1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penduduk dunia pada tahun 2011 sudah mencapai 7 miliar, jumlah tersebut
memberikan kesempatan dan sekaligus tantangan bagi kita. Segi positifnya, penduduk dunia semakin sehat dan memiliki angka harapan hidup makin panjang. Namun di sisi lain, pemerintah perlu menyusun strategi agar kesejahteraan dapat terdistribusi merata, serta menjamin kebutuhan 215 juta wanita di dunia dalam mengatur jumlah dan jarak kelahiran anak mereka melalui program KB dikutip dari pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011). Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 247.570.000 orang pada tahun 2015 dan 261 juta orang di 2020 (BPS, Proyeksi Penduduk Indonesia, 20002025). Saat ini, Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia (setelah Cina, India dan Amerika Serikat). Namun ketika jumlah penduduk Indonesia meningkat, justru Human Development Index (HDI) menurun. Di antara 177 negara pada tahun 2005, HDI Indonesia pada peringkat 110 dan meningkat ke 108 pada tahun 2006. Peringkat HDI pada tahun 2007 dan 2009 tetap pada 111 di antara 182 negara (PKBI, 2009). Adanya anomali tersebut mengisyaratkan kita untuk melakukan suatu strategi pengendalian penduduk baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Dengan mempertimbangkan hal tersebut diatas maka BKKBN menetapkan upaya strategis pengendalian penduduk, antara lain melalui peningkatan pemakaian alat kontrasepsi
1
2
(program KB) dan penggarapan berbagai segmentasi kelompok sasaran, termasuk generasi muda yang memasuki usia reproduksi. Pendekatan kepada kelompok sasaran tertentu harus disesuaikan dengan karakteristik, cara pendekatan, maupun saluran komunikasi yang efektif (Syarief, 2011). Keluarga berencana jika dikaitkan dengan MDGs juga mempunyai andil yang cukup besar di masing-masing tujuan MDGs. Keluarga berencana menurunkan kemiskinan dan mempercepat pembangunan sosial ekonomi. Keluarga berencana dapat membantu memastikan bahwa semua anak dapat bersekolah. Keluarga berencana
mempromosikan
kesetaraan
gender.
Keluarga
berencana
dapat
mengurangi angka kematian bayi. Keluarga berencana mengurangi angka kematian ibu dalam tiga cara, mengurangi jumlah kehamilan, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan yang sering kali berakhir pada aborsi tidak aman, yang berkontribusi terhadap satu dari delapan penyebab kematian ibu serta mengurangi proporsi kelahiran yang beresiko lebih besar komplikasi karena usia ibu, paritas, atau jarak kelahiran. Keluarga berencana dapat memperlambat penyebaran HIV / AIDS. Kondom secara bersamaan mencegah penularan HIV dan kehamilan yang tidak diinginkan. Kontrasepsi juga memungkinkan perempuan HIV-positif untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Ini adalah sebagai efektivitas pembiayaan obat antiretroviral dalam mengurangi ibu HIV ke anaknya. Keluarga berencana dapat membantu melindungi lingkungan dengan mengurangi pertumbuhan penduduk dan menekan pemanfaatan pada sumber daya alam, seperti tanah yang subur, air tawar, kayu, dan bahan bakar (Kols, 2008) Salah satu hal yang akan menjadi kendala dalam pelaksanaan strategi upaya pengendalian penduduk tersebut adalah dalam hal partisipasi pria dalam program KB. Padahal program KB paradigma baru yang telah mengarah dan berorientasi
3
kepada kesetaraan dan keadilan gender, yang berarti kesetaraan ber-KB bagi pria maupun wanita (ICPD, 1994). Menurut SDKI 2007 menunjukkan kesertaan KB Pria hanya mencapai 5,1 %. Dengan jumlah yang menggunakan kontrasepsi modern hanya 1,5 %, yang meliputi kondom 1,3 % dan vasektomi (medis operasi pria/MOP) 0,2 %. Sedangkan yang menggunakan metode alamiah 3,6% yaitu pantang berkala 1,5 % dan senggama terputus 2,1 %. Angka partisipasi sebagai akseptor KB tersebut masih sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara islam, seperti Bangladesh sebesar 13,9 % tahun 1997, dan Malaysia sebesar 16,8 persen tahun 1998 (Budisantoso, 2008). Pada SDKI 2007 untuk Provinsi Bali angka vasektomi (MOP) hanya 0,1% dan kondom 4,2%. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kesertaan pria dalam ber-KB adalah jumlah peserta baru KB pria. Di Provinsi Bali berdasarkan data lapangan sampai bulan Desember tahun 2011, pencapaian peserta baru pria sejumlah 7.616 atau 121% dari KKP dan 478% dari PPM. Dari jumlah tersebut peserta baru untuk vasektomi sejumlah 314 atau 114,60% dari KKP dan 130,83% dari PPM. Untuk kondom sejumlah 7.302 atau 121,72% dari KKP dan 540,89% dari PPM. Berdasarkan data sebaran pencapaian peserta baru pria tahun 2011 Kabupaten Gianyar menempati peringkat terbawah dengan proporsi sebaran sebesar 71,29% dengan kategori kurang, sedangkan kabupaten yang lain berada pada kategori pada baik dan sangat baik. Namun jika dilihat persebaran khusus vasektomi, maka Kabupaten Gianyar menempati urutan tertinggi untuk peserta baru vasektomi (256,25% KKP). Jumlah pasangan usia subur di Kabupaten Gianyar 81.534. Peserta KB aktif di Kabupaten Gianyar sampai Desember 2009 tercatat 66.107 akseptor. Alat
