MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR Resume Perkuliahan Metodologi Penelitian Pendidikan Rabu, 26 Oktober 2016 Diresume oleh Fevi Rahmawati Suwanto, 16709251005 S2 Prodi PMat Kelas A Universitas Negeri Yogyakarta [1]
http://fevirahmawati.blogs.uny.ac.id/ [2]http://caterpillarfinger.blogspot.co.id/
Petemuan kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan yang dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2016 pukul 13.40 sampai dengan 15.20 di ruang kuliah R200B gedung lama pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Prodi Pendidikan Matematika kelas A dengan dosen pengampu Dr. Heri Retnowati. Sistem perkuliahan pada minggu ini berupa presentasi kelompok disertai sesi tanya jawab dan diskusi. Berikut adalah hasil resume dari materi “Memformulasikan Kerangka Berpikir dan Hipotesis” yang telah disampaikan oleh kelompok penyaji pada pertemuan kedelapan: A. Kerangka Berpikir Kerangka pikir dalam suatu penelitian digunakan untuk menjelaskan hubungan antar variabel, bisa dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Haryoko dalam Wagiran, 2015). Kerangka pikir merupakan bagian teori dari penelitian yang menjelaskan tentang alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis yang menggambarkan alur pikiran peneliti dan memberikan penjelasan kepada orang lain mengapa dia mempunyai anggapan seperti yang diuraikan dalam hipotesis. Penulisan kerangka pikir didasarkan atas pendapat ahli dan hasilhasil penelitian yang mendahuluinya.
Diagram alur penyusunan kerangka berpikir
Berdasarkan diagram alur di atas, adapun proses penyusunan kerangka berpikir untuk merumuskan hipotesis, yaitu: 1. Menetapkan variabel yang diteliti Penetapan variabel yang diteliti digunakan untuk menentukan teori yang akan dikemukakan 2. Membaca buku dan hasil penelitian Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Sedangkan hasil penelitian yang dapat dibaca adalah laporan penelitian, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi.
3. Deskripsi teori dan hasil penelitian Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. 4. Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian Peneliti secara kritis mengkaji ketersesuaian antara teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan dengan obyek penelitian 5. Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian Peneliti membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain untuk memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas. 6. Sintesa kesimpulan Melalui dua tahap analisis sebelumnya, peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berpikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis. 7. Kerangka berpikir Kerangka berpikir yang terbentuk dapat berupa asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. Kerangka berpikir asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka akan begitu; jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi pula atau jika pengawasan dilakukan dengan baik (positif), maka kebocoran anggaran akan berkurang (negatif). 8. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Misalkan kerangka berpikir berbunyi “jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi”, maka hipotesisnya berbunyi “ada hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen kerja dengan produktivitas kerja”.
B. Pengertian Hipotesis Penelitian Sutrisno Hadi dalam (Arikunto, 2010) mengatakan bahwa hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Tidak harus semua penelitian memiliki hipotesis. Biasanya hipotesis merujuk pada hubungan antara dua variabel atau lebih. Bila peneliti setuju dengan pendapat ini maka mereka hanya perlu berpikir akan menggunakan hipotesis atau tidak dalam penelitiannya jika penelitian tersebut mengandung satu variabel. Pengertian ini sebaiknya tidak dibalik dengan berkesimpulan bahwa semua penelitian yang hanya mengandung satu variabel saja dalam penelitiannya boleh juga mengajukan hipotesis. Jika dalam penelitian peneliti hanya mempunyai satu variabel maka tebakan jawabannya juga menyangkut satu variabel. Hipotesis yang semula merupakan dugaan, setelah dibuktikan melalui data yang dapat dipercaya keabsahannya lalu berubah status menjadi thesa (kebenaran). Itulah sebabnya istilah yang digunakan adalah hipotesis yang merupakan gabungan dari hypo (dibawah) dan tesa (kebenaran). Secara keseluruhan berarti dibawah kebenaran, kebenaran yang masih berada di bawah (belum tentu benar), dan baru diangkat menjadi kebenaran kalau telah disertai bukti-bukti. Alasan pembuatan hipotesis ada dua, yaitu hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian dibidang itu, dan hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data; hipotesis dapat menunjukkan kepada peneliti prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data apa yang harus dikumpulkan.
