1. Pendahuluan Kendala pembelajaran sering ditemui di lingkungan pendidikan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara oleh guru dan siswa di SMA N 1 Karanggede pada mata pelajaran TIK, masih terdapat kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang ditemui saat proses pembelajaran pada penelitian ini adalah proses pembelajaran di sekolah yang kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK dibawah batas nilai KKM yaitu 75. Akibat lain yaitu siswa kurang aktif didalam kelas karena hanya guru yang berperan pada metode konvensional. Faktor-faktor yang menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik, yaitu model belajar yang diterapkan adalah model konvensional, sumber belajar yang digunakan kurang lengkap dan siswa kurang menguasai tes tertulis apabila tidak menggunakan komputer secara langsung. Berdasarkan permasalahan yang ada maka guru dan siswa harus memanfaatkan fasilitas yang terdapat di sekolah. Adanya internet disekolah maka siswa dituntut untuk menggunakannya secara optimal dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan aplikasi search engine sebagai salah satu sumber belajar. Pengggunaan search engine pada penelitian ini bertujuan untuk memperluas dan melengkapi informasi tentang materi pelajaran yang dibutuhkan siswa agar proses pembelajaran menjadi menarik dan bermakna. Selain memanfaatkan fasilitas yang ada, perlu dilakukan perubahan model belajar untuk meningkatkan hasil belajar pelajaran TIK kelas X. Model konvensional berakibat proses belajar kurang menarik maka perlu dilakukan perubahan model belajar yang membuat proses belajar menjadi menarik dan bermakna. Model belajar tersebut adalah make a match. Penggunaan model belajar yang sebelumnya digunakan yaitu model konvensional, pada pelaksanaannya terdiri dari teori dan praktik, hasil yang diperoleh yaitu nilai TIK kurang dari batas KKM serta siswa kurang menguasai tes tertulis apabila tidak menggunakan komputer secara langsung. Konsep dasar yang dicapai dengan menggunakan model belajar make a match pada pelaksanaannya juga terdiri dari teori dan praktik, namun hasil yang diperoleh yaitu meningkatnya hasil belajar siswa serta menjadikan proses belajar bermakna sehingga apabila siswa melaksakan tes tertulis tanpa menggunakan komputer bisa mengerjakan dan hasil yang diperoleh diatas KKM. Proses belajar yang kurang menarik serta sumber belajar yang digunakan kurang lengkap dan model belajar yang diterapkan adalah model konvensional di SMA N 1 Karanggede, faktor tersebut menyebabkan hasil belajar siswa dibawah KKM. Berdasarkan uraian latar belakang maka akan dilakukan penelitian tentang “Penerapan Model Belajar Make A Match Dengan Memanfaatkan Aplikasi Search Engine Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran TIK Di SMA Negeri 1 Karanggede”. Menurut wawancara terhadap siswa dan beberapa warga sekitar, SMA N 1 Karanggede menjadi sekolah unggulan di daerah Karanggede. Teknologi yang disediakan lebih baik dibanding sekolah-sekolah di sekitar Karanggede. 2
Terdapat LCD proyektor dan kabel LAN (di meja guru) pada setiap ruang kelas, jaringan internet di lab komputer dan lab IPA. 2.
Tinjauan Pustaka Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dwi Prasetia Ningrum tentang “Keefektifan Model Make A Match Dalam Belajar Pemahaman Pantun Pada Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri 2 Karangjati Kabupaten Bajarnegara”. Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimen, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa materi pemahaman pantun yang belajarnya menerapkan model make a match dan yang proses belajarnya menerapkan model konvensional. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai posttest materi pemahaman pantun di kelas eksperimen yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Selain itu model belajar make a match berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa materi pemahaman pantun daripada model belajar konvensional. Hal ini terbukti dari hasil posttest siswa di kelas eksperimen yang seluruh siswanya mencapai KKM dan kelas control terdapat 5 anak yang tidak mencapai KKM. [1] Penelitian lain juga dilakukan oleh Umi Makromah yang berjudul “penerapan strategi belajar kooperatif make a match untuk meningkarkan hasil belajar pendidikan agama islam kompetensi dasar menyebutkan tugas malaikat siswa kelas IV SDN 2 Karangmalang kangkung Kendal 2010/2011”. Metode penelitian yang digunakan yaitu PTK - classroom Action research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan siklus 1 dengan rata-rata nilai 62, siklus 2 dengan rata-rata nilai 68 dan siklus 3 dengan rata-rata 70. [2] Selain penelitian yang dilakukan oleh Dwi dan Umi, penelitian lain juga dilakukan oleh Henny Ambarwati yang berjudul “penerapan model belajar make a match dalam upaya meningkatkan hasil belajar sejarah siswa SMA Kristen Satya Wacana Salatiga semester gasal tahun ajaran 2011/2012”. Metode yang digunakan dalam penelitian Henny adalah PTK dengan 2 siklus. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada pokok bahasan tradisi sejarah pada masa aksara mengalami peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata klasikal pada pra siklus 77,4 (tanpa model belajar make a match) menjadi 77,5 (siklus 1) dan 95,09 (siklus 2) setelah menggunakan model belajar make a match. Selain meningkatkan pemahaman siswa, hasil dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan aktifitas dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi yang positif dari hasil observasi terjadi hasil peningkatan aktifitas belajar siswa, pada siklus 1 kriteria baik sekali hanya 3,43 menjadi 4 pada siklus 2. [3] Penelitian-penelitian terdahulu dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian ini. Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, terdapat persamaan pada penelitian ini yaitu penerapan model belajar make a match. Namun terdapat perbedaan yaitu (1) Penelitian yang dilakukan oleh 3