4
kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah IUD sebanyak 41.261 atau 62,42% dan terkecil adalah medis operatif pria (mop) atau dikenal juga sebagai vasektomi sebanyak 287 orang 0,35% (BPS Gianyar, 2010). Pada tahun 2011 jumlah PUS menjadi 83.528 dan informan KB aktif menjadi 69.985. Alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah IUD sebanyak 41.612 atau 59,46% dan terkecil masih medis operatif pria (mop) atau dikenal juga sebagai vasektomi sebanyak 302 orang atau sebesar 0,4% (Dallap BKKBN, 2011). Masalah yang kemudian ditemui peneliti adalah adanya peningkatan kepesertaan peserta baru vasektomi tidak dibarengi dengan pemerataan persebaran akseptor di beberapa kecamatan. Ketimpangan yang ditemukan terjadi antara Kecamatan Payangan dan Kecamatan Sukawati yang ada di Kabupaten Gianyar. Setalah dilakukan penelusuaran data lebih lanjut, berdasarkan data lapangan BPPKB Kabupaten Gianyar pada tahun 2009 perbandingan jumlah vasektomi antara Payangan dan Sukawati adalah 12: 0 dan pada tahun 2010 adalah 11: 0, dan hingga tahun 2011 adalah 25: 0. Dapat dilihat hal ini mengindikasikan adanya disparitas yang memperlihatkan bahwa ternyata di suatu tempat vasektomi hampir belum ada yang melakukan sedangkan di tempat lain justru terjadi peningkatan yang cukup signifikan dimana hal ini tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kesertaan pria dalam ber-KB antara lain karena masih kurangnya dukungan politis, dukungan sosial budaya, dukungan keluarga serta, kurangnya pengetahuan dan kesadaran pria (BKKBN, 2009). Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Budisantoso di Kabupaten Bantul pada tahun 2008 faktor pengetahuan, sikap, persepsi, sikap istri, sikap teman, dan praktik teman ditemukan berhubungan dengan partisipasi pria dalam ber-KB. Disamping masih ada hambatan faktor nilai-nilai sosial budaya yang berhubungan
5
dengan partisipasi pria dalam KB seperti KB pria hukumnya haram, urusan KB adalah urusan wanita, nilai anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan, faktor malu terhadap lingkungan. Rendahnya pengetahuan seorang pria akan mempengaruhi persepsi dan sikap yang akan dibentuk. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dipandang perlu untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan persepsi pria terhadap vasektomi. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka permasalahan yang
dirumuskan adalah sebagai berikut “Bagaimanakah persepsi pria terhadap metode vasektomi sebagai metode pilihan program keluarga berencana di Kecamatan Payangan dan Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar Tahun 2012?” 1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui persepsi pria terhadap metode kontrasepsi mantap vasektomi di Kecamatan Payangan dan Sukawati Kabupaten Gianyar pada tahun 2012. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.
Untuk mengetahui pengetahuan pria terhadap metode vasektomi
2.
Untuk mengetahui persepsi pria terhadap metode vasektomi
3.
Untuk mengetahui faktor pendorong penerimaan vasektomi pada pria
4.
Untuk mengetahui faktor penghambat penerimaan vasektomi pada pria
1.4
Manfaat Penelitian Adapun beberapa manfaat yang diharapakan oleh penulis dapat diperoleh dari
6
penelitian ini antara lain : 1.
Bagi Keilmuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kasanah
keilmuan khususnya penelitian terkait persepsi pria terhadap vasektomi dalam program KB 2.
Bagi Sub Bidang KB dan KS BPPKB Kabupaten Gianyar Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada instansi Sub
Bidang KB dan KS Kabupaten Gianyar BPPKB Kabupaten Gianyar dalam mengambil tindakan yang terkait dengan implementasi vasektomi untuk program KB di tingkat daerah. 3.
Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Laporan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan
kegiatan promosi kesehatan bidang kesehatan reproduksi dan keluarga berencana khususnya promosi metode vasektomi. 4.
Bagi Masyarakat Laporan ini dapat menjadi referensi untuk mengetahui program kesehatan
yang dikembangkan di masyarakat. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian mengenai persepsi pria terhadap metode
vasektomi dengan ruang lingkup promosi kesehatan .