1.
Pendahuluan Fenomena cuaca ekstrim yaitu kecepatan angin lebih dari ambang normal 39 km/jam, tidak terjadi secara periodik dalam 12 tahun sebab sebelum 1998 tidak terjadi cuaca seperti pada tahun 2010 [1]. Hal itu terjadi tergantung terhadap fenomena global yaitu arah angin maupun curah hujan. Fenomena yang terjadi memicu beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya, angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim [1]. Meskipun pada kenyataan angin tidak dapat dilihat wujudnya, namun masih dapat diketahui melalui efek yang ditimbulkan pada benda-benda yang mendapat hembusan angin. Seperti ketika melihat dahan-dahan pohon bergerak atau bendera yang berkibar menandakan bahwa ada angin yang berhembus, hingga pada bencana alam yang terjadi oleh angin dapat lebih terlihat efek dari keberadaan angin yang juga dapat merusak apabila dalam kapasitas dan kecepatan yang berlebih contohnya angin topan dan angin puting beliung. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merupakan instansi pemerintah yang bertugas melakukan kegiatan pengamatan Meteorologi, iklim, kualitas udara dan Geofisika. Kegiatan ini dilakukan serentak pada seluruh jaringan stasiun Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (MKG) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Untuk mendukung kegiatan pengamatan tersebut diperlukan fasilitas-fasilitas yang mendukung seperti jenis peralatan dan SDM yang memadai. Untuk menyikapi permasalahan tersebut, tercetus ide merancang alternatif aplikasi komputer beserta peralatan yang dapat digunakan sebagai alat pemantau angin dalam hal kecepatan angin dan pengkategorian jenis angin beserta fasilitas simpan data dan cetak data hasil pengamatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang aplikasi sistem informasi pemantauan kecepatan angin, beserta pengkategorian jenis angin dengan hardware inframerah sebagai media kalibrasi. Berdasarkan analisis penelitian yang dikumpulkan, manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah terdapatnya alternatif sistem perhitungan kecepatan angin dan pengkategorian jenis angin. 2.
Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengukur kecepatan angin. Pengukuran kecepatan angin dilakukan dengan merancang alat pengukur kecepatan angin dengan cara mendeteksi perputaran baling-baling menggunakan sensor inframerah. Penelitian tersebut menggunakan alat penunjuk arah angin dan mengukur kecepatan angin dengan mikrokontroler AT89C51. Peneliti mengembangkan suatu alat untuk mengukur kecepatan angin dan sekaligus menentukan arahnya. Sensor yang diaplikasikan untuk penentu arah angin ini yaitu sensor digital rotary encoder dan sensor yang diaplikasikan untuk pengukur kecepatan angin yaitu sensor optocoupler dengan mikrokontroler AT89C51 sebagai pusat pengolahan datanya yang hasilnya akan ditampilkan pada LCD M1632 [2]. Flowchart penelitian tersebut ditunjukkan pada Gambar 1. 2
Gambar 1. Flowchart Alat Pengukuran Kecepatan Angin Berbasis Mikrokontroler AT89C51 [2]
Flowchart pada Gambar 2 menunjukkan bahwa pengukuran kecepatan angin dimulai dengan proses interaksi dengan angin yang akan menghasilkan data yang berasal dari sensor opto (sensor kecepatan) dengan perhitungan waktu tertentu. Perhitungan waktu untuk 30 pulsa data dari sensor opto tersebut akan diolah oleh Mikrokontroler AT89C51. Hasil perhitungan dalam bentuk informasi akan disajikan di LCD sebagai hasil akhir pemantauan. Penelitian lanjutan yang serupa adalah pengukuran energi potensial angin. Dalam penelitian ini peneliti merancang alat pengukur kecepatan angin dengan cara mendeteksi perputaran baling-baling menggunakan sensor inframerah, yang kemudian dihitung sebagai frekuensi (rotasi per menit). Hardware yang digunakan yaitu sensor inframerah, sumber tegangan DC, mikrokontroler, dan hyper terminal (komputer). Software yang digunakan untuk memprogram mikrokontroler adalah Bascom 8051 dan AEC_ISP, mikrokontroler yang digunakan sebagai alat penghitungan dan pengolahan data adalah MCS-51 keluaran Atmel yaitu AT89S52. Pengukuran kecepatan angin dilakukan dengan menghitung laju perputaran tiap menit yang berasal dari pembacaan sensor inframerah. Hasil pembacaan ini kemudian dikonversi menjadi knot yang disesuaikan dengan data kalibrasi. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah bahasa Visual Basic. Hardware sebagai pengirim data kemudian diolah oleh mikrokontroler menghasilkan output yang akan ditampilkan kepada pengguna aplikasi melalui fasilitas hyper terminal yang dimiliki oleh sistem operasi Windows. Hasil penelitiannya adalah memberikan informasi kepada pengguna program tentang besar kecepatan angin yang berhembus pada saat itu yang disajikan dalam bentuk digital dengan fasilitas hyper terminal [3]. Flowchart penelitian tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.
