BAB IV PENAMPILAN DAN PEMAKAIAN KAIN TENUN BADUY
4.1. Perkembangan Kain Tenun Baduy Kebudayaan suku Baduy luar telah banyak dipenuaruhi oleh faktor luar sehingga mereka lebih leluasa dalam melakukan berbagai kegiatan dan aktifitas keseharian, namun masih tetap memegang unsur tradisi sebagai pengatur kehidupannva. Hingga saat ini perkembangan kain tenun Baduy tidak begitu mengalami banyak perubahan yang menyolok, seperti banyak diketahui kain tenun yang ada modelnya sangat sederhana, hal ini dikarenakan adanya pengaruh serta masih memegang unsur-unsur tradisi suku Baduy Dalam. Pada umumnya kain tenun tersebut bercorak kotak-kotak kecil atau garts-garis den g an warna hitam kebiru-biruan dengan merah dan sebagainnya. Hingga saat ini desainnya masih belum berubah akibat pengaruh tradisi dan keterbatasan-keterhatasan tertentu seningga tidak terlalu mementingkan pembuatan dan pengolahan desain-desain baru, sebab kebanyakan dari mereka mengerjakan pekerjaan tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup selain nekerjaan lainnya. Dalam hal ini desain kain tenun Baduy menjadi sangat terbatas dan kurang variatif, walaupun itu sudah menjadi tradisi atau ciri khas suku Baduy namun tidak ada salahnya jika kain tenun yang dikerjakannya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat ekonomis untuk itu perlu mencoba memadukan unsur-unsur baru kedalamnya. Tidak perlu merubah desain strukturnya tetapi lebih banyak bermain motif dan warna maupun dalam pengolahan benangnya sebagai alternatif desain. Petnbuatan kain tenun ini masih menggunakan alat tenun tradisional yaitu pakara, karena alat ini masih sangat sederhana maka sangat diperlukan ketelitian dan hati-hati dalam mengerjakannya. Faktor ini sangat berpengaruh dalam produksi kain tersebut, sehingga perlu dikenalkan jenis alat tenun ATBM yang sifatnya sama dengan alat sebelumnya namun dapat menghasilkan desain vang lebih baik dan lebih cepat. Adapun usaha dalam mengembangkan desain struktur baru kedalam desain tenun tradisional 13aduy. 4.1.1. Latar Belakang Penciptaan Kain Tenun Tradisional Baduy Secara umurn kain tenun tradisional Baduy diciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terutama untuk memenuhi kebutuhan sandang. Karena pakaian merupakan salah satu ciri yang memberikan jiwa dalam kehidupan orang Baduy, sebagai cerminan kesederhanaan, kepolosan, keterbukaan dan ketulusan hati, untuk itulah kain tenun Baduy dibuat.
www.stisitelkom.ac.id
1
Pada kain tenun tradisional Baduy luar ini memiliki penampilan yang sedikit berbeda dengan kain tenun tradisional Baduy Dalam. Perbedaannya terletak pada wama dan desain pakaiannya, vaitu warna hitam kebiruan yang arti hartiahnya menandakan suku Baduy I.uar sudah terpengaruh oleh kehidupan luar. Adanya keinginan untuk mengembangkan kreativitas agar dapat mengahasilkan kreasi desain yang lebih dinamis yaitu dengan menghasilkan corak kotak-kotak tipis yang diselingi henang-benang warna-warni selain tenunan selendang j)olos putih dengan deretan hiasan tumpal pada kedua ulungnya, bentuk corak geometris merah, biru dan putih sedangkan benang ujungujung selendang di biarkan teijuntai. Proses penciptaan desain kain trdisional Baduy Luar tersebut sangat berbeda dengan tradisi Baduy Dalam, mereka menggunakan warna yang serba putih dalam setiap tenunannva. Hal ini melambangkan bahwa Baduv Dalam tnasih putih bersih belum terjamah budaya luar, sehingga bisa terlihat perbedaannya pada kain tenun Baduv Luar dengan corak yang lebih variatif sebagai cerminan bahwa mereka telah berbaur dengan budaya luar. Tujuan penciptaan kain tenun Baduy Luar selain sebagai hahan sandang, luga dipakai dalam acara ritual. Selain itu mereka terkadang menjualnya kepada pihak pendatang sebagai sekedar pemenuhan kebutuhan pangannya seperti ditukarkan dengan garam, terasi atau ikan asin. Selebihnya tidak ada pemikiran lain dari mereka untuk memperkaya atau menaikkan taraf hidupnya dengan cara memperdagangkan kain tenunnya. Walaupun sudah biasa menerima budava luar namun tradisi mata pencaharian mereka dengan bercocok tanam sebagai tradisi leluhumya tetap dipegang teguh. 