I1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Krom (Cr)
Krom mempakan logam berwama putih, kerm dan menghlat, meleleh pada 1 860°C. Krom banyak digunakan sebagai pelindung lapisan penyepuhan, karcna sifatnya yang antikmif. Namun demikian, krom cukup aktif bila tidak d i p a s h n dan diladcan dalam mineral asam nonpengoksidasi. Krom (+6) hanya terdapat sebagai o b i spesies seperti C a ,Cr02- dan cr20:-
yang merupakan ohidator hut
Krom (+2) dan (+4) hanya terdapat dalam bentuk antara dari Cr (+3) dan Cr (+6). Senyawa krom (+2) telah diketahui memiliki sifat reduktor yang kuat. Bentuk oksidasi yang paling penting dari Cr adalah Cr (+3) yang membentuk sejumlah besar komp1ek.s lembam secara kinetik (Moore dan Ramamoorthy, 1984). Krom dijumpai dalam jumlah sedikit di RNA beberapa organisme. Ketiadaan &el (Ni) dan'krum (kecuali di RNA d m niaain) dari organisme hidup mungkin disebabkan oleh stabilitas komplela proteinnya yang rendah akibat geometri tempat ikatan (kelat) protein yang tidak teratur dibanding dengan tempat oktahedral yang dibentuk oleh silikat tanah. Krom (+3) dan (+6) digolongkan sebagai asam kuat, sehingga krom merupakan salah satu unsur renik yang memiliki toksisitas rendah (Moore dan Ramamoorthy, 1984). Tubuh mamalia mampu mentolerir 100
- 200 kali konsentrasi kandungan
total tubuh Cr tanpa pengaruh yang berarti. Keasaman lambung mereduksi Cr (+6)
menjadi Cr (+3) yang jauh lebih tidak beracun, yang kemudian diserap oleh sistem pencernaan (gastrointestinal)kurang dari 1% (Moore dan Ramamoorthy, 1984). t
2.1.2. Tirnbd (Pb)
Timbal adalah anggota dari ~IWW-UIISUT logarn transisi IVA (C,Si, Ge, Sn dan Pb) dalam daftar periodik. Sifat elektropositif dalam kelompok ini semakin meningkat sejalan dengan nomor atom, dan timbal merupakan unsur yang jauh lebi.
bersifat logam dibandingkan dengan karbon dan silikon Berbeda dengan C dan Si, Pb tidak berikatan dengan atom lain dari unsur yang sama, mcmperlihatkan penurunan kovalensi yang tajam, dan bentuk oksidasi stabilnya adalah Pb (+2) dan Pb (+4). Anggota dari golongan logam transisi IVA membentuk berbagai tumnan (derivat). Timbal membentuk senyawa alkil dan aril. Senyawa Pb tetra etil digunakan secara luas sebagai bahan anti letup dalam bensin Kecuali nitrat dan asetat, kebanyakan garam-garam Pb (+2) tidak larut dalam air (Moore dan Ramamoorthy, 1984). ?
Dalam intemksinya dengan ligan, Pb digolonglcan sebegai akseptor tengah antara asam kuat dan aeam lemah. Akseptor kuat ditandai oleh kemampuan polarisasi yang rendah, elektronegativitas yang rendah, densitas muatan positif yang besar (tingkat oksidasi yang tinggi dan jari-jari yang kecil) serta pembentukan ikatan i
d
Hal yang sebaliknya berlaku bagi akseptor lemah yang membentuk ikatan-ikatan kovalen. Timbal memiliki perilaku kimia yang lebii mirip dengan logam-logam kelompok alkali tanah divalen dibandingkan dengan logam-logam golongan logam transisi IVA lainnya, kecuali rendahnya kelarutan garam-garam Pb seperti halida,
hidroksida, sulfat dan fosfat, Timbal menyenpi Ca dalam pengendapan di dalam dan remobilisasi (mobilisasi kembali) dari tulang (Moore dan Ramamoorthy, 1984).
.
Menurut Sutamihardja dan Polii (1990), Pb di alam terdapat dimana-mana
dan di dalam air dapat dalam bentuk larutan atau tersuspensi. Umumnya konsentrasi Pb di dalam air rendah, karena daya larutnya yang rendah dan konsentrasi serta tohisitasnya tergantung pada kesadahan, pH, alkalinitas dan oksigen terlarut dalam air.
2.1.3. Raksa
(He
Raksa merupakan unsw logam yang hanya berada dalam bentuk cair pada 25"C, merupakan anggota ketiga dari golongan IIb triad dari daft;u: periodik unsurunsur. Perilaku kimiawi raksa sangat berbeda dengan kedua anggota triad yang sama, yaitu seng dan kadmium. Raksa merupakan sebuah penghambat kerja enzim dan protein, sedangkan seng memainkan peranan aktif dalam metabolisme protein, lemak dan karbohidrat pada berbagai organisme. Sifat kelas IIb yang ekstrim dari Hg (2+) 7
dan RHg (I+) (R = kelompok alkil atau aril) menyebabkan: (i) afinitas yang tinggi terhadap kelompok ti01 dan (ii) meningkatkan kovalensi dibandingkan dengan seng, sehingga menyebabkan meningkatnya biotrampor, distribusi dan toksisitas raksa. Ditinjau dari toksikologi, raksa digolongkan kc dalam beberapa kelompok seperti raksa unsur, senyawa anorganik, alkil raksa berantai pendek (metil dan etil) dan senyawa raksa organik (Suzuki, 1977). Bentuk-bentulc Hg (OX Hg (+I) dan Hg (+2) mudah mengalami konversi sesamanya di lingkungan (Gambar 2).
Ion kation & anion terkelnei, konploka wderhana, oksida, sulfida
Gambar 2. SiMus konversi raksa di alam (Jonasson dan Boyle, 1972)
Menurut Wollast dan Mackenzie (1975), logam berat Hg dalam perairan relatif tahan lama, karena sifatnya yang stabil terutama yang terdapat pada sedimen dasar. Waktu tinggal (residence time) Hg di perairan dan sedimen, jauh lebih lama dibandingkan dengan yahg terdapat di dmtan dan odara, yaitu masing-masing 32x10~tahun pad. perairan laut d m 2,5x108 tahun pa& dLnm Karenii lamanya
waktu tinggal Hg pada sedimen, maka sedimen yang tercemar dapat berperan sebagai sumber yang melepaskan Hg ke dalam air. 2.2. Produksi dan Penggunarrn Logam Berat
2.2.1. Krom (Cr) Kromit merupakan satu-satunya bijih mineral yang secara komersial penting mtuk produksi krom. Komposisinya adalah Fe0.Cr203 dengan kandungan oksida .
.
kromat (Cr203)sebesar 68%. Jib Cr mumi tidak diperlukan untuk penggunaan campuran besi kromit secara pirolitik sederhana direduksi dengan karbon menghasilkan campuran ferrokrom yang mengandung karbon. Apabila diperlukan krom murni, maka kromit mula-mula dioksidasi dalam alkali cair untuk mengubah Cr (+3) menjadi Cr (+6) yang diendapkan sebagai natriwn dikromat, kemudian
direduksi dengan karbon dan selanjutnya dengan aluminium untuk memperoleh krom metal& (Moore &an R a m a m d y , 1984). Produksi krom di Am&
Serikat sekitar 205 ton pertahun antara tabu
-
1900 1936. Selama perang dunia pertama, produksi meninglurt menjadi 82 500
ton. An-
tahun 1936 dan tahun 1941, produksi krom di Am&
kembali hingga sekitar 275 000 ton. Impor kromit juga &&at
Serikat mcningkat
dari 38 500 ton
pada tahun 1910 menjadi sekitar satu juta ton pada tahun 1941. Dalam setengah abad ini, Filipina, Kuba, Namibia dan Rusia merupakan negara penghasil kromit utama di dunia. Saat hi, Miika Selatan menjadi negara penghil kromit terbesar di dunia dengan j d a h 3,2 juta ton pada tahun 1979, kemudian d i b t i oleh
Rusia, Namibia, India, dan Filipina. Sekitar 205 juta ton kromit dihasilkan dalam 60 tahun terakhir abad ini (Tabel 1). Tabel 1. Produksi global kromit (Mooredan Ramamoorthy, 1984) Periode
Jumlah ( ton x lo3)
---- - --
Total
--
- -
204 570
Menurut Sutamihardja dan Polii (1990), krom, garam krom dan kromat dipakai sebagai c a m p m pembuat cat industri pelapisan logam, industri W i t clan
industri lairmya. Menurut M
k dan Ramnoorthy (1984), krom mula-mula
digmakan dalam pembuatan pigmen atau pewarna cat sekitar tahun I800 di Prancis, Jaman dan Inggris. &lama 25 tahun m y a , senyawa krom digunakan &lam pewarna tekstil dan proses penyamakan kulit. Saat ini krom banyak digunakan dalam tiga sefdor industri utama, yaitu metalurgi (58%), rcWori (21%) dan kimia (21%).
2.2.2. Timbal (Pb)
Produksi global F% baik dari proem peleburan maupun penambangan ralatif
-
tinggi sepanjang abad ini. Produksi total s l a m tahun 1900 1909 adalah 9,6 x 10' ton, mmingkat menjadi 27,7 x lo6 ton selama 1960
- 1969. Produksi meningkat
menjadi 34 x lo6 ton selama tahun 1970-an dan secara perlahan-lahan akan ten^ m e n . . n e tdi masa mendatang (Moore dan Ramamoorthy, 1984). Timbal merupakan salah satu logam tertua yang dikenal oleh manusia dan sejak abad pertengahan tblah dipergunakan dalam pemipaan, bahan bangunan, patri, cat, amunisi dan percetakan. Saat ini
F% banyalc digunakan temtama dalam baterai,
produk logam, kimia dan zat warna (Tabel 2).
Tabel 2. Konsumsi Pb di Am& Ramamoorthy71984)
Serikat berdasarkan kelas produk (Moore dan Pb (ton x 10')
Produk logam Aki Zat warm Kimia Lain-lain Total
993,4
1 239,6
1 447,6
1432$7 1 358,2
2.2.3. Raksa (Hg)
M e n d Moore dan Ramamoorthy (1984), total produksi ralesa selaxna abad +
ini sekitar 4,36 x 10' ton. Roduksi raksa sclama periode tahun 1900 hingga 1939 masih stabil yaitu 0,36 x 10' ton per dasawam, namun meningkat menjadi 0,62 x
id
ton selama tahun 1940an dan 0,85 x 10' ton selama tahun 1970an. Produksi raksa
dunia telah menurun sejak tahun 1973, jatuh di bawah 0,06 x 10' tan pada tahun 1979 (Tabel 3). Tabel 3. Produksi raksa dunia pada tahun 1970an (Mmdan Rnmsmoopthy, 1984)
Produksi (ton x 10')
Produksi Dunia
9,25
8,88
8,70
8,28
6,86
6,07
<6,07
Konsumsi AS
1,87
205
1,75
2,24
511
1,68
1,45*)
Konsurmi Kanada
0,03
0,04
0,03
0,03
0,03
0,03
0,03
R a b secarn luas digunakan dalam insektisida, hgisida, bakterisida, dan
farmasi. Penggunaan raksa untuk keperluan berbagai jenis industri di Am& dapat dilihat pada Tabel 4.