C. Fungsi dan Kegunaan Hipotesis Fungsi Hipotesis, yaitu: 1. Untuk menguji teori, maksudnya hipotesis dapat dinyatakan sebagai suatu pernyataan dari teori dalam bentuk yang bisa diuji. 2. Untuk mendorong teori, maksudnya hipotesis digunakan untuk mendorong teori yang bisa menerangkan suatu keadaan dari kecenderungan hipotesis yang tidak berhubungan dengan teori.
3. Untuk menerangkan fenomena sosial, maksudnya hipotesis yang diuji secara empiris, baik penolakan mapun penerimaan, akan memberikan penjelaskan kepada kita mengenai fenomena yang terkait Kegunaan hipotesis, yaitu: 1. Memberikan kejelasan sementara tentang gejala-gejala serta mempermudah perluasan pengetahuan dalam suatu bidang. Hipotesis yang telah terencana dengan baik akan memberikan arah dan mengemukakan penjelasan-penjelasan. Karena hipotesis dapat diuji dan divalidasi melalui penyelidikan ilmiah, maka hipotesis dapat membantu kita memperluas pengetahuan. 2. Memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian. Pertanyaan tidak dapat diuji secara langsung akan tetapi orang dapat menguji hipotesis yang tersirat dalam pertanyaan tersebut yang selanjutnya dapat diuji hubungan antara kedua variabel. 3. Memberikan arah kepada penelitian. Hipotesis menentukan sifat-sifat data yang diperlukan guna menguji pernyataan tersebut. Secara sederhana hipotesis menunjukkan kepada peneliti apa yang harus dilakukan. 4. Memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan. Peneliti dapat melaporkan diseputar jawaban-jawaban hipotesis sehingga membuat penyajian laporan lebih berarti dan mudah dibaca secara sistematis.
D. Ciri Hipotesis yang Baik Ciri-ciri hipotesis menurut Ary, D, dkk dalam (Wagiran, 1982) yaitu: 1. Hipotesis harus memiliki daya penjelas. Suatu hipotesis harus merupakan penjelasan yang mungkin mengenai apa yang seharusnya diterangkan 2. Hipotesis harus merupakan hubungan yang diharapkan diantara variabelvariabel. Suatu hipotesis harus menerka atau menduga hubungan antara dua atau lebih variabel.
3. Hipotesis harus dapat diuji. Suatu hipotesis yang dapat diuji (testability) berarti dapat ditahkikkan (verifiable) artinya deduksi, kesimpulan, dan perkiraan dapat ditarik dari hipotesis tersebut sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan pengamatan empiris yang akan mendukung atau tidak mendukung hipotesis tersebut. 4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis hendaknya tidak betentangan dengan hipotesis, teori, dan hukum-hukum yang sebelumnya sudah mapan. 5. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana mungkin. Hal ini untuk memudahkan pengujian hipotesis, serta menjadi dasar bagi penyusunan laporan yang jelas dan mudah dimengerti pada akhir penyelidikan.
E. Macam-Macam Hipotesis Macam-macam hipotesis penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Hipotesis Penelitian a. Hipotesis Induktif Hipotesis induktif adalah hipotesis yang formulasinya didasarkan atas generalisasi hasil dari serangkaian observasi yang telah dilakukan di lapangan atau di bidang ilmu yang bersangkutan. b. Hipotesis Deduktif Hipotesis deduktif adalah hipotesis yang formulasinya didasarkan atas generalisasi hasil dari serangkaian studi teori atau studi kepustakaan. 2. Hipotesis Statistik a. Hipotesis Nihil Hipotesis nihil diartikan sebagai tidak adanya hubungan atau perbedaan antara dua fenomena yang diteliti. Diberi notasi atau simbol dengan (Ho). b. Hipotesis Alternatif Hipotesis alternatif adalah lawannya hipotesis nol, yang berbunyi adanya perbedaan atau adanya hubungan antara dua fenomena yang diteliti (variabel bebas dengan variabel terikat), diberi notasi atau simbol dengan (H1).