3
Gambar 2. Flowchart Program Pengukuran Kecepatan Angin Berbasis Mikrokontroler AT89S52[3]
Flowchart pada Gambar 3 menunjukkan bahwa proses interaksi dengan angin akan menunjukkan putaran tiap menit dan menyajikan informasi kecepatan angin kepada pengguna. Penyajian informasi melalui layar program kepada pengguna akan dilakukan terus menerus. Proses perhitungan dan penyajian informasi akan berakhir apabila pengguna memutuskan menghentikan pemantauan kecepatan angin. Layar program akan mati dan data perhitungan selama program berjalan akan terhapus. Penelitian yang dilakukan mengacu pada dua penelitian yang sudah ada. Penelitian ini memiliki keunggulan dari segi fasilitas pemantauan dan manajemen informasi. Keunggulan fasilitas adalah dimana disediakan dua model pemantauan kecepatan angin. Pemantauan kecepatan angin memiliki dua model yaitu pemantauan waktu nyata (real time) dan pemantauan dari BMKG. Model pemantauan waktu nyata adalah pemantauan kecepatan angin secara terusmenerus seperti pada penelitian terdahulu, sedangkan model pemantauan BMKG adalah pemantauan kecepatan angin sesuai dengan ketentuan BMKG. Informasi pengkategorian jenis angin yang dipantau disediakan dalam bentuk 11 kategori angin. Segi manajemen informasi yang menjadi keunggulan dibandingkan dengan penelitian terdahulu adalah perhitungan dan perekaman data ke dalam komputer. Proses perhitungan data yang diterima menjadi nilai informasi kecepatan angin rata-rata tiap jam. Data yang diterima selama proses pemantauan direkam tiap detiknya dan disimpan ke dalam bentuk file dan dicetak dalam format Microsoft Excel. Angin Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih
4
besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut [4]. Pengkategorian kecepatan angin menurut besar nilai kecepatan angin ke dalam 11 kategori kecepatan angin menurut skala Beaufort. Skala Beaufort yaitu antara lain angin tenang, angin lemah, angin sedang, angin segar, angin kuat, angin ribut, angin ribut sedang, angin ribut kuat, badai, badai kuat, dan topan [5]. Lebih jelas mengenai informasi pengkategorian jenis angin menurut skala Beaufort dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tabel Skala Beaufort[5]
Skala Beaufort
Kategori
Satuan km/jam
Satuan knots
0
Udara Tenang
0
0
1~3
Angin Lemah
<19
<10
4
Angin Sedang
20~29
11~16
5
Angin Segar
30~39
17~21
6
Angin Kuat
40~50
22~27
7
Angin Ribut
51~62
28~33
8
Angin Ribut Sedang
63~75
34~40
9
Angin Ribut Kuat
76~87
41~47
10
Badai
88~102
48~55
11
Badai Kuat
103~117
56~63
12+
Topan
>118
>64
Kecepatan Angin Dasar perhitungan dalam menghitung kecepatan angin adalah dengan rumusan kecepatan pada ilmu fisika yaitu bahwa kecepatan suatu benda merupakan perbandingan antara jarak tempuh dengan waktu yang diperlukan [6], seperti terlihat pada Rumus 1. (1) dimana: V = S = t =
kecepatan jarak tempuh waktu
Jika sebuah mobil memerlukan waktu satu jam untuk melewati jalan yang panjangnya 10 km maka kecepatannya adalah 10 km/jam. Misalkan jumlah putaran roda selama satu jam adalah 1000 kali, maka dapat dikatakan bahwa kecepatan mobil adalah 10 km/jam jika roda berputar 1000 kali. Perubahan jumlah putaran roda sangat mempengaruhi kecepatan mobil. Semakin banyak putaran semakin cepat, sebaliknya semakin berkurang putaran 5
akan membuat mobil menjadi lebih lambat. Ilustrasi pengukuran kecepatan dengan perhitungan jumlah putaran roda ditunjukkan pada Gambar 1. Arti dari ilustrasi yang dapat disimpulkan dari Gambar 1 adalah jika faktor yang meniup roda tersebut berputar hingga 1000 kali dalam satu jam, maka kecepatan anginnya sebesar 10 km/jam. 10 km
1x berputar
putaran ke 1000
Gambar 3. Ilustrasi Pengukuran Kecepatan dengan Perhitungan Jumlah Putaran Roda
Kalibrasi Verifikasi untuk menunjukkan hasil kebenaran perhitungan dalam merancang alat, program dan aplikasi adalah dengan tahap kalibrasi. Kalibrasi merupakan bagian dari proses verifikasi yang akan membuktikan suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan tersertifikasi[6]. Kalibrasi pada tiap perancangan adalah sebagai proses dan patokan melakukan pemantauan kecepatan angin oleh sistem yang dibantu hardware inframerah, dimana akan dilakukan perbandingan hasil antara besar nilai kecepatan putaran penampang saat berinteraksi dengan angin yang akan ditangkap inframerah dalam bentuk bit yang terekam tiap detik yang akan dikirimkan kepada sistem untuk dikalibrasikan dengan nilai patokan kalibrasi yang sudah ditetapkan. Setelah proses hitung oleh sistem pada besar nilai kecepatan penampang dengan nilai patokan kalibrasi, maka akan didapat besar nilai kecepatan angin yang berhembus. Besar nilai kecepatan angin tersebut yang akan disajikan sebagai informasi beserta informasi pelengkap lainnya yang berhubungan dengan nilai kecepatan angin [6]. 3. Metode dan Perancangan Metode Pengembangan Sistem Prototype Model adalah salah satu metode pengembangan perangkat lunak yang dibuat dengan pendekatan aspek desain, fungsi dan user-interface. Penentuan tujuan umum dilakukan oleh developer dan user untuk mengetahui gambaran dan kebutuhan pada perangakat lunak yang akan dibangun [7].
