BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling pokok diantaranya adalah sandang. Dalam masyarakat Indonesia pemakaian sandang sudah menjadi tradisi sejak jaman dahulu kala. Kenyataan membuktikan banyaknya kerajinan tradisional yang memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang pakaian. Karena di masyarakat pada zaman dahulu kebutuhan sandang sangat penting sehingga, pemikiran akan kehutuhan sandanu tidak terfokus pada hal pakaian saja. Kebutuhan lain selain pakaian diantaranya perlengkapan rumahtangga, per/engkapan upacara adat dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan sandang melahirkan pemikiran untuk terciptanya berbagai macam kain tenun dari budaya daerah. Kain tenun semata-mata tidak hanya dibuat untuk kebutuhan dalam hal pakaian saja, namun lebih ditekankan pada aspek kehidupan masyarakat pada jamannya. Dengan demikian dalam pembuatannya selalu melibatkan aspekaspek penting seperti makna gambar pada kain, corak, wama dan lain-lain. Aspekaspek tersebut selalu ada dalam setiap pembuatan kain tenun, sehingga kain tenun tradisional terlihat lebih khas. Ke khas-an inilah vang membedakan kain tenun tradisional dengan kain-kain lainnya. Hamp ir d i seluruh pelosok Indonesia suku-suku daerah jaman dahulu menghasilkan kain tenun tradisional sebagai kebutuhan sandanu. Kain tenun Ulos yang terkenal dari suku Batak hingga tenun Songket dari tradisi suku Makasar di lijun2 Pandang merupakan bukti kebutuhan sandang pada jaman dahulu sudah ada. Di Jawa Barat ada salah satu suku yang juga menghasilkan kain tenun tradisional, yaitu suku Baduy. Wilayah Banten yarar disebut Kanekes, dihuni oleh suku Baduy yang merupakan salah satu sisa kekayaan kebudayaan Sunda Lama atau Sunda Buhun. Masyarakatnya hingga kini tidak mengenal kebudayaan mesin yang modern, mereka tetap berpegan2 teLr-uh pada kebudayaan sendiri. Suku Baduy adalah sebuah suku yang menutup diri, secara halus mereka menolak administrasi pemerintah yang berlaku di lndonesia pada umumnya. Mereka memiliki sistem pemerintahan dan organisasi sosial se ndiri dengan pemimpin masyarakat dan agama yang disebut Puun. Suku13aduy merupakan salah satu kelompok suku pedalaman Indonesia yang sejak ratusan tahun secara turun temurun hidup dilingkungan hutan terpencil dari lingkungan luar. Hidup mereka sangat akrab dengan alam yang berbukit-bukit, berhutan lebat, bertebing terjal, dan
www.stisitelkom.ac.id
1
bersemak belukar, dan hampir tidak pemah tersentuh oleh perkembangan jaman modem Indonesia Indah 3 : 142-143 ). Pad a pakaian suku 13adu y yang d ikenal sehari-hari, mungkin banya k ya ng beranggapan bahwa suku Baduy berpakaian itu-itu saja. Dugaan itu salah, sebab pada kenyataannya suku Baduy lebih apik dan mengerti akan kebersihan dan kesehatan. Pakaian merupakan salah satu ciri yang memberikan jiwa dalam kehidupan orang Baduy, sebagai cerrninan kesederhanaan, kepolosan, keterbukaan dan ketulusan hati. Suku Baduy terdiri atas dua bagian utama, yakni daerah Baduy Dalam dan Baduv Luar. Daerah Baduy Dalam, berpakaian serba putih, lengkap dengan ikat kepala putih yang bahannya halus terbuat dari tenunan kapas murni. Potongannya tidak dijahit dengan mesin tanpa saku ataupun kancinu. Modelnya hanya dicoak pada bagian leher tanpa menggunakan krah dan berlengan baju panjang. Pakaian, dalam bahasa Baduy Dalam disebut baju jaman sangsang, karena dipakainya hanya disangsangkan atau digantungakan di badan. l'otongan celananya sebatas lutut, yang dililitkan pada bagian pinggang seperti sarung, kemudian diikat dengan tali dari kain. Sebauai pelenukap mereka memakai sarung berwarna putih, membalut celana yang juga putih. Biasanya masih ditambah lagi dengan selendang yanu melingkar di lehemya. Pakaian bagi suku Baduy Dalam punya banyak arti, dari warna sampai potonuannya dapat mencerminkan jiwa dan perilaku pemakainya. Daerah Baduy Dalam beda dengan suku Baduy I.uar. l'erbedaanya antara lain terletak pada warna dan desain pakaiannya. Suku Baduy Luar busananya berwarna hitam kebiruan yang dalam arti hartiahnya menandakan bahwa suku Baduy Luar sudah terpengaruh oleh kehidupan luar, sedangkan daerah Baduy Dalam pakaiannya putih yang artinya masih suci, belum terpenuaruh kehidupan luar. Namun Baduy Luar dan Baduy Dalam selalu memakai pakaian dengan kain yang ditenun sendiri di kampungnya. Pakara adalah sebutan untuk peralatan tenun di Baduy I.uar yang sebagian alatnya dipakai dengan cara di panuku. Alat ini dapat digolongkan sebagai peralatan tenun yanu masih primitif. Motif tenun kain Baduy saneat sederhana, terutama pada tenunan kain sarung yang berwama biru tua atau hitam, hanya bermotif polos atau sekedar dihiasi kotak-kotak tipis berwama putih. Wanita suku Baduy dalam kegiatan pembuatan kain tenun, menghasilkan kain tenun untuk keperluan sendiri, antara lain selendang, kain sarung atau kain panjang, baju lengan panjang dan telekung untuk ikat kepala. Kain sarunu d an kain panjang merupakan tenunan suku Badu y ya ng mengagumkan, karena dengan kapas yang ditanam dan dipintal sendiri, mereka dapat
