122 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan,Jilid 2,Nomor 1 Januari 2014 hlm.123-131 ISSN 2338-0990
ANALISIS TINGKAT KEBUGARAN JASMANI DENGAN HASIL BELAJAR PENJAS SISWA PUTRA SMPN 5 JAYAPURA TAHUN 2012 /2013. Siranianto SMP Negeri 5 Jayapura Kota Jayapura e- Mail :
[email protected]
Abstrak : Analisis tingkat kebugaran jasmani dengan hasil belajar penjas siswa
putra smpn 5 jayapura Tahun 2012 /2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat Kebugaran Jasmani dengan Hasil Belajar Penjas siswa Putra SMPN 5 Jayapura . Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan korelasional dengan sampel 50 orang, teknik pengambilan sampel menggunakan metode Multistage Stratified Proposional random sampling dan Posttes disaig only . Pengolahan data dilakukan dengan uji korelasi dengan rata-rata sebesar 14,32 dan 76,58 . Disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara Variabel bebas dan variabel terikat dengan nilai Rhitung sebesar .0,263.Jadi hipotesis penelitian di terima α 5% ( 0,03 > 0,05 ) Ho diterima, Ha ditolak. Kata kunci :Kebugaran jasmani dan hasil belajar penjas.
Abstract : Analysis phsycal fitness level with phsycal education learning outcomes of male students of SMP Negeri 5 Jayapura This study aimed to gain insight about the correlation between physical fitness with Physical Education learning outcomes of male student of SMP Negeri 5 Jayapura. The research is used for approach correlation with the sample is being used by 50 students. Technical taken sample by Multistage Stratified Proportional Random Sampling Method and posttest design only. Data processing is performed using correlation test. The results of the data processing show that the Physical Fitness and Physical Education Learning Outcomes;14.32; and 76.58; so it can be concluded dependent that there is a significant relationship between independent variable and dependent variable by r calculation at 0.263, conclusion weather has correlation with significant between independent variable and dependent variable. The hypothesis Research is accepted α5% (0, 03 > 0, 05) Ho is accepted, Ha is rejected. Keywords : Physical Fitness, and Physical Education Learning Outcomes. Pendahuluan
Guru merupakan salah satu unsur utama dalam proses pendidikan. Dalam proses pendidikan di sebuah sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar, melatih dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas mentransfer ilmu pengetahuan ke dalam diri anak didik, sedangkan sebagai pendidik, guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang
cakap, aktif, kreatif, mandiri, dan berakhlak mulia. Dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3, dirumuskan bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
S i r a n i a n t o , Analisis tingkat Kebugaran Jasmani dengan Hasil Belajar Penjas | 123
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.( Depdiknas ; 2003 : 37) Berorentasi pada fungsi dan tujuan pendidikan Nasional tersebut sekolah menengah pertama sebagai bagian dari pendidikan dasar 9 tahun merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki fungsi strategis dalam pengembangan sumber daya manusia.(Hamid ;2005:1) Paradigma pendidikan memberikan kewenangan seluas-luasnya kepada semua orang dalam mengembangkan berbagai potensi di segala aspek.Sedangkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia sudah menjadi wacana umum di kalangan masyarakat. Hal ini terungkap berbagai seminar, diskusi lokakarya, baik di kalangan pemerintah maupun di instansi pendidikan. (Ariffudin; 2009 : 1 ) Untuk mewujudkan maksud di atas bukan hal yang mudah dan sederhana, membutuhkan waktu yang lama serta dukungan dari seluruh komponen dan usaha yang direncanakan secara matang dan berkelanjutan. Berbagai inovasi dan progam pendidikan juga telah dilaksanakan, antara lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar, peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui pelatihan dan peningkatan kualitas pendidikan , peningkatan manajemen pendidikan dan pengadaan fasilitas lainnya. Semuanya itu belum menampakkan hasil yang menggembirakan.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, terprogram dan berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan kemampuan secara optimal,baik aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotorik. Aspek kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif berkenaan dengan sifat yang terdiri dari lima aspek yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek, yaitu: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal ini sesuai pendapat Tjiptono (Danang Hanafiah dan Cucu Suhana ; 2012 : 81 ) kualitas merupakan kondisi yang dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.( Umaedi ; 1999 : 2 ) Apabila membahas tentang mutu pendidikan maka tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar. Mutu pendidikan sangat berkaitan dengan hasil belajar dan prestasi belajar.