4.1.2. Proses Penciptaan Kain Tenun Tradisional Baduy Proses penciptaan kain tenun Baduy tradisional pada umumnya sama dengan proses penciptaan kain tenun tradisional lainnva. Salah satunya alat yang digunakan masih bersifat manual atau dikenal dengan ATBM. Prosesnya sangat sederhana cian masih bersifat alami. Bahan baku yang digunakan semuanya diperoleh dari lingkungan sekitar, misalnya bahan baku kapas yang dipintal dijadikan benang. Proses pewarnaan yang dilakukan dengan cara pencelupan. Benang sebelumnya dilumuri dengan tajin yaitu bubur nasi. Kemudian benang tersebut dihani dengan alatnya yang disebut penghanean. Setelah proses ini selesei, benang tersebut digulung pada pajal (bum tenun). Untuk melalui pencucukan mata gun, benang lungsi lebih dulu melewati sebilah kayu yang melintang (limbuhan) agar jalanan benang lungsi rata. Kemudian benang-benang lungsi tersebut dimasukkan pada jajaran mata gun yang berjumlah tiga buah. Sesudah pencucukan tnata gun selesai, lalu dilakukan pencucukan pada sisir, lalu dipindahkan pada kincir sampai kering kemudian digulung pada kelosan, proses ini disebut proses persiapan. Proses selanjutnya vaitu proses pertenunan yaitu dengan mempersiapkan benang lungsi dan pakan sesuai dengan kebutuhan, untuk
www.stisitelkom.ac.id
2
menganyam benang pakan, tangan penenun terlebih dahulu mengangkat jajaran mata gun yang tergantung, sehingga mulut lungsi terangkat. Lalu diluncurkan teropong dari sebilah kayu berbentuk pipih (barera) agar mulut lungsi tetap terangkat pada saat melepaskan jajaran mata gun. Kemudian pakan yang dimasukkan dalam teropong, vang terbuat dari bambu, dan di dalamnya diselipkan kelosan benang pakan. Sesudah benang pakan melewati lebar mulut lungsi, alat barera ini juga berguna untuk mendorong dan memadatkan sisir, sehingga pakan merapat rata, selanjutnya proses tersebut dapat dikerjakankan hingga menjadi sehelai kain yang diinginkan. Struktur anyaman pada pembuatan kain tenun Baduy tersebut adalah anyaman polos yaitu benang diantara dua silangan (benang pakan dan benana lusi yang saling bersilangan), maka dapat digambarkan struktur tenunanya sebagai berikut :
Tenun Polos
4.2. Perwujudan Kain Tenun Tradisional Baduy Perwujudan kain tenun tradisional Baduy pada umumnya memiliki efek kenampakan teksturnya kurang halus, mengingat bahan materi yang diolah masih sangat sederhana, sehingga apa yang di hasilakan kualitasnya masaih rebatas. Namun disinilah keunikan efek-efek tersebut memberikan nuansa yang kental dengan budaya tradisi suku baduy. Untuk memperkaya nuansa tersebut bagaimana menciptakan desain tenun baduy menghilangkan unsure tradisi, dalam hal ini memungkinkan untuk menciptakan kain dengan desain struktur vang lebih bervariatif, terutama membuat bahan dasar (benang) bertekstur. Hal ini memungkinkan melahirkan desain yang benar-benar unik dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. 4.2.1. Jenis Kain Tenun Tradisional Baduy Kain tenun tradisional Baduv dapat diketahui tidak terlalu banyak jenisnya, karena produk yang dihasilkan jumlahnya terbatas dan semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jenis kain tenun Baduy kira-kira ada 5 macam yaitu
www.stisitelkom.ac.id
3
