Seminar Nasion.ldalam Rangka Lustrum ke-2 & UlansTahun ke-47 FKIP Unsyiah
Djufri, M.Si. M. Hasan, M.Si. M. lkhsan, M. Pd. Rahmah Johar, M.Pd, Mukhlis Hidayat, S.Pd.
Dr. Dr. Dr. Dr.
PENATA LETAK: Mukhlis Hidayat
Mukhlis Hidayat
TEBAL BUKU: 473 + xi
PENEREIT: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUATA
DARUSSALAM, EANDA ACEH
Website: http://www.unsyiah-f kip.org @ Hak Clpta
dilindungl Undang-undang
Cetakan pettama, Desembet 2qr8 FA No.97&979-1959G&O
t
5.mlnn r,in5roNldJ Jn Utrrlka L!!tr! n
ke 2 &
Ll13nC
T.hun ke 47
FKIP
!.tylah
DAFTAR MAKALAH Pf MSlCARA
PE'VIAKALAH
NO
NAMA
1.
Drs.
2.
Dra. Tuti Zubaidah,
3.
Drs. lbrahim Sufi,
4.
Cut Morina Zubainur,
5.
Dr. lshak Hasan, M.Si.
6.
Dra. Faridah Yahya,
7.
Dra.
8.
Dr. Djufri,
9.
Dra. Sulastri,
MAKALAH
HAL
sMA
SLparno
Mengalasi Kesulitan Memahami Peluang di Melalui Strategi Pembelajaran Konf lik Kognitif
M.Pd.
M.Pd. M.Pd.
M.Pd.
M.Pd.
TriMurni,
JUDUL
1
Pernanfaafin Pocket Drctio,rary dalam Pembelajara 5 GeometriSiswa Kelas I sMPN 5 ganda Aceh Penguasaan Xonsep IPA Guru 5D di Kota Banda
Aceh
dengan
engkonst.uksi Algoritma Perkalian Pembelajaran Matematika Realistik Pada siswa sD/Ml
18
Belajar Menghasilkan Barang dan lasa
25
M
Pengaruh Pengalaman Mengajar, Penataran dan Profesional Guru Ekonomiterhadap Manajemen Pembelaiaran pada SMAN di Kota Banda Aceh
Sikap
30
in
38
lnvestigating The Superlink of Lea rning Style a nd 8ra Domination of English Dept. Students of FKIP Unsyiah
M.Si.
Ka.akter;sasi Akasia (Acacia nilot'ca) (1.) Willd ex. sebagai Spesies Bioprospektif
M.Si.
14
Meningkatkan Profesionalisme Pendidik
Del.
Melalui
45
46
Lesson StudY
10.
Dra. Nurulwati,
M.Pd.
Penerapan Model Pembelajaran Langsung
dengan
53
Menggunakan Metode Demonstrasi rint{rk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika pada Konsep Usaha dan Energi di Kelas VlllsMPN 6 Banda Aceh
M.Pd.
11.
Dra. Susanna,
12.
Dr. Bansu lrianto Ansari,
13.
Drs. Hasanuddin,
Kualitas dan Kuantitas Penggunaan Media Glru 5D Pasca Terjadinya lsunami
M.Pd.
M.Si.
lPAoleh SD
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematik Melalui Pembelajaran lnkuairi
54
58
Kesulitan BelajarTatanama Tumbuhan dan Alternatif 66 Pemecahannya bagi Strategi Proses Belaiar Mengajar
ABS|RAK
(L) Wi
FOfEI|SI A,GISIA (tcacja nllada) sebgai SPESIES ATOPROSPEKTTF
d ex. DeL
OLEH : On
Distii
M=SL
(turusan Elologi FKZP Unqlah knda Aceh) Disampaikan dalam Aara *minar Nasional dalam Rangka Lustum Ke-2 dan UtanE Tahun ke-42 FEI? Uf.SllEAH pda langg@I 2t Deembq 2OOE di Banda Aeh Tttuan Fnelitian i:oi adalah netryungkpkan kadkEr dasar A. nitotica nren@kup kimia, dan ekologti (siklus hidun produki Aji dan penyebamT dan kondisi edafrk sebagai indikatot speses Aoprcspekhf dibidatp keehatan, kehutanan dan FrtanianMebde Fneliban yang duunakan untuk mengetahui produki btjt dan penyebaannn di TNB dilakukan penganabn langsung di lapangan. t4mdata pmduksi bii digunakan netode kuadrat be&aranq sebantak 10 bwh dengan nenggunakan plastik Data kanker kmia diryroleh melaluj analisis laba@biam dan data pkLrods, Anhlk analisls assias! q6ies me4Elganakan bbel korbagete,v.
Wangkn
untuk ne|etahui Fngaruh Feriakha air laut Ehadap perubahan panmeEt bmh
kgubuan tanah pada akhir percobaan. Rancangan percobaan yang digunakan adafah Tehaqi d gBn pok Rancangan Acak Kelonpok (RAA. Kesimpulan penelitaian a.izlah : (1). Poter9i A- ni&ica sel8gai spesies bioprospektir' dapat dil<enbangkan baik dibidang kehutanan, kesellataL maupun indund Q). produk* bty'pohon Fda usia 3 bhun fu*iet 506 bi)y'polpn, (3). Penyebaran biji A. Nilotica di TNR melalui etwa e@fti banEng, kefuau IiaL rue, dan lain setlagainya. Efta melalui air mda saat musin huj,an, G). tksit awlisis dilakukan analiis
Ranangan
ftbk
patarnetef frsik dan kimia Enah nenunJukl@n bahwa ada gejala peningkabn bebetapa unsur miko tanah akitat perlakan ait laut pda ndia uji, hal ini nrenyebabkan kencunan pda A. nilotica, (S). fudakuan ail bsperyaruh Erhadap fuluskan janngBn oryan A. nilob:.a, khususya akar, batang, dbn daun. Sehkgga pada 14 ltST sebagtan itehr Enahan uJl mad akifut tidak nam4! metttaleltr WjakJan yang
lGy Words : lGEkEr A. nilotia, oftrcluksi btjt salinitas dan naungan
PEI{DAHULUAN Lar.ar
Eelak Dg l.la€alah
Akasia (A. nilotioa (1.) Willd. ex, Del, merupakan spesies perenial yang berduri, tumbuhan ini awalnya ditemukan di barat daya Queensland Australia, dengan laju penyebaran tinggi. 5a6t ini telah d;kefial sembilan subspesbs ak6sia (Bien-n, dalam Dj tri, 200+) .laitu : Aacia. nilotica subsryies indi@, A. n. subsr€dies lercopleawilld, A, n. subsp5ies fanesiara Willd. ,4, r, subspesies fenugineaDc, A. n. subsctJsies @tg.jhuwilld, A. n. subsrFf,i5 honida (1.f.) Wi!!d, ,4. 4- subspesies slnuata (L!,uF.) Me.r. A. 4. srJbspesies pe.r4aaa Witld. A. n. subspesies
iere96lWilld.
Akasia tersebar luas di Afrika tropika dan subtropika dari Mesir dan Mau.itania sampai Afrika Selatan. Eeberdoa subspesies tersebar luas di Asia timur seoerti Birma. /4. /tr/otiz subspesies /hdlba juga tumbuh di Ethiopia, Somalia, Yaman, Oman, pakistan, lndia, dan Birma. Kemudian juga ditanam di lran, Vietnam (l-lo Chi Min City), Australia (Sidney dan
ar,!9nslrdlsetu ii?'.rbeal (Brelgn 19j1 leyno]9l ian PADA ACARA SE INAR NASIONAL FKIP DARUSSAI.A BANDA ACEH, 20-21 DESE'TBER NO|
AS/JI/'/,N
c-after 1e90).
