110 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan, Jilid 2, Nomor 1 Januari 2014 hlm.110-121 ISSN 2338-0990
PEMANFAATAN PAPAN KAYU DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR LEMPAR CAKRAM SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SENTANI Tery Wanena, S.Pd, M.Pd Universitas Cenderawasih. Jl Abepura-Sentani Papua e-mail:
[email protected] Abstrak: Pemanfaatan Papan Kayu dalam Peningkatan Hasil Belajar Lempar Cakram Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sentani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pemanfaatan papan kayu dalam peningkatan hasil belajar lempar cakram siswa kelas X SMA Negeri 2 Sentani, (2) mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran lempar cakram dengan memanfaatkan papan kayu. Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMA Negeri 2 Sentani tahun pelajaran 2012/2013 pada siswa Kelas X yang berjumlah 32 orang siswa. PTK ini menggunakan dua kali siklus. Setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data melalui tes unjuk kerja lempar cakram dan observasi. Hasil : (1) pemanfaatan papan kayu telah meningkatkan hasil belajar lempar cakram siswa kelas X SMA Negeri 2 Sentani. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan dengan perolehan ketuntasan belajar secara individu 78,35 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 90,53 % dan (2) Aktivitas siswa selama pembelajaran tampak lebih efektif sejak dari tindakan 1 hingga tindakan 2, rata-rata keaktifan siswa sebesar 65 %, sementara waktu yang tidak efektif hanya sebesar 35 % atau peningkatan keaktifan siswa dari siklus 1 dan siklus 2 sebesar 65 %. Secara umum siswa belajar mengalami peningkatan dengan hal yang menarik dan menantang siswa, untuk melakukan aktivitas gerak.
Abstract: Utilization of Wood Plank in Discus Throw Improved Learning Outcomes Class X SMA Negeri 2 Sentani. This study aimed to determine (1) the use of wooden boards in improving learning outcomes discus class X SMA Negeri 2 Sentani, (2) determine the learning activities of students in the discus throw by using wooden planks. Methods Classroom Action Research (CAR), which is implemented in SMA Negeri 2 Sentani school year 2012/2013 in Class X students who are 32 students. CAR uses two cycles. Each cycle includes planning, implementation, observation and reflection. Data collection techniques through performance tests and observations discus throwing. Results: (1) the use of wooden planks have improved learning outcomes discus class X SMA Negeri 2 Sentani. Improved learning outcomes indicated by the acquisition of 78.35 individually mastery learning and mastery learning in classical reached 90.53% and (2) students during learning activities seem more effective since of action 1 to action 2, the average activity of students by 65% , while the ineffective only by 35% or increase student activity from cycle 1 and cycle 2 is 65%. In general, students learn has increased with the exciting and challenging students, to perform motor activity. Pendahuluan Kegiatan olahraga dewasa ini telah menjadi salah satu pelajaran yang dimasukkan dalam kurikulum pendidikan, yang dilaksanakan di semua jenjang pendidikan, termasuk pada siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan nama mata pelajaran Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan. Melalui aktivitas fisik yang dilakukan akan mampu menciptakan manu-
sia yang berkualitas secara jasmani dan rohani, seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945. Pendidikan jasmani bagi siswa, selain sebagai sarana mendidik para siswa, juga dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Olahraga atletik merupakan salah satu bagian dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Tujuan pembelajaran atletik, sebagaimana diungkapkan oleh
Tery Wanena,Pemanfaatan Papan Kayu dalam Peningkatan Hasil Belajar Lempar Cakram | 111
Sunaryo Basuki (1979), bahwa atletik adalah (1) Siswa memiliki pengetahuan dan pengertian tentang atletik, (2) siswa memiliki ketangkasan/ketrampilan melakukan teknik-teknik berbagai nomor atletik, (3) siswa memiliki kegemaran atletik dalam kehidupannya, (4) siswa memiliki kemampuan menyerap materi pelajaran atletik yang diberikan oleh guru, dan (5) siswa dapat meningkatkan prestasi dan mencapai kebugaran jasmani dari aktivitas atletik. Pada pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah, khususnya materi lempar cakram dibutuhkan kemampuan mengajar guru dalam mendesain model pembelajaran yang sederhana. Apabila guru kurang kreatif dan kurang inovatif dalam pembelajaran lempar cakram ini, maka peserta didik akan cepat merasa bosan/jenuh dan lelah, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tidak akan tercapai dengan