Umi Makromah meneliti hasil belajar Agama, Dwi Prasetia Ningrum meneliti efektivitas Belajar Pemahaman Pantun dan Henny meneliti hasil belajar Sejarah, sedangkan penelitian ini meneliti hasil belajar TIK, (2) Penelitian yang dilakukan oleh kedua sumber diatas tidak menggunakan aplikasi search engine untuk belajar, sedangkan penelitian ini memanfaatkan aplikasi search engine untuk belajar. Model belajar make a match. Menurut Miftahul Huda, model belajar ini merupakan belajar dengan cara siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan [4]. Model ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Adapun kelebihan model ini yaitu dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa (baik secara kognitif maupun fisik), karena ada unsur permainan model ini menyenangkan, meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari, dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa, efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi, efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar). Kekurangan dari model ini adalah jika tidak dirancang dengan baik maka banyak waktu terbuang, jika tidak mengarahkan siswa dengan baik saat presentasi banyak siswa yang kurang memperhatikan) [5]. Hasil belajar merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan pengajaran tertentu [6]. Kegiatan belajar dapat berlangsung dimana-mana, misalnya dilingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat, baik disadari maupun tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja. Secara garis besar ada dua kategori alat penilaian hasil belajar, yaitu tes dan nontes [7]. Pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan pengalamanpengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuankemampuan tertentu. Mata pelajaran TIK. Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai salah satu lembaga pendidikan menengah perlu membekali siswa dan lulusannya dengan keterampilan yang memadai termasuk kompetensi TIK. Menurut kurikulum Tahun 2004 tentang Standar Kompetensi Mata Pelajaran TIK SMA dan MA, tujuan khusus mempelajari TIK adalah menyadarkan siswa akan potensi perkembangan TIK yang terus berubah, sehingga siswa termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajari TIK sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat. Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga siswa bisa melaksanakan dan menjalani aktifitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dan lebih percaya diri. Mengembangkan kompetensi siswa dalam penggunaan TIK untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja, dan berbagai aktifitas dalam aspek kehidupan sehari-hari. Mengembangkan kemampuan belajar berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga proses belajar dapat lebih optimal, dan terampil dalam berkomunikasi, mengorganisasi informasi, belajar, dan bekerjasama, 4
mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif dan bertanggungjawab dalam penggunaan TIK untuk belajar, bekerja, dan pemecahan masalah [8]. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat kurikulum Depdiknas (2007) dalam Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK menyatakan bahwa visi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Visi dari mata pelajaran TIK yaitu agar siswa dapat dan terbiasa menggunakan perangkat TIK secara tepat dan optimal. Fungsi lain dari mata pelajaran TIK, yaitu untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru di lingkungannya. Melalui mata pelajaran TIK diharapkan siswa dapat terlibat pada perubahan pesat dalam kehidupan yang mengalami penambahan dan perubahan dalam penggunaan beragam produk teknologi informasi dan komunikasi. Siswa menggunakan perangkat TIK untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara efisien dan efektif. Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi, siswa akan dengan cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari berbagai kalangan. Penambahan kemampuan siswa karena penggunaan TIK akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri. Siswa dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan dimana penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal, termasuk apa implikasinya saat ini dan dimasa yang akan datang. [9] Aplikasi search engine. Menurut Sutikno, menyatakan bahwa search engine adalah suatu fasilitas diinternet yang digunakan untuk mencari informasi diinternet dengan mengetikkan kata kuncinya. Informasi yang dicari diinternet dapat berupa berita, tutorial ilmu pengetahuan, teknologi, soal-soal dan lain-lain. Untuk menggunakan fasilitas search engine ini maka harus menggunakan website yang menyediakan fasilitas ini. Contoh website yang menyediakan fasilitas search engine yaitu www.google.com, www.yahoo.com, www.msn.com, www.altavista.com, www.catcha.com, searchindonesia.com dan lain-lain [10]. Google menjadi salah satu search engine nomor satu dan terpopuler dengan hasil persentase Google: 114.7 billion searches, 65.2% share [11], sehingga dipilih search engine yang fokus pada google sebagai sumber belajar siswa di SMA N 1 Karanggede. Selain google menduduki posisi teratas dan terpopuler, terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi penggunaan google sebagai sumber belajar. Menurut Jcom google menawarkan pencarian informasi secara lengkap dan cepat. Google mengakses lebih dari 1.3 milyar halaman web sehingga bisa memberikan hasil pencarian yang relevan kurang dari setengah detik untuk semua pemakai mesin pencari ini diseluruh dunia. Faktor lain yang diungkapkan dari buku yang sama yaitu google menyediakan berbagai macam pilihan bahasa sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh para penggunanya di seluruh dunia, antara lain yang menggunakan bahasa Indonesia memiliki alamat www.google.co.id [12]. 5