UNSYIAH
I
A. nilotla yang diintroduki ke Indonesia berasal dari subspesies india.Intoduksi dilakukan pada tahun 1850, melalui Kebun Botani di Calcutta (India) dengan tujuan untuk menjadikan tumbuhan tersebut sebagai salah satu tumbuhan yang memiliki nilai komersial yaitu sebagai penghasil getah (gum) yang berkualitas tinggi. Namun setelah tumbuhan ini ditanam di Kebun Raya Bogor, ternyata produki getahnya sangat rendah sehingga pohonpohon tersebut ditebang 40 tahun kemudian. Introduki tumbuhan ini ke Taman Nasional Baluran Banyuwangi Jawa Timur Udak diketahui secara pasti, diperkirakan pada awal tahun 1960-an atau s€belumnya. Tujuan introduksi adalah sebagai sekat bakar untuk menghindari menjalarnya apidari s€vana ke kawasan hutan jati. Pada bhun 1969 tumbuhan ini ditanam di savana Bekol dengan tujuan yang sama yaifu sebagai sekat bakar untuk mencegah menjalarnya kebakaran dari savana ke kawasan hutan (BTNB 1999; Djufri, 1993; Djufri, 2002).
Sumber daya alam hayau (SDAH) merupakan pustaka kimia yang sangat potensial dalam upaya pencarian obat-obatan baru (bioprospqtirg), serta pustaka gen yang amat djbutuhkan untuk pengembang?n industri, pembaharuan dibidang keseharan, dan ketahan?n pangan. Salah satu spesies yang berpotensi sebagai spesies bioprosfektif yang dimaksud dalah Acacia nilotica.
Tujuan Pen€litiEn Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah mengungkapkan karalder dagief A. nilohi,a mencakup aspel! anatomi, kimia, dan ekologi sebagai indikator spesies bioprogpeltif dibidang kesehatan, kehutanary dan pertanian. ii{ETODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung mulai Maret 2008 sampai Desember 2008. pengambitan sampel dilakukan di Taman Nasional Ealu€n Banyuwangi Jawa Timur. Analisis kandungan kimia dan pembuatan prepardt awetan seda pemotretan dengan mikroskop dilakukan di BIOTROP Bogor.
lamkhr Ekologi EDAFIK
SIKLUS HIDUP
Jenis lanah
Seed Dool
Raia-raia iumiah bii,huah
Tekstur Kesubutan
S€€dlino
Rata-rata iumlah buah/fu mbuhan Rata-rata ouloul biii
Juvinile Adult Seed in Pods
PRODUKSI
BIJI
Rala-rala buah Dorcabanq Rala-raia iumlah cabanq/tumbuhan Rala-rata oulDlt biii unfuk oohon
ASAJIKAN PADA ACARA SEMINAR NASIONAL FKP UNSYIAH DARUSSAIjM BANDA ACEH, 20-21 DESEMBER 2OO8
ASOSIASI A. nirotica terhadaD soasies iainnva Asosiasi oosilif Asosiasi neoatif
Anak Petak Air Laut (ALo s/d AL5)
Petak
Utama Tanpa Naungan (NG0)
NGOALO
NGOAL4
NGOATJ}
NGOAL2
NGOAL3
NGOAL1
NGOAL5
NGOALl
NGOALS
NGOAL3 NGOAL2
AGOAL4
NGOAL5 NGOAL2
tlG0AL3
NGOAL4
NGOAL1 NGOAL5
NGOALO
NGOAt:}
NGOALO
NGOAL4
NGOAL4
NGOAL2
NGOALs
NGOALl
NGOALO
NGOAL2
NGOALl
NGOALO
Anak Petak Air l-aut (ALo s/d AL 5)
Petak
Utama dengan Naungan
(NG1)
Petak Utama dengan Naungan (NG2)
Petak Utama dengan Naungan (NG3)
NGlALO NG1ALs NG1AL1 NG1AL3
NGIALO NG1AL5 NG1AL4 NG1AL3 NG1AL2
NG1AL4
Ng2AL2
NG2AL5
NG2AL2
NG2ALO
NG2AB
NG2ALO
NG2AL5 NG2AL3 NG2AL4
NG2AL4
NG2AL4 NG2AL1 NG2AL5
NG3ALO
NG3AL2 NG3AL1 NG3AL3 NG3AL4
NGlAL3 NG1ALO
NG1AL2 NG1AL5
N61AL4
NGlAI=4 NG1AL2 NGlALO NG1AL5 NG1AL1
NGlAL5
NG1ALO
NG1AL1 NG1AL3 NG1AL2 NG1AL3
NG1AL2
NGlAU! NG1AL1 NG1AL5
Anak Petak Air Laut fALo s/d AL 5)
NG2ALO
NG24L2
NG2AL4 NG2AL5 NG2AL1 NG2AL3 NG2AL5
NG2ALJI
NG2AL2
NG2AL1 NG24L2 NG2AL4
NG2ALO
NG24LO
NG2AL1 NG2AL5 NG2AL3
Anak Petak Air taut {ALo s/d AL 5) NG3AL4 NG3AL2 NG3AL1 NG3AL3 Keterangan
NG3ALO
NG3AL3 NG3ALO
NG3AL5 NG3AL1 NG3AL4
NG3AL5 NG3AL2 NG3AL5 NG3ALO
N63AL1
NG3AL1 NG3AL5 NG3AL4 NG3AL3 NG3AL2
NG3AL4 NG3AL3 NG3AL2 NG3AL5 NG3ALO
:
ALo = Tanpa Ah Laut (Konhoi) AL1 = Air Laui 200/0 AL2 = Air Laul40% AL3 = Air Laut 60% AL4 = Air Laut 80%
AL5 =Air Laut 100% sumber : Gaspersz (1991)
NGo = Tanpa Naungan (Konlrcl) NGl = Naungan 55% NG2 = Naungan 65% NG3 = Naungan 75"6 Jumlah Kombinasi Pe akuan
5x4x6=120plot
Gambar 1. Desain Percabaan Menggunakan Rancangan Pebak Te.bagi (RPT) dalam Rancangan Kelompok (Rak) di Laboratorium
ASAJIKAN PADA ACARA SEMINAR NASIONAL FKP UNSYIAH DARUSSAUTI BANDA ACEH, 2O'21 DESEMEER 2M
V. HASIL DAl{ PEMBAHASAN Potf,nsi A. nilotica sebagai Spesies Bioprospektif A. niloti@ dilapotkan mengandung l-arabinose, catechol, galactan, galactoaraban, galactose, N-acetyldjein kolic, N-acetyldjen kolic acid, sulphoxidess pentosan, saponin dan tanin. Biji mengandung protein kasar 18,6yo, ekstrak eter 4,40,6, serat 10,10.4, ekstrak nitrogen bebas 61,2010, ash 5,7olo dan silika 0,44olo. Posfor 0,29olo dan Kalsium 0,9olo (Duke, 1983). Banteng jantan memperoleh biji dan kulit biji (2:1) pada kondisi harian savana yang kering, bobot yang djterima adalah 1,82, 0,91, dan 5,35 k9. Total bobot yang diterima/1oo kg berat badan adalah 1,,10 kg. Hewan menyimpan 20,8 g N dan 7,4 g Ca per han, tetapi keseimbangan P adalah rendah (Pande et al., 1982). Walker (1980) mengemukakan kandungan C/P pada pohon /4. nilotia (browse) 12,9y0, dan serat kasar 15,20lo (Duke, 1983; l.4cMeniman
etal
1986a).
Tabel 1. Level nutrien daun dan bvah Acacia nilotica Daun
+ SD 1392 + 253
i,lean Protein {%l
Fat(%) NFE
{YO)
Euah {Dolono dan biii) Sampel
Mean
29
12.30
13
1,93
6,63
I
3,41
60,99
1
3.41
1S
63,68
2,85
13
13,92
6,35
8
25 44
2.95
22
cF (%)
10,35
I
ADF (vo) Ash (%)
20,38
1
9,29
!