baik. Berbicara tentang pengelolaan kegiatan belajar dan penggunaan metode mengajar, maka dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani yang saat ini berkembang masih senantiasa terpusat pada metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Ada kecenderungan para guru pendidikan jasmani untuk selalu menggunakan metode tersebut dalam mengajarkan keterampilan olahraga, khususnya kepada siswa di sekolah. Memahami permasalahan di atas, maka muncul sorotan terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan bahwa para guru kurang kreatif mencari dan mendesain metode mengajar yang tepat untuk digunakan dalam mengajarkan materi pelajaran lempar cakram. Keberhasilan proses belajar mengajar dalam bidang pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan banyak tergantung pada guru yang melaksanakan tugas operasional di kelas. Hal-hal yang mempengaruhi tercapainya proses belajar mengajar yang baik di kelas antara lain : cara guru mengajar, cara guru memberikan motivasi, cara guru menggunakan alat peraga atau
media pembelajaran serta penggunaan metode mengajar yang tepat, yang sesuai dengan kebutuhan dan materi pelajaran yang diajarkan.(Warsita Muhammad, 2008:5) Hasil pengamatan penulis dan wawancara dengan guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMA Negeri 2 Sentani, menunjukkan bahwa kurang lebih 43 % kegiatan proses belajar mengajar di Sekolah belum begitu optimal karena kurang memadainya sarana dan alat-alat olahraga, termasuk para siswa yang dari segi ekonomi tidak memiliki seragam/pakaian olahraga, sehingga berimbas pada kegiatan belajar mengajar tidak normal. Selain itu, guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan masih kurang memperhatikan karakteristik dan kemampuan peserta didik. Kecenderungan para guru dalam proses pembelajaran harus menggunakan alat yang standar yang sesuai dengan nomor olahraga yang diajarkan, sehingga jika tidak ada alat, maka guru pendidikan jasmani tidak mau mengajarkan materi tersebut. Proses belajar mengajar akan berjalan, dengan memaksimalkan peran guru dalam mendesain alat atau sarana belajar harus dapat diciptakan dalam bentuk modifikasi sederhana, sebagaimana yang dikemukakan oleh Soepartono dalam Roji (2004) bahwa modifikasi penjas dapat dilakukan dengan penekanan pada berbagai aspek seperti materi, alat, ukuran lapangan, bentuk, jumlah pemain, serta peraturan yang lebih sederhana. Selain itu dalam memaksimalkan kondisi pembelajaran penjas diperlukan alat-alat pembelajaran dalam jumlah yang memadai, bila sekolah tidak memiliki peralatan, guru penjas bersama siswa dapat membuat peralatan sederhana (Depdiknas, 2004). Mencermati kendala yang terjadi pada SMA Negeri 2 Sentani, maka penulis dalam penelitian ini, mendesain dan memodifikasi alat pembelajaran pendidikan jasmani yang menitikberatkan pada modifikasi cakram dari kayu limbah se-
112 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan, Jilid 2, Nomor 1 Januari 2014 hlm.110-121 ISSN 2338-0990
bagai alternatif untuk mengatasi keterbatasan alat yang standar dengan menyesuaikan jumlah siswa di SMA Negeri 2 Sentani yang dirata-ratakan 32 orang siswa. Sementara alat standar yang ada hanya 3 (tiga) buah cakram. Dengan 3 (tiga) cakram tersebut, mustahil guru pendidikan jasmani dapat melaksanakan proses pembelajaran secara optimal dan berhasil dengan baik. Artinya bahwa dalam pembelajaran tersebut, peserta didik akan kurang menguasai teknik dasar lempar cakram yang hanya dapat dilakukannya hanya 1 – 2 kali karena selain alat yang kurang juga alokasi waktu yang sangat sempit. Berdasarkan masalah tersebut, penulis berkolaborasi dengan guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Sentani, terinspirasi untuk mendesain alat modifikasi dalam pembelajaran lempar cakram dengan menggunakan potongan-potongan papan kayu sisa yang banyak dijumpai disekitar Sentani yang kemudian dimodifikasi sebagai cakram, dimana dari cakram modifikasi tersebut diharapkan para peserta didik akan mampu melakukan dan mengkuasai teknik dasar lempar cakram. Potongan papan sisa dirapikan sedemikian rupa sekalipun tidak bundar tetapi sudah cukup nyaman untuk dipegang dengan diameter yang disesuaikan dengan cakram yang sesungguhnya. Dari cakram modifikasi tersebut, peserta didik akan lebih tertarik untuk melakukan kegiatan pembelajaran lempar cakram dan kesempatan untuk melakukan percobaan dan latihan akan lebih mudah dilakukan dengan berulang-ulang, sehingga peserta didik juga akan lebih mudah menguasai teknik dasar lempar cakram. Berangkat dari permasalahan di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah tersebut sebagai berikut : Apakah penggunaan cakram modifikasi dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran lempar cakram?
