1.
Pendahuluan Permasalahan tranasportasi merupakan masalah yang krusial karena memberikan dampak yang luas bagi kehidupan manusia. Dalam menangani masalah transportasi membutuhkan koordinasi dari banyak pihak dan mempertimbangakan banyak kriteria serta perhitungan yang tepat dalam pengambilan keputusannya. Beberapa kriteria dan alternatif diajukan bahkan tahapan dalam penentuannya. Yelda & Shresta (2003) yang melakukan pemilihan alternatif untuk menciptakan sistem transportasi berkelanjutan di Delhi dengan mempertimbangkan kriteria kualitatif dan kuantitatif seperti ketersediaan teknologi, kemampuan beradaptasi, tantangan pengaplikasian, energi, lingkungan, serta biaya. Yelda & Shresta (2003) membandingkan hasil pengolahan data secara kualitatif, kuantitatif, dan mengintegrasikan keduanya dengan menggunakan metode AHP. Hasil pengolahan data membuktikan bahwa dengan mengintegrasikan kriteria kualitatif dan kuantitatif memberikan hasil yang lebih baik, akan tetapi belum dapat dipastikan bahwa perencanaan yang diambil merupakan solusi yang ideal. Pada tahun 2010, Ulengin et.al. mengajukan sebuah framework untuk menentukan perencanaan transportasi di Turkey dengan menggunakan multi metodologi. Kriteria yang digunakan adalah kriteria kuantitatif saja seperti energi, lingkungan, dan kesehatan. Padahal kriteria kualitatif juga memberikan kontribusi yang besar. Oleh sebab itu, di rasa penting untuk menginterasikan kriteria kualitatif dan kuantitatif sebagai pertimbangan pengambilan keputusan. Pada penelitian ini akan menggunakan pendekatan MCDM yang mampu mengakomodasi multi kriteria yang bertentangan serta memberikan solusi yang ideal.
2.
Metodologi yang diajukan Penelitian ini mengajukan sebuah kerangka kerja yang akan membantu pengambil keputusan pada bidang transportasi dalam memprioritaskan perencanaan transportasi jangka panjang dengan menggunakan pendekatan MCDM. Metode yang digunakan dalam penentuan prioritas alternatif perencanaan transportasi antara lain metode Delphi, cognitive map, Analytical Network Process (ANP), dan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Langkah pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan interview dengan para pakar untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah transportasi sebuah kota dan mengidentifikasi kriteria serta alternatif yang akan digunakan. Langkah kedua membentuk cognitive map untuk menunjukkan pemetaan dari sebuah permasalah dan menunjukkan hubungan tiap variabel. Pada langkah ketiga perhitungan tingkat kepentingan tiap kriteria dilakukan menggunakan metode ANP yang didapatkan dari hasil kuesioner dengan para pakar. Langkah keempat adalah melakukan perangkingan alternatif perencanaan berdasarkan beberapa kriteria dengan menggunakan meotde TOPSIS dengan pertimbangan jarak terdekat dengan solusi ideal positif dan jarak terjauh dengan solusi ideal negatif. Gambar 1 adalah kerangka kerja pengembangan prioritas yang diajukan.
2.1. Metode Delphi Langkah pertama dari pengembangan model yang diajukan adalah melakukan pendekatan dengan pakar untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi sistem transportasi sebuah kota dan kriteria serta alternatif yang akan diajukan. Pendekatan dapat dilakukan dengan interview secara langsung atau menggunakan surat elektronik kemudian dilakukan perbandingan dan analisis terhadap tanggapan para pakar, dan
kemudian dilaporkan kembali pada partisipan untuk mendapatkan tanggapan (Graham, 2003). Penggunaan metode delphi dalam pengambilan keputusan dengan melakukan interview berulangkali semacam “musyawarah untuk mufakat tertulis” memungkinkan responden untuk mengemukakan pendapat tanpa ada paksaan dari pihak lain (Ciptomulyono, 1998). Pada penelitian ini, alasan dasar menggunakan metode delphi adalah kemudahan dalam mendapatkan informasi dan kebebasan berpendapat dari para pakar, serta tidak mengganggu aktivitasnya.
2.2. Cognitive map Cognitive map merupakan tampilan pemikiran mengenai sebuah masalah yang diikuti dengan proses mapping (Eden, 2004). Gunanya untuk menggambarkan masalah keputusan secara kualitatif dan untuk menganalisis pernyataan kausal yang dibuat oleh individu. Node yang nampak ditengah biasanya merupakan masalah atau isu-isu yang dimunculkan. Sedangkan bagian atas map merupakan tujuan yang akan dicapai, sedangkan bagian bawah adalah alternatif yang ditawarkan. Kelemahan dari penggunaan cognitive map ini adalah jawaban dari para pakar yang dilibatkan terkadang tidak konsisten dan sulit untuk diukur. Oleh sebab itu, perlu adanya metode pendukung untuk menganalisis dan menghitung konsistensi variabel yang teah diidentifikasi.