Serikat
Tabel 4. P k t a a n raksa nyata dan proyeksi oleh berbagai jenis industri di Am& Serikat (ton) (Moore dan R a m a m d y , 1984) Kategori 1974a 1985b 2000b 2025b hroveksi) (moveksil (movehi) Klor dan soda kostdc 582 511 Cat 235 265 244 355 Pmtisida 34 18 21 27 Katalis 45 46 58 70 Farmasi 21 27 38 36 173 172 142 180 rnstrumen Tabung~aklar~pemancar 60 82 86 213 Batera1 613 650 787 1 028 Lampu 47 68 114 179 @
*
ECratmim Lain-lain Total
104 16 121 2 051
89 18 127 2 arj
100 21 159
1 'i7u (1 023)c (1 153)c (3 055)d (2 604)d KetCr~gm: a = cammarota (1975);b = Watson (1979) c = Perkiraan bawah ;d = Perkiraan atas.
115 27 139 2 369
(1 54o)c (3 531)d
23. Logam Berat Dalam Ekosistem Perairan Menurut Smith
4.(1980),pada prinsipnya penyebaran logam
berat dalam
ekosistem perairan dicirikan oleh adanya keberadaan kandungan logam berat dalam wilayah perairan tertentu, karena pengaruh kondisi perairan temebut. Konsentrasi logam berat yang berb&da dalam ekosistem perairan- disebabkan oleh adanya percamputan berbagai bentuk senyawa kompleks. Reaksi yang terjadi akan dapat mempengaruhi atau mengubah konsentrasi, temwuk juga pembahan valensi kation Selain itu, kemungban juga terjadinya penyerapan oleh bahan partikel yang kemudian mengendap di dasar, dan adanya proses pengenceran Keadaan -but m e m p e n g d proses kimia dan fisika dari pcslccrmr temebut dalam ekosiatem perairan. Menurut C-
dan Sunda (1978~bahan koloid mempunyai peranan penting
karena mempengaruhi flokulasi dan depohlisi logam. B
h koloid seperti logam
-
16
oksida, koloid logam or&
dan mineral liat cendenmg mengadsohi ion-ion logam
dalam air, sehingga dapat menuunkan komentrasi logam dalam badan air. Logamlogam seperti V, Cu, Zn, Pb, dan Cr paling efektif diadsorbsi t d m a oleh bahan koloid Fe203, yang kemudian akan mengendap. Selain itu, aktivitas organisme juga mampu m e n g a k b s i logam dalam air melalui proses-proses biologi. Hal ini disebabkan beberapa logam mampu untuk membentuk kompleks dengan bahan organ.&, sehingga logam akan terikat dalam jaringan tubuh organisme. Saeni (1989) juga menyatakan bahwa ion logam dalam air dapat bergabung dengan ligan berupa ion negatif atau senyawa netral, untuk membentuk ~ebuah kompleks atau senyawa koordinasi (atau ion). Kompleks-kompleks ligan unidentat yang mempunyai satu atom yang dapat diikat pada sebuah ion logam relatif kurang penting dalam larutan di perairan alami. Sebaliknya, kompleks yang lebih penting adalah senyawa-senyawa kompleks dengan senyawa pengkelat. Pengkelat mempunyai lebih dari satu atom yang dapat diikat pada sebuah ion logam pusat pada satu waktu untuk membentuk sebuah struktur cincin. Pada umumnya, karena sebuah I
pengkelat dapat bedcatan dengan sebuah ion logam pada posisi lebih dari sstu tempat secara simultan (polidentat), kelat lebih stabil dibandinglcan dengan kompleks yang melibatkan ligan-ligan unidentat. Ligan-ligan yang ditemukan di perairan alami dan air buangan terdiri dari bermacam-macam gugus h g s i organik yang dapat memberikan elektron-elektron yang dibutuhkan untuk mengikat ligan itu pada ion logam. Di antara gugus-gugus h g s i yang paling umum adalah karboksilat (Saeni, 1989).
Kompleks ligan dengan ion-ion logam umumnya terjadi secara alamiah dalam perairan yang tidak tercemar d m dalam sistem biologi (Mg (+2), Ca (+2), -Mni+2), Fe(+2), Fe(+3), Cu(+2), Zn(+2) dan Vo(+2)). Ion-ion ini dapat jug. mcngilcat ion-ion logam kontaminan umum seperti Co (+2), Ni (+2), Sr (+2), Cd (+2), Ba (+2). Banyaknya pengaruh berbahaya dari logam-logam toksik diakibatkan oleh pergantian dari ion-ion logam yang tejadi stcara alamiah &lam pem-
kompleka oleh
ion-ion logam kontamkm, terutama bila kompleks ligan-ligan adalah metalloemim (Saeni, 1989). Kadang-kadang sebuah ion logam tidak bcrkoord~sisempmna oleh sebuah ligan. Sisa tempat yang masih ada dapat diisi oleh ligan monodentat lain seperti ion
OH
. Salah satu sisi dalam ion kompleks bertanggung jawab untuk banyak reaksi
kimia penting dalam air dan sistem biologi. Pada umumnya, pembentukan kompleks merupakan banyak reaksi kimia penting yang terjadi dalam perairan alami. Hal ini mencakup perubahan-perubahan bilangan oksidasi logam, seperti halnya yang terjadi
pada oksidasi-reduksi, dek,arboksilasi, atau reaksi-reaksi hidrolisis dari ligan (Saeni,
W89). Menurut Saeni (1989), banyak ion logam yang ditemukan dalam ekosistem perairan alami, terutama ion-ion yang didapat &lam konsentrasi yang sangat sedikit (renik)?membentuk kompleks lcuat dengan sejumlah ligan atau pengkelat, dapat
menimbulkan bermacam-macam pengaruh. Sebagai contoh, pembentukan dari senyawa kompleks tidak larut menghilangkan ion-ion logam dari lamtan. Pembentukan komplelcs juga melarutkan ion-ion logam dari senyawa-senyawa logam
tidak larut. Pembentukan kompleks kuat dapat mengubah potcnsial redoks yang ada.
2.4 Residu Logam Berat 2.4.1. Krom (Cr) b
Menmt Moore dan R a m a m d y (1984), konsentraai Cr terlarut di danau dan sungai yang tidak tercemar umumnya berkisar antara 1- 2 ppb, sedangkan di laut
yang tidak tercemar berkisar antara 0,05 -0,5 ppb. Komentrasi Cr di beberapa sungai
-
yang melalui daerah i n d h berkisar antara 5 50 ppb (Wilber dan Hunter, 1977; Van der Veen dan Huizenga, 1980). Hal ini kutama disebabkan oleh masuknya
limbah industri penyepuhan ke &lam sungai. Konsentrasi Cr melebihi 100 ppm jarang dilaporlcan (Moore clan R a m a m d y , 1984). Konsentrasi total Cr di sedimen
perairan tawar &n laut &pat dilihat pada Tabel 5. Sekitar 8
- 11,% total Cr di
sedimen berikatan d&gan bahan organik (Moore dan Ramaxnoorthy, 1984).
Tabel 5. Konsentrasi total Cr @pm bobot kering) di sedimen perairan tawar dan laut (Moore dan Ramamoorthy, 1984) Rsta-rsta
Lohi
@-) 7
-
Sumber Pen-
191 (3 650)
Industri clan perkohan
Sungai Illinois (AS.)
17(2 - 87)
Sungai Saddle (AS.)
832 (530 - 1 337)
Danau Thompson (Kanada)
38 (12 150)
Danau di Belsnda
415 (106 - 680)
I n M dan perkotaan Perkotaan Penambangan Emas InCampursn
Danau Superior (huda)
48 (26 - 60)
Danau Huron (Kanada)
37 (29 - 47)
Pelabuhan Baltimore (AS.)
76
Alami Alami Inbustri Campuran
Estusri Ems (Belands)
% (84 - 107)
Industri Cmpuran
Estuari Rhine (Belanda)
275 (92 - 642)
Industri Campuran
Estuari Bayou Chico (AS.)
(1 7- 174)
Ektuari Restronguet (Inggris)
289 (40 - 1 060)
IndustriCampursn Penmnbangan PbZn
Sungni Oishon (Israel)
-
2.4.2. Timbal (Pb)
Konsentrasi Pb terlarut di perairan tawar yang tidak tercemar umutnnya
-< 3 ppb. Residu di sungai Perancis selatan dan Danau Naini Tal (Tndia) 8
t h 3,5
-
-
53 dan 20 89 ppb (Servant dan Delaport, 1979; Pande clan Das, 1980). K-trasi
Pb di badan air penerima buangan limbah cair penambangan 500 ppb (Tmhoff clan K o p , 1980). Penambangan logam merupahn sumber utama Pb di scdimen (Tabcl 6). Ko~entrasi Pb melebihi
6 000 ppm bobot kering tclah dilaporkan. Sektor
perkotaan dan I n d 6 umumnya menghasillcan residu Pb di d i m e n 5 500 ppm. Di
daerah yang tidak tercemar, konsentrasi Pb berkisar antara 2 dan 50 ppm (Mooredan Ramaxnoorthy, 1984). Tabel 6. Kansentrasi total Pb (ppm bobot kering) di sedimen perairan tawar dan laut (Moore dan Ramamoorthy, 1984)
- -
-
7
Sedimcn perairan tawar Denau Coeur d'Alene (AS.) Anak s u n p i Montana (AS.) Sungai Illinois (AS.) Danau Arctik (Kanada) Sedimen laut Long Island Sound (AS.) Paparan benua (Tnggars AS.) Laut Baltik Sdjorden (Norwegia)
3 700 (3 000 - 6 300) 295 (40 1 710) 28 (3 140) 20 (1 0-33)
-
-
-
Penambangan logam Sisa penambangan Industri dan perkotaan Alami
(200 350)
Industri campuran
-< 4
Alami
-
(2 400) Industri campuran 11 400 (720 70 000) Penambangan logam dsn peleburan
-
2.4.3. Raksa (Hg).
Kmsentrasi Hg terlarut di perairan tawar yang tidak tercemar btrkisar antara 0,02 dan 0,l ppb dan di laut berkisar antara 5 0,01 dm 0,OJ ppb (Tabel 7), sedangkan konsentrasi Hg di sedimen Sungai Jintsu dan Kumano, Jepang, dilagmkm hingga 9 000 ppm. mengandung Hg
Sedimen yang terkontaminasi dari sumber alam umumnya
1,O ppm (Tabel 8).