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Apakah penggunaan cakram modifikasi dapat meningkatkan hasil belajar lempar cakram siswa kelas X SMA Negeri 2 Sentani ? Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran lempar cakram dengan menggunakan Cakram Modifikasi? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (a). Untuk mengetahui penggunaan cakram modifikasi dalam peningkatan hasil belajar lempar cakram siswa kelas X SMA Negeri 2 Sentani?. (b). Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran lempar cakram dengan menggunakan cakram modifikasi? Pengertian cakram modifikasi dapat dipaparkan sebagai berikut: Sentani merupakan ibu kota Kabupaten Jayapura yang banyak berdiri perusahaan pengolahan kayu yang dikenal dengan istilah showmill atau penggergajian kayu dari kayu ukuran balok 40 cm x 40 cm x 400 cm digergaji menjadi ukuran yang lebih kecil seperti 2cm x 20 cm x 400 cm atau 5 cm x 5 cm x 400 cm atau 5 cm x 10 cm x 400cm, biasanya kayu tersebut diolah berdasarkan pesanan konsumen, sehingga dari showmill tadi banyak limbah kayu yang berukuran beraneka ragam, penulis melihat jika limbah kayu yang berukuran 2cm x 20 cm x 150cm ada banyak dan daripada dibakar, maka akan baik jika dibuat cakram modifikasi, karena bisa dibuat dengan potongan kubus 20 cm x 20 cm dan kemudian sikunya dibuat menjadi segi 6(enam) lalu sudutnya dibuang maka cakram modifikasi sudah jadi, sedangkan cakram sesungguhnya berukuran diameter 220m, berat untuk putra 2 kg dan untuk putri 1 kg. Sedangkan cakram modifikasi beratnya kurang dari 1 kg. Kamus besar bahasa indonesia (KBBI) elektronik V1.3, cakram : besi bundar, pipih, dan tajam; modifikasi didefenisikan sebagai pengubahan atau perubahan.
Tery Wanena,Pemanfaatan Papan Kayu dalam Peningkatan Hasil Belajar Lempar Cakram | 113
Dalam penelitian ini cakram modifikasi mengandung arti adalah perubahan cakram yang sesungguhnya menjadi suatu cakram yang menyerupai cakram sebenarnya yang dapat digunakan dalam latihan, termasuk dalam proses pembelajaran. Terkait dengan cakram modifikasi dalam olahraga, Rusli Lutan (2002), mengemukakan bahwa modifikasi diartikan sebagai perubahan alat/lapangan, ukuran, bentuk permainan dan aturan standart menjadi lebih sederhana tanpa mengubah ciri-ciri khusus, dan syarat-syarat pokok dari cabang olahraga yang dipelajari berdasarkan pada karakteristik, kemampuan, dan perkembangan anak. Sedangkan Sofyan Hanafi dalam Rusli Lutan (2001), mengatakan bahwa modifikasi olahraga ke dalam mata pelajaran pendidikan jasmani terdiri dari tiga unsur: (1) modifikasi ukuran lapangan, (2) modifikasi peralatan (3) modifikasi lamanya permainan dan peraturan permainan. Rusli Lutan (1988) menambahkan bahwa modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan dengan tujuan (1) siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, (2) meningkatkan kemungkinan keberhasilan siswa dalam berpartisipasi (3) siswa dapat melakukan pola gerak secara benar. Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa modifikasi merupakan sesuatu yang mengalami perubahan dari yang asli menjadi hal yang menyerupai aslinya. Demikan pula dengan cakram yang dimodifikasi dalam penelitian ini adalah sisa papan kayu yang dipergunakan sebagai media pembelajaran lempar cakram. Dari cakram modifikasi tersebut, diharapkan para siswa akan mampu melakukan dan menguasai teknik dasar lempar cakram. Dalam pembelajaran lempar cakram, penggunaan cakram modifikasi akan jauh lebih menyenangkan, menarik, menggembirakan dan bermakna bagi siswa karena akan lebih memberi kesempatan untuk bergerak, keleluasaan berfikir, kebebasan bertindak, dan kerjasama serta melakukan dalam suasana bermain, sehingga peserta didik
selama mengikuti proses pembelajaran akan keasyikan bermain dan berlomba. Kondisi yang demikian sangat efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran yang menyenangkan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) elektronik V1.3 cakram; 2 dalam olahraga salah satu alat nomor lempar pada cabang olahraga atletik, terbuat dari kayu bundar dan pipih, di pinggirannya dibalut dengan besi (beratnya 2 kg untuk putra dan 1 kg untuk putri); dalam wikipedia disebutkan Lempar cakram (Bahasa Inggrisnya Discus Throw) adalah salah satu cabang olahraga atletik. cakram yang dilempar berukuran garis tengah 220 mm dan berat 2 kg untuk laki-laki, 1 kg untuk perempuan. Lempar cakram diperlombakan sejak Olimpiade I tahun 1896 di Athena, Yunani. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) elektronik V1.3 istilah lempar cakram adalah melemparkan cakram sejauh-jauhnya untuk tujuan olahraga. Dengan maksud mengukur kekuatan tangan dalam hal melempar cakram. Cara melempar cakram dengan awalan dua kali putaran badan caranya yaitu: memegang cakram ada 3 cara, diantaranya sebagai berikut berdiri membelakangi arah lemparan, lengan memegang cakram diayunkan ke belakang kanan diikuti gerakan badan, kaki kanan agak ditekuk, berat badan sebagian besar ada dikanan, cakram diayunkan ke kiri, kaki kanan kendor dan tumit diangkat, lemparan cakram 30 derajat lepas dari pegangan, ayunan cakram jangan mendahului putaran badan, lepasnya cakram diikuti badan condong ke depan. Latihan dasar sebagai berikut: (1). Diawali dengan sikap tegap, (2). Langkahkan salah satu kaki sambil mengayunkan cakram ke depan, (3). Lanjutkan ayunan hingga mengelilingi tubuh, jaga agar lengan memegang cakram tetap lurus dan berada di bawah ketinggian bahu, (4). Langkahkan kaki lurus ke depan (berlawanan dengan arah tangan). Ikuti gerakan pinggul dan dada ke depan. Kemudian lepaskan