124 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan,Jilid 2,Nomor 1 Januari 2014 hlm.123-131 ISSN 2338-0990
Prestasi belajar merupakan hasil maksimal yang di capai seseorang setelah melalui proses belajar. Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan hasil belajar yang maksimal oleh siswa, baik hasil belajar dalam bentuk kognitif, afektif maupun psikomotor.Menurut Heryadi ( Nanang hanafiah; 2012 : 85 ) Belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Selain itu Belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.( M.Sobry Sutikno ; 2007 : 5 ) Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kegiatan proses belajar mengajar yang tercermin dalam nilai rapor. Nilai rapor merupakan hasil pengolahan rata – rata nilai ulangan harian, nilai perkerjaan rumah, nilai tugas, nilai ulangan tengah semester dan nilai semester.(Rini Rosdiani ; 2012 : 8 ) Pada era globalisasi ini, olahraga sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita, bahkan sudah menjadi trend serta tradisi di masyarakat. Suatu negara akan sangat di pandang apabila dapat meraih prestasi pada cabang olahraga, karena olahraga sering menjadi tolak ukur kualitas suatu negara, dan merupakan media komunikasi yang sangat baik untuk menjalin persahabatan serta mempererat persatuan baik antar individu, kelompok, maupun bangsa dan negara. Masyarakat luas kini mempercayai bahwa olahraga dapat menyehatkan jiwa maupun raga seorang individu, namun pada dasarnya mereka tidak mengetahui bagaimana
melakukan olahraga yang baik dan benar. Walaupun pendidikan jasmani sudah diberikan dari sejak sekolah dasar, namun kebanyakan siswa belum mengerti dengan apa itu olahraga dan untuk apa kita melakukanya. Padahal olahraga sangat penting dalam pola perkembangan siswa. Masyarakat pada umumnya sering mengimplikasikan bahwa olahraga hanya untuk kesenangan saja, sedangkan pada dasarnya banyak sekali yang perlu diketahui mengenai olahraga agar masyarakat merasakan hasil yang maksimal dalam melakukan kegiatan olahraga. Olahraga dipelajari melalui pendidikan jasmani yang didalamnya terdapat landasan-landasan serta aktivitas jasmani. Pendidikan jasmani diberikan agar masyarakat mengetahui konsep berolahraga yang baik dan benar, dan tidak memandang olahraga itu hanya untuk senang-senang saja. Untuk mencapai hal tersebut maka, materi materi dalam pendidikan jasmani dari sekolah tingkat paling rendah hingga atas telah diatur dalam kurikulum Pendidikan Jasmani, dan kurikulum sekolah menengah pertama ( 2006 ) terdapat standar kompetensi, kompetensi dasar yang disebut dengan standar isi untuk masing - masing mata pelajaran. Salah satu isi kurikulum adalah Aktivitas kebugaran jasmani. Pendidikan jasmani pada hakikatnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, oleh karena itu pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Peran lain dari pendidikan jasmani adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui
S i r a n i a n t o , Analisis tingkat Kebugaran Jasmani dengan Hasil Belajar Penjas | 125
aktivitas jasmani, bermain, dan berolah raga. Pembekalan pengalaman belajar tersebut diarahkan dengan tujuan untuk membina sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Aneka pengalaman belajar tersebut dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Selain itu apabila seseorang mempunyai tingkat kebugaran tubuh yang baik maka akan sangat membantu dalam produktifitas dirinya sebagai pelajar sehingga ia akan belajar giat dan rajin ( Muhammad Muhyi Faruq ; 2009 : 37 ). Menurut Rusli Lutan (2001), bahwa Pendidikan Jasmani merupakan serangkaian materi pelajaran yang memberikan konstribusi nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani peserta didik. Oleh karena itu penyelenggaraan Pendidikan jasmani harus lebih dikembangkan ke arah yang lebih optimal sehingga peserta didik akan lebih inovatif, terampil, kreatif, dan memiliki kesegaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat serta memiliki pengetahuan dan pemahaman manusia. Kesegaran jasmani dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan dengan latihan dan olahraga yang benar dan teratur, sehingga mendukung tingkat kesegaran jasmani seseorang, untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat dilakukan dengan banyak cara misalnya: dengan tes cooper yaitu lari 12 menit, kemudian jarak yang mampu ditempuh dikonsultasikan dengan tabel kebugarannya atau 2,4 km dengan tujuan tes mengukur volume maksimum paru –paru ( Vo2Max ) yaitu lari menempuh jarak 2,4