www.stisitelkom.ac.id
2
menghasilkan kain yang cukup lebar. Kelembutan kapasnya terasa pada tenunan sarungnya, empuk atau lembut. Dengan warna yang amat sederhana dan terbatas, sesuai dengan sitht-sifat oranu Baduy yang hidup sederhana sesuai dengan iratna alam. Tunduk pada ketentuan Tuhan Penguasa Alam, sehingga kebudayaan tanpa mesin yang mereka anut mettarik perhatian pihak dunia luar. Kebudayaan yang tidak merusak alam ini menghimbau agar seyogyanya manusia hidup dalam wataknya yane disediakan oleh alam, dan apabila dilanggar maka bencana yang akan didapatkan. Dalam maknamakna diatas mengisyaratkan bahwa kain tenun yane dibuat oleh orang Baduy merupakan tradisi turun temurun dan hanya difungsikan sebagai pakaian dilingkungan masyarakat Baduy sendiri. Kenyataan demikian menimbulkan asumst bahwa kain tenun Baduy hanya diperuntukkan bagi masyarakat di sekitamya bukan untuk diperjual belikan. Namun kenyataan sekarang suku Baduy Luar sudah membuat kain tenun yane dapat dibeli oleh para pendatang ke daerah tersebut. Corak kain tersebut sanuat sederhana, sehinuga berkesan sebagian para pendatang yang mengkonsumsi pakaian tersebut bahwa kain tenun suku Baduy kurang menarik dalam segi penampilan. Ketertarikan para pendatang untuk mengkonsumsi kain tenun Baduy Luar hanya berdasarkan pada tradisi masyarakat yang masih lugu dalam mengeksplorasi alam untuk dijadikan sebuah kain tenun yang baik ( Indonesia Indah 3 : 144-149 ). Sejauh pengamatan tersebut diatas ternyata bahwa kain tenun Baduy tidak dipengaruhi unsur-unsur luar. Jadi desain kain tenun dalam meningkatkan kualitas penampilannya masih rnerupakan pertanyaan dari keberadaan kain tenun Baduy itu sendiri. Untuk memasukkan unsur desain umumnya pada sebuah kain tenun masih merupakan fenomena yang ada pada kain tenun masyarakat Baduy tersebut. 1.2. Identifikasi Masalah Masyarakat Baduy Dalam menolak adanya tradisi dari luar, sedangkan Baduy Luar sudah tercampur dengan kehidupan luar. Tetapi dalam hal membuat kain tenun Baduy Dalam maupun Baduy Luar masih menggunakan unsur-unsur tradisi sejak dahulu. Kain tenun Baduy dapat dikonsumsi oleh orang luar pada saat ini, sehingga timbul permasalahan, bagaimana penampilan dan pemakaian kain tenun Baduy Luar ditinjau dari segi desainnya. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan masalahnya dari desain tenun Baduy meliputi aspek : 1. Bagaimana aspek estetisnya yana meliputi motif, wama dan desain pada kain tenun Baduy. 2. Bagannana proses pengolahan dan pembuatan kain tenun tersebut, terutama jenis serat atau benang yang digunakan.
www.stisitelkom.ac.id
3
3. Bagaimana proses pembuatan kain tersebut dengan meliputi alat dengan tahapan prosesnya. 4. Apa fungsi dan petnakaian dari kain tenun tersebut. 1.4. Pembatasan Masalah Masalah ini akan dibatasi pada desain kain tenun Baduy yamt diambil dari daerah Baduy Luar khususnya Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar di Kabupaten Banten, pada jenis desain kain tenun panjang. 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : a. Tujuan umumnya untuk melihat bagaimana dan pemakaian kain tenun Baduy Luar ditinjau dari segi desainnya. b. Tujuan Khususnva untuk memahami dan rnengetahui jenis kain tenun Baduy tersebut meliputi aspek estetis, aspek bahan, aspek proses dan aspek fungsi. Manfaat penehtran ini dapat : - Dapat menambah wawasan keilmuan tentang kain tenun tradisional Jawa I3arat khususnya Baduy. - Dapat melestarikan serta mengembangkan tradisi budava buhun sebagai kelanjutan untuk dinrkmati generasi mendatang. - Mengangkat citra kain tenun dan dapat digunakan sesuai dengan kebutuhannya. 1.6. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini metode vang akan digunakan, vakni metode deskriptif kualitatif yang diharapkan cukup menjelaskan fenomena yang dikaji. Metode penelitian yang diharapkan dapat menjelaskan fenomena yang dikaji, dan bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang. Termasuk dalam rnetode ini adalah survev, studi pengembangan dan studi korelasi. Metode penelitian deskriptif bisa mendeskripsikan satu variabel atau lebih dari satu variabel penelitian. Masalah penelitian yang dapat dikaji biasanya herkenaan dengan bagaimana kondisi, proses, karakteristik, hasil dari suatu variabel. (Nana Sudjana, 1993: 52) Dalam kasus ini metode tersebut digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena yang ada dalam kain tenun Baduv Luar, fenomena tersebut meliputi seluruh aspek yang terdapat pada rumusan masalah. Aspek tersebut didapatkan dengan cara observasi langsung pada obyek masalah, studi pengembangan dan studi korelasi pada literatur mengenai kain tenun Baduy terhadap kenyataan vang didapat di lapangan.
