adanya interaksi yang baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan antara guru dengan siswa dan siswa dengan lingkungan belajarnya. Mereka bersama-sama
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
membangun proses pembelajaran dengan perencanaan yang baik berdasarkan berbagai pengalaman, kapasitas, dan kebutuhan mereka masing-masing. Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial (Mafune,2005:4). Secara harfiah investigasi diartikan sebagai penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta melakukan peninjauan dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaanpertanyaan tentang suatu peristiwa atau sifat. Model ini merupakan bentuk pembelajaran yang mengkombinasikan dinamika proses demokrasi dengan proses inquiry akademik. Melalui berkelompok negosiasi siswa-siswa belajar pengetahuan akademik maupun non akademik dan mereka terlibat langsung dalam pemecahan masalah-masalah sosial. Dengan demikian kelas harus menjadi sebuah miniature demokrasi yang menghadapi masalahmasalah dan melalui pemecahan masalah, memperoleh pengetahuan dan menjadi sebuah kelompok sosial yang lebih efektif. Pembelajaran di sekolah dasar harus menitik beratkan pada aktivitas siswa memperhatikan karakteristik siswa, perkembangan siswa serta situasi lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar. Model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah tertentu, mengumpulkan berbagai data melalui komunikasi yang relevan, mengembangkan dan mengetes hipotesis. Pada pembelajaran ini guru seyogyanya mengarahkan, membantu para siswa menemukan informasi, dan berperan sebagai salah satu sumber belajar, yang mampu menciptakan lingkungan sosial yang dicirikan oleh lingkungan yang demokrasi dan proses ilmiah. Sarana pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah kelompok. Suyatno (2011 : 56) mengungkapkan “Group
Investigation“ merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok dimana siswa bekerja menggunakan inquiry kooperatif, perencanaan, proyek dan diskusi kelompok, kemudian mempresentasikan penemuan mereka di kelas. Investigasi kelompok ini sangat cocok untuk kajian-kajian yang berifat terpadu yang berkaitan dengan pemerolehan, analisis, dan sintesis informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah multidimensi. Tugas akademik siswa di sekolah harus mampu merangsang berbagai macam masukan (Kontribusi) dari seluruh elemen anggota kelompokdan tidak dirancang hanya untuk mencari jawabanjawaban terhadap pernyataan-pernyataan factual apa, siapa, kapan, bagaimana dan sebagainya). Misalnya investigasi kelompok cocok sekali untuk mengajarkan tentang sejarah dan kebudayaan suatu bangsa. Melalui penataan dan sarana pendukung sumber belajar adobe premiere siswa diajak melihat bersama-sama materi yang akan dipelajari dan diteliti, seperti misalnya : penyusunan teks prolamasi, kebudayaan, kesenian, ras, suku, agama, dan peninggalan-peninggal sejarah bangsa Indonesia. Model ini juga membuat guru agar lebih kreatif untuk merancang, membuat, menata dan menampilkan sumber-sumber belajar yang terkait dengan materi yang dipelajari. Selain model pembelajaran media yang digunakan juga harus menunjang agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Media sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Selain itu menurut Asyhar (2012 : 4) media berfungsi sebagai perantara atau pengantar suatu pesan dari si pengirim ( sender ) kepada si penerima (receiver). Dalam proses pembelajaran disebut juga sebagai media pembelajaran menurut Asyhar (2012 : 7) memiliki cakupan sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi dan kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media pembelajaran mencakup semua sumber belajar yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Sumber belajar menurut Degeng 1990 (dalam Asyhar,2012
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
: 8) sebagai semua sumber yang mungkin dapat digunakan oleh peserta didik agar terjadi prilaku belajar. Adapun beberapa sumber belajar disini adalah : computer, proyektor dan beberapa media seperti media gambar dan media konkret. Selain media pembelajaran ada berupa sumber belajar yang dapat dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran.Sumber Belajar yang Berasal dari Teknologi Komunikasi dengan diketemukannya berbagai alat dan bahan (hardware dan software) pada abad 17, efeknya sangat besar terhadap sistem pendidikan secara keseluruhan. Setelah timbul istilah teknologi dalam pendidikan yang pada akhir perang dunia kedua mulai berubah menjadi ilmu baru yang disebut teknologi pendidikan dan teknologi instruksional. Pengertian teknologi dalam pendidikan populer dengan istilah audio visual, yakni pemanfaatan bahan-bahan audio visual dan berbentuk kombinasi lainnya dalam sistem pendidikan. Pada akhir perang dunia kedua mulai timbul suatu kecendrungan baru dalam bidang audiovisual kearah dua kerangka konseptual baru yang paralel, yaitu teori komunikasi dan konsep sistem (AECT, 1977). Karena pengaruh-pengaruh ilmu sosial seperti: psikologi, sosiologi, komunikasi, teori belajar, maka cara mendesain sumber belajar lebih terarah, lebih spesipik dan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Sumber belajar seperti ini lebih populer dengan istilah media instruksional. Misalnya: program televisi pendidikan, program radio pendidikan, film pendidikan, slide pendidikan, komputer pendidikan dan lainlain. Dari beberapa media pembelajaran tersebut terdorong munculnya aliran visualisasi pendidikan atau pembelajaran yang intinya si pembelajar harus menggunakan gambar-gambar untuk memperjelas apa yang diajarkannya kepada peserta didik. Sebagai perancang program media kita harus dapat mengetahui pengetahuan atau keterampilan awal siswa. Yang dimaksud dengan pengetahuan / keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelum ia mengikuti kegiatan instruksional.Suatu program media dianggap terlalu mudah bagi siswa bila
siswa tersebut telah memiliki sebagian besar pengetahuan / keterampilan yang disajikan oleh program media itu. Sebaliknya program dipandang terlalu sulit bagi siswa bila siswa belum memiliki pengetahuan/ keterampilan prasyarat yang diperlukan siswa sebelum menggunakan program media itu. Mulai dari media konkret, semi konkret dan teknologi. Media teknologi berupa laptop, gadget, gadget dapat berupa handphone dan tablet yang sedang popular saat ini. Dalam mengaplikasikan media teknologi ini digunakan beberapa software pendukung selain OS. Daalam pembagian software, software dibagi menjadi beberapa kategori, diantaranya : 1. Kategori audio / musik, 2. Kategori gambar, foto / grafis, 3. Kategori video dan, 4. Games. Dari kategori diatas penulis memilih kategori video dengan menggunakan software adobe premiere. Adobe premiere merupakan software yang berguna untuk proses editing video. Dari penjelaskan diatas secara singkat mengenai model pembelajaran koopereatif tipe group investigastion dan berbantuan media adobe premiere, membentuk suatu model pembelajaran kooperatif yang menyenangkan yang lebih mengutamakan memperkaya sumber belajar dengan mengharaapkan siswa dapat lebih mengetahui informasi dan komunikasi dengan menggunakan media teknologi seperti Adobe premiere yang disediakan oleh guru. Sumber belajar yang didesain untuk keperluan belajar telah banyak dikenal orang. Namun demikan tidak semua sumber yang didesain untuk keperluan pendidikan. Secara sempit, sumber belajar yaitu buku atau bahan cetak lainnya. sedangkan Secara luas, yaitu segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar. Sama halnya dengan (Suratno, 2008) meliputi semua sumber yang dapat digunakan oleh pelajar baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, biasanya dalam situasi informasi, untuk memberikan fasilitas belajar. Sumber itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan tata tempat. Jadi sumber belajar dan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dapat dimanfaatkan atau digunakan seseorang untuk memfasilitasi segala kegiatan belajar, baik itu secara terpisah maupun secara terkombinasi agar dapat mempermudah seseorang dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Melalui pembelajaran yang disebut model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan media adobe premiere dengan menyediakan dan penataan sumber belajar yang mendukung serta dapat mengembangkan daya pikir mereka mengenai teknologi yang semakin canggih. Misalnya materi IPS tentang detikdetik proklamasi. Guru mengkondisikan
membekali wawasan dan keterampilan para siswa agar mampu beradaptasi dan bermasyarakat, serta menyesuaikan dengan perkembangan dalam era globalisasi. BSNP ( 2009 : 17 ) Mata pelajaran IPS khususnya di sekolah dasar sesuai dengan badan standar nasional pendidikan di SD memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Berdasarkan pendapat tersebut
Tabel 4.3 Analisis Data Uji t
No
Kelompok
N
Dk
1 2
Eksperimen Kontrol
40 40
78
ruang kelas, menata sumber-sumber belajar agar sesuai topic yang di teliti. Demikian juga pada materi-materi lainya seperti : kenampakan alam, kenampakan buatan, sejarah-sejarah, peninggalan-peninggalan, sistem kepercayaan, sistem pencaharian, suku, rumah adat, pakaian adat, dan yang lainnya. Model ini juga membuat guru lebih kreatif untuk merancang, membuat, menata dan menampilkan sumber-sumber belajar yang terkait dengan materi yang dipelajari. Pembelajaran IPS di sekolah dasar adalah acuan untuk siswa dalam mempelajari tentang berbagai aspek sosial budaya namun pada tingkat sekolah dasar belum secara keseluruhan diajarkan untuk siswa. Pada tingkat sekolah dasar materi IPS yang diajarkan adalah: Geografi, Sosiolagi, Ekonomi, dan sejarah. Hal ini disebabkan karena kemampuan yang dimiliki siswa usia sekolah dasar berbeda dengan kemampuan yang dimiliki siswa sekolah menengah. Selain itu, siswa usia sekolah dasar masih berada dalam tahap operasional kongkrit sehingga guru dituntut mampu merancang proses pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Menurut Vera (2012 : 69) mengemukakan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang berusaha
77,53 70.15