Tabel 7. Konsentrasi Hg terlanrt (ppm) di perairan alami dan efluen (Mooredan Ramamoorthy, 1984)
Perairan tawar Sungai Rhine (Jman) Danau dan sungti tidak tercemar (Emda) Lapisan es (Greenland) Sungai Zona Industri (AS.) Air Mineral (Tuscany) Lapisan es, th 1 727-1981 (Greenland) Perairan Laut Laut Jepang 7
Laut Greenland Barat Laut Atlmtik (pennukaan) Mid-AtlanticRidge (dasar) Teluk M i m a t . Timur Laut Atlantik (0-4030M) Timur Laut Atlantik (Pcrmukaan) Timur Laut Pasifik (0-5 000M) Efluen Pabrik kertas Pabrik peleburan Industti campuran, selokan Pabrik pupuk
Pabrik klor alkali
Tabel 8. Residu total Hg (ppm bobot kering) di pennukam sedimen (Moore clan RamamOMfhy,1984) , Sumber
Rata-rata (harm)
Sedimen perairan t a w Danau Dufault ( h w i a ) Danau Duparquet (Kanada) Danau w o r e (Itali) Erie (AS.) Danau Michigan (AS.) Ontario (AS.) Dansu Superior (AS.) Sungai Albcgna (Italia) Anek Sungai Thunder (Ksnsds) Sungai Seine (Prancis) Sedimen Laut Salt Marsh (AS.) Howe Sound (Kanada) Estuari sunpi Mersey (Inggns) Estuari sungai Tharnes (kggns) Teluk Minarnata (Jepang)
Sumber pencemaran
Alami Alami Industri CBmpuran danau Industri Campuran Industricampurandanau Industri campAlami Industri danperkdaan
Pabrik klor alkali Inchski perkotaan
0,6 (0,27-1,70) 0,49 (0,03-8,8) 2,2 (0,Ol-14,3) 0,l (0,02-0,49) 630
Pabrik klor alkali Pulp clan kertas Industri cempuran den selokan Industri camPabrik kimia
Konsetllbrasi toksik logam berat terhadap organisme perairan tidak sama. Menurut Palar (1 994), ha1 tersebut d
i
W oleh f b - f a l c t o r sebagai berikut :
senyawa logam berat yang terdapat di dalam air, adanya unsur logam berat lain, faktor lingkungan yang mempengaruhi fisiologis organisme seperti DO, suhu, cahaya, umur atau stadia, makanan, jenis kelarnin dan adaptasi terhadap logam
-
berat. Faktor faktor lain yang mempengaruhi keberadaan dan daya racun logam
berat di perairan antara lain adalah pH dan kesadahan. Penurunan pH air
menyebabkan daya racun logam berat semakin kuat. Kesadahan yang tin& dapat mengurangi toksisitas logam berat karena logarn berat &lam air yang
bkkesadahan tinggi akan rnembent.uk senyawa kompleks yang mengendap di dasar perairan. Selain itu, toksisitas logam berat terhadap organisme perairan
tergantung pada jenis logam berat, konsentrasi, efek sinergis antagonis dan bentuk fisika kimianya (Hutagalung, 1991). 2.5.1. Krom (Cr)
Beberapa senyawa Cr bersifat k m i f dan kusinogdk T O M - unsur ini terhadap organisme perairan tergantung pada bentuk dan bilangan ok$dasinya
(Hutagalung dan Hamidah, 1981). Toksisitas Cr (+3) dan Cr (+6) terhadap organiame perairan pa& umumnya rendah. Umumnya, Hg, Cd, Cu, Pb, Ni dan Zn lebih tokaik dibandingkan Cr. Seperti halnya logam lain, perubahan keaadahan air dan salinitas bqengaruh nyata terhadap efek toksik Cr. Interaksi kompetitif, terutama dengan Ca, dapat mengakibatkan ,
pen-pn
tdraisitas (Moore dan Ramamoorthy, 1984). Ikan, pada usnumnya kurang peka t e h & p
afdr toksik Cr dibandingkan
-
avertebrata. Nilai LC3o % jam Cr (+3) dan (+6)unaik jenisljenia ilcan air tawar berkisar antara 3,5
- 118 ppm. Ukuran ikan dan pH media sangat beqmgaruh
terhadap laju intoksilcasi (mabuk). Van der Putte & 4.(1981) dalam Moore dan Ramarnoorthy (1984) menemukan bahwa LCSo-% jam ikan SaZm gairdnerii (Famili Salmonidae) bedtwang &ri 53 menjadi 16 pprn akibat menuNpMya pH dari
7,8 menjadi 6,5. Toksisitas Cr meningkat 4 kali jika bobd ikan menunm dari 13
menjadi 0,l g. '
Perubahan suhu sangat m e m p e n g d kepekaan ikan terhadap intoksikasi.
Namun ha1 ini sangat tergantung pada jenis ikan. Tempat aksi toksik pada ikan tagantung pa& pH media. ~ a d pH a > 7,5, pemaparan Cr mengakibah kerusakan histologis pada ginjal dan lambung. Meskipun tarnpak sedikit k
h terhadap
ginjal, perlakuan dcngan Cr pa& pH 5 6,5 mengakibatkan hiperplasia yang nyata
(Mooredan Ramamoorthy, 1984). 2.5.2. Timbal (Pb)
Nilai LC5o-% jam total Pb terhadap ikan umumnya berkisar antara 0,s
- 10
ppm. Namun demikian, pada perairan sadah (CaC032 350 ppm), nilai LC30 melebihi 400 ppm. Perlalcuan ikan Salrno gairdnerii dengan Pb pada konsentrasi 13 ppm menyebabkan secara nyatii : (i) peninglcatan jumlah sel-sel darah merah, (ii)
menururmya volume sel-sel darah merah, (iii) bedcuranpya kandungan besi dalam sel-sel danh ma& d k (iv) berkurangnya aktivitas dehidntase asam levulinat damino dalarn sel-sel
darah
merah
(Hodson
&,I978 dalam Moore dan
R a m a m d y , 1984). Pmbahan ini menunjukkan meningkatnya eiytluopoiesis (produksi sel darah merah) untuk mengknbangi produlcsi hemoglobin yang berkurang. 2.5.3. Raksa (Hg)
Senyawa-senyawa Hg organ& jauh lebih toksik dibandingkan bentuk anorganik. Fenil merkuri s t a t lebih kurang 7 kali lebih toksik
Oryzias l a t i p (Famili Oryziidae) dibandingkan HgClt (Moore dan Ramamoorthy, 1984). '
Di lingkungan perairan, raksa anorganik diubah oleh rnikro organisme
menjadi metil raksa yang mernpunyai konsentrasi racun lebih tinggi clan lebih mudah diserap oleh jaringan. Kurang lebih 95 % metil raksa diserap oleh usus, sebagian besar dishpan dalam tubuh clan kurang daxi 1 % yang dibuang (Mason, 1991).
Suhu merupakan f&tm penting yang mengendalikan toksisitas akut senyawagenyawa raksa. Pada saat suhu naik, laju mortalitas meninglut, d p u n konsentrasi pencemar di perairan relatif tetap. Rendahnya k o n s c m i kandungan oksigen terlarut dalam air juga menyebabkan meningkatnya toksisitas raksa terhadap ikan. Namun, ikan-ikan yang mengambil oksigen dari udara lebih tahan terhadap efek racun raksa dibandingkan ikan yang bemapas dengan insang (Moore dan Ramamoorthy, 1984). Logam Mn dan Fe dapat mengurangi toksisitas r
h
(antagonis), sedangkan Cu dapat menambah toksisitas raksa (sinergis). Pada umumnya, stadium telur merupakan stadium yang paling peka terhadap *
keracunan Hg dibandingkan stadium lanjut. Pemaparan Hg pada konsentrasi subletal atau honis dapat menunjukkan beberapa gejala klinik seperti : (i) penghambatan sintesis e n z h dan protein di hati, ginjal dan otak, (ii) perubahan stdctw lcndir epidermis ikan, (iii) pengurangan viabilitas spenna, embryogenesis dan kelanggungan hidup anak ikan generasi ke dua, (iv) pengurangan respon penciurnan, penglihatan dan pernapasan, (v) pengurangan waktu regenerasi skip ikan dan (vi) berkumgnya kemampuan osmoregulasi (Moore dan Ramamoorthy, 1984).
Menurut Daoust (1981) dalam Moore dan Ramamoorthy (1984), keracunan akut ikan Salmo gairdnerii oleh raksa anorganik ditandai oleh perubahan morfologi pa& insang selama periode awal dari pemaparan. Perubahan branchium insang
meliputi akumulasi sisa-sisa sel mati pada epitel insang, membewnya sel-sel epitel
Setelah 24 jam pemaparan, efek alcut metilmerkuri klorida di saluran hati ikan Orizyas latips meliputi ketidak-teraturan dan degenerasi jaringan eksokrin paxhw, distensi pembuluh mesenterm serta produksi cairan senan Setelah %jam
pemaparan, jaringan eksokrin pankreas mengalami degenerasi bobot dan terjadi nelw#ris (Moore dan Rammoorthy, 1984). Nilai batas toleransi tengah 24 jam Hg terhadap beberapa stadium perkembangan ikan Oryzim latipes dapat dilihat pa& Gambar 3.
'
r
Umur telur (hari)
Gambar3. Nilai TL.-24 jam berbagai senyawa Hg terhadap beberapa stadium perkembangan ikan Orytias h d p s (Moore dan Ramamoorthy, 1984)
2.6. Cara Penyerapan Logam Berat Oleh Organisme Perairan mtrupakan tempat buangan limbah industri yang diperkirakan f
mengandung logam berat yang dapat mengganggu kehidupan di dalamnya. Logam berat secara langsung atau tidak langsung akan masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanan yang dapat digambarkan sebagai sistem aliran logam berat ke dalam tubuh manusia (Gambar 4).
w
Air Minum
Irigasi
+ Ptrtanian
Ikan
lkan, Bcntos, dl1
Gambar 4 Sistem aliran logam berat ke tubuh manusia (Setiadi dan Soeprianto, 1992)
Berikut ini diuraikan cara penyerapan logam betat oleh masing-masing organisme (Setiadi dan Soeprianto, 1992) : ~iio~lankton
Fitoplankton mengambil logam berat yang tersebar secara vertikal dengan cara adsorpsi. Logam berat yang diadsorpsi umumuya adalah logam h a t yang
berada dalam bentuk anmganik Zooplanlrton Pengambilan logam berat oleh zooplankton dilakulcan sama dengan makmwertebrata yaitu melalui makanan.