114 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan, Jilid 2, Nomor 1 Januari 2014 hlm.110-121 ISSN 2338-0990
cakram, ayunkan tangan ke atas dan langkahkan kaki belakang ke depan. Cara memegang cakram: Pegang dengan buku ujung jari-jari tangan, ibu jari memegang samping cakram, kemudian pergelangan tangan ditekuk sedikit ke dalam Mengayunkan cakram : Ayunkan cakram ke depan dan ke belakang di samping tubuh. Pada saat mengayunkan cakram, tangan yang memegang cakram direntangkan sampai lurus. Jangan sampai lepas. Gerakan lempar cakram : Ada 3 tahap dalam melempar cakram, Persiapan: (a). Berdiri dengan kedua kaki dibuka lebar, (b). Pegang cakram dengan tangan kanan. Ayunkan sampai di atas bahu sambil memutar badan ke kiri, kemudian ke kanan secara berulang-ulang. Saat cakram diayun ke kiri, bantu tangan kiri dengan cara menyangganya. Pelaksanaan : (a). Ayunkan cakram ke depan lalu ke belakang, (b) Pada saat cakram di belakang, putar badan dan ayunkan cakram ke samping-depan-atas (membentuk sudut 40° ), (c). Lepaskan cakram pada saat berada di depan muka Penutup : (a). Bantu lemparan dengan kaki kanan agar tercipta suatu tolakan kuat pada tanah sehingga badan melonjak ke depanatas, (b). Langkahkan kaki kanan ke depan untuk menumpu, sedangkan kaki kiri diangkat rileks untuk menjaga keseimbangan badan. Pembelajaran lempar cakram yang menggunakan cakram modifikasi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif. Menurut Gusarmin (2007), bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar mengajar dengan sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dari pendapat di atas, nyata bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan dalam proses belajar mengajar lempar cakram karena dalam pendekatan ini, belajar belum dikatakan selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan atau materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Gusarmin (2007), mengemukakan tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Maksud dari teori tersebut bahwa pembelajaran kooperatif berbeda dengan dengan pendekatan tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Langkah-langkah pembelajaran lempar cakram dengan cakram modifikasi dengan pendekatan pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1). Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, dimana guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik dalam belajar. (2). Menyajikan informasi, dimana guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. (3). Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, dimana guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien. (4). Membimbing kelompok bekerja dan belajar, dimana guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. (5). Evaluasi, dimana guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. (6). Memberikan penghargaan, dimana guru mencari caracara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Keterkaitan dengan pembelajaran lempar cakram, dimana alat yang tersedia
Tery Wanena,Pemanfaatan Papan Kayu dalam Peningkatan Hasil Belajar Lempar Cakram | 115
kurang memadai, sehingga memungkinkan proses pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif. Model kooperatif dalam proses belajar mengajar ini, peserta didik belajar berkelompok 5 - 6 orang satu kelompok, dimana dalam kelompok diharapkan terjadi kerjasama yang baik dalam belajar, saling membantu satu sama lain, terjadi dialog antara sesama siswa. Sehingga hasil belajar yang diharapkan akan dapat tercapai dengan baik. Pada pelaksanaan gerakan teknik dasar lempar cakram, didalamnya memiliki berbagai unsur gerak yang memerlukan keterampilan khusus, dimana proses pelaksanaannya harus sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa. Selama ini siswa mempelajari teknik dasar lempar cakram secara tertuntun dan harus sesuai dengan contoh yang didemonstrasikan oleh guru. Sementara dari penjelasan tentang pendekatan pembelajaran kooperatif, menuntut kerjasama siswa dalam kelompoknya. Dengan demikian, melalui pendekatan pembelajaran kooperatif diyakini dapat memberikan jalan keluar dalam mengaktifkan siswa untuk melakukan rangkaian gerakan dalam teknik dasar lempar cakram, termasuk didalamnya penggunaan cakram modifikasi. Berbicara tentang hasil belajar, tentu tidak terlepas dari kata belajar itu sendiri. Menurut Skinner, dalam Dimyati dan Mudjiono (2002), berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sementara dalam kamus besar bahasa Indonesia elektronik V1.3, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Artinya, bahwa dari teori, pengertian dan pandangan tentang belajar tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa seseorang yang mengalami proses belajar ditandai dengan munculnya perubahanperubahan yang positif dalam diri pelakunya, dengan kata lain bahwa berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar yang