3.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah model penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan tertentu yang sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu [13]. Sementara itu jenis eksperimen pada penelitian ini adalah quasi experimental research. Quasi experimental research adalah penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali [14]. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest Design. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya [15]. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Karanggede pada kelas X yang mengikuti mata pelajaran TIK. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut [16]. Teknik sampel dilakukan dengan metode pusposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbanganpertimbangan tertentu dengan memperhatikan rekomendasi dari guru [17]. Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti memilih kelas X-4 untuk dijadikan kelas kontrol dan X-5 sebagai kelas eksperimen. Sesuai dengan rekomendasi dari guru pengampu mata pelajaran TIK bahwa kedua kelas tersebut memiliki rata-rata kelas yang tidak jauh beda. Terdapat tahapan dalam penelitian, tahapan pertama yaitu mengurus perijinan, observasi lokasi penelitian, melakukan wawancara, studi dokumentasi, menentukan materi eksperimen, menentukan kelompok ekperimen dan kelompok kontrol dan uji coba instrumen. Uji coba instrumen tersebut yaitu validitas dan reliabilitas. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur [18]. Penelitian ini menggunakan validitas konstruk. Instrumen akan diuji cobakan sebelum dilakukan pretes dan postes di kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Uji coba instrumen berupa validitas dan reliabilitas dilakukan di kelas X1 SMA N 1 Karanggede. Hasil uji validitas butir soal yang valid adalah soal ke- 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 12, 13, 14, 15, 17 ,24 dan 25, sedangkan soal yang tidak valid soal ke- 8, 9, 11, 16, 18, 19, 20, 21, 22 dan 23. Berdasarkan perhitungan validitas maka 15 soal yang valid akan dipakai untuk penelitian dan 10 soal yang tidak valid akan dihapus. Setelah uji validitas, maka dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan salah satu program penghitung, diperoleh angka reliabel 0,493, maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut reliabel karena lebih tinggi dari r tabel yaitu 0,367. 6
Selain melakukan uji validitas dan reliabilitas dilakukan pengkajian tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Berdasarkan hasil uji coba dengan salah satu program penghitung, maka mendapatkan hasil tingkat kesukaran soal. Tingkat kesukaran soal digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal setiap siswa yang menjawab benar dalam soal yang sama. Perhitungan menghasilkan informasi berupa jumlah soal yang tergolong mudah ada 3 soal, soal yang tergolong sedang ada 19 soal dan yang tergolong sukar ada 3 soal. Uji instrumen yang terakhir yaitu melihat daya pembeda. Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi / membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru [19]. Berdasarkan perhitungan daya beda dengan program penghitungan, maka daya pembeda soal yang dikategorikan baik ada 2 soal, cukup ada 11, jelek ada 7 dan sangat jelek 5. Tahapan kedua yaitu pemberian pretest, pemberian perlakuan dan pemberian posttest. Pemberian pretest dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan bobot soal yang sama sebelumnya telah ditentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tahap selanjutnya yaitu pemberian perlakuan, yakni kelas kontrol menggunakan model belajar konvensional dengan sumber belajar LKS dan kelas eksperimen menggunakan model belajar make a match dengan sumber belajar aplikasi search engine. Tahapan perlakuan ini dilaksanakan dengan pretest, penjelasan tujuan belajar, proses belajar dengan belajar konvensional kelas kontrol dan belajar make a match kelas eksperimen dan terakhir diberikan posttest. Berikut rancangan proses belajar. Tabel 1. Proses Belajar
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen Minggu pertama penelitian
Pemberian Pretest
Pemberian Pretest Minggu kedua penelitian Pendahuluan
Pendahuluan
a. Apresepsi a. Apresepsi - Kelas/Lab dipersiapkan seperti - Kelas/Lab dipersiapkan seperti perangkat komputer, LCD, perangkat komputer, LCD, mempersiapkan komputer, mempersiapkan komputer, absensi dan kebersihan. absensi dan kebersihan. - Peneliti memberi penjelasan b. Memotivasi mengenai model belajar yang - Peserta didik diberi penjelasan akan dilakukan, serta tentang pokok bahasan yang menjelaskan fungsi search akan dipelajari pada pertemuan engine pada saat belajar. ini. b. Memotivasi - Guru menjelaskan tujuan belajar yang akan dilakukan, misal 7