Tanin i%) Lionin {%) P (%)
762+100 695 + 217
6
0,23 X 0,22
15
CaIo j
2,5311.13
15
Mq {06)
0,18
0,08
11
Na'l%i
<032 1,2510,79
5
1
0,03
4 4
0,26
3
K(%) si(vol s {%) cr(%)
0,45 0,26 0,70
Cu (mgkg) Zn (mg/kq) Mn (mol(a) Fe (mol(o) [4E (mo/ko)
ott D {%) Sumber :
t
r
t
0.47
:l 90,25 :t 428 +
9,20
4
19.00
4 4
205
869+10C 69,90
t
5,20
i i
:t
t
I
3
2,03
Sampel 28
1,14
23
7,35
22
2,53
23
SD
+ 526 + 5,45 + 0,26 0,64 0,13
! I
416
129 1
,48
0.21
18
0,02
70
< 0,01
! 4,24 I
0,21
1 :t 6,43 1 28.50 :t 26 50 + 100
4
0,22
0,59 0,36
10,19
18
0,19
:t
1,28
6
25,63
t
0,04
2 2
0,90
4
9,76
2
0,11
0 71
+ 86 27 + 0,16
2 2
67,20
Mcileninan et al. 1988b
Daun A. nilotica sangat mudah dicema dan mengandung protein yang tinggi (TabeFl),
mikro nutrien dengan pengecualian Sodium cukup memadai untuk kebutuhan hewan. Kandungan asam amino sama dengan beberapa daun rumput yang ada di padang rumput Mitchell, Dalam buah mengandung asam glutamik dan asam aspartik yang tinggi dan kandungan asam amino yang rendah Oabel-2). Asam amino methionin (sebagai asam amino
esensil untuk p€rtumbuhan domba) tidak dijumpai pada buah dari material ydng diambil di Aqstralia tetaFi duumpai di dalam biii material yang diambil dari Afrika (Mclleniman et al
1985b). _
DISIJIKAN PADA ACARA SETIINAR NASIONAL FKIP UNSYIAH DTRUSSAI.AM SAIVDA ACEH, 20.21 DESENBER NOg
Kandungan
tanin kental tinggi di dalam seluruh
komrrc,nen organ (bowsed),
Kandungan dalam polong (5,4olo), daun (7,6%), kulit batang (13,5olo), dan ranting (15,8olo), Total polifenolik dalam buah berkisar 30-600/0 (Ehoche et al 1983; Reed 1986i Tanner ef al 1990). Level tanin yang tinggi pada bagian tumbuhan terikat dengan protein pada level tinggi
yang dapat meningkatkan produksi hewan secara mengejutkan. Banteng memakan 45olo minyak hasil ektrak biji ,4, nilotka menunjukkan diet reduksi tambahan berat (68 q/hari-16 g/hari) dan terjadi pengurdngan sebanyak 5olo (pande efal, 1982). Tabel 2. Komponen asam arnino lok) Aceia nilotkn
Asam Amino
KomDosisi asam amino l%) Buah t\,,tuda
Lysin
4,98
Hislidin Aroinin
2,63
Buah Tua
lnti Biii 6,38
Kulit Biii
Biji
11.92
769
2.34
Daun
As. AsDartik
28.69
4,08 2,57 2,64 36.53
Threonin Serin
3,20
2,74
4.92
458
4,27
5,03
491
8,99
3,10 5,59
8.97
6,57
11,87
't5.06
10,43
14,01
11,81
15.52
5,73
5,81
472
3.17
5,71
0.00
Valin
4,05 4,59 5,00
3.90 0.00
6,10
Methionin
000
4.65 0,00
1,86
4,33 4,05 6.89
3.06
2s1
LAt
0,78
lsoleusin
3,62
281
5,22 2,97
Tvosin
2,34
2.12 2,47
4,00
3,11
2.47
299
5,52
423
2,34
2,66
5.91
4.12
9,41
8,79
As. Glutamik Prolin Glisin
Alanin
5.47
Phenylalanin Cvstin Leusin
2.35 5,45
6.17
2,U
12,03
2,58
5.92
10.39
10,04
11,19
9,54
3.80 16.95
3.71
3,65
10.72
0,00 3,87
3.47
3.33
6,95 5,12
9,87
741
Sunher : McMeninal eI al. 1986b
A. niloti.a mengandung tanin yang dapat digunakan untuk membuat kue biji katun (cotton seed) untuk melindungi rumen dari degradasi protejn. Termasuk sqo bnin
(kemungkinan total polifenolik), tambahan berat basah dari anak birFbiri meningkat mencapai 36ok; ljVo di antaranya termasuk dari rata-rata penambahan per hari menurun mencapai lBEo (EhoclE et aI 19ar. Biri-biri memakan Wlong A. nilotiaa dan bahan l..asar yang dikandungnya 204 dan 347 g,/hariyang mempunyai Cl-anner etal 1990). A, nilotia Juga telah dimanfaatkan secara tradjsonal di beberapa negara seperti India, sudan, Australia, beberap negara di Afrika, sebagaimana disajikan pada Tabel3. Berdas€rkan data tersebut dapat dikemukan bahwa potensi ,4. nilott:,.a sebagai srF.]si€5 yang prosfektif layak diperhitungkan dan dikembangkan, baik ditiniau dari aspek manfaat di bidang kehutanan, pertanian, industri, maupun kesehatan. Namun yang menjadi persoalan bahwa /4. niloti@ lrfibuh di kawasan konservasi, dimana kelesbriannya harus duaga sebaik mungkin, sedangkan ,4. nilotica ju{rtu meniadi ancaman bagi kelestarian ekosistem TNB. Dengan demikjan, potensl yang dimiliki oleh ,4, n otj.a darE]t digali dan diungkapkan lebih lanjst pada spesies yang hidup di luar kawasan TNB, yaitu yang tumbuh secara liar di pegunungan s€kitar TNB, khususnya desa Eajulmati, Wonorejo, dan pandenn Kabupaten Banyuwangi. ASAJIKAII PADA ACAM SEMIM.R NASIONAL FKP UNSYIAH DARUSSALA'T BANDA ACEH,2c"21 DESEIIBER
MN
Tab€l 3. Potensi ,q. zibtlba sebagai spesies bjoprosfektif yang telah digunakan secara tradisional
K E G U N A AN
ORGAN
Reforestasi, bahan baku induslri dan kapalapi. Perangsang birahi (aphmdisiac), obat tubercolosis (TBC), bahanjamu, obat impe Tensi. memounvai nodul sehinoqa bemeran dalam fksasinitroqen. Kayu baka., sumber tanin, obat ambien (haemonhages), pilek, tuberkolosis, penyakit kusta, bahan baku pembuatan kertas dan pulp, membuat bot, bahan baRqunan, pipa air, papan, alat membajak, bahan pembuatan lemai, stirnobil, qaqano martjl, bahan pembuatan aranq, obatcacar, indusbi lokomotif
Pohon
Akar
Batang
Daun
Pakan temak, dan obat borok. Obat sipilis. dan bahan infus. Mengandung tanin yang mempunyai ahivitas rnelawan : Cfirococlus, CJosftidiun,
Bunqa
Coelastun, Cosnaiun, Cyclotel4 El(/lena, Mictocystis, Oscifiatoia, Pedkstrlt|n, Riwlaia. SDirwwa. dan Spinlina.
Buah
Makanan saoi.
Biii
Kulit kayu Dan Getah
Mengandung tanin, penyamak kulit beMama hitam, sebagai serat, obat batuk, Sebaqai minuman yanq memabukkan, obat diare, disentri, dan penyakit kusia. Penghasil getah arabik untuk membuat lilin, tinta, korek api, dan cat, mengobati Kanker dan tumor (telinga, mata dan biji kemaluan), obat penyakit hati dan limfa, condylomas, menurunkan berat badan, kanker, pilek, kongesti, batuk, diare, disentri, demam, sakitempedu, pendarahan, ambien, leucoflhea, opthalmia, sklerosis, cacar, tubed(olosis, menurunkan kadar gula da.ah, antisco$utic, lacbgogue, obol usus dan diare, obatsakitgigi, opthalmia, sipilis, Nilai kalor getahnya mencaoai 4.800 kcalikq.