Gambar 4 Bagan Prototype Model [7]
6
Tahap-tahap dalam protoype model adalah sebagai berikut: (1) Listen to Customer: Analisis mengenai apa saja yang dibutuhkan dalam membangun sebuah aplikasi pemantauan kecepatan angin. Kebutuhan dari sistem adalah sebagai berikut: Aplikasi melakukan pemantauan untuk mendapatkan data besar kecepatan angin dan kategori jenis angin yang nantinya disimpan ke dalam record file, sehingga manajemen data informasi pemantauan kecepatan angin setiap saat dapat diakses. Proses pemantauan yang dapat berjalan otomatis dengan standar yang sudah ditentukan oleh BMKG; (2) Build: Setelah analisis kebutuhan dan informasi mengenai pemantauan kecepatan angin beserta dengan pengkategorian jenis angin, langkah berikutnya adalah membangun perancangan dengan menggunakan UML (Unified Modelling Languange) mengenai sistem yang akan dibangun nantinya. Rancangan yang dibuat kemudian akan dibuat dalam bahasa pemrograman Visual Basic.Net 2010; (3) Customer Test: Tahap ini dilakukan guna melihat prototyping yang dihasilkan sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Evaluasi dilakukan dengan melakukan penelitian dan verifikasi di Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II Ciputat (BMKG). Apabila belum sesuai maka kembali ke proses awal yaitu pengumpulan kebutuhan dan membangun prototyping kemudian melakukan evaluasi dan verifikasi kembali sampai prototype sesuai dengan apa yang diharapkan dan sistem siap digunakan. Unified Modelling Language (UML) UML merupakan bahasa visual untuk menjelaskan, memberikan spesifikasi, merancang, membuat model, dan mendokumentasikan aspek-aspek dari sebuah sistem [8]. Use Case Diagram
Gambar 5. Use Case Diagram
Pada aplikasi ini terdapat satu user yaitu pengguna dan admin. Pengguna dapat mengakses seluruh informasi dan menu yang ada dalam aplikasi ini. Admin memiliki satu tahap peran sebagai penentu awal nilai kalibrasi. Nilai kalibrasi tersebut yang akan digunakan untuk seterusnya oleh aplikasi. Tugas hardware adalah mengirim data mentah menuju aplikasi. Momen pulsa berupa data biner dari hardware diterima oleh aplikasi. Aplikasi akan mengatur data hingga didapat nilai kalibrasi, perhitungan data, dan pengkategorian data. Data yang diproses oleh aplikasi akan menjadi sebuah bentuk informasi yang akan disajikan kepada
7
pengguna. Pengguna dapat mengetahui informasi yang akan disajikan oleh aplikasi berupa besaran kecepatan angin, pengkategorian jenis angin, dan grafik perkembangan pemantauan angin. Seluruh informasi yang sudah dipantau dan disajikan kepada pengguna dapat disimpan secara otomatis di dalam komputer, berupa file dan output cetak dari seluruh informasi. Fungsi yang diberikan aplikasi kepada pengguna akan mempermudah penggunaan aplikasi dalam pemantauan kecepatan angin maupun pengelolaan informasi yang sudah didapat.
Gambar 6. Flowchart Sistem Informasi Kecepatan Angin
Flowchart Aplikasi Sistem Informasi Kecepatan Angin terdapat 9 tahap proses. Proses dimulai hingga kepada hasil akhir berupa informasi nilai kecepatan angin berupa file dan hasil cetak. Tahap koleksi data adalah tahap awal dimana hardware inframerah berinteraksi dengan media berupa angin secara langsung untuk mendapatkan nilai pulsa per detik oleh cup counter yang akan terdeteksi oleh inframerah. Tahap hitung jumlah data adalah tahap dimana nilai pulsa per detik yang dikirim oleh hardware inframerah dihitung oleh aplikasi dengan mengubah bentuk pulsa per detik yang berupa nilai biner menjadi nilai digit. Tahap konversi data adalah tahap dimana nilai digit dari proses hitung oleh aplikasi dikalibrasikan untuk kemudian dapat dikonversikan dalam nilai kecepatan angin dengan satuan kilometer per jam (km/jam). Tahap set tampilan adalah tahap dimana nilai kecepatan angin yang sudah didapat dari proses sebelumnya ditampilkan menjadi bentuk informasi kecepatan angin berupa informasi digital, informasi analog, dan informasi grafik. Tahap set kategori adalah tahap pengkategorian kecepatan angin menurut besar nilai kecepatan angin tersebut ke dalam 11 kategori kecepatan angin menurut skala Beaufort [5].
8
Perancangan Hardware Sistem kerja aplikasi dan hardware sistem informasi pemantauan kecepatan angin beserta pengkategorian angin tidak lepas dengan apa yang disebut sensor. Bermula dari proses interaksi dengan angin sebagai input. Perubahan yang ditangkap oleh hardware inframerah yang berperan sebagai sensor diteruskan kepada aplikasi. Proses penghitungan kemudian dilakukan oleh aplikasi. Sebagai output dari olah data adalah dalam bentuk informasi kecepatan angin kepada pengguna. Informasi kecepatan angin sebagai output dari proses berguna dalam dunia industri yang bermanfaat untuk monitoring, controlling, dan proteksi. Lingkup sistem informasi, sensor memberikan fungsi menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan diolah aplikasi sebagai otaknya. Dimensi baling-baling sebagai pengganti roda pada ilustrasi diatas menggunakan penampang yang berbentuk mangkok berjumlah 3 yang berfungsi sebagai cupcounter dengan dimensi tertentu untuk mengukuran kecepatan angin. Penampang berbentuk mangkok sebagai baling-baling ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Penampang mangkok sebagai baling-baling
Ukuran yang menentukan perputaran penampang (cupcounter) meliputi diameter penampang dan berat penampang. Semakin kecil diameter penampang, maka perputaran penampang semakin cepat tetapi dengan resiko sensifitas yang kecil dari penampang. Demikian sebaliknya apabila penampang memiliki diameter yang besar, maka perputaran penampang semakin lambat tetapi sensifitas penampang menjadi baik. Berat dari penampang mempengaruhi sensifitas dari perputaran penampang. Menggunakan penampang dengan berat ringan adalah pilihan terbaik. Penampang yang telah dipertimbangkan paling ideal yang digunakan dalam perancangan adalah berasal dari bola ping-pong yang dibelah menjadi bentuk mangkok. Detektor lintasan sebagai sebuah alat penghitung panjang lintasan yang dilakukan penampang mangkok saat berputar 1 kali. Letak detektor lintasan pada as poros dibawah persis penampang mangkok. Letak detektor lintasan pada as poros penampang mangkok ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Letak Detektor Lintasan
9
Untuk tujuan rekam momentum pulsa dari penghitungan panjang lintasan, akan dibuat sebuah lingkaran dari bahan tipis dengan bagian penerus dan penghalang sinar dipinggir sekeliling lingkaran. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Detektor Lintasan
Dari ilustrasi pada Gambar 1, jika diinginkan putaran sebanyak 10 kali dalam satu detik dengan kecepatan angin kira-kira 10 km/jam (atau 2,78 m/det), maka untuk satu kali putaran dibutuhkan keliling lingkaran sebesar 2,78 m (atau 27,8 cm). Dengan demikian, jari-jari lingkarannya adalah 4,43 cm. Perhitungan tersebut merupakan acuan untuk merancang detektor yang dipakai dalam penelitian ini Hardware inframerah menggunakan komponen dioda inframerah sebagai pemancar sinar inframerah dan foto transistor. Dioda inframerah akan memancarkan sinar inframerah yang akan menjadi bentuk data periodik yang dihasilkan dari perputaran detektor lintasan yang terletak diantara dioda inframerah dan foto transistor.