dirasakan dan dialami oleh siswa baik ketika berada di sekolah ataupun ketika berada dalam lingkungan keluarga. Terkait dengan teori tentang belajar di atas, maka proses dari belajar itu akan menghasilkan suatu hasil belajar. Tentang hasil belajar ini, Suharsimi Arikunto (1995) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam angka huruf atau kata-kata, baik sedang ataupun kurang. Penilaian hasil belajar oleh guru adalah untuk mengetahui sejauh mana efektivitas proses belajar, ketepatan proses pengajaran dan strategi belajar yang digunakan serta tingkat kemampuan kesiapan siswa. Teori di atas mengandung makna bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Pengukuran hasil yang dicapai siswa proses pembelajaran berbentuk evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang secara luas telah digunakan yaitu evaluasi hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (2002), mengemukakan bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar. Akan halnya dengan hasil belajar lempar cakram dengan menggunakan cakram modifikasi, pengukuran mutlak dilakukan untuk menilai dan melihat sejauhmana kemampuan siswa dalam melakukan aktivitas gerak, yaitu proses pelaksanaan teknik dasar lempar cakram. Metode Penulis berkolaborasi dengan guru pendidikan jasmani SMA Negeri 2 Sentani untuk melakukan penelitian, dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) dari Aqib Zainab, 2006. Melalui empat tahap secara berdaur ulang, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Sentani yang berjumlah 32 orang siswa,
116 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan, Jilid 2, Nomor 1 Januari 2014 hlm.110-121 ISSN 2338-0990
yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Hasil observasi awal sebelum tindakan penelitian dilakukan menunjukkan hasil belajar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan rata-rata baru mencapai 57 % ketuntasan belajar, sementara kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan dalam kurikulum KTSP untuk mata pelajaran Penjasorkes, khususnya pada materi pokok lempar lembing sebesar 75. Teknik Pengumpulan Data, Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari: (a). Tes hasil belajar, untuk memperoleh/mengukur hasil belajar lempar cakram, (b). Observasi, dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas siswa dan pemunculan keterampilan kooperatif siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Alat Pengumpul data terdiri dari: (a). Tes keterampilan/unjuk kerja untuk mengukur hasil belajar lempar cakram, (b). Lembar observasi, digunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa pada saat melakukan teknik dasar lempar cakram. Teknik analisis data dilaksanakan berdasarkan analisis data model mengalir yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992), yakni proses analisis data dimulai dengan menelaah semua data yang terkumpul. Data tersebut direnung-kan kembali berdasarkan masalah-masalah yang diteliti dan selanjutnya disusun dalam satuan-satuan dan kategorisasi. Proses ana-
Gambar 1 : Cakram Modifkasi
Secara garis besar penelitian ini mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Aqib Zainal ; 2006).
lisis data dilakukan sejak awal penelitian dilaksanakan sampai pada proses pengkumpulan data selesai. Terkait dengan data hasil belajar lempar cakram, diambil melalui tes setiap akhir siklus, kemudian dianalisis untuk mencari rata-rata dan ketuntasan belajar siswa baik secara individu maupun klasikal. Selanjutnya, dari data tersebut disesuaikan pada kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan pada indikator kinerja pada penelitian ini. Sedangkan data aktivitas siswa melalui observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Hasil analisis data diharapkan terjadinya peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa, jika ternyata hasil pada siklus pertama belum sesuai dengan apa yang diharapkan sebagaimana telah ditetapkan pada indikator kinerja, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Siklus dapat dihentikan apabila hasil belajar siswa telah mencapai kriteria ketuntasan, baik secara individu maupun klasikal. Untuk mengetahui keberhasilan penelitian ini ditetapkan indikator kinerja sebagai berikut: (1). Penggunaan cakram modifikasi dapat meningkatkan hasil belajar lempar cakram siswa kelas X SMA Negeri 2 Sentani. (2). Adanya peningkatan hasil belajar siswa sekurang-kurangnya 85 % siswa dapat mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai ketuntasan hasil belajar individu minimal 75.