Bcntos juga mengambil logam berat melalui makanan dan makanan
dihancurkan dalam usus, kemudian diserap oleh darah, ditransfer kc hati dan disimpan dalam ginjal.
Ikan
Ikan umumnya mengambil logam berat melalui insang, kcmudian ditransfer melalui darah ke ginjal. Bentuk logam b m t anorganik disimpan &lam jaringan, kemudian ditransfer ke ginjal dan diekskresikan, sedangkan logam organik tidak dieksresikan, tetapi terakumulasi dalam jaringan dot. Selain itu, maauknya logarn berat ke dalam tubuh ikan juga dapat melalui rantai makanan. Manusia
Logam berat masuk ke dalam tubuh manusia dapat melalui air secara langsung, atau melalui rantai naakahan, kemudian tcrakumulasi dalam tubuh manwia,
terutama hati dan ginjal. Hal Gii disebabkan karena dalam tubuh terdapat sel darah merah yang mengandung sejenis protein p e n g h t logam berat yang disebut metalotionin, sistein dan hemoglobin yang berfhgsi mentransfer logam berat ke hati dan ginjal.
Logam berat Hg, Cd dan Pb, mempunyai afhitas yang besar terhadap kelompok sulfhidril (-SH),yaitu suatu gugus protein organisme hidup yang dapat mengikat logam berat, sehingga mengganggu fungsi normal enzim dan atau gangguan terhadap stsuktur seluler (Boline, 1981).
Menurut Dannono dan Arifm (1989), ada tip teoti mengenai mekanismc penyerapan logam dalam jaringan organisme, yaitu : 1. Penyerapan logam melalui mekanisme pengangkutan yang berhubungan dengan
mekanisme osmoregulasi, yaitu pengaturan tekanan osmosis oleh organisme terhadap air di sekitarnya. 2. Pengikatan ion-ion logam menyentuh bagian tertentu dari permukaan jaringan
dan masuk ke dalam sitoplasma. 3
3. Logam dalam bentuk kristal kecil atau larutan yang segera ditangkap oleh sel
epitel dan secara endositosis logam tensbut dibawa masuk dan dilepas kc dalam sitoplasma. Melalui proses transfonnasi biologis (biotransfbmasi), logam berat yang terakumuasi dalam tubuh organisme hidup akan terjadi perpindahan, kemudian terjadi peningkatan konsentrasi logam berat pada tingkat pemangsa yang lebih tinggi yang disebut magnifikasi biologis (biomagnifikasi). Secara tidak langsung proses biomapiiikasi dapat terjadi dalam jaringan tubuh manusia yang memakan hasil
perkinan atau pertanian yang tercemar oleh logam berat (Loedin, 1985). Akumulasi biologis dapat terjadi melalui absorpsi langsung terhadap logam berat yang terdapat dahm air, sehingga organisme yang hidup pada perairan tmemar berat oleh logam berat, jaringan tubuhnya akan mengandung konsentrasi logam berat yang tinggi pula (K.rist.ofmva, 1981 dalam sanki, 1985). Logam berat yang masuk ke dalarn tubuh ikan,
sebagian akan
dielcskresikan dan sebagian lagi akan mengalami proses bioakumulasi pada jaringan organ - organ tertentu. Hasil penelitian Purwanti (1995) menunjukkan
bahwa ikan yang hidup di air yang mengandung logam berat Pb, pada M n y a akan ditemukan akumulasi logam berat.
Besarnya konsmtrasi logam berat
dalam air juga mempengamhi besantya akumulasi logarn berat dalarn hati ikan
nila merah
(Oreochromis niloticus) (Famili Cichlidae). Semakin tin&
konsentrasi logam berat dalam air, semakin tinggi pula akumulasi logam berat dalam hati ikan.
Waktu pernaparm logarn berat tidak selalu menarnbah
akumulasi logarn berat di dalam hati ikan. Logam berat yang masuk ke dalam hati ikan menyebabkan gangguan fisiologis, sehingga ikan berusaha mengeluarkannya sebagai bagian dari proses detoksifikasi. Salah satu mekanisme detoksifikasi adalah mengubah zat menjadi bentuk senyawa yang mudah dikeluarkan dari dalam tubuh. Salah satu hngsi hati adalah detoksifikasi obato
b dan bahan toksik (Ganong, 1983).
Pengaruh kommtrasi dan lamanya ikan terpapar terhadap air yang tercemar logam berat mempengaruhi tingkat akumulasi logam berat dalam
insang. Hasil penelitian Ambarini (1995) menunjukkan bahwa konsentrasi maupun waktu pernaparan, keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap konsentrasi Pb pada insang ikan nila merah. Sernakin tinggi konsentrasi yang terlarut pada media uji, sernakin besar konsentrasi Pb yang terakumulasi pada insang hewan uji. Akumulasi logam berat dalam insang akan semakin meningkat sejalan dengan lamanya waktu pernaparan. Namun, konsentrasi logam berat dalam insang akan menurun, karena logam berat yang d i h r p s i
dan
terakumulasi pada insang akan dikeluarkan dari tubuh hewan uji. Dibandingkan dengan organ tubuh ikan yang lain, logam berat yang terakurnulasi pada insang lebih sedikit.
Hal ini disebabkan insang bukan
merupakan organ sawran tempat akumulasi logam berat dalam tubuh ikan. Logam berat banyak terakumulasi pada tulang dari pada jaringan organ lain. Logam berat akan diabsorpsi oleh ikan selama waktu pernaparan, sehingga logam berat yang terabsorpsi akan terakumulasi dalam organ insang. Kemudian logarn berat tersebut akan mengalami metabolisme dan akan diekskresikan dari tubuh bersarna
-
sama sisa metabolisme lainnya
(Darmono dan Arifm, 1989).
Pernyataan ini didukung oleh Clark (1977) yang menyatakan bahwa logam berat yang masuk ke dalarn insang akan lebih banyak dieksresikan insang sesuai hngsinya yaitu sebagai organ respirasi, ternpat pertukaran gas, pengatur pertukaran garam dan air serta berperan penting dalam mengeluarkan lirnbah yang terabsorpsi.
Pengeluaran logam berat dari insang ataupun dari organ lainnya dipengaruhi oleh laju pengeluaran. Laju pengeluaran ini bervariasi tergantung jenis '&an Semakin tinggi konsentrasi logam berat, semakin menurun waktu paruhnya Pada ikan Salmo gairdnerii raksa 0,4 ppm,
waktu paruhnya
yang mengandung konsentrasi metil
340 hari, sedangkan pada ikan dengan
konsentrasi Hg 4 ppm, waktu paruhnya menjadi 170 hari (Miettinen, 1975). Hasil penelitian Suwinna g
d. (1980)
mengenai akurnulasi logam
berat Pb pada organ &an kernbung (Rastrelieger sp.) (Famiti Scambridae), ikan
bawal (Pampus chinensis) (Farnili Formiidae) dan ikan mujair (Oreochromis mossambicus) (Famili Cichlidae) menunjukkan bahwa akurnulasi Iogam Pb pada ketiga jenis ikan tersebut sesuai dengan urutan dalam tulang
> insang > isi
perut > daging. Organ - organ ikan lainnya yang dapat mengakumulasi logam berat adalah otak, isi perut, tulang dan daging. Pada otak ikan kembung dan ikan bawd dijumpai konsentrasi logam Hg lebih tinggi dibanding dalam isi perut, insang tulang dan daging. Akan tetapi konsentrasi Hg &lam isi perut, insang dan tulang tidak jauh berbeda, sedangkan dalam daging konsentrasi Hg lebih rendah. Percobaan pada ikan mujair menunjukkan bahwa konsentrasi Hg dalam otak dan isi perut tidak jauh berbeda, tetapi lebih tin& dibandingkan insang, tulang dan daging. D a l m insang, tulang dan daging konsentrasi Hg tidak jauh berbeda (Suwirma & d.,1980). Hasil penelitian Suwirrna
& (1980) menunjukkan bahwa secara
keseluruhan konsentrasi Hg dalam contoh ikan kembung dan ikan bawd lebih
tinggi dari contoh ikan mujair. Hal ini menurutnya mungkin disebabkan
lingkungan hidup yang berbeda, karena ikan kembung dan ikan bawal hidup di l a d yang mungkm mempunyai tingkat pencemaran Hg lebih tinggi dari pada sungai atau tambak tempat ikan mujair berasal. Logarn Cd juga diketahui terakumulasi pada isi perut, insang dan tulang ikan kernbung. Konsentrasinya pada organ
-
organ tersebut tidak jauh
berbeda, akan tetapi pada daging ikan kembung konsentrasinya lebih rendah.
-
Pada ikan mujair konsentrasi Cd yang terakumulasi di organ organ tersebut tidak jauh berbeda, kecuali pada ikan bawal terdapat perbedaan konsentrasi akumulasi logarn Cd di organ
- mgannya dengan urutan isi perut > insang >
tulang > daging. Hal ini mungkin disebabkan adanya kelebihan konsmtrasi Cd akan terdistribusi lebih mudah ke dalam isi p a t , insang, dan tulang daripada ke dalam daging ikan
(Suwinna et al., 1980). Menumt Boudou et al. (1983),
banyaknya tempat pengikatan pada jaringan, tingkat sirkulasi dan sif'at-sifat
kimia kontaminan sangat menentukan besarnya akumulasi logam Cd di organ sasaran. Logam Cu pada ikan kembung banyak terakumulasi pada insang, isi
-
perut dan tulang. Konsentrasi Cu pada organ organ tersebut tidak jauh berbeda, hanya saja pada daging ikan kembung konsentrasi Cu dijumpai lebih rendah. Pada ikan bawal logam Cu terakumulasi pada organ-organnya dengan urutan : isi perut > insang > tulang Konsentrasi Cu pada tulang tidak berbeda dengan daging. Sedangkan pada ikan mujair, konsentmi Cu dalarn isi perut dan insang
tidak berbeda, namun lebih tinggi dibandingkan dalam tulang dan daging. Konsentrasi Cu pada tulang dan daging tidak berbeda (Suwirma a &, 1980).