Gambar 10. Dioda Inframerah
Foto transistor bertugas menangkap (receiver) pancaran sinar inframerah yang berasal dari dioda inframerah [9]. Periode sinar yang ditangkap diubah menjadi sinyal listrik dan dikirimkan melalui kabel data menuju aplikasi.
Gambar 11. Foto Transistor
Kerja hardware inframerah adalah dengan memanfaatkan foto transistor (D1) yang merupakan komponen yang peka terhadap cahaya. Ketika foto transistor (D1) menerima sinar dari dioda inframerah (D2), maka transistor (Tr1) yang difungsikan sebagai switch akan menghantar (ON) sehingga output yang dihubungkan ke parallel port menjadi rendah (LOW). Sebaliknya jika sinar yang datang dari dioda inframerah (D2) terhalang, maka transistor (Tr1) akan terhambat
10
(OFF) dan output menjadi tinggi (HIGH). Sinar yang diterima foto transistor (D1) tidak dalam periode kontinu melainkan terputus-putus sesuai dengan pola/celah piringan ruji yang berada di antara foto transistor (D1) dan dioda inframerah (D2). Piringan ruji berputar sesuai dengan kecepatan cup counter yang ada di ujung poros (as). Setiap kali output menjadi HIGH, aplikasi akan memproses untuk menyimpan data (disebut sebagai pulsa) ini ke dalam memorinya. Pulsa ini dikirim melalui pin 15 (status port S3) pada paralel port (DB25). Banyaknya pulsa per detik akan diproses oleh aplikasi dengan tahap kalibrasi untuk kemudian menjadi informasi kecepatan angin dengan satuan km/jam.
Gambar 12. Skema Hardware Inframerah
Hardware inframerah melakukan pengiriman data dengan aplikasi secara paralel melalui pin port paralel DB25 yang memiliki 25 pin dengan fungsi masing-masing.
Gambar 13. Port Paralel DB25
Antarmuka paralel merupakan pintu gerbang komunikasi secara paralel antara hardware dengan aplikasi. Disini pin yang digunakan dari port paralel DB25 adalah pin nomor 15 yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan perangkat-perangkat yang lain. Skema pin port dari parallel port ditunjukkan pada Gambar 14. D0 ~ D7
: data port
S3 ~ S7 C0 ~ C3
: status port : control port
Gambar 14. Pin Port Paralel DB25 [9]
11
4.
Hasil dan Pembahasan Setelah melakukan proses perancangan aplikasi dan hardware, maka akan dilakukan tahap implementasi dan verifikasi. Tahap implementasi yang dilaksanakan yaitu penggunaan aplikasi dan hardware pada keadaan pengukuran kecepatan angin di lapangan. Verifikasi aplikasi dan hardware dilakukan dengan membandingkan dengan alat anemometer milik instansi terkait. Implementasi dan verifikasi dilakukan di BMKG. Tempat tersebut dipilih karena menjadi acuan dari pemantauan keadaan cuaca taraf Nasional. Prototype Selama kurun waktu total satu setengah tahun proses implementasi dan verifikasi di BMKG, rancangan dari aplikasi mengalami tahap prototyping. Tahap prototyping dilakukan guna menyesuaikan saran pengembangan dari pihak BMKG. Saran pengembangan bertujuan mendapatkan standar pemantauan kecepatan angin dan inovasi dalam sistem informasi pemantauan kecepatan angin. Pengembangan menghasilkan tiga prototype dari tiga kali kunjungan ke BMKG. sebelum mendapatkan hasil akhir yang paling sempurna. Berikut adalah masing-masing prototype beserta penjelasannya. Prototype 1, prototype ini telah dapat digunakan untuk memproses penghitungan kecepatan angin yang dipantau, namun belum dilakukan penyesuaian skala penghitungan kecepatan angin sesuai dengan skala internasional. Aplikasi Protoype 1 ditunjukkan pada Gambar 15.
Gambar 15. Prototype 1
Pada aplikasi pemantauan kecepatan angin prototype 1 terdapat menu, submenu dan menu informasi yang dibutuhkan pada aplikasi penghitung kecepatan angin. Menu dalam prototype 1 ini terdiri dari Start, Reset, Close. Sub menu dalam prototype 1 ini adalah Kalibrasi. Menu informasi dalam prototype 1 terdiri dari informasi kecepatan angin dalam bentuk analog, informasi kecepatan angin dalam bentuk digital dan kecepatan angin dalam bentuk grafik. Setelah dievaluasi, setiap fungsi dari menu, submenu dan menu informasi yang disajikan kepada pengguna sudah dapat berjalan secara sinkron dan sesuai, untuk kemudian berencana menyesuaikan skala penghitungan kecepatan angin dengan merujuk pada skala Beaufort yaitu skala internasional dalam mengkategorikan jenis angin sesuai dengan kecepatannya sehingga didapatkan nilai yang valid dalam pemantauan kecepatan angin. Akan dibuat besar skala penghitungan kecepatan angin dalam aplikasi menjadi lebih tinggi sesuai dengan skala minimum dan maksimum dalam skala Beaufort. Tambahan rancangan akan diberikan informasi 12
berupa keterangan tanggal dan jam dalam menu informasi kecepatan angin dalam bentuk grafik. Setelah membuat Prototype 1 dari aplikasi, dilanjutkan pengembangan aplikasi dengan membuat Prototype 2 dari aplikasi pemantauan kecepatan angin. Prototype 2 ini sudah memiliki skala penghitungan kecepatan angin yang sudah sesuai dengan skala Beaufort yaitu skala internasional dalam mengkategorikan jenis angin sesuai dengan kecepatannya dan sudah disertakan keterangan tanggal dan jam pada aplikasi yang diletakkan di dalam menu informasi kecepatan angin dalam bentuk grafik. Aplikasi Protoype 2 ditunjukkan pada Gambar 16.