2.3. Analytical Network Process (ANP) ANP merupakan pengembangan dari model AHP yang telah dikembangkan oleh Saaty (1990). Jika pada model AHP struktur networknya adalah hierarkhi, maka berbeda dengan model network ANP. Hal tersebut disebabkan karena model ANP mengijinkan adanya interaksi
Hiring pakar
Interview
Metode Delphi
Model Pemetaan masalah
Cognitive Mapping
Mengidentifikasi kriteria dan alternatif
ANP
Identifikasi tingkat kepentingan variabel
Matrik perbandingan
Perankingan Kriteria
Perankingan Alternatif
TOPSIS
Gambar 1. Kerangka kerja penentuan
prioritas alternatif kebijakan dan umpan balik dari elemen-elemen dalam klaster (innerdependency) dan antar klaster (outerdependency). Model ANP digunakan untuk memprioritaskan sekumpulan variabel berdasarkan tingkat kepentingan menggunakan skala Saaty (1990). Penilaian tingat kepentingan tiap variabel dilakukan oleh pakar. Pada penelitian ini, metode ANP digunakan untuk memprioritaskan kriteria yang akan digunakan sebagai pertimbangan perencanaan transportasi jangka panjang. Pada dasarnya model ANP juga dapat memprioritaskan alternatif, akan tetapi hasil perankingannya masih bersifat subjektif. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan hasil perankingan atau prioritas alternatif perencanaan yang objektif, peneliti menggunakan metode TOPSIS.
2.4. Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) TOPSIS adalah sebuah metode yang digunakan untuk perankingan alternatif berdasarkan jarak terpendek dari Positive Ideal Solution (PIS) dan jarak terjauh Negative Ideal Solution (NIS) atau titik terendah (Shih et. al., 2007). PIS adalah sebuah solusi yang memiliki kriteria keuntungan maksimal dan kriteria biaya yang minimal, sendangkan NIS memiliki kriteria biaya yang maksimal dan kriteria keuntungan yang minimal. Ringkasnya, solusi ideal positif disusun dari semua nilai terbaik yang dapat dicapai dari kriteria, sedangkan solusi ideal negatif terdiri dari semua nilai terburuk dari kriteria.
3.
Hasil dan Diskusi Pada penelitian ini, objek yang digunakan untuk validasi model adalah Kota Surabaya. Untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi transportasi di Kota Surabaya, peneliti melakukan pendekatan dengan pakar, kemudian hasil interview tersebut dibentuk dalam sebuah cognitive map. Gambar 2 adalah hasil pemetaan permasalahan sistem transportasi Kota Surabaya yang didapatkan dari interview dengan para pakar.
Kriteria dan alternatif yang diajukan pada penelitian ini didapatkan dari hasil interview dan studi literatur, sedangkan subkriteria yang digunakan sebagai indikator tiap-tiap kriteria didapatkan dari berbagai jurnal pendukung. Data yang diolah dalam penelitian ini didapatkan dari hasil kuesioner dengan para responden yang diminta untuk mengidentifikasi tingkat kepentingan antar kriteria dengan menggunakan skala Saaty. Adapun kriteria, subkriteria dan alternatif yang diajukan pada penelitian ini terangkum pada tabel 1 dan tabel 2. Semua variabel yang terkumpul, dilakukan pembobotan untuk mendapatkan prioritas. Langkah awal adalah melakukan pembobotan antar kriteria dengan menggunakan software Super decision 1.6.0 dan didapatkan bahwa kriteria lingkungan adalah kriteria yang mendapatkan prioritas tertinggi.