menjelaskan kooperatif itu apa? Make a macth itu apa? Fungsi search engine pada belajar? - Menjelaskan mengenai belajar kelompok, yang menuntut siswa untuk berinteraksi antar sesama dan saling bekerja sama untuk tercapainya tujuan bersama. Kegiatan Inti Kegiatan Inti Eksplorasi Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi : Dalam kegiatan eksplorasi : - Siswa diminta untuk memperhatikan depan. - Guru menjelaskan langkah- Guru menerangkan step by step langkah belajar yang akan cara untuk mengformat ukuran dilakukan. halaman kertas Folio, Kertas Elaborasi Kuarto dan A4, beserta batas marginya dll. Dalam kegiatan elaborasi : Elaborasi - Siswa diberikan topik mengenai materi pada pertemuan ini untuk Dalam kegiatan elaborasi : - Guru memberikan kesempatan mencarinya di aplikasi search siswa untuk bertanya mengenai engine. Siswa dituntut untuk belajar. belajar mandiri. Belajar dilakukan di Lab komputer. Konfirmasi - Setelah siswa siap guru Dalam kegiatan konfirmasi, Peserta memberikan instruksi bahwa didik: masing-masing siswa akan - Menyimpulkan tentang hal-hal menerima kertas karton kecil yang belum diketahui. dari guru yang memiliki 2 warna - Menjelaskan tentang hal-hal berbeda. Kertas pertama yang belum diketahui. berwarna biru muda yang berisi konsep/teori dan kertas kedua berwarna kuning yang berisi jawaban konsep/teori. Dalam hitungan 3 menit dan diawali dengan bunyi peluit, siswa harus mampu mencari pasangan dari kertas yang mereka pegang dengan cara mencocokkan antara kertas yang berisi konsep/teori dengan kertas yang berisi jawaban konsep/teori yang dibawa masing-masing siswa. - Siswa yang telah menemukan pasangannya segera memisahkan diri dari siswa lain yang belum menemukan 8
-
pasangannya. Setelah waktu yang ditentukan telah habis, maka siswa berpasangan dengan siswa lain yang telah benar pasangan antara konsep/teori dengan jawaban konsep/teori. Namun permainan belum selesai karena akan diadakan kegiatan verifikasi jawaban. Masingmasing pasangan membacakan konsep/teori beserta jawabannya. Siswa yang lain menjadi juri dari konsep/teori beserta jawaban yang dibacakan temannya. Apabila ternyata antara konsep/teori beserta jawabannya ternyata salah, maka nilai untuk pasangan itu nol sampai pada pasangan yang terakhir.
Konfirmasi Dalam didik:
kegiatan
konfirmasi,
Peserta
-
Permainan ini diakhiri dengan kembalinya siswa ditempat duduknya masing-masing dan guru menjelaskan kepada siswa apa manfaat atau faedah dalam permainan kali ini. Kegiatan Akhir Kegiatan Akhir -
Guru memberikan pertemuan hari ini.
simpulan
Guru memberikan pertemuan hari ini. Minggu ketiga penelitian
Pemberian posttest
-
simpulan
Pemberian posttest
Tahap penelitian yang terakhir adalah evaluasi. Hasil pretest dan posttest dievaluasi untuk dapat mengetahui bagaimana hasil belajar siswa. Tahap evaluasi terdiri dari : (1) Pemberian skor. (2) Menghitung nilai rata-rata kelompok dan nilai minimum maksimum. (3) Melakukan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelompok terdistribusi normal atau tidak. (4) Melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah dari data masing-masing kelompok sampel mempunyai varians yang sama atau berbeda. (5) Uji T 9
kesamaan dan perbedaan dua rata-rata dengan statistik Independent sample T-Test menggunakan equal variances assumed. Dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat kesamaan antara rata-rata nilai antara kelas eksperimen dan kontrol pretes dan mengetahui apakah terdapat perbedaan antara rata-rata nilai antara kelas eksperimen dan kontrol postes. (6) Pengujian hipotesis. 4.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan menghasilkan pembelajaran yang terjadi mengalami kendala yaitu pembelajaran kurang menarik dengan metode konvensional. Pembelajaran dengan metode konvensional menjadikan siswa kurang aktif didalam kelas karena hanya guru yang berperan dalam proses pembelajaran. Akibat lain dari pembelajaran kurang menarik yaitu siswa kurang mampu menguasai materi teori yang ditunjukkan dengan nilai TIK dibawah batas KKM. Tidak hanya metode yang menjadi kendala namun juga sumber belajar yang siswa gunakan kurang lengkap karena siswa menggunakan LKS sebagai buku panduan. Untuk itu maka kendala tersebut dijadikan dasar pada penelitian ini. Pembelajaran yang biasanya hanya ceramah didepan maka pada penelitian ini tidak hanya guru yang berperan dalam pembelajaran namun juga siswa dituntut berperan aktif dalam pembelajaran dengan model belajar make a match. Tidak hanya model belajar yang dirubah namun juga siswa dituntut untuk dapat memanfaatkan fasilitas yang ada untuk pembelajaran dengan menggunakan search engine sebagai sumber belajar. Model belajar make a match dengan memanfaatkan aplikasi search engine dilakukan di kelas X5 sebagai kelas eksperimen, sementara model ceramah atau metode konvensional dilakukan di kelas X4 sebagai kelas kontrol. Penelitian ini berawal dari pemberian pretest atau tes awal kepada siswa untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki siswa. Pretest dilakukan pada pertemuan pertama setelah itu memberikan pengarahan terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan. Setelah pretest dilaksanakan, selanjutnya pemberian perlakuan kepada kelas eksperimen pada pertemuan kedua. Pada pertemuan ketiga dilakukan tes akhir atau posttest setelah menerima pembelajaran yang telah dilakukan guna mengetahui kemampuan siswa setelah dilakukan perlakuan. Tes yang diberikan berupa tes tertulis dengan jenis soal pilihan ganda sebanyak 15 soal. Hasil pretest dan posttest kemudian dihitung dengan uji statistik. Proses perlakukan pada penelitian ini dimulai dengan siswa diberikan tugas untuk mencari dan memahami materi menggunakan aplikasi search engine yang sudah ditentukan guru sebelumnya selama 30 menit. Pada pelaksanaan permainan, siswa berada didalam LAB komputer. Setelah siswa siap guru memberikan instruksi bahwa masing-masing siswa akan menerima kertas karton kecil dari guru yang memiliki 2 warna berbeda. Kertas pertama berwarna merah muda yang berisi konsep/teori dan kertas kedua berwarna kuning yang berisi jawaban konsep/teori. Hitungan 3 menit dan diawali 10