Gambar 16. Prototype 2
Prototype 2 menyesuaikan skala penghitungan kecepatan angin. Menu informasi kecepatan angin dalam bentuk grafik akan berupa gerakan perubahan titik dan garis grafik. Perubahan titik dan garis grafik adalah sesuai dengan nilai dari besaran kecepatan angin, maka titik dan garis grafik akan tinggi apabila besaran kecepatan angin besar. Kekurangan prototype 2 ini adalah belum dilengkapi penyajian informasi kategori jenis angin dengan menu informasi berupa nama dari kategori angin pada skala Beaufort yang tercantum dalam Instruksi MET/101/SYNOP/2000 Departemen Perhubungan – Badan Meteorologi dan Geofisika. Prototype 3 dari aplikasi pemantauan kecepatan angin dibuat untuk menyempurnakan prototype 2. Skala penghitungan kecepatan angin pada prototype 3 sesuai dengan skala Beaufort yaitu skala internasional dalam mengkategorikan jenis angin sesuai dengan kecepatannya beserta informasi kategori jenis angin dengan menu informasi berupa nama dari kategori angin pada skala Beaufort yang tercantum dalam Instruksi MET/101/SYNOP/2000 Departemen Perhubungan – Badan Meteorologi dan Geofisika. Prototype 3 juga ditambahkan fasilitas cetak hasil pemantauan yang terintegrasi langsung dengan media printer. Aplikasi Protoype 3 ditunjukkan pada Gambar 17.
Gambar 17. Prototype 3
13
Pada proses penelitian dan verifikasi perancangan di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika adalah menggunakan prototype 3 yang dinilai sudah sesuai dengan fungsi dan tujuan dari perancangan aplikasi pemantauan kecepatan angin. Setelah melakukan penelitian dan verifikasi di lapangan dengan prototype 3 didapat hasil yang memuaskan dalam aspek validasi perbandingan nilai antara hasil rancangan dengan alat anemometer yang digunakan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika. Mempertimbangkan kemudahan bagi pengguna dan inovasi dalam sistem informasi pemantauan kecepatan angin, maka diputuskan bahwa prototype 3 akan dikembangkan lagi. Pengembangan aplikasi prototype 3 dengan menambahkan perumusan dalam penentuan waktu rekam dan hitung data dengan standart Peraturan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika, Nomor : SK.38/KT.104/KB/BMG-06 tentang “Tata Cara Tetap Pelaksanaan Pengamatan, Penyandian, Pelaporan dan Pengarsipan Data Meteorologi Permukaan” beserta fasilitas rekam informasi pemantauan kecepatan angin secara otomatis. Hasil akhir dari pengembangan rancangan aplikasi pemantauan kecepatan angin dengan tahapan prototyping akan diuji pada pembahasan berikutnya. Implementasi Tahap setelah melakukan prototyping aplikasi adalah tahap pengujian. Pengujian aplikasi dan hardware sebagai validasi hasil rancang dalam menjalankan fungsi secara keseluruhan. Pada form utama hasil perancangan akhir dari aplikasi pemantauan kecepatan angin terdiri dari tiga layar informasi. Aplikasi memberikan informasi berupa informasi kecepatan angin dalam bentuk digital, informasi kecepatan angin dalam bentuk bar jarum penunjuk dan grafik perkembangan kecepatan angin. Form utama ditunjukkan pada Gambar 18.
Gambar 18. Form Utama
Melalui form utama ini pengguna dapat juga menentukan fasilitas-fasilitas yang akan ditampilkan oleh aplikasi. Pada Gambar 18 bagian (1) mempunyai fungsi untuk menunjukkan informasi kecepatan angin dalam bentuk digital. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Kode Program 1.
14
Kode Program 1. Kode Program Informasi Kecepatan Angin Bentuk Digital 1 2 3 4 5
If flag3 = 1 Then k5 = totpul totpul = 0 Exit Sub End If
1 2 3 4 5
k5 = totpul * (KecRef / PulRef) If k5 > 120 Then k5 = 120 End If lblDisplay.Text = Format(k5, "00.0")
Aplikasi secara looping menghitung jumlah total pulsa dari port (totpul). Data akan diolah oleh aplikasi kemudian disajikan menjadi informasi kecepatan angin secara digital. Nilai informasi kecepatan angin bentuk digital berasal dari perumusan (k5) sebagai nilai x yang akan dikemudian digunakan untuk kalibrasi kecepatan angin. Hasil nilai kalibrasi akan ditampilkan dalam bentuk angka yang berformat 00.0 (Misalnya, “37,8” / “37,0”) pada lblDisplay.Text. Pada Gambar 18 bagian (2) mempunyai fungsi menyajikan informasi kecepatan angin dalam bentuk bar kecepatan dengan jarum penunjuk. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Kode Program 2. Kode Program 2. Kode Program Informasi Kecepatan Angin Bentuk Bar Dengan Jarum Penunjuk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Sub JarumAngin() Dim img1 As Bitmap = picJarum.Image Dim img2 As Bitmap = picPanelKecepatan.Image Dim img3 As Bitmap = picKecpAngin.Image Dim gbh As Integer = picJarum.Height Dim gbw As Integer = picJarum.Width Dim gbrOut As New Bitmap(img2.Width, img2.Height) Dim gr As Graphics = Graphics.FromImage(gbrOut) Dim alpha As Integer = 255 Dim wrn As Color = img1.GetPixel(1, 1) Dim delta, dta As Double dta = 1.5 * k5 - 180 delta = dta * Math.PI / 180 img2 = New Bitmap(picPanelKecepatan.Image) For piky = 0 To gbh - 1 For pikx = 0 To gbw - 1 Dim warna As Color = img1.GetPixel(pikx, piky) If warna <> wrn Then warna = Color.FromArgb(alpha, warna.R, warna.G, warna.B) Dim xp, yp, xu, yu As Integer Dim xb, yb As Double Dim pjg, sdt As Double xp = img1.Width / 2 yp = img1.Height / 2 + 34 xu = xp - pikx yu = yp - piky pjg = Math.Sqrt(xu ^ 2 + yu ^ 2) sdt = Math.Atan2(yu, xu) sdt = (sdt - 90 * Math.PI / 180) + delta xb = pjg * Math.Cos(sdt) yb = pjg * Math.Sin(sdt) img2.SetPixel(xb + 160, yb + 136, warna)