Gambar 2. Pemetaan masalah (Cognitive map)
Tabel 1. Kriteria dan subkriteria perencanaan transportasi jangka panjang Kriteria
Subkriteria
Energi
- Penggunaan energi per kapita - Energy saving potential (ESP)
Lingkungan
- Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) - Penggunaan lahan untuk perbaikan prasarana transportasi (land use) - Polusi suara (Kebisingan) - Pengeluaran masyarakat tiap bulan menggunakan transportasi umum - Biaya untuk remanufaktur atau mengkonversi bahan bakar lain - Tarif angkutan umum
Ekonomi
-
Besar biaya pada investasi awal Biaya operasional dan perawatan Return of Investment (ROI) Kesediaan masyarakat untuk beralih pada perencanaan yang baru - Penciptaan lapangan pekerjaan - Tingkat kecelakaan
Sosial
Teknologi
Politik
- Kualitas kesehatan masyarakat - Jumlah transportasi yang beralih menggunakan teknologi bersih - Reliabilitas - Dukungan dari masyarakat - Kemudahan pengadaan dan operasional
Sumber Ulengin et. al. (2010) Yelda & Srestha (2003) Wang et. al. (2009)
Campos & Ramos (2005) Poh & Ang (1999) Yelda & Shrestha (2003) Wang et. al. (2009)
Wang et. al. (2009)
Campos & Ramos (2005) Ulengin (2010) Campos & Ramos (2005) Wang et. al. (2009) Rajan S. C. (2006)
Tabel 2. Alternatif perencanaan transportasi masa depan Kode 1 2 3 4 5 6 7
Alternatif Kebijakan Penerapan Intelligent Transport System (ITS) Perbaikan fasilitas angkutan umum Pembangunan jalur sepeda (non motorize) Pengadaan Bus Rapid Transit (BRT) Pengadaan Light Rail Transit (LRT) Pengadaan transportasi sungai Penerapan Electronic Road Pricing (ERP)
Hasil perankingan kriteria yang diolah menggunakan software Super Decision adalah seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 3. Perbandingan antar kriteria
Berdasarkan gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa kriteria lingkungan adalah kriteria pertama yang perlu dipertimbngkan dalam perencanaan transportasi jangka panjang. Kriteria selanjutnya adalah ekonomi, dengan arti bahwa pengadaan transportasi massal depan juga harus mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan dengan modal yang dimiliki. Kriteria tertinggi ke tiga adalah sosial, yang kemudian diikuti oleh kriteria teknologi, energi, dan politik. Metode ANP selain digunakan untuk menentukan prioritas kriteria, dapat juga digunakan untuk menentukan prioritas alternatif kebijakan. Akan tetapi masih bersifat subjektif karena perankingannya berdasarkan persepsi pakar. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan metode TOPSIS dalam melakukan perankingan alternatif untuk mendapatkan hasil yang lebih objektif. Hasil perankingan ANP pada penelitian ini hanya digunakan sebagai pembanding dengan hasil perankingan TOPSIS. Tabel 3 di bawah ini adalah perbandingan hasil perankingan metode ANP dan kombinasi ANPTOPSIS. Tabel 3. Perbandingan perankingan alternatif perencanaan transportasi Ranking
ANP
ANP-TOPSIS
1 2 3 4 5 6 7
Penerapan ITS Penerapan ERP Perbaikan fasilitas angkutan umum Pengadaan BRT Pembangunan jalur sepeda Pengadaan LRT Pengadaan transportasi sungai
Pembangunan jalur sepeda Pengadaan LRT Pengadaan BRT Perbaikan fasilitas angkutan umum Penerapan ITS Penerapan ERP Pengadaan transportasi sungai
Berdasarkan tabel di atas terlihat perbedaan antara hasil perankingan menggunakan metode ANP dengan kombinasi ANP-TOPSIS. Hasil perankingan ANP dinilai lebih subjektif karena hanya berdasarkan penilaian responden saja, sedangkan perankingan pada metode TOPSIS memerlukan perhitungan jarak kedekatan tiap alternatif terhadap solusi ideal positif dan solusi ideal negatif sehingga hasil perankingannya lebih valid. Selain itu, penerapan ITS sebagai perencanaan awal transportasi masa depan bukanlah solusi ideal yang mendukung lingkungan. Hal itu disebabkan karena ITS hanya berfungsi untuk mengatur kelancaran lalu lintas agar tidak terjadi bottleneck dan polusi tidak terkumpul pada satu tempat. Tetapi penggunaan ITS tidak mengurangi konsumsi energi sehingga berkontribusi mencemari lingkungan. Pembangunan jalur sepeda pada penelitian ini menjadi prioritas pertama untuk dilakukan guna mengurangi pemanasan global dan konsumsi energi, bukan sebagai pengganti alat transportasi utama. Pembangunan jalur sepeda digunakan untuk mengakomodasi pengguna sepeda menuju ke tempat mereka beraktivitas dan atau kemudian beralih menggunakan angkutan umum massal seperti BRT atau LRT. 4.