antara lain selendang, kain sarung, kain panjang (samping), baju lengan panjang, dan telekung bentukny a seperti kain selendang tetapi agak kecil gunan y a untuk ikat kepala. Sebagian besar kain tenun terscbut memiliki banyak persamaan path setiap desainnya. Berdasarkan hasil pekerjaannya, kain tenun Baduy dapat diklasifikasikan kedalarn dua jenis kain antara lain kain dibuat berdasarkan panjang dan lebar kain, vaitu terdiri dari kain biasa dan kain panjang Kain biasa dapat digunakan untuk keperluan busana, selendang dan kebutuhan lainnva, sedangkan kain panjang digunakan untuk dililitkan pada tubuh wanita (samping/kain), sarung dan keperluan lainnya. Berdasarkan kegunaan kain tersebut cenderung lebih mengarah pada nilai fungsi dan kegunaannva. 4.2.2. Fungsi Kain Tenun Tradisional Baduy Fungsi kain tenun tradisional ini sangat beragam tergantung pada panjang dan lebar nya ka in vang d ihas ilkan . Misaln ya ka in dengan u kura n 55cm x 340cm digunakan untuk bahan sarung, 35cm x 175cm untuk selendang, sedangkan untuk kain partja n g bisa mencapa i ukuran 300cm x 200 cm. Kain-kain tersebut pada umumnya dibuat dan digunakan sesuai dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat tersebut. Penerapan pada wujud kain tenun yang beragam guna meningkatkan nilai ekonomis dan tanpa melalaikan unsur tradisi. Wanita suku 13aduy dalam kegiatan pembuatan kain tenun, menghasilkan kain fungsinya untuk keperluan sendiri, antara lain selendang ini berfungsi untuk pengikat sarung dan selalu dipasang dibalik lipatan sarung. Jenis kain ini biasan y a dipakai untuk kegiatan di ladang maupun di dalam rumah. Di bawah ini merupakan suatu perbandingan dari karya tenun tradisional Baduy dengan desain kain tenun tradisional Indonesia pada umumnya.
www.stisitelkom.ac.id
4
4.3. keeenderung Pengembangan kain Tenun Baduy Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi serta komunikasi, maka kemajuan dibidang industri kain tenun tradisional di Indonesia dihadapkan kepada tantangan vanit semakin kompleks, karena selain harus memenuhi segi kuantitas •uga harus dapat memenuhi segi kualitas tanpa harus menghilangkan unsur tradisional kain tenun di Indonesia. Pada dasarnya suatu desain produk relatif tidak bertahan lama karena tuntutan kebutuhan masyarakat yang berbeda dan selalu berubah-ubah. Meskipun pada dasarnya tidak perlu diubah tetapi untuk menggambarkan berbagai macam produk perlu adanya penyesuaian dengan kebutuhan. Misalnya produk kain itekstil. Kain tekstil secara umum mengandung dua makna: sebagai alat penutup dan sebagai penggarap tehnik dan seni
www.stisitelkom.ac.id
5
rupa. Dalam maknanya yang kedua tersebut ia merupakan medium untuk menyatakan ide. Dalam lingkup suatu tradisi tertentu, lebih-lebih ia sarat akan gagasan-gagasan yang telah membaku, yang diteguhkan oleh suatu simbol yang khas berlaku dalam tradisi yang bersangkutan, seperti haInva pada kain tenun Baduy. Kain tenun tradisional Baduy memiliki kekayaan warisan budaya tidak saja dilihat dari teknik dan aneka corak serta jenis kain yang dibuat. Tetapi secara lebih mendalam dapat tersurat dan tersirat berbagai macam fungsi dan arti kain dalam kehidupan masyarakat, yang mencernninkan tentang kepercayaan, adat istiadat, cara berfikir, identitas dan jati diri dari suatu bangsa yang berbudaya. Untuk itu perlu diperkenalkan adanya berbagai macam jenis anvaman yang dapat diadaptasikan kedalam tenun tradisional Baduy dalam hal ini menggunakan tenunan anyaman polos. Karena anyaman polos merupakan jenis anyaman dasar yang mudah diadaptasikan dengan desain turunan lainnya akan memudahkan menemukan desain baru dalam proses kreasinya. Untuk itu dapat dihasilkan desain yang lebih beragam dan bervariasi. Penyediaan bahan baku (material) tidak perlu mencari bahan yang sulit didapatkan, tetapi denuan mengolah bahan mentah seperti kapas menjadi benang tenun, untuk menjadi benang bertekstur tentunya akan menambah daya tarik tersendiri khususnya terhadap kenampakan jenis kain tentin tersebut. Dengan demikian tidaklah terlalu sulit dalam mengembangkan desainnva karena secara keseluruhan diambil dari cara yang mendasar dengan membuat variasi baru pada benang yang digunakan dalam proses pertenunan.
www.stisitelkom.ac.id
6