Gambar 2 : urutan cara Melempar cakram
Adapun tahapan pelaksanaan secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut :
Tery Wanena,Pemanfaatan Papan Kayu dalam Peningkatan Hasil Belajar Lempar Cakram | 117
Permasalahan
Siklus I :
Permasalahan Baru Hasil Refelksi
Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
REFLEKSI Tindakan I
Pengamatan/ data I
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Siklus II : Bila permasalahan belum tuntas dapat dilanjutkan pada sikulus berikutnya
REFLEKSI Tindakan II
Pengamatan/ data II
EVALUASI AKHIR
Gambar 3: Diagram Siklus
Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian siklus I Perencanaan Dalam pembelajaran lempar cakram dengan menggunakan kayu dapat ditemukan beberapa hal yang dapat dirumuskan sebagai berikut: (1). Indikator pembelajaran yang telah dirumuskan sesuai dengan kompetensi dasar dan hasil pembelajaran yang diharapkan; (2). Pengorganisasian materi, media,dan sumber belajar diharapkan dapat memotivasi minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan mempermudah pencapaian hasil belajar; (3). Persiapan kegiatan guru dan siswa telah tertata sedemikian rupa sehingga mudah dilaksanakan dan terencana dengan baik; (4). Penggunaan kayu sisa sebagai media pembelajaran lempar cakram sangat memadai untuk setiap siswa mempunyai kesempatan yang banyak untuk mempraktekkan gerakan melempar cakram yang seharusnya; (5). Penilaian pembelajaran tidak hanya pada produk tetapi juga terhadap proses pembelajaran siswa. Pelaksanaan tindakan Guru membuka pembelajaran dengan berdiskusi dengan siswa untuk mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, selanjutnya guru membangkitkan semangat belajar siswa untuk menguasai tehnik melempar cakram yang
benar, dengan cara mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh, dengan permainan guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok menjadi tiga kelompok, sambil melakukan pemanasan siswa bermain seperti yang diperintahkan oleh guru. Setiap kelompok melakukan gerakan yang seharusnya dilakukan dikelompok tersebut, seperti di kelompok satu melakukan gerakan awalan, yaitu melakukan membuka kaki selebar bahu sambil memegang cakram dengan benar, kelompok dua melakukan gerakan yang sebelumnya telah dilakukan pada kelompok satu, dan selanjutnya melakukan ancang-ancang dengan mengayun cakram kedepan-kebelakang tiga kali, kelompok ketiga melemparkan cakram dengan cara mengkombinasikan gerakan yang telah dilakukan mulai dari kelompok satu, dan dua.melepaskan cakram dengan sudut 30°. Dengan memanfaatkan cakram dari kayu maka diharapkan siswa dapat melakukan sebanyak mungkin ulangan-ulangan gerakan melempar cakram dan diharapkan banyak pengalaman gerak yang benar yang tersimpan pada memori siswa. Penilaian dilakukan sambil berlangsungnya pembelajaran, dengan cara guru mengamati setiap gerakan siswa pada tiaptiap pos, sehingga guru dapat mengontrol gerakan siswa yang benar dan yang kurang benar, untuk siswa yang telah
118 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan, Jilid 2, Nomor 1 Januari 2014 hlm.110-121 ISSN 2338-0990
melakukan gerakan benar dikelompokkan sebagai siswa kelompok exelent, dan siswa yang hampir benar dikelompokkan sendiri sebagai kelompok good, sedangkan siswa yang belum benar juga dikelompokkan sendiri sebagai kelompok trainning. Setelah itu pembelajaran berakhir dilakukan pendinginan yang berupa permainan melempar tumpukan cakram dan siswa dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok sebagai pelempar cakram, dan siswa yang lain sebagai pengatur cakram, bagi kelompok siswa yang melempar dan mengenai tumpukan cakram dari kayu dan menjadi bubar cakramnya, maka regu yang kalah menggendong regu yang menang. Dan ditutup dengan berdoa. Pengamatan: siswa ketika melakukan aktivitas melempar maka guru mengamati proses melemparnya siswa, dan siswa juga akan berdiskusi dengan temannya ketika mengalami kesulitan, proses ini diharapkan siswa saling tukar informasi mengenai pengalamannya setelah melempar cakram yang seharusnya. Dari pos satu, dua dan tiga guru mengamati perpindahan pos itu sendiri dan sekaligus pelaksanaan gerak pada tiap pos. Guru terlihat lebih dominan mengarahkan siswa yang melakukan pada pos satu karena gerakannya hanya sederhana, tetapi banyak siswa yang belum tepat melakukan sikap awalan, tetapi guru terus memberi motivasi agar siswa tidak jenuh mengulang dan mengulang. Dari hasil penilaian tehnik melemper cakram yang benar masih banyak siswa yang masuk dalam kelompok trainning, sehingga target pencapaian pembelajaran belum berhasil, sehingga guru harus mengubah gaya mengajarnya. Refleksi: dalam pembelajaran yang telah dilakukan dapat dikatakan guru telah berhasil mengamati seluruh gerakan siswa dari sikap awal, ambil ancang-ancang dan saat melemparkan cakram, dan dijumpai banyak siswa yang belum sungguhsungguh melakukan gerakan yang seharusnya. Kendala yang dihadapai siswa adalah siswa merasa canggung dengan banyaknya cakram dari kayu limbah dan