15
34 35 36 37 38 39 40
End If Next Next Application.DoEvents() gr.DrawImage(img2, 0, 0) picKecpAngin.Image = gbrOut End Sub
Hasil pembacaan kecepatan angin akan dikonversikan dalam bentuk jarum analog. Setiap perubahan nilai kecepatan angin 0,1 km/jam akan merubah posisi jarum analog. Pada Gambar 18 bagian (3) mampunyai fungsi menyajikan informasi perkembangan kecepatan angin dalam bentuk grafik secara realtime. Pengguna aplikasi dapat mengamati secara lebih detail mengenai perkembangan naik-turun nilai kecepatan angin yang dipantau. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Kode Program 3. Kode Program 3. Kode Program Informasi Kecepatan Angin Bentuk Grafik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Sub garis_grid() Dim grv1, grv2 As Integer pbg = pictbxDisplay.Height / 65 grh1 = Int(pictbxDisplay.Height / pbg) grh2 = (pictbxDisplay.Height - grh1 * pbg) - 5 grv1 = Int(pictbxDisplay.Width / pbg) grv2 = pictbxDisplay.Width - grv1 * pbg txtTest.Text = "pictbxDisplay.Height : " & pictbxDisplay.Height & vbCrLf txtTest.Text = txtTest.Text & "pbg : " & pbg & vbCrLf txtTest.Text = txtTest.Text & "grh1 : " & grh1 & vbCrLf Dim g1 As Integer = Int(grh1 / 5) g2 = (grh1 - g1 * 5) nts = 0 'nts For kd = 0 To grh1 - 1 g.DrawLine(Pens.MidnightBlue, 0, grh2 + pbg * kd, pictbxDisplay.Width, grh2 + pbg * kd) If kd = g2 Then g.DrawLine(Pens.DimGray, 0, grh2 + pbg * kd, pictbxDisplay.Width, grh2 + pbg * kd) nts = nts + 1 Call PosisiSkala() g2 = g2 + 5 End If Next lbl0.Top = pictbxDisplay.Top + (pictbxDisplay.Height - 307) lbl0.Left = pictbxDisplay.Left – 12 g1 = 5 For kd = 0 To grv1 g.DrawLine(Pens.MidnightBlue, pbg * kd - 1, 0, pbg 37* kd - 1, pictbxDisplay.Height) If kd = g1 Then g.DrawLine(Pens.DimGray, pbg * kd - 1, 0, pbg * kd 40- 1, pictbxDisplay.Height) g1 = g1 + 5 End If Next End Sub
16
Koding garis_grid untuk mempersiapkan membuat garis horinzontal (grh1 & grh2) dan vertical (grv1 & grv2) dengan menghitung jarak antar garis grid (pbg) yang kemudian garis grid tersebut akan diisi dengan garis grafik. Titik nilai grafik akan bergeser tiap detik ke arah kanan sesuai dengan besar nilai kecepatan angin yang dipantau. Pada Gambar 18 bagian (4) mempunyai fungsi untuk fitur simulasi di dalam aplikasi. Pengguna dapat memilih fitur simulasi apabila menginginkan sebuah simulasi dari kinerja aplikasi. Simulasi membuat aplikasi seakan-akan melakukan pemantauan kecepatan angin tetapi dengan nilai random. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Kode Program 4. Kode Program 4. Kode Program Mode Simulasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
ElseIf cboxSimulasi.CheckState = CheckState.Checked Then Dim arnd As Integer arnd = GetRandom(1, 3) n5 = 1 If arnd = 1 Then n5 = -1 End If stln = 120 k5 = k5 + n5 * 5 If k5 < 0 Then k5 = 0 ElseIf k5 > 120 Then k5 = 120 End If End If
Memasukkan nilai kecepatan angin secara acak (GetRandom (1, 3) (integer, integer)), nilai random yang dihasilkan selalu bertambah 1 atau berkurang 1 dengan demikian kecepatan angin seolah-olah lebih cepat atau lebih lambat secara gradual. Secara singkat pengguna dapat mempelajari setiap korelasi antar fungsi dari form utama. Pada Gambar 18 bagian (5) mempunyai fungsi untuk pengkategorian jenis angin yang terdiri dari 11 kategori. Pengkategorian jenis angin berdasarkan kecepatannya. Pengkategorian jenis angin menggunakan patokan Skala Beaufort (Instruksi MET/101/SYNOP/2000 Departemen Perhubungan – Badan Meteorologi dan Geofisika). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Kode Program 5. Kode Program 5. Kode Program Kategori Jenis Angin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Sub KategoriSelect() Select Case k5 Case 0 frmKatagori.Indikator.Left = 11 frmKatagori.Indikator.Top = frmKatagori.txtKTG0.Top - 3 Case 1 To 19 frmKatagori.Indikator.Left = 11 frmKatagori.Indikator.Top = frmKatagori.txtKTG1.Top - 3 . . . . . #hingga Case 103 To 117 frmKatagori.Indikator.Left = 11 frmKatagori.Indikator.Top = frmKatagori.txtKTG9.Top - 3 Case Is >= 118
17
17 18 19 20 21
frmKatagori.Indikator.Left = 11 frmKatagori.Indikator.Top = frmKatagori.txtKTG10.Top - 3 End Select End Sub
Letak form kategori kecepatan angin akan keluar ke arah kanan di sebelah kiri form utama dari aplikasi. Penentuan kategori kecepatan angin dilakukan dengan membaca nilai kecepatan angin. Kotak kategori akan diberi tanda sesuai dengan angin yang dipantau pada saat itu. Nilai kecepatan angin pada saat itu sesuai dengan range akan digunakan sebagai penentu dimana penanda akan mengarah pada salah satu kategori kecepatan angin. Aplikasi memiliki dua model pemantauan kecepatan angin yaitu model pemantauan realtime (default) dan model BMKG. Pada Gambar 18 bagian (6) mempunyai fungsi untuk pemantauan realtime (default). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Kode Program 6. Kode Program 6. Kode Program Model Pemantauan Realtime 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Sub AmbilData_DariPort() Address = 889 PulsaPort = BacaData_Module.Inp(Address) datpul = PulsaPort – 70 If datpul <= 24 Then If k3 = 0 Then totpul = totpul + 1 k3 = 1 End If Else k3 = 0 End If Exit Sub End Sub