S
thitung
ttabel
23,90 23,36
6,79
2.00
diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS di sekolah dasar dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation berbantuan media Adobe premiere mampu meningkatkan miat belajar siswa tentang kumpulan fakta-fakta atau konsep-konsep (produk IPS), tetapi juga menekankan pada proses penemuan faktafakta atau konsep-konsep sebagai produk IPS tersebut, serta dapat menumbuhkembangkan sikap sosial pada diri anak sekolah dasar. Sedangkan Pembelajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru, dimana pembelajaran ini bersifat umum yaitu dengan cara memberikan informasi tentang materi suatu mata pelajaran dan mengacu pada guru atau teacher centered. Sudjana (2009:13) mengemukakan bahwa pembelajaran konvensional merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan kepada sejumlah pendengar. Kegiatan ini berpusat pada penceramah dan komunikasi terjadi searah. Dalam pembelajaran konvensional, siswa dipandang sebagai orang yang belum mengetahui apa-apa dan hanya menerima bahan-bahan ilmu pengetahuan yang diberikan guru. Tujuan pembelajaran
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
konvensional adalah terbatas pada pemikiran ilmu pengetahuan. Sudjana (2009:45) menyatakan, ciriciri pengajaran konvensional yaitu 1) mengajar berpusat pada bahan pelajaran. Karena tujuan utama pengajaran konvensional adalah pengembang daya intelektual siswa, maka pengajaran berpusat pada usaha penyampaian pengetahuan. Tugas guru adalah menyampaikan semua bahan pengajaran yang baru, 2) mengajar berpusat pada guru. Menurut konsep mengajar konvensional, mengajar yang baik dinilai dari sudut guru yaitu berdasarkan apa yang dilakukannya dan bukan apa yang terjadi pada siswa. METODE Jenis penelitian yang dilakukan yaitu Penelitian Eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V Gugus 1 Kuta Selatan semester 1 tahun ajaran 2013/2014. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation berbantuan Media Adobe premiere terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V Gugus 1 Kuta Selatan. Dengan menggunakan uji t yang terlampir pada tabel uji t : Dan dengan memanipulasi variabel bebas yaitu: pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media Adobe Premiere dan variabel terikatnya adalah hasil belajar IPS siswa kelas V Gugus 1Kuta Selatan. Penelitian ini dilakukan di kelas kontrol dan di kelas eksprimen. Guru bidang studi IPS akan terus mendampingi dari awal persiapan eksperimen sampai selesai. Desain eksprimen yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design Sebelum diberikan treatment atau perlakuan subjek juga diberikan pre test, pre test yang digunakan adalah nilai ulangan umum Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas Vb SD Negeri 1 Benoa dan Kelas V b SD Negeri 7 Benoa tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 80 orang. Karena menggunakan populasi seluruh siswa kelas V yang ada di SD Negeri 1 Benoa dan SD Negeri 7 Benoa. Sebelum menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, populasi terlebih dahulu
diuji normalitas dan homogenitasnya. Untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan teknik undian, sebelum di undi diadakan uji kesetaraan pasa seluruh kelas V A dan B Gugus 1 Kuta Selatan yang berjumlah 554 orang setelah dinyatakan setara dan memenuhi syarat jumlah siswa diatas 30 orang dalam 1 kelas, lalu diundi dan didapatkan kelas Vb SD Negeri 1 Benoa yang berjumlah 40 orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas Vb SD Negeri 7 Benoa yang berjumlah 40 orang siswa sebagai kelompok kontrol. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu variabel yang dikenai perlakuan, yaitu variabel yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan tersebut dengan fenomena yang diobservasi selama pelaksanaan penelitian (Tuckman, 1972:41). Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan model Kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media Adobe premiere. Variabel terikat yaitu variabel yang terjadi sebagai akibat dikenainya perlakuan pada variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil yang terjadi akibat pengaruh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Hasil Belajar IPS siswa. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pembelajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru, dimana pembelajaran ini bersifat umum yaitu dengan cara memberikan informasi tentang materi suatu mata pelajaran dan mengacu pada guru atau teacher centered. Sudjana (2009:13) mengemukakan bahwa pembelajaran konvensional merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan kepada sejumlah pendengar. Kegiatan ini berpusat pada penceramah dan komunikasi terjadi searah. Dalam pembelajaran konvensional, siswa dipandang sebagai orang yang belum mengetahui apa-apa dan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