Rantino
Alet oembeGih oioi lchwstickes).
Polong
Pakan temak (unta, biri-bid, dan kambing), obat diabetes, obat penyakit yang ditimbulkrn oleh iamur.
Kulitbiii
PenvedaD. Dewama oakaian baoiwanib Nankani
Tunas l\4akanan temak Sumber: Gupta, 1970; Mahgoub, 1979; New, 1984, Shetty,1977, Nasoun,1979, Mc Meniman elaJ.,1986 N.A.S,1980, Ayoub, 19e€, Umalkarel€l 19765; Djufri, 2004
Menurut Sukara (2002) kemajuan dalam bidang bioteknologi telah membuka cak.awara baru tentang Sumber Daya Alam Hayati (SDAH) yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan. Diketahuinya cara mengisolasi 9€n atau senyawa kimia fang berfungsi untuk mengkode sesuatu sifat dari suatu mahluk hidup dan diketahuinya cara memindah-mindahkan gen tersebut dari satu mahluk hidup ke mahluk hidup lainnya secara bebas dan tanpa batas (rekayasa genetika) telah mendorong perkembangan ilmu biologi secara luar biasa. Pada saat ini gen dari suatu tanaman ke tanaman yang lain dapat dipindahkan meskipun tidak sejenis. Gen dapat pula dipindahkan dari kuman ke tanaman atau ke hewan atau sebaliknya. Kejadian
ini telah membuka peluang berkembangnya bidang pertanian modern, kesehatan (industri farmasi) dan lingkungan. Salah satu spesies yang memiliki prospek seperti diurikan di atas adalah A. nilotia (la!'PJF3). Dengan demikian diperlukan penelitian lebih mendalam terhadap A, nilotica dalam 6ngka mengungkapkan karakter dasar yang dimilikinya serta pengujian lebih laniut tentang pemanfaatannya dalam skala industri, baik dibidang kehutanan, p€rtanian, dan industri (industrifarmasi). Upaya tersebut belum dilakukan secara sedus khususnya Grhadap A. nilotia yang hidup dl Indonesia. Dengan demikian, peluang ini juga sekaligus menjadi DISAJIKAN PADA ACARA SEMINAR NASIONAL FKP UNSYAH DARUSSALAM AANDA ACEH, 2G21 DESETTBER 2OO8
tantangan bagi semua ilmuan yang tertarik tentang ilmu dasat (basic science) dan kimia bahan alam, dalam nngl.a mencari sumber tEru sebagai bahan baku industri farma$. Mengingat SDAH merupakan pustaka kimia yang sangat potensial dalam upaya pencarian obot-obatan
batu @nopresfedinA, serta pustaka gen yang amat dibutuhkan untuk mengembangkan industri dan ketahanan pangan.
Studi tentang Sumber Daya Alam Hayati di tingkat molekul ,uga telah mampu rnenguak tabir atau rahasia, bahwa setiap mahluk hidup menyimpan potensi y?ng luar biasa. S€tiap helai daun dapat dipandang sebagai pustaka kimia yang tiada tara. Berbagai kemajuan
dalam bidang biologi molekuler terus berjaya, dan tiba-tiba saja SDAH menjadi sa;gat berharga, khususnya sebagai sumber gen dan sebagai sumber bahan kimia. Oleh karena itu, ekstrak yang diperoleh dari SDAH sekalipun jumlahnya amat sedikit (mikroliter) bernilai puluhan atau ratusan dolai dan bahkan puluhan ribu dolar. Ekstrak ini diperjualbelikan sebagai bahan baku industri gen dan indust i obat moderen. SDAH tjba-tiba meniadi elmb€r bisnis baru yang menjanjikan, sehingga SDAH berubah menjadi emas hijau yang diandalkan oleh semua negara. Saat ini SDAH mencuat ke permukaan dunia dan banyak dipergunakan dalam berbagai kegiatan ekonomi baru, ekonomi yang menggunakan sumber daya alam ini sebagai basisnya.
ini dikenal dengan isi:tlah bio-e@nony. Banyak ilmuraan dunia yang memprediki, bahwa dominasi gelombang peradaban yang akan datang adalah bio-economy, menyusul diakhirinya puncak pencapaian ilmu-ilmu fisika pada abad ke 20. Abad 21 ini adalah milik biologi. Peran Lembaga Riset Naslonal dan para peneliti dj perguruan 'Tinggi sangat meneotukan untuk masa yang akan datang (Sukara 2002), Ekonomi semacam
Prcdukci Biji dan Penyebaran
A niloti.adiTaman
Nasional Baluran
Produksi biji A. nilotia disajtkan pada Tabel 4. Berdasarkan data tersebut dapat dikemukakan bahwa rata-rdta produksi biji A. nitoti.a pada usia 3 tahun berkisar 506 biji/pohon. Jumlah bti yang dihasilkan dipengaruhi oleh ukuran pohon dan iumlah cabang yang dihasilkan, pohon yang Lrerukuran besar menghasilkan jumlah cabang yang banyak; s€hingga menghasilkan buah lebih banyak dibandtngkan pohon yang berukuran pohon yang diamati dalam penelitian ini berukuran kecil dengan diameter batang rab-rata 5,99 dan tinggi pohon berkisar 3,41 khususnya di daerah savana Bekol. Sedangkan d: daerah savana Balanan karakter pohonnya relatif berukuran tebih besar, mencapai diameter 20 cm dengan tinggi pohon mencapai 8-9 m, Pada daerah ini produksi biji dapat mencapai 60.000-75.000 biji/pohon. Produksi biji ,. nilotica.angat tinggi jtka pohon berukuran besar dan tumbuh di sekitar saluran air. Pohon-pohon yang di tanam di sepanjang saluran air (dralhas€), dam atau selokan, Prodlki biji jumlahnya sangat besar setiap tahun. Di tempat dengan sumber air y?ng tidak permAnen, maka produksi biji rendah (hanya sedikit buah per pohon) kecuali pada musim dengan jumlah curah hujan yang signifikan. Menurut Bolton et al. (198?). Sepanjang 3 km dari saluran air (rore drali?) menurut hasil riset dari Stasiun Riset Toorak (Toorak RiAarch
k*il
.tbrAr) mengedimasi produksi biji A. nilotica di Australia pada tahun 1986/1988 dan
19821988 adalah 18,6 dan 24 juta bui. Ada korelasi yang kuat antara basal area dengan jumlah biji yang dihasilkan. Umur biji yang dipoduki oleh pohon pada saluran air adalah antara 10 dan 12 bulan, tetapi dapat juga lebih panjang. Biji yang dihasilkan teigolong keras bila tidak ada suplai air }fdng permanen. Bila polong yang mengandung biji jatuh, maka mereka s€gera dimakan hewan dan biji tersebut disebarkan oleh hewan. Biji yang matj cepat dikonsumsi, dan direduki oleh predasi sepefti insekta. Misalnya insekta ienis Carydon Etatus (Cal@ptera; Bruchidae) sebagai kumbang yang sering duumpai di dalam biji dan BruchiCius sahbergi khjlsky r!!!k masuk ke dalamnya dapat dipakai {ColggpteE q!!9!idaq.j!!9kta-Ml!ba!g 'jL DISAJIKAN PADA ACARA SE IIIAR NASIONAL FKP 7
i
DARUSS4LAff AAflDA ACE'{, 20.21 DESEMBER 2N8
IJNSYAH
sebagai upaya pengendalidn secara biologi, tanpa menghancurkan biji jika hewan memakan biii segera setelah mengalami kematangan. Konsekkuensinya, pengendalian secara biologi demikian melalui perusakan biji oleh inseKa sangat tidak efektif (Lamprey et aL 19-14). Tabel 4. Produksi biji,4. nilotia (usia 3 tahun) diTaman Nasional Baluran -lumlah
Jumlah
Cnbanq 51 98 63
369 686
4B
360
5.
75
s62
6.