dengan bunyi peluit, siswa harus mampu mencari pasangan dari kertas yang mereka pegang dengan cara mencocokkan antara kertas yang berisi konsep/teori dengan kertas yang berisi jawaban konsep/teori yang dibawa masing-masing siswa. Siswa yang telah menemukan pasangannya segera memisahkan diri dari siswa lain yang belum menemukan pasangannya. Setelah waktu yang ditentukan telah habis, maka siswa berpasangan dengan siswa lain yang telah benar pasangan antara konsep/teori dengan jawaban konsep/teori. Namun permainan belum selesai karena akan diadakan kegiatan verifikasi jawaban. Masing-masing pasangan membacakan konsep/teori beserta jawabannya. Siswa yang lain menjadi juri dari konsep/teori beserta jawaban yang dibacakan temannya. Apabila ternyata antara konsep/teori beserta jawabannya ternyata salah, maka nilai untuk pasangan itu nol sampai pada pasangan yang terakhir. Permainan ini diakhiri dengan kembalinya siswa ditempat duduknya masing-masing dan guru menjelaskan kepada siswa apa manfaat atau faedah dalam permainan kali ini. Perlakuan tersebut ternyata berpengaruh positif terhadap proses pembelajaran yang menjadi menarik. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya pada siswa atau guru apabila tidak paham dengan materi, berusaha mencari berbagai informasi dengan materi yang ditugaskan, melaksanakan diskusi kelompok dengan baik, menerapkan apa yang diperoleh dengan mengerjakan tugas yang diberikan. Selain observasi juga dilakukan wawancara kepada siswa mengenai ketuntasan nilai pada posttest. Hasil wawancara kepada seluruh sample pada kelas eksperimen berdasarkan beberapa indikator keberhasilan perlakukan yaitu berdasarkan dari ketuntasan nilai siswa pada posttest dan aktifitas siswa didalam kelas. Skor posttest menunjukkan nilai siswa diatas KKM ada 22 anak (75,86%) dan dibawah KKM ada 7 anak (24,14%). Berdasarkan hasil ketuntasan KKM kelas eksperimen dapat dikatakan tercapai karena lebih dari 75% dengan tingkat keberhasilan baik [22]. Simpulan dari nilai ketuntasan siswa yaitu siswa dapat menguasai materi dengan baik dengan kata lain hasil belajar siswa meningkat. Wawancara juga menghasilkan simpulan bahwa pembelajaran make a match sangat menarik dan menimbulkan antusias siswa pada saat proses pembelajaran. Siswa juga mengaku bahwa pemahaman materi yang diterima sangat bermakna. Sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu akan mendeskripsikan mengenai nilai rata-rata siswa, nilai minimum dan maksimum dari data pretes dan postes. Deskripsi data pretest dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa sebelum siswa menerima belajar serta mengukur kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sebelum menerima belajar. Data pretest diperoleh dari tes tertulis berupa pilihan ganda sebanyak 15 soal. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan data, maka didapat statistik deskriptif data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:
11
Tabel 1. Deskriptif data pretest
Eksperimen Kontrol
N 29 29
Minimum 20 20
Maximum 80 80
Sum 1340 1599
Mean 46,21 55,14
Berdasarkan tabel 1 dapat terlihat bahwa perbedaan nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berdeda, yaitu 46,21 untuk kelas eksperimen dan 55,14 untuk kelas kontrol. Data tersebut mencerminkan bahwa antara dua kelas memiliki kecenderungan yang sama. Deskriptif data pretes menunjukkan bahwa nilai terendah dan nilai tertinggi memiliki hasil yang sama, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama memiliki nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 80. Deskripsi data posttest berfungsi untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti proses belajar yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi perlakuan. Soal posttest yang diberikan tidak memiliki perbedaan dengan soal pretest. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan data, maka didapat statistik deskriptif data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut: Tabel 2. Deskriptif data posttest
N Eksperimen Kontrol
29 29
Minimum 53 40
Maximum 93 73
Sum 2307 1638
Mean 79,55 56,48
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol, yaitu 79,55 untuk kelas eksperimen dan 56,48 untuk kelas kontrol. Berdasarkan tabel 2 pula menunjukkan bahwa nilai terendah dan nilai tertinggi dari masing-masing kelas, yaitu nilai terendah 53 dan nilai tertinggi 93 untuk kelas eksperimen dan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 73 untuk kelas kontrol. Setelah mendeskripsikan data pretes postes, selanjutnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebelum dilakukkannya uji hipotesis. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pengujian ini dilakukan dengan statistik uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program penghitung. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah.