Kesimpulan Penelitian ini mengajukan sebuah kerangka kerja pengembangan model prioritas perencanaan dengan mempertimbangkan kriteria energi, lingkungan, sosial, ekonomi, teknologi, dan politik. Pengembangan yang diajukan berupa tahapan dalam penentuan prioritas perencanaan serta menambahkan beberapa kriteria dan alternatif perencanaan transportasi jangka panjang. Variabel yang digunakan pada penelitian ini didapatkan dari interview dengan para pakar dan hasil studi pustaka yang kemudian dibentuk dalam sebuah cognitive map. Penggunaan metode ANP adalah untuk menentukan
prioritas kriteria kemudian metode TOPSIS digunakan untuk mendapatkan perankingan alternatif perencanaan yang lebih ideal. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa alternatif pembangunan jalur sepeda motor menjadi prioritas utama dalam pembangunan jangka panjang. Dengan harapan dapat mengurangi penggunaan bahan bakar yang tidak ramah lingkungan, pemanasan global, serta meningkatkan kesehatan masyarakat. Uji sensitivitas yang telah dilakukan pada hasil perankingan metode TOPSIS menunjukkan bahwa perubahan bobot yang dilakukan pada seluruh subkriteria tidak mempengaruhi prioritas alternatif semula. Grafik 1 di bawah ini adalah contoh hasil uji sensitivitas terhadap subkriteria “kesediaan masyarakat untuk beralih”.
Grafik 1. Sensitivitas subkriteria kesediaan masyarakat untuk beralih Pada saat nilai bobot dikurangi (dalam arti hanya ada sebagian orang yang bersedia untuk beralih) maka prioritas alternatifnya adalah pembangunan jalur sepeda untuk fasilitas pendukung pengadaan LRT dan BRT, kemudian perbaikan fasilitas umum. Perbaikan fasilitas angkutan umum dilakukan setelah pengadaan transporasi umum massal (LRT dan BRT) disebabkan karena angkutan umum dikelola oleh swasta dan tidak jarang satu kendaraan dioperatori oleh dua orang secara bergantian. Prioritas kelima adalah pengadaan ITS. Jadi, setelah
diadakan angkutan umum massal dan perbaikan fasilitas angkutan umum, untuk mengatur lalu lintasnya digunakan ITS. Alternatif ERP dan transportasi sungai menjadi prioritas terakhir untuk dilakukan karena melihat kondisi eksisting sungai yang ada di Kota Surabaya masih tidak memungkinkan untuk dijadikan angkutan umum. Untuk saat ini, transportasi sungai hanya dijadikan sebagai transportasi wisata saja. Tetapi tidak menutup kemungkinan dengan kemajuan teknologi akan dijadikan angkutan umum. Penerapan ERP mungkin saja dilakukan di Kota Surabaya apabila seluruh sarana dan prasarana angkutan umum sudah diperbaiki. Penerapan ERP dilakukan untuk mengurangi jumlah penggunaan kendaraan pribadi ke kota yang sangat berpotensi menyebabkan kemacetan dan polusi udara.
Daftar Pustaka Campos, V. B., Ramos, R. A. R. 2005. Sustainable mobility evaluation in urban areas. Advance OR and Al Methods in transportation, Poznan University of Technologu. Posnan, pp. 172-177. Ciptomulyono, U. 1998. Integrasi metode Delphi dan prosedur analisi hierarkhis (AHP) untuk identifikasi dan penetapan prioritas objectif atau kriteria keputusan (IPTEK, ITS). Eden, C. 2004. Analyzing cognitive maps to help structure issues or problems. Europan Journal of Operation Research 159 (3), 673-686. Graham, B., Regher, G., & Wright, J. G. 2003. Delphi as a method to establish consensus for diagnostic criteria. Journal on Clinical Epidemiologi 56, 1150-1156. Poh, K. L., & Ang, B. W. 1999. Transportation fuels and policy for Singapore: an AHP planning approach. Computers & Industrial Engineering 37, 507-525.
Rajan, S. C. 2006. Climate change dilemma: technology, social change or both? An examination of long term transport policy choice in the United States. Energy policy 34, 664-679. Saaty, T. L. 1990. How to make a decision: The Analytic Hierarchi Process. European Journal of Operational Research 48, 9-26. Shih, H. S., Shyur, H. J., & Lee, E. S. 2007. An extention of TOPSIS for group decision making. Mathematical & Computer Modelling 45, 801-813. Ulengin, F., Kabak, O., Onsel, S., Ulengin, B., Aktas, E. 2010. A problem structuring model for analyzing transportation-environment relationship. European Journal of Operation Research 200, 844-859. Wang, J. J., Jing, Y. Y., Zhang, C. F., & Zhao, J. H. 2009. Review on multicriteria decision analysis aid in sustainable energy decision-making. Renewable and Sustainable Energy Reviews 13, 2263-2278. Yelda, S., & Shrestha, R. M. 2003. Multicriteria approach for selection of alternative options for environmentally sustainable transport system in Delhi. Transportation Research A 37, 717729.