66 57
495
87 74 63 688 7,00
653
No. 1.
2. 3.
7. B.
9. 10.
Jumlah Rerata
Biii
413
424 555
473 5054 506
A. niloti@ merupaVan striah satu spesies tumbuhan yang mempunyai biii dengan kulit tebal, keras dan sulit ditembus air. Hal ini sesungguhnya menyulitkan perkecambahan biji dan menyebabkan biji memiliki kemampuan untuk berdormansi. S{ata alami A. nilotica berkembang biak dan menyebar malalui biii. Penyebaran tumbuhan ini di TNB dibantu oleh beberapa perantara, yaifu air dan satwa. Pada saat musim hujan, biji-biji yang masih tertinggal di tanah dan tidak termakan oleh herbivora akan terbawa oleh aliran air dan membentuk curah atdu sungai-sungai kecil yang mampu menghanyutkan bDi-biji yang terdapat di permukaan tanah ke tempat lain. Pergesekan yang terjadi antara kulit biji dengan tanah atau batu-batu kecil menyebabkan kulit biji sernakin menipis sehingga mempermudah ditembus oleh air dan dapat merdngsang atau menstimulasi proses perkecambahan biii tersebut. Penyebaran bii A- nilotica oleh satwa dilakukan oleh herbivora yang memakan blii yang kaya akan protein dan karbohidrat sebagai bahan makanan pengganti rumput-rumputan selama musim kemarau. Adanya kulit biji yang tebal dan keras, menyebabkan biji yang ditelan
tidak dapat dicerna gleh satwa. Biji-biji akan berada dahm saluran pencernaan (teruldma lambung) selama 12-48 jam, melalui berbagai proses aktivitas lambung seperti pencucian, penyamakan dan penggosokan yang menyebabkan kulit biji menjadi lebih tipis dan permiabel
(dapat ditembus oleh molekuFmolekul air). Aktivitas dan kondisi lambung herbivora juga dapat membef keuntungan lain yaitu mematikan berbagai jenis parasit seperti larva serangga yang terdapat pada biji sehingga meningkatkan prosentase kemungkinan bijFbiji tersebut dapat hidup. BijFbiji Grs€but selanjutnya ke luar bersama kotoran satwa yang berperan sebagai media zat hara yang dibutuhkan untuk perkecambahan. Pada musim hujan, bqi-biii yang ke luar beEama kotoran satlva akan berkecambah lebih awal dibahding bDi tersimpan di dalam tanah. Selain itu, kondisi tanah Baluran yang berlumpur, lembek dan lengket saat musim hujan menyebabkan bui-biii ya g jatuh bercampur dengan tumpur, sehingga melekat serta terbawa oleh kaki atau terjepit di sela-sela kuku satwa dan terbawa ke berbagai kawasan TNB. DISNIKAN PADA ACARA SEMINAR NASIONAL FKP UNSYIAH OARUSSALA'i EAi'DA ACEH, 20.21 AESEMBER
2OO8
Saat i^i A. nibtka lelah tersebar di hampir seluruh savana yang ada di kawasan Taman Nasional Baluran antara lain savana Bekol, Kramat, Kajang, Balanan, Lempuyang, Dadap, Asam $buk, Curah Udang, Widuri dan Merdk. Pada savana Kramat Kajang dan Balanan, tumbuhan ini telah membentuk kanopi terhJtup. Savana yang belum terinvasi seluruhnya hanya Talpat. Selain di deardh savana, tumbuhan ini juga dapat ditemukan di daerah hutan pantai seperti Kelor dan Popongan. Kondisi iklim dan alam TNB merupakan faktor pendukung cepatnya penyebaran serta suburnya pertumbuhan A. niloti.a, lntensitas cahaya matahari yang tinggi dan kekeringan merupakan pendorong utama dimakannya bljlbiji A. nilotica oleh berbivora sepefti banteng (Bos Javanicus), fisa (Cerv6 tinorcBit), kljaog (Mutiacus nuntjak dan kerbP,u liat (Bubatus bubalus) ata! rnamalia lain sepefti babi hutan (,tl./i sp.). Biji-biji yang ke luar bersama kotoran satwa tersebar di seluruh kawasan yang dillntasioleh satwa tersebut. Intensitas cahaya matahari yang tinggi, dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun, selain merangsang pertumbuhan biji-biii yang dorman, juga meransang pe.tumbuhan biji yang tersebaf di sefuruh kawasan. Pada areal s€vana BekO! terbuka (bebas da.i tqakan A. nibt:n) dalam waktu singkat segera ditumbuhi kembali oleh anakan (sedlkg) dan terubusan (hasil pertumbuhan tunas vegatatif yang dorman). Kecepatan pertumbuhan anakan ,4. nilotica pada savana Bekoltergolong Fesat, tingginya mencapai 100 cm dalam waktu singkat. Selain didukung oleh kondisi iklim tipe D (kering) dengan curah hujan 900-1600 mm/tahun, faktor lain yang menjadi penyebab meluasnya invasi ,4_ ,rb6A, tingkat anakan adalah tingginya tingkat regenerasi dan kemampuan untuk bertahan hidup, A. nilotica tergolong tumbuhan Ttrrophyta yaitu tumbuhan yang dapat hidup dengan baik pada kelembaban udara yang rendah sehingga dalam kondisi air terbatds (curah hujan yang rendah) tetap dapat melakukan regenerasi vegetatif. Hal ini dapat terlihat dengan munculnya kembali tunas-tunas dorman (regenerasi vegetati0 yang terdapat di sisa-sisa tunggak yang belum sempat dicabut dan dibakar atau batang-batang pohon tertinggal, pada musim hujan p€rtumbuhan tunds-tunas donnan Grsebut berlangsung dengan cepat dan subur sehingga dengan s€gera memt€nfuk terubusan atau semak berduri yang rapat dan sulit untuk ditembus dengan ketinggian mencapai 4,5 m dan lebar tajuk 1,5 m. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pertumbuhan A. nilatica &ngat pesat, sehingga antara rencana keia yang disusun oleh BTNB dalam rangka pencabutan anakan A. nilotiqsudah tidak sesuai. Pemencaran biji /4. niloti@ teiadi dengan tube€pa cara. pemencaran jarak yang jauh dilakukan oleh hewan dengan memakan bti, kemudian membawanya keseluruh kawasan TNB, Menutut Haryey dalam Djufri 2004 bahwa penyebaran /4. ,/i,oflar di Australia oleh sapi sangat efektif sebagai agen dalam pemenGran biji mencapai 81% biii yang ditelan dibawa oleh hewan masih dalam keadaan utuh. Hasil tes menunjukkan bahwa paling s€dikit 41qo dari b0i tersebut dapat berkecambah secarc @pat, Selain dari pada itu kehadiran biji di lingkungan yang menguntungkan (dengan pemupukan) berperan penung untuk mendukung survival dibandi gkan dengan biji yang tumbuh pada tempat yang terbuka. Pemencaran biji oleh biribirimelaluitiga mekanisme berikut: (a). Bijidikeluarkan bersama air liurnya dan buah polong mengalami kerusakan (35olo), biasanya dijumpaidi bawah pohon. (b). Biiidikeluarkan bersama air liur bersama material muntahan (140,6). (c). Bti yang tersisa di dalam pencernaan hewan
(2'k).
Perjalanan biji di dalam saluran pencernaan kurtllrg lebih 4 hari dan kemungkinan sama untuk jenis hewan lainnya atau menyimpannya dalam jangka waktu yang lebih lama lagi, Pemencaran biii oleh kambing di'akukan dengan cara yang sama dengan biri-biri ya;tu dengan cara mengeluarkan biji be!'sama air liumya sekitar 24%, dibuang bersama kotoran sekitar 2.3%, Biji yang dimuntahkan ( @sd) oleh biri-biri dan kambinE lebih dari 80o/o dapat be.kecambah (viabb). PenJlencaran biji jarak pendek dalam b€ntuk tlmpukan lumpur yang ioqg !!19! (!qsah) atau metatui angin yang dapat -rn9!9rnp9l!q!q kuku ASAJIKAITI PADA ACARA SEIIINAR NASIONAL FKP 9
!9 !