www.stisitelkom.ac.id
4
1.6.1. Tempat Penelitian Tempat penelitian telah dilaksanakan dan berlangsung di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar di Kabupaten Banten yang dihuni oleh masyarakat I3aduy Luar. 1.6.2. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan ciata vakni dengan metode obseryasi langsung pada permasalahan untuk menjelaskan kenyataan sebenamya dari pernyataan sejumlah pakar di dalam literatur mengenai masvarakat Baduy. Pengumpulan data didapat melalui seiumlah kegiatan meliputi : a. Observasi Observasi langsung terhadap objek permasalahan yakni meninjau langsung kegiatan masvarakat Baduv Luar. dimulai dari kehidupan sehari-hari hingga kegiatan khusus mereka dalarn pembuatan kain tenun, terutama di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar di Kabupaten Banten dan mewawancarai seorang kepala desa atau Puun. b. Wawancara Wawancara dilakukan kepada seorang salah satu mahasiswi IAIN yang telah menulis Skripsi tentang etika masyarakat Baduy, serta diperjelas oleh pandangan dan pendapat dari Yuly salah seorang mahasiswi IAIN vang meneliti tentang budava dan adat istiadat masyarakat Baduy. c. Kumpulan arsip atau dokumen Arsip atau dokumen tentang Baduy seperti dokumen foto van g diambil dari kegjatan masyarakat Baduy dalam hal menenun, ditunjang dengan gambargambar masyarakat Baduy dalam kegiatan sehari-hari yang diangkat dari I iteratur kepustakaan. 1.6.3. Analisa Data Data seluruhnya akan dianalisa dengan cara kualitatif yakni membandingkan dari kenyataan dilapangan dengan tanggapan sejumlah orang yang diwawancarai, kesemuanya mengacu pada hasil penelitian tentang masvarakat Baduy. Disamping memperhatikan kajian teoritis yang menyangkut masalah, tentang kain tenun Baduy. 1.7. Sistematika Penulisan Makalah penelitian ini akan ditulis dalam sistem sebagai berikut :
www.stisitelkom.ac.id
5
BAB I.
Pendahuluan, beris ikan t entang lat ar b elakang masa lah, ident ifika si ma s a l a h, ru mu s an m as a la h. b at as a n m as a la h , t u ju an d a n ma nfa at , metodologi penelitian sistematika penulisan.
BAB 11.
Tinjauan Kain Tenun vang membahas tentang : a. Sejarah kebudavaan Indonesia, khususnva kebudavaan Jawa Barat b. B u d a ya b e r p a k a i a n ya n g m e l i p u t i p e n g e r t i a n b u s a n a d a n perkembangan busana c. Pengetahuan desain tekstil meliputi desain struktur dan surface desain, ditinjau berdasarkan perkembangan desain tenun Baduy d. Kain tradisional dan ruang lingkup kain tradisional yang meliputi pengertian kain tenun tradisional, sejarah kain tenun tradisional, jenis kain tenun tradisional.
BAB III.
Tiniauan Kain Tenun Baduy mengemukakan pengamatan mengenai :
hasil
survey
dan
a. Sejarah masyarakat Baduy yang berisikan tentang lahintya Baduy dan asal kata Baduy. b. Kebudavaan masvarakat suku Baduv khususnva mengenai budava berpakaian. c. Kain tenun Baduy yang bersisikan tentang alat tenun tradisional Baduy dan proses petnbuatan kain tenun Baduv. d. Ruang lingkup kain tenun Baduy berisikan tentang kain tenun Baduv. motif kain tenun Baduy dan wama kain tenun baduy BAB IV.
Analisa Kain Tenun Baduy menganalisa hasil pembahasan mengeni : a. b.
BAB V.
Perkembangan kain tenun modern berdasarkan pada tinjauan kain tenun Badu. Adaptasi desain tenun modem terhadap perkembangan pola desain tenun Baduy, guna meningkatkan daya kreatifitas masyarakat setempat serta nilai ekonomis.
Kesimpulan Dan Saran
www.stisitelkom.ac.id
6