hanya menerima bahan-bahan ilmu pengetahuan yang diberikan guru. Tujuan pembelajaran konvensional adalah terbatas pada pemikiran ilmu pengetahuan. Sudjana (2009:45) menyatakan, ciriciri pengajaran konvensional yaitu 1) mengajar berpusat pada bahan pelajaran. Karena tujuan utama pengajaran konvensional adalah pengembang daya intelektual siswa, maka pengajaran berpusat pada usaha penyampaian pengetahuan. Tugas guru adalah menyampaikan semua bahan pengajaran yang baru, 2) mengajar berpusat pada guru. Menurut konsep. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskirpsi data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol perhitungan uji normalitas data hasil belajar IPS pada kelompok eksperimen dengan menggunakan rumus chi - Square, diperoleh Xhitung < Xtabel . berdasarkan tabel distribusi untuk taraf signifikan 5% dan dk = 78 diperoleh Xhitung = 5,02 dan Xtabel = 11,07 maka data hasil belajar bahasa IPS untuk kelas eksperimen berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data hasil belajar IPS siswa pada kelompok kontrol menunjukan bahwa diperoleh Xhitung < Xtabel . berdasarkan tabel distribusi untuk taraf signifikan 5% dan dk = 5 diperoleh Xhitung = 7,10 dan Xtabel = 11,07 maka data hasil belajar ips untuk kelas kontrol berdistribusi normal. Rangkuman hasil uji normalitas data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok Homogenitas varians data hasil belajar dianalisis dengan uji F dengan kriteia kelompok memiliki varians homogens jika Fhitung < F tabel. hasil uji homogenitas varians data hasil belajar IPS siswa yaitu F berarti Fhitung < Ftabel, maka hitung dan F tabel hasil belajar IPS siswa kelas V pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varians yang homogen. Hipotesis penelitian yang di uji adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar IPS antara siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media Adobe Premiere dengan pembelajaran konvensional siswa kelas V SD gugus 1 Kuta Selatan tahun ajaran 2013/2014. Kritetia pengujian dalah Ho ditolak jika t hitung > t tabel di mana t tabel diperoleh dari tabel distribusi t pada taraf signifikan 5% dengan dk (n1 +n2) – 2. Berdasarkan perhitungan uji-t pada taraf signifikan 5% dan dk = 78 diperoleh thitung = 6,79 dan ttabel 2.00. Berdasarkan kriteria pengujian, thitung>ttabel (6,79 < 2.00) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang belajar melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan media adobe premiere proses dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SDN Gugus 1 Kuta Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan menggunakan uji-t diketahui bahwa thitung = 6,79 > ttabel = 2.00 (taraf signifikan 5% dan dk = 78) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang belajar dengan Pendekatan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media Adobe Premiere dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SDN Gugus 1 Kuta Selatan. Berdasarkan tes akhir pembelajaran (post test) diketahui bahwa rata-rata hail belajar kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol (77,53 > 70.15), hal ini berarti bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen belajar dengan Pendekatan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media Adobe Premiere lebih baik dari kelompok kontrol yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Jadi dapat dikatakan bahwa Pendekatan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media Adobe Premiere berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus 1 Kuta Selatan.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Guru hendaknya menerapkan Pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation Berbantuan Media Adobe Premiere dalam pembelajaran IPS karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa yang belajar dengan Pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation Berbantuan Media Adobe Premiere lebih baik daripada hasil belajar IPS siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada pokok bahasan peninggalan sejarah pada masa Hindu, Budha dan Islam. Untuk mengetahui kemungkinan hasil yang berbeda pada pokok bahasan lainnya, peneliti menyarankan mahasiswa atau pihak lain untuk melakukan penelitian yang sejenis pada pokok bahasan yang lainnya. Bagi para pembaca disarankan agar lebih kritis menyikapi hasil penelitian ini, sebab penelitian ini dilakukan oleh peneliti pemula yang masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. DAFTAR PUSTAKA Astuti. 2000. Coopertif learning pembelajaran kelompok. Bandung: Alfabeta BSNP. ( 2006 ). Panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan Jenjang pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas. Isjoni.2010. cooperative learning.bandung:Alfabeta. Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pres Mulyasa, E. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Rusman.2012.Pembelajaran Menggembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Sudjana, nana, 2007, Penilaian hasil belajar mengajar . Bandung : Remaja
Rondakarya. Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensido. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Taniredja,tukiran. 2011. Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta
hasil