DARUSSA.j
INSYAH
BANDA ACEH,20"21 I)ESE TBER 2008
menerbangkan polong dari pohon yang tinggi dengan jarak mencapai 25
m, banjir dapat membawa biji untuk jarak yang sangat signifikan. Di beberapa selokan di Barat Daya Queensland di sepanjangnya tumbuh A. nilob'ca karcna banyaknya polong yang terakumulasi di dalam selokan tersebut, Sistem drainase ke Gulf @rpnara dan dana! Eyre invasi A, r/orba di tempat tersebut sangat signifikan sebab terjadi penyebaran secara inter dan intra (HaN€J/ dalan Dfuftit 2004). Ad,alaail A. nilotica Erhadap Salinitas Hasil analisis kesuburan tanah setelah penelitian Oabel-s) menunjukkan bahwa tanah yang digunakan adalah tdnah liat dengan komposisi liat 66%, debu, 29% dan pasir 20Vo. Hasil pengukuEn seluruh parameter keseburan bnah disajikan pada TabeFT dan penentuan standar disajikan pada Tabel-6. Berdasarkan data pada Tabel-6 dapat dik€mukakan bahwa kandungan C organlk pada media tanam adalah redah. Kandungan N-total (o/o) tergolong rendah (0.1+0.1890), dan rasio gN pada seluruh perlakuan menunjukkan angka kategori rendah (9.80-10.30), hal ini tentunya akan menggangu pertumbuhan tanaman. Menurut Hardjowig€no (1992) bahwa N berfungsi untuk (a). Mernperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwama lebih huau, dan (b). Pembentukan protein. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tanaman yang kekurangan N menunjukkan gejala tanaman kendil, pertumbuhan akar terbatas daun{aun kuning dan gugur. Pada saat penelitian berlangsung, gejala tersebut dapat diamati s€cara jelas terutama tentang gejala perubahan wErna daun menjadi kuning dan berguguran, telah ledadi pada usia tanaman 6MST, dan bertambah banyak sejalan dengan bertambahnya usia tanaman. TabeFs. Analisis kesuburdn tanah pada rnedia uji setelah perlakuan air laut Pelemeter Tek6fur Frahsi : 1. Pasir {%l
NGOALO
lKontro$
K
Selufth Penelilian NGOALl
20
2, Debu (%
K
17
3. Liat l%)
NGOAL3
x
NGOAL5 16
19
20 29
65
51
66
16
K
18
C{rqanik {%)
185
R
'| 44
R
1.39
R
1.60
N-iotal l%) Rasio C/N P-tersedia lDDm) {Blav l-ll} Ca lme/100o)
0.18
R
0.14
R
0.14
R
1030
R
1010
R
s.m
R
0.16 9.80
16.41
s
3.32
SR
T
13.15
r
SR
10.87 1.18
s.85
SI
5.10 6.10 6.26 2.18
ST
29 59
s
2D 24
S
ST
100
ST
(me./l000)
K lme/100 o)
0.57
s s
1.81
ST
Na (me/100 o)
0.31
R
15.88 40.69
ST
R
20.23
s
27.58 42.13 18 25
ST
100
ST
100
tulo
Tdtalbdsa
i
d/100d]
KIK ImeJ100 o) XBI%) AI+.dd KCI 1 N Ineiltloo) H+ -dd
(CllN
lme/100 o)
1292 17.60 73.50
o19 0.12
0.15 0.09
6.40
610
013
s T
3.18 11.48 13.04 2.94
R R R SR
T ST ST ST
57.07
016
0.10 6.10 6.20 OH KCL 6.10 6.00 6.r0 590 Keterangan : NGoALo = lanpa ah laut {kontrol), NGoAL1 = air laui 20%, NGoAL3 = air laul 40%, dan NGoAL5 =airlaut 100%. SR = sangal rendah, R = rendah, S = sedang, T = linggi, dan ST = sangat tinggi. AM = aoak masam. K Kateood PH H2O
0.04
i
ASAJ'KAiI PADA AC/'RA SEilINAR NASIONAL FKP UNSYIAH DARUSSAIjM B/NDA ACEH, 20.21 DESETIBER
2OO8
10
Tabel 6. Kriteria penilaian sifat kimia tanah Sangat
Sedang
Tinggi
Sangal Tinqoi
00-2 00
20'1,3 00
3 01,5 00
>500
c/N P,O5HCI(mo/j00 o)
0,10,0,20 5-10
0,21"0,50 11-15
<10
10"m
2140
0,51-0,75 1G25 41-60
> 0,75
<5
PrOr Brav iDDm)
< 10
10-15
1625
PrO5 Olsen lDDm)
<10 < 10
10"25 10"20
26"45
K,O HCl25% (mo/100 al
46-60 41-60
l$K
>60 >60 >40
Sifat tanah
Rendah
1%l
<100
N {%l
< 0,10
c
Rendah 1
2140
>25
>60 >35
ime/100 o) K lme/100o1 Na lmeJl00ol
<5
5-16
17-24
2540
< 0.1 < 0,1
01"0 2
03-05
> 1,0
0,+0,7
[,lo {me/100 o)
< 0,4
0,1-0,3 0,4-1,0 2-5
0,G1,0 0,8.1,0
1,1-2,0
21,4O
>80
G10
20-35
36-50
11-20 51"70
10-20
21-n
31,60
>20 >70 >60
ca Ime/1tJo ol Keienuhan Basa {KB) {%l Keienuhan Aluminium (%)
Parameler
<20 <10
Sangat
Agak L,{asam
< 4,5 pHH,O 4,5-5,5 Sumber : Hardiowigeno (1992
5,6-6,5
> I,0
Nehal
ASak alkalis
Alkalis
6.475
76-85
>8,5
Kandungan P pada kontrol tergolong sedang (16.41 ppm), namun pada perlakuan yang lain NGoAL1, NGoAL3 dan NGoAL5 tergolong sangat rendah (3.18-5.10 ppm). Menurut Hardjowigeno (1992) bahlla P berfungsi untuk (a). Pembelahan sel, (b). Pembentukan albumin, (c). Pembentukan bunga, buah dan biji, (c). Mempercepat pematangan, (d). Memperkuat batang tidak mudah roboh, (e). Perkembangan akar, (0. Memperbaiki kualilas tanaman terutama sayur-sayuran dan makanan terna& (9). Tahan terhadap penyakit, (h). Membentuk RNA dan DNA (i). Nletabolisme karbohidrat, dan (j). Menyimpan dan memindahkan energi (transfer energi), misalnya ATP dan ADP. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
tanaman yang kekurangEn P menunjukkan g€jala sebagai berikut; (a). Pertumbuhan terhambat (kerdil), karena pembelahan sel terganggu, (b). Daun-daun menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun, (c). Terlihat jelas pada tanaman yang masih muda, dan (d). Pada jagung, tongkol jagung menjadi tidak sempuma, kecil-kecil, Pada saat penelitian be.langsung, gejala tersebut dapat diamati s€cara jelas terutama hambatan pada pertumbuhan, dimana tanaman yang diperlakukan dengan air laut menunjukkan petumbuhan yang tidak optimal, semakin tinggi konsentrasi yang dicobakan maka semakin besar daya
hambatnya, sehingga pettumbuhan tanaman uji semakin lambat. Kandungan Ca seluruh perlakuan pada media uji menunjukkan kategoritinggi(10.8713.55 me/100 g), kecuali pada perlakuan NGoAL3 katagori sedang (6,10 me/100 g). li4enurut
Hardjowigeno (1992) Ca berfungsi untuk (a). Peyusunan dinding sel tanaman, (b). fumbelahan sel, dan (c). Tumbuh (elongation). Lebih lanjut dijelaskan bahwa tanaman yang kekurangan Ca menunjukkan gejala sebagai berikut : (a). Tunas dan akar dapat tumbuh (tidak dapat berkembang), dan (b). Pada jagung, ujung-ujung daun menjadi coklat dan melipat serta terkulai ke bawah saling melekat dengan daun di bawahnya. Gejala tersebw dapat dlamati pada saat peneliuan bedangsung, dimana perlakuan konsentrasi air laut yang tinggi, misalnya NGoAL4 dan NGoAL5 (konsentrasi air laut 80o/o dan 100r%) menunjukkan pertumbuhan tunas DISNIKAI,I PADA AC/nA SE TINAR NASIONAL FKP UNSYAH DARIISSAIJAM BANDA ACEH,
N.U
DESENBER 2OO8
l1
lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan lain, baik pada pengamatan 2l4ST, 4MST, maupun 6MST. Kandungan Mg pada seluruh perlakuan pada media ujimenunjukkan kategorisedang (1,18 me/100 9), tinggi (6.26 me/100 g) dan sangat unggi (9,85-13.04 me/100 9)- Menurut Hardjowigeno (1992) i!'lg berfungsi untuk (a). Pembentukan klorofil, (b), Sistem enzim (acttuatod, dan Pembentukan minyak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tanaman yang kekurangan M9 menunjukkan gejala sebagai berikut: (a). M9 mobil di dalam tanaman, difisiensi pada daun{aun tua, (b). Daun menguning karena pernbentukan klrorofil tergangu, (c). Pada jagung terlihat garis-gEris kuning pada daun, dan (d). Pada daun muda keluar lendir (gel) terutama bila sudah lanjut. Gejala ters€but di atas terdeteksi pada saat penelitian berlangsung, terutama perubahan wama daun menjadi kuning, sudah terjadi pada saat usia tanaman 6MST dan pada pengamatan lebih lanjut 8MST. 10MST, 12MST dan 14MST jumlah tanaman yang mati semakin banyak sejalan dengan bertambahnya waktu pengamatan. Hal ini didlga karena pembentukan klorofil terhambat sehingga pros€s fotosintesis tidak berlangsung sebagaimana mestinya. Sebagai konsekuensinya hnaman akan mati bila kondisi tersebut berlangsung untuk jangka waktu yang lama. Kandungan K pada seluruh perlakuan media uji menunjukkan kategori s€dang (0.57 mel100 g) sampai sangat tinggi (1.81-2.94 me/100 g). Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa perlakuan air laut 6dak mempengaruhi unsur K di dalam media uji. Artinya ketersedian K mencukupi kebufuhan tanaman uji, namun ketersedian unsur fang lain tidak memadai, maka pertumbuhan tetap ergEnggu (terhambat), sebab setiap unsur bersifat sinergik dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Menurut Hardjowigeno (1992) K berfungsi untuk (a). Pembentukan pati, (b). Mengaktifkan enzim, (c). Pembukaan stomata (mengatur pernapasan dan penguapan), (d), Proses fisiologis dalam tanaman, (e), Proses metabolik di dalam sel, (f), Mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, (g). lY€mpertinggi daya tahan terhadap kekeringan, dan p€nyakit, serta (h). Perkembangan akar. Kandungan Na pada seluruh perlakuan media uii menunjukkan kat€ori sangat tinggi (15,88-29.59 me/1009), kecuali kontrol kategori rendah (0.31 me/1009). Menurut Salisbury & Roos (1992) bahwa tingginya kadar garam di dalam tanah menghambat pertumbuhan. Tumbuhan menghadapi dua permasalahan terkait dengan kadar garam yang tinggi di dalam tanah, yaitu (a). Dalam memperoleh air dari tanah yang potensial alrnya negatit dan (b), Dalam mengatasi konsenkasi tingginya ion natrium, karbonal dan klorida yang bersifut racun bagi tanaman. Pada saat penelitian berlangsung gejala keracunan akibat perlakuan air laut sudah mulai terlihat pada 6MST, dimana sebagian tanaman ada yang sudah mati. Gejala
keracunan terberat terlihat pada penamatan 14MST, dimana hampir seftua tanaman uji mengalami kemaban, kecuali beberapa tanaman pada perlakuan kontrol. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa p€rlakuan air laut sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan a akan A, nilotia. Kapasilas tukar kation (KTl9 pada seluruh peilakuan media uji menunjukkan kategori
rendah (17,60 me/100 g) pada NGoALo dan sedang (18.25-20.24 me/100 g). Dengan demikian, KTK pada media uji tidak berada dalam kondisi optimal. Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa kapasitas tukar kation merupakan sifat k;mia yang gngat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompl€ks jerapan koloid maka lnsur-unsur hara tersebut mudah hilang dan tercuci. Tanah-tanah dengan l€ndungan bahan oganik atau dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dalip?da tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasi.. Jenis-jenis minerdl liat menentukan besamya KTK tanah, misalnya tanah dengan mineral liat montmorilonit mempunyai KTK yang lebih besar daripada tanah dengan minelal liat kao rti tanah Oxisol mempunyai KTK 12 ASNKAN PADAACARA SEMNARNASIONALFI
NN
rendah karcna koloidnya banyak terdiri dari seskuioksida. Besamya KTK digunakan sebagai penciri untuk klasifikasi tanah, rhisalnya Oksisol harus mempunyai KTK < 16 me/100 g liat. kangkan hasil analisis fraksi liat pada media uji menunjukkan kandungan liat > 51c%. Dengan demikian jelaslah bahwa KTK tanah media uji tergolong rendah. Hasil pengukuran KB (d/o) tanah pada s€luruh perlakuan media uji rnenunjukkan bahwa KB tergolong sangat bnggi (73.50-1000/0). Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa kationkatjon basa umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman. Disamping itu/ basabasa umumnya mudah tercuci, sehingga tanah dengan kejenuhan basa tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian dan merupakan tanah yang subur. Kesuburan tanah berhubungan erat dengan pH tanah, dimana hnah-tanah dengan pH rendah, sedang tanah dengan pH yang tinggi mempunyai kejenuhan basa yang tinggi pula. Hubungan pH dengan KB pada pH 5,5-6,5 hampir merupakan suatu garis lurus. Tanah-tanah dengan kejenuhan basa rendah. berarti kompleks jerapan lebih banyak diisi oleh kation-kation asam yaitu AL*** dan H+. Apabila jumlah kation asam teialu banyalt terutama AL***, dapat merupakan racun bagi tanaman. Keadaan Seperti ini terddpat pada tanah-tanah masam. Hasil pengukuran pH (HrO) tanah pada seluruh perlakuan media uji menunjukkan bahwa pH tergolong agak masam (6.10-6.40), Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa pH tanah berperan;
.
.
.
Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diseGp tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap akar tanamar pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air, Pada tanah masam unsur P tldak dapat dlserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al, sedang pada tanah alkalis unsur P juga tidak dapat diserap tanaman karena difiksasi oleh Ca. Menunjukkan kemungklnan adanya unsur-unsur tEracun. Pada tanah-tanah masam banyak ditemukan ion-ion Al di dalam tamh, kecuali memfiksasi unsur P juga merupakan racun bagi tanaman. Pada tanah-tanah lawa pH yang terlalu rendah (sangat masam) menunjukkan kandungan sulfat tinggi, yang juga merupakan racun bagi tanaman. Disamdng itu pada reaki tanah yang masam, unsur-unsur mikro juga menjadi mudah larul sehingga ditemukan unsur mikro yang terlalu banyak. Mempengaruhi perkembangan mikro oryanisme antara lain; a. Bakteri berkembang dengan ba;k pada pH 5,5 atau lebih, s€dang pada pH kurdng dari 5,5 perkembangannya sangat terhambat. b. lamur dapat berkembang baik pada segala tjngkat kemasaman tanah. Pada pH
c.
lebih dari 5,5 jamur harus bersaing dengan bakteri.