12
Tabel 3. Uji Normalitas pretest Hasil Pengujian
N Mean Std. Devition Nilai | Ft-Fs| terbesar Asymp. Sig (2Tailed) Test distribution is Normal Normal Parameters
Hasil Belajar Pretes (eksperimen) 29 46,21 17,581
Hasil Belajar Pretes(kontrol)
1,207 0,108
0,803 0,539
29 55,14 14,429
Kriteria pengujian jika nilai | Ft - Fs | terbesar kurang dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai | Ft - Fs | terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho ditolak ; H1 diterima [20]. Berdasarkan perhitungan uji normalitas pretes eksperimen menunjukkan bahwa nilai | Ft - Fs | terbesar adalah 1,207 dan asymp. Sig (2Tailed) bernilai 0,108. Pengujian nilai Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa sebaran data pretes kelas eksperimen tersebut normal karena nilai | Ft - Fs | terbesar (1,207) > dari pada nilai tabel KolmogorovSmirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2-Tailed) (0,108) > 5% (0,05). Berdasarkan perhitungan uji normalitas pretes kontrol menunjukkan bahwa nilai | Ft - Fs | terbesar adalah 0,803 dan asymp. Sig (2-Tailed) bernilai 0,539. Pengujian nilai Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa sebaran data pretes kelas kontrol tersebut normal karena nilai | Ft - Fs | terbesar (0,108) > dari pada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2Tailed) (0,539) > 5% (0,05). Setelah mengetahui skor pretes terdistribusi nomal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas yang berguna untuk mengetahui kesamaan varian antara skor pretest. Pada perhitungan ini dilakukan dengan bantuan program penghitung, maka hasil uji homogenitas pada skor pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh P = 0,147. Dengan membandingkan dengan nilai ∝ = 0.05, karena nilai untuk P(0,147) > ∝(0.05), maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen). Diketahui penyebaran skor pretest berdistribusi normal dan homogen, sehingga untuk pengujian kesamaan rata-rata nilai pretest kelas eksperimen dan kontrol digunakan statistik uji parametrik, yaitu uji t dengan statistik Independent Sample T-Test menggunakan equal variances assumed. Uji t (Independent Samples T Test) dilakukan dengan bantuan program penghitung, dengan taraf signifikansi 5%. Teknik analisis uji-t pretest bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada tahap awal.
13
Tabel 4. Uji Kesamaan Dua rata-rata Pretes
Kelas Eksperimen Kontrol
Df
P
∝
thitung
ttabel
56
0,039
0,05
-2,115
2,003
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung (th) sebesar -2,115. Setelah dibandingkan dengan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan Df 56 sebesar 2,003 ternyata thitung lebih kecil dari ttabel (-2,115 < 2,003) yang berarti H1 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan skor tergolong rendah dan dibuktikan dengan uji gain berikutnya. Perhitungan analisa data pretes sudah dilakukan, maka selanjutnya analisa data postes. Pengujian ini dilakukan dengan statistik uji KolmogorovSmirnov dengan bantuan program penghitung. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Uji Normalitas posttest
Hasil Pengujian N Mean Normal Parameters Std. Devition Nilai | Ft-Fs| terbesar Asymp. Sig (2-Tailed) Test distribution is Normal
Hasil Belajar postes (eksperimen) 29 79,55 12,307 1,355 0,051
Hasil Belajar Postes(kontrol) 29 56,48 9,113 1,266 0,081
Kriteria pengujian jika nilai | Ft - Fs | terbesar kurang dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai | Ft - Fs | terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho ditolak ; H1 diterima. Berdasarkan perhitungan uji normalitas postes eksperimen menunjukkan bahwa nilai | Ft - Fs | terbesar adalah 1,355 dan asymp. Sig (2Tailed) bernilai 0,051. Pengujian nilai kuantil Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa sebaran data postes kelas eksperimen tersebut normal karena nilai | Ft - Fs | terbesar (1,355) > dari pada nilai tabel KolmogorovSmirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2-Tailed) (0,051) > 5% (0,05). Hasil yang sama pada postes kontrol menunjukkan bahwa nilai | Ft - Fs | terbesar adalah 1,266 dan asymp. Sig (2-Tailed) bernilai 0,081. Berdasarkan pengujian nilai kuantil Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa sebaran data postes kelas eksperimen tersebut normal karena nilai | Ft - Fs | terbesar (1,266) > dari pada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2-Tailed) (0,081) > 5% (0,05). Kedua uji normalitas untuk data nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. 14