km dengan waktu tercepatnya. Dari pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah. Pelaksanaan pengajaran tersebut bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis. Pelaksanaan pengajaran tersebut melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosional dan sosial.( H.J.S. Husdarta; 2009 : 3 ) Keberhasilan pendidikan jasmani dan kesehatan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain: kecakapan guru dalam mengajar, tujuan intruksional yang ingin dicapai, alat dan fasilitas yang tersedia, lingkungan, dan keadaan siswa itu sendiri. Sedangkan faktor penghambat keberhasilan dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah ; (1) kurangnya para guru penjas memahami arti dan konsep pembelajaran penjas itu sendiri, ( 2) kurangnya alokasi waktu dalam pembelajaran. (3) kurangnya siswa terlibat langsung dalam proses belajar mengajar. (4) Kurangnya guru kreatif dalam penggunaan metode dalam proses pembelajaran, sehingga terkesan siswa bosan dan monoton. Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Jayapura merupakan salah satu sekolah yang diminati masyarakat kota Jayapura , hal ini dapat dilihat saat penerimaan siswa baru yang masuk ke SMPN 5 awal pendaftaran
126 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan,Jilid 2,Nomor 1 Januari 2014 hlm.123-131 ISSN 2338-0990
siswa baru sebanyak 375 orang , sementara daya tampung ruang kelas belajar yang tersedia kapasitasnya terbatas, jumlah siswa yang di terima 260, sedangkan siswa yang di tolak sebanyak 115, Berdasarkan data dari jumlah penerimaan siswa baru tahun pelajaran 2012 / 2013 dan hasil wawancara dengan beberapa orang tua serta siswa, ada beberapa faktor motivasi bagi masyarakat menyekolahkan anaknya ke SMP Negeri 5 Jayapura yaitu ;(1) program pemerintah wajib belajar 9 tahun, (2) bahwa SMPN dilihat tingkat disiplin baik, ini terlihat ketika siswa tepat waktu masuk sekolah dan pulang sekolah serta tepat waktu guru guru dalam proses belajar mengajar, (3) Sekolah berstandar Nasional, ini terbukti nilai akriditas nilai A, (4) Mutu Pendidkan, ini dilihat dari hasil kelulusan hasilnya 100 % lulus semua, (5) Sarana dan prasarana memadai, dan para pendidiknya banyak yang sudah tersertifikasi, ini terbukti bahwa dari 30 guru tetap 83 % yang sudah tersertifikasi sedangkan 17 % belum tersertifikasi, bahkan beberapa guru sudah menyelesaikan program pendidikan S2. Dari beberapa faktor di atas ternyata para orang tua dan siswa sendiri berminat dan berkeinginan masuk SMPN 5 Jayapura, sedangkan untuk mengetahui proses belajar mengajar terlihat langsung dalam mengembangkan aspek psikomotor, afektif dan kognitif. Menurut Penelitian Wasty (2003) pengenalan seseorang pada pengetahuan belajar terhadap hasil belajar adalah penting, karena dengan pengetahuan hasil belajar yang sudah dicapai maka siswa akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajarnya,
sehingga dengan demikian peningkatan hasil belajar dapat lebih optimal karena siswa tersebut merasa termotivasi untuk meningkatkan hasil belajar yang telah diraih sebelumnya. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriftif inferensional dengan menggunakan koresional. Berdasarkan teori Isaac dan Micheil ( Sugiyono ; 2008 ; 126 ) cara penetuan sampel dari populasi 10% dengan teknik sampling Multistage Stratified Proposional Random sampling. Mengacu pada pendapat tersebut dalam penelitian ini sampelnya berjumlah 50 sedangkan hasil 10 % dari 413 = 41,3 atau 42. orang dan maksimal 50 orang. Penelitian ini di laksanakan di SMPN 5 Jayapura dan Lapangan Mandala Jayapura .Secara rinci tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah : (a) Melakukan kajian literatur atau studi kepustakaan untuk melengkapi landasan teoritis.(b) Pembuatan blangko tes kebugaran Jasmani menggunakan format TKJI yang sudah divalidasi Depdiknas, (c) pengurusan tentang perizinan dan pengujian validasi dan perhitungan reliabiitas pada bulan Desember 2012 kemudian data hasil Belajar penjas merupakan data sekunder nilai Penjas semester ganjil tahun pelajaran 2012 / 2013. Mengumpulkan data tentang Kebugaran Jasmani di lakukan dengan cara Tes kebugaran jasmani siswa SMP Negeri 5 Jayapura menggunakan acuan TKJI 2010 dengan 5 subtes. Penilaian hasil tes selanjutnya