Bakteri pengikat nitrogen dari udara dan bakteri nitrifikasi harrya dapat
berkembang dengan baik pada pH lebih dart 5,5. Berdasarkan data pada Tabel-9 menunjukkan bahwa kondisi pH kurang mendukung pertumbuhan untuk tanaman karena kategorl agak masam. Agar kondisi pH dapat mendekat kondisi netral atau mencapai netral dapat dilakukan penaikkan pH dengan penambahan kapur di dalam tanah. Sehingga fungsi penyeEpan unsur hara dapat dioptimalkan.
KESIIIPULAN DAN SARA KESIMPULAN Serdasarkan hasit analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikuc
1.
Potensi ,4. nibbia sebagai spesies biop ospektif dapat dikembangkan baik dibidang kehutanan, kesehabn, maupun industri.
ASAJIKAN PADA ACARA SEM]NAR NASIOtr',,'L FKP UNSYIAH DARUSSAUM BANDA ACEII, N.21 DESEIIBER NO8
l3
Ada tiga spesies rumput yang berasosiasi positif terhadap A. nilotia yaitui b6yao6n (Rrachhia rcpfan rumput gunung (Oplismenus bumanii), dan rumput kawat
,
Dacvocten ium aq W tiun). Hasil analisis parameter fisik dan kimia tanah menuniukkan bahwa ada gejala peningkatan beberapa unsur miko tanah akibat perlakuan air laut pada media uji, hal inl menyebabkan keracunan pada /4. nilotica. (
SARAl{
Agar karakter A. niloti.a dalEt diungkap secara komprehensif sebagai spesies bioprespektif diperlukan penelitian lanjutan untuk mengungkapkan aspek fisiologi dan kimia, serta manfaatnya sebagai kimia bahan alam di bidang ksehahn, penghijauan di bidang kehut nan, dan bahan baku kertas di bidang industri. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Rancangan Pencabutan Seedling dan Anakan Hasil Pembongkaran secara Mekanis 150 ha di Savana Bekol. TNB Jawa Timur. Ayoub, S.M.H, 19B3. Algicidal properties of,46t4:? nilotica. Fitolercpi 53(5-6):175-178. Bolton, M.P., Carter, l.O. and Dorney, W,J. (1987). Seed production in Acacia nibtia subsp. Indica (Befth-) Brenan. In : Ptuceeding of Weeds Seed Biology Workhop, Otange, N.S.W. September 1987. pp. 29-34. Brenan, J.P.lvl. !983- Manual on bxonomy of A@cia sp€ci€s i present taxonomi of torr sptrla' of Aacia (A, albida, A. senegal, A, nilotica, A. tortilis). Rome: FAO' BTNB. (1999). RarEangan Petrabubn kdling Anakan Hasil Pembakran S@ra Mekanis 150 ha di Savana Bekol.Iarnan Nasional Balurdn Reboisasi Taman Nasional Baluran Banyuwangi Jawa Timur. Carter, J.O., Newman, P.lindah, P, Cowan, D. and Hodge? P.B. 1990. complementary grazing of sheep and goats on ,4cacia nilotia subsp. /nd,@ (8erth ) Brenan' In: Proceeding 6b Btennial Confercn@ Austalian Rangelands Society Cam@€r. Western Australia,
pp.271-272. Djufri. 2002. Penentuan Pola Dlstribusi, Asosiasi, dan Interaksi Sp€sies Tumbuhan Khususnya Padang Rumput di Tarnan Nasional Baluran Jawa Timuf. Biodi@rsibs' 3 (1): 181-188. 2o0,ra. REVIEW: ,4cacb nilotia (L.) willd. ex Del, dan Permasalahannya di Taman Nasional Balu€n Jawa fin|'ut. Biodlvedtas 4{2)t 96-104. 2004b. RMEW: Invasi Sp€sies Ekotik Akasia Re.dwi (Acacia nilotica) (L.) Willd. ex Del. di laman Nasional Baluran Jawa limur: Ancaman terhadap Ekistensi Savana. Et'tWRO.4(2)t 88-96. 2OO4rc Pengaruh Tegakan Akasia (Aacia nilotica) (L.) Willd. ex Del. teftadap Komposisi dan Keanekaragaman fumbuhan Bawah di Savana Balanan Taman Nasional BalumnJawaTtmlJf. MaEmatika, sains, dan Teknologi A 3747 2oo5a. Pola Distribusi dan Asoshsi Tumbuhan Eawah pada Tegakan Akasia (Aacia nlobb) (L-) willd. ex, Del, di Savana Kramat Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Enuitu 5 (1)i 48-54. Setiadi, D. Guhardja, E. Qayim, I. 2005b, Pengaruh Kecpatan Tegakan Akasia (i4cacla nilotia) (L,) Willd. ex Del. terhadap Komposisi dan Keanekaragaman Tumbuhan Bawah di Savana Taman Msional Baluran Jawa limw. lumal Analkis Lingkungan'
_. -. -.
-. -.
2(1):135-145.
Duke, 1983. Medicinal Plant of tle Eible,TBdo-Medic Books, owerri, New York. Gupb, R.K. 1970. Resource survey of gummiferous acacias in Western Rapsi'han
____E@pgL !]:]!X]51-ASr'.JIrr/'II NASIONAL ACAM PADA
SENIINAR
FKTP UNSYIAH
DARUSSAI'AM BANDA ACEII, 20-21 DESEMBER 2OO8
Tropial 14
Hardiowioeno. Suwamo
iliil; ;#;;5:;:, -'*'" ti"iirci-l
. lgg2 ltmu Tanah. Melton Putra Jakarta' seeds c.-una r'litu.r'u, s' 1e74' Interaction between Acacia' bruchid 1Ll Technolqy f;r use as livestock feed ' Animal tud scbnce and
45-48.
silra 4,' 57-62 il riig. "i.p.. on the sr]bs}(y.]i(5 of Adcia nilotica in the sudan sudan G IY' 1986' Nutrional evaluatron of southwest ffi'";;;lt;. '-"'""a.uee;;ild e""[, l.F. and Murphv, bv matFr:q r,{"l,oouo.
s-treef
P-".d[. u. t'" lndd una disestion of orsanic liY:gen Australian lournal l-zing on mitchell grass and mulga grassland associd on'
"f
Aoricuftue Research 37 i3O3'314. rtru.a*,.i.i. igig. Putp and'paper making properties of some tropical hardwood species qrown in the Sudan. 51ta4,22-32. iaps. shrui and be sp&ies fot eneotv prcduction' National Acadernv l.t.s. titirj. of Sciencees, Washington, D.C. t'ti.t'otut, and J.R Brown lggg Towords an inteqrated R"di"rd; -- 'uoot ,i"t' to manaqement af ,4daqa nitotlca in nofthern A!*ralia' Proceeditgs of the ii ntenattonat nineeAnd Angt6s, )!1.17-23 1999 fownsville' sabarno. M.Y. 2002. Savana-Taman Nasional Balwan Biodiversibs 3(1)t 207-212' salisburv. F.B. dan C.w. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan' fIB Bandung' Boqor' sil,ara,'indang. 20Oz- nrosiding seminar Nasional lI Tumbuhan Obat dan Aromatik exltag nilotica of effect lnhibitory 1976. K.M A. tr."i[Jr c.v,,-g"out, s., Nehemiah, '4ca6li? p.oau.i* bv some pathogenlc fungi lndian phvtophat: publ' 1977.29 (4)i469-470.
ijirrai - i;; ;J'i;ft;,-u.
""'-*' ;; ffi;;;;r'wt"
*lx/l',{. paoe
rcam sEn
AR t{AS'Ol{A! FKIF UllSvlAH DARUSSAI.r'IIT BANDA ACEII, 20-21 DESEMBER 2OO8
as
15
SSerrflwr
T
l 'lttL t'+ (jP[,r'^\1{la'r I
,NC4N
Diberikan Kepada
Iliulri sebagai
PEMAKALAH SEMINAR NASIONAL
dalam Rangka Lustrum ke-2 dan Ulang Tahun ke.47
FKIP IINSYIAH BANDA ACEII, 2I DESEMBER
P Unsyiah,
2OO8