Logam Zn banyak terdistribusi ke dalam insang, tulang dan isi perut.
Pada ikan kembung, konsentrasi Zn terakumulasi pada organ dengan urutan :
insang > tulang > isi perut > daging, sedangkan pada ikan bawal dan mujair,
konsentrasi logam Zn dalam insang, tulang dm isi pemt tidak berbeda, namun lebih besar dibandingkan dengan &lam daging (Suwirma a af., 1980). 2.7. Pengaruh Logam Berat terhadap Biota Perairan Pemantauan dan prakiraan pengaruh l o g m berat terhadap lingkungan akuatik telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Winner
4.(1980) dalam Moore
dan Ramamoorthy (1984), mendapatkan bahwa struktur komunitas makroinvertebrata dalam sebuah sungai memperlihatkan tanggapan yang nyata dan dapat dipakirakan terhadap pencemaran logam. Di dekat sumber pelimbahan (industri pelat logam), konsentrasi Cu, Cr dan Zn mencapai 2,5,0,32 dan 0,65 ppm, namun menurun dengan tajam pada jarak 1 km. Total kepadatan serangga sebesar 1 300 individu per mZ, meningkat hingga > 2 000 individu per mZ di daerah hilir. Persentase larva chironomid menurun jauh lebih tajam (86 - 48%), sedangkan kelimpahan Trichoptera meningkat dari 2 hingga 45%. Proporsi relatif jenis chironomid tertentu dalam contoh diyakini sebagai indeks pencemaran logam berat. Pengaruh sedimen yang terkontarninasi terhadap kepadatan, keanekaragaman dan kornposisi jenis avertebrata bentik telah dilapmkan di bagian Danau Great Slave (Moore, 1979 dalam Moore dan Rammoorthy, 1984). Konsentrasi
logam dalam sedimen di dekat sumber limbah tinggi, dan menusun dengan tajam di dalam jarak 1 km. Meskipun kepadatan avertebrata bentik berbanding terbalik dengan konsentrasi logam, namun tidak terlihat pengaruh yang nyata terhadap keanekaragaman atau komposisi jenis. Data tersebut menunjukkan bahwa pendugaan populasi memberikan prakiraan yang baik terhadap pengaruh dari metode pembuangan limbah. Namun demikian, mengingat juga terjadi peningkatan yang nyata dalam kandungan organik substrat, peningkatan suplai makanan berpengaruh terhadap respon pemakan endapan (deposit feeders). Menurut Moore dan Ramamoorthy (1984), meskipun banyak jenis dan tipe komunitas tidak dapat digunakan dalam pemmtauan, beberapa peneliti secara konsisten menggarnbarkan zona pengaruh pencemaran menggunakan moluska bivalva baik di perairan tawar maupun asin (laut). Jenis-jenis tersebut adalah Mytilus edulis dan Anodonta sp yang umumnya makan dari lapisan air dan karenanya tidak secara langsung dipengaruhi oleh sedimen yang terkontaminasi. Tidak terdapat kecenderungan untuk menggali atau masuk ke dalam substrat atau memperlihatkan kelimpahan yang mencolok seperti dijumpai pada serangga. Kebanyakan dari jenis tersebut mudah dibedakan pada tingkat jenis, sehingga menjadikan moluska sangat berpotensi untuk pemantauan biologis. Keberadaan logam berat dalam perairan akan berpengamh negatif terhadap kehidupan biota. Logam berat yang terikat dalam tubuh organisme akan mempengaruhi aktivitas dari organisme tersebut. Bagi ikan, udang dan moluska zat pencemar akan mempengaruhi syar& sifat genetis atau fisiologis serta perilaku seperti Yfod habit migration". Pengaruh logam berat terhadap biota umumnya terjadi
dalam periode telur, larva atau juwana, sehingga menghambat pertumbuhan (Ditjen
Perikanan, 1976). Menurut Jones (1%4), ikan yang mengakumulasi logam Pb, Zn dan Cu pada insangnya akan terbentuk lapisan mukus (lendir), sehingga &an mengalami keadaan kekurangan oksigen yang disebut "coagulation film anoxia". Pembentukan lapisan mukus tersebut disebabkan terjadinya reaksi penolakan dalam insang ikan terhadap logam berat yang diabsorpsi. Organ hati yang mengakumulasi logam Pb akan mengalami kerusakan jaringan hati ikan, yaitu degenerasi lemak, hiperemi (pembengkakan) d m nekmsa.
Makin tinggi konsentrasi logam berat makin tinggi kerusakannya (He~nansyah,
-
lkan Salmo gairdnerii yang terpapar konsentrasi Cr 0,02 0,05 pprn dapat berakibat kritis, sedangkan konsentrasi Cr 0,003
- 0,006 ppm memberi pengaruh
toksisitas yang kronis (Macek dan Sleight, 1990). Konsentrasi Hg 10 ppb bila dipaparkan pada telur ikan salmon akan menyebabkan kematian sebelum tumbuh menjadi ikan muda. Jika dapat mencapai dewasa, &an-ikan tersebut akan mandul, sedangkan ikan salmon yang dipapar Hg 1 ppm selama 30 menit alcan menuNnkan fertilitas spermatozoa. Ikan zebra yang dipapar 1 ppb metil merkuri asetat menusunkan produksi telur sampai 22% sedanglcan pada dosis 20 ppb ikan tersebut akan berhenti bertelur (Darmono, 1995).
2.8. Tinjauan Umum Daerah Aliran Sungai @AS) Ciliwnng
2.8.1. Letak, Luas dan Topografi Secara geogrd~ssungai Ciliwung terletak di daerah yang dibatasi antara 6'05' sampai 6'50' Lintang Selatan dan 106'40' sampai 107O00' Bujur Timur, dengan hulu sungai berasal dari gunung Telaga Mandalawangi dan bermwa di Teluk Jakarta. Panjang Sungai Ciliwung dari bagian hulu (gunung Telaga Mandalawangi di Kabupaten Bogor) sampai muara atau pesisir pantai Tanjung Priok di Jakarta Utara adalah f 76 km. Luas Daerah Aliran Sungai @AS) Ciliwung sekitar 322 W, yang dibatasi oleh DAS Cisadane di sebelah barat dan DAS Citanun di sebelah timur. Sungai Ciliwung mengalir dari arah sektan ke utara, melalui daerah-daerah yang tennasuk wilayah administrasi Kabupaten Bogor, khususnya Kecamatan Cisarua, Ciawi, Kedunghalang, Cibinong dan Cimanggis, serta Kotamadya Bogor, kota Administratif Depok, dan wilayah DKI Jakarta. Bagian hulu DAS Ciliwung merupakan pegunungan dan berada pada ketinggian 300 m di atas permukaan laut sampai 3000 m di atas permukaan laut dengan luas 149 km2, yang meliputi Kecamatan Cisarua, Ciawi dan Kedunghalang yang dibatasi oleh bendungan Katulampa. Bagian DAS Ciliwung hulu ini terbagi menjadi empat sub DAS, yaitu : (1) sub DAS Ciliwung Huly (2) sub DAS Cibogo atau Cisarua,
(3) sub DAS Ciesek dan (4) sub DAS Ciseuseupan atau Cisukabirus
(Sub Balai RLKT DAS Ciliwung-Ciujung, 1986). Bagian tengah DAS Ciliwung merupakan daerah yang bergelombang dan
-
berbukit-bukit dengan ketinggian antara 100 m 300 m dpl seluas 94 km2. Wilayah
DAS Ciliwung Tengah ini meliputi Kecamatan Cibinong serta dibatasi oleh Kecamatan Depok. Di wilayah ini dijumpai banyak daerah depresi antara bukit-bukit dengan anak-anak sungai mengalir dan bermuara ke Sungai Ciliwung. Dua anak sungai utama pada bagian tengah ini adalah Sungai Cikumpay dan Ciluar.
2.8.2. Tanah dan Geologi
Keadaan umum tanah dari lcawasan puncak hingga ke Jakarta tidak menunjukkan variasi jenis yang mencolok, walau didapatkan bahwa tingkat plcernbangamya meningkat dari arah Puncak ke Jakarta dan diikuti dengan kemunduran tingkat kesuburan tanah. Tanah yang dominan dijumpai di DAS Ciliwung adalah tanah podsolik dengan tekstur halus, sedang dan kasar. Kedalaman efektif tanahnya sedang, antara 30 - 60 cm. Wilayah DAS Ciliwung hulu memiliki tiga jenis batuan induk yaitu : (1)
Batuan vulkanik dari Gunung Pangrango dengan notasi Qvpo, yaitu endapan lava dan lahar, gosol andesit dengan oligoklas andesit, labradosit, olivin, piroksen dan horn-bfende. Batuan ini tersebar di sebelah selatan memanjang ke arah barat.
(2) Batuan vuhanik dari Gunung Gede dengan notasi Qvk, yaitu breksi dan lava dari Gunung Kencana dan Gunung Kimo dengan bongkahan tufa andesit, breksi andesit dan banyak fenokris pirolsen serta lava basal.
(3)
Batuan vullcanik yang merupakan aliran basal dari Gunung Geger Bentang dengan notasi Qvba. Batuan ini tersebar di puncak Gunung Mandalawangi yang
merupakan tempat mata air Sungai Ciliwung (Sub Balai RLKT DAS CiliwungCiujung 1986).
2.8.3. Iklim Keadaan iklim DAS Ciliwung bervariasi menurut zona ketinggian, mulai dari
iklirn muson yang lembab dan panas pada bagian hilir sampai iklim pegunungan yang sejuk pada bagian hulu. Penyinaran radiasi matahari minimum terjadi pada bulan Januari (27,36%) dan maksimum pada bulan September (81,85%) @ i r e b a t Konservasi Tanah Departemen Kehutanan dan Lembaga Sumberdaya I n f i s i IPB, 1990). Kecepatan angin sepanjang tahun tidak seragam dengan rata-rata 1,7 kmfjam. Rata-rata penguapan harian minimum sebesar 2,08 mm terjadi pada bulan Januari, dan rnaksimwn sebesar 3,56 mm terjadi pada bulan Oktober (Direktorat Konservasi Tanah Departemen Kehutanan dan Lembaga Sumberdaya Informasi IPB, 1990). Rata-rata curah hujan di DAS Ciliwung hulu sebesar 2368 mmltahun, di bagian tengah s e b r 4089 mmltahun dan di hilir sebesar 3534 mdtahun. Suhu rata-
-
-
rata di Bogor (hulu) adalah 21" 24,7"C dengan kelernbaban 8 1 89% sedangkan
-
-
di Jakarta (hilir) adalah 24,8" 28,4"C dengan kelembaban 73 82%. 2.8.4. Vegetasi dan Tata Guna Lahan
Keadaan vegetasi di wilayah DAS Ciliwung tidak terpisahkan dengan pola pemanfaatan lahan untuk pertanian, karena tingkat pemanfaatan lahan di DAS Ciliwung yang intensif untuk pertanian, khususnya di bagian hulu.