S i r a n i a n t o , Analisis tingkat Kebugaran Jasmani dengan Hasil Belajar Penjas | 127
dilakukan dengan mengacu pada tabel Nilai dan norma sesuai kelompok usia dan jenis kelamin, dengan rincian sebagai berikut ; (1 ) Apabla jumlah nilai 22- 2 klasifikasi kebugaran jasmani baik sekali nilainya 5, (2) Apabila jumlah nilai 18-21 klasifikasi kebugaran baik, dan nilainya 4, (3) apabila jumlah nilai 14- 17 klasifikasi kebugaran jasmani sedang, dan nilainya 3, ( 4) apabila jumlah nilai 10 – 13 maka klasifikasi tingkat kebugaran jasmani kurang, dan nilainya 2, (5) apabila jumlah nilai 5 – 9 maka klasifikasi tingkat kebugaran jasmani kurang sekali. Untuk mengumpulkan data Hasil belajar dengan cara mengukur hasil belajar siswa Putra SMP Negeri 5 Jayapura menggunakan standar raport semester ganjil Penjasorkes tahun pelajarn 2012/2013. Dalam nilai rapor ada batasan ketuntasan minimal yakni 75, maka bila siswa nilai penjas 75 berarti siswa tersebut tercapai dalam pembelajaran penjas., dan sebaliknya bila siswa mendapat nilai penjas kurang dari 75, berarti nilainya dalam kategori tidak tercapai. Hasil Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil tes Kebugaran Jasmani melalui tes pengukuran di lapangan, kemudian data hasil belajar penjas siswa sebagai data sekunder diperoleh dari nilai semester ganjil yang tertuang dalam raport. Data dari variabel bebas dan variabel terikat diolah dengan menggunakan statistik yang sesuai yaitu Product moment, yaitu harga rata-rata, simpangan baku. Untuk lebih singkat dilihat pada tabel berikut :
NO
Mean
Standart Deviation
N
Analisis Kebugaran Jasmani Hasil Belajar Penjas
14.32
2,254
50
76,56
5,043
50
(Sumber diolah penelti ) Berdasarkan data kebugaran jasmani dari 50 orang sebagai subjek penelitian setelah diverifikasi dan dapat dianalisis dan didiskripsikan sebagai berikut : 1 orang atau 2. % mempunyai tingkat kebugaran jasmani kurang sekali dengan bobot nilai 1, 14 orang atau 28 .% mempunyai tingkat kebugaran jasmani kurang dengan bobot nilai 2, 29 orang atau 58 % mempunyai tingkat kebugaran jasmani sedang dengan bobot nilai 3, 6 orang atau .12.% mempunyai tingkat kebugaran jasmani baik dengan bobot nilai 4, sedangkan untuk tingkat kebugaran jasmani baik sekali tidak ada. Data di atas kecenderungan menyatakan bahwa sebagian besar tingkat kebugaran jasmani siswa putra SMPN 5 Jayapura dalam kategori sedang. Berdasarkan data hasil belajar penjas dari 50 orang sebagai subjek penelitian setelah diverifikasi dan dapat dianalisis dan didiskripsikan sebagai berikut : 7 orang atau 14 % mempunyai nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal, ini membuktikan bahwa nilainya tidak tercapai pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, 9 orang atau 18 .% mempunyai nilai tuntas sesuai kriteria ketuntasan minimal, ini membuktikan bahwa nilainya pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tercapai, 34
128 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan,Jilid 2,Nomor 1 Januari 2014 hlm.123-131 ISSN 2338-0990
orang 68 % mempunyai nilai terlampaui kriteria ketuntasan minimal, ini membuktikan bahwa nilai pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahrga dan kesehatan yang tertuang dalam rapor nilainya terlampaui batas yang ditentukan. Berdasarkan data di atas kecenderungan data menyatakan bahwa nilai hasil belajar penjas siswa putra SMPN 5 Jayapura dalam rata rata terlampaui pada kriteria ketuntasan minimal. Uji korelasi yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil pengujian korelasi ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat menunjukkan bahwa : harga korelasi antara kebugaran (X3) dengan hasil belajar (Y) 0,443. Hubungan antar kedua variabel ini positif lemah, artinya bila siswa mempunyai kebugaran tinggi maka hasil belajarnya tinggi Pembahasan Pembahasan hasil penelitian yang dimaksudkan adalah untuk memberikan penjelasan terhadap hasil penelitian, baik hasil penelitian deskriptif maupun hasil pengujian secara statistik. Pembahasan tersebut dikemukakan sebagai berikut : Berdasarkan hasil uji korelasi menggunakan poduct momet dari pearson dan hasil analisis regresi mencapai angka ratarata 0,443 ini menunjukkan bahwa kedua variabel terdapat hubungan yang signifikan artinya bila siswa memiliki kebugaran tinggi, maka hasil belajarnya tinggi, dan sebaliknya bila hasil belajar tinggi ,maka tingkat kebugaran jasmaninya tinggi. Kebugaran jasmani, merupakan faktor utama bagi siswa untuk dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan
baik, bahwa untuk menyelesaikan pekerjaan atau mendapatkan hasil belajar yang baik tentu akan dibutuhkan kebugaran jasmaninya baik, karena dengan kebugaran yang baik, mereka akan lebih siap menerima pelajaran dan akan menjadi generasi yang sehat bugar dan cerdas. M.Muhyi Faruq ( 2009) menyatakan apabila seseorang mempunyai tingkat kebugaran tubuh yang baik maka akan sangat membantu produktifitas dirinya sebagai pelajar sehingga ia akan belajar dengan giat dan rajin, tangkas menyelesaikan tugas dan tidak mudah menyerah,dan sebaliknya seseorang yang tidak mempunyai kebugaran yang baik menyebabkan dirinya akan mudah lelah, kurang tangkas dalam menyelasaikan berbagai kegiatan – kegiatan apalagi yang bernuansa melibatkan fisik Jonathan Kuntaraf (1992) menyatakan manusia yang normal akan mengakui bahwa kenyamanan tubuh akan di peroleh dengan memiliki hidup yang sehat, dan tubuh yang sehat dapat diperoleh dengan gerak badan atau olahraga. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa Tingkat kebugaran jasmani yang baik akan memberikan dampak pada kemampuan siswa melakukan latihan dan tidak mengalami kelelahan yang berarti, sehingga kondisi fisik siswa yang bugar dan sehat maka akan memudahkan siswa menerima materi pelajaran dan mampu konsentrasi dalam waktu lama juga, bahkan masih memiliki tenaga cadangan untuk melakukan aktivitas yang lain. Secara teoritis dan kajian teori menunjukkan bahwa keterkaitan antara kebugaran jasmani dengan hasil belajar memang relevan. Dari hasil analisis tersebut peneliti berasumsi
S i r a n i a n t o , Analisis tingkat Kebugaran Jasmani dengan Hasil Belajar Penjas | 129
bahwa ; kebugaran jasmani berpengaruh lebih dari pada variabel variabel lain dan ini nampak secara langsung terhadap proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai menurut Gallahue dalam Gusril (2005) menyatakan bahwa kemampuan hasil belajar di pengaruhi oleh faktor mekanik dan fisik yang antara lain didalamnya terdapat kebugaran jasmani. Sedangkan hasil belajar juga memiliki pengaruh yang sangat erat dengan tingkat kebugaran siswa, karena jika siswa sering sakit dan tidak bisa mengikuti pelajaran penjas sudah pasti hasil belajarnya kurang. Di sisi lain pendapat Jones dalam Gusril (2005) menyatakan bahwa waktu yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk belajar dengan aktifitas jasmani 50 % dari waktu yang tersedia sudah cukup mempuyai dampak terhadap hasil belajar yang baik. seperti pola pengajaran yang di buat oleh Australian Sports Coomission yang terdiri (a) pendahuluan (introduction) yang terdiri dari menjelaskan tentang apa yang akan dipelajari, melakukan pemanasan sesuai dengan inti pelajaran dalam bentuk permainan dan selanjutnya melakukan kelentukan togok ; (b) pengembanaga ketrampilan (skill development) yang terdiri memperbaiki gerakan yang salah, mempelajari ketrampilan yang baru dan melakukan kegiatan puncak ( culmination activities ) dalam bentuk kompetisi ; (c) penutup (coollingdown) yang berisikan kegiatan rileks. Begitu juga sarana dan prasarana pembelajaran penjas sangat di dukung ini juga salah satu faktor pendukung dalam pembelajaran ia penjas di sekolah. Dari uraian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kebugaran
jasmani dijadikan suatu faktor yang berarti dalam meraih keberhasilan hasil belajar siswa, dan untuk meraih hasil belajar yang baik sangat ditentukan kondisi tubuh yang bugar. dengan demikian berarti tingkat kebugaran jasmani mempengaruhi hasil belajar secara langsung. Kesimpulan Untuk menjawab hipotesis berdasarkan hasil data di lapangan dengan Product Moment, kesimpulan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut Terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran jasmani dengan hasil belajar penjas siswa Putra SMPN 5 Jayapura dibuktikan nilai r = 0,443 dan signifikan lebih kecil dari α 5% ( 0,001 < 0,05 ). Artinya Ho ditolak, Hi diterima.