Analisis data postes terdistribusi secara normal, kemudian dilakukan uji homogenitas. Pada perhitungan ini dilakukan dengan bantuan program penghitung, maka pada skor posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh P = 0,262. Kemudian membandingkan dengan nilai ∝ = 0.05, karena nilai untuk P(0,262) > ∝(0.05), maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen). Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada skor posttest dapat dilihat bahwa data tersebut menunjukkan normal dan homogen, sehingga untuk menguji perbedaan dua rerata posttest digunakan uji statistik parametrik uji T (Independent Samples T Test menggunakan equal variances assumed) dengan bantuan program penghitung, dengan taraf signifikansi 5%. Hasil Uji perbedaan dua rata-rata dari skor posttest dapat dilihat pada tabel dibawah. Rumusan hipotesis yang akan diuji: H0 : Hasil belajar Penerapan model belajar make a match dengan memanfaatkan aplikasi search engine sama dengan hasil belajar penggunaan model belajar konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer. H1 : Hasil belajar Penerapan model belajar make a match dengan memanfaatkan aplikasi search engine lebih tinggi dari pada hasil belajar penggunaan model belajar konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer. Kriteria pengujian yang digunakan adalah satu pihak, yaitu untuk menguji tandingan H1 yang mempunyai perumusan lebih besar, maka dalam distribusi yang digunakan dapat sebuah daerah kritis di ujung sebelah kanan yang besarnya sama dengan α. Kriteria pengujian: tolak H0 jika statistik yang dihitung berdasarkan sampel tidak kurang dari daerah penolakan. Pengujian dinamakan uji satu pihak tepatnya pihak kanan. [21] Hipotesis Statistik: H0 : μx2 = μy2 H1 : μx2 > μy2 Kriteria Uji hipotesis Independent Sample T Test 1. Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻𝑜 ditolak, H1 diterima. 2. Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻𝑜 diterima, H1 ditolak. Berdasarkan Signifikansi 3. Jika P > ∝(0.05), maka 𝐻𝑜 diterima, H1 ditolak. 4. Jika P < ∝(0.05), maka 𝐻𝑜 ditolak, H1 diterima.
15
Tabel 6. Uji perbedaan dua rata-rata posttest
Kelas Eksperimen Kontrol
Df
P
∝
thitung
ttabel
56
0,000
0,05
9,211
2,003
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa signifikansi (P) adalah 0,000. Karena signifikansi P (0.000) < ∝(0.05), atau thitung adalah 9,211 karena 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (9,211) > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (2,003), maka keputusan uji nilai Sig. < α atau thitung > ttabel maka keputusannya adalah tolak H0 dengan kata lain H1 diterima. Berarti penerapan model belajar make a match dengan memanfaatkan aplikasi search engine lebih tinggi dari pada penggunaan model belajar konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer. Hasil Uji-T skor pretest dan posttest menunjukkan bahwa H1 sama-sama diterima, namun untuk mengetahui seberapa meningkat signifikannya maka dilakukan uji gain. Berikut hasil perhitungan dan simpulan uji gain; Tabel 7. Uji Gain
Kelas
Pretest
Posttest
G
g
Keterangan
Eksperimen
46,21
79,55
33,34
0,62
Sedang
Kontrol
55,14
56,48
1,34
0,03
rendah
Berdasarkan simpulan hasil Uji-T pada skor pretest dan posttest menunjukkan bahwa H1 sama-sama diterima, namun peningkatan yang lebih baik ditunjukkan pada kelas eksperimen. Kelas eksperimen setelah dilakukan pretest dan posttest mengalami peningkatan sedang sementara pada kelas kontrol setelah dilakukan pretest dan posttest mengalami peningkatan yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil belajar lebih tinggi kelas eksperimen dikarenakan berubahnya model belajar yang semula konvensional menjadi model belajar make a match. Kelas kontrol yang tetap menggunakan model konvensional mengalami peningkatan hasil belajar yang rendah sedangkan kelas eksperimen yang menggunakan model baru yaitu model belajar make a match dengan memanfaatkan sumber belajar search engine mengalami peningkatan hasil belajar yang sedang (lebih baik dari pada kelas kontrol). Model belajar make a match memiliki beberapa kelebihan, yaitu meningkatkan aktifitas belajar siswa baik secara kognitif maupun fisik, karena unsur permainan maka belajar menjadi menyenangkan, meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dll. Selain faktor yang ada, terdapat pula faktor lain yang membuat meningkatnya hasil belajar siswa pada kelas eksperimen, yaitu sumber belajar yang hanya berpedoman pada LKS dan 16
informasi dari guru, pada kelas eksperimen ditambahkan dengan mencari informasi materi secara individu dengan sumber belajar yang baru. Sumber belajar yang dimaksud adalah search engine, dengan ini siswa dituntut untuk mencari materi dan mendalami materi secara mandiri yang tentunya topiktopik bahasan ditentukan oleh guru. Siswa tidak hanya mendengarkan guru berbicara didepan dan mencari informasi pada LKS melainkan siswa dirubah pola belajarnya menjadi “student centred” yang semula “teacher centred”. 5.