Kode printer port yang dipakai untuk mengakses data dari hardware adalah 889. Address 889 merupakan kode printer port untuk aplikasi mengambil data. Model pemantauan angin secara realtime adalah aplikasi berjalan melakukan pemantauan dan rekam data angin secara terus-menerus. Model pemantauan BMKG adalah aplikasi berjalan melakukan pemantauan dan rekam angin dengan standar BMKG. Standar BMKG adalah hanya menghitung dari data angin pada 5 menit sebelum dan 5 menit sesudah tiap jam pemantauan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Kode Program 7. Kode Program 7. Kode Program Model Pemantauan BMKG 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Private Sub bmkg() If menit >= 55 Or menit < 5 Then Call indikator() xlbmkg(ndat) = k5 tmxl(ndat) = LSet(sekarang.ToLongTimeString, 8) ndat = ndat + 1 If menit = 4 And detik = 59 Then Beep() wps = "BMKG " & Format(sekarang, "dd MMM yyyy") & " - ( pk. " & Str(sekarang.Hour) & ".00 )" Call exl_bmkg() Exit Sub End If spd = spd + 1 End If End Sub
18
Apabila pengguna men-check radio button berlabel BMKG maka aplikasi akan mengubah cara penghitungan kecepatan angin sesuai dengan standar BMKG. Apabila tidak, maka aplikasi akan berjalan dengan model realtime (default). Pada Gambar 18 bagian (7) mempunyai fungsi untuk menyajikan infomasi kalibrasi. Informasi kalibrasi adalah informasi banyaknya pulsa/detik yang ditangkap oleh hardware. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Kode Program 8. Kode Program 8. Kode Program Informasi Kalibrasi 1 2 3 4
lblDisplay.Text = Format(k5, "00.0") ' frmKLB.TextBox2.Text = totpul * 2 frmKLB.TextBox1.Text = Format(k5, "00.0") datas(0) = New Point(2, dtsm(0))
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Sub Data_DariFile() If File.Exists("c:\Data Kalibrasi.txt") Then ntpad = 1 Dim dtkal As New StreamReader("c:\Data Kalibrasi.txt") For dta = 0 To 7 dtkal.ReadLine() Next KecRef = Val(dtkal.ReadLine) PulRef = Val(dtkal.ReadLine) dtkal.Close() Else ntpad = 0 End If End Sub
Banyak pulsa per detik yang ditampilkan akan diproses oleh aplikasi untuk mendapatkan nilai kecepatan angin secara realtime. Dapat diketahui bagaimana proses kalibrasi pulsa per detik menjadi nilai km per jam (km/jam) oleh aplikasi tiap detik. Form infomasi kalibrasi akan ditampilkan keluar ke arah bawah di bagian bawah form utama dari aplikasi. Pada Gambar 18 bagian (8) mempunyai fungsi untuk mencetak laporan pemantauan kecepatan angin. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Kode Program 9. Kode Program 9. Kode Program Cetak Laporan 1 2 3 4 6 7 8 9 10
Private Sub btnPrint_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles btnPrint.Click Timer_Hitung.Enabled = False On Error Resume Next If sht1 = "=no" Then GoTo ke_set2 End If ExcelSht = ExcelShts(1) With ExcelSht
Sebagai output akhir dari aplikasi pemantauan kecepatan angin adalah data kecepatan angin beserta nilai rata-rata kecepatan angin. Tombol cetak disediakan untuk mencetak hasil pemantauan kecepatan angin ke dalam bentuk tabel. Format pencetakan dengan memanfaatkan format Microsoft Excel. Aplikasi melakukan tahap cetak setelah pengguna selesai melakukan pemantauan angin dan ingin
19
mendapatkan laporannya. Proses print informasi kecepatan angin dari bentuk file menjadi bentuk hardcopy melalui media printer. Pengujian Pengujian hasil perancangan hardware inframerah dan aplikasi pemantauan kecepatan angin dan pengkategorian jenis angin dilakukan di BMKG. Pengujian bertujuan untuk mendapatkan hasil dengan membandingkan dengan alat anemometer yang telah digunakan oleh BMKG. Proses pengujian dilakukan untuk dapat mengamati dan mengetahui bahwa aplikasi dan hardware yang dirancang memiliki faktor valid. Tahap verifikasi dengan memakai aplikasi dan hardware yang sudah aktif dengan alat anemometer milik BMKG secara bersamaan. Mengamati dan mengumpulkan sejumlah data secara berkala tiap jam sesuai dengan standart pengumpulan data oleh BMKG. Menurut Peraturan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika, Nomor : SK.38/KT.104/KB/BMG-06 tentang “Tata Cara Tetap Pelaksanaan Pengamatan, Penyandian, Pelaporan dan Pengarsipan Data Meteorologi Permukaan”. Pengamatan kecepatan angin permukaan dengan menggunakan alat adalah dengan memperhatikan dan mengambil harga rata-rata kecepatan angin selama 10 menit (5 menit sebelum dan 5 menit sesudah) jam pengamatan. Hardware inframerah diletakkan persis bersebelahan dengan cup counter anemometer milik BMKG pada ketinggian 1 meter. Pengamatan kepekaan penampang (cup counter) dari hardware inframerah yang dirancang terhadap interaksi angin. Keakuratannya hardware diamati dalam bekerja menangkap momen pulsa yang dihasilkan dari perputaran penampang (cup counter). Kemudian diamati dan dibandingkan dengan kepekaan beserta hasil dari cup counter anemometer pihak BMKG. Berdasarkan perbandingan dan pengamatan kinerja cup counter dari hardware inframerah rancangan akan didapatkan hasil apakah hardware yang dirancang sudah dapat berputar sesuai dengan fungsi dari alat yang serupa milik BMKG. Proses pembanding rancangan dengan anemometer BMKG ditunjukkan pada Gambar 19.
