[111] Cari Harta, Eksploitasi Wanita Saturday, 28 September 2013 01:42
Meski Hary Tanoe mengatakan bahwa perusahaannya tidak mencari keuntungan dari perhelatan kontes kecantikan ini, bau bisnis MNC tak bisa dielakkan. Apa mungkin MNC mau rugi?
Tanpa mengindahkan penolakan dari sebagian besar kaum Muslim di Indonesia, MNC Group tetap menyelenggarakan ajang Kontes Miss World di Bali. Pembukaannya sendiri berlangsung Ahad malam (8/9) di Nusa Dua, Bali. Acara ini disiarkan ke 160 negara.
Pihak MNC sendiri berdalih, pemerintah telah mengizinkan perhelatan kontes tersebut. CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo menyatakan persiapan acara ini sudah dilakukan oleh panitia 3 tahun sebelumnya. Tidak mungkin diubah, apalagi dibatalkan.
Bahkan, ketika pemerintah telah membatalkan acara final Miss World di Jakarta dan Bogor (Sentul) dan hanya mengizinkan di Bali saja, Hary Tanoe belum bisa menerimanya. Ia ngotot akan mengadakan acara tersebut di dua tempat seperti semula. "Kami akan mencoba berbicara dengan pemerintah tentang apa yang dihadapi acara Miss World 2013 ini," kata Hary pada jumpa pers di Bali, Ahad (8/9).
Bagaimana pun pihak MNC tidak mau rugi. Meski Hary Tanoe mengatakan bahwa perusahaannya tidak mencari keuntungan dari perhelatan kontes kecantikan ini, bau bisnis MNC tak bisa dielakkan. Apa mungkin MNC mau rugi?
MNC Group mendapatkan hak eksklusif dari Miss World Organization untuk menyiarkan acara tersebut ke seluruh dunia. Tentu siaran itu tidak disiarkan secara gratis. Televisi negara lain yang ingin menyiarkan, harus bayar. Apalagi, untuk perhelatan ini, Adjie S Soeratmadjie, Head of Corporate Secretary RCTI menjelaskan, panitia mengeluarkan dana sekitar Rp 120 milyar.
1/5
[111] Cari Harta, Eksploitasi Wanita Saturday, 28 September 2013 01:42
Panitia juga telah menjual tiket. Harganya sangat mahal untuk kalangan biasa di Indonesia. Harga termurah adalah Rp 1,5 juta, sedangkan harga tertinggi Rp 7,5 juta. Tiket yang dijual berjumlah 8.000 lembar. Jika dirata-rata harganya Rp 4 juta, maka uang yang diraup dari perhelatan ini sekitar Rp 32 milyar. Wow…..
Itu belum termasuk sponsor dan hak siar. Pihak MNC sendiri sulit dihubungi untuk mengklarifikasi soal duit ini. Dapat diperkirakan, sponsor utama Miss World 2013 yakni perusahaan handuk Terry Palmer membayar mahal untuk ajang ini. Sponsor lain pun bejibun. Ada industri kosmetik, fashion, perhotelan, dll.
MNC pun dipastikan mendapatkan pemasukan dari hak siar. Andai saja harga hak siar Rp 1 milyar per stasiun televisi dari ajang ini, dapat dipastikan Rp 160 milyar akan masuk ke kantong MNC.
Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia M Ismail Yusanto menegaskan, di balik Miss World ini adalah duit. “Kontes semacam ini adalah penipuan, karena alasan utamanya adalah bisnis kosmetik dan fesyen,” tandasnya.
Menurutnya, brain (kecerdasan) dan behavior (perilaku) hanyalah pemanis belaka. Buktinya sepintar apa pun kontestan dan sebaik apa pun perilakunya, kalau tidak cantik ya tidak akan menang.
Melalui ajang ini, katanya, perempuan dieksploitasi. Sebelum berubah seperti sekarang, para kontestan diharuskan mengenakan bikini. Ini terjadi selama puluhan tahun sejak tahun 1950-an. Mereka berlenggak-lenggok di catwalk dan kemudian dinilai oleh para juri, yang nota bene di antara mereka adalah para lelaki. Mereka pun harus berpose untuk menunjukkan keindahan tubuhnya.