Simpulan Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian, hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen model belajar make a match dengan memanfaatkan aplikasi search engine lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol model belajar konvensional. Hasil belajar siswa yang menggunakan model belajar make a match memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi 79,55 dibandingkan dengan rata-rata nilai 56,48 tanpa menggunakan model make a match. Peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol. Proses pembelajaran yang menarik tenyata dapat mempengaruhi keaktifan siswa didalam kelas serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini yaitu pembelajaran yang menarik akan meningkatkan keaktifan siswa didalam kelas, meningkatkan pemahaman bermakna bagi siswa sehingga siswa dalam mengerjakan tes tertulis tanpa menggunakan komputer secara langsung masih teringat jelas dan hasil belajar siswa dapat meningkatkan karena proses pembelajaran yang menarik. Hambatan penggunaan model make a match dengan memanfaatkan aplikasi search engine adalah pelaksanaan proses perlakuan kurang leluasa karena pada saat pencarian pasangan dilakukan didalam Lab TIK. Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari penelitian ini, untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang sangat bermanfaat dan dapat membantu untuk penelitian selanjutnya yaitu berdasarkan penelitian ini pada pelajaran TIK yang berbasis teknologi diharapkan penggunaan kartu-kartu (konsep dan jawaban) pada model belajar make a match dikemas dalam suatu teknologi yang kreatif dan menarik untuk siswa dan pada penelitian selanjutnya, diharapkan tidak hanya meningkatkan hasil belajar yang diteliti namun juga meneliti seberapa efektifitaskah penggunaan model belajar make a match untuk belajar siswa di kelas.
6. [1]
[2]
Daftar Pustaka Ningrum, dwi prasetia, 2013, Keefektifan Model Make A Match Dalam Belajar Pemahaman Pantun Pada Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri 2 Karangjati Kabupaten Bajarnegara, jurnal pendidikan, 94-95. Makromah, Umi, 2011, Penerapan Strategi Belajar Kooperatif "Make A Match" Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam 17
[3]
Kompetensi Dasar Menyebutkan Tugasmalaikat Siswa Kelas Iv Sdn 2 Karangmalang Kangkung Kendal 2010 / 2011, Jurnal pendidikan. Ambarwati, Heni, 2012, Penerapan Model belajar Make A Match Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Kristen Satya Wacana Salatiga, jurnal pendidikan.
[4]
Huda, Miftahul, 2011, Cooperative learning, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
[5]
Huda, Miftahul, 2011, Cooperative learning, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
[6]
Ambarwati, Hennny, 2012, Penerapan Model belajar Make A Match Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Kristen Satya Wacana Salatiga, jurnal pendidikan.
[7]
Supraktinya, Penilaian Hasil Belajar Dengan Teknik Nontes, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
[8]
Ramadhani, Mawar, 2012, Efektifitas Penggunaan Media Belajar Elearning Berbasis Web Pada Mata Pelajaran TIK Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA N 1 Kalasan, Jurnal pendidikan, 24-27.
[9]
Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK.
[10]
Sutikno, 2007, teknologi informasi dan komunikasi, Magelang: Ardana Media.
[11]
Sillivan, Danny, 2013, comScore’s Worldwide Search Figures, http://searchengineland.com/google-worlds-most-popular-search-engine148089. diakses tanggal 19 Mei 2014
[12]
Jcom, 2009, Jago internet dari nol hingga mahir, Yogyakarta: Multicom.
[13]
Sanjaya, Wina, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur, 2013: Kencana Predana Media Group.
[14]
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta.
[15]
Sugiyono, 1999, statistik untuik penelitian, Bandung: Alfabeta.
[16]
Sugiyono, 1999, statistik untuik penelitian, Bandung: Alfabeta.
[17]
Sugiyono, 1999, statistik untuik penelitian, Bandung: Alfabeta.
[18]
Iskandar, 2008, metodologi penelitian pendidikan dan sosial, Jakarta: GP Press
[19]
Yudikaresa, 2014, daya pembeda, http://www.scribd.com/doc/82022285/Daya-Pembeda, diakses tanggal 19 Mei 2014. 18
Kuantitatif,
[20]
kriteria uji normal
[21]
Sisworo, Agus, Pengujian Hipotesisi, Jurnal, Diakses pada 19 Mei 2014.
19