DAFTAR PUSTAKA Ariffandi, 2009, Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Belajar Geografi Pada siswa Kelas XI SMAN 2 Singaraja. Bayu Haradian, 2011, Pusat Pengembangan IPTEK dan Olahraga Nasional, Jakarta, Kemenpora RI. Depdiknas , 2003, Jakarta Pusat Pengembangan Kurikulum Nasional. Gusril, DR, 2005, Laporan Penelitian Model Pengembangan Motorik , siswa Sekolah Dasar Padang, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat, Fakulas Ilmu Keolahragaan Universitas Ne-
130 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan,Jilid 2,Nomor 1 Januari 2014 hlm.123-131 ISSN 2338-0990
geri Padang. Penerbit PT Bumi Aksara. Dini Rosdiani, 2012, Dinamika Olahraga dan Pengembangan Nilai, Bandung, Penerbit Alfa beta, Bandung Bidang Penddikan, Jakarta, PT. Bumi Aksara.Husdata H.J.S, 2010, Psikologi Olahraga ,Bandung, PT Alfabeta. H. Wina Sanjaya, 2011, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta ,.Kencana Prenada Media. Hamid Muhammad, 2005, Manajemen Berbasis Sekolah, DepdiknaDirjend Pendidikan Dasar Dan Menengah dan Lanjutan, Jakarta Jonathan Kuntaraf, Kathleen L Kuntaraf, 1992, Olahraga Sumber Kesehatan, Percetakan Advent Indonesia, Bandung. Kartono Kartini, 1990, Pengantar Metode Risearch, Bandung. Muhammad Muhyi Faruq, 2009, Meningkatkan Kebugaran Jasmani melalui Permainan dan Olahraga, seri Olahraga dan Kesehatan untuk Pelajar, Jakarta, Gracindo. Nanang Hanafiah & Cucu Suhana,2009, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung,PT Rafika Aditama. Pupuh Fathurrohman & M Sobry Sutikno, 2007, Strategi Belajar Mengajar,Jakarta, PT Rafika Aditama. PP-ITKON ,2011, Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Tes & Pengukuran An-
tropometri dan Kebugaran Jasmani, Jakarta, Kemenpora RI. Rusli Lutan, 2001 ,Olahraga dan Etika Fair Play, Jakarta, Direktorat Pemberdayaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Olahraga, Direktorat Jenderal Olahraga, Departemen Pendidikan Nasional Singgih D. Gunarsa, 2004, Psikologi Olahraga Prestasi, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta. Singgih Santoso, 2000, Buku Latihan SPSS Statisti Parametrik, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kualitatif, kuantitatif dan R & D , Bandung, CV Alfabeta. Suharsini Arikunto, 2010, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, Penerbit PT Reneka Cipta, Jakarta. Suryanto,2010, Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, Jakarta , Kemendiknas . Umedi,1991, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Pembelajaran Pendidikan Penjas, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Viktor Simanjutak, 2005, Pengaruh Tendangan Karate terhadap hasil belajar,Jakarta, Penerbit Bumi Aksara. Wanda ,2005, Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani , Jakarta, Departemen Kesehatan RI.
S i r a n i a n t o , Analisis tingkat Kebugaran Jasmani dengan Hasil Belajar Penjas | 131