Di DAS Ciliwung hulu, vegetasi yang dijumpai meliputi vegetasi hutan, perkebunan, kebun campuran, tegalan dan persawahan. Di DAS Ciliwung tengah, vegetasi yang dorninan adalah tanaman bambu yang merupakan tanaman budidaya, palawija dan tanaman buah-buahan seperti rambutan, pepaya dan jambu. Berbeda dengan di bagian tengah, tanaman bambu yang dijumpai di bagian hilir lebih bersifat alami dan kelirnpahan mash cukup tinggi. Tanaman padi dan palawija jarang ditemukan. Lahan-lahan di jalur sisi lebih banyak dijumpai tanaman tahunan seperti dukuh dan salak. P d a a t a n lahan di sepanjang jalur sisi Ciliwung dapat dibedakan dalarn tiga kelompok, yaitu : 1. Pemadaatan untuk pemukiman dengan segala aspek kegiatannya. 2. Pemanfaatan untuk usaha pertanian, dan 3. Pemanfaatan untuk perindustrian.
Untuk lebih jelasnya, penggunaan tanah DAS Ciliwung hulu, tengah dan hilir dapat dilihat pada Tabel 9, 10 dan 11. Tabel 9. Luas DAS berdasarkan jenis penggunaan tanah di DAS Ciliwung Hulu (Sub Balai RLKT DAS Ciliwung-Ciujung, 1986)
Sub Das
Hutan Perkebunan Kebun Campur Tegalan Sawah Pemukiman Ciesek CiliwungHulu
1 226,5 9473
Cibogo atau Cisarua
1155
0 1 171,5 1180
945
56
7003 206 529
832,5' 787 575 754 127 1 302,5
201,54 227 169,5
Ciseweupan atau
Cisukabirus
339
8,5
9333
502
Tabel 10. Frekuensi keterdapatan macam pemanf'aatan lahan jalur sisi Sungai Ciliwung bagian tengah (Ekaseputra, 1990) T i p Pernadhatan
Frekuensi Keterdapatan (%) Jalur Sisi Kiri Kanan
-
Pemukiman : perumahan selokan tempat ibadah jalan umum lapangan olah raga Perindustrian : pabrik sudans Pertanian : pertanian musirnan pertanian tahunan
Tabel 11. Frekuensi keterdapatan macam pemanfaatan lahan di jalur sisi sungai Ciliwung bagian hilir (Ekaseputra, 1990) Tipe Pemadaatan
Frekuensi Keterdapatan (%) Jalur Sisi Kiri Kanan
Pemukiman : perumahan selokan tempat ibadah jalan m u m lapangan olah raga Perindustrian : pabrik Pertanian : pertanian musiman pertanian tahunan
Hasil pengamatan Tim Tata Guna Lahan KKL Fakultas Biologi Univmitas Nasional (1994) menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan di sepanjang jalur sisi Sungai Ciliwung di wilayah DKI Jakarta dapat dibedakan atas tiga k e l q k , yaitu :
1. Pemanfaatan lahan untuk pemukiman dengan segala aspek kegiatannya, 2. Pemanfaatan lahan untuk vegetasi, dan 3. +Pemanfaatanuntuk perindustrian
Frekuensi keterdapatan macam pernadaatan lahan di jalur sisi Ciliwung di wilayah
DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 12.
-
Tabel 12. Frekuensi Keterdapatan Macam Pemanfaatan Lahan di Jalur Sisi Cili wung di Wilayah DKI Jakarta (Tim Tata Guna Lahan KKL Fakultas Biologi UNAS, 1994) rn.1 (96) ST.I[(%) rn.m sr.w 8T.v ST.vIsr.w No
1
JENIS SARANA
3
2
1
Z
3
%
%
%
%
%
sMn
%
~atauslaplaumun
1.
-SanpahKWJ
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13 14
0
2.86
9.40
o
o
0
12.65
0
0
230
12.03
12J5
5
o
o
o
0
0
0
159 0.40
9.61
0
o
o
o
o
o
0 0
0 0
0
15.0 0
1
0.50 0.35 0
11.50 0 0 0
0
0
0
0.27
0.12
o
o
0 0
3.43 0
0 1.0
o
o
o
0
0
0.01
0 0 0
0
0.51 0 2.80 0 0 0 0 0.50 0
0 0 0 0.12 0 0.53 0 33.42 0
o
0,s
2.39
639
4.80
Kmplr
o
o
o
o
KmltOr Kuburan
0
0
0
0
o
0
0.03 0 0
o 2.60 0
9.80 0
0.01 0 0
ogs 0.90 0
0
0
0 0
0
0
0 0
0
o o
0
o
o 0
o o
0.06
0
o o
0
0
0 0
0 0 0
o
o
o
0
0
0
0
0
0 3
0
o
o
o
o
O,M 0
o
o
0.50 0.04
0.25 4.55
0,04
0
0,uJ
0.01
0 0 0 Opl
3390 0 0 0.42
0 0 0 0.04
0 0 0
o
o
0 0 0 032 0 0 3 0,uJ 52.16
38.87
LapOlah Raga atau Oor P.brik PAMduPLN Pos KRL atau Poliosi PosRonda RdKaeta Api SdunmAir Tcmpatm
0
Tiang Li&ik
0
0
0
0 0 0.30
0 0 0 0
o
o
OJl 0 15.26
0.12 0
0
0.01
0
0
0 10.85
o
0
0
0
2. Jdlm 3.
0
0 0
0
0.06 8,75
o
o
5.0 0.75
B q m m dru S a m a Khuwu 1
B ~ @ ~ ~ d r u ~ ~ n a t a U T 0& ~
2 3
Got
Jud Tmmm
4 u
Kolamlkan 6 MCKdauSunav 7 Ponpa Air 8 RumahTinggal 9 TwahKosong 10 TanpatKayuBakar 11 TenpdSampah 12 Trotoa S
Timm at= Vcgetasi TOTAL
Keterannan : ST. I = Kelapa Dua ST. I1 = P A M Condet ST. I11 = MT Haryono ST. IV = Kebon Baru
o o
0
0 0 0 0.1 0 0 0 16.05 0
o
o
0.04
o
o
o
o
o o
o
o
0 0
0 0
0 9 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0.06 0
0 2.87
0 3.0
0 3 0
8352 100
93,87
87.19 100
60.98 100
164 100
14.85 100
76.09 100
30.29
26.39
65.09 100
36.12 100
3.60
100
0 0 0 0.16 2.19 021
0 19.94 0 3
o 0.13 0 48.65 0 3
46.12 100
o 0.12 0.16 31.50 0
0 0 75-71 0
o
0 0 19s 0
ST. V ST. VI
= Pintu Air
ST. VII ST. VIII
= K.H. Mas Mansyur
Manggarai
= Halimun = PAM Pejompongan
100
0
0 0 0
100
2.8.5. Kependudukan
Jumlah penduduk Wilayah DAS Ciliwung Hulu adalah sebanyak 130 462 jiwa dan temebar dalam ernpat sub-DAS. Tingkat kepadatan penduduk secara geografis mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah sub-DAS Ciesek (9 oranfla), Sub-DAS Ciliwung Hulu (7 orangha) dan sub-DAS Ciseseupan atau
Cisukabirus (14 oranglha), kemudian menyusul sub DAS Cibogo atau Cisarua (7 orangha) (Direktorat Konservasi Tanah Departernen Kehutanan dan Lembaga Sumberdaya Mormasi IPB, 1990). Nilai tekanan penduduk (Tp) tiap sub DAS di wilayah DAS Ciliwung Hulu masing-masing adalah : 0,70 (Ciesek), 0,97 (Ciliwung Hulu), 1,07 (Cibogo atau Cisam) dan 2,49 (Ciseuseupan atau Cisukabirus). Nilai Tp sub D M Ciesek dan Ciliwung Hulu menunjukkan bahwa luas lahan pertanian tersedia masih dapat menampung tekanan penduduk (< 1,O). Keadaan tekanan penduduk yang sudah pada tingkat membahayakan bagi kelestarian sumberdaya alam (> 1,O) terjadi pada sub D M Cibogo atau Cisarua dan Ciseuseupan atau Cisukabirus (Direktorat Konservasi Tanah Departemen Kehutanan dan Lembaga Surnberdaya Informasi IPB, 1990). Data jumlah penduduk DKI Jakarta yang berada di wilayah DAS Ciliwung tengah dan hilir tahun 1980 dan 1990 dan kecepatan pertumbuhannya disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Jurnlah dan kecepatan perturnbuhan penduduk DKI Jakarta yang berada di wilayah DAS Ciliwung Tahun 1980 dan 1990 (BPS 1981 dan 1991). Jumlah Penduduk (jiwa)
Kecepatan Pertumbuhan Per 10 Tahun (%)
No: Wilayah 1980
1. 2.. 3. 4.
Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Selatan Jakarta Timur
1990
1 236 876 976 045 1 579 795 1 456 759
2 176 902 1 512 870 2 622 467 2 611 885
76 55 66 79
Dan Tabel 13 terlihat bahwa kecepatan pertumbuhan penduduk tertinggi adalah yang berada pada wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Pusat, masing-masing sebesar 79% dan 76%. 2.9. Perkembangan Industri di Bagian Hulu dan Tengah DAS Ciliwung Perkembangan kegiatan industri per golongan kegiatan industri besar dan sedang di bagian hulu dan tengah DAS Ciliwung dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14.