merasa aneh dengan alat tersebut, sehingga mereka memainkan cakram dengan tidak semestinya, semua siswa memegang cakram akan tetapi perhatian siswa menjadi kurang karena mereka asyik dengan adanya mainan baru. Persiapan perbaikan: kelompok menjadi lebih banyak dan tiap kelompok menjadi lebih sedikit anak, agar kesempatan mempraktekan menjadi lebih banyak, memanfaatkan cakram dari kayu limbah dengan latihan melempar, bukan untuk permainan yang lain, merubah tempat latihan di tempat yang terbuka dan bebas dari gangguan, agar siswa dapat melempar dengan leluasa, pos latihan menjadi lebih sedikit, dari 3 pos menjadi 1 pos. Memberi perhatian kepada siswa yang belum benar melempar pada siklus 1. Hasil Penelitian Tindakan Siklus ke 2: Perencanaan: menyusun rencana pembelajaran dengan penekanan memperbanyak latihan melempar dengan merubah pos dari 3 pos menjadi 1 pos dan mengurangi jumlah siswa dalam kelompok 5 orang menjadi 3 orang, tetapi memperbanyak kelompok menjadi 10 kelompok. Sehingga kesempatan melempar menjadi semakin banyak dengan memanfaatkan banyaknya cakram modifikasi yang tersedia. Pelaksanaan: memotivasi siswa terus menerus, memperhatikan siswa yang mengalami kendala pada siklus 1, memberi kesempatan melempar kepada siswa sebanyak-banyaknya, menilai siswa yang melakukan melempar, dan memberi apresiasi kepada siswa yang dengan benar melakukan lemparan, serta memberi perhatian kepada siswa yang belum benar melempar. Pengamatan: dalam perubahan cara mengajar pada siklus 2 ini dapat dilaporkan perubahan yang signifikan yaitu: dengan semakin sering melakukan melempar dengan gerakan yang tidak terpotong-potong dan dengan banyaknya cakram modifikasi sehingga setiap siswa dapat bertanggungjawab terhadap cakramnya maka, kesempatan melempar yang
Tery Wanena,Pemanfaatan Papan Kayu dalam Peningkatan Hasil Belajar Lempar Cakram | 119
dimiliki, membuat siswa tidak ada waktu cukup termotivasi dan terkonsentrasi untuk untuk bermain, karena guru senantiasa bergerak sehingga penguasaan keterampilmengontrol setiap gerakan yang dilakukan an teknik dasar lempar cakram diperoleh oleh siswa dengan jarak istirahat hanya 1 secara maksimal. siswa yang melakukan maka kesempatan Data pada tabel lampiran 1 menunjukkan bagi dirinya akan datang lagi, maka hasil bahwa hasil belajar siswa sudah cukup yang diperoleh frekwensi melempar baik dengan memperoleh angka rata-rata menjadi lebih banyak dan hasilnya hasil evaluasi pada siklus 2 sebesar 78,35 menjadi lebih baik. dan ketuntasan hasil belajar secara klasikal Refleksi : Bertitik tolak dari hasil 90,53 %, hal ini berarti bahwa secara pengamatan guru dan hasil belajar siswa klasikal proses belajar mengajar telah yang diperoleh pada siklus 2 tersebut, tuntas karena telah melebihi indikator maka hasil dari tahap refleksi ini mengketuntasan hasil belajar dari 85%, meshasilkan sebagai berikut : (1). Guru dapat kipun masih terdapat 3 orang (9,47 %) mencermati dan menganalisa kekurangansiswa yang belum tuntas. Ketidak tuntasan kekurangan yang telah dialami selama siswa tersebut disebabkan oleh berbagai kegiatan belajar mengajar berlangsung. alasan, seperti; ada siswa terlambat (2). Penggunaan cakram modifikasi yang sehingga tidak maksimal mengikuti cukup dan latihan dilaksanakan dengan latihan, kurang fokus menerima materi variasi gerakan menolak melalui strategi pelajaran dan masih terdapat siswa yang pembelajaran kooperatif membuat siswa malas melakukan latihan yang diberikan. Tabel 1: Rekapitulasi nilai rata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar pada siklus I dan siklus II
NO
SIKLUS
1 I 2 II PENINGKATAN
NILAI RATA-RATA 68,55 78,35 9,8 %
Penyebab hasil belajar yang belum tercapai pada siklus 1 karena siswa tidak mendengarkan apa yang menjadi arahan guru, siswa asyik main sendiri dengan cakram modifkasi yang terlihat banyak, ada 6 kelompok sedangkan siswa dalam kelompok banyak ada 5 anak, sehingga ketika menunggu giliran untuk melempar menjadi terlalu lama sehingga ada kesempatan bermain, dan gerakan yang terputus-putus dari pos 1 sampai ke pos 3 menyebabkab siswa merasa bosan melakukan tehnik dasar melempar cakram.