F. Bentuk-Bentuk Hipotesis Berdasarkan Rumusan Masalah Bentuk-bentuk hipotesis berdasarkan rumusan masalah dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1. Hipotesis Deskriptif Hipotesis deskriptif adalah jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri. Misalnya pada rumusan masalah berikut: a. Bagaimana gambaran latar belakang profesional guru di SMP N 1 Yogyakarta? b. Seberapa baik gaya kepemimpinan di Prodi Magister Pendidikan Matematika? Maka hipotesisnya yaitu: a. Guru SMP N 1 Yogyakarta pada umumnya berlatar belakang sarjana yang sudah memiliki kompetensi yang sesuai dengan profesionalisasinya. b. Gaya kepemimpinan di Prodi Magister Pendidikan Matematika telah mencapai 70 % dari yang diharapkan. 2. Hipotesis Komparatif (Perbedaan) Pada rumusan ini, variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda. Misalnya pada rumusan masalah berikut: a. Adakah perbedaan persepsi antara mahasiswa lulusan S1 dengan mahasiswa lulusan S2 terhadap penampilan Dosen Metodologi Penelitian di dikelas ? b. Adakah perbedaan kemampuan kreativitas matematis siswa pada kelas kontrol dengan siswa pada kelas eksperimen? Maka hipotesisnya yaitu: a. Ada perbedaan persepsi antara mahasiswa lulusan S1 dengan mahasiswa lulusan S2 terhadap penampilan Dosen Metodologi Penelitian dikelas. b. Tidak terdapat perbedaan kemampuan kreativitas matematis siswa pada kelas kontrol dengan siswa pada kelas eksperimen.
3. Hipotesis asosiatif (Hubungan) Pada hipotesis ini, jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Misalkan pada rumusan masalah berikut: a. Bagaimana pengaruh kompetensi profesional guru terhadap kinerja guru? b. Bagaimanakah hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar ? Maka hipotesisnya yaitu: a. Latar belakang kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap kinerja sekolah. b. Ada hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar.
G. Kekeliruan yang Terjadi pada Hipotesis Sugiyono (2001) menyatakan bahwa dalam menaksir populasi berdasarkan data sampel kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu: 1. Kesalahan Tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan α (baca alpha). 2. Kesalahan tipe II, adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan dengan β (baca beta). Kesimpulan dan Keputusan Terima Hipotesis Tolak Hipotesis
Keadaan Sebenarnya Hipotesis Benar Hipotesis Salah Tidak Membuat Kesalahan Kekeliruan Macam II Kesalahan Tipe I Tidak Membuat Kesalahan
Dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Keputusan menerima hipotesis nol yang benar, berarti tidak membuat kesalahan. 2. Keputusan menerima hipotesis nol yang salah, berarti terjadi kesalahan tipe II. 3. Membuat keputusan menolak hipotesis nol yang benar, berarti terjadi kesalahan tipe I.
4. Keputusan menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat kesalahan.
H. Cara Menguji Hipotesis Terdapat dua cara untuk menguji hipotesis, yaitu: 1. Mencocokkan dengan fakta Dalam menguji hipotesis dengan mencocokkan fakta, maka diperlukan percobaan-percobaan untuk memperoleh data. 2. Dengan mempelajari konsistensi logis Si peneliti memilih suatu desain dimana logika dapat digunakan, untuk menerima atau menolakm hipotesis.
I. Apakah Hipotesis Harus Terbukti Arikunto (2010) menjelaskan bahwa terdapat dua alternatif jawaban dalam penelitian, yaitu: 1. Pendapat pertama menyatakan, semua penelitian pasti berhipotesis. Semua peneliti diharapkan menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan butir-butirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian. 2. Pendapat
kedua
mengatakan,
hipotesis
hanya
dibuat
jika
yang
dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidk mungkin dihipotesiskan.