Perkembangan Jumlah Industri di DAS Ciliwung Sektor Industri Pengolahan (Dinas Perindustrian Kabupaten dan Kodya Bogor, 1987)
No. Kabu aten atau Kodya 1979 1986 atau l?ecarnatan Industri Besar Industri Besar sedan43 sedang (unit)
(unit)
Pertambahan Laju mutlak p e r t u m b b per 7 tahun (%)
(unit)
KAB.BOGOR 1. Kec.Ciawi 2. Kec.Cisarua 3. Kec.Be'i 4. ~ e c . ~ u $ n a ~ a ~ a 5. Kec.Cimangp 6. Kec.Cibinong 7. Kec.Semplak 8. Kec.Sawangan 9. Kec.Parung 10. Kec.Kedunghalang KODYA BOGOR 1. Kota Bogor Selatan 2. Kota Bogor Tirnur 3. Kota Bogor Barat 4. Kota Bogor Tcngah 5. Kota Bogor Utara
8 2 0 0 2
28 5 2 4 4
20 3 2
250 150
4
tak tcrhmgp
2
100
Dari Tabel 14 terlihat bahwa kecamatan-kecamatan tempat industri besar dan sedang terbanyak pada DAS Ciliwung Zkulu dan Tengah adalah Kedunghalang, Cibinong, Cimanggis, dan Ciawi.
Pertumbuhan terbesar terjadi di Kecamatan
Semplak hingga mencapai 600% per tujuh tahun dan Beji 3800/4 sedangkan pertumbuhan nilai mutlak terbesar ada di Kecamatan Kedunghalang (25 buah), Cimanggis (23 buah) dan Cibinong (23 buah) (Dinas Perindwtrian Kabupaten dan Kodya Bogor, 1987).
2.10. Jumlah dan Jenis Kegiatan Peserta Program Kali Bersih (Prokasih)
di DKI Jakarta Sasaran kegiatan Program Kali Bersih (Prokasih) DKI Jakarta adalah menurmkan secara bertahap beban limbah skala menengah dan besar. Kegiatan in. dilakukan dengan segala daya dan upaya secara konsepsional dan terpady sehingga beban lirnbah yang dialirkan ke badan sungai memenuhi baku mutu limbah cair dan diharapkan mutu air sungainya sesuai peruntukannya. Ruang lingkup kegiatan Prokasih DKI Jakarta dilaksanakan di sepanjang DAS Ciliwung, Sungai Cipinang dan Sungai Mookervart beserta anak-anak sungainya mulai dari hulu berbatasan dengan Jawa Barat hingga ke muara di Teluk Jakarta (Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, 1995). Jumlah peserta Prokasih selama 5 (lima) tahun, yaitu dari tahun 198911990
hingga tahun 1993/1994 telah mencapai 417 kegiatan yang tersebar di 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai (Tabel 15).
Tabel 15. Jumlah dan Jenis Kegiatan Peserta Prokasih DKI Jakarta dari Tahun 19891 1990 1993f1994 (Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, 1997)
-
No. Jenis Kegiatan 1. Prokasih Tahun I Industri '2. Prokasih Tahun II - Industri 3. Prokasih Tahun III Industri Rumahsakit Hotel Bengkel 4. h k a s i h Tahun IV Industri Rumahsakit Bengkel Hotel Swalayan Rumah Potong Hewan Perkantoran
Jumlah Kegiatan di Daerah Aliran (unit) Ciliwung Cipinang Mookervart Jdah
-
5. Prokasih Tahun V
55 (24) (27)
Industri Perkantoran Restoran atau Pusat Perbelanjaan (3) Hotel (1)
212 Industri (83) Rumahsakit (27) Hotel (41) Swalayan (7) Perkantoran (28) Restoran atau Pusat Perbelanjaan (3) Rumah Potong Hewan (2) Bcngkcl (21)
Total
1 (1) O
0 0
2 (2) O 0
0
58 (24) (27) (3) (1)
Dari 417 peserta Prokasih ternyab 212 kegiatan (50,84 %) merupakan peserta yang membuang limbahnya ke Sungai Ciliwung. Berdasarkan Tabel 15, juga terfihat bahwa jenis-jenis kegiatan yang membuang limbahnya ke Sungai Ciliwung adalah sebagai berikut : 83 kegiatan (39,15%) mempakan kegiatan industri, 41 kegiatan (19,34%) perhotelan, 27 kegiatan (12,74%) rumahsakit, 28 kegiatan (13,21%) perkantoran, 21 kegiatan (9,91%) bengkel dan 12 kegiatan (5,65%)
mempakan kegiatan swalayan, nunah potong hewan dan restoran atau pusat perbelanjaan (Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 1996). Rincian jenis kegiatan clan jurnlah peserta Prokasih di setiap Daerah Aliran Sungai hingga tahun 1995 di DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Rincian Jenis Kegiatan dan Jurnlah Peserta Prokasih di Setiap Daerah Aliran Sungai DKI Jakarta hingga Tahun 1995 (Pemerintah Daerah Khusw Ibu Kota Jakarta, 19%) No.
Jenis Kegiatan
Daerah Aliran Sun~ai Jumlah Ciliwung Cipinang Mookervart
1. Pengolahan &an 2. Makanan 3. Pengolahan Susu , 4. Gula Cair 5. Minyak Goreng 6. Bir 7. Buah-buahan dalam Kaleng 8. Makanan Ternak
9. Makanan Lainnya 10. Minuman 11. Tekstil 12. Penyamakan Kulit 13. Produk dari Kulit 14. Sepatu 15. Barang-barang dari Kayu 16. Karton Boks 17. Percetakan 18. Kernasan Kaleng
Bersambung di halaman berikut
Laniutan Tabel 16. 19. Printing Kaleng 20. Pestisida 21. Deterjen 22. Kimia 23. Kimia Lainnya 24. Farmasi 25. Cat 26. Kosmetik 27. Ban Kendaraan 28. Kemasan Logam 29. Plastik 30. Tutup Botol 3 1. Marmer 32. Kaca 33. Barang-barang dari Semen 34. Gelas 35. Mat dari Logam 36. Penyepuhan 37. Logam 38. Kemasan Lainnya 39. Baterai Kering 40. Baterai 4 1. Elektronik 42. Barang Rumah Tangga
4 0 0 1 0 0 3 3 0 0 2 6 0 0 1 0 0
1 1 0 6 1 15 3 6 1 0 5 1 0 2 3 0 0 2 1 0 1 1 6 0
0 0 0 1 2 2 2 1 0 1
3 1 1 1 2 1 1 4
3 1 2 10 8 24 6 11 1 1 8 1 2 7 7 1 3 5 8 1 3 3 7 4
0
2
2
4
2
6
0
8
4 1 0 8 2 41 27 28 3 19
10 0 3 2 0 0 0 12
1 0
15 1 3 10 2 41 27 40 11 23 5 1 3
2 0 2 3 5 7 1
2 0 2 2 1 1
dari Logam 43. Kabel 44. Asembling Mobil atau
Sepeda Motor 45. Komponen Mobil atau
Sepeda Motor
-
46. Alat alat Berat 47. Logam Dasar 48. Swalayan 49. Restoran 50. Hotel 5 1. Perkantoran 52. Rurnahsakit 53. Depo Kendaraan 54. Bengkel 5 5. Loundry 56. Barang Untuk Dekorasi 57. Rurnah Potong Hewan
Jumlah
1 0 2
224
0 0 0 0 0 0 1 0 2 1 0
7 4 2 0 1 140
72
436
Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa jenis kegiatan di D M Ciliwung merupakan yang terbesar, yaitu 24 jenis kegiatan (51%) dan didominasi oleh kegiatan hotel (18%), nunahsakit (13%), perkantoran (12%), bengkel (10%) dan
industri makanan (11%) serta sisanya sebanyak 36% terdiri dari 82 jenis kegiatan lainnya. Status limbah pescrta Prokasih di DKI Jakarta antara tahun 1989/1990
hingga tahun 1993/1994 dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Status Limbah Peserta Prokasih di DKI Jakarta dari Tahun 1989/1990
-
199311994 (Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, 1996) Daerah Aliran Suqg No.
-
Status Limbah
Prokasih Tahun I
1.
Mempunyai limbah cair
2.
Tidak ada limbah cair
3.
Daur ulang
4. Pindah 5.
Tutup
Jumlah -
Rokasih Tahun II
1.
Mempunyai limbah cair
2.
Tidak ada limbah cair
3. Daur ulang 4.
hdah
5.
Tutup
Jumlah -
Prokasih Tahun IU
1.
Mempunyai limbah cair
2. Tidak ada iimbah cair 3.
Daur ulang
4.
Digabung
-
-
Jumlah
bung di halaman bcrikut
49
Lanjutan Tabel 17 Prokasih Tahun IV 1.
Mempunyai limbah cair
62
20
6
88
2.
Tidak a& limbah cair
3
1
0
4
Jwnlah
65
21
6
92
1. Mempunyai limbah cair
52
0
2
54
2.
2
1
0
3
1
0
0
1
55
1
2
58
Prokasih Tahun V
Tidak ada limbah cair
3. Tutup
Jumleh Total Prokasih I - V 1.
Mempunyai limbah cair
181
102
51
334
2.
Tidak ada limbah cair
20
23
8
51
3. Daurulang
2
3
5
10
Pindah
5
5
1
11
5. Tutup
3
5
2
10
6.
1
0
0
1
212
138
67
417
4.
Digabung ke PD PAL Jumlah
Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa dari 212 peserta Prokasih di DM Ciliwung, sebanyak 181 kegiatan (85,38%) menghasilkan limbah cair. Selain itu,
dibandingkan dengan DAS lainnya, kegiatan di DAS Ciliwung paling banyak menghasillcan limbah cair, yaitu 181 kegiatan (54,19%), sedangkan kegiatan di DAS Cipinang yang menghasilkan limbah cair sebanyak 102 kegiatan (30,54%) dan di
DAS Mookervart 5 1 kegiatan (15,27%).
2.11. Perkembangan Kualitas Air Sungai Ciliwung 2.11.1. Aliran Sungai
Aliran Sungai Ciliwung di bagian hilir (Jakarta) di dekat pintu air Harmoni mulanya terbagi dua, yaitu :
-
- Barat : Jalan Gajah Mada - Hayam Wuruk. - Timur : Jalan Gunung Sahari. Pada tahun 1923 dibuat saluran banjir (banjir kanal) sebagai cabang dari Sungai Ciliwung yang dimulai di Manggarai dan bermuara di Muara Angke dengan 6 pintu air. Sungai Ciliwung mendapat suplesi dari sungai-sungai kecil seperti Sungai Cisima, Sungai Ciluar, Sungai Cijantung dan Saluran T a m Barat (Ekaseputra, 1990). 2.11.2. Fungsi Sungai
Sungai Ciliwung memiliki mul~gsi.Umumnyamasyarakat di sepanjang sungai tersebut memanfaatkannya untuk keperluan sehari-hari (mandi, cuci, kakus, masak), juga untuk pengairan pertanian dan sebagainya. Perusahaan Air Minum
(PAM) DKI Jakarta memanfaatkan Sungai Ciliwung sebagai sumber air baku air minum penduduk Jakarta (Soerjani, 1992).