Konon para kontestan Miss World ini diukur ‘perhiasannya’ untuk mencari yang dianggap paling ideal bentuknya. Namun, menurut salah satu petinggi MNC, proses itu tidak ada. Yang jelas, banyak acara penjurian Miss World itu dilangsungkan secara tertutup.
2/5
[111] Cari Harta, Eksploitasi Wanita Saturday, 28 September 2013 01:42
Berdasarkan kriteria penjurian, bobot yang terbesar dari kontes ini adalah Physical Appearance (di dalamnya adalah body /bentuk tubuh). Porsi penilaian mencapai 35 persen. Disusul kemudian performance , sebesar 25 persen. Yang termasuk performance ini adalah bagaimana kontestan menggunakan casual wear (10 persen), cocktail dresses (10 persen), dan bikini (5 persen)—yang terakhir ini dihapus dalam Miss World di Indonesia dan diganti dengan pakaian pantai (beach fashion). Soal kecerdasan, talenta dll, itu adalah kriteria tambahan. Porsinya pun kecil.
Menarik tulisan Susan Dewey, seorang anthropologis dari Syracuse University, yang memberi banyak catatan kritis dalam bukunya ‘Making Miss India Miss World: Constructing Gender,Power, and the Nation in Postliberalization India’ (2008). Dalam buku itu, ia
menunjukkan bahwa pertalian bisnis dengan penyelenggaraan Miss World amat dekat.
Ia mencontohkan, kegiatan pertama Miss World setelah terpilih dikenal sebagai “mudik” ke negara asalnya, sengaja diperuntukkan untuk bertemu politisi dan tokoh bisnis terkemuka. Demikian pula fenomena kemenangan Miss Venezuela secara konsisten, terjadi karena proyek ratu kecantikan telah menjadi bagian dari industri di negara itu. Miss Venezuela Academy mematok rata-rata biaya pelatihan ratu kecantikan 60.000 dolar per tahun.
Times of India Group yang memiliki akses dan hak siar untuk meliput Miss India 2003 telah meraup keuntungan yang luar biasa. Saat itu, Sunsilk mampu menguasai 60 persen pasar shampoo di India setelah menjadi sponsor perhelatan tersebut.
Bukan tidak mungkin ada misi bisnis besar di Indonesia. Paling tidak, bisnis MNC Group. Bagaimana pun Indonesia adalah pasar yang luar biasa, sebagaimana India dan Cina—kedua negara itu belakangan kontestannya dinobatkan sebagai Miss World.
Tak heran jika MNC Group mencari dukungan ke berbagai ormas dan lembaga keagamaan agar acara Miss World sukses. Mereka pun berkeliling ke media-media nasional agar
3/5
[111] Cari Harta, Eksploitasi Wanita Saturday, 28 September 2013 01:42
mendukung perhelatan besar tersebut. Ini bisnis Bung![] mujiyanto
BOKS
Body, Body, and Body
Sejak awal diselenggarakan di Inggris, Miss World hanyalah ajang adu kecantikan atau (maaf) adu bodi. Slogan 3B: brain, beauty, and behavior (kecerdasan, kecantikan, dan perilaku) hanyalah embel-embel untuk menutupi tujuan sebenarnya ajang ini.
Bagi kontestannya, ajang Miss World merupakan jalan untuk memasuki dunia entertainment dan mengeruk uang. Bagi mereka 3B sekadar body, body, and body.
Perilaku dan kecerdasan mereka tak lagi berguna. Beberapa Miss World tersandung kasus. Misalnya, Marjorie Wallace. Ia adalah Miss World 1973 asal Amerika Serikat. Tiga bulan setelah dinobatkan, gelarnya dicabut lantaran berkencan dengan banyak pria.
Ada lagi Cabriela Bring, Miss Jerman. Ia menyandang gelar terpendek Miss World terpendek. Bring mengundurkan diri hanya dalam waktu 18 jam setelah dinobatkan menjadi Miss World 1980 karena terjegal skandal foto telanjang.
Sebelumnya, kasus bugil sempat dialami Lesley Langley. Miss Inggris ini diprotes oleh publik setempat setelah memenangi Miss World 1965. Gara-garanya foto bugilnya tersebar di media.
Di Amerika, delapan Miss USA terlibat foto dan video porno. Mereka tanpa malu-malu tampil vulgar. Di mana kecerdasan dan perilaku mereka? []
4/5
[111] Cari Harta, Eksploitasi Wanita Saturday, 28 September 2013 01:42
5/5