KETUNTASAN TIDAK TUNTAS TUNTAS 57 % 43% 90,53% 9,47% 33,53%
Perhatian guru terpecah antara memperhatikan gerakan siswa yang melempar atau memperhatikan siswa yang bermain sendiri. Dan peningkatan pada siklus 2 karena adanya perubahan yang nyata yaitu dari 6 kelompok menjadi 10 kelompok dan banyaknya siswa dari 5 orang tiap kelompok menjadi 3 orang tiap kelompok, dan setiap siswa memegang cakram modifikasi, sehingga kesempatan melempar menjadi banyak dan giliran menunggu untuk melempar menjadi singkat.
120 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan, Jilid 2, Nomor 1 Januari 2014 hlm.110-121 ISSN 2338-0990
Tabel 2 : Aktivitas siswa dalam pembelajaran Tolak Peluru NO 1 2
SIKLUS 1 2 RATA – RATA
PERSENTASE TIDAK AKTIF AKTIF 60 % 40 % 10 % 90 % 35 % 65 %
Keaktifan siswa untuk melempar menjadi lebih baik bukannya keaktifan bermain sendiri, setelah kelompoknya dibuat banyak, dan siswa dalam kelompok menjadi lebih sedikit, karena kesempatan siswa melakukan lemparan menjadi lebih banyak, dan kesempatan siswa menunggu giliran menjadi singkat, sehingga keaktifan siswa dapat dilhat dari tabel diatas. Hal ini berarti bahwa siswa sangat tertarik dan antusias sehingga mengalami perubahan yang cenderung meningkat. Peningkatan rata-rata keaktifan siswa pada siklus 1 dan siklus 2 disebabkan oleh penggunaan cakram modifikasi dengan berbagai metode atau pendekatan, seperti pendekatan bermain. Pendekatan bermain sangat disenangi sebab siswa akan lebih bebas melakukan kegiatan yang menyenangkan, apalagi kegiatan tersebut dilakukan secara sistematis dan bermanfaat. Hal ini sesuai dengan pendapat Yudha M. Saputra dalam Rusli Lutan (2001) bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan bermain sangat disukai oleh siswa. Ber-
main yang dilakukan secara tertata, mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan siswa.
Daftar Pustaka
Djumidar A. Widya, Mochamad, 2004. Belajar Berlatih Gerak-Gerak Dasar Atletik dalam Bermain. Jakarta, PT Prajagrapindo Persada Gusarmin, 2007, Model – Model Pembelajarani, Modul Diklat Profesi Guru, Kendari, FKIP, Universitas Haluoleo (Unhalu). Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Lempar_Ca kram Diakses 1 Agustus 2013, 23;46 http://materipenjasorkes.blogspot.com/201 3/02/teknik-lempar-cakram-discusthrow.html. diakses 1 agustus 2013. 23;50
Aqib, Zainal, 2006 Penelitian Tindakan Kelas Untuk : Guru, Bandung, Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi. 1995. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta, Bina Aksara Basuki Sunaryo, 1979, Atletik Sejarah, Teknik Dan Metodik, Jakarta, Depdibud. Depdiknas. 2004. Buku Pegangan Penggunaan Perlatan Olahraga Anak (POA). Jakarta, Direktorat IPTEK- Dirjen Olahraga.
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut : Aktivitas siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sentani dalam melakukan lempar cakram dengan menggunakan cakram modifikasi secara efektif mengalami peningkatan yang berarti. Peningkatan hasil belajar tersebut dilihat pada perolehan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 90,53 %, sedangkan ketuntasan hasil belajar secara individu sebesar 78,35 atau mengalami peningkatan sebesar 9,8 % dari siklus 1. Aktivitas siswa selama pembelajaran tampak lebih efektif sejak dari tindakan 1 hingga tindakan 2. Hasil perolehan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sebesar 65 %. Dimana pada siklus 1 keaktifan siswa sebesar 40 %, sedangkan pada siklus 2 sebesar 90 %.
Tery Wanena,Pemanfaatan Papan Kayu dalam Peningkatan Hasil Belajar Lempar Cakram | 121
KBBI Elektronik V 1.3, Kamus Besar Bahasa Indonesia Lutan, Rusli, 1988. Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. Jakarta. Dirjen Dikdasmen, Depdikbud Lutan, Rusli, 2001. Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Indonesia. Jakarta. Depdiknas, Direktorat Jederal Olahraga. Lutan, Rusli, 2002. Supervisi Pendidikan Jasmani: Konsep dan Praktek. Jakarta. Depdiknas, Dirjen Dikdasmen bekerjasama dengan Direktorat Jederal Olahraga. Miles, Matthew B & A. Michael Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang
Metode-metode Baru, Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta, UI – Press. Mudjiono, dan Dimyati, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta, Roji, 2004. Pendidikan Jasmani SMP Kelas VIII Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi, Jakarta, Penerbit Erlangga Warsita Muhammad, 2008, Efektivitas Penggunaan Bola Dalam Peningkatan Hasil Belajar Tolak Peluru Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Dolo, Palu, tidak diperdagangkan.