2.11.3. Kualitas Air Sungai Odang (1989) melaporkan bahwa indeks pencemaran beberapa logam berat di beberapa lokasi Sungai Ciliwung menunjukkan peningkatan (Tabel 18). Tabel 18. Indeks Pencemaran beberapa logam berat di Sungai Ciliwung tahun 1979 dan 1986 (Odang, 1989) No. Parameter Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 (Stasiun 1) 1979 1986 0 0 :01 0 0,06 0,14 1,6
1.Kadmium (Cd) 2. Nikel (Ni) 3. Smg (Zn) 4.Timbal (Pb)
(Stasiun 5) 1979 1986
(Stasiun 7) 1979 1986
09k2 ;,4 0,003 0,138 0,76 2,s
0,013 0,039 0,005 1,714 1,8 1,294
2;: ;
(Stasiun 11) 1979 1986
1
Reteranaan : Lokasi 1 = Gadog - Kab.Bogor. Lokasi 2 Kelapa Dua, Condet, Pejaten (DKIJakarta) Lokasi 3 = ~a&pmi, Setiabu4 T& Abang, Pejompongan @KI Jakarta) Lokasi 4 = Latumenten clan Muara Angke
-
'"
1 0,198 2,4
Dari Tabel 18, terlihat bahwa indeks pencemaran beberapa logam berat di Sungai Ciliwung cenderung meningkat dari tahun 1979 ke tahun 1986, yaitu :
-
~admiumpada lokasi 1 4
Nikel pada lokasi 2,3,4
-
Seng pada lokasi 1 4
-
Timbal pada lokasi 1 4 Perubahan tingkat pencemaran Sungai Ciliwung tahun 1979 d m 1986 dapat dilihat pada Tabel 19 berikut. Tabel 19. Perbandingan Tingkat Pencemaran Sungai Ciliwung tahun 1979 d m tahun 1986 (Odang, 1989) Tingkat Pencemaran dan Persentase 1979 (Stasiun 1) TiQk tercemar (0%) (Stasiun 5) Tercemar R q a n (40%) (Stasiun 7) Tercemar Berat (50%) (Stasiun 11) Tercemar Berat @@A)
Lokasi 1 2 3
4
K e m m:
hdeks Pencemsratl>l 1986 Tercemar R q a n Tercemar Berat Tercemar Berat Tercemar Berat
(20%) (60%)
(WA) (Wh)
Lokasi 1 = Gadog - Kab.Bogor Lokasi 2 = Kelapa Dua, Condet, Pejaten (DKI Jakarta) Lokasi 3 = Mmgpmi?Setiabudi, Tanah Abang, Pejompangan (DKI Jakarta) Lokasi 4 Latumenten dan Muara Angke (DIUJakarta)
-
Dari Tabel 19, terlihat bahwa umumnya antara tahun 1979 dan 1986 telah terjadi peningkatan tingkat pencemaran di Sungai Ciliwung yang erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah indwtri di sepanjang DAS Ciliwung selama tahun 1979-1986. Hasil pemantauan Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan DKI
Jakarta terhadap kualitas Sungai Ciliwung antara tahun 1982 pada Tabel 20 dan 2 1.
- 1992 dapat dilihat
Tabel 20. Hasil Analisis Parameter Kirnia Air Sungai Ciliwung Musim Kemarau
Keterangan :
*
-
=
ttd
=
Tidak dianalisis Tidak terdeteksi
SK Gubemur Kepala Daerah Khusus lbu Kota Jakarta No. 1608 Tahun 1988 (Baku Mutu Air Golongan A : Air baku Air Minum)
I
Tabel 2 1. Hasil Analisis Parameter Kimia Air Sungai Ciliwung Musim Penghujan Tahun 1982 - 1992 (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkotaan dan Lingkungan DKI Jakarta, 1982 - 1992) . I I . Parameter
Keteraman :
ttd
dianalisis = Tidak terdeteksi = Ti&
* SK Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No. 1608 Tahun 1988 (Baku Mutu Air Golongan A : Air baku Air Minum)
I
Dari Tabel 20 dan 21, terlihat bahwa : (1) Konsentrasi krom (Cr) musim kemarau di bagian tengah umumnya telah melampaui nilai ambang batas yang diperbolehkan (0,02 ppm), kecuali pada saat pengukuran tahun 1983-1984 dan 1991-1992. Di bagian hilir, kecuali pada saat pengukuran tahun 1983-1984 dan 1985-1986 semuanya telah melampaui nilai ambang batas (NAB) yang diperbolehkan, sedangkan di bagian muara kecuali pada saat pengukuran tahun 1983-1984 semuanya telah melampaui NAB yang diperbolehkan. Di m u s h penghujan, konsentrasi krom di bagian tengah pada saat pengukuran tahun 1984-1985, 1985-1986 dan 1986-1987 telah melampaui NAB yang diperbolehkan. Di bagian hilir, kecuali pada saat pengukuran tahun 19831984 dan 1987-1988 dan di muara kecuali pada saat pengulcuran tahun 19831984 semuanya telah melampaui NAB yang diperbolehkan. (2) Konsentrasi timbal (Pb) di musim kemarau bagian tengah umumnya masih di bawah NAB yang diperbolehkan (0,l ppm) kecuali pada saat pengukuran tahun 1984-1985. Di hilir, konsentrasi Pb yang telah mencapai dan melampaui NAB adalah pada saat pengukuran tahun 1986-1987 dan 1987-1988. Di muara kecuali pada saat pengukuran tahun 1982-1983, semuanya mash di bawah NAB yang diperbolehkan. Di musim penghujan, konsentrasi Pb di tengah dan muara semuanya masih di bawah NAB yang diperbolehkan, sedangkan di hilir, kecuali pada saat pengukuran tahun 1986-1987 semuanya di bawah NAB yang diperbolehkan. (3) Konsentrasi kadrnium (Cd) di m u s h kemarau baik di tengah, hilir dan muara
umumnya masih di bawah NAB yang diperbolehkan (0,Ol ppm), kecuali pada
saat pengukwan tahun 1982-1983 (tengah), tahun 1984-1985 (hilir) dan 19821983 serta 1983-1984 (muara). Di musim penghujan, konsentrasi Cd yang telah melampaui NAB yang diperbolehkan adalah pada saat pengukuran tahun 19821983 (tengah), 1984-1985 dan 1985-1986 (lulir), 1982-1983 dan 1984-1985 (muara). (4) Konsentrasi seng (Zn) di m u s h kemarau, di bagian tengah, hilir maupun muara semuanya masih di bawah NAB yang diperbolehkan (1,O ppm), sedangkan di m u s h penghujan, konsentrasi Zn yang telah melampaui NAB adalah pada saat
-
pengukuran tahun 1984 1985 di bagian hilir. Wargasasmita
d.(1993) melaporkan bahwa dari 188 sampel organ ikan,
18% di antaranya mengandung raksa. Kisaran konsentrasi raksa dalarn otot (tidak terdeteksi sampai 0,678 pprn), hati (tidak terdeteksi sampai 132,5 ppm) dan ginjal (tidak terdeteksi sampai 0,140 ppm) bobot basah. Konsentrasi Hg tertinggi dalam otot terdapat pada ikan beunteur, dalam insang terdapat pada ikan sepat, dalam hati terdapat pada ikan beunteur dan dalam @.a1 terdapat pada ikan sapu-sapu (Plecostomus commersonii) (Famili Loricariidae) . Konsentrasi Hg dalam sedimen berkisar dari tidak terdeteksi sampai 1,65 ppm bobot kering. K o m t r a s i Hg dalam otot dan daging ikan di Sungai Ciliwung masih di bawah konsentrasi maksimum yang diperbolehkan untuk ikan konsumsi yaitu 0,5 pprn (Baku mutu WHOEAO), tetapi konsentrasi raksa dalam insang dan hati ikan beunteur dan sepat ada yang sudah melebihi nilai ambang tersebut. Konsentrasi Hg dalam sedimen umumnya masih di bawah nilai ambang yang ditetapkan oleh United Nation Environmental Programme untuk sedimen di perairan tawar yang tidak
tercemar yaitu 0,30 ppm, kecuali dalam dua sampel dari Manggarai dan satu sampel dari Marina, Ancol (Wargasasmita et al., 1993). Tim Kuliah Kerja Lapangan Mahasiswa Fakultas Biologi UNAS (1994) melaporkan bahwa : konsentrasi Cr dalam darah ikan sapu-sapu berlcisar antara 0,05
- 0,19 ppm, konsentrasi Cd berkisar antara 1,14 ppm - 2,58 ppm, sedangkan konsentrasi Hg berkisar antara 0,68 - 15,94 ppb. Dari hasil penelitian tersebut dapat
ppm
disimpulkan bahwa hanya raksa (Hg) dalam darah ikan sapu-sapu yang telah melebihi
-
konsentrasi normal yang ma& dapat ditolerir (0,O 15 ppb 0,l ppb).
2.12. Jenis-jenis Industri Pontensial Penghasil
Logam Berat di DAS
Ciliwung
Menurut Odang (1989), jenis-jenis industri sebagai sumber pencemar logam berat di bagian hulu dan tengah DAS Ciliwung adalah industri tekstil, industri kulit, industri barang-barang dari logam kecuali mesin dan perlengkapannya serta industri mesin listrik,
perlengkapannya dan bagian-bagiannya, sedangkan menurut
Budirahardjo (1990), t&dapat 17 jenis industri yang bcrkontribusi terhadap pencemaran di Sungai Ciliwung bagian tengah dan hilir. Dari 17 jenis industri tersebut terdapat 9 jenis industri yang potensial mengeluarkan limbah cair yang mengandung logam berat. Kesernbilan jenis industri tersebut dapat dibagi menjadi lima kelompok (Tabel 22). Berdasarkan data Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (1996), jenisjenis industri yang potensial menghasilkan limbah cair yang mengandung logam berat di DAS Ciliwung adalah
: tekstil, percetakan, kaleng, kimia, fannasi, cat,
penyepuhan, baterai dan bengkel.
Tabel 22. Jenis-jenis Industri di Bagian Tengah dan Hilir DAS Ciliwung yang potensial mengeluarkan limbah logam berat (Budirahardjo, 1990)
No.
Kelompok Industri
Jenis Logam Berat
1.
Tekstil
Cu, Cr, Zn-
2.
DeterJ'en
Cr
3.
Cd, Hg, Cr, Cu, Pb dan Zn
4.
Farmasi dan kimia Percetakan
Pb
5.
Alat berat
Cd, Hg, Cr, Cu, Pb dan Zn