Gambar 19. Proses Pembandingan
Pengujian di lapangan antara aplikasi dan hardware inframerah rancangan dan cup counter anemometer di taman ukur BMKG Wilayah II Ciputat. Hasil pengujian menghasilkan 7908 data rekam kecepatan angin di tiap detik untuk dihitung dengan mengambil rata-rata tiap jam pengamatan. Pengamatan dilakukan 20
sesuai Peraturan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika, Nomor SK.38/KT.104/KB/BMG-06. Aplikasi rancangan bekerja dinamis dengan hardware inframerah yang dirancang. Aplikasi memberikan sajian data berupa angka digital, bar kecepatan, grafik perkembangan pengamatan angin, dan pengkategorian jenis angin menurut kecepatan angin. Tabel 2 merupakan tabel perbandingan hasil pengujian. Tabel 2. Tabel Hasil Pengujian
Tanggal
Jam
Hari - 1, Senin 9 Mei 2011
11.00 12.00 13.00 14.00 13.00 14.00 15.00 16.00 12.00 13.00 14.00 15.00
Hari - 2, Selasa 10 Mei 2011
Hari - 3, Rabu 11 Mei 2011
Kecepatan Angin BMKG Rancangan 4,63 km/jam 4,67 km/jam 4,63 km/jam 4,40 km/jam 4,63 km/jam 4,43 km/jam 4,63 km/jam 4,28 km/jam 5,50 km/jam 5,43 km/jam calm 0,78 km/jam calm 0,58 km/jam 7,40 km/jam 7,60 km/jam calm 0,48 km/jam calm 0,40 km/jam calm 0,45 km/jam 5,5 km/jam 5,38 km/jam
*calm : kecepatan angin < 1 km/jam Perbedaan hasil pemantauan yang berkisar antara 0,1 km/jam hingga 1 km/jam menandakan adanya range toleransi. Kepekaan dari aplikasi dan hardware inframerah dalam memantau kecepatan angin menghasilkan nilai pemantauan yang detail pada tiap detik. Hal ini mengakibatkan nilai akhir pada tiap jam dari pemantauan menjadi lebih detail dibandingkan alat pemantauan kecepatan angin milik BMKG Wilayah II Ciputat. Pengujian selama 3 hari berturut-turut dalam rentang waktu dimana aktivitas angin berbeda. Pengujian di lapangan antara aplikasi dan hardware inframerah rancangan dan cup counter anemometer di taman ukur BMKG. Hasil pengujian menghasilkan 7908 data rekam kecepatan angin di tiap detik untuk dihitung dengan mengambil rata-rata tiap jam pengamatan. Pengamatan dilakukan sesuai Peraturan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika, Nomor : SK.38/KT.104/KB/BMG-06 tentang “Tata Cara Tetap Pelaksanaan Pengamatan, Penyandian, Pelaporan dan Pengarsipan Data Meteorologi Permukaan”. Aplikasi rancangan bekerja dinamis dengan hardware inframerah yang dirancang. Aplikasi memberikan sajian data berupa angka digital, bar kecepatan, grafik perkembangan pengamatan angin dan pengkategorian jenis angin menurut kecepatan angin. Diambil kesimpulan bahwa pengukuran oleh aplikasi dan hardware inframerah hasil perancangan memiliki toleransi antara 0,1 km/jam hingga 1 km/jam.
21
5.
Simpulan Aplikasi sistem informasi yang dirancang dapat membantu pihak peneliti dan pengamatan dalam mengelola data kecepatan angin secara terkomputerisasi serta dilengkapi dengan kemudahan dan fleksibilitas yang diberikan untuk membantu dalam proses pemantauan kecepatan angin sesuai dengan harapan karena dalam perancangan dan penerapannya telah disesuaikan dengan standart pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Pengembangan lebih lanjut dari aplikasi ini di antaranya dengan menambahkan kemampuan kuat listrik arus listrik pada hardware inframerah, agar komunikasi pengantaran pulsa yang melalui kabel data antara hardware inframerah dengan aplikasi di laptop tidak terpengaruh oleh panjang kabel yang diperlukan. Pengembangan aplikasi juga dalam hal akses, sehingga aplikasi tidak hanya menjadi aplikasi stand alone, tetapi menjadi aplikasi yang bisa diakses dari beberapa bagian dalam balai pemantauan secara intranet maupun internet 6. Daftar Pustaka [1] Hadiyanto, Soeroso. 2010. Cuaca 2010 Terekstrem sejak 1998. Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. [2] Banodin, Rizal. Alat Penunjuk Arah Angin dan Pengukuran Kecepatan Angin Berbasis Mikrokontroler AT89C51. Program Studi Elektro Fakultas Tehnik Universitas Diponegoro Semarang Jawa Tengah. [3] Kurniawati, dkk. 2011. Pengukuran Kecepatan Angin Berbasis Mikrokontroler AT89S52. Program Studi Fisika Fakultas MIPA Unlam Banjarbaru Kalimantan Selatan. [4] Departemen Perhubungan. 2010. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. [5] BMKG, 2000. Intruksi MET/101/SYNOP/2000. Jakarta Indonesia. [6] Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada. [7] Pressman RS. 1997. Rekayasa Perangkat Lunak. Edisi ke-2. LN Harnaningrum, penerjemah: Yogyakarta: Andi. Terjemahan dari: Software Engineering, a Practitioner’s Approach, Edisi ke-4. McGraw-Hill Companies, Inc. [8] Fowler, Martin. 2003. UML Distilled: A Brief Guide to the Standard Object Modeling Language (3rd Edition). United States: Boosch Jacobson. [9] Morris, Alan S. 2001. Measurement and Instrumentation Principles. United Kingdom: Butterworth Heinemann, ISBN 